Buletin Edisi Oktober 2015
Indonesia Berasap
Sudah dua bulan lamanya masyarakat sumatera dan Kalimantan di kelilingi kabut asap. Masyarakat Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan dikelilingi bahaya yang disebabkan kabut asap. Kabut asap ini sudah dapat dikatakan bencana besar yang melanda Negara kita ini. hal ini dapat kita lihat dari dampak yang dihasilkan oleh kabut asap. Hampir seluruh kegiatan di kota-kota yang terkena dampak kabut asap terganggu. Mulai dari aktifitas transportasi sampai akifitas belajar mengajar pun terganggu. Hal ini tentu sangat merugikan banyak pihak. Selain itu jutaan jiwa juga terancam terkena ISPA, bahkan anak-anak kecil yang takberdosa pun sudah menjadi salah satu korban dari bencana kabut asap ini. tercatat sudah 71 ribu penderita ISPA berada di Riau. Sungguh ironi apabila kita melihat situasi Negara kita saat ini.
Sebenarnya lahan apa sih yang banyak terbakar? Sumatera dan Kalimatan memiliki cukup banyak lahan gambut. Tanah gambut adalah seperti tumpukan kayu hasil dari lambatnya proses dekomposisi karena sisa-sisa tumbuhan terendam oleh air. Kombinasi dari curah hujan tinggi dan lahan yang relatif datar akan menghasilkan banyak lahan yang terendam oleh air. Lahan yang terendam oleh air ini yang berpotensi membentuk ekosistem rawa gambut. Lahan gambut inilah yang banyak terbakar di wilayah-wilayah Indonesia. Lahan gambut merupakan lahan berair. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa lahan ini tidak produktif. Oleh karena itu dilakukanlah pengeringan terhadap lahan ini dengan tujuan membuatnya menjadi lahan produktif. akan tetapi pengeringan ini mempermudah lahan ini terbakar saat terkena panas yang sangat terik dalam waktu lama. Apalagi jika terdapat oknum-oknum yang dengan sengaja membakar lahan tersebut. Terbakarnya lahan-lahan diperparah dengan asap-asap yang timbul sangat banyak. Selain itu dikarenakan angin yang cukup besar menyebabkan asap tersebar sangat luas bahkan hingga ke Negara tetangga. Sejauh ini upaya pemadaman kebakaran lahan sudah dilakukan semaksimal mungkin. Ribuan tim gabungan sudah dikerahkan untuk memadamkan titik api yang ada. Namun hasil yang diperoleh sangatlah kecil. Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan hal ini disebabkan karakteristik kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera sangat terpusat dan titik api berada pada kedalaman tiga sampai lima meter di bawah tanah. Kondisi ini menyebabkan api dipermukaan lahan yang sudah dipadamkan bisa menyala kembali dalam waktu singkat karena api yang berada didalam masih menyala. Tentu kondisi ini sangat menyulitkan tim pemadam kebakaran lahan. Namun Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang mengkaji teknologi baru untuk memadamkan lahan yang terbakar tanpa menimbulkan asap, yaitu dengan penggunaan air yang dicampur dengan flame freeze berupa tetrahedron. Bantuan-bantuan dari Negara tetangga juga sudah mulai