Komoditas Indonesia

Page 1

Pulau Jawa Luar P. Jawa

Edisi II • Tahun I • Maret 2012

: Rp 18.000 : Rp 20.000

TALK REVIEW

Bibit Lokal Masih

Lebih Baik

AGRIBISNIS

Melirik si Harum

GAHARU RAGAM

MANGGIS Sang Ratu Buah

Bibitku Sayang,

Bibitku Malang KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

www.komoditasindonesia.com

1


Jati (Tectona grandis) Var. Solomon

Mangga (Mangifera indica)

Pupuk Organik Granul “MANJAT”

Jati (Tectona grandis) Var. Platinum/Hibrida

Durian (Durio Zibetinus)

Pupuk Organik Cair “MANJAT”

Sengon (Albazia sp.)

Rambutan (Nephelium sp.)

Pupuk Hayati Cair “MANJAT”

Mahoni (Zwietenia mahagoni)

Pisang (Musa sp.)

Vermikompos+ “MANJAT”

Jabon Putih (Anthochepalus cadamba)

Tebu (Shaccarum officinarum)

Vermikompos+ “MANJAT”

Jabon Merah (Anthochepalus macrophyllus) Tanjung (Mimusops elegi) Suren (Toona sureni)

Rasamala (Altingia excelsa) Jati (Tectona grandis) Koleksi klon B2PBPTH

2

PT. SILVA TROPIKA KULTURA Perusahaan Pembibitan Nasional yang intensif menfokuskan diri dalam proses kultur jaringan dan pembuatan pupuk organik. Menghasilkan bibit-bibit unggul dan pupuk organik yang sudah diakui di seluruh Indonesia.

PT. SILVA TROPIKA KULTURA Jl. Gilisampeng II No. 49 Kemanggisan, Kebonjeruk, Jakarta Barat INDONESIA Phone: (021) 549 0379 KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012 Faximile: (021) 549 3951


Wartawan Komoditas Indonesia tidak dibenarkan menerima imbalam atau tips dalam bentuk apa pun dari narasumber terkait dengan tugas jurnalitik.

Salam Redaksi PELINDUNG Ir. Hilman Manan Dewan Redaksi Maruli Gultom (cc) Ir. Winarno (cc) Dali S Naga (cc) PEMIMPIN UMUM DAN PEMIMPIN REDAKSI Stephanus Nuswantoro WAKIL PEMRED Oedin SEKRETARIS REDAKSI Ria Rumiris Tambunan Team Ahli Agriculture and Forestry Prof. Dr. Sania Seno, Msc. Dr. Ir. Ika Mariska Soedharma Didi Rahmanto Redaktur Pelaksana Jabbar Ramdhani Reporter Citra Nuraini Harris Malikus Web Master Sugeng Sutrisna

T

ingginya impor bibit hortikultura dan tanaman unggulan membuat kami tertarik untuk mengupas, apa yang sebenarnya terjadi sehingga kita harus mengimpor. Apakah memang kita tidak sanggup menyediakannya, atau apakah ada faktor lain sehingga impor selalu menjadi senjata pamungkas dalam segala penyelesaian termasuk pengadaan bibit. Di tingkat petani dan pelaku kebun, hanya ada beberapa nama yang selalu menjadi kiblat tanaman unggulan: Hibrida dan Bangkok. Nama tanaman tersebut seolah menjadi top position yang selalu membuat kita berasumsi bahwa produk tersebut adalah yang terbaik dan terunggul. Pertanyaan bagi kita, apakah tidak ada varietas lain yang sejajar mutunya, atau bahkan bisa di atas varietas hibrida dan Bangkok? Jumlah tenaga ahli tanaman di Indonesia mungkin sudah tidak bisa dihitung dengan jari. Tetapi apakah varietas-varietas unggulan yang mereka temukan sebanding dengan suplai kebutuhan pangan dan kesejahteraan bagi masyarakat secara umum? Kita mungkin tidak perlu pesimis kalau-kalau para ahli tidak mampu menemukannya. Karena kalau kita sejenak membuka pustaka tentang penemuan tanaman unggul, kita bisa menemukan ribuan artikel tentang apa yang kita cari. Sekarang permasalahanya, Bagaimana penemuan itu bisa diaplikasikan di tingkat petani dan pelaku kebun, ataukah cukup bangga hanya sebagai bahan pustaka belaka? Dalam edisi kedua ini, kami coba mengupas apa yang yang sebenarnya menjadi kendala, dan siapakah yang bertanggung jawab dalam pendistribusian informasi maupun aplikasi bibit unggulan tersebut. Apakah Departemen Pertanian akan tetap menjadi fasilitator dan motor penggeraknya? Lalu, di mana peran serta pihak swasta? Di akhir salam, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca yang masih peduli akan perkembangan dunia pertanian dan perkebunan di Indonesia, dan masih mau menjadikan majalah Komoditas Indonesia menjadi salah satu referensi bacaan dalam dunia pertanian dan perkebunan.

Fotografer Uus Suwito

Terima Kasih

KONTRIBUTOR NTB Yusup Suteja

Stephanus Nuswantoro Pimp. Umum - Redaksi

KONTRIBUTOR JATENG Hariyanto Rita PT. Silva Tropika Kultura Dapatkan majalah KOMODITAS INDONESIA di Outlet Toko Buku Gramedia, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan Supermarket Bangunan MITRA 10.

Alamat Redaksi JL. Gili Sampeng II/49 Kebon Jeruk Telp: 021-5490379 Fax : 021-5493951 redaksi@komoditasindonesia.com www.komoditasindonesia.com

majalah komoditas Laboratorium: Puspa Sari Blok Pertanian Citeureup – Bogor Jawa Barat

Produksi: Jl. Pesunggingan No. 22 Cirebon Jawa Barat

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

3


daftar isi 8

LAPORAN UTAMA

Produksi Benih

Hortikultura Masih Terkendala

Modal 16

Produksi benih hortikultura tengah lesu lantaran suntikan dana subsidi untuk produsen benih masih minim. Masalah bertambah pelik ketika suplai benih unggul dari pemerintah kepada petani tidak sampai pada tujuan.

24

TALK REVIEW

Yusdar Hilman Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Kementan

TERNAK

Polemik Daging

Bibit Kami Lebih Berkualitas Dibanding Bibit Australia

26

SOSOK

yang Berujung Impor

28

Moh. Reza Tirtawinata Staf ahli Riset & Development PT. Sasaran Ehsan Mekarsari

Penemu Varietas Manggis Tanpa Biji

4

RAGAM

Secuplik Cerita dari

“The Queen of Fruit”

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012


Foto Cover Design

30

: Uus Suwito : Diaz Aditya

32 INVESTASI

AGRIBISNIS

Harum Bisnis

GAHARU 34

OPINI PAKAR

42

Strategi Proteksi dan Promosi Hortikultura

KABAR PETANI Pertahankan Hidup dengan

Sepetak Lahan Kakao

46

Swasta Dukung Pengadaan Bibit Tebu Unggulan

TIPS

Ngelep, Produksi Padi Jadi Maksimal

50 INOVASI DAN TEKNOLOGI

Menanam Padi Sistem Jajar Legowo

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

5


PENGANTAR

Katanya Tanah Surga, kok, Impor Masih Merajalela?

S

ebagai negara agraris, dengan sebaran sentra perkebunan dan pertanian hampir merata, jelas ironi jika kebutuhan dasar petani seperti benih atau bibit saja masih harus impor. Dalam fase produksi, bibit menjadi tulang punggung produktifitas dan produksi berbagai komoditas pangan tersebut. Mulai dari padi, jagung, manggis, jeruk, apel, kentang, cabai. Toh, nasi sudah jadi bubur. Impor sudah berjalan sekian lama. Kini, kebijakan itu mulai menuai protes. Protes dilakukan karena banyak bibit impor dari luar negeri disinyalir membawa penyakit baru bagi tanaman. Cacar cabai yang trejadi di Bali misalnya, disinyalir karena pemerintah tidak menggunakan bibit lokal. Petani kemudian menggunakan bibit impor. Nah, selidik punya selidik, impor bibit, menurut Mohammad Reza Tirtawinata, staf ahli riset Mekarsari, bukan keinginan petani sendiri melainkan pengusaha perkebunan swasta. Ini artinya, demi memangkas ongkos produksi pengusaha kemudian melakukan impor, meskipun dalam perkebunannya sendiri tidak mustahil mendirikan kebun pembibitan. Kini, kita boleh sedikit lega. Berbagai temuan baru bibit berkualitas dihasilkan oleh Litbang Kementrian Pertanian (Kementan). Yusdar Hilman, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Kementan mengatakan bibit atau benih yang dihasilkan

6

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

Kementan tak kalah kualitasnya dan berani diadu dengan bibit impor terutama bibit cabai dan kentang. Lalu, mengapa walau benih berkualitas telah ditemukan, kondisi pertanian tak kunjung membaik? Letak persoalannya terletak pada sinergi distribusi dari pemerintah kepada petani. Bibit yang dihasilkan tak sampai ke daerah hingga ke tangan petani. Ujung-ujungnya, ini jadi peluang bagi kalangan tertentu untuk mendorong impor bibit dari luar. Kini, langkah pemerintah dengan melakukan pengetatan impor hortikultura melaui beberapa pelabuhan dan bandara patut diapresiasi. Protes yang dilancarkan beberapa negara penghasil bibit, seperti Amerika Serikat, mestinya tak digubris. Nah, agar maksimal, selama pengetatan dilakukan, pemerintah mesti bergerak cepat mendistribusikan bibit ke sentrasentra produksi masyarakat. Misal ke Karo, Sumatera Utara, yang selama ini dikenal pusat produksi jeruk. Kemudian Malang, Jawa Timur, sentra produksi Apel. Demikian pula dengan tanaman kentang, cabai dan bawang, yang tidak kurang areal perkebunannya di Jawa Tengah. Sentra-sentra pertanian masyarakat tersebut layak untuk mendapat bibit yang harus didistribusikan pemerintah. Lalu, seperti apa teknis, dan pelaksanaannya? Silakan simak di rubrik Laporan Utama. Selamat membaca.


PREDIKSI 2012

“Ironisasi” Bibit S ebuah pertanyaan besar mencuat dari banyak pakar pertanian, “Mengapa bibit impor lebih banyak diminati oleh para pelaku kebun?” Pertanyaan lanjutan yang kami lontarkan untuk kami renungkan pribadi adalah, “Ada apa dengan

bibit lokal?” Kami berusaha mengumpulkan data-data tentang banyak bibit komoditas yang ada di Indonesia. Dari target produksi yang dicanangkan di awal tahun, hampir seluruhnya justru melenceng jauh. Angka realisasi tersebut membuat

suatu grafik negatif yang drastis. Ironis, namun itulah kenyataan. Kini, Kementan mulai menyiapkan lagi proyeksi dan target produksi komoditas di tahun 2012. Dan kami membiarkan tabel-tabel di bawah ini bercerita kepada Anda.

Target dan Realisasi Produksi Bibit Unggulan Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Komoditi

2010

Padi Jagung Kedelai Bawang Merah Cabe Merah Daging Sapi dan Kerbau Daging Unggas Telur Unggas

66.469 18.328 907 1.049 807 472 1.573 1.362

2011 Realisasi 65.334 17.230 871 564 780 503 1.576 1.440

Target 70.599 22.000 1.560 917 766 481 1.426 1.574

% 92,54 78,32 55,83 61,50 101,83 104,61 110,52 91,45

Target Produksi Bibit Unggulan Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Komoditi Padi Jagung Kedelai Bawang Merah Cabe Merah Daging Sapi Daging Ayam Telur

Volume (Ton) 74 juta GKG 24 juta Pipilian Kering 1,9 juta 943.315 792.012 447.569 363.535 1.647.973

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

7


LAPORAN UTAMA

Produksi Benih

Hortikultura Masih Terkendala

Modal

Foto: KI/Uus Suwito

Produksi benih hortikultura tengah lesu lantaran suntikan dana subsidi untuk produsen benih masih minim. Masalah bertambah pelik ketika suplai benih unggul dari pemerintah kepada petani tidak sampai pada tujuan.

Oleh: Jabbar Ramdhani

P

emerintah diminta segera membuat kebijakan untuk membuka peluang investasi di bidang produksi benih hortikultura agar sektor ini dapat berkembang. Dibukanya keran investasi dari luar negeri dinilai akan membantu percepatan peralihan teknologi sekaligus juga mendorong investasi baru di sektor benih. Isu utama yang menghambat produktifitas mereka adalah kurangnya modal produksi. Sayangnya, selama ini mayoritas investor untuk produksi benih hortikultur Indonesia masih berasal

8

dari luar negeri. Atau justru produsen benih hortikultura adalah anak perusahaan asing seperti PT Sarung Pokan yang berinduk di Thailand. Perusahaan yang memiliki produk unggulan berupa jagung, kedelai, dan melon. Selain itu masih dapat ditemui anak perusahaan asing yang fokus dalam produksi benih hortikultura lainnya. Kondisi di lapangan menggambarkan bahwa produksi benih hortikultura lokal secara kuantitas belum mampu mencukupi kebutuhan petani nasional. Seperti yang telah disebutkan di atas, permasalahan utama minimnya produksi benih lokal adalah karena kurangnya biaya operasional. Afrizal Gindow, Ketua Hortindo, Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia, mengungkapkan, untuk menjalankan usaha produksi benih hortikultura butuh biaya besar. Untuk usaha produksi skala kecil saja, dibutuhkan biaya sampai Rp 2 miliar. Sedangkan untuk usaha pembibitan skala besar, nominal uang yang dibutuhkan sekitar Rp 12 milyar.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

Ia menyayangkan, di tengah tingginya biaya produksi benih, anggaran subsidi dari pemerintah masih tergolong rendah. Kondisi ini memaksa para produsen benih lokal melakukan produksi dengan ala kadarnya. Kondisi minimnya dana untuk biaya produksi benih sebenarnya masih dapat tertolong jika investor asing diberikan kesempatan untuk menanamkan modal di sektor hortikultura. Sayangnya, menurut Kepala Pusat Karantina Kementerian Pertanian Arifin Tasrif, hingga saat ini belum ada investor yang mau menanamkan modalnya. "Padahal dari investasi tersebut akan meningkatkan daya saing dari hasil produksi benih hortikultura dalam negeri,” ujarnya Minimnya jumlah investor yang bersedia menanamkan modal di dalam negeri, makin diperburuk dengan aturan yang menyatakan kepemilikan orang asing atas perusahaan produsen benih hortikultura tidak boleh klebih dari 30% sebagaimana termaktub dalam UU No 13 tahun 2010 tentang Benih Hortikultura.


LAPORAN UTAMA Kebijakan dukungan dengan membatasi adanya tim riset kepemilikan asing yang didukung terhadap produsen dengan peralatan benih hortikultura yang canggih untuk dinilai hanya akan menghasilkan produk membuat Indonesia yang berkualitas. tergantung terhadap Selain itu, Badan benih impor. Pusat Standarisasi “Kekhawatiran Benih (BPSB) yang bahwa asing akan ada di 33 provinsi mendominasi investasi harus diperkuat di sektor produksi lagi baik dari segi benih hortikultura penelitian penemuan sangat tidak beralasan. varietas-varietas baru Foto: KI/Uus Suwito Justru, kehadiran Butuh modal yang cukup untuk dapat menghasilkan bibit lokal yang baik. yang cocok dengan mereka diharapkan argolkimatnya. menilai, konsekuensi pembatasan akan memicu Oleh karena investasi asing di sektor hortikultura terjadinya transfer teknologi dan itu, dukungan dana dari APBN adalah harga produk sayur-mayur manajemen yang pada akhirnya untuk riset dan pengembangan dan buah-buahan Indonesia menjadi bermanfaat bagi petani,” ujar Guru varietaslokal harus ditambah. Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih mahal dibanding produk impor Menurut Moh. Reza Tirtawinata, yang saat ini membanjiri pasar Bungaran Saragih. Staf ahli Riset & Development domestik. Bungaran bilang, produksi Mekarsari, ada dua hal memutus “Terus terang kami dari hortikultura Indonesia masih jauh akar permasalahan seputar benih Hortindo prihatin banyaknya produk dan solusi sulitnya produksi benih tertinggal dibanding Thailand dan pertanian impor seperti kentang, Malaysia. Indonesia akan bisa hortikultura lokal yang berkualitas. cabai, jagung, dan lainnya, yang mengejar ketika teknologi dan “Cara atau sinergi ideal untuk harganya lebih murah dari yang manajemen di bidang perbenihan terbebas dari impor bibit cuma dua. dihasilkan petani kita. Ini harus yang lebih baru, biasanya Pertama dengan mendistribusikan segera dibenahi,” ungkapnya. dimiliki perusahaan benih skala bibit unggul ke sentra-sentra internasional, dapat masuk ke produksi rakyat. Kedua memaksa Riset harus diperkuat Indonesia. pengusaha menanam tanaman kayu, Sambil menunggu investor Terkait hal pembatasan investasi dan buah-buahan, di kebun-kebun datang, pemerintah mesti asing di Indonesia Afrizal Gindow besar mereka,” pungkasnya. memperkuat sekaligus memberi

GAPKI: Tutup Keran Impor Benih Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kompartemen Lingkungan dan Riset Daud Darsono meminta agar pemerintah menutup keran impor benih kelapa sawit. Pasalnya kemampuan produksi benih nasional saat ini sudah mencapai 250 juta benih kelapa sawit. Angka itu menurut Daud sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan 1,2 juta hektar perkebunan kelapa sawit nasional, baik untuk ekspansi maupun peremajaan. ”Bahkan secara kualitas, benih dalam negeri lebih bagus. Harganya juga lebih murah,” kata Daud. Saat ini, dari sekitar 8,2 juta ton lahan perkebunan sawit di Indonesia, 40% atau 3,28 juta hektar merupakan perkebunan rakyat. Dari jumlah tersebut, 40% atau sekitar 1,3 juta hektar merupakan perkebunan rakyat mandiri. ”Perkebunan sawit yang dikelola dengan baik, yang penggunaan bibitnya resmi, manajemen pemupukannya bagus, akan mampu menghasilkan 7,5 ton CPO/hektare pada usia 8–15 tahun, bahkan bisa 12 ton CPO/hektare dengan bibit tertentu,” ujarnya Sayangnya sekitar 1,3 juta hektar lahan sawit rakyat hanya menghasilkan sekitar 1,6 juta ton CPO, dengan asumsi produktifitas lahan hanya 1–1,5 ton CPO/ hektare. ”Peningkatan produktifitas perkebunan rakyat harus jadi target, agar terjadi pertumbuhan produksi,” ucapnya. Dia berharap dana revitalisasi dari pemerintah mampu meningkatkan produktifitas tersebut. Ketua Gapki Kompartemen Pemasaran Susanto menambahkan, biasanya pemakai benih impor adalah perusahaan-perusahaan asing yang ingin memakai benih dari negara mereka, seperti perusahaan perkebunan dari Malaysia. ”Benih impor sebagian besar berasal dari Malaysia, Papua Nugini,dan Kosta Rika,” ujar Susanto. KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

9


LAPORAN UTAMA

Regulasi Bibit

Setengah Hati Dari total kebutuhan benih secara nasional sebesar 11.000 ton pada 2011, suplai yang mampu dipenuhi oleh produsen lokal hanya mencapai sekitar 60%.

Oleh: Harris Malikus

I

roni masih saja terjadi. Meski punya puluhan ribu hektar lahan perkebunan, rupanya tanah itu terpaksa harus nganggur begitu saja. Soalnya, ketersediaan benih jadi kendala. Alhasil, ketergantungan terhadap benih atau bibit impor menjadi-jadi. Padahal, dengan kemampuan produksi bibit tanaman jagung rata-rata sebanyak 25.000 kg per enam bulan sudah selayaknya impor bibit jagung tidak dilakukan. Toh, pemerintah tak bergeming. Hingga akhir tahun lalu, ambil contoh bibit jagung, pemerintah sudah impor 500 ribu ton. Jelas angka yang tidak kecil 10

di tengah himpitan petani yang kesulitan benih. Saat ini, komoditas jagung termasuk satu dari lima komoditas tanaman pangan andalan untuk menambah pendapatan per kapita masyarakat. Kebijakan impor bibit tidak hanya berlaku untuk jagung, namun juga tanaman lain seperti tomat, kentang, cabai, hingga bawang merah. Untuk impor bibit jagung sendiri belum memacu peningkatan produktifitas. Sejak 2010 hingga 2011 produksi jagung mengalami penurunan, dari 18.326.636 kilo gram (kg) menjadi 17.230.172 kg. Ini jelas tamparan di tengah alasan pemerintah yang menyebut impor benih dilakukan untuk menaikkan produksi selain alasan tidak mampu dipenuhi produsen dalam negeri. Menteri Pertanian Suswono mengaku masih banyak menggunakan benih impor. Contohnya impor benih jagung tujuh bulan terakhir hingga Juli 2011. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai transaksinya mencapai 5,23 juta dolar AS. Jumlah benih jagung impor pada

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

periode tersebut sebesar 3.800 ton. Yusdar Hilman, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembanggan Kementrian Pertanian, menambahkan, dari sisi kualitas, bibit lokal tidak kalah dengan bibit impor. Ia bilang Litbang Deptan sendiri banyak memproduksi bibitbibit berkualitas. Semisal bibit cabai yang tahan ketika banjir. “Ketika harga cabai mencapai Rp 80 ribu rupiah per kilogram, bibit kami malah panen," katanya. Namun, Yusdar tak memungkiri, akibat kurangnya produktifitas bibit lokal, alhasil sampai sekarang belum mampu mengatasi kebutuhan petani. Tak cuma itu saja, tingginya harga bibit lokal yang berkualitas, dan sudah mendapatkan sertifikat, tak terjangkau kocek petani. Di tengah situasi pelik ini, peran pemerintah dalam distribusi dan pemerataan bibit lokal di sisi lain masih belum bisa dirasakan manfaatnya. Bagi petani yang ingin menanam di ladang kualitas, dan sertifikat menjadi urusan belakangan. Hal tersebut menjadikan tidak sedikit


LAPORAN UTAMA bermunculan kasus bibit palsu dan tiruan. Tidak heran akhirnya banyak pengusaha yang memutuskan untuk mengimpor bibit, demi memangkas biaya produksi. Lewat karantina hortikultura, pemerintah coba mengeliminir masuknya bibit impor belum bersertifikat, dan tidak teruji mutunya. Beberapa jenis bibit hortikultura yang masih mengandalkan impor antara lain jenis kubis-kubisan dan jagung manis. Meski tidak menampik kemungkinan bibit hortikultura yang diimpor seperti cabai, tomat. Dibandingkan dengan bibit hortikultura lokal, harga bibit holtikultura impor sebenarnya lebih mahal. Jika harga benih tomat lokal hanya Rp 60.000-Rp 70.000 per 5 gram (gr), harga benih tomat impor mencapai Rp 65.000-75.000 per 5 gr. Benny Kusbini, Ketua Dewan Hortikultura Nasional, mengatakan, meski tidak bisa menutup diri dari perdagangan internasional, namun harus ada keseimbangan antara jumlah impor dengan ekspor, termasuk harga bibit hortikultura yang lebih mahal ini. Bibit lokal yang mahal Sedikitnya produsen bibit lokal dan mahalnya ongkos sertifikasi dan standarisasi bibit membuat ongkos memproduksi bibit lokal naik. Kenaikan harga bibit lokal praktis membuat petani berpikir dua kali untuk memakai bibit tersebut. “Biasanya petani cenderung menggunakan bibit murah,” kata Yusdar. Tidak peduli bibit tersebut asli atau palsu, kasus bibit palsu kelapa sawit yang baru-baru ini

Sebenarnya, dari sisi kualitas, bibit lokal tidak kalah dengan bibit impor.

mencuat menandakan bahwa petani, seringkali tidak melihat kualitas karena terkendala modal. Untuk menekan ongkos biaya produksi bibit banyak pengusaha mengharap intensif dari pemerintah. Afrizal Gindow, Ketua Hortikultura Indonesia (Hortindo) mengaku untuk membuat sebuah usaha pembibitan memang membutuhkan modal yang tidak sedikit, sekitar Rp.120 juta, sampai dengan Rp.150 juta. Toh, pemerintah bergeming, swasta juga harus ikut membantu memproduksi benih untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas hortikultura. “Sebenarnya impor itu bukan permasalahan bagi produk dalam negeri kita asalkan produk kita sendiri memiliki daya saing yang baik. Tapi apakah ada investor yang mau menanamkan modalnya untuk meningkatkan daya saing tersebut?,” kata Arifin Tasrif, Kepala Pusat Karantina tumbuhan dan tanaman hayati, Kementrian Pertanian (Kementan). Menanggapi tudingan tingginya harga bibit lokal, terutama yang bersertifikat, Yusdar berkilah bahwa hal itu karena sejumlah dana misal untuk melakukan penelitian, uji karantina, dan pengembangan bibit membutuhkan biaya tinggi. “Tapi setelah diujikan, bibit kami berani di adu dengan bibit impor, misalnya dalam kasus tanaman kentang, bibit kentang hasil temuan kita bisa jauh lebih besar dari kentang biasa, tapi memang harganya lebih mahal,” tambah Yusdar. Berpihak pada bibit lokal Menutup Pelabuhan Tanjung

Priok untuk barang-barang impor, terutama hortikultura, mulai dari bibit dan barang konsumsi menjadi salah satu alternatif dari pemerintah untuk melindungi bibit dan produksi dalam negeri dari masuknya benih hortikultura. Pengetatan impor hortikultura ini terkait banyaknya produksi dalam negeri, sebagai contoh misalnya komoditas bawang merah dan kentang, yang dihasilkan pulau Jawa. Praktis mengimpor barang yang sama di Tanjung Priok akan mematikan komoditas lokal. Moh. Reza Tirtawinata, Direktur Riset & Development, PT Sasaran Ehsan Mekarsari, hanya ada dua hal aternatif melindungi dan mengembangan tanaman buah dan sayuran di Indonesia. Pertama adalah dengan mengirim bibit unggul langsung ke sentrasentra produksi rakyat. “Misalnya mengirimkan bibit unggul jeruk ke Karo, Batak, Sumatra Utara,” kata Reza. Kedua, dengan meminta bantuan pada pengusaha dan pelaku perkebunan untuk menanam tanaman kayu di kebun mereka. Penetapan aturan menyisakan 5% dari lahan perkebunan untuk ditanam tanaman musiman, merupakan salah satu alternatif lainnya. Sampai hari ini bahkan ada peraturan internasional sampai 20% penetapan Routh Sustaniable Palm Oil (RSPO) yang mengharuskan para pengusaha perkebunan tidak menananm tumbuhan sawit di areal-areal dekat aliran sungai, perumahan pekerja perkebunan dan lain sebagainya. Foto: KI/Uus Suwito

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

11


LAPORAN UTAMA

Foto: KI/Uus Suwito

Benih Lokal Belum Jadi Pilihan Pelaku Kebun Bukan petani enggan bertahan dengan bibit lokal, tapi minimnya ketersediaan benih lokal menyebabkan petani harus memakai benih impor. Oleh: Citra Nuraini

I

ndonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kelima terbesar di dunia. Tiap wilayah mempunyai potensi tanaman yang sesuai agroklimatnya. Begitu juga dengan tanaman holtikultura yang beragam. Lokalitas tanaman ini yang masih perlu dikembangkan. Dengan adanya bibit lokal, ini 12

merupakan langkah awal untuk mengembangkan potensi tanaman lokal. Salah satu contoh hortikultura lokal yang terkenal misalnya, bawang merah. Menjadi raja di negeri sendiri, mungkin ini istilah yang tepat untuk bawang merah asal Brebes. Bawang merah Brebes mempunyai kualitas di atas bawang merah dari daerah lain. Keunggulan bawang lokal ini rasanya enak, bijinya sedang, pas diolah dengan bumbu apa saja, dan bagi petani jika tidak dijual bawang ini masih dapat dijadikan benih. Permintaan terhadap bawang merah lokal mungkin ini yang membuat sentra produksi bawang masih bertahan dengan bawang lokal. Lihat saja daerah sentra,

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

seperti Brebes, Cirebon, Nganjuk, Probolinggo, dan Bima. Sejak dulu petani lokal sudah terbiasa membudidayakan sendiri bibit tanaman yang akan mereka gunakan. Bibit tanaman ini didapat dari tanaman induk lokal yang telah dipilih kualitasnya. Petani memproduksi benih lokal dengan memakai indukan yang jelas diketahui asal-usulnya. Teknologinya memang masih sederhana. Mareka mengerjakannya secara mandiri. Pergeseran citra benih lokal, terjadi seiring datanganya progam revolusi hijau. Ketika itu, pemerintah memperkenalkan benih hibrida. Benih hibrida ini didapat dari perusahaan pembenihan. Karena benih hibrida terlihat lebih


LAPORAN UTAMA menjanjikan karena lebih tahan hama dan produktivitasnya tinggi, petani beralih menggunakan bibit impor. Ini yang lama-kelamanan membuat ketergantungan petani akan bibit yang diproduksi perusahaan pembenihan. Menurut Moh. Reza Tirtawinata Staf ahli Riset & Development Mekarsari, sebetulnya kualitas benih yang dihasilkan di Indonesia kualitasnya tak terlalu jelek. Akan tetapi banyaknya perusahaan yang mengiginkan jalan pintas dalam mendapatkan keuntungan menjadikan produksi bibit terlalu mahal dan memutuskan dengan mengimpor benih karena jauh lebih mudah. Reza menuturkan, hingga saat ini pola yang berjalan benih selalu diimpor, petani melakukan penanaman dan perawatan, hasilnya didistribusikan oleh pengusaha. “Padahal, kalau mau produksi benih sendiri mungkin akan jauh lebih menguntungkan, baik secara kuantitas produksi maupun

finansial,” tutur Reza. Salah satu ciri benih impor harganya mahal. Contoh kedelai 1 ons bisa mencapai Rp.100.000 Rp.200.000. Benih wortel garapan petani hanya Rp.90.000, sedangkan bibit impor bisa Rp150.000. Pola penggunaan benih petani saat ini memang hanya membeli dari distributor setempat. Jarang yang membuat bibit sendiri. Namun bukan berarti petani enggan menanam bibit lokal. Kecendrungan petani hanya menggunakan bibit yang tersedia di pasaran. Sayangnya, benih impor masih mendominasi pasar, sedangkan ketersediaan bibit lokal di pasaran, sering kali tidak berkelanjutan. Sekjen Aliansi Petani Indonesia Muhammad Nuruddin menuturkan petani sebenarnya masih ada yang memilih dan menyeleksi benihnya sendiri. Namun, saat ini petani lebih banyak menggunakan bibit yang tersedia di distributor setempat. Sementara yang tersedia adalah impor. “Petani sulit untuk

memenuhi permintaan produkproduk lokal karena ketersediaan bibit lokal ini tidak kontinyu. Jika ketersediaanya ada, biasanya petani rajin menanam,” ujarnya. Artinya solusi agar petani tetap mempertahankan penggunaan bibit lokal, distribusi benih lokal harus sampai ketangan petani. Peran distribusi bibit lokal inilah yang mesti dilakukan oleh pemerintah. “Peran pendistribusian bibit lokal untuk dibudidayakan oleh petani harus diambil oleh pemerintah,” jelas Reza. Apalagi, biasanya petani lebih menerima benih yang diberikan pemerintah karena merasa lebih terjamin dari penyakit. Oleh karena itu, lembagalembaga terkait ditiap provinsi seperti BPSP (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Perbenihan), Balai Pengkajian Tanaman Pertanian (BPTP), UPT Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, mesti memperkuat kerjasama agar petani menjadi tuan di negeri sendiri.

Pada akhirnya, banyak pelaku perkebunan lebih memilih bibit impor ketimbang menanam bibit sendiri. Foto: KI/Uus Suwito

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

13


LAPORAN UTAMA

Impor, Produk Lokal pun Tersingkir Sudah Benih

Produk hortikultura lokal masih kalah bersaing dengan produk dari negara lain. Dunia hortikultura di dalam negeri belum mampu bangkit untuk menyaingi produk hortikultura impor. Mau bukti? Cobalah Anda sesekali lebih jeli melihat beragam produk hortikultura di pasarpasar. Produk lokal masih kalah bersaing lantaran jadi pilihan nomor dua konsumen. Mangga bangkok, duren bangkok, apel dan jeruk cina menyingkirkan mangga arumanis, duren petruk, dan apel malang dari pilihan konsumen.

14

Oleh: Jabbar Ramdhani Ada banyak faktor yang jadi penyebab. Biasanya, produk impor itu lebih murah atau secara kualitas lebih bagus. Soal kemasan, produk impor juga lebih bagus. Tak heran mesti didatangkan ribuan kilometer, kualitasnya tetap terjaga. Jangan salahkan konsumen jika lebih suka produk impor. Toh, ini jadi tantangan para petani dan pengusaha dalam negeri. Apalagi pemberlakuan ASEANChina Free Trade Area (ACFTA), memaksa semua pihak memberi terbaik bagi konsumen. Memang, di sisi lain, pemerintah juga harus adil. Manakala pasar dalam negeri masih keok, jelas tak elok membuka keran impor tanpa memberi perhatian pada pengusaha lokal. Langkah pemerintah menutup

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

akses masuk bagi produk hortikultura luar awal Februari lalu boleh disebut angin segar. Pelabuhan Tanjung Priok melarang kapal yang membawa produk hortikultura impor untuk masuk. Pemerintah daerah Jawa Timur, turut melakukan hal serupa. Pelabuhan Tanjung Perak ikut ditutup. “Produk hortikultura impor dilarang masuk Jawa Timur,” ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Pemerintah beralasan bahwa penutupan Pelabuhan Tanjung Priok adalah tindakan tepat. Kontan saja, tindakan itu membuat Amerika berang. Wajar saja, berbagai produk hortikultura Amerika juga turut membanjiri pasar lokal. Kepala Pusat Karantina Kementrian Pertanian Arifin Tasrif mengatakan bahwa Tanjung Priok ditutup demi menjaga produk


LAPORAN UTAMA hortikultura dalam negeri dari gempuran produk hortikultur impor. Dia memberikan ilustrasi, “Coba bayangkan, distribusi produk hortikultur impor jelas akan sangat cepat. Mereka bisa langsung masuk ke dalam pusat perbelanjaan tradisional dan modern di Jakarta,” tegas Arifin. Arifin bilang, distribusi produk impor yang begitu cepat membuat para petani keteteran. Belum masuk masa panen, produk hortikultura impor sudah membanjiri pasar. Bagi petani daerah dan distributor dalam negeri, jelas saja kalah bersaing. Di sisi lain, manakala produktivitas tinggi, petani tak mampu menjual ke luar negeri. Sementara pasar lokal sudah dikuasi produk impor. Ujungnya, harga jual produk petani menjadi jatuh. Intervensi pemerintah untuk menaikkan daya saing produk dalam negeri, rencananya akan dilakukan hingga ke mal-mal. Caranya, akan diatur tata leta produk hortikultura lokal dan impor. Harapannya pembeli mau membeli produk lokal yang diletakkan terpisah dengan produk hortikultura impor. Namun, menurut Moh. Reza Tirtawinata, staf ahli riset Mekarsari, tindakan itu harus diikuti langkah pembenahan yang lebih tegas seperti jalur distribusi produk lokal yang lebih cepat ke pasar. Selain itu, pemberian dukungan pada petani berupa bibit unggul yang memang tengah diminati oleh pasar. Perbaiki distribusi benih Distribusi varietas benih lokal unggul yang dihasilkan pemerintah sudah banyak. Hanya saja, sampai

saat ini belum terdistribusi dengan baik. Padahal, jika itu bisa terjadi, secara perlahan produk lokal akan bisa bersaing. Bibit lokal jelas lebih unggul karena sudah mengalami agroklimat dengan tanah Indonesia. Belum lagi ada ratusan varietas. Hanya saja, belum ada niat serius pemerintah mendalami hal itu. “Produk-produk lokal hilang karena bibit lokalnya hilang. Bibit ini digantikan bibit impor. Petani sulit untuk memenuhi permintaan produk-produk lokal karena ketersediaan bibit lokal tidak kontinyu. Jika ketersediaanya ada, petani bisa rajin menanam,” ujar Sekretaris Jenderal Aliansi Petani Indonesia Muhammad Nuruddin. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki peluang besar pengembangan sayuran atau buah tropika. Sebagai contoh, manggis dan pisang kini sudah masuk kategori produk hortikultura unggulan. Hanya saja, sampai saat benih unggul manggis dan pisang yang berkualitas tidak tersebar merata. Bisnis benih Produksi benih hortikultura di dalam negeri belum maksimal lantaran masih tingginya ongkos produksi. Toh, ini juga tetap peluang bagi para pengusaha untuk mengembangkan benih lantaran kebutuhannya masih sangat besar. “Bisnis bibit tanaman memang strategis. Kalau mau jadi kaya, jangan menanam pohon melainkan bibit,” ujar Reza. Masalahnya, ketika kebutuhan besar, masih ditemukan pengusaha yang nakal. Mereka mengoplos bibit yang asli dengan bibit yang kualitas

di bawahnya. Akibatnya hasil panen tidak maksimal baik dari kuantitas yang turun juga dari kualitas produk yang tidak prima. M. Nuruddin yang akrab disapa Gus Din sering mendengar kasus ini dari petani daerah. “Bibit kentang paling bagus dikenal dari Lembang, Bandung. Tapi petani Batu dan Wonosobo sulit mendapatkan bibit kentang yang bagus pada awal musim tanam. Bibit kentang yang ada tipe granula, yang abalabal,” tegasnya. Kasus serupa juga sempat menimpa industri kelapa sawit di Indonesia. Awal Januari lalu Kementerian Pertanian mengungkapkan sekitar 40 persen benih kelapa sawit yang beredar di lapangan disinyalir palsu atau tidak bersertifikat. Ahmad Manggabarani, Komisaris Utama PTPN III, meminta pemerintah menanggapi serius temuan pengoplosan benih. “Pemerintah tidak bisa menutup mata terhadap kasus itu,” tegasnya. Menurut Manggabarani, saat ini sebenarnya sudah ada sembilan kebun penghasil benih sawit di Indonesia. Para petani pun sudah diberi kemudahan untuk membeli. Bahkan, dari sisi harga juga lebih murah. “Bibit dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) untuk petani lebih murah ketimbang untuk pelaku perkebunan swasta dan kualitas atas benih tersebut juga dijamin,” tegasnya. Manggabarani bilang, distribusi benih, subsidi pupuk, dan proteksi terhadap benih untuk tidak masuk ke dalam negeri juga akan menjadi stimulus bangkitnya produk hortikultura dalam negeri.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

15


TALK REVIEW

Yusdar Hilman Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Kementan Foto: KI/Uus Suwito

Bibit Kami Lebih Berkualitas

K

Dibanding Bibit Australia

ebutuhan bibit yang berkualitas saat ini sangat mendesak di tengah target swasembada yang diusung pemerintah. Tanpa adanya benih berkualitas, produksi hortikultura dipastikan tidak akan bisa maksimal. Lalu, bagaimana kesiapan pemerintah sendiri? Guna mencari tahu jawabannya, reporter Komoditas Indonesia Jabbar Ramdhani dan Harris Malikus mewawancarai Yusdar Hilman, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Kementrian Pertanian, Berikut nukilannya. Komoditas Indonesia: Bagaimana pandangan Anda mengenai produksi bibit hortikultura di dalam negeri? Yusdar Hilman: Berbicara holtikultura berarti berbicara tiga komoditas; pertama adalah sayur-sayuran, kedua buahbuahan, kemudian tanaman hias. Ketiga komoditas ini memiliki karakteristik berbeda-beda. Ini terkait dengan bibit. Kalau pada sayuran umum, sebenarnya mudah. Bisa dikembangkan melalui biji. Kecuali, mungkin, untuk kentang. Perbanyakannya melalui umbi kentang itu sendiri. Sekarang juga ada teknologi yang lebih canggih yaitu melalui kultur jaringan (tissue culture). Komoditas Indonesia: Bagaimana distribusinya pada petani? Yusdar Hilman: Negara kita,

16

kan, kepulauan, mengangkut benih antar pulau membutuhkan biaya transportasi besar. Maka, sistem yang paling baik yaitu terdapatnya penangkar benih di daerah. Sehingga dari lembaga penelitian cukup benih yang kecil-kecil atau benih G4. Planlet-nya dilebur di sini, terus diaklimatisasi di daerahdaerah. Itu cara mempercepat dan mengembangkan penyebaran benih di daerah. Komoditas Indonesia: Berarti selama ini yang didistribusikan ke daerah-daerah G4-nya itu? Yusdar Hilman: Ya, G4 sebenarnya masih bagus. Tapi kalau kentang, benih G4 volumenya berat. Akan ada kemungkinan benih busuk besar karena terjadi gesekan di perjalanan. Ada terobosan lagi, melalui biji kentang itu sendiri. Itu yang dinamakan TPS (True Potato Seed). Tapi perbanyakan kentang dari biji harus diperbaiki terus karena umbi yang dihasilkan penampilannya kurang bagus. Matanya ke dalam, ngelup. Permukaannya kaya banyak mata. Sehingga kurang disukai konsumen, mengupasnya susah. Komoditas Indonesia: Selama perbanyakan benih cabai dan tomat seperti apa? Yusdar Hilman: Kalau cabai dan tomat, dari perbanyakan biji saja tidak cukup. Harus dibikin persemaian dulu. Itu karakteristik seperti itu. Kalau di tanaman hias,

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

perbanyakannya lebih banyak melalui stek. Sementara di tanaman buah seperti pisang melalui stek, medianya sekam. Tapi yang paling bagus stek issue culture diaklimatisasi lagi. Jadi ada ruang akarannya, rooting room. Akarnya jadi bagus. Kelasnya jelas, dari G0, G1, G2, Sampai G4 masih bagus. Tapi ke atasnya sudah tidak bagus. Sama seperti kentang mengakumulasi berbagai hama dan penyakit. Pada mawar juga demikian. Komoditas Indonesia: Agar benih buah-buahan bagus bagaimana cara yang dilakukan? Yusdar Hilman: Di buah-buahan mesti punya pohon induk yang benar-benar bagus. Pohon induknya itu diambil dari satu populasi, jadi diseleksi satu persatu. Mana yang bagus. Sehingga kita punya pohon induk tunggal. Satu-satunya pohon induk hasil dari berbagai seleksi komoditas itu. Nanti bisa diduplikat, istilahnya blokfondasi. Diharapkan dari blokfondasi, tiap-tiap daerah cuma bawa stek dari pucuknya aja. Itu yang seharusnya digerakkan di Indonesia. Komoditas Indonesia: Daerah sendiri harus melakukan apa agar buah lokal bisa jadi primadona? Yusdar Hilman: Karena gerakan penanaman di Indonesia kurang. Kalau kurang nanti digempur impor. Tapi ide saya itu tiaptiap daerah fokus mencari apa


keunggulan daerah itu. Perbanyaklah di daerah itu. Jangan kita menanam durian di Kalimantan Timur, mengambil bibitnya di Majalengka. Walaupun di Majalengka unggul, agroklimatnya beda. Bisa tidak keluar buah. Seperti mangga, yang biasa ditanam tropika kering. Di bawa ke Bogor untuk ditanam. Mangganya berpenampilan bagus, tapi terserang hama. Jadi jangan mengembangkan tanaman yang tidak sesuai dengan argoklimatnya. Yang paling bagus masing-masing daerah mesti mengembangkan keunggulan daerahnya. Komoditas Indonesia: Soal impor bibit, terlihat tidak melindungi bibit lokal? Yusdar Hilman: Impor itu terjadi kalau, pertama, supply bibit di dalam negeri kurang. Sedangkan permintaan besar. Berarti stok bibit yang kurang. Mau tidak mau kita mengimpor. Kalau mau mengejar produktifitas tinggi. Tapi sebenarnya kualitas bibit kita tidak kalah, hanya volume perbanyakannya yang kurang. Peningkatan jumlah produksi bibit bisa terjadi kalau di daerah masing-masing serta penangkarnya juga bergerak dan tidak nakal. Bibit dari G0, karena permintaannya besar, dioplos. Cara seperti itu menjelekkan citra bibit lokal. Komoditas: Kualitas bibit lokal apakah memang bagus? Yusdar Hilman: Bibit dari Balai atau Pusat Penelitian berani diadu dengan bibit Australia. Seperti kentang, dari G1 sampai G4, sudah menang. Tapi sama pebisnis dipakai yang mana dulu. Biasanya petani sembarang pakai karena mencari yang murah. Terus

Kita mungkin perlu pengusahapengusaha muda yang punya terobosan.

Foto: KI/Harris M.

Yusdar Hilman Sedang berada di tengahtengah koleksi tanaman hortikulturanya

faktor budidayanya harus bagus. Kan produktivitas ditentukan juga sama faktor genetiknya, sifat keturunan dari induknya. Kedua, faktor lingkungan. Bagaimana kita membudidayakan tanaman di daerah tersebut. Ya harus tahu lingkungannya. Bagaimana pemupukannya, hama dan penyakit, pengairan.Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu komoditas. Makanya semuanya harus berdasarkan SOP. Terus perlindungan pemerintah, kita harus mempromosikan bibit bagus. Sehingga menimbulkan kecintaan pada produk anak bangsa. Komoditas Indonesia: Bagaimana cara agar bibit atau benih lokal diterima petani? Yusdar Hilman: Itu tugas pemerintah, terutama penyuluh. Harus bisa menyakinkan bahwa itu bagus. Sebenarnya pemerintah sudah bergerak dengan mengatur pelabuhan. Stop itu pelabuhan, jangan lewat Jakarta. Karena kalau lewat Jakarta, langsung itu konsumennya besar. Tidak lewat daerah pertanian lagi. Sementara distribusi cabai dari Wonosobo perlu waktu lama, kemudian penanganan pascapanennya kurang bagus. Ngantri di Pelabuhan Belawan, kapalnya terbatas. Akhirnya numpuk di situ. Jadi perlindungannya jelas dengan menutup pelabuhan. Walau kita diprotes Amerika. Itu dalam

TALK REVIEW rangka melindungi petani. Kayanya kita kurang pandai berdagang. Saat ini produktivitas bawang merah sedang tinggi, sempet-sempetnya kita impor. Akibatnya harganya jatuh. Seharusnya pada saat produktivitas tinggi, menjual ke luar negeri. Bukan numpuknya bersama hasil impor sampai akhirnya harga jatuh.

Komoditas Indonesia: Jika tidak diperbaiki, Indonesia hanya jadi pasar benih saja, bagaimana mencegah hal itu? Yusdar Hilman: Kita mungkin perlu pengusaha-pengusaha muda yang punya terobosan. Mencari tahu produk-produk apa yang diinginkan di Singapura, Belanda. Akreditasinya seperti apa, SOPnya seperti apa kita harus tahu. Jangan sampai nanti kita malah jadi incaran orang asing untuk jadi pasar mereka. Kemudian yang kedua, dengan pemerintah membuat strandardisasi mutu. Harusnya itu yang perlu dikuatkan lagi. Buat strandar yang tinggi. Jangan produk kita saja yang dihadang saat ke eropa dan Amerika. Crude Palm Oil (CPO) kita dijegal standar yang tinggi. Padahal motif mereka melindungi produk dalam negerinya seperti minyak kedelai yang takut digempur CPO. Kita punya potensi dalam negeri. Kita bisa bermain di holtikultura dalam negeri. Kita bisa bermain di buah-buahan tropika. Manggis itu keunggulan kita. Jangan bermain di buah-buahan subtropika, seperti buah anggur. Sayuran subtropika seperti bawang putih pun sebenarnya kita juga bisa, asal penangkarnya juga mau. Kalau kita disiplin kebutuhan bibit kita 9 juta G0, maka kita sudah swasembada.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

17


TALK REVIEW Moh. Reza Tirtawinata Staf ahli Riset & Development PT. Sasaran Ehsan Mekarsari

“Ada Uang Maka Ada Bibit” untuk benih berbagai buahbuahan pun harus mengimpor. Untuk mengetahui berbagai masalah seputar itu wartawan Komoditas Indonesia Harris Malikus dan Stephanus Nuswantoro mewawancarai Reza Tirtawinata, Staf ahli Riset & Development PT. Sasaran Ehsan Mekarsari. Komoditas: Kenapa Indonesia impor bibit? Reza: Pertama karena wilayah kita yang luas. Jadi kalau misalnya kita produksi bibit di Sulawesi atau di Sumbawa, untuk sampai ke Jawa dan Lampung kan susah. Selama ini yang masih terjadi hanya produksi oleh suatu daerah, dan digunakan daerah tersebut. Jadi persebaran, promosi, dan distribusi sangat kurang. Itu salah satu mata rantai mengapa terjadi impor bibit sayuran. Komoditas: Kenapa tidak banyak petani Indonesia yang memproduksi buah-buahan? Reza: Kalau menjadi pengusaha yang tidak memiliki idealisme, yang diinginkan hanya kembalinya modal dalam waktu singkat. Menjadi petani adalah

18

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

cara yang paling susah. Jadi pilihannya menjadi distributor. Di Mekarsari saja buahnya sering habis. Kemudian bila masyarakat kita berikan bibit secara gratis dari pohon yang sama, belum tentu hasilnya akan sama dengan yang ditanam dalam perusahaan. Karena bisa saja tidak dipupuk, kurang perawatan dan lain sebagainya. Pendekatan untuk mengembangkan buah ialah harus turun ke daerah sentra produksi rakyat. Dirjen dan Kapus Litbang Deptan harus sudah sepakat untuk menyebarkan bibit-bibit unggul ke daerah sentra produksi. Misalnya kita punya bibit salak pondoh yang bagus, kemudian langsung saja disebarkan di Bali atau di Sleman (Yogyakarta). Jangan kemudian masyarakat yang tahu pembudidayaan salak dikasih bibit jeruk. Selama ini itu yang terjadi, makanya kebanyakan terdapat produksi yang tidak maksimal. Komoditas: Apakah masyarakat menerima bibit dari pemerintah? Reza: Banyak yang menerima. Selama mereka beruang, bibit tersebut dapat menghasilkan uang. Pasti akan dapat, lebih banyak ditanam. Saya akan berikan ilustrasi cerita tentang bibit buah lokal. Dahulu Demak terkenal dengan buah belimbing. Sekarang Demak terkenal dengan buah jambu

Foto: KI/Uus Suwito

R

asa buah manggis yang manis boleh jadi terasa kecut dan pahit bagi petani. Bukan apa-apa, kebijakan keran impor pemerintah saat ini benar-benar memukul kalangan petani. Buah itu jauh lebih murah dibandingkan dengan buah lokal para petani. Sekilas, konsumen diuntungkan dengan harga murah. Namun, di ujung sana, petani menjerit karena kalah bersaing. Masalah bertambah pelik lantaran


TALK REVIEW airnya. Nonot Prakoso, 100.000 bibit pohon. mengawali cerita Sedangkan pesanan yang berubahnya belimbing ke ia terima 500.000, sisanya jambu air. kemudian dioplos. Kalau Nonot datang ke sudah begitu 2 tahun rumah saya untuk melihat kemudian baru terlihat, bibit Jambu Air ‘Citra’ ternyata yang 400.000 itu yang terkenal karena merupakan benih palsu. buahnya banyak dan Untuk mendapatkan bibit rasanya manis. Kemudian sawit yang bagus, tidak bisa membawa 3 bibit yang hanya dengan betina yang sudah cukup besar ke bagus, perlu pejantan yang desanya. Sampai saat ini bagus pula dengan putik Foto: KI/Uus Suwito seluruh desa di Demak sarinya. Harga putik sari di Reporter Komoditas Indonesia sedang berbincang-bincang tempat Nonot tinggal pasar internasional sekitar dengan Prof. Reza Tirtawinata. menjadi sentra produksi 400-500 US$. Sedangkan jambu air. Cerita tersebut melihat putiksari, tidak ada sawit bisa sukses sedang buahakan jauh berbeda bila pengusaha bedanya dengan tepung ataupun buahan tidak? Padahal buah-buahan yang menanam benih tersebut. bedak. Dalam bisnis perbenihan langsung efeknya kepada kesehatan. Jadi distribusi bibit lokal harus terutama kelapa sawit memang diterima petani, kemudian hasilnya rawan penipuan. Komoditas: Bagaimana dengan ditampung oleh pengusaha, untuk kasus bibit sawit palsu? kemudian didistribusi. Komoditas: Bagaimana agar Reza: Bibit tanaman sebenarnya Indonesia tidak terus impor bibit? paling strategis. Kalau mau jadi Komoditas: Kenapa tidak dari dulu Reza: Terkadang kita perlu kaya ya jangan menanam pohon menerapkan sistem tersbut? teman-teman yang ada di posisi melainkan bibit. Misalnya dalam Reza: Saya dulu pernah jadi peneliti kasus ekspedisi saya ke Rinjani, lebih tinggi untuk mempengaruhi di Departemen Pertanian. Pertama kebijakan. Kita membuat rencana, untuk menemukan Durian Gundul. banyak hambatan, mulai turunnya bahwa bila ingin sukses dalam hal Ekspedisi tersebut mungkin hanya dana, kemudian sosialisasi. Banyak produksi buah. Harus dititipkan menghabiskan dana sekitar 20-30 perdebatan. Sehingga sampai kepada perkebunan besar. Kebun juta rupiah. Lalu kemudian bila sekarang sistem yang berjalan ialah besar biasanya karet, kopi, kelapa, kita bibitkan, semisal pada tahap bibit selalu diimpor. Padahal, kalau sawit. Cara menitipkan tanaman pertama menjadi seribu batang mau produksi bibit sendiri mungkin buah-buahan kepada perkebunan pohon, nilainya itu, satu pohon akan jauh lebih menguntungkan, besar ini adalah dengan membuat sekitar 100.000 rupiah. Dari baik secara kuantitas produksi sebuah peraturan. Yaitu sekitar situ sudah dapat dilihat berapa maupun finansial. 1-5% dari lahan perkebunan keuntungan yang akan didapatkan. tersebut dijadikan kebun buah. Nah Ketimbang bila kita membiakan Komoditas: Berarti bibit impor sisa lahan tersebut akan ditanam hanya sepuluh pohon, hanya untuk tidak terlalu menjadi masalah? tumbuhan itu tetap lestari. 10 pohon, tumbuhan buah dengan bibit super. Reza: Dalam sejarah kita, banyak Memang kita harus mendorong setelah tiga tahun baru berbuah. bibit impor yang kemudian berhasil kebijakan dari atas. Harus ada Buahnya satu pohon, paling banyak disini. Salah satu contohnya ialah campur tangan pemerintah. 20 buah, kalau seperti itu akan lama sawit yang merupakan tumbuhan Sekarang tinggal tergantung dari proses balik modalnya. Berbeda asli Guinea, Afrika. Kemudian pemerintah. Mau atau tidak bebas dengan langsung dijual pohonnya setelah dibawa ke Belanda, dan menghentikan impor bibit, dalam bentuk bibit. ditanam di Kebun Raya pada 1840. maupun komoditi sayur dan buah. Kapasitas produksi benih Kemudian sampai 1940-an, masih Cara atau sinergi ideal untuk sawit kita 150 juta dari seluruh hidup ada 4 pohon yang kemudian terbebas dari impor bibit cuma dua. perusahaan yang terdaftar. disebar lagi ke Deli, Medan, Pertama dengan mendistribusikan Sedangkan kebutuhan akan benih kemudian ke Malaysia. Kelapa bibit unggul ke sentra-sentra sawit, 220 juta untuk seluruh sawit bisa sukses karena impor. produksi rakyat. Kedua memaksa Indonesia. Itu jadi sasaran benih Kalau tidak impor, bagaimana kita pengusaha menanam tanaman kayu, palsu. Misalnya ada orang yang bisa menanam kelapa sawit sampai dan buah-buahan, di kebun-kebun menawarkan perusahaan, membeli sekarang? Lalu kemudian kenapa besar mereka. bibit dari Mekarsari sebanyak KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

19


NUSANTARA

n

bi Ama

i Jam aret d

ra, ah Sumate er a d i d t re ihat s ka al ini terl komodita H n . a n k a a n m a a bil. f Kebutuh cukup sta asih relati m ih s i a b m m Ja g a jenis yan khususny aret alam onsumen k k s n a a it d ta o in asih kom dari perm pasaran m tuk stok i n d u ) , K u K it (K Sementara adar karet kering k ih Jambi s er b slab andalan s a it d o kom sih 100 aman. menjadi t slab ber re a g n K a . a y harg 00/kg. Karet, a Rp30.0 lonjakan i rg a m h la a n g a g g dan tidak men dijual den 21.000/k p p R ta te en s ih er s p a persen m /kg. bersih 70 itu, slab Rp15.000 n ra a ta rk a en w Sem dita 50 persen slab bersih

Stok K

Impor

Dagin

g Akhi Setelah m rnya R el a k esmi D u k an tarik potong, k ilakuk ulur terh ini pemerin a an d ap kebutu ta mengelua han dagin rkan Sura h akhirnya meresm g ikan impo t Persetuju pertama ta nasional r an Pemas dengan p hun ini. ukan untu daging lewat Kem ara pengu Jumlah te dicanang entrian P k impor d rsebut sej saha rum kan. ertanian. aging bek ajar deng ah “Untuk d Pemerinta u an 60 per s eb a n aging ini y h a s k s u en d 2 a 1 h kuota im ribu ton p Kesehatan yang men por dari ada semes Kementeri gajukan a k te eb r a d utuhan d n Pertania a 56 perus Dari agen aging ya n. Ia pun ahaan,” k da tahun ng menamba ata Syuk jumlah it a n , p em ur, Direktu hkan bah erintah m u, pasoka w r a en n Je u et y n n atau setara apkan keb ang bisa deral Peter tuk realis dipenuhi asinya ba nakan da 85 ribu to dari dalam utuhan daging n ru seperem n n daging Dari kebu a sional men pat. kebutuhan negeri seb tuhan 85 es c a h a p a r 399,22 ri ai 484 ri dan sapi b rus dipenu ribu ton. akalan seb bu ton daging, pem hi dari im Dan sisan bu ton. Dari erintah m esar 283 ri p o para peny r. ya 17,5 p embagi da bu ekor ata edia dagin ersen lam kuota u setara 5 g potong, betina dan im 1 baru men por daging ribu ton d sisanya 3 capai 2,51 aging bek b ek 9 persen m u sebesar 3 juta ekor. u. Semen erupakan 4 ribu ton tara itu, u Dari total sapi janta , n sapi local, n. terdapat 6 tuk kemampuan 1 persen a dalah sap i

20

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012


NUSANTARA Internat ional Co nferenc Environm e on Oil P ent (ICOPE alm and ) 2012 Suk International ses Dilak Conference on sanakan Oil Palm and ICOPE kini te Environment lah sukses d

ilaksanakan atau yang lebi produksi min . Acara yang h dikenal den yak sawit den be gan nama rt em akan “Bagai g an tetap men sama antara mana menin jaga kelestari WWF Indones gkatkan an ia hutan ini” terl dengan PT S “ICOPE dihar aksana berkat MART Tbk se apkan mam rt kerja a CIRAD. pu menjadi perkebunan, pengolahan, wahana bag pe i rd berbagai piha agangan, pa masyarakat, k, seperti in kar, peneliti lembaga keu dustri serta akadem angan hingg pengalaman isi, lembaga a regulator at seputar pengel sw au ad ol aya aa pemerintah g O. Widjaja, K n perkebunan una saling omisaris Utam sawit terbaik be rb be a agi rbasis lingku PT SMART T Selain bertem ngan,” kata Fr bk. akan lingkun an ky sawit beserta gan, acara in i juga memilik turunan prod uksinya men i misi yakni yang semakin menjadikan m jadi solusi d parah. Tak ha ari pangan d inyak nya itu, ICOP keanekaragam an kelangkaa E juga tetap m an hayati seba n en ergy em gai landasan erhatikan kon Acara yang be pergerakanny servasi hutan rlangsung se a. dan 15 negara. T lama 22 -24 urut hadir di Februari 2012 ac d ih ar Suswono; M adiri oleh 400 a tersebut bebe enteri Kehuta orang peserta rapa petinggi nan, Zulkif dari negara sepert Hidup, Arif Y li i, Menteri Per Hasan; Sekre uwono. tanian, taris Menteri Negara Ling kungan

erang,

gal Panen

ancam Ga Petani Ter

upaten Malang. persawahan Kab l ea ar di a am merajalela belum alah ut g menjadi mas n, terus menerus an hu ta em se m a s m ku la ti se Hama berlangsung ma yang sudah dan Perkebunan Hingga kini, ha Dinas Pertanian bersih. ki s an es m ng s, de ku as ti nt a ham perangkap tiku bisa dibera lit diatasi yaitu cara memasang su g an an lin ng sk pa de g ba an be an y ok em m "Hama akukan gropy rsebut tidak bisa tani sering mel . Namun, hal te ala Distanbun an ep ap K as to bersama para pe ng an pe gkap Purw elakukan un m " u, an it ng ni de ta pe an dan bahk an milik para lahan persawah sawah yang siap hama tikus dari ut menyerang ik n di pu g. in an la al a M Ham enyebabkan pa Kabupaten g mengganggu. ularia yang m an lic y vi s a ku m ti ha a n ny da Tak ha batang padi pestisida biasa. tan . Seperti hama rantas dengan be di h pu tkan peningka am dipanen tersebut ah , tak pern alang menarge ng M ri an ke en ng at ga de up , ng pi up hi Ta ab ton. tah K memerah mencapai 67.000 12 ini, Pemerin g 20 an y da lu pa la l, n ha Pada banding tahu g, besar 5 persen di rpenuhi. s, Bupati Malan surplus beras se tersebut tidak te et rg ta di uas akibat tiku ja el sa a m bi m in a, ha ak m m as ha se a nt g ra banyakny tuk membe l panen yan ga un ga ni ta gi pe an a ul s beras bersam Untuk menangg targetan surplu rjun ke sawah te i uh ut en ik n em m ga se k tak untu Timur. Rendra Kresna rasal dari Jawa itu ia lakukan be ua en rs em pe S 50 n. ka an et esah ton dengan targ tikus yang mer mencapai 10 juta g an y al on si secara na

Tikus Meny

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

21


TESTIMONI

! A P A A P A N A Pasar AS, BUK Dr. Aris Yunanto:

Ditolaknya CPO asal Indonesia oleh Amerika Serikat (AS) sejak tanggal 28 Januari 2012 lalu telah memaksa Indonesia masuk dalam arena perang dagang dunia. Sepanjang tahun 2011, ekspor minyak mentah Indonesia masuk pasar ke Amerika Serikat hanya sebanyak 62.000 ton dan produknya dari total produksi Indonesia sebesar 23,5 juta ton. Sedangkan untuk jumlah ekspor CPO mencapai 16,5 juta ton selama 2011 dengan total nilai sekitar 68,2 juta dolar Amerika Serikat.

Oleh: Aris Yunanto*

P

enolakan AS pada Januari lalu memang baru keputusan yang pertama, tapi masih ada pembahasan untuk diputuskan tanggal 28 Maret 2012. Namun, itu pun masih belum keputusan akhir untuk tidak lagi menerima produk CPO dan turunannya dari Indonesia. Penolakan komoditi andalan Indonesia ini diawali nota EPA (Environmental Protection Agency). CPO Indonesia dan proses produksi turunannya masih dianggap tidak memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan AS. Komisi Minyak Sawit Indonesia (KMSI) telah mencoba mendoplomasikan standar lingkungan yang dimiliki Indonesia dalam pemeliharaan kebun sawit hingga pengolahan minyak sawitnya ke negaranegara lain, termasuk AS. Australia dan Eropa tidak mempermasalahkan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) yang merupakan standar pengelolaan CPO yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Seluruh tuduhan negara adidaya ini juga sudah dapat dipatahkan. Kini tinggal politik perdagangan internasional saja yang harus dijadikan amunisi negosiasi kita. Persaingan Dagang Minyak Nabati Jika dilihat lebih seksama, tidak diterimanya CPO Indonesia oleh AS sebenarnya bukan karena tidak mampunya CPO Indonesia memenuhi standar lingkungan yang ada di AS. Sebagaimana data yang dirilis Oil World pada 2010 lalu, luas area perkebunan kelapa sawit telah naik dan mencapai 6,54% dari luas area tanaman minyak nabati di dunia. Areal untuk produksi minyak kedelai, minyak bunga matahari dan minyak kanola (rapessed oil) sedikit terdesak oleh kenaikan jumlah areal perkebunan kelapa sawit, terutama

22

di Indonesia. Apalagi ditambah dengan perbandingan kemampuan produksi minyak nabati yang ada di dunia. Produktivitas minyak kedelai dan minyak kanola hanya 0,43 ton dan 0,75 ton per hektarnya. Sementara produktivitas kelapa sawit mencapai 3,65 ton per hektar. Kondisi ini tentu semakin menekan pasa minyak nabati lain oleh minyak kelapa sawit. Padahal, minyak kelapa sawit bisa menjadi barang substitusi minyak nabati lainnya. Artinya, semakin tinggi produktivitas CPO Indonesia, maka akan semakin mengancam produksi minyak nabati lain (minyak kedelai dan minyak bunga matahari) di AS. Jika pengusaha dan petani Indonesia Berjaya di dunia, termasuk di AS, maka petani dan produsen minyak kedelai dan minyak bunga matahari AS akan tertekan. Jadi, semata-mata penolakan AS hanya dalam rangka melindungi produsen minyak nabati dalam negerinya. Hampir 4% luas kebun sawit Indonesia dari seluruh daratan yang ada di bumi pertiwi. Dari areal kebun seluas itu, kontribusi terbesarnya merupakan perkebunan besar swasta, baik dimiliki pengusaha local maupun pengusaha asing. Dari kepemilikan asing, Malaysia memiliki kontribusi terbesar di Indonesia. Produksi CPO Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Bahkan mencapai 23,5 juta ton pada tahun 2011 lalu. Kontribusi kebun sawit dalam ekspor non mogas juga selalu di atas 11,7% dalam 3 tahun terakhir. Lalu, bagaimana pengaruhnya akibat penolakan AS atas CPO Indonesia? Pasar AS bukan Apa-apa Kontribusi ekspor CPO Indonesia ke AS bukan yang tertinggi. Selama beberapa tahun terakhir, ekspor CPO terbesar kita justru ke India dan China. Kedua Negara tersebut tidak mempermasalahkan ISPO.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

Kekhawatiran kita akan penolakan AS hanya kalau-kalau negara adidaya itu mempengaruhi negara importer CPO Indonesia lainnya, atau menolak produk lain yang berasal dari Indonesia. Selain alasan itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Perlu memang bagi Indonesia untuk bisa melobi AS dalam memasukkan kembali CPO Indonesia ke AS. Pasar AS bukan apa-apa bagi CPO Indonesia. Namun lebih penting lagi bagi kita menjaga kepercayaan pasar yang sudah ada dan mengembangkan pasar ke negara-negara Eropa dan Afrika. Yang tidak kalah penting adalah mengusahakan hilirisasi CPO di Indonesia. Bagaimana kesiapan Indonesia secara terpadu dalam meningkatkankan kontribusi CPO dalam perekonomian, tentu dengan meningkatkan nilai tambah yang ada di dalam negeri. Mensinergikan riset CPO dan turunannya yang sudah demikian baiknya, mendatangan investasi produksi produk turunan CPO dan meningkatkan pasar produk turunan CPO harus dilakukan secara terpadu dan dipimpin oleh pemerintah. Kita perlu mengangkat lebih tinggi kontribusi CPO tanpa menambah jumlah areal kelapa sawit. Masih banyak juga kebutuhan lahan untuk tanaman keras dan hutam dalam rangka menjaga degradasi inkonstruktif terhadap bumi yang justru dilakukan oleh negara-negara maju. Penolakan CPO Indonesia oleh AS bukan kiamat bagi industri CPO Indonesia. Tapi justru menjadi momen penting untuk segera memulai hilirisasi industry CPO dan turunannya di dalam negeri, dengan cara apapun untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. *Dr. Aris Yunanto adalah Guru Besar Universitas Indonesia


Planning to HEDGE against Olein price fluctuations? Looking to invest in a LIQUID Olein market without worrying currency risk? Find out more about ICDX RBD Palm Olein (OLEINTR) futures contract

NO

MONTH

ICDX

TOTAL

PALN

-

3,489

-

-

-

216,735

-

1,542

-

872,825

766 7

GOLDGR

CPOTR

GOLDUD

GOLDID

OLEINTR

INATIN

YEAR 2009

3,489

-

-

-

-

YEAR 2010

23,172

193,563

-

-

YEAR 2011

12,873

771,981

79,366

7,063

1

Jan-12

235

62,550

4,729

919

1,429

-

69,862

2

Feb-12

397

63,681

10,596

488

463

48

75,673

YEAR 2012

632

126,231

TOTAL

40,166

1,091,775

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012 15,325

1,407

1,892

48

145,535

94,691

8,470

3,434

48

1,238,584

23

6 13 779


TERNAK

Foto: Google

Polemik Daging yang Berujung Impor Usaha peternakan sapi hingga kini masih sangat prospektif. Hal itu terlihat dari tingkat kebutuhan daging sapi pada masyarakat yang terus meningkat tiap tahunnya. Walaupun Indonesia masuk ke dalam kategori negara berkembang, kebutuhan akan daging sapi menyentuh angka 1,87 kg per kapita per tahun. Jika ditotal, kebutuhan tahun 2012 diprediksi akan berjumlah 484 ribu ton. Hal ini diperhitungkan dari parameter seperti dari peningkatan penduduk yang mencapai 1.49 persen hingga targetan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6.6 persen.

24

Oleh: Sugeng Sutrisna

J

ika dibandingkan angka kebutuhan daging sapi tahun lalu, kebutuhan daging di tahun ini mengalami kenaikan. Tahun 2011 konsumsi daging sapi nasional mencapai 449 ribu ton. Sementara itu, kapasitas produksi dalam negeri hanya mampu menghasilkan 292 ribu ton. Melihat ketimpangan pada tahun lalu, Kementrian Pertanian pun segera ambil langkah taktis di awal 2012. ''Untuk memenuhi daging sapi di 2012, produksi sapi lokal bakal digenjot hingga 399 ribu ton,'' kata Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian menimpali kenaikan akan kebutuhan daging sapi tahun ini. Jika dilihat antara kebutuhan dan kemampuan dalam produksi daging sapi, Indonesia diprediksi akan melakukan impor daging sebanyak 72.290 ton atau setara dengan 441.600 ekor sapi. Sebenarnya, kondisi kurangnya kapasitas produksi daging dalam negeri berlangsung hampir tiap tahun. Dan hingga kini, banyak masalah yang belum diselesaikan

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

oleh pemerintah, khususnya Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Menurut hasil penelitan yang dilakukan oleh Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), populasi sapi lokal di Indonesia cenderung menurun. Hal itu terukur dari kemampuan produksi yang belum memenuhi permintaan. Belum lagi jika terkait masalah hari besar keagamaan, kebutuhan daging sapi meningkat drastis. Jika tanpa dibantu sapi impor, permintaan yang mendadak ini akan membuat krisis daging yang berkepanjangan. Selain itu, tidak selektifnya pemotongan sapi, juga turut manambah krisis stok daging. Kebanyakan para pemilik rumah potong tak melihat mana sapi betina yang produktif dan tak produktif. Disinyalir, hampir 30 persen dari jumlah sapi yang dipotong adalah sapi betina yang masih produktif. Untuk menanggulangi hal itu, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah mengalokasikan dana hingga 1 miliar rupiah. Dana tersebut untuk revitalisasi rumah pemotongan hewan. Diharapkan dengan adanya perbaikan kualitas RPH, para peternak bisa menggenjot


TERNAK

produktivitasnya. “Saat ini kami menargetkan revitalisasi RPH sebanyak 150 RPH. Diutamakan RPH skala kecil sebab mereka lebih membutuhkan mobilitas pemotongan yang tergolong tinggi," tuturnya. Sayangnya proses revitalisasi RPH membutuhkan waktu

yang tak sebentar. Sementara kebutuhan akan daging tak bisa ditunda. Di waktu yang sama pula, pemerintah mencoba mengurangi ketegantungan impor. Berkurangnya kuota impor daging mendorong kebutuhan daging sapi lokal semakin meningkat. Tentu saja, kenaikan ini membuat peternak sapi

mendulang untung. "Kondisi ini memang membuat peternak sapi senang, karena penghasilan mereka jadi naik," ujar Seketaris Dewan Daging Nasional, Jody. Tapi, dampak lainnya, lanjut Jody, masyarakatlah yang merugi. Sebab harga daging akan naik dan untuk mendapatkan kualitas daging yang baik pun menurun. Jody pun menambahkan semua ini lagi-lagi bermula dari kurangnya kemampuan peternak lokal dalam menggenjot kapasitas produksi. Dilematis. Seperti lingkaran setan, kekurangan stok daging dan solusi yang ditawarkan pemerintah pun tak cepat membuahkan hasil. Perlu ada penanganan terpadu dari semua pihak, termasuk peternak dan masyarakat. Sebab, daging walaupun permintaan tinggi, bukanlah makanan pokok masyarakat Indonesia. Masih ada pengganti pangan yang proteinnya senilai dengan daging.

)) Kementerian Pertanian baru-baru ini menyiapkan dana sekitar Rp.203 miliar guna mencapai swasembada daging sapi pada tahun 2014. )) Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2008, standar konsumsi daging haruslah 33 kg per kapita setahun. Sementara konsumsi daging Indonesia hanyalah 7,75 kg per tahun. Itulah mengapa banyak yang terkena anemia. )) Di bulan Februari jumlah pasokan daging sapi di Jakarta telah berkurang hingga 50% dari total kebutuhan sebesar 120 ton per hari. Alhasil, harga melonjak sebesar 20% - 30% dari harga normal sebesar Rp.65.000 per kg. Bahkan di beberapa daerah menyentuh harga hingga Rp.120.000 per kg.

Ketika Sapi Betina Produktif Menjadi Solusi

D

aging memang bukan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, tapi entah kenapa kebutuhan itu semakin meningkat setiap tahunnya. Untuk mengatasi permintaan yang semakin meningkat itulah tak jarang para peternak pun memotong sapi betina yang masih produktif. Padahal menurut aturan dalam Pasal 86 UndangUndang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, sapi betina boleh dipotong jika tak produktif lagi. Artinya bila sudah beranak lebih dari lima kali atau berumur di atas delapan tahun. Tapi, Joni Liano, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen dan Feetloter Indonesia (Apfindo) mengatakan bahwa hampir semua sapi ternak adalah betina. “Sapi lokal mana lagi yang akan memasok kebutuhan? Semuanya betina,” katanya tegas. Ia pun menambahkan bahwa jika sapi betina yang boleh dipotong hanya yang berusia di atas delapan tahun, maka kekurangan sapi untuk kebutuhan nasional tahun depan mencapai satu juta ekor. Ia mempertanyakan kembali aturan yang tak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Sebab, menurutnya swasembada hanya bisa tercapai jika pemerintah membolehkan memotong sapi betina berusia minimal enam tahun. “Mau tak mau itu faktanya, Menteri Pertanian harus tahu itu,” kata Joni. KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

25


SOSOK Moh. Reza Tirtawinata Staf ahli Riset & Development PT. Sasaran Ehsan Mekarsari

Penemu Varietas Manggis Tanpa Biji Rasa buah manggis tetap manis meski pasar buah saat ini diserbu buah impor terutama dari negeri Tiongkok. Siapa sangka pula, meski persaingan antara buah lokal dan impor kian sengit, buah manggis sebagai buah asli Indonesia menjadi komoditas ekspor yang diperhitungkan. Di luar negeri, buah manggis ternyata menjadi primadona. Mereka mengincar manggis lantaran selain rasanya yang manis juga bisa menjadi obat. Oleh: Harris Malikus

S

ekelumit kehebatan manggis itu diungkapkan oleh Moh. Reza Tirtawinata. Meneliti manggis sejak 1982, ia paham betul beragam manfaat manggis. “Mulai dari kulit, buah, sampai bijinya dapat dimanfaatkan,” kata Reza. Misal, kulit manggis ternyata memiliki oksidan tinggi, sehingga banyak industri obat mencarinya. Reza yang menyelesaikan studi pascasarjana di Institut Pertanian Bogor ini mengambil disertasi seputar buah buah manggis lantaran ia yakin buah satu ini punya

banyak kelebihan namun belum tergarap secara maksimal. Hasil penelitiannya yang tuntas di 2003 tak sia-sia. Berbagai temuan dalam penelitian ia sampaikan ke berbagai pihak. Hasilnya, secara perlahan kualitas buah bisa ditingkatkan sehingga ekspor manggis merangkak naik sejak 2004. Menurut Reza, Indonesia punya kekayaan luar biasa terkait koleksi buah. Mekarsari misalnya memiliki koleksi buah terbesar di dunia. Tak heran jika para peneliti buah dari berbagai negara melakukan riset di sana. Reza yang kini menjadi staf ahli buah di Mekarsari berhasil mengembangkan beragam varietas manggis. Salah satu diantaranya ialah manggis tanpa biji. “Manggis tanpa biji aman dikonsumsi bayi,” tutur Pria yang hobi memetik gitar klasik. Reza bilang teknologi budidaya

Foto: KI/Uus Suwito

26

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

manggis kini makin pesat. Jika tahun 1990 harus menunggu hingga dua belas tahun untuk mendapat bibit uanggul, kini petani hanya perlu waktu tujuh tahun untuk mendapatkan bibit. “Seiring dengan perkembangan teknologi budidaya Manggis, saat ini Petani hanya perlu menunggu sampai 7 tahun,” katanya. Meski sibuk meneliti, ayah tiga anak yang lahir di Jakarta 29 November 1958 ini juga aktif menulis. Tercatat sudah tujuh tujuh buku ia karang dan ratusan artikel yang disebar ke berbagai media dan jurnal ilmiah. Ia mengingatkan, para peneliti tidak boleh hanya mendengar saja namun harus langsung melakukan praktik penelitian di lokasi kejadian seperti yang ia lakukan ketika menemukan durian gundul di kaki Gunung Rinjani. Reza bilang, saat ini permasalahan terbesar manggis soal pembibitan sudah diselesaikan. Yang perlu diselesaikan bagi Reza saat ini ialah penyebarluasan kebunkebun manggis rakyat, terutama di sentra-sentra produksi manggis yang sudah ada. Ia yakin, ke depan, Indonesia bisa menjadi pemasok buah manggis terbesar di dunia. “Peran pendistribusian bibit lokal untuk dibudidayakan oleh petani harus di ambil oleh pemerintah,” tegas Reza.


Get a New Health Life with www.xamthonepusat.com Patricia (Pesan Antar 3 Jam) Komp. Villa Delima Blok i No. 2 Lebak Bulus Jakarta Selatan 12440 021-98-900-168/ 0856-838-5858 pin BB 27-BCA-D63 www.xamthonebekasi.com Reflexy.net (Konsultasi Dokter Gratis) Mega Bekasi Hypermall "Giant" Lt. 1 No. 28 Bekasi Barat 021-7091-7708 /021-36456-168 www.xamthonedepok.com Arifin (diantar langsung) 021-4187-8557 / 0818-0808-2382 / pin BB 285703F9 www.xamthonesamarinda.com Ibu Catherine Jl. Aminah Syukur Gg. Amailah No. 50 0815-1363-0369 / 0813-8599-3789 Agen Jakarta Barat: Bapak Lorenzo Jl. Sumbawa Raya H6-12A RT 8/6 Tegal Alur Kalideres 0838-7679-8989 Agen Jakarta Pusat : Bapak Ferry Setyadi Ruko Cempaka Mas Blok K-35 Jak-Pus 0816-801-972 Agen Bandung: Bapak Senjaya Taman Kopo Indah 2-B7 no. 3 022-540-7656 / 0821-3292-3252 Agen Makassar: Ibu Lanny W Toko Sriwijaya Jl. Banda no.51 0411-202-0331 / 0812-4265-7888 JABODETABEK Jakarta Selatan: Pasar Minggu: Dedi 0812-8628-1917 / 0878-81217300 Simprug: RM Laut Sulawesi Ibu Lily 021-9975-1108 / 0813-1990-2995 Ciganjur: Ria Mariah 021-5115-3880 / 0815-1306-8003 Kebayoran Lama (Cidodol) Sabiq 0899-917-0760 Rina (ITC Kuningan) 021-32-168-268 / 0813-14413993 Pasar Jumat: dr. Vera 0819-0807-9999 Cinere: Rosi 0813-1988-8428; Asri a021-7051-4425 Pondok Indah: Douglas Sianipar 0816-939-087 Tebet: Ernu Wibowo 0813-6232-3232; Sany Rahardjantho 0812-8109-9099 Ciputat Dini 0813-8776-4422; Aldi Rizky 0857-11581414 Cirendeu Green Salon 021-749-1966; ABDI 021-98911852 / 0815-922-0439 Kuningan: Ibu Maydika 021-99467250 / 0815-1838040 Jakarta Barat: Glodok: Renzo 0838-7679-8989 Green Ville: Samuel 0817-897-490 Kebon Jeruk: Soejokto Williams 0812-1030-8898

Jakarta Timur: Pulo Gadung: Ibu Murni Widyati 0813-1431-0010 Rawamangun: David 021-7130-7044 / 0817-009-5518; Condet: Sentra Herba Natura 0816-137-1484 Pasar Rebo: Susan 0815-800-6350 Cipinang: drg. Diana Hadiwati 0816-978-425 Cakung: Ibu Siti Nur Komariah 0857-1035-1515 Jakarta Utara: Kelapa Gading: Antonius 0812-810-0812 / 021-99399992 Kelapa Gading: Linda 021-68121771 / 0815-970-7876 Tanjung Priok : Agus Riyadi 0813-8653-8585 Jakarta Pusat: Tanah Abang: Kabul 0856-108-7769 Cikini: Rosi 0813-1988-8428 Depok: Edy Subiantoro 021-2897-0792 / 0811-1770418; Darli 0856-138-2757; Maladi 0813-8024-3965 Sawangan: Rahayu Widiyanti 0821-1034-6097 / 0219875-2609 Sentra Herba Natura 021-7720-0449; Ibu Melati 08151182-1000 Tangerang: Pondok Cabe: Ali Zaenal 021-9262-3859 / 0812-1050620; Kelapa Dua: Maliy Baraka 021-998-45-172 / 08121976-3939 Bintaro: Widya Savitri (VIVI) 021-9326-9088 / 0811196-525 BSD: Diah Prameisari 0813-8186-4574; Mega Putri 0815-1433-3444 Cipondoh: Angga Dwi Putra 0821-1159-8989 / 0219959-8989 Bogor: Abdul Haris 0859-5996-5258; Euis (Gn. Putri) 0812846-2939; Melani 0816-132-5020 Bekasi: Desak Putu 0813-1950-1745 ; Khresno 08111807673 Cikarang: Rony Sitanala 0819-9667-9111 Karawang Lena 0821-1123-1111 / 0267-911-2154 Kota Legenda: Ibu Yustiana 0813-1149-0519 PULAU JAWA: Cilegon: Bpk Rudi 0811-123-421 / 0254-391-649; Ibu Yuyun 0818-0843-8532 Sukabumi: Vera 0878-8121-7300; Mba Ikah 0812840-3052 Purwakarta: Wawan 0811-128-105 / 0821-2250-0325 Cirebon: Duddy 0852-2031-3000 Bandung: Ibu Susann 0815-603-0705 / 0812-20888261; Reyno Wilson 0818-0206-8998 Cimahi: Nining 0813-2020-4592 Surabaya: Renny 0821-4124-4409; Hendra 031-60427366 / 0817-0300-5141; Bondowoso: dr. Rasmono - RSU dr.H.Koesnadi 081336-961149 Mojokerto: Sestri Nilam 0856-333-3519 Solo: Ibu Subagio 0856-4701-9694

Yogyakarta: Heri: 0817-411-8807; Bagus Pamungkas 0838-7714-2747 Sleman: Idha Kartika Tirta Sari: 0813-9296-7777 / 0857-2904-4054 Kendal: Tamari 0294-388-203 / 0853-2508-1582 Kudus: Adrie: 0856-4009-5111 / 0888-0817-2111 Madiun: Shinta 0852-3530-1712 / 0856-9710-0443 Probolinggo: dr. Budi Purwohadi 0812-164-2212 Sragen: Christiana 0271-891-162 / 0812-260-5346 KALIMANTAN & SULAWESI Makassar: Jumrina 0411-561-1196; Nara 0811-419396; Lanny 0411-202-0331 Gorontalo: Ismail 0852-5559-0789 / 0852-9830-7135 Palu Indra: 0813-552-2206 / 0852-5558-7871 TIDORE: Endah Nurhayati SH 0813-4026-7521 Samarinda: Athine 0813-8599-3789; Asikin Gouw 0541-737549 / 085346-723798 Balikpapan: Jo Zafrullah 0542-887-9178 / 0812-54612082; Stanley: 0811-781-991 Palangkaraya: Mujib 0819-4993-2388 Pontianak: Baharuddin Nahris 0813-8832-0811; Gusti Hartono 0815-221-3216 / 0561-747219 Banjarmasin: Ferry 0813-4958-8033; Joshua 08525170-0081; Maria V 0878-1525-2215 Barabai: Saifurrahman 0878-1547-5317; Banjarbaru: dr. Atjo Adhmart SP.OG 0812-506-8898 Penajam Paser Utara: Trimini 0812-543-8137 Kutai Barat / Tenggarong: Eddy 0813-4700-3711 Bontang: Tri Dewi 0812-552-0987 Sampit: Fauzan Aprilianor, ST 0821-5607-8982 SUMATERA, RIAU, BATAM Aceh: Maisyarah 0813-6013-3929 Bandarlampung: Ibu Erlina 0878-9920-7799; Tulang Bawang: Hendra 0852-6967-6666 Palembang: Theo 0852-7311-1788; Sylvia 0813-77791959; Meiri 0811-713-700; dr. Fatimah 0821-84813410 / 0711-712-222 Padang: Hapriyanto 0812-661-0504; Rinaldi 08137083-5250; Buddi 0811-166-913 Pekanbaru: dr. Edy Irwanto 0812-276-4800; Nora Oktalia 0761-52113 / 0812-753-7911 Medan: Doharni Sriati 061-452-3361 / 0852-61718512; Sardina Purba 061-663-8878 / 0813-62342997 Bengkulu: SAADAH 0736-28978 / 0812-7841-4171 Muko-muko: Boris 0812-2119-7777 Batam: Arya 0816-993-099 BALI, LOMBOK, IRIAN www.xamthonecentral.com Denpasar: Yanto 0816-470-3847 Oka Bijaksana 0361-998-8884 / 0812-361-6989 Cindrawati 0812-3647-5811 NTB Lombok: Ahmad Muzanni 0370-6634855 / 08180370-3541 Jayapura: Syarifuddin Said 0813-4417-9 171

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

27


RAGAM

Foto: KI/Uus Suwito

Secuplik Cerita dari

“The Queen of Fruit” Tak salah jika buah ini dijuluki dengan nama Queen of Fruit. Dibalik mahkotanya yang terpasang, buah manggis menyimpan beribu manfaat yang tak pernah masyarakat ketahui.

Oleh: Jabbar Ramdhani

B

anyak tanaman yang dekat dengan kita tetapi tidak tahu fungsinya. Manggis adalah salah satu tanaman yang terlupakan. Tahukah Anda bahwa buah eksotis yang sering dijuluki Queen of Fruit ini ternyata memiliki banyak kandungan antioksidan pada kulit dan buahnya. Manggis merupakan tanaman buah asli dari kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Sri Lanka, Malagasi, Karibia, Hawaii, dan Australia Utara. 28

Dalam pengobatan tradisional di Asia Tenggara, buah manggis dan kulitnya telah digunakan beberapa abad lalu. Sementara itu, secara ilmiah dibuktikan pada tikus percobaan yang mengonsumsi jus manggis setara dengan tiga liter jika pada manusia, tidak mengalami kerusakan jaringan apa pun. Manggis atau nama latinnya adalah Garcinia Mangostana adalah tanaman yang dapat menghasilkan xanthone, yaitu zat yang terbentuk dari hasil isolasi kulit buah manggis. Kadarnya cukup tinggi. Bisa mencapai 123,97 mg per ml. Xanthone mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Nah, fungsi Xanthone juga bermanfaat mencegah pertumbuhan sel kanker dan tumor. Kemampuan antioksidannya bahkan melebihi vitamin C dan E pada cabai yang selama ini dikenal sebagai antioksidan yang paling efektif. Kandungan alpha-mangostin dan gamma maostin pada buah manggis juga bersifat sebagai antibakteri. Alpha-magodtin juga diketahui mempunyai efektivitas yang sama baiknya dengan antibiotika

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

yang berada di pasaran seperti amphicillin dan minocycline. Bagian lain yang bermanfaat adalah kulit buahnya. Kulit manggis menghasilkan warna merah keunguan, dan amat sulit dibersihkan. Karena mengandung tanin, resin, dan crystallizable mangostine (C20H22O5), yang mudah larut dalam alkohol atau ether tetapi tidak larut dalam air. Kulit manggis amat berkhasiat untuk membuang asam ureat di dalam tubuh yang berguna bagi penderita reumatik atau gout. Dan untuk Anda yang penasaran dengan khasiatnya, kami akan membagi tips bagaimana caranya memanfaatkan kekuatan buah manggis tersebut. Pertama adalah ambil kulit buah manggis, iris kecil-kecil kemudian jemur sampai kering. Kedua, ambil satu gelas air panas, celupkan 2-3 irisan kulit buah manggis kering tadi. Ketiga, minum ramuan setelah hangat dan warna air jadi ungu. Rasa agak sepet enak. Kalau Anda ingin menambah rasanya, bisa ditambah madu. Mudah bukan? Coba saja.


RAGAM KHASIAT SI RATU BUAH

B

anyak manfaat dari buah manggis yang tidak dimiliki oleh buah lainnya. Di edisi ini, kami mencoba memberikan daftar apa saja khasiat dari Queen of Fruit.

Pericarp (Kulit) Mengand Kepekatan Xorton yang tinggi

1. Menyembuhkan dan mencegah kanker Sekarang ini sedang dilakukan penelitian yang tiada henti tentang khasiat buah manggis terhadap penyakit-penyakit kanker. Hasil penelitian sementara, ekstrak yang terdapat pada buah manggis Pulp (Isi Putih) dapat mencegah tumbuhnya sel-sel pada penderita leukimia, Rasa yang pasti sedap menahan laju perkembangan sel pada kanker paru-paru, kanker hati, dan kanker usus. 2. Membantu mengurangi berat badan Masalah kegemukan terjadi karena membran sel dalam tubuh kita mudah membesar dan mengeras. Dan ini bisa diatasi oleh zat xanthones yang terdapat dalam buah manggis. Zat tersebut melunakkan kembali sel-sel, dan dengan cepat mengubah zat makanan menjadi energi. Kondisi ini membuat kita menjadi lebih sehat dan pada saat yang bersamaan bisa mengatasi kegemukan. 3. Mencegah penyakit jantung Penyakit jantung dan arteriosclerosis terjadi karena pembuluh darah di sekitar jantung kehilangan elastisitasnya. Dan buah manggis bisa memulihkan kembali elastisitas pembuluh darah melalui antimikorbial dan antioksidan yang dimiliki buah tersebut. Setelah pembuluh di sekitar jantung sehat dan kuat, maka risiko terhadap serangan penyakit jantung berkurang. 4. Melawan radikal bebas Buah manggis mengandung catechins yang terbukti lebih efektif dan lebih berdaya guna dibandingkan vitamin C atau vitamin E dalam melawan radikal bebas yang ada di dalam tubuh kita. Dokter Frederc Templeman yang menulis buku “A Doctor Challenge, A Mangosteen Solution” menyarankan bahwa mengkonsumsi buah manggis setiap hari sebagai makanan suplemen, akan mendapatkan zat antioksidan lebih banyak dibandingkan suplemen manapun yang ditawarkan dalam obat-obatan. 5. Menurunkan hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga terjadi karena adanya gangguan pada pembuluh darah, dan ini beresiko terhadap penyakit jantung dan stroke. Buah manggis bisa mengatasi hal tersebut, terutama untuk menormalkan berat badan. 6. Menjaga saluran kencing Secara alamiah sesuai dengan bertambahnya usia, kemampuan otot-otot pinggul pada wanita akan menurun. Dan kondisi ini berpengaruh pada saluran kencing. Demikian juga dengan pria yang akan mengalami pembesaran prostat sesuai dengan bertambahanya usia. Hal ini sering menimbulkan infeksi karena bakteribakteri yang tidak berguna tidak bisa dikeluarkan secara menyeluruh melalui saluran kencing. Zat xanthones yang ada pada buah manggis termasuk zat yang mengaktifkan antibakteri. 7. Menyembuhkan penyakit asma Asma tergolong penyakit mematikan akibat kerusakan sistem pernapasan. Buah manggis menjadi obat alternatif yang ideal untuk menyembuhkannya karena memiliki kemampuan melawan infeksi dan mengandung zat-zat yang mengurangi alergis. 8. Mengobati dan mencegah diabetes Salah satu penyakit kronis yang banyak diderita manusia adalah diabetes. Dan untuk membantu proses penyembuhan disarankan mengkonsumsi buah manggis yang mengandung zat-zat yang menormalkan tekanan darah, memulihkan energi, dan zat yang mengurangi kelebihan gula dalam darah. 9. Menurunkan kolesterol Kolesterol “jahat” atau LDL (low density lippoprotein) yang berlebihan akan menempel di dinding dan menyempitkan pembuluh darah. Dan kondisi ini bisa dikurangi dengan zat xanthones yang terdapat pada buah manggis. 10. Mengatasi batu ginjal Penyakit batu ginjal biasanya dialami oleh lelaki. Untuk mencegah penyakit batu ginjal disarankan mengkonsumsi 3 ons atau lebih buah manggis setiap hari. Mengkonsumsi manggis akan membuat kita lebih sering kencing sehingga dapat mencegah munculnya batu ginjal. KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

29


AGRIBISNIS

M

Harum Bisnis

GAHARU

Dari segi bisnis, tanaman gaharu tentunya tak kalah harum dari aroma kayunya yang wangi menyengat Oleh: Citra Nuraini

30 KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012 Foto: Google

ungkin masyarakat ada yang mengenal gaharu sebagai pohon berkayu wangi layaknya kayu cendana. Namun, sebenarnya gaharu merupakan damar wangi hasil persenyawaan enzim jamur dengan beberapa spesies tanaman. Warna kayunya yang kehitaman memiliki kandungan resin yang khas. Dalam industri wangi-wangian, resin banyak digunakan seperti untuk parfum, kosmetik dan obat-obatan. Gaharu bisa dijadikan sebagai bahan kerajinan yang memiliki nilai sangat tinggi atau untuk peralatan upacara keagamaan. Serbuk gaharunya juga digunakan untuk dupa atau ratus, dan minyaknya merupakan parfum kelas atas. Saat ini, gaharu menjadi bahan aromatik termahal di dunia. Hampir tiga perempat penduduk dunia menggunakan produknya. Harga gaharu kualitas baik pada tingkat konsumen di pasar internasional, sekitar USD 5 -15 per gram atau sekitar 45 ribu sampai dengan 135 ribu rupiah. Sedemikian tingginya nilai produk gaharu, hingga penjualannya pun menggunakan bobot gram. Beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi untuk memproduksi gaharu sudah dieksplorasi. Jenis tumbuhan itu meliputi Aquilaria spp, Aetoxylon sympetallum, Gyrinops, dan Gonsystylus. Berbagai jenis tumbuhan itu tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua. Gaharu dari tanaman famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp lah yang paling memiliki harga jual tinggi. Selain ditentukan dari jenis tanaman asalnya, kualitas gaharu juga ditentukan dari banyaknya kandungan resin dalam jaringan kayunya. Semakin tinggi kandungan resin di dalamnya maka harga gaharu akan semakin mahal. Semua itu bisa dilakukan dengan cara proses infeksi buatan yang dinamakan inokulasi.


AGRIBISNIS Perhitungan Bisnis Gaharu Investasi Sama seperti pohon kayu lainnya, gaharu bisa dipanen setelah tujuh tahun. Untuk berbisnis gaharu, sebaiknya luas lahan tanam minimal 1000 m2. Total anggaran pengeluaran dari awal sampai siap panen adalah Rp. 366.200.000,-. Sedangkan biaya pascapanen atau tenaga pekerja Rp. 15.000.000,- maka total biaya investasi yang dibutuhkan sebesar Rp. 381.200.000,-. Berikut rincian pengeluaran prapanen (Tabel 1) Luas Lahan

Bibit

Persiapan Lahan

Penanaman Bibit

Pemupukan II

Perawatan

Inokulasi

1000 m2

90 Ph

Pemupukan

Penggalian media

Pemupukan Manjat Cair

90 Ph x 0,5jtx7th

90 btl x 200rb

@35.000 x 90

90 kg Vermicompos

90 titik @10.000

35 lt @10.000

31.500.000

450.000

900.000

350.000

315.000.000

18.000.000

Biaya

Pendapatan Sebelum menghitung pendapatan, perlu diketahui produktifitas gaharu bisa mencapai 80% dalam 1000 m2. Di Indonesia, tingkat kegagalan panennya maksimal 20%. Jadi misalnya dari dalam 1000 m2 ada 90 pohon produktif, hanya 72 pohon yang bisa memberi hasil yang optimal. Tiap satu pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun akan menghasilkan rata-rata 2 kg gubal, 10 kg kemedangan, dan 20 kg abu. Gubal, kemedangan, dan abu, merupakan klasifikasi kelas dalam perdagangan gaharu. Gubal merupakan kayu berwarna hitam atau hitam kecoklatan dan diperoleh dari bagian pohon penghasil gaharu yang memiliki kandungan damar wangi beraroma kuat. Di bawahnya, kemedangan ialah kayu gaharu dengan kandungan damar wangi dan aroma yang lemah serta memiliki penampakan fisik berwarna kecoklatan sampai abu-abu, memiliki tekstur kasar, dan kayu lunak. Sedangkan kelas terbawah abu gaharu merupakan serbuk kayu hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu. Berikut perkiraan pendapatan bisnis gaharu Tabel 2 Kelas Gaharu

Hasil dari 1 pohon

Volume Produksi

Taksiran Harga Jual

Pendapatan

Gubal

2 kg

2 kg x 72 pohon = 144 kg

6.000.000

Rp. 864.000.000

Kemendangan

10 kg

10 kg x 72 pohon = 720 kg

1.250.000

Rp. 900.000.000,-

Abu

20 kg

20 kg x 72 pohon = 1.440 kg

100.000

Total

Rp. 144.000.000 Rp. 1.908.000.000,-

P

erhitungan di atas bisa lebih atau kurang tergantung dari kondisi harga pasar gaharu serta dengan media apa melakukan perawatan tumbuhannya. Kami merekomendasikan beberapa hal agar tanaman gaharu bisa menghasilkan secara maksimal.

)) Pohon gaharu dengan bibit unggul dari PT. Silva Tropika akan produktif diusia enam tahun dan produktifitas turun di tahun ke sebelas )) Tingkat kegagalan yang sering terjadi dikarenakan minimnya perawatan, rumput liar dan ilalang, Cuaca yang berangin yang dapat mematahkan dahan, Tidak terkontrolnya drainase, dan tidak rutinnya pemupukan manjat cair organik dari PT. Silva Tropika )) Standar media tanam setiap bibit menggunakan vermicompos manjat 1kg/ pohon bibit

Syarat Tumbuh

Gaharu dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 750 mdpl. )) Tinggi pohon mencapai 40 m dengan diameter batang mencapai 60 cm. Permukaan batangnya licin, berwarna keputih-putihan, kadang-kadang beralur. Kayu biasanya keras. )) Bentuk daun lonjong agak memanjang dengan ukuran panjang 6-8 cm, lebar 3-3,5 cm. Ujung daun meruncing, daun kering biasanya berwarna abu-abu kehijauan, tepi daun agak bergelombang, melengkung, kedua permukaannya licin dan mengkilap. Tulang daun sekunder 12-16 pasang. )) Bunga terdapat pada ujung ranting, ketiak daun. atau kadang-kadang di bawah ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya sampai 4 cm, lebar 2,5 cm. Bentuk biji bulat telur, tutupnya rapat oleh rambut yang berwarna merah. KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

31


INVESTASI

Foto: KI/Uus Suwito

Swasta Dukung Pengadaan

Bibit Tebu Unggulan K Pemerintah hendaknya

menggandeng pihak swasta

dalam pengembangan dan penyediaan bibit tebu demi

meningkatkan produktivitas tebu. Hal ini perlu dilakukan jika pemerintah ingin mengejar target swasembada gula pada 2014.

Oleh: Stephanus Nuswantoro

32

ementerian pertanian telah menargetkan swasembada gula pada 2014. target produksi yang ingin dicapai sebesar 5,7 juta ton. Selain mengandalkan perluasan lahan, salah satu faktor yang juga mendukung produktivitas gula ialah bibit gula rendemen tinggi. Saat ini bibit tebu yang tersedia baru dapat menghasilkan rendemen sekitar 7-9%. Bibit gula yang digunakan pemerintah untuk disalurkan pada masyarakat didapat dari Pusat Penelitian Perkebunan

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

Gula Indonesia (P3GI). P3GI merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab pada penelitian dan penyediaan bibit tebu. P3GI biasanya bekerja sama dengan PTPN untuk penyaluran bibit tebu kepada perkebunan tebu rakyat. Agar target swasembada dapat tercapai, ada baiknya swasta dilibatkan dalam pengadaan bibit tebu. Banyak sekali perusahaan besar swasta (HM. Sampoerna) telah mampu menghasilkan bibit tebu unggulan dengan rendamen di


INVESTASI atas 9 %. Beberapa varietas bibit tebu unggulan swasta yang sudah teruji mutunya, namun tersertifikasi

(Internal Uses). Penyediaan bibit tebu unggulan oleh swasta sudah dilakukan lebih dari 3 tahun. Di

bawah ini adalah tabel varietas tebu yang diproduksi oleh perusahaan swasta.

No 01 02 03 04 05 06

Varietas Bulu Lawang (BL) PS 864 PS 862 PSJT 941 VMC Kentung

Kadar Brix Sucrosa 16,01 % 9,19 % 10,87% 9,01% 8,33%

Keterangan G2 G2 G2 G2 G1 G2

07

Kidang Kencana (KK)

10,99%

G2

Tabel Stok Bibit Tebu Unggulan Perusahaan Swasta Keseriusan pihak swasta dalam pengadaan bibit tebu unggul terlihat dari banyaknya varietas yang memiliki

POTENSI PRODUKSI

rendamen tinggi. Jika bibit tebu ini bisa sampai ditangan petani dan pemerintah memberikan dukungan,

PS 862

PS 864

tidak hanya petani yang akan merasakan hasil positifnya, tetapi juga pemerintah sendiri.

PS 881

PSJT 941

SAWAH

TEGALAN

SAWAH

TEGALAN

SAWAH

993 + 370

883 + 175

1221 + 228

888 + 230

Rendemen (%)

9,45 + 1,51

10,87 + 1,21

8,34 + 0,60

Hablur gula (ku/ha)

91,0 + 29,1

97,4 + 2,04

101,4 + 19,5

Umur kemasakan

Awal-Tengah

Tengah-Lambat

Awal

Tengah

KIDANG KENCANA

KENTUNG

PS 951

BULU LAWANG

Hasil tebu (ku/ ha)

POTENSI PRODUKSI

SAWAH

TEGALAN

SAWAH

TEGALAN

-

949 + 241 1262-1431

1022-1472

9,19 + 0,64

-

10,22 + 1,64 10,18-1,64

10,18 – 10,6

82,5 + 27,3

-

95,80 + 26,30

129-148

TEGALAN

SAWAH

TEGALAN

SAWAH

TEGALAN

SAWAH

Hasil tebu (ku/ ha)

1.125 + 325

992 + 238

1.212 + 314

-

1461 + 304

-

943

Rendemen (%)

10,99 + 1,65

9,51 + 0,88

9,51 + 0,88

-

9,87 + 0,86

-

7,51

Hablur gula (ku/ha)

110,6 + 22,1

95,4 + 25,5

95, 4 + 25,5

-

145,1 + 37,4

-

69

Umur kemasakan

Awal-Tengah

Tengah-Lambat

Awal

92-146

TEGALAN -

-

Tengah

Tabel Potensi Produksi Beberapa Varietas Unggul Tebu

Bibit tebu unggulan milik perusahaan swasta. (Foto: KI/Uus Suwito)

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

33


KABAR PETANI

Foto: KI/Yusuf Suteja

Pertahankan Hidup dengan

Sepetak Lahan Kakao Dusun Omanyambu desa Bentek terletak di Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara (K L U) tinggal seorang I Putu Suwedana. Pak Putu Suwedana sudah sejak tahun 1970 an pergi meninggalkan tanah kelahiran di Singaraja – Bali bersama beberapa tetangga di kampung asalnya pindah ke Kecamatan Gangga untuk meningkatkan taraf hidup dengan bercocok tanam sebagai petani cengkeh. Oleh: Yusuf Suteja

D

usun Omanyambu secara geografis terletak di lereng sebelah barat daya Gunung Rinjani Propinsi Nusa Tenggara Barat. Namun semenjak harga 34

cengkeh dimonopoli oleh putra Presiden Suharto pada waktu itu (tahun 1990-an) produksi cengkeh menurun drastis. Semenjak itu Putu Suwedana dan kelompok petani yang lain mencoba menanam kopi dan coklat dengan sistem tumpangsari di lahan kebun mereka sebagai upaya untuk tetap mempertahankan mata pencaharian. Rata-rata lahan yang dimiliki petani di daerah tersebut 2 – 4 hektar dengan kondisi struktur tanah yang berbukit. Namun apa daya, waktu itu sangat sulit mencari bibit kopi dan coklat di wilayah NTB. Petani di daerah tersebut harus memesan bibit hingga ke Bali dan Jawa Timur yang tentu saja memakan biaya yang tidak sedikit untuk mendatangkannya. Belum lagi masalah harga pupuk buatan yang cenderung dipermainkan para pedagang pupuk di kota Mataram yang umumnya dimonopoli oleh tengkulak. Menurut Putu Suwedana, untuk meningkatkan pengembangan

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

bibit kopi dan coklat dibutuhkan komposisi antara pupuk kandang, kompos dan pupuk buatan sehingga mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan pertumbuhan bibit. Dalam proses nya tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan ketika melakukan budi daya tanaman kopi dan coklat. Banyak petani kehabisan biaya untuk mengembangkan lahan nya sehingga terpaksa mereka menggadaikan sebagian dari lahannya kepada orang-orang kota pemilik modal. Menggadaikan sebagian lahan merupakan pilihan saat itu yang paling mungkin agar uang hasil gadai lahan bisa dipergunakan untuk menunjang biaya pengembangan tanaman kopi dan coklat sehingga ketika tanaman kopi dan coklat sudah bisa menghasilkan, harapan petani nantinya bisa mencicil kembali lahan yang mereka gadaikan. Akan tetapi ketika tahun ketiga tanaman kopi dan coklat sudah bisa dipanen, datang hambatan baru yaitu kesulitan


KABAR PETANI dalam hal pemasaran. Bagaimana mungkin bisa memasarkan hasil kebun, karena sarana transportasi sangat minim sekali. Jangankan media angkutan, sarana jalan pun sulit dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Hasil kebun harus diangkut dengan berjalan kaki sejauh 6 – 7 km sampai di perbatasan ibu kota kecamatan Gangga, setelah itu baru diangkut menggunakan transportasi sepeda motor menuju pasar Tanjung (Ibu Kota Kabupaten Lombok Utara). Kesulitan bertambah ketika hasil kebun tersebut tidak dibeli oleh konsumen pasar, melainkan oleh para pemilik modal yang membeli hasil kebun dengan me-monopoli harga yang dipatok Rp 4.000 – 5.000/kg utk coklat dan Rp.2.500 – 2.750/kg utk kopi. Menurut Putu Suwedana, selama ini pemerintah kurang begitu memperhatikan nasib petani di daerahnya. Kalau pun ada beberapa kelompok tani di desanya itu karena inisiatif petani sendiri dengan tujuan agar biaya produksi bisa sharing bersama untuk meminimalkan pengeluaran secara pribadi. Dengan sistem sharing dana (semacam koperasi kecil) sedikit membantu meringankan biaya operasional pemeliharaan lahan. Pembinaan terhadap kelompok tani pun tidak pernah ada, bahkan belum pernah sekalipun mendapatkan bantuan pemerintah entah itu pupuk maupun obat-obat untuk

jalan dan jembatan tersebut sekarang ini juga memprihatinkan. Banyak lapisan aspal jalan yang tergerus air dan hilang, sehingga kondisi jalan yang sekarang ibarat kali di tengah jalan. Tidak sedikit jalan yang terputus karena menjadi aliran air ketika musim penghujan seperti sekarang ini. Mengenai hasil panen, Putu Suwedana merasakan sangat jauh dari memuaskan. Jangankan memuaskan, dibilang lumayan pun masih sangat jauh sekali. Hasil panen yang ada hanya cukup digunakan untuk hidup sehariFoto: KI/Yusuf Suteja hari. Untuk menunjang kebutuhan terpaksa Putu Suwedana pun juga Untuk menunjang bercocok tanam bunga jepun dan kebutuhan terpaksa Putu sudamala yang biasa dipergunakan umat Hindu untuk sarana Suwedana pun juga sembahyang. “Lumayan, bisa bercocok tanam bunga buat tambah-tambah beli beras” jepun dan sudamala syukurnya. yang biasa dipergunakan Terlepas dari itu semua, umat Hindu untuk sarana kalau dilihat secara geografis sembahyang. dan struktur serta jenis tanah di wilayah Kecamatan Gangga hama tanaman. Justru petaninya sangat cocok ditanami tumbuhan yang proaktif untuk mencari solusi jenis apapun. Apalagi di daerah terhadap kesulitan mereka. Bahkan sekitar tempat tinggal Putu pak Putu Suwedana sendiri telah Suwedana, segala tanaman apapun kehilangan 2 hektar lahannya yang bisa tumbuh. Namun keterbatasan beliau gadaikan untuk menunjang ekonomi sangat membuat para kebun miliknya sendiri. petani kesulitan mengembangkan Dalam perjalanan waktu hingga budi daya tanaman di daerah tahun 2012 ini, pemerintah hanya tersebut. sekali melakukan pembangunan jalan dan jembatan di wilayah Kecamatan Gangga yaitu sekitar tahun 2004 – 2005, namun kondisi

Tumpang sari akhirnya menjadi cara yang dipilih Putu Suwedana untuk mempertahankan kelangsungan kehidupannya karena tidak lagi memungkinkan jika hanya mengandalkan pemasukan dari kebun kopi (Gambar kiri). Luasnya kebun kopi milik Putu Suwedana tidak lagi sebanding dengan apa yang ia terima ketika panen. (Gambar tengah). Putu Suwedana sedang berbincang dengan Yusuf Suteja, Koresponden Komoditas Indonesia. (Foto: KI/Yusuf Suteja)

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

35


MANCANEGARA

Foto: Google

Gagal Panen,

Malawi Tunda Ekspor Jagung Akibat perubahan iklim yang ekstrim, beberapa negara di benua Afrika mengalami kekeringan yang mengakibatkan kelaparan. Termasuk Malawi, negara yang pernah mencetak rekor swasembada jagung, kini terpuruk, ditandai dengan kelaparan yang melanda.

Banyak petani kecil di sana yang kini mulai tertekan secara psikologis karena ekstrimnya cuaca. Bahkan beberapa petani menderita gagal panen. Tak hanya itu, berkurangnya stok jagung di sana membuat para pegiat ekspor jagung harus

Oleh: Sugeng Sutrisna

T

idak selamanya musim panas membawa dampak yang baik untuk pertanian. Salah satunya yang terjadi di Malawi. Negara, yang terletak di belahan benua Afrika kini terancam kelaparan. Pasalnya, panen jagung yang dijadwalkan akan melimpah ruah malah mengalami penurunan karena hujan yang tak kunjung datang.

36

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

kehilangan lisensi untuk melakukan ekspor keluar negeri. Untuk menghindari kelaparan yang parah, maka kementrian bidang industri dan perdagangan Malawi mengeluarkan kebijakan penundaan ekspor. Kebijakan ini ditempuh karena berdasarkan laporan dari Malawi Vulnerability Assessment Committee (MVAC) terdapat 10 dari 28 kabupaten kekurangan jagung. Diperburuk lagi persediaan jagung yang ada saat ini hanya cukup sampai pada bulan Februari 2012. Sekretaris Departemen Industri dan Perdagangan Newby, Kumwembe, mengatakan bahwa semua perijinan ekspor jagung telah dinyatakan batal. Ia juga menyerukan kepada Otoritas Dinas Pendapatan Malawi untuk memantau perbatasan negara agar tak terjadi ekspor


MANCANEGARA

M Petani Malawi sedang bercakapcakap

Perkebunan jagung yang kering di Malawi

alawi, sebagai negara yang masuk dalam kategori terbelakang sebenarnya menyimpan sejuta persoalan akut. Ditandai dari kekeringan yang mengakibatkan kelaparan. Kemudian diikuti dengan tingkat pertumbuhuan ekonomi yang labil. )) Pada musim tanam 2010 sampai 2011, pemerintah mengumumkan bahwa negara telah berhasil memanen jagung sebanyak 3,2 juta ton dimana kebutuhan pangan nasional sebesar 2,4 juta ton )) Tikus sebagai hama jagung bisa menjadi santapan terpopuler di negara ini. Biasanya tikus ladang tersebut diburu pasca panen jagung )) Republik Malawi adalah pelopor Revolusi Melati yang sekarang sedang terjadi di negara arab. Walaupun bukan kategori berpenduduk arab, tapi di Malawi ini muncul gerakan melawan diktator akibat kemiskinan yang akut )) Untuk meningkatkan hasil produksinya, Malawi meminta bantuan ke negara-negara maju. India, sebagai negara donor memberikan traktor dan mesin pemipil jagung dengan perjanjian selama 40 tahun

beberapa pelaku ekspor impor merugi. Salah satu pedagang jagung, Jeffrey Sadyalunda dari daerah Chanyumbu, mengatakan bahwa semua itu adalah bentuk intervensi yang berlebihan dari pemerintah. “Belum lama ini Kondisi pemukiman penduduk pemerintah bahkan telah Malawi melakukan ekspor jagung ke negara lain. Dan kami mengasumsikan negara ilegal yang dilakukan oleh pedagang memiliki cukup stok jagung,” gelap. Perlu diketahui, hasil ekspor ujarnya. Di tengah kekecewaannya, Malawi telah menyentuh beberapa Jeffry berharap semoga keadaan negara seperti Sudan Selatan, Kenya seperti ini tak akan berlangsung dan Zimbabwe. lama. Penghentian ekspor secara Sementara itu, di lain pihak, sepihak tersebut membuat Jeffrey Kanyinji yang menjabat

sebagai Sekretaris Departemen Pertolongan dan Kesiapsiagaan Bencana Malawi mengumumkan bahwa pemerintah telah menyimpan 4.000 metrik ton. Dari banyaknya stok tersebut, departemen yang digawangi Jeffry akan membagikan kepada 200 ribu warga bagian selatan Malawi. Fluktuatifnya hasil produksi panen jagung juga berimbas kepada harga yang merangkak naik. Sebuah perusahaam milik pemerintah yang mengontrol penjualan jagung, Admarc, memaparkan data bahwa harga jagung mengalami kenaikan drastis. Harga jagung naik sebesar 50 persen dari USD 12 menjadi USD 18 per 50 kilogram.

Gagal Panen, Penyakit pun Datang

T

ak hanya gagal panen yang menyerang negara yang memiliki luas 196.190 km persegi, tapi berbagai penyakit juga mulai menyerang. Seperti dalam laporan Irin, sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang masalah kependudukan, banyak penduduk yang juga terkena penyakit kolera. Sebanyak 64 laporan yang masuk terkait wabah kolera yang menyerang di negara berpenduduk 12 juta jiwa. Hingga kini, negara yang masuk dalam kategori terbelakang ini sedang berjuang dari keterpurukannya. Sebelumnya Malawi adalah negara yang memiliki rekam jejak swasembada jagung. Tapi semua keberhasilannya tersebut berkat sokongan dana dari negara maju. Dan sekarang ketika negara maju menghentikan kucuran dananya, beragam masalah datang. Malawi pun terpuruk kembali ke dalam lubang yang sama, kelaparan. Tak hanya kelaparan dan penyakit yang mendera negara pimpinan Binguwa Mutharika, beberapa minggu ini, Malawi juga mengalami krisis bahan bakar minyak. Akibatnya harga barang-barang di sana naik hingga 30 persen. KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

37


BUDIDAYA

K

Tanam Kentang Sendiri = Minimalisir Impor

entang termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu/ semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari. Varitas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang kuning varitas Granola, Atlantis, Cipanas, dan Segunung. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100 gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat 85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin B 0,04 mg. Syarat Pertumbuhan Iklim Daerah dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan kentang. Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya kentang. Lama penyinaran yang diperlukan untuk kegiatan fotosintesis adalah 9-10 jam/ hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa perkembangan umbi. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 18-21 derajat C. Kelembaban yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90%. Kelembaban yang terlalu tinggi akan memudahkan hama dan penyakit menyerang, terutama disebabkan oleh cendawan. Media Tanam Secara fisik, tanah yang baik untuk cocok bagi kentang adalah yang berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam. Tanah Andosol yang terbentuk di pegunungan akan menjamin ketersediaan oksigen di dalam tanah. Keadaan pH tanah yang sesuai

38

untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0-7,0, tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak cocok ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang memiliki nilai pH sekitar 7. Ketinggian Tempat Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan, dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar antara 1000-1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah (300-700 m dpl). Pedoman Teknis Budidaya Pembibitan Bibit Tanaman kentang dapat berasal dari umbi, perbanyakan melalui stek batang dan stek tunas daun. Umbi Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas unggul. Umbi disimpan dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25 derajat C. Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas. Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja. Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam. Penanaman dapat dilakukan tanpa dan dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum dibelah harus direndam dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit. Walau pembelahan menghemat bibit, tapi bibit yang dibelah menghasilkan umbi lebih sedikit daripada yang tidak dibelah. Stek Batang dan Stek Tunas Cara ini tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan waktu lebih lama. Bahan tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

ditanam di dalam pot. Pengambilan stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5 bulan dengan tinggi 25-30 cm. Stek disemaikan di persemaian. Apabila bibit menggunakan hasil stek batang atau tunas daun, ambil dari tanaman yang sehat dan baik pertumbuhannya. Pengolahan Media Tanam Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan. Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Teknik Penanaman Pemupukan Dasar )) Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha atau kotoran sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam. )) Pupuk anorganik berupa SP36=400kg/ha. Cara Penanaman Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.3001.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanaman tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas


BUDIDAYA lain 70 x 30 cm. Waktu tanam yang tepat adalah di akhir musim hujan pada bulan AprilJuni, jika lahan memiliki irigasi yang baik kentang dapat ditanam di musim kemarau. Jangan menanam di musim hujan. Penanaman dilakukan di pagi/ sore hari. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst. Pemeliharaan Tanaman Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang kurang baik. Penyulaman dilakukan setelah berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi. Penyiangan Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Ini adalah fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Pemangkasan Bunga Pemangkasan dilakukan untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan pembungaan. Pemupukan Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan Urea dengan dosis 330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut: 1. Pupuk kandang: saat tanam 15.00020.000 kg. 2. Pupuk anorganik: )) Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah tanam 165/365 kg. )) SP-36: saat tanam 400 kg. )) KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg. 3. Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran. *Pupuk anorganik diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman kentang. Pengairan Tanaman kentang sangat peka

terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tapi tidak berlebihan. Pemberian air untuk menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit). Panen Ciri dan Umur Panen Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari. Secara fisik kentang dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari. Cara Panen Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati-hati dengan menggunakan garpu tanah. Kumpulkan umbi di tempat yang teduh. Pascapanen Penyortiran dan Pengolongan Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Hal ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang disortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varietas). Penyimpanan Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, bersih dan steril agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi. Pengemasan dan Pengangkutan Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan. Pembersihan Petani konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di pasar swalayan/ke luar negeri, kentang

Prakiraan Produksi Granola/Atlantis 35-40 ton/ha Red Pontiac 15 ton/ha Desiree 18 ton/ha DTO 20 ton/ha Klon no. 17 30-40 ton/ha Klon no. 08 25-30 ton/ha

harus dibersihkan terlebih dulu. Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik konsumen. Pascapanen Penyortiran dan Pengolongan Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Hal ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang disortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varietas). Penyimpanan Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, bersih dan steril agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi. Pengemasan dan Pengangkutan Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan. Pembersihan Petani konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu. Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik konsumen.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

39


Beri Kail Agar Lebih

Mandiri

Corporate Social Responsibility tidak hanya memberi sumbangan. Gaung kegiatan berbalut Kepedulian Sosial Perusahaan alias Corporate Social Responsibility (CSR) belakangan ini makin sering terdengar. Misal, perusahaan A mendirikan sebuah sekolah, perusahaan B melakukan penanaman pohon, perusahaan C mengadakan pengobatan gratis dan sebagainya. Tak jarang, aksi perusahaan itu juga diapresiasi oleh lembaga swadaya masyarakat. Beragam penghargaan juga disiapkan dan diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan yang paling perduli terhadap sekelilingnya. Oleh: Harris Malikus

N

amun ternyata, penilaian CSR bagi masyarakat lain lagi. Bagi mereka CSR berkaitan dengan bantuan dana atau sumbangan. Maka, jangan kaget jika perusahaan Anda di waktu tertentu, sering didatangi kelompok masyarakat di sekitar perusahaan

40

yang mengirimkan proposal bantuan dana entah untuk pembangunan sarana ibadah atau kegiatan yang bersifat umum. Menurut Tony Liwang, Direktur Plant Production & Biotechnology Division PT Sinar Mas Agribusiness and Technology (SMART), pengertian CSR jika merujuk Undang-Undang No 40 Tahun 2007 ialah perusahaan melakukan

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

tanggung jawab lingkungan dan sosial dengan cara membangun masyarakat sekitar, secara ekonomi dengan sistem berkelanjutan. Bagi Toni, CSR itu memberikan masyarakat alat produksi atau pekerjaan tambahan agar mereka dapat menambah penghasilannya. “Bukan memberikan beasiswa kepada anak sekolah melainkan menyediakan tenaga pendidik


ketentuan CSR sebagai kewajiban hukum jika ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Masalahnya, sampai sekarang, belum ada aturan baku berapa sebenarnya dana yang harus disiapkan perusahaan untuk program CSR mereka. “Memang belum ada regulasi yang rijid tentang CSR,” kata Toni. Tidak adanya aturan baku untuk CSR membuat Sinar Mas Group mengacu pada Toni Liwang: aturan internasional “CSR seharusnya bukan yakni ISO 2600 memberikan beasiswa kepada yang berisi tujuh anak sekolah melainkan panduan penting menyediakan tenaga pendidik program CSR. Dari tujuh hal itu ada profesional bagi sekolah sekolah satu poin penting yang sudah ada, dan kekurangan tentang human guru,” right ke dalam dan keluar. Dari tujuh itu, tiga poin profesional bagi sekolah sekolah seperti masyarakat, stakeholder, yang sudah ada, dan kekurangan pemberdayaan, managemen. guru,” kata Toni saat ditemui di kantornya. Kemudian, hal terpenting “Implementasi community development di kami mengacu dalam penerapan CSR ialah tepat pada MDGs yang memiliki delapan sasaran. Tony bilang, Sinarmas indikator. Kami pakai itu. Kami sudah lama menerapkan sistem memiliki yang namanya Social CSR dalam bentuk Community Encommunity Development Policy Development. (SEDP ),” katanya, Merujuk undang-undang tadi, Sementara itu, Nasir Efendi, CSR merupakan sebuah keharusan Stakeholder Anlightment & dan bukan suka rela. Ini artinya, Comdev Spesial Project PT. perusahaan dalam negeri maupun SMART Tbk mengatakan bahwa asing yang hendak menanamkan sampai saat ini ada dua kategori duit di Indonesia, tidak dibenarkan CSR yang dikenal perusahaan semata ingin untung besar sambil yaitu CSR untuk internal dan CSR mengorbankan kepentinganuntuk eksternal. “Dalam konteks kepentingan masyarakat sekitar. internal, CSR ialah kewajiban atau Mereka harus tunduk dan mentaati

perlakuan perusahaan terhadap karyawan. Kami ada banyak progam-progam untuk karyawan. Jaminan kesejahteraannya, jenjang karier, dan agreement untuk karyawan. CSR dalam konteks eksternal, sebenarnya kita bicara community development. Semua ini kita lakukan. Ini kita masukan dalam laporan setiap tahun,” kata Nasir. Misal, mulai pembangunan tempat ibadah, rumah pintar, sampai program beasiswa: dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, sudah masuk ke dalam biaya operasional perusahaan. Toni menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Sinar Mas Group berbeda dengan CSR yang dilakukan oleh perusahaan lain. Sayang, ia enggan menyebutkan nama perusahaan lainnya. Akan tetapi, menurut dia, saat ini banyak perusahaan pertambangan yang melakukan CSR tidak pada tempat dimana ia menambang. Misalnya, mendirikan sekolah di Jakarta, padahal tambang perusahaan tersebut berada di Kalimantan, atau Irian Jaya. Bagi dia, hal itu bukan merupakan CSR melainkan sumbangan yang dipublikasikan. Sinar Mas memiliki sejumlah program selain koperasi untuk masyarakat di sekitar kebun. Antara lain progam lima kilometer untuk kesehatan. Dalam radius lima kilometer (5 KM) dari kebun, harus tersedia rumah sakit, puskesmas, atau klinik. “Down stream kami ada tiga. Ada kebun, ada pabrik, ada balkim. Progam ini masih terus berlangsung. Dulu memang progam-progam itu semata-mata kita yag inisiatif. Sekarang sudah ada policynya dan ada Standard Operating Procedure (SOP)-nya. Sudah ditata,” pungkas Nasir. Semoga berbagai program CSR yang sudah dilakukan bisa lebih ditingkatkan.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

41


OPINI PAKAR

Foto: Google

Strategi Proteksi dan Promosi

Hortikultura*

Seorang teman ahli hukum bertanya dengan menyindir, "Apa benar Indonesia tidak mampu memproduksi jeruk sunkis, durian monthong, kentang besar seperti produk hortikultura asal impor yang membanjiri supermarket dan pasar tradisional Indonesia?"

S

Oleh: Bustanul Arifin**

etelah agak lama terdiam, saya mencoba menjelaskan secara diplomatis bahwa petani hortikultura Indonesia dan peneliti yang menggeluti bisnis prospektif itu mampu melakukannya semua. Indonesia hanya memerlukan pemimpin dan pejabat negara yang mampu merumuskan dan melaksanakan strategi proteksi sektor hortikultura domestik dari serbuan produk asal impor dan melakukan promosi dan pemasaran produk hortikultura Indonesia dalam kancah perdagangan internasional. Setangguh apa pun petani

42

hortikultura, jika tidak diberikan perlindungan kebijakan yang memadai terhadap praktik perburuan rente perdagangan impor, jelas akan kelimpungan juga. Setegar apapun pelaku agribisnis hortikultura dalam negeri, jika tidak memperoleh bantuan atau fasilitasi investasi dan promosi yang cukup, jelas akan kesulitan bersaing dan menembus pasar-pasar internasional potensial. Empat cerita lapangan berikut diharapkan mampu memperjelas strategi proteksi sekitar dan promosi produk hortikultura ke depan. Pertama, pada kesempatan survei lapang penggunaan pupuk di Brebes, Jawa Tengah, dua minggu lalu, beberapa petani responden bercerita banyak tentang sekian macam ketidakpastian dan keterpurukan agribisnis bawang merah yang sedang mereka usahakan. Petani jelas menderita kerugian ekonomi dan emosional jika harga jual bawang merah jatuh sampai Rp. 3.000,- per kilogram. Mereka sebenarnya berharap harga jual bawang merah setidaknya Rp 8.000,- atau bahkan Rp 10.000,ribu per kilogram.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

Ketua kelompok tani di Brebes menitipkan saran dan usul kepada pemerintah agar menutup total impor bawang merah. Para responden ini seakan tidak peduli bahwa survei lapang yang kami lakukan adalah tentang pola penggunaan pupuk bersubsidi dan non-subsidi. Petani di Brebes tidak mampu menjangkau atau enggan berpikir rumit tentang keseimbangan penawaran dan permintaan, asimetri informasi atau struktur pasar bawang merah nasional. Petani hanya merasa anjloknya harga jual bawang merah di lapangan karena ulah spekulasi para tengkulak dan pedagang serta pejabat pemerintah yang membiarkan bawang merah impor masuk jauh sampai ke sentra produksi. Kedua, cerita lapangan dari Kediri, Jawa Timur, tidak jauh berbeda. Responden petani cabe merah juga mencurahkan uneg-uneg dan isi hatinya ketika menghadapi kenyataan anjloknya harga cabe merah sampai di bawah Rp. 5.000,per kilogram. Harga serendah itu sangat jauh dari harga cabe merah awal tahun 2011 yang mencapai Rp


OPINI PAKAR 80.000,- ribu per kilogram di Jakarta dan kota-kota besar. Pada waktu itu, harga cabe merah menjadi salah satu kontributor signifikan pada laju inflasi dan bahkan sempat menjadi agenda Sidang Kabinet di Istana Negara. Petani cabe di Kediri tidak terlalu mengerti tentang fluktuasi harga ekstrem dan seakan minta perlindungan kepada pemerintah terhadap anjloknya harga, karena biaya produksi yang senantiasa meningkat tajam, terutama harga plastik mulsa, pupuk, pestisida, dan bahan bakar untuk memompa dan menyiram tanaman pada saat-saat kritis dan bersamaan dengan musim kemarau. Ketiga, seorang sahabat saya yang menekuni bisnis buah-buahan sejak mahasiswa di era 1980-an ternyata harus mengalami jatuhbangun yang amat dahsyat, karena agribisnis buah-buahan memang penuh tantangan dan resiko. Resiko usaha seperti gangguan cuaca, serangan hama dan penyakit tumbuhan, sebenarnya tidak terlalu berat. Pelaku umumnya telah memperhitungkannya dengan matang. Akan tetapi, resiko usaha menjadi demikian besar ketika pelaku di sektor hulu ini harus menanggung resiko pemasaran, potongan harga, kontribusi promosi dan lain-lain yang diterapkan oleh supermarket dan hypermarket yang menjadi outlet dari pelaku agribisnis buah-buahan. Sistem pembayaran yang umumnya tertunda 2-3 bulan kepada petani buah, sedangkan supermarket dan hypermarket lebih sering menerima pembayaran cash dari konsumen. Sahabat itu akhirnya terjun pada bisnis hortikultura di hilir dengan mengembangkan usaha retail aneka-rupa jus buah, parsel dan paket buah-buahan, sehingga agribisnisnya mampu bertahan dan bahkan berkembang pesat hingga kini.

Bustanul Arifin: Pemerintah seakan terlalu sibuk dengan urusan politik domestik yang sering tanpa ujung, sehingga tidak maksimal dalam melakukan diplomasi ekonomi dan terobosan pasar baru. Keempat, teman saya eksportir bunga hias, yang bermitra dengan petani di Kawasan Puncak, Bogor. ia sedang mengalami stagnasi karena negara tujuan ekspornya sedang bermasalah secara ekonomi. Sebagai pelaku, ia sering sekali merasa harus berjuang sendirian, berjibaku menembus kerasnya persaingan global, bahkan dari sesama negara anggota ASEAN. Pemerintah seakan terlalu sibuk dengan urusan politik domestik yang sering tanpa ujung, sehingga tidak maksimal membantu mencarikan pasar-pasar baru, melaksanakan fungsi intelijen pasar, mengembangkan riset dan strategi peningkatan daya saing, melakukan diplomasi ekonomi dan lainlain. Pameran dagang dan ekspo internasional holtikultura yang seharusnya menjadi arena promosi komoditas florikultura dan bunga eksotis yang nyaris tidak ditemukan di belahan bumi lain, terkadang

hanya berfungsi sebagai kegiatan rutin administratif semata, tanpa rumusan langkah-langkah konkrit yang harus ditindaklanjuti. Strategi proteksi perlu segera diterapkan untuk subsektor sayuran dan buah-buahan, karena pelaku pada subsektor ini umumnya petani kecil dan sangat rentan terhadap gejolak fluktuasi harga. Persyaratan impor komoditas hortikultura yang melibatkan petani kecil ini perlu diperketat, misalnya pada kasus impor kentang dan impor bawang yang benar-benar memukul hajat hidup petani kecil. Strategi proteksi dan promosi yang perlu diterapkan kepada pelaku subsektor buah-buahan, dengan akses informasi dan permodalan yang umumnya lebih baik, adalah intervensi pemerintah untuk memperbaiki struktur pasar buah. Fokus awal perlu diarahkan pada pengawasan dan peningkatan keterbukaan mekanisme pembentukan harga pada pasar-pasar modern, termasuk supermarket dan hypermarket. Setelah langkah ini membawa hasil, fokus dapat dikembangkan pada upaya menembus pasar-pasar internasional, setidaknya di kawasan Asia dan Australia. Terakhir, strategi promosi dan fasilitasi investasi perlu juga diberikan kepada pelaku subsektor florikultura, karena toh mereka juga membawa nama Indonesia di arena internasional. Alokasi kegiatan penelitian dan pengembangan untuk memperbaiki fungsi intelijen pasar, baik pada pasar-pasar tujuan ekspor tradisional, tetapi juga pada pencarian pasar-pasar baru, sebagai alternatif jika pasar ekspor tradisional itu sedang mengalami gangguan. * Tulisan ini pernah dipublikasikan di metrotv.com ** Ekonom Senior INDEF dan Guru Besar Universitas Lampung

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

43


DIALOG

Ir. Ahmad Manggabarani Komisaris Utama PTPN III

Agar Bisa

Swasembada Gula, Harus Ada

Penambahan Lahan

Komoditas Indonesia: Bagaimana tanggapan Anda terkait kebijakan bibit tebu saat ini? Manggabarani:

44

Sistem pembibitan tebu menurut saya saat ini harus ada perbaikan. Sistem penyediaan bibit yang 3 tahun itu harus diperbaiki. Salah satu yang sudah dimulai Direktorat Jenderal Perkebunan ialah kultur jaringan karena sistem pembibitan yang konvensional sudah kurang efektif. Dengan kultur jaringan waktu untuk memanen bibit sudah bisa diperpendek menjadi 18 bulan. Komoditas Indonesia: Bagaimana standardisasi untuk proses pengolahan gula? Manggabarani: Harus, harus ada. Ada Standar Operating Procedur (SOP). Jadi begini, hampir semua perkebunan terutama di Jawa itu milik rakyat, perkebunan tebu rakyat. Kemudian, bantuan pemerintah

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

dalam hal SOP di perkebunan masyarakat tidak bisa menerapkan 100%. SOP dari pemerintah sampai saat ini terkait dengan tiga item; penyediaan bibit, kredit, dan pasar bagi tanaman hasil kebun masyarakat. Komoditas Indonesia : Bibit yang diberikan itu memenuhi standar atau mutunya sudah baik? Manggabarani: Tentu saja sudah bagus, dan bermutu tinggi. Bibit tersebut didapat dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Komoditas Indonesia : Pernahkah ditemukan petani tidak memakai bibit dari pemerintah? Manggabarani: Oh, tidak pernah. Tidak mungkin petani membeli bibit lain. Karena harga bibit itu mahal. Dan distribusi bibit yang dilakukan pemerintah juga bergulir, langsung ke petani. Kemudian, masyarakat mengelola sendiri bantuan yang sudah diberikan oleh pemerintah. Itu merupakan upaya pemerintah meningkatkan produksi menuju swasembada gula. Walaupun target swasembada yang direncanakan tahun

Foto: KI/Uus Suwito

P

emerintah menargetkan bisa swasembada gula di 2014. Banyak pihak menilai rencana itu tidak akan tercapai lantaran dari hulu hingga hilir belum ada perbaikan signifikan. Misalkan pabrik pengelolaan tebu masih peninggalan Belanja alias umurnya sudah tua. Lalu, bagaimana kesiapan produsen gula terkait target pemerintah tersebut? Untuk mengetahui hal itu, wartawan Komoditas Indonesia, Harris Malikus dan Stephanus Nuswantoro mewawancarai Komisaris utama PTPN III Sumatra Utara, Ahmad Manggabarani. Berikut nukilannya.


DIALOG Peningkatan kapasitas pabrik gula juga akan meningkatkan rendemen. Karena tebu yang sudah dipanen tidak perlu harus mengantri untuk diproses menjadi gula. Karena dalam proses penumpukan itu terdapat resiko penurunan rendemen. Foto: KI/Uus Suwito

2014 melihat kondisi sekarang tidaklah mungkin. Untuk konsumsi saja pemerintah masih kurang, sekitar 160 ribu ton masih mengimpor. Sedangkan untuk gula Industri dibutuhkan 2,7 juta ton gula. Swasembada tidak mungkin dicapai kalau tidak ada upaya yang lebih bagus lagi. Kalau mau swasembada pemerintah harus betul betul menciptakan iklim yang bagus. Selain itu juga harus ada penambahan lahan. Tidak hanya intensifikasi yang dilakukan di Jawa, melainkan harus ada ekstensifikasi, penambahan lahan di luar jawa. Komoditas Indonesia : Menambah lahan ini harus jadi prioritas? Manggabarani: Itu harus. Karena dengan menambah lahan maka akan terlihat penambahan kuantitasnya. Komoditas Indonesia: Bagaimana dengan pendapat Mentan bahwa sampai 2014 tidak mungkin ada penambahan lahan. Jadi yang dipakai mutu bibit dengan rendemen yang lebih tinggi? Manggabarani: Kalau sekarang ini, hitung–hitungannya kalau lahan hanya 400 ribu hektar, mau menghasilkan rendemen berapa? Ingat, kebutuhan gula itu 5,7 juta Ton. Kalau hanya 400 ribu hektar mau mendapat rendemen 12, bagaimana caranya itu? Jadi

kita harus realistis melihatnya. Mampukah kita mengubah dalam dua tahun dari rendemen 7 menjadi rendemen 12? Kalau di Jawa, mungkin benar bisa dilakukan. Rendeman dinaikkan lewat kualitas bibit. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa di luar pulau Jawa lahan harus ditambah. Komoditas Indonesia : Bagaimana tanggapan Anda terkait gula rafinasi yang sampai ke konsumen. Apakah itu karena gula impor yang tersebar? Manggarani: Jangan dicampuradukan. Gula yang diproduksi di pulau Jawa itu untuk konsumsi. Akan tetapi dalam persoalan swasembada itu harus dijumlah antara kebutuhan konsumsi dan kebutuhan industri. Kuncinya untuk mendapat swasembada 2014 adalah perluasan lahan. Komoditas Indonesia : Peningkatan bibit tebu seperti apa? Manggabarani: Lewat kultur jaringan. Berapapun bibit yang dibutuhkan bisa tersedia dan prosesnya sangat cepat. Jadi, bila ada tanaman tebu yang bagus langsung bisa dikloning, dan diperbanyak jumlahnya dan sifatnya tidak berbeda dengan induknya. Kemudian juga waktunya lebih pendek untuk mendapatkan bibit tersebut. Kultur jaringan juga sudah

dimulai sejak 3 tahun yang lalu. Untuk sementara kultur jaringan untuk bibit tebu, pemerintah masih bekerjasama dengan PPPGI. Belum dibuka untuk swasta. Komoditas Indonesia: Pihak swasta bisa menghasilakan 12 rendemen untuk tebu, mengapa hal tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah? Manggabarani: Masalahnya kalau swasta itu, kan, semua faktor dia kuasai. Mulai dari tanah, bibit, sampai pebrik dan petani bisa mengikuti SOP pengolahan tebu. Sedang untuk perkebunan yang dikelola pemerintah itu sulit, petani banyak keterbatasan. Antara perkebunan swasta dan petani tidak bisa dijadikan perbandingan. Komoditas Indonesia: Saat ini mayoritas pabrik gula mayoritas peninggalan Belanda. Kapan akan dibangun pabrik baru? Manggabarani: Memang 80% pabrik gula kita peninggalan Belanda. Akan tetapi, mesin pabrik, dan alat lain-lainnya sudah diperbaharui. Jadi hanya bangunan saja. Sebenarnya yang menjadi masalah bukan di pabriknya. Melainkan di efisiensi pabrik. Kita punya banyak pabrik, sekitar 52, akan tetapi kapasitasnya beragam. Ada yang 5.000 ton per hari, ada yang 1000, ada yang 2000. Jadi, tidak efisien. Harusnya dari 52 pabrik tadi dibuat 10 – 15 pabrik tapi semuanya ditambah kapasitasnya. Misalnya misalnya sampai 10 – 15 ribu ton setiap pabriknya. Hal seperti itu pun sudah dilakukan di Thailand. Peningkatan kapasitas pabrik ini juga akan meningkatkan rendemen. Karena tebu yang sudah dipanen tidak perlu harus mengantri untuk diproses menjadi gula. Karena dalam proses penumpukan itu terdapat resiko penurunan rendemen.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

45


TIPS

Foto: KI/Uus Suwito

Aerob System,

Produksi Padi Jadi Maksimal Kebutuhan padi sebagai bahan pangan pokok sangatlah krusial. Targetan pemerintah yang ingin mengulang kesuksesan swasambada pangan haruslah didukung dengan berbagai cara. Salah satu cara agar menggenjot hasil produksi adalah dengan cara yang organik.

K

ali ini, PT. Silva Tropika Kultura sebagai perusahaan yang fokus ke bidang inovasi dan kultur jaringan telah menemukan cara yang bisa menambahkan hasil produk padi. Alhasil, dari panen normal per hektar yang hanya bisa menghasilkan 5 sampai dengan 7 ton gabah, dengan cara dari PT. Silva Tropika Kultura, hasil panen

meningkat dua kali lipat. Tercatat dari hasil beberapa percobaan yang dilakukan, terkumpul sebanyak 12 ton gabah per hektar yang mampu dihasilkan. Bagaimana caranya agar panen padi bisa membludak? Kami tak ragu untuk membaginya kepada pembaca Komoditas Indonesia. Karena cara ini cukup sederhana dan mudah dilakukan.

Pertama adalah tahap pembibitan

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bibit yang didapat juga harus unggul. Cara mendapatkan bibit yang memiliki daya tumbuh tinggi cukup mudah, yakni dengan larutan garam. 1. Siapkan air dalam ember sesuai dengan banyaknya benih padi yang akan disortir serta garam untuk dilarutkan 2. Untuk ukuran keasinan larutan Anda bisa mengukurnya dengan sebuah telur. Masukkan telur terlebih dahulu. Kemudian masukkan garam sedikit demi sedikit. Hentikan sampai telur akhirnya mengapung 3. Masukkan benih padi dan aduk hingga benih rata terkena air garam 4. Akan terjadi bibit padi yang terapung dan tenggelam. Pilih bibit padi yang tenggelam 5. Kemudian bilas bibit padi tadi dengan air bersih minimal dua kali dengan air tawar Setelah Anda mendapatkan bibit padi yang berkualitas, padi harus diperam sebelum disemai. Nah, cara memeram benih sebelum disemai pun cukup mudah. 1. Setelah benih padi dibilas, benih direndam kembali dengan air bersih selama kurang lebih sejam. Lalu tiriskan hingga tak ada air yang menetes 2. Benih yang lembab tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni, karung terigu atau kain katun dan dibiarkan selama 2 hari dalam ruangan yang terlindungi. Setelah dua hari akan nampak pada pangkal benih berwarna putih yang menandakan bahwa akar benih telah mulai tumbuh dan telah siap disemai dalam persemaian 3. Benih yang mengalami proses peram memiliki daya tumbuh lebih cepat dibandingkan yang tidak. Dan benih padi pun siap ditaruh di sawah

46

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012


TIPS Kedua adalah tahap perendaman Pada tahap ini, perlu kesabaran yang lebih, sebab Anda harus sering memerhatikan detail kecil. Padi harus direndam dalam air dengan catatan hanya setinggi 0,5cm (media cenderung seperti lumpur). dari permukaan tanah. Hal ini diperlukan untuk menjamin kecukupan suplai air tanpa harus berlebihan. Dampak tanaman padi kelebihan air adalah akan mudah terserang penyakit. Sebab air menjadi media yang baik untuk tempat berkembangbiaknya hama yang merugikan.

Ketiga adalah pemberian pupuk organik dengan Tanaman padi lebih bagus menggunakan pupuk organik. Sebab PT. rusak. tidak tanah di ung terkand yang hara unsur , menggunakan pupuk organik dalam a Tersedi Manjat. nama dengan organik pupuk Silva Tropika memproduksi Organik bentuk Manjat Vermi Kompos Plus, Manjat Vermi Kompos Padat, Pupuk Manjat. Cair Hayati Pupuk Manjat, Cair Granul Manjat, Pupuk Organik untuk Untuk hasil padi yang maksimal, kami merekomendasikan penggunaan ingan perband itu, ara Sement . hektare 1 seluas lahan untuk manjat cair dosis 70 liter air. liter 1 untuk cc 20 adalah air dengan Manjat Cair penggunaan Pupuk Organik e tanah Pupuk Organik Cair Manjat mengandung campuran mikroorganism Selain tanah. biologi dan fisik angan keseimb a menjag fungsional. Penting dalam i efisiens katkan mening dan n tanama uhan pertumb u itu, Manjat juga bisa memac penggunaan pupuk jika dibandingkan dengan pupuk organik merek lain.

Keempat adalah perendaman pupuk Bagian ini adalah bagian yang terpenting. Agar pupuk Manjat bekerja, tanaman dibiarkan selama seminggu dalam rendaman pupuk organik(tidak tergenang, tidak kering-cenderung lembab basah). Setelah seminggu, padi baru dialiri air seperti proses pengairan yang biasa dilakukan di desa-desa. Tujuannya agar mendapatkan air yang lebih jernih untuk proses pernapasan tanah. Selama proses perendaman dan pengairan, dipastikan tidak ada hama yang mengganggu. Seperti juga pada sistem budidaya konvensional, pengendalian hama dan penyakit sangat dianjurkan menggunakan metoda PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Penggunaan perangkap dapat digunakan untuk mengendalikan belalang, walangsangit, dan keong atau siput. Kemudian, hal yang sama seperti di atas diulangi setiap dua minggu. Tunggu hasil panen. Dari catatan kami, kenaikan produksi dapat mencapai 60 s/d 70%. Silahkan mencoba.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

47


Kenapa Muncul Bercak di Batang dan Daun Pohon Mangga?

S

elamat atas terbitnya majalah Komoditas Edisi Perdana. Isinya cukup bagus dan sangat informatif buat kalangan petani di daerah saya. Begini, saya mau tanya tentang masalah tanaman buah Mangga. Saya pernah mengalami kondisi tanaman saya pada daun terjadi bercak-bercak tidak teratur dengan ukuran kurang dari 5 mm, kecuali bila terjadi penyatuan bercak-bercak tersebut. Pusat bercak juga sering pecah sehingga menyebabkan bercak sering berlubang. Serangan juga terjadi pada batang muda dengan bercakbercak berwarna kelabu yang bisa berkembang. Bahkan pada tahap kritis, bercak tersebut bisa memutari batang yang dapat menyebabkan matinya bagian yang terserang. Pada bunga juga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam terutama pada cuaca lembab. Dan seringkali bisa kembang rontok sebagian atau seluruh kuncupnya. Saya mencari jenis penyakit tanaman tersebut dan mencoba mencari tahu penanggulangannya tapi belum ketemu. Terima kasih. Jaka Penalosa – Ciamis

48

Redaksi Terimakasih Jaka atas suratnya yang sampai ke meja redaksi kami. Kalau dari keterangan Anda, kami mendiagnosa tanaman Mangga Anda terkena patogen Antranosa. Patogen dapat bertahan pada ranting-ranting yang sakit di pohon atau pada daun-daun yang terinfeksi di pohon atau permukaan tanah. Pada cuaca lembab dan berkabut patogen membentuk spora atau konidium. Spora keluar dari aservulus seperti lendir berwarna merah jambu, dan spora tersebut disebarkan oleh percikan air hujan dan oleh serangga. Infeksi pada buah dapat terjadi melalui inti sel pada buah yang matang dan poripori pada buah yang masih hijau. Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat cocok untuk pembentukan spora dan sangat cocok untuk pembentukan spora dan terjadinya infeksi. Berita baiknya, patogen tidak tumbuh

pada kelembaban kurang dari 95°C . Pada tanaman Mangga, tingkat ketahanannya dipengaruhi dari jenis Mangga. Sayangnya Anda tidak memberikan jenis Mangga apa yang Anda tanam. Nantinya. dalam tahap yang lebih parah, buah mangga juga dapat terinfeksi. Pada buah-buah yang matang terlihat gejala yang khas yaitu bercak-bercak hitam pada bagian kulit, yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu dan daging buah membusuk. Untuk penanganannya cukup mudah. Perhatikan tempat Anda bertanam. Apakah lahan basah atau tidak? Jika ya, sebaiknya dipindahkan. Rawat tanaman Mangga dengan pemberian pupuk yang tepat. Dan perhatikan jarak antar tanaman Mangga. Jangan terlalu dekat. Dan yang paling penting adalah adalah sanitasi ranting setelah masa panen.

Bagi Anda yang memiliki masalah terkait dengan pertanian, perkebunan atau peternakan, bisa ditanyakan pada redaksi dengan mengirimkan email ke redaksi@komoditasindonesia. com. Pertanyaan akan dijawab dengan segera pada halaman web kami. Dan akan ditampilkan pada majalah Komoditas Indonesia edisi berikutnya.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

Foto: KI/Uus Suwito

KONSULTASI


INTERMEZZO

HARGA IKLAN MAJALAH KOMODITAS INDONESIA Periode 25 Februari 2011 s/d 25 Juli 2012

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nama Cover 2 Cover 3 Cover 4 1 Halaman Dalam 1 Halaman Dalam Double Halaman Dalam Double Halaman Dalam ½ Halaman ¼ Halaman Ucapan (1/8 Halaman)

Keterangan : 1. Cover Majalah 2. Kertas isi

Ukuran 205 x 275 mm 205 x 275 mm 205 x 275 mm 205 x 275 mm 205 x 275 mm 410 x 275 mm 410 x 275 mm 205 x 137,5 mm 102,5 x 137,5 mm 102,5 x 68,75 mm

Harga 12.000.000,12.000.000,14.000.000,8.000.000,10.000.000,14.000.000,16.000.000,5.000.000,3.000.000,1.000.000,-

Keterangan Full Colour Full Colour Full Colour Full Colour Display Full Colour Advertorial Full Colour Display Full Colour Advertorial Full Colour Full Colour Full Colour

: Art Paper 150 gr. : Art Paper 85 gr.

Discount : 1. Pemasangan Iklan selama 3 Bulan berturut –turut discount 30 %. 2. Pemasangan Iklan selama 6 Bulan berturut-turut discount 40 %. 3. Pemasangan Iklan selama 12 bulan discount 50%. 4. Pemasang Iklan 3 bulan atau lebih berturut-turut secara otomatis akan termuat di iklan Web. Kontrak & Pembayaran : 1. Kontrak ditanda tangani dan materi iklan diterima redaksi 1 minggu sebelum majalah terbit. 2. Pembayaran dilakukan 1 minggu setelah majalah terbit. Materi Iklan : 1. Redaksi hanya menerima materi iklan dalam bentuk file (via Email maupun Removable Disk). Rekening KOMODITAS INDONESIA 2. Format File : JPG / JPEG / PNG / PSD / TIFF Bank : Mandiri Cabang Gd. Pusri 3. Bleed : + 0,5 cm Atas Nama : Silva Tropika Kultura PT 4. Resolusi Min. : 72 pixel / inchi No. Rekening : 116 000 411 7082 5. Size Min. : 2 MB atau Bank Atas Nama No. Rekening

: BRI Cabang Cut Mutiah : Silva Tropika Kultura PT : 02 300 100 211 304

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

49


INOVASI DAN TEKNOLOGI

Foto: Google

Menanam Padi Sistem Jajar Legowo Sebagai negara agraris, masyarakat Indonesia punya beragam cara menanam padi, salah satunya adalah dengan sistem jajar legowo Oleh: Citra Nuraini

M

enanam padi ternyata memiliki beberapa cara. Salah satu cara menaman padi ialah metode jajar legowo. Penanaman padi dengan metode legowo sebenarnya bukan hal baru dan telah ada sejak dulu. Sistem ini merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo diambil dari bahasa Jawa, Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo. Lego berarti luas dan dowo berarti memanjang. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo ialah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai

50

tanaman barisan pinggir. Umumnya tanaman pinggir akan menunjukkan hasil lebih tinggi atau lebih rendah dari tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Banyak manfaat yang bisa diambil petani dari cara tanam jajar legowo. Di antaranya tanaman padi bisa terkena sinar matahari lebih banyak karena jaraknya yang lebar. Dengan sinar lebih banyak, maka proses fotosintesis akan lebih cepat dan akan mendapatkan bobot buah padi yang lebih berat. Manfaat sinar matahari yang lebih banyak juga bisa menekan serangan penyakit padi karena kelembaban yang semakin berkurang. Hama tikus pun dapat ditekan. Sebab pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya. Di lahan yang lebar pula, petani bisa dengan mudah melakukan pemupukan dan pengendalian hama atau penyakit. Dan yang terakhir, jangan pikir dengan sistem ini akan menghabiskan lahan, justru hasil panen yang diraup nanti akan lebih banyak sebab bisa menambah populasi tanaman padi.

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

Nah, dalam melakukan tanam padi dengan sistem jajar legowo juga ada beberapa jenisnya. Kebanyakan petani menggunakan sistem perbandingan agar mudah menanamnya dan mengklasifikasikan. Pertama adalah sistem jajar legowo 2:1. Di model ini setiap dua baris diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Namun jarak tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam dalam barisan. Untuk jenis yang kedua adalah jajar legowo 3:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Jarak tanam tanaman padi yang di pinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam yang di tengah. Kemudian yang ketiga dengan model jajar legowo 4:1. Setiap tiga baris tanaman padi diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan. Demikian seterusnya. Jarak tanam yang di pinggir setengah dari jarak tanam yang di tengah.


INOVASI DAN TEKNOLOGI Menghitung Jumlah Tanaman Dengan Sistem Legowo

W

alaupun kita sudah tahu sistem perbandingannya, perlu ada perhitungan jumlah tanaman padi. Untuk menghitung peningkatan populasi dengan sitem tanam jajar legowo bisa menggunakan rumus : 100% X 1 : ( 1 + jumlah legowo). Contohnya adalah: )) Untuk legowo 2:1 peningkatan populasinya adalah : 100% X 1 : (1 + 2) = 30% )) Untuk legowo 3:1 peningkatan populasinya adalah : 100% X 1 : (1 + 3) = 25% )) Untuk legowo 4:1 peningkatan popuasinya adalah : 100% X 1 : (1 + 4) = 20% )) Untuk legowo 5:1 peningkatan popuasinya adalah : 100% X 1 : (1 + 5) = 16,6% Sistem 2 : 1

Sistem 3 : 1

Sistem 4 : 1

Sistem 5 : 1

Teknik Penerapan 1. Pembuatan Baris Tanam Persiapkan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta biaya yang terjangkau. Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan. 2. Tanam Umur bibit padi yang digunakan sebaiknya kurang dari 21 hari. Gunakan 1-3 bibit per lubang tanam pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Pada alur pinggir kiri dan kanan dari setiap barisan legowo, populasi tanaman ditambah dengan cara menyisipkan tanaman di antara 2 lubang tanam yang tersedia. 3. Pemupukan Pemupukan dilakukan secara alur pada tempat yang berjarak 20 cm dan posisi yang memupuk pada tempat yang berjarak 40 cm. Dengan cara ini hanya 40 % dari lahan yang diberi pupuk dan pupuk terkosentrasi sepanjang tempat yang berjarak 20 cm, serta pupuk lebih dekat dengan perakaran sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal. 4. Penyiangan Pada cara tanam ini penyiangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan landak atau osrok cukup satu arah yaitu searah dalam barisan dan tidak perlu dipotong seperti pada cara tanam bujur sangkar. Jarak tanam dalam barisan 10 cm tidak perlu dilakukan penyiangan karena gulma akan kalah berkompetisi dengan pertumbuhaan tanaman padi. Dengan cara tanam ini, biaya penyiangan dapat di tekan sampai 50%. KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

51


Seminar Pertanian

KULTUR JARINGAN SE BAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGA N NASIONAL Santika Hotel, Bogor Senin-Selasa, 7-8 Mei 2012

Keynote Speaker: Su

swono, Mentan RI

Come and Join Us!

Berlangganan MAJALAH INDONESIA selama 1 Tahun

Dapatkan Diskon hingga Rp 240.000

25

%

Rp 180.000*

52

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

*untuk periode 2012-2013


AGENDA an ers Kebijak P i s n re fe n Ko rtikultura o H r o p Im an Pengawas

6 Februari

Kementerian Pertanian akan tetap menerapkan regulasi pengetatan produk impor hortikultura pada Maret mendatang. Hal ini disampaikan Menteri Pertanian, Suswono dalam konferensi Pers Kebijakan Pengawasan Impor Hortikultura. Di acara tersebut juga dihadiri Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian, Banun Harpini; Dirjen Hortikultura Kementan, Hasanudin Ibrahim; dan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Zaenal Bahruddin. Regulasi pengetatan impor holtikultura diatur dalam tiga peraturan baru. Permentan Nomor 88 Tahun 2011, Permentan Nomor 89 Tahun 2011, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 90 Tahun 2011. Aturan ini menjelaskan tentang pengaturan volume impor, waktu pemasukan, dan tempat masuknya impor.

13 Februari

Diskusi Terbata s Foru Wartaw an Perta m nian

Isu penolakan sa wit dari Indonesi di negeri ini. H a oleh Amerika al itu terkait de Serikat menjadi ngan kebijakan topik hangat (EPA) untuk pe Environmental ngurangan emis Protection Agenc i gas rumah kaca (biofuel). Berda y (GRK) dari baha sarkan peratura n bakar nabati n tersebut, hasi sawit Indonesia l analisa menun yang masuk ke jukkan minyak pasar Amerika 17% untuk Bio masih di bawah diesel dan 11% standard yaitu un tuk Renewable Untuk itu, Kem Diesel. enterian Pertan forum wartawan ian mengadaka n diskusi terbat pertanian. Disk usi yang diadak as bersama Depertemen Pert an di Press Roo anian ini turu m Gedung A, t dihadiri oleh Minyak Kelap Ketua Pelaksan a Sawit Indone a Harian Kom sia, Rosdiana Biotechnology Di isi Soeharto; Plan vision PT Sinar t Production & Mas Agribusin Tony Liwang; se ess and Techno rta Atase Pertan logy (SMART) ian Kedutaan B , esar AS di Jakart a Dennis Vobori l.

Laporan Tahunan Pemanfaatan Tanaman Bioteknologi

20 Februa

ri

Indonesian Biotechnology Information Centre (IndoBIC) dan Badan Litbang Pertanian kembali mengadakan seminar dengan tema “Global Overview of Biotech/ GM Crops 2011: Current Status, Impact and Future Prospecta“ di Auditorium Gedung D Departemen Pertanian. Acara yang turut didukung oleh beberapa organisasi yang bergerak dibidang pertanian ini turut menghadirkan.Clive James selaku Direktur ISAAA. Dari laporan yang dibawa ISAA menjelaskan selama 2011 terdapat tambahan area tanam sebesar 12 juta hektar atau naik sebesar 8% dibandingkan tahun 2010 yang hanya menyentuh 148 juta hektar. Adopsi bioteknolgi pada 160 juta hektar ini dikerjakan oleh 16,7 juta petani di 19 negara berkembang dan 10 negara industri. Sejak tahun 1996, penerapan tanaman biotek telah meningkat 94 kali lipat. Ini menunjukan tanaman biotek menjadi teknologi tanaman yang diadopsi tercepat dalam sejarah. KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

53


PUCUK

Mantra

Swasembada Oleh: Oedin

S

wasembada. Satu kata itu seperti mantra sakti bagi pemerintah. Kata itu bisa jadi senjata pamungkas pemerintah ditengah berbagai sorotan kinerja buruk di berbagai bidang. Namun, kita mau kritis, rata-rata target swasembada di 2014. Ada apa engan 2014? Siapapun tahu, 2014 merupakan tahun yang penting bagi partai politik dalam memperebutkan suara rakyat. Jika swasembada tercapai, bisa jadi tameng kegagalan' kebijakan lain. Paling hangat tentu saja target besar pemerintah swasembada gula di 2014. Kita tahu betul, gula bagi petani saat ini masih terasa pahit. Sudah harga jual rendah, mereka juga dikerjai dengan melubernya gula rafinasi ke pasaran. Jelas saja, gula yang diperuntukan untuk industri itu, merusak harga jual. Lagi-lagi petani dirugikan. Indonesia memang pernah punya masa keemasan industri gula. Tapi, itu hampir seratus tahun lalu di mana Belanda masih bercokol di bumi pertiwi. Kala itu, Indonesia atau masih dikenal Hindia Belanda, pernah menjadi eksportir gula terbesar di dunia setelah Kuba dengan ekspor hampir dua juta ton per tahun. Kini, boro-boro ekspor, untuk memenuhi kebutuhan warga saja harus impor. Zaman dan rezim berganti. Apakah pabrik gula sudah berganti lebih baik? Saya rasa tidak. Kualitas mesin meski sudah diganti masih kalah jauh dengan Thailand atau Malaysia. Peta industri gula internasional

54

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

juga berubah drastis. Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, Indonesia terus turun derajatnya. Dari negara pengekspor menjadi negara pengimpor gula. Sejak tahun 1970, terjadi penurunan produksi gula 2,1% per tahun. Penyebabnya sangat beragam seperti kualitas pabrik yang rendah, kualitas teknis, budidaya perkebunan tebu dan kondisi pabrik gula di Jawa yang memperoleh pasokan bahan baku dari tebu rakyat jumlah maupun mutunya menurun. Semua masalah itu disadari pemerintah. Lalu, mengapa tak berubah? Tak ada niat menyejahterakan petani gula. Banyak pihak menilai target swasembada tak akan tercapai karena persoalan hulu dan hilir tak kunjung beres. Mestinya, jika niat serius swasembada, di bagian hilir, revitalisasi dan restrukturisasi pabrik gula di Jawa menjadi kebutuhan mendesak. Pemerintah bisa belajar dari pabrik swasta berskala besar, seperti Sugar Group, Gunung Madu Plantations, dan Kebun Agung. Mereka semua pabrik besar dan bisa dikelola secara efisien. Di bagian hulu, ada masalah mendasar yakni rendahnya rendemen gula yang rendah. Lonjakan produksi sulit diharapkan jika rendemen hanya 7 persen, sementara potensinya 12-14 persen. Setiap kenaikan rendemen sebesar 1 persen, terdapat potensi tambahan produksi gula sekitar 300.000 ton. Soal lain, ketika produksi petani belum naik, gula impor terus membanjiri pasar. Jelas sudah, bagi petani rasa gula tak pernah manis!


Pueraria Javanica Ex. Thailand

Colopogonium Mucunoides Ex. Lokal

Centrocema Pubescens Ex. Lokal

)) Kapak (Harvesting Axe) )) Dodos (Harvesting Chisel) ukuran standar 3’, 4’, 5’, 6’ )) Egrek Hitam dan Putih (Harvesting Sickle) )) Tojok (Harvesting Lifhter) )) Gancu (Harvesting Hook) )) Gagang Egrek (Aluminium Harvesting Pole) )) Clamp Egrek (Sickle Clamp)

)) Polybag Kecil (Baby Polybag) 15/7,5 cm x 22 cm x 0,09 mm )) Polybag besar (Large Polybag) 40/20 cm x 50 cm x 0,18 mm )) Polybag dengan berbagai ukuran

)) Herbisida )) Insektisida )) Pestisida )) Fungisida )) Rodentisida )) Nematisida

Mucuna Bracteata Ex. India

Mucuna Cochinshinesis Ex. Lokal

Colopogonium Caeruleum Ex. Philipine

Contact Person: Julius (0857 2650 7710) Akjab (0818 0712 5494) Ismail (0812 3575 2399) Sasmito (0815 2263 9429)

PT. MAGADA BORNEO AGRO Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor 16969 Jawa Barat, INDONESIA Phone: (021) 8243 5851 Fax: (021) 8243 5851 magadaborneoagro@yahoo.com

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

55


Pupuk Organik Bermikroba Pupuk Organik Asli yang sudah TERUJI !!! Mengatasi Segala Jenis Hama Tanaman dan Mempercepat Tumbuh Tanaman Mengandung: Humin, Asam Fulfik, Asam Humus, NPK Lengkap, Bahan Organik Tinggi, Hormon Tumbuh Tanaman, dan diperkaya dengan Mikroba Potensial untuk tanah dan tanaman. Dicari:

DISTRIBUTOR

untuk wilayah Jabodetabek dan Pulau Jawa Hubungi: (021) 549 3951

Produksi:

PT. SILVA TROPIKA KULTURA

56

KOMODITAS INDONESIA • EDISI II • TAHUN I • MARET 2012

No. Izin DEPTAN: L678 / ORGANIK / DEPTAN-PPI / IX / 2010

Forestry and Agriculture Biotechnology Jakarta silvatropika@gmail.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.