1 minute read

Rusia Keluar dari Perjanjian Nuklir

MOSKOW – Kedatangan Presiden

Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke

Ukraina langsung memantik reaksi keras dari Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin pun menebar ancaman.

’’Saya terpaksa mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian senjata ofensif strategis,’’ bunyi penggalan pidato kenegaraan Putin kemarin (21/2).

Pidato itu dibacakan di hadapan anggota parlemen, komandan militer, dan para prajurit Rusia. Pidato Putin juga disaksikan banyak penduduk Rusia. Maklum, perang dengan Ukraina dibantu sekutunya telah banyak menimbulkan dampak.

New Start yang dimaksud Putin dalam pidatonya adalah perjanjian pengurangan senjata strategis antara Rusia dan AS. New Start merupakan kesepakatan senjata nuklir terakhir yang tersisa antara dua negara tersebut.

Pada 2021, perjanjian itu diperpanjang selama lima tahun. Kesepakatan tersebut ditandatangani pada 2010. Tujuannya, masing-masing negara membatasi kepemilikan hulu ledak nuklir di angka 1.550.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kesepakatan sebelumnya. Selain itu, dalam New

Start terdapat aturan pembatasan rudal yang diluncurkan dari darat dan kapal selam serta pengerahan pesawat pengebom yang bisa membawa hulu ledak nuklir. ’’Rusia akan melakukan uji coba nuklir jika AS juga melakukannya,’’ ancam

Putin seperti dikutip CNN.

Rusia memiliki persediaan senjata nuklir terbesar di dunia. Para pakar memperkirakan jumlahnya hampir 6 ribu hulu ledak. Bahkan, sekitar 90 persen hulu ledak nuklir dunia dimiliki Rusia dan AS. Putin menegaskan, tindakan AS hanyalah usaha dengan dalih menggunakan prinsip demokrasi dan kebebasan untuk mempertahankan nilai-nilai totaliternya. Selain itu, upaya mengalihkan perhatian dari skandal korupsi serta masalah sosial ekonomi yang tengah dihadapi Washington.

Putin menggambarkan sejatinya Rusia sebagai korban dari perang yang terjadi saat ini. Yang bertanggung jawab atas ini semua adalah negara-negara Barat, pemerintah Ukraina, serta para elite politiknya. Mereka tidak melayani kepentingan nasional, tapi kepentingan negara ketiga. AS dan negara-negara Barat juga dituding menggunakan Ukraina sebagai pangkalan militer guna melawan Rusia.

’’Semakin banyak mereka mengirim senjata ke Ukraina, semakin besar tanggung jawab kami atas situasi keamanan di perbatasan Rusia. Ini adalah respons alami,’’ tegasnya.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia kemarin juga memanggil Duta Besar AS untuk Rusia Lynne Tracy. Itu menyusul peningkatan keterlibatan Washington dalam perang Ukraina. Rusia resmi menyerahkan nota protes diplomatik ke AS. Sebab, AS menyuplai senjata ke Ukraina dan mengirim intelijen untuk menyerang wilayah Rusia.

Fakta tersebut menjadi bukti bahwa klaim AS tidak terlibat dalam konflik adalah sebuah kebohongan. Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan, keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasi dalam perjanjian New Start berpotensi membuat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya. Dia mendesak Moskow untuk mempertimbangkan lagi keputusannya. ’’Lebih banyak senjata nuklir dan lebih sedikit kontrol senjata membuat dunia lebih berbahaya,’’ ujarnya. (sha/c7/hud)

This article is from: