PENA BUDAYA PeremPuan | 15
DON’T WORRY LADIES PEREMPUAN BERJILBAB YANG PACARAN 12
SIASAT PERAN
Fakultas Ilmu Budaya
APRIL 2015
Demam Paris 19
PeremPuan 1
PENA BUDAYA
PENA BUDAYA // April 2015
PeremPuan
daftar isi ACARA OPINI
RAJAPATI DI ULANG TAHUN TEPAS
4
PEREMPUAN DAN KEMAMPUAN | DON’T WORRY LADIES
6
KARYA SASTRA 12 FEATURES AKADEMIK
19 22 2
PEREMPUAN BERJILBAB YANG PACARAN | SIASAT PERAN
DEMAM PARIS
BERBAGI PENGALAMAN, SAYU SITI SOLIHAH BERANGKAT KE MESIR HANYA DENGAN BERMODALKAN IPK PENA BUDAYA
REDAKSI April 2015 Salam Redaksi Bicara tentang perempuan memang tak pernah ada habisnya. Kehidupan mereka yang pelik dan menarik memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan kaum pria. Bulan Maret dan April adalah harinya perempuan-perempuan Indonesia yang dimulai dari tanggal 8 Maret sebagai hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) hingga 21 April sebagai hari Kartini – ikon perempuan Indonesia. Menurut seorang antropolog, Kartini Syahrir, mengatakan bahwa topik perempuan selalu seru diperbincangkan karena perempuan seringkali ditampilkan dalam dua sisi sekaligus. Di samping menjadi subyek juga menjadi obyek sehingga di dalam kediriannya, perempuan mengaktualisasikan pikiran-pikiran, kehendak-kehendak, dan tujuan hidupnya. Oleh karena itu, dalam rangka apresiasi terhadap kaum perempuan, kami Redaksi Pena Budaya menyuguhkan sekelumit tentang perempuan yang ahadir pada edisi majalah Pena Budaya ke-15.
Selamat hari perempuan Indonesia! Selamat Menikmati! Pemimpin Umum Ulfa Kurniasih Sekretaris Chintya Frastica Humas / Marketing Clara Nurvian Pemimpin Redaksi Cetak Willy Kurniawan
Suci Purnama Cahyani Robi Afrizan Saputra Kevin Ridho Alkhudri Fauziah Sri Rachma
Acara / Event Ihfa Firdausya Irfan Hadi Nugraha Afrah Salma Tiara Rizkita
Desain dan Layout Romi Angga D. C. Wulan Sari Akademik (Prestasi, Beasiswa) Natalie Amadea Nurrahmi Hayunasari Yunita Amelia Rahma Usi Laviena Rieska Sabrina N. Afifah Hasya Hanifan
Karya Sastra
Opini Putri Syifa Nurfadilah Romi Angga D.C. Aiz Budhi Nisa Amalia Siti Maemunah
3
Susi Sumarni Noer Imayati Feature Susi Sopiani Hasna Fitriani Intan Setyawati Nunung Nurjanah
PENA BUDAYA
ACARA
“Rajapati” di Ulang Tahun Tepass
D
alam rangka memperingati ulang tahun ke-25, Teater Paguyuban Mahasiswa Sastra Sunda atau biasa disingkat Tepass menghadirkan sebuah pementasan teater yang berjudul “Rajapati” karya Ahmad Bakri pada tanggal 6-7 Maret 2015. Bertempat di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, pementasan yang diselenggarakan dua hari ini cukup banyak meyedot perhatian mahasiswa serta kalangan pelajar yang berada di wilayah Jatinangor dan sekitarnya. Ta rian tradisional Sunda menjadi
pembuka sekaligus suguhan yang menarik sebelum pementasan teater dimulai. Penonton terlihat antusias ketika tirai panggung dibuka yang menandakan pementasan teater bertajuk “Rajapati” ini dimulai. Musik dan tepuk ta ngan dari penonton semakin membuat riuh suasana gedung tempat diselenggarakannya acara. Berlatar di sebuah ruang tamu, tempat hiburan, dan rumah salah seorang tokoh, para aktor memainkan perannya dengan piawai. Akting yang mereka tunjukan di atas panggung pun sungguh menghibur
4
PENA BUDAYA
ACARA penonton, terlebih saat para aktor memainkan adegan lucu. Dan seolah tak ingin “kehilangan” cerita, penonton begitu khusyuk menyaksikan pertunjukan “Rajapati” ini.
Karena itu juga, naskah ini dipilih lantaran dianggap sebagai naskah yang memiliki tontonan sekaligus tuntunan yang baik untuk para penonton. Setelah acara selesai, Yandi mengaku tidak merasa puas de ngan pementasan ini. Karena menurutnya, apabila seorang seniman telah puas dengan satu pagelaran, apalagi itu adalah orang yang baru berkecimpung dalam dunia seni, itu merupakan hal yang konyol baginya.
Ketika diwawan carai, Yandi Nurdiansyah selaku sutradara menjelaskan alasan memilih naskah “Rajapati” karya Ahmad Bakri adalah karena mepetnya waktu yang tersedia untuk garapan, yakni hanya satu bulan. Berlatar belakang hal tersebut, maka diadakanlah musyawarah dengan para anggota dalam memilih naskah dengan tujuan agar para pemain bisa bermain dengan nyaman dan penonton dapat terhibur. Cara Yandi sendiri untuk menghibur penonton adalah dengan menggarap naskah ini lebih ke arah komedi. Lebih dari itu, pesan moral yang terkandung dalam cerita “Rajapati” ini bisa memenuhi sasaran terhadap penonton yang sebagian besar adalah kalangan pelajar. Pesan moral yang bisa kita ambil dalam cerita “Rajapati” ini adalah untuk tidak meniru sifat-sifat jelek seperti: sering berprasangka buruk terhadap orang lain, menuduh orang lain tanpa bukti, memiliki rasa benci, mementingkan diri sendiri seperti yang digambarkan oleh salah satu tokoh dalam cerita tersebut.
“Lamun urang tos ngaraos puas ku hiji pagelaran, berarti urang geus stak kanu berkereasi jeung berinovasi dinu berkesenian.” Ujar Yandi. Harapan Yandi sendiri untuk Tepass kedepannya adalah agar Tepass bisa lebih maju lagi dalam bertea ter dan ia berharap dapat lestari nya budaya berbahasa Sunda, khususnya melalui jalan teater. (IHN)
5
PENA BUDAYA
OPINI
Perempuan dan Kemampuan
P
erempuan adalah sosok makhluk istimewa yang Tuhan ciptakan, seorang perempuan mampu melakukan hal hebat yang tidak mampu dilakukan oleh kaum laki-laki yaitu mengandung dan melahirkan generasi hebat calon penerus bangsa. Disamping mendapat keistimewaan tertentu, menjadi seorang
perempuan bukanhal yang mudah, banyak tugas lain yang harus diembanya sebagai seorang perempuan diantaranya mengurus keluarga. Perempuan yang adalah perempuan yang mampu mendidik anaknya dengan baik, karena sebagian besar waktu yang dihabiskan anak adalah bersama ibunya . Sebagai warga negara Indonesia, kita tidak bisa terlepas dari sosok perempuan hebat bernama Raden Ajeng Kartini atau yang biasa kita menyebutnya sebagai R.A. Kartini. Beliau adalah pelopor penegakan emansipasi perempuan di Indonesia. Hal inilah yang harus dicontoh oleh perempuan zaman sekarang, agar mampu hidup mandiri tetapi tidak pula melupakan kodratnya sebagai seorang perempuan. Lantas bagaimanakah dengan perempuan yang bekerja di luar rumah sementara dia juga punya kewajiban sebagai seorang istri dan ibu? Meringankan beban suami juga merupakan hal yang patut
6
PENA BUDAYA
OPINI dilakukan oleh seorang istri, apalagi bila penghasilan seorang suami tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga, seorang istri bisa membantu suaminya mencari nafkah tetapi dengan batasan tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri.
2. Hak Atas Bantuan Hukum Hak ini diatur dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT, Undang-undang No. 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum.
Menjadi seorang perempuan sa ngatlah istimewa, apalagi dalam sudut pandang agama Islam. Islam sangat menjunjung tinggi kehormatan seorang perempuan, hal tersebut dapat dilihat dalam hal berpakaiannya, Islam menyaran kan perempuan menutup anggota tubuhnya terkecuali muka dan telapak tangan, hal tersebut dianjurkan untuk melindungi tubuh perempuan agar tidak meman cing birahi kaum laki-laki, fakta itu hanya sebagian kecil saja perhatian Islam terhadap kaum perempuan.
3. Hak Atas Restitusi (Trafiking, Perkosaan) Diatur dalam Undangundang No. 21 tahun 2007 tentang PTPPO/Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menjadi seorang perempuan (pun) tidak hanya berpaku terhadap perkataan yang menganggap bahwa “perempuan itu jangan sekolah tinggi nanti juga tetap kembali ke dapur, sumur, dan kasur�. Hal tersebut seolah menjadi ciri khas perempuan di Indonesia semenjak dulu, namun saat ini telah dipatahkan oleh beberapa sosok perempuan tangguh antara lain:
Lembaga hukum di Indonesia pun sangat melindungi hakhak perempuan, diantaranya :
- Megawati Soekarnoputri yang tidak lain adalah mantan Presiden Indonesia, dapat disimpulkan bahwa perempuan juga mampu memimpin sebuah negara yang identiknya dipimpin oleh seorang laki-laki.
1. Hak Atas Pemulihan Medis Dan Hak Atas Pemulihan Psikologis Hak ini diatur dalam Undangundang No. 23 tahun 2004 tentang PKDRT, Undang-undang No. 21 tahun 2007 tentang PTPPO, Undang-undang No. 23 tahun 2004.
7
PENA BUDAYA
OPINI - Sri Mulyani Indrawati, sosok perempuan yang lahir di Bandar Lampung ini merupakan mantan Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu, sejak 1 Juni 2010 beliau diangkat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang merupakan perempuan sekaligus orang Indonesia pertama yang bisa mendudukinya. - Sosok inspirasi kaum muda untuk semangat dan cita-cita yang tinggi, dia adalah sosok penyanyi kebanggaan Indonesia yakni Agnes Monica. Ia mampu membuktikan meskipun ia seorang perempuan yang be rasal Indonesia. Dengan sema ngat dan kerja keras yang luar biasa, sekarang ia mampu me nembus pasar musik dunia sesuai dengan yang ia cita-citakan.
P
erempuan haruslah menjadi sosok tangguh, hebat dan tidak memiliki pemikiran yang sempit tentang suatu hal. Sosok perempuan haruslah menjadi panutan dan mampu merubah dirinya dan lingkungannya menjadi lebih baik.(AB)
8
PENA BUDAYA
OPINI
Don't Worry, Ladies !!
M
edia sosial sudah jadi teman hidup perempuan ‘keki nian’. Perempuan kekinian secara tidak sadar menganggap bahwa apresiasi masyarakat terhadap dirinya hanya sebatas like di Facebook, Instagram, dan Path, atau retweet di Twitter. Lebih memprihatinkan lagi pada apa yang “dipersembahkan� perempuan keki nian untuk diapresiasi masyarakat. Media sosial bukannya dilarang, toh hal tersebutmenjadi salah satu kebebasan individu saat ini.
Hanya saja, media sosial membangun emosi baru dalam diri perempuan kekinian, yang sa yangnya bukan emosi yang positif. Ada suatu kesenangan dan kepuasan tersendiri ketika perempuan ke kinian membagikan foto dirinya ke media sosial. Bayangkan delapan puluh persen perempuan kekinian merasakan hal yang sama. Hasilnya adalah yang kita temui sekarang, seakan media sosial adalah sebuah ajang fotografi. Ketika seorang perempuan menemukan foto perempuan lain yang dirasa lebih cantik
9
PENA BUDAYA
OPINI dari dirinya, ada emosi kecil—sangat kecil—yang perlahan-lahan meruntuhkan kepercayaan diri seorang perempuan. Kemudian mereka bertanya-tanya bagaimana caranya agar mereka bisa menjadi cantik juga. Perempuan kemudian menjadi gelisah. Muncul keinginan ini dan itu untuk memperbaiki yang di anggapnya tidak cantik. Keperca yaan dirinya telah runtuh dan hal ini menyebar, mempengaruhi ber bagai aspek, dari intensitas yang wajar sampai ke tingkat yang membahayakan. Program diet ramai-ramai diserukan oleh berbagai produk obat sampai industri makanan. Operasi plastik merebak ke berbagai belahan dunia. Alat-alat kosmetik laris di pasaran. Perempuan menjadi tergoda dan tertarik untuk mencoba ini dan itu. Yang beruntung, menjadi semakin cantik. Yang salah strategi, agaknya kurang beruntung. Yang tercipta dari proses itu adalah perempuan yang hidup dari opini masyarakat. Mereka menjadi tunduk pada selera orang banyak. Me reka diam-diam malu jika ber beda sedikit saja dari orang-orang di sekitarnya, sehingga mereka cende rung menyamakan posisinya dengan orang lain. Sulit untuk mengingatkan perempuan bahwa setiap dari me
reka punya kecantikannya masingmasing. Bahwa kita tidak perlu berbicara mengenai fisik lagi. Soal fisik toh itu ciptaan Tuhan. Menghina fisik sama saja menghina Tuhan. Dalam hidup, ada takdir yang bisa diubah dengan diperjuangkan, ada pula yang takdir yang harus diterima dengan bijak. Terima saja kenyataan bahwa masalah fisik adalah sebuah takdir yang harus diterima dengan bijak, bahkan disyukuri. Sebab takdir kita selalu satu tingkat lebih beruntung di atas takdir orang lain. Tentu saja, ada orang lain yang takdirnya lebih beruntung dari kita. Yang perlu kita ingat bahwa hal tersebut tidak perlu diperdebatkan karena Tuhan telah menciptakan segala sesuatu pada porsinya yang paling pas. Orang bilang, cantik itu tidak dilihat dari luar, tapi pada kenyataannya indera penglihatan selalu mendahului akal. Sadar atau tidak, kita sebe narnya hanya melihat kecantikan dari wajah. Jika didalam masyarakat kita merasa bukan termasuk yang cantik wajahnya, santai saja, kita tidak hi dup untuk sebuah kontes kecantikan. Disisi lain, masalah kecantikan hati tidak bisa dilihat dengan mata, melainkan hanya bisa dirasakan. Perlu ada interaksi yang berkelanjutan untuk merasakannya. Hati yang positif akan terpancar lewat
10
PENA BUDAYA
OPINI aura yang positif juga. Kita mungkin pernah punya satu teman yang kita merasa bahagia berada di dekatnya, tiba-tiba saja suasana menjadi begitu cerah meskipun kita hanya berbicara mengenai halhal kecil. Perempuan juga harus belajar untuk membesarkan hati te m a n nya k e t i k a temannyamengeluhkan wajahnya yang tidak cantik. Kebanyakan perempuan justru ikut-ikutan menyebut dirinya tidak cantik demi menjaga perasaan temannya. Jika yang begini terus berputar membentuk siklus, sampai kapan perempuan bisa mencintai dirinya sendiri?
tainya, bisakah itu terjadi? Segala se suatu dimulai dari diri sendiri, baru kemudian kita berbuat untuk orang lain. Mari kita jangan membuat perjuangan peremp u a n perempuan di masa lalu menjadi sia-sia. Jangan biarkan juga masalahmasalah yang tidak penting menjadi topik utama percakapan kita setiap harinya. Perempuan haruslah fokus pada tujuan-tujuan hidupnya demi memberi arti pada dunia. (NA)
Ketika perempuan tidak bisa mencintai dirinya sendiri sementara dia berharap orang-orang mencin-
11
PENA BUDAYA
KARYA SASTRA
Perempuan Berjilbab yang Pacaran
M
emang waktu adalah misteri. Kadang terasa lambat kadang begitu cepat. Tapi sejatinya ialah tetap sama. Tak pernah dipacu, tak pernah diperlambat, segalanya berjalan se suai waktu yang telah ditetapkan. Waktu cepat, waktu lambat, hanya permainan perasaan. Manusia yang dimainkan rasa. Dua tahun yang lalu saya masih sekolah. Kini tidak lagi di sana, tidak pada bangku sekolah menengah. Sekarang telah lulus, dan kini sedang menempuh studi pada salah satu perguruan tinggi negeri. Saya lulu-
san sekolah berbasis keagamaan. Sekali lagi, kauharus ingat bahwa saya dulu pernah menuntut banyak ilmu agama. D u l u , semasa sekolah, banyak sekali kenangan y a n g saya ukir pada ruang kehidupan ini. Semua masih teringat, semua masih melekat dalam benak kepala. Beberapa kali saya mena ngis, tertawa, kadang juga tersenyum sendiri mengingat kenangan dulu yang pernah ada. Pernah suatu ketika, saya disebut tidak waras oleh teman kuliah, walau saya tahu itu hanya candaan. Mungkin, mereka
12
PENA BUDAYA
KARYA SASTRA bilang begitu karena sering melihat saya menangis tanpa sebab, sering melihat saya tertawa entah karena apa. Yang jelas saya suka menyendiri ketika kenangan itu kembali teringat. Ya menyendiri. Harapnya jangan sampai ada godaan untuk menggantung diri. Bunuh diri karena patah hati, cinta yang terhenti atau segala yang takberarti. Itu hanya basi! Banyak sekali nilai-nilai agama yang dipelajari di sekolah saya. Persentasenya lebih banyak daripada sekolah umum. Jika pada sekolah umum hanya belajar agama dua jam pelajaran dalam seminggu, sekolah saya lebih dari itu. Jika sekolah umum hanya mempelajari ‘kulit-kulitnya’, sekolah saya memperdalam hingga ‘isi-isinya’. Ada belajar hadits, fiqih, sejarah islam hingga dulu pernah diwajibkan menghapal kitab suci. Semua itu saya jalankan. Semua itu telah terlalui. Bahkan, saya pernah menjadi siswa terbaik di sekolah. Banyak ilmu, banyak hapal akan hadits, banyak mempelajari halhal kekinian. Sebut saja kontemporer. Segalanya saya hapal, segalanya saya catat. Mungkin yang kurang hanyalah suatu hal bernama…. Dalam keseharian saya berjilbab,
lumayan dalam dan lebar. Jika dalam seminggu adalah tujuh hari, dapat dikatakan enam hari saya memakai rok kemanapun pergi. Jarang sekali memakai celana. Pa ling hanya hari minggu, ketika di rumah. Saat libur akhir pekan. Namun seringkali hati dengan tindakan tak pernah sejalan. Saya sering mengalami konflik batin. Ya, sebut saja itu konflik batin. Karena yang paling merasai adalah hati. Dan hati adalah tentang cinta. Cinta dekat dengan pacaran, bagi anak muda, bagi para remaja. Cinta memang fitrah. Namun, kalau tidak terjaga sebelum waktunya datang bisa menjadi musibah. Itulah konflik yang sering saya rasakan. Hati mengatakan tidak pada pacaran. Namun tindakan mengerjakan. Mulut menentang, namun sikap melaksanakan. Inilah tentang cinta. Mewabahi setiap pemudi dan pemuda. Remaja, tua hingga para ‘dewasa’ yang berkepala lima. Sekarang bicarakan saja tentang cinta yang saya alami. Rasa yang pernah saya rasai. Jangan bicarakan orang lain. Mengacalah pada diri. Sendiri!
13
PENA BUDAYA
KARYA SASTRA Banyak, sungguh banyak sikap yang tak sejalan dengan nurani. Kalau tega, bilang saja saya munafik! Kalau tidak, bimbing diri ini menuju lebih baik lagi.
yang di jiwa dengan apa yang ditindak, dengan apa yang disikap. Saya kadang merasa berdosa. Namun masih saja tetap ingin berdua. Dengan dia yang tak boleh bertemu saat ini.
Bimbing saya jika kaupeduli. Le paskan saya jika kautidak bernurani. Penampilan saya. Ya, bisa dibilang seperti akhwat, muslimah, perempuan berjilbab lebar. Namun, saat seorang adam datang, entah itu menggombal, merayu, hati saya malah tertunduk lesu, mengikuti apa yang dikata, terbuai, terbang, melayang hingga saya lupa bahwa itu dilarang.
Pernah seorang teman, perempuan, lumayan dekat dengan saya bertanya. “Kamu punya pacar?” Singkat pertanyaannya, tetapi saya jawab panjang lebar, menentang, berdalil, dan menolak. “ T i d a k ! ” Saya jelaskan, pacaran tidak boleh pada agama kita. Itu dilarang, pernah juga saya singgung tentang larangan berdua dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Yang ketiga adalah setan. Selalu saja mulut saya menentang, namun keadaan sebenarnya sebaliknya. Sangat berlawanan. Saat ada adam yang saya diam-diam mengaguminya mengajak bertemu, saya malah mengiyakan, menyetujui yang dipintanya. Namun saat teman saya bertanya dengan hal itu, saya menjawab dengan nada menolak.
Pernah suatu ketika, malam selepas pukul sembilan. Dia yang saya anggap dekat dan peduli mengi rimkan pesan singkat, mengajak bertemu di sekitar kampus. Berdua. Entah tidak menimbang, entah lupa larangan, entah dirayu setan, saya malah mengiyakan. Padahal, saya seringkali ‘berceramah’ pada teman lain bahwa berdua dengan laki-laki yang tak sedarah itu tidak boleh. Sering mulut saya bercerocoh, kalau itu dilakukan, akan datang makhluk ketiga yang terkutuk. Bernama setan. Tapi, sekali lagi tapi, saya malah melakukan. Tak sejalan apa yang di dada, apa
Tanya saya, kenapa? Batin menyeruak. Padahal sayabanyak belajar ilmu agama. Saya mengaku tidak pacaran, tetapi berdalih dengan sebutan hanya teman dekat atau sahabat. Kadang, entahlah. Begitulah kondisi sebenarnya saya.
14
PENA BUDAYA
KARYA SASTRA Yang
saya
pernah
alami
itu.
*** Banyak gagak hitam menyelinap di antara dedaunan. Terbang me nembus cakrawala. Meliuk-liuk dalam samudera angin. Biru la ngit menambah lihai sang gagak terbang dengan kegagahannya. Kini, saya telah berkepala lima. Punya lima orang anak. Dua laki-laki dan tiga bidadari. Dari seorang suami. Anak pertama telah menikah. Punya anak perempuan juga. Sama seperti saya. Dia seorang laki-laki. Sedangkan yang kedua adalah perempuan. Punya suami orang jauh. Luar pulau. Telah tujuh tahun menikah. Belum punya anak. Kemarin baru saja pulang dari dokter kandungan. Katanya, sekarang mulai mual-mual. Kalau perempuan anaknya, saya ba nyak-banyak menasihati jika masih hidup. Takutnya, ya seperti itu. Jangan sampai pokoknya!
Kelima, paling bungsu, adalah perempuan. Dia saya sekolahkan di madrasah aliyah. Kesehariannya luar biasa. Muslimah. Berjilbab. Berkaos kaki. Sering menunduk. Malu-malu. Namun pintar memasak. Saya mengaca pada pengalaman dulu. Betapa iba hati seorang ibu. Betapa iba diri saya mengingat se jarah. Mencabik lembaran lama yang ada pada buku kenangan. Saya intip, betapa malu. Malu sekali. Saya dulu berjilbab dalam dan lebar namun kelakuan sama seperti ‘perempuan pasar’. Saya berjilbab, me ngaku tidak pacaran namun dekat de ngan laki-laki berbadan kekar.
Yang ketiga laki-laki. Sama halnya dengan yang keempat. Satu semester akhir di bangku kuliah. Satu lagi belum melepas status dari mahasiswa baru. Kemarin mendesak ingin menikah. Saya melarang. Bersikeras tunda dulu.
15
PENA BUDAYA
KARYA SASTRA Malu.Malu sekali ketika mengingatnya.Biarlah. Biarlah berlalu. Biarlah semua itu diterbangkan angin jauh-jauh. Diseret arus hingga pulau sana. Menginap di samudera. Paling dalam. Paling jauh. Paling mencekam. Biarlah kena ngan pahit itu menginap di sana. Kini, hal yang terjadi pada diri saya dulu, jangan sampai terjadi pada si bungsu. Suatu pagi akhir pekan. Di bangku dekat jendela yang mengarah pada langit. Saya nikmat dengan segelas teh. Bungsu yang pagi itu berjilbab ungu datang. Dia memegang pundak saya. Betapa lembut tangannya. Wajahnya menghadap. Melempar senyum. Lalu menarik bibir dan mulai berkata. “Bunda, aku mau bercerita” Saya tidak langsung mengiyakan. Terlebih dahulu saya hanyutkan dia pada suasana kedamaian. Tujuannya, agar bungsu bercerita penuh rasa. Tidak tergesagesa. Dia saya suruh duduk di sam ping. Juga menghadap jendela. Saya ambil teh di atas tingkap. Kemudian menyuapinya. Merasa telah te nang. Merasa telah dapat keadaan. Saya jawab “Berceritalah, Nak”
“Bunda dulu pernah muda ‘kan?” Saya balas dengan senyum walau wajah telah mulai keriput. Dalam hati saya menebak. Pasti bungsu akan cerita tentang masa mudanya. Masa yang dialaminya sekarang. Tentang cinta. Tenta jiwa yang sedang berdebar penuh rasa. Tentang hari ini yang akan diceritakannya. Lalu dia mulai bercerita. Sepenuh hati. Sepenuh cinta. “Bunda, cinta itu apa?” Saya tersenyum lagi. Merengkuhnya. Kemudian menatap bola ma tanya dalam-dalam. Serasa saya masuk pada jiwa. Kembali lagi mengingat masa muda. Seketika tersentak. Saya coba menjawab. “Cinta itu bersih, Nak. Cinta itu fitrah. Jangan engkau kotori. Jagalah ia. Cintailah cinta. Jika kau mampu menjaga, kau akan dapatkan dia yang juga mampu menjaga. Suatu waktu, suatu hari yang telah Tuhan tetapkan. Cinta itu menjaga, Nak. Jika tergesa-gesa itu hanyalah nafsu belaka.” Saya lempar senyum dengan sebongkah pertanyaan yang mungkin dianggapnya berat, “Kamu sedang jatuh cinta?” Dia menyipu malu. Menunduk. Wajahnya memerah. Saya usap
16
PENA BUDAYA
KARYA SASTRA jilbab ungunya. Jangan dulu! Ja ngan dulu, Nak. Engkau berjilbab. *** Malam-malam hari, dalam sebuah mimpi. Ada perempuan yang dimarahi. Entah itu ibunya, neneknya, saudaranya atau temannya sen diri. Dengan nada kasar yang tidak bermakna dangkal. Sebaris kalimat menghujam pada dadanya terdalam. Menyeruak masuk dalam bilik-bilik qalbunya. Tidak menangis. Tidak marah. Tidak tertawa. Tidak sedih. Tidak kecewa. Tidak gundah-gulana. Tidak berlinang air mata. Tidak memerah wajahnya. Hanya saja ini penting demi dia dalam awang-awang masa di mana ia telah putih bagian kepalanya. “Apalagi kau yang dangkal dalam urusan aga Jasad yang murka ma. Jangan coba-coba pula!� (Robi Afrizan Saputra)
17
PENA BUDAYA
KARYA SASTRA
Siasat Peran Fauziah Sri Rachma
Tentang apa yang kau cari dari kami yang mati Bukankah telah kami korbankan seluruh tenaga yang kau perah Tidakkah cukup perjuangan yang berabad Ataukah petuah terdahulu masih diwarisi zaman Kami tetap ada pada diri kami yang mati Bahkan tetap berjalan pada jiwa kami yang hilang Lakon macam apa yang dilakukan sang pemeran Sedang kami dalam keadaan terkapar tak bernyawa Tidakkah kau hitung berapa jiwa yang kau terbangkan Ya, itu lebih sedikit dari perkataanmu yang terbungkam Kami hanya perlu rela mati untuk dolar Dan menjadi mayat dengan dendam tak terampunkan
18
PENA BUDAYA
FEATURES
Demam Paris
P
aris, siapa kini perempuan yang tak mengenal jenis kerudung segi empat ini. Bahannya halus, ringan, dan mudah sekali dipakai. Kerudung dengan banyak warna dan dapat dimodifikasi sesuai selera. Seiring de ngan banyaknya perempuan yang mulai memakai kain penutup aurat, paris adalah jenis kerudung yang selalu dipilih para perempuan. Mengapa kerudung jenis ini disebut paris? Pada awalnya orang-orang menyebutnya paris karena melihat merek atau label yang tertera pada bagian ujung kerudung. Namun seiring berkembangnya jenis kerudung ini, paris menjadi nama yang akrab dikenal untuk menyebut kerudung segi empat ini.
banyak perempuan menggemarinya. Kerudung paris juga tidak hanya terkenal di kala ngan remaja saja, tapi juga meny eluruh di semua kalangan baik kaum muda maupun orang tua .
Ada beberapa kelebihan dari kerudung yang akrab disebut paris ini, sehingga
19
PENA BUDAYA
FEATURES Fenomena kerudung paris memang telah mengubah gaya berpa kaian perempuan-perempuan masa kini. Dahulu anak perempuan yang memakai kerudung di sekolah cen derung memakai kerudung langsung atau sering disebut geblus. Namun saat ini rata-rata anak perempuan yang masih sekolah, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Mene ngah Atas, termasuk di Perguruan Tinggi sering menggunakan kerudung jenis paris sebagai gaya berkerudung mereka . Selain itu para ibu pun tidak ketinggalan oleh para remaja, dan ikut menggunakan kerudung paris untuk berbagai kepentingan mereka. Demam memakai kerudung paris ini juga terjadi di Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad). Setiap melihat perempuan yang berkerudung, pasti sering kali kita temukan model kerudung paris, bahkan dapat dibilang hampir semua mahasisiwa Unpad pernah memakai kerudung paris. Fakultas Ilmu Budaya Unpad pun tak jauh berbeda, semua perempuan berkerudung pasti pernah memakainya, bahkan mungkin paris adalah kerudung kegemaran mereka. Selain nyaman dan mudah dipa
kai, kerudung paris ini juga dapat digunakan dengan berbagai variasi, baik dilipat menjadi segitiga maupun dibagi menjadi persegi panjang. Warana-warna kerudung paris pun sa ngat banyak dan beragam, dan selalu dapat disesuaikan dengan baju yang sedang dipakai. Para perempuan juga dapat memodifikasi kerudung pa ris sesuai keinginannya, dan dapat memiliki gaya berbeda setiap hari. Para perempuan di Fakultas Ilmu Budaya Unpad pun ternyata sering menggunakan kerudung paris. Mereka juga berpendapat bahwa kerudung paris ini memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Menurut nara sumber yang kami temui (18/3) yaitu Olivia, seorang mahasiswa Sastra Indonesia Unpad berkata “Dalam pemakaiannya kerudung paris memang gampang diatur, berbeda dengan kerudung dengan jenis bahan lain. Selain mudah diatur, kerudung paris tergolong murah. Hanya yang menjadi kekurangan dari kerudung paris itu sendiri bahannya yang transparan dan ukurannya yang sering tidak sesuai.� Kelebihan dan kekurangan kerudung paris ini ternyata menjadi keunikan tersendiri. Para perempuan selalu memiliki tips dan cara mereka masing-masing untuk menanggulangi
20
PENA BUDAYA
FEATURES kekukarangan dari kerudung paris ini. (18/3) Menurut Seni Isramawati, mahasiswa Sastra Indonesia yang kami temui bersama temantemannya mengatakan “Kekura ngan dari kerudung paris memang lebih mengarah ke bahannya yang tipis atau transparan, saya sendiri se bagai pemakai mempunyai salah satu cara tepat dalam menanggulangi hal tersebut, seperti memakai kerudung ninja sebelum saya menggunakan kerudung paris, atau memakai dua kerudung paris sekaligus dengan cara yang satu melapisi yang lainnya.� Dunia Perempuan dalam hal perkem-
bangan mode dan gaya berpakaian memang sangat unik. Seiring berjalannya waktu, perempuan semakin berkembang dalam hal pa kaian. Dengan semakin banyaknya perempuan yang berkerudung membuat semakin banyak pula pilihan kerudung yang dapat digunakan. Paris kini sudah menjadi tren perempuan masa kini dalam berke rudung. Kerudung nyaman, mudah dipakai, memiliki banyak warna, dan dapat dimodifikasi sesuai selera ini ternyata sudah banyak memikat hati para perempuan berkerudung. (Nunung Nurjanah/ SusiSopiani)
21
PENA BUDAYA
AKADEMIK
Berbagi Pengalaman, Sayu Siti Solihah Berangkat ke Mesir Hanya dengan Bermodalkan IPK “ Tipsnya ada diri masing-masing, semua orang mempunyai caranya sendiri untuk menjadikan dirinya lebih unggul, jadi ikuti saja apa kata hati berdasarkan saran positif orang lain, bukan berdasarkan kemauan orang lain.”
S
ayu Siti Solihah, mahasiswi kelahiran Bandung, 19 Juli 1992 ini berhasil berangkat ke Mesir karena prestasinya. Sayu mendapatkan beasaiswa dari nilai IPKnya. “Dalam rangka Sandwich Program (nama beasiswanya), ada sekitar dua puluh orang yang memiliki IPK yang cukup sebagai persyaratannya, nah dari dua puluh orang itu salah satunya adalah saya yang terpilih.” Ungkap Sayu. Program yang diadakan oleh Dikti ini, merupakan beasiswa unggulan bagi mahasiswa Indonesia yang ingin berkunjung ke Mesir selama satu semester dalam rangka untuk mempelajari budaya dan bahasa yang ada di sana. “Dalam satu semester, biasanya beasiswa tersebut berlangsung selama lima bu-
lan cuma saya hanya melaluinya selama tiga bulan, karena pada saat itu Mesir sedang bergejolak, masyarakatnya tegah menggulingkan Presiden mereka, Mursi.” Tutur Sayu. Demo hampir terjadi setiap hari ketika itu, karena hal itulah keberangkatannya beserta rombongan diundur menjadi bulan Desember yang seharusnya berangkat di bulan Agustus. “Selama di sana, alhamdulillah kondisi saya dan rombongan amanaman saja, karena sewaktu di sana kami menaati peraturan, walaupun ada tentara-tentara yang memeriksa dan mengintrogasi, kami amanaman saja karena password dan identitas yang selalu kami bawa sebagai bukti bahwa kami adalah mahasiswa Indonesia yang legal belajar di Mesir.”tutur Sayu. Canal Suez Uni-
22
PENA BUDAYA
AKADEMIK versity adalah tempat Sayu dan rombongan belajar pada waktu berada di Mesir. Tak hanya itu, ketika berada di sana Sayu mampu beradaptasi dengan baik, karena ia adalah tipe orang yang mudah beradaptasi, selama di sana ia juga membawa berbagai macam kebutuhannya, seperti obat-obatan dan berbagai macam suplemen sebagai antisipasi agar k o n d i s i kesehatannya tetap stabil. “Angakatan saya yang berangkat itu
adalah Hamzah, Husna, Rais, dll. Delegasi ke Mesir itu hanya satu tahun sekali, jadi setiap anggkatan mengalaminya. Program ini juga khusus hanya untuk Sastra Arab, karena tujuan dari programnya adalah mengembangkan dan memperdalam seperti apa budaya dan bahasa yang ada di Arab.”ungkap Sayu. Banyak harapan dari orang-orang terdekat setelah Sayu kembali ke Indonesia, agar dirinya beserta rombongan terus dan selalu menjadi orang yang bermanfaat buat kepentingan orang banyak. Cukup diap resiasi, meskipun dibagi dua, de ngan tiket yang harus ditanggung oleh tiap peserta. “Nah untuk mendapatkan uang tiket itu saya memperolehnya dari orang tua, dan sebagian lagi saya membuat sebuah proposal.” Ungkap Sayu. Ketika di sana tak hanya belajar tetapi mereka juga menikmati keindahan Mesir, salah satunya melihat Piramida dan Sungai Nil. “ Tipsnya ada diri masing-masing, semua orang mempunyai caranya sendiri untuk menjadikan dirinya lebih unggul, jadi ikuti saja apa kata hati berdasarkan saran positif orang lain, bukan berdasarkan kemauan orang lain.”tutur Sayu. Prestasi
23
PENA BUDAYA
AKADEMIK yang pernah diraihnya adalah menjadi juara satu lomba Sastra Arab tingkat Nasional di FTT UI yang pialanya disponsori oleh Menpora langsung, selain itu bulan Oktober lalu ia dan temannya, Ali Munawar sesama mahasisawa Sastra Arab mendapat delegasi dari Unpad sebagai putraputri Arab yang terpilih sebagai Malik dan Malikah di FKA di UGM tinggkat Nasional mahasiswa seindonesia. (NHS/ima)
24
PENA BUDAYA
www.penabudaya.fib.unpad.ac.id Fakultas Ilmu Budaya Pena Budaya
25
PENA BUDAYA