Museum Wakare

Page 1

UPH Arsitektur

Studi Tektonik Material 2019

Arsitektur dan Narasi 2019



MUSEUM WAKARE Studi Tektonik Material 2019

Arsitektur dan Narasi 2019

editor, Jacky Thiodore, Andreas Yanuar Wibisono.


CATALOG TITLE

4


ISSUE #1 / MONTH 2018

MUSEUM WAKARE

EDITOR Jacky Thiodore Andreas Yanuar Wibisono TEXT DAN ILUSTRASI Edgard Jeremy Maudrey Alesia Risma Afriyanti Vanessa Ardelia DESIGN SAMPUL Maudrey Alesia

INFO Universitas Pelita Harapan School Of Design ISBN 978-623-95873-7-4 (PDF)

Diterbitkan oleh:

5


CATALOG TITLE

6


ISSUE #1 / MONTH 2018

DAFTAR ISI PENDAHULUAN • •

Studi Tektonik Material Arsitektur dan Narasi

BAB 1

BAB 2

LATAR BELAKANG PROJEK

MATERIAL

• • •

• • • •

ICCB (Kota Terrakota) Fungsi (Pavilion yang akan dibangun) Material tanah (Perlakuan & Tantangan pada Bata)

Batu bata standard SNI Jenis klasifikasi batu bata Material perekat mortar Desain pondasi dan bekisting

BAB 3

BAB 4

BAB 5

TEKTONIKA

PROSES EKSPERIMEN

DESAIN FINAL

• •

• • • • •

• • •

Tektonika bata pada permukaan dinding Tektonika bata pada elemen atap

BAB 6

Workshop “Masa Depan Modul Tanah” Eksperimen Mass Customization Workshop Auroville Alternatif desain Eksperimen konten

BIBLIOGRAFI

PEMBANGUNAN •

Proses pembangunan

7

Narasi museum Tapak Desain akhir


CATALOG TITLE

8


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENDAHULUAN STUDI TEKTONIK MATERIAL Tektonik adalah bagian integral dalam proses desain arsitektur. MKP ini mencoba mengeksplorasi batasan desain arsitektur dengan memahami tektonik material secara lebih utuh, yaitu mulai dari bahan baku material hingga menjadi sebuah karya arsitektur. Pembelajaran berkaitan dengan implikasi tektonika sebuah material terhadap berbagai kriteria seperti geometri bentuk, modul material, daya tahan, teknik fabrikasi, dan budget. Pada proses MKP ini tidak hanya menawarkan pengalaman desain saja tetapi juga pengalaman membangun sebuah arsitektur dalam skala utuh (design & build).

Projek ini merupakan sebuah karya yang akan di pamerkan di The 5th Indonesia Contemporary Ceramic Biennale (ICCB). Projek karya arsitektur ini akan dibangun di sebuah halaman terbuka di Kampung Wates yang nantinya akan digunakan sebagai ikon Paviliun di kampung tersebut. Paviliun ini akan berfungsi sebagai tempat melakukan pameran atau eksibisi untuk memamerkan benda pameran hasil penduduk kampung Wates itu sendiri. Selain itu Paviliun ini juga diharapkan dapat menjadi tempat interaktif dan tempat berkumpul baru untuk warga sekitar atau juga sebagai tempat bermain anak - anak.

Kali ini fokus pembelajaran diarahkan pada material : tanah. Bekerja sama dengan Jatiwangi Art Factory (JAF) maka karya arsitektur yang dibangun di MKP ini akan menjadi salah satu karya yang dipamerkan di The 5th Indonesia Contemporary Ceramic Biennale (ICCB). Dengan pemahaman tektonik material, mahasiswa bisa mengeksplorasi sisi desain dan sisi teknis secara bersamaan. Untuk mencapai hal di atas maka agenda yang tersusun adalah sebagai berikut :

Karya arsitektur dalam bentuk Paviliun ini di eksplorasi menggunakan material keramik dan tanah liat. Seluruh bangunan akan menggunakan eksplorasi teknik struktur dan tektonik yang dikembangkan dengan karakteristik elemen pembentuknya. Sehingga projek ini diharapkan dapat menampilkan kekayaan atau potensi tanah dan meningkatkan daya tarik Kampung Wates kepada masyarakat luas dan juga dapat memberikan dampak positif terhadap ruang keseharian penduduk Kampung Wates.

• • •

5 minggu desain di UPH. 1 minggu teknik di India. 1-2 minggu bangun di Jatiwangi.

Sebastian Brian, Davidson Suwongto

Jacky Theodore

9


CATALOG TITLE

10


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENDAHULUAN ARSITEKTUR DAN NARASI Mata kuliah Arsitektur & Narasi bertujuan untuk menggali potensi cara pengarang menciptakan narasi untuk merancang karya arsitektur. Mata kuliah ini menggunakan pendekatan naratologi, sebuah analisis narasi dalam bidang sastra.

Pada semester ini mahasiswa akan merancang dua museum di Jatiwangi yaitu Museum Wakare sebagai rangkaian ICCB #5 (Indonesia Contemporary Ceramic Biennale) dan Museum Ajip Rosidi. Museum Wakare yang dibuat memiliki tema masa depan tanah. Peserta kelas Arsitektur dan Narasi akan membuat strategi ruang untuk menyamPada semester akselerasi 1183, ada dua sasaran uta- paikan pesan pada tema tersebut. Mahasiswa kelas ini akan ma dalam mata kuliah ini. Pertama adalah menggunakan berkolaborasi dengan kelas Studi Material Tektonik yang naratologi untuk mengalisis struktur ruang pamer dalam akan menciptakan selubung arsitekturnya. menyampaikan informasinya. Kedua menggunakan hasil analisis tersebut dalam menciptakan ruang pamer sebuah Pada museum kedua, mahasiswa memiliki tugas museum. untuk menjadikan rumah tinggal Ajip Rosidi sebagai museum biografi Ajip Rosidi. Pada proyek ini mahasiswa akan Tema dalam semester akselerasi ini adalah eksplora- berkolaborasi dengan Jatiwangi Art Factory (JaF) sebagai si dimensi fisik - digital. Perkembangan dunia digital mem- inisiator program dan kurator museum. pengaruhi strategi ruang pamer dalam menyampaikan pesannya. Hal ini tentu berpengaruh pada persepsi manuKedua proyek museum tersebut merupakan implesia di dalam ruang pamer. Apa saja kekuatan yang dapat mentasi dari MoU Prodi Arsitektur UPH dengan JaF yang dihadirkan oleh ruang yang hanya mengandalkan dimensi dilaksanakan dalam skema proyek Pengabdian kepada fisik? Apa saja kekuatan ruang pamer yang mengandalkan Masyarakat. digital? Dan bagaimana memanfaatkan keduanya dalam ruang pamer pada sebuah museum?

Andreas Yanuar Wibisono

11


CATALOG TITLE

BAB 1

LATAR BELAKANG PROJEK 12


ISSUE #1 / MONTH 2018

LATAR BELAKANG

Pada akhir tahun 2018 kami sedang merancang materi perkuliahan untuk Studio Desain Arsitektur 2 bertema material dan tektonik. Pada tahun sebelumnya, material yang diteliti adalah beton, baja, kayu dan kaca. Kami mencari material lain sebagai bagian dari perancangan dan pada saat itu kami terpikir untuk mengolah tanah. Saat terpikir tentang tanah, seketika kami ingat Jatiwangi art Factory (JaF), sebuah komunitas progresif di Jatiwangi yang bereksperimen dengan tanah melalui jalur kesenian dan kebudayaan. Kami berpikir bahwa bekerja sama dengan JaF akan seru karena dapat menghasilkan pengolahan material tanah yang kontemporer, tidak hanya sekedar menjadi bata dan genteng. Dengan segera kami menghubungi Ismal Muntaha yang merupakan bagian dari JaF dan berperan sebagai Kepala Badan Kajian Pertanahan. Dengan bersemangat kami menjelaskan niat kami untuk menjalin kerjasama membuat workshop pengolahan modul tanah. Ismal menyambut niat kami dengan gembira karena pada tahun 2019 JaF menjadi kurator untuk Indonesia Contemporary Ceramic Biennale ke 5 (ICCB #5) dengan tema Kota Terakota. Tak diduga, rencana awal membicarakan pelaksanaan workshop tanah bergulir menjadi rencana yang lebih besar lagi yaitu terlibat dalam program ICCB #5.

13

Kami mulai membicarakan bagaimana rencana tersebut dapat sesuai dengan agenda akademik. Desain Arsitektur 2 ingin mengangkat fungsi perpustakaan, museum dan pertanian organik. Program itu ternyata juga sesuai dengan yang sedang dijalankan dan dibutuhkan oleh Kampung Wates, salah satu kampung di Jatiwangi. Kampung Wates saat itu sedang mengembangkan pertanian organik di rumah-rumah warga dengan satu lahan yang cukup luas sebagai bank bibit. Anak-anak di Kampung Wates juga sedang membutuhkan perpustakaan sebagai wahana mereka memperluas pengetahuan. Dan yang paling unik, Kampung Wates sedang membutuhkan museum sebagai simbol legitimasi mereka terhadap kampungnya. Kampung Wates memiliki sejarah yang menarik. Dalam masa penjajahan Jepang, mereka pernah diusir oleh tentara. Para serdadu berteriak, “wakare, wakare”. Setidaknya kata itu yang terdengar dalam pendengaran warga kampung. Seluruh warga akhirnya mengungsi ke Jatiwangi dengan menggotong rumahnya. Setelah kemerdekaan mereka kembali lagi ke Kampung Wates, memulai kembali kehidupan dan menciptakan lagu berjudul Wakare. Saat ini Kampung Wates memiliki festival gotong rumah untuk memperingati sejarah pengusiran tersebut. Namun ternyata kemerdekaan Indonesia tidak menghilangkan


CATALOG TITLE

ancaman pengusiran. Ada pihak yang mengklaim bahwa tanah itu adalah miliknya. Selama ini mereka meminta ‘pajak’ kepada warga agar tetap dapat tinggal di kampung tersebut. Keduanya sama-sama tidak memiliki sertifikat tanah untuk mengklaim area tersebut namun pihak tersebut memiliki power.

Institute di India Selatan untuk melakukan workshop pembuatan arch, vault dan dome serta berkonsultasi tentang desain yang kami buat. Kegiatan terakhir adalah pembangunan Museum Wakare yang dilakukan oleh mahasiswa Arsitektur UPH, Jatiwangi art Factory & Badan Kajian Pertanahan serta warga Kampung Wates.

Warga Kampung Wates bersama JaF melawannya melalui tindakan budaya. Sedikit demi sedikit mereka mencari arsip-arsip yang menyatakan sejarah Kampung Wates. Mereka juga menciptakan beberapa program untuk membuktikan bahwa mereka dapat mengolah dan mengembangkan tanah mereka. Beberapa progra itu antara lain supranatural farming, pertanian organik, pembuatan sertipikat kebudayaan tanah dan hal-hal lainnya. Dengan usaha-usaha tersebut mereka berharap dapat meyakinkan BPN bahwa merekalah orangorang yang berhak hidup dengan merdeka di tanah Kampung Wates.

Buku ini bercerita tentang proses desain konstruksi dan narasi Museum Wakare. Proses konstruksi dijelaskan melalui penjelasan tentang material dan tektonik yang digunakan pada Museum Wakare, eksperimen proses desain dan narasi serta dokumentasi pembangunan.

Seluruh proses mulai dari perancangan hingga pembangunan dapat terjadi karena antusiasme mahasiswa yang tak surut. Yang selalu menjadi asupan energi bagi mereka adalah bayangan bahwa Museum Wakare akan terbangun dan akan berguna bagi warganya. Energi lain didapatkan dari komunitas JaF yang selalu antusias dan membantu. Pabrik Namun kata-kata ‘wakare-wakare’ yang berarti ‘per- genteng yang saat ini menjadi pabrik kreatifitas di JaF mengi-pergi’ masih teringang. Mereka mungkin bisa terusir lagi. jadi tempat yang sangat mendukung untuk bekerja, berpikir Namun mereka menolak hal tersebut dengan membuktikan dan berkreasi. bahwa mereka dapat mengolah tanahnya dengan baik. Wakare-wakare yang awalnya berarti pengusiran kali ini mereka Semua keadaan penuh energi penciptaan tersebut wujudkan dalam rupa museum tentang Kampung Wates. Mu- tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari JaF dan seum bernama Museum Wakare. Warga Kampung Wates. Untuk itu kami berterima kasih kepada Arief Yudi, Ginggi Syarif, Ismal Muntaha, Arie Syarifuddin Untuk mewujudkan hal tersebut, kami merancang (Alghorie), Jai, Tam-tam, dan seluruh tim yang tersebar di pourutan kegiatan selama Febuari hingga Agustus 2019. Kegia- jok-pojok ruang kreatif di JaF yang selalu membantu. tan pertama adalah workshop Modul Tanah Masa Depan yang bertujuan mencari alternatif pemanfaatan tanah menjadi Wakare-wakare kali ini akan mendapatkan tambahan modul arsitektural dengan 3 jenis pengolahan yaitu rammed makna lagi selama perjalanan katanya. Wakare adalah usiran earth, adobe brick dan keramik. Hasilnya adalah 17 modul di masa Jepang, wakare menjadi nyanyian gembira di masa tanah yang dapat inovatif. Kegiatan kedua adalah membawa kemerdekaan dan saat ini wakare menjadi kebanggaan dafenomena Kampung Wates sebagai kasus studi pada Desain lam rupa museum dan bangunan terakota pertama di MajaArsitektur 2. Hasilnya adalah 66 desain perpustakaan/pertani- lengka. an organik/mseum yang dihasilkan oleh mahasiswa. Kegiatan ketiga adalah membuka dua mata kuliah pilihan yaitu Studi Wakare-wakare…. Tektonik Material yang bertujuan untuk menstudi konstruksi museum dengan eksperimen struktur vault dan rammed earth serta mata kuliah pilihan Arsitektur & Narasi yang bertujuan menstudi bagaimana cerita Kampung Wates dapat disampaikan dengan baik melalui ruang dan display. Kedua mata kuliah ini melakukan perjalanan studi ke Aurovile Earth Andreas Wibisono

14


ISSUE #1 / MONTH 2018

15


CATALOG TITLE

ICCB

Indonesia Contemporary Ceramic Biennale (Terracotta City - Kota Terakotta)

Indonesia Contemporary Ceramic Biennale atau yang lebih dikenal dengan sebutan ICCB pertama kali dikenal dengan sebutan Jakarta Contemporary Ceramic Biennale (JCCB) yang telah berlangsung sejak 2009. Event ini merupakan salah satu event pameran terbesar di Asia Tenggara yang khusus membahas mengenai kerajinan dan seni keramik. JCCB merubah nama mereka menjadi ICCB sebab mulai tahun 2019 ini, pameran ini akan diadakan di Jatiwangi, Jawa Barat. Beralih dari Jakarta ke Jatiwangi bukanlah suatu kebetulan. Jatiwangi sejak 100 tahun lalu sudah dikenal sebagai pusat/tempat produksi genteng keramik yang sudah menjadi kebiasaan warganya turuntemurun, sehingga membentuk suatu budaya dan kebiasaan warganya sendiri. Bekerja sama dengan Jatiwangi Art Factory (JAF) yang telah berdiri sejak 2005, ICCB memiliki misi untuk dapat memperkenalkan Jatiwangi ke masyarakat luas, baik itu domestik maupun internasional, mengenai industri kerajinan tanah liat yang sempat menurun 10 tahun belakangan ini, akibat dari masuknya industri material bangunan mancanegara. Maka dari itu, ICCB yang ke-5 ini diharapkan dapat meningkatkan antusias masyarakat Indonesia dalam mendalami ilmu seni dan kerajinan dari material tanah yang sangat melimpah di negara ini. Serta dapat membangkitkan kembali semangat dan antusias masyarakat Jatiwangi untuk dapat membangun kawasan ini sehingga dapat menjadi suatu ikon unik di Indonesia, sebuah kota tanah liat. Terracota City. (1.1)

Gambar 1.1 Youtube ‘The 5th ICCB’ 16


ISSUE #1 / MONTH 2018

(1.2)

Terracotta Pavilion / Paviliun Modul Tanah Masa Depan

The 5th Indonesia Contemporary Ceramic Biennale yang akan dilaksanakan pada bulan Juni - Oktober 2019 ini akan berlangsung di Jatiwangi, Jawa Barat. Dalam rangka menyukseskan pameran keramik terbesar se-Asia Tenggara tersebut, Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) bekerja sama dengan Jatiwangi Art Factory (JAF) akan mendirikan sebuah Paviliun yang disebut dengan Paviliun Modul Tanah Masa Depan atau “Terracotta Pavilion” yang dimana keseluruhan bangunan Paviliun ini akan menggunakan material berupa batu bata. Paviliun ini memiliki konsep ‘Inter-Locking’ menyerupai dua buah cincin yang saling mengikat satu sama lain yang dimana satu cincin diletakkan secara horisontal dan yang satu diletakkan secara vertikal. Cincin yang diletakkan secara vertikal nantinya akan menjadi sebuah catenary dome dan yang satunya akan menjadi tempat eksibisi pameran yang bersifat terbuka. Tujuan dari pembangunan Paviliun ini adalah untuk mempromosikan fungsi dan kegunaan dari modul tanah terutama dalam proses penyusunan batu bata dan juga rammed earth. Selain berfungsi sebagai partisipan untuk menyukseskan ICCB 2019 dan fungsi edukasi, Paviliun ini diharapkan dapat menampilkan kekayaan dan potensi tanah Indonesia dan juga diharapkan dapat menjadi ikon di Desa Wates, Jatiwangi. Sehingga dengan keberadaan Paviliun ini dapat memberikan daya tarik kepada wisatawan untuk mau datang ke Jatiwangi.

Gambar 1.2 Museum Wakare 17


CATALOG TITLE

BAB 2

MATERIAL Gambar 2.1 Museum Yses Saint Laurent, Studio KO

18


ISSUE #1 / MONTH 2018

(2.2)

MATERIAL DAN STRUKTUR

Batu bata merupakan salah satu material yang sering dikenal sebagai material pembentuk dinding. Dalam pembentukannya, batu bata harus melalui beberapa proses, salah satunya pembakaran yang dapat memberikan kualitas bata agar menjadi lebih kokoh. Seiring perkembangan zaman penggunaan batu bata semakin menurun dikarenakan mulai munculnya material-material baru, seperti gipsum dan bambu yang sudah diolah, material-material tersebut cenderung memiliki harga yang lebih murah dan secara arsitektur lebih indah. Akan tetapi batu bata memiliki keunikannya tersendiri.

Terdapat berbagai macam bahan pengikat bata, salah satunya adalah bahan pengikat alami yaitu pengikat yang terbuat dari campuran tanah dan air. Terdapat bahan pengikat lainnya yaitu, semen yang kemudian dicampurkan dengan material agregat lainnya seperti air, pasir, dan kerikil. Salah satu teknik struktur dinding yang menggunakan material tanah adalah Rammed Earth dimana struktur ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu tidak diperlukannya bahan pengikat. Hal ini dapat terjadi dikarenakan penggunaan jenis tanah yang berbeda - beda. Proses pembuatan dari struktur ini menggunakan cara alami dimana tanah basah ditumbuk secara berulang - ulang. Struktur lainnya yang akan dibahas adalah pondasi. Pondasi menjadi elemen penting dalam sebuah bangunan. Tanpa pondasi, bangunan tidak dapat berdiri. Hal ini dikarenakan beban bangunan disalurkan melalui pondasi menuju tanah. Terdapat berbagai macam jenis serta material yang digunakan sebagai pondasi.

Secara struktural bata tidak bisa berdiri sendiri, oleh karena itu, bata memiliki sifat stereotomik. Jenis dari batu bata bermacam - macam mulai dari batu bata tradisional, hingga batu bata kustom. Setiap jenis batu bata memiliki fungsi yang berbeda - beda. Dari keunikan batu bata yang bersifat stereotomik, batu bata memiliki pola susun yang berbeda dari material lainnya. Jenis - jenis pola susun pada material bata dapat dijadikan estetika desain, pada saat yang bersamaan dapat memberikan fungsi yang berbeda - beda. Bata Tujuan dari pengenalan material dan struktur adalah tidak dapat mengikat dengan sendirinya, bata memerlukan untuk mempelajari lebih dalam dan menganalisa lebih lanjut adukan untuk merekatkan satu unit bata dengan unit lainnya. mengenai penggunaan tanah dan struktur yang berkaitan.

Gambar 2.2 Batu Bata Berlubang

19


CATALOG TITLE

MATERIAL BATU BATA SNI BATU BATA Saat ini ukuran batu bata yang beredar dipasaran mempunyai ukuran/dimensi bervariasi. Beragamnya ukuran ini dapat dijumpai dari hasil pabrikasi (industri) maupun hasil pekerjaan lokal atau industri rumah tangga (rumahan).

(2.3)

Ukuran standard batu bata merah yang biasa dipergunakan adalah: 1. 24 cm x 11,5 cm x 5,2 cm 2. 23 cm x 11 cm x 5 cm Penyimpangan yang diijinkan untuk ukuran tersebut adalah : Panjang maksimum 3%, Lebar maksimum 4 %, dan Tebal maksimum 5%. Bata dibagi menjadi 6 kelas secara kekuatan yang dapat diketahui melalui besar kekuatan tekan. Terdapat kelas 25, kelas 50, kelas 150, kelas 200, dan kelas 250. Untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia bata harus diuji kuat tekan rata - rata minimal dari 30 bata yang diuji Khusus untuk bata merah, bata merah tidak boleh mengandung garam yang berlebihan, jika berlebihan akan menimbulkan pengkristalan (berupa bercak - bercak putih). kandungan garam yang berada dalam bata tidak boleh menutupi 50% permukaan batanya.

(2.4)

(2.5)

Gambar 2.3 Tabel Ukuran Bata Gambar 2.4 Tabel Kekuatan Bata Gambar 2.5 Ukuran Batu bata

20


ISSUE #1 / MONTH 2018

KLASIFIKASI BATU BATA Batu Bata Kelas 1 ( kualitas terbaik ).

Batu Bata Kelas 2.

• • • •

Digunakan untuk konstruksi tanpa plaster sehingga memiliki permukaan yang terekspos. Ukuran rata - rata 19cm x 9cm x 9cm tidak memiliki cacat setiap sudut dari batu bata tajam. Bagian permukaannya halus dan jika batu-batu saling bersentuhan maka akan mengeluarkan suara dering seperti logam. Memiliki daya tekan yang tidak boleh kurang dari 140kg/cm2. Tidak menyerap lebih dari 15z dari berat bata kering.

• •

Uji coba untuk batu bata kelas ini juga dapat dilakukan dengan mencoba menggores permukaan batu bata, jika goresan tidak meninggalkan bekas pada permukaannya, maka, batu ini akan tergolong menjadi batu bata kelas 1. Selain itu, percobaan dengan menjatuhkan batu bata dari ketinggian tertentu, untuk menentukan kekuatan batu bata tersebut, sehingga untuk batu bata kelas 1 tidak boleh rusak atau pecah. Dan secara visual, tampilan dari batu bata juga tidak boleh ada benjolan sama sekali. Namun harga dari batu bata kelas 1 ini cenderung mahal sehingga hanya digunakan untuk pekerjaan struktur dan tampilan yang di ekspos.

Memiliki bentuk atau ukuran yang tidak teratur dan mungkin memiliki sedikit ketidakteraturan di permukaan. Ukuran yang beragam memiliki daya tekan yang tidak boleh kurang dari 70kg/cm2. Tidak menyerap lebih 22% dari berat bata kering jika direndam selama 24 jam. Digunakan untuk pekerjaan eksterior dan harus diberi plesteran dan sangat cocok untuk pekerjaan dinding tetapi tidak cocok untuk lantai.

Batu Bata Kelas 3. • • • • • •

Memiliki kualitas terendah diantara batu bata yang dibakar. Bagian tepi yang lebih lunak. Berwarna kuning kemerahan. Kekuatan tekan sedikit lebih rendah dari pada jenis batu bata di yang lain. Tidak menyerap air lebih dari 25% dari berat keringnya sendiri. Permukaan tekstur tidak seragam dan mungkin menunjukkan banyak kerikil pada permukaan bata yang baru retak.

(2.6) Gambar 2.6 Kumpulan Bata

21


CATALOG TITLE

JENIS-JENIS BATU BATA Bata Tradisional Bata tradisional memiliki permukaan dan warna yang tidak menen tu. Bata ini juga biasanya digunakan untuk dinding dengan menggunakan mortar (campuran semen) sebagai perekat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata merah.

(2.7)

Bata Muka atau Ekspos Bata ini memiliki permukaan yang lebih rapih dan mempunyai warna serta corak yang seragam sehingga harganya juga lebih mahal dibandingkan dengan bata tradisional. Selain digunakan sebagai dinding, bata ekspos juga digunakan sebagai penutup dinding dan dekorasi. (2.8)

Batu Bata Campuran Pasir dan Kapur Batu bata ini dibuat dari campuran pasir dan kapur dengan perbandingan 1:8. Dalam pembentukan, batu bata harus melalui proses penekanan agar kandungan air didalamnya berkurang sehingga, membuat kualitas batu bata menjadi lebih baik.

(2.9)

Batu Bata Merah Batu bata ini terbuat dari tanah liat yang kemudian dibakar menggunakan suhu tinggi hingga warnanya menjadi kemerah-merahan. Selain memiliki daya tahan yang tinggi, batu bata ini memiliki tekstur yang berongga, akibat dari proses pembakaran. (2.10) Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10

Contoh Batu Bata Biasa Batu Bata Expose Batu Bata Kapur dan Pasir Batu Bata Merah

22


ISSUE #1 / MONTH 2018

Batako Jenis batu bata rumah berikutnya adalah batako, terbuat dari kombinasi antara semen dan pasir kasar. Proses pembuatan batako dilakukan dengan mesin press.

(2.11)

Hebel Batu bata ringan atau hebel menjadi jenis batu bata yang dalam beberapa tahun terakhir mulai cukup populer. Batu bata ini dibuat dengan campuran pasir kuarsa, kapur, semen, air, aluminium pasta, serta gipsum. (2.12)

Batu Bata Berlubang Batu bata ini memiliki lubang di bagian tengah dan tersedia dalam berbagai bentuk. Batu bata ini digunakan dalam konstruksi panel untuk struktur ringan dan struktur berbingkai pada sebuah bangunan yang bertingkat, batu bata berlubang memiliki berbagai macam bentuk, yaitu, balok, melingkar, dan melintang. (2.13)

Batu Bata Kustom Batu bata kustom (purpose-made) merupakan jenis batu bata yang dibuat untuk pemakaian secara khusus. Bahan untuk pembuatan batu bata ini adalah campuran pasir dan tanah liat. Umumnya, batu bata khusus ini digunakan untuk membantu memudahkan proses pemasangan kusen pintu serta jendela.

Gambar 2.11 Batako Gambar 2.12 Hebel Gambar 2.13 Bata Berlubang Gambar 2.14 Bata Kustom

23

(2.14)


CATALOG TITLE

PROSES PEMBUATAN BATU BATA

Proses pengolahan awal tanah

(2.16)

(2.15)

(2.17)

(2.18)

(2.20)

(2.19)

#1 Carilah Lahan Tanah Merah (Laterit)

#2 #3 M e m b e r s i h k a n Rendam Tanah Liat Tanah Liat

#4 #5 #6 Penghalusan Tanah P e n g h a n c u r a n Pencetakan Liat Tanah dengan Menginjak

Gunakan pasir yang mengandung sedikit pasir tanah yang bertekstur karena dapat mengurangi kekuatan dari batu bata.

Selanjutnya, bersihkan tanah liat tersebut dari sisa sampah yang ada seperti rumput, batu-batu kecil, dan sebagainya.

Setelah itu, haluskanlah tanah liat tersebut dengan menggunakan cangkul (teknik manual). Proses penghalusan ini berlangsung hingga tanah menjadi lumpur.

Rendam tanah liat (lempung) tersebut kedalam suatu lubang yang sudah dibuat (min. 15 jam atau lebih) Lalu buang air tersebut sampai kering.

Gambar 2.15 Tanah Merah Gambar 2.16 Membersihkan Tanah Liat Gambar 2.17 Tanah Liat di Rendam Gambar 2.18 Penghalusan Tanah Gambar 2.19 Penghancuran Tanah Gambar 2.20 Cetak Batu Bata

24

Setelah menjadi lumpur, hancurkan tanah dengan cara menginjak (jangan sampai terlalu lembek seperti bubur karena tidak akan bisa dicetak). Skala yang besar dapat menggunakan bantuan hewan seperti kerbau.

Setelah selesai, tanah dapat langsung dicetak. Jangan lupa menaruh sedikit abu di cetakan supaya tidak lengket.


ISSUE #1 / MONTH 2018

Proses pencetakan dan pengeringan

Proses pembakaran

(2.22)

(2.21)

(2.23)

(2.24)

(2.25)

(2.26)

#7 Proses Pengeringan

#8 Membalik Bata (Proses Pengeringan berlanjut)

#9 #10 Penyusunan (Proses M e m p e r s i a p k a n Pengeringan berlan- Pembakaran jut)

#11 Proses Pembakaran

#12 Mempercepat pengeringan

Biarkan cetakan batu bata mentah untuk mengering selama 1-2 hari, dengan sisi yang merata menghadap ke bagian atas.

Setelah itu, batu bata didirikan selama 2-3 hari lagi supaya mengering lebih cepat dengan membalikan sisi bata.

Lalu, batu bata disusun dan di biarkan untuk terus mengering hingga 3-5 minggu.

Selanjutnya, melakukan tahap pembakaran dengan cara memasukan kayu tersebut kedalam lubang di bawah susunan batu bata.

Buatlah dinding di sekeliling susunan batu untuk mempercepat suhu yang ada di dalam susunan tersebut, sehingga suhu menjadi cepat naik. Jangan lupa memberi sekam/kupasan kulit padi.

Batu bata mentah yang sudah kering disusun di dapur pembakaran, dan siapkan bahan bakarnya seperti kayu atau sisa dahan buah kelapa sawit yang kering.

Gambar 2.21 Proses Pengeringan Gambar 2.22 Membalik Batu Bata Gambar 2.23 Menyusun batu bata Gambar 2.24 Tempat pembakaran Batu Bata Gambar 2.25 Tempat Pembakaran Batu Bata Gambar 2.26 Mengeringkan Batu Bata dengan cara Bertumpuk

25


CATALOG TITLE

POLA SUSUNAN BATA Stretcher Bond. Sering dipakai untuk bagian dinding akan tetapi struktur dinding tidak bisa berdiri sendiri. English Bond. Biasanya digunakan untuk membuat dinding yang lebih tebal dan lebih kuat.

Flemish Bond.

(2.27)

Bentuk ikatan ini adalah penggabungan dari english bond dengan flemish bond. (2.28)

Rat Trap Bond

(2.29)

(2.30)

(2.31)

Paving Brick Bond

Sistem ini memiliki lubang seh- Bata juga dapat digunakan dalam ingga dapat berfungsi sebagai berbagai macam struktur mulai sistem pendingin secara natural. dari dinding, lantai, dan atap. Gambar 2.27 Nama - Nama Sisi Bata Gambar 2.28 Susunan Pola Bata Gambar 2.29 Rat Trap Bond Gambar 2.30 Paving Bond Gambar 2.31 Commond Bond Gambar 2.32 Stack Bond

26

(2.32)

Common Bond

Stack Bond

Sistem ini merupakan penggabungan dari stretcher dan english bond, dimana dibuat modul modul yang diikat pada setiap 6 tumpukan.

Sistem pengikat ini tidak bisa digunakan dalam hal struktural karena tidak memiliki daya kuat yang tinggi, sehingga hanya untuk elemen dekoratif.


ISSUE #1 / MONTH 2018

MORTAR PENGIKAT Mortar adalah campuran bahan pengikat, yang mengikat agregat halus dan air. Biasanya bahan mortar ini mengikat material - material inert (bahan yang tidak bereaksi secara kimiawi) seperti bebatuan dan sebagainya. Jika semen adalah bahan pengikat, maka mortar tersebut dikenal dengan sebutan semen mortar. Terdapat 2 jenis mortar lain yang sering digunakan, yaitu, mortar semen dan mortar lumpur. Bahan inert yang biasa digunakan untuk percampuran dari mortar ini adalah pasir.

(2.33)

Mortar merupakan bahan pengikat yang banyak digunakan untuk material bata. Kegunaannya seperti; menjadi bahan pengikat batu bata dan balok semen, untuk plester lempeng dan dinding, sebagai bahan finishing yang rapi terhadap dinding dan karya beton, bahan pembentuk sendi pasangan batu, bahan beton decking pada pengecoron struktur beton bertulang, bahan pengisi dalam pekerjaan ferro semen, bahan pengisi sendi dan retakan pada dinding, dan sebagai bahan pengisi batu bata. Terdapat 2 jenis semen yang biasa dipakai untuk keperluan konstruksi, yang pertama adalah semen plasteran, dimana semen itu berfungsi sebagai pengikat antara material dan sebagai finishing awal. Kedua adalah semen acian, semen ini berfungsi sebagai finishing akhir dari konstruksi. Finishing dari semen acian ini dapat menghasilkan tekstur yang kasar maupun halus.

(2.34)

(2.35)

(2.36)

Bahan Pengikat Lumpur.

Bahan Pengikat Kapur / Semen.

Semen Instan

Campuran dari tanah dengan air dan biasanya digunakan untuk pekerjaan pemasangan bata.

Campuran dari semen, pasir, dan air yang biasa digunakan untuk kontruksi yang lebih besar.

Semen instan tidak memerlukan tambahan material seperti pasir untuk memperoleh campuran yang layak seperti menggunakan semen biasa. Cukup mencampurkan semen dengan air, sehingga semen sudah siap digunakan.

Gambar 3.33 Contoh aplikasi dari mortar Gambar 2.34 Adukan Lumpur Gambar 2.35 Adukan Semen Gambar 2.36 Adukan Semen Instan

27


CATALOG TITLE

RAMMED EARTH Rammed Earth merupakan sebuah teknik konstruksi yang menggunakan tanah yang dipadatkan, dan berfungsi sebagai struktur dari bangunan. Rammed earth terbentuk dari tanah liat, air dan zat pen-stabil alami lainnya. Terdapat berbagai macam sistem konstuksi untuk membuat rammed earth. Yang pertama adalah, sistem kontruksi rammed earth dengan menggunakan tulangan didalamnya Selain itu terdapat sistem konstruksi tanpa tulangan didalamnya. Jenis dan warna tanah yang dapat digunakan di dalam konstruksi rammed earth bermacam - macam, sehingga pada permukaan rammed earth memiliki pola yang unik.

Keuntungan Rammed Earth : 1. Dapat memberikan temperatur yang cukup stabil dan pengaturan suara pada dalam ruangan. 2. Daya tahan yang kuat dan penggunaan material jangka panjang. 3. Biaya perawatan cukup rendah. 4. Tahan terhadap api. 5. Berfungsi sebagai penahan beban yang baik.

Pertama tanah yang lembab hasil dari capuran pasir, tanah, kerikil, dan semen diletakkan di tempat cetakan bekistingnya yang terbuat dari kayu dan besi. Setelah diletakkan pada cetakan, campuran kemudian di tumbuk dan ditekan sehingga tidak ada udara didalamnya. Jadilah rammed earth dengan lapisan tanah yang berbeda, rammed earth ini memiliki daya tahan yang kuat sehingga termasuk arsitektur berkelanjutan.

(2.37)

Karakteristik Material

(2.38) Gambar 2.35 Diagram Pembuatan Gambar 2.36 Proses pembuatan

28

Kekuatan

Rammed Earth memiliki daya kompres yang tanpa batas, sehingga akan sangat kuat ketika menerima tekanan.

Keberlanjutan

Selain kuat, Rammed Earth juga tahan lama seiring waktu berjalan.

Breathability

Material memungkinkan uap air untuk ditransmisikan melalui material


ISSUE #1 / MONTH 2018

EQUESTRIAN CENTRE ON AUSTRALIA’S SOUTH COAST

THE BRANCH

Rammed earth dengan bentuk kurva menjadi fasad bagian belakang dari sebuah pusat menunggang kuda, di Melbourne, Australia. Bangunan karya London studio Seth Stein Architects dan firma desain lokal Watson Architecture + Design ini dibingkai oleh dinding yang diperkuat dengan teknik konstruksi reinforced rammed earth - material yang dapat dihasilkan dengan cara mengkrompresi lapisan-lapisan tanah. Lapisan tanah tersebut diperkuat oleh besi ulir, sehingga dapat mencapai konstruksi dengan skala besar. Pada pusat menunggang kuda ini, dinding rammed earth tidak hanya digunakan sebagai dinding pembatas saja, namun pada bagian atas dinding rammed earth terdapat sebuah saluran air yang pada bagian terujungnya membentuk air mancur sederhana. Air mancur tersebut terhubung dengan kolam, yang digunakan sebagai area berendam bagi kuda-kuda. Teknik konstruksi ini dipilih karena tampak dari materialnya yang terlihat alami serta hanya dibutuhkan perawatan yang minimal

“Branch” merupakan sebuah paviliun yang didesain dan dibangun oleh seorang mahasiswa arsitektur, Conor Dension, pada tahun terakhirnya bersekolah di Taliesin School of Architecure. Paviliun ini berlokasi di sebuah gurun yang berada di sekitar sekolah tersebut, di Arizona, Amerika Serikat. Paviliun dengan ukuran 9.3 meter persegi tersebut berdiri sepenuhnya dengan menggunakan material tanah dengan teknik konstuksi rammed earth. Material tanah digunakan karena kemampuannya yang dapat menahan termal serta kekuatannya. Bentuk paviliun yang meruncing pada bagian bawahnya, didesain agar memungkinkan pembangunan atap dengan teknik konstruksi rammed earth. Beberapa bukaan dengan bentuk persegi diletakan pada bagian dindingnya agar memungkinkan pergerakan udara serta cahaya alami masuk kedalam paviliun tersebut. Konstruksi paviliun tersebut dikerjakan selama 4 minggu, dengan membutuhkan material sebanyak 45 ton rammed earth.

(2.39)

(2.40)

Gambar 2.39 Equestrian Centre on Australia’s South Coast Gambar 2.40 The Branch Studio

29


CATALOG TITLE

PONDASI DAN SLOOF •

• •

Bentuk pondasi yang sedemikian rupa, bertujuan untuk merespon beban yang diberikan batu bata. Kemiringannya juga mengikuti jalur catenary arc dome -nya sehingga tidak patah pada bagian pondasi. Bahan material yang digunakan adalah beton yang diperkuat dengan tukangan baja. Kelas beton yang dipakai adalah kelas 2, yaitu 225 mpa (standarisasi betom untuk pondasi). Ke-empat pondasi di ikat oleh sloof yang ada. Ini berguna untuk mencegah adanya deformasi bentuk yang disebabkan oleh beban batu bata yang menyebabkan bergesernya pondasi. Pola ujung atas pondasi memiliki bentuk yang unik. Hal ini dikarenakan bentukan yang berfungsi sebagai batu penjuru dan juga digunakan sebagai penentu arah susunan batu bata nantinya. Tulangan menggunakan profil baja ulir 12mm tebal (pondasi) dan 8mm tebal (sloof ).

Pondasi yang digunakan pada bangunan Museum ini adalah pondasi beton dengan sloof. Sloof merupakan konstruksi yang mengikat satu pondasi dengan yang lain agar lebih kuat. Material yang digunakan untuk pondasi dan sloof ini adalah : • Papan cor 2cmx20cmx400cm • Semen tiga roda (perbandingan 1:2:3) • Pasir beton (perbandingan 1:2:3) • Batu split ( perbandingan 1:2:3) • Besi behel Ø 8 cm dan Ø 12 cm c • Kawat bendrat

Gaya tekan disalurkan menuju pondasi

(2.41)

Gambar 2.41 Detail Pondasi Setempat Gambar 2.42 Pondasi Setempat

30

(2.42)


ISSUE #1 / MONTH 2018

Pondasi adalah elemen struktur yang ada pada bagian bawah bangunan, gunanya untuk meyalurkan beban dari bangunan (baik beban hidup maupun beban mati) menuju tanah, yang memiliki daya dukung yang memadai. Terdapat berbagai macam konsiderasi yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan pondasi bangunan, diantarnya adalah: • • • •

• •

Secara garis besar, pondasi dibagi menjadi dua jenis; Pondasi dangkal dan dalam. • Pondasi dangkal pada umumnya digunakan untuk konstruksi dengan beban yang ringan. • Pondasi dalam pada umumnya digunakan untuk konstruksi dengan beban yang berat.

Kondisi tanah Beban yang harus diterima Level air tanah Ruang yang dapat dibangun

Pondasi setempat, digunakan untuk menopang titik individual. Dapat berbentuk lingkaran, persegi, maupun persegi panjang.

Aksebilitas Sensitivitas terhadap getaran dan bunyi

Pondasi jalur digunakan untuk menahan beban yang memanjang. Biasanya diletakan pada bagian bawah dinding.

Pondasi raft, digunakan untuk menyebarkan beban dengan area yang luas. Pada umumnya digunakan pada tanah dengan jenis yang lunak.

(2.43)

Pondasi tiang pancang, digunakan dalam struktur beban besar. Dengan mesin pemancang, pondasi tersebut ditancapkan langsung kedalam tanah

Pondasi piers . Pondasi ini dibangun dengan cara melakukan penggalian dalam, dan diteruskan dengan memasangkan pondasi pier kedalam galian tersebut

Gambar 2.43 Contoh - Contoh Bentuk Pondasi

31

Pondasi Caissons (Bor Pile), Pondasi caissons ini dibangun dengan cara menggali lubang (biasanya berbentuk silinder) dengan cara pengeboran atau pengerukan tanah.


CATALOG TITLE

BEKISTING PONDASI Bekisting dari pondasi catenary arch. Papan kayu digunakan sebagai cetakan dari pondasi, mengunakan material beton dan besi ulir berdiameter 8 mm. Dibawah ini adalah catatan tangan hitungan bekisting.

(2.44)

(2.45)

Gambar 2.44 Diagram Bekisting Pondasi Gambar 2.45 Gambaran Ukuran Papan Kayu Gambar 2.46 Diagram Bentuk Rangka Bekisting

(2.46)

32


ISSUE #1 / MONTH 2018

BEKISTING CATENARY

(2.47)

Gambar 2.47 Grid Catenary Arch Gambar 2.48 Diagram Lengkungan Catenary

(2.48)

33


CATALOG TITLE

BAB 3

TEKTONIKA Gambar 3.1 The Association of the Northwest German Textile

34


ISSUE #1 / MONTH 2018

(3.2)

Tektonika: Batu bata & Arch, Vault, Dome

Tektonika adalah seni konstruksi teknik, baik dalam hubungannya dengan fungsi maupun desain. Tektonika bangunan membahas material dan sistem konstruksi bangunan. Untuk material utama yang akan digunakan pada Museum Wakare adalah batu bata. Jenis batu bata yang akan digunakan adalah batu bata tradisional yang dibuat dari tanah. Batu bata memiliki keunikan dalam penyusunan dan pola yang dapat dihasilkan, karena memiliki berbagai macam kemungkinan pola yang dapat disusun. Meskipun wujud batu bata kaku, batu bata dapat digunakan untuk membentuk ba-

ngunan struktur kaku maupun dinamis. Salah satu struktur dinamis yang dapat dibentuk adalah Arch. Arch adalah sebuah bentuk garis melengkung dan merupakan bentuk dasar dari vault dan dome. Terdapat berbagai macam jenis arch, vault dan dome. Salah satu jenis arch yang akan digunakan dalam desain Museum Wakare adalah catenary arch. Catenary arch adalah sebuah kurva lengkungan yang terbentuk karena gaya tekan oleh bebannya sendiri.

Gambar 3.2 Batu Bata

35


CATALOG TITLE

TEKTONIKA BATA Bata merupakan salah satu material dari tanah yang dapat digunakan sebagai tektonika pada suatu bangunan. Sebagai contoh, bata digunakan untuk tembok atau dinding. Hal ini dapat dipengaruhi oleh cara menumpuk dan susunan bata. Setiap sisi bata memiliki sebutan yang berbeda.

Cara menyusun yang berbeda bisa dilakukan dengan cara menentukan bagaimana pertemuan antara sisi bata satu dengan yang lainnya, begitu juga seterusnya. Jika ada sisi bata yang tidak bertemu, maka diperlukan potongan bata 3/4 atau 1/2 untuk mengisi kekosongan tersebut (joint).

Soldier

Sailor

Shiner

Rowlock

Stretcher

Header

(3.4) (3.3)

Gambar 3.3 Pola Susunan Batu Bata Gambar 3.4 Orientasi Batu Bata

36


ISSUE #1 / MONTH 2018

STRETCHER BOND Stretcher bond adalah pola susunan bata yang paling umum dilihat. Nama stretcher bond diambil dari salah satu muka bata dengan nama yang sama, dikarenakan pada pemasangannya permukaan yang dapat terlihat hanyalah pada bagian tersebut. Pola susunan bata ini juga disebut dengan susunan setengah bata.

Stretcher bond adalah pola susunan bata yang paling sederhana, bata ditumpukan secara menyilang pada bagian tengahnya. Pola susunan stretcher bond tidak dapat berdiri dengan sendirinya, perlu ada bantuan penyangga seperti kolom praktis yang dapat membantu menguatkan struktur secara keseluruhan.

(3.5)

(3.6)

(3.7)

25 unit batu bata yang dibutuhkan

Gambar 3.5 Tampak Stretcher Bond Gambar 3.6 Denah Stretcher Bond Gambar 3.7 Aksometrik Stretcher Bond

37


CATALOG TITLE

HEADER BOND Nama header bond diambil dari salah satu permukaan bata, Header, yang merupakan sisi terkecil berbentuk persegi. Sama dengan stretcher bond, Header bond menggunakan seluruh permukaan Header sebagai bagian terluar, sehingga setelah pemasangan bata, hanya sisi header yang terlihat sebagai permukaan tembok. Penggunaan susunan bata header bond mengakibatkan

tembok yang terbentukmenjadi dua kali lebih tebal (susunan bata penuh)dibandingkan dengan jika menggunakan susunan bata Stetcher bond. Cara penyusunannya pun sama dengan pola penyusunan bata stretcher bond, dimana bata ditumpukan secara menyilang pada bagian tengahnya.

(3.8)

(3.9)

(3.10) 58 unit yang dibutuhkan

Gambar 3.8 Tampak Heather Bond Gambar 3.9 Denah Heather Bond Gambar 3.10 Aksometrik Heather Bond

38


ISSUE #1 / MONTH 2018

ENGLISH BOND English bond adalah jenis penyusunan bata yang menggabungkan pola susunan bata stretcher bond dengan pola susunan bata header bond. Penggabungan dua pola susunan bata tersebut diwujudkan dengan penyilangan susunan perbaris. Contohnya,

sebuah baris dengan pola penyusunan stretcher bondakan ditumpuk dengan sebuah baris dengan pola penyusunan header bond, dan seterusnya. Pada bagian akhir pemasangan, pada baris-baris header bond, akan dipasang bata berukuran 1/4 untuk melengkapi susunan bata.

(3.11)

146 unit yang dibutuhkan

Gambar 3.11 Tampak English Bond Gambar 3.12 Axometrik English Bond

39

(3.12)


CATALOG TITLE

FLEMISH BOND Flemish Bond adalah jenis penyusunan bata yang menggabungkan pola susunan bata stretcher bond dengan pola susunan bata header bond. Berbeda dengan english bond, flemish bond menggabungkan kedua pola susunan bata dalam satu baris. Terdapat dua jenis pola penyusunan bata yaitu single flemish bond dan double flemish bond. Single flemish bond adalah kombinasi dari

english bond dan flemish bond. Pada bagian depan tembok, pola susunan bata yang dapat terlihat pada bagian depan adalah pola susunan english bond dan pada bagian belakang adalah flemish bond. Double flemish bond memiliki tampak yang sama pada bagian depan maupun belakang. Setiap baris terdiri dari penyilangan antara pola susunan header dan stretcher

(3.14)

(3.13)

217 unit yang dubutuhkan

(3.15)

Gambar 3.13 Tampak Hemish Bond Gambar 3.14 Denah Hemsih Bond Gambar 3.15 Axometrik Hemish Bond

40


ISSUE #1 / MONTH 2018

BRICK TECTONICS

oleh Ricardo Ploemen

Dengan memberikan beberapa posisi “intersection”, maka batu bata akan mengikuti arahan tersebut. Demikianlah, tercipta sebuah dinding batu bata yang organik.

Susunan batu bata dapat tersusun dengan sebuah skrip yang pernah diintegrasikan dengan program Autocad 2008, seperti pada 4 gambar dibawah. Proyek Ricardo Ploemen ini mengikuti perubahan pola struktural yang berbeda sesuai dengan parameter, menciptakan bentuk yang melengkung atau berlipat.

(3.16)

Gambar 3.16 Ilustrasi Tektonik Bata

41


CATALOG TITLE

ARCH Arch adalah sebuah lengkungan vertikal yang dapat menahan beban diatasnya. Arch dapat berdiri akibat gaya dorong dari elemennya sendiri. Secara garis besar arch merupakan lawan bentuk dari curve. Apabila sebuah tali yang digantung pada kedua ujungnya akan membentuk curve dengan kekuatan struktur yang bergantung pada gaya tarik , maka arch adalah kebalikan dari hal tersebut. Arch sudah lama menjadi salah satu sistem struktur yang digunakan untuk bangunan bentang luas, mulai dari periode Mesir Kuno dan periode Yunani Kuno, namun penggunaanya masih terbatas. Barulah pada periode Romawi Kuno, Manusia menggunakannya dalam skala dan teknik yang lebih rumit. Arch tradisonal, biasanya terkonstruksi dari balok-balok dengan material batu kapur. Balok-balok tersebut biasa disebut Voussoir. Voussoir dapat berdiri tanpa bantuan rangka maupun mortar, karena ditekan oleh Voussoir dari kedua sisi disebelahnya. Seringkali arch memiliki elemen yang krusial yang disebut dengan keystone. Keystone ini penting dalam menjaga keseimbangan arch. Jika keystone tidak diletakan dengan presisi dengan meninggalkan lubang atau cela diantara sisinya, maka beban arch akan mengarah hanya kepada satu bagian. Hal ini dapat melemahkan struktur arch dan dapat

merubuhkannya. Sehingga dalam pemasangannya, arch tidak dapat berdiri sebelum keystone ditempatkan dengan benar. Oleh sebabnya arch tersebut biasanya dipasang menggunakan bekisting. Namun dengan kemajuan teknologi, sudah banyak material yang dapat menggantikan batu kapur tersebut, sehingga dimensi serta beban yang dapat ditahan oleh arch semakin besar Terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan dari sistem struktur arch. Beberapa kelebihan diantaranya adalah; sebuah arch dapat membentang lebih luas dibandingkan balok lurus; Arch dapat menahan beban lebih besar, melalui gaya tekan, dibandingkan balok lurus; Berbagai macam material dan bentuk dapat digunakan dalam konstruksi arch; yang terakhir adalah arch dapat digunakan dalam berbagai macam skala projek, mulai dari skala kecil untuk menahan atap, hingga skala yang besar untuk jembatan kendaraan. Selanjutnya beberapa kekurangan dari sistem stuktur arch diantaranya adalah; Arch dapat berdiri hanya ketika semua elemennya lengkap, apabila salah satu baloknya tidak tersusun dengan benar, maka arch tersebut akan lemah secara struktur; Selain itu, kebanyakan bentuk arch harus dibangun secara simetris, hal ini dikarenakan arch harus memiliki beban yang sama pada kedua sisinya.

(3.17) Gambar 3.17 Arch dengan Keystone

42


ISSUE #1 / MONTH 2018

Triangular Arch Triangular arch dibentuk dari dua batu diagonal besar yang saling menopang satu sama lain.

Round Arch/ Semi Circular Arch Round arch adalah tipe arch yang paling dasar, bentuknya simetris dan seperti namanya berbentuk setengah lingkaran.

Shoulder Flat Arch/ Jack Arch Shoulder arch adalah elemen struktural yang digunakan dalam konstruksi bata. Tidak seperti lengkungan lainnya, lengkungan ini tidak berbentuk setengah lingkaran.

Inflexed Arch Inflexed arch memiliki bentuk seperti kurva yang dimiringkan pada sisinya. arch ini juga disebut dengan drapped arch. Gambar 3.18 Variasi Arch

Segmental Arch digunakan untuk bangunan di mana pusat lengkungan terletak di bawah garis pegas.

Rampant Round Arch Rampant arch adalah arch yang salah satu penyangganya lebih tinggi daripada yang lain.

Trefoil Arch

Horseshoe Arch

Trefoil arch terbentuk dari garis luar trefoil, atau dengan kata lain, arch ini memiliki tiga cincin yang tumpang tindih.

Seperti namanya, arch ini memiliki bentuk yang menyerupai sepatu kuda.

Ogee Arch Memiliki kurva yang berbentuk S dan terdiri dari dua busur yang melengkung dengan arah yang berlawanan.

Reverse Ogee Arch Berkebalikan dengan ogee arch, arch ini memiliki lengkungan yang mengarah keluar.

Lancet Arch

Equilateral Pointed Arch

Merupakan jenis arch yang tipis dan runcing. Terdiri dari dua pusat yang memiliki radiasi yang sama

Three Centered Arch Arch ini memerlukan lebih banyak penopang dibanding semi-circular arch. Three point arch adalah jenis arch yang sangat kuat.

Tudor Arch Bentuk tudor arch cenderung lebar, dan memiliki titik puncak yang rendah.

Didalamnya, sebuah segitiga terbentuk karena dua busur lingkaran bertemu pada bagian teratas.

Elliptical Arch Eliptical arch terbentuk dari kurva elips, namun pada beberapa kasus arch ini bukan berbentuk elips sejati, melainkan kombinasi busur melingkar dengan tiga atau lima pusat.

Parabolic Arch Arch ini biasa digunakan sebagai jembatan, katedral, dan lain sebagainya. (3.18)

43


CATALOG TITLE

VAULT Secara garis besar Vault adalah serangkai barisan Arch pada satu garis lurus. Vault pada dasarnya merupakan arch yang diekstruksi menjadi tiga dimensi. Vault adalah sebuah struktur yang dapat menopang bebannya sendiri. Beban Vault ditransfer melalui setiap arch menuju ke masing-masing pondasi secara bersamaan dan pada akhirnya diteruskan menuju tanah. Pondasi pada vault juga harus saling berkaitan, sehingga dapat mentransfer beban dengan seimbang. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan vault sebagai struktur sebuah bangunan. Kelebihan pertama adalah,

Pitched Brick Barrel Vaults Elemen arsitektur yang terbentuk karena satu kurva. Material ada struktur vaults ini adalah batu bata

(3.19)

Groin Vaults

(3.20)

Terbentuk karena dua barrel vaults yang bertemu pada satu titik.

bahwa ia memberikan lebih banyak volum dalam area bangunan yang sama, sehingga dapat menurunkan biaya. Beberapa kekurangan vault adalah peningkatan biaya “heating” dan “cooling” dan dibutuhkan tim kerja spesialis serta pengawasan yang ketat. Material yang sering digunakan untuk konstruksi vaults ini adalah batu bata, batu, kayu, dan beton. Batu bata, batu, dan beton memiliki daya tekan yang kuat namun lemah dalam daya tarik, untuk masalah ini, struktur besi digunakan. Terdapat beberapa jenis vault, beberapa diantaranya adalah:

Barrel Vaults

(3.21)

Mempunyai struktur cangkang kurva yang ditarik.

Gambar 3.19 The Cloisters, New York City Gambar 3.20 Renaissance Groin Vault in the Church of Santa Maria Gambar 3.21 St. Paul Cathedral Choir, London Gambar 3.22 Reims Cathedral Gambar 3.23 Victorian Restoration, Bath Abbey

44

Rib Vaults Mirip dengan barrel vaults namun memiliki tulangan “ribs” pada strukturnya.

(3.22)

Fan Vaults

(3.23)

Semua tulang rusuk dari struktur ini memiliki kurva dan jarak yang sama, menyerupai kipas.


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENYALURAN BEBAN Ketika beban disalurkan diatas vault, beban tersebut akan disalurkan ke arah kolom dan kemudian ke tanah, kolom diperlukan untuk menerima beban lateral. Vault sangat kuat menahan beban tekan, dikarenakan bentuknya yang simetris sehingga beban yang tersalur akan rata. Dalam menahan beban vertikal, keystone berperan penting untuk mengunci voussoir, sehingga beban akan tersalurkan atas kebawah dengan baik. Berbeda dengan arch yang sifat tahannya disalurkan secara individual pada kolom masing-masing, vault memiliki beban yang

disalurkan secara menyebar ke arah kolom masing-masing. Gaya aksi sama dengan reaksi berdasarkan hukum Newton, juga di terapkan pada gaya penyaluran beban vault. Dimana setiap aksi selalu ada reaksi yang sama besar. Setiap beban yang disalurkan dari atas akan disalurkan kembali oleh gaya dari tanah. Denah menunjukkan arah gaya dorongan yang dihasilkan dari beban atas hingga kebawah tanah. Seperti gambar dibawah ini:

Beban

Gaya aksi = reaksi

Tampak atas (3.24)

(3.25)

45


CATALOG TITLE

DOME

Pada dasarnya dome juga merupakan arch yang berdimensi, namun berbeda dengan vault, dome yang berputar disekitar sumbu vertikalnya. Kubah memiliki sifat yang mirip dengan vault, dimana kubah dapat menopang bebannya sendiri, Hal ini dikarenakan gaya lateral sebuah dome langsung diteruskan pada perimeter sekeliling dome, dengan demikian, kuat pada sendirinya. Konstruksi kubah memiliki banyak keuntungan. Pertama, kubah mempunyai kualitas akustika yang baik, dikarenakan natur bentuknya yang berbentuk cekung, maka suara dapat terdengar lebih lama dan jelas. Kedua, sebuah struktur kubah lebih tahan api

(3.27)

(3.26)

Inflated Dome

biasa dibagi menjadi beberapa segmen melengkung dan memberikan estetika seperti mahkota

(3.30)

Awal mula terbentuknya struktur dome ini diperoleh dari bentuk igloo. Gambar 3.26 Qatar Inflatable Fabric Dome Gambar 3.27 Church of Blesses Holy Mother, Dilijan Gambar 3.28 Louisiana Superdome Gambar 3.29 Oval Dome with Georgian Style

(3.29)

(3.28)

Umbrella Dome

Struktur bangunan ini menggunakan tekanan udara dari dalam sehingga dapat membentuk dome.

Monolithic Dome

daripada struktur lainnya. Terakhir, pembangunan dome merupakan konstruksi yang ekonomis, dikarenakan struktur dome yang padat antara setiap hubungan “joint” memberikan keuntungan konservasi energi dalam bentuk panas (heat), serta mempunyai integritas struktural yang bagus. Terdapat beberapa jenis dome, beberapa diantaranya adalah:

Saucer Dome

Oval Dome

Struktur ini memiliki profil dari setengah lingkaran, mengurangi porsi strutur dari dome beralasan untuk mengurangi gaya tarik.

Oval dome memiliki struktur yang terinspirasi dari bentuk telur. Style dari dome ini terkenal pada era Baroque.

(3.31)

(3.32)

Crossed Arch Dome Memiliki struktur yang paling rumit, dan biasanya dipakai untuk bangunan masjid.

Corbel Dome

Rotational Dome

Dipakai pada zaman dulu di negara itali, dimana struktur masih menggunakan material batu dan tanah.

Struktur ini diterapkan pada The Pantheon, dimana terdapat bukaan di atasnya, struktur bukaan ini ditahan oleh ring struktural horizontal.

Gambar 3.30 Home Build by Woodards, Denison, Texas Gambar 3.31 The Great Mosque of Cordoba Gambar 3.32 Apulia, Murge Tarantine

46

(3.33)


ISSUE #1 / MONTH 2018

Saat dome diberi tekanan dari atas, Dome menghasilkan dua gaya yaitu, gaya tekan dan tarik. Gaya tekan dan tarik dari dome memiliki beberapa variasi. Beberapa bentuk dome memiliki bukaan yang terletak pada bagian atas, namun ada beberapa dome yang tidak memiliki bukaan. Pada struktur dome yang memiliki bukaan pada bagian atasnya, dome memiliki garis latitude (garis nol) di bagian tengah melingtang horizintal. Gaya tekan secara vertikal mengarah ke atas (kearah bukaan), sedangkan gaya tarik mengarah ke bawah. Pada bagian bawah dome terdapat garis melintang horizontal yang mengunci struktur awal dome, sehingga gaya tarik berhenti

tepat digaris melintang horizontal bagian bawah Pada struktur dome ini, dome tidak memiliki bukaan. Gaya yangdiperoleh masih sama bahwa memiliki gaya tarik dan tekan, akan tetapi gaya yang disalurkan berbeda dengan sebelumnya. Garis vertikal pada struktur dome ini berkerja sebagai gaya tekan mengarah kebawah (kearah kolom). Garis horizontal pada struktur dome memiliki dua gaya yang terbagi oleh garis latitude. Pada bagian atas melintang horizontal gaya tarik yang diberikan mengarah ke dalam, sedangkan bagian bawah melintang horizontal, gaya tarik mengarah keluar.

(3.34)

(3.35)

47


CATALOG TITLE

CATENARY VS PARABOLA

SEGMENTAL ARCH AND CATENARY ARCH

Gaya tarik dari rantai (dasar dalam pembuatan kurva catenary) bertambah dari titik terendah sampai kepada titik-titik support. Dikarenakan beban bersifat vertikal, maka komponen horizontal dari gaya tarik bersifat konstan. Kemudian, jika sebuah kurva dibalikkan menjadi sebuah arch, maka gaya tarik akan berubah menjadi gaya tekan. Jika arch bersifat uniform, maka gaya tekan akan mengikuti kurva catenary dan tidak ada kecenderungan untuk melengkung. Jika beban bersifat horizontal secara uniform, maka kurva tersebut adalah parabola.

Line of thrust terdapat pada tengah arch (diagram segmental arch) yang mempunyai gaya-gaya yang bekerja secara kompresif (analogi jembatan), dikarenakan ini adalah beban transfer alami dari lengkungan. Namun, jika kembali kepada analogi rantai, maka line of thrust terdapat pada tengah arch (diagram catenary arch) yang mempunyai gaya-gaya bekerja secara tarik, dengan demikian, ketebalan arch dapat diperkecil.

(3.36)

(3.37)

Gambar 3.36 Diagram Perbedaan Catenary dan Parabola Gambar 3.37 Perbedaan Catenary Arch Secara Bentuk

48


ISSUE #1 / MONTH 2018

CATALAN METHOD

CATENARY ARCH

Ini merupakan metode Catalan dalam konstruksi “domed vault” dari beberapa garis tipis tanpa “formwork”. Barisan pertama dari setiap ubin diletakkan pada perimeter penyangga dan kantilever penyangga secara temporer, kemudian, beberapa lapisan ditambahkan setelah mortar yang sudah ada pada barisan pertama mulai mengering.

Sebuah kurva catenary terbentuk secara alami ketika sebuah rantai disuspensi dari atas. Dengan demikian, semakin ke bawah, landaian pada rantai semakin kecil karena setiap hubungan antar setiap unit rantai menyokong beban yang lebih sedikit. Catenary arch sangat kuat dikarenakan mereka menghalaukan gaya vertikal gravitasi menjadi gaya-gaya kompresi yang menekan pada seluruh badan kurva, menahan tubuhnya sendiri pada tempatnya tersendiri.

(3.38)

(3.39)

Gambar 3.38 Diagram Penyusunan Bata pada Arch Gambar 3.39 Contoh Explorasi Catenary Arch

49


CATALOG TITLE

CATENARY ARCH Catenary arch adalah salah satu jenis arch. Hal yang membedakan catenary arch dengan arch lainnya adalah, beban disalurkan sepanjang garis lengkungannya dan bukan hanya pada garis horizontalnya. Jenis arch ini mengidealisasikan rantai atau kabel yang tergantung. Bentuk dari kurva tersebut dihasilkan dari bebannya sendiri jika disangga oleh dua buah penahan pada bagian

ujung-ujungnya. Catenary arch dapat menahan bebannya sendiri tanpa diperlukan bantuan penyangga. Meskipun Catenary arch memiliki bentuk yang mirip dengan parabola, Namun catenary arch bukanlah parabola. Perbedaanya terdapat pada bagian ujungnya, dimana dikarenakan kemiringan yang lebih besar, maka bebannya juga semakin besar jika diukur secara horizontal.

A. Square in cross-section, un-tapered, with no openings. B. Pentagonal with diamond openings. C. Triangular with rectangular openings and 18 segments. D. Triangular, pointing upward, with small elliptical openings.

A

B

C

D

(3.40)

(3.41)

Gambar 3.40 Diagram Struktur Catenary Gambar 3.41 Diagram Catenary Arc

50


ISSUE #1 / MONTH 2018

THE GATEWAY yang ditumpuk hingga menjadi sebuah lengkungan. Modul segitiga dari catenary arch ini memiliki dimensi yang beragam. Pada bagian bawah modul tersebut memiliki dimensi yang cenderung lebih besar (16.45 meter) dibandingkan pada bagian atasnya (5.18 meter). Pelat-pelat besi tersebut dipasang secara rapat satu sama lainnya, hal ini dilakukan demi menjaga keseimbangan bangunan serta memperindah estetika- membuat monumen tersebut tampak lebih ramping.

The Gateway yang didesaian oleh Eero Saarien menjadi sebuah monumen simbolik yang bergaya futuristik. The gateway yang berlokasi di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat, dibangun pada tahun 1965. Monumen ini menjadi salah satu bangunan catenary arch tertinggi di dunia, menjulang 192 meter diatas permukaan tanah. Monumen ini dibangun dengan menggunakan material beton berlapis baja yang dibentuk berdasarkan modul segitia

(3.42)

(3.43)

(3.44) Gambar 3.42 Perspektif The Gateway Gambar 3.43 Tampilan The Gateway dari Bawah Gambar 3.44 Proses Pembangunan The Gateway

51


CATALOG TITLE

CATENARY DOME Catenary dome pada dasarnya adalah kumpulan dari catenary arch, akan tetapi catenary dome berbeda dengan dome pada umumnya. Dimana dome pada umumnya berbentuk bulat, sedangkan catenary diambil dari percobaan rantai yang di beri beban. Dari percobaan rantai tersebut mengubah gaya tarik menjadi gaya tekan, akan tetapi tetap memiliki stabilitas yang sama. Konstruksi dari catenary dome cukup rumit sehingga para arsitek sulit untuk menemukan perhitungan pada catenary dome, oleh karena itu, catenary dome lebih sering menggunakan sistem struktur masonry. Sistem struktur dari masonry ini dapat diperhitungkan melalui jumlah bata yang dipakai, namun dengan menggunakan

sistem struktur tersebut beban yang dihasilkan menjadi cukup berat. Dengan beban yang berat dan kokoh, sistem struktur tersebut dapat menahan beban manusia jika berdiri maupun berjalan diatasnya. Gaya yang dihasilkan dari catenary dome adalah gaya aksi dan reaksi, dimana gaya aksi dari catenary dome bermula dari tekanan gravitasi yang memberikan beban kebawah dan mentransfer langsung ke tanah. Hasil dari gaya aksi, menghasilkan gaya reaksi dimana pada bagian kaki catenary menahan beban dari atas, sehingga tanah dan pondasi berkerja sebagai gaya reaksi.

Agar dapat mudah mengerti pada awalnya catenary bermula dari rounded catenary yang di beri bukaan.

Dengan adanya bukaan pada bagian rounded, maka menhasilkan bentuk yang berbeda dan menjadi sebuah catenary dome.

(3.45)

Salah satu proses penelitian yang dilakukan adalah dengan kain yang digantungkan ke tiang, maka kain akan dengan sendirinya jatuh karena adanya gravitasi.

Beban yang diberikan adalah semen yang sudah menjadi agregat sehingga catenary curve mulai terbentuk.

Gambar 3.45 Proses Eksperimen Catenary Dome

52

Agregat yang sudah ada didalam kain dibiarkan untuk mengering sehingga saat tiang dihilangkan bentuk dari kain tidak berubah.

Kain yang sudah kering dibalik, sehingga bentuk dari catenary dome dapat diperoleh dari eksperimen tersebut.


ISSUE #1 / MONTH 2018

OBOS Obos adalah nama pondok tradisional orang Musgum di Pouss, Cameroon. Pondok yang memiliki ketinggian mencapai 9m ini, sengaja didesain dengan menggunakan material lumpur sebagai material utamanya, untuk melawan suhu panas yang ekstrem. Pondok ini memiliki bentuk yang diambil dari catenary arch - bentuk yang diperoleh ketika menggantungkan rantai pada kedua ujungnya. Dome yang dibangun dari struktur catenary pada umumnya, dapat berbentuk sangat ramping dan membutuhkan sedikit material untuk kekuatan yang maksimum. Bentuk ini juga dapat meminimalisir efek beban air hujan pada bagian dindingn-

ya. Konstruksi pondok ini tebal pada bagian bawah, dan menipis pada bagian atasnya, hal ini dilakukan demi memperkuat struktur dome. Pondok ini mengikuti pola yang ada pada cangkang kerang. Pola pada bagian fasad ini tidak hanya menjadi elemen dekoratif, namun juga digunakan sebagai pijakan kaki saat proses pembangunan serta pemeliharaan bangunan. Pondok memiliki bukaan pada bagian atasnya, agar memungkinkan udara panas keluar dan tidak terperangkap di dalam pondok.

(3.47)

(3.46)

(3.48)

Gambar 3.46 Proses Pembuatan Obos Gambar 3.47 Tekstur Dinding Pada Bangunan catenary Dome Gambar 3.48 Perspektif Bangunan Obos

53


CATALOG TITLE

BAB 4

PROSES EKSPERIMEN Gambar (4.1) Experimen UPH di Aurovile

54


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.2)

RANGKAIAN EKSPERIMEN

Untuk menemukan desain busur dengan bentuk yang diinginkan, serangkaian proses eksperimen dilakukan terlebih dahulu untuk mencoba berbagai kemungkinan serta mengeliminasi potensi kegagalan yang mungkin terjadi.

Eksperimen selanjutnya adalah eksperimen konten. Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari alternatif cara penyampaian serta pengolahan ruang dan display, sehingga dapat merepresentasikan sejarah dan tema Kampung Wates dengan baik.

Beberapa eksperimen yang telah dilakukan dianTahap selanjutnya adalah workshop di Auroville. taranya adalah workshop “Masa Depan Modul Tanah”, ek- Workshop, yang dihadiri oleh beberapa mahasiswa arsiteksperimen konsep, eksperimen konten, workshop tanah di tur UPH angkatan 2016 & 2017, ini digelar pada bulan Juni Auroville, serta eksplorasi alternatif desain. 2019, selama tiga hari, di Auroville Earth Institute, India. Dalam workshop ini mahasiswa mempelajari mengenai matePada bulan Februari 2019, 66 mahasiswa UPH ar- rial tanah dan batu bata dan cara penerapannya kedalam sitektur angkatan 2017, berangkat menuju ke Jatiwangi, sebuah konstruksi bangunan. untuk melakukan workshop “Masa Depan Modul Tanah”. Pada workshop kali ini mahasiswa mempelajari serta menEksperimen terakhir adalah eksperimen berbagai ciptakan tiga modul dengan menggunakan material tanah, alternatif desain. Pada tahap ini desain-desain yang teryaitu, Rammed Earth, Adobe Brick dan Baked Earth. Mulai bentuk sudah mulai mengarah pada tahap akhir, dimana dari proses pembuatan hingga penerapan dalam desain. konsep, tapak, material serta dimensi telah sesuai kedalam kriteria pembangunan. Namun sebelum dapat mencapai Eksperimen konsep dilakukan oleh 66 mahasiswa desain final, dilakukan beberapa langkah percobaan. arsitektur UPH yang sebelumnya telah menyelesaikan workshop “Masa Depan Modul Tanah. Eksperimen konsep ini bertujuan untuk mengasah ide kreatif masing-masing siswa dan kemudian menerapkannya kedalam desain bangunan.

Gambar 4.2 Line drawing bata

55


CATALOG TITLE

GARIS PROSES EKSPERIMEN

(4.3)

Workshop “Masa Depan Modul Tanah” Februari 2019

(4.4)

Eksperimen Mass Customization DA 2 Januari-Mei 2019

Gambar 4.3 Workshop “Masa Depan Modul Tanah” Gambar 4.4 Eksperimen Mass Customization DA 2 Gambar 4.5 Workshop tanah dan bata di Auroville Earth Institute Gambar 4.6 Eksperimen desain alternatif Gambar 4.7 Eksperimen konten

56

(4.5)

Workshop tanah dan bata di Auroville Earth Institute Juni 2019


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.6)

Eksperimen desain alternatif Juni-Juli 2019

(4.7)

Eksperimen konten Juni-Juli 2019

57


CATALOG TITLE

WORKSHOP “MASA DEPAN MODUL TANAH” Workshop “Masa Depan Tanah” dilakukan oleh 66 mahasiswa UPH pada bulan Februari 2019, untuk mempelajari bagaimana cara kerja tanah dan mengetahui hasil produk yang dapat dihasilkan oleh material tanah.

yang berisi sejarah tanah, pengolahan tanah dari aspek material hingga kepada alat yang digunakan dari contoh berbagai negara, masih dibutuhkan sebuah mentor dalam hal pengaplikasiannya agar dari tahap pemilihan desain modul, perencanaan pengerjaan, pembuatan hingga kepada finishing akan menjadi semakin lancar dan berkurangnya “error” pada waktu pengerjaan.Hal ini juga dikarenakan, setiap kelompok diperlukan untuk membuat modul dalam jumlah yang cukup dalam jangka waktu sekitar 3 hari sampai kepada hari presentasi.

Pembuatan modul tanah ini mengunakan tiga teknik pengolahan tanah: rammed earth, adobe brick dan baked earth. Melalui solusi dan masalah yang ditemukan pada setiap teknik, hal ini dapat berguna dalam skala sekecil modul tanah sampai kepada skala sebesar bangunan.

Rammed Earth adalah teknik konstruksi dengan mengTeknik-teknik berikut dari pengolahan tanah telah gabungkan beberapa tipe tanah berbeda, yang kemudian di digunakan untuk memproduksi pot tanaman organik dan kompres agar mengeras dan menjadi satu, sehingga memiliki tempat penempatan buku, dan setiap mahasiswa perlu menkekuatan daya tekan yang kuat. getahui dimensi dan cara penempatan setiap objek yang dipilihnya. Misalnya, untuk penempatan buku, perlu ada basis Adobe Brick terbuat dari campuran lumpur, dengan pengetahuan mengenai ukuran buku anak TK, SD, SMP, SMA menggabungkan tanah, air, dan jerami yang kemudian diker- hingga kepada kuliah. Kemudian, mahasiswa yang memilih ingkan di bawah matahari. Hal pertama yang dibutuhkan untuk membuat produk modul pot tanaman organik butuh untuk membuat adobe brick ini adalah cetakan yang mengu- untuk mengetahui cara penanaman setiap tanaman: menynakan material kayu, kemudian campuran lumpur dituang- ilang atau tidak, hidroponik atau dengan cara penanaman kan dan dikeringkan. yang biasa. Aspek-aspek seperti inilah yang akan membenproduk modul tersebut beserta fitur-fiturnya. Uniknya, Teknik konstruksi terakhir adalah baked earth, campu- tuk kelompok-kelompok dapat dibedakan, melalui cara pembuaran tanah dimasukkan ke dalam cetakan dan kemudian diker- tan desain modul mereka, mengenai apa mereka membuingkan dibawah matahari yang memakan waktu hingga tiga tuhkan lebih banyak bantuan alat atau hanya menggunakan bulan dan kemudian dibakar kembali di dalam oven hingga tangan secara manual. Satu contoh yang membutuhkan alat berubah warna menjadi merah. adalah produksi rammed earth, dimana dibutuhkan “wood Selama masa percobaannya, 66 mahasiswa ini dibagi cutter” untuk membuat bekisting dan juga alat menumbuk menjadi 10 kelompok, masing-masing kelompok berisi 5 – 6 untuk memadatkan beberapa lapisan tanah. Contoh yang haorang. Dari sini, terbentuklah 3 kelompok sampai 4 kelompok nya menggunakan tangan secara manual adalah seperti pada melakukan setiap teknik pengolahan tanah. Setiap teknik produksi baked earth, dimana hanya dibutuhkan keterampipengolahan tanah akan mempunyai instruktur atau men- lan membentuk sebuah olahan tanah dengan tangan sehingtornya tersendiri yang ahli dalam satu teknik pengolahan ga menjadi bentukan yang dapat persis sama seperti desain tanah yang spesifik. Walaupun, sebelumnya mahasiswa arsi- yang dipikirkan. Dengan demikian, ini juga melatih koorditektur UPH angkatan 2017 sudah diwajibkan untuk memba- nasi pikiran-tangan mahasiswa. Akan tetapi untuk workshop ca salah satu buku yang bernama “Building With Earth: Design kali ini, proses-proses pengolahan tanah ini digunakan untuk and Technology of a Sustainable Architecture by Gernot Minke” membantu menentukan bentuk akhir untuk Museum Wakare.

58


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.8)

(4.9)

(4.10)

(4.11)

(4.12)

(4.13)

Foto 4.8 Hasil Rammed Earth Foto 4.9 Proses Kerja Rammed Earth Foto 4.10 Hasil Adobe Brick Foto 4.11 Proses Kerja Adobe Brick Foto 4.12 Hasil Baked Earth Foto 4.13 Proses Kerja Baked Earth

59


CATALOG TITLE

EKSPERIMEN MASS CUSTOMIZATION Eksperimen Mass Customization merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh 66 mahasiswa arsitektur UPH angkatan 2017, setelah menyelesaikan worksop “Masa Depan Modul Tanah” di Jatiwangi pada bulan Februari 2019. Pada kegiatan ini mahasiswa diminta untuk membuat sebuah desain dengan mengempasiskan tektonika bangunan tanpa mengurangi aspek estetika dan ergonomi desain. Tantangan yang perlu dihadapi oleh seluruh mahasiswa adalah dengan mengeksplorasi berbagai kemungkinan teknik bangunan dan mengubahnya menjadi sebuah wujud seni. Untuk tema bangunan, mahasiswa dapat memilih antara perpustakaan atau pertanian organik.

Padahal Kampung Wates memiliki potensi untuk menjadi objek wisata sekaligus pusat kerajinan tanah, sehingga penting bagi masyarakat Wates untuk memperkenalkan modul tanah masa depan yang telah mereka usahakan pada masyarakat dari berbagai daerah bahkan seluruh Indonesia. Berangkat dari permasalahan di atas, “Imah Teleng” yang dalam bahasa Sunda berarti rumah miring, tidak tegak lurus. “Imah Teleng” memiliki desain bangunan menyerupai batu-bata merah sebagai salah satu produk tanah liat yang dimiringkan +/- 20 derajat, sehingga terlihat seolah-olah seperti muncul dari dalam tanah. Dengan demikian , desain “Imah Teleng” mengandung nilai filosofis Kampung Wates yang hidup mengusahakan dan berdiri dari tanah.

Pada kesempatan ini, seluruh proses studio berputar pada kustomisasi massal. Kustomisasi massal yang digunakan adalah tiga buah modul (rammed earth, adobe brick, dan baked earth) yang dihasilkan pada workshop “Masa Depan Modul Tanah”. Ketiga buah modul tersebut kemudian dielaborasikan ke dalam desain bangunan perpustakaan/pertanian organik. Kegiatan ini membebaskan mahasiswa untuk mengembangkan ide serta konsep yang ingin di terapkan ke dalam bangunan. Lokasi tapak terletak di Kampung Wates (lokasi dimana Museum Wakare akan dibangun).

2. Cultivate- Berangkat dari ketertarikan dengan konsep ‘Supranatural Farming’, ide diambil dari kegiatan sederhana yang dilakukan sehari-hari seperti bercocok tanam, hingga dapat menjadi sesuatu yang membentuk budaya dan identitas warga Jatiwangi. Dengan pemikiran tersebut, desain yang dihasilkan berusaha untuk bergantung pada kreativitas dan kepiawaian warga Jatiwangi dalam mengolah material tanah. Bentuk modul tanaman yang seakan mengalir bebas mengandalkan keterampilan tangan dalam pengolahannya. Selain itu dengan memberikan kebebasan dalam penyusunan Setelah melalui beberapa pertimbangan, diambi- ruang dan tanaman. lah tiga bangunan dengan desain serta konsep yang paling mendekati ide yang ingin diterapkan ke dalam bangunan 3. Emnensia- konsep elevasi yang terinspirasi dari peletakan Museum Wakare. Ketiga desain bangunan tersebut digu- tanaman yang dilakukan warga Wates pada halaman rumah nakan sebagai inspirasi dalam pembuatan desain akhir Muse- mereka. Tanaman selalu ada didepan halaman rumah warga, um Wakare. dari peletakan ini tanaman dapat menjadi ciri khas warga Wates yang belum tentu dimiliki warga daerah lain. Peran ta1. Imah Teleng- Inspirasi untuk desain ini adalah Kampung naman ini juga sebagai penghalang panas matahari, namun Wates itu sendiri. Kampung Wates yang merupakan salah satu tetap ada dinding vertikal yang membatasi antara tanaman dusun di Kecamatan Jatiwangi ini terkenal akan kebudayaan- dan sisi rumah, sehingga desain ini mencoba menghilangkan nya yang terus coba melakukan mengolah tanah dengan batasan solid namun tetap terasa ada tembok diantaranya. berbagai macam aktivitas kultural. Sebagai Kampung yang banyak mengusahakan tanah, Kampung Wates dapat dikatakan masih jauh dari daya tarik pengunjung mancanegara.

60


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.14)

(4.15)

(4.16)

(4.17)

(4.18)

(4.19)

Gambar 4.14 Perspektif Suasana Gambar 4.15 Tampak Perspektif Gambar 4.16 Proses Pendapatan Bentuk Gambar 4.17 Hasil jadi Bangunan Gambar 4.18 Perspektif Emnensia Gambar 4.19 Perspektif Outdoor Emnensia

61


CATALOG TITLE

WORKSHOP AUROVILLE Workshop tanah ini diselengarakan oleh Auroville Earth institue (AVEI) di Auroville, India. Auroville Earth Institute adalah organisasi non-profit yang berspesialisasi dalam penelitian, pengembangan, promosi, dan transfer teknologi bangunan berbasis bumi, di antara solusi energi yang paling hemat biaya, rendah karbon, dan berwujud rendah untuk pembangunan berkelanjutan. Dua puluh satu mahasiswa arsitektur UPH angkatan 2016 & 2017 berserta empat orang dosen pembimbing berangkat menuju Auroville pada bulan Juni 2019, dan berlangsung selama tiga hari.

sifat tertier yang bernama ashram 3000 yang dapat mencetak bata sekaligus secara kustom, namun, juga ada mesin yang lebih primer, yakni melakukan proses lebih utamanya, seperti dari fungsi penyarian tanah, pengadukan campuran, hingga kepada proses cetak yang lebih “fixed”.

Batu bata yang tersedia di Auroville merupakan batu bata kompres atau Compressed Stabilised Earth Block (CSEB). Batu bata jenis CSEB ini tidak dibakar melainkan di bentuk dengan cara memadatkan tanah didalam cetakan yang sudah disesuaikan bentuknya. Jenis batu bata CSEB ini cenderung Eksperimentasi batu bata dengan olahan yang cukup lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan batu bata berbeda dengan Indonesia merupakan salah satu hasil akhir tradisional. Selain batu bata, workshop ini juga memperkenaldari riset mereka mengenai tanah. Dalam workshop ini seluruh kan mahasiswa dengan jenis mortar yang berbeda. Dimana mahasiswa berserta beberapa dosen mendapatkan pengeta- mortar ini tidak menggunakan pasir seperti mortar biasanya, huan seputar batu bata, dimana Auroville ini sendiri terkenal melainkan menggunakan campuran tanah. dengan produksi batu batanya. Batu bata yang diproduksi di Pada hari pertama seluruh mahasiswa dan dosen Auroville berbeda dengan batu bata yang umum ditemukan di Indonesia. Pada AEI (Auroville Earth Institute), para maha- dikelompokan kedalam tujuh tim, yang terdiri dari enam tim siswa dan mahasiswi diberikan tur keliling ruangan riset mer- mahasiswa dan satu tim dosen, untuk membangun minaeka – dari koleksi eksperimentasi bahan seperti penggunaan tur arch. Hari kedua dan ketiga mahasiswa dan dosen kemstyrofoam, ferrocement dan “beehive” sampai kepada pengap- bali dikelompokan kedalam empat tim, untuk membangun likasiannya dimana terdapat beberapa modul batu bata yang miniatur dome. Dua dari empat tim berhasil menyelesaikan dibentuk sedemikian sehingga bisa dimasukkan fungsi struk- kubah sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan hal yang menarik, dikarenakan belum pernah ada tural dan utilitas. orang maupun tim yang dapat menyelesaikan dome pada Selain itu, dalam rana produksi batu bata, tim AEI memberi- workshop-workshop sebelumnya. Dengan pengetahuan yang kan sedikit pengetahuan mengenai alat-alat apa yang dipakai didapat melalui workshop ini, mahasiswa dapat menerapkanuntuk memproduksi batu bata. Misalnya, ada mesin yang ber- nya kembali kedalam desain Museum Wakare.

62


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.20)

(4.21)

(4.22)

(4.23)

(4.24)

(4.25)

Foto 4.20 Silo di Auroville Foto 4.21 mahasiswa Universitas Pelita Harapan Foto 4.22 jalan di Auroville Foto 4.23 Workshop hari pertama di Auroville Earth Institute Foto 4.24 Workshop hari ke dua di Auroville Earth Institute Foto 4.25 foto dome hari ketiga

63


CATALOG TITLE

(4.20)

(4.21)

(4.22)

(4.23)

(4.24)

(4.25)

Foto 4.20 Silo di Auroville Foto 4.21 mahasiswa Universitas Pelita Harapan Foto 4.22 jalan di Auroville Foto 4.23 Workshop hari pertama di Auroville Earth Institute Foto 4.24 Workshop hari ke dua di Auroville Earth Institute Foto 4.25 foto dome hari ketiga

64


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.26)

(4.27)

(4.28)

(4.29)

(4.30)

(4.31)

Foto 4.26 Rammed Earth Foto 4.27 Auroville Earth Institute Foto 4.28 Rammed Earth hasil buatan Auroville Foto 4.29 Workshop di Auroville Earth Institute Foto 4.30 Foto Suasana di Auroville Earth Institute Foto 4.31 Foto Suasana di Auroville

65


CATALOG TITLE

ALTERNATIF DESAIN Dalam rangka menemukan desain busur dengan bentuk yang diinginkan, serangkaian proses eksperimen dilakukan terlebih dahulu untuk mencoba berbagai kemungkinan serta mengeliminasi potensi kegagalan yang mungkin terjadi.

Setelah itu, memasuki proses percetakan, jalur yang sebelumnya berbentuk kurvilinier tiba-tiba dikakukan dengan tembok batu bata berbentuk persegi panjang pada sisi kiri. Pada tahap-tahap terakhir, yaitu pengeringan dan pembakaran, pengunjung akhirnya akan sampai kepada suatu paviliun “catenary dome” yang terekspos ke luar, dengan deLangkah pertama yang dilakukan adalah mempela- mikian panas dari lingkungan sekitar seakan-akan “membajari bentuk, sifat, dan cara kerja dari Catenary Arch. Beberapa kar” para pengunjung, namun dalam sebuah “tungku”, yaitu eksperimen yang dilakukan adalah tes rantai, tes daya ang- paviliun tersebut. kat beban, tes rangka struktur, dan tes daya tekan dan tarik. Untuk mengetahui bentuk Catenary paling sempurna dilakuDesign Alternatif kedua memiliki konsep persatuan kannya tes rantai, sehingga ketika adanya perbedaan beban, yang digambarkan oleh 2 lingkaran yang menyatu seperlengkungan yang terbentuk tidak akan memiliki bentuk yang ti rantai. Bentuk catenary pada design alternatif kedua ini sempurna. Tes daya angkat beban dilakukan untuk mengeta- memiliki axis yang berbeda pada bagian vaultnya. Pada bahui daya kuat yang dimiliki oleh catenary, dengan memberi- gian bawah terdapat plataran berbentuk lingkaran, dimana kan beban, daya tekan catenary arch akan saling mendorong plataran tersebut menyimbolkan persatuan antara perbesehingga dapat menahan beban yang ada. Tes rangka struk- daan kampung sekitar. Plataran dari desain kedua ini memilitur penting untuk mengetahui struktur apa yang dapat ki lantai pembatas dari material batu, yang bersimbolis salah menopang beban material dan bentuk catenary. Terakhir, tes satu proses pengolahan tanah yaitu, proses pengadukan daya tekan dan daya tarik dengan memberikan beban pada tanah dengan air dan komponen - komponen lainnya titik tengah busur dan daya tarik terbentuk dari kurva yang Konsep desain ketiga ini terinspirasi dari proses pendiberi tiga titik beban. Setelah dilakukannya eksperimen - ekgolahan tanah, yakni diantaranya, percetakan tanah, pensperimen tersebut, barulah dapat terbentuk berbagai desain gadukan tanah (dengan air dan komponen-komponen lainalternatif dengan konsep serta bentuk kubah yang berbeda. nya) dan pengeringan sampai kepada proses pembakaran. Desain - desain alternatif tersebut kemudian di evaluasikan Uniknya, desain ini tidak berlandaskan pada urutan pengoberbagai kekurangan dan kesalahan yang masih ada, sehlahan tanah yang sebetulnya, namun, desain ini hanya uningga pada desain selanjutnya kesalahan tersebut dapat dituk menampilkan proses-proses yang ada pada pengolahan hindari. tanah. Proses percetakan nampak pada dinding batu bata Konsep desain pertama ini terinspirasi oleh cara pen- yang membatasi penglihatan pengunjung dan juga mengkagolahan tanah, yakni: penggalian, pengadukan tanah (den- kukan mereka untuk ke suatu tempat yang lain, yaitu area di gan air dan komponen-komponen lainnya), percetakan, dalam paviliun. Kemudiank, pada saat pengunjung masuk ke pengeringan dan sampai kepada proses pembakaran. Tahap area tersebut, ia akan merasakan panas dari matahari – prospenggalian terlihat dari bagaimana sesaat pengunjung me- es pengeringan dan pembakaran. Proses pengadukan tanah masuki lewat “entrance”, maka ia akan merasa menurun ke terlihat dari bagaimana “catenary dome” mengikuti desain suatu pijakan yang lebih rendah dengan penggunaan ramp. operatif “twist”. Secara eksterior dan interior akan terasa sepBerikutnya, pengunjung akan memasuki sebuah jalur yang erti sebuah massa yang berputar-putar. melengkung, seakan-akan mengarah orang dalam suatu putaran yang direksional. Ini adalah tahap pengadukan.

66


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.32)

(4.33)

(4.34)

(4.35)

(4.36)

(4.37)

Gambar 4.31 perspektif alternatif 1 Gambar 4.32 detail alternatif 1 Gambar 4.33 perspektif alternatif 2 Gambar 4.34 tampak samping alternatif 2 Gambar 4.35 hasil baked earth Gambar 4.36 proses kerja baked earth

67


CATALOG TITLE

EKSPERIMEN KONTEN Memasuki ruang tanpa pintu, kamu merasakan udara yang berbeda. Sedikit dingin dan lembab. Tidak lama kemudian kamu sadar kalau kondisi ruang disesuaikan dengan objek tampilan. Menoleh ke atas, kamu melihat lukisan seorang anak kecil digantung di depan lautan putih dengan teks kecil yang diletakkan di kanan bawah. Muncul pertanyaan-pertanyaan baru dalam pikiran, mempertanyakan arti, makna, metode, dan segala macam hal yang bisa kamu pikirkan saat itu. Kamu bermula dengan menganalisa lukisan. Tanpa disadari, langkah kaki membawamu maju sembari matamu menyipit tajam ke arah wajah si kecil. Membaca teks, ide-ide baru bermunculan dan kian kamu yakin telah menjawab pertanyaan yang kamu lontarkan sebelumnya. Merasa telah menjawab teka-teki, kamu bergerak ke lukisan lainnya dan malah diterjang dengan teka-teki baru. “Loh? Lukisan ini sangat berbeda, yang ini apa artinya? Bagaimana yang satu terhubung dengan yang lainnya?” Bergegas ke ruangan lainnya mengira akan ada lukisan serupa dengan lukisan si kecil, kamu tiba-tiba terhenti di daun pintu. “Waduh! Semua berbeda, gaya lukisan nya pun berbeda. Apakah ini pelukis yang sama atau hanya waktu yang berbeda? Serasa masuk ke dunia lain…”

yang ideal adalah sebuah perjalanan lepas landas dari realita. Unsur waktu membawa kita ke dalam ruang kisah. Maka dari itu muncul satu makna baru; museum itu, gudang narasi. Sebuah narasi dapat ditranslasikan ke dalam bahasa ruang dengan elemen gerakan, peristiwa, dan ruang. Dalam rangka menceritakan kisah besar desa Jatisura, digunakan konsep naratologi, yakni konsep cerita dan penceritaan karya sastra. Konten museum didesain dengan menata ketiga elemen narasi ruang ke dalam urutan cerita bagi karakter yang menjalani (dalam kasus ini, pengamat/pengunjung). Selain itu, desain tidak hanya mementingkan alur cerita tetapi juga ikut fokus terhadap teori dan gaya pembelajaran yang berputar pada kontekstual & sosial, konstruktivisme, kognitivisme, dan behaviorisme. Dalam konteks suatu museum, gaya pembelajaran sangatlah penting dalam menentukan efektivitas pemikiran dan kemampuan membentuk ide. Dalam desain museum Wakare, intensi awal mengacu pada harapan untuk membangun museum yang selain edukatif, juga interaktif dan menghibur segala kalangan umur yang berkunjung. Cara penyampaian pesan disampaikan secara jelas dan tampilan objek dibungkus dengan detil-detil menarik yang mengacu pada elemen desain; warna, garis, bentuk, tekstur, skala dan proporsi. Pada bagian ini, dilakukan eksperimentasi konten terkait sisi konseptual dan fungsi desain ke dalam tiga alternatif berbeda yang pada akhirnya menghasilkan satu desain final yaitu Museum Wakare.

Secara garis besar dari waktu ke waktu, museum telah dan kini masih dimaknai sebagai bangunan penyimpanan objek sejarah, kultural, dan/atau saintifik. Objek-objek tersebut memiliki ikatan kontekstual antara satu sama lain, saling berinteraksi, dan membentuk suatu cerita. Memandang objek satu berbeda dari yang lainnya, memasuki ruang satu berbeda dunia dari ruang setelahnya. Masing-masing ruang dibentuk untuk mendukung artefak di dalamnya dan masing-masing objek disusun agar saling bersahutan untuk membangun sudut narasi yang baru seiring langkah kaki pengamat melejang. Alur cerita menuntun pengamat dari awal, klimaks, hingga akhir cerita. Kita seringkali menemukan diri kita dalam posisi karakter ‘kamu’ yang disebut dalam cerita awal halaman ini. Penjelajahan ke dalam museum

68


ISSUE #1 / MONTH 2018

69


CATALOG TITLE

EKSPERIMEN KONTEN “Dilihat, Diraba, Didengar.”

Gaya pembelajaran - feel and think

Intensi

3. Meraba - Pengunjung dapat menemukan korelasi antara gema yang terperangkap dalam dome semi-outdoor denMenciptakan museum yang mengandung nilai-nilai gan silsilah peristiwa sejarah Wates yakni supranatural budaya, sosial, dan historis melalui kerjasama warga dan mafarming dan gotong rumah dengan melihat dan memikirterial lokal. Hal tersebut bertujuan untuk mencerminkan jiwa kan kenyataan yang ada. Selain itu, pengunjung dapat Gotong Royong masyarakat kampung Wates. berpartisipasi dalam membuat kursi komunal pada ruang interaktif di luar museum dan meraba 3 buah dome kecil Konsep Cerita merepresentasikan 3 konsep panca indra. Pengalaman Indrawi - Penekanan konsep melalui panca indra Gaya Pembelajaran - watch and think penglihatan, pendengaran, dan kemampuan meraba untuk mencapai pengetahuan. Menciptakan kontak antara jiwa dalam bentuk spiritual kesadaran diri dengan materi lingkungan Wates. Pengorganisasian Peristiwa Konsep Pengalaman

1. Sertifikat Tanah - Menunjukkan objek hasil pencapaian warga untuk dapat merebut haknya kembali setelah Diharapkan dengan desain ini, dapat tercipta interbertahun-tahun hidup dalam kekhawatiran. Objek ini aksi antara individu dan objek bangunan museum secara menandakan kemerdekaan desa Jatisura dari bentuk jalangsung melalui pengalaman indrawi - kontak objek matejahan sejarah. rial dan immaterial. 2. Supranatural - Aspek spiritual melatarbelakangi kebuPenyusunan Cerita dayaan desa Jatisura. Berisikan ritual, bagian cerita ini menunjukkan adanya kekuatan aspek tersebut dalam 1. Melihat - Pengunjung disambut oleh sertifikat tanah desa. kolektivitas warga desanya. Bercerita soal nilai kebudayaan, sertifikat ini menunjukkan seberapa pentingnya kehadiran tanah terhadap bu- 3. Dome - Secara tersendiri, struktur merupakan display yang daya Wates. menampilkan material tanah serta keteguhan warga desa dalam mendobrak pintu baru untuk unjuk gigi ke dunia Gaya pembelajaran - watch and think bahwa mereka ada. 2. Merasakan - Display bertujuan untuk mendorong peru- 4. Kursi Komunal - Bagian ini menyajikan kesempatan bagi bahan gestur pengunjung dari posisi berdiri ke mempengunjung untuk beristirahat, menikmati alam sekitar, bungkuk sebagai simbolisasi penghormatan terhadap dan/atau bersosialisasi dengan satu sama lain, membenobjek, menunjukkan nilai budaya Wates yang hormat tertuk ikatan-ikatan baru. hadap hal supranatural/spiritual.

70


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.38)

(4.39)

(4.40)

(4.41)

(4.42)

(4.43)

Gambar 4.38 Ilustrasi Penglihatan Gambar 4.39 Ilustrasi Penglihatan 2 Gambar 4.40 Ilustrasi Perabaan Gambar 4.41 Ilustrasi Perabaan 2 Gambar 4.42 Ilustrasi Pendengaran Gambar 4.43 Ilustrasi Pendengaran 2

71


CATALOG TITLE

EKSPERIMEN KONTEN “TERBIT, DARI TANAH”

cangan peristiwa secara auditori.

Intensi

Gaya pembelajaran - constructivism

Menunjukkan sejarah perjuangan masyarakat kam- 2. Titik Terang - Terletak dalam dome tanah, objek peningpung Wates dalam mempertahankan martabat tanah dari jagalan sejarah (sertifikat tanah, dst.) menandakan bahwa jahan fisik maupun mental. Mengajak pengunjung untuk memasyarakat sudah tidak lagi dijajah dan dapat bangkit lihat ke dalam gudang potensi budaya Wates dan merasakan kembali ke arah masa depan yang lebih cerah. proses hingga hasil jerih payah mereka dengan permainan Gaya pembelajaran - stimulus, response skala, proporsi, material. 3. Bebas! Merdeka! - Hamparan ladang sawah merepresentasikan kebebasan yang dirasakan penduduk desa Wates yang telah merdeka. Pengunjung dapat merasakan hal yang sama dengan tiadanya batasan ruang.

Konsep Cerita

Pengalaman Sejarah - Perjalanan rakyat setempat ketika dijajah; merasa kecil dan tidak berdaya, kemudian perla- Gaya pembelajaran - discovery han bangkit kembali secara bersama, hingga pada akhirnya kini berhasil menjalankan banyak usaha mandiri dan mulai dilirik masyarakat internasional; terasa besar dan penuh haraPengorganisasian Peristiwa pan. 1. Paviliun - Dome tanah menjadi rumah bagi objek utama. Menandakan keterikatan antara masyarakat desa dengan alam sekitar, termasuk tanah. Konsep Pengalaman

Diharapkan pengunjung dapat melihat dari sudut 2. Tiang-tiang - Berupa instalasi, tiang jerami dibuat untuk mengenang peristiwa jajahan negeri asing terhadap warpandang penduduk desa, serta mempelajari kisah sejarah kega desa. Tekanan yang dialami warga pada saat itu dapat hidupan dan betapa inginnya masyarakat Wates untuk betdirasakan oleh pengamat. ul-betul merdeka. Mendorong pengunjung untuk membuat dobrakan lainnya, mengikuti jejak desa ini. 3. Ladang Sawah - Tiadanya batasan fisik membuka peluang individu merasakan kebebasan. Ladang diisi rerumputan Penyusunan Cerita dan material alamiah lainnya, mendekatkan pengunjung 1. Sejarah Awal + Supranatural Farming - Pengunjung dikerpada alam. umuni tiang jerami tingga sehingga muncul tekanan, kesan simbolis dari jajahan Jepang. Hentakan kaki di atas kerikil dan gesekan jerami pada tubuh mendukung ran-

72


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.44)

(4.45)

(4.46)

(4.47)

(4.48)

(4.49)

Gambar 4.44 Ilustrasi Pengalaman Gambar 4.45 Ilutrasi Penglihatan Gambar 4.46 Ilustrasi Pengalaman Gambar 4.47 Ilustrasi Pengalaman Gambar 4.48 Ilustrasi Pengalaman Gambar 4.49 Ilustrasi Penglihatan

73


CATALOG TITLE

EKSPERIMEN KONTEN “Menyuarakan Diri, Atas Nama Tanah.”

Gaya pembelajaran - stimulus, response

Intensi

2. Supranatural Farming - Memperlihatkan usaha lebih jauh untuk memperjuangkan kepemilikan tanah melalui Museum tidak hanya menjadi bangunan, namun berhubungan pertanian dengan lokalitas terkait kebiasaan laku sebagai monumen ikonik budaya desa Wates. Menjadi ritual. Terdapat objek-objek sejarah dan tradisi masbagian identitas masyarakat Jatiwangi, demi mencerminkan yarakat. eratnya relasi antar penduduknya dengan tanah yang telah memberi kehidupan. Gaya pembelajaran - constructivism 3. Panen Demi Masa Depan - Ladang kosong, dibuat tidak beraturan untuk memberi kesan organik. Berisi karya Konsep Cerita masyarakat dalam bentuk monumen skala kecil, untuk menunjukkan kebiasaan baru dalam mengenang sejarah Semangat Perjuangan - Perjalanan sejarah yang teldan memperjuangkan masa depan. ah dialami Jatiwangi akhirnya melahirkan kebudayaan yang melekat dengan keberadaan tanah. Perjuangan ini mer- Gaya pembelajaran - constructivism upakan sebuah martabat yang harus diperjuangkan demi menyuarakan diri mereka atas tanah - suatu hal yang sudah dilakukan, sedang dilakukan, dan akan terus dilakukan oleh Pengorganisasian Peristiwa penduduk desa Jatiwangi. 1. Monumen Besar - Hirarki terletak pada struktur dome tanah yang menyambut pengunjung kepada objek utaKonsep Pengalaman ma. Suara-suara yang berhubungan dengan tanah dipantulkan dalam dome, menghasilkan aspek auditori. Seperti Museum diharapkan menghasilkan pengetahuan masuk ke dalam tanah dan mendengarkannya bercerita. terkait sejarah Jatiwangi dan desa Wates, pentingnya tanah terhadap budaya masyarakat, dan munculnya cara unik ber- 2. Rammed Earth - Padi hitam dikembangkan oleh mastani Jatiwangi yakni Supranatural Farming - sebuah upaya yarakat, diletakkan sebagai sumber informasi terkait tipe swasembada pangan lokal didukung ritual. bertani warga desa memberi sudut baru bagi seisi museum. 3. Monumen Kecil - Berisi dome-dome kecil yang dapat digunakan sebagai ruang istirahat, ruang santai, dan ruang sosialisasi. Dome dibuat dengan tanah dan padi hitam, 1. Dome Sertifikat Tanah - Ruang pertama yang ditemui pedibuat setiap kegiatan panen pertanian agar tercipta ngunjung, menampilkan pencapaian masyarakat Wates sudut museum yang ‘hidup’ dan berkembang secara jummendapati pengakuan kepemilikan tanah mereka. lah dari waktu ke waktu. Penyusunan Cerita

74


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.50)

(4.51)

(4.52)

(4.53)

(4.54)

(4.55)

Gambar 4.14 Ilustrasi Pengalaman Gambar 4.15 Ilustrasi Pengalaman Gambar 4.16 Ilustrasi Alur Cerita Gambar 4.17 Ilustrasi Alur Cerita Gambar 4.18 Ilustrasi Pengalaman Gambar 4.19 Ilustrasi Pengalaman

75


CATALOG TITLE

EKSPERIMEN

(4.56)

TES RANTAI

TES BEBAN Sebuah Catenary Arch memiliki daya angkat beban yang mencapai berkali lipat dari berat penopangnya sendiri. Hal ini terlihat dari arch pada gambar disamping ini, yang mampu menopang tiga buah balok yang memiliki berat masing-masing hampir satu setengah kali lipat berat dari arch tersebut.

Sebuah busur memiliki penyaluran beban yang mirip dengan sebuah rantai yang diberikan beban pada bagian - bagian tertentu untuk menciptakan lengkungan yang menggambarkan penyaluran terbaik. Apabila salah satu beban dihilangkan maka busur yang terbentuk tidak lagi sempurna dan juga sebaliknya. (4.57)

(4.58)

Gambar 4.56 ekperimen arch Gambar 4.57 tes kekuatan beban rantai Gambar 4.58 tes beban arch

76


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.60)

(4.59)

(4.61)

Foto 4.59 struktur rangka kubah Foto 4.60 maket model Foto 4.61 eksperimen susunan bata diatas struktur rangka kubah

77


CATALOG TITLE

ALTERNATIF A

Alternatif A Alternatif A terdiri dari sebuah kanopi batu bata dengan sistem struktur 4 titik kaki catenary. Dibawah kanopi tersebut digali 1 meter dibawah tanah untuk memudahkan pengunjung lewat. Sehingga untuk memasuki kanopi tersebut disediakan lorong dengan tembok bata pada kedua sisinya. Sisi bagian kanan berbentuk kurva yang mengiring pengunjung masuk. Dibawah kanopi diberikan tangga pada ke-3 sisi alternatif dan menciptakan ruang interaktif.

(4.62)

(4.63) Gambar 4.62 tampak atas alternatif 1 Gambar 4.63 tampak depan alternatif 1 Gambar 4.64 perspektif alternatif 1

78

(4.64)


ISSUE #1 / MONTH 2018

ALTERNATIF B

Alternatif B Terinspirasi oleh pembuatan batu bata di Jatiwangi, diambilnya berbagai proses yang penting, yakni; pencetakan, pengadukan, penggalian, penjemuran, dan pembakaran. Ketika pengunjung masuk akan menemukan dinding berbentuk rektilinier pada sisi kanan, namun ketika memasuki labirin dinding berbentuk rektilinier yang ada pada bagian dalam, pengunjung akan memasuki ruang yang berbentuk kurvilinier, perubahan bentuk yang kontras akan menjadi salah satu hal yang menarik bagi pengunjung.

(4.65)

(4.66)

(4.67)

Gambar 4.48 tampak atas alternatif 2 Gambar 4.49 tampak depan alternatif 2 Gambar 4.50 perspektif alternatif 2

79


CATALOG TITLE

ALTERNATIF C

Alternatif C Kubah sengaja dibuka pada bagian atas untuk memberi kesan skylight, dimana hal ini akan mengembalikan pemikiran orang mengenai proses pembuatan batu bata, yaitu penjemuran dan pembakaran. Terakhir, bentuk yang dinamis ini terinspirasi dari proses pengadukan material sehingga didapatkan geometri yang diputar.

(4.68)

Gambar 4.51 tampak atas alternatif 3 Gambar 4.52 tampak depan alternatif 3 Gambar 4.53 perspektif alternatif 2

(4.69)

(4.70)

80


ISSUE #1 / MONTH 2018

DESAIN PRA-FINAL I

(4.71)

(4.72)

(4.73)

Konsep perancangan desain Paviliun ini berasal dari Dengan bentuk dari desain ini, diharapkan dapat konsep “Inter-Locking” (seperti gambar cincin diatas) dimana memberi kesan mengundang serta membuat pengunjung cincin tersebut saling mengikat satu sama lain sehingga ada merasa nyaman untuk beristirahat sejenak, dikarenakan area kesambungan antara kedua cincin ini. sekitar tapak yang memiliki sedikit pohon, sehingga teduhan yang ada hanyalah dome ini. Desain Paviliun ini membentuk dua ruang utama, Cincin ini bertujuan untuk mengikat hubungan antara yaitu ruang semi-outdoor yang tercipta dari bentukan arch dan dome, serta ruang outdoor yang terbentuk dari sirkulasi Universitas Pelita Harapan dan Kampung Wates, sehingga dinding bata. Didalam kubah busur terdapat kantilever dari dengan terbentuknya paviliun ini, hubungan satu sama lain bata yang bertujuan sebagai tempat meletakan barang pent- akan selalu akrab dan tidak bisa dipatahkan begitu saja seperti cincin yang ada diatas. ing yang hendak di pamerkan.

Gambar 4.54 sistem cincin interlocking Gambar 4.55 catenary arch Gambar 4.56 perspektif desain

81


CATALOG TITLE

Dibutuhkan + 1800 batu bata untuk membangun satu sisi dinding kubah (seperti yang ada pada gambar disamping).

Skala 1:50

Gambar 4.74 maket 1:50 alternatif desain

82


ISSUE #1 / MONTH 2018

83


CATALOG TITLE

(4.75)

Gambar 4.75 diagram desain

84


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.76) Gambar 4.76 tampak sisi desain

85


CATALOG TITLE

ANALISA KONSEP

MODULASI

Gambar analisa konsep ini menjelaskan bagaimana proses kerja dari Paviliun ini. Pada saat memasuki Paviliun melalui akses utama, pengunjung akan diajak berjalan menaiki jalur untuk dapat memasuki dome. Dengan adanya bukaan arch yang besar, memberikan kesan mengundang (merah). Setelah memasuki dome, pengunjung dapat melihat kantilever yang terbuat dari bata (ungu) yang bertujuan sebagai tempat untuk meletakkan benda penting. Selanjutnya pengunjung dapat berbelok kearah barat dan menemukan area pameran terbuka yang dibatasi oleh permainan elevasi dinding bata, untuk memberikan kesan batasan visual baik dari luar maupun dalam. Selanjutnya pengunjung dapat kembali kejalur yang menurun untuk keluar dari Paviliun.

Modulasi dari Paviliun ini menggunakan material bata yang disusun secara “Inter-Locking”, yaitu mengunci satu sama lain. Modulasi meliputi 4 bagian, tiap bagian A, B, C, dan D mengarah ke sisi yang berbeda-beda, namun tetap dalam jajaran horizontal dan vertikal. Keempat bagian modulasi tersebut sama-sama tersusun dari bata, dimana susunan batanya mengikuti lekukan kurva ditiap pinggir bagiannya. Pada bagian B terdapat bukaan berbentuk lingkaran sebagai tempat masuknya cahaya, maka penyusunan bata dibagian B akan sedikit berbeda dari modulasi yang lainnya.

(4.78)

(4.77)

Gambar 4.77 analisa konsep Gambar 4.78 Modulasi

86


ISSUE #1 / MONTH 2018

ESTETIKA

PENYALURAN GAYA

Bentuk Paviliun dengan konsep “Inter-Locking” memberikan kesan adanya dua elemen dengan bentuk yang berbeda, namun tetap tidak bisa dipisahkan. Tiap elemen memiliki kemiringan 30 derajat pada sisi utara, sehingga menimbulkan kesan yang mengundan dan menarik untuk dilihat dari arah lapangan titik kumpul warga sehari-hari.

Intensitas tekan dan tarik di model Paviliun ini harus seimbang sehingga kubah busur dapat menahan beban merata dan tidak rubuh. Gaya tekan yang terkuat berada pada bagian paling atas, karena harus menahan beban bata yang saling menopang satu sama lain, begitu juga dengan beban apabila terkena air hujan. Gaya tekan terbesar akan diterima pada keempat bagian kaki kubah busur, lalu disalurkan ke pondasi. Sedangkan gaya tarik berasal dari kurva busur itu sendiri.

(4.80)

(4.79)

Gambar 4.62 estetika Gambar 4.63 Penyaluran daya

87


CATALOG TITLE

DESAIN PRA-FINAL II

(4.81)

Desain Pra-Final II memiliki beberapa persamaan dengan desain sebelum (Pra-Final I) dengan konsep yang sama, serta ruang area terbuka yang terbentuk dari sirkulasi dinding bata berbentuk oval ini tetap diterapkan. Namun bentuk dari kubah menjadi simetris pada keempat sisi kubah.

Gambar 4.81 Desain Pra Final II

88


ISSUE #1 / MONTH 2018

(4.82)

(4.83) Gambar 4.82 Perspektif 1 Gambar 4.83 Perspektif 2

89


CATALOG TITLE

BAB 5

DESAIN FINAL Gambar 5.1 Render Desain Final

90


ISSUE #1 / MONTH 2018

Tahun 2019 ini, Mahasiswa/i Jurusan Arsitektur Universitas Pelita Harapan akan berkolaborasi dengan PT Nippon Paint, Jatiwangi Art Factory serta Warga Kampung Wates sendiri. Hasil dari kolaborasi berupa sebuah museum bernama Museum Wakare yang dibangun dalam rangka mengikuti kompetisi Indonesia Contemporary Ceramic Biennale (ICCB) ke-5, yang mencoba bereksplorasi dengan material keramik dan tanah liat dalam bereksperimentasi pada teknik struktur dan tektonik yang dikembangkan dari karakteristik elemen pembuatnya.

kebudayaan tanah tersebut dilakukan setiap tahunnya, sebagai pengingat dari peristiwa berpindah sementara warga Kampung Wates pada saat itu. Dengan adanya Museum Wakare ini, dapat menunjukkan silsilah dan sejarah Kampung Wates supaya budaya Kampung Wates dapat diketahui oleh generasi berikutnya. Terlebih bangunan ini dapat juga digunakan oleh warga sekitar sebagai area sosialisasi baru, dimana beberapa tempat duduk dan peneduh disediakan untuk mendorong interaksi sosial setiap harinya. Konsep besar yang diangkat pada Museum Wakare ini adalah “Inter-locking”.

Museum ini akan menjadi bangunan permanen dan berada tepat di depan Balai Desa Kampung Wates, Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.

Selain itu Museum ini diharapkan dapat mengubah paradigma yang ada di Jatiwangi, terhadap penggunaan Selain sebagai visi pemerintah Jatiwangi yaitu mem- batu bata yang biasa digunakan sebagai material pembentuk bangun kota terakota, Museum Wakare juga bertujuan se- dinding menjadi material pembentuk atap. bagai legitimasi atas lahan dan rumah tempat tinggal warga Konsep dan desain yang sudah dirancang oleh tim Kampung Wates. Nama Wakare diambil dari peristiwa kebudesain Museum Wakare bertujuan untuk mendorong dan dayaan dimana warga Kampung Wates memperingati permerealisasikan tujuan-tujuan seperti yang sudah disebutkan pindahan mereka ke wilayah Dukuh Peusing. Desa Jatisura, sebelumnya dengan prosesi gotong rumah sebagai simbolnya. Peristiwa

Gambar 5.2 Ilustrasi Museum Wakare

91


CATALOG TITLE

MUSEUM WAKARE LATAR BELAKANG INTENSI

tanpa terkesan mendikte/memaksa, alhasil lebih efektif.

“Wakare! Wakare!”

PENYUSUNAN CERITA

Kata ini merupakan perkataan yang dilontarkan para penjajah demi merebut tanah penduduk pada zaman kolonialisme. Semenjak itu, dijadikan inspirasi dan seringkali ditemukan di dalam banyak karya tulis dan lirik lagu lokal. Hingga saat ini, kata inilah paling besar pengaruhnya dalam mengenang sejarah dan memicu semangat juang desa Jatisura yang kaya nilai sejarah, sosial, dan budaya nya.

Jiwa Dalam Tanah

Memasuki dome besar Museum Wakare yang menarik perhatian, pengunjung disambut oleh gema langkah kaki, memantul dari dinding ke dinding. Mata kemudian diarahkan ke warna-warni podium dari rammed earth, gabungan dari 8 lapis tanah kampung Jatisura. Di atas podium tersebut, terdapat sertifikat tanah kebanggaan desa Jatisura. Menuju INTENSI ke atas, podium dikelilingi dengan mural yang dilukis pada bagian dalam langit-langit dome, menggambarkan berbagai Didirikan dengan niat untuk menjadi peringatan, peristiwa perjuangan masyarakat untuk mencapai pengapencapaian, dan harapan bagi kedelapan kampung di desa kuan kehadiran diri dan tanah mereka (sebagai contoh: gotJatisura. Dibangun dengan tujuan memperingati warga dan ong rumah, supranatural farming, jebor, pembentukan Hamemberi wawasan baru bagi pengunjung mengenai lokalitas nyaTerra, dst). dan identitas setempat. Diisi untuk menunjukkan wajah serta jiwa, dari desa Jatisura secara utuh. Gabungan dari ketiga objek menggambarkan keterikatan budaya desa dengan tanah, dengan semangat gotong KONSEP CERITA royong, dan cara hidup warga yang selalu penuh harapan, melihat ke depan. Narasi Museum Wakare memberikan otonomi kepada fikiran dan rasa pengunjungnya. Berada di Jatiwangi, selalu Mengabdi Pada Sejarah ada rasa keterikatan dengan diri, orang lain, dan sekitar. Pengunjung akan ditempatkan sebagai karakter utama dalam Dari depan, dinding menutupi sebagian dari kaki kisah ini, entah ruang waktu bagian mana yang Ia masuki ter- struktur raksasa. Warna-warna yang berbeda setiap lapisannlebih dahulu, konstruksi cerita yang didapat akan selalu sama ya segera menarik perhatian. “Museum Wakare,” menyambut karena ujung-ujungnya kisah ruang satu terhubung dengan ramah pengamat dari luar. Memasuki bagian dalam ruang di ruang lainnya dan tiap-tiap kisah membentuk narasi utuh balik dinding itu, terlihat nama-nama orang yang tidak dikeJatisura. nal. Siapa mereka? KONSEP PENGALAMAN

Di sinilah para pengunjung dapat benar-benar mendalami dan mengenal sejarah desa Jatisura dengan membaca Pengunjung diharapkan membawa pulang bekal garis waktu peristiwa serta melacak secara cepat para warga pengetahuan baru melalui pengalaman yang interaktif dan yang bertahun-tahun telah berkontribusi pada kebahagiaan efektif. Ruang dirancang untuk dapat menghasilkan kejadian kolektif rakyat. Hal ini menjadi simbol ikatan kekeluargaan belajar secara indrawi, menggunakan tiga panca indera yaitu desa Jatisura, ruang positif memeluk ruang sekitar tubuh pepenglihatan, pendengaran, dan perabaan hingga akhirnya, ngunjung, membawa nilai kekeluargaan secara langsung kemerasa. Sistem pembelajaran yang mengandalkan pengala- pada kaki pengamat. man empiris pengunjung memberikan ilmu dan informasi

92


ISSUE #1 / MONTH 2018

Dilihat, Diraba, Didengar

demi menjawab pertanyaan itu. Mengapa apel merah? Kenapa ketika lari harus berhati-hati? Apa perbedaan rasa garam Dari sela-sela ruang kaki struktur besar dapat dilihat dan lada? Terjawab atau tidak terjawabnya pertanyaan, sesinstalasi miniatur yang ditemani dinding pendek. Individu di- ederhana apapun itu, mau betul atau pun salah, kita selalu anjurkan untuk melihat secara dekat pori-pori material, mer- mempelajari hal baru dalam proses pencarian. aba tekstur dan bentuk fisik instalasi, serta masuk ke dalamnya untuk mendengarkan gema suaranya sendiri terpantul di Sadarkah kita kemampuan ini tidak pernah pupus? sekitar. Sekarang kita memiliki keingintahuan yang sama, hanya saja berada di titik waktu yang lebih jauh dari sebelumnya - lebih Objek memiliki intensi interaktif, menggunakan gaya dewasa dari sebelumnya. Hingga akhir hayat, manusia tidak pembelajaran yang menyenangkan. Pengamat dari segala akan pernah kehilangan bagian inti kita yang selalu curious/ kalangan umur dapat belajar hal baru melalui 3 panca indera penasaran. yaitu penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Di sini merupakan area lepas; bebas bereksplorasi, bebas berekspresi, Dome Besar - Discovery (constructivism) bebas berpikir. Apabila dianalogikan sebagai kereta, bagian Pembentukan konsep abstrak dilakukan sendiri, gaya ini adalah momen pelepasan uap di akhir perjalanan, di mana belajar secara internal melalui informasi yang disajikan secara kereta dapat melepas energi sisanya. Dalam artian lain, indivieksternal. Maka dari itu namanya konstruktivis, dalam artian du dapat bersantai ria. individu mencoba mengkonstruksi pengetahuan sendiri PENGORGANISASIAN PERISTIWA melalui proses induksi-deduksi. Dome Besar - Melihat bangunan, sekejap terlihat bah- Dinding Rammed Earth - Didactic (cognitivism) wa hirarki terletak pada dome besar dari bata. Dome ini merInformasi disajikan ke dalam tulisan. Individu mengupakan display tersendiri sekaligus naungan bagi objek utagunakan kemampuan kognitifnya secara aktif dengan memma yang ditampilkan. baca dan berpikir. Proses pengetahuan dilakukan secara inDinding Rammed Earth - Lapisan-lapisan tanah memi- ternal, menggunakan short & long term memory. liki simbolis tersendiri. Struktur tersebut merupakan tanda terjadinya gotong royong serta perwujudan usaha warga da- Dome Kecil - Stimuli, response (behaviorism) lam membangun ikatan-ikatan narasi melalui museum. Maka Individu pada bagian ini berpikir secara pasif dengan dari itu, objek tampilan menceritakan silsilah keluarga desa belajar melalui proses eksternal. Maka dari itu, area ini memdari waktu ke waktu dan peristiwa yang telah terjadi dalam pergunakan panca indera sebagai aspek interaktif dengan ingaris waktu desa Jatisura. stalasi. Dome Kecil, Tempat Duduk - Bagian ini memegang instalasi dome yang lebih kecil, untuk mendorong para pe- SIRKULASI ngunjung dalam menggunakan panca inderanya. Tempat circulation - Desain menerapkan sistem sirkulasi duduk akan menjadi area peristirahatan sekaligus ruang kon- bebas. Free Dengan menghilangkan batasan pengunjung dalam templatif. bereksplorasi, ruang dapat berlaku selayaknya taman bermain dan memberikan kesan playfulness. LEARNING THEORY Ingat sewaktu kecil kita selalu memiliki rasa keingintahuan terhadap dunia sekitar? Muncul pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran yang pada akhirnya, penjelajahan kita tempuh

93


CATALOG TITLE

5.3

5.4)

5.5)

(5.6)

(5.7)

(5.8)

Gambar 5.3 Tampak Atas Line Drawing Gambar 5.4 Tampak Atas Render Gambar 5.5 Perspektif A Gambar 5.6 Perspektif B Gambar 5.7 Potongan A Gambar 5.8 Potongan B

94


ISSUE #1 / MONTH 2018

(5.9)

(5.10)

(5.11)

(5.12)

(5.13)

(5.14)

Gambar 5.9 Perspektif dengan Pondasi Gambar 5.10 Perspektif 1 Gambar 5.11 Perspektif 2 Gambar 5.12 Perspektif 3 Gambar 5.13 Perspektif Interior 1 Gambar 5.14 Perspektif Interior 2

95


CATALOG TITLE

MUSEUM WAKARE Konsep besar dari Museum Wakare ini adalah ‘Inter-locking’. Konsep tersebut diambil dalam langkah menjawab salah satu tujuan dibangunnya Museum ini, yaitu sebagai tempat persatuan. Inter-locking yang digambarkan melalui dua elemen museum yaitu, Paviliun itu sendiri (dome) dengan plataran (rammed earth). Kedua elemen tersebut menggambarkan cincin yang saling mengunci (inter-locking). Hal ini melambangkan persatuan dan kerjasama antara Universitas Pelita Harapan dengan warga Kampung Wates.

ya menggunakan material batu bata yang diproduksi oleh pabrik lokal di daerah Jatiwangi. Tujuan penting lainnya dari didirikannya bangunan ini adalah sebagai simbol legitimasi tanah warga kampung wates. Selanjutnya Museum ini diharapkan agar dapat dijadikan sebagai tempat bersosialisasi yang baru, dan menjadi sarana persatuan antara berbagai macam kalangan warga. Yang terakhir Museum ini diharapkan agar dapat mengubah paradigma yang terdapat di Jatiwangi, dimana batu bata yang biasa digunakan hanya untuk pembangunan dinding, juga dapat digunakan untuk pembangunan Museum yang diharapkan akan menjadi ikon di Kam- atap. pung Wates ini dibangun dengan beberapa tujuan penting. Museum ini nantinya akan berkontribusi dalam mewujudkan Setelah melalui pertimbangan panjang, desain final visi pemerintah Jatiwangi dalam membangun kota Terrakota. yang akan dibangun merujuk kembali kepada desain pra-fiJatiwangi ini terkenal dengan hasil produksi tanahnya, oleh nal I. Desain ini dipilih karena desainnya yang paling sesuai karena itu pembangunan Museum Wakare ini sepenuhn- dengan tujuan serta konsep yang ingin diterapkan.

96


ISSUE #1 / MONTH 2018

Gambar 5.15 Render Desain Final

97


CATALOG TITLE

LOKASI TAPAK Tapak yang berlokasi di Kampung Wates, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, memiliki tanah dengan ukuran 9m x 9m atau 81 m persegi. Pada bagian Utara dan Selatan tapak terdapat beberapa rumah warga Kampung Wates. Begitupun, pada bagian utara, terdapat jalan kecil menuju ke desa Wates dimana hanya dapat dilewati transportasi motor maupun warga. Sedangkan pada bagian Barat merupakan Jalan Raya Lanud Sukani sebagai jalan utama yang sering dilalui oleh kendaraan masyarakat umum Jatiwangi, dan pada bagian Timur terdapat sebuah bangunan Posyandu milik Kampung Wates, yang biasa digunakan untuk tempat berkumpulnya warga.

nya terdapat beberapa titik vegetasi pada area sekitar tapak, akan tetapi tapak ini memiliki potensi sebagai sarana pemikat pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Uniknya, tapak tersebut mempunyai sejarahnya tersendiri, dan juga terlibat secara tidak langsung dalam banyak proses perseteruan dan perjuangan Jatiwangi atas hak tanahnya. Pada dulunya, warga Jatiwangi pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang dalam peristiwa kulturstelsel dan ini mengakibatkan banyak tanah Jatiwangi dipakai semena-mena. Dengan demikian, ini terlebih lagi menguak jiwa satu Jatiwangi untuk melanjutkan kepercayaan mereka, bahwa tanah merupakan gagasan.

Dengan lokasi yang diapit oleh dua akses jalan, yakni Salah satu area tanah yang masih dirundingkan dan jalan publik (Jalan Raya Lanud Sukani) dan jalan yang lebih “privat” (jalan ke desa wates), maka site menjadi sangat strat- belum termasuk kepemilikan Jatiwangi adalah tapak site ini. egis dalam menarik orang lokal ataupun orang yang hanya Lokasi ini, kononnya (dan masih sekarang) pernah dilanda oleh anggota TNI AU. Dengan demikian, perlu ada sebuah melewati jalan raya dari dua arah. dobrakan atau pergerakan yang hakiki untuk mencetuskan Area yang akan dibangun menjadi Museum ini, sebel- sebuah “statement” kepada semua pihak, termasuk kaum sepumnya merupakan sebuah lapangan yang digunakan warga erti TNI AU, bahwa: sebagai tempat berkumpul dan tempat diadakannya acara. Terdapat sebuah landmark, hasil karya kerja sama antara war- “Tanah ini adalah kepunyaan Jatiwangi. Tanah ini merupakan ga Kampung Wates dengan Bpk. Ridwan Kamil (Arsitek & Gu- hak Jatiwangi. Tanah ini merupakan gagasan bagi Jatiwangi.” bernur Jawa Barat Periode 2018 - 2023), yang terbuat dari maMengikuti kepercayaan warga Jatiwangi bahwa tanah terial bambu dan berbentuk huruf ‘W’ sebagai perlambangan adalah sebuah gagasan, setiap rumah yang berada pada bakampung Wates. Pada dasarnya tapak tersebut terdiri dari gian utara dan selatan menggunakan atap genteng, yakni empat kavling, kemudian setelah melewati diskusi bersama, berasal juga dari pengolahan tanah. Dengan menggunakan diambilah sebuah kesepekatan yang memperbolehkan satu material batu bata – bukan kayu, bukan besi beton ataupun bagian tanah (satu kavling) untuk di jadikan Museum Wakare. batu, tetapi hanya batu bata – pada Museum Wakare ini, maka Jenis tanah yang berada pada tapak tersebut ter- mengalirlah esensi “tanah” sebagai gagasan kepada keselurugolong sebagai tanah berbatu, sehingga memiliki daya han tapak site. dukung yang baik dalam konstruksi bangunan. Sebelum Begitupun, material “rammed earth” – yang dipakai sepembangunan, tapak memiliki kemiringan tanah, dengan titbagai ornamen (tempat duduk) maupun bangunan struktural ik tertinggi pada jalan raya (Barat) dan titik terendah pada ba(ramp) – merupakan hasil olahan berbagai tanah yang ditumngunan Posyandu (Timur). Kemudian tapak ditimbun dengan buk hingga keras. tanah setinggi 20cm, sehingga kontur tanah menjadi datar. Vegetasi yang ada pada tapak tersebut termasuk minim, ha-

98


ISSUE #1 / MONTH 2018

Tampak 1

(5.16)

Tampak 1

(5.17) Gambar 5.16 Denah Desain Final Gambar 5.17 Tampak Sisi Desain

99


CATALOG TITLE

Perspektif suasana sisi Barat pada siang hari.

Gambar 5.18 Render Design FInal 2

100


ISSUE #1 / MONTH 2018

101


CATALOG TITLE

Perspektif suasana sisi Selatan pada siang hari

Gambar 5.19 Render Desain FInal 3

102


ISSUE #1 / MONTH 2018

103


CATALOG TITLE

Perspektif suasana sisi Barat pada siang hari

Gambar 5.20 Render Desain Final 4

104


ISSUE #1 / MONTH 2018

105


CATALOG TITLE

Perspektif suasana sisi Barat pada malam hari.

Gambar 5.21 Render Desain FInal 5

106


ISSUE #1 / MONTH 2018

107


CATALOG TITLE

Catenary dome ini memiliki 4 pondasi dan titik tengah setinggi 3600 mm dari tanah dan lebar 4020mm tiap sisi . Batu bata bagian bawah (berwarna kuning) disusun secara header mengunakan batu bata pabrik sedangkan untuk bagian atas yaitu stretcher mengunakan batu bata tradisional

(5.22) Gambar 5.22 Detail PenempatanPondasi

108


ISSUE #1 / MONTH 2018

Tampak perspektif dari bawah yang menunjukkan bentuk dan posisi pondasi . Perspektif dari berbagai sisi catenary yang menunjukan pondasi, axis dan susunan bata dari bagian atas dome.

(5.23)

Gambar 5.23 Detail dari Bentuk Dome

109


CATALOG TITLE

Pondasi memiliki bentuk yang mengikuti susunan pola bata catenary dome. Karena ingin mengikuti bentuk dari arch tersebut, pondasi menerus setapak yang disesuaikan kemiringannya digunakan.

(5.24) Gambar 5.24 Detail Struktur Pondasi 3

110


ISSUE #1 / MONTH 2018

Detail dari pondasi yang menunjukkan rangka besi dan derajat kemiringan setiap sisi pondasi.

(5.25) Gambar 5.25 Detail Struktur Pondasi 4

111


CATALOG TITLE

Besi ulir sebagai tulangan pondasi digunakan untuk rangka yang menyambungkan pondasi dan batu bata. Pondasi ini memiliki kemiringan 121 derajat dengan panjang 1738 mm pada sisi terluarnya. Untuk kemiringan dalam memiliki panjang 655 mm, dan diteruskan dengan pondasi sedalam 1000 mm.

(5.26) Gambar 5.26 Detail Struktur Pondasi 3

112


ISSUE #1 / MONTH 2018

(5.27)

Gambar 5.27 Detail Struktur Pondasi 4

113


CATALOG TITLE

BAB 6

PEMBANGUNAN Gambar 6.1 Foto Masa Pembangunan Museum Wakare

114


ISSUE #1 / MONTH 2018

(6.2)

Segala bentuk progres dimulai jauh sebelum pembangunan pada tapak bahkan dimulai. Setelah menyelesaikan serangkaian uji coba dan membuat beberapa desain alternatif, tim dari UPH perlu melakukan sosialisasi serta diskuski dengan pihak JAF serta warga Kampung Wates. Melalui diskusi tersebut ditemukan beberapa kendala yang dapat menghambat proses pembangunan seperti lokasi tapak yang masih diperdebatkan. Namun melalui diskusi akhirnya dapat ditetapkan lokasi tapak yang berada di lapangan Balai Desa Kampung Wates.

kan terlebih dahulu sebelum dapat dilanjutkan proses pembangunan bagian lainnya. Hal ini sempat mengulur jadwal kerja yang sudah ditetapkan, namun dengan kerjasama dan gotong royong yang baik, pondasi dan sloof dapat diperbaiki. Setelah perbaikan pondasi dan sloof selesai, Seluruh Tim dari UPH dan warga Kampung Wates bersama-sama membantu menyelesaikan Museum Wates.

Selama 8 hari berlangsung, hubungan antara tim dari UPH dengan warga semakin erat, kerjasama pun semakin baik sehingga pengerjaannya pun semakin menyenangkan. Pada Setelah melakukan beberapa perjalanan singkat den- hari ke-8 pengerjaan baru mencapai 40%, dengan berat hati gan mengirimkan perwakilan dari UPH, untuk melakukan Tim dari UPH harus kembali ke Jakarta. Beberapa perwakilan evaluasi. Seluruh tim UPH sepakat untuk berangkat menuju diputuskan untuk menetap dan membantu proses pengerJatiwangi pada tanggal 20 Juni 2019. Tim yang terdiri dari 34 jaan, secara bergilir, hingga akhir pembangunan. mahasiswa dan 2 dosen ini, menetap di Jatiwangi selama 8 Secara keseluruhan proses pembangunan berjalan hari. sangat baik. Hubungan antara UPH dengan semua pihak Dikarenakan jeda waktu yang pendek, beberapa kon- yang bersangkutan semakin erat. Meskipun terdapat beberastruksi elemen dome, seperti pondasi dan sloof, dikerjakan pa hambatan, namun dengan kerja sama dan gotong royong, oleh warga Kampung Wates sebelum tim dari UPH sampai di semua hambatan tersebut dapat diselesaikan. Pada akhirnya, Jatiwangi. Namun terdapat sedikit kesalahpahaman antara Museum Wakare dapat berdiri dengan kokoh. Terlepas dari Tim dari UPH dengan pihak yang membangun, sehingga pon- konsep dan tujuan utama (sebagai area bersosialisasi) Musedasi dan sloof tidak sesuai dengan desain yang sudah dibuat um Wakare diharapkan akan menjadi simbol kerjasama yang sebelumnya. Oleh karena itu pondasi dan sloof harus dibenar- baik antara UPH dengan warga Kampung Wates.

Gambar 6.2 Museum Wakare

115


CATALOG TITLE

PRA PEMBANGUNAN Museum Wakare ini adalah hasil kerja sama dari warga, Jatiwangi Art Factory (JAF), dan Universitas Pelita Harapan (UPH). Mahasiswa Universitas Pelita Harapan merencanakan keseluruhan desain, konsep, dan struktur untuk museum tersebut. Dalam merencanakan hal tersebut banyak terjadi halangan serta tantangan, mulai dari pengenalan tentang material bata, yang harus dikenal secara matang, dan juga mengenal struktur bentuk bangunan yang tidak biasa. Bentuk yang tidak biasa ini disebut sebagai Catenary , mahasiswa dari UPH dibantu dengan para dosen membuat beberapa alternatif desain yang memenuhi segala aspek dan visi Kampung Wates.

(6.3)

(6.4) Gambar 6.3 Analisa Dosen dan Asistensi Dosen Gambar 6.4 Presentasi Desain Museum Wakare Gambar 6.5 Analisa Siswa dalam Penyelesaian Tugas

116

(6.5)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PRESENTASI DESAIN DAN PERIJINAN Setelah desain dari Museum Wakare ini sudah masuk ke titik akhir, perwakilan dari Universitas datang ke Jatiwangi untuk bertemu dengan perwakilan Jatiwangi Art Factory untuk mempresentasikan hasil desain, konsep dan struktur dari bangunan tersebut. Dalam pertemuan ini, didiskusikan segala kendala dan kekurangan yang masih ada dalam hasil desain tersebut. Pada malam hari tim dari UPH dan JAF mengunjungi Kampung Wates untuk bertemu dengan kepala desa dan warga untuk meminta ijin dan mempresentasikan kembali hasil desain dari tim UPH.

(6.6)

(6.7) Gambar 6.6 Presentasi Desain ke JAF Gambar 6.7 Meminta Perijinan Warga Wates Gambar 6.8 Analisa Cara Kerja Lapangan

117

(6.8)


CATALOG TITLE

ANALISA LAPANGAN Perijinan sudah selesai, tim dari UPH dan JAF menganalisa tapak untuk pembangunan Museum Wakare. Tim dari UPH mulai menganalisa mulai dari pengukuran lahan tanah serta memberikan tanda untuk perhitungan besar bangunan.

(6.9)

(6.10) Gambar 6.9 Pengecekan Tapak Gambar 6.10 Analisa Sekitar Gambar 6.11 Analisa Penempatan Pondasi

118

(6.11)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGGALIAN PONDASI Awal mula pembangunan museum dimulai dari penggalian pondasi, dalam projek pembangunan museum ini, mendapatkan bantuan dari Pak Ginggih. Beliau merupakan salah satu ahli struktur yang terkenal di daerah Jatiwangi. Ia membantu mengawasi dan memperhitungkan pekerjaan di lapangan.

(6.12)

(6.13) Gambar 6.13 Mulainya Penggalian Pondasi Gambar 6.14 Pengumpulan Bahan Material Gambar 6.15 Hasil Penggalian

119

(6.14)


CATALOG TITLE

PEMASANGAN PONDASI Setelah penggalian pondasi selesai, struktur dari baja ulir dimasukan kedalam galian oleh para warga dan diperhitungkan kembali ukuran dan dimensi secara tepat. Lalu warga membuat cetakan disekitar baja ulir yang akan diisi oleh semen sehingga menjadi struktur pondasi setempat.

(6.15)

(6.16) Gambar 6.15 Mulai Menempatkan Besi Ulir Gambar 6.16 Memberikan Besi Ulir ke Empat Sisi Gambar 6.17 Mulai Pembentukan Pondasi

120

(6.17)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGECORAN Hari pertama, tim dari UPH datang kembali ke Jatiwangi pada tanggal 21 Juli 2019 untuk mengawasi hasil pembangunan, dan bergotong-royong dengan warga setempat untuk membangunan museum Wakare. Tim dari UPH datang setelah pembangunan pondasi telah selesai dan pondasi sudah mengering, setelah diperhitungkan dan diawasi kembali tim pembangunan Museum Wakare menemukan masalah, dimana jarak antara pondasi dan bentuk pondasi yang tidak sesuai. Waktu pembangunan menjadi terulur akibat masalah tersebut.

(6.18)

(6.19) Gambar 6.18 Pengecoran Pondasi Gambar 6.19 Bekisting dari Pondasi Gambar 6.20 Penyangga Bekisting

121

(6.20)


CATALOG TITLE

RANGKA BEKISTING Hari kedua, tim dari pembangunan Museum Wakare berhasil untuk memperbaiki dan melanjutkan kembali pembangunan dari museum tersebut. Tim pembangunan museum ini terbagi menjadi dua yaitu tim lapangan dan tim bekisting, pada saat tim lapangan berkerja mengawasi dan bergotong royong dengan warga membangun museum, tim bekisting membuat cetakan untuk bagian rammed earth di workshop JAF.

(6.21)

(6.22) Gambar 6.21 Proses Pembuatan Rangka Catenary Gambar 6.22 Proses Pembuatan Bekisting Rammed Earth Gambar 6.23 Pengukuran Ulang Pondasi

122

(6.23)


ISSUE #1 / MONTH 2018

RANGKA BEKISTING Hari ketiga, tim lapangan menyelesaikan kisi dari bangunan catenary dan membuat batasan untuk rammed earth. sedangkan tim bekisting menyesaikan tulangan untuk cetakan rammed earth agar dapat berdiri. Gotong royong antara warga dengan dengan tim pendukung berjalan dengan lancar dan menjadi mudah karena kedua belah pihak sudah saling mengena, sehingga kerja sama berlajan dengan baik.

(6.24)

(6.25) Gambar 6.24 Proses Pembuatan Rangka Catenary Gambar 6.25 Proses Pembuatan rangka Bekisting Gambar 6.26 Hasil Rangka dari 2 Vault

123

(6.26)


CATALOG TITLE

RANGKA BEKISTING Hari keempat, tim pengawas Museum Wakare mulai turun tangan dalam pemasangan batu nol daripada arch pertama yang sudah dipasang. Satu hal yang sedikit sulit dari pembangunan arch tersebut adalah bagaimana sudut besi ulir perlu dipikir ulang, sekaligus dibengkokkan agar pada saat pemasangan batu bata lainnya akan membentuk sebuah lengkungan yang ideal.

(6.27)

(6.28) Gambar 6.27 Proses Pembuatan Bekisting Catenary Gambar 6.28 Proses Pembuatan Mal dari Rammed Earth Gambar 6.29 Bekisting Rammed Earth

124

(6.29)


ISSUE #1 / MONTH 2018

RANGKA BEKISTING Hari kelima, dimulainya penggabungan tim dari JaF (tim pembuat bekisting rammed earth dari kelas narasi dan kelas studi tektonik material) dan tim pengawas Museum Wakare di tapak.Semua bekisting rammed earth, peralatan menumbuk tanah dan juga alat bantu pembuat dome dibawa ke tapak. Arch pertama dari dome ini sudah selesai dibangun, begitu juga dengan bekisting pada rammed earth.

(6.30)

(6.31) Gambar 6.30 Rangka Catenary Hampir Selesai Gambar 6.31 Pemasukan Bata Pada Pondasi Gambar 6.32 Percobaan Penggabungan Bekisting

125

(6.32)


CATALOG TITLE

PEMBUATAN ARCH PERTAMA Pada hari keenam, pembuatan bekisting untuk dinding rammed earth telah selesai. Sehingga bekisting tersebut dapat dipindahkan dari workshop JAF menuju lokasi. Setelah bekisting diletakan pada posisi yang tepat, bekisting tersebut dihubungkan satu sama lainnya menggunakan besi ulir 8mm. Pada saat bersamaan, pengerjaan dome sudah mencapai titik pemasangan bata pada satu bagian sisi arch.

(6.33)

(6.34) Gambar 6.33 Mulai Pemasangan Bata Pada Vault Pertama Gambar 6.34 Proses PembuatanVault Pertama Gambar 6.35 Pemasangan Bekisting Pada Site

126

(6.35)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENYELESAIAN ARCH DAN PEMBUATAN CASING Pada hari ketujuh, keempat sisi catenary arch telah selesai disusun dengan batu bata. Menjelang siang hari, dilaksanakan festival penumbukan, dengan adanya gotong-royong antara mahasiswa Universitas Pelita Harapan dengan warga Kampung Wates. Pada festival ini Direktur Jendral Hilmar Farid sempat melakukan pengawasan lapangan, sekaligus berpartisipasi di acara festival tersebut. Setelah festival selesai, dimulailah proses pemasangan rib bekisting.

(6.36)

(6.37) Gambar 6.36 Proses Pembuatan Grid Catenary Gambar 6.37 Pembuatan Mini Dome Gambar 6.38 Material Tanah Merah

127

(6.38)


CATALOG TITLE

PENYELESAIAN BEKISTING Pada hari ke delapan, penyelesaian empat besi bekisting pada struktur catenary dome telah dilakukan oleh tim studi tektonik material. Miniatur dome batu bata masih pada tahap pengerjaan.

(6.39)

(6.40) Gambar 6.39 Mulai Pemasangan Bata Pada Catenary Dome Gambar 6.40 Proses Pembuatan Grid Gambar 6.41 Pemasangan Grid

128

(6.41)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGERJAAN DOME BATU BATA Hari ke sembilan, terdapat sedikit hambatan dengan lapisan dome yang semakin runcing, namun hambatan tersebut sudah diselesaikan sehingga miniatur dome batu bata dapat dilanjutkan pengerjaannya. Pengerjaan badan dome sudah mencapai 5 tumpuk.

(6.42)

(6.43) Gambar 6.42Gambar Keseluruhan Proses Gambar 6.43 Proses Mini Dome Gambar 6.44 Proses Pemasangan Bata pada Catenary

129

(6.44)


CATALOG TITLE

PENYELESAIAN BEKISTING Pada hari ke sepuluh, struktur rammed earth mengalami kerusakan minim, dimana bekisting bagian bawah sedikit mulai retak. Miniatur dome sudah diselesaikan oleh tim Narasi Arsitektur dan Studi Tektonik Material. Tim Narasi Arsitektur juga sudah memutuskan untuk membobol bagian bawah tempat duduk rammed earth, namun masih perlu dipikirkan lagi rencana kedepan. Selain itu, pengerjaan badan dome juga mengalami sedikit hambatan pada pemasangan batu bata. Progres pengerjaan badan dome sudah mencapai 9 tumpuk.

(6.45)

(6.46) Gambar 6.45 Mulai Pemasangan Bata Pada Catenary Dome Gambar 6.46 Mini Dome Sudah Selesai Gambar 6.47 Grid Menahan Bentuk Catenary

130

(6.47)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGERJAAN DOME BATU BATA Hari ke sebelas, struktur rammed earth sudah mencapai 95%, namun, bekisting kayu masih perlu dilepas. Untuk tempat dudukan minatur rammed earth sudah dilakukan pencobaan untuk menutupi bagian bawah batu bata dengan mortar. Proses pengerjaan dome sudah mencapai 14 – 15 tumpuk.

(6.48)

(6.49) Gambar 6.48 Gambar Keseluruhan Proses Gambar 6.49 Proses Pembuatan Altar Gambar 6.50 Proses Finishing Mini Dome

131

(6.50)


CATALOG TITLE

PROSES PENYELESAIAN Pada hari ke dua belas, tempat dudukan miniatur rammed earth yang rusak sudah selesai ditutupi dengan batu bata dan mortar. Selain itu, minatur dome telah diberi nat, dan tinggal diperhalus dengan gerindra sehingga warna batu bata lebih jelas. Proses pengerjaan dome sudah mencapai 19 - 20 tumpuk. Karena elemen batu bata tertutupi campuran semen pada keempat sisinya, beberapa lapisan batu bata di bagian bawah dome sudah mulai dibersihkan dan ditambahkan sedikit nat.

(6.51)

(6.52) Gambar 6.51 Proses Keseluruhan Gambar 6.52 Pemasangan Bekisting Bambu Gambar 6.53 Proses Pembuatan Altar

132

(6.53)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGERJAAN DOME BATU BATA Hari ke tiga belas, proses dome sudah mencapai 23 - 24 tumpuk, dan mencapai 95% penyelesaian. Pembersihan batu bata yang tertutupi oleh semen sudah mencapai 8 - 9 lapisan pada keempat sisi.

(6.54)

(6.55) Gambar 6.54 Pengerjaan Dome 95% Gambar 6.55 Pengeringan Rammed Earth Gambar 6.56 Proses Catenary Dome

133

(6.56)


CATALOG TITLE

PROSES PENYELESAIAN Pada hari ke empat belas, proses dome dan struktur rammed earth (termasuk pembukaan bekisting rammed earth) sudah mencapai 100%. Walkway berbentuk cincin sudah mulai dipasang dengan batu bata.

(6.57)

(6.58) Gambar 6.57 Proses Keseluruhan Gambar 6.58 Pemasangan Bekisting Bambu Gambar 6.59 Proses Pembuatan Altar

134

(6.59)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGERJAAN DOME BATU BATA Hari ke lima belas, tim studi tektonik material melanjutkan pembersihan dome (dengan pemberian nat). Area ring walkway perlu ditambahkan 60 cm dikarenakan area tapak yang kurang cukup.

(6.60)

(6.61) Gambar 6.60 Pengerjaan Dome 95% Gambar 6.61 Pengeringan Rammed Earth Gambar 6.62 Proses Catenary Dome

135

(6.62)


CATALOG TITLE

PROSES PENYELESAIAN Pada hari ke enam belas, pembongkaran struktur penopang bambu pada bagian dalam dome sudah mulai berjalan. Tim narasi arsitektur dan studi tektonik material bersama-sama mengecat setiap batu bata pada miniatur dome dengan cat berwarna merah. Bekisting rammed earth juga sudah mulai ditambahkan hingga ke bagian dalam dome agar konsep “mengunci” semakin nyata. Kemudian, pembangunan ring walkway sudah mencapai 20%.

(6.63)

(6.64) Gambar 6.63 Proses Keseluruhan Gambar 6.64 Pemasangan Bekisting Bambu Gambar 6.65 Proses Pembuatan Altar

136

(6.65)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGERJAAN DOME BATU BATA Hari ke tujuh belas, pembongkaran struktur penopang bambu pada bagian dalam dome sudah mencapai 75%. Selain itu, bagian dalam miniatur dome sudah dilapisi dengan nat agar permukaan dalam lebih halus dan terkesan bersih. Hal ini juga dilakukan agar tim Narasi Arsitektur dapat merencanakan cara pemasangan mini speaker pada bagian dalam dome kecil. Selanjutnya, dinding kurva rammed earth dilanjutkan hingga mencapai bagian dalam dome, tinggal menunggu hingga kering sebelum dapat dibuka bekistingnya. Progress pembangunan ring walkway sudah mencapai 95%.

(6.66)

(6.67) Gambar 6.66 Pengerjaan Dome 95% Gambar 6.67 Pengeringan Rammed Earth Gambar 6.68 Proses Catenary Dome

137

(6.68)


CATALOG TITLE

PENGERJAAN DETAIL Pada hari ke delapan belas, struktur penopang bambu pada bagian dalam dome sudah selesai dibongkar. Struktur rammed earth sudah selesai dibuat dan tinggal melewati proses pengawetan. Dudukan rammed earth diberikan lapisan alas material adobe brick agar terlihat lebih rapi dan halus permukaannya. Berikutnya, struktur rammed earth untuk penempatan sertifikat sudah mulai progress sekitar 50%. Pembangunan ring walkway sudah mencapai 100%.

(6.69)

(6.70) Gambar 6.69Proses Keseluruhan Gambar 6.70 Pemasangan Bekisting Bambu Gambar 6.71 Proses Pembuatan Altar

138

(6.71)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PEMASANGAN UBIN KONSEP Hari ke sembilan belas, ring walkway dilanjutkan pada bagian dalam dome besar, sehingga berbentuk elips. Namun, agar ruang di dalam dome besar tidak terlalu sempit, maka ring walkway dibiarkan masuk ke dalam tanah. Dengan ini, ring walkway masih akan terlihat secara visual tanpa mengorbankan ruang bagi pengunjung untuk eksplorasi di dalam dome. Proses struktur rammed earth untuk penyangga sertifikat, sudah mencapai progress 90%. Selanjutnya, tim Narasi Arstitektur sudah memikirkan bagaimana memasukkan ubin-ubin yang menjelaskan konsep “Museum Wakare” ke dalam dudukan rammed earth. Setelah memberikan lapisan material adobe pada alas duduk, sebuah lapisan adobe yang berikutnya akan diberikan untuk menahan masing-masing ubin pada alas duduk. Setiap ubin akan terlihat menyatu dengan alas duduk. Selain itu, plesteran pada bagian dalam dome kecil sudah diperhalus dan diberikan cat berwarna putih. (6.72)

(6.73) Gambar 6.72 Pengerjaan Dome 95% Gambar 6.73 Pengeringan Rammed Earth Gambar 6.74 Proses Catenary Dome

139

(6.74)


CATALOG TITLE

PROSES MERAPIHKAN BATA Pada hari ke dua puluh, dikarenakan plesteran masih terlihat terlalu tebal, hal ini dapat menutupi warna bata yang seharusnya menyolok. Sehingga plaster dicat menggunakan warna tigerstripe (salah satu nippon paint yang berwarna merah). Kemudian, sebagai solusi atas permasalahan susunan batu bata yang kurang rapi pada kaki dome dan pondasi, maka bagian tersebut kembali diplaster. Setelah itu, plesteran tersebut perlu diberikan pola goresan yang mirip seperti susunan batu bata dan dicat dengan warna yang sama.

(6.75)

(6.76) Gambar 6.75 Proses Keseluruhan Gambar 6.76 Pemasangan Bekisting Bambu Gambar 6.77 Proses Pembuatan Altar

140

(6.77)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PERBAIKAN LAMPU & KONTUR TANAH Hari ke dua puluh satu libur idul adha sehingga pengerjaan dilanjutkan pada keesokan hari nya, pada hari ke dua pulus dua permasalahan lampu signage sudah diperbaiki, dan dengan demikian, bisa menyala lagi. Perataan tanah dilakukan pada beberapa bagian “Museum Wakare”. Hari ke dua puluh dua, Permasalahan lampu signage, yang sebelumnya tidak dapat menyala, kini sudah diperbaiki, dan dengan demikian, lampu dapat menyala lagi. Perataan tanah dilakukan pada beberapa area yang memiliki kontur.

(6.78)

(6.79) Gambar 6.78 Pengerjaan Dome 95% Gambar 6.79 Lapisan adobe Gambar 6.80 Proses perataan

141

(6.80)


CATALOG TITLE

PEMASANGAN SERTIFIKAT Pada hari ke dua puluh tiga,sertifikat peresmian sudah ditempatkan pada struktur rammed earth yang berada di dalam catenary dome. selain itu, dikarenakan masih terlihat terdapat beberapa bagian yang retak an pada struktur dinding rammed earth, maka retakan tersebut dilapisi dengan material adobe. Selain itu dinding kurva rammed earth juga dilapisi oleh coating pelapis batu alam agar lebih awet.

(6.81)

(6.82) Gambar 6.81 Signage Gambar 6.82 Perataan Gambar 6.83 Proses lapisan

142

(6.47)


ISSUE #1 / MONTH 2018

PENGECATAN DOME Pada hari ke dua puluh empat, material adobe pada area-area yang retak sudah mengering. Pengecatan dome besar, dome kecil dan ring walkway dengan cat nippon paint yang berwarna tigerstripe mulai dilakukan. Ubin-ubin ilustrasi sejarah “wakare” sudah mulai dibakar setelah melewati proses pengeringan. Area penerangan dengan lampu tipe spotlight sudah dipasang pada beberapa titik.

(6.84)

(6.85) Gambar 6.84 Pengerjaan Dome 98% Gambar 6.85 Area spotlight Gambar 6.86 Finishing Catenary Dome

143

(6.86)


CATALOG TITLE

PEMASANGAN SIGNAGE Pada hari ke dua puluh lima, pengecatan ring walkway telah selesai.Signage yang bertuliskan Museum Wakare pun telah dipasang. Untuk bagian landscaping, mahasiswa dari kedua kelas telah merencanakan aspek estetika museum dan alur pengunjung sekaligus meletakkan berbagai varian tanaman pada beberapa spot di site.

(6.87)

(6.88) Gambar 6.87 Proses Pengecatan Gambar 6.88 Landscapping area Dome Gambar 6.89 Hasil finishing

144

(6.89)


ISSUE #1 / MONTH 2018

FINALISASI & PERESMIAN Pada hari ke dua puluh enam, struktur rangka bambu bagian terakhir yang menahan bagian dalam catenary dome sudah dibongkar, sehingga bagian dalam catenary dome sudah terbebas dari rangka. Pemasangan plat akrilik yang berisi silsilah warga Jatiwangi sudah dipasang pada bagian dalam dinding rammed earth. Bagian dalam dome kecil sudah dipasang dengan mini speaker, agar pengunjung dapat mendengarkan lagu “Wakare”. Pembangunan Museum Wakare sudah selesai. Namun, perencanaan pencahayaan untuk penerangan struktur rammed earth bagi penempatan sertifikat masih perlu dibicarakan setelah selesai acara peresmian.

(6.90)

(6.91) Gambar 6.90 Tampak samping Dome Gambar 6.91 Interior dalam Dome Gambar 6.92 Exterior Dome

145

(6.92)


CATALOG TITLE

PERESMIAN MUSEUM Peresmian dilakukan bersama dengan warga kampung Wates, perwakilan JAF, perwakilan BAPPEDA Majalengka, serta mahasiswa dan dosen UPH.

(6.93)

(6.94) Gambar 6.45 Hasil akhir Museum Wakare Gambar 6.46 Suasana Peresmian Gambar 6.47 Foto Peresmian Museum Wakare

146

(6.95)


ISSUE #1 / MONTH 2018

TRADISI WAKARE Tradisi yang dimulai dengan pertujukan sejarah melalu drama singkat yang dibawakan oleh warga kampung Wates, menggambarkan keadaan pada zaman penjajahan Jepang, dimana warga kampung Wates yang saat itu terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Kemudian proses dilanjutkan dengan tradisi menggotong rumah dengan arak-arakan bersama seluruh warga kampung Wates. Prosesi tersebut menggambarkan warga kampung wates akan hak akan tanah yang mereka tinggalkan saat perang tahun 1942. Prosesi ditutup dengan makan bersama.

(6.96)

(6.97) Gambar 6.96 Festival tradisi Wakare Gambar 6.97 Suasana festival Gambar 6.98 Kegiatan sekitar

147

(6.98)


CATALOG TITLE

Gambar (6.99) Museum Wakare

148


ISSUE #1 / MONTH 2018

149


CATALOG TITLE

BIBLIOGRAFI

About the Homestratosphere Editorial Staff & Writers. “30 Types of Architectural Arches (with Illustrated Diagrams).” Home Stratosphere. August 16, 2018. Accessed July 19, 2019. https://www.homestratosphere.com/types-of-arches/. Allen, Edward, Wacław Zalewski, and Nicole Michel. Form and Forces: Designing Efficient, Expressive Structures. Hoboken: John Wiley & Sons, 2010. Ambrose, James. Building Structures Primer. New York: Wiley, 1981. Auroville Earth Institute. About Us. Accessed July 19, 2019. http://www.earth-auroville.com/about_us_en.php. Britannica, The Editors of Encyclopaedia. “Arch.” Encyclopædia Britannica. Accessed July 23, 2019. https://www.britannica.com/technology/arch-architecture. Britannica, The Editors of Encyclopaedia. “Vault.” Encyclopædia Britannica. Accessed July 23, 2019. https://www.britannica.com/technology/vault-architecture. Caballero, Pilar. “Maya Somaiya Library, Sharda School / Sameep Padora & Associates.” ArchDaily. October 11, 2018. Accessed July 27, 2019. https://www.archdaily.com/903713/maya-somaiya-library-sharda-school-sameep-padora-and-associates. Chin, Andrea. “Musgum Earth Architecture.” Designboom. February 18, 2010. Accessed July 27, 2019. https://www. designboom.com/architecture/musgum-earth-architecture/. Cogley, Bridget. “Student Builds Rammed-earth Shelter at Frank Lloyd Wright’s Architecture School.” Dezeen. April 16, 2019. Accessed July 26, 2019. https://www.dezeen.com/2019/04/15/branch-conor-denison-rammed-earth-sheltertaliesin/. Denny, Mark. Super Structures: The Science of Bridges, Buildings, Dams, and Other Feats of Engineering. Baltimore: Johns Hopkins University Press, 2010. “Designing Buildings Wiki Share Your Construction Industry Knowledge Www.designingbuildings.co.uk.” Building Foundations - Designing Buildings Wiki. Accessed July 27, 2019. https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Building_foundations. “Dome Structure - Why Are Domes Important in Construction Industry ?” Hindustan Alcox Ltd. August 04, 2017. Accessed July 22, 2019. http://www.alcox.in/blog/dome-structure-domes-important-construction-industry/#.

152


ISSUE #1 / MONTH 2018

BIBLIOGRAFI

Frearson, Amy. “Australian Equestrian Centre Has a Curving Rammed-earth Wall.” Dezeen. March 11, 2015. Accessed July 26, 2019. https://www.dezeen.com/2015/03/10/equestrian-centre-australia-seth-stein-architects-watson-architecture-design-curving-rammed-earth-wall-horses/. Ganes, Jesse. “AD Classics: Gateway Arch / Eero Saarinen.” ArchDaily. August 03, 2011. Accessed July 22, 2019. https:// www.archdaily.com/152907/ad-classics-gateway-arch-eero-saarinen. Lancaster, Lynne C. Innovative Vaulting in the Architecture of the Roman Empire: 1st to 4th Centuries CE. New York: Cambridge University Press, 2015. Lloyd, Nathaniel. Building Craftmanship in Brick and Tile and in Stone Slates.University Press: Cambridge, 1929. Maynard, Charles W. The Technology Of The Ancient World: The Technology Of Ancient Rome. Muttoni, Aurelio, and Stephen Piccolo. The Art of Structures: Introduction to the Functioning of Structures in Architecture. Abingdon, Oxford, UK: EPFL Press Routledge, 2011. Punmia, B. C., Ashok K. Jain, and Arun Kumar. Jain. Basic Civil Engineering: For B.E. / B. Tech First Year Courses of Various Universities including M.D.U. and K.U., Haryana. New Delhi: Laxmi Publications, 2003. Pile, John F. A History of Interior Design. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons, 2009. Solway, Andrew. Buildings and Structures. Chicago, IL: Raintree, 2011. “Types of Bonds in Brick Masonry Wall Construction and Their Applications.” The Constructor. November 09, 2017. Accessed July 25, 2019. https://theconstructor.org/building/types-bonds-brick-masonry-flemish-english-wall/11616/. Warmann, Catherine. “Brick Tectonics by Ricardo Ploemen.” Dezeen. April 12, 2013. Accessed July 20, 2019. https:// www.dezeen.com/2010/03/18/brick-tectonics-by-ricardo-ploemen/.

153


CATALOG TITLE

SUMBER GAMBAR 1.2; 2.2 ; 2.27 ; 2.33 ; 2.41 ; 2.42 ; 2.43 ; 2.44 ; 2.45 ; 2.46 ; 2.47 2.48 ; 3.2 ; 3.3 ; 3.5 ; 3.6 ; 3.7 ; 3.8 ; 3.9 ; 3.10 ; 3.11 ; 3.12 ; 3.13 ; 3.14 ; 3.15 ; 3.17 ; 3.34 ; 3.35 ; 3.46 ; 4.2 ; 4.5 ; 4.6 ; 4.20 ; 4.21 ; 4.22 ; 4.23 ; 4.24 ; 4.25 ; 4.26 ; 4.27 ; 4.28 ; 4.29 ; 4.30 ; 4.31 ; 4.32 ; 4.33 ; 4.34 ; 4.35 ; 4.36 ; 4.37 ; 4.59 ; 4.60 ; 4.61 ; 4.62 ; 4.63 ; 4.64 ; 4.65 ; 4.66 ; 4.67 ; 4.68 ; 4.69 ; 4.70 ; 4.71 ; 4.72 ; 4.73 ; 4.74 ; 4.75 ; 4.76 ; 4.77 ; 4.78 ; 4.79 ; 4.80 ; 4.81 ; 4.82 ; 4.83 ; 5.1 ; 5.2 ; 5.3 ; 5.4 ; 5.5 ; 5.6 ; 5.7 ; 5.8 ; 5.9 ; 5.10 ; 5.11 ; 5.12 ; 5.13 ; 5.14 ; 5.15 ; 5.16 ; 5.17 ; 5.18 ; 5.19 ; 5.20 ; 5.21 ; 5.22 ; 5.23 ; 5.24 ; 5.25 ; 5.26 ; 5.27 ; 6.1 ; 6.2 ; 6.3 ; 6.4 ; 6.5 ; 6.6 ; 6.7 ; 6.8 ; 6.9 ; 6.10 ; 6.11 ; 6.12 ; 6.13 ; 6.14 ; 6.15 ; 6.16 ; 6.17 ; 6.18 ; 6.19 ; 6.20 ; 6.21 ; 6.22 ; 6.23 ; 6.24 ; 6.25 ; 6.26 ; 6.27 ; 6.28 ; 6.29 ; 6.30 ; 6.31 ; 6.31 ; 6.32 ; 6.33 ; 6.34 ; 6.34 ; 6.35 ; 6.36 ; 6.37 ; 6.38 ; 6.39 ; 6.40 ; 6.41 ; 6.42 ; 6.43 ; 6.44 ; 6.45 ; 6.46 ; 6.47 ; 6.48 ; 6.49 ; 6.50 ; 7.1 ; 7.2

Ilustrasi oleh Kelas Tektonika 2019

Ilustrasi oleh Kelas DA2 Ilustrasi oleh Kelas Arsitektur & Narasi Benjamin Wells, Musée Yves Saint Laurent https://arcspace.com M Hadi H, Jenis dan Klasifikasi Batu Bata https://www.ilmubeton.com Ukuran Batu Bata Merah Standar SNI https://www.batamerahgarut.com Dr. Neil Overy, Broken Brick https://www.sciencephoto.com Produsen Bata Ekspos Garut di Bekasi https://www.batamerahgarut.com Kania Dekoruma, 5 Jenis Batu Bata Paling Umum Digunakan dan Fungsinya https://www.dekoruma.com Perbandingan Bata Merah, Batako, Bata Kapur, dan Bata ringan http://modelrumahminimalis21.com Agustina Sapitri, Yuk Cari Tahu Mengenai Hebel dan Beton Ringan di Sini https://idea.grid.id https://pxhere.com WOI, http://waspada.co.id Dhien-Jb, Proses Membuat Batu Bata Secara Manual https://steemit.com Fadhl Ihsan, Teknik Mencangkul Bagi Pemula http://fadhlihsan.blogspot.com Mohammad Ulil Albab, Melihat sentra produksi batu bata dari Desa Wringinpitu Banyu wangi https://banyuwangi.merdeka.com Batu Bata Hasil Kerajinan Sekaligus Mata Pencaharian Masyarakat https://bondowosokabmuseumjatim.wordpress.com Usaha Batu Bata http://www.sentrakukm.com Upah ditunggak, buruh di Cina dibayar dengan batu bata https://www.bbc.com Pembuatan Batu Bata Press https://batubatatemanggung.blogspot.com Dhimas Fikri, Pembuat Batu Bata Keluhkan Ketersediaan Bahan Baku https://malangtoday.net Masripribumi, PBB di Kampungku (part 2) / Traditional Brick Factory https://steemit.com Cara Membuat Batu Bata http://amjununo.blogspot.com/2013/07/cara-membuat-batu-bata.html Reinforced and Unreinforced brickwork http://faculty.arch.usyd.edu.au https://earthboundarchitecture.com Istudio Architecture ,Of Bricks and Bonds – The Rat Trap Bond https://architecturelive.in Types of Running Bond Patterns https://modernize.com Types of Mortars https://www.buildersmart.in Rammed earth http://www.greenspec.co.uk Rammed Earth incorporating Recycled Concrete Aggregate https://www.sciencedirect.com Essentials for the Modern Equestrian Center https://www.christiesrealestate.com Eleanor Gibson, Branch Studio Architects https://www.dezeen.com Kate Sierzputowski, An Undulating Brick Facade Imitates the Free-Flowing Movement https://www.thisiscolossal.com Types Of Bricks Explained https://engineeringinsider.org Catherine Warmann, Brick Tectonics by Ricardo Ploemen https://www.dezeen.com Arch https://en.wikipedia.org Barrel Vault https://en.wikipedia.org Groin Vault https://en.wikipedia.org https://en.wikipedia.org Rib Arch https://en.wikipedia.org Fan Vault https://en.wikipedia.org How Arch Work https://www.bristol.ac.uk Matthew Sevigny Of Stone, Mud & Pizza http://thewoodfiredenthusiast.com Qatar Inflatable Fabric Dome http://www.architen.com https://www.dreamstime.com Jackie Craven, How the Louisiana Superdome Saved Lives https://www.thoughtco.com Solarium Design https://www.flickr.com Stewart Ulrich, The Woodard story: a place to call home https://www.monolithic.org History of Medieval Arabic and Western European domes https://www.wikiwand.com A Selection Of Corbelled Dome Structures From Various Countries https://www.pierreseche.com 10 Facts About The Pantheon https://romeonsegway.com Jessui Bee, Catenaries First Report https://designontopic.wordpress.com Catenary Arch : Build an arch that supports itself https://www.exploratorium.edu George Hart dan Elisabeth Heathfield, Catenary Arch Constructions https://archive.bridgesmathart.org Catenary arch https://www.wikiwand.com Ainissa Ramirez, The Science That Made the Gateway Arch Stand https://time.com Jesse Ganes, AD Classics: Gateway Arch / Eero Saarinen https://www.archdaily.com This is The Day in History : 1965: Gateway Arch completed http://dingeengoete.blogspot.com Obos and Beehive homes are built using Nature’s Arch... The Catenary http://naturalhomes.org/catenary.html Kate Sierzputowski, An Undulating Brick Facade Imitates the Free-Flowing Movement https://www.thisiscolossal.com Wedding ring Engagement ring https://www.uihere.com Murray Bourne, Is the Gateway Arch a Parabola? https://www.intmath.com

154

4.3 ; 4.4 ; 4.8 ; 4.9 ; 4.10 ; 4.11 ; 4.12 ; 4.13 ; 4.14 ; 4.15 ; 4.16 ; 4.17 ; 4.18 ; 4.19 4.7 ; 4.38 ; 4.39 ; 4.40 ; 4.41 ; 4.42 ; 4.43 ; 4.44 ; 4.45 ; 4.46 ; 4.47 ; 4.48 ; 4.49 ; 4.50 ; 4.51 ; 4.52 ; 4.53 ; 4.54 ; 4.55 2.1 2.3 ; 2.4 2.5 2.6 2.7 ; 2.36 2.8 ; 2.10 ; 2.11 ; 2.13 ; 2.14 2.9 2.12 2.15 2.16 2.17 2.18 2.19 2.20 2.21 2.22 2.23 2.24 2.25 2.26 2.28 2.29 2.30 2.31 ; 2.32 2.34 ; 2.35 2.37 2.38 2.39 2.40 3.1 3.4 3.16 3.18 3.19 3.20 3.21 3.22 3.23 3.24 3.25 3.26 3.27 3.28 3.29 3.30 3.31 3.32 3.33 3.36 ; 3.37 ; 3.38 3.39 3.40 3.41 3.42 3.43 3.44 3.47 ; 3.48 ; 3.49 4.1 4.56 ; 4.57 4.58


ISSUE #1 / MONTH 2018

Studi Tektonik Material

Arsitektur dan Narasi

Kontributor

Christopher Raynard Satiadarma Davidson Suwongto Edgard Jeremy Ephraim Jeshanah Gian Daniel Jovin Juan Laras Miradyanti Marcell Cruxivisyo Maudrey Alesia Naudaffal Widdi Virgoza Nicotheus Giovanni Risma Afriyanti Saraska Putri Lango Sebastian Brian Sherlyn Christiane Vanessa Ardelia Renady

Antonius Priya Priathama Christian Beltroy Dharmawan Eiffel Christopher J. Paath Eubicius Vercelli Ocvanto Kuncoro Evania Hamdani Fikra Abhinaya Djuhara Jason Axel Jesslyn Amanda Joshua Michael Karisya Ratu Putri Adjie Muhammad Yusuf Nyompa Pasha Maulana Yusuf R. Yudha Irawan Wiguna Putra S. Raihan Ramadhan Ron Mahayunan Stanley Alviando Yosua Zakharia

Desain Arsitektur 2 2019 Workshop Auroville Earth Institute

155


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.