JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No. Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print)
1
Perancangan Trek Sepeda Di Dalam Bangunan Gedung Bertingkat Mal UMKM Muhammad Risqi Reza Saputra dan Endy Yudho Prasetyo Departemen Arsitektur, FT-SPK, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail: endy_yudho_prasetyo@its.ac.id Abstrak— Trek sepeda dan gadung bertingkat adalah 2 (dua) hal yang sangat tidak berdekatan dalam beberapa hal arsitektural. Seperti level lantai, sirkulasi pengguna, serta tipe ruang. Namun dalam perancangan kali ini, dua hal tersebut dicoba untuk dikombinasikan menjadi satu objek rancang, yaitu sebuah Mal UMKM. Pendekatan transprogramming digunakan untuk memahami bahwa elemen ruang trek sepeda dan mal dapat dikombinasikan terlepas dari ketidaksesuaian tata ruang antara keduanya. Dengan metode superimposisi, ketidaksesuaian tersebut dapat dipisahkan menjadi elemenelemen independen yang kemudian dapat disatukan dan konflik ruang di dalamnya dapat disesuaikan. Sehingga ruang trek sepeda dan ruang mal dapat terkombinasi dalam satu objek rancang. Kata Kunci— trek, transprogramming.
T
sepeda,
bertingkat,
superimposisi,
I. PENDAHULUAN
rek sepeda dan gadung bertingkat dikombinasikan karena keperluan fungsi bangunan -mal- menghadirkan keramaian ke dalam bangunan untuk meningkatkan eksposur UMKM di dalamnya. Yaitu dengan cara menghadirkan aktivitas yang bersifat komplementer terhadap aktivitas Alun-Alun Merdeka Malang -yang diposisikan sebagai kantung sumber keramaian bagi Mal UMKM- yaitu aktivitas bersepeda. Dalam pembahasan disjunction oleh Bernard Tschumi, Ruang dalam arsitektur dihadirkan dengan intensi tertentu dan aktivitas yang terjadi di dalamnya hadir dengan intensi tertentu pula. Keduanya bersifat terpisah dan bisa jadi berhubungan secara timbal balik, bertentangan, maupun mengabaikan [1]. Dalam arsitektur, ruang dihadirkan dengan intensi tertentu, seperti fungsi praktis berdasar kebutuhan pengguna, ekonomis, maupun politis tertentu. Dengan pandangan keterpisahan antara ruang dan aktivitas, dimungkinkan bahwa intensi awal penghadiran suatu ruang dapat dipengaruhi atau bahkan dieskalasi dengan dihadirkannya aktivitas lain yang mungkin tidak selaras dengan ruang yang ada, tetapi bersifat mendukung terhadap intensi ruang tersebut dihadirkan. Jadi, dengan hadirnya aktivitas baru -bersepeda- dapat mendukung intensi dihadirkannya Mal UMKM, yaitu meningkatkan eksposur UMKM. II. PENDEKATAN DESAIN Trek sepeda merupakan sebuah program ruang yang dikombinasikan dengan kumpulan program ruang Mal UMKM. Trek sepeda dengan elemen trek yang memiliki alur tunggal dan terdiri dari satu layer level, berbeda dengan
Mal dengan elemen ruang dasar toko dan koridor dengan alur majemuk dan terdiri dari multi-layer level. Maka dari itu, pendekatan transprogramming digunakan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana dua program ruang dengan ketidaksesuaiannya dalam tata ruang dapat dikombinasikan dalam satu objek rancang. Transprogramming adalah istilah yang diciptakan oleh Bernard Tschumi yang merupakan satu dari tiga opsi kombinasi dari beberapa program ruang yang berbeda. Dalam bukunya, Event Cities 3 (2005), Bernard Tschumi menjelaskan bahwa Transprogramming adalah suatu kombinasi dari beberapa program yang berbeda dalam suatu bangunan terlepas dari tata ruang dan ketidaksesuaian antara program-program tersebut, dan program-program tersebut disatukan dalam fungsi objek yang sama. Oleh karena itu objek rancang yang dihasilkan berasal dari berbagai konfigurasi yang bersimpangan dan antar program saling terintegrasi [2]. III. METODE DESAIN Trek sepeda dan gadung bertingkat (mal) adalah 2 (dua) hal yang sangat tidak berdekatan dalam beberapa hal arsitektural. Seperti level lantai, sirkulasi pengguna, serta tipe ruang. Namun dalam perancangan kali ini, trek sepeda dan mal dicoba untuk dikombinasikan menjadi satu objek rancang, yaitu sebuah Mal UMKM. Dari ketiga perbedaan tersebut (tipe ruang, level lantai, dan sirkulasi pengguna) masing-masing dikombinasikan perbedaannya dengan metode superimposisi. Superimposisi merupakan teknik menggabungkan dengan saling tumpang-tindih antara layerlayer yang bersifat independen antara satu dengan yang lainnya. Layer-layer tersebut digabungkan dan konflik (ketidaksesuaian) di antara layer disesuaikan sehingga dapat menjadi satu kesatuan [3]. A. Tipe Ruang Trek sepeda dengan aktivitasnya bersepeda, merupakan aktivitas olahraga yang sifatnya rekreatif lebih relevan dengan tipe ruang luar (outdoor). Sedangkan ruang mal memerlukan ruang dengan cahaya, temperatur, dan kelembaban yang terkondisikan sehingga tipe ruang yang dihadirkan adalah ruang dalam (indoor). Trek sepeda dan mal berada pada ruang yang sama, tetapi keduanya memiliki dua tipe ruang yang berbeda. Maka, konsep penyelesaiannya adalah membuat ruang dengan suasana ruang luar (outdoor) yang sesuai dengan trek sepeda dengan menggunakan selubung ruang sehingga membuatnya menjadi ruang dalam (indoor) yang sesuai dengan ruang mal.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No. Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print)
Gambar 1. Tipe Ruang (Dokumen Pribadi)
2
2) Superimposisi Layer Trek Sepeda dan Lantai Mal Setelah didapat pola trek sepeda pada proses sebelumnya, trek sepeda menjadi satu layer independen yang selanjutnya dikombinasikan dengan layer lain, yaitu layer lantai mal untuk mengombinasikan perbedaan keduanya dalam hal level lantai. Layer trek sepeda memiliki variasi level ketinggian yang lebih banyak dibanding layer lantai mal menjadikan adanya ketidaksesuaian di antara keduanya. Dengan superimposisi, kedua layer digabungkan dengan saling tumpang-tindih, lalu konflik yang terjadi akibat ketidaksesuaiannya disesuaikan.
B. Level Lantai Dalam menyatukan perbedaan level lantai antara trek sepeda yang terdiri dari single-level lantai dengan gedung bertingkat (mal) yang terdiri dari multi-level lantai, maka sebelumnya trek sepeda dibuat menjadi multi-level lantai. 1) Superimposisi Dalam Merancang Trek Sepeda Dalam proses membuat trek sepeda multi-level lantai, metode superimposisi diterapkan dengan menyusun beberapa basis loop trek sepeda ke atas dengan menumpuknya, lalu dikoneksikan antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat menjadi satu kesatuan trek sepeda.
Gambar 3. Superimposisi Layer Trek Sepeda dan Lantai Mal (Dokumen Pribadi)
Gambar 2. Superimposisi Dalam Merancang Trek Sepeda (Dokumen Pribadi)
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No. Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print) C. Sirkulasi Pengguna Setelah perbedaan dalam hal tipe ruang dan level lantai disesuaikan, selanjutnya adalah penyesuaian dalam hal sirkulasi pengguna di dalam objek rancang. Dalam penyesuaian level lantai, lantai mal terpisah menjadi 2 bagian karena menyesuaikan dengan level lantai trek sepeda. Maka diperlukan penghubung di antara lantai yang terpisah tersebut menggunakan tangga jembatan penghubung seperti pada Gambar 4.
3
IV. DESAIN Tampilan eksterior dari objek rancang menampilkan adanya trek sepeda di dalam bangunan menggunakan material kaca transparan di sepanjang trek sepeda.
Gambar 6. Rancangan Tapak Isometri dan Perspektif Eksterior (Dokumen Pribadi)
Struktur penopang trek sepeda yang berbentuk ramp lengkung menggunakan struktur baja yang ditopang dengan balok yang menumpu pada kolom yang berada di antara lengkungan trek sepeda. Diselubungi oleh material kaca transparan dan alas karet untuk grip roda sepeda.
Gambar 4. Tangga Penghubung Antar Lantai Mal (Dokumen Pribadi)
Lalu, sistem jalur trek sepeda dibuat searah untuk memudahkan pemetaan dan orientasi pengguna dalam bersepeda. Sedangkan pengunjung pejalan kaki bersirkulasi antar lantai menggunakan tangga jembatan penghubung.
Gambar 7. Isometri Struktur Trek Sepeda (Dokumen Pribadi)
Pada sisi interior objek rancang, sesuai dengan tipe ruang yang diharapkan -yaitu ruang luar (outdoor) di dalam ruang dalam (indoor)- maka elemen tanaman, material alam, dan geometri organik dihadirkan. Seperti tanaman dalam pot, tanaman gantung, railing kayu, dek kayu, langit-langit membran tensil, dan kolom berpenampang lingkaran. Lalu pada trek sepeda yang bersinggungan langsung dengan jalur pejalan kaki, terdapat railing pembatas untuk keamanan pengguna.
Gambar 5. Sirkulasi Pengguna Pejalan Kaki dan Pesepeda (Dokumen Pribadi)
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. X, No. Y (TAHUN), 2337-3520 (2301-928X Print)
Gambar 8. Perspektif Interior Sisi Pejalan Kaki (Dokumen Pribadi)
Gambar 9. Perspektif Interior Sisi Pesepeda (Dokumen Pribadi)
V. KESIMPULAN Trek sepeda (dengan tipe ruang luar (outdoor), singlelevel lantai, dan sirkulasi teratur) dapat dikombinasikan dengan gedung bertingkat (dengan fungsi mal yang bertipe ruang dalam (indoor), multi-level lantai, dan sirkulasi bebas) dengan pendekatan transprogramming dan metode superimposisi. Masing-masing perbedaan tersebut disesuaikan sehingga trek sepeda dan mal dapat dikombinasikan menjadi satu kesatuan objek rancang. UCAPAN TERIMA KASIH Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan YME karena telah diberi berkah untuk menyelesaikan jurnal ini. Terima kasih juga kepada narasumber dan juga rekan sejawat atas partisipasi dan dukungannya sehingga jurnal ini dapat selesai dengan baik. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
Tschumi, B. (1994). Architecture and Disjunction, New York: MIT Press Tschumi, B. (2005). Event Cities 3, New York: MIT Press. Narita, S. (2009). Superimposition of Events: Gagasan Superimposisi Berdasarkan Bernard Tschumi’s Parc de la Villete. Arsitektur.net, 3(2), 14-20
4