1 minute read

Setop Kekerasan Seksual pada Anak

DIKETAHUI bahwa sepanjang tahun 2022, KPAI mendapatkan pengaduan sebanyak 5000 kasus, baik secara langsung, tidak langsung, maupun melalui daring dan media massa. Adapun pengaduan paling tinggi dari klaster Perlindungan Khusus Anak (PKA) sebanyak 2.133 kasus. Kasus tertinggi adalah jenis kasus anak menjadi korban kejahatan seksual dengan jumlah 834 kasus. Sungguh kenyataan yang menyayat hati.

Banyaknya kasus kekerasan pada anak merupakan cermin lemahnya sistem pendidikan, ekonomi , maupun sosial disekitar kita. Betapa begitu mudahnya anak-anak kecil mengakses video atau tayangan yang berunsur pornografi dan pornoaksi, apakah dari game yang selalu mereka mainkan setiap hari, dari film kartun, dari tontonan-tontonan lainnya yang senantiasa bertebaran dimana-mana, sehingga dengan mudah mempengaruhi pola pikir maupun pola bersikap anak-anak tersebut.

Meskipun sudah ada penjagaan dari orang tua, namun hal ini menjadi tidak cukup manakala anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan tidak adanya sinergi antara di rumah dan di lingkungan sekitar, terlebih kurangnya tindakan preventif yang dilakukan oleh negara, sehingga banyak yang teraruskan oleh hal negatif tersebut Sudah seharusnya menyamakan persepsi dari semua lini mulai dari keluarga, masyarakat, dan negara agar tujuan yang diinginkan yaitu menyetop aksi kekerasan pada anak bisa terealisir.

Yaya Aulia Bogor

pendidikan. Karena pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah negara. Dari pendidikan bisa mencetak dan menghasilkan generasi bagi suatu bangsa. Jika pendidikannya baik, maka hasilnya akan baik pula, begitu sebaliknya.

Apa yang terjadi pada generasi saat ini, merupakan hasil dari pendidikan dan lingkungan yang mempengaruhinya. Fenomena remaja yang kecanduan game online, terjebak kontenkonten porno, bahkan masuk dalam pelaku pornografi, dan pornoaksi tidak bisa dilepaskan dari sistem yang menaungi generasi saat ini. Sekularisme liberal telah sukses memalingkan pemuda dari hakekat tujuan hidup mereka. Jika hal ini dibiarkan, maka generasi penerus dalam ancaman serius. Maka diperlukan sebuah solusi yang bisa menyentuh akar masalah, yakni sistem pendidikan yang tidak memisahkan agama dari kehidupan. Karena adab, moral, dan akhlak merupakan tuntunan agama yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan yang dijalaninya. Hal inilah yang harus ditanamkan dalam individu generasi agar menjadi insan yang bertakwa.

Sehingga, diperlukan sebuah perhatian besar terhadap pendidikan generasi penerus bangsa ini. Karena generasi yang cemerlang akan lahir dari sebuah sistem pendidikan yang cemerlang juga. Sebuah sistem pendidikan yang memiliki kriteria sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa. Sebuah sistem yang bisa menjawab semua problematika yang ada, yang mampu menjawab pertanyaan mendasar dalam kehidupan umat manusia. Sehingga terbentuklah generasi yang mempunyai kepribadian, dan pola sikap yang bisa dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat kelak.

Isty Da’iyah Surabaya

This article is from: