THE JAPANFOUNDATION, JAKARTA Edisi April-Mei-Juni 2009
K
unjungi Perpustakaan The Japan Foundation Jakarta dan kenali budaya Je-
pang tradisional dan modern melalui koleksinya. O-SHOGATSU Bermain KARUTA dan HYAKUNIN ISSHU hanya sebuah contoh dari hal-hal yang dilakukan orang Jepang dalam mengisi / merayakan Tahun Baru (Shogatsu). Seperti apakah bentuknya permainan ini? Apalagi yang dilakukan orang untuk merayakan Tahun Baru di Jepang? Apa itu O-SECHI RYORI dan O-TOSHIDAMA? Masih banyak lagi kegiatan lain yang dilakukan orang dalam merayakan Tahun Baru di Jepang, (Januari) SETSUBUN Melakukan Mame-maki sambil berseru “oni –wa soto, fuku-wa uchi” mungkin sudah tidak banyak diperbuat oleh orang-orang Jepang di kota besar di jaman sekarang ini, namun kisah awal mulanya perayaan Setsubun sangat menarik untuk kita ketahui. Pada awalnya ada 4 Setsubun setiap tahun, tapi hanya satu yang tersisa.
02
Mengapa RISSHUN dianggap sebagai penanda Tahun Baru? (Awal Februari) MOMO-NO-SEKKU Pada awalnya merupakan ritual untuk membersihkan diri dan menghilangkan/mengusir roh jahat. Belakangan ini ritual tersebut berubah menjadi upacara untuk memohon
The Japan Foundation adalah lembaga nirlaba resmi pemerintah Jepang yang khusus menangani pertukaran budaya internasional dan berpusat di Tokyo dengan 21 kantor di 20 negara.
INFO PERPUSTAKAAN
kebahagiaan dan masa depan pernikahaan yang baik bagi anak perempuan. Pada masa kini upacara ini lebih dikenal dengan HINA MATSURI atau Festival Boneka. Mari nikmati keindahan HINA NINGYO di perpustakaan kami. (Pertengahan Februari)
K
oleksi buku terbaru perpustakaan The Japan Foundation Jakarta :
1. Origins : The creative spark behind Japan’s best product designs / Shu Hagiwara, 2006. 2. Cooltools : cooking utensils from the Japanese kitchen / Kate Klippensteen, 2006 3. The very small home : Japanese ideas for living well in limited space, 2005 4. Inspired shapes : contemporary designs for Japan’s ancient crafts, Ori Koyama, 2005 5. Historic Rings : Four thousand years of craftsmanship / Diana Scarisbrick, 2004 6. The new Zen garden : designing quiet spaces / Joseph Cali, 2004 7. Bamboo in Japan / Nancy Moore Bess, 2001.
Jam buka perpustakaan : - Senin, Selasa, Kamis, Jumat : 09.30 - 18.00 - Sabtu (minggu I dan III) : 09.30 - 12.30 - Rabu : Tutup - Sabtu (minggu II dan IV) : Tutup - Minggu dan hari besar nasional Indonesia dan beberapa hari libur nasional Jepang : Tutup Staff perpustakaan tidak melayani pengunjung untuk hal berikut : - Pendaftaran anggota - Sirkulasi (Peminjaman/ Pengembalian - Audio Visual dan Fotocopy
: 12.00 - 13.00 : 13.00 - 14.00 : 12.00 - 14.00
LIBUR Kantor JF akan nggal TUTUP pada ta
10 April 9, 21 May Ingin tahu kegiatan kami setiap saat ? Anda dapat mengunjungi web site kami http://www.jpf.or.id atau bergabung dalam milis searah JF dengan mengirimkan e-mail kosong ke “thejapanfoundation-subscribe @yahoogroups.com�. Kami akan mengunjungi anda setiap saat. Bila anda ingin memperoleh Nuansa secara GRATIS, silakan datang ke perpustakaan atau kantongkantong budaya di kota Anda. Info : Natalia (021) 520-1266
Dari Redaksi Dari Redaksi Di bulan April hingga Juni ini kami akan mengajak anda untuk merayakan kehidupan. Apakah anda bersedia meluangkan waktu dengan datang ke acara-acara yang kami selenggarakan ? Kami akan mempersembahkan serangkaian kegiatan yang sangat unik, menarik dan dikemas dengan segenap cipta, rasa dan karsa. Pameran Ikebana Internasional, pameran keramik, lukisan dan lainnya hanyalah merupakan sebagian dari kegiatan kami. Kami nantikan kehadiran anda ! Yoroshiku, Redaksi.
info
Pedoman PROGRAM BANTUAN The Japan Foundation Tahun fiskal 2009/2010 The Japan Foundation mengundang organisasi dan individu yang ingin mengadakan kegiatan pertukaran internasional untuk melamar program kami. Para pelamar yang lolos seleksi akan diberikan bantuan berupa dana, beasiswa penelitian, buku dan atau berbagai bantuan dalam bentuk lainnya. Program bagian budaya : Arts and Cultural Exchange, Japanese Studies Overseas and Intellectual Exchange, dll. URL:http://www.jpf.go.jp Ingin berdiskusi seputar Studi Jepang ? bergabunglah bersama para pakar dan pemerhati Jepang ; J-I_link-subscribe@yahoogroups.com Bila anda berminat menghadiri acara yang kami selenggarakan, mohon konfirmasikan kembali waktu penyelenggaraan kegiatan melalui T. 021520-1266 atau melalui website kami. Terkadang, situasi dan kondisi tak terduga memaksa kami mengubah waktu penyelenggaraan
Untuk berlangganan Nuansa melalui pos, silakan datang untuk membayar TUNAI dana sebesar Rp. 20.000 (dua puluh ribu rupiah) sebagai sebagian ongkos kirim untuk masa dua tahun. The Japan Foundation, Jakarta Gedung Summitmas I lt. 3 Jl. Jend.Sudirman kav.61-62 Jakarta Selatan. T. 021-520-1266 F. 021-525-5159 Kirimkan slip bukti transfer dan alamat pengiriman yang diinginkan ke redaksi Nuansa : The Japan Foundation, Jakarta Gedung Summitmas I lt. 3 Jl. Jend. Sudirman kav.61-62 Jakarta Selatan F. 021-525-5159 | T. 021-520-1266
03
Saya beruntung pada Oktober 2008 dapat mengunjungi sebagian dari museum-museum atas bantuan Japan Foundation dengan program Jenesys yang memberikan saya melakukan riset bebas tentang perkembangan senirupa kontemporer di Jepang. Program Jenesys adalah program risedensi bagi seniman dan kurator dengan durasi tertentu untuk berkarya di Jepang. Dalam kunjugan ini, pertemuan dengan berbagai kurator museum dan galeri memberikan pengalaman yang sangat penting bagi saya. Spesifikasi dari berbagai museum dan galeri menggambarkan bagaimana Jepang telah membangun infrastruktur kesenian yang sangat mapan. Karir seorang seniman dan kurator dapat diukur dengan indikator-indikator yang dapat dibaca oleh art scene. Museum menjadi muara utama dari presentasi dan pameran utama.
04
SELAYANG PANDANG SENI RUPA JEPANG K
ita selalu mengenal Jepang sebagai pusat perkembangan teknologi yang bisa menjaga keharmonisan tradisi di dalamnya. Perkembangan senirupa di kota Sakura ini tidak juga lepas dari bagaimana perkembangan teknologi. Keberhasilan ekonomi dari kemajuan teknologi, menjadikan Jepang sebagai negara di Asia yang paling penting. Begitu juga dengan seni rupa-nya. Pada periode tahun 1970 seiring dengan melesatnya kemajuan ekonomi, berbagai kota di Jepang berlomba-lomba membangun museum-museum yang bertaraf internasional. Dan ini terus berlanjut pada periode 1980an hingga awal 1990an. Muculnya museum dan pusat-pusat kesenian terutama senirupa, tidak lepas dari upaya membangun kota dengan konsep metropolitan. Tokyo, sebagai kota terbesar di Jepang mempunyai lebih dari lima museum senirupa modern dan kontemporer dengan berbagai spesifikasinya.
Inilah yang menjadikan saya tertarik untuk melihat sesuatu yang alternatif. Kalangan seniman muda di Jepang, memerlukan usaha yang sangat berat untuk dapat sampai ke level seniman museum. Berbagai alternatif dibangun oleh berbagai kalangan seniman. Membuat art space dan galeri-galeri alternatif adalah salah satu usaha untuk dapat mempresentasikan karya mereka. Pada kunjungan ke Yokohama, selain melihat Yokohama Trienale, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke BANKart Artist Initiative. Saat saya datang sedang berlangsung pertemuan artist initiative seJepang. Tiga puluh kelompok seniman hadir pada pertemuan ini. Dalam pertemuan ini, masing-masing artist initiative membagi pengalaman tentang bertahan dalam ranah senirupa Jepang. Topik penting yang menjadi pembicaraan utama adalah tentang pengarsipan, pertukaran program dan konten, pengakupasian ruang-ruang gedung tua dan kerjasama dengan pemerintah kota. Juga dibicarakan masalah finansial, peran perguruan tinggi, dan program communitybase sebagai alternative program untuk mensiasati keberlansungan artist initiative. Penyelenggara pertemuan ini adalah BANKArt Artist Initiative adalah kelompok yang berdiri pada 2005 dan mendapat subsidi dari pemerintah kota Yokohama. Kelompok ini mendapatkan space bangunan tua bekas Bank yang dikelola sebelumnya oleh pemerintah kota. BANKArt banyak bekerjasama dengan para arsitek di kota Yokohama dalam mempertahankan bangunan tua di kota pelabuhan ini. BankArt mempunyai aktifitas beragam selain pameran senirupa, mereka juga mengadakan pertujukan dan workhop berbagai macam aktifitas seperti berkunjugn ke gedung tua, arsitektur, fotografi, video, drawing dan lain. Kelompok ini super aktif. Saat ini selain space mereka dipakai seagai salah satu venue untuk Yokohama Trienale.
Saat berkunjung ke BankArt, saya ditemani oleh Aki Hoashi, kordinator program Jenesys Japan Foundation. Aki banyak bercerta tentang perkembangan senirupa di Jepang, terutama bagaimana perkembangan Yokohama sebagai culture city-nya Jepang. Yokohama dalam satu sisi mengalami dilema karena kedekatan georgrafisnya dengan Tokyo. Karena selama ini Tokyo menjadi pusat perkembangan senirupa moderen Jepang. Yokohama berusaha memberikan alternatif seperti penyelenggaraan Yokohama Trienale yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah kota. Selain itu pemerintah Yokohama memberikan grant kepada kelompok-kelompok seperti artist initiative di sini dalam mengembangkan program-programnya. Menurut Aki dalam beberapa tahun terakhir kota-kota di Jepang berlomba-lomba membuat tempat-tempat cultural center.
Dalam pembicaraan dengan Aki, saya sempat bertanya tentang karir seniman muda di Jepang. Saya melakukan komparasi dengan seniman muda di Indonesia terutama seniman kontemporernya. Menurut Aki di Jepang ada beberapa skema, museum, galeri, artist initiative dan perguruan tinggi mempunyai peran dalam hal ini. Banyak lembaga-lembaga swasta yang memberikan peluang kepada seniman muda untuk melakukan residensi di tempatnya semacam program ARCUS di Ibaraki. Ini merupakan kesempatan untuk seniman muda mulai meniti karir. Juga ada program pameran di museum dengan skala kecil. Selain itu, museum selalu memberikan kesempatan kepada seniman muda berpameran dengan publiksi yang memadai. Publikasi sangat penting di sini, karena budget untuk membuat publikasi di Jepang sangat mahal. Ada juga program award dan anugrah seni (prize) yang merupakan stimulus untuk seniman muda dalam berkompetisi. Juga, program beasiswa untuk seniman muda sekolah ke perguruan tinggi dan residensi di luar negeri. Sejauh ini program-program ini cukup memberi peluang karir bagi seniman-seniman muda Jepang.
BANKArt Artist Initiative merupaka salah satu hasil dari berbagai skema bantuan dan peran pemerintah dalam pengembangan seni rupa kontemporer di Jepang. Lalu saya pun bertanya dalam hati, kapan peran pemerintah ini dapat diimplementasikan di Indonesia? Hafiz
05
2-21 April 2009
MEMORY Of ASIA
06 Pameran lukisan, instalasi,patung dan foto karya Midori Hirota Di Hall JF. Gd.Summitmas I lt. 2 Terbuka untuk UMUM.tanpa tanda masuk. Tutup hari Sabtu,Minggu, hari libur nasional. Pembukaan : 2 April 2009 pk. 19:30 Pameran : 3-19 April 10:00-18:00
Midori Hirota
adalah seniman Jepang yang tinggal di Indonesia sejak tahun 1999 setelah terpilih sebagai penulis dan berpartisipasi dalam CP Biennale dan Biennale Jakarta. Sejak tahun 2005, ia mulai menggarap proyek "Memori of Asia", dan mengambil foto wajahwajah orang tua serta membuat dokumenter tentang kenangan masa lalu melalui berbagai wawancara. Karyanya ini telah dipamerkan di Aichi maupun Yogyakarta. Melalui pameran ini, Midori ingin mengungkapkan fakta sejarah tentang Indonesia yang tidak ditampilkan melalui mata orang Jepang dari masa peperangan. Ia ingin menampilkan sejarah seni yang disajikan melalui media, dengan pelaku orang Indonesia maupun orang Jepang yang mampu mengembalikan getaran dari sejarah masa lalu. Melalui proyeknya ini Midori mencoba memetakan masa depan hubungan persahabatan Indonesia-Jepang.
07
midori hirota
1989 Lulus Aichi University of Fine Art, jurusan Graphic Design 1993 Belajar Seni Tradisi Bali dengan beasiswa Pemuda Kota Nagoya 1994-1996 Belajar Seni Patung Bali dengan beasiswa Yayasan Kebudayaan Aichi 1999-2000 Belajar di ISI Yogyakarta dengan programme Darmasiswa P&K Indoneisa
SOLO EXHIBITION
Midori telah berpameran solo sejak tahun 1988-1998 di berbagai galeri di Nagoya dan Tokyo Jepang dan sejak tahun 1999 mulai aktif berpameran di Bali, Yogyakarta, Filipina dan tahun 2008 kembali berpameran di Aichi Prefectural Museum of Art Nagoya untuk menampilkan “Memory of Asia�
GROUP EXHIBITION
Pameran bersama telah dilakoni berawal sejak tahun 1986 dengan karya WONDER NONDER SHOW di Galeri Love Collection, Nagoya-Jepang, menyusul berbagai galeri di kota lainnya di Jepang, Filipina dan galeri-galeri di beberapa kota di Indonesia dengan deretan karya lainnya.
08
Three Sisters
18 -19 April 2009
Three Sisters Pementasan kelompok Pappa Tarahumara Sabtu, 18 April & Minggu 19 April 2009 Pk. 20:00~ HTM. Rp. 50,000 Teater Salihara Jl.Salihara No.16 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520. T. 021 789 1202 ext. 303 (Rama).
Pappa TARAHUMARA, kelompok pertunjukan ‘bongkar-pasang-multi seni’ kontemporer (berkreasi menggunakan segala sesuatu yang telah ada di dalam kehidupan menjadi sebuah karya seni baru) dari Jepang akan menampilkan adaptasi karya sastra klasik Anton Chekov dalam konteks sebuah pedesaan di Jepang tahun 60-an. Tampil peran manis dari 3 gadis bersaudara yang bosan bergelut dengan kodrat kewanitaan mereka. Eksistensi mereka menjadi sensual dengan meditasi yang disuntikkan pada identitas perempuan masa depan serta obsesi budaya kaum muda Jepang. Tragedi komikal yang eksentrik ini diceritakan melalui koreografi dinamis dan merupakan alternatif yang sangat kental dengan karya multi disiplin sebuah kelompok teater besar.
Tentang Pappa TARAHUMARA Kelompok ini adalah kelompok teater ‘bongkar-pasang-multi-seni’ yang didirikan oleh Hiroshi Koike pada tahun 1982. Pappa TARAHUMARA bertahan tampil sebagai kelompok yang berbeda dari kelompok lainnya karena kelompok teater ini bersinergi secara fleksibel menggunakan metode proses kreatif yang mereka miliki. Dengan memanfaatkan talenta menari, bermain, musik, dan seni mereka hadir sebagai kelompok ‘teater’ seni unik yang menarik perhatian banyak penonton dan diakui dunia internasional. Berbagai seniman berbakat berkumpul dalam kelompok Pappa TARAHUMARA dan aktif menciptakan karya-karya unik setiap tahunnya. Masing-masing produksi akan menampilkan persepsi sang sutradara akan dunia.
09
22-23-24 April 2009
IKEBANA
10 Di Hall & lobby hall JF. terbuka untuk UMUM. GRATIS. Tanpa tanda masuk. Jadwal 23 April : Pameran pk.12:00-18:00 24 April : Pameran pk. 10:00-17:00 Demo upacara minum thechanoyu Pk. 14:00 ( di Ruang Serba Guna)
“Hijau”
Bersama Ikebana International Pameran Ikebana Internasional
Pameran Ikebana Internasional pk.10:00~18:00 di seluruh ruang pamer the Japan Foundation, Jakarta terbuka untuk UMUM. GRATIS. Tanpa tanda masuk. Jadwal: 22 April-23 April-24 April
Selintas tentang
IKEBANA Ikebana –seni merangkai bunga tradisional Jepang- kini semakin diminati dan telah melewati batasan kebangsaan. Sekarang, kenikmatan ber-Ikebana ini tidak hanya dapat dirasakan oleh bangsa Jepang saja, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.
Asal-usul Ikebana Diperkirakan Ikebana berawal sejak masa Muromachi (1333-1573). Ada beberapa pencetus yang mendorong kelahiran Ikebana. 1) Saat itu beberapa kalangan menggunakan bunga sebagai persembahan kepada sang Buddha. 2) Pengaruh dari kebiasaan menempatkan Tokiwagi-sejenis pohon pinus yang hingga hari ini masih digunakan sebagai hiasan pintu selama Tahun Baru.3) Pengaruh Dinasti T'ang, (618-907)di Cina, tempat para rahib Jepang belajar agama Buddha dan kembali ke Jepang membawa pengetahuan tentang cara merangkai bunga.
Ikebana untuk Dekorasi Selama zaman Muromachi (1333-1573) bangunan rumah tinggal kaum Samurai dibuat dengan gaya tradisional Jepang dengan ruang khusus untuk hiasan bunga. Inilah awal konsep dekorasi yang menggunakan bunga. Pada masa ini ikebana menggunakan pola dua atau tiga jenis tanaman. Jenis rangkaian bunga ini dikenal dengan sebutan Tatebana karena bunga utama diletakkan dalam posisi tegak lurus dan bunga kecil lain di sekitarnya.
Bulan Mei ; Kursus ikebana aliran Shofukadokai. Pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Triana Suharna Jun Sui. Terbatas untuk 25 peserta WNI. Pendaftaran : 5-8 Mei 2009. Kursus dimulai 15 Mei 2009 setiap hari Jumat pk.14:00-16:00 Setiap peserta dikenakan sebagian kecil biaya pembelian materi : Rp. 350,000,Pendaftaran akan ditutup bila jumlah peserta telah mencapai 25 orang. Informasi : Natalia 021-520-1266
Ikebana 3-Dimensi Setelah memasuki periode Momoyama Yashi (1583-1602), gaya arsitektur tradisional Jepang diganti dengan pembangunan benteng-benteng megah. Pada zaman ini gaya Tatebana berganti dengan ikebana 3-Dimensi. Bila dibandingkan dengan gaya Tatebana, rangkaian bunga ini lebih besar, tidak hanya menggunakan lebih banyak jenis tanaman, tetapi juga menampilkan bunga pada berbagai posisi sehingga tampil 3-Dimensi.
Ikebana Alam Pada periode Momoyama, beberapa kalangan mulai membangun kamar yang lebih luas dan digunakan untuk melakukan upacara minum teh, namun masuk ke periode Edo (1603-1868) ruangan menjadi lebih kecil dan mereka harus mengubah teknik ikebana dengan menggunakan jambangan untuk menghemat ruang. Karena upacara minum teh dilakukan dalam ruang yang lebih kecil maka mereka harus mulai menciptakan ikebana yang cocok dengan ukuran ruangan. Pada masa itu penggunaan gaya Tatebana dan 3-Dimensi berpusat di Kyoto. Namun, sejak pusat pemerintahan dan perekonomian berpindah ke Edo (sekarang Tokyo), ruang Ikebana pun turut berpindah. Sejak itu Ikebana gaya alami mulai diminati tanpa perubahan posisi bunga utama.
Ikebana Saat ini
Setelah paruh kedua 1970, sekolah Ikebana mendobrak segala keterbatasan dan mulai merangkai dengan gaya yang lebih modern. Kelompok-kelompok Ikebana mulai menyelenggarakan pameran di luar ruang pameran. Sekolah khusus ini juga mulai terpisah dari tradisi menggunakan vas dalam upaya menampilkan rangkaian yang lebih alami dan mendekatkan masyarakat kepada alam. Sejak awal kemunculannya Ikebana telah melewati lebih dari 600 tahun masa sejarah dan kini dikenal sebagai salah satu budaya tradisional Jepang yang tersebar di seluruh dunia.
11
Resensi Buku
A Wild Haruki Chase: Reading Murakami Around the World Oleh . Dipo D.Siahaan
12
TIGA
tahun lalu, tepatnya pada bulan Maret 2006, the Japan Foundation mengadakan sebuah simposium internasional tentang Haruki Murakami. Temanya: ‘A Wild Haruki Chase: Reading Murakami Around the World’. Simposium itu terdiri dari serangkaian acara diskusi, lokakarya, dan eskursi yang diadakan di tiga kota: Tokyo, Kobe dan Sapporo. Para peserta simposium adalah kritikus sastra dan penerjemah karya-karya Murakami dari berbagai negara, yaitu dari: Perancis, Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, Rusia, Denmark dan lain sebagainya. Juga diundang adalah penerjemah karya Murakami ke dalam bahasa Indonesia, yaitu bapak Jonjon Johana, yang juga merupakan pengajar sastra Jepang di Universitas Padjadjaran Bandung.
Simposium itu dimaksudkan sebagai ajang tukar pikiran dan dialog antar kebudayaan tentang bagaimana karya-karya Murakami dipandang dan diapresiasi oleh berbagai kebudayaan di dunia. Atau dengan kata lain: simposium itu mencoba untuk memahami bagaimana karya Murakami bisa menembus batas-batas negeri dan kebudayaan dan diterima dengan begitu luas. Setahun setelah symposium itu berakhir, the Japan foundation menerbitkan sebuah buku hasil kumpulan tulisan dari symposium tersebut. Para pakar yang hadir sebagai panelis dalam simposium tersebut diminta untuk menyumbangkan opini mereka dalam bentuk tulisan. Hasilnya adalah sebuah buku kecil yang mampu memberikan kontribusi luar biasa besar terhadap upaya untuk memahami karyakarya Murakami. Sejak tahun 90an karya-karya Murakami telah menarik perhatian para pembaca dari seluruh dunia. Novel Murakami pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing adalah ‘A Wild Sheep Chase’ dan ‘Norwegian Wood’. Keduanya diterjemahkan pada tahun 1989. A Wild Sheep Chase diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, sedangkan Norwegian Wood ke dalam bahasa Korea. Sejak penerjemahan kedua buku tersebut, karya-karya Murakamit tercatat telah diterjemahkan dalam lebih dari 40 bahasa. Novel Murakami yang terakhir, Kafka on the Shore, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Mandarin, Korea, Rusia, Norwegia dan Belanda. Seingat saya, novel tersebut bahkan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Begitu meluasnya karya Murakami dibaca di seluruh dunia, hingga para pengamat sastra menyebutnya sebagai ‘Murakami Phenomenon’. Murakami mungkin juga memiliki basis pembaca yang paling banyak bila dibandingkan dengan para sastrawan Jepang lainnya, bahkan bila dibandingkan dengan para pemenang nobel seperti Kawabata Yasunari dan Oe Kenzaburo. Di Korea Selatan pun, dimana secara tradisional karya-karya pengarang Jepang relatif sulit diterima secara luas, Murakami memiliki basis pembaca yang sangat kuat, terutama di kalangan anak Muda. Hal yang sama juga terjadi di Cina dan di Taiwan. Kesuksesan Murakami untuk menarik pembaca dari berbagai latar belakang budaya, seringkali menjadi objek perbincangan para pengamat dan kritikus sastra. Mengapa karya-karya Murakami dibaca dengan demikian luas? Apa yang membuat tulisan-tulisan Murakami, seorang Jepang, bisa jadi menarik bagi orang Amerika, orang Italia, orang Inggris, dan orang Korea? Elemen-elemen apa yang di dalam novel tersebut? Itulah sebabnya buku terbitan the Japan Foundation ini memberikan kontribusi penting terhadap upaya memahami Murakami. Sebenarnya pertanyaan para penulis di buku ini tidaklah secara langsung mengenai ‘apa sebenarnya yang hendak disampaikan Murakami’, melainkan mengenai ‘apa yang membuat Murakami bisa disukai oleh para pembaca dari berbagai latar belakang budaya? Namun, dalam rangka menjelaskan jawaban mereka masing-masing, mau tidak mau para penulis tersebut menyentuh banyak aspek yang menjelaskan bagaimana cara memaknai Murakami.
Ambil contoh tulisan dari Yomota Inuhiko, seorang kritikus dan juga salah seorang pencetus ide symposium ini. Ia menyumbangkan artikel berjudul How to View the “Haruki Boom”. Dalam pandangannya, karya-karya Murakami mampu menebus batas-batas budaya justru karena karyakaryanya telah kehilangan ‘bau budaya’ yang khusus. Ia menyebut kecenderungan seperti ini dalam karya-karya Murakami dengan istilah scentlesness, ketiadaan aroma. Karya-karya Murakami tidak memiliki aroma Jepang sedikit pun, kecuali nama-nama karakter dan tempat di dalamnya. Ganti nama-nama tersebut dengan nama-nama lain, cerita tersebut tetap dapat ‘berfungsi’ dengan baik. Menarik sekali bahwa pandangan semacam ini tidak sepenuhnya diterima. Bahkan satu orang kontributor dari Rusia, Ivan Seergevich Logatchov, yang juga merupakan penerjemah karya Murakami ke bahasa Rusia, Portraits in Jazz, mengambil pandangan yang sama sekali bertolak belakang. Logatchov menyumbangkan artikel berjudul What Russians See in Murakami. Menurut Logatchov, justru orang Rusia memandang karya-karya Murakami sebagai representasi dari Jepang. Karya-karya Murakami, bagi orang Rusia, menyimbolkan tentang ‘kehidupan kontemporer Jepang’ dan ‘mentalitas modern Jepang’. Dalam kata lain, Murakami memberikan perspektif tentang kehidupan Jepang yang sama sekali berbeda dengan kehidupan sehari-hari di Rusia. Walaupun demikian, Logatchov juga mengakui bahwa topik-topik utama yang diangkat oleh Murakami, yaitu tentang keterasingan, kesepian dan kesadaran pribadi, adalah hal-hal yang sangat familiar juga bagi orang Rusia. Orang Rusia bisa merasakan empati terhadap tokohtokoh yang disajikan oleh Murakami, dan bahkan bisa mengidentifikasikan dirinya dengan para karakter tersebut. Dengan demikian, karya-karya Murakami berfungsi tidak hanya sebagai representasi tentang masyarakat Jepang kontemporer, melainkan juga representasi masyarakat kontemporer di mana saja.
Richard Powers, seorang sastrawan dan kritikus sastra dari Amerika Serikat, tidak menyangkal atau membenarkan Yomota tentang ke-tanpa aroma-an karya-karya Murakami. Daripada membahas itu, ia mengambil jalur lain dalam upayanya memahami karya Murakami dan mengapa karya-karyanya memiliki global appeal yang demikian meluas. Dengan merujuk pada sejumlah terobosan terbaru dalam bidang ilmu syaraf (neuroscience), Powers menunjukkan bahwa Murakami melalui karya-karyanya memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana ‘dunia dalam’ manusia bekerja. Pemahaman inilah yang membuat para pembaca menjadi mampu mengidentifikasikan dirinya dengan karakterkarakter dalam kisah-kisah Murakami dan tenggelam dalam alur ceritanya hingga akhir. Berikut pendapat beliau: One explanation for his astonishing international success may be this deep attunement to the strangeness of the distributed and modular brain – a strangeness not culturally constructed but in itself the fundamental transcltural and universalizing condition. (hal. 49) Buku ini diberi judul sesuai dengan judul simposium yang mendahuluinya, A Wild Haruki Chase, yang juga merupakan plesetan dari satu karya Murakami: A Wild Sheep Chase. Membaca berbagai sudut pandang yang terpapar di dalamnya, pembaca pun akan terpesona akan bersilang-tumpuknya pandangan tentang Murakami. Tidak ada penulis memiliki pendapat yang sama tentang Murakami. Kadang pendapat mereka bisa saling melengkapi, dan kadang pula bisa saling bertentangan. Benar-benar sebuah upaya liar untuk mengejar berbagai makna yang di dalam karya-karya Murakami . Liar. Namun juga penuh perhitungan dan kaya wawasan. Suatu upaya yang bagiku, sebagai seorang penggemar Murakami, sangat mengasikkan dan menyenangkan... Penerbit: Stonebridge Press Tahun Terbit: 2008 Jumlah Halaman: 151 halaman ISBN: 978-1-933330-66-2 Call No.: 895.635 jap w
13
FILM Di hall JF as lt. 2 Gd. Summitm a Indonesia
Teks. Bahas
IS
Tiket GRAT
h sejak 1 jam dapat diperole t. aran di tempa sebelum pemut
14
Ingin tahu kondisi masyarakat yang maju seperti Jepang ? Semoga film-film ini dapat menggambarkan sebagian kondisi yang tengah mereka hadapi saat ini.
“Sexy Suspence‘70s”
7
Mei
“Gay Life”
Pk. 16:00 Watashi ga Suteta Onna Pk. 18:30 Kage no Kuruma
Mei
8
Gadis yang Kena Sikut Watashi ga Suteta Onna 1969/116/Dewasa
Sutradara: Kiriro Urayama | Pemain : Choichiro Kawarazaki, Toshie Kobayashi,Ruriko Asaoka Sinopsis: Yoshioka yakin akan masa depannya yang baik. Ia juga akan menikahi Mariko, keponakan direktur perusahaannya. Di masa lalunya yang sulit, ia pernah berkencan dengan Mitsu, gadis yang akhirnya ditinggalkannya atas nasihat seorang teman. Namun keputusan ini disesalinya karena ternyata ia masih mencintai Mitsu. Shimako, kawan lama yang tahu tentang rencana pernikahan Yoshioka membawa kabar sedih tentang Mitsu. Diam-diam Shimako ingin memeras calon pengantin ini.
Bayangan dalam Kalbu Kage no Kuruma 1970/97 menit/dewasa
Sutradara : Yoshitaro Nomura | Pemain : Go Kato, Shima Iwashita, Mayumi Ogawa Sinopsis: Hamashima yang bosan dengan kehidupan rumahtangganya merasa bergairah ketika bertemu dengan seorang teman lama, janda dengan satu anak. Ia pun menjalin hubungan terlarang dengan wanita itu. Namun, Hamashima merasa curiga jika anak kekasih gelapnya ini mengetahui hubungan mereka. Hamashima sendiri pernah punya pengalaman serupa di masa kecilnya. Saat itu tanpa sengaja ia membunuh kekasih gelap ibunya. Saat ini Hamashima begitu bernafsu ingin membunuh bocah ini.
Pk. 16:00 Hush!
Hush!
2001/135 menit/dewasa Sutradara : Ryosuke Hashiguchi Pemain : Seiichi Tanabe, Kazuya Takahashi, Reiko Kataoka Sinopsis: Sebuah potret gambaran keluarga kontemporer di Jepang. Terjadi komplikasi dari para anggota keluarga - Hashiguchi mencoba mengarahkan film ini ke arah komedi namun juga sarat pemikiran. Katsuhiro adalah insinyur yang menutupi kehidupan gay-nya. Naoya, juga seorang gay namun lebih extrovert. Mereka menjalin hubungan khusus sebelum akhirnya berjumpa dengan Asako, yang merubah hidup mereka selamanya. Hidup serumah bertiga, membuat Asako yang tengah berputus asa memohon agar ia dapat memiliki bayi dari kedua lelaki tersebut. Ketegangan,keharuan dan kisah lucu mewarnai kehidupan mereka dalam sebuah ‘keluarga’ hingga akhirnya mereka harus menentukan sikap…..
8
Mei
“ Japanese Idol ‘80s!!” Pk. 16:00 “W” no Higeki (Yakushimaru Hiroko) Pk. 18:30 Nogiku no haka (Matsuda Seiko)
Tragedi W W no higeki (Yakushimaru Hiroko)
Pk. 18:30 Kira Kira Hikaru
1984/108 menit/dewasa Sutradara : Shinichiro Sawai Pemain : Hiroko Yakushimaru, Kimimori Sera, Akiko Shiho Sinopsis:
Cahaya Kepagian Kira-kira Hikaru
1992/103 menit/dewasa Selain untuk mematuhi perintah orangtua, Shoko dianjurkan dokter untuk segera menikah. Ia terpaksa menikahi Mutsuki, yang belakangan mengaku sebagai gay yang juga terpaksa menikah untuk memenuhi norma yang berlaku. Menyadari hal ini, Shoko meminta agar Mutsuki kembali mengencani kekasih lamanya, Kon. Belakangan, Shoko menyadari jika ia tetap menginginkan Mutsuki dan melalui inseminasi buatan ia pun hamil. Kehidupan yang tidak wajar ini akhirnya diketahui oleh orangtua Shoko yang menuntut agar mereka menyudahi hubungan ini….
Shizuka tengah menggali ilmu sebagai artis teater. Dalam sebuah kesempatan ia memperoleh peran kecil dalam karya “Tragedi W”. Melalui audisi, pemeran utama jatuh pada Kaori. Atas bantuan Akio yang bersimpati, sikapnya berubah dan menarik perhatian Tsubasa, pemain lainnya untuk berlatih bersama. Atas bantuan pria ini, pemeran utama akhirnya diberikan kepada Shizuka dan pertunjukan perdana pun mendapat sambutan meriah. Di tengah sambutan penonton Kaori datang menghujamkan pisau ke arahnya namun Akio segera melindungi gadis ini. Akio terluka. Dalam pertemuan berikutnya Akio mencoba menjalin hubungan dengan Shizuka……….
14
Mei
Makam Bunga Krisan Liar Nogiku no haka (Matsuda Seiko) 1981/90 menit/dewasa
Sutradara : Shinichiro Sawai Pemain : Seiko Matsuda, Tadashi Kuwabara,Tetsuro Tamba sinopsis: Masao, telah menjalin hubungan akrab dengan Tamiko sepupunya sejak masa kanak-kanak. Suatu hari Tamiko datang untuk membantu merawat Kiku, ibu Masao yang sudah tua dan sakit-sakitan. Keduanya kembali bertemu namun hubungan mereka berubah ke arah yang lebih serius. Melihat gelagat ini Kiku khawatir dan mengirim Masao agar tinggal di asrama. Tamiko pun dikawinkan dengan laki-laki pilihan orangtuanya…..
15
FILM Di hall JF as lt. 2 Gd. Summitm a Indonesia
Teks. Bahas
IS Tiket GRAT h sejak 1 jam dapat diperole t. aran di tempa sebelum pemut
01 16
Ingin tahu kondisi masyarakat yang maju seperti Jepang ? Semoga film-film ini dapat menggambarkan sebagian kondisi yang tengah mereka hadapi saat ini.
15
Mei
Pk. 16:00 Kiri no Hata (Yamaguchi Momoe) Pk. 18:30 Kamata Koshinkyoku (Matsuzaka Keiko)
Dendam Remaja – Kiri no hata (Yamaguchi Momoe) 1978/96 menit/dewasa Sutradara : Katsumi Nishikawa | Pemain : Momoe Yamaguchi, Hiroshi Sekiguchi, Tomokazu Miura Kiriko sedang memperjuangkan nasib Masao, kakaknya yang terancam hukuman mati atas tuduhan pembunuhan ketika bertemu dengan Keiichi, seorang wartawan, di kantor pengacara Otsuka. Otsuka tidak mau membantu Kiriko karena ia tidak mampu membayarnya. Sebelum hukuman mati dilaksanakan Masao pun bunuh diri. Beberapa masa kemudian sebuah pembunuhan terjadi di klab malam, tempat Kiriko bekerja. Keiko sang manajer yang juga kekasih gelap Otsuka ditangkap karena dituduh membunuh. Kiriko yang mengetahui kejadian sebenarnya tidak mau mengungkapkan fakta yang ada. Ketika Keiichi datang melamarnya ia menunjukkan reaksi yang tidak diharapkan. Kiriko hanya ingin membalaskan dendamnya pada Otsuka….
Lagu Mars Kamata – Kamata Koshinkyoku (Matsuzaka Keiko) 1982/108 menit/remaja Sutradara : Kinji Fukasaku Pemain : Keiko Matsuzaka, Morio Kozama, Mitsuru Hirata Sinopsis: Ginshiro adalah aktor populer yang tengah membintangi sebuah film samurai. Yasu sangat mengaguminya dan bahkan bersedia mengabdi pada Ginshiro. Ketika Konatsu, pacar Ginshiro hamil, Yasu bersedia menjadi ayah si bayi demi menjaga popularitas Ginshiro. Konatsu yang pada awalnya tidak menyukai Yasu akhirnya berbalik mengagumi laki-laki ini. Yasu berjuang untuk mengumpulkan uang bahkan untuk Ginshiro ketika aktor ini terpuruk dalam karirnya.
Pameran Keramik Karya Nurdian Ichsan
22 Mei – 5 Juni 2009
(kecuali Sabtu,Minggu dan hari libur nasional) Hall the Japan Foundation, Jakarta Pembukaan : Jumat , 22 Mei 2009 pk 19:30 Terbuka untuk UMUM tanpa tanda masuk.
Workshop and Residensi Nurdian Ichsan (Sasan) menyelesikan studinya di FSRD-ITB jurusan keramik tahun 2002. Sejak tahun 2000 ia mulai berkutat dalam workshop Earth Objects, bersama John Teschendorrf, di Galeri Soemardja, Bandung. Berturut-turut tahun berikutnya “Workshop for the art writer”, Pendidikan Seni Nusantara, Jakarta dan “Glass Blowing Workshop” dengan Yoshihiko Takahashi, Fabriek Gallery, Bandung. Menyusul residensi di Tajimi Ceramics and Design Institute, Tajimi City, Gifu Prefecture, Japan, granted by TSOOC. Tahun 2003 Sasan juga berpartisipasi dalam “Writer in Residence”, Pasir Impun Curatorial Program and Selasar Sunaryo Art Space, Bandung dan terakhir mengikuti residensi di The Shigaraki Ceramic Cultural Park, Koka City, Shiga Prefecture, Japan, granted by The Japan Foundation.
Pameran Sasan mulai berpameran sejak 1999 dan bermula dengan “Clay and Fiber”, Bietnik Gallery, Bandung dan “Java–Bali Ceramic Exhibition”, Cultural Park Gallery, Yogyakarta. Tahun-tahun berikutnya juga disarati dengan pameran di berbagai kota di kota Bandung, Yogyakarta, Jakarta, Berlin-Jerman,Jepang, Filipina dan Malaysia. Dengan deretan pengalaman dan keunikan karyanya Sansan mendapatkan undangan untuk kembali beresidensi di Shiga-Jepang selama 2 bulan. Setelah membaca oleh-oleh berupa tulisannya di bulletin Nuansa ini, kami mengundang anda untuk juga mengapresiasi karyanya yang merupakan hasil dari pencermatannya yang juga merupakan oleh-olehnya dari Jepang. Selamat mengapresiasi !
24 13
Titik Temu Keramik di Shigaraki Di dalam komplek Shigaraki Ceramic Cultural Park terdapat Museum of Contemporary Ceramic Art yang memiliki koleksi karya seniman keramik ternama dari berbagai negara.
18
Titik Temu Keramik di Shigaraki Seniman bisa melihat bagaimana keramik sebagai salah satu media kesenian ternyata memiliki kemungkinan yang sangat luas. Setiap seniman yang melakukan residensi akan menyumbangkan satu karya mereka. Karya-karya tersebut sebagian bisa kita lihat di sekitar komplek Togei no Mori. Kita bisa menemukan berbagai karya mulai dari tradisi pottery, kecenderungan sculptural, sampai dengan instalasi, mulai kecenderungan formalis sampai figuratif, bahkan sampai dengan mix material.
Penulis mendapat kesempatan untuk melakukan residensi selama
dua setengah bulan pada tahun 2008 di Institute Ceramic Studies, The Shigaraki Ceramic Cultural Park (Togei no Mori), Koka City, Shiga Prefecture sebagai bagian dari Jenesys Program. Togei no mori didirikan tahun 1990 sebagai wadah bagi publik untuk memahami perkembangan seni keramik di daerah shigaraki khususnya dan Jepang umumnya. Di dalam komplek Shigaraki Ceramic Cultural Park terdapat Museum of Contemporary Ceramic Art yang memiliki koleksi karya seniman keramik ternama dari berbagai negara. Selain itu terdapat juga Institute of Ceramic Studies yang merupakan tempat residensi bagi seniman keramik baik dari Jepang mau pun dari negara lain. Sedangkan Exhibition Hall of Industrial Ceramics merupakan tempat promosi bagi industri keramik Shigaraki. Semua unit dalam Shigaraki Ceramic Cultural Park tersebut secara aktif mengadakan berbagai kegiatan pameran, workshop, dan pasar seni.
Pengalaman menarik bagi penulis adalah melihat berbagai kemungkinan penggunaan material keramik, berbagai pendekatan teknis, dan bermacam gagasan. Harus diakui bahwa faktor dukungan material dan fasilitas memegang peranan penting bagi seniman keramik, meski demikian ternyata banyak sekali karya-karya yang dibuat dengan teknik sederhana namun tetap menarik. Bagi penulis hal paling menarik adalah spirit kerja para seniman tersebut. Tampak sekali semangat tersebut mempengaruhi proses kerja dan hasil akhir. Hampir semua karya—baik dengan teknis sulit mau pun mudah—pada hasil akhirnya menunjukkan kekuatannya masing-masing. Semangat dan mental kesenimanan ini mungkin pengalaman berharga yang tidak mudah di dapat di Indonesia. Shigaraki Ceramic Cultural Park seperti menjadi titik temu perkembangan seni keramik dari berbagai dunia. Kita bisa melihat keragaman dan kesamaan kecenderungan seni keramik dari sisi intensi, teknik, dan gagasan. Melalui koleksi museum dan perpustakaan kita bisa melihat bagaimana sejarah seni keramik modern dan perkembangan seni keramik kontemporer.
Penulis sendiri dalam kesempatan residensi merencanakan membuat karya life size, namun sayang sekali karena fasilitas tungku pembakaran ukuran besar tidak dapat digunakan karena sudah full book, akhirnya penulis meneruskan karya-karya yang sudah dibuat di Indonesia. Menarik sekali adalah pendapat para seniman keramik di sana terhadap karya penulis. Banyak yang melihat karya penulis tidak berangkat dari tradisi keramik melainkan dari tradisi patung, dan lebih dekat pada kecenderungan seni rupa kontemporer. Penulis Institute Ceramic Studies sejak tahun 1991 telah menerima ratusan melihat pula ternyata pada tingkat tertentu karya seni mengandung seniman keramik dari berbagai negara untuk melakukan residensi. Pada pengalaman bersama yang bersifat universal, tanpa harus misalnya saat penulis tinggal dua setengah bulan pada tahun lalu, selain bertemu mencari-cari identitas kultural ke-Indonesia-an misalnya. 5 seniman dari Australia, India, Kamboja, dan Laos juga seniman-seniman lain dari Jepang, Korea, Inggris, Prancis, Belanda, Amerika, dan Interaksi semacam ini bagi penulis berharga, melalui saling tukar Taiwan. Tujuan program residensi selain memberikan peluang bagi para gagasan dan pengalaman semangat dan mental kesenimanan bisa seniman berkarya juga saling bertukar pengalaman, teknik, gagasan, terbentuk. Selain itu pengalaman langsung memberikan pemahaman dan membangun jaringan. Institute Ceramic Studies sendiri terbuka terhadap seni keramik di Jepang dan negara-negara lain. Pengalatidak hanya untuk seniman keramik, melainkan juga seniman dengan man ini juga memberikan pemahaman terhadap kesenimanan penulis latar belakang berbeda. Bahkan seniman kontemporer Cai Guo Jiang sendiri dan posisi seni keramik Indonesia. dari Cina dan Yoshitomo Nara dari Jepang pernah melakukan residensi. (Nurdian Ichsan, peserta Jenesys Program tahun 2008)
19
FILM Di hall JF as lt. 2 Gd. Summitm a Indonesia
Teks. Bahas
IS
Tiket GRAT
h sejak 1 jam dapat diperole t. aran di tempa sebelum pemut
20
Ingin tahu kondisi masyarakat yang maju seperti Jepang ? Semoga film-film ini dapat menggambarkan sebagian kondisi yang tengah mereka hadapi saat ini.
“ Liku-liku Yakuza”
11
Juni
Pk. 16:00 Kamikaze Taxi Pk. 18:30 Kidzu Return
Kamikaze Taxi
1995/150 menit/dewasa Sutradara : Masato Harada | Pemain : Koji Yakusho, Kazuya Takahashi, Reiko Kataoka Animaru, seorang boss yakuza, membunuh Renko, kekasih Tatsuo. Tatsuo yang juga anggota yakuza kelompok lain bertekad membalas dendam dengan mencuri uang Domon-seorang politikus. Dalam pelariannya ia bertemu dengan Kantake dan Tama yang juga berseteru dengan Animaru. Bertiga mereka menyerang Animaru namun kaki tangan Domon berhasil melumpuhkan serangan ini. Ketika Tatsuo terbunuh, Kantake meneruskan penyerangannya terhadap Domon yang dahulu meracuni ayahnya dalam sebuah aksi politik.
12
Juni
Pk. 16:00 Kidzu Return Pk. 18:30 Watashino Grampa
Mereka Kembali Kidzu Return
1996/108 menit/dewasa Sutradara : Takeshi Kitano | Pemain : Masanobu Ando, Ken Kaneko, Kyosuke Kasuya Shinji dan Masaru adalah pembuat onar semasa bersekolah dahulu. Belakangan, Shinji menjadi petinju profesional sedangkan Masaru bergabung dengan kelompok yakuza. Teman mereka, Hiroshi yang berwatak lembut bekerja sebagai sopir. Nasib mereka tidak terlalu mulus, kenyataan ini lain dari angan-angan mereka ketika masih bersekolah dulu. Foto © 1996 Bandai Visual OFFICE KITANO
Mereka Kembali Kidzu Return 1996/108 menit/ dewasa Sutradara : Takeshi Kitano | Pemain : Masanobu Ando, Ken Kaneko, Kyosuke Kasuya
Shinji dan Masaru adalah pembuat onar semasa bersekolah dahulu. Belakangan, Shinji menjadi petinju profesional sedangkan Masaru bergabung dengan kelompok yakuza. Teman mereka, Hiroshi yang berwatak lembut bekerja sebagai sopir. Nasib mereka tidak terlalu mulus, kenyataan ini lain dari angan-angan mereka ketika masih bersekolah dulu. Foto © 1996 Bandai Visual OFFICE KITANO
My Grandpa Watashino Gurampa
2003/113 menit Sutradara : Yoichi Higashi | Pemain : Bunta Sugawara,Satomi Ishihara, Tadanobu Asano Godai Kenzo kembali ke rumah setelah 13 tahun mendekam di penjara. Cucunya Tamako bingung menghadapi kedatangan kakek yang dianggapnya ‘aneh’, namun ia berusaha menjalin hubungan dengan menyapanya ‘grampa’. Di sisi lain, pembebasan Godai telah lama dinantikan oleh Hikita, boss yakuza yang kehilangan anak buahnya akibat ulah Godai. Berniat membalas dendam. kelompok yakuza ini menculik Tamako …..
21
Kegiatan budaya di jepang Bulan JULI
Festival Tanabata (festival bintang)
Merupakan pengaruh legenda Cina yang mengisahkan bintang penenun(Vega) dan gembala sapi Altair)- pasangan kekasih yang hanya bisa bertemu setahun sekali di tanggal 7 di bulan Juli. Biasanya malam tersebut tidak hujan dan langit penuh dengan bintang. Persitiwa Tanabata ini dirayakan dan masyarakat Jepang menuliskan keinginan dan aspirasi romantis pada selembar kertas panjang yang digantung di pohon bamboo bersama hiasan lainnya. Ingin turut merasakan festival-festival ini di Jakarta ? Silakan datang ke perpustakaan JF ! Anda bisa berwisata melalui buku-buku, majalah, tayangan video dan TV serta mencicipi suasana festival besama hiasan ruang yang ada. Silakan gantungkan harapan anda pada pohon bambu di pintu perpustakaan kami!
22
Dari acara BINCANG-BINCANG
Dari acara BINCANG-BINCANG The Japan Foundation, Jakarta, pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2009 lalu mengadakan acara ‘Bincang-bincang’ dengan mengundang siswa-siswi SMK di Jakarta dan sekitarnya. Umumnya sekolah tersebut memiliki mata pelajaran bahasa Jepang seperti; SMK Jaya Wisata, SMK Santa Maria dan SMKN 57.
IGO
Setiap Jum’at pk. 17:00~ selesai Terbuka untuk UMUM. GRATIS. Ruang Serba Guna. Bagi para peminat silakan hubungi mbak YUI Rieko (021) 520-1266
Acara bincang-bincang kali ini terdiri dari empat sesi. Sesi pertama adalah sesi mengenai kesempatan magang di Jepang yang diberikan oleh ibu Hj. Ligia Emilia Muchtar, MA, Kepala Bidang Kerjasama Bilateral Pusat Administrasi Kerjasama Luar Negeri, Depnakertrans. Sesi kedua adalah mengenai ‘Bekerja di Perusahaan Jepang’ yang diberikan oleh Itsubashi Yachiyo dari Krama Yudha Tiga Berlian dan ibu Sri Banowati dari PT. Musashi Indonesia. Sesi ketiga mengupas masalah ‘Tour Guiding Turis Jepang’ oleh bapak Amaludin, freelance tour guide berbahasa Jepang dan Yui Rieko dari the Japan Foundation. Sedangkan sesi keempat dan terakhir adalah ‘Demonstrasi Memasak Masakan Jepang’ yang diberikan oleh Chef Takai Hitoshi dari Basara Restaurant. Mengenai isi dari masing-masing sesi yang tentunya sangat menarik dan membuka wawasan dapat disimak pada www.jpf.or.id
23
19 juni - 2juli 2009
PERSELFTIVE
(Art Exhibition of Personal-Self Perspective)
di Hall JF. Summitmas I lt. 2 Pembukaan : 19 Juni 2009. pk. 19:30 Pameran : 22 Juni 2009 ~ 2 Juli 2009 Pk. 10:00 ~18:00 ( Senin~ Jumat ) : Sabtu-Minggu dan hari libur nasional TUTUP. Diskusi Seni Rupa : 23 Juni 2009 Workshop Lino Cut : 26 Juni 2009 Workshop Origami Batik : 1 Juli 2009
24
(mohon konfirmasikan kembali waktu penyelenggaraan termasuk jadwal workshop) Terbuka untuk UMUM. Tanpa tanda masuk.
Daftar Buku Baru Perpustakaan The Japan foundation Buku – buku berbahasa Inggris : Rivalry: a geisha’s tale / Kafu, Nagai / 2007 Strong in the rain : selected poems / Miyazawa, Kenji / 2007 The glass slipper and other stories / Yasuoka, Shotaro / 2008 A wild Haruki chase : reading Murakami around the world / 2008 The temple of the wild geese and bamboo dolls of echizen / Mizukami, Tsutomu / 2008
25 Menampilkan karya tugas akhir mahasiswa Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Jakarta yang juga akan diselingi acara workshop grafis lino cut dan origami kain batik serta diskusi tentang perkembangan dunia seni rupa. Peserta Pameran: SENI LUKIS : Ari Suprayogi | Gunawan Wibisono | Nenis Fauziah | M. Sigit Budi S. | Chairunisa | Purwanto | Triyanugerah Harefa | KOMIK : Rahmat Muslim H. LUKIS AIRBRUSH : Hamdi Ahadi GRAFIS MURNI : Khairul Ramdhani DESAIN GRAFIS : Dedi Gumelar | Galih R.Santosa DESAIN PRODUK : Murniati | Yohanes Daris A.B. SENI PATUNG : Dwi Putri Restiany
Buku – buku berbahasa Jepang : Shinu no gihou : zaitakushi ni miru sou no reisetsu. Shiseikan / 2008 Ouken to toshi / Imatani, Akira / 2008 Kansai o souzousuru / Senda, Minoru / 2008 Manga de tanoshimu nou no meikyo 70 ban / Mura, Naoya / 2007 Sekai ni hasshin! Creator no anime jutsu / 2005 Kawaii ron / Yomota, Inuhiko / 2006 Japanese Entertainment Report / Asoh, Kohtaroh / 2006
Fotografi Jepang tahun 1970-an hingga saat ini 6-27 Juli 2009
di hall, galeri MINI, the Japan Foundation 10:00-18:00 (Senin-Jumat) . etrbuka untuk UMUM. GRATIS.tanpa tanda masuk.
Sebagai bagian dari program-program seni visual, The Japan Foundation juga menjadwalkan pameran keliling Fotografi Jepang. Kali ini karya-karya yang dipamerkan akan menampilkan foto ekspresi yang muncul di Jepang sejak tahun 1970an. Pameran ini meliputi 76 karya foto dari 23 orang fotografer.
26
Karya yang dipajang terbagi dalam dua tema bagian . Bagian pertama adalah , “Masyarakat yang Berubah," yang menitik beratkan perhatian pada manusia sebagai anggota masyarakat. Bagian ke dua, "Landsekap yang Berubah" yang menampakkan kota-kota, daerah pinggiran kota, dan alam.
"Memandang Dunia Kontemporer Fotografer: Daido Moriyama | Shomei Tomatsu | Nobuyoshi Araki | Kazuo Kitai | George Hashiguchi | Mitsugu Ohnishi | Hiromi Tsuchida | Hiroh Kikai | Masato Seto | Shuji Yamada | Akihide Tamura | Eiji Ina | Toshio Shibata | Norio Kobayashi | Toshimi Kamiya | Yutaka Takanashi | Kikuji Kawada | Ryuji Miyamoto | Takashi Homma | Miyuki Ichikawa | Risaku Suzuki
Majalah
Bulanan Remaja. Beberapa trend untuk musim semi di Jepang tahun ini menampilkan berbagai gaya;
Happy Casual LOLITA;
ROCK;
Para Remaja yang penasa-
ran seperti apa sih gaya ‘fashion’ terkini di Jepang dapat mengintip berbagai majalah remaja Jepang yang selalu hadir dengan nomor-nomor terbaru ! Salah satu majalah yang tampil ‘heboh’ dan sarat dengan segala pernak pernik untuk remaja adalah majalah KERA dari Index Communications.
Majalah KERA terbitan
Maret 2009 vol. 127 dengan Kobayashi Ryouko sebagai cover membahas berbagai topik yang kini tengah ramai dibicarakan para remaja di Jepang bulan ini dalam tema :
“Check List barangbarang yang kamu inginkan !” Penasaran kan? Cek jadwal buka perpusatakaan JF dan selamat menikmati koleksi majalah-majalah yang kami miliki !
Tampaknya T-shirt berlengan panjang, celana pendek jeans ataupun rok mini bertumpuk dengan motif kotak-kotak (tartan patern) plus kaus kaki selutut dan sepatu sneakers menjadi pilihan. Jacket bertopi (hood) pun tampil dengan warna yang didominasi hitam dengan aksen merah di sana-sini. Motif bendera Inggris yang memang identik dengan motif tartan tampil dalam bentuk jaket, kaus, tas hingga pouche make up.
Anarchi Hard
PUNK;
Dominasi warna hitam lebih kuat dibandingkan Happy Casual Rock dengan sedikit aksen merah dan motif tartan pada vest, jaket ber-hood atau pun rok tumpuk. Jeans belel hitam dengan tambalan di sana sini juga menambah kuat kesan punk. Walau gaya punk memilih sneakers berwarna hitam, alas kaki yang lebih sering digunakan adalah sepatu kulit hitam berhak tinggi atau pun boots hitam. Kaus kaki bergaris dan stocking warna gelap digunakan untuk membalut kaki dari cuaca yang masih dingin. Aksesoris lainnya ? Tentu saja rantai-rantai yang bergelantungan di mana-mana. Magical Fantasy PUNK sedikit menampilkan kesan imut walau masih beraliran keras seperti tas kain berkarakter kucing yang penuh motif jahitan di wajah dan rok tumpuk dengan sedikit renda.
Untuk musim semi ini, gaya Romantic LOLITA tampil dengan banyak renda, rok bertingkat dan pita di mana-mana. Sesuai dengan musim semi yang tiba, motifmotif cerah dan bunga-bunga pun bertaburan di mana-mana. Sepatu bermotif polkadot, tas tangan berwarna cerah melengkapi penampilan penggemar gaya Lolita yang kerap tampil bak boneka hidup.
Classical LOLITA tampil
dengan topi-topi klasik dengan tambahan bunga, bulu-bulu dan renda. Warna-warna gelap yang anggun seperti maroon, abu-abu tua, biru tua dan coklat muncul pada rok-rok lipit selutut ala Victorian Maiden ataupun one piece.
Lovely LOLITA tampil dengan one piece yang sedikit sexy dengan pundak terbuka dan potongan sensual. Rok dalam berupa celana pendek balon berenda merupakan perlengkapan yang tidak ketinggalan untuk dikenakan. Gaya GOTHIC tentu saja didominasi warna hitam, dengan atasan berbentuk kemeja ataupun jaket berkerah plus rok selutut dan stoking hitam. One piece dengan sedikit renda dan rok bertumpuk yang umumnya panjang tentu saja didominasi oleh warna hitam.
27
PRANGKO BERLANGGANAN KP JAKARTA MAMPANG 12700 NO 38/PRKB/JKTM/WILPOS IV/2008