batik
DAFTAR ISI
HALAMAN
RUBRIK
SALAM REDAKSI
2
ACARA
3
AKADEMIK
7
KARYA SASTRA
11
OPINI
16
SALAM REDAKSI Penanggung Jawab ULFA KURNIASIH Dewan Penasehat CLARA NURVIAN. M RESTI PUTRI.A ROMI D.C IHFA FIRDAUSA NATALIE. A PUTRI SYIFA.N SUSI SOPIANI INTAN SETIAWATI HASYA HANIFAN SUCI P CAHYANI KEVIN. R FAUZIAH. R
Assalamualaikum wr.wb Alhamdulillahirabbil’alamin, senantiasa rasa sukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin Tuhan dan kerja keras tim Pena Budaya, akhirnya majalah Pena Budaya edisi Pramuda 2015 dapat dirampungkan. Kali ini tim Pena Budaya mengangkat tema batik, budaya khas Indonesia yang mampu bertahan dari generasi ke generasi, disini kami mengajak anda untuk melihat batik dari sisi yang jarang tersingkap. Edisi kali ini diisi oleh beberapa artikel bertema batik, kegiatan yang memakai batik dan hal–hal unik tentang buku yang sempurna adalah buku yang tidak pernah ditulis, dalam majalah kali ini pasti ada kekurangan di berbagai tempat, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk penyempurnaan di edisi selanjutnya.
Pemimpin Redaksi DIMITRY YUNUSEVICH Ilustrator HANA HANIFAH Layouter M.DZAUHAR AZANI AUDREY M TAHIR Redaksi Acara INDAH APRILIANI KARINA AUDIA Redaksi Karya Sastra ABDUL RIZAL SYIFA Redaksi Opini AZZAHRA H.G FAJRI ULFA LUTHFIA Redaksi Akademik WINDA WAHYUNI ARI RIMA Redaksi Karangan Khas FENY WIDYAWATI
PENA BUDAYA
2
ACARA
mengintip keseruan pawai
hari-hari sastra
2015
Jatinangor ― Kamis (1/10) sekitar pukul 16.00 WIB, pelataran kampus FIB Unpad sudah dipenuhi para mahasiswa peserta pawai yang berbaris mewakili masingmasing jurusan, lembaga maupun himpunan di Fakultas Ilmu Budaya. Berbagai dresscode unik peserta seperti kesatria pandawa lima, kimono ala Jepang, baju tradisional khas Jerman, pakaian khas Prancis, cowboy, 90's style, batik, bahkan pocong pun turut serta mewarnai iring-iringan pawai yang merupakan salah satu dari banyaknya rangkaian acara Hari-Hari Sastra atau H2S selama bulan Oktober 2015. Pawai yang dimulai sekitar pukul setengah lima sore tersebut memulai rute perjalanannya dari FIB, kemudian FISIP, tanjakan cinta, belakang FK, FTG, FAPSI, FK, FKG, gerlam dan kembali lagi ke FIB. Selama acara berlangsung, beberapa aksi seperti orasi dan menyuarakan yel-yel menjadi senjata utama untuk menarik perhatian orangorang di sekitar fakultas yang dilalui iringiringan pawai.
PENA BUDAYA
3
Yang tidak kalah heboh, mereka menyanyikan lagu “Bagimu Sastra“ yang merupakan plesetan dari lagu wajib “Bagimu Negeri” dan menyerukan #KagokEdan yang menjadi jargon H2S pada tahun ini. Tak lupa beberapa kali peserta menyapa orang-orang yang ditemui saat melewati fakultas yang dilalui dalam rute pawai sebagai bentuk keramahtamahan.
ACARA Puncaknya adalah ketika rombongan pawai stay di gerlam selama 15 menit membagi-bagikan flyer mengenai main event H2S pada 31 Oktober kepada orang-orang di sekitar gerlam Menurut Ziki, selaku ketua Hari-Hari Sastra 2015, pelaksanaan pawai kali ini memang mempunyai maksud tertentu. “Tujuan yang pertama jelas untuk ajang publikasi ke satu universitas untuk main event tanggal 31 Oktober 2015. Jadi kita mem-publish-nya dengan cara pawai, itu tujuan utamanya. Tujuan keduanya yaitu merangkul lembaga kemahasiswaan dan himpunan yang mungkin merasa bahwa acara H2S itu bukan milik bersama, sementara hakikatnya H2S itu acara milik bersama”. Beberapa peserta juga ikut mengutarakan opini mereka terkait pawai kali ini.
Para peserta berpose di tengah-tengah berlangsungnya pawai (Dok.Ulfa)
PENA BUDAYA
4
Menurut Helmi, mahasiswa dari jurusan Sastra Jepang yang menggunakan kostum salah satu kesatria Pandawa Lima, Bima, mengaku bahwa acara pawai ini seru, terlebih ini merupakan sebuah pengalaman pertamanya mengikuti pawai. “Untuk H2S sendiri seru acaranya, pengennya sih nanti keliling lagi. Kebetulan ini pertama kali ikut, pawai sebelumnya saya kan masih maba, jadi belum ngerti.” Sementara itu, Pulski, menanggapi pawai H2S secara berbeda dari Helmi. “Massanya kurang banyak, harusnya lebih rame lagi, terus pengkondisian dari FIB itu lama banget entah karena apa waktunya kebuang hampir sejam, nggak ada pemberitahuan buat ngapain aja, kita yang ikut pawai agak bingung pas disuruh diem di Brooklyn soalnya nggak ada pemberitahuan buat rangkaian acaranya tuh ngapain aja. Tapi at all lumayan keren lah bisa nunjukin acara H2S sama fakultas lain walaupun dengan keadaan kampus sedikit sepi.” (Indah/Karina)
ACARA
forsi kembali gelar screen night Jatinangor ― Senin (28/9) bertempat di Bale Santika, Universitas Padjadjaran, Festival Olahraga dan Seni atau biasa dikenal dengan nama Forsi menyelenggarakan “Screening Night”, yaitu pemutaran film perdana dengan menayangkan film-film pendek peserta “Short Movie Competition” yang diikuti oleh klub sinematografi seantero fakultas di Unpad. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini Forsi mengangkat tema Pahlawan untuk film yang diikutsertakan. Jika tahun lalu penilaian berdasarkan jumlah likes terbanyak pada Youtube, tahun ini penilaian dilakukan melalui voting oleh orangorang yang datang dalam screening film. Ada 14 film pendek dari berbagai fakultas yang ditayangkan dalam Screening Night kali ini. Ke-14 film tersebut antara lain : Ÿ Punya Siapa? (FIB) Ÿ Aksi Bisu (FIB) Ÿ My Dad My Hero (FMIPA Ÿ Awaken (D3 FEB) Ÿ The Chain Project (FKEP) Ÿ Mata (FAPSI) Ÿ Ayah (FAPERTA) Ÿ Tamak (FK) Ÿ Injustice (FTG)
PENA BUDAYA
5
Heroes Goes Nothing (FAPERTA) Ÿ Pileuleuyan (FIKOM) Ÿ NATA (FTIP) Ÿ Stasiun Realita (FISIP) Ÿ Genggam (FIKOM) Dari ke-14 film tersebut, terpilih beberapa pemenang dalam berbagai kategori yang cukup menarik minat para penontonnya yang antara lain seperti: Ÿ Punya Siapa (FIB) membawa pulang penghargaan dalam kategori “Best Story” Ÿ Pileuleuyan (FIKOM) meraih kategori “Best Cinematography” Ÿ “Favorite Short Movie” yaitu Injustice (FTG). Ÿ
ACARA ...Jika tahun lalu penilaian berdasarkan jumlah likes terbanyak pada Youtube, tahun ini penilaian dilakukan melalui voting oleh orangorang yang datang dalam screening film....
Untuk pemenang juara pertama sampai ketiga secara berturut-turut adalah Tamak (FK), Aksi Bisu (FIB), dan Genggam (FIKOM). Menurut Wibawa, selaku penanggungjawab Forsi, menjelaskan aspek apa saja yang mempengaruhi penilaian setiap film. “Untuk kategori Unpad sendiri ada juara pertama, kedua, dan ketiga. Lalu juara umum itu ada best story dan best cinematography. Kelima juara dinilai oleh juri semua, kecuali juara favorit yang dipilih melalui voting. Biasanya yang juara-juara ini dilihatnya dari kualitas performa aktor, originalitas/keaslian yang utuh, kesesuaian tema, alur cerita, dan segala macam aspek. Kalau best cinematography dilihat dari kualitas produksinya.”
PENA BUDAYA
6
Untuk penjurian, tahun ini Forsi mengundang tiga perwakilan dari lembaga yang berbeda, yaitu mahasiswa yang merupakan perwakilan dari GSSTF, Kepala Dinas Seni Kontemporer dan Bagian Perfilman dari Dinas Kepariwisataan Daerah Jawa Barat, dan juri yang terakhir adalah penulis naskah film Denias, Senandung di Atas Awan. (Karina/Indah)
...”Kelima juara dinilai oleh juri semua, kecuali juara favorit yang dipilih melalui voting. Biasanya yang juara-juara ini dilihatnya dari kualitas performa aktor, originalitas, kesesuaian tema, alur cerita, dan segala macam aspek. Kalau untuk sebuah best cinematography dilihat dari kualitas produksinya...”
Akademik
SEIMBANG Bukan hal yang mudah berperan sebagai mahasiswa. Kuliah, berorganisasi,dan bergaul adalah beberapa hal yang harus dibarengi kemauan yang ikhlas. Namun tak jarang pula hal tersebut menjadikan seorang mahasiswa nyaman dengan dunianya, sehingga berbagai prestasi pun dapat diraihnya. Abdul Aziz Jalaluddin adalah salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. Aziz adalah sapaan akrabnya, ia tercatat sebagai mahasiswa Sastra Sunda 2013. Lahir tanggal 15 Oktober 1993 di Garut. Pemilik hobi di bidang olahraga ini, menempuh pendidikan formal di kota kelahirannya yaitu SDN Pangrumasan (2000-2006), SMPN 1 Cihirup (2006-2009), SMAN 4 Garut (2010-2013).
PENA BUDAYA
7
Menurut pendapatnya keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan menjadi salah satu kunci keberhasilan. Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan karena Allah, akan menghasilkan kebaikan kapanpun dan dimanapun.
Akademik “Selama di dunia, masalah apapun itu masih bisa dihadapi” Abdul Aziz Jalaluddin
Aktif sebagai mahasiswa bukan berarti mengabaikan pekerjaan non akademik, meski di hari-hari normal mahasiswa terdapat sekelumit tugas akademik, namun ia mampu membagi waktu yang dimiliki untuk berorganisasi. Bahkan organisasi yang ia ikuti cukup banyak, diantaranya : BOKEP (Bola Keranjang Pamass), ROHIS (Rohani Islam) Pamass, Ketua Mapaba (2015), Perisai Diri UNPAD, KMNU (Keluarga Mahasiwa Nahdatul Ulama), PMII (Pergerakkan Mahsiswa Islam Indonesia), dan BPUN (Bimbingan Pasca Ujian Nasional). Mahasiswa Sastra Sunda ini menuturkan “Biasakan untuk tidak melalaika sebuah pekerjaan, maksimalkanlah waktu yang ada, dan yang terpenting adalah sayangi Ayah serta Ibu, karena mereka adalah kunci keberhasilan kita di dunia dan akhirat”
PENA BUDAYA
8
Selain banyak organisasi yang ia ikuti,ia juga meraih prestasiprestasi yang gemilang selama menempuh pendidikan di Universitas Padjajaran,antara lain : sebagai delegasi atlet silat Universitas Padjajaran tingkat nasional di UGM (Universitas Gajah Mada) dan UPN (Universitas Pembangunan Nasional) Veteran, delegasi KMNU(Keluarga Mahasiswa Nahdatul Ulama) Unpad di Jakarta (Rakernas). Membagi waktu antara kuliah dan organisasi memang sulit, namun bagaimana kalau jika mahasiswa meyakinkan dirinya bahwa segala sesuatu yang ia kerjakan dengan senang hati, tanpa keluhan, dijalani penuh dengan niatan akan menjadi sesuatu yang bahkan bisa menjadi kebutuhan. Te r g a n t u n g b a g a i m a n a mahasiswa itu sendiri percaya akan kesanggupannya dalam perkuliahan dan keorganisasian.
Akademik Akademik
Aktif
dengan Prestasi
Gadis kelahiran Surabaya 20 tahun silam ini merupakan salah seorang mahasiwa yang aktif dan berprestasi di Jurusan Bahasa dan Sastra Perancis Universitas Padjajaran angkatan 2012.
PENA BUDAYA
9
Menjadi orang aktif dan berprestasi bukan baru dilakukan sejak kuliah, namun ia sudah aktif berorganisasi dan mengikuti berbagai lomba sejak SMA, diantaranya: aktif sebagai anggota OSIS, anggota tim basket, mewakili sekolahnya dalam Lomba Cerdas Cermat Bahasa Inggris dan Lomba Jurnalistik sebagai Best Spirit Award. Hingga di bangku kuliah ia tetap menjadi salah satu seorang mahasiswa yang telah aktif berorganisasi, seperti: aktif di BEM Gama Fakultas Ilmu Budaya, Parasastra, School of Leader 7, Konjen Ikatan Mahasiswa Studi Perancis se-Indonesia, anggota Presidium Kema Universitas Padjajaran, Himaper serta Komunitas Arek Unpad Suroboyo .
Amirahvelda Priyono
Akademik Akademik
Tak sekedar aktif berorganisasi namun ia juga menorehkan beberapa prestasi selama perkuliahanya , terbukti saat ia di tunjuk sebagai mahasiswa berprestasi yang mewakili jurusan Sastra Prancis pada tahun 2015. Selanjutnya ia juga mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ke Thailand dalam kegiatan Asean Youth Friendship Network selama seminggu . Disana ia berkunjung ke Universitas Chiangmai , belajar bahasa Thailand , dan di bekali materi marketing dalam rangka persiapan Asian Economic Community . Menjadi mahasiswa yang aktif dan berprestasi bukan di jalani tanpa halangan, menurutnya halangan terbesar yang di hadapi selama ini adalah rasa malas . Namun ia tak ingin tenggelam dalam rasa malas , ketika rasa malas menghampiri ia akan mengingat tujuanya yang sebenarnya.
PENA BUDAYA
10
“ Biasanya ada quote dari Dagelan itu satu hari menunda skripsi sama dengan satu hari menunda pernikahan, itu sebenernya ada benernya juga walaupun kedengaran konyol ,jadi kalo kita menunda langkah untuk kelulusan kita , kita akan menunda satu hari untuk melakukan hal lainya “ ujar Velda
“Prestasi itu bukan berasal dari penghargaan tetapi pencapaian yang telah kamu buat untuk membahagiakan orang-orang di sekitarmu�
KARYA SASTRA
Lupa Oleh Vivi Mayangsari
Tidakkah kau tau... Sinar bintang itu tidak pernah redup Suatu yang mengalir dalam nadiku Suatu yang tidak luput dari benakku Tidak ada keraguan Kau hidup... Aku ada...
PENA BUDAYA
11
KARYA SASTRA
Kerasnya Angin Oleh: Riswanto
Aku ikut atas kakimu Tiada sekat,aku lekat Di dunia nisbi, kamu seperti kiamat bertanda Yang dibilang anak, terus bersabda Lalu kamu seperti hendak melarat Bercucuran mengais-ngais Bumi Sedang yang dilakukan Ibu Pertiwi Cuma nangis berahi PENA BUDAYA
12
KARYA SASTRA
Terlalu banyak tanda yang kabur diantara hubungan kami, terlalu banyak waktu yang terlunta-lunta dalam sejarah perjuangan pertemuan kami, terlalu banyak sekat yang sulit dimengerti, serta terlalu banyak pula tanda tanya menghampiri. Tetapi terus mengurai dari jauh menjadi dekat. Pikiranku terbang pada masa, pada sebuah tanda yang berkelebat tanpa mungkin terbaca. Memang susah dimengerti, perasaan ini seperti seekor teka-teki yang menjuntai pada waktu yang panjang. Susah ditangkap kemungkinan-kemungkinannya, karena maknanya terengut belati bunga. “Sampai berapa lama kau disana?” Wanita berparas cantik itu menegurku. “Apanya?” Ujarku. “Berdiri dekat jendela itu, apalagi?” Matanya medidih tajam.
PENA BUDAYA
13
“Sebentar lagi, belum bersih kenangan dari balik tralis ini.” Aku enggan beranjak. Udara menjulur dari lubang hidungku, pelan terdengar hembus yang memberat. “Sampai berapa lama kau disana?” Ujarnya sambil menatap jauh pada poster bertemanakan batik di dinding kamar. “Secepat mungkin kurang empat tahun kalau bisa.” Jawabku asal. “Kau akan menikmatinya, nikmat mana lagi yang akan kau dustakan?” Ia beranjak pergi menyisakan lebam udara, kini sepi ruangku. Ada perasaan segan untuk menoleh apalagi mengejarnya. Ia serupa kupu-kupu, semakin dikejar semakin jauh terbangnya. Ada teka-teki yang harus ku pecahkan. Setidaknya ada penjelasan yang membuatku memahami situasi yang sedang ku masuki. Bahwa cita kadang tumbuh disaat yang tidak diharapkan serta tidak tepat.
KARANGAN KARYA SASTRA KHAS Tapi tidak mungkin untuk memfermentasikan lebih lama lagi. Di atas pertemuan kami yang semu ini, akankah masa depan cita ini akan berakhir pada ilusi yang abstrak? Ta p i b a g i k u i n i a d a l a h pertaruhan sejarah, tentu ada cita yang harus diberi kesempatan. Pertemuanku dengannya adalah momen valid yang mengiris waktu, karena terjadi pertempuran untuk menggapainya. Bukan karena inilah momen pertama kami secara terus terang menyatakan perasaan kami, tetapi juga karena pertemuan ini memang punya akar sejarah yang panjang. Ada keniscayaan historis mengalun erat di dalamnya. Kami berdua, memustuskan untuk saling mendamaikan diri dalam sebuah momentum. Momentum kali ini tak sabar untuk mencatat adegan. “Dik…!” Suara itu terdengar memanggil dengan emosi. “Aku akan turun!” Suara itu pun memaksa mulut ini untuk teriak. “Kapan? Kau mengatakan sejak setengah jam yang lalu!” Kini ia serius menyerang dengan penekanan nada keras dimana-mana. Aku beralih sebelum detik beralih mendahuluiku. Tu r u n d a r i a t a p j e n d e l a bertralis, melakukan pendaratan sempurna pada keramik putih yang mengkilat.
PENA BUDAYA
14
Ah ini paling berat. Koper itu berbincang denganku, ia menceritakan kemenanganku. Aku memilih memenangkan diam dan memuja ketenangan. Ku pandang jendela itu untuk kesekian kalinya, lalu sekilas ku beranikan diri untuk menatap poster kesayangan disudut yang lain. Poster itu ternyata agak miring, corak batik yang indah pun tak kuasa bernyanyian. Mengalun tulus kebanggaannya pada kemenangan kali ini. Kuraih tangkai koper dan akhirnya menyusuri tangga mengambil hadiah. Aku menang. Mereka dibawah memandangku satu per satu. Ku balas dengan tatapan tenang. Mereka semua tersenyum sangat indah, sepertinya ingin memenjarakan diriku kedalam kasih. Ada enggan untuk menerima waktu, rasanya ingin sebuah pertanggungjawaban. Tapi waktu bergerak cepat saat rasa ini bergerak lebih pelan. Sebuah detak yang memilukan dalam ruang yang tak terkatakan.
KARANGAN KARYA SASTRA KHAS Begitulah kadang kesedihan datang lebih dulu sebelum angin perpisahan tiba. Aku menjadi sepasang anak kecil yang mendua di dalam diri. Belajar menyimpan rasa dan menyembunyikan simfoni yang merasuk sukma. Sepertinya malam akan menundunginya dengan rahasia yang paling pekat. Selamat, inilah kemenangan. Kemenangan luar biasa antara sebuah rasa dengan momentum. Kemenangan yang memiliki corak amat indah dengan ingatan pada sebuah waktu yang telah terbang. Biar canting ini kembali melukiskan warna di atas kain. Biar warna yang menjadikan haluan ini indah. Kami menjalin hubungan baru. Aku dan Universitas Padjadjaran. S u r g a i l m u y a n g b e s a r, a k u mengalahkan ribuan orang dan ketakutan akan sebuah kelok masa.
PENA BUDAYA
15
OPINI
batik busana
khas
indonesia
Oleh : Rock
Apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata 'batik'? Sebagian besar orang merepresentasikan batik dengan Indonesia. Sebab, di tanah itulah batik diciptakan. Batik merupakan ciri khas yang menempel di Indonesia sejak lama. Apalagi setelah disahkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia sejak 02 Oktober 2009, batik makin saja lekat dengan Nusantara. Sejak itu pula, rakyat Indonesia gencar mempromosikan batik di seluruh penjuru dunia. Promosi yang mereka lakukan tentu saja bukan sekadar wacana atau teori, namun langsung kepada praktik, seperti menggunakan batik pada acara-acara resmi. Pemerintah juga memberikan perhatian lebih pada batik. Mereka acapkali menggunakan batik dalam acara kenegaraan, misalnya saat mengadakan kunjungan kerja keluar negeri atau berdiplomasi.
PENA BUDAYA
16
OPINI
Lalu, bagaimana batik digunakan di sekitar kita? S e ko l a h s e b a g a i l e m b a g a pendidikan resmi sudah mewajibkan para siswanya untuk menggunakan batik pada hari tertentu. Ad a y a n g m ewa j i b ka n n y a digunakan setiap hari Kamis, ada pula yang mewajibkan penggunaannya di setiap hari Jumat. Mereka pun memiliki alasan tersendiri dalam memilih hari untuk menggunakan baju batik. Namun, bagaimana penggunaan baju batik di lembaga pendidikan seperti Perguruan Tinggi? Di kalangan mahasiswa sendiri, khususnya Unpad, tidak memiliki kewajiban menggunakan batik pada hari tertentu. M e re ka d i b e b a s ka n u n t u k menggunakan pakaian tersebut selama sopan dan rapi. Namun, rupanya peraturan yang sudah mereka laksanakan selama 12 tahun mengemban pendidikan di sekolah membuat beberapa mahasiswa masih menjalankan aturan tersebut. Tak jarang ditemukan mahasiswa yang menggunakan baju batik pada hari Kamis.
PENA BUDAYA
17
Sedangkan untuk kalangan staf sivitas akademika, mereka lebih memilih menggunakan batik hari Jumat. Beberapa mungkin menggunakan batik pada seminar atau acara resmi. Batik rupanya sudah memasuki dunia fashion tidak hanya di Indonesia. Beberapa designer merancang pakaian dengan unsur batik untuk perayaan resmi di luar nusantara. Tentu saja, hal ini dan diterima dengan baik dan berdampak positif bagi Indonesia sendiri. Sudah sepantasnya kita menghargai dan menjaga apa yang menjadi warisan budaya Indonesia. Dengan melestarikan budaya tersebut, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi pribadi masing-masing. So guys, what are you waiting for to use batik? Selamat Hari Batik Nasional!!!
OPINI
tanya jawab Kalau aku bilang batik apa yang terlintas di pikiranmu? Ÿ Fitri: Budaya khas
Indonesia banget Ÿ Multazim: Jawa, karena batik itu lebih terkenal di Jawa Ÿ Ari: Kain khas Indonesia
PENA BUDAYA
18
BATIK Rubrik ini berdasarkan hasil pertanyaan dan j awa b a n d a r i t i g a narasumber yaitu : Ÿ Fitriyani Putri Nugraha-Sastra Jerman 2015 Ÿ M u l t a z i m - S a s t ra Jerman 2015 Ÿ Ari Bayu. S-Sastra Inggris 2015
OPINI Kamu sering Pake Batik? Fitri: Aku hanya batik pada saat-saat tertentu saja Multazim: Saya pakai batik kalau acara-acaranya penting serta menuntut untuk rapi dan formal Ÿ Ari: Sering, biasanya untuk acara resmi Ÿ Ÿ
Mengapa batik itu terkesan formal? Ÿ Fitri: Karena dari dulu sering dipakai buat acar formal aja Ÿ Multazim: Karena sejak kecil kita udah dibiasain pakai batik pas
acara formal aja Ÿ Ari: Karena sekarang Desainya lebih dikhususkan untuk ke kantor atau acara formal
Berarti ada anggapan umum barangkali? Fitri: Kalau menurut saya itu karena kebiasaan masyarakat aja Multazim:Kalau saya liat model dulu, kalau kaos untuk bisa buat non formal, kalo kemeja baru buat acara formal Ÿ Alif: Kayaknya sih desainnya yang belum”kekini-an” Ÿ Ÿ
Bagaiamana cara Meningkatkanya dong? Ÿ Ÿ Ÿ
Fitri: Harus punya kesadaran kalau batik punya kita Multazim: Mulai dari sendiri, yuk pakai batik! Ari: Bisa kita mix dan match yang “kekini-an”
PENA BUDAYA
19
Kunjungi kami di: http://penabudaya.ďŹ b.unpad.ac.id/ Twitter: @Penabudaya LINE ID: @ddb1067y