8 minute read
Menggali Ingatan: Metode Sejarah Lisan, Elisitasi, Wawancara
Hamdan Tamimi
Menjaga ingatan dalam sejarah lokal sebuah desa penting karena setiap desa mempunyai momen pengingatan yang beragam seperti adat istiadat, pernikahan, slametan, dan sebagainya. Oleh karena itu, menjaga ingatan sebuah desa bisa dilakukan dengan banyak cara, seperti menerbitkan tulisan, melakukan riset, pameran, dan lain sebagainya.
Advertisement
Desa Kalisat mempunyai ciri khas tersendiri dalam menjaga ingatan, seperti yang dilakukan teman-teman Sudut Kalisat. Mereka mengadakan pameran sederhana dengan menampilkan foto-foto milik warga sekitar. Mereka menggunakan metode penelusuran sejarah lisan yang cukup sederhana, menggali informasi yang cukup luas berdasarkan narasi dan arsip warga. Mereka memulainya dengan menelusuri ruang-ruang tamu warga, tempat nongkrong, warung kopi, dan sebagainya. Pada rumah-rumah penduduk Kalisat, biasanya kita akan dijamu di ruang tamu, lalu dipersilahkan masuk ke ruang tengah apabila sudah cukup akrab dengan pemilik rumah. Di sana lah biasanya tersimpan banyak arsip dan objek-objek yang menyimpan sejarah warga. Dari ruang-ruang tersebut mereka mencari sumber lisan, lalu mencoba menghubungkan dengan informasi-informasi di tempat yang lain. Tentu, tidak semua informasi benar, ada yang berlebihan, ada yang
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
27
tidak lengkap, ada benar, ada pula yang bohong. Dengan menghubungkannya satu per satu, maka serpihan narasi yang kecil-kecil dapat tersusun menjadi sebuah sejarah.
Ingatan warga, berdasarkan praktik Sudut Kalisat, bersumber pada beberapa ruang, antara lain:
Ruang Tamu: Kenapa ruang tamu? Ruang tamu tanpa kita sadari serupa sebuah museum kecil. Ruang tamu menjadi ruang ingatan keluarga, kenangan, dan identitas dari sebuah keluarga tersebut. Sebagai contoh, di ruang tamu terdapat foto sebuah keluarga naik haji, dari sana kita dapat menandai bahwa mereka adalah keluarga berlatar belakang muslim. Selain itu, terkadang juga terpajang fotofoto liburan keluarga, wisuda, koleksi objek—gelas, piring, benda pusaka, perabot, souvenir—yang menyimpan cerita dari mana objek-objek itu berasal.
Ruang Tengah: Ruang tengah menjadi pembatas antara ruang tamu dan dapur. Di ruang tengah terdapat benda-benda yang lebih personal dan privat. Ingatan dan cerita yang tersimpan di ruang ini lebih sulit dijamah karena tidak sembarang orang bisa masuk ke ruang ini. Diperlukan ikatan yang lebih dekat agar mendapatkan kepercayaan untuk bisa menemukan informasi di ruang tersebut. Tempat Nongkrong/Warung Kopi: Di warung kopi, biasanya tersimpan gosip-gosip dan cerita warga, apalagi jika tempat tersebut sudah berusia puluhan tahun. Dari sana informasi dapat digali, mengenai siapa saksi sejarah, apa rumor yang beredar, apa kerjadian-kejadian penting di masa lalu yang terngiang, dan sebagainya. Di sana, mudah untuk membaur dengan sesama warga, sehingga informasi dapat didapatkan dengan cara yang lebih cair. Meski demikian, perlu diimbangi dengan pola pencarian di tempat lain sebab tidak semua informasi yang beredar selalu akurat. Seperti yang diungkapkan oleh Hakim berdasarkan pengalamannya menggali ingatan warga di Kalisat: "Ingatan warga menjadi dasar
dalam mencari sebuah seumbersumber lainya dalam peneltian sejarah lisan walaupun data
tersebut masih tidak lengkap."
Proses penggalian ingatan sangat berhubungan dengan aspek budaya dan etika dari sebuah kelompok warga. Pertimbangan atas aspek-aspek tersebut menentukan seberapa cepat kita dapat menggali informasi yang diperlukan, juga seberapa dalam informasi yang bisa kita dapatkan. Meskipun terdengar sederhana, menggali ingatan warga sebetulnya tidak mudah. Ada banyak elemen yang perlu dipertimbangkan sebagai metode menggali ingatan warga yang telah dipraktikan oleh temanteman di Sudut Kalisat dan para peserta lain di dalam lokakarya, antara lain:
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
28
Bahasa: Bahasa menjadi cara masyarakat berkomunikasi sekaligus menjadi penanda identitas kelompok masyarakat. Ketika melakukan sebuah riset di daerah dan mengalami kendala dalam berkomunikasi dengan bahasa setempat, maka kemungkinan data yang didapatakan hanya sedikit karena keterbasan kita dalam memahami bahasa mereka. Sebaliknya, jika kita bisa berkomunikasi dengan baik, maka menjadi lebih mudah dalam percakapan, mengenal, dan memahami apa yang disampaikan. Menggunakan bahasa lokal juga memungkinkan percakapan masuk ke dalam wilayah narasi yang lebih personal dan intim yang mungkin jarang bisa didapatkan orang lain.
Ketika kita hanya bisa Bahasa Indonesia dan melakukan riset ke wilayah yang warganya bertutur bahasa lokal di keseharian, kita menjadi butuh penerjemah. Tetapi, terkadang informasi yang kita inginkan bisa jadi berbeda denhgan yang tersampaikan karena cara berkomunikasi dengan sumber informasi masih ada semacam jarak.
Tata Krama Setempat: Bertamu identik dengan tata krama. Misalnya, kita ketika partama kali bertamu ke rumah salah satu teman, tiba-tiba nyelonong tanpa salam, langsung duduk tanpa dipersilahkan maka pandangan pertama tuan rumah, "Lho kok
anak itu tidak punya tata krama, apa tidak diajari tata krama sama
orang tuanya." Itu akan terbesit ketika orang bertamu tanpa adanya tata krama.
Tata krama pun menjadi penting dalam menggali ingatan karena ketika bertamu ia menjadi semacam "kunci" pintu masuk saat bertamu. Apabila saat berkomunikasi kita memegang penuh tata krama setempat, maka sumber informasi akan menanggapi kita dengan baik.
Rasa: Dengan merasakan keadaan sekitar, memahami keadaan sekitar, apa yang dirasakan warga juga menjadi penting dalam menggali ingatan. Secara tidak langsung ketika kita merasakan apa yang dirasakan warga, membuat kita menjadi lebih peka terhadap kondisi sekitar lingkungan warga.
Sudut Pandang Asing: Terkadang sudut pandang orang luar dalam membaca wilayah warga menjadi semacam "pemantik" yang membuka kemungkinan cerita lain dari warga. Rasa penasaran yang kita tunjukan, ditambah informasi atau sudut pandang yang kita tawarkan, menjadi semacam nilai tambah bagi warga yang sehari-hari mengalami langsung ruang di mana mereka berada.
Fashion: Cara berpakaian menjadi salah satu aspek penting saat melakukan riset. Dengan memahami karakter cara berpakaian warga, kita dapat menyesuaikan diri seperti menjadi bagian dari warga juga. Sehingga tidak ada
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
29
kecanggungan saat menggali informasi dari lawan bicara.
Desas-Desus: Bisa diartikan juga sebagai gossip, rumor, gibah, dan ini bisa digunakan dalam menggunakan dengan lebih menajamkan kepekaan kita dalam mendengar dan menyikapi desas-desus ini. Desas-desus memantik topiktopik, kemungkinan narasumber, dan akses informasi baru yang memperluas pemahaman kita tentang apa yang kita sedang teliti.
Mengenal Keseharian: Mengenal keseharian seperti masakan, kegiatan, pekerjaan, dan pola perilaku dapat membantu kita untuk menggali informasi dari balik keseharian itu.
Jujur dan Apa Adanya: Faktor ini membuat warga dapat memahami tujuan riset kita dengan lebih jernih. Warga dapat memberi rujukan-rujukan, referensi, dan informasi sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Akan tetapi, cara ini bergantung pada konteks sosial warga di mana kita melakukan penggalian informasi. Beberapa kelompok warga mungkin cenderung canggung menerima tamu untuk tujuan riset, sensitif, tidak terbuka. Tetapi, beberapa kelompok lain justru terbantu apabila kita jelas memberikan tujuan kita.
Di luar faktor-faktor yang dijabarkan di atas, Mas Yon, salah satu warga Kalisat, menyebutkan, "Mendekat menjadi
salah satu langkah terbaik untuk
mempengaruhi." Karena dengan mendekat saat melakukan penggalian informasi, kita pun menjadi terbiasa dengan keseharian warga, dekat dengan keadaannya, komunikasi bisa terjalin dengan baik, dan menjadikan istilah mendekat sebagai metode untuk menggali ingatan warga.
Arsip keluarga juga bisa tidak kita temui hanya di Ruang Tamu, ia justru kebanyakan tersimpan di ruang tengah, gudang, dapur, atau ruang-ruang lain yang ada di rumah. Tetapi, untuk menembus ruang yang lebih dalam dari ruang tamu, hal tersebut cukup sulit. Butuh pendekatan yang tepat untuk bisa menembus batas-batas kecanggungan itu. Dibutuhkan kesabaran dalam menjalin ikatan sosial agar kita bisa mendapatkan arsip keluarga maupun ingatan warga di ruangruang tersebut.
Rifandi menambahkan salah satu metode lain yang dapat digunakan untuk menggali ingatan—terutama sebagai orang lain yang datang ke sebuah tempat baru—adalah elisitasi arsip. Elisitasi arsip merupakan metode penelitian kualitatif yang menggunakan objek visual sebagai instrumen wawancara, dengan tujuan mengurangi kecanggungan antara peneliti dan sumber informasi, menggali informasi saksi sejarah, dan mengkonfirmasi informasi yang ada di dalam arsip dengan
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
30
menunjukan langsung arsip kepada saksi sejarah.
Metode elisitasi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan. Pertama, peneliti menggunakan objek visual yang sudah ada (foto, sketsa, video, dsb.) sebagai instrumen wawancara. Kedua, peneliti membuat objek visual baru saat mewawancara narasumber (sketsa ilustratif, coretan di atas arsip, dsb.), berdasarkan keterangan atau cerita dari narasumber. Ketiga, dengan menggabungkan keduanya. Objek visual merupakan salah satu instrumen penggalian ingatan yang sampai saat ini masih cenderung lebih tidak "mengganggu" jika dibandingkan dengan kamera atau buku catatan, saat kita berhadapan dengan lawan bicara.
Meskipun cukup efektif, metode elisitasi juga memiliki beberapa kekurangan. Metode ini beresiko menyempitkan interpretasi dan persepsi narasumber ke dalam bingkai objek visual. Selain itu, narasumber juga mungkin saja memberi informasi yang terlalu luas dan cenderung ke manamana jika tanpa diarahkan. Oleh karena itu, topik-topik pertanyaan pengarah juga dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Rifandi menambahkan, selain metode penggalian ingatan berbasis arsip visual, sebetulnya cara memancing ingatan juga bisa dilakukan dalam bentuk-bentuk lain yang tidak baku. Sebagai contoh, sebuah komunitas di sekitar Gunung Kidul mendokumentasikan resan, pohon-pohon penjaga mata air di wilayah sekitar Gunung Kidul. Proses pendokumentasian ini disertai dengan ritual tradisi, penanaman pohon baru, maupun perobohan pohon-pohon lama yang dinilai dapat merusak ekosistem sekitar. Pada contoh ini, resan dilihat sebagai arsip dan pekerjaan mengkonservasi sebagai dokumentasinya.
Pameran sendiri, seperti yang dilakukan oleh teman-teman Sudut Kalisat, juga dapat menjadi salah satu metode penggalian ingatan—alih-alih hanya sebagai tempat mempertontonkan arsip. Dengan menyadari pameran sebagai proses penggalian ingatan, medium pameran itu berperan sebagai instrumen elisitasi. Para pengunjung diajak bercerita, menyumbangkan lagi ingatannya, untuk modal penggalian ingatan berikutnya.
Selain itu, simbol kota juga dapat berperan sebagai sumber ingatan. Rifandi menjelaskan, dewasa ini, banyak monumenmonumen baru pada kota-kota di Indonesia yang menunjukan “kebebasan mengingat”, yang dibuat oleh warga, khususnya pada periode pasca reformasi ‘98, seperti Tugu Fotokopi di Tanah Datar, Tugu Knalpot Purbalingga, Tugu Motor Klasik di Klaten, dan sebagainya. Karakter monumenmonumen tersebut berbeda jauh dari peninggalan monumen di era Orde Baru yang sebagian besar
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
31
terkesan menyampaikan pesan otoritatif lewat patung-patung polisi, tokoh militer, maupun relief Keluarga Berencana. Gaya arsitektur, rumah, kantor bekas instansi, gedung-gedung pertunjukan, juga menjadi penanda di sekitar kita yang menyimpan ingatan dari masa lalu.
Kepekaan kita dalam mencari dan menemukan sesuatu yang menarik menjadi modal untuk menarik narasi untuk pembuatan pameran. Proses pemindahan data informasi menjadi narasi juga dapat dilakukan dengan berbagai medium, baik melalui penulisan artikel, buku, ataupun rekaman cerita warga dalam bentuk medium lain. Penentuan bagaimana ia diterjemahkan bergantung rencana kuratorial secara konseptual.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
32