Newsletter inspirasi desa

Page 1

Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

RAKOR PNPM MANDIRI PERDESAAN RIAU, UPAYA PERBAIKAN KINERJA MENUJU PEMBANGUNAN YANG LEBIH BAIK

UPK Kecamatan Pangean, Tetap eksis di tengah wilayah Phase Out Prioritas Pembangunan Desa di Riau Melalui PNPM Mandiri Perdesaan 2008 s/d 2013, Bertumpuan pada pembangunan Jalan dan Sekolah

Suku Akit, ditapal batas negeri Malaysia


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Salam Redaksi Dewan redaksi : Penanggung Jawab: Gubernur Propinsi Riau

Penasehat : Kepala badan BPM Bangdes

Sapu lidi adalah lambang yang cukup sederhana, seperti kesederhanaan sebuah kampung yang menjadi binaan di program PNPM Mandiri Perdesaan. Namun sapu lidi memiliki makna yang cukup dalam. Sapu lidi adalah lambang kesederhanaan, namun ia memiliki manfaat yang besar. Sapu lidi adalah lambang kebersamaan dan kekompakan. Karena dengan kebersamaan dan kekompakan ia bisa mengusir banyak sampah dari sekeklilingnya. Ia bisa menyelesaikan banyak masalah hingga membuat desa menjadi besar dan mandiri dalam mengelola masyarakatnya.

Kabupaten Bengkalis

Pemimpin Umum :

Si Kompak, adalah sebuah prinsip yang tertanam didalamnya, tak hanya sekedar kebersamaan, nondiskriminasi, desentralisasi,berpihak pada orang miskin tetapi lebih dari pada itu adalah prinsip transparansi sebuah penguat agar semangat menjalankan program dengan benar bisa terlaksana dengan baik.

PJO Propinsi Riau

Pemimpin Redaksi Koordinator Propinsi Riau

Banyak hal yang ingin kami bagikan kepada pembaca, sebagai bahan untuk memberikan informasi, pendidikan dan social control bagi kita agar kita bisa sama-sama menjaga amanah masyarakat melalui perpanjangtanganan pemerintah. Termotivasi untuk membuat sebuah perubahan kea rah yang lebih baik.

KMN PNPM MPd

Tim Redaksi KMN PNPM MPd Propinsi Riau

Penanggung jawab pslaksanaan Sp IEC.Propinsi Riau

Alamat: Jl. Angkasa No 21 HR Soebrantas Panam Pekanbaru

Selamat berkarya, semoga news letter ini tak hanya sekedar pemenuhan tanggungjawab, tetapi lebih dari sekedar itu. Kita ingin banyak perubahan demi perubahan dalam melewati kehidupan, terutama Desa yang selama ini seperti anak tiri yang diterlantarkan.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Ceremoni RAKOR PNPM MANDIRI PERDESAAN RIAU, UPAYA PERBAIKAN KINERJA MENUJU PEMBANGUNAN YANG LEBIH BAIK

Kepala BPM Bangdes, Dawanto bersama koordinator propinsi PNPM MPd di propinsi Riau, Surya Dharma, dan moderator Bambang, saat menyampaikan materi

Sebagai upaya peningkatan kinerja dalam memfasilitasi masyarakat perdesaan menjadi masyarakat yang mandiri , Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Propinsi Riau kembali melakukan Rapat koordinasi propinsi dengan tema implementasi skema integrasi menuju usulan yang berkwalitas atau berbasis kawasan. Rapat koordinasi periode IV PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2013 propinsi Riau dilakukan optimal selama 2 hari di hotel Mutiara merdeka tanggal 9-10 September 2013. Rakor ini dihadiri Tim Fasilitator kabupaten dan satuan kerja pemerintahan kabupaten. Selain membahas hasil kinerja di tahun 2013, Rakor PNPM Mandiri Perdesaan kali ini membahas perubahan petunjuk tekhnis operasional. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Masyarakat desa (BPM Bangdes) Propinsi Riau H. Daswanto S.Ip dalam pembukaan rakor PNPM Mandiri Perdesaan mengatakan rapat koordinasi ini dilakukan selain sebagai evaluasi kerja terhadap capaiancapain target, sebagai upaya membangun komunikasi yang sehat, menyamakan persepsi serta melakukan penguatanan bersama dalam upaya peningkatan koordinasi dan peningkatan kapasitas. Kepala Bidang Ekonomi BPM Bangdes Propinsi Riau, Levna Ervan yang turut hadir dalam pertemuan rakor ini juga menyampaikan harapannya, agar pembinaan terhadap fasilitator hingga ke tingkat kecamatan harus terus menerus dilakukan mengingat dalam kunjungan ke daerah beberapa waktu yang lalu masih banyak point-point penting yang harus diperbaiki, khususnya pemanfaat program PNPM Mandiri Perdesaan yang masih ditemukan belum maksimal. Serta perlunya pembinaan terhadap desa khususnya dalam hal perencanaan pembangunan jangka Menegah Desa (RPJM Des). SOSIALISASI PERUBAHAN PETUNJUK TEKHNIS OPERASIONAL Memasuki tahun 2014, Petunjuk tekhnis Operasional dalam PNPM Mandiri Perdesaan ini mengalami banyak perubahan. Diantara perubahan tersebut adalah alur kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Perubahan alur ini harus disosialisasikan hingga ke kecamatan, karena hal ini berpengaruh dengan tahapan kerja. Koordinator PNPM Mandiri Perdesaan Propinsi Riau , Ir. Surya Darma menjelaskan, selain adanya perubahan alur, perubahan lainnya adalah penetapan skema integrasi penuh , tidak ada lagi optimalisasi.

Sedangkan mekanisme usulan kegiatan, nilai satu usulan maksimal 500 Juta, setiap desa 3 usulan atau lebih (untuk desa sedikit). Adanya pengembangan kawasan / lintas desa. “misalnya kawasan wisata, pasar desa. Pengembangan kawasan atau lintas desa ini bisa dilakukan bila beberapa desa memiliki usulan yang sama. Sehingga pembangunannya dilakukan bersama. “ Beberapa perubahan dalam PTO juga Adanya pembatasan masa jabatan UPK , Program PNPM Mandiri Perdesaan harus memiliki Pengamanan social dari lingkungan hidup (sate guart/ penjelasan IV), sehingga pembangunan tidak justru berdampak buruk pada pelestasrian lingkungan hidup. Pengadaan bahan dan alat (batasan 50 juta, < 50 juta 3 harga pembanding tanpa ada usulan tertulis, > 50 jt perbandingan 3 harga tertulis Bank Indonesia tawarkan kerjasama dengan PNPM Mandiri Perdesaan Dalam Penguatan UMKM Untuk menambah pemahaman, Rakor PNPM Mandiri perdesaan juga menghadirkan narasumber dari Bank Indonesia Wilayah Riau. Dalam kesempatan yang sama ini Bank Indonesia menawarkan kerjasama dengan PNPM Mandiri Perdesaan Riau dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah. Dalam penjelasan yang disampaikan Manager Bank Indonesia Pekanbaru, Syahruddin, Bank Indonesia membuka kesempatan bekerjasama dengan stageholder UMKM. Kerjasama yang dibuka ini, mengingat bank Indonesia memiliki program Bantuan Tekhnis, berupa penelitian, pelatihan, penyedia informasi dan membangun program. “Tugas Bank Indonesia adalah mendorong usaha-usaha kecil menjadi mandiri.” Ujar Syahruddin, sehingga Bank Indonesia perlu menjalin kerjasama dengan jejaring lain, yang memiliki peran pemberdayaan langsung ke UMKM. Bantuan ini diberikan bagi UMKM yang sudah ada dan membutuhkan peningkatan kwalitas. Bantuan tidak saja diberikan peningkatan SDM tetapi juga peningkatan produksi. Bantuan ini diberikan Bank Indonesia secara cuma-cuma, namun harus ada pendampingan dan pemantauan, agar bantuan yang diberikan terpelihara dan tepat sasaran.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Ceremoni Sertivikasi Fasilitator, sebuah pengharapan di tengah kenyataan catatan lucu ketika mereka selesai melewatinya, antara sedih, dan tanggung jawab yang harus diemban. Maka tak jarang, bila syarat semua itu tidak terpenuhi, bukan tak mungkin mereka akan mundur teratur dengan sendirinya. Sehingga tak heran bila fasilitator kecamatan seorang perempuan bisa dihitung dengan jari. Dari 105 jumlah fasilitator kecamatan di Propinsi Riau pada program PNPM Mandiri Perdesaan , baik FK maupun FT, hanya 24 Orang fasilitator Perempuan, selebihnya laki-laki. Hanya orang-orang yang seriuslah yang bisa bertahan, menjadi fasilitator di kecamatan untuk memberdayakan masyarakat desa. Membuat mereka yang tidak tahu menjadi tahu, membimbing mereka dari yang ada menjadi benar. Sertivikasi Fasilitator Setiap hari adalah hari-hari yang harus dilewati dengan senyuman saat berpapasan dengan masyarakat. Sepanjang jalan wajah ramah harus ditebarkan. Menyapa warga, membalas salam atau sekedar menebar senyuman. Rutinitas itu seperti sebuah nafas kehidupan buat para fasilitator sebagai pendamping masyarakat perdesaan. Mereka tak hanya sekedar mendampingi warga saat program pembangunan fisik sedang berlangsung di desa itu, atau pada saat pelatihan pemberdayaan masyarakat dan juga pada saat perguliran pinjaman SPP (simpan Pinjam perempuan), tetapi mereka juga harus super bisa beradaptasi dengan masyarakat setempat agar bisa diterima dengan baik, sehingga pesan-pesan pemberdayaan pun bisa mudah dicerna oleh masyarakat. Apa yang dilakukan para fasilitator pemberdayaan masyarakat dari satu desa ke desa lainnya sekilas tampaklah biasa. Tetapi peran seorang fasilitator kecamatan tidaklah segampang membalikan telapak tangan untuk membuahkan sebuah perubahan. Dengan berbagai karakter, dengan perbedaan cara pandang, dengan latar belakang pendidikan yang tidak sama, tentu saja membuahkan perbedaan yang tidak gampang menyatukannya. Ditambah lagi dengan perbedaan adat dan budaya di masyarakat setempat. Tentu saja membutuhkan banyak cara pendekatan dan penyampaian pemahaman yang hanya bisa diselesaikan dengan tak sekedar teori. Kerja-kerja lapangan yang dilakukan oleh fasilitator kecamatan bahkan tak terhitung oleh waktu. Bahkan tidak mengenal waktu. Tidak jarang, untuk melakukan pendampingan mereka justru diluar jam kerja. Karena saat-saat sore atau malamlah biasanya masyarakat justru memiliki waktu luang. Rapat-rapat, atau musyawarah desa, mulai dari musyawarah sosialisasi, pertanggungjawaban, atau serahterima, sering kali harus dilakukan pada malam hari. Belum lagi hanya sekedar berkunjung ke rumah kader desa atau tenaga pelaksana kegiatan, kerja malam hari adalah hal yang biasa dilakukan mereka. Menjadi Fasilitator juga tak hanya dituntut menjadi sosok yang cerdas, pintar mendampingi warga, tetapi juga dibutuhkan fisik dan mental yang kuat serta yang terpenting adalah komitmen . Karena untuk menempuh jarak satu desa dengan desa lainnya bisa menghabiskan waktu yang cukup panjang. Dan jarak tempuh yang sangat sulit, karena kondisi jalan perdesaan masih banyak yang cukup parah. untuk menuju ke satu desa dengan yang lainnya memang tidaklah jauh hanya kurang lebih 7 sampai 10 km, namun karena wilayahnya lumayan sulit, jalan yang belum diaspal, apalagi jalan yang struktur tanahnya rawa dan liat, terpaksa harus ditempuh selama 1 sampai 1 ½ jam dengan mengendarai sepeda motor bahkan dibeberapa daerah bisa mencapai 3 sampai 4 jam lamanya. Namun itu belum seberapa, bila hujan deras, terpaksalah kendaraan tidak bisa melewati jalanan, jalan menjadi becek dan berkubang sehingga sulit dilewati. Mau tak mau, bila kondisi jalan buruk dan parah, maka para fasilitator harus menginap di rumah warga. Kisah ini mungkin hanya akan menjadi

Mungkin, yah mungkin, kisah di atas adalah lagu yang sering didendangkan para fasilitator sebahai pendamping masyarakat, tak ada yang tahu, sudah sejauh mana pengabdian itu, ada 1 tahun 5 tahun, bahkan puluhan tahun. Baik yang ikut melalui program pemerintah maupun mandiri atau dari program luar negeri. Namun era telah berubah, di era persaingan bebas ini, ternyata standart dan kompetensi sebagai pendamping masyarakat menjadi syarat mutlak untuk ikut berkompetisi, meskipun belum tahu sejauh mana manfaat sertivikasi di negeri kita ini kelak, apakah ada kaitannya dengan system penggajian, ada kaitannya menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki setiap fasilitator ke depannya, atau hal lain, namun ini masih bercokol dalam kalimat “ANDAY” Dalam sosialisasi sertivikasi fasilitator pemberdayaan masyarakat yang dihadiri oleh lembaga sertivikasi fasilitator pemberdayaan Masyarakat Abraham Uhut mengatakan tahun 2014, fasilitator pemberdayaan Masyarakat harus memiliki kompetensi terhadap standart kerja baik untuk nasional maupun internasional yang diatur dalam Undang-undang tenaga kerja. Standart kerja itu bisa dilihat dari sertivikasi yang telah diujikan kepada fasilitator tersebut untuk meyakinkan bahwa seseorang itu berkompetensi dan professional dibidangnya. Sertivikasi diberikan juga sebagai bentuk penghargaan dibidang profesinya. Menurut Abraham, ada beberapa proses yang dilakukan untuk menentukan seseorang tersebut berkompeten dibidangnya, yakni 18 unit, 74 elemen dan 280 kriteria kerja. Hal tersebut bisa dilihat dari proses fortopolio, referensi/bukti, wawancara, dan simulasi. “semua yang memiliki pengalaman pemberdayaan berhak mengikuti seleksi, dengan syarat, tamatan sma memiliki pengalaman pemberdayaan selama 7 tahun, s1 pengalaman 3 tahun, s-2 selama 2 tahun.” Ujar Abraham. Biaya untuk sertfikasi ini sebesar Rp 2,1 juta. Kedepannya, fasilitator yang bersertifikat akan mendapat gaji yang sesuai standart. Sedangkan manfaat bagi pemerintah, akan mendapatkan tenaga yang professional. Tenaga yang memiliki 3 hal yang telah teruji kompetensinya, yakni memiliki pengetahuan, keahlian dan memiliki etika yang berkompeten sebagai fasilitator pemberdayaan. Meski masih jauh dari sebuah gambaran, akankah kompetensi ini bisa berjalan sesuai harapan, setidaknya memiliki fasilitator yang professional akan memberikan harapan, masyarakat di pelosok tanah air sebagai objek dampingan akan menjadi masyarakat yang siap bersaing pula di erapersaingan bebas, agar masyarakat semakin kuat ditengah ketertinggalan yang semakin jauh.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Prioritas Pembangunan desa di Riau Melalui PNPM Mandiri Perdesaan 2008-2013 Bertumpu pada Pembangunan Jalan dan Sekolah

Masyarakat desa yang tersebar di seluruh desa propinsi Riau saat ini tengah memperioritaskan pembangunan prasarana jalan. Dari data Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) Di tahun 2013 ini prioritas pembangunan yang diusulkan dan saat ini tengah berjalan lebih bertumpu pada pembuatan dan peningkatan jalan. Yakni sebanyak 108 desa tengah melaksanakan pembangunan jalan tersebut. Dengan perhitungan panjang jalan sebanyak 92.525 meter. Selain pembuatan jalan, yang tidak kalah dibutuhkan masyarakat perdesaan adalah pembangunan sekolah dan rehap gedung , yakni sebanyak 62 buah . Serta pembangunan irigasi sebanyak 28 buah dan pembangunan jembatan sebanyak 26 buah. Pada tahun 2012, pembangunan jalan juga merupakan pembangunan yang menjadi prioritas masyarakat perdesaan. Diperkirakan meter jalan di desa yang telah dibangun pada tahun 2012 sepanjang 143.816 meter, sedangkan pembangunan gedung sekolah sebanyak 107 buah yang tersebar di desa-desa. Pembangunan gedung di desa ini umumnya pembangunan gedung PAUD, TK dan MDA Bahkan bila dilihat dari data sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, kecenderungan kebutuhan tersebut tetap sama, yakni prioritas pembangunan desa adalah pembangunan jalan , sekolah dan jembatan.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Propinsi Riau, Daswanto mengatakan, pembangunan yang dilakukan di desa melalui PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pembangunan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat desa sendiri dan dimusyawarahkan dalam Musyawarah Antar desa di tingkat kecamatan. Musyawarah antar desa itulah yang menentukan pembangunan mana yang diprioritaskan. “jadi program Pembangunan PNPM Mandiri perdesaan ini merupakan program yang menitik beratkan pada kebutuhan masyarakat itu sendiri. Karena merekalah yang paling mengerti kebutuhan di desa mereka masing-masing. Program ini juga dikerjakan oleh masyarakat desa, masyarakat yang melakukan lelang, masyarakat juga yang menjadi pengawasnya, jadi partisipatip masyarakat di PNPM Mandiri perdesaan sangat tinggi.� Ujar Daswanto Bahkan menurut Daswanto, tidak sedikit partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini . Masyarakat ikut berswadaya, mulai dari lahan tanah, uang maupun tenaga yang dikerjakan secara bergotong royong. Sehingga tidak heran bila pembangunan melalui program PNPM Mandiri Perdesaan biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil . Daswanto berharap pembangunan yang saat ini tengah berjalan bisa selesai sesuai dengan jadwalnya dan tidak ada kendala. Ia juga berharap, dengan keterbukaan informasi saat ini, semua lapisan masyarakat bisa ikut melakukan pengawasan atas pembangunan yang sedang dilakukan sehingga bisa berjalan optimal sesuai yang diharapkan serta berdaya guna.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013 Laporan Utama

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Pedesaan (BPMPD) Riau, akan terus membangun dan menguatkan para pelaku pemberdayaan di tingkat desa khususnya di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Program yang sudah berjalan selama 15 tahun ini akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Untuk terus menguatkan para pelaku pemberdayaan di desa dan menjadikan mereka semakin lebih baik dan lebih professional, pemerintah terus melakukan upaya penguatan. Mulai dari penguatan kapasitas untuk mengasah pengetahuan , skil dan menguatkan komitmen serta menjaga etika sebagai pelaku pemberdayaan. Penguatan ini dilakukan dengan memberikan berbagai pelatihan dan pendidikan baik dengan training maupun supervise yang dilakukan oleh tenaga konsultan dan dari pemerintah. Hal yang tidak kalah penting dilakukan adalah dengan memberikan penghargaan/ reward bagi para pelaku yang menjalankan tugasnya dengan baik dan berdedikasi tinggi. Penghargaan Sikompak Award Menuju Profesionalisme kerja Pada PNPM Mandiri Perdesaan, penghargaan tersebut di kenal dengan Si Kompak Award. Penghargaan ini merupakan penghargaan yang setiap tahun diadakan hingga ke tingkat nasional dan diberikan kepada para pelaku yang diseleksi mulai dari tingkat kabupaten, tingkat propinsi, hingga akhirnya tingkat nasional. Pada Tahun 2013, dari Propinsi Riau memang tidak mendapatkan penghargaan disebabkan propinsi Riau tidak menyertakan kandidat. Namun, tahun-tahun sebelumnya para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan di Propinsi Riau selalu mendapatkan penghargaan. Seperti pada tahun 2011, Propinsi mendapat penghargaan Penghargaan Sikompak Award dilakukan untuk memberikan apresiasi kepada pelaku pembangunan dan insan pemberdayaan masyarakat yang memiliki dedikasi dan tanggung jawab dalam memfasilitasi masyarakat di daerah, khususnya melalui PNPM-MPd..

"Pemberian penghargaan Sikompak award dilakukan sebagai bentuk apresiasi kepada pelaku pemberdayaan masyarakat, yang memiliki dedikasi dan prestasi dalam pelaksanaan tugas di lapangan, melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MPd)," Ujar Kepala BPM-PD Pemerintah Provinasi Riau H Daswanto, Ada beberapa kategori penerima Sikompak Award 2013di Propinsi Riau. Diantaranya, terbaik tingkat Provinsi Riau untuk kategori Unit Pengelola Kegiatan, (UPK), Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD), Pendamping Lokal (PL) , Perencanaan Pembangunan Desa (PPD) dan Fasilitator (FK dan FT). Sebanyak Sembilan kabupaten yang ikut dalam program PNPM Mandiri Perdesaan berkompetisi menjadi yang terbaik. Masing-masing kabupaten mengusulkan yang terbaik di kabupaten mereka. Setelah itu, Tim Propinsi yang terdisi dari satker dan konsultan propinsi turun langsung ke lapangan untuk melihat langsung hasil karya yang telah dilakukan para pelaku PNPM Mandiri perdesaan Pemberian Sikompak Award kepada Fasilitator merupakan hal yang baru dilakukan di propinsi Riau, bahkan belum pernah dilakukan secara nasional. Menurut Kepala BPM PD, H Daswanto, pemberian penghargaan kepada fasilitator kecamatan sangat perlu ,karena keberhasilan PNPM tidak terlepas dari fasilitasi dan pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator program. Di level kecamatan, yaitu Fasilitator Kecamatan (FK) dan Fasilitator Teknik (FT). “Mereka adalah ujung tombak bagi keberhasilan fasilitasi. Karena itu BPM Bangdes Riau memandang perlu untuk memberikan penghargaan kepada FK dan FT terbaik tingkat Provinsi Riau. Penghargaan ini sebagai motivasi agar pelaksanaan tupoksi FK dapat semakin baik lagi.� Penilaian FK dan FT Terbaik PNPM-MPD Riau Tahun 2013 merupakan bagian integral dari Sikompak Award yg memberikan penghargaan kepada UPK, BKAD, Perencanaan Partisipatif Desa PPD dan Pendamping Lokal PL.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Criteria Penghargaan Sikompak Award PNPM Mandiri Perdesaan 2013 Tidak gampang menentukan orang atau lembaga yang berhak mendapatkan penghargaan sikompak award ini. Ke Sembilan Kabupaten yang mengirimkan hasil seleksi mereka, merupakan yang terbaik di daerah masing-masing. Dari hasil seleksi kabupaten, Tim propinsi melakukan uji petik ke kabupaten untuk melihat secara langsung ke lapangan terhadap kandidat yang diunggulkan. Penilaian sikompak award PNPM Mandiri Perdesaan ini dengan melihat beberapa criteria. “Beberapa criteria tersebut adalah Pengabdiannya dan partisipasinya terhadap program PNPM Mandiri perdesaan selama ini. Selain itu juga dilihat dari progress kerja yang ia lakukan khususnya di tahun 2013 ini. Ujar Penanggung Jawab Operasional (PJo) Propinsi Riau Indra Mugni SE. Selain itu yang menjadi criteria adalah dilihat dari pemahaman mereka terhadap tugas pokok dan fungsi mereka sebagai pelaku di PNPM Mandiri Perdesaan. Mereka harus bisa memaparkan dan akan didukung dengan kelengkapan administrasi yang mereka miliki. Koordinator PNPM MPd Propinsi Riau Ir. Surya Dharma juga menambahkan, selain criteria di atas, peran-peran mereka akan dilihat secara langsung ketika mereka berada di lapangan dan berhadapan dengan masyarakat, bahkan hasil kerja mereka di lapangan. “Banyak hal yang menjadi pertimbangan untuk mendapatkan sikompak award, termasuk juga kesulitan lokasi pemberdayaan dan hasil yang dicapai.” Tambahnya Sementara itu, untuk kelembagaan hal yang menjadi pertimbangan kemenangan adalah administrasi lembaga tersebut dalam mengelola lembaga, keaktifan lembaga, peran pengawasan yang dilakukan (BKAD) dan lain-lain. Khusus untuk Unit pengelola kegiatan, criteria tersebut selain persoalan administrasi, yang dilihat adalah pengelolaan keuangan, hitungan dana yang mengendap direkening, dan pengendalian terhadap kredit macet. Setelah melakukan proses yang cukup

Kategori BKAD UPK PPD

PL FK FT

panjang dengan dilihat dari berbagai pertimbangan dan criteria, maka diperoleh hasil .

Juara 1

Juara 2

kec.Pasir Penyu(Indragiri Hulu Rangsang (Meranti)

Bunga Raya(Siak)

Juara 3

Rambah Samo (Rokan Hulu) Tapung Hilir Pangkalan Kerinci (Kampar) (Pelalawan) Desa sepotong, Kec. Siak Besa Sungai Desa Kecil (Bengkalis) Buluh,Kec Singingi Sei,Sitolang,Kec Hilir, Kab Kuantan Rambah Singingi Hilir,Kab Rokan Hulu Mursidin (Kec. Bantan- Sri Rahayu Pane (Kec. Afriadi (Kec. Mandah Siak) Tambusai Utara- Indragiri Hilir) Rohul) Isbulah S.Sos Afriadi SE Slamet Riadi ST (Bengkinang Sebrang- (Kepenuhan-Rohul) (Rangsang -Meranti) Kampar) Dezi Aldren ST Salma Afrizal ST Benny Eki Fernando ST (Rangsang barat- (Koto Kampar Hulu- (kec. Inuman-Kuansing) Meranti) Kampar)


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013 Kabar Dari Desa

Pembangunan PNPM MPd di Desa Sungai Gondang , Pembangunan yang dirindukan Oleh : Boyke- Fasilitator kecamatan di SIAK Masyarakat di desa Sungai Gondang, Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, yang merupakan lokasi terjauh dari pusat kecamatan Kandis telah merasakan manfaat PNPM Mandiri Perdesaan dan berharap ada kegiatan-kegiatan lain yang bisa terdanai melalui PNPM Mandiri Perdesaan. Hal ini terungkap dalam Musyawarah Desa Pertanggungjawaban I di desa Sungai Gondang pada tanggal 29 agustus 2013, salah seorang warga desa di sana, Bapak Sembiring, yang juga merupakan salah satu Ketua RT di lingkungan desa Sungai Gondang mengatakan “Jangankan 900 meter jalan kami yang dibangun, 50 meter saja kami sudah berterima kasih. Kami sangat mengharapkan untuk tahun-tahun mendatang lebih banyak lagi yang bisa dibangun oleh PNPM di desa kami, mengingat kurangnya infrastuktur di sini”. Desa Sungai Gondang jaraknya sekitar 25 Km dari pusat kecamatan Kandis. Tidak ada satu ruas jalan pun di desa ini yang diaspal. Kalau sudah turun hujan, jalan-jalan di sini licin dan sulit untuk dilewati. Di musim kemarau pun kondisinya juga tidak banyak berbeda,abu beterbangan mengiringi perjalanan. Fasilitas prasarana jalan yang masih minim inilah yang membuat masyarakat desa Sungai Gondang memprioritaskan jalan sebagai usulan yang diajukan untuk didanai ke PNPM Mandiri Perdesaan. Tahun 2012 yang lalu, desa ini juga mendapat pendanaan dari PNPM – MPd berupa perkerasan jalan. Mengingat jalan tersebut terasa besar manfaatnya bagi warga desa, maka pada tahun 2013 ini masyarakat kembali mengusulkan pembangunan perkerasan jalan di dusun Belango Bosi sepanjang 900 m. Pada Musyawarah Antar Desa Penetapan Usulan pada tanggal 15 maret 2013, ditetapkan desa Sungai Gondang mendapat pendanaan untuk pembangunan perkerasan jalan, dengan volume 900 x 3 meter, plus 2 (dua) unit box culvert dan 1 (satu) unit gorong-gorong, dengan total biaya dari PNPM – MPd sebesar Rp.241.040.000,-. Pada saat ini progres pekerjaan di lapangan sekitar 90%. Ketua Tim Pengelola Kegiatan (TPK) desa Sungai Gondang, Hendri, mengatakan bahwa pekerjaan akan selesai pada minggu ke-3 Oktober 2013. Kondisi terkini dari pembangunan jalan ini, semua penghamparan material sirtu sepanjang 900 meter telah selesai dilaksanakan.

Sedangkan pekerjaan pembuatan box culvert-nya 80% telah direalisasikan. Dalam satu minggu ini diperkirakan kedua box culvert tersebut sudah rampung. Dan tahap akhir dari pekerjaan ini adalah penghamparan sekaligus pemadatan tanah di atas lapisan sirtu. Dalam pelaksanaannya, semua tukang dan pekerja melibatkan warga desa setempat, tidak ada seorang pun tukang atau pekerja yang berasal dari luar desa Sungai Gondang, dan lebih diutamakan bagi kelompok masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan warga yang secara ekonomi masih rendah. Hal ini dilakukan agar bisa memaksimalkan sumber daya manusia yang ada di desa Sungai Gondang sekaligus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat setempatyang tidak memiliki pekerjaan tetap maupun masyarakat ekonomi lemah, bisa mendapatkan penghasilan dari adanya pembangunan yang dilaksanakan di desa mereka. Dengan semakin dekatnya penyelesaian pekerjaan ini, harapan masyarakat untuk mendapatkan prasarana jalan yang lebih baik juga semakin dekat. Bayangan tentang jalan yang akan mereka lalui nantinya, atau berada di depan rumah mereka, yang lebih layak tentu sudah tergambar dalam pikiran masyarakat setempat. Walaupun belum bisa memenuhi semua harapan dari masyarakat, setidaknya PNPM Mandiri Perdesaan bisa menjawab satu per satu kebutuhan masyarakat desa. Ungkapan terima kasih dari masyarakat yang tulus kepada PNPM MPd membuat saya terharu. Mengingatkan kepada kita semua bahwa masyarakat di perdesaan masih memerlukan perhatian berupa pembangunan, yang mungkin bagi warga perkotaan hal-hal mendasar seperti ini bukan sesuatu hal yang besar. Hmmm..., bahagia rasanya melihat mereka tersenyum dengan apa yang telah dihadirkan oleh PNPM Mandiri Perdesaan

Gambaran desa Sungai Gondang sebelum dan sesudah pelaksanaan pengerasan jalan melakukan menghamparan material sirtu dan penggalian tanah untuk pekerjaan box culvert


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013 Kabar Dari Desa

Insinyur Muda Ala orang desa Oleh : Tambun Purba –fastekab Kuansing Meskipun belum setingkat dengan insinyur benaran dan tidak mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi, namun orang desa ternyata bisa juga membuat gambar design, bila ia mau dan bersungguh-sungguh menerima ilmu dari para pelatih yang memang berlatarbelakang pendidikan sebagai tekhnik sipil. Tanggal 23 September 2013 yang lalu, tepatnya di aula kantor camat dengan pendanaan dari dana DOK, Masyarakat desa kuantan mudik mendapat pelatihan kader tekhnik. Pelatihan ini berlangsung selama 2 (dua) hari. Pelatihan ini diberikan berupa pembekalan bagi masyarakat desa yang berperan sebagai kader tekhnik. Tambun Purba, fasilitator tekhnik kabupaten mengatakan pelatihan ini diberikan kepada masyarakat khususnya yang berperan sebagai kader tekhnik untuk meningkatkan kapasitas dibidang ketrampilan tekhnik. “Saat ini pelatihan tekhnik dilakukan khusus dalam pembuatan gambar.” Ujar Tambun Purba. Pelatihan ini diberikan kepada masyarakat yang dipilih dalam musyawarah desa sebelumnya, untuk menjadi kader tekhik.karena sangat penting untuk peralihan tekhnologi, dari fasilitator kepada masyarakat di pedesaan dalam membuat gambar dign. Harapan yang lebih besar lagi, masyarakat dapat memahami tentang Tehnik maupun dalam pembuatan gambar desain serta dapat menghitung luasan serta dapat menggunankan daftar analisa. Wah, enak juga yah bisa berbuat untuk pembangunan di desa nantinya.

Semangat warsito membangun Desa Setiap pekerjaan itu tidaklah selalu berjalan dengan mulus, kadangkala mengalami masalah dan kendala, meskipun kita telah bekerja keras untuk menjalankannya. Hal ini yang membuat sebagian orang yang tidak terbiasa akan menjadi putus asa, mengeluh dan meninggalkan pekerjaan itu. Tapi tidak berlaku bagi pria yang satu ini, dikenal luar biasa karena memiliki semangat dan perjuangan tinggi. Warsito, demikian Ia biasa disapa. Kalau pertama kali kita berjumpa dengannya, maka kita menduga ia adalah seorang anggota TNI, memiliki wajah dan postur yang tegap, tapi memang ada benarnya Ia adalah Komandan Hansip di desa Teluk Merbau kecamatan Dayun, Selain itu beliau ini juga ternyata anggota kelompok TaNI (TNI dan TaNI beda tipis he..he..). Belajar itu tidak harus didapat dari bangku pendidikan sekolah formal saja tetapi dari pengalaman hidup, salah satu pengalaman yang cukup berkesan bagi bapak Warsito adalah ditunjuk oleh masyarakat desa sebagai Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Program PNPM Mandiri Perdesaan, tiga tahun dipercaya masyakarat sebagai TPK dan mendapat kegiatan fisik tentu membuat Bapak 3 orang anak ini tetap menjalankan amanah yang diberikan kepadanya, walaupun sehari-hari beliau juga disibukkan dengan kebun sawit dan peternakan sapinya. Pertama kali mendapatkan kegiatan PNPM tahun 2010

KETULUSAN HATI SEORANG KETUA TPK By : Yurnalis, fasilitator Bungaraya-siak TPK adalah Tim Pengelola Kegiatan PNPM MPd di tingkat Desa. Kepengurusannya terdiri dari 3 ( tiga ) orang : satu orang Ketua, satu orang Bendahara dan satu orang Sekretaris dan dipilih oleh masyarakat melalui forum musyawarah desa. Walaupun pengurusnya ada tiga, namun dalam pengelolaan kegiatan jarang sekali ditemukan ketiganya aktif. Tak jarang dijumpai hanya satu orang ketua saja yang aktif. di sebuah desa di kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak Provinsi Riau, ada seorang ketua TPK yang sudah menjelang senja dengan aktifitas sehari – harinya bertani ( kesawah ). Demi pembangunan Desa dan Kemajuan Masyarakat Desanya dia berusaha menyempatkan waktu disela – sela kegiatanya di sawah untuk mengelola kegiatan Rabat Beton yang didanai dari dana PNPM MPd TA.2013 yang ada di desanya.Dengan sepeda motor bututnya dan tas ransel usang di punggung, dia mondar mandir kesana kemari mengurus kegiatan tanpa dibantu oleh sekretaris dan bendahara.Walaupun sendiri, Alhamdulillah dia berhasil menyelesaikan kegiatan dengan kwalitas cukup baik, dengan waktu penyelesaian sesuai rencana dan dengan administrasi yang lengkap dan rapi. Disaat saya bertanya kepada bapak Ketua TPK tersebut “ Kenapa bapak tidak menuntut bendahara dan sekretaris untuk bekerja sementara mereka mendapatkan transport dari dana Operasional TPK ? “ Dia hanya menjawab “ Kita sudah diberi amanah oleh masyarakat dengan tugas masing – masing, terserah kita apakah menjadi orang yang bisa menjalankan amanah atau tidak. amanah yang diberikan orang kepada kita kalau kita sudah menyanggupi, itu merupakan hutang yang harus kita tunaikan.”

Berbekal pengalaman pada kegiatan sebelumnya, Pak warsito yang juga dibantu oleh pengurus yang lain bertekad untuk bisa menyelesaikan kegiatan bangunan gedung PAUD bantuan PNPM tahun 2013 ini. Agar adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan ini, maka inisiatif dari desa dan pengurus adalah dengan mengikutsertakan disetiap RT untuk berpartisipasi berupa tenaga gotong royong penimbunan pondasi yang kedalam mencapai 1 meter, keterlibatan bukan saja dari kelompok pria, tetapi kelompok wanita juga ikut dilibatkan. Kendala mulai dari tenaga kerja sampai pada kekurangan pada bagian bahan, namun dapat diatasi melalui partisipasi dan kerjasama masyarakat, untuk tenaga kerja pernah mengalami kecelakaan jatuh dari atas atap, sehingga mengakibatkan pekerja mengalami kesakitan pada bagian tulang yang cukup serius, disamping itu kepala tukang juga mengalami kecelakaan pada bagian kaki ditempat yang lain, sehingga tidak bisa melanjutkan pekerjaan. Untuk menghasilkan bangunan gedung PAUD yang kokoh dan nyaman bagi penggunanya, beberapa bagian dari bangunan ditambah baik kualitasnya yakni, ketinggian pondasi, dinding, saluran pembuangan, penimbunan dan lain-lain sehingga tanpa disadari TPK mengalami devisit anggaran dari rencana anggaran biaya (RAB) yang ditetapkan, termasuk biaya upah yang di RAB 41 jt pada penyelelesaian bertambah menjadi 51 jt lebih, untuk menutupi kekurangan biaya tersebut secara patungan masyarakat berswadaya berupa tenaga dan nominal uang yang terkumpul 14 juta lebih,. Dengan kejadian seperti ini, pak Warsito dan pengurus yang lain merasa berbangga kepada masyarakat desa Teluk Merbau ikut berpartisipasi menyuseskan kegiatan ini, dan pada akhir penyelesaian kegiatan beliau pernah mengatakan bahwa uang operasional TPK 3 % yang untuk insentif atau transpor habis untuk kepentingan pembangunan PAUD dan tidak pernah dinikmatinya.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Kabar dari desa

Menyelesaikan Masalah demi menghapus sanksi lokal Oleh : Darmin (faskeu Kabupaten Rokan Hulu) Dalam pelaksanaan kegiatan PNMP-MP TA. 2013, Desa

Dalam proses awalnya FK dan UPK yang didampingi oleh Kadus dan

Tambusai Barat merupakan salah satu desa yang mendapatkan kegiatan

Ketua Kelompok Sahata sangat kesulitan untuk mengindentifikasi

pembangunan fisik berupa pembangunan Rabat Beton (Semenisasi

tunggakan yang terjadi, karena si penunggak yang terdiri dari Ibu

jalan) yang terletak di Dusun Tanjung Baru Desa Tambusai Barat. Namun

Rahmadani dan Norma merasa sudah melakukan pelunasan ke UPK,

kegiatan ini nyaris tidak dapat terlaksana karena keputusasaan pihak

namun tidak dapat dibuktikan karena tidak dapat menunjukkan kwitasi

desa dalam proses penyelesaian masalah tunggakan SPP kelompok

pelunasannya.

Sahata dan kelompok Melati, terkait permasalahan tunggakan SPP dan UEP yang terdapat di Desa tersebut terancam terkena sanksi local. Bila dalam kurun waktu selama 3 bulan tersebut belum juga menunjukkan hasil progres pengembalian, maka usulan kegiatan pembangunan fisik di

Namun dengan adanya koordinasi yang dilakukan ke Kepala Desa dan Tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Tambusai Barat sehingga yang bersangkutan mengakui tunggakan tersebut dan bersedia untuk melakukan

desa tersebut dapat dibatalkan dan dialokasikan pada usulan

pembayaran

lewat pemotongan Honor

pembangunan desa yang lain sesuai dengan urutan peringkat

masing-masing Suami dari

yang terdapat pada hasil MAD Proritas PNPM-MP TA. 2013.

Ibu Norma dan Rahmadani yang kebetulan merupakan Rt di Dusun Tanjung Baru. Sedangkan

proses

dilakukan

untuk

penyelesaian tunggakan yang

yang

masalah Ibu

Samsidar

merupakan

adek

Kandung dari Mantan Kades terdahulu yang bernama Bapak Alimin adalah dengan cara melakukan kunjungan ke pihak keluarga dan mengkonfirmasikan permasalahan tunggakan tersebut, yang mana diharapkan agar informasi tunggakan ini dapat disampaikan kepada Ibu Samsidar yang saat itu sedang bekerja di Memperhatikan

pentingnya

pelaksanaan

kegiatan

pembangunan fisik berupa Pembangunan Rabat Beton (semenisasi Jalan) di Dusun Tanjung Baru Desa Tambusai barat, sehingga FK dan UPK mengajak Kepala Desa, Anggota BPD, Seluruh Kepala Dusun Tanjung Baru beserta dengan Rw dan Rt, KPMD dan TPK untuk bersama-sama memfasilitasi dalam proses penyelesaian masalah tunggakan ada. aaProses Identifikasi tunggakan Kelompok Sahata

Malaysia sebagai TKI. Setelah beberapa hari kemudian, tepatnya pada Tanggal 20 Mei 2013, FK dan UPK serta Faskeu kembali melakukan kunjungan ke kediaman keluarga Ibu Samsidar untuk menanyakan informasi terbaru yang didapatkan dari Ibu Samsidar dari Malaysia. Dan hasil yang didapatkan adalah adanya realisasi pembayaran sebesar Rp. 2.000.000 yang diberikan melalui Ibu Jannah yang merupakan Adik kandung dari Ibu Samsidar Dan untuk pembayaran pelunasan dari tunggakan yang terdapat di kelompok Sahata, pada akhirnya dapat

Kerja keras pun terus dilakukan agar sanksi berupa penghentian pembangunan tidak terjadi. Mulai membuat pertemuan dengan kelompok Sahata, hingga mendatangi ke rumahnya.

direalisasikan pembayarannya pada Tanggal 19 Juni 2013 yang disetorkan melalui ketua Kelompok bernama Ibu Siti Jalilah.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Kabar dari desa Ketika wagra desa ikut mengontrol pembangunan MCK dan Sumur Bor (Oleh : Parmadi, Fas Kec. Peranap Kab. Inhu) Sore itu, kami tengah melakukan monitoring lapangan ke desa Serai Wangi. Melalui PNPM-Mandiri Perdesaan, desa ini berpartisipasi hingga terdanai dua Kegiatan sekaligus di tahun anggaran 2013 ini, yaitu : Kegiatan MCK dengan alokasi dana sebesar Rp. 214.257.700,- melalui PNPM-Mandiri Perdesaan dan Kegiatan Rabat Beton pada PNPM-MPd Integrasi alokasi dana sebesar Rp. 254.263.200,- . tiba dilokasi kegiatan PNPM-Mandiri Perdesaan dusun II (dua) Balam Merah, tempat salah satu dari 5 Unit MCK yang dibangun, sejumlah warga datang mengerumuni kami, terdiri dari beberapa orang laki-laki dan para kaum perempuan sambil menggendong anak-anak mereka yang masih kecil, “ Sudah lama kami mendambakan MCK ini pak.!, Senagnya hati jika mimpi kami ini terujud melalui PNPM-Mandiri Perdesaan . Usulan Kami MCK, juga harapan kami dapat Sarana Air Bersih. Sangat susah dan jauh kami harus mengambil air bersih.” Desa Serai Wangi, adalah salah satu desa di Kecamatan Peranap yang merupakan Exs Transmigrasi terletak kurang lebih 8 Km dari Ibu Kota Kecamatan, dan sekitar 7 Km jalan bebatuan yang harus dilalui dari Simpang Pandan Wangi, jalan Raya Lintas Kabupaten Inhu Kuantan Singingi untuk sampai ke desa ini. Untuk mendapatkan air bersih, memang cukup sulit di desa ini, sehingga program PNPM MPd yang datang memberikan bantuan sesuai kebutuhan masyarakat begitu membuat masyarakat antusias. Bahkan mereka juga kritis terhadap TPK (Tim Pelaksana kegiatan)

“MCK ini yang disertai Sumur Gali akan jadi kebanggaan kami, jika benar benar terujud untuk menaikan Air dari bawah sana Pak”, ujar seorang ibu lainnya sambil dia menunjukkan Perigi tua yang jauh dibawah lembah sana dimana mereka setiap harinya mandi, mencuci dan mengambil untuk keperluan masak dan minum sehari-hari. Saat kami kunjungi TPK desa telah menyelesaikan 5 cincin/ 5 meter galian dari 8 cincin yang direncanakan, sumur memang telah terisisi 1, 5 meter air, TPK merasa sudah menganggap cukup galian sampai disitu saja. Dari sejumlah warga yang mendatangi kami saat itu tidak setuju, dengan spontan mereka mengatakan ” kami tidak bisa menerima, kami hanya minta digali lagi, takut dimusim kemarau sumurnya kering dan itukan tidak sesuai perencanaan. Perigi kami saja yang lebih jauh dibawah kering jika kemarau, pokoknya kami tidak setuju Pak..! kata mereka serentak” Dihadapan mereka, FK meminta TPK menyelesaikan pekerjaannya sampai target atau perencanaan pada Desaing dan RAB yang telah disepakati atau disetujui. Karena Program ini Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat (DOUM) yang bertujuan mensejahterakan dan menjawab kebutuhan masayarakat miskin dipedesaan. Dari rasa ketidak puasan warga dengan mendatangi pelaku Program ,merupakan pembelajaran pemberdayaan yang telah dimiliki masyarakat dengan telah melahirkan kesadaran kritis ditengah tegah masyarakat. Jangan pupuskan harapan dan jangan dikecewakan mereka, kewajiban TPK yang dipilih oleh masyarakat menjalankan amanah dari masyarakat itu sendiri. Biarkan masyarakat mendapatkan hak dan meraih mimpinya untuk menjadikan kenyataan.

MAD SOS KECAMATAN KELAYANG, INGATKAN JANGAN SAMPAI ADA DESA TERKENA SANKSI LOKAL

Mengawali pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2014, kecamatan Kelayang pada hari Rabu, 25 September 2013 melaksanakan Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosialisasi yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan masyarakat desa se-kecamatan Kelayang. Acara yang dipimpin oleh Ketua Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Kecamatan Kelayang M. Ardan ini selain mensosialisasikan proses pelaksanaan program untuk tahun anggaran 2014, juga mengevalusasi pelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun sebelumnya termasuk proses pemeliharaan dan pelestarian kegiatan sarana dan prasarana yang telah di bangun di dasa dari Menurut M. Ardan, “proses pemeliharanan dan pelesatarian kegiatan merupakan bahagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan program seperti yang tercantum dalam Petunjuk Teknis Operasional PNPM MPd, dan bahkan hal ini menjadi tolok ukur dan kreteria dapat berpartisipasi atau tidaknya suatu desa pada pelaksanaan program tahun berikutnya”. Hal ini ditegaskan kembali oleh PjOK dan Sekcam kecamtan Kelayang yang berkesempatan membuka acara MAD Sosialisasi tersebut. Menurut PjOK Kecamatan Kelayang Kadri, SPd. “Keikutsertaan desa dalam program selain dapat memelihara sarana dan prasarana yang telah dibangun juga proses pelestarian Dana Bergulir yang ada dimasyarakat, maksudnya adalah sanksi lokal yang telah dibangun oleh forum musyawarah berkaitan dengan kewajiban desa dalam pengembalian tunggakan Simpang Pinjam Khusus Perempuan (SPP) menentukan desa tersebut untuk dapat berpartisipasi”. Dalam kesempatan yang sama bapak anshori S.sos selaku sekertaris Camat juga mengemukakan bahwa selama sekian tahun berjalan nya program PNPM dan MAD Sosialisasi di kecamatan Kelayang adapun yang menjadi masalah desa dalam musyawarah ini adalah pengembalian dana SPP dan UEP yang berakibat kepada individu, kelompok, serta menjadi kendala bagi desa untuk ikut berpartisipasi hingga berimbas kepada desa dalam perankingan usulan. Pada sosialisasi kali ini yang disampaikan oleh Fasilitator Kecamatan (FK) Kelayang Shaleh Munawan, SE. menjelaskan pola pelasanaan kegiatan Program menerapkan skema Integrasi Penuh yang menjadikan RPJMDes dan RKPD sebagai acuan penetapan usulan pada program. Ini berarti semua usulan yang diajukan pada PNPM Mandiri Perdesaan harus tertuang dalam document RPJMDesa dan RKPDesa. Menurutnya “Terdapat beberapa perubahan serta penyesuaian pelaksanaan program pada tahun 2014 ini, perubahan tersebut diantaranya adalah pada mekanisme usulan kegiatan yang ada tahun sebelunya batas maksimalnya sebesar Rp. 350 juta menjadi Rp. 500 juta per satu usulan kegiatan serta penegasan kembali mengenai pentingnya “safeguard” atau ‘pengamanan” social dan lingkungan hidup”.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Kabar dari desa

Menjemput Impian Sang Srikandi Tanjung Bunga di Pulau Merbau

PAUD Desa Tanjung Bunga , Pulau Merbau, Meranti, yang dibangun PNPM MPd 2013

Mariam tak henti memandangi gedung bercat hijau dari balik jendela rumahnya. Gedung itu begitu megah baginya dan mungkin satu-satunya gedung termegah di kampungnya. di atasnya ada tulisan tertata rapi “Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan tahun 2013â€?. Gedung itu merupakan aspirasi masyarakat desa untuk pendidikan anak usia dini. Ada satu tarikan nafas cukup panjang seiring dengan kelegaan dihatinya. Anak-anak kami tak lagi merasakan sulitnya mencari ilmu, seperti masa kami dulu. Ujarnya membathin. Waktu itu Mariam kecil sudah berusia 8 tahun, usia anak yang selayaknya sudah masuk sekolah di bangku kelas dua. Tetapi ia tidak bisa bersekolah karena sekolah di kampungnya desa Tanjung Bunga kala itu belum ada. Satu satunya tempat bersekolah berada di desa sebelah. Tetapi itu tidak mungkin dilakukan karena desa merekadipisahkan oleh sungai. Tak ada penyebrangan, tidak ada jembatan. Biasanya anak-anak sekolah harus berenang untuk menyebrang ke desa tersebut, dan hal itu biasa dilakukan anak-anak sekolah di desanya. Satu tangan mengangkat baju sekolah, sedang satunya lagi melawan air anak sungai. Sesuatu dramatis yang tidak diperbolehkan oleh orang tuanya karena kekhawatiran yang tinggi akan keselamatan anak perempuan. Kisah itu tak terlupakan, kisah itu pulalah yang mendorong Mariam kini membuat sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anak kampong bernama pendidikan anak usia dini (PAUD) Harapan Bunda. Tahun ‌ awalnya Mariam membuat PAUD di dalam rumah, anak-anak usia dini ia ajarkan mengenal hurup dengan kemampuan yang pernah mendapatkan pendidikan bagi anak-anak PAUD. Tahun berikutnya, jumlah murid PAUD Harapan Bunda pun bertambah, hingga Mariam membangun gedung amat sedrhana di sebalah rumahnya, untuk dijadikan ruang sekolah khusus bagi anak-anak PAUD. Setelah 2 tahun berjalan, PAUD Harapan Bunda mendapat perhatian dari Anggota DPRD kepulauan Meranti, hingga dibangunkanlah sebuah gedung PAUD yang layak pakai, persis di depan rumah Mariam, yang lahannya milik desa. Sejak itu, anak-anak PAUD Harapan Bunda sudah memiliki gedung yang layak dan taman bermain serta peralatan yang cukup.

Ternyata tidak hanya sampai di situ, Tahun 2013 masyarakat Tanjung Bunga ternyata masih membutuhkan gedung PAUD yang lebih luas lagi, mengingat jumlah anak didik di PAUD dari tahun ke tahun terus bertambah, warga pun mengajukan usulan untuk membangun gedung PAUD. Hingga berdirilah gedung megah tersebut.(iec)

Mariam, pengelola PAUD berdiri didepan bekas PAUD lama


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Feature UPK Kecamatan Pangean, Tetap eksis di tengah wilayah Phase Out Oleh : TIM (Rika, dafiq dan Tambun)

Siang itu, dua srikandi muda dari UPK Kecamatan Pangean menyambangi desa Rengat untuk menyelesaikan masalah tunggakan kelompok SPP, kelelahan di wajah keduanya kentara sekali seiring keringat yang belum sempat dilap sehabis mengendarai sepeda motor mereka. Wajah kecewa bahkan tidak bisa disembunyikan oleh mereka mana kala hanya sebagian orang yang hadir pada rencana perundingan tersebut, sehingga perundingan pun gagal. Desri dan hana pun menarik nafas dalam, kekecewaan terpaksa mereka simpan dalam hati, hari itu mereka kembali gagal menyelesaikan masalah tunggakan kelompok SPP. Situasi itu bukan sekali atau dua kali dirasakan oleh para pelaku UPK di kecamatan Pangean, salah satu kecamatan di Kwantan Singingi Propinsi Riau, yang mendapat status Phase Out, atau yang tidak lagi mendapat bantuan dari PNPM Mandiri perdesaan. Tetapi mereka harus bersabar terhadap masyarakat yang merupakan binaan mereka. “terkadang kami tidak mendapatkan hasil, rasanya seperti tukang kredit bila berhadapan dengan kelompok yang membandel. Tetapi menghadapi masyarakat yang ikut dalam program tentunya harus dengan pola pendekatan persuasive.” Ujar Desi ia kelihatan begitu handal berhadapan dengan masyarakat. Saat ini, sejak kecamatan tidak lagi terdanai, memang agak sulit mengenakan sanksi. Kalau dulu ada sanksi local sehingga memberikan ancaman bagi desa tidak lagi bisa ikut program PNPM MPd. Tetapi UPK Kecamatan Pangean memiliki cara yang lain. Meskipun tidak seampuh sanksi local saat program BLM dari PNPM MPd masih ada. “sanksi tidak memberikan SHU kepada masyarakat di desa yang belum menyelesaikan tunggakan.” Ujar Hanna, sang bendahara menimpali. Meski terbilang jalan UPK Pangean mulai terseok-seok sejak kecamatan dinyatakan phase Out pada tahun 2008, namun UPK Pangean masih tetap melaksanakan program Simpan Pinjam Perempuan. Sekarang asset UPK Pangean sudah 1,4 Miliar rupiah, sedangkan jumlah dana pada saat terakhir sebelum phase out hanya sekitar 350 juta ditambah kas SPP dari Program pemerintah daerah 250 jta. Artinya, selama 5 tahun UPK Pangean ini sudah mendapatkan keuntungan sebesar Rp 800 juta. Dari uang yang dimiliki UPK saat ini sebesar Rp 1,4 Miliar terdapat 78 kelompok yang dibina dan saat ini tengah berjalan. “Setiap tahun insya Allah kami membagikan SHU kepada masyarakat miskin.” Ujar Desi. Seperti pola-pola yang dilakukan PNPM Mandiri, UPK Pangean ini tetap menyisihkan 20 % sisa hasil usaha mereka kepada masyarakat miskin. Bantuannya bermacam-macam, tergantung pada usulan musyawarah desa. Dan biasanya pemberian uang tunai atau bantuan alat-alat sekolah kepada anak-anak kurang

mampu. Seperti yang baru-baru ini mereka lakukan membagikan uang tunai kepada anak-anak yatim dan fakir miskin serta kepada janda dan kaum jompo. Jumlahnya lebih dari seratus orang. Meski Phase Out, Even Besar tetap terselenggara melalui kerjasama Tidak mau ketinggalan dengan kecamatan yang saat ini masih mendapat bantuan PNPM Mandiri perdesaan. UPK pangean justru ingin menunjukan eksistensinya. Tahun 2012 UPK Pangean sempat menyelenggarakan iven besar sekecamatan, yakni mengadakan sunatan massal dan pengobatan geratis. Tentu saja , even ini mendapat perhatian besar dari masyarakat. Meski anggaran yang dimiliki UPK hanya 18 juta, namun even besar ini memakan biaya hamper Rp100 juta Tentu saja even besar ini terselenggara berkat kerjasama yang baik antar lintas desa dengan swadaya yang cukup besar dan bantuan dari pihak ketiga yakni rumah sakit, dengan memberikan obat-obatan gratis dan tenaga medis. Dari program ini, Acara ini bermanfaat bagi 70 Orang anak yang disunat, 30 Manula untuk pengobatan gratis. Mereka tak hanya mendapat sunat gratis dan pengobatan gratis, bingkisan juga tidak lupa diberikan. “Dari SHU UPK sebesar 18 juta rupiah, dari kerjasama rumah sakit obat-obatan dan tenaga medis, serta bantuan transportasi dari kepala desa. Hasilnya sungguh luarbiasa. Bisa berbagi dengan masyarakat kurang mampu” Ujar Desi bangga. Ia tak hanya bangga bisa membantu masyarakat miskin, tetapi ia merasa bangga ditengah Phase Out, mereka masih bisa membantu masyarakat 20 % dari SHU. Mengapa Phase Out ? Meski kecewa, UPK Pangean mendapat status Phase Out, namun tidak menyurutkan semangat pelaku UPK. Buktinya Desi dan Hana masih bertahan mengelola keuangan UPK Pangean sejak menjadi phase out. Desi sendiri sebelumnya adalah sekretaris UPK, dan Hanna bendahara UPK. Namun karena ketua UPK mengundurkan diri, maka sejak tahun 2008 Desi menjabat sebagai ketua, cukup lama Desi dan Henny berdua mengelola UPK, hingga akhirnya fasilitator kabupaten menyarankan agar ditambah pengurus UPK 1 lagi agar pekerjaan mereka tidak begitu berat. “Kami banyak mendapat ilmu di UPK ini buk. Sepertinya sudah menjadi nafas kehidupan kami.” Ujar Desi tersenyum, kalimat itu ia dapat dari fasilitator yang pernah membina desi pertama kali dia menjadi UPK. Ia pernah ditawarkan untuk melamar menjadi fasilitator kecamatan, karena Desi cukup memahami tahapan PNPM Mandiri dan pula telah menyelesaikan kuliahnya, namun Desi belum berminat. Banyak pertimbangan yang ia lakukan, bekerja di UPK ini masih bisa sesekali melihat anaknya yang masih kecil. Tidak ada yang tahu, mengapa UPK Pangean menjadi status Phase Out. Tambun Purba, fasilitator kabupaten yang sempat menjadi fk di kecamatan ini pun tidak tahu alasannya. Ada 4 kecamatan di kuansing pada tahun 2008 mendapat status phase out dari pemerintah pusat, yakni kecamatan kuantan mudik, kecamatan singing, Benai dan Pangean. “Tidak ada dikarenakan terkena sanksi.” Ujar Tambun memastikan Bila dilihat dari tingkat kemiskinan, menurut Dafiq fasilitator keuangan kabupaten Kuansing, kecamatan Pangean masih lebih pantas mendapatkan program PNPM Mandiri dari pada kecamatan kuantan tengah yang saat ini masih mendapatkan bantuan PNPM Mandiri perdesaan. Apalagi kecamatan pangean ini juga jauh dari ibu kota kabupaten, dengan menempuh jarak 1 jam perjalanan. Setidaknya kecamatan yang jauh harus mendapat prioritas perhatian.


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Feature

Pemukiman sebagian besar suku akit di Rupat

Malam tak begitu larut, tapi jalanan sudah mulai tampak sepi. Tak ada orang-orang melintasi jalanan, tak pula ada lampu yang menemani gelapnya malam. Hanya ada satu warung di dekat sebuah sekolah yang masih memberikan sinar ramah menyambut pembeli untuk sekedar singgah atau mengisi perut kosong. Sepanjang jalan menuju perkampungan dipenuhi tanaman sawit dari kebun sawit milik perorangan, sesekali gonggongan anjing penjaga rumah menyambut orang yang hendak memasuki perkampungan itu. Beberapa ruas jalanan terasa enak dilalui sepeda motor, tetapi beberapa kali penumpangnya terpaksa harus turun karena ada beberapa ruas jalan yang berlumpur dan berlubang yang cukup parah, bahkan hampir memasuki finis dekat perkampungan suku akit di kampong Rampang, desa tanjung Kapal, Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis, propinsi Riau, sepeda motor yang kami naiki terjungkal, tertambat pada lubang dalam yang lembek. Untung kaki fasilitator kecamatan itu cepat dan kuat menginjak tanah lumpur tadi, kalau tidak tubuh kami pun ikut dipenuhi lumpur. Kami melintasi beberapa rumah panggung tanpa cat, beberapa hewan anjing peliharaan masih berkeliaran di sana. Lampu dari mesin diesel milik masing-masing wargamasih bisa dinikmati sedikit temaram. Beberapa warga masih menikmati sinetron dan menghidupkan music sebelum nanti solar pada mesin disel mereka habis dan berganti dengan temaramnya sentir. Di depan rumah mereka ada kain seperti selendang berwarnah merah, cirri itu biasanya menandakan ia orang asli. Kami memasuki rumah beton bercorak nyentrik, karena sebagian besar bangunannya berwarna merah termasuk lantainya pun berkeramik merah. Kelihatannya rumah ini adalah rumah yang paling mewah dikampung ini, selebihnya rumah-rumah yang kami lihat mungkin tak layak huni, karena selain dindingnya terbuat dari kayu yang sudah lapuk, kayunya pun terlihat usang

dan lantainya tidak disemen , atau rumah panggung beralas papan. Awalnya mereka kelihatan takut, bersalaman sekedarnya. Sang TPK (Tim Pengelola Kegiatan) di desa Tanjung Kapal itu memperkenalkan kami sebagai fasilitator di program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Desa (PNPM –MPd). Kebetulan sang TPK adalah suku akit, mungkin ia adalah satu-satunya suku akit yang mau menjadi TPK. “Suku akit memang sulit berbaur, bu.” Ujar Ajak, TPK Tanjung Kapal pertama sekali bercerita tentang suku akit, “Malu, tidak berani dan takut, suku kami tidak mau buat keributan, suku kami apa adanya.” Ujarnya dengan dialeg yang halus, dan mendayu, sekilas kedengarannya hampir sama dengan nada suku melayu, tetapi tidak serupa. Mereka selalu menggunakan hurup a menjadi hurup e pepet di akhir kalimat dan sering menekankan hurup h atau pun t. Di Kabupaten Bengkalis paling banyak terdapat suku Akit, atau yang disebut suku Asli di Riau. umumnya mereka berada dan bermukim di dekat pinggir pantai. Tempat seperti itu yang paling disukai mereka untuk mencari sumber penghidupan dengan nelayan. Mereka ada di Rupat, Rupat Utara dan Bantan. Di Kepulauan meranti kecamatan tebing Tinggi juga ada sebuah kampong akit. Kesan tertutup, tidak mau berbaur dengan suku lain , berusah menghindari permusuhan atau konflik, memang seperti menjadi karakter mereka. Bahkan sesama mereka tidak pernah ada permusuhan. Beberapa cirri mereka bisa dilihat dari forum wajah yang mirip orang china berkulit hitam. Mereka sendiri mengakui asal usul mereka dari orang hokian beragama Budha. Bahkan nama-nama panggilan mereka sama persis, seperti Agio, asim, dan meiling. Kesan kumuh, tidak mau maju, terkebelakang, memang sudah menjadi cirri khas suku Akit ini, dan hampir menjadi karakter suku akit. Tak heran, bila memasuki kawasan perkampungan


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

memakan waktu 4 jam. Bahkan bila berangkat dari Teluk Lapit di Rupat Utara mereka hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit dan mereka akan tiba di Linggit dan Pudit di perairan Malaysia. Negara Malaysia sangat tidak asing bagi mereka. Sebagian besar penduduk di Rupat bahkan bekerja di sana. Bahkan beberapa tahun yang silam, mereka terbiasa menerima uang ringgit sebagai nilai tukar penjualan ikan para nelayan indonesia.

suku akit akan terlihat kesan gersang dan tidak terurus tersebut. Namun pola hidup dibeberapa masyarakatnya sudah mulai berubah. Bahkan ketika ada pembangunan untuk memperbaiki kondisi kampong mereka, mereka begitu antusiasnya. Di tahun 2013 ini kampong Rampang mendapat pembangunan gedung PAUD dari program PNPM Mandiri Perdesaan, seorang warga bahkan mau menyumbangkan sebidang tanahnya di pinggir jalan untuk pembangunan gedung tersebut. Tahun sebelumnya di tahun 2012 kampung seberang yang masih juga di desa Tanjung Kapal mendapat pembangunan rabat beton. “Kami sudah mulai merasakan pembangunan dari Indonesia.” Kalimat polos dari warga akit itu seperti menohok. “maunya ada lagi pembangunan di sini.” Ujar warga akit yang kebetulan berkumpul di rumah orang tua TPK. Ia adalah guru PAUD tersebut. Selama ini murid-murid mereka belajar dengan menumpang gedung SD Negeri. Ia berharap, setelah bangunan selesai murid-murid akan pindah dan semakin banyak pula anakanak di kampong ini menyekolahkan anaknya ke PAUD.

“Anak saya Sembilan, empat diantaranya yang laki-laki bekerja di Malaysia.” Ujar Agio, Nenek berusia hampir 60 tahun ini bahkan sering wara wiri ke Malaysia untuk bertemu keluarganya dan anak-anaknya di Malaysia. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh kebun, gaji mereka terbilang tinggi bila dirupiahkan. Sebagian besar dari gaji mereka, akan mereka kumpulkan dan mereka jadikan modal untuk kebun mereka sendiri di Indonesia, dikampung mereka. Banyak istri-istri orang Akit ini terpaksa ditinggal bekerja oleh suaminya ke Malaysia. Setelah pulang mereka bisa memiliki kebun sendiri. Tidak hanya warga Rupat, pengakuan seorang nelayan dari Rupat ia bahkan sering ikut menyeludupkan calon-calon TKI Ilegal ke Malaysia. Mereka umumnya datang dari Medan, kisaran, dan jawa yang ingin mencari penghidupan tapi tidak punya biaya untuk pengurusan passport dan visa. Pengalaman sebagai tekong kayu, alias menjual kayu-kayu illegal ke negri Jiran juga tak jarang menjadi lelucon warga setempat. Namun sekarang sudah banyak yang bertobat, awalnya melakukan perambahan hutan itu untuk menghidupi keluarga, kemudian menjadi mata pencaharian yang menggiurkan, “tetapi seperti uang setan dimakan hantu, setelah tertangkap uang pun habis untuk menyogok oknum” ujar seorang sumber, yang mengaku pernah ditahan (Rika Yoesz)

Dibalik kekurangan suku Akit ini, ada satu hal yang patut dibanggakan, mereka adalah karakter yang jujur, mereka takut sekali menipu dan taat dengan aturan. Tak heran bila kelompok Simpan pinjam Perempuan atau SPP dari kelompok suku akit ini tidak pernah menunggak. Mereka bahkan membayar hutang dengan baik. Mereka juga cukup solit, bila sudah percaya dengan seseorang, mereka akan menumpukan kepercayaan tersebut pada orang itu. Tak heran, dari banyak pengalaman pemilu , mereka 1 suara untuk memilih seseorang . Mencari Penghidupan Di Negeri Sebrang Pulau Rupat adalah pulau ditapal batas negeri Malaysia, bersebrangan dengan Negara Malaysia. Dari bibir pantai bila cauaca sedang baik, akan terlihat dari kejauhan. Bahkan kala malam, lampu-lampu penghias negri itu berpancar hingga ke pulau Rupat. Bila perjalanan dengan mengendarai spitboat dari batu panjang ibu kota kecamatan Rupat menuju Malaysia, hanya

Pembangunan PAUD di pemukiman suku Akit bersama Ajak (TPK desa Tanjung Karang) yang juga suku Akit


Newsletter Inspirasi Desa edisi 2 – Nov-des 2013

Kelompok SPP Kekuatan dan ketangguhan terkadang justru datang dari tangan-tangan yang lembut. Karena kesabaran dan ketekunan justru membuat mereka bisa bertahan melewati masa-masa sulit. Mereka adalah perempuan perempuan tangguh yang telah membangun negri ini oleh rasa percaya diri mengalahkan keterpurukan.

Belacan Kelompok SPP, Berlayar ke Negeri Jiran

Warung Impian di Usia Senja

Ira bersorak girang, istri sang nelayan itu menyambut suaminya saat matahari hampir tenggelam, diiringi suara azan magrib. Sang suami membawa ikan Pari berukuran besar, sebesar tampah,a atau berdiameter 20 cm. Tapi ini tak selalu bisa didapat sang suami, meski harus melaut satu harian atau bahkan sempat tak pulang. Satu-satunya cara untuk melewati kehidupan agar asap dapur tetap mengepul dan kebutuhan anak-anak bisa terpenuhi, Ira tak mau berpangku tangan hanya menunggu rejeki laut dari sang suami. Ira memanfaatkan hasil laut udang-udang kecil yang terkadang harus menjadi sampah karena tak laku dijual dipasar. Yah, Ira membuat belacan. Ira adalah anggota kelompok SPP yang tinggal di pinggir pantai, ujung desa Baran Melintang kecamatan Pulau Merbau, Kepulauan Meranti. Ia mulai melakoni hidupnya menjadi pengrajin Belacan memang belum lama, tetapi pengetahuannya membuat Belacan memang sudah ia dapati sejak kecil oleh ibunya. Usaha coba-cobanya ini ternyata dilirik oleh pemasok, hingga Ira harus menyiapkan 3000 keping belacan untuk satu kali order. Atau ia bisa mengantongi uang 1.500.000. Tentu saja Ira harus bermodal terlebih dahulu untuk mendapatkan udang-udang kecil itu. Baik udang-udang yang didapat oleh suaminya, atau yang Ira ambil dari nelayan lain. Untuk pengerjaan belacan ini, Ira tidak sendiri, terkadang ia dibantu oleh suaminya dan juga orang tuanya. Mulai membersihkan, merebus, hingga mencetaknya. Kerja keroyokan keluarga ini membuat semuanya menjadi lancar, dan penghasilan pun bisa bertambah. Karena selain pembuatan belacan, udang-udang kecil ini pun terkadang dijual ke warga sekitar yang datang hendak membeli, sebagai lauk.Waktu itu Ira memang sempat kelimpungan, dari mana ia mendapatkan modal. Akhirnya ada kader desa yang mengajaknya untuk ikut meminjam di UPK Pulau Merbau Kabupaten kepulauan Meranti, Propinsi Riau, melalui kelompok SPP.

Waktu itu, disekujur tubuhnya sudah penuh dengan keringat. Ia tetap menggoet sepeda, meski dungkul kakinya sudah terasa lelah. Maklum, usianya sudah hamper memasuki kepala enam. Ia masih merasa belum terlalu tua, demi dorongan hidup tetap mencari nafkah. Usaha dagang kebutuhan hidup memang sudah ia lakoni sejak dahulu iatelah berkeluarga, tapi peningkatan hidup belum menunjukan tanda-tanda. Penghasilannya hanya cukup untuk hidup, ia sulit sekali menambah modal kemudian bisa memiliki warung sendiri dan cukup menjaganya di sanaSampai akhirnya cita-cita itu terwujut, saat itu ibu Yani sang kader desa menghampirinya dan menyarankan agar ikut dalam kelompok dan meminjam dana SPP. Akhirnya meski awalnya takut-takut, tapi akhirnya cita-cita itu pun terwujut, ibu Nur Inah kini sudah punya warung impiannya. Meski kecil dan sangat sederhana, tetapi warung ibu Nur Inah penduduk desa Bunga Raya kecamatan Bungaraya kabupaten Siak, adalah warung terlengkap di desanya. “Alhamdulillah… “ Ibu Nurinah malu-malu menceritakan sejarahnya ia bisa memiliki warung itu. Kini ia tidak lagi bersepeda berkeliling menawarkan dagangannya dari rumah ke rumah. Ia sudah terlalu tua, dungkul ini sudah tak sanggup lagi menggoet sepeda Kini warungnya semakin lengkap, ibu Nur Inah bahkan menjual sayuran dan ikan kering. Ia memang sudah tua, meskipun banyak lupa ia tidak lupa membayar cicilan kepada ketua kelompok. Bahkan, agar tak lupa harga jualannya, ia menuliskan harga di setiap barang. Yah, meski warungnya kecil, sangat sederhana, tapi layanannya nyaris seperti mini market. Warung yang lengkap. “Yah, saya bersyukur mengenal kelompok SPP, saya bisa begini. Hidup dihari tua, masih bisa berarti buat anak cucu dan tak harus menompang hidup pada siapa pun.” Ujar Nur Inar Sumringah


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.