5 minute read
Menerima Kita Apa Adanya
lima
Menerima Kita Apa Adanya
Maria Magdalena bukanlah satu-satunya pengikut Yesus yang perlu mengubah fokusnya. Di dalam pasal yang sama, Rasul Yohanes menuliskan tentang perjumpaan Yesus dengan salah seorang pengikut-Nya yang lain:
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!”
Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (yoh. 20:24-29)
Dalam dua peristiwa di pasal ini, Yesus secara khusus menampakkan diri kepada pengikutNya—kepada Maria di taman dan Tomas di ruang atas yang terkunci. Baik Maria maupun Tomas mengira Yesus sudah mati. Pikiran mereka dipenuhi akan sosok Yesus dari masa lalu. Hanya kehadiran fisik Yesus yang mampu meyakinkan mereka kembali bahwa Dia hidup.
Mereka yang telah bertekad untuk percaya hanya pada apa yang bisa mereka lihat atau sentuh—kini mereka harus belajar untuk menyembah dan mengasihi dengan iman. Mereka tidak bisa bergantung pada kehadiran Yesus secara fisik. Mereka harus belajar untuk menjalin relasi dengan Sang Juruselamat dengan cara lain.
Maria mengenali suara Yesus saat Dia memanggil namanya. Kepada Maria, Yesus memberikan tugas: pergilah dan katakanlah. Kepada Tomas yang menolak untuk mempercayai perkataan para murid lainnya, Dia menegur dengan lembut: Engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.
Ketika saya masih kecil, orangtua saya biasa membawa saya ke gereja hampir di setiap kesempatan yang ada. Gereja kami memiliki semangat pekabaran Injil yang sangat kuat. Setiap kebaktian ditutup dengan undangan terbuka bagi orang-orang yang belum percaya untuk datang kepada Kristus.
Di setiap musim panas, gereja kami mensponsori acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) sepanjang enam minggu, di
mana ada pengkhotbah yang berbeda-beda untuk setiap malam. Selama bertahun-tahun keluarga kami tidak pernah ketinggalan satu kali kebaktian pun. Jadi tidak mengherankan ketika berusia delapan tahun, di salah satu kebaktian tersebut, saya maju ke depan untuk meminta Yesus masuk ke dalam hidup saya.
Namun, apa yang seharusnya memberikan damai sejahtera yang luar biasa justru memberikan kesengsaraan yang luar biasa bagi saya. Selama sepuluh tahun berikutnya, saya merasa susah hati. Saya yakin Allah tidak pernah mendengar doa saya dan belum menerima saya menjadi bagian dari keluarga-Nya.
Tomas diingat karena keraguraguannya. Namun dalam Yohanes 11:16, beberapa hari sebelum penyaliban, Tomas dengan berani menegaskan kesiapannya untuk mati demi Tuhan-Nya.
Ketika mendengarkan semua pengkhotbah yang datang ke gereja kami, saya berpikir bahwa saya akan merasa bersih dari dosa jika Allah benar-benar telah mengampuni saya. Saya tidak pernah memiliki pengalaman yang menghebohkan dan menggetarkan seperti yang digambarkan para pengkhotbah sebagai bagian dari pertobatan seseorang. Itu berarti, pikir saya, saya belum menjadi orang Kristen.
Saat kanak-kanak, lalu saat remaja, saya merasa tertekan dan terus berdoa. Saya ingin memperoleh pengalaman yang menegaskan bahwa Allah benar-benar telah mengampuni saya dan menjadikan saya anak-Nya. Saya tidak tahu bahwa setiap orang dapat memiliki pengalaman yang berbeda.
Sebagian orang memiliki pengalaman seperti yang dialami Maria di taman atau Tomas di ruang atas. Bagi sebagian orang berlaku apa yang Yesus katakan kepada Tomas: Berbahagialah mereka yang tidak pernah melihat hal-hal spektakuler, namun percaya. Saya mulai memahami hal ini perlahan-lahan pada saat kuliah di tahun pertama. Pengalaman saya di kemudian hari sebagai seorang istri pendeta dan seorang misionaris membantu saya melihat lebih jelas bahwa Allah berurusan dengan kita seorang demi seorang. Dia memanggil setiap dombaNya menurut nama mereka. Dia mengetahui apa yang kita butuhkan ketika kita berjalan bersama-Nya.
Demikianlah arti pemuridan kita. Pemuridan berarti belajar untuk percaya, terlepas adanya bukti atau tidak untuk terus percaya. Pemuridan berarti belajar untuk mempercayai Allah yang penuh kedaulatan dan kasih untuk melakukan yang terbaik bagi kita, baik ketika Dia melakukannya secara dramatis atau sebaliknya dalam keheningan.
Bagaimana cara Allah bekerja di dalam hidup Anda? Apa yang telah Anda pelajari mengenai Dia yang begitu mempengaruhi hidup Anda? Sampai di manakah pemahaman Anda tentang Allah dan apa yang sedang dilakukan-Nya di dalam dan melalui hidup Anda? Jawaban Anda atas pertanyaanpertanyaan ini akan mengungkapkan kondisi pemuridan Anda.
Banyak wanita dan pria menjadi murid Sang Juruselamat di Israel dua ribu tahun lalu. Mereka mengikuti-Nya, mendengarkan-Nya, belajar dari-Nya, dan melayani-Nya.
Tidak seperti mereka, kini kita tidak dapat melihat, menyentuh, dan melayani Yesus secara fisik. Kita diminta untuk “hidup karena percaya, bukan karena melihat.” Namun pemuridan kita bisa sama konkritnya seperti pemuridan mereka. Kita memiliki Alkitab untuk menuntun kita dan juga persekutuan dengan saudara seiman untuk menjaga dan menegur kita.
Di sekolah kita belajar secara bertahap, mulai dari penambahan ke pengurangan lalu ke tabel perkalian, kemudian pecahan, persentasi, persamaan dan berbagai dalil.
Kita sering mengecam Tomas, “si peragu”, tetapi siapakah di antara kita yang tidak akan ragu pada kebangkitan? Menariknya, Yesus tidak marah kepada Tomas. Warisan sejati dari Tomas bukanlah suatu keraguannya, melainkan iman yang luar biasa. Sejarah menyata-kan bahwa ia kemudian menjadi seorang rasul di wilayah timur.
Kita mempelajarinya supaya kita bisa menghitung saldo tabungan, bekerja di bank, atau menjadi seorang ilmuwan. Semua pembelajaran itu bertujuan baik.
Yesus, Sang Mahaguru, membimbing setiap kita dengan cara yang berbeda-beda agar kita mempelajari apa yang perlu kita ketahui. Setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Yesus menerima masing-masing dari kita apa adanya dan mulai berkarya dalam keadaan kita itu, tetapi selalu demi mencapai satu tujuan. Dia hendak mengubah kita yang tadinya tidak peduli kepada Allah lalu mau mengenal-Nya, hingga masuk dalam suatu hubungan akrab sebagai anak-Nya. Dia menggerakkan kita dari seseorang yang tidak punya iman kepada pribadi yang beriman, hingga dapat memiliki keyakinan iman yang tak tergoyahkan pada Allah yang hidup. Dia mengajar kita untuk melihat masa-masa sulit sebagai cara Allah untuk memperbarui pemikiran kita mengenai diri sendiri dan juga tujuan hidup kita.
Kita menjalani hidup bersama Allah setiap hari sebagai seorang murid agar kita bisa membedakan yang baik dari yang jahat. Kita melangkah maju menuju kedewasaan.