3 minute read

Roma dan Jumali

Next Article
MAraCANsapa

MAraCANsapa

Kurator: Ahmad Hafid H.R., Alfi Hidayati, Danny Hartanto K., M. B. Zidan Fadlan, Naula Qanita

Kalisat merupakan salah satu kecamatan di Jember dengan jumlah penduduk 74.962 jiwa yang sebagian besar beretnis Madura. Bagi kebanyakan warga Kalisat, rumah menjadi perwujudan karakter diri beserta segala pencapaian mereka. Anggapan tersebut tidak berlaku bagi Lek Jumali, seorang pria supel berusia 58 tahun yang juga tinggal di Kalisat. Lek Jumali menghuni sebuah rumah yang sangat sederhana, kontras dibandingkan dengan rumah-rumah sekitarnya yang menonjolkan identitas serta jati diri pemiliknya. Jati diri Lek Jumali tidak tercermin dari seberapa “megah dan terang” tempat tinggalnya, namun lahir dari respon dirinya terhadap ruang yang ia miliki. Misalnya, jika warga lain membangun pagar agar terasa nyaman, Lek Jumali justru dengan tenang tinggal di rumah yang berdiri terbuka di atas tanah kuburan. Di sana ia merasa nyaman dan aman berbekal kenangan. Pameran ini mencoba bercerita tentang sosok Lek Jumali, tentang cara Lek Jumlai merespon segala kenangan di rumahnya, dari yang bersifat traumatis maupun utopis. Kami berharap pameran ini dapat menjadi refleksi bagi kita untuk belajar menerima rumah dan segala kenangan di dalamnya dengan damai, sebagaimana yang dilakukan oleh Lek Jumali.

Advertisement

I. MEMBANGUN DAN MENGHIDUPI

Sehari-hari Lek Jumali bekerja sebagai tukang bangunan. Ia membangun, memperbaiki, dan mempercantik rumah-rumah

LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA

KALISAT

2022

79

tetangga di desanya. Sebaliknya, Lek Jumali justru cenderung abai pada kondisi rumahnya sendiri. Semua benda tampak tergeletak berantakan. Apa yang ia dapat dari bekerja hanya mampu untuk menghidupi dirinya sendiri. Meski begitu, Lek Jumali begitu nyaman dengan kondisi rumah yang ia tinggali. Ia begitu mencintai apa yang ia punya. Tak pernah sekalipun mengeluh atas kondisinya, ia tetap bertahan di pijakannya. Ia juga tak menghiraukan desas-desus warga di sekitarnya. Ia tetap setia dengan pilihan yang ia ambil untuk menetap di ruang penuh kenangan ini.

II. OMONG KOSONG

Semua berlalu begitu saja. Waktu melangkah dengan sombong mengabaikan sosok pria paruh baya melewati hari-hari beratnya. Beruntung Lek Jumali tak pernah putus asa. Lek Jumali memiliki impian masa kecil yang ia pegang teguh dalam menghadapi segala hal yang tak pasti baik dalam benak maupun lingkungannya. Menjadi tentara. Lek Jumali selalu bermimpi menjadi tentara. Meski kini segala cita-cita itu tampak seperti omong kosong belaka, namun impian itu tetap terpatri dan membara dalam diri Lek Jumali. Ia selalu berharap kisah perjalanan hidupnya akan menghadapi hari baru.

III. EMBER DALAM SUMUR

Pada suatu sore, Lek Jumali memergoki istrinya selingkuh. Entah di mana. Namun saat itu ia tidak langsung menegurnya. Ia ingin memberikan kesempatan bagi istrinya. Lambat laun hubungan terlarang itu semakin menjadi. Sebelum puncaknya, Lek Jumali sempat memburu selingkuhan istrinya hingga ke desa sebelah.

Tak lama setelah itu, istrinya melarikan diri. Meninggalkan suami serta Jon, anak mereka satu-satunya yang berusia tujuh tahun. Sejak saat itu, Lek Jumali harus berperan menjadi ayah maupun ibu bagi anaknya. Dari memasak, mencuci pakaian, hingga menafkahi hidup, semua ia lakukan seorang diri. Entah apa yang menjadi dorongan sehingga ia terus bertahan. Meski begitu banyak luka menghantui hariharinya. Di samping banyak beban yang ia emban untuk kelangsungan hidupnya, ia tetap bisa berdiri kokoh melanjutkan hari-harinya. Dalam kondisi traumatis, ia masih bisa bersantai di antara hiruk pikuk lika-liku hidupnya.

IV. MENGGALI TRAGEDI

Bagaimana semua kenangan tersimpan di sudut rumah kecil ini? Bagaimana usaha penuh tenaga diperlukan untuk mengurai jalinan rumit di balik balutan kesederhanaan hidup Lek Jumali di salah satu sudut ruang di Kalisat? Kisah-kisah traumatis serta bumbu-bumbu fantasi yang menjalar di sekitar kehidupan Lek Jumali, membuat sebuah kesederhanaan yang tampak menjadi sedikit lebih rumit dan penuh teka-teki.

LOKAKARYA KURATOR SEJARAH, ARSIP, DAN INGATAN WARGA

KALISAT

2022

80

(Atas) Lek Jumali menyambut pengunjung pameran arsip di beranda rumahnya. (Bawah)

Performance

“Ember dalam Sumur” oleh M. B. Zidan Fadlan.

(Atas) Alfi Hidayati. (Tengah) Danny Hartanto K. (Bawah) Ahmad Hafid H.R.

Masing-masing berbagi peran menjelaskan karya yang dipresentasikan di pekarangan dan beranda rumah Lek Jumali.

(Atas) Naula Qanita sedang mempresentasikan serial foto berjudul “Omong Kosong”. (Bawah) Para penonton menyaksikan presentasi kelompok kurator di pekarangan rumah Lek Jumali. Mereka berdiri tepat di atas makam tua yang tertimbun bebatuan.

Serial foto berjudul “Omong Kosong”, bercerita tentang cita-cita masa kecil Lek Jumali yang ingin menjadi tentara.

This article is from: