3 minute read
Jalan Minarti
Kurator: Faiq Nur Fikri , Fikri Fadli, M. Amien Rais, Ivan Ardiyansyah, Qurratul Ayun
Pameran ini tak hanya mengisahkan cerita kehidupan Mbah Minarti, lebih dari itu pameran ini juga mengajak kita semua untuk melihat ke belakang bagaimana naluri berfikir kritis para wanita di Indonesia— khususnya istri para pegawai pemerintahan—dijinakkan oleh Negara. Jika pada masa pergerakan Nasional, banyak perempuan menyuarakan pandangan pemikiran dan menghimpun gerakan-gerakan revolusioner, beda halnya di masa Orde Baru di mana daya pikir mereka sedikit demi sedikit dikuasai oleh Negara.
Advertisement
Hal tersebut bisa dilihat dari lahirnya organisasi yang beranggotakan istri Pegawai Negeri Sipil bernama Dharma Wanita. Organisasi tersebut diprakarsai oleh Ibu Negara Tien Soeharto. Meskipun organisasi tersebut berideologi dan berasas Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara, beberapa pengamat justru menilai organisasi tersebut sebenarnya lahir dari gabungan pemikiran ideologi borjuasi Belanda dan feodalisme Jawa. Organisasi yang lahir pada 1974 tersebut semakin melanggengkan konsep perempuan sebagai konco wingking dan menjauhkan para puan dari hal-hal yang bersifat politik.
Selama Orde Baru, wanita diproyeksikan untuk mendukung tugas para suami sebagai aparatur dan abdi masyarakat yang membaktikan hidupnya bagi negara. Di saat para suami bekerja untuk partai penguasa,
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
73
para istri sengaja diposisikan untuk mengelola rumah tangga dan anak-anak. Hal ini demi mendukung konsep pembangunan nasional menyeluruh a la pemerintah, baik dalam jargon maupun kenyataannya di lapangan. Organisasi ini tak hanya sukses menyuburkan praktik domestifikasi perempuan, namun juga menghantam gerakan perempuan yang memiliki visi berbeda.
Lahir pada tahun 1943, Minarti Ningsih adalah sosok kembang desa berparas cantik. Ia disukai oleh banyak jejaka di desanya. Mulai dari pemuda biasa hingga yang berkecukupan. Mbah Mi, panggilan akrabnya, menuturkan kepada kami bahwa beliau menikah muda lantaran dipaksa oleh keadaan. Ia dinikahkan oleh orang tuanya pada umur 14 tahun dengan seorang pria berusia 22 tahun bernama Suwito. Kala itu, Suwito merupakan seorang pemuda beruntung karena sudah diangkat menjadi pegawai di kecamatan. Meski jarak usia keduanya cukup jauh, mereka menjalani hidup dengan cukup romantis. Minarti dan Suwito kemudian dikaruniai sembilan anak. Layaknya keluarga pada umumnya, mereka berdua mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Bedanya, setiap bulan Minarti harus menyempatkan waktu untuk menghadiri pertemuan bersama dengan ibu-ibu istri pegawai pemerintah di kantor kecamatan.
Jabatan sang suami sebagai staf Kecamatan Bangsalsari memaksa dirinya harus terlibat aktif dalam organisasi Dharma Wanita yang di dalamnya beranggotakan istri para pegawai pemerintah. Beliau menuturkan jika awalnya keberatan dengan permintaan sang suami untuk bergabung di organisasi Dharma Wanita tersebut. Selain karena usianya masih cukup belia, ia merasa minder berkumpul dengan ibu-ibu yang punya jabatan lebih tinggi. Namun seiring berjalannya waktu, beliau merasa nyaman berada di organisasi tersebut. Minarti muda kemudian aktif rutin terlibat semua acara, tak terkecuali ikut Penataran Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Dalam penuturannya kepada kami, materi-materi yang disampaikan saat itu banyak terkait dengan hal-hal yang menyangkut peran wanita dalam rumah tangga. Negara menginginkan para wanita untuk selalu setia dan mendukung pekerjaan suami mereka.
Ketika Suwito meninggal pada tahun 1980-an, Minarti bersama sembilan orang anaknya kembali pindah ke kampung halamannya di Desa Ajung, Kalisat. Untuk menghidupi anak-anaknya, selain menggantungkan hidupnya pada uang pensiunan, di selasela waktu senggangnya Minarti berjualan baju bekas berkeliling ke desa-desa. Hal ini ia lakukan karena kebutuhan hidup semakin meningkat. Di masa senjanya, Ia menghabiskan waktu dengan bertetangga dan merawat cucucucunya.
LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA
KALISAT
2022
74
Rekonstruksi arsip visual untuk menarasikan kisah hidup Minarti. (Atas) Metafora visual hubungan antara kehidupan Minarti dengan posisi wanita di era Orde Baru.
(Bawah) Sosok suami Minarti yang diganti dengan keripik, karena tidak ada arsip satu pun tentangnya.
Bermain bulu tangkis adalah hobi Minarti dan kata-kata mutiara. Di bawahnya terputar lagu-lagu Keroncong.