Article - Architecture Design Theory

Page 1

AR-3112 Teori Desain Arsitektur

Mengungkap Paradigma Benang Merah antara Fenomenologi, Perancangan dan Arsitektur Milik Peter Zumthor

MochammadFikri Ardiansyah(1) fikriardiansyah141@gmail.com / 15219083

Abstrak

Manusia dan karya selalu memiliki ciri khasnya tersendiri. Tak terlepas seorang arsitek dan karyanya pun memiliki caranya tersendiri dalam menyampaikan terjemahan perancangan yang diinginkannya, salah satunya Peter Zumthor Arsitektur Peter Zumthor terkenal dengan kesan misterius dan sulit direpresentasikan untuk mendapat pola – pola perancangannya. Permainan kualitas ruang dan detail material mendapat perhatian lebih dalam mengenali karya – karyanya. Integrasi kualitas ruang yang kompleks dan detail tersebut ternyata terungkap melalui teori Fenomenologi pada perancangan milik MartinHeidegger. Untuk mengetahuianalisis lebih jauh tentanghal tersebutmetode yang digunakan menggunakan teori PoeticsofArchitecture(1992)oleh Anthony C. Antoniades. Aspek tangibledan intangiblepadateoritersebutdapatmembedah satupersatupengaruh Fenomenologiterhadap karya Peter Zumthor yang kemudian aspek tangibleakan membantu analisis pada pengalaman pengguna dan aspekintangibleuntukmenjelaskan pengaruh proses desaindalamsetiap karya PeterZumthor. Kata-kunci : fenomenologi,intangible, peterzumthor, poetics architecture, tangible

Pendahuluan

Pemikiran dan penerjemahan perancangan tiap arsitek yang unik dan beragam mencipatakan karya – karya yang berbeda. Pendekatan perancangan dipengaruhi oleh paradigma dan perspektif individu arsitek yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang arsitek, hobi, kebiasaan, pengalaman, dan pengetahuan yang dikuasaiarsitek.Kekuatanpendekatanpemikiran dalam perancangan dapat tersiratkan dalam karya-karya yang kemudian tumbuh, berkembang menjadi jati diri khas seorang arsitek. Tak ayal bagi seorang Peter Zumthor, paradigma penerjemahan perancangan menjadi perhatian utama dalam setiap karya yang ditampilkan. Pendekatan dan pemikiran perancangan yang berbeda dengan para arsitek lainnya menjadi ciri khas utama seorang Peter Zumthor dalam mempresentasikan setiap karyakaryanya.

Peter Zumthor, seorang arsitek senior yang mengantongi banyak pengalaman memilih pendekatan yang unik dan tidak awam, yaitu pendekatanFenomenologimilikMartinHeidegger. Teori ini diterjemahkan dengan sangat unik dan detail dalam setiap perancangan arsitektur milik Peter Zumthor. Namun, batas antara pengaruh fenomenologidankaryaarsitekturnyamasihtabu

serta perlu dibedah satu per satu untuk mengetahui titik benang merah pengaruh teori tersebut dalam proses perancangan dan penciptaan pengalaman arsitekturnya. Dengan adanya analisis ini diharapkan dapat memahami lebih baik cara kerja pemikiran dan paradigma perancanganfenomenologidapatmempengaruhi perancagan arsitektur.

Proses pembedahan representatif Zumthor terhadap arsitektur melalui sudut pandang fenomenologi memerlukan teori yang cukup lugas menjelaskan hal tersebut. Teori Poeticsof Architecture(1992)karyaAnthonyC.Antoniades menjadi pilihan untuk mendeteksi alur berpikir seorang Zumthor dan fenomenologi. Hal ini dikarenakan dalam bukunya, Antoniades menjelaskan bahwa dalam proses perancangan keputusan yang diambil dapat memiliki alas an yangmelampuairasioanlitas,titikinilahyangakan menjadi jembatan benang merah antara fenomenologi dan arsitektur Zumthor. Dalam kanal teori Antoniades ini aspek tangible dan tangible akan dikelompokkan sesuai dengan prinsip fenomenologi yang kemudian akan dijabarkan menjadi 2 hal, yaitu proses perancangan (dari aspek intangible) dan pengalaman arsitektur(dari aspektangible).

Tugas Individu AR-3112 2020 | 1

Pengalamannya yang sangat beragam menjadi tantangan dan peluang sebagai pemilihan data penelitian yang dilakukan terhadap beragamnya karya Peter Zumthor untuk mempresentasikan fenomenlogi dalam karyanya. Meski tidak mempunyai keterkaitan langsung dengan pemikir-pemikir desain lainnya, pemikiran Arsitektur Puitis dari Antoniades yang secara eksplisit mengklaim sebagai “Teori Desain”. Artinya, Antoniades cukup percaya diri bahwa pemikirannya mampu menjelaskan fenomena desain dengan baik, dan dalam beberapa riset di atas hal itucukup terbukti.Namun sebagaiteori, pemikiran Antoniades ini belum lengkap, karena banyak saluran-saluran kreativitas arsitek yang ada namun tidak terjelaskan melalui teori ini (Ekomadyo, 2010:13). Pemilihan karya untuk mengidentifikasi hubungan fenomenlogi dengan karyatersebutmelaluiteoriPoeticofArchitecture dhiarapkan dapat menemukan benang merah hubungan pemikiran dan perancangan Peter Zumthor.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalahdenganobservasiarsip– arsipprofil,latar belakangdankaryaPeterZumthormelaluimedia cetak dan elektronik serta sumber sekunder dari artikel – artikelyangberagamdiinternet.Metode ini bersifat kualitataif yang didukung oleh pendekatannarrativeresearch.

Sampel data yang digunakan adalah 6 sampel, yaitu profil, teori fenomenologi, dan 4 karya Zumthor yang diurut secara historis, yaitu Saint Benedict Chapel (1988), Therme Vals (1996), Kunthaus Bregenz (1997), Bruder Klaus (2007). Data ini akan digunakan untuk bahan banding dalamteoriPoeticofArchitecturesebagaimetode analisis data

Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan Teori Anthony C. Antoniades PoeticsofArchitecture. Analsisi data dimulai dengan pengelompokan 9 prinsip teori fenomenologi dalam kanal teori PoeticsofArchitecturedanterbagimenjadi2hal, yaitu intangible untuk menjelaskan pengaruh pada proses perancangan dan tangible untuk

2 | Tugas Individu AR-3112 2020

pengaruh secara pengalaman arsitektur. Aspek dari setiap Channel akan dipilih menggunakan tabel kecocokan dengan prinsip – prinsip dalam teorifenomenologi(pada tabel 2).

Diagram 1. DiagramAlur Analisis Data

Teori Fenomenologi Arsitektur dan fenomenologi dapat dikaitkan dengan indera, pengalaman yang didapat dari kesadaran. Heidegger berpendapat bahwa sebuah bangunan tidak seharusnya menjadi pusat kekaguman, namun lebih berpusat kepada pengalaman dari bangunannya itu sendiri dan aktivitas kehidupan didalamnya. (Wijaya:2019) DalamteoriMartinHeidegger :

• Heidegger mempertanyakan apakah itu “EksistensiKeberadaan”.

• Untuk itu, Heidegger kembali mempertanyakan entitas yang bisa mempertanyakan Keberadaan, yaitu manusia

• Heidegger menyebut manusia dengan istilah Dasein, yang berarti “ada -di-

Mengungkap Paradigma Benang Merah Fenomenologi, Perancangan, dan Arsitektur Peter Zumthor

sana” yang menunjukkan ciri eksistensialmanusia. PrinsipFenomenologiHeidegger

• Nearness (Kedekatan non fisik-fisik)

• ‘Soitseems’(caramanusiamengalami sesuatu,pengalamanlebihpentingdrpd penjelasan saintifik/pun filosofis)

• Thing & Object (Thing:Objek dan manusia(persepsinya), Object: lebihke benda)

• Fourfold (keberadaan manusia mengalamisesuatu)

• Gathering (Thing/objek sebagai titik pengumpulan manusia)

• Architecture is not enough (Dianggap terlalu estetis dan tidak memperhatikan prioritas keberadaan manusia)

• Building & Dwelling (Kesatuan aktivitas ygmengikatmanusia)

• Place & Space (Eksistensi manusia menciptakan tempat dan batas ruang)

• Poetic Measuring(Kepekaan)

Tabel 1. Proses Pengelompokan Analisis Fenomenologidan Poetic Architecture

Tabel 2. Pemilihan ChannelToeriPoetic Architecture terhadapfenomenologi

Mochammad Fikri Ardiansyah

Peter Zumthor Peter Zumthor merupakan seorang arsitek yang terkenal akan karya-karyanya seperti The Therme Vals dan Kunsthaus Bregenz. Zumthor lahir di Kota Basel, Switzerland, pada 26 April1943.

Gambar 1. PeterZumthor Pekerjaan ayahnya yang seorang tukang kayu yang mengenalkan Zumthor pada desain sedari kecil. Zumthor menempuh studinya di Kunstgewerbeschule yg berada di Basel, lalu ke Pratt Institute di New York. Selanjutnya, beliau menjadiarsitekkonservasiuntukDepartmentfor the Preservation of Monument kanton Graubünden. Pekerjaan inilah yang memberikan Zumthor pemahaman lebih mengenai kualitas dari material bangunan pedesaan yang berbedabeda. Desain Zumthor, menekankan aspek sensorik dan spiritual dari pengalaman arsitektur. Dari komposisi yang tepat namun sederhana dan bahan yang dihadirkan, untuk menangani skala dan efek cahaya. (Basuki, KH:2019)

Peter Zumthor mendirikan firma arsitekturnya sendiri pada tahun 1979.. Zumthor juga pernah mengajar di beberapa universitas ternama serta memperoleh sejumlah penghargaan, salah satunya Pritzker Prize. Saat ini, Zumthor bekerja distudiokecilnyadengansekitar30karyawan,di Haldenstein, dekat kota Chur, di Swiss. Prinsip Intangible pada metaphor terlihat dari gaya analogi desain arsitektural zumthor yang diambil dari 4 hal, yaitu konteks sekitar, materialitas, imajinasi mimpinya, dan fenomenologi. Hal ini didukungolehprinsipParadoksialantarafisikdan non fisik menjadi ciri khas Zumthor. Penanaman kualitas ruang dan material didasari dari pengalaman manusia secara langsung dalam ruang. Ketika mendesain Zumthor akan mengosongkan pengalaman ruang apapun dan memulai mengoleksi,memikirkan, dan mengimajinasi ulang pengalaman ruang yang diharapkan. Selain itu ada, ada obscure atau

Tugas Individu AR-3112 2020 | 3

Hasil dan Pembahasan Profil

cerita dibalik ketertarikan Zumthor pada kualitas material yang dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai seorang tukang kabinet bersamaayahnya,pengrajin.Danketertarikan Zumthor pada fenomenologi karena pemikirannya tentang ruang yang berbeda, mengenai rasa melalui detail, bukan melalui suatu hal yangholistic. Literaturefenomenologi yang kuat menjadi kecondongan gaya Zumthor seperti yang dibilang Paul Goldbeger bahwa “Zumthor bermain pada kualitas yang mendekati pada filosofi fenomenologi milik Martin Heidegger”. Pengaruh-pengaruh dalam proses tersebut terlihat (tangible) dalam karyanya yang terinsipirasi dari materia l lokal pedesaan, konstruksi dan kerajian yang halus serta detail Akibatnya, nature menjadi pendekatan penting arsitektur zumthor yang tidak meiliki gaya tertentu, tapi pola tertentu yaitu dengan memulainya dari merespon konteks ruang dan alam sekitar, pengalaman, dan materialitas lokal yang bisa digunakan sertal pelatakan massa yang disesuaikan dengan lanskap alam sekitar. Fenomenologi Zumthor lainnya didapatkan dari Louis Khan. Khan pernah berkata “If you want to give something presence, you have to consult with nature” yang dapat dikaitkan dengan kejujuran dari material Hal ini pun diperkuat dalam topik pembicaraan Zumthor tentang Atmosphere yang dijadikan sebuah buku. (Wijaya:2019)

• Saint Benedict Chapel (1988)

Kapel Saint Benedict, terletak di desa Sumvitg, Graubünden,dirancangpadatahun1988.Bagian luarkapel yang sederhanadan berskala manusia merangkumkeindahandankesederhanaankarya Zumthor. Ruang interior tunggal berisi kolom, balok, dan bangku kayu minimalis, yang menampilkan keahlian Zumthor dan pendekatannyayanghalusterhadapmaterialdan detail. Secara metaphor, Desain atap kapel menggunakan konsep lambung kapal, terbalik menghadapkebawahuntukmenciptakanbidang atap yang rapi dan menarik. ParadoksialBidang lantaiyanghampirtampaksepertimengambang, tetapi tidak menyentuh kolom kayu ditujukan untuk melunakkan batas ruang, menciptakan

ruang halus dengan variasi bahan tunggal hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan segala jenis gangguan untuk memusatkan batas metafisik antara pengguna dan Tuhan dalam kehidupan batin dan tidakterasa didominasi.

Materialkaca halus di bawah atap menunjukkan ruang yang melayang dan masuknya cahaya halus menambah ruang menjadi lebih khidmat. Kombinasi kayu pada dekorasi dan elemen rangka menabah kehangatan ruang. Kapel berbentuk silinder menyatu secara alami ke dalam dan konteksnya, tanpa menyinggung dimensi tradisional dan sejarah desa Alpine Cerita obscure kapel ini dimulai dengan dibangunnya kapel setelah longsoran salju pada tahun 1984 yang dibangun dengan gaya barok dan diubah dengan fenomenologi cahaya dan ruang halus dan struktur memiliki batas hasul untuk memberikan ruang yang lega. Estetika minimalis ini membuktikan masa lalunya untuk menggabungkan kualitas tradisional dengan pemikiran modern. Dengan membangun kapel yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dan menggunakan bahan-bahan lokal, Zumthor menciptakan tempat yang tenang, di mana pengunjung dapat bernafas dan tidak merasa didominasi,sebuahtempatkontemplasi.Zumthor menggunakan bahan dan teknik modern untuk desain khusus ini, kapel berbentuk silinder menyatu secara alami ke dalam konteksnya, tanpa menyinggung dimensi tradisional dan sejarah desaAlpine.

Mengungkap Paradigma Benang Merah Fenomenologi, Perancangan, dan Arsitektur Peter Zumthor
4 | Tugas Individu AR-3112 2020
Gambar 2. St. BenedictChapel

Therme Vals (1996)

Therme Vals adalah hotel dan spa yang menggabungkan pengalaman sensorik yang lengkapdalamsebuaharsitektur.Idedankonsep utamanya membentukmetaphorstruktur seperti gua atau tambang dengan dominansi batu serta relungruangyangdigalisehinggaterciptaruangruang negative. Konsep tentang ruang dan materialyang dijadikan vocal pointadalah

• Light& Shade

• Chain of World for Material : Batu, Air, dan Gunung

• Sense tercipta dari konteks material, yaituBatu

• BentukMonolitik

• Multisensori

• Menggunakan analogi gua, tambang, dan hutan

Therme Vals dibangun dari lapisan demi lapisan lempengan Valser Quartiz yang digali. Batu lempengan inilah yang menjadi inspirasi penggerakuntukdesain.Materialbatudigunakan dengan penuh tanggung jawab untuk menciptakan struktur dan pengalaman ruang yang puitis. Chain of world for materialmungkin cocok untuk menggambarkan ikatan material batu, air, dan gunung (tanah) sebagai material utama yang sederhana namun menciptakan suasanasensorikyanglengkap, seolah beradadi hutan, monolitik, dan ruang-ruang yang berimplikasi dan menciptakan sensualitas. Jiwa material ini menjadi titik obscurepenggabungan pengalaman sensorik dari lighting and shade, material batu yang monolitik menciptakan multi sensori. Penggabungan batu inilah titik samar yang menggambarkan konsep penggalian gua dan tempat mandi kuno dihadirkan di tengan lempengan tanah di dalam lahan dengan modernitas linearitas ruang. Therme Valsmenggambarkannya sebagai “perasaan (awal) untuk kegelapan dan cahaya, untuk pantulan cahaya di atas air, untuk difusi cahaya melalui udara yang dipenuhi uap untuk ritual mandi”. (Poon, S:2018)

Paradoksialruangyangterciptadiciptakanantara mandi kuno dan fundamental mandi yang dipadukan dengan gaya modern saat ini. Kombinasi penciptaan ruang ini terasa mengalir antara ruang terbuka dan tertutup dan menciptakan metafisik linearitas dalam kekuatan mistis kesucian mandi romawi di area spa. Literature pun dihadirkan secara harfiah dan gamblang, Theme vals mengambil inspirasi dari kisahkunozamanyunanidanromawipadaruang kamar mandi yang berada di kastil sehingga penataanruangmandiiniterletakterbukanamun seakantertutupmiripsepertipadazamanromawi. Kedudukan Therme Vals dalam naturememiliki pendekatan melebur dengan masuk pada lempengan gunung. Merespon tapak sekitar dan tidak mendominasi hal ini didukung juga pada penggunaanmaterialbatuyangdiambildariarea sekitarjuga

• Kunthaus Bregenz (1997)

Kunsthaus Bregenz adalah sebuah bangunan galeri seni kontemporer rancangan Peter ZumthoryangdibangundiKotaBregenz,Austria. Bangunan ini berlokasi dekat dengan danau constance. Zumthor memanfaatkan nature sekitar tapak dan membuat bangunan ini berintegrasi dengan lingkungan dan elemenelemen yang ada seperti bangunan publik, kehidupan masyarakat, cahaya, dan perairan. Gedung galeri ini dirancang sebagai bangunan yang diterangi oleh cahaya matahari. Cahaya dapat masuk melalui facade panel-panel kaca dan menerangi tiga lantai atas bangunan. Keadaan cuaca, musim, dan sekitar memiliki peran penting karena akan memberikan kesan yang berbeda untukbangunan. Struktur facade nya independen dan membungkus keseluruhan gedung. Penyusunannya yang sederhana memberikan kesan minimalistik pada Kunsthaus Bregenz ini. Material beton slab vertikal 72 cm berlapis 3 menjadi struktur utama bangunan yang sederhana. Struktur material beton ini menciptakan ruang kosong tanpa kolom yang luas dan memantulkan respon cahaya masuk dalam balik kisi material kaca pada facadenya. Bangunan masif beton ini diterangi oleh panel kaca dan menerangi ruang sesuai keadaan

Mochammad Fikri Ardiansyah Tugas Individu AR-3112 2020 |
5
Gambar 3. Therme Vals

musim dan cuaca yang membungkus gedung. Alhasil ruang yang terbentuk memberikan kesan dingindan sederhana, namunfleksibeldan polos

sehingga

Gambar 4. Kunsthaus Bregenz

Secara metaphor, galeri seni kontemporer mengambil analogi bangunan publik yang sederhana yaitu kubus murni, dengan tranparansi untuk mencipatakan komunikasi ruang luar dna dalam. Analogi canvas kosong juga sangat kuat dengan hadirnya minimalisti. Paradoksial manusia dan karya yang membutuhkan ruang dihadirkan melalui minmalistik beton pada kubus di dalamnya. fleksibilitas, polos menciptakan metafisika sebuah kanvas kosong yang digunakan manusia untuk berkarya. Obscure yang dihadirkan Zumthorberhasilmembuatsebuah‘canvas’baru untuk setiap karya seni yang akan di eksibisi di gedung ini. Kunsthaus Bregenz mengambil literature perancangan publik pada area kota tentang masyarakat, cahaya, dan perairan, serta ruang yang saling berkomunikasi. Kata klise dan estetik tentang seniman dan canvas kosong dihadirkanpadapembentukanruangdidalamnya yangfleksibelmenyesuaikanpembentukmanusia didalamnya.

• Bruder Klaus (2007) Chapelini dibangun sebagai bentukdedikasi dan penghormatan untuk Swiss Saint Nicholas von

6 | Tugas Individu AR-3112 2020

der Flue, atau dikenal sebagai Bruder Klaus. Konsepyangditonjolkandaribangunaninisendiri antara lain : Pengalaman sensual yang tercipta darikontrasyangintensantarasiangdanmalam, Kontras antara interior yang mistis dan intim dengan selubungbangunan yangrigid dan masif

Gambar 5. BruderKlaus. Secarametaphor,analogi chapel ini membentuk rongga curva amorf dan membentuk oculus. Ruang utama diterangi cahaya dari oculus dan dinding tampak seperti suardan bintang-bintang di langit malam yang diakibatkan relung beton dari struktur bekisting kayu yang dibakar didalamnyadandimandikancahayadariatas.Hal ini menciptkan, Paradoksial bentuk curve amorf menggambarkan sebuah perjalanan manusia menuju tuhannya. Metafisik sampai pada ruang luas pada relung yang sempit menjadi sebuah keleluasaan seolah kelegahan manusia bertemu dengan Tuhannya. Puitisasiruang didobrak oleh cahaya yang masuk melalui oculus dan lubanglubang di dinding tampak seperti suar dan bintang-bintang di langit malam, menciptakan ruang interior yang sangat puitis dan mistis. Interior mistis dan intim seolah diambil dari kisah tentang kedektan umat dengan tuhannya. Secara struktur material, metode konstruksi yang digunakan sangat menarik, dimulaidarimembuatkerangkastrukturdari112 batang kayu, kemudian dilapisi dengan adonan beton sebanyak 24 lapis, menghasilkan dinding

Mengungkap Paradigma Benang Merah Fenomenologi, Perancangan, dan Arsitektur Peter Zumthor dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh seniman-seniman untuk memamerkan karya-karyanya.

luar yang kaku. Setelah lapisan beton kering, struktur kayu dibakar sehingga meninggalkan rongga berbentuk curva amorf, dengan dinding hangus dan bertekstur kasar. Rongga ini kemudian menjadi ruang dalam dari kapel. Chapel ini terletak di ladang lahan luas yang diletakkanditengahdankeciltidakmendominasi sama seperti tanaman disekitarnya yang hanya mrmilikinaturerumputilalang.

• Analisis Pola dan Metode Fenomenologi pada Perancangan Zumthor

Metafora yang diambil dari analogi-analogi bentuk yang dekat dengan konteks sekitar menunjukkan kedekatan bentuk dan alam sekiatrnyayangdidukungolehparadoksialruang dan manusia yang ditunjukkan pada permainana cahaya,relung ruang, dan struktur yang mendukung. Dibalik ini semua juga terdapat cerita baik sekuensial maupun latar belakang pembentukan ruang yang tidak lepas dari manusia sebagai eksistensi penggunanya ditambah dengan literatur sejarah dan puitisasi ruang di dalamnya. Hal ini menjadi gaya khas seorang Zumthor dalam proses pembentukan arsitekturalnya yang mengutamakan eksistensi manusia dan ruang, serta imajinasi pengalaman yang menjadi tujuan perancangan. Tanpa disadari proses perancangan ini adalah ciri khas dari fenomenologi yang bisa dikatakan bahwa IntangibleChannelkhususnya pada metaphor, paradox,obscure,dan pootryliteraturemenjadi cara yang paling konsisten untuk menghadirkan fenomenologi ruang melalui eksistensial samar yang bisa dirasakan.

Proses perancangan fenomenologi tersebut nyatanya tidak dapat dirasakan dengan hadirnya TangibleChannel yang sangat ditonjolkan dan detail berupa eksplorasi struktur yang halus dan mendominasi pembentukan ruang melalui material yang sederhana dan melekat erat. Materialitas adalah utama dalam pengalaman pembentukan ruangnya. Materialitas ini menampilkan ruang yang bermandikan cahaya, ruang yang simplifikasi dan halus untuk merespon konteks alam sekitar. Material ini menjadi jiwa dalam merespon konteks dan menjadi elemen pembentuk utama pengalaman

Mochammad Fikri Ardiansyah

arsitektural pada ruang di dalamnya. Hal ini diperkuat oleh Paul Goldberger, menurut Paul Goldberger hal ini ditunjukkan pada kemuliaan danpresisinyapadasetiapdetailruangdanpada kualitas kesempurnaan material yang diterapkannya. Akibatnya arsitektur Zumthor terkenal dengan kesan misteriusnya yang memikat dan tidak menunjukkan kecondongan pada style tertentu yang memperhatikan konteks,pengalaman,danmaterialitasyangkuat, bukan estetika. Namun, inkonsistensi tetap terlihat saat melihat karya tersebut secara historis selalu ada channelyang terlupakan tidak digunakan dalam memperkuat fenomenologi Zumthor, contohnya pada St. Benedict Chapel yang berkisah tentang tuhan secara gamblang, namun melupakan eksistensi transformasi geometri dan detail struktur. Selalu ada pendekatan Channel baru yang dicondongkan baik secara proses maupun eksistensi fisik sehingga pengalaman inilah yang menjadikan karyaZumthorsulitdideskripsikansecaraharfiah namun dijelaskan secara eksistensial samar dan nyata yang saling bersanding.

Kesimpulan

Dari beberapa channel diatas dapat dilihat intangible channel mempengaruhi pada proses desain Zumthor yang fenommenologi dengan dibuktikan pada kehadiran dan eksistensi manusai menjadi subjek utama di dalam sebuah objekruang,analogiruang,danlatarbelakangdi dalamnya menjadi dasar proses pembentuk ruang yang khas dari teori fenomenologi heidegger. Tangible Channel menjadi aspek utama nyata menjadi thing and objek dalam pembentukan ruang arsitekturalnya dengan hadirnya kekayaan materialitas yang halus di dalamnyasehinggaterciptakeseimbanganruang dalam dan ruang luar pada konteks sekitar . Inti arsitektur adalah ruang dan materialitas, dari situlah dapat tercipta sebuah arsitektur, materialitas menjadi ide pertama tidak ada yang lain. Dari 4 karya yang dikaji secara historis, seiringperkembangan zaman danfungsionalitas, Fenomenologi ini dapat ditilik melalui berbagai channeldalam teori PoeticArchitecturekarena 9 prinsip fenomenologi yang digunakan selalau

Individu AR-3112 2020 | 7

Tugas

tersadi secara acak dan misteri bagi pengunjung entah dirasakan melalui kekayaan ruang, kekosongan ruang, bahkan ada yang hanya dapatdirasakan dari detailstruktur dan material. Gabungan – gabungan channel inilah yang memperkuat hadirnya prinsip fenomenologi namun masih terlihat inkonsistensi yang dapat dibongkarlebih dalam dalam penerapannya

Daftar Pustaka Antoniades, A. C. (1990).PoeticofArchitecture: Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold.

Basuki, K H. (2019). Ruang Kontemplasi Sebagai Sarana dan Berapresiasi dengan Media Ruang Arsitektur yang Impresif. JurnalJA!UBL – Jurnal Arsitektur9(1), 53-66

Ekomadyo, Agus S. (2018). Riset tentang Desain Arsitektur: Tinjauan Beberapa Pemikiran Teoritis dan Operasionalisasiya, Riset tentang Desain (TI IPLBI). Diakses dari https://drive.google.com/drive/folders/1 j2IKhTySKYPcz6St3bQZJdOkALr0S5

Ekomadyo, A.S. (2010). Opening the Black Boxes:Using Poetic Architecture Theory to Decode theMaestro Architects Creativity Channels. ConnectED2010 – 2nd International ConferenceonDesignEducation,28june-1July 2010, University of New South Wales, Sydney, Australia

Jung, C., Sherzad, M., & Arar, M. (2021). The Analysis of Peter Zumthor’s Emotional Architecture in Therme Vals. International Journal of Advanced Research in Engineering Innovation,3(3), 98-111.

Kim, J. S. (2020). A Study on the Sensory Experience Space Connected to Light, Material and Five Senses in The Therme Vals of Peter Zumthor.JournaloftheArchitecturalInstituteof Korea,36(7), 47-56.

Langi, Jean SP., Tinangon, Alvin J, (2012). Atmospheres – Parameter Desain Peter Zumthor

8 | Tugas Individu AR-3112 2020

Dalam Arsitektur. Jurnal Media Matrasain –ejournalUnsrat,9(2), 1-19

Poon, Stephen. (2018). Examining the PhenomenologyofHumanExperienceinDesign Process and Characteristics of Architectural Approaches. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 146 012079

Roos, A. (2017). Peter Zumthor. InSensibilité suisse(pp. 125-146). Birkhäuser.

Spier, S. (2001). Place, authorship and the concrete: three conversations with Peter Zumthor.Arq: Architectural Research Quarterly,5(1), 15-36.

Wijaya,Adi. (2019, Maret 15). Scribd: Konsep Fenomenologi Dalam Karya Arsitektur. Diakses dari

https://id.scribd.com/document/456283028/Kon sep-Fenomenologi-Dalam-Arsitektur-BruderKlaus-Field-Chapel

Sendor, William. (Drawings) . (2013). Therme Vals Analysis. Behance NC State University. https://www.behance.net/gallery/18747089/The rme-Vals-Analysis

Sendor, William. (Drawings) . (2013). St.Benedic Chapel Analysis. Behance NC State University. https://www.behance.net/gallery/19153395/StBenedict-Chapel-Analysis

Zumthor, P., Oberli-Turner, M., Schelbert, C., & Binet,H.(2006).Thinkingarchitecture(Vol.113). Basel: Birkhäuser.

Mengungkap Paradigma Benang Merah Fenomenologi, Perancangan, dan Arsitektur Peter Zumthor

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.