6 minute read
Sukacita
empat
Sukacita
Setibanya di kubur tersebut, apa yang mereka temukan? Markus memberi tahu kita bahwa “mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling” (mrk. 16:4). Pada saat itulah, Maria Magdalena kembali mendapat pelajaran baru dalam proses pemuridannya. Pagi itu, Maria Magdalena berangkat dengan serangkaian harapan dan dengan begitu cepat semua harapannya itu terbuyarkan. Yohanes melaporkan peristiwa itu sebagai berikut:
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu dimana Ia diletakkan!”
Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak di dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.
Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah. Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis is menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. (20:1-12)
Ketika melihat batu besar itu telah terguling, Maria pun berasumsi. Ia menyimpulkan bahwa tubuh Yesus telah diambil orang dan diletakkan di tempat lain. Pada saat itu, yang terpikir olehnya hanyalah Yesus yang telah mati. Ia telah menyaksikan Yesus mati. Ia telah melihat Yesus dibaringkan di kubur ini.
Setelah berlari mencari Petrus dan Yohanes, lalu mengikuti mereka kembali ke kubur, kini ia hanya berdiri di luar sambil menangis. Inilah guncangan terberat yang pernah dialaminya. Ketegangan emosional yang luar biasa besarnya telah terpupuk sejak beberapa minggu sebelumnya. Ketika berdiri di sana, Maria mungkin mengenang perjalanan terakhir mereka dari
Galilea ke Yudea, suatu perjalanan sepanjang 112 kilometer ke Yerusalem. Salah satu yang diingatnya adalah nubuat Yesus yang mencemaskan tentang kematian-Nya. Namun semua itu terpadamkan oleh meriahnya arakarakan masuknya Yesus ke Yerusalem. Maria
mendengar banyak orang mengelu-elukan, “Hosana bagi Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Hosana di tempat yang maha tinggi!”
Maria pernah berdiri di Pelataran bagi Kaum Wanita dan menyaksikan Yesus memasuki Bait Suci dan menjungkirbalikkan meja-meja para penukar uang. Maria merasa bangga ketika Yesus mengusir para pedagang jahat yang memperdaya para peziarah miskin yang datang ke Kota Suci itu untuk merayakan Paskah. Maria menahan napas ketika melihat murka para imam kepala dan orang Farisi saat Yesus mengajar untuk terakhir kalinya di pelataran Bait Suci.
Maria Magdalena mungkin hadir di rumah Simon si kusta ketika Maria dari Betania mengurapi Yesus. Jika demikian, ia pasti mendengar Yesus kembali menubuatkan
Maria menyimpulkan bahwa tubuh Yesus telah diambil orang . . . yang terpikir olehnya hanyalah Yesus yang telah mati.
Yesus memilih 12 pria sebagai murid-muridNya. Dari semuanya, hanya Yohanes yang tercatat tetap tinggal bersama Yesus ketika Dia disalibkan. Sebaliknya, setidaknya ada tiga wanita berada di sana, termasuk
Maria Magdalena.
kematian-Nya. Maria Magdalena mungkin hadir di persidangan Yesus. Kita tahu ia ada di sana ketika Yesus digiring untuk dihukum mati. Maria hadir saat paku menembus tangan dan kaki Yesus. Maria hadir saat lambung-Nya ditikam tombak. Maria hadir saat langit berubah menjadi gelap di tengah siang bolong dan gempa bumi hebat membelah bukit batu dan kuburan. Maria berdiri bersama para wanita lainnya di kaki salib dan menyaksikan Pribadi yang telah melepaskan dirinya dari tujuh roh jahat, tetapi seakan tidak berdaya menyelamatkan diriNya sendiri. Maria menyaksikan kematian Yesus.
Berbagai gejolak peristiwa yang terjadi sepanjang minggu itu terasa begitu menyentak. Ia merasakan kembali tajamnya kontradiksi saat ia mengingat orang-orang menyerukan “Hosana” di suatu hari dan “Enyahkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” hanya beberapa hari kemudian. Maria yang mengalami gejolak emosi itu kini berdiri di dekat kubur, tertekan, hancur lebur karena memikirkan bahwa, bahkan dalam kematian pun, Yesus masih dianiaya. Jasad-Nya telah diambil. Isak tangis Maria mengungkapkan harapan yang buyar dan keputusasaan yang dirasakannya.
Maria berdiri di luar kubur sambil menangis. Sembari terisak, ia melongok ke dalam kubur dan melihat dua malaikat berpakaian putih, duduk di tempat tubuh Yesus terbaring sebelumnya, satu di kepala dan satunya di kaki.
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?”
Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (yoh. 20:13-14)
Ketika Maria dan para wanita lainnya tiba di kubur itu pagi-pagi, Maria bergegas mencari Petrus dan Yohanes. Sementara itu, yang lainnya memasuki kubur dan bertemu malaikat yang berkata: “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga” (luk. 24:5-8).
Namun Maria Magdalena yang sedang menangis tidak mendengar perkataan tersebut diucapkan sebelumnya dan tidak menunggu untuk mendengar kata-kata pengharapan tersebut ketika ia melihat para malaikat. Begitu dibutakan oleh dukanya, Maria justru berpaling dari mereka. Ketika memalingkan wajahnya, Maria melihat seorang pria berdiri di dekat tempat itu. Pria itu berkata persis seperti yang baru saja didengarnya dari para malaikat dalam Yohanes 20:15-18: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?”
Gejolak peristiwa yang terjadi di sepanjang minggu itu terasa begitu menyentak. Isak tangis Maria mengungkapkan harapan yang buyar dan keputusasaan yang dirasakannya.
Kata hosana digunakan sebagai suatu seruan pujian dan pengagungan. Intinya, inilah seruan memohon keselamatan. Kata tersebut bermakna “menyelamatkan” atau “menolong”.
Maria menyangka orang itu penunggu taman, lalu berkata kepadaNya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.”
Kata Yesus kepadanya: “Maria!”
Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru.
Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”
Maria Magdalena pergi dan berkata kepada muridmurid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Kemudian apa yang dibutuhkan untuk membawa Maria dari dukacita menjadi sukacita, dan untuk mendorong Maria supaya ia bersedia menjadi saksi? Hanya satu hal saja. Yesus memanggil nama Maria dengan suara yang dikenalinya, dan itu saja sudah cukup.
Gembala yang Baik memanggil nama domba yang sedang bersedih ini, Maria, dan ia mengenali suara-Nya. Perasaannya yang kacau kini telah kembali tenang.
Dia yang telah mati, kini hidup kembali. Dia yang membebaskannya dari tujuh roh jahat, kini kembali bersamanya. Diliputi sukacita luar biasa, Maria mengulurkan tangan ke arah-Nya.
Dengan lembut Yesus meminta Maria supaya tidak menjamah-Nya dan memberinya tugas: Pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku. Seketika itu juga, murid yang semula berdukacita ini menjadi sangat bersukacita: Sang Guru hidup! Kini ia memiliki tugas yang harus dikerjakannya.
Hal keempat yang kita ketahui tentang Maria Magdalena adalah bahwa ia diutus oleh Yesus sebagai saksi pertama dari kebangkitan-Nya. Dia memerintahkan Maria untuk memberitahukan kabar baik ini kepada saudara-saudara-Nya. Agustinus menyebut Maria Magdalena sebagai “seorang rasul bagi para rasul.”
Sudut pandang Maria pernah terpaku hanya memandang masa lalu. Pikirannya pernah hanya berpusat pada suatu jasad. Hanya Kristus yang hidup itulah yang dapat mengalihkan pandangannya ke masa lalu menuju ke masa depan. Di masa depan itulah, ia harus pergi dan menyampaikan kabar baik.
Apa yang dibutuhkan untuk membawa Maria dari dukacita menjadi sukacita? Hanya satu hal saja. Yesus memanggil nama Maria dengan suara yang dikenalinya.