
1 minute read
Bima Minta Siskamling Diaktifkan
sehingga bisa selesai tepat waktu. “Tidak mungkin Pemkot Bogor melakukannya sendiri, karena personel Dishub, Polisi, TNI dan Satpol-PP terbatas. Jadi sangat butuh dukungan dari warga untuk sama-sama mengawal ini,” jelasnya. Namun ia memberikan catatan, ketika melakukan pemeriksaan ke lapangan, masih banyak titik-titik rawan yang memerlukan banyak petugas untuk standby, seperti di perempatan Gang Aut, Jalan Roda dan titik-titik lainnya. Untuk itu menurutnya, perlu kembali mengaktifkan kegiatan pengawasan warga, baik siskamling atau kegiatan lainnya. “Bersama-sama kita kawal, sehingga apabila ada hal yang perlu disesuaikan di lapangan, maka bisa sesegera mungkin kita lakukan penyesuaian,” katanya. Dia menegaskan, rencana revitalisasi jembatan otista sudah melalui proses panjang.
Mulai dari hasil kajian dan pembahasan. Namun, tentu itu tidak lebih dari konsep di atas kertas, yang mana sangat mungkin saat di lapangan terjadi hal-hal yang perlu diantisipasi bersama.
“Forkompinda menyepakati Posko akan diatur dari pos Baranangsiang, pusat kegiatan ada di sana, tapi di titik ini juga kita pantau bersama. Ada CCTV yang ditempatkan untuk dimonitor bersama,” ujarnya. Maka dari itu, pengajian dan doa bersama ini menurutnya, sangat penting. Selain untuk diberi kelancaran, juga untuk merapatkan barisan, menyamakan frekuensi dan meyakini ini kerja keras bersama.
Pembangunan ini tidak lain tidak bukan untuk kepentingan dan kemaslahatan warga. Pasalnya, banyak manfaat jika Jalan Otista lancer. Maka akan berdampak pada lancarnya pusat kota dan membuat
Jalan Otista
Jadi Arena Bermain
Sambungan dari Hal 12
Pemandangan ini berlanjut keesokan harinya. Warga yang datang semakin ramai. Tua muda berkumpul, menikmati masa-masa terakhir jembatan yang diperkirakan sudah berusia 90 tahunan itu.
Pasalnya, Jembatan Otista dalam beberapa hari ke depan akan mulai direvitalisasi. Kawasan di sekitarnya bakal turut ditutup hingga akhir tahun. Kesempatan ini pun tak disia-siakan anak-anak dari
Kelurahan Baranangsiang.
Mereka menyulap Jalanan Otista menjadi lapangan sepak bola. Jalan beraspal itu juga tak luput jadi lintasan balap lari dan sepeda. Belasan sampai puluhan sepeda meroda di sana, pada siang hingga sore hari. Meski sesekali bersinggungan dengan pekerja yang lalu lalang, hal itu tak menyurutkan semangat bermain para bocah. “Mereka sendiri yang memaksa untuk main di sini.
Karena banyak temantemannya yang lebih milih untuk main di sini jadi ikutikutan,” ucap Alu, salah seorang warga RT 3 RW 12 yang tengah mengawasi anaknya bermain di Jalan Otista. Meski tak lagi digunakan sebagai jalan umum, Alu tetap khawatir pada keselamatan kedua putranya, Juan (7) dan Zyan (3). “Di sini banyak kendaraan proyek yang mulai lalu-lalang makanya saya jaga,” imbuhnya. Ia mengatakan, kebanyakan anak-anak yang bermain di sana berasal dari wilayah sekitar Jembatan Otista. Tepatnya warga RW 12 Kelurahan Baranangsiang. Beberapa di antaranya juga merupakan siswa SDN Bangka 3, yang letaknya tepat di pinggir Jalan Otista.
“Hari ini memang sudah masuk sekolah, tapi karena kegiatannya halal bihalal saja mereka pulang cepat dan main di sini. Ini jadi kesempatan mereka sebelum penutupan nanti,” tutur Alu. (fat/c)