Majalah saga edisi ii (halaman 40 59)

Page 1

Sawahlunto International Music Festival 2012

Lantunan Musik di Kota Eksotik Foto Arie Pratama Putra Teks: Rolly F.

“Waw, Sawahlunto makin eksotik di malam hari," decak kagum Hasan, pemain jimbe grup Musik Akustik Teater Imambonjol, salah satu peserta Sawahlunto International Musik Festival 2012 (kawasan Silo 1-3 Desember 2012). Ini hanya salah satu kesan dari sejumlah keterkesimaan lainnya mengenai keindahan Sawahlunto. Apalagi, sepanjang festival yang diikuti peserta dari lima benua ini berlangsung, Sawahlunto seperti didendangkan dan dimanjakan sepanjang hari. Sampai larut malam, dentingan kecapi dari India dan Afrika, gesekan biola 40

/Desember 2012

Eropa, tingkah keroncong Jakarta, hingga galuik tangkelek dan saluang, seakan mendongengkan Kota Arang ini dari suara-suara brisik. Lengkap sudah bangunan suasana sebuah kota yang dinamis. Kota yang progresif; bergerak maju dan tak punya kehendak berdiam diri setelah batu bara tidak lagi bisa ditambang. Ide kota wisata tambang pun telah lama digulirkan. Agenda-agenda kebudayaan pun direalisasikan oleh pemerintahan kota. Sawahlunto International Musik Festival di antarta agenda seni-

budaya yang paling sering menjadi topik pembicaraan. Festival ini dihelat sekali seteahun sejak tiga tahun lalu. Telah tampil musisi-musisi dunia di tanah Sawahlunto yang rata-rata mereka sebut sebagai kota yang eksotik. Cerita tentang Sawahlunto yang eksotik ini tentu telah mereka perdengarkan pula di negeri mereka masing-masing. Begitulah seterusnya, Sawahlunto akan menjadi pembicaraan dunia; tempat bermain musik paling dinantinanti. /Desember 2012

41


Seni

CERPEN

Cerpen Yudhistira

Kutukan Malin Kundang

Ilustrator Rolly Fardinan

Kisah ini terjadi pada suatu Minggu tengah hari. Tepatnya pada tanggal luka, bulan derita, tahun bencana. Di Pantai yang sedang ramai oleh pengunjung itu, tiba-tiba riuh oleh kejadian mengejutkan. Sebuah batu karang yang konon berasal dari seorang manusia bernama Malin Kundang1 yang dikutuk ibunya menjadi batu, telah terlepas dari kutukannya tepat ketika matahari sejajar tegak lurus dengan kepala. Awalnya tidak ada yang menyadari kejadian tersebut. Sehingga orang-orang hanya asik melakukan aktivitas masingmasing. Berlari-larian di bibir pantai, makan siang dengan keluarga, berbincang dengan

42

/Desember 2012

pasangan dan bahkan bercinta di sudut karang. Tentu saja orangorang itu sudah tidak mempertanyakan lagi kenapa seorang ibu sampai tega mengutuk anaknya menjadi batu. Atau kenapa tidak mengutuknya menjadi orang yang bijaksana saja. Apalagi mencoba menerkanerka tentang efek dari kutukan itu pada generasi selanjutnya. Namun begitulah, Minggu siang yang cerah itu tetap menjadi kisah kutukan baru. Bermulai dari pengamatan Joniey yang sejak tadi duduk sambil memeluk pacarnya dari belakang dan bermanja-manja di salah satu sudut karang tepat berhadapan dengan batu

tersebut. Dengan tidak sengaja ia melihat batu terkutuk itu menggeliat-geliat. Tanpa berpikir panjang, dia berdiri dengan tergesa-gesa. Sehingga pacarnya yang bernama Etiey terperanjat dari suasana manja karena mengira ada yang datang menggerebek mereka. “Ada apa, Uda2? Apa Satpol Pamong Praja memergoki kita?” “Bukan, tapi batu itu.” “Batu apa?” “Batu terkutuk.” “Batu terkutuk apa maksud, Uda?” “Batu Malin Kundang.” “Kenapa dengan batu itu?” “Dia bergerak.” “Bergerak bagaimana?” “Aku melihatnya menggeliatgeliat.” Segera Etiey melihat ke arah

batu Malin Kundang. Setelah memastikan bahwa batu itu benar-benar menggeliat, ia segera menyuruk ke belakang Joniey. “Uda, sebaiknya kita pergi dari sini. Sepertinya di batu terkutuk itu telah bersarang jin laut.” Joniey yang penasaran dengan kejadian itu tidak menghiraukan ajakan kekasihnya. Tetapi malah berjalan mendekati batu tersebut. Semakin dekat, semakin jelaslah terlihat gerakan menggeliat. Dengan cepat kabar berita menyebar keseluruh penjuru. Dan tidak aneh pula kalau kejadian di pantai tersebut akhirnya menjadi sorotan media massa lokal, nasional, bahkan juga internasional. *** Batu Malin Kundang semakin menggeliat dengan cepat. Sehingga orang-orang yang bertambah ramai mengelilinginya mulai berimajinasi macammacam. Ada yang beranggapan bahwa ini adalah pertanda kiamat akan segera datang. Ada juga yang cemas, lalu menghubung-hubungkannya dengan pasang surut dan tsunami. Bahkan ada pula yang beranggapan bahwa di dalam batu tersebut telah bersarang Dajjal dan sekarang ingin menampakkan wujudnya. Dan bermacam-macam kiraan lagi. Sedikit demi sedikit, akhirnya dari batu itu menyumburlah sebuah ujung jari. semakin lama semakin panjang ia keluar dan menyusul jari-jari yang lain. Tepat ketika sampai pada telapak

tangan, langsung Joniey yang semakin terdesak oleh kerumunan massa, terperanjat dan melambung mundur dengan spontan. Sehingga massa yang lain jadi ikut terkejut dan bersurut beberapa langkah. Semakin jelas wujud itu mengeluarkan dirinya dari cangkang batu, semakin teganglah suasana. Sebagian orang ada yang langsung mengemas barang, mencari keluarga dan meninggalkan pantai. Namun banyak juga yang berdatangan karena penasaran. Akhirnya batu tersebut pecah. Lepaslah seseorang dari kungkungan batu. Langsung dia melihat ke arah laut dan mencoba mencari-cari sesuatu dengan matanya. Tak lama ia mulai menggerakkan badannya dan mencoba menoleh ke garis kiri dan kanan laut. Tetapi sepertinya ia tak menemukan sesuatu yang dicari. Lalu ia menoleh ke arah massa yang berkerumunan di belakangnya. Makin lama raut wajahnya semakin terlihat heran. “Dari sinikah asal kalian?” Dia bertanya kepada orang-orang yang mundur perlahan-lahan dan tetap diam. “Adakah kalian melihat kapal yang aku labuhkan disana tadi pagi lengkap dengan awak dan istriku?” Sambil menunjuk ke arah laut dibelakangnya. Orang-orang terus mundur dan tak ada yang berani menjawab pertanyaannya. Sehingga dari kerumunan itu tertinggallah Joneiy di barisan

depan dengan wajah yang semakin heran. Melihat Joneiy tak beranjak dari tempatnya, segera orang tersebut mendekatinya dan langsung mengulang pertanyaan. “Adakah kau melihat kapal dan istriku, Puti Campo yang cantik rupa? Kapal tersebut baru saja aku labuhkan di antara karang itu tadi pagi.” Melihat Joneiy tidak juga menanggapi pertanyaannya, dia langsung mengeluarkan dompet kain dari balik ikat pinggangnya yang terbuat dari sulaman benang sutra berwarna emas. “Ini, ambillah. Uang itu cukup untuk membeli biduk dan jaring penangkap ikan.” Katanya sambil menarik tangan Joneiy dan meletakkan dompet tersebut ketelapak tangannya. “Sekarang tolong jawab pertanyaanku. Adakah kau melihat kapal dan istriku?” Dengan ragu dan bercampur takut, akhirnya Joniey memberanikan diri juga untuk bicara. “Kaukah Malin Kundang?” Tanya Joneiy kepada orang yang masih memegang tangan dan menatap matanya itu. Langsung ia melepaskan tangan Joneiy dengan ekspresi yang berubah menjadi angkuh. “Ya, akulah Malin Kundang. Seorang anak yang menanggung kemiskinan karena sebab perangai mamak-mamak yang tidak peduli pada kehormatan rumah gadang, lalu dihina oleh orang-orang di kampungnya. Sehingga terpaksan meninggalkan kampong untuk

/Desember 2012

43


mencari kekayaan di rantau orang. Hari ini aku kembali dengan bara dendam untuk memperlihatkan harta kekayaanku kepada mereka dan memastikan bahwa kehormatan keluargaku lebih tinggi dari mereka. Selain itu aku juga ingin menemui ibu yang telah mengoyak-ngoyak ruang rinduku.” Lalu ekspresinya berubah jadi sedih. “Tapi aku belum milihat dirinya semanjak aku berlabuh.” “Jadi benar, kaulah Malin Kundang si anak durhaka yang dikutuk ibunya sendiri menjadi batu itu.” Dengan tidak percaya. Mendengar ucapan Joniey tersebut, Malin Kundang langsung kaget dan menatap tajam kepada Joneiy. “Apa maksudmu dengan anak durhaka yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya sendiri?” “Kau tidak menyadari kedurhakaanmu, Malin Kundang? “Aku anak yang durhaka?” Tanyanya pada Joniey dengan rasa tidak percaya. “Ya.” “Durhaka bagaimana?” “Durhaka pada ibumu.” “Durhaka pada ibuku?” Kata Malin Kundang sambil mengirangira maksud dari perkataan Joniey dengan heran. Namun setelah sekian lama, akhirnya dia bicara juga. “ Apa kau tidak salah, anak muda. Mungkin akulah orang yang paling taat pada ibunya di atas dunia ini. Orang yang paling tidak pernah membantah perintah ibunya. Ketika aku disuruh pergi merantau, maka aku pergi

44

/Desember 2012

dengan hati yang luluh lantah meninggalkannya disini sendiri. Saat aku disuruh mencari harta sebanyak-banyaknya agar orang-orang di Nagari ini menghormati kami, maka aku cari harta dan kehormatan itu. Ketika aku diajarkan tentang hinanya menjadi orang miskin, maka aku tanamkan dalam hidupku bahwa orang miskin adalah orang yang hina. Ketika aku diajarkan bahwa orang berharta itu adalah harga mati untuk suatu kehormatan, maka aku lihat kekayaan adalah harga mati bagi kehormata seorang manusia. Jika begitu, pantaskah aku disebut sebagai orang yang durhaka kepada ibunya? “Tapi kau tidak mengakui ibumu?” “Bagaimana bisa kau mengatakan aku tidak mengakui ibuku? Bahkan bertemu dia saja, aku belum.” “Lalu bagaimana dengan seorang ibu tua yang menyembah-nyembah dikakimu dan mengaku sebagai ibumu itu?” “Oo, maksudmu adalah seorang ibu tua miskin dan hina yang memelukku ketika aku turun dari kapal tadi?” “Iya.” “Dia bukanlah ibuku, anak muda. Karena ibuku bukanlah seorang yang miskin dan hina. Bagi kami, kemiskinan dan kehinaan telah raib ketika aku diberikan ajaran oleh ibuku sewaktu akan pergi merantau. Sejak itu tidak ada lagi yang namanya kemiskinan dan kehinaan buat kami. Jika masih

ada kehinaan dan kemiskinan itu pada kaum kami, maka itu tak lain adalah milik mamakmamak kami. Jadi, merekalah orang-orang yang miskin dan hina itu. Ibuku adalah seorang yang kaya dan terhormat.” “Tapi kenyataannya kau tetap saja seorang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya sendiri.” “Kau mengira bahwa aku telah dikutuk menjadi batu oleh ibuku? Tidak, anak muda. Aku disana tertidur ketika menunggu ibuku datang menyambut anaknya yang telah berlayar dari rantau dengan sekapal harta, terhormat dan membawa seorang istri yang cantik rupa. “Tapi ibumu tetap saja miskin dan tidak memiliki apaapa.” “Adakah seorang Bundo Kanduang yang ketika mengasuh anaknya di negeri ini, pantas menjadi atau pun disebut sebagai orang yang miskin dan hina? Jika itu terjadi pada dirinya, maka orang pertama yang patut dipertanyakan adalah mamak-mamak dari anak Bundo Kanduang itu. Seperti apa tanggung jawabnya menjaga kemenakan dan pewaris rumah gadangnya?” “Kenapa pula harus mamakmamak yang dipertanyakan dan bertanggung jawab pada kemenakannya, Malin Kundang. Bukankah, mamak itu hanyalah adik lelaki dari ibu?” “Tunggu sebentar anak muda.” Malin Kundang berpikir dalam keheranannya sambil mengetuk-ngetukkan

telunjuknya ke kening dan mencoba mengingat-ingat sebuah kejadian. “Ketika tertidur tadi, aku memang bermimpi aneh. Aku telah melihat banyak hal-hal baru yang sangat buruk sekali pada masyarakat nagari ini. Kejadian aneh tersebut justru bermulai dari ketidak pahaman orang terhadap status yang disandangnya.” Tiba-tiba ekspresi Malin Kundang berubah seperti tidak percaya saat melihat kepada kerumunan massa. “Apakah kalian orang-orang dalam mimpiku itu?” “Seperti apakah orang-orang dalam mimpimu itu, Malin Kundang?” Sambil mengira-ngira, Malin Kundang mencoba mendeskripsikan gambarannya. “Orang-orang yang durhaka.” “Seperti apa kedurhakaan mereka?” “Merekalah anak yang membuang ibunya. Dan merekalah mamak-mamak yang durhaka pada kemenakan, pewaris rumah gadangnya.” “Bagaimana bisa hal seperti itu kau katakan, Malin Kundang?”

“Bagaimana tidak. Tiada lagi penghormatan kepada ibu, Bundo Kanduangnya. Dengan gampangnya seorang anak melepas pakaian pemberian ibu dijalan yang tidak mereka pahami seluk-beluknya. Apalagi terhadap perangai mamakmamak yang telah menggadaikan isi rumah gadangnya demi kepentingan pribadi. Kalianlah orang-orang yang sedang dilanda krisis moral. Jadi, Jika aku benar-benar kalian anggap sebagai orang yang durhaka dan pantas dikutuk oleh ibuku, bagaimana pula aku harus menilai kalian dengan kedurhakaan-kedurhakaan yang lebih besar ini? Dan seperti apa pula kutukan yang pantas kalian dapatkan?” “Tapi kau tetaplah simbol kedurhakaan itu, Malin Kundang.” “Jika Malin Kundang benarbenar kalian anggap sebagai simbol sebuah kedurhakaan manusia, maka kalianlah Malin Kundang-Malin Kundang itu. Dan jika hukuman yang pantas bagi seorang Malin Kundang adalah kutukan, maka dengan ini

atas nama harga diri Bundo Kanduang dan rumah gadang, aku kutuk pula kalian sebagaimana mestinya.” Petir pun menyambar keras seperti ketika Malin Kundang dikutuk menjadi batu dahulu. Dalam seketika orang-orang menerima kutukan. Dari luar mereka tetap kelihatan seperti biasa, tak terlihat perubahan fisik atau anatomis. Tapi bila melihat perilaku mereka, ada yang sudah jauh berubah. Merekalah Malin Kundang baru. Hati dan pikiran mereka membatu. Kayutanam – Pekanbaru, 2012 Catatan: 1. Malin Kundang; Tokoh cerita legenda masyakarat dari Sumatera Barat yang dikutuk menjadi batu karena durhaka kepada ibunya 2. Uda; Panggilan untuk lelaki yang lebih tua. Perempuan Minangkabau juga memanggil pasangannya dengan sebuatan ini

Yudhistira, lahir di Padang, Sumatera Barat pada tahun 1985. Mendapat pendidikan di INS Kayutanam dan STSI (ISI) Padang Panjang pada jurusan musik. Sehari-hari aktif berkesenian di Sanggar Seni Dayung-Dayung

/Desember 2012

45


SAJAK

YORI KAYAMA

Dari kota tempat Malin itu dikutuk, kami terus menuju lampu-lampu ke atas bukit yang di bawahnya sehamparan pantai Bungus lalu kami saksikan retak batu dan beriak air yang jatuh dari pangkal menuju dasar. Akuilah bahwa sebenarnya ada hal lain di balik malam.

ASRI ROSDI

SEJARAH Aku kembali ke tempat asal, dalam sebuah goa dari tanah liat yang membatu Di sini merembes air dari sela batu,cahaya hanya sebias remang dalam kegelapan yang sunyi, kilatan lumut dan getaran halus Selebihnya tinggal detak jantung dan helaan nafas Keluar masuk paru; La ila ha illallah La ila ha illallah Begitulah aku meninggalkan dunia yang biasa, bukan sekedar membelaknginya bahkan pelahan aku menghapusnya, dari pemikiran, dari perasaan dari semua panca indra, aku berada dalam dunia tiada apa-apa, Hanya aku dan Dia, aku tak melihatnya, aku meraba-raba dengan rasa, Rasa tak ada semuanya, rasa yang terus meraba-raba rasa sendiri rasa terjauh rasa ada yang mengawasi

Demikian sunyi, hanya ada embun yang naik ke kulit dan wajah kami. Kami hitung pucuk-pucuk daun yang kami tingalkan. Ombak berdentum, bahwa dari tengah laut Tarusan akan ada kapal-kapal yang hendak menepi menuju jalan-jalan tempat kami membuat kecewa; pedih begini kerap timbul pada yang pergi dan yang datang hanya mengendap ke rupa malam.

Ilustrator Rolly Fardinan

PERJALANAN MALAM BUTA

Seperti kali ini, kami akan terus mengambil nafas, getar angin berkali-kali menerpa tulang dada esok mungkin tiada, sebab kami akan melihat kota-kota terbenam ke dalam mimpi kami. Hanya sepi. Menusuk. Lalu mati akan sia-sia Menyembunyikan gigil.

Aku tak lagi dalam waktu dan keinginan apa pun

Padang-Kambang,2012

Hanya deru nafas, rasa ada, rasa hangat, rasa getaran yang terus berulang berulang lagi berkesinambungan terus menerus terus tiada henti

YORI KAYAMA

Irama nafas dalam paru, aliran darah dari ujung kaki mengalir naik ke sekujur kaki, tubuh punggung kepala, ubun-ubun, lepas dari kepala menuju sesuatu diluar tubuh di lelangit goa, menjalar ke segenap lorong goa kembali lagi ke ubun-ubun ke seluruh tubuh sampai lagi ke ujung-ujung jari-jemari tangan dan kaki

DARI KETINGGIAN PAUH Di pauh, Padang tampak seperti lampu-lampu aku diberi malam, sekaligus seribu cahaya yang samar dari jauh.

Aku mulai merasa hidup Berulang-ulang, berulang lagi terus menerus berkesinambungan tiada henti khusuk berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahuntahun, berabad-abad tiada henti terus dan terus lagi sampai aku merasa tiada yang tinggal hanya Kau sendiri

Berapakah lama aku tahan cuaca begini sementara langit tak bersetia menjunjung gunung, dan dari arah yang sama, juga di Pauh, aku menyaksikan Padang telah padam. Maka berikan juga carut yang melebihi sumpah serapah itu, benamkan ke dalam kepala dan sumbat kuping sebelah kiri,

Padang, 9 September 2012

tanamkan ke jantung, agar detaknya abadi sampai di nadi. Kemudian aku ingin bertanya. Lahir 29 Oktober 1960.Penyair dan juga pelukis ini lulusan Institut Nasional Syafe’i Kayutanam, Sumatera Barat.

YORI KAYAMA Lahir di Pasar Lakitan Pesisir Selatan 1 Mei 1990. Sedang menamatkan kuliah di Jurusan Sastra Indonesia Universitas Andalas. Beberapa karya sudah dipublikasikan di media lokal dan nasional. Dan tergabung dalam beberapa antologi puisi dan beberapa kali diundang dalam acara-acara sastra. Bergiat di Komunitas Teater Nan Tumpah, Halaman Pantai dan mendirikan Komunitas Ruang Gelap.

Di luar apa yang jatuh? Hujan atau bunyi batu. Padang, 2012

46

/Desember 2012

/Desember 2012

47


CERPEN tidak memakai jilbab.

biasa lagi. Akhirnya

obatinya. Ungku pun

rasaki mah (nanti akan

Ungku tidak

Ungku di hantarkan

menceraikan istri yang

ada reski). Warga yang

memukulnya dengan

warga ke Parak Pisang.

dulu dinazarkan juga

diambil garamnya tidak

kepadanya. Cerita

merasa dirugikan. Sebab

tentang Ungku Saliah

mereka percaya dengan

pun semakin menyebar

perkataan Ungku.

dari mulut ke mulut.

Memang garam yang

Akhirnya banyak yang

diambil tersebut akhirya

berguru kepada Ungku.

menumbuhkan rezeki

Tidak hanya mengobati.

kepada pemilik garam.

Orang yang bersedekah

Bahkan anak-anak

kepada ungku acapkali

penjual garam tersebut

mempunyai rezeki yang

memang mendapatkan

banyak. Akhirnya selain

reski hingga sekarang.

keras. Ungku hanya memukulnya dengan ranting kecil. Kegeraman warga pun

sudah muai berdatangan

Rambio masih di daerah

untuk tinggal di Parak

Sungai Sariak. Walaupun

Pisang. Hingga Parak

demikian Ungku tetap

Pisang menjadi seperti

diberikan makan dan

pasar. Ini disebabkan

tidak disiksa. Pada hari

keganjilan Ungku Saliah

jumat, keganjilanpun

terdengar di masayarakat banyak lewat mulut ke mulut (cerita) kedatangan masyarakat

ado lai ? ( angku, apa

akhirnya di kawal oleh

khutbah di mesjid Lubuk

diberikan oleh Ungku

muridnya. Bahkan murid

Bareh. Masyarakat pun

sangat manjur dan

yang belum ada ?) Itu a itu a . ko ko alun

memeriksa kurungannya.

berkhasiat. Masyarakat

Setelah diperiksa

yang sakit pun sehat.

ternyata Ungku masih

Keganjilan Ungku terus

berada dalam kurungan.

diceritakan. Sampai ada

samapi pada tujuan.

Walaupun demikian

Disini Ungku kembali

Ungku lebih sering

menunjukan ke

berbelanja dengan uang

anehannya. Ke empat

sedekahan masyarakat.

murid Ungku Saliah basa

Ungku suka berjalan

kuyup. Sedangkan Ungku

jalan ke pasar. Pernah

tidak basah. Bahkan

terjadi kepada seorang

Ungku yang saat itu pakai

ungku saliah tetap

penjual garam. Ungku

celana putih dan

menerima nazar dari

mengambil garamnya.

tengkelek. Tidak terkena

masyarakat yang di

Lalu berkata beko ado

sedikitpun oleh percikan

Sariak Pariaman

halamannya. Tidak lama

melarikan diri. Akhirnya

Untuk mengambil ungku

Keganjilannya pun

murid yang rajin. Ketika

kampung Ungku Saliah.

setelah kepulangan

ungku pun di ikat masih

sebagai menantu. Banyak

terkenal sampai ke

gurunya sakit beliau

Sedangkan ibunya hanya

Ungku. Ungku mulai

di Surau Rambio. Selang

saat itu warga yang

Padang. Bahkan

mengantarkannya ke

berperan sebagai ibu

bertingkah aneh. Pada

berapa lama sampai hari

mempunyai nazar yang

beberapa rumah makan

Tandikek dan belajar

rumah tangga.

waktu itu jawi ( sapi )

jumat pun tiba. Ungku

sama. Tapi ungku saliah

yang ada di Padang

disana.

Keganjilannya memang

yang terikat

didapati warga ikut sholat

tetap memperistri empat

sudah ada sejak kecil.

dilepaskannya. Hal ini

berjamaah di sebuah

orang.

Hingga Dawaik belajar

tentu membuat geram

mesjid lainnya.

dengan gurunya tersebut.

warga. Apalagi pemilik

Masyarakat mulai merasa

sapi tersebut. Selain itu,

heran dan menyadari

Ungku juga sering

tingkahnya sudah tidak

/Desember 2012

memukul wanita yang

Ungku tidak berteduh.

menawarkan kepadanya.

Ungku Saliah termasuk

Tandikek bersama

Sambil menujuk

berjalan terus hingga

mendapatkan qaromah.

Ayahnya mengajarkan

Saat hujan lebat.

)

dari masyarakat yang

berobat dengan ungku.

dari murid Syekh

sampai empat orang.

itu itu, ini juga belum ada

Ungku Saliah. Mereka

berpendapat ungku bisa

Setelah belajar dari

yang menemani Ungku

mendapatkan sedekah

pulang ke kampung

mempunyai agama.

ado lai ha itu ciek lai. (

aneh oleh masyarakat

Begitupun murid-murid

anak- anak di Sungai

Dawaik belajar agama

Ungku apo nan indak

Ungku salih yang dinilai

nunjuk Ungku pun

dimakamkan di Ulakan.

mempunyai nama Si

berlimpahnya reseki.

Ternyata obat yang

orang biasa yang

keluarga yang

kepada ungku.

akhirnya berujung pada

menemukan beliau

yang mmebuat nazar saat

Ungku Saliah yang

masayarakat bertanya

disinggahi Ungku Saliah

obat kepada Ungku.

Masayarakat

sudah dibesarkan dari

kepada ungku. bahkan

Setiap toko yang

seorang warga

gurunya. Ungku saliah

Dawaik memang

bersedekahpun banyak

tersebut untuk memintak

baca al quran kepada

sebagai penambah rezeki.

berobat orang

di surau. Tapi, salah

Burhanudin yang

menggunakan fotonya

48

tinggal di Parak Pisang

di kurung di Surau

memang masih dikurung

Ungku saliah adalah

Tidak berapa lama Ungku tersebut. Masyarakat

Ungku. Saat itu ungku

oleh Aidina Fitra

menjadi rumah ungku.

mulai memuncak. Ungku

mulai Nampak dari

Ungku Saliah

Parak pisang akhirnya

Walaupun demikian

/Desember 2012

49


Seni air. Ke empat murid ungku pun mengeluh. Awak basah nyo ndak basah do (kita basah tapi Ungku tidak basah ) Masyarakat Sungai Sariak kembali di takjubkan oleh ke ganjilan Ungku. Tahun 1949 Belanda masuk ke Sungai Sariak dengan kendaarannya. Saat itu semua orang disuruh belanda untuk menyerah. Masyarakat pun menunduk meminta

Semuanya dibawa oleh Belanda termasuk

saat dibawa ungku masih

Ungku. Ungkupun

sama seperti masyarakat

dipenjarakan diterminal

biasa. Dengan kaca

Sicincin. Berhari-hari ungku dalam tahanan. Tapi, saat hari Jumat tiba. Ungku ditemui masyarakat menjadi khatib di Mesjid Surau Atok Ijuak salah satu mesjid di Sicincin. Setelah sholat jumat usai dilaksanakan. Masyarakat bertanya. “Ungku indak di

ampun. Masyarakat yang

penjaro dek balando?”

berdiri di nilai

(bukankah ungku

menentang oleh belanda.

dipenjara oleh belanda ?) Belanda yang

Akhirnya ditembak mati.

mengetahui kabar Saat itu Ungku berada dalam mesjid bersama seratus muridnya. Mereka berzikir. Ungkulah yang memimpin zikir tersebut. Belanda yang mengetahui kegiatan itu. Langsung mengepung

tersebut. Langsung memeriksa tahanan. Ternyata Ungku masih berada dalam penjara. Mulai dari sinilah keganjilan Ungku pun diketahui oleh masyarakat Sicincin dan sekitarya.

mesjid. tembakan itu diletuskan secara bertubi tubi. Ke anehan mulai muncul. seluruh murid Ungku Saliah tidak terkena temabakan sedikitpun. Setelah selesai zikir. Peluru sudah banyak di sekitar mereka. Memang tidak ada yang terluka.

Pernah suatu ketika Ungku didapati sama tinggi dengan orang belanda. Orang belanda yang berbadan lebih tinggi dari masayrakat pun heran. Akhirnnya ungku saliah di periksa. Apa yang menyebabkan Ungku menjadi sama tinggi badanya dengan

50

/Desember 2012

CERITA ANAK NAGARI

orang Belanda. Padahal Ungkupun dihantarkan kembali ke Sungai Sariak. Begitulah kegenjilan Ungku Saliah.

pembesar kaki ngku pun

Hingga sekarang

diperiksa. Ternyata kaki

keganjilan Ungku masih

ungku saliah tidak

dipercaya. Ungku Saliah

menyentuh tanah.

tidak hanya seorang buya

Akhirnya ketakutan

yang mensyiarkan agama

orang belanda pun

islam. Tapi ungku juga

memuncak. Ungku

melakukan

akhirnya dibebaskan.

pembangunan. Termasuk

Tapi, saat itu ungku tidak

mesjid ungku saliah yang

mau pulang kalau tidak

masih kokoh hingga

di hantarkan kembali ke

sekaran Mesjidtersebut

daerahnya. Tingkah

adalah hasil dari

ungku membuat geram

rancangan ungku.

serdadu belanda yang berasal dari orang

Jam Terbang Randai Remaja Sungai Duo Di zaman modern ini, posisi kesenian daerah semakin tersudut. Kalau tidak dilestarikan, bisa jadi beberapa tahun ke depan lebyap dari permukaan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan kesenian daerah ini. Salah satunya dengan perlombaan, festival dan mendirikan komunitas kesenian.

***Cerita ini berasal dari Pariaman.

Indonesia. Dua orang serdadu memukul ungku saliah. Tidak lama setelah kejadian pemukulan itu. Tangan kedua serdadu itu membengkak. Hingga dua serdadu tersebut meninggal dunia.

D

i Sumatera Barat bagian selatan, 40 Kilometer dari tapal batas dengan Jambi, terdapat sekelompok remaja mesjid yang mendirikan grup randai. Remaja ini tergabung dalam organisasi remaja mesjid Baiturrahman Sungai Duo, Kabupaten Dharmasraya. Ketika muda mudi sibuk berkeliaran pada malam minggu, remaja mesjid Baiturrahman ini sibuk menari dengan musik-musik tradisional Minang. Sebahagian mereka memainkan peran jadi cindua mato, dan yang lainnya dengan perannya sendiri. Sesekali, terdengar suara “hepta, hepta”. Dengan pakaian adat, 19 remaja ini berputar mengelilingi peniup saluang dan tukang gendang. Kadang mereka terlihat seperti bersilat. Untuk memantapkan gerakan, remaja ini latihan tiap minggunya mulai dari jam Sembilan malam sampai jam 12

tengah malam. Grup randai yang berdiri atas kesadaran para remaja ini, mulai dikenal masyarakat. Sekarang, mereka tak sekedar menghibur masyarakat di kampungnya. Sejak berdiri tahun 2010 silam, mereka sudah sering mendapat undangan tampil dalam acara pernikahan dan acara alek nagari. Tak tangung-tangung, randai yang diberi nama Randai Remaja Anak Nagari ini sudah melalang buana hingga provinsi tetangga. Nama mereka sampai ke Riau. November ini, mereka juga akan tampil di Muaro bungo, Jambi. “Kita sejak berdiri sudah pernah diundang sekitar 20 kali. Tiap kesempatan, kita tampil maksimal 5 jam dengan cerita yang telah dipersiapkan,” Ujar Atun, Pembina grup randai remaja ini. Sekali tampil, mereka dibayar Rp2 juta. “Tapi itu tergantung lokasi juga, semakin jauh, semakin

mahal,” tambahnya. Grup randai ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Buktinya, tiap mereka tampil, selalu banyak yang menonton. Ramadhan, ketua remaja mesjid Baiturrahman ini mengaku senang dengan main randai. “Kepuasan tersendiri bagi kami ketika masyarakat member tepuk tangan saat tampil. Dan merasa terhormat telah ikut dalam melestarikan kesenian Minang ini.” Grup randai yang beranggotakan 9 anak perempuan ini terdiri dari pelajar SLTP dan SLTA. Mereka sama sekali tidak merasa terganggu sekolahnya dengan bermain randai. Karena mereka menggunakan waktu libur. Bagaimana dengan remaja di daerah lain? Mungkin lebih hebat dari ini atau mungkin tidak berbuat apa-apa. [Arjuna Nusantara]

/Desember 2012

51


Opini

Zaili Asriel

BUDAYA Menulis belum menjadi budaya sekuat tradisi lisan di Minang. Terbetik gunjing orang Minang sekarang tak melahirkan buku. Kalaupun ada cendrung menawarkan topik sain dan budaya popular, mengabaikan kekuatan local yang sedang ditunggu masyarkat baca, dan karenanya kalah saing di pasar buku. Patut ada gerakan budaya menulis. Mahasiswa digenjot pemimpin umum SAGA Zaili Asriel supaya mentradisikan menulis. Pada unsur lain dipujikan Bhayangkari mengader Polwan menuliskan kehidupan. Semuan unsur yang ada di Minangkabau (ranah dan rantau yang mendunia) ditunggu menggerakkan budaya menulis.

52

/Desember 2012

MENULIS MINANG Meskipun kekuatan Minang pada tradisi lisan - pewarisan “dari mulut ke mulut”, namun tidak menghambat orang Minang (yang dalam sejarahnya) banyak menulis dan mewariskan banyak naskah klasik mulai dari manuskrip hingga naskah klasik cetakan. Sungguh pun demikian, terakhir ada isu dari dunia penerbitan, orang Minang sekarang tidak melahirkan buku lagi. Suara miring ini sedikit terkesan juga dalam pertanyaan arif pada pertemuan para “penulis nusantara” dengan “penerbit buku”, di Hotel Universal Bandung pertengahan 2012: bagaimana dunia perbukuan di Sumatera Barat?. Secara kategoris, fenomena ini membuat pangkal telinga kita merah terbakar. Namun substansi suara itu semakin menguat mencuat. Lihatlah dan baca dalam SAGA Utama hasil Dialog Pakar SAGA di Taman Budaya Sumatera Barat, 17 September 2012, terlontar selfcritic, “budaya Minang belum selesai”, sebut Hawari Siddik. Itu terindikasi, coba tunjukan mana budaya Minang yang monumental diwariskan?. Pertanyaan menantang dari salah seorang budayawan dalam dialog pakar SAGA itu, dipersandingkan dengan pertanyaan peserta lain: apakah buku-buku karya sastra genre syair yang ditulis para

ulama tak kalah besar dari gurindam-12 dan syair ulama sufi lainnya misalnya, dan hampir semua ulama Minang itu menulis syair, tidakkah boleh disebut warisan budaya?. Orang Minang bukan tidak melahirkan buku, banyak, tetapi belum dipublikasi secara luas. Akibat kurang publikasi warisan intelektual itu tidak banyak dikenal. Itu persoalannya, banyak buku karya tulis orang Minang dulu terutama yang ditulis ulama dan kaum cerdik cendekia, tidak banyak dikenal generasi sekarang. Perguruan tinggi di Sumatera Barat saja seperti enggan mengoleksi naskah klasih karya ulama itu di perpustakaan sebagai jantung akademiknya. Syukur saja ada individu dan kelompok peminat dengan kelembagaanya menghimpun karya ulama Minang dalam bentuk manuskrip dan naskah klasik cetakan lainnya. Gerakan gencar pula dilakukan oleh Balitbangdiklat Kementerian Agama RI – melalui Balitbang Lektur dan Khazanah, terakhir melakukan penelitian dengan peneliti Nurman Kholis dan E.Badari Yunardi. Penelitiannya dalam bentuk “inventarisasi karya ulama pada lembaga pendidikan Islam di Sumatera Barat dan menganalisis kontestasi karya tulis kaum muda dan kaum tua”. Dari seluruh gerakan pengumpulan

buku (manuskrip dan cetakan) orang Minang ini, masih banyak yang belum ditemukan dan koleksi yang ada di nagari-nagari pada tangan kolektor tradisonal terancam pula diboyong agen asing yang menawarkan harga tinggi. Dari fenomena ini perlu gerakan menulis dan menghimpun karya Minang, kalau tidak mau koleksi ini pindah keluar negeri setelah koleksi di Laiden- Belanda. Banyaknya warisan buku ulama dan karya intelektual yang diminati dan dicari kolektor dalam/ luar negeri itu, membuktikan sejak dulu orang Minang menulis, dan bukunya cukup menarik dunia. Sekarang pun bukan tidak melahirkan buku, tetapi yang dimaksudkan isu tadi “orang Minang sekarang tidak melahirkan buku”, justru dilihat dari sisi isi penerbitan dan pasar, amat kurang bahkan hampir tak ada orang Minang menulis buku tentang kehebatan budaya lokalnya (Minang genius) yang siap bersaing di pasar pebukuan. Buku yang banyak ditulis orang Minang sekarang terutama di perguruan tinggi di Sumbar yang hampir menerbitkan buku 100 topik buku/ perguruan tinggi negeri, adalah tema-tema dan topik-topik budaya popular, isu kontemporer dan sain modern. Buku itu diterbitkan terbatas, dan kalau ada satu dua diterbitkan penerbit besar, itu pun segera masuk wilayah persaingan hebat di pasar buku nasional dan rentan untuk kalah saing dan kalah laris. Harapan terbesardi samping merevitalisasi penulis asal Minang menulis kekuatan lokalnya, lahir penulis baru yang melahirkan buku-buku yang menawarkan kekuatan lokal Minangkau (Minang genius), misalnya tema-tema persandingan Islam dan adat, spasifik dan keistimewaan Minang dalam ketuntasan substansi budaya lokal Minang memperkaya

character building dan jati diri bangsa, artikulasi kebesaran dalam tokoh Minang dengan kekuatan budaya inklusifisme memperlihatkan watak cepat beradaptasi serta efektif menjadi safety valve (katup pengaman) konflik di beberapa kasus di ranah dan di rantau Minang yang mendunia, revitalisasi nilai dan peranan pemangku adat dapat menjadi proteksi gangguan keamanan yang membuat ketahanan masyarakat yang hampir “tidak ada celah masuknya” teroris ke wilayah subkultur Minang ini. Bagi kelahiran penulis baru, gerakan budaya menulis perlu dicanangkan oleh semua unsur kehidupan Minang, ranah dan rantau. Pencanangan budaya menulis terakhir diamati SAGA, pertama “lomba menulis polisi wanita dalam jajaran Polda Sumbar” dilaksanakan Bhayangkari diketuai Ny. Elok Indah Pramugari; kedua ajakan Pimpinan Umum SAGA Zaili Asril kepada 30 mahasiswa di IAIN Imam Bonjol. Zaili Asril yang juga pimpinan Padang Ekspres, Chief Operating Officer Riau Pos Media Group Padang, seorang wartawan senior dan kehidupannya penuh menulis sejak mahasiswa, tak pernah berhenti mengajak mahasiswa untuk terus menulis. Ajakan menulis itu ia sampaikan dalam berbagai forum mahasiswa baik di perguruan tunggi maupun pada komunitas mahasiswa berbasi pada berbagai lembaga mahasiswa luar kampus termasuk mahasiswa panguyuban (ikatan mahsiswa berdasarkan daerah asal). Terakhir (20 Oktober 2012) sebelumnya juga pada HUT Tabloid Suara Kampus IAIN Imam Bonjol (1-11-2011) bersama Shofwan Karim, Zaili mengajak 30 mahasiswa mentradisikan menulis dalam event “Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Menengah (PKMM)”, di Kampus IAIN Imam Bonjol (baca juga Padek, Minggu,

21/10/2012). Dalam diskusi menarik, Zaili menyampaikan tentang arti penting menulis bagi mahasiswa, di samping membantu merumustuliskan kembali materi kuliah juga membantu pengembangan kerangka pemikiran dan punya kekuatan jaringan komunikasi untuk mengkomunikasikan pola pikirannya yang berpengaruh kepada masyarakat baca, baik melalui tulisan mengenai sain dan topic budaya populer, maupun tulisan tentang realitas kehidupan dan tradisi serta kekuatan lokal masyarakat. Zaili menyebut, menulis merupakan pekerjaan orang terdidik, bukan hanya kegiatan wartawan saja, tetapi mahasiswa calon sarjana, apalagi sarjana, harus pandai menulis, selancar ia berbicara (tradisi tulis sebanding tradisi lisan). Ajakan menulis ini kiranya dapat disambut semua unsur masyarakat Minang di ranah dan di rantau yang sudah mendunia, dengan kegiatan nyata melatih generasi baru Minang menulis dan tulisannya mencintai tema keistimewaan, kespasifikan dan kekuatan local (Minang genius) dilihat dalam berbagai perspektif keilmuan. Dengan kegiatan nyata dan kepastian arah membudayakan menulis ini, optimis akan lahir generasi baru dalam tradisi menulis di Minang sekaligus menjawab tantangan “masih akan lahirkah buku Minang”, dengan peluang ke depan, melahirkan buku di ranah dan rantau Minang yang mempunyai kekuatan daya saing dan memancing daya beli, serta berpotensi mewariskan karya intelektual Minang secara luas dan bisa mendunia lagi. SAGA01***

/Desember 2012

53


Opini

Peran Pendidikan Melestarikan Budaya

OLEH AHMAD MASRUR FIROSAD (Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana UNP dan bergiat di Magistra Indonesia)

L

aju globalisasi seiring dengan perkembangan teknologi, mengubah wajah dunia hari ini. Sehingga, bukan hanya jarak yang terasa dekat, tapi juga sekat-sekat antar kebudayaan dan peradaban semakin menipis. Perkembangan itu membuat interaksi antar kebudayaan semakin intensif. Namun persoalannya, terjadi hegemoni terhadap satu kebudayaan terhadap kebudayaan lainnya. Dengan demikian, terjadi pengikisan terhadap budaya tradisional (folk culture). Parahnya, masyarakat kita mengalami Culture Shock dimana terjadi kekacauan budaya dari konfrontasi antar budaya. Menurut Samuel P. Huntington dalam Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia : “Ekspansi Barat mampu menawarkan modernisasi dan westernisasi bagi masyarakatmasyarakat non-barat. Tokohtokoh politik dan intelektual dari masyarakat tersebut memberikan reaksi terhadap pengaruh barat satu atau lebih cara”. Modernisasi sebagai anak kandung renaisans di Eropa, bukan hanya menawarkan mekanisasi produksi untuk meningkatkan hasil ekonomi. Akan tetapi membawa paradigma mekanistik dalam

54

/Desember 2012

memandang manusia. Sehingga mengantarkan manusia pada jurang dehumanisasi, dimana akar spiritual dicerabut dari kemanusiaan. Sementara disisi lain, budaya barat memposisikan non barat sebagai terkebelakang dan mesti dimodernisasi. Dalam Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Alo Liliweri mengatakan : “setiap kebudayaan harus memiliki nilai-nilai dasar yang merupakan pandangan hidup dan sistem kepercayaan dimana semua pengikutnya berkiblat. Nilai dasar itu membuat para pengikutnya melihat diri mereka ke dalam, dan mengatur bagaimana caranya mereka keluar. Nilai dasar itu merupakan filosofi hidup yang mengantar anggotanya ke mana dia harus pergi”. Melihat kebudayaan Sumatera Barat, khususnya Minang, maka kita akan menemukan nilai-nilai luhur yang begitu tinggi. Akan tetapi disisi lain, kita juga akan menemukan beberapa hal yang sudah tidak relevan lagi. Menjadi pertanyaan hari ini adalah, bagaimana melakukan pemilahan terhadap kebudayaan kita sehingga hal-hal yang tidak relevan, ditinggalkan dan hal-hal yang masih relevan tetap dipertahankan. Mencoba menggunakan pisau analisis Nietszche tentang sejarah

“Manusia menjadi penentu atas hidup kebudayaannya”. Berdasar hal demikian, menjadi penting adanya usaha revitalisasi kebudayaan minang melalui jalur pendidikan formal selain usahausaha lainnya. Jika bukan manusia minang sendiri yang menjaga warisannya, maka tidak ada lagi nilai-nilai luhur yang menjadi identitas dan kepribadian. Sekelumit tentang Budaya Kebudayaan lahir dari pengetahuan logika (benar-salah), etika (baik-buruk) dan estetika (indah-jelek) suatu kelompok manusia yang kemudian dibiasakan dari generasi ke generasi. Tiap suku, kaum atau komunitas, membangun kebudayaannya masing-masing selama beberapa generasi. Lebih lanjut, Kebudayaan bagi suatu masyarakat bukan sekedar sebagai frame of reference yang menjadi pedoman tingkah laku dalam berbagai praktik sosial, tetapi lebih sebagai “barang” atau materi yang berguna dalam proses identifikasi diri dan kelompok. Sebagai kerangka acuan kebudayaan telah merupakan serangkaian nilai yang disepakati dan mengatur sesuatu untuk diwujudkan. Kebudayaan ini berkembang sebagai hasil interaksi manusia,

alam sekitar dan dengan penciptanya (perkecualian untuk budaya materialisme barat yang tidak berurusan dengan Tuhan) Budaya minang berakar dari konsep ketuhanannya, yaitu “adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah” yang kemudian diturunkan secara terus menerus sampai sekarang. Setelah Islamisasi pada abad 17, terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan ajaran Islam. Islam terdiri dari berbagai ragam penafsiran penganutnya, sehingga penafsiran terhadap Islam ini mempengaruhi pendapat seseorang terhadap akulturasi ini. Sehingga muncul penyikapan yang berbeda, mulai yang paling ekstrim atau paling kooperatif terhadap tatanan klasik, yaitu mengakui kepercayaan pra Islam. Hal ini adalah hal yang sensitif, dan mesti arif dalam bersikap. Pertanyaan hari ini adalah bagimana mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan sehingga lahir generasi manusia Minang Sumatera Barat yang tanggap terhadap perkembangan zaman tapi tidak kehilangan identitas dan nilai keminanganya ?. Membangunan Sektor Pendidikan Secara filosofis hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia dan secara normatif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai sebuah proses, tentu tidak dilihat hasilnya dalam waktu singkat. Pendidikan adalah investasi jangka panjang bagi sebuah bangsa. Berhasil tidaknya proses pendidikan akan mempengaruhi martabat bangsa dimata bangsa lainnya. Sebelum reformasi, pendidikan kita adalah proses penyeragaman cara berpikir. Misalnya dalam pendidikan bahasa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke memulai dengan “ini budi”. Padahal ada banyak tokoh lain yang bisa diangkat. Misalnya Ini Ucok, Ini Tole, Ini Buyung, Ini Denias dan sebagainya. Pelajaran bahasa dan sastra pun itu-itu saja. Seolah-olah tidak

ada sastra dari kebudayaan lain. Padahal, Indonesia ini dibentuk dari sekitar 500-an suku yang memiliki tradisi sastra tersendiri. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan selalu menggunakan peristilahan yang berbahasa sangsekerta. Padahal, bahasa sangsekerta murninya dari India, bukan bahasa asli Indonesia. Kalaupun ada bahasa yang berasal dari salah satu suku di Indonesia, kita tidak akan menemukan kata dan kearifan lainnya. Seolah-olah nilai dasar kebangsaan yang dibentuk dari kearifan satu suku saja. Dalam kerangka kebangsaan, semua suku harus duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Semua bahasa dan kearifan lokal harus dihargai, demi membangun generasi bangsa yang menghargai perbedaan dan tidak kehilangan jati diri. Bukan menonjolkan sumpah-sumpahan yang tidak lebih berakar dari hasrat invasi (imperialisme tradisional) belaka. Revitalisasi kebudayaan tentu kita tidak bebankan hanya pada sektor pendidikan formal dengan penjenjangannya (Pendidikan Dasar, Pertama, Menengah dan Tinggi) semata. Tapi juga pendidikan Informal dan Non Formal. Disinilah pentingnya agar semua pihak dapat bersinergi untuk merevitalisasi kebudayaan. Di lain pihak pengambil kebijakan sehubungan dengan pendidikan dapat mentransformasikan nilainilai tersebut melalui pendidikan formal. Pendidikan Sejarah dan Kebudayaan nantinya harus menyelaraskan materi dengan perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik dengan tetap memperhatikan aturan-aturan yang ada. Pengembangan materi Pendidikan Sejarah dan Kebudayaan tetap mesti mengacu pada prinsip pengembangan silabus, seperti Ilmiah, Relevan, Sistematis, Konsisten, Memadai, Aktual, Kontekstual, Fleksibel dan Menyeluruh.Agar lebih efektif, selayaknya pendidikan diarahkan

pada perkembangan kecerdasan spiritual. Sehingga nilai-nilai kebudayaan tidak sekedar menjadi pengetahuan kognitif bagi peserta didik. Tawaran Solusi Adalah penting bagi semua pihak untuk bersama menyelamatkan kebudayaan yang menjadikan warisan sejarah sebagai spirit ditengah pertarungan era global ini. Selain penyelamatan aset sejarah dan budaya, perlu juga diadakan transformasi dan sosialisasi nilai melalui berbagai jalur pendidikan dalam rangka pembentukan generasi muda yang siap menghadapi era global tanpa mesti kehilangan identitas sebagai manusia . Pendidikan, sebagai hal yang penting dalam proses pembentukan jati diri, selayaknya memainkan peran aktif dalam proses ini. Pada jalur pendidikan formal, menggagas pelajaran pendidikan sejarah dan budaya minang sebagai kurikulum muatan lokal adalah hal yang layak untuk dipertimbangkan. Pada jalur pendidikan informal, semestinya tiap keluarga menjaga anggotanya dari tayangan yang tidak mendidik seperti infotainment, sinetron dan sebagainya. Dan menggencarkan pesan-pesan moral pada generasi muda. Pada jalur non formal, hendaknya ada media yang senantiasa mengangkat sejarah dan budaya minang kepermukaan, sehingga tidak tenggelam oleh pergeseran zaman. Kiranya tidak dapat berharap banyak kepada suku atau bangsa lain untuk menjaga warisan leluhur kita yang begitu tinggi. Karena hanya pewaris saja yang dapat menjaga dan melestarikan warisannya. Tidak dapat lagi kiranyan menunda lebih lama, karena aset-aset sejarah semakin hari semakin rusak dan tokoh budaya mesti diregenerasi sesuai hukum alam. Jangan sampai generasi muda kehilangan identitas budayanya sendiri.

/Desember 2012

55


Saga Khusus

MAN-2 PADANG Raih Adiwiyata Nasional

M

AN-2 Padang, ketikan mengamanahkan ajaran Islam tentang lingkungan, berhasil meraih Adiwiyata Nasional. Amanah memelihara lingkungan, jelsa sekali dalam Islam. Al-Qur’an mengamanahkan “pemeliharaan lingkungan” hidup. Justru manusia berpotensi “yufsidu fi lardhi” (pengrusak lingkungan/ bumi) QS 2: . Allah SWT memberi ingat “…la tufsidu fi lardi” (jangan merusak lingkungan), tetapi mereka tetap saja punya dalih : innama nahnu mushlihun (kami hanya melakukan perbaikan saja, QS 2:11) padahal sudah merusak.

56

/Desember 2012

Ternyata “zhahara l-fasada fi lbahri wa l-barri bima kasabat aidi l-naas..” (telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi) supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (QS 30:41). Staf Ahli Wako Padang Ir. Efi Yetnazmar, MS, mewakili Wako, dalam sambutannya pada Seminar Lingkungan Hidup dalam rangka Hari Habitat se Dunia di MAN-2 Padang (6 okt 2012), menekankan pentingnya menghayati dan mengamalkan amanat agama tentang pemeliharaan lingkungan dari

kerusakan. Wali Kota Padang dukung MAN-2 Padang dalam memelihara lingkungan, bahkan siapa yang sempat bersalaman dengan Presiden SBY karena prestasi lingkungan, Wako memberi hadiah umrah, motivasi staf ahli lingkungan hidup itu. MAN-2 Ingin di Garda Terdepan Melaksanakan Amanah Islam Soal Lingkungan Fenomena MAN-2 Padang ini justru mengamalkan ajaran Islam menjadi kuat dan berprestasi. Karenanya beralasan hukama (para arif) dalam Islam menyebut umat Islam akan lumpuh bila mengabaikan aqidah dan syari’at Islam, kata Prof. Dr. Armen Mukhtar, Ketua Komite MAN-2 Padang ketika diminta komenarnya sekaitan dengan MAN-2 Padang berhasil meraih Adiwiyata Nasional. Kafrizal menyebut prestasi nasional ini, berkat partisipasi semua majelis guru, siswa dan pegawai yang peduli keindahan sekolah berbasis lingkungan sebagai pelaksanaan amanah ajaran Islam. Melaksanakan amanah Islam justru kita mendapat pelajaran, kita dari lembaga Islam harus berada di garda terdepan membertikan contoh perbaikan lingkungan hidup dan terbebas dari kerusakannya akibat prilaku yang tidak terpuji. Sumber guru menyebutkan, MAN-2 siap bersaing untuk mencapai prestasi green school ASEAN. Optimisme ini terbetik di MAN-2 Padang pada dua event (1) Seminar Lingkungan Hidup dalam rangka Hari Habitat se Dunia di MAN-2 Padang (6 okt 2012) dan event Sosialisasi adiwiyata ( di MAN-2, 14 Sept 2012) kepada puluhan madrasah binaan yang dibina MAN-2 Padang untuk berprestasi di antaranya peraih adiwiyata. Sosialisasi adiwiyata itu dihadiri nara sumber Bapedalda Sumbar Ir. Siti Aisyah, MSi dan Bapedalda Padang Titin Masfetrin.

Siti dan Titin menilai MAN-2 Padang punya aura menarik, indah, bersih, hijau dan tertata sehingga asri, dinilai (self assessment) juga siswa dapat memanfaatkan barang bekas menciptakan lingkungan asri. Demikian pula Ka.Kankemenag Padang Yetrizal Khatib, memberikan semangat dan motivasi kuat, kondisi nyaman dengan penghijauan dan bebungaan MAN-2 dihargai hasil kerja keras semua guru, pegawai dan siswa. Hasilnya membawa kedamaian dan kenyamanan serta berdampak positif membawa siswa sejuk belajar dan guru serta karyawan sejuk bekerja dan kepala sejuk memimpin. Ini karunia Alllah yang besar, karenya untuk mensyukuri nikmat Allah ini tanamlah pohon dan bunga untuk membuat kesejukan dan keindahan serta hati yang damai, kata Yetrizal. MAN-2 Padang meraih Adiwiyata Nasional satu di antara enam sekolah lainnya di Padang, penerima Adiwiyata Nasional. Enam sekolah itu MAN-2 Padang, SDN 10 Sungaisapiah, SDN 03 Alai, SDN 20 Indarung, SMP Semen Padang dan SMAN 6 Padang. Selain itu ada dua sekolah pula di Padang yang meraih Adiwiyata Mandiri yakni MTsN Model Gunung Pangilun Padang dan SDN 13 Batu Gadang, Inda¬rung, Padang. 18 Sekolah di Sumbar mearih Adiwiyata Enam sekolah mendapat adiwiyata nasional dan dua sekolah adiwiyata mandiri di Padang tadi, termasuk dari 18 sekolah di Sumatera Barat yang menerima adiwiyata untuk sekolah peduli dan berbudaya lingkungan yang diserahkan pada Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Kepala Bapedalda Sumbar Asrizal Asnan dari sumber “Sumbarprov.go.id” menyebutkan, dari 18 sekolah itu, dua di antaranya merupakan penerima adiwiyata mandiri dan 16 sekolah penerima adiwiyata nasional. Semula, 68 sekolah diusulkan 14 kabupaten dan kota. Setelah

dilakukan verifikasi tim provinsi, terpilih 30 sekolah untuk dinilai oleh pemerintah pusat. Pada akhirnya dinyatakan 18 sekolah yang berhasil mendapat adiwiyata. Ke-18 sekolah itu: dua sekolah mendapat adiwiyata mandiri: (1) SD Negeri 12 Batu Gadang Padang dan (2) MTsN Model Gunung Pangilun Padang; 16 sekolah meraih adiwiyata nasional yakni: (3) SD Negeri 10 Sungai Sapiah, (4) SD Negeri 03 Alai Padang, (5) SD 20 Indarung Padang, (6) SMP Semen Padang, (7) SMA Negeri 6 Padang, (8) MAN 2 Padang, (9) MTsN Bukittinggi, (10) SD 06 ATTS Bukittinggi, (11) SD Negeri 01 Pauh Kurai Taji Kota Pariaman, (12) SD 13/IV Koto Aur Malintang Kabupaten Padang Pariaman, (13) SD 17 Aro IV Korong Kota Solok, (14) SMPN 3 Koto Singkarak Kabupaten Solok, (15) SMAN 2 Lubuk Basung Kabupaten Agam, (16) SMAN 2 Payakumbuh, (17) MAN 2 Batusangkar Kabupaten Tanah Datar dan (18) SD Negeri 05 Pauh Kabupaten Pasaman. Adiwiyata sekolah indah, hijau, bersih dan asri Adiwiyata yang di galakkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Nasional ini merupakan penghargaan lingkungan untuk bagi kategori sekolah hijau dan bersih serta prestasi kreasi siswa dalam menggunakan limbah/ barang bekar menjadi produk yang bermanfaat bagi lingkungan bersih dan hijau. Adiwiyata diberikan kepada sekolah (SD/MI sampai SMA/ MA) yang dinilai amat peduli serta berbudidaya lingkungan. Penilaiannya setidaknya pada empat kriteria: (1) kebijakan sekolah mencerminkan peduli serta berbudaya lingkungan, (2) kurikulum yang ditawarkan

/Desember 2012

57


terkesan berbasis kuat pada budaya peduli lingkungan, (3) kegiatan yang digelar sekolah serta sarana prasarana pendukung sekolah memperlihatkan partisipasi aktif dalam pengelolaan lingkungan. Selain itu juga dilihat tingkat pengetahuan dan kepedulian siswa menganalisis isu lingkungan serta keterampilan mereka mengolah limbah menjadi barang berguna dan membuat lingkungan sekolah bersih. Pernilai langsung melihat kondisi objektif sekolah sekaligus memperhatikan bentuk kebersihan lingkungan sekolah yang indah, hijau dan asri, kecenderungan siswa termotivasi betah berada di lingkungan sekolah serta punya kemauan mengikuti pembelajaran di lingkungan yang nyaman dan sejuk. Penghargaan Adiwiyata ini diberikan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke¬pala sekolah pemenang adiwi¬ya¬ta itu bersamaan penghargaan adipura kepada

58

/Desember 2012

kabupaten/ kota yang meraih piala/ sertifikat Adipura. MAN-2 Padang Adiwiyata Nasional diterima langsung Kepala Kafrizal bersamaan dengan Kepala MTsN Model Gunung Pangilun Akhri Meinhardi serta Kepala sekolah lainnya yang mendapat Adiwiyata Nasional dan Mandiri itu. Selain adiwiyata itu ada pula penghargaan terhaap prestasi dari pemeliharaan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD). Prestasi itu ada pringkat terbaik tingkat kabupaten/ kota se-Indonesia dalam menyambut Hari Lingkungan Hidup. Piala Adipura satu di antara penghargaan tertinggi untuk kabupaten/ kota dalam pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan sampah, termasuk bentuk perubahan penduduk, lingkungan kegiatan sosial ekonomi dalam upaya memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan penduduk. Kepala

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Padang Edi Hasymi menyebut prestasi ini diberikan ditentukant dukungan masyarakat menyukseskan program Padang Go Green, yang program ini justru berupaya meningkatkan peran masyarakat dalam kebersihan dan keindahan lingkungan. Prestasi Memperkuat Daya Tawar Keunggulan MAN-2 Padang Prestasi demi prestasi diraih MAN 2 Padang. Tahun ini juga dua siswinya Kelas XI IPA, Ratu Desti Wulandari (putri Indra Jaya S.IP/ DPRD Muko-muko Bengkulu dan Emi Karwati) dan Mutia Khairunnisa (puter pertama Riswan dan Kasniyenti beralamat di Belimbing) terpilih sebagai duta Indonesia mengikuti program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat dalam program American Field Service (AFS). Program ini

bermaksud memperkenalkan budaya bangsa Indonesia khusus budaya Minang di Amerika. Tidak saja sekolah dan orang tua kedau siswi, tetapi juga Kakanwil Kemenag Sumbar Drs.H.Ismail Usman didampingi Kakankemenag Kota Padang Drs.H. Yetrizal Khatib, Kepala MAN 2 Padang Drs. Kafrizal dan sejumlah guru, bangga dan menerima kunjungan duta Minang ini dengan pesan: “don’t forget me, don’t forget almamater and don’t forget religius”, katanya dikutip sumber Humas Knwil tsb. Kedua siswi MAN-2 ini lolos bersaing dari 10 ribu orang se-Indonesia, lalu terpilih 80 Orang. Khusu dari Sumatera Barat terpilih 4 siswa, termasuk dua siswi MAN 2 Padang ini, sedang dua lainya 1 dari SMU I Padang dan 1 orang SMU 1 Padang Panjang. Selain ke AS juga tamatan MAN-2 Padang lulus dua orang ke Mesir yakni Afriyanti dan Tazkiah Maksum Zen. Keduanya lolos bersaing dari lulus ujian seleksi awal 602 orang di Indoneisa. Mereka menambah jumlah alumni MAN-2 Padang yang sudah banyak di Mesir terutama kuliah Al-Azhar University, karenanya mereka sudah sering reuni, tahun ini diceritakan selepas lebaran 2012. Dari dua siswi yang lulus terakhir itu, Afriyanti lulus ke Mesir kuliah di Universitas Al Azhar. Anak berprestasi ini darikeluarga orang miskin, ayah Busahir (60 tahun) pekerjaan buruh tani sawah di Bungus sedangkan ibu Gadis (58 tahun) pekerjaan rumah tangga seskali membantu suami di sawah. Sedangkan Tazkiah Maksum Zen (Jalan Foker No.26 Tunggul Hitam Padang) beruntung dari keluarga menengah, meski ayahnya Zen Effendi (43) bekerja sebagai Guru TPA untuk mengurangi

beban keluarga tiga anak di samping juga menjadi guru pengajian dan wiridan. Dengan prestasi yang dicapai ini, MAN-2 pernah juara lomba asma’ulhusna meraih hadiah mobil, semua prestasi itu semakin memperkuat daya tawarnya. Di antaranya tentang kelulusan ujian nasional 100 %, dan tentang peminat masuk MAN-2 Padang, dari seluruh lulusan ujian seleksi masuk ternyata 90 % mendaftar, beda tahun lalu hanya 40 % mendaftar, sebut Kepala MAN-2 Padang Kafrizal. ***SAGA-01

Adiwiyata diberikan kepada sekolah (SD/MI sampai SMA/ MA) yang dinilai amat peduli serta berbudidaya lingkungan.

/Desember 2012

59


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.