3 minute read
Kata Makna
from Perempuan Sebagai Agen Inklusi Sosial: Pengalaman Perempuan Komunitas Penghayat di Desa Salamrejo
Kata dan Makna
Topik Empu Kata dan Makna
Advertisement
Nur Iman Subono
Departemen Ilmu Politik, FISIP Universitas Indonesia boni.subono@gmail.com
Feminisme, Perempuan dan Pedesaan
Persepsi dan gambaran perempuan yang tinggal di daerah pedesaan pada kenyataannya tidak pernah homogen. Jika ditarik garis lurus maka persepsi dan gambaran tersebut bisa bergerak dari kanan dengan citra perempuan bekerja yang teromantisasi secara harmonis dengan alam, sebagaimana yang digambarkan oleh Sue Hubbell dalam A Country Year, menuju ke arah kiri yang direpresentasikan dengan perempuan perkasa yang kerja keras sebagai bagian sehari-hari dari keberadaanya seperti yang ditampilkan Alice Walker dalam Everyday Use atau Tsitsi Dangarembga dalam Nervous Condition.
Kalangan feminis mengkritik keras bahwa ilmu pengetahuan Barat dan strategi pembangunan kapitalis telah menurunkan nilai pengetahuan dan pengalaman perempuan dalam berdekatan dengan alam. Banyak dari perempuan desa bekerja dalam produksi pertanian sebagai aktivitas kehidupan yang utama, dan relasi mendalamnya mereka dengan lingkungan alam dalam upayanya untuk kebutuhan subsisten akan air, bahan bakar dan perumahan. Sementara petani desa sangat bergantung pada lingkungan alam untuk bisa tetap bertahan, kalangan urban Barat seringkali terpisah dari sumber-sumber kebutuhan mereka. Padahal di negara-negara berkembang, perempuan desa seringkali menghabiskan kehidupan sehariharinya mereka mengumpulkan kayu bakar dari hutan, mengumpulkan air dari aliran sungai, dan memelihara tanaman dan binatang untuk kebutuhan makana keluarga mereka.
Terjadinya perubahan struktural dalam ekonomi lokal dan global pada gilirannya memberikan dampak pada hubungan masyarakat desa dengan alam sekitarnya, mendorong orang-orang berimigrasi dari desa ke kotakota, mengubah strategi kehidupan dan kerja di daerah pedesaan, termasuk
Jurnal Perempuan, Vol. 24, No. 4, November 2019
perubahan strategi perempuan desa untuk bertahan hidup. Pada titik ini kalangan feminis mempertanyakan legitimasi ilmu pengetahuan Barat sebagai satu-satunya solusi atau alat analisa dalam melihat perempuan di pedesaan. Sebaliknya justru kalangan perempuan desa sendiri yang mampu membangun sudut visi alternatif. Mereka tidak hanya mampu memahami benih-benih atau bibit-bibit yang sangat beragam, tapi juga memahami bagaimana melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi lingkungan yang berubah dan khusus.
Hubungan Patriarkal di Pedesaan
Di negara berkembang, perempuan yang tinggal di daerah perdesaan mewakili sekitar 43% dari tenaga kerja di sektor pertanian (UN Women). Dengan demikian perempuan perdesaan memiliki kontribusi penting dalam memastikan keamanan pangan keluarga dan komunitas serta memperkuat perekonomian negara. Meskipun memiliki peran besar, namun perempuan perdesaan masih menghadapi diskriminasi terkait budaya dan norma sosial yang membuat mereka berada dalam situasi rentan dan buruk. Jadi meski perempuan merupakan mayoritas yang bekerja di pedesaan, tapi laki-laki yang sebagian besar yang memiliki tanah, mengendalikan kerja buruh perempuan, dan membuat keputusan-keputusan pertanian dalam sistem sosial yang patriarkal tersebut. Di banyak wilayah dunia, keluarga tetap menjadi unit utama produksi dalam pertanian. Kebijakan negara di Amerika Serikat, Amerika Latin dan Afrika seringkali secara eksplisit mendukung pertanian keluarga yang berwatak patriarkal melalui perluasan programprogram, hibah atau pinjaman pemerintah, dan kebijakan pemasaran.
Upaya-upaya Perlawanan Perempuan Desa
Catatan sejarah dan juga berita kekinian mencatat bahwa kebanyakan gerakan feminis sangat berpusat di wilayah-wilayah urban. Sementara itu, gerakan perempuan desa sangat terabaikan dalam membangun organisasi feminis yang peduli secara khusus untuk menantang hak-hak istimewa (privilege) dan otoritas (authority) kalangan laki-laki. Meskipun demikian bukan berarti gerakan perempuan desa yang progresif dalam tuntutan atau aksinya absen sama sekali. Sebut saja misalnya perempuan desa di Zimbabwe yang berpartisipasi dalam perjuangan perlawanan menuntut hak-haknya terhadap pemerintahan yang baru. Tapi sayangnya, perempuan
Kata dan Makna
yang berasal kalangan elite urban yang memimpin gerakan untuk hak-hak perempuan, dan mereka juga yang cenderung menerima manfaat dari perubahan kebijakan yang ada.
Namun demikian apakah kemudian memang begitu nasibnya perempuan desa dalam segala dinamika dan perubahan sosial-politik dan ekonomi-budaya yang sedang berlangsung? Tentu saja tidak. Meskipun variasinya banyak dan sangat heterogen tapi kita melihat bahwa petani desa di banyak tempat di dunia memajukan langkah mereka secara signifikan dalam membentuk dan membangun hidup dan kehidupan mereka. Kita bisa melihatnya perjuangan perempuan desa misalnya dalam kerjakerja organisasi akar rumput perempuan dalam bidang koperasi, skema kredit secara bergiliran, perlawanan perusakan lingkungan, dan gerakan perempuan dalam dunia pertanahan.
Daftar Pustaka: Carolyn E. Sachs (1996), Gendered Fields: Rural Women, Agriculture, and Environment.
Dok. Pribadi