Catatan Perjalanan PPI Belanda 2012 2013

Page 1

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty Kumpulan Catatan Perjalanan Badan Pengurus Harian PPI Belanda uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio 2012-2013

Belajar Membuat Indonesia Tersenyum

pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjk lzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb


Daftar Isi Ridwansyah Yusuf Achmad..................................................................................................................... 2 Muhammad Kukuh Dewantara .............................................................................................................. 5 Astriani Dewanto .................................................................................................................................... 7 Idea Wening Nurani................................................................................................................................ 8 Ryvo Octaviano ..................................................................................................................................... 11 Inna Ar .................................................................................................................................................. 12 Mohammad Anggasta .......................................................................................................................... 13 Muhammad Rihan Handaulah.............................................................................................................. 15


Ridwansyah Yusuf Achmad Sekretaris Jenderal PPI Belanda 2012-2013

6 Oktober 2012, tanggal tersebut merupakan awal langkah kami dalam menyemai sejarah baru di PPI Belanda. Tidak perlu menunggu waktu lama, hanya berselang 10-15 menit setelah pelantikan Sekretaris Jendral, kami langsung membuat sebuah video pendek berisikan dukungan PPI Belanda kepada KPK. Video ini mendapatkan apresiasi besar dari publik, sebuah institusi statistik media menilai video ini merupakan peringkat ke-2 dalam hal pengunjung situs dengan tema dukungan terhadap KPK. Saat itu saya berpikir, menarik juga pola diseminasi aktivitas dengan social-media, bisa langsung memberikan manfaat dan pengaruh luas. Pada akhir bulan Oktober 2012, tepatnya saat peringatan Sumpah Pemuda, PPI Belanda mengadakan kegiatan pertama-nya sekaligus perkenalan pengurus baru. Acara diadakan di rumah seorang mahasiswa di Utrecht, dilangsungkan dengan sangat sederhana, di isi oleh diskusi yang hidup, dan puisi yang menggetarkan hati. Pada hari itu pula pertama kali kepengurusan ini mendapat apresiasi dari rekan media berupa peliputan di radio dan pemberitaan di media online. Saat itu saya berpikir, menarik juga pola pergerakan semacam ini; sesuai dengan janji kampanye saya dulu, yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan yang high-content, low-budget, and big-impact. Saya percaya PPI Belanda ini adalah organisasi yang bebas membangun jejaring dengan siapapun; selama itu tidak bertentangan dengan nilai yang dibawa. Bahkan lebih dari itu, PPI Belanda seharusnya dapat menjadianchor dari berbagai jejaring yang ada di Indonesia, Belanda, bahkan Dunia. Menariknya, salah satu jejaring awal yang kami bangun adalah dengan sahabat-sahabat undocumented worker Indonesia di Belanda. Bahkan acara diskusi PPI Belanda selanjutnya mengangkat tema ‘hari pahlawan’ yang mengkhususnya kepada pahlawan devisi a.k.a migrant worker. Di Leiden, tempat acara tersebut di langsungkan, kami tersentuh dan terketuk ketika melihat perjuangan dari sahabat-sahabat undocumented worker ini. Mereka memilih jalan ini bukan karena pilihan yang mereka inginkan, tetapi karena negeri kita belum bisa menjanjikan kehidupan yang baik. Saat itu saya berpikir, bagaimana cara PPI Belanda bisa berkontribusi untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi Indonesia. PPI Belanda kemudian mencoba melakukan tugas pokoknya sebagai ujung tombak pelajar Indonesia di Belanda, terutama dalam tiga hal; diseminasi ide dan gagasan intelektual, mengkritisi dengan bijak aktivitas pemerintahan Indonesia, dan sebagai duta Indonesia di luar negeri. Berbagai program kami coba luncurkan sebagai bentuk aktualisasi kami dalam memenuhi tugas-tugas pokok ini. Dimulai dari video penelitian mahasiswa doktoral, penggalangan dana untuk kegiatan sosial atau tanggap bencana, penyikapan isu-isu nasional dan internasional, serta menjadi penjaga nilai dari kebijakan pemerintah Republik Indonesia. Tak terasa selama satu tahun, sudah beragam isu yang kami coba diskusikan dan berikan pernyataan sikap ke publik. Aktivitas ini adalah bentuk tanggung jawab moral PPI Belanda kepada Indonesia atas kesempatan lebih yang didapatkan dengan berkuliah di negeri kincir angin ini. Kepemudaan, Tenaga Kerja, Teknologi, Pangan, Politik, Kedaulatan Bangsa, Keilmuan Pendidikan, Papua, Hukum, Ketahanan


Bangsa, Banjir Kota, dan Korupsi; itulah ragam bahasan yang pernah menjadi buah bibir dan tema diskusi antar pelajar Indonesia di Belanda dalam setahun terakhir. Kami belajar tahun ini, bahwa media adalah kunci utama dalam menyatukan rasa kekeluargaan di dalam lingkungan PPI Belanda dan juga mempromosikan Indonesia kepada dunia. Media merupakan kekuatan utama PPI Belanda tahun ini, dengan integrasi media berupaa portal website dan sosial media; memberikan PPI Belanda kesempatan untuk secara rutin setiap harinya memberikan informasi terkini, wawasan terbaru, pandangan segar, dan cerita menarik yang harapannya bisa membuat Indonesia selalu tersenyum Kami juga menilai bahwa peran sebagai duta bangsa di luar negeri sangat penting untuk selalu di kembangkan. Baik melalui program festival seni budaya, penelurusan jejak pendiri bangsa di Belanda, berkirim pesan surat kepada putera-puteri harapan Indonesia di pelosok negeri, atau sekedar menggunakan Batik di hari Batik Nasional. Tidak perlulah berpikir terlalu rumit untuk mengekspresikan nasionalisme, pada akhirnya segala sikap positif kita di negeri orang ini sudah menjadi sebuah bekal yang baik untuk menunjukkan bahwa kita cinta Indonesia. Hubungan PPI Belanda dengan KBRI Den Haag bisa dikatakan mesra, banyak sekali kolaborasi egaliter yang terjadi tahun ini. Sikap saling menghargai dan menghormati adalah kunci dari hubungan baik ini. Kerjasama ini berbuah berbagai acara bersama dan berlangsung sangat sukses. Hubungan simbiosis mutualisme adalah semangat yang perlu di jaga. Karakter PPI Belanda yang kritis, cerdas, dan santun adalah pendekatan yang selalu kami gunakan. KBRI selalu memberikan kesempatan kepada PPI Belanda untuk mengkritisi seluruh kebijakan pemerintah, termasuk memfasilitasi pertemuan dengan pejabat negeri yang hadir. Dalam berbagai pertemuan yang dilangsungkan, PPI Belanda kerap dengan bijak mengkritisi berbagai kebijakan yang ada, namun dengan kesantunan, segala kritik ini bisa dicerna pula dengan bijak. Saya sendiri melihat, ada faktor keterbukaan dan ketulusan dari Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda dan juga Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Tak berlebihan bila saya mengatakan Duta Besar adalah ‘emak’ dari pelajar Indonesia di Belanda. PPI Belanda adalah organisasi yang ditakdirkan menjadi organisasi besar. Sehingga sudah sangat wajar bila anggota dan pemimpinnya memiliki jiwa dan pikiran yang besar. Mengelola organisasi yang telah menjadi sejarah penting dalam kemerdekaan Indonesia adalah sebuah tantangan moral tersendiri, sebuah pertanyaan kerap muncul dalam diri saya; ‘sejarah apa yang telah kami torehkan?’ Tahun 1926-1927, saat Bung Hatta menjaid Ketua Perhimpunan Indonesia, beliau membuat sebuah buletin bulanan bertajuk ‘Indonesie Vrij’ atau Indonesia Merdeka. Pada akhir kepengurusan beliau, kumpulan buletin ini menjadi sebuah buku yang berisikan semangat Indonesia, meski saat itu Indonesia belum ada. Kami mencoba belajar dari pengalaman tersebut, dengan membuat rangkaian Lingkar Inspirasi hingga 8 serial dan ditutup dengan sebuah Konferensi Ilmiah Berskala International yang mengangkat tema ‘pembangunan Indonesia’. Apa yang Bung Hatta dan kawan-kawan tuliskan dan pikirkan pada 1927 ternyata berbuah nyata pada 1945. Tak sampai 20 tahun hingga gagasan dalam kertas itu berbuah menjadi sesuatu yang bisa dirasakan bersama. Kami pun percaya, 20 tahun lagi, semua ide, gagasan, tulisan, dan catatan tentang


‘pembangunan Indonesia’ ini bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Indonesia menjadi negara adidaya bukanlah pilihan ya atau tidak, ini hanyalah tentang pilihan waktu saja. Dan kitalah sebagai generasi pembaharu yang akan mewujudkan semua mimpi besar ini. Saya percaya, tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, yang ada hanya usaha yang terlalu sedikit. Terkadang, saat melihat pemberitaan kebobrokan integritas pemimpin negeri ini, saya berpikir ‘apa yang salah dari Indonesia dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan Indonesia?’. Ketika para penegak hukum ternyata adalah pelaku utama yang melakukan pencabulan hukum, lantas kemana keadilan bisa dicari? Tentu kita tak aka nada habisnya bila selalu mengutuk kegelapan, sehingga marilah kita terus nyalakan api obor pembaharuan untuk menerangi gelap tak berujung ini. Akhirnya, menjadi pelayan di PPI Belanda memberikan kami pengalaman berharga untuk selalu mencintai kawan-kawan yang kita pimpin. Tanpa cinta, tak mungkin ada ketulusan untuk selalu mendengar dengan hati. Tanpa cinta, sulit hadir energi untuk terus berkorban demi organisasi pelajar tertua ini. Tanpa cinta, sulit rasanya bisa hadir dengan senyuman diantara kawan-kawan yang penuh semangat menyelenggarakan ragam aktivitas. Tanpa cinta, saya tak yakin kita bertahan hingga akhir kepengurusan. Kita terus nyalakan api obor PPI Belanda dan buat Indonesia selalu tersenyum


Muhammad Kukuh Dewantara Wakil Sekretaris Jenderal PPI Belanda 2012-2013

Masih membekas ingatan saat hangat-hangatnya kampanye kandidat Sekretaris Jenderal PPI Belanda 2012/2013, dimana saat itu saya menjabat sebagai Presidium PPI Enschede. Waktu kampanye yang singkat membuat kami, saya dan beberapa anggota presidium lainnya, mencari-cari informasi mengenai para kandidat. Kemudian datanglah sebuah surat elektronik dengan pengirim “Ridwansyah Yusuf Ahmad”, yang merupakan salah satu kandidat. Isinya berupa perkenalan dan beberapa pertanyaan berkenaan dengan harapan saya terhadap PPI Belanda kedepannya. Setelah sempat berbalas surel bertukar pendapat; saya merasa bahwa kandidat ini, meski mengakui bahwa dirinya baru saja sampai di Belanda, keinginan yang kuat untuk membawa PPI Belanda ke arah yang lebih baik. Singkat cerita, 6 Oktober 2012 melalui proses pemungutan suara, Presidium PPI Belanda menetapkan Ridwansyah Yusuf Ahmad sebagai Sekretaris Jenderal yang baru. Hal pertama yang ia, yang cukup mengejutkan bagi saya pribadi, adalah ajakan kepada semua yang hadir untuk bersama-sama membuat video dukungan terhadap KPK, saat itu sedang panas isu Cicak v. Buaya di tanah air. Sebuah langkah kongkrit di awal kepengurusan, dan semakin meyakinkan saya untuk membantu kepengurusan 2012/2013 semaksimal mungkin. Tidak berapa lama, muncul sebuah surel dari sang Sekjen, isinya menanyakan apakah saya bersedia untuk membantu dirinya sebagai Wakil Sekjen. Setelah berdiskusi lebih lanjut, termasuk kemungkinan orang lain yang lebih mampu, saya memutuskan untuk menerima ajakan tersebut. Mulai saat itulah proses belajar saya dalam kapasitas lain dimulai. Pengalaman selama setahun kebelakang merupakan satu tahun yang tidak akan terlupakan. Begitu banyak pelajaran yang saya dapat, pengalaman yang dipelajari dari berbagai insan yang berkecimpung di berbagai bidang. Dikarenakan keputusan untuk melanjutkan pendidikan di Belanda selepas SMA, saya belum pernah mencicipi rasanya organisasi kemahasiswaan ala Indonesia, yang katanya penuh dinamika. Di PPI Belanda, saya bertemu dan belajar dari para “veteran” yang sebelumnya sudah mengarungi “politik” kemahasiswaan. Berbagai kegiatan yang PPI Belanda dan PPI kota adakan, meliputi berbagai bidang, melibatkan beragam latar belakang pendidikan, memberi kesempatan bagi saya untuk memperluas wawasan. Apakah kemudian saya menjadi pribadi yang lebih baik? (Pribadi, pengabdian dalam PPI Belanda memberikan begitu banyak hal positif; kecuali di bidang asmara. Kalau yang ini mungkin memang masalah garis tangan. Seperti yang dulu pernah muncul dalam pembicaraan informal bersama Ibu Duta Besar, kami di PPI Belanda mendapatkan dorongan tenaga luar biasa dari sesuatu yang secara popular disebut, galau.) Pertanyaan tersebut lebih baik ditanyakan kepada orang lain, meski dengan banyaknya ilmu yang didapat akan aneh rasanya jika tidak perkembangan walau hanya setitik. Kemampuan berinteraksi – dengan memberi perhatian pada konteks, lawan bicara, dan hal lainnya – ditempa, termasuk pentingnya merepresentasikan sebuah institusi kepada pihak lain.Bagaimana pentingnya berpikir logis dan kritis diasah melalui berbagai kegiatan intelektual. Mengambil keputusan dalam tekanan, menyelesaikan sesuatu dengan presisi dan tepat waktu menjadi pelajaran dalam hal teknis yang penting bagi pengembangan pribadi. Sampai ke hal yang terkesan kecil seperti bagaimana merencanakan


perjalanan agar tiba tepat waktu pada suatu pertemuan, sebisa mungkin lebih dahulu dari yang direncanakan, menjadi bagian dari pelajaran yang diberikan oleh pengalaman melayani dalam PPI Belanda. Ridwansyah Yusuf Ahmad, Rihan Handaullah, Ryvo Octaviano, Idea Wening Nurani, Mohammad Anggasta, Inna Armandari, Belinda Priska, Triadimas Satria, Nugroho Prasetyo, Tezar Saputra, Laksmi Larastiti, Ami Putriraya, dan Nandyaka Yogamaya; sebuah kehormatan bagi saya untuk bekerjasama dengan para kakak-kakak yang memberi saya lebih dari sekedar pengalaman, namun juga pelajaran kehidupan. Juga kepada Faradina Aisyah dan Astriani Dewanto, kawan seperjuangan yang saya yakin juga belajar banyak dari pengalaman selama mengabdi di PPI Belanda, saya ucapkan terima kasih. Kepada Ibu Retno L.P. Marsudi, Duta Besar luar biasa dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, dan segenap diplomat dan staf KBRI Den Haag, saya haturkan terima kasih yang mendalam atas semua bantuan dan pelajaran yang diberikan. Bapak Ramon Mohandas, PhD. dan Prof. Bambang Hari Wibisono, dua atase pendidikan KBRI Den Haag selama periode kepengurusan 2012/2013, terima kasih atas bimbingannya selama ini, terima kasih pula atas perannya sebagai Bapak putra-putri Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Belanda. Juga kepada seluruh pihak yang telah bekerjasama, bertukar pikiran bersama PPI Belanda yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, rasanya ucapan terima kasih pada catatan ini tidak akan cukup untuk mengekspresikan apresiasi saya atas segala pelajaran yang telah diberikan. Terakhir tentu saja kepada segenap rekan-rekan anggota PPI Belanda, terima kasih atas segalanya. Menutup lembaran catatan ini, kepada semua pihak saya haturkan permohonan maaf yang sebesarbesarnya atas segala kesalahan baik sengaja ataupun tidak yang pernah saya lakukan dalam kapasitas saya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PPI Belanda. Semoga hubungan yang telah terjalin dapat terus berlanjut untuk menghasilkan hal-hal positif lainnya di masa yang akan mendatang.


Astriani Dewanto Sekretaris Badan Pengurus Harian PPI Belanda 2012-2013

When you want to understand yourself better, then you should be something you are not – anonymous

Itulah deskripsi perjalanan saya di PPI Belanda. Di sisi positif, saya banyak bertemu dengan orangorang luar biasa. Mereka penuh perjuangan membangun Indonesia dan nasionalismenya, membuat saya minder. Tidak seperti mereka, saya belum memiliki alasan untuk kembali ke Indonesia. Menjadi sekretaris PPI Belanda membuat keinginan untuk kembali menjadi semakin abstrak sedangkan garis perbedaan visi dan misi kehidupan terasa semakin konkrit. Hidup di luar negeri membuat saya terpaksa keluar dari zona nyaman, menemukan apa yang menjadi kelemahan dan kekuatan di dalam diri saya. Teman-teman yang baik, para pekerja keras dan ambisius, itulah kata penglihatan saya selama menjadi sekretaris BPH PPI Belanda. Bertemu dan bekerja dengan kalian, pengurus BPH PPI Belanda 2012-2013 adalah sebuah pengalaman hidup yang tak pernah saya sangka akan saya lewati dengan jangka waktu yang cukup lama. Saya banyak belajar dari kalian, walaupun memang pada dasarnya saya jarang menunjukkan batang hidung. Bukan berarti saya tidak peduli, tapi saya memang lebih suka duduk di pojok ruangan dan memperhatikan keadaan. Jangan tertipu dengan apa yang terlihat diluar. Di sisi lain, seiring dengan pengamatan itu, saya merasa, ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Saya bukanlah mereka, dan tentu saja sebaliknya. Saya tidak bisa tersenyum setiap saat dan gaya bicara saya yang blak-blakan hanya akan memperburuk keadaan. Silence is golden. Saya sadar dan memutuskan, bekerja di belakang layar adalah hal yang lebih membuat saya nyaman. Tak pernah ada kebencian terhadap pengalaman ini, melainkan sebuah pelajaran hidup pribadi. Hanya saja, ini waktunya menutup buku perjalanan saya di PPI Belanda. Terima kasih untuk semuanya, terutama pengalaman, pelajaran, dan koneksi yang telah saya bangun selama bergaul di PPI belanda. Mungkin suatu saat, ada waktunya kita dapat bertemu dan bekerja sama kembali. Terakhir, saya percaya, kesuksesan dan kebahagiaan menyambut kita di hari esok.


Idea Wening Nurani Kepala Divisi Sosial, Budaya, dan Olahraga PPI Belanda 2012-2013

Buat saya, menjelajahi suatu tempat terutama jauh dari tanah air selalu membawa saya pada kisah-kisah ajaib yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, seperti bergabungnya saya di Divisi Sosial Budaya PPI Belanda 2012-2013. Tidak terlintas dalam benak saya bahwa passion saya berorganisasi di Indonesia dulu justru bisa terus tersalurkan bahkan ketika saya melanjutkan kuliah di University of Twente. Postingan di grup PPI Belanda tentang pemilihan Sekjend PPI Belanda Baru untuk kepengurusan 2012-2013 mengingatkan saya kembali pada sosok sahabat saya Ridwansyah Yusuf Achmad (Ucup) yang pernah saya kenal dulu sekali di pelosok kota Bandung. Tak disangka kami ternyata sama-sama melanjutkan kuliah di Belanda dan tak disangka ternyata dia terpilih sebagai Sekjend PPI Belanda yang baru. Open recruitment pengurus yang dibuka pada awalnya tidak saya hiraukan, saya cukup senang kalau ternyata orang yang saya kenal menjadi pemimpin di suatu organisasi kalau pun tidak siapapun layak menjadi pemimpin asal dia memiliki kredibilitas yang baik titik. Tapi menjelang penutupan, saya lihat ternyata belum banyak teman-teman yang bergabung menjadi pengurus. Muncul tanda tanya dalam pikiran saya yang sebelumnya mengira pasti akan banyak sekali teman-teman yang tertarik bergabung. Alhasil setelah melihat divisi sosial budaya yang masih kosong, saya memberanikan diri untuk bertanya-tanya kepada Ucup tentang syarat menjadi pengurus. Maklumlah saya hanya akan tinggal di Belanda selama kurang lebih 10 bulan sedangkan kepengurusan biasanya berjalan selama 1 tahun dan ada satu alasan lagi, saya tinggal di Leeuwarden, kota kecil di ujung Belanda. Saya khawatir tidak dapat mengikuti kegiatan PPI Belanda yang biasanya digelar di kota-kota Belanda bagian lain. Setelah sedikit berdiskusi dengan Ucup akhirnya saya memutuskan untuk bergabung di kepengurusan Ucup bersama Laras dan beberapa teman saat itu, bismillah. Divisi Sosial Budaya Perjalanan divisi sosial budaya tidak semulus yang saya kira. Setelah merumuskan program-program seperti Sahabat van Holland, Historun dan Voor mensen, pergantian komposisi pengurus di divisi saya terjadi. Ada teman-teman yang memutuskan untuk lebih aktif di PPI kota, ada yang memilih lebih fokus ke perkuliahan atau pun alasan lainnya. Saya menghormati keputusan teman-teman itu asalkan itu baik buat mereka dan pastinya peluang berkontribusi tidak hanya terbatas di dalam PPI Belanda saja. Jadilah saya akhirnya menjadi kadiv sosial budaya, lagi-lagi saya awalnya hanya ingin menjadi staf saja. Tapi saya ingat kembali pelajaran selama berorganisasi dulu, apa pun peran yang kita miliki, kita harus selalu siap berkontribusi. Dengan bantuan dan arahan Ucup dan Laras saat itu akhirnya saya memulai proses pembelajaran saya di PPI Belanda. Saya pun menyambut kedatangan teman baru dalam tim, Nandyka. Setiap program yang saya, Nandyka dan Laras jalankan memberikan pelajaran dan pengalaman tersendiri bagi saya. Sahabat van Holland, program pengiriman kartu pos untuk adik-adik di Indonesia, membuat saya belajar mencurahkan energi untuk setiap hal walau itu pun hal kecil seperti kartu pos karena pada dasarnya tidak ada hal kecil mengingat efeknya yang bisa menjadi luar biasa. Melalui program ini saya bisa berkenalan dengan banyak teman Indonesia di Belanda yang terhubung via email atau pun bertatap muka secara langsung sampai saya sering bertemu dengan orang-orang yang sama beberapa kali karena beberapa kali juga mereka menjadi ‘korban’ saya untuk menjadi kakak-kakak sahabat van Holland untuk adik-adik kita di beberapa acara. Mungkin muka saya sudah menjelma menjadi kartu pos di pikiran mereka saking seringnya saya meminta mereka berpartisipasi. Fakta menarik lainnya adalah ternyata ada


sebagian dari mereka yang belum pernah sama sekali menulis kartu pos dan ternyata program ini juga mengedukasi kita yang jauh dari tidak familiar dengan korespondensi via pos untuk sekedar tahu bagaimana bercerita dan menulis kartu pos yang benar. Ini manfaat dari sisi pengirim, dari sisi penerima saya merasakan semangat yang luar biasa dari adik-adik di Indonesia setelah mereka memegang dan melihat kartu pos saat kiriman kita sampai ke tangan mereka. Setidaknya hal inilah yang saya lihat dari tulisan turun naik dengan gambar warna-warni di surat balasan anak-anak Aceh sebagai respon dari kiriman perdana Sahabat van Holland. Mereka menceritakan suasana desa mereka lengkap dengan dombanya, rasa penasaran mereka tentang rupa kita sebagai pengirim kartu pos dan yang paling saya tunggu-tunggu adalah ungkapan mereka untuk bisa menyusul kita di Belanda suatu saat nanti, amin. Kita tidak pernah tahu bahwa mungkin mereka adalah Bung Hatta kita di masa depan atau bahkan Persie van Aceh? Merinding rasanya membayangkan mereka bisa juga menginjakkan kaki di negeri kincir dengan bermodal semangat dan kata-kata motivasi sederhana yang pernah kita kirimkan di tengah ketergesaan kita menjalani perkuliahan dan aktivitas lainnya. Lima menit waktu kita untuk menulis kartu pos suatu saat akan bermanfaat bagi mereka seumur hidup. What a great choice! Program divisi sosial budaya lainnya juga mengantarkan saya mengenal sosok-sosok hebat dan baik hati yang masih punya keinginan untuk senantiasa mempelajari sejarah bangsa yang terserak di dinding dan sudut kota-kota di Belanda melalui Histo Run. Tak banyak waktu yang kami punya untuk menyiapkan kegiatan yang berlokasi di Leiden di tengah kesibukan masing-masing dengan perkuliahan yang padat dan domisili dari panitia yang tersebar di utara, timur, selatan dan barat Belanda. Teman-teman PPI Leiden sebagai tuan rumah tentu saja menghabiskan waktu dan energi lebih banyak untuk survey dan memilih lokasi-lokasi terbaik untuk dikunjungi. Mereka pun harus menyiapkan informasi yang cukup terkait dengan sejarah lokasi tersebut karena merekalah yang akan menjadi narasumber dari tur kota yang dilakukan. Survey kami lakukan beberapa kali di beberapa akhir pekan dan korespondensi via WhatsApp dan facebook semakin gencar menjelang hari H. Mulai dari fiksasi lokasi, publikasi, peserta, tamu, hingga konsumsi. Tidak ada hal yang tidak kami share. Semua kekhawatiran tentang banyak hal akhirnya terbayar sudah dengan melihat antusiasme peserta yang masih mendaftarkan diri hingga H-1 dan melihat secara langsung sosok mereka di lokasi acara keesokan harinya. Sejujurnya banyak wajah-wajah baru yang saya lihat di kegiatan ini yang menandakan bahwa kegiatan ini memang memiliki segmentasi tersendiri. Saya secara pribadi senang berkumpul dengan orang-orang yang masih peduli untuk samasama belajar sejarah bangsa. Kegembiraan saya dan panitia pun semakin lengkap melihat kehadiran sesepuh Leiden, Bapak Mintardjo dan keluarga besari KBRI lengkap bersama Ibu Dubes Retno dan Atdikbud baru Bapak Bambang Hari serta Bapak George Lantu yang juga berpartisipasi sebagai peserta. Bantuan Ibu Silvi dari Museum Volkekunde juga sangat memudahkan kegiatan kami hari itu. Saya dan teman-teman panitia berharap kegiatan ini dapat berkesan dan terus memotivasi diri kita untuk senantiasa mencintai bangsa dan tak lelah mempelajari sejarah yang menyertai kehidupan kita selama ini. Tak lengkap rasanya kalau saya tidak menyebut nama Faradina Aisyah, Nandyka Yogamaya, Laksmi Larastiti, Ravando Lie, Jajang Nurjaman, Ridwansyah Yusuf Achmad dan PPI Leiden untuk terealisasinya program ini. PPI Belanda Goes to Campus membuat saya harus membuat keputusan-keputusan cepat untuk dapat mengunjungi universitas-universitas di Indonesia. Pada awalnya saya merasa seorang diri menjalankan program ini saat teman-teman PPI Belanda memang sudah selesai liburan musim panas dan kembali ke Belanda. Akan tetapi kemudahan selalu ada saat teman-teman saya lainnya yang sama-sama kuliah di Twente dulu atau pun kakak-kakak baru dari Ikatan Alumni Netherlans (IKANED) turut berpartisipasi dalam program ini. Kekhawatiran-kekhawatiran hilang saat melihat semangat teman-teman baru di


Ciamis, ITB, Telkom University, UPI, Unpad, UNS dan UGM hadir di sesi PPI Belanda. Mereka memang berniat untuk juga dapat kuliah di Belanda dan saya yakin siapapun yang sudah hadir, 825 orang dari berbagai universitas, mereka sebetulnya sudah memiliki nomor antrian untuk bertebaran di muka bumi, tinggal menunggu waktu keberangkatan saja insha Allah. Semangat berbagi motivasi dan pengalaman memperoleh beasiswa untuk studi di Belanda dan menjalani kehidupan di sana semoga juga pada akhirnya mempertemukan saya dan teman-teman yang telah hadir kelak di Belanda suatu saat nanti. Keluarga PPI Belanda Selama perjalanan saya di kepengurusan PPI Belanda saya berkesempatan bertemu dengan orang-orang hebat. Saya mendapatkan banyak pengalaman dan cerita baru yang senantiasa merecharge kemampuan, pengetahuan dan membangun kepribadian saya untuk dapat menjadi lebih baik. Semua keputusan pasti ada konsekuensinya dan tidak mudah ternyata menjadi bagian dari PPI Belanda di tengah tuntutan akademik yang ada. Tapi satu hal yang saya pelajari dari Sekjend saya Ridwansyah Yusuf Ahmad dan teman-teman lainnya adalah agar selalu melayani lingkungan terdekat kita dimanapun kita berada, dengan usaha apa pun sehingga tidak ada beban apakah yang kita lakukan ini akan berdampak besar atau tidak, yang penting kita berbuat sesuatu dengan apapun yang kita miliki. Saya juga dituntut untuk beradaptasi dengan lebih cepat terhadap lingkungan baru terutama saat bertemu dengan orang-orang baru. Hidup jauh dari tanah air membuat saya haus sekali mencari teman dan saudara di negeri orang. Fleksibilitas juga yang saya dapatkan selama bergabung di PPI Belanda. Di tengah berbagai tuntutan yang ada lagi-lagi saya harus mempertimbangkan kemampuan saya, jadi bersikap fleksibel sangat membantu saya saat masalah-masalah muncul. Komunikasi dan saling menghargai juga merupakan solusi paling jitu dimana tidak semua hal bisa saya lakukan dan putuskan, bantuan dari teman-teman pengurus lain memang saya rasakan sangat penting. Semoga apa yang saya lakukan selama ini di PPI Belanda dapat memberikan manfaat terutama bagi diri saya sendiri, lingkungan terdekat dan tentunya tanah air tercinta. Mari kita tuntaskan semuanya dan mari membangun bangsa! Tot ziens!^^ # Back to thesis‌ Salute! Alhamdulillah. Kalaulah ada nama-nama yang saya ingat dan sebut pastilah mereka adalah orang-orang yang disadari atau tidak telah membuat hari-hari saya di PPI Belanda lebih berwarna (sok kenal :D). Many thanks to Ucup, Kukuh, Ryvo, Anggasta, Rihan, Faradina, Laras, Nandyka, Ravando, Jajang, Inna, Belinda, Dimas, Astri, Irma, Stanley, Thomas, Jimmy, Inggar, Rey, Ayesha, Rizky, Handika, Iffa, Karen, Mutia, Citra, Kak Rintany & Kak Tezar, Pak Andi Yani, Mas Rico, Rindu, Elika, Talita, Aldi, Jonathan, Mas Sayuta, Bang Juli, Renny Ratmaningsih, Novita, Elin, Mba Inty, Mba Opit, Mba Kiky, Kak Apung, Susi Susanti, PPI Amsterdam, PPI Den Haag, PPI Wageningen, PPI Deventer, PPI Leiden, PPI Enschede, PPI Groningen, PPI Utrecht, PPI Tilburg, PPI Eindhoven, PPI Delft, NESO, IKANED, MEEM University of Twente, PSMIL Unpad dan Beasiswa Unggulan Kemdiknas. Khusus [calon] PPI Leeuwarden : Dinda, Nisa, Rifki, Mba Yusmiana (Ayu), Teh Inna, Teh Agnez & Kak Ridha, Kak Ari, Kak Aprisep, Kak David, Kak Jemmy, Dila, Riri dan Adis, terima kasih sudah mau menerima virus-virus PPI Belanda yang saya sering sebarkan. Last but not least untuk teman-teman semua yang sudah berpartisipasi di program Sahabat van Holland, Histo Run, PPI Belanda Goes to Campus dan Voor Mensen. Terima kasih atas kepercayaan dan partisipasinya. Dukungan dari teman-teman semua sangat berharga bagi saya karena saya bukanlah siapa-siapa tanpa kalian. Mohon maaf lahir dan batin.

A journey of a thousand miles begins with a single step – Confucius


Ryvo Octaviano Kepala Divisi Informasi dan Komunikasi PPI Belanda 2012-2013

Masih teringat hampir setahun yang lalu saya diajak rombongan PPI Eindhoven untuk mengikuti LPJ dan pemilihan Sekjend PPI Belanda. Niat saya awalnya hanya untuk mencari teman baru dari kota lain karena setahun sebelumnya saya hanya menghabiskan waktu sibuk membenahi departemen internal PPI/e. Dari ketiga kandidat calon sekjend, saya tidak ada yang kenal sama sekali. Ada yang dari Delft, Arnhem, dan Den Haag. Tentu saja saya bisa melihat dari pengalaman kandidat kota Den Haag, hampir 80% dia akan terpilih dibandingkan incumbent. Dia adalah presiden di almamater saya dulu di ITB, Ridwansyah Yusuf Achmad. Ntah karena ada ikatan alumni atau karena visi/misi dia menarik, saya berpikir, “Sepertinya menarik jika saya coba bergabung dalam kepengurusan PPI Belanda tahun depan, itung-itung saya punya misi pribadi untuk menambah jumlah teman di Belanda�. Pemilu Sekjend ini tepat disaat KPK sedang diserbu oleh polisi, kami pun membuat video menyatakan dukungan kepada KPK agar tidak dikriminalisasi. IT, media, dan design merupakan salah satu hobi saya sehingga sangat pas saat Yusuf mengajak saya bergabung di kepengurusan sebagai kepala divisi infokom. Tawaran ini langsung saya terima. Tergabung dalam kepengurusan PPI Belanda, saya memiliki banyak mimpi. Jika boleh jujur, awalnya saya sangat antipati dengan PPI Belanda karena tidak pernah menyentuh teman-teman di kota, seakanakan mereka eksklusif. Namun pada akhirnya saya mengerti kendala terbesar adalah arus informasi baik internal PPI Belanda maupun ke masyarakat yang membuat PPI Belanda terlihat tertutup dan tidak memiliki program kerja yang jelas. Inilah yang menjadi landasan mimpi saya, bagaimana membuat suatu sistem informasi dan komunikasi yang baik agar seluruh informasi dapat sampai ke teman-teman di kota, baik dalam bentuk publikasi acara, liputan kegiatan, dll. Selanjutnya saya ingin semua pemikiran anggota PPI Belanda dapat dikumpulkan dengan baik dan diteruskan ke pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu eksistensi PPI Belanda sangatlah perlu, publikasi melalui website dan ke media adalah salah satu kunci untuk memberikan informasi kepada masyarakat baik dalam bentuk informasi beasiswa, solusi problem Indonesia, dll. Perjalanan setahun ini menurut saya menyenangkan. Membagi waktu antara dunia akademik dan organisasi sangatlah menarik. Berbagai program kerja infokom juga saya rasa berjalan sangat baik. Traffic website yang meningkat hampir 6 kali lipat (18450 views sebulan), follower twitter yang meningkat tajam dalam setahun dari 290 menjadi 4083, dan fanspage PPI Belanda yang mencapai 2671 likes dalam setahun mengalahkan PPI lainnya, hehe. Berbagai aktivitas di media yang mencapai 114 publikasi artikel juga angka yang sangat baik, artinya PPI Belanda diberitakan setiap 3 hari sekali. Tentu saja hal ini tidak mungkin tercapai tanpa dukungan tim infokom yang solid, Anggasta dan Inna, melalui program-program seperti Laskar Beasiswa, artikel liputan, cerita meneer, KLIK! dll. Pada akhirnya saya mendapatkan banyak teman-teman baru, walaupun sebagian dari mereka di awal perkenalan tipikal bilang ,�Oh ini toh Ryvo yang tukang spam� Ntahlah seneng dengernya atau malah sedih -_____- Yah intinya, saya seneng kok misi pribadi saya juga tercapai melalui perjalanan setahun ini bersama PPI Belanda. Saatnya saya harus pamit dan pindah untuk mencapai mimpi-mipi saya yang lain. Terima kasih banyak atas keluarga baru yang diberikan setahun ini. Salam hangat dari Eindhoven.


Inna Ar Anggota Divisi Informasi dan Komunikasi PPI Belanda 2012-2013

Afscheid Nemen Bestaat Niet Judulnya sangat Dutch tapi isinya sangat Indonesia kok. Itu judul lagunya Marco Bursato, salah satu Dutch singer favorit saya. Pertama kali dengar lagunya dan langsung suka, plus di hari ulang tahun supervisor saya menghadiahkan 2 CD lagu hits-nya, lengkap sudah! Yang pasti saya suka lagu ini karena musiknya yang enak di dengar, juga liriknya. Afscheid Nemen Bestaat Niet : Good bye is never exist, gampangnya tiada kata berpisah lah kalau bahasanya Om Rio Febrian. Yap, sampai juga dipenghujung masa kejayaan. Waktu memang selalu berjalan lebih cepat dari apa yang kita bayangkan ketika semua proses dijalani dengan senang hati dan keikhlasan. Sepertinya kata itu cukup mencerminkan perasaan saya selama berkecimpung di dunia organisasi, termasuk PPI Belanda. Waktu satu tahun itu begitu cepat, bahkan bisa dibilang cepat sekali, mengingat saya baru bergabung dengan PPI di tahun kedua saya di Belanda. Meskipun tidak banyak yang saya lakukan di organisasi dibanding rekanrekan yang lain tapi saya senang dan bangga bisa mengenal orang-orang hebat yang mampu menyeimbangkan kegiatan akademik dan organisasi. Saya masih ingat di tahun pertama di Belanda, saya masuk sebagai reporter di majalah Jong Indonesia (JI). Selepas itu, saya cukup kepikiran untuk bisa masuk di organisasi besar PPI Belanda. Perbincangan ringan saya dengan PimRed JI tentang masa depan JI malah membawa pada perkenalan dengan Sekjen PPI Belanda yang baru saja terpilih. Alhasil, diperkenalkan lah saya dengan beliau dan diajak masuk dalam kepengurusan. Ternyata beliau sendiri sudah merancang anggota kepengurusan. Saya pun masuk ke divisi Komunikasi dan Informasi. Selama satu tahun ini saya bertanggung jawab untuk menangani kolom Laskar Beasiswa dan opini di web PPI Belanda. Namun, hanya laskar beasiswa yang ternyata cukup berjalan hingga di akhir kepengurusan. Di kolom ini banyak cerita-cerita penuh semangat dituliskan oleh para penerima beasiswa dalam rangka mengejar mimpi untuk melanjutkan studi di negeri Belanda. Kolom ini juga mendapat banyak respon positif, terutama bagi para pemburu beasiswa untuk berkomunikasi langsung dengan sang penulis. Harapnnya, cerita-cerita yang ada di web akan mampu menjadi sebuah buku sehingga bisa menjadi penyemangat bagi semua yang ingin melanjutkan studi di Belanda. Meskipun hanya beberapa kali bertemu wajah dengan seluruh pengurus PPI Belanda tapi perjalanan satu tahun ini cukup berkesan dan memberikan pengalaman tersendiri bagi saya. Mohon maaf juga jika saya jarang muncul dan ikut campur tangan di beberapa event besar yang diadakan oleh rekan-rekan semua. Namun saya bangga dan salut atas kerja keras rekan-rekan semua untuk menghidupkan kembali organisasi PPI Belanda yang didirikan sejak 1920. Akhirnya, saya tetap tak ingin mengucapkan perpisahan meskipun tulisan ini dibuat dari Indonesia, yang artinya saya akan sulit bertemu rekan-rekan semua di Belanda. Maaf saya tidak pamitan karena saya tidak ingin sedih karena perpisahan. Yang pasti : Sukes untuk kita semua dimanapun berada dan semoga silaturahmi tetap terjalin! Groetjes!!


Mohammad Anggasta Anggota Divisi Informasi dan Komunikasi PPI Belanda 2012-2013

Saya ingat sekali hari itu di Wageningen udara sangat dingin di luar. Di desa yang mengaku kota ini, sedang diadakan event kompetisi olahraga Ambassador Cup. Saya baru saja selesai menyaksikan pertandingan voli pantai dan sedang sedikit berlari menuju gedung utama lagi untuk menghangatkan badan. Di depan pintu masuk gedung, saya secara tidak sengaja bertemu dengan seorang Ridwansyah Yusuf Achmad, atau yang akrabnya dipanggil Uda Yusuf. Saat itu saya sudah tahu kalau dia baru saja terpilih menjadi Sekretaris Jenderal PPI Belanda yang baru. Kami pun saling menyapa. Selama di ITB kami memang tidak pernah bekerjasama dalam organisasi yang sama tapi saya sudah tahu kiprah bang Yusuf selama menjadi Presiden Keluarga Mahasiswa ITB dan mungkin dia tahu saya karena saya teman seangkatan adeknya di Elektro 2007. Setelah berbincang sejenak, bang Yusuf pun mengajak saya bergabung ke kepengurusan PPI Belanda yang baru terbentuk. Tanpa banyak bertanya, tanpa tahu visi, misi dan program kerjanya, saya langsung saja mengiyakan. Kenapa? Karena saya rasa akan menarik sekali bisa berkolaborasi dengan dia. Saya yakin di bawah pimpinan meneer yang satu ini, akan banyak gebrakan yang dilakukan. Saya sendiripun butuh wadah untuk mengekpresikan diri dan berinteraksi dengan pelajar Indonesia lainnya. Saya pun bergabung di Departemen Infokom yang dikepalai Ryvo Octaviano, senior saya di Elektro ITB yang sudah saya kenal dengan baik sebelumnya. Ditambah Inna dari Nijmegen, tim Infokom pun lengkap sudah. Inilah awal mula setahun penuh semangat, penuh suka duka dan inspirasi yang saya lalui bersama PPI Belanda. Acara pertama PPI Belanda yaitu Lingkar Inspirasi di Utrecht pada saat hari Sumpah Pemuda. Saya ingat sekali bergadang selama 3 malam untuk menyelesaikan video kompilasi Sumpah Pemuda dari PPI-PPI Kota. Di Utrecht inilah para pengurus PPI Belanda pertama kali bertemu secara langsung. Visi yang ditetapkan oleh Ryvo sebagai Ketua Departemen Infokom dari awal memang sudah berprinsip tidak mau hanya sekedar sebagai divisi supporting tapi akan membuat kegiatan besar sendiri. Emang infokom ini isinya orang-orang pengen ngeksis hahaha. Maka selain proker-proker rutin seperti Cerita Meneer Mevrouw, manajemen konten website, email & social media, digagaslah Festival Media bernama Klik! . Berkolaborasi dengan PPI Tilburg sebagai host yang anggotanya sangat kreatif dan inovatif, alhamdulillah acara berlangsung lancar dan ramai, sangat terlihat antusiasme pelajar Indonesia baik sebagai peserta lomba maupun sebagai penonton. Bekerja sebagai Infokom resikonya adalah dicap sebagai spammer hehehe tapi keuntungannya adalah numpang ngeksis. Biasanya sebelum hari H acara, departemen Infokom bertransformasi menjadi penyuplai desain untuk poster publikasi kegiatan PPI Belanda. Selain desain poster, Infokom juga membuat desain souvenir PPI Belanda seperti Kaos dan Hoodie. Sedangkan saat acara berlangsung, Infokom akan bertransformasi menjadi bagian publikasi & dokumentasi acara, selain kadang mengatur tayangan video streaming


Dalam menghadiri kegiatan rutin PPI Belanda, rute kereta Enschede - Den Haag selama 2 jam setengah pun menjadi rute kereta andalan saya. Setiap ada sale Dagkaart, dapat dipastikan saya pasti memborong buat persediaan berkeliling ke acara-acara PPI Belanda dan PPI Kota. Karena Enschede terletak di sudut Timur Belanda dan berdekatan dengan perbatasan Jerman (setengah jam naik sepeda), saya sering dibilang PPI Belanda cabang Jerman hehehe. Akhir kata, saya sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk berkarya di PPI Belanda. Hangatnya Summer, derasnya hujan Autumn, dinginnya Winter dan indahnya Spring sudah kita lalui bersama. Terimakasih banyak untuk Bang Yusuf sebagai SekJen PPI Belanda sebagai pemimpin dan pembimbing kami di organisasi pelajar Indonesia tertua ini.Terimakasih banyak untuk Ryvo, sahabat sekaligus mentor saya di Infokom ini, teman jalan, teman curhat, teman... tapi mesra :)) Terimakasih juga untuk partner saya Inna si apoteker yang hobinya travelling. Terimakasih untuk rekan-rekan pengurus PPI Belanda dan rekan-rekan pelajar Indonesia di Belanda yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu. Saya juga ingin mohon maaf untuk kesalahan kata maupun perbuatan selama ini yang dirasa kurang berkenan. Mohon maaf kalau kinerja saya pribadi kurang maksimal dalam kepengurusan ini. Saya berharap kepengurusan-kepengurusan PPI Belanda selanjutnya akan semakin solid, solutif dan produktif. Terimakasih PPI Belanda. Mari kita nyalakan terus obor PPI Belanda dan buat Indonesia selalu tersenyum. - Don't cry because it's over, smile because it happened - Dr. Seuss


Muhammad Rihan Handaulah Kepala Divisi Kajian Strategis dan Keilmuan PPI Belanda 2012-2013

Melanjutkan Tradisi Ilmiah Pergerakan Pelajar Indonesia ... kita mesti berhenti membeli rumus – rumus asing diktat – diktat hanya boleh memberi metode tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan kita mesti keluar ke jalan raya keluar ke desa – desa mencatat sendiri semua gejala dan menghayati persoalan yang nyata inilah sajakku pamplet masa darurat apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan (Sajak Sebatang Lisong – WS RENDRA)

Ingatan akan sejarah PPI Belanda menghadirkan dua perasaan seklaigus bagi para anggotanya. Pertama ialah rasa bangga dan self-esteem yang tinggi, kedua adalah beban sejarah yang berat karena pembandingnya adalah para founding father republik ini. Keberadaan PPI Belanda tentu tak bisa dipisahkan dari hakikat keberadaan anggotanya di negeri tanah rendah ini. PPI Belanda ialah himpunan para pelajar. Ukuran yang paling sederhana dari proses belajar ialah perolehan gelar akademis. Namun itu saja sama sekali tak menjamin tercapainya esensi pembelajaran yang ia jalani. Sejatinya pembelajaran akan berbuah amal kebaikan, yaitu kebaikan bagi masa depan dirinya maupun orang-orang di sekitarnya, serta lebih jauh lagi kebaikan bagi bangsanya. Generasi awal organisasi ini telah memberi contoh mengenai hakikat keberadaan pelajar Indonesia di luar negeri. Mereka tak hanya menuntut ilmu di bidangnya masing-masing, tapi juga insaf akan identitas mereka sebagai the lucky few dari bangsanya. Keberadaan mereka di luar negeri berbuah kebaikan bagi Indonesia, bahkan sebelum nama itu ada. Jika organisasi-organisasi lain memiliki idealisme yang baru tertulis di AD/ART atau cetak biru organisasi, maka idealisme organisasi ini sudah tertulis dalam buku sejarah. Inilah tanggung jawab besar yang diemban setiap anggota PPI Belanda. Namun tantangan dan kesempatan yang dihadapi hari ini jelas berbeda dengan masa itu. Kemajuan IT dan transportasi membuat dunia makin konvergen menjadi sebuah kampung kecil. Sehingga keberadaan pelajar Indonesia di luar negeri bukan lagi sesuatu yang teramat istimewa. Di sisi lain kemajuan-


kemajuan ini sangat memberi kemudahan akses bagi para pelajar di luar negeri untuk berbuat sesuatu bagi Indonesia. Sehingga dalam format yang berbeda, ruh dan semangat generasi awal tetap hidup dan selalu relevan untuk diaktualisasikan. Lalu apa sebetulnya nilai inti dari PPI Belanda sendiri. Kami meyakini bahwa salah satunya adalah intelektualitas. Intelektualitas ibarat minyak yang membuat nyala obor terus menyala. Dengan semangat ilmiah dan pembelajaran lah segala aktivitas PPI Belanda bersumber. Segala langkah dan keputusan mesti bisa dipertanggungjawabkan dalam timbangan ilmu pengetahuan. Dengan intelektualitas organisasi tidak akan mengalami disorientasi dan stagnansi karena ada panduan serta kreatifitas. Aksi-aksi keluar dan kepedulian bisa diekspresikan dengan cara-cara yang santun, elegan, dan efektif. Sedangkan ke dalam, ruh intelektualitas akan memacu anggotanya untuk selalu kritis dan konsisten dalam meningkatkan kapasitas pribadi. PPI Belanda berupaya mewujudkan nilai itu dengan tiga strategi. Pertama, memfasilitasi kolaborasi ide dan pemikiran. Kedua, selalu aktual dan proaktif dalam merespon dinamika di tanah air. Ketiga, mencoba membawa ide dan pemikiran para pelajar ke tingkat yang lebih tinggi secara kualitas akademis maupun jejaring pergaulan. Dari pemikiran tersebut kerangka program Divisi Kajian Strategis dan Keilmuan PPI Belanda dirancang. Strategi pertama diwujudkan dalam bentuk Bank Thesis dan Lingkar Inspirasi yang diadakan selama delapan kali di kota-kota yang berbeda. Lingkar Inspirasi tak hanya sekedar kegiatan diskusi. Kami pun menyesuaikan dengan momentum waktu maupun tempat. Seperti Lingkar Inspirasi pertama bertema kebangkitan peran pemuda yang bertepatan dengan hari sumpah pemuda, lingkar Inspirasi kedua bertema buruh migran sebagai pahlawan devisa yang bertepatan dengan hari Pahlawan. Di seri yang lain kami memilih tema Kemandirian Pangan dan bertempat di Wageningen yang merupakan pusat penilitian pertanian di Belanda. Kemudian tema Teknologi bertempat di Enschede di mana banyak mahasiswa Indonesia yang belajar sains dan teknik di Universitas teknologi ternama, Univ. Twente. Secara umum kegiatan Lingkar Inspirasi mendapat sambutan yang baik dari para pelajar. Serial kegiatan ini dihadiri rata-rata 75 peserta tiap sesinya. Begitupun sambutan media yang sangat baik, rata-rata ada lima media massa yang meliputi tiap kegiatan Lingkar Inspirasi. Salah satu seri Lingkar Inspirasi yang paling mendapat perhatian media bahkan hingga masuk halaman depan koran terkemuka di tanah air adalah Lingkar Inspirasi keempat yang bertema Demokrasi Berkualitas dan mengundang pemimpinpemimpin parpol di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh sekitar 200 orang peserta. Selain kegiatan yang terjadwal seperti Lingkar Inspirasi, PPI Belanda secara aktif terlibat menyuarakan sikap dalam momen-momen atau terhadap isu-isu yang sedang berkembang. Bahkan beberapa menit setelah sekjend PPI Belanda terpilih pada tanggal 6 Oktober 2012, kami langsung mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap KPK yang saat itu mengalami upaya pelemahan dari lawan-lawannya. Tak kurang dari 11 pernyataan sikap dikeluarkan sepanjang masa kepengurusan, mulai dari isu Papua, kunjungan komisi III DPR, audiensi dengan wamenkum HAM, hingga seruan kemanusiaan terhadap Palestina yang saat itu mengalami agresi dari penjajah Israel. Melalui pernyataan-pernyataan sikap tersebut, PPI Belanda memainkan tanggung jawab politik para pelajar yang berbasis pada intelektualitas dan etika. Yang menarik sebagai catatan ialah posisi PPI Belanda yang bisa dikatakan memiliki daya ungkit yang cukup bagus sebagai news maker. Potensi ini harus dioptimalkan sebaik mungkin ke depannya.


Yang terakhir dan menjadi penutup dari ekskalasi gerakan intelektual PPI Belanda periode ini adalah diselenggarakannya konferensi ilmiah internasional dengan nama ICID 2013. Acara tersebut bermaksud menjembatani berbagai pemikiran dan penilitian ilmiah dalam konteks pembangunan Indonesia. Untuk tahun ini sejumlah 291 peserta tercatat menghadiri ICID 2013 termasuk di antaranya 59 paper yang terpilih dari 485 abstrak yang masuk dan 20 essay terbaik yang dipresentasikan dan telah menyisihkan 390 essay lainnya. Antusiasme yang tinggi ditunjukan tak hanya oleh peserta dari kalangan mahasiswa dan berasal dari Belanda, bahkan beberapa pemakalah bergelar professor yang dikenal sebagai Indonesianis terkemuka juga turut menambah bobot kualitas konferensi ini. Harapannya ke depan ICID dapat menjadi benchmark untuk konferensi dengan tema pembangunan Indonesia. Topiknya pun tak hanya ekonomi yang menjadi fokus tahun ini. Namun juga hukum dan politik, serta pendidikan dan budaya. Semakin konsisten ICID terselenggara, semakin tinggi standar kualitas ilmiah dan bisa menjadi rujukan para pengambil kebijakan. Kehadiran menteri perdagangan Belanda dan wakil menteri Bappenas adalah langkah awal yang mantap dalam posisi tawar ICID sebagai konferensi terkemuka dalam isu-isu ke-Indonesiaan. Di akhir tulisan ini, terngiang lagi kata-kata WS Rendra pada puisi pembuka di atas. apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan Menjadi renungan bagi pelajar-pelajar Indonesia yang berdiaspora di luar negeri. Apalah artinya jauhjauh belajar ke luar negeri jika tak membawa manfaat bagi negerinya. Apalah artinya merain gelar setinggi-tingginya jika tak berujung pada keinsafan tanggung jawab akan bangsanya. Apalah artinya ilmu jika tak berbuah amal. Sungguh pertanyaan-pertanyaan tersebut bukan pertanyaan retoris. Melainkan pertanyaan yang membutuhkan pembuktian. Tak perlu banyak kata nanti, jika, atau apabila, tapi tanyakan apa yang bisa kita lakukan hari ini. Sulit membayangkan kontribusi kita pada Indonesia suatu hari jika hari ini kesadaran kita masih nihil. Sulit membayangkan kita akan berbuat sesuatu pada negara jika hari ini menyatakan sikap saja adalah sesuatu yang ambigu. Gerakan intelektual harus dan akan selalu menjadi poros gerak PPI Belanda. Dengan cara itulah kita sungguh-sungguh menepati janji untuk belajar membuat Indonesia tersenyum.

Amersfoort, 5 Oktober 2013 1:27 AM


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.