16 minute read

PROPERTY TREND

TOOLS DALAM MERANCANG STRATEGI PERUSAHAAN

Tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah menciptakan kemakmuran bagi pemegang saham secara berkelanjutan. Untuk itu perusahaan perlu merencanakan strategi guna menciptakan keunggulan daya saing dan menempatkan perusahaan pada posisi yang menguntungkan dalam landscape persaingan. Perusahaan dituntut menciptakan value proposition yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara tepat.

Advertisement

Dalam ranah strategic planning, terdapat banyak pilihan perangkat yang dapat digunakan untuk merancang strategi perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus memahami perangkat tersebut dan menggunakannya sesuai dengan konteks lingkungan bisnis dan kapabilitas internal yang dimiliki.

Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dan akan mempengaruhi perusahaan dalam merancang dan eksekusi strategi yaitu: kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan, level strategi dan horison waktu strategi tersebut.

• Kondisi Lingkungan internal perusahaan, mencakup sumber daya tangible dan intangibel serta kompetensi inti. Alat untuk melakukan analisa internal perusahaan antara lain : analisa fungsional, Value Chain Analysis (VCA), VRIO dan 7 S.

• Kondisi Lingkungan eksternal adalah kondisi industri dan faktor makro yang akan mempengaruhi perusahaan secara langsung maupun tidak langsung. Alat analisis lingkungan eksternal antara lain : 5 Forces untuk analisis lingkungan Industri/mikro, PESTEL untuk analisis lingkungan makro dan analisis Megatrends untuk analisis scenario

• Level strategi mencakup level strategi tingkat korporat, SBU atau Fungsional

• Horison waktu juga penting dalam merencanakan strategi, karena menyangkut faktor ketidakpastian lingkungan eksternal di atas.

Alat untuk merancang strategi berkembang dari waktu ke waktu seiring meningkatnya persaingan dan perubahan lingkungan serta ketidakpastian yang semakin dinamis. Dalam artikel ini, akan diuraikan beberapa perangkat manajemen stratejik yang sering digunakan oleh perusahaan dalam merancang strategi perusahaan

MATRIKS SWOT (STRENGTH, WEAKNESSES, OPPORTUNITY & THREAT)

Matriks SWOT merupakan perangkat manajemen yang telah digunakan sejak tahun 1960an hingga saat ini. Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi Peluang/Opportunity dan Ancaman/ Threat yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan serta Strenght/Kekuatan dan Weaknesses/Kelemahan yang terdapat pada perusahaan. Hasil identifikasi SWOT tersebut kemudian dilakukan perpaduan antara SW. dengan OT. dan menghasilkan strategi dalam matriks SWOT.

Walaupun sering dikritik, karena terdapat kelemahan dalam mengimplementasikan SWOT, namun perangkat ini banyak digunakan, karena konsepnya yang relatif sederhana dan mudah dimengerti. Upaya yang perlu dilakukan guna mempertajam analisis SWOT adalah dengan memperbanyak sumber informasi yang relevan dengan konteks yang dihadapi perusahaan.

MATRIKS IE. (INTERNAL EKSTERNAL)

Perangkat yang lebih analitik dibandingkan SWOT adalah matriks IE. Matriks IE menggunakan sistem tabulasi berdasarkan analisis bobot dan nilai rating kondisi eksternal dalam bentuk tabel EFE (External Factor Evaluation) dan kondisi internal dalam tabel IFE (Internal Factor Evaluation). Hasil analisis EFE dan IFE akan menghasilkan koordinat dalam matriks IE. yang terdiri atas 9 kotak dengan kategori strategi Defensive atau bertahan hingga Extensive; contoh: integrasi ke depan atau ke belakang, pengembangan produk/market baru, dsb.

Matriks ini efektif digunakan untuk merancang strategi dalam jangka waktu 1-3 tahun, karena asumsi masa depan yang digunakan bersifat linier, sehingga penggunaan untuk jangka panjang beresiko penyimpangan dari asumsi awal yang dipergunakan. Untuk merancang strategi dengan jangka waktu panjang, dan dalam konteks ketidakpastian lingkungan yang tinggi sebaiknya menggunakan scenario planning. Matriks lain yang menyerupai matriks IE adalah Grand Matrix, SPACE matrix, dll.

Hasil strategi dalam matriks IE merupakan strategi pada level korporat. Strategi dalam matriks IE akan memiliki kaitan dengan strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT di atas.

GENERIC STRATEGY

Selanjutnya adalah strategi pada level unit perusahaan/SBU, yaitu Generic Strategy yang dicetuskan Michael Porter. Strategi pada level ini adalah pilihan antara Diferensiasi atau Low Cost. Dengan Diferensiasi perusahaan menciptakan keunikan atau added value kepada konsumen, sementara strategi Low Cost adalah strategi dengan fokus kepada efisiensi biaya sehingga perusahaan dapat memberikan harga yang relatif lebih murah kepada konsumen dibanding pesaing. Perusahaan harus memilih salah satu strategi dan tidak bisa menggunakan keduanya secara bersamaan.

Dr. Joni Phangestu MM.

Akademisi PPM School of Management CEO Grow Consulting

BUSINESS MODEL CANVAS (BMC)

BMC adalah alat untuk membangun Value Proposition sesuai dengan target konsumen yang dipilih, dan mengidentifikasi sumber daya, kegiatan dan partner inti dalam membangun Value Proposition. Selanjutnya BMC dapat menangkap profit model yang memberikan keuntungan yang maksimal. Perlu diperhatikan agar perusahaan melakukan inovasi terhadap business model agar selalu dapat menyesuaikan dengan perkembangan konsumen dan lingkungan bisnis.

Alat strategi lain yang dapat digunakan dalam merancang strategi pada level unit antara lain :

• Blue Ocean Strategy: Untuk inovasi produk/ jasa yang memberikan value innovation kepada konsumen dan market yang baru

• Ansoff MatriX: Strategi pengembangan market dan produk

• BCG/Growth Matrix: Identifikasi produk/jasa sesuai dengan pertumbuhan dan penguasaan pangsa pasar oleh perusahaan. Strategi ini menyerupai Strategi Product Life Cycle (PLC)

• GE/McKinsey Matrix: Strategi pengembangan bisnis untuk perusahaan dengan portfolio produk /jasa

Sebagai catatan akhir, perangkat-perangkat strategic planning di atas membantu perusahaan untuk merancang strategi secara terstruktur. Namun, agar dapat berfungsi dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal, perusahaan harus mampu menentukan perangkat yang tepat sesuai dengan konteks lingkungan yang dihadapi. ●

TEKNOLOGI LAPISAN FEROSEMEN

TAHAN GEMPA DAN LEBIH EKONOMIS

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan terus berinovasi dalam mendukung pembangunan perumahan di Indonesia. Salah satunya yang sudah dilakukan adalah Teknologi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat). Kini, Teknologi Lapisan Ferosemen juga mulai digencarkan untuk meningkatkan kualitas rumah yang dibangun di berbagai wilayah Indonesia.

Teknologi Lapisan Ferosemen digunakan untuk memperkuat struktur rumah masyarakat, meminimalisir kerusakan bangunan serta menjamin keselamatan bangunan dan penghuninya. “Inovasi ini diperlukan agar rumah-rumah tersebut lebih kuat secara struktur bangunan dan lebih layak,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid.

Teknologi beton ferosemen memiliki sejumlah keunggulan yang telah teruji di lapangan. Penerapannya pun mudah. Penulangan beton dilakukan dengan rapat, kemudian dilapis kawat jala atau kawat anyam yang diisi dan diselimuti dengan semen mortar kurang dari 1,5 cm. Bahan ini dapat dibentuk sebagai bidang yang tipis dengan ketebalan antara 3 sampai 6 cm. Bandingkan dengan ketebalan beton konvensional di atas 8 cm yang dibentuk dengan cetakan. Sedangkan ferosemen, tanpa cetakan. Hasilnya kuat, lentur, tahan lama, dan lebih ekonomis. Juga mudah diadaptasi ke dalam prinsip fisik, mekanik maupun teori hidraulika.

Secara umum, keunggulan teknologi ferosemen yakni mudah diaplikasikan; kuat, lentur, dan tahan lama dibandingkan dengan teknologi beton biasa yang lebih tebal dan dibentuk dengan cetakan; lebih ekonomis dibandingkan dengan teknologi konvensional; mudah diadaptasikan ke dalam prinsip fisik, mekanik, maupun hidrolik; penggunaan material lokal dan dapat dibuat insitu atau di tempat lain untuk selanjutnya dirangkai di lapangan; lebih efektif dan efisien dengan metode yang cukup sederhana; dapat diadaptasi di berbagai lokasi. ● [Pius]

PHILIPS UV-C DISINFECTION BOX BAKTERI DAN VIRUS LANGSUNG MAMPUS

Setelah sukses dan diterima pasar Indonesia untuk produk Philips UV-C disinfection desk lamp, belum lama ini, Signify Indonesia kembali meluncurkan rangkaian Philips UV-C disinfection box untuk mensterilisasi berbagai produk yang sering dibawa atau sering disentuh, hingga barang belanjaan rumah tangga.

Sebagaimana diketahui, pencahayaan UV-C Signify telah terbukti ampuh dan ideal untuk mendesinfeksi udara, permukaan, dan benda dari berbagai jenis bakteri dan virus. Termasuk terhadap inaktivasi SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19 yang telah divalidasi oleh Universitas Boston. Sinar UV-C menguraikan DNA dan/atau RNA mikroorganisme, termasuk virus dan bakteri, sehingga mereka tidak lagi berbahaya.

Philips UV-C disinfection box tersedia dalam ukuran 10 liter, 30 liter dan 48 liter. Produk ini secara efektif akan menonaktifkan virus, bakteri, jamur dan spora dalam hitungan menit. Adapun bendabenda yang dapat didesinfeksi, seperti kunci, ponsel, mainan, laptop, dompet, tas, dan barang-barang rumah tangga dalam hitungan menit, tergantung pemakaiannya. Untuk Philips UV-C disinfection box 10 liter, ukurannya lebih ringkas sesuai untuk ditempatkan secara praktis di berbagai lokasi di rumah, seperti di dapur atau di dekat pintu masuk. Kotak ini dilengkapi dengan sensor dan pengatur waktu pada penutup, agar lampu UV-C mati secara otomatis saat penutup dibuka, untuk mengurangi risiko paparan UV-C.

Cocok untuk barang pribadi, seperti kunci, uang, dompet; elektronik seperti ponsel dan headset; pakaian seperti pakaian dalam dan kaus kaki, serta peralatan makan dan bahan makanan, mainan kecil, dan bahkan produk bayi. Philips UV-C disinfection box 30 liter sangat tepat untuk mendesinfeksi benda sehari-hari, belanja rumah tangga, dan barang pribadi seperti mainan, kunci, ponsel, dompet, dan laptop.

Kemudian Philips UV-C disinfection box 48 liter cocok untuk penggunaan rumah tangga maupun profesional. Ketiga rangkaian Philips UV-C disinfection box ini dapat mendesinfeksi berbagai benda hanya dalam hitungan mulai 3-10 menit, seperti seperti ponsel, kunci, dompet & kartu, remote kontrol (TV, AC, video game, dll). Sementara untuk benda dengan ukuran atau volume lebih banyak memakan waktu di atas 10 menit. ● [Pius]

SUSUL Serpong, Inilah Kantung Baru Berpotensi Tumbuh di Barat Jakarta

Tidak bisa dipungkiri, jalan Tol JakartaTangerang-Merak yang terkoneksi dengan semua jalan tol di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek) membuat kawasan di sekitarnya makin terbuka karena mudah diakses melalui jalur darat. Tangerang, Banten, adalah kawasan di sebelah barat Jakarta yang paling diuntungkan sejak jalan tol sepanjang 98 kilometer (km) itu beroperasi pada tahun 1984. Perkembangan kawasannya sungguh luar biasa dengan penawaran properti-properti premium di wilayah ini. Koridor Serpong menjadi kawasan yang paling berkembang sedemikian rupa di wilayah Tangerang. Sebelum tahun 1989, Serpong hanya semak belukar dan hamparan hutan karet yang tidak produktif lagi. Namun ketika Jalan Tol Jakarta-Tangerang-Merak jadi, sejumlah developer mulai mencari-cari lahan untuk dijadikan pemukiman baru sekaligus untuk menyangga beban Jakarta yang makin padat.

Kota Mandiri Bumi Serpong Damai (BSD) seluas 6.000 hektar menjadi kota baru pertama di ruas Tol Tangerang-Merak yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Rudini yang kala itu menjabat (1989).

Pada tahap pertama BSD (1989-1996) dibangun 29.564 rumah terdiri dari 15.000 rumah kecil, 11 rumah menengah dan sisanya rumah besar. Pada tahun itu, hanya ada satu jalan tol, yaitu Tol Jakarta (Kebon Jeruk)-Tangerang-Merak yang menghubungkan BSD melalui Jalan Raya Serpong ke kawasan barat Jakarta.

“Pertama kali dibuka, BSD memasarkan rumah-rumah tipe BTN ukuran 60 m2 harganya masih Rp5 juta saat itu. Tapi saat itu banyak orang tidak percaya Serpong akan maju karena melihat lokasi rumah yang dianggap jauh ke mana-mana. Menuju pusat keramaian seperti ke bank atau rumah sakit saja, pada awal BSD dibangun, warga harus ke Kota Tangerang yang jaraknya hampir 20 kilometer dari BSD. Tapi beberapa tahun setelah akses tol langsung di BSD dibuka, orang mulai melirik,” papar Head of Research & Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus kepada Property and the City, awal Juni lalu melalui sambungan seluler.

Alam Sutera juga begitu, lanjutnya, tahun 2008 saat perumahan belum punya akses langsung ke jalan Tol Jakarta-Merak, rumah tipe 240 m2 harganya Rp1,3 miliar. Tapi tahun 2011 atau dua tahun setelah akses tol langsung di Kunciran menuju Jalan Raya Serpong lewat Alam Sutera itu dibuka, tipe yang sama sudah dipasarkan Rp2 miliaran. Namun Serpong bukan hanya kawasan BSD, melainkan juga Gading Serpong (sejak 1993, 1.600 ha, kini terbelah dua yaitu Summarecon Serpong dan Paramount Land), Alam Sutera (sejak 1994, 800 ha) dan Lippo Village (sejak 1992, 1.500 ha/sebelumnya Lippo Karawaci) yang dibangun pengembang Paramount Land, Summarecon, Alam Sutera Realty dan Lippo Group.

Gelora kelima pengembang membangun kawasan terpadu di ruas Tol Tangerang-Merak itu makin membuncah. Fasilitas pendukung seperti sekolah, universitas, perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan dan hiburan serta pasar modern dibangun dalam kurun waktu 10-15 tahun. Koridor Serpong kini betul-betul menjadi magnet bagi warga seantero Jakarta. Tidak kaget, hidupnya kota-kota baru di ruas Tol TangerangMerak ini menjadi fenomena pengembangan township di Indonesia. Bukan hanya areanya yang luas, konsep pengembangannya juga matang dan menarik.

Makin Barat Lagi

Selain inovasi-inovasi baru yang sejalan dengan tren dan kebutuhan masa kini, aksesnya juga semakin mudah karena memiliki akses tol langsung, misal Gading Serpong di KM 18, Alam Sutera di KM 15, Karawaci di KM 21 dan Bitung di KM 26. Sejumlah ruas tol baru juga tembus menuju kota baru itu, yakni Tol Serpong-JORR W2, JORR2 Serpong-Kunciran-Bandara dan JORR2 Serpong-Balaraja-Bandara. Bergelimang akses dan fasilitas tentu menjadi wajar bila saat ini pengembangan kawasan kian ke arah barat menyusul harga properti di kawasan Serpong yang semakin tidak terjangkau.

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, secara alamiah perkembangan wilayah berikut fasilitasnya akan melebar dan menjauh dari pusat kota. “Ini konsekuensi dari semakin sesak dan mahalnya harga tanah di tengah kota. Contoh di Jakarta Barat mula-mula pergeserannya hanya sampai Daan Mogot dan Kosambi. Lalu perkembangannya bergerak ke barat Jakarta di kawasan Serpong, Tangerang, dan kini otomatis akan mengarah ke lebih barat lagi menuju Curug, Bitung, Cikokol sampai Balaraja karena koridor sebelumnya sudah padat,” terang Joga saat dihubungi di Jakarta, awal Juni.

Pergeseran paling masuk akal terjadi di kawasan Bitung mengarah ke Balaraja yang secara lokasi berada di bagian barat Serpong. Memiliki gerbang tol langsung di KM 26 (Tol Jakarta-Tangerang-Merak), wilayah Bitung sudah ramai properti komersial mulai dari pergudangan hingga pabrik meski pilihan hunian komplit berskala luas masih terbatas. Akses tol langsung dan jalan protokol yang terintegrasi dengan kawasan lain itu diplot sebagian besar developer sebagai prasyarat mengembangkan sebuah kota baru.

Proyek Jalan Tol JORR2 Serpong-Balaraja yang sempat tertunda pembangunannya dan saat ini menunjukkan perkembangan signifikan, ‘dituding’ akan membuka kawasan-kawasan di ruas Jalan Tol JakartaTangerang-Merak yang selama ini masih tertutup lantaran tidak ada akses tol langsung menuju kawasan. Jalan tol sepanjang 39,8 km yang menghubungkan wilayah Kota Tangerang Selatan dengan Kabupaten Tangerang ini merupakan sambungan dari ruas Tol Ulujami-Serpong yang dirancang untuk memangkas waktu tempuh dari Serpong menuju Jakarta dan Merak.

“Yang perlu dipertimbangkan adalah selain nyambung ke Jakarta, Tol Serpong-Balaraja ini nantinya akan menjadi akses menuju Merak dan Lampung karena terhubung dengan Balaraja yang menjadi akses masuk ke Tol Tangerang-Merak, konektivitas dan mobilitas warga di sekitarnya bakal sangat mudah, sehingga diharapkan kantung-kantung yang sebelumnya tidak terjamah bisa berkembang menjadi lebih produktif,” kata Joga.

Pembangunannya terbagi dalam tiga seksi, yakni seksi I (BSD-Legok) sejauh 11,3 km, seksi II (Legok-Tigaraksa Selatan) 10,7 km, dan seksi III (Tigaraksa Selatan-Balaraja) 17,8 km. Seksi I yang melewati Rawabuntu (Serpong) membelah BSD City tentu pengembangan

kawasannya sudah matang dan telah didukung infrastruktur memadai. Peluang munculnya kota baru diprediksi akan terkonsentrasi di ruas Jalan Tol Legok-Tigaraksa (Seksi II) yang jika dilihat dari sisi infrastruktur, kawasannya akan cepat hidup karena dilengkapi kawasan industri di Tangerang, Serang dan Cilegon.

“Tren ke depan para pengembang semakin agresif mengembangkan kota baru, terutama dengan menambah area komersial yang berhubungan erat dengan faktor ekonomi, serta fokus pada kualitas fasilitas hunian dan gaya hidup. Kondisi perekonomian sesulit apapun, pengembang tidak akan pernah mandeg mencari lahan-lahan strategi dekat akses tol untuk dijadikan perumahan berskala kota. Kuncinya di akses tol tadi,” imbuh Anton.

Kuncinya di Harga

Anton mengatakan di Banten kawasan penyangga Jakarta arah pengembangannya kian ke barat. Serpong padat pilihannya ke Kabupaten Tangerang seperti Curug dan Bitung. Selain itu, kawasan Kabupaten Tangerang juga memiliki potensial lahan yang juga masih cukup besar untuk dikembangkan. Dengan demikian, potensi pengembangan kawasan ini pun dinilai masih sangat panjang. Harga properti di Jakarta sudah terlampau mahal, sehingga pilihannya adalah ke kota penyangga, seperti di barat Jakarta, khususnya di wilayah Kabupaten Tangerang yang potensi lahannya cukup untuk dikembangkan. Pun pengembangan kawasan ini dinilai masih sangat panjang. Jadi tergantung developer-nya. Seberani apa dia meluncurkan sebuah proyek. Meski dalam kondisi pandemi seperti saat ini, tetapi permintaannya tetap ada,” sebut Anton.

Melimpahnya infrastruktur dari dan menuju kawasan Kabupaten Tangerang memudahkan pengembang memasarkan hunian dengan beragam spesifikasi. “Pasarnya masih sangat luas. Apalagi kalau proyeknya dirancang seperti kota, lengkap dengan fasilitas komersial, maka peminatnya akan banyak karena gengsinya pasti lebih tinggi jika tinggal di komplek hunian yang besar atau lengkap,” katanya.

Terbukti, beberapa developer di Tangerang menuai hasil maksimal dari penjualan hunian maupun properti komersial. Sebut saja Ciputra Group melalui proyek Citra Maja Raya, Sinar Mas Land yang gencar memasarkan beberapa cluster terbaru, kemudian Summarecon Serpong melalui produk komersial (ruko), serta Paramount Land yang juga sukses memasarkan cluster hunian dan produk komersial.

“Kuncinya di harga. Pengembang besar pun meluncurkan hunian yang lebih terjangkau, bahkan Rp1 miliar ke bawah. Kalau dulu, rata-rata di atas Rp1-1,5 miliar ke atas. Dan terbukti berhasil,” ungkapnya. Anton menambahkan, potensi kebutuhan akan hunian di kawasan Tangerang masih sangat tinggi. Di sisi lain, supply-nya masih kurang. Dia menggambarkan, kebutuhan hunian setiap tahun di Jabodetabek mencapai 50 ribu unit, sementara supply di pasar masih jauh dari angka tersebut.

“Supply-nya tidak banyak, tetapi kembali lagi tergantung developer. Apakah mereka berani meluncurkan produk baru dengan harga yang terjangkau,” tegasnya. Selain dari segi harga, hunian yang telah dilengkapi dengan perabot (fully furnished), kata Anton, juga kini sangat diminati konsumen.

Menutup pembicaraan, Joga menilai konsep kota mandiri itu akan memberikan nilai tambah yang besar pada wilayah lain di barat Jakarta selain Serpong. “Banyak hal baru yang bisa diciptakan untuk kesejahteraan masyarakat dan daerah karena apa-apa self service sehingga mengurangi dampak buruk urbanisasi, yaitu kemacetan lalu lintas dan kepadatan kota,” pungkasnya.

Favorit Penanam Modal

Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang diperoleh dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), dari tahun 2017 hingga 2019 tren investasi di Banten menunjukkan grafik positif, sehingga serapan tenaga kerjanya sampai sebelum masa pandemik, cukup tinggi. Pada tahun 2017 realisasi Penanaman Modal di Banten mencapai Rp55,8 triliun dan 3.148 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 109.291 orang, lalu pada tahun 2018 realisasi investasi naik menjadi Rp56,52 triliun dan 4.159 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 44.939 orang, sementara di tahun 2019 realisasi investasi mencapai Rp48,73 triliun dan 4.954 proyek, dengan serapan tenaga kerja sebanyak 48.258 orang. Terbaru, realisasi Penanaman Modal Banten periode Januari-September 2020 telah mencapai Rp42,02 triliun dari 6.952 proyek dengan serapan tenaga kerja sebanyak 51.316 orang, di periode triwulan III ini Banten menempati urutan ke 2 realisasi penanaman modal tertinggi secara nasional.

Salah satu pertimbangan investor saat memutuskan untuk berinvestasi adalah letak strategis dan didukung oleh infrastruktur yang memadai. Sebagai daerah penyangga ibu kota, Banten bagian utara salah satunya yakni Kabupaten Tangerang diklaim representatif bagi kegiatan penanaman modal untuk berbagai sektor. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten Mahdani mengatakan, keunggulan Banten diantara daerah lain diantaranya memiliki konektivitas yang strategis, mulai dari jalur laut, darat, hingga udara. Ditambah daerah Tangerang yang menjadi penyangga ibu kota memberi keuntungan tersendiri bagi kegiatan penanaman modal di Banten.

“Letak georgrafis yang strategis menjadi keuntungan bagi Banten dan investor, terutama di bagian Banten Utara yang berbatasan langsung dengan ibu kota dan aksesibilitas dengan Bandara Soekarno-Hatta sangat dekat,” kata Mahdani dalam satu kesempatan dialog terkait peluang investasi di Banten, Mei lalu.

Di Kabupaten Tangerang, pemerintah daerah setempat membangun pusat pameran hasil industri (exhibition center) terutama untuk hasil industri kecil dan hasil kerajinan rakyat. Tangerang Exhibition Center adalah pusat perdagangan dan bisnis di Tangerang yang dapat berfungsi sebagai lokasi bussines meeting, ruang pertemuan, ruang pesta, ruang perkantoran, dan lain-lain.

Kabupaten Tangerang juga memiliki kawasan industri. Kegiatan industri di Kabupaten Tangerang diarahkan pada suatu kawasan industri dengan mencadangkan lahan seluas 3.000 hektar bagi kawasan industri dan 4.500 hektar bagi zona industri yang tersebar di tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Cikupa, Balaraja, Tigaraksa, Cisoka, Pasar Kemis, Legok dan Serpong. Kawasan Industri Milenium Industrial Estate di Cikupa seluas 1.800 hektare menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Apalagi kawasan ini masuk ke dalam Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK).

Bahkan, Kabupaten Tangerang menjadi daerah dengan capaian investasi tertinggi di Banten pada Januari-September 2020 dengan nilai investasi sebesar Rp14,26 triliun dari 2.700 proyek dengan serapan tenaga kerja Indonesia (TKI) sebanyak 18.970 orang. Adapun sektor dominan di Kabupaten Tangerang meliputi kawasan perumahan, kawasan industri dan perkantoran; Listrik, Gas dan Air; industri makanan dan perdagangan. ● [Andrian Saputri dan Pius Klobor]

This article is from: