MENGATUR PANDANG
a portfolio by Ezar Dwinanta Adrian
living with new territory and boundary
Pelita Harapan Architecture Publication Unit
MENGATUR PANDANG portfolio by Ezar Dwinanta Adrian tutor by Andreas Wibisono architecture design 1 - 2019, uph architecture
41
EDITOR Caroline Abigail Felicia Yosefanny Kyra Kumala Natasha Ivena DESIGN COVER Kyra Kumala Natasha Ivena GRAFIS Ezar Dwinanta Adrian TEKS Ezar Dwinanta Adrian DOSEN PEMBIMBING Andreas Yanuar Apriani Sarashayu Dimas Satria Ferry Gunawan Universitas Pelita Harapan Jl M.H. Thamrin Boulevard Tangerang, 15811, Banten
All writings and printed materials in the Publication may only be reproduced with the permission of the editor. Opinions expressed in the article in this publication are those of the authors
Daftar Isi
Pendahuluan
i
Riset Pemahaman Teritori dan Pembatas
1
Cerminan Pemahaman Teritori dan Pembatas
11
Prototipe Gagasan Ruang Tinggal
27
Ruang Tinggal Generasi Z
39
Penutup
61
Pendahuluan
portofolio ini berisi tentang hasil karya riset dan desain arsitektur selama proses perkuliahan tahun kedua di Universitas Pelita Harapan tahun ajaran 2019/2020. Dengan adanya penugasan ini penulis membuat riset mengenai ruang tinggal untuk generasi z dan dari riset tersebut dikembangkan lagi agar dapat membentuk teritori dan pembatas yang baru. Dari riset pandangan mata maka dapat disimpulkan bahwa sudut ruang pandang manusia membentuk teritori baru, lalu riset selanjutnya adalah dari preseden rumah yaitu SkyHouse by Kiyonori Kikutake yang memiliki konsep fleksibilitas. Dari hasil riset yang didapatkan, lalu selanjutnya penulis mengeksplorasi bentuk bentuk bangunan dengan mekanisme yang berbeda karena dari perubahan tersebut dapat mengubah teritori dengan cara mengubah pandangan manusia. Mekanisme bangunan yang dapat membuka tutup yang menurut penulis dapat secara optimal mengubah ruang pandang manusia .
CHAPTER 1
Interupsi Teritori secara Visual Interupsi teritori secara visual masih sering terjadi dalam kehidupan kita sehari hari dan juga sering kita abaikan, contohnya adalah perubahan layout dari sebuah ruangan akan mudah membuat kita merasa teritorinya sudah berubah bila hal tersebut berada didalam ruang pandang mata manusia Walaupun perubahan teritori itu dapat terjadi dimanapun, tetapi hal tersebut bisa diabaikan bila hal tersebut berada diluar sudut pandangan mata manusia atau bisa dibilang tidak terlihat.
2
3
4
5
6
7
8
Kesimpulan Interupsi teritori secara visual bisa di abaikan jika pembatas teritori tersebut berada diluar dari sudut pandangan mata manusia yaitu 120 derajat secara horizontal
99
10
OPTICAL DISTURBANCE
Kepemilikan akan ruang tersebut dikenal dengan istilah teritori. Ketika sebuah ruang telah dimiliki dan diatur oleh individu ataupun sekelompok individu, pada saat itu pula sebuah teritori telah terbentuk. (Lawson, 2007). Dan sebagai mana hak atas suatu kepemilikan, teritori biasanya akan dipertahankan dari berbagai bentuk sinyal invasi dari luar. Sinyal-sinyal yang diberikan bukan hanya secara verbal tetapi pada riset ini membahas mengenai bagaimana sinyal non-verbal melanggar ruang pribadi dan tipe sinyal apa saja yang mengganggu teritori pada kegiatan manusia didalam ruang tinggal. Hal ini menarik untuk dibahas tentang bagaimana upaya penandaan teritori dilakukan di tempat tertentu seperti ruang makan dan ruang keluarga. Objek yang diangkat dalam hal ini adalah ruang pribadi tiap individu serta reaksi individu pada interutpsi teritori secara visual pada kegiatan yang dilakukan pada ruang tinggal. Berdasarkan studi pandangan mata, manusia memiliki batasan sudut penglihatan yaitu 60° secara vertical dan 120° secara horizontal (Vasilios & Gasteratos, 2006). Maka dari itu bila interupsi visual berada diluar rentang tersebut maka interupsi tersebut dapat diabaikan dan ditoleransi secara visual. Contoh dari sinyal non-verbal adalah tempat sampah yang ada didekat meja makan, kursi yang sudah ditandai teritorinya dengan barang pribadi milik individu lain. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengabaian teritori banyak terjadi karena kurang komunikatifnya penandaan teritori, ambiguitas status teritori, kepemilikan plural serta pemilihan tanda non-verbal yang tidak kuat.
12
Sky House by Kiyonori kikutake merupakan
rumah yang mengedepankan gerakan metabolis di Jepang. Proyek ini adalah ruang terbuka dan fleksibel, dibangun 6,4 meter diatas tanah dengan empat buah pilar beton. perabotan didalam rumah memiliki sistem yang portabel yang disebut juga dengan “movenette� oleh arsitek, dimana perabotan pada rumah ini konsisten dengan gagasan fleksibilitas pada arsitektur. Kiyonori Kikutake menganggap bahwa arsitektur perlu beradaptasi dengan perubahan. Sistem fleksibilitas ini memungkinkan penyusunan ulang ruang terbuka atau penambahan berbagai kompartemen seperti dapur, kamar mandi, ruang anakanak, ruang tamu, dll. Mereka dapat mengubah tempat setiap saat. Proyek itu sendiri adalah eksplorasi dari sistem yang berubah.
Setelah Terjadinya peperngan dan bom di Hiroshima dan Nagasaki, arsitektur di jepang mengalami proses modernisasi, salahsatu hasil karya arsitekturnya adalah SkyHouse yang dirancang oleh arsitek bernama Kiyonori Kikutake dan terletak di kota Tokyo. Bangunan ini memiliki referensi yaitu bangunan Villa savoye dan hasil karya Le Corbusier lainnya. Kikutake melakukan gerakan metabolis karena melihat Le Corbusier merancang bangunan yang dianggap “mesin untuk hidup�. Timbulnya gaya internasional pada negara Jepang ini dikenal sebagai gerakan utopis yang radikal dalam menanggapi permasalahan kota paska peperangan, hal ini juga dilakukan agar arsitektur bergantung pada dunia industri sehingga metode produksi lebih rasional dan tidak bergantung pada dunia tradisional yang dianggap kesulitan produksinya tinggi.
14
15
16
Skema penyusunan perabotan ini membagi dua area
pembatas antar ruang makan dan ruang tempat tidur dib-
yaitu area makan dan juga area tempat tidur, area
uat tidak terlalu tinggi agar ruang pandang manusia tidak
makan diletakkan disamping toilet dengan tujuan agar
terhalang 100% sehingga masih ada kesan luas pada ru-
bila ada tamu selain keluarga inti dapat mengakses
angan tersebut. dengan pembatas yang rendah membuat
toilet secara langsung tanpa harus melewati bagian
pembatas teritori tersebut seakan-akan tidak ada. Secara
tempat tidur dimana ruang tersebut merupakan ba-
visual anak-anak yang sedang bermain diatas kasur masih
gian yang privat bagi pemilik rumah
bisa dilihat oleh orang yang sedang duduk dikursi makan begitu pula sebaliknya.
17
18
Pada penyusunan perabotan kedua ini membagi ru-
ilustrasi sudut pandang mata manusia yang berada didalam
angan besar menjadi dua ruang tidur, bisa digunakan
ruangan digambarkan dengan gambar prespektif, pembatas
untuk kamar anak dan kamar utama. Ruang tidur uta-
teritori lebih lebar dari skema sebelumnya dan tingginya
ma memilki akses langsung terhadap toilet dan orien-
tidak berbeda jauh, hanya saja orientasinya yang diputar
tasinya saling bertolak belakang dengan ruang tidur
sebesar 90 derajat, yang berpengaruh pada flow manusia.
anak. Flow manusia saat ingin memasuki toilet akan melewati lemari sehingga akan ada perabotan yang memberikan tanda teritori bahwa bagian tersebut merupakan ruang tidur
19
20
Pada skema ini diletakkan pembatas teritori dengan ukuran yang besar, tetapi ruangan masih ideal untuk di tempati. Pembatas yang tinggi ini 100% menghalangi ruang pandangan manusia sehingga terjadi blocking, dan secara visual ruangan benar-benar terbagi menjadi dua serta privasi yang lebih tinggi. Rumah ini dibagi menjadi dua ruangan yaitu ruang makan dan juga ruang tidur.
21
22
Pada skema penyusunan perabotan pada gambar ini
bila rumah ini kedatangan tamu maka yang berada di
membagi ruangan besar menjadi dua ruangan yaitu
ruang tidur tidak akan merasa terganggu secara visual
ruang tidur dan juga ruang keluarga yang berfungsi
karena orientasi hadapannya bertolak belakang. Para
juga sebagai ruang tamu, ruang keluarga diberikan ak-
tamu pun saat masuk melalui pintu akan langsung
ses langsung terhadap toilet agar bila ada tamu yang
melihat sofa di ruang tamu karena terdapat pembatas
ingin mengakses toilet tidak harus melewati ruang ti-
teritori antar ruang tamu dan ruang tidur.
dur yang bersifat privat
23
24
25
Pada skema ini menjelaskan mengenai bagaimana kita mengenal fungsi dari sebuah ruang dengan perabotan rumah dan dengan mudah mengenali pembagian teritori walaupun pembatas ruangnya tidak terlalu tinggi. pengaturan posisi perabotan dan orientasi ruang pandang manusialah yantg mendefinisikan teritori dari sebuah ruang, sehingga orang mengerti dengan fungsi sesungguhnya dari ruangan tersebut walaupun rumah tersebut hanya memiliki satu ruangan. Luas kamar sengaja dibuat lebih sempit agar sudut pandang dari arah ruang tamu agar teritori pada ruangan tersebut tidak didominasi dengan teritori ruang tidur
26
PROTOTYPES
27
28
29
30
31
32
33
34
PROTOTYPE FINAL
35
FLEXIBLE SPACES Ruang ini merupakan sebuah ruang yang memiliki banyak fungsi karena terdapat mekanisme yang dapat membuat ruangan berputar dan berubah bentuk. Perubahan bentuk ruang secara langsung mengubah view dari setiap ruang maka dari itu pembentukan teritori dapat berubah-ubah tergantung dari kebutuhan dan juga keinginan pengguna ruangan. Klaim utama dari desain ini adalah untuk menciptakan ruang tinggal yang memiliki karakter hypercustomization dengan cara mengubah view tiap ruangan yang mengakibatkan ruang pandang mata berubah dan berdampak pada teritori Terdapat 3 buah engsel pada ruang ini sehingga ruangan yang awalnya berbentuk kubus dapat dibagi menjadi 4 bagian dan dapat berubah menjadi 5 bentuk ruang dan orientasi view yang berbeda
36
37
DENGAN MERUBAH VIEW RUANGAN DENGAN CARA MENGGESER RUANGAN MAKA TERITORI JUGA AKAN BERUBAH
38
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Penutup Desain yang dihasilkan masih kurang optimal dalam hubungan dengan hasil riset dan masih perlu perkembangan lagi, tetapi saya puas dengan desain yang merespon site dan juga hasil produksi arsitekturalnya. Kekurangan dari desain ini adalah perbedaan pandangan manusia saat rumah tersebut statis tidak terlalu terlihat perbandingan nya dengan rumah pada umumnya, dan secara teknis pun masih harus dipikirkan lebih dalam lagi. Kelebihannya adalah rumah ini dapat merubah pandangan view nya walaupun masih terdapat konsekuensi perubahan private-public yang terjadi didalam ruang tinggal.
61
“whatever good things we build end up building us.”
"Living with New Territory and Boundary" is a required theme in the 1st Semester of the second year studio among 2018 students at Pelita Harapan University. Students were tasked to explore and analyze about territory and boundary. The goal was approach of each student. Each student has their own approach, therefore the produced works vary even though they start from the same theme. There will be 10 student portfolios that will be published with the theme "Living with New Territory and Boundaries", each with unique approach and outcome.