P. Jawa Rp 18.000 Luar P. Jawa Rp 20.000
Edisi I . Tahun I . Februari 2012
Sajian Utama
Impor Beras
AGRIBISNIS
Berbisnis Jabon Merah
INOVASI & TEKNOLOGI Teknik In Vitro
Indonesia Menuju
Ketahanan Pangan Pemerintah Masih Suka Impor Beras1 Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
Selamat dan Sukses atas terbitnya Majalah
PTPN III
Sampoerna Agro
2
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
Wartawan Komoditas Indonesia tidak dibenarkan menerima imbalam atau tips dalam bentuk apa pun dari narasumber terkait dengan tugas jurnalitik.
Salam Redaksi PELINDUNG Ir.Hilman Manan PEMIMPIN UMUM Stephanus Nuswantoro PEMIMPIN REDAKSI Bejo Untung WAKIL PEMRED Oedin Dewan Redaksi Maruli Gultom (cc) Ir. Winarno (cc) Dali S Naga (cc) Team Ahli Agriculture and Forestry Ir. Linus Sisman Siswoyo Dr. Ir. Ika Mariska Soedharma Ir. Didi Rahmanto Sekretaris Redaksi Aisha Devianti Redaktur Pelaksana Jabbar Ramdhani Reporter Citra Nuraini Harris Malikus Web Master Sugeng Sutrisna
Salam Sejahtera!
S
etelah enam bulan bermain di dunia maya, akhirnya kami dapat hadir dalam wujud fisik berupa majalah. Media ini, kami fokuskan pada dunia perkebunan, pertanian, dan kehutanan. Kami bercita-cita, Majalah Komoditas Indonesia ini tidak hanya menjadi jembatan informasi, tetapi juga dapat menjadi referensi bagi semua kalangan. Baik petani, pelaku usaha, serta masyarakat yang peduli akan dunia pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Obyektivitas berita, validitas data, serta bahasa yang mudah dicerna akan menjadi komitmen kami dalam menyampaikan informasi kepada para sidang pembaca sekalian. Dengan dukungan dari pelaku pertanian, perkebunan, kehutanan, LIPI, Kementan dan Laboratorium PT. Silva Tropika Kultura membantu kami lahir dengan sempurna. Tak hanya informasi yang kami sampaikan tetapi lebih dari sebuah proses pendidikan yang tak pernah berhenti untuk terus menggali teknologi-teknologi pertanian dan perkebunan. Sehingga mampu memberikan solusi-solusi alternatif bagi sidang pembaca sekalian. Menjembatani penemuan pakar, petani, pelaku bisnis dan kebijakan pemerintah menjadi langkah kami dalam menumbuhkan dan mengarahkan bisnis agrikultur yang ramah lingkungan dan bermartabat bagi masyarakat. Tak mengurangi cita-cita kami, dukungan dan kritikan dari pembaca menjadi pupuk bagi kami agar kami bisa tumbuh besar dan produktif. Membangun dunia pertanian Indonesia yang begitu kaya sumber dayanya.
Design Layout Aloysius Diaz Aditia
Terima kasih.
Fotografer Uus Suwito
Stephanus Nuswantoro Pemimpin Umum
Sirkulasi & Distribusi Ign. Samudra KONTRIBUTOR NTB Yusup Suteja KONTRIBUTOR JATENG Hariyanto Rita PT. Silva Tropika Kultura Alamat Redaksi PT. SILVA TROPIKA KULTURA JL. Gili Sampeng II/49 Kebon Jeruk Telp: 021-5490379 Fax : 021-5493951 redaksi@komoditasindonesia.com
Laboratorium: Puspa Sari Blok Pertanian Citeureup – Bogor
Produksi: Jl. Kanci Jati Seeng Kubag Deleg Karang Wareng - Cirebon
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
3
the
contents SAJIAN UTAMA
10
Impor Beras Kebijakan impor dinilai hanya jalan pintas menutup kekurangan beras. Tak sejalan dengan niatan pemerintah memperkuat ketahanan pangan. Kalangan petani jelas dirugikan. Ada tudingan impor hanya menguntungkan kalangan tertentu yang bermain dijalur distribusi.
20
talk review
BUDIDAYA
26
Soegiono, Peneliti INDEF
“Swasembada kok Impor?�
Pemanfaatan Lahan untuk
Bawang Putih
Katanya swasembada bahkan surplus, tapi ada impor?
30 RAGAM
LIDAH BUAYA 4
29
Menciptakan Bibit Untuk
Ketahanan Pangan Indonesia
Sugeng, Direktur Utama PT. Silva Tropika Kultura
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
P. Jawa Rp 18.000 Luar P. Jawa Rp 20.000
Edisi I . Tahun I . Februari 2012
Sajian Utama
Foto Cover: Uus Suwito Desain: Diaz Aditya
Stop Impor Beras !
AGRIBISNIS
Berbisnis Jabon Merah
INOVASI & TEKNOLOGI Teknik In Vitro
meneropong
Ketahanan
Pangan
Pemerintah Masih Suka Impor Beras
34
32
KABAR PETANI
Gurihnya Mete
Wonogiri AGRIBISNIS
Berbisnis
Jabon Merah
MANCANEGARA
INOVASI & TEKNOLOGI
Teknik In Vitro
36
38
Petani Dunia Risaukan
Cuaca Ekstrim TIPS
Bukan Halangan Lagi
Menanam Cabai di Musim Hujan
45
50
DIALOG
Megain Widjaja Direktur Utama ICDX
“Kita harus Menjadi
Penentu Harga” Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
5
PENGANTAR
Jangan Jadi Program Sehari
I
su ketahanan pangan saat ini tengah jadi sorotan sekaligus menjadi kekhawatiran di berbagai belahan dunia. Kekhawatiran yang beralasan lantaran saat ini dunia dihadapkan pada sebuah krisis ekonomi di sejumlah negara Eropa. Belum lagi perubahan iklim yang tak menentu hingga laju penduduk dunia yang begitu cepat. Mewujudkan ketahanan pangan jelas tak mudah. Diperlukan kerjasama berbagai lembaga yang solid. Tak hanya itu saja, masyarakat juga harus diajak bersama-sama dan tak hanya menjadi objek kebijakan. Misal, kalangan petani diberi kesempatan dan peluang lebih besar mengelola perkebunan. Jangan lagi ada kekerasan petani oleh aparat. Selanjutnya, kalangan perbankan memberi kredit murah, pemerintah daerah membuka akses pasar, hingga dorongan dari berbagai perusahaan guna menjadikan mereka lebih melek perkembangan
6
teknologi pertanian. Sehingga bisa lebih produktif. Saat ini, pemerintah memang sudah punya program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) yang melibatkan sejumlah Badan Usaha Milik Negera (BUMN) sebagai salah satu antisipasi dan wujud ketahanan pangan. Tentu, kita berharap gerakan itu memiliki gaung dan efek nyata. Tak melulu sebuah gerakan yang hampa. Empat perusahaan BUMN PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pusri dan Perum Perhutani, yang sudah tergabung dalam GP3K, diharapkan bisa bekerja cepat serta menunjukan manfaat nyata bagi masyarakat terutama kalangan petani. Jika GP3K berada di lingkup korporasi, program ketahanan pangan ditingkat masyarakat digenjot melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program ini secara sederhana mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lingkungan di sekitar rumah seperi halaman. Pemerintah berharap program itu bisa ikut membantu manakala kebutuhan dan harga pangan melonjak. Untuk itu, ragam tanaman pun diprioritaskan pada jenis yang sehari-hari dibutuhkan masyarakt. Kita tentu berharap, program
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
yang digulirkan oleh Presiden tersebut tidak hanya berjalan ketika Presiden meninjau atau berjalan baik di hari pertama. Makanya, Kementrian Pertanian, harus mau memberikan berbagai dukungan pada masyarakat meliputi cara menanam, penyuluhan, hingga memberikan berbagai bibit gratis pada masyarakat. Hal ini tentu lebih nyata dan lebih mampu mendorong masyarakat untuk mendukung program tersebut.. Di luar program dua tadi, pemerintah sendiri sebenarnya sudah punya program jelas berkaitan isu ketahanan pangan melalui Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Dalam dokumen itu, pemerintah mengakui bahwa masih ada persolan gizi buruk, akses tangan yang belum merata, akibat dari masih adanya pola yang salah dalam mengelola kebijakan pangan dan pertanian. Contoh nyata tentu saja berkiatan dengan struktur penguasaan tanah yang sungguh timpang. Petani hanya punya 0,3% lahan, sementara perusahaan besar melalui selembar kertas bertuliskan lewat Hak Guna Usaha (HGU) mampu menguasai tanah hingga ratusan ribu hektar. Ketika petani ingin menggarap, mereka tak punya akses. Akhirnya hanya jadi buruh. Inilah potret yang masih terjadi. Semoga saja berbagai program dan rencana aksi lebih bergigi dan bukan hanya janji.
?
Gambaran Iklim 2012
Naga Air Mengguyur 2012 Menurut data dari BMKG curah hujan sangat tinggi yaitu 116 – 130% akan mengawali tahun 2012 ini. Tingginya curah hujan tersebut dilihat dari prakiraan curah hujan pada akhir Desember yang rata – rata hanya mencapai 106 – 113%. Tingginya curah hujan ini disinyalir oleh beberapa pengusaha dan Kemtan akan menurunkan tingkat produksi pangan. Karena curah hujan berlebih datang pada waktu musim panen. Januari – April. Berikut data Prakiraan curah hujan Indonesia.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
7
SAJIAN UTAMA Konteks Riil Produksi Pangan
Produksi Dianggap Cukup, Kini Tinggal Peningkatan Sindiran pemerintah hanya jago merencanakan, boleh jadi, memang benar adanya. Contoh nyata bisa dilihat dari target produksi pangan. Mengacu data Badan Pusat Statistik sampai kuartal III, dari target produksi pangan tahun lalu, terutama padi sebesar 68,06 juta ton Gabah Kering Giling (GBK), hanya tercapai 65,39 juta ton GKG alias turun 1,63%. Pemerintah beralasan target produksi tidak tercapai karena kemarau panjang.
Oleh: Jabbar Ramdhani
S
ebenarnya, meski secara nasional produksi mengalami penurunan, di daerah Papua justru mengalami peningkatan yakni mencapai 113.393 ton gabah kering giling (GKG). Naik sebesar 10.783 ton atau naik 10,51 % dibandingkan tahun 2010 sebesar 102.610 ton GKG. Peningkatan produksi diperkirakan karena kenaikan luas panen 2.09 8 hektar atau 7,86 % dan produktivitasnya naik sebesar 0,94 kuintal per hektar. Kontribusi produksi padi Papua tahun lalu sebesar 0,17 % terhadap produksi padi Nasional.
8
BPS mencatat, kontribusi produksi padi wilayah luar Jawa sebesar 47,77 % dan kontribusi padi wilayah Jawa sebesar 52,23 %. Meski tahun lalu target tak tercapai, Kementrian Pertanian (Kemtan) justru berani menaikkan target produksi menjadi 72 juta ton GKG di tahun ini. Menteri Pertanian Suswono optimis target bisa dicapai lantaran didukung berbagai daerah penghasil beras. Meski optimis, pemerintah juga memprediksi kemungkinan terjadinya anomali cuaca yang bakal menghambat produksi dan berujung krisis pangan. Oleh karena itu, Desember lalu, pemerintah mengumpulkan berbagai lembaga guna mengantisipasi kemungkinan terburuk. Salah satunya dengan membentuk Badan Ketahanan Pangan dengan Kementrian Pertanian sebagai pelaksana harian badan tersebut. Salah satu hasil rapat ialah disediakannya dana kontijensi sebesar Rp 4 triliun yang akan digunakan untuk pembelian alat penyedot air dan pengairan. Nantinya, dana tersebut akan didistribusikan ke berbagai daerah yang kerap mengalami permasalahan pengairan ketika musim kemarau di pertengahan tahun. Terutama sawah yang tidak
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
memiliki saluran irigasi yang baik ataupun jenis sawah tadah hujan terancam puso. Suswono bilang, tak hanya penyediaan dana kontijensi, pemerintah juga menyiapkan program lain yaitu peningkatan jumlah produksi pangan melalui pembukaan lahan baru, pengadaan bibit varietas unggul hasil rekayasa genetika sehingga tercipta ketahanan pangan. “Harapannya persediaan pangan, khususnya beras, tersedia melebihi angka konsumsi nasional,� jelas Kepala Badan Cadangan dan Distribusi Pangan, Kementrian Pertanian, Mei Rochyat. Makanya, hingga 2014 bahwa produksi pangan akan digenjot sampai memiliki surplus sebesar 10 juta ton. Menurut Rochyat, meskipun terjadi penurunan jumlah produksi beras, kebutuhan konsumsi masyarakat masih tercapai. Bahkan dari hasil produksi beras tersebut masih didapati surplus. Cuma, pemerintah mengaku surplus itu masih belum dikelola secara optimal. “Kebanyakan justru beredar di masyarakat seperti di pasar dan di rumah-rumah,� ujarnya. Ketidakmampuan pengelolaan dari surplus produksi disayangkan oleh Muhammad Nuruddin,
Jumlah Produksi Beras Nasional Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) 11.786.430 46,20 12.147.637 47,05 12.327.425 48,94 12.883.576 49,99 13.253.450 50,15 13.224.379 49,44
Produksi (Ton) 54.454.937 57.157.435 60.325.925 64.398.890 66.469.394 65.385.183
Sumber: Badan Pusat Statistik Sekjen Aliansi Petani Indonesia. Ia bilang, jangan sampai pemerintah menganggap semua daerah bisa mengalami surplus. “Surplus di suatu daerah bukan berarti daerah lainnya mengalami surplus juga,� tegasnya. Ia mencontohkan, daerah seperti NTB ataupun daerah di timur lebih sering mengalami masa kekeringan panjang. Makanya,
M
ia minta supaya pemerintah bisa lebih serius persoalan distribusi. Ia juga menyarankan supaya surplus itu juga bisa dinikmati daerah lain yang tengah mengalami masalah kerawanan pangan. Pasalnya, API menemukan beberapa daerah yang mengalami beras malah melakukan ekspor. Peneliti pertanian INDEF,
Sugiyono mengingatkan, pemerintah tak bisa mengklaim begitu saja sudah berhasil melakukan kebijakan ketahanan pangan jika belum mempunyai cadangan pangan sebesar 20 % jumlah angka konsumsi pangan nasional. “Itu angka minimal,� pungkasnya.
Ribuan Desa Terancam Rawan Pangan
asalah kerawanan pangan bukan isapan jempol belaka. Ditengah klaim keberhasilan swasembada rupanya 13% daerah di Indonesia atau ribuan desa di ratusan kabupaten berada pada kondisi rawan pangan. Penyebabnya lantaran daerah itu masih sangat bergantung pada beras. Di sisi lain, produksi beras menurun akibat alih fungsi lahan. Daerah rawan pangan sendiri mayoritas berada di wilayah timur. Daerah lain di Jawa, seperti Jawa Barat yang selama ini jadi salah satu penyumbang beras, juga rentan dengan rawan pangan. Ironi juga terjadi. Misal di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mampu menghasilkan padi melebihi kebutuhan daerah, ternyata ada lima dari 10 daerah kabupaten yang masuk kategori rawan pangan antara lain Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Ada tiga kategori rawan pangan yakni sangat mendesak, sedang dan tidak mendesak atau belum mengkhawatirkan. Ada 30 kabupaten masuk kategori mendesak yakni di seluruh daerah Papua, sebagian Nusa Tenggara Timur (NTT). Kategori sedang : 30 kabupaten di NTT, Kalimantan Barat dan Maluku. Dan kategori tidak mendesak sebanyak 40 kabupaten yang sebagian di daerah kabupaten di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan NTB. Langkah sederhana mengurangi dampak paling buruk rawan pangan diperlukan cadangan 200 ton beras di tingkat provinsi dan 100 ton untuk wilyah kabupaten. Menurut Kementrian Pertanian, rawan pangan tak melulu berkaitan dengan kurangnya stok pangan. Namun juga dikarenakan banyak faktor seperti angka kemiskinan, akses terhadap kelistrikan yang memengaruhi perekonomian, tingkat pertumbuhan anak, akses jalan bagi kendaraan roda dua dan akses air bersih.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
9
Impor Beras Daulat Pangan Setengah Hati
Pemerintah Masih Suka Impor Jika Ada Kekurangan Beras
Kebijakan impor dinilai hanya jalan pintas menutup kekurangan beras. Tak sejalan dengan niatan pemerintah memperkuat ketahanan pangan. Kalangan petani jelas dirugikan. Ada tudingan impor hanya menguntungkan kalangan tertentu yang bermain dijalur distribusi.
Oleh: Harris Malikus
Foto; KI / Uus Suwito
P
10
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
engusaha yang bergerak di sektor pertanian atau perkebunan tahun ini mesti mencermati betul ramalan cuaca yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG). Hujan dengan intensitas tinggi diprediksi bakal merata di seluruh Indonesia. BKMG memprediksi hingga Maret nanti, curah hujan di Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan, daerah yang menjadi basis sektor komoditas, bakal dilanda hujan deras. Curah hujan di tiga pulau itu mencapai 116 – 160 %. Lebih tinggi dibanding tahun lalu yang mencapai rata – rata 106 – 135%. Curah hujan deras itu jelas bakal Gudang Beras. Stok beras yang melimpah di beberapa daerah seharusnya tidak membuat pemerintah cepat mengimpor.
SAJIAN utama mempengaruhi waktu pola tanam dan juga kemungkinan terjadinya penurunan produksi. Tahun ini, Kementrian Pertanian (Kemtan) menargetkan produksi beras mencapai 72,02 ton dengan asumsi cuaca normal. Jika terjadi anomali iklim, Kemtan tetap optimis realisasi produksi bisa mencapai 70 juta ton untuk gabah kering giling (GKG). Menteri Pertanian Siswono mengaku, target itu optimis bisa dicapai karena sudah dikoordinasikan dengan pemerintah daerah. “Pemerintah daerah siap mendukung produksi padi tersebut,” ujarnya. Jika cuaca ekstrim terjadi, tahun ini sudah disiapkan dana darurat sebesar Rp 4 triliun untuk meminimalkan dampak buruk cuaca. Pemerintah bakal memaksimalkan lahan pertanian seluas 3.162.965 hektar (ha). Hanya saja, optimisme produksi beras itu rupanya tidak dibarengi dengan kebijakan yang lebih berpihak ke petani terutama kebijakan impor. Sepanjang tahun lalu, angka impor berbagai komoditas terbilang fantastis. Tak heran di tahun lalu, petani kentang mendemo Kementrian Perdagangan. Impor beras tahun lalu mencapai 2,1 juta ton, jagung 2,9 ton, kedelai 1,7 juta ton, biji gandum dan meslin 4,72 juta ton. Anga-angka itu mengindikasikan pemerintah belum maksimal mengelola sektor pertanian. “Impor gandum kita besar, lebih besar dari impor beras. Jadi kita ribut soal beras dan garam, kita lupa impor gandum yang tidak ditanam di Indonesia,” ujar Sugiyono, peneliti pertanian dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF).
Sugiyono bilang, dalih impor dilakukan semata untuk menstabilkan harga di pasar jelas tak seirama dengan target besar pemerintah bahwa produksi beras bakal terus ditingkatkan. Mestinya, ketika anomali cuaca terjadi seperti sekarang ini, diberikan berbagai kemudahan untuk petani seperti mesin pengering ketika musim penghujan dan bukan melakukan impor ketika kurang. “Karena impor maka wajar saja orang-orang meragukan pemerintah sudah berhasil melakukan swasembada sektor pertanian,” ujar Sugiyono. Pemerintah sendiri, menurut Sugiyono, masih memakai acuan dari FAO yang menyebut ketika impor dilakukan tapi masih dibawah 5% dari total produksi, masih dikategorikan swasembada. Padahal, swasembada itu tak ada impor. “Swasembada itu tidak boleh ada impor, semuanya tercukupi dari dalam negeri. Ketahanan pangan yang seperti itu menimbulkan tanda tanya,” jelasnya. Sebenarnya, dari sisi teori ekonomi, manakala satu kebutuhan tak mampu dicukupi sendiri, mengambil dari tempat lain, memang harus dilakukan. Hanya saja, pemerintah kadung terbiasa melakukan itu. Padahal, saat ini isu ketahanan pangan tengah jadi perhatian utama banyak pihak. Impor sudah mendapat sentimen negatif di mata masyarakat terutama kalangan petani. “Halhal yang serba impor itu mendapat sentimen negatif,” katanya. Alih-alih melakukan impor, menurut Sugiyono, mestinya dibuat kebijakan yang mampu meningkatkan produksi sektor pertanian di dalam negeri.
Ide pembangunan food estate sebenarnya bagus. Tinggal memang disediakan dukungan dan berbagai kemudahan pada pengusaha yang mau masuk ke sana. Misal perbaikan infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan agar hasil produksi bisa dengan mudah dikirim lintas pulau. Sugiyono menghitung, kalangan petani baru masuk kategori sejahtera manakala ia mampu mengelola minimal satu hektar lahan di pulau Jawa dan minimal 2 hektar di luar pulau Jawa. Kritikan pedas soal masih dilakukannya impor oleh pemerintah datang juga dari Serikat Tani Nasional (STN) yang menilai kebiasaan impor sektor pertanian itu lebih pada adanya keinginan mendapatkan keuntungan sepihak dari beberapa kalangan yang bergerak di bidang distribusi. “Kebijakan Impor ini sebenarnya tidak perlu. Ini hanya kamuflse untuk mendapatkan keuntungan sepihak dari pengusaha yang bergerak dibidang distribusi,” tuding Yoris. Bagi STN, kebijakan itu jelas merugikan petani lantaran impor juga menekan harga jual gabah. Ujungnya, pendapatan petani makin berkurang. Pemerintah, seperti biasa, tentu saja membantah hal itu. Kepala Badan dan Cadangan Pangan Kementrian Pertanian, Mei Rochyat menjamin, impor yang dilakukan pemerintah semata untuk jaga-jaga manakala terjadi bencana sekaligus digunakan untuk cadangan pangan dan tidak ada motif ekonomi yang menguntungkan pihak lain. Mei mengaku, impor juga sebenarnya masih bisa ditekan jika pola konsumsi beras masyarakat
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
11
SAJIAN UTAMA
S
Bibit Saja Impor No
ayur dan buah sejak sejak zaman kerajaan Majapahit sampai sekarang sudah jadi komoditas dan kebutuhan pokok masyarakat. Ironinya meski memiliki luas lahan perkebunan mencapai 12.281.190 hektar, Indonesia masih saja memakai bibit impor. Hingga akhir tahun lalu, pemerintah terus mengimpor bibit hortikultura. Dari total kebutuhan benih secara nasional sebesar 11.000 ton pada 2011, suplai yang mampu dipenuhi oleh produsen lokal hanya mencapai sekitar 60%. Tahun ini kebutuhan bibit hortikultura pada tahun 2012 bisa meningkat 10%-15% menjadi 12.000 ton-12.600 ton. Beberapa jenis bibit hortikultura yang masih mengandalkan impor antara lain jenis kubis-kubisan dan jagung manis, cabai, dan tomat. Meskipun harga bibit hortikultura lokal lebih murah ketimbang harga bibit hortikultura impor, impor bibit tetap dilakukan lantaran tak ada regulasi ketat soal aturan impor bibit. Dari sisi harga, sebenarnya bibit lokal lebih murah. Jika harga benih tomat lokal hanya Rp 60.000-Rp 70.000 per 5 gram, harga benih tomat impor mencapai Rp 65.000-75.000 per 5 gram.
yang masih sangat tinggi bisa dikurangi. Saat ini, Indonesia memang masih tercatat sebagai negara yang mengonsumsi beras paling tinggi yakni 138 kg per tahun. “Bila tidak ada cadangan, masyarakat akan bergejolak,” katanya. Sebenarnya, alasan impor untuk menstabilkan harga di pasar juga kadang tak seirama dengan
12
Tabel Perkembangan Ekspor Impor Indonesia Juli - Agustus 2011
kenyataan. Pasalnya, meski impor sudah tiba, harga di pasar juga tak langsung stabil meski stok sudah melimpah. Menurut Mei, guna mengantisipasi hal terburuk di sektor pangan, sejak Desember lalu pemerintah sudah membentuk Badan Ketahanan Pangan (BKP). Ia bilang, tahun ini pemerintah
1
Sub Sektor
Juli 2011
Agustus 2011
Pertumbuhan Ags thd Juli (%)
Tanaman Pangan Volume (Kg) - Ekspor
70,528,696
58,552,923
-16.98
- Impor
1,488,747,370
1,180,809,168
-20.68
- Neraca
-1,418,218,674
-1,122,256,245
-20.87
- Ekspor
52,939,237
47,190,106
-10.86
- Impor
676,124,603
549,370,297
-18.75
- Neraca
-623,185,366
-502,180,191
-19.42
Nilai (US$)
2
Hortikultura Volume (Kg) - Ekspor
33,014,010
35,330,778
7.02
- Impor
206,232,622
224,199,043
8.71
- Neraca
-173,218,612
-188,868,265
9.03
- Ekspor
45,021,693
44,369,284
-1.45
- Impor
170,671,534
183,681,210
7.62
- Neraca
-125,649,841
-139,311,926
10.87
Nilai (US$)
3
Perkebunan Volume (Kg) - Ekspor
1,780,867,731
2,884,330,974
61.96
- Impor
394,597,384
280,084,591
-29.02
- Neraca
1,386,270,347
2,604,246,383
87.86
- Ekspor
2,871,689,295
3,994,337,919
39.09
- Impor
844,374,029
636,931,489
-24.57
- Neraca
2,027,315,266
3,357,406,430
65.61
Nilai (US$)
4
Peternakan Volume (Kg) - Ekspor
81,279,935
76,382,231
-6.03
- Impor
107,688,531
103,138,414
-4.23
- Neraca
-26,408,596
-26,756,183
1.32
- Ekspor
142,237,566
131,632,130
-7.46
- Impor
290,974,677
252,000,341
-13.39
- Neraca
-148,737,111
-120,368,211
-19.07
Nilai (US$)
5
PERTANIAN Volume (Kg) - Ekspor
1,965,690,372
3,054,596,906
55.40
- Impor
2,197,265,907
1,788,231,216
-18.62
- Neraca
-231,575,535
1,266,365,690
-646.85
- Ekspor
3,111,887,791
4,217,529,439
35.53
- Impor
1,982,144,843
1,621,983,337
-18.17
- Neraca
1,129,742,948
2,595,546,102
129.75
Nilai (US$)
direncanakan tidak akan impor lagi. “Kalau ada beras yang masuk
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
dari luar, itu perjanjian impor di tahun kemarin,” katanya.
Pemanfaatan Lahan Tidur
Pemerintah Kebut Pencetakan
Lahan Sawah Baru Oleh: Citra Nuraini
Menteri BUMN Dahlan Iskan tak kuasa menyembunyikan rasa kecewanya. Indonesia yang punya lahan begitu luas masih saja impor beras. Padahal banyak potensi lahan di berbagai daerah yang bisa dimaksimalkan untuk membuka lahan sawah baru. Makanya, ia berkeliling ke berbagai daerah untuk memantau mana daerah yang bisa segera dialihkanfungsikan. Dahlan ingin agar swasembada beras bukan lagi khayalan namun segera menjadi kenyataan dalam waktu dekat.
G
una mendukung rencana itu, saat ini Kementrian Badan Usaha Milik Negara menurut Dahlan sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 9 triliun untuk mendukung alih fungsi lahan pencetakan sawah baru. Lahan yang akan dikaji yakni milik Inhutani yang ada di Kalimantan Timur meliputi Paser, Kutai Barat, Kutai Kertanegara, Bulungan, Berau, Tana Tidung, Malinau dan Nunukan. “Sudah seharusnya Indonesia Indonesia swasembada beras,� tegas Dahlan. Ia bilang, saat ini sudah mendesak dilakukan ekstensifikasi baru karena sawah sawah di daerah Jawa
sudah berubah menjadi pabrik dan perumahan. Apa yang disampaikan klop dengan temuan Badan Pusat Statistik (BPS). Hitungan Badan Pusat Statistik di pulau Jawa saja tiap tahun terjadi alih fungsi lahan pertanian 70 ribu hektare. Sementara secara nasional konversi lahan pertanian mencapai 100 ribu hingga 110 ribu hektar per tahun. Ini artinya, pemerintah sendiri tidak mampu membendung konversi atau alih fungsi lahan pertanian yang terjadi secara besar-bersaran di berbagai daerah. Padahal, UndangUndang No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan lahan pertanian berkelanjutan sudah mewanti-wanti untuk tidak sembarang mengubah daerah pertanian.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
13
Menurut Dahlan, ekstensifikasi dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan pangan yang makin besar di masa datang. Dari sisi harga juga bakal makin mahal. Sehingga jika kebijakan impor terus dilakukan, Negara lain yang mendapat keuntungan. “Karena dunia tak hanya Indonesia akan kekurangan energi dan juga pangan. Jadi Indonesia tak boleh tergantung pada impor,� tegasnya.
Namun, Dahlan menjamin ekstensifikasi yang dilakukan juga sudah dikoordinasikan dengan pihak Kementrian Pertanian. Niatan pemerintah mencetak lahan baru jelas perlu dilakukan lantaran dengan penduduk lebih dari 240 juta jiwa, persoalan ketersediaan pangan jelas tak bisa dianggap sepele. Tahap awal, pemerintah menargetkan pembukaan lahan baru seluas
300.000 hektar hingga 2014 dengan target 100.000 hektar per tahun. Harapannya, di tahun 2014 nanti bisa didapat surplus beras 10 juta ton. Target pemerintah itu wajar saja, dengan laju penduduk begitu cepat, saat ini lahan untuk produksi hanya tersedia 7,9 juta hektar di lahan basah dan 15,6 juta ha di lahan kering. Guna mendukung rencana itu, berbagai lembaga bakal
Sebaran Lahan Tersedia (Potensial untuk Ekstensifikasi )*
Pulau/ provinsi Sumatra Jawa Bali & NT
Rawa 355.000 ha 0 0
Lahan Basah Semusim Non Rawa Total 606.000 ha 961.000 ha 14.000 ha 14.000 ha 49.000 ha 49.000 ha
Lahan Kering Semusim 1.312.000 ha 41.000 ha 138.000 ha
* data dari Kementan 2011
14
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
Lahan Kering Tahunan (Perkebunan) 3.227.000 ha 159.000 ha 610.000 ha
Total 5.499.000 ha 214.000 ha 797.000 ha
SAJIAN utama Lahan Kosong. Masih banyak lahan tidur yang belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai lahan produksi sehingga bisa meningkatkan stok pangan dalam negeri.
dikerahkan. Kementrian Kehutanan (Kemhut) akan menyumbang lahan 200.000 hektar. Sementara Badan Pertanahan Nasional (BPN) bakal menyumbang 2 juta hektar lahan dari perkiraan 7,3 juta hektar lahan terlantar. Pencetakan sawah baru yang diperoleh dari lahan-lahan terlantar nantinya akan diarahkan pada pengembangan kawasan pangan skala luas secara terpadu (food
estate). Kebijakan food estate yang dinamakan Gerakan Produksi Pangan dengan Sistem Korporasi (GPPK) ini akan mulai dilaksanakan mulai tahun ini. Peneliti ekonomi pertanian Indef, Sugiyono mengingatkan, progam percetakan sawah di Luar Jawa ini akan membutuhkan biaya besar lantaran kualitas tanah di Papua bukan kelas satu seperti di Jawa. Dia bilang, menilai food estete tidak tepat untuk mengatasi persoalan swasembada pangan, karena hanya akan menguntungkan korporasi skala besar. Sugiyono mengatakan untuk menjaga ketahanan pangan sebaiknya dipercayakan kepada petani. “Untuk usaha tani ada baiknya bukan skala besar,� jelasnya.
Ia mengingatkan, dalam membuka lahan baru tidak bisa begitu saja langsung ditanam. Ada proses adaptasi selama satu tahun. Pencetakan lahan sawah pada 2012 akan mulai berproduksi pada 2013. Sawah yang dicetak pada tahun ini baru akan menghasilkan pada akhir tahun depan. Belum lagi karakteristik tanah yang berbeda. Lahan-lahan irigasi yang cocok untuk persawahan hanya ada di pulau Jawa. Di luar Jawa, kebanyakan merupakan lahan non irigasi. Produktivitas tanaman di lahan baru diperkirakan masih rendah. “Pemerintah harus sediakan berbagai kemudahan bagi petani,� tegasnya.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
15
SAJIAN UTAMA Diversifikasi Pangan Alternatif Pangan selain Beras
“Pemerintah berniat menahan laju konsumsi beras masyarakat” Pameo bahwa nasi merupakan makanan pokok sudah mendarah daging bagi masyarakat Indonesia. Itulah mengapa dari sisi konsumsi beras, Indonesia menjadi nomor satu. Padahal, konsumsi tinggi juga menjadikan produksi beras yang sudah mencukupi itu harus selalu ditutup dengan impor. Itulah salah satu alasan pemerintah merencanakan untuk melakukan diversifikasi pangan.
Oleh: Citra Nuraini
M
enurut data kementerian pertanian (kementan), saat ini beras masih menjadi komponen utama ketahanan pangan. Kebutuhan karbohidrat nasional 80% dipenuhi dari beras. Sementara data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan konsumsi beras masyarakat Indonesia pada 2011 mencapai 113,48 kg per kapita per tahun. Angka itu turun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 139,15 kg. Meski turun, konsumsi beras masyarakat Indonesia masuk kategori tinggi mencapai 139 kg per kapita.
16
Biji Sorghum. Di banyak negara biji sorgum digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan dunia, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley
Sementara konsumsi beras dunia pada 2010 saja hanya 60 kg per kapita. Kepala Badan Cadangan dan Distribusi Pangan Mei Rochyat mengatakan ketahanan pangan tercapai ketika persediaan pangan, khususnya beras, sesuai atau lebih dari angka konsumsi beras nasional. “Ketika hal itu telah tercapai maka bisa dibilang kita mencapai ketahanan pangan,” ujarnya. Sayangnya, kondisi ini tidak dapat tercapai sepenuhnya. Beberapa tahun ini pemerintah mengimpor beras untuk cadangan pangan, termasuk cadangan konsumsi nasional. Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2008 hingga kini, Impor beras terus dilakukan. Sampai Juli 2011, Pemerintah telah melakukan pengadaan beras melalui impor sebanyak 1,57 juta ton. Untuk menekan jumlah konsumsi masyarakat terhadap
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
(Foto:KI / Uus Suwito)
beras, diversivikasi pangan utama perlu dilakukan. Maka untuk mewujudkan swasembada, salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian Pertanian yakni secara perlahan mengurangi konsumsi beras dengan mengalihkannya ke pangan lain. “ Cina dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, konsumsi berasnya pun tidak sebesar Indonesia,” kata Rochyat. Menurut dia, program pengurangan
Tanaman jagung. Jenis tumbuhan ini bisa dijadikan pangan alternatif masyarakat Indonesia dan mudah untuk dibudidayakan.
konsumsi beras sudah mulai dilakukan dengan pilot project Jawa Barat melalui program “One Day No Rice”. “Ini untuk merubah paradigma masyarakat,” katanya. Secara bertahap pemerintah menargetkan diversifikasi pangan sebesar 1,5 persen per tahun atau mengurangi angka konsumsi beras dari 139 kg per kapita per tahun menjadi 100 kg per kapita per tahun. Target pencapaian Skor PPH (pola pangan harapan) 93,3 pada tahun 2014 dan penurunan konsumsi beras 1,5% per tahun selama periode 2010-2014. Tujuan lain mengurangi konsumsi beras juga seiring dengan target
konsumsi pangan sebenarnya bagus asalkan dilakukan sosialisasi dengan jelas. Masalahnya, selama ini juga pemerintah tak tuntas meyakinkan masyarakat agar berpindah konsumsi pokoknya dari beras ke pangan lain. Misal di Nusa Tenggara Barat masyarakat menanam sorghum, tapi hasil (Foto:KI / Uus Suwito) panennya tidak digunakan sebagai sumber pangan baru. pemerintah Tanaman ini semata dilirik karena agar tercapai surplus 10 juta ton di ada peluang pasar luar negeri yang tahun 2014. Selain itu, pemerintah terbuka. Alhasil yang dirasakan pada 2012 menerapkan empat strategi dalam upaya mendongkrak oleh petani NTB hanyalah manfaat jualnya saja. Mereka belum produksi padi di Indonesia, yaitu masuk tahap konsumsi. “Artinya melalui kegiatan intensifikasi, arah diversifikasi belum jelas,” ekstensifikasi, diversifikasi, dan tutur Gus Din. Baginya, program perbaikan manajemen. diversifikasi pangan harus disertai Ketua Aliansi Petani kemauan politik yang kuat dari Indonesia Muhammad Nurudin pemerintah. menuturkan, program difersifikasi (Foto:KI / Uus Suwito)
Sagu. Sagu yang telah digiling dan menjadi tepung dapat menjadi bahan alternatif untuk menggantikan tepung terigu.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
17
talk review Mei Rochyat, Kabag Cadangan & Distribusi Pangan Kementan
“Impor Untuk Jaga-jaga Jika Terjadi Bencana� Pemerintah beralasan impor masih perlu untuk menutup kekurangan sekaligus untuk jaga-jaga manakala terjadi bencana. Terkait itu, pemerintah merencanakan untuk memperkuat program distribusi pangan melalui program lumbung padi yang akan bekerjasama dengan pemerintah daerah mulai tingkat kabupaten hingga kecamatan. Untuk mengetahui program pemerintah terkait ketahanan pangan, wartawan Komoditas Indonesia, Jabbar Ramdani mewawancarai Mei Rochyat, Kepala Badan Cadangan dan Distribusi Pangan Kementrian Pertanian, belum lama ini. Berikut nukilannya.
Komoditas: melihat masalah ketahanan pangan? Mei: Bagi saya ketahanan pangan adalah satu kondisi ketika persediaan pangan, khususnya beras, sesuai atau lebih dari angka konsumsi beras nasional. Ketika hal itu telah tercapai maka bisa
18
dibilang kita mencapai ketahanan pangan. Untuk menghitung angka konsumsi beras nasional mengacu jumlah penduduk dikalikan dengan jumlah konsumsi beras per kapita. Untuk tahun ini, besaran yang didapatkan sekitar 34 sampai 35 juta ton. Komoditas: Dengan produksi sebayak itu, apakah artiya dari sisi produksi sudah mencukupi? Mei: Sebetulnya ada kelebihan produksi beras tiap tahun. Tahun lalu saja produksi beras kita mencapi 38 juta ton. Tapi kelebihan tersebut berada di tangan masyarakat sendiri. Hal itu bisa ditemui di pasar-pasar, cadangan beras di rumah tiap orang. Permasalahannya, ketika beras yang surplus tersebut beredar di masyarakat, pemerintah tentu kesulitan untuk melakukan pengorganisiran. Untuk itu, sampai tahun 2014, kami memiliki beberapa program untuk lebih dapat mengelola peredaran beras. Komoditas: Jika ada kelebihan produksi, mengapa masih impor? Mei: Sebenarnya tujuan melakukan impor adalah untuk menjaga cadangan makanan dalam negeri untuk tidak sampai kekurangan. Selain itu sebagai persiapan jika
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
ada kebutuhan mendadak, contoh ketika ada bencana alam. Seperti yang ada di Thailand kemarin. Tidak ada yang duga akan terjadi banjir sebegitu besar, bukan? Bagaimana jika situasi serupa terjadi di Indonesia dan kita tidak memiliki cadangan pangan yang cukup? Tentu membuat masyarakat bergejolak nantinya. Selain itu impor juga diperlukan untuk menjaga stabilitas harga beras di dalam negeri. Seandainya jumlah beras dalam negeri sedikit, dampaknya adalah harga beras yang tinggi. Itulah mengapa impor beras masih dilakukan. Komoditas: Tadi disinggung rencana mengelola peredaran beras, detilnya seperti apa? Mei: Ke depan, kami akan lebih mendorong terciptanya cadangan pangan pada tingkatan masyarakat. Kami lakukan distribusi beras mulai dari pusat ke pemda-pemda, kabupaten, sampai kecamatan. Intinya, dibuat lumbung padi di masing-masing daerah. Program seperti ini bertujuan untuk memperpendek waktu dan alur distribusi dari pemerintah ke masyarakat. Misal ada warga di suatu desa yang butuh beras, diharapkan tidak harus menunggu lama karena pada tingkatan daerah
talk review terdekat, yakni kecamata atau kabupaten, sudah tersedia. Dengan begitu, kebutuhan warga dapat langsung terpenuhi. Program ini dirancang untuk kebutuhan pangan masyarakat ke depan. Karena masalah pangan adalah masalah utama kehidupan. Itu arti penting dari program lumbung padi. Komoditas: Selama ini, kan, sudah ada gudang-gudang bulog di daerah. Kenapa harus ada program lumbung padi? Mei: Karena Negara kita adalah Negara kepulauan, maka hal pertama yang dibutuhkan terkait pangan berkaitan dengan cadangan pangan itu sendiri. Soal distribusi menyusul kemudian. Sebab bisa saja dalam distribusi timbul masalah teknis yang akhirnya dapat menggangu ketersediaan pangan di daerah tertentu. Selain itu, tingkat produksi padi dari suatu daerah itu kan berbeda dengan daerah lainnya, untuk mencegah kekurangan pangan tersebutlah maka lumbung padi di tingkatan daerah menjadi penting. Belum lagi jika terjadi puso. Komoditas: Konkritnya seperti apa? Mei: Jadi ada tiga program utama. Pertama mengembangkan lumbung pangan lewat kelompokkelompok masyarakat. Tujuannya untuk penguatan kelembagaan cadangan pangan masyarakat. Program ini kurang lebih akan ditempuh tiga tahun. Tahun pertama yaitu penumbuhan. Pada tahap ini akan dibangun cadangan lumbung pangan. Nah, pada tahun berikutnya, akan dilakukan pengisian terhadap lumbung padi yang telah dibangun tadi.
Pengisian yang dimaksud adalah menampung hasil produksi suatu wilayah sekaligus menampung padi yang dikirim dari pemerintah pusat. Pada akhirnya, di tahap ke tiga , dilakukan penguatan dari dua tahap sebelumnya. Dengan begitu, harapannya masyarakat memiliki kemudahan dalam mengakses pangan. Penguatan pangan juga dilakukan melalui Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Dalam pelaksanaannya nanti LDPM akan memberdayakan gabungan kelompok petani. Bentuk programnya ada dua. Ke satu terkait dengan distribusi. Nantinya pemerintah daerah akan membeli hasil panen masyarakat, tentunya dengan di atas Harga Pokok Produksi (HPP). Kedua, terkait dengan bagaimana masyarakat melaksanakan program cadangan pangan. Teknisnya nanti akan memberikan kepada anggota yang kekurangan. Misal, pada tingkatan kabupaten disediakan cadangan pangan sebanyak 100 ton. Sementara di tingkatan provinsi sebanyak 200 ton. Komoditas: Konsumsi beras kita saat ini tertinggi di dunia. Mengapa? Mei: Ini juga salah satu permasalahan yang harus cepat dicari jalan keluarnya. Salah satu solusi yang akan ditempuh pemerintah yaitu kembali mencari sumber makanan alternatif, diversifikasi pangan. Saya beri contoh, Cina dengan jumlah penduduk terbesar di dunia,
konsumsi berasnya pun tidak sebesar Indonesia. Ketika saya berkunjung ke sana, di salah satu restorannya, makanan yang disajikan kepada pengunjung sudah dibuat variatif. Sajian utama yang diberikan bukan lagi nasi. Nasi dijadikan sajian paling akhir. Itu pun dalam jumlah yang sudah tak lagi sebanyak satu piring penuh seperti di restoran di Indonesia. Ini menandakan masyarakat di sana sudah sadar harus ada pergeseran cara pandang berkaitan konsumsi harian. Makanya mereka tidak lagi menjadikan nasi sebagai santapan utama. Umbi-umbian dan palawija sudah mulai mendapat tempat. Saya sendiri, ketika sarapan sudah tidak lagi harus mengonsumsi nasi. Seperti pagi ini, saya makan jangung. Dan terbukti, sampai siang ini saya belum merasa lapar. Hal seperti ini sedang diupayakan oleh pemerintah. Seperti di Jawa Barat ada program “One Day No Rice�. Tiap hari rabu mereka tidak konsumsi nasi. Meski tak popular, ini salah satu terobosan bagus untuk merubah paradigma masyarakat. Bayangkan saja, dalam setahun, satu orang di Indonesia makan konsumsi beras sebanyak 139 kg. (JBR)
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
19
talk review Soegiono, Peneliti INDEF Katanya swasembada bahkan surplus, tapi ada impor ?
“Swasembada kok Impor?� Komoditas: Pemerintah mengklaim sudah swasembada, pandangan Anda? Sugiono: Sebenarnya setiap akhir tahun dan awal tahun, pemerintah melakukan impor beras yang tinggi. Impor itu digunakan untuk memenuhi stok Bulog yang dipakai untuk bencana alam, terutama beras miskin alias raskin. Kuota
untuk raskin cukup besar karena penduduk Indonesia banyak yang miskin sekitar 31 jutaan. Nah, karena impor maka orang-orang meragukan pemerintah melakukan swasembada. Pemerintah sampai sekarang masih menggunakan acuan The Food and Agriculture Organization (FAO) dimana kalau ada impor yang 5%, itu masih termasuk swasembada. Disitulah pokok persoalannya. Pemerintah melakukan impor sekitar 3-4% alias belum tembus 5%. Kalau di dunia sekolah yang namanya swasembada itu tidak boleh ada impor, semuanya tercukupi dari dalam negeri. Ketahanan pangan yang seperti itu menimbulkan tanda tanya. Katanya swasembada bahkan surplus, tapi ada impor.
Komoditas: Niatan pemerintah membuka lahan baru untuk persawahan apakah akan efektif? Sugiono: Dulu pernah dibuka lahan sejuta hektar kemudian itu bermasalah. Awal tahun lalu dibentuk juga BUMN pangan. Mereka merencanakan food estate di daerah Papua. Itu sedang dipersiapkan. Tahun ini kira-kira akan dibuka lahan seluas 100.000 hektar untuk mencapai tambahan 10 juta ton. Tapi probabilitasnya masih tinggi. Masih rencana dan menimbulkan pro-kontra juga. Seharusnya itu terjadi perubahan diluas lahan, pada skala petani bukan perusahaan. Nah itu menimbulkan pro-kontra soal food estate. Komoditas: Bagaimana peran Bulog selama ini? Sugiono. Bulog kan sudah mulai ekspor. Jadi meski di dalam negeri ada kekurangan, ada kegiatan ekspor untuk mencari keuntungan. Harusnya Bulog seperti dulu yang kegiatannya stabilisasi harga beras, kalau jatuh dia beli. Yang terjadi sekarang harga beras
Komoditas 20KI / Harris Foto:
Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
talk review dilevel konsumen cukup tinggi, tetapi dilevel petani ketika jatuh pemerintah tidak bisa menyerap banyak. Komoditas: Permasalahan pertanian mengapa begitu kompleks? Sugiono: Di Indonesia, fragmentasi itu luar biasa. Pemecahan menjadi skala kecil-kecil. Dari segi undang-undang dasar, tanah bukan sepenuhnya milik negara. Ada kepemilikan individu yang diakui. Itu membuat land reform sulit dilaksanakan. Sebagian kecil orang memiliki lahan yang sangat luas. Sementara petani memiliki lahan dengan skala ekonomi yang tidak ekonomis. Hanya 0,3 hektar. Petani akan sejahtera minimal punya satu hektar dan di luar Jawa dua hektar. Ditambah subsidi pupuk berkurang, perhatian pada pestisida berkurang. Jangan lupa, petani di pedesaan itu sebagian menyubsidi penduduk yang ada diperkotaan dan sebagian penduduk miskin. Namun mereka dirugikan oleh harga-harga yang cukup tinggi, oleh inflasi tinggi. Harga pertanian ditahan. Meski ada kenaikan, tapi kenaikannya bukan di petani melainkan di konsumen. Jelas, itu bias kepada perkotaan dan bias kepada penduduk miskin. Komoditas: Bagaiama dengan rencana food estate? Sugiono: Jangan lupa pertanian bukan hanya padi. Impor gandum kita besar, lebih besar dari impor beras. Sebenarnya sawah-sawah memerlukan lahan kelas satu, sementara tanah yang ada bukan kelas satu. Dalam kasus lahan gambut dulu butuh biaya yang sangat besar untuk merubah tanah gambut menjadi tanah sawah
kelas satu. Tanah-tanah kelas satu kebanyakan di Jawa. Masalahnya saat ini petani dikalahkan oleh rasio harga gabah terhadap harga barangbarang yang lain. Belum lagi soal distribusi, itu mesti dipecahkan. Jalan tol yang dimaksud untuk pertanian, tetapi yang berkembang dipakai non pertanian. Sektorsektor di luar pertanian yang lebih responsif. Pabrik-pabrik yang tumbuh non pertanian. Jadi tidak bisa bergantung food estate, kalau mau memberdayakan petani selesaikan persoalan land reform. Komoditas: Land reform berarti sudah tidak bisa ditunda? Sugiono: Itu tidak bisa ditunda. Tetapi tidak bisa garis keras. Ada bank. Sistemnya harus dilakukan. Harus ada pendataan statistik yang benar. Harus banyak perhatian pada petani, disubsidi dan pemerintah harus ada ketegasan. Kalau menetapkan harga murah, petaninya ada kompensasi. Ketika harga mahal petani menikmati. Bukan harga naik tapi petaninya yang ditekan dengan ada impor saat musim panen. Komoditas: Di musim hujan, produksi akan turun, antisipasi pemerintah harus seperti apa? Sugiono: Pertanian padi ada musim tanam. Musim tanam pertama, produktivitasnya paling besar, musim tanam kedua, empat bulan berikutnya, turun. Musim hujan pasti produktifitas rendah. Seharunsya pemerintah itu memperbanyak mesin pengering. Pemerintah sudah mempraktekan itu disistem resi gudang, tetapi kapasistas pengeringan kurang besar. Kalau hujan terus-menerus pemecahannya mesin pengeringan.
Pengeringan-pengeringan padi yang besar sudah memakai itu. Bulog sudah memakai itu. Komoditas: Keberpihakan pada petani sangat minim sampai sekarang misal soal pembiayaan? Sugiono: Kredit usaha tani kinerjanya pernah bermasalah sampai sekarang. Apapun yang dikembangkan dibidang pertanian, mereka yang pernah punya hutang dan tidak membayar tidak dapat kredit lagi. Tidak ada pemutihan yang bernar-benar pemutihan. Karena pemerintah kepada konglomerat juga seperti itu, melakukan pemutihan. Tapi kepada orang kecil tidak sepenuh hati. Dia bisa diputihkan tapi tidak diberikan utang lagi. Karena skalanya tidak ekonomis terutama petani kecil, petani gurem yang hanya 0,3 hektare kebawah. Komoditas: Kebijakan pertanian harus seperti apa? Rancangan undang-undang pangan ada liberalisasi. Awalnya aspek ketahanan dan kemandirian diperkuat. Namun, dalam perjalanannya, ketahanan pangan yang diinginkan tingkat kabupaten kota boleh impor. Itu jelas akan menimbulkan masalah. Ingat, pangan itu bukan saja masalah ekonomi saja, tapi bisa jadi senjata seperti di Afrika. Tidak bisa semua hal yang berkaitan dengan urusan perut diliberalkan. Bahan pokok itu tidak boleh diliberalkan. Misal gandum, sekarang terjadi perubahan selera, akhirnya impor gandum lebih besar dari beras. Harusnya kita mengembangkan diversifikasi apa yang ada didalam negeri. (CN & HMM)
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
21
talk review Muhammad Nurudin, Sekjen Aliansi Petani Indonesia “Pemerintah harus Menyediakan Beras bagi
Orang Lemah�
Pemerintah membentuk Badan Ketahanan Pangan dengan tujuan untuk meminimalkan dampak terburuk anomali cuaca. Hanya saja, Aliansi Petani Indonesia (API) menilai badan itu tidak akan maksimal lantaran sejumlah persoalan yang selama ini membelit petani juga tak kunjung beres. Ambil contoh terkait masih terjadinya alih fungsi lahan pertanian hingga minimnya dukungan teknologi untuk petani. Terkait pembentukan lembaga baru itu, reporter Komoditas Indonesia Jabbar Ramdhani mewawancari Muhammad Nuruddin, akrab disapa Gus Din, Sekretaris Jenderal Aliansi Petani Indonesia (API). Berikut petikannya.
22
Komoditas: Pemerintah sudah membentuk Badan Ketahanan Pangan, tanggapan Anda? Gus Din: Ketahanan pangan pemerintah berawal dari tolak ukur, yaitu tetap memadainya cadangan beras yang dimiliki Bulog sebesar 3 juta ton. Sementara ketahanan pangan dalam pemahaman masyarakat adalah kondisi ketika mereka mampu melakukan diversifikasi. Punya kedaulatan pangan karena
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
punya makanan umbi-umbian yang tertanam di pekarangan, misalnya jagung. Sayangnya, program ini belum berjalan tepat. Misal di Nusa Tenggara Barat masyarakat menanam sorghum. Tapi kemudian hasil panennya bukan digunakan sebagai sumber pangan baru. Tanaman ini semata dilirik karena ada peluang pasar luar negeri yang terbuka. Alhasil yang dirasakan oleh petani NTB hanyalah manfaat
Foto: Dokumen Pribadi
talk review Sorghum. Tanaman ini dilirik karena peluang yang besar di luar negeri, bukan digunakan untuk alternatif pangan.
segar, tentunya jika mereka tidak terjebak oleh tengkulak.
jualnya saja. Mereka belum masuk tahap konsumsi. Artinya arah diversifikasi belum jelas. Komoditas: Apa syarat utama diversivikasi pangan? Gus Din: Program diversifikasi pangan harus disertai kemauan politik yang kuat dari pemerintah. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu menekan pihak swasta untuk mengurangi ketergantungan impor gandum kemudian mengganti dengan komponen sumber pangan dengan sumber daya hayati yang ada di negara kita. Komoditas: Bagaimana dengan persoalan makin minimnya lahan produksi? Gus Din: Berkaitan ketahanan pangan, tentu harus dilihat dari aspek produksi. Jadi seperti daerah yang mengalami surplus beras seperti Jawa Timur seharusnya melakukan distribusi terhadap daerah yang mengalami kekurangan. Ironinya daerah surplus, namun tidak disalurkan ke daerah yang kekurangan. Mereka justru mengekspor ke Singapura.
Komoditas: Mengapa bisa terjadi? Gus Din: Itu tadi, karena tidak ada political will ketahanan pangan. Selalu alasan ekonomi. Dengan memiliki pendapatan per kapita yang sudah besar, jelas Singapura mampu membeli. Hal itu kemudian dianggap sebagai peluang bagi daerah. Presiden mestinya member sanksi daerah yang melakukan kebijakan itu. Komoditas: Soal produksi, pemerintah mengklaim produksi lebih dari sudah cukup? Gus Din: Memang cukup. Tapi, harus dilihat juga jumlah orang yang mempunyai penghasilan di bawah lima juta masih cukup besar. Mereka lah yang tingkat konsumsi berasnya cukup tinggi. Pemerintah harus menyediakan pangan yang cukup untuk mereka. Hal ini ditujukan mencegah terjadinya gejolak social di tataran masyarakat. Jika kita melihat sekarang, harga gabah kering yang dihasilkan petani telah mencapai Rp.4.000, sedangkan harga beras pun sudah mencapai Rp.9.000. Untuk para petani jelas ini angin
Komoditas: Lalu, idealnya ketahanan pengan itu harus seperti apa? Gus Din: Menurut saya, kalau pemerintah mengusahakan terjadinya ketahanan dan kedaulatan pangan, seharusnya pemerintah tidak mengenyampingkan kehadiran UU No. 5 tahun 1960. Pemerintah harus berlandaskan pada UU Pokok Agraria tersebut. Karena tanpa menjalankan amanat tersebut maka petani yang memiliki tanah seluas setengah maupun kurang dari itu tidak akan dapat sejahtera. Harus ada pembaruan agraria. Kondisi sekarang kan timbul karena kesalahan desain global pertanian. Masyarakat desa yang diarahkan untuk bergerak ke kota menjadi buruh, juga tawaran bekerja di luar negeri memang sudah setting global. Kalau dari organisasi petani, ada pandangan untuk mengarah pada kesejahteraan petani. Cara yang dilakukan adalah secara bertahap jumlah orang yang bekerja di sektor agraria dikurangi. Tapi secara bersamaan dinaikkan jumlah lahan yang akan dimiliki perorangannya. Sekarang kan jumlah petani di dalam negeri itu sudah mencapai 60 persen. Seharusnya 50 persen saja sudah cukup.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
23
update news Kena Cacar Cabai, Petani di Bali Gigit Jari
1
S
ejumlah petani cabai di Bali terpaksa harus gigit jari. Harapan memanen untung dari tanaman cabai tak kesampaian. Penyebabnya, akibat curah hujan yang tinggi, muncul serangan hama cacar cabai. Alhasil, cabai yang sudah ia tanam di tanah seluas 5 hektar tak memberikan hasil maksimal. “Buah dan daunnya banyak yang membusuk. Bahkan ada buah yang masih kecil sudah rontok,” ujar Wayan, petani cabai di Bali. Penderitaan Wayan makin bertambah lantaran harga cabai di pasar belakangan makin anjlok dikisaran Rp 11.000 per kilogram. Tentu Anda masih ingat beberapa bulan lalu harga cabai masih Rp 30.000 per kilogram. Petani lain, Ni Ketut Suni (37) juga berasib sama. Limpahan air hujan menggenangi perkebunan cabai miliknya. “Akibat daun cabai keriting mengering, hasil panen saya merosot tajam,” keluhnya. Keduanya mengaku sudah mencoba memberi pestisida namun tak banyak membantu lantaran hujan bisa berharihari. Tak hanya petani cabai yang merugi. Petani sayur di Bali juga mengalami hal serupa. Soalnya, akibat hujan yang mengguyur tiap hari, daun sayuran menjadi berkerut dan keriting.
Banjir Hancurkan Sawah di Purworejo
2 24
S
edianya petani di Purworejo bakal memanen padi yang sudah menguning. Namun, hujan dengan curah tinggi selama berhari-hari membuyarkan semuanya. Banjir merendam sawah mereka. Banjir yang menyerang persawahan berasal dari tiga sungai besar di Purworejo yaitu, Kali Bogowonto, Kali Dulang dan Kali Jali. Tak hanya sawah, daerah pemukiman dan jalan utama pun terendam. Banjir di Puworejo merusak sawah seluas 497 hektar. Serangan banjir terbesar terdapat di daerah Butuh, Pituruh, Purwodadi, Bagelen, dan Bayan. Dari kelima kecamatan tersebut, kecamatan Butuh menderita kerusakan parah karena banjir menggenangi 198 hektar sawah. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten Purworejo, Eko Anang mengatakan, banjir itu tak hanya merusak sawah yang siap panen saja. Soalnya, bibit padi juga ikut hanyut. “Semua bibit padi terseret arus banjir,” katanya. Tak hanya area persawahan yang kena dampak. Daerah persemaian padi juga mengalami hal yang sama. Tercatat 19 hektare tanah persemaian yang terkena banjir dengan kerugian terbesar dialami oleh Desa Karangrejo dan Tepansari dengan kerugian 6 hektare.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
Informasi Berita Bulan Ini
K
Petani: Tak Usah Impor Gula Putih
alangan petani meminta agar pemerintah memikirkan ulang untuk melakukan impor gula putih. Hal itu disampaikan Soemitro Samadikoen, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia. Menurut Soemitro alasan pemerintah bahwa stok gula menipis hanya akal-akalan. Menurutnya stok gula melimpah asalkan mulai Februari hingga Juli, PT Perkebunan Nusantara II sudah mulai melakukan giling tebu dan pabrik gula di Lampung. Menurut Soemitro, ketimbang memikirkan impor mestinya pemerintah konsentrasi membereskan peredaran 820 ribu ton gula ilegal dengan rincinan rembesan gula rafinasi 500 ribu ton dan impor gula putih ilegal dari Malaysia sebanyak 320 ribu ton. Jika tak dibereskan, menurut Seomitro, hanya akan merusak harga gula di pasaran. Ujungnya petani yang dirugikan. Sebelumnya, pemerintah merencanakan untuk impor gula sebagai jaga-jaga lantaran stok gula nasional sekarang sudah menipis yakni 820 ribu ton. Dengan total cadangan tersebut diperkirakan akan bertahan sampai empat bulan ke depan.
4
Negara Kehilangan Rp 25 Triliun Lantaran Pencurian Ikan
K
erugian yang diderita Indonesia akibat praktik illegal fishing alias pencurian ikan di tahun lalu bisa mencapai Rp 25 triliun. Hitungan itu dikeluarkan oleh pengamat perikanan, Rokhmin Dahuri. Angka fantastis itu menurut Rokhmin lantaran banyak kapal berbendera asing leluasa menguras kekayaan laut Indonesia seperti di laut Natuna, laut Arafuru, dan perairan Sulawesi. Namun, hitungan berbeda disampaikan pihak pemerintah. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencacat rugi akibat pencurian ikan hanya Rp 9,4 triliun saja di tahun lalu. Pemerintah juga mengklaim sudah menangkap 1162 kapal liar yang mencuri ikan secara ilegal hingga 2011. Sementara itu, Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) M Riza Damanik pernah menyebutkan angka kerugian yang lebih mencengangkan yakni mencapai Rp 80 triliun. Kerugian tersebut terdiri dari potensi ikan yan hilang mencapai Rp 30 triliun dan kehilangan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 50 triliun setiap tahun. Pemerintah berkilah faktor yang membuat masih maraknya pencurian ikan, disebabkan karena KKP masih sedikit memiliki kapal patroli. Pemerintahan RI hanya memiliki 23 kapal patroli yang berukuran 28 m x 36 m. Setiap kapal tersebut diawaki oleh 15 anak buah kapal (ABK). Sementara itu, jumlah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di KKP masih berjumlah 900 orang.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
3 25
BUDIDAYA
Foto: KI / Uus Suwito
Pemanfaatan Lahan untuk
Bawang Putih
Oleh: Jabbar Ramdhani Bawang putih (allium) merupakan salah satu i Indonesia, bawang putih komoditas hortikultura menjadi tanaman sayuran yang sangat dibutuhkan yang menempati peringkat satu daftar impor. Tidak tanggungoleh manusia. Kondisi tanggung, data dari Badan Pusat ini membuat permintaan Statistik mencatat, pada 2011 bawang putih sebagai jumlahnya mencapai 95 persen dari kebutuhan masyarakat. Penyebab konsumsi masyarakat minimnya produktifitas tersebut adalah terus bertambah. Cuma karena bawang putih menghendaki iklim yang sejuk dan relatif kering. tingginya permintaan Iklim yang paling cocok hanya di atas bawang putih tidak dataran tinggi, sekitar ketinggian 1.300 diiringi dengan kemampuan meter di atas laut. Namun demikian ada varietas memproduksinya.
D
yang cocok untuk ditanam di dataran rendah sampai dataran medium pada ketinggian 200-700 m. Suhu malam yang agak dingin diperlukan untuk pembentukan umbi. Derajat keasaman
26
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
(pH) yang dikehendaki oleh bawang putih berkisar antara 6-7. Penanaman bawang putih dapat dilakukan satu atau dua kali setahun. Tanaman bawang putih di dataran rendah kurang baik apabila ditanam di musim hujan. Selain tanah terlalu basah, suhunya juga terlalu tinggi sehingga mempersulit pembentukan umbi. Bawang putih dikembangbiakkan dengan umbi siung. Cara menanam hampir sama dengan bawang merah. Berikut langkahlangkahnya: Persyaratan Benih Mutu bibit/benih bawang putih yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: • Bebas hama dan penyakit; • Pangkal batang berisi penuh dan keras; • Siung bernas; • Besar siung untuk bibit 1,5 sampai 3 gram.
Jarak tanam 20 x 20 cm 20 x 15 cm 20 x 10 cm
Jumlah 200.000-250.000 240.000-300.000 400.000-500.000
Kebutuhan Bibit siung/200 kg siung siung/sekitar 240 kg siung siung/sekitar 400 kg siung
Tabel Rasio Jarak Tanam Bawang Putih Penyiapan Benih Benih bawang putih berasal dari pembiakan generatif dengan umbinya. Kultur jaringan juga merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti jaringan serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Dengan kultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan mikro/produksi tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu relatif singkat. Umbi bawang putih dapat diperoleh di kios penjual bibit atau produsen bibit. Selain itu, umbi bibit juga dapat diperoleh dari hasil panen sebelumnya yang telah dipersiapkan untuk umbi bibit. Pengolahan Lahan Persiapan Penanaman bawang putih biasanya dilakukan di daerah persawahan yaitu setelah panen padi. Pengolahan lahan bertujuan menyiapkan kondisi tanah sesuai dengan yang diinginkannya. Secara garis besar pengolahan tanah meliputi kegiatan penggemburan (dicangkul/ dibajak), pembuatan bedengan dengan saluran air, pemberian jerami, pengapuran (untuk tanah asam) dan pemberian pupuk dasar. Rasio jarak tanam dengan kebutuhan bibit tertera pada tabel di bawah. Pengapuran Keasaman tanah yang ideal untuk budidaya bawang putih berkisar antara pH 6 - 6,8. Jika keasaman tanah masih normal, pH nya berkisar 5,5-7,5, belum merupakan masalah. Menjadi masalah apabila keasaman tinggi, pH nya rendah. Untuk menurunkan tingkat
keasaman tanah, menaikkan pH, perlu dilakukan pengapuran. Waktu pemberian kapur yang baik adalah pada saat akhir musim kemarau menjelang musim hujan. Pemberian kapur ke dalam tanah dilakukan 2 - 4 minggu sebelum tanaman ditanam. Selain itu, faktor cuaca juga perlu diperhatikan pada saat pemberian kapur. Lahan yang akan dikapur juga harus dibersihkan dari rumput pengganggu (gulma). Pemberian kapur dilakukan dengan cara ditabur, seperti memupuk padi. Setelah ditaburi merata, tanah dicangkul lagi agar kapur bercampur dengan tanah dan cepat bereaksi. Selanjutnya, tanah dibiarkan selama 2-3 minggu, lalu diolah lagi untuk ditanami. Pengapuran dilakukan secara bertahap agar kondisi lahan tidak rusak. Adapun kebutuhan kapur untuk menetralkan tanah sebagai berikut: a. pH tanah 4,0 = 10,24 ton/ha. b. pH tanah 4,5 = 7,87 ton/ha. c. pH tanah 5,0 = 5,49 ton/ha. d. pH tanah 5,5 = 3,12 ton/ha. e. pH tanah 6,0 = 0,75 ton/ha. Pembibitan Kualitas bibit merupakan faktor penentu hasil tanaman. Tanaman yang dipergunakan sebagai bibit harus cukup tua. Yaitu berkisar antara 70-80 hari setelah tanam. Bibit kualitas baik adalah berukuran sedang, sehat, keras dan permukaan kulit luarnya licin/ mengkilap. Cara penyimpanan yang baik dan biasa dilakukan oleh petani adalah dengan menyimpan diatas parapara dapur atau disimpan di gudang Cara Penanaman Sehari sebelum ditanam, bibit bawang putih yang masih berupa
umbi dipipil/dipecah satu per satu sehingga menjadi beberapa siung. Agar lebih mudah memecahkan umbi dan menghindari terkelupasnya kulit siung, sebaiknya umbi dijemur selama beberapa jam. Bibit siung tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang tanam di atas bedengan (3-4 cm). Lubang tanam jangan dibuat terlalu dalam supaya bibit tidak terbenam seluruhnya. Pemeliharaan Tanaman Penjarangan dan Penyulaman Bawang yang ditanam kadang-kadang tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor bibit. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam suatu lahan ada tanaman yang tidak tumbuh sama sekali, ada yang tumbuh lalu mati, dan ada yang pertumbuhannya tidak sempurna. Jika keadaan ini dibiarkan, maka produksi yang dikehendaki tidak tercapai. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, seminggu setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tampak tidak sempurna. Biasanya untuk penyulaman dipersiapkan bibit yang ditanam di sekitar tanaman pokok atau disiapkan di tempat khusus. Persiapan bibit cadangan ini dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman pokok. Penyiangan Pada penanaman bawang putih, penyiangan dan penggemburan dapat dilakukan dua kali atau lebih. Hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan selama satu musim tanam. Penyiangan dan penggemburan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-2 minggu setelah tanam. Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur 4-5 minggu setelah tanam. Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang lagi. Pada saat umbi mulai terbentuk, penyiangan dan penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar dan umbi baru.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
27
Manfaat bawang putih - Manfaat bawang putih bagi kesehatan jantung ditemukan oleh tim peneliti dari University of Alabama yang hasil kajiannya diterbitkan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences. Zat sulfida hidrogen, hasil reaksi antara senyawa allicin pada bawang putih dengan sel darah merah pada tubuh manusia, terbukti dapat merenggangkan saluran darah dan membuat darah mudah mengalir. - Bawang putih juga bermanfaat bagi ibu hamil. Sebuah riset oleh tim dari Academic Department of Obstertrics & Gynaecology, Chelsea & Westminster Hospital di London menunjukkan, konsumsi bawang putih selama kehamilan dapat mengurangi resiko komplikasi kehamilan serta membantu menaikkan berat badan bayi.
Foto: KI / Uus Suwito Pembubunan Dalam penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan. Pembubunan terutama dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya mengambil tanah dari selokan/ parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam sehingga drainase menjadi normal kembali. Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besarbesar. Panen Ciri dan Umur Panen Bawang putih yang akan dipanen harus mencapai cukup umur. Tergantung pada varietas dan daerah, umur panen yang biasa dijadikan
28
pedoman adalah antara 90 120 hari. Ciri bawang putih yang siap panen adalah sekitar 50 prosen daun telah menguning/kering dan tangkai batang keras. Cara Panen Bawang putih di dataran rendah biasanya telah siap dipanen pada umur 80 – 100 hari tergantung keadaan kesuburan tanaman di lapangan. Ciri tanaman bawang putih siap dipanen, daun tanaman 50 % telah menguning atau kering dan tangkai batangnya sudah keras. Cara panen dapat dilakukan dengan pencabutan langsung terutama pada tanah yang ringan dan pencukilan dilakukan pada tanah-tanah bertekstur agak berat. Hasil tanaman diikat sebanyak 30 tangkai tiap ikat dan dijemur selama 1 – 2 minggu. Pasca Panen Pengumpulan Setelah dipanen dilakukan pengumpulan dengan cara mengikat batang semu bawang putih menjadi ikatan-ikatan kecil dan diletakkan di atas anyaman daun kelapa sambil dikeringkan untuk menjaga dari kerusakan dan mutunya tetap baik. Penyortiran dan Penggolongan Sortasi dilakukan untuk mengelompokkan umbi-umbi bawang putih menurut ukuran dan mutunya. Sebelum dilakukan penyortiran, umbiumbi yang sudah kering dibersihkan. Akar dan daunnnya dipotong hingga hanya tersisa pangkal batang semu sepanjang ± 2 cm. Ukuran atau kriteria sortasi umbi bawang putih adalah : • Keseragaman warna menurut jenis.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
• • • • • •
Ketuaan/umur umbi. Tingkat kekeringan. Kekompakan susunan siung. Bebas hama dan penyakit. Bentuk umbi (bulat atau lonjong). Ukuran besar-kecilnya umbi.
Berdasarkan ukuran umbi, bawang putih dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas, yaitu : a. Kelas A: umbi yang diameternya lebih dari 4 cm. b. Kelas B: umbi yang diameternya antara 3-4 cm. c. Kelas C: umbi yang diameternya antara 2-3 cm. d. Kelas D: umbi yang kecil atau yang pecah dan rusak. Penyimpanan Dalam jumlah kecil, bawang putih biasanya disimpan dengan cara digantung ikatan-ikatannyadi atas para-para. Setiap ikatan beratnya sekitar 2 kg. Para-paranya dibuat dari kayu atau bambu dan diletakkan diatas dapur. Cara seperti ini sangat menguntungkan karena setiap kali dapur dinyalakan, bawang putih terkena asap. Pengasapan merupakan cara pengawetan yang cukup baik. Dalam jumlah besar, caranya adalah disimpan di dalam gudang. Gudang yang akan digunakan harus mempunyai ventilasi agar bisa terjadi peredaran udara yang baik. Suhu ruangan yang diperlukan antara 25-30 derajat C. Jika suhu ruangan terlalu tinggi, akan terjadi proses pertunasan yang cepat. Kelembaban ruangan yang baik adalah 60-70 persen.
SOSOK , Direktur Utama PT. Silva Tropika Kultura
Sugeng
Menciptakan Bibit Untuk
Ketahanan Pangan Indonesia Saat ini, boleh jadi sangat susah menemukan pemimpin perusahaan yang mau berpenampilan sederhana. Namun, tidak dengan Sugeng, untuk bekerja ia justru mengandalkan motor bebek keluaran tahun 2000. Meski sederhana, siapa sangka ia merupakan direktur utama PT Silva Tropika Kultura, perusahaan pembibitan yang sudah dikenal secara nasional. Soal pengalaman bidang pembibitan, pertanian, dan perkebunan, jelas tak bisa dianggap enteng lantaran Laboratorium milik Silva dipakai banyak perusahaan dan pemerintah daerah untuk pengembangan bibit.
S
ugeng mulai merintis karir sebagai sebagai salesman di Setio Harto Ltd, perusahaan distributor alat-alat kesehatan dan laboratorium pada tahun 1981 setelah lulus SMA. Sedari awal bekerja, ia selalu memegang prinsip yang diajarkan sang ayah yakni untuk selalu bekerja keras. “Dengan giat bekerja setiap manusia pasti akan sampai pada titik puncak karirnya,” ucapnya. Memegang prinsip itu, karirnya terus menanjak. Pada tahun 2000 ia hijrah ke PT Serena Analistika sebagai pengawas di laboratorium. Serena Analistika merupakan sebuah perusahaan penyedia alat – alat laboratorium, khususnya yang berkaitan dengan perkebunan dan pertanian. Hanya saja, di tengah perjalanan, ia merasa kurang sreg dengan langkah perusahaan sehingga memutuskan untuk keluar. Kemudian, sejak Mei 2000 ia bergabung dengan Silva Tropika. Di situ awalnya dipercaya sebagai bagian umum, kemudian naik pangkat menjadi kepala laboratorium hingga akhirnya
menjabat sebagai direktur utama. Sugeng mengaku Silva Tropika Kultura akan menjadi pelabuhan terakhir karirnya. Jebolan SMA N 2 Purwokerto ini mengaku tidak pernah sama sekali belajar khusus mengenai tanam – menanam. Keahlian itu ia dapat dari pengalaman dan keseharian ketika bergelut beragam teknologi dan inovasi di bidang pertanian dan perkebunan. “Kata orang tangan saya bagus, jadi kalau menanam tumbuhan, hasilnya selalu bagus. Mungkin karena saya anak seorang petani,” ujar pria kelahiran Cilacap, 10 Mei 1959. Rupanya, meski Silva sudah berhasil menemukan pelbagai inovasi, saat ini inovasi itu belum dipatenkan. Sugeng bilang Silva lebih memilih membagikannya secara gratis alias cumacuma ke petani dan kalangan industri. Hal itu dilakukan untuk memberikan gambaran bahwa penelitian yang ideal berfungsi untuk membantu masyarakat. “Saya lebih senang
hasil penelitian dipakai banyak kalangan,” jelasnya. Sugeng bilang, jajaran pemilik perusahaan dan komisaris juga sepakat hasil penelitian itu tidak harus dinilai atau dihargai dengan uang. Hanya, ia berharap, hasil penelitian bisa dipublikasikan lebih banyak. “Jika dipublikasi dan mendapat tanggapan dari pasar tidak mustahil akan sangat membantu mengatasi persoalan ketahanan pangan,” pungkasnya.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
Foto: KI / Uus Suwito
Oleh: Harris Malikus
29
RAGAM
Foto: KI / Uus Suwito
Manfaat dan Potensi
LIDAH BUAYA Oleh: Citra Nuraini
Lidah buaya merupakan tanaman yang sering digunakan didalam industri kosmetik dan obat-obatan. Tanaman ini menjadi salah satu dari 10 jenis tanaman terlaris dan terfavorit di dunia. Lidah buaya sudah dibudidayakan secara komersil dibeberapa negara, yaitu: Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, Israel, Australia dan Thailand.
30
D
i Indonesia, lidah buaya dibudidayakan secara komersil di Pontianak mulai sekitar tahun 1990. Hal ini dilakukan untuk memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor. Lidah buaya Pontianak diekspor ke Hongkong, Malaysia, Taiwan, dan Jepang. Nilai ekspor pelepah lidah buaya segar yang tercatat oleh Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konversi Alam untuk tahun 2001 adalah USD 2.143 untuk 15.000 lembar pelepah. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Hazairin mengatakan, Aloe vera atau lidah buaya, menjadi salah satu tanaman yang tumbuh baik dan subur di provinsi Kalimantan Barat. Menurut Hazairin, kelebihan lidah buaya
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
dari Kalbar mempunyai ukuran yang besar dengan pelepah mampu mencapai panjang satu meter. Beberapa keunggulan komparatif dari tanaman lidah buaya antara lain pemeliharaannya yang relatif mudah, produksi relatif lebih tahan lama dari pada produk hortikultura lainnya (tidak mudah busuk) dan gangguan hama/penyakit relatif kecil. Prospek pengusahaan tanaman ini juga ditunjang dengan kenyataan bukti-bukti manfaat dan kegunaan lidah buaya yang sangat luas serta permintaan pasar yang cukup besar terhadap komoditas tersebut. Untuk mengembangan tanaman tersebut berikut produk turunannya, kemudian menyusul didirikan Aloe Vera Center pada 2002 di Kalimantan barat. Lidah buaya dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan seperti: minuman segar,
RAGAM dodol, jelly, jus, nata de aloe, teh celup, selai, dan kerupuk, serta tepung lidah buaya yang bisa dijadikan bahan baku obat maupun kosmetik. Namun, bukan Pontianak saja yang dapat mengembangkan lidah buaya. Untuk berproduksi secara optimal, lidah buaya menghendaki ketinggian 200 – 700 m dpl. Dengan jenis tanah aluvial, latosol, podsolik, andosol, atau regosol dengan drainase yang cukup baik. Di daerah yang bersuhu antara 16oC – 33oC , lidah buaya dapat tumbuh baik dengan curah hujan 1.000 – 3.000 mm kubik per tahun dan musim kering agak panjang. Oleh karena itu, lidah buaya juga bisa mudah tumbuh dipot-pot. Penggunaan Lidah Buaya secara tradisional Cacingan, susah buang air kecil: Akar lidah buaya dicuci dan dijemur sampai kering. Rebus dengan segelas air sampai airnya
tinggal setengah. Diminum sekaligus. Ambeien: ½ batang daun lidah buaya dibuang durinya, cuci dan diparut. Beri ½ gelas air. Peras. Beri 2 sendok makan madu. Minum 3x sehari. Sembelit: ½ batang daun lidah buaya dicuci dan dikupas. Isinya dipotongpotong kecil. Seduh dengan ½ gelas air. Beri 1 sendok makan madu. Hangat-hangat dimakan 2x sehari. Penyubur rambut: Daun lidah buaya dicuci, dikupas. Isinya digosokkan pada kulit kepala yang telah dikeramas pada sore hari. Bungkus dengan kain. Keesokan harinya rambut dibilas. Lakukan setiap hari selama tiga bulan. Luka bakar / tersiram air panas (ringan):
Daun lidah buaya dicuci bersih dan dikupas. Tempelkan bagian dalamnya pada bagian yang terkena api/air panas. Bisul: Daun lidah buaya dicuci, dikupas, dan dilumatkan . beri sedikit garam lalu tempelkan pada bisul. Jerawat, noda-noda hitam: Daun lidah buaya dicuci dan dikupas. Isinya diblender. Seperlima gelas cairan diaduk dengan tepung beras (bedak) dingin sampai kental. Aduk rata dan laburkan ke wajah. Biarkan selama 30 menit baru dibilas. Batuk (yang membandel): 20 g daun lidah buaya dicuci, dikupas, dipotong-potong. Beri 2 sendok makan madu murni. Minum 2x sehari. Ulangi selama 10 hari. Diabetes: 2 daun lidah buaya dicuci, dibuang durinya, dipotongpotong. Rebus dengan 3 gelas air. Saring. Minum 2 - 3x sehari sesudah makan. Sekali minum ½ gelas. Radang tenggorokan: 1 daun lidah buaya dicuci dan dikupas. Isinya dipotongpotong atau diblender. Beri madu murni dan minum 3x sehari. Menurunkan kolesterol: 30 g daging lidah buaya, 1 buah apel dikupas dan buang bijinya, blender.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
31
AGRIBISNIS Jabon Merah
Untung
Merekah dari
Jabon Merah Oleh : Sugeng Sutrisna
Tak perlu waktu lama, 7 tahun tanam, Jabon Merah siap tuai berkah.
32
T
anaman Jabon Merah atau Samama saat ini belum begitu dikenal masyarakat. Meski begitu, tanaman ini sangat layak dijadikan investasi. Pasalnya, selain bisa tumbuh di berbagai jenis tanah, Anda sudah bisa memanen di tahun ketujuh. Bandingkan dengan pohon jati yang baru bisa dipanen diumur 20 tahun atau pohon mahoni yang baru bisa ditanam diumur 15 tahun. Jelas ini sangat menguntungkan. Bahkan, jika dibandingkan dengan Poplar, tanaman mirip Jabon yang tumbuh di Cina, baru bisa dipanen diumur
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
20 tahun. Jadi, dari sisi bisnis Jabon masih unggul jauh dibanding jati, mahoni, bahkan poplar. Oh iya, tanaman ini memiliki ciri bentuk batangnya lurus, daun lebar meyerupai daun jati, tanpa cabang. Sebenarnya ada jenis jabon lain yakni Jabon Putih. Namun Jabon Putih memiliki beberapa kelemahan antara lain kurang tahan hama dan harga jual lebih rendah. Sebuah penelitian menyebut antara tahun 1936-1940, banyak perkebunan Jabon yang didirikan di Jawa, Kalimantan, Sumatera Selatan dan Palembang. Bahkan, di Filipina, Jabon sering disebut sebagai ;pohon permata’ lantaran
AGRIBISNIS Cara tanam dan perawatan Jabon juga tak sulit. Ketika mulai menanam, Anda cukup buat lubang tanam yang besar dan agak dalam serta memakai pupuk yang tepat.
menguntungkan. Tanaman ini juga mudah dibudiayakan. Cukup tanam di atas tanah dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, maka tanaman akan tumbuh dengan baik.
Ini dimaksudkan supaya serangan hama di awal pertumbuhan Jabon bisa dihindarkan. Jadi, segera tanam Jabon.
Tak selamanya bibit Jabon yang dijual di pasaran bermutu baik. PT. Silva Tropika adalah satu produsen bibit Jabon yang bermutu. Berikut cara memilih bibit Jabon yang baik: Lihatlah Kekompakan Media Kekompakan media meliputi kondisi batang, dimana untuk bibit yang baik batang harus dalam kondisi utuh. Tidak ada bagian yang terlihat retak, karena bila retak akan mudah terkena penyakit. Ketinggian Tinggi bibit yang baik idealnya adalah 30-60 cm. Ini adalah tinggi bibit yang ideal. Jangan mudah tertipu bila ada pedagang bibit yang menawarkan bibit yang lebih tinggi dengan janji waktu panen lebih cepat. Sebab, bibit yang tingginya melebihi ketinggian ideal, biasanya memiliki akar yang sudah kuat dan menembus poli bag tempat sementara bibit. Dampak jika menggunakan bibit seperti ini adalah tanaman akan stres bisa dipindahkan. Mengingat, akar yang sudah menembus poly bag tersebut, akan masuk ke dalam tanah yang otomatis akan tercabut bila dipindahkan. Diameter Diameter bibit yang sehat biasanya berkisar antara 5-8 mm. Hal ini merupakan diameter normal untuk ukuran bibit. Bila ada bibit yang berukuran kurang dari 5 mm, maka bibit tersebut bisa digolongkan ke dalam bibit kelas dua. Nilai Kekokohan bibit Nilai kekokohan bibit jabon untuk bibit kelas unggulan dikategorikan pada angka 50-90. Warna daun Bibit yang baik dan sehat akan memiliki daun yang berwarna hijau dan terlihat cerah. Hanya pada Jabon merah, pada bagian ujung dauh akan terdapat warna merah yang membedakan dengan Jabon putih. Berikut ilustrasi investasi Jabon: Jenis Jabon Jabon Putih Jabon Merah
Volume Produksi 400 m3 500 m3
Harga Jual di Pasaran 800.000/m3 1.200.000/m3
Biaya Bibit
Biaya Perawatan
1.200/pohon 2.000/pohon
22.000.000/tahun 22.000.000/tahun
Pendapatan Akhir 186.800.000,466.800.000,-
Catatan: • Waktu investasi Jabon selama enam tahun • Waktu investasi Jabon selaman enam tahun • Luas lahan yang digunakan adalah 1 hektare • Total tanaman yang dihasilkan adalah 1000 batang • Tidak ada pencurian kayu jika tidak dijaga jabon diusia 3 tahun sudah bisa dijual • Pemeliharaan dan pemupukan 40% menggunakan pupuk organic Manjat Produk PT. Silva Tropika Kultura sehingga menekan penggunaan pupuk kimia • Bibit Jabon Merah unggul Produk PT. Silva Tropika Kultura • Harga kayu setiap tahunnya naik dikarenakan permintaan yang cukup tinggi dan semakin berkurangnya lahan tanam yang ada
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
33
KABAR PETANI Menilik Jambu Mete
Foto: KI / Haryanto
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah dikenal sebagai daerah penghasil kacang mete. Komoditas ini dihasilkan dari lahan seluas 20.505 ha atau 78 persen dari jumlah lahan di Jawa Tengah. Meskipun jumlah hasil panennya bukan yang terbanyak di Jawa, mencapai 82 persen dari total hasil panen Jawa Tengah atau sebanyak 7100 kg. Oleh : Haryanto Rita
W
onogiri memiliki kondisi geografis berupa pegunungan yang berbatu kapur. Kondisi seperti ini sering dianggap sebagai daerah pertanian yang tandus sehingga kurang diminati oleh para petani maupun investor agribisnis. Tanaman pertanian seperti padi, palawija, lombok, melon, semangka, ataupun tanaman agrobisnis lainnya tentu sulit tumbuh. Kondisi demikian membuat penduduk lokal berusaha menanam pohon yang bisa bertahan dengan baik. Pada musim penghujan memungkinkan para petani
34
Gurihnya Mete
Wonogiri lokal untuk menanam padi, palawija, ataupun sayuran dengan mengandalkan curah hujan yang ada. Tetapi menjelang musim kemarau tanah-tanah yang mengering jadi sulit menyimpan air karena banyak mengandung kapur dan batu padas. Pada musim ini biasanya petani lokal akan menanam palawija yang dapat di panen dalam jangka pendek, contohnya ketela pohon. Dari sebagian besar lahan pertanian, di pinggir ladang jambu mete kerap dipakai sebagai batas antar ladang. Jambu mete (Anacardium occidentale) menjadi ikon Wonogiri karena banyak ditanami penduduk. Di pinggir-pinggir jalan raya dapat dilihat barisan pohon jambu mete. Disamping perawatannya mudah, jambu mete, khususnya kacang
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
mete, memiliki harga jualnya lebih tinggi dibandingkan hasil pertanian lainnya. Sehingga secara ekonomi hasil panen kacang mete dapat menambah penghasilan para petani dan penduduk lokal. Panen raya untuk jambu mete biasanya setahun sekali setiap bulan Agustus. Kepada pengepul para petani umumnya menjual kacang mete gelondongan. Hanya sebagian kecil saja yang memanfaatkan buahnya. Hasil olahannya yang lain dari jambu mete dapat jadi bahan campuran abon atau sirup jambu mete. Sedangkan kulit kacang mete biasanya dijual kepada pengumpul sebagai bahan pembuat minyak rem. Pendistribusian hasil panen mete bagi petani Wonogiri sudah terbentuk secara alami.
KABAR PETANI Para pembeli, pengepul akan datang ke rumahrumah mereka. Hasil panen kacang mete tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di Wonogiri, tetapi terdistribusi juga ke luar daerah. Para pengepul akan mengupas kacang mete dengan alat pemecah kacang mete. Kemudian hasilnya dijual ke pasar, ke pabrik pengumpul, atau langsung dikirim ke luar daerah. Kacang mete bernilai jual tinggi, harganya di atas jenis kacang-kacangan yang lain. Dalam menanam dan memelihara jambu mete warga melakukannya secara turun-temurun. Mereka akan terus meregenerasi tanaman mereka dengan harapan menjaga produktifitas hasil panen. Masyarakat sadar nilai ekonomis tinggi kacang mete yang dapat menunjang perekonomian keluarga. Hal ini juga mengingat animo
yang lebih gurih dan rasa manis jadi kekhasannya mete dari daerah ini. Kendala yang dirasakan oleh warga atau petani lokal dalam pembudidayaan jambu mete yaitu pada musim yang tidak menentu. Ketika tanaman telah mulai berbunga tapi hujan masih sering turun, praktis bunga akan gugur dan membusuk sehingga tidak jadi buah. Akibatnya hasil panen akan merosot. Selain itu kendala yang lain yaitu Buah Jambu Mete (Foto: KI / Haryanto) kurangnya penyuluhan tentang pengolahan dari permintaan mete dari luar daerah buah jambu dan kulit dari kacang masih tinggi. mete menjadi lebih bernilai, sebab Apalagi kacang mete dari selama ini warga masyarakat Wonogiri berbeda dengan hasil kurang memanfaatkannya. daerah lainnya. Kondisi tanah dan Masyarakat juga berharap harga georafis yang kering membuat kacang mete terus bagus sehingga kacang mete Wonogiri tidak bertahan jadi primadona komoditas sebesar kacang mete dari daerah Kabupaten Wonogiri. lain. Namun ukuran polong, rasa
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
35
MANCANEGARA Perubahan Iklim
Courtesy: Google
Ancaman gagal panen lantaran cuaca ekstrim saatinitengahmenghantui parapetanidiseluruhdunia. Guna menanggulangi masalah itu, saat ini para ilmuwan botani yang ada di Amerika Serikat tengah membahas iklim yangsemakinekstrimserta antisipasinyaagartakmakin memburuk. Oleh : Sugeng Sutrisna
l
lmuwan botani dari Universitas Florida, Ken Boote mengatakan, akibat suhu di musim panas yang sangat menyengat, bahkan masuk kategori ekstrim, mengakibatkan para petani di Amerika saat ini tidak bisa lagi
Petani Dunia Risaukan
Cuaca Ekstrim menanam buah tomat hingga tanaman kacang-kacangan. “Kami tidak lagi bisa menanam tomat di daerah pedalaman bagian selatan di musim panas. Penyerbukan yang terjadi gagal total,” katanya. Suhu ekstrim juga melanda Gambia, Negara kecil di wilayah Afrika Barat. Akibatnya gagal panen melanda mayoritas pertanian
di Negara tersebut lantaran pemerintah salah memprediksi terkait musim di 2011 dan awal 2012 ini. Bupati Gambia, Jim Fatima Jobe mengatakan, gagal panen Gambia tahun ini terburuk sepanjang 20 tahun terakhir. Ia bilang saat ini tak ada satu pun hasil panen yang bisa dinikmati petani. Akibat cuaca ekstrim,
Data Fakta Perubahan Iklim • Negara Argentina, sebagai pengekspor jagung kedua terbesar di dunia mengalami musim kekeringan dan gelombang panas yang parah dan banyak merusak tanaman jagung • Munich Re, salah satu perusahaan terbesar di dunia dalam bidang asuransi, memperkirakan total kerugian yang diderita akibat bencana alam karena iklim selama 2011 adalah USD 380 miliar • Pada Februari 2012, Bank Dunia mengestimasi 44 juta orang di wilayah ekonomi berkembang merosot ke kemiskinan ekstrim akibat harga makanan yang terus naik. • Brazil dan Argentina adalah negara yang paling terkena dampak parah dari badai La Nina saat ini. Salah satunya adalah lahan pertanian kedelai dan jagung.
36
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
MANCANEGARA semua tanamanan kacangkacangan, jagung, dan beras belum memenuhi kualitas yang baik. Akibat perubahan iklim drastis, sejumlah Negara mengalami kekacauan. Mesir dan Tunisia merupakan negara paling awal bergejolak karena masalah gagal panen. Akibat gagal panen, berbagai harga kebutuhan bahan pokok rumah mengalami kenaikan drastis. Harga makanan juga makin tak terjangkau. Tak heran jika sejumlah pihak menilai bahwa konflik
yang ada saat ini sangat kuat disebabkan oleh perubahan iklim. "Kejadian-kejadian cuaca ekstrim terus meningkat lebih sering dan kuat di negara-negara kaya maupun miskin, tidak hanya menghancurkan kehidupan tapi juga infrastruktur, institusi dan anggaran,� kata Ban Ki-moon, Sekretaris Jendral PBB. Ilmuwan botani dari Universitas Standford, David Lobell mengatakan, dari riset yang ia lakukan selama tiga dekade lebih, tanaman gandum, jagung,
dan padi, kini makin mudah rusak akibat perubahan iklim. Ia khawatir bakal makin merusak kestabilan pangan dunia. David juga menemukan saat ini suhu bumi terus naik. Selain mengancam kehidupan, berbagai tanaman juga menjadi mudah rusak. Sementara, permintaan pangan tidak pernah berkurang.
Cuaca ekstrem. Perubahan iklim yang begitu drastis dapat menyebabkan cuaca yang sangat ekstrem, seperti kekeringan.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
37
INOVASI & TEKNOLOGI Kultur Jaringan
Teknik Seleksi In Vitro Kebutuhan komoditas pertanian terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Upaya untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian melalui ekstensifikasi menghadapi kendala cekaman abiotik seperti kekeringan, keracunan aluminium (Al) dan unsur mikro pada lahan masam, dan salinitas. Indonesia mempunyai sekitar 47,60 juta hektar lahan podzolik merah kuning yang bersifat masam. Oleh : Citra Nuraini
T
anah masam dapat diperbaiki melalui pengapuran sehingga sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Namun, pengapuran membutuhkan biaya yang mahal dan bersifat tidak permanen. Penggunaan tanaman yang toleran tanah masam merupakan pilihan yang lebih baik sehingga tanaman mampu berproduksi di lahan masam. Cekaman abiotik seperti keracunan Fe dan Mn, salinitas maupun suhu rendah juga mempengaruhi produktivitas ta-naman. Masalah ini perlu diupayakan pemecahannya, antara lain dengan menanam varietas yang
38
toleran. Teknik bioteknologi dapat dimanfaatkan dalam perakitan varietas toleran cekaman biotik, seperti kekeringan, keracunan Al, dan cekaman abiotik lainnya. Pada saat ini sangat sulit mencari sumber gen ketahanan terhadap cekaman abiotik dari tanaman yang sejenis. Untuk mengarahkan perubahan sifat ke arah yang diinginkan dapat digunakan metode seleksi in vitro. Metode seleksi in vitro merupakan salah satu metode dalam teknik kultur jaringan. Seleksi in vitro merupakan salah satu metode keragaman somaklonal, tapi lebih efektif dan efesien karena perubahan sifat lebih terarah. Tanaman hasil regenerasi jaringan pada kultur in vitro
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
kemungkinan akan mempunyai fenotipe yang toleran terhadap kondisi seleksi. Seleksi in vitro lebih efisien karena kondisi seleksi dapat dibuat homogen, tempat yang dibutuhkan relatif sedikit, dan efektivitas seleksi tinggi. Penggunaan teknik seleksi in vitro akan menghasilkan populasi sel varian melalui seleksi pada media yang sesuai. Intensitas seleksi dapat diperkuat dan dibuat lebih homogen. Populasi jaringan atau sel tanaman dapat diseleksi dalam media seleksi sehingga akan meningkatkan frekuensi variandengan sifat yang diinginkan. Di BB-Biogen, penerapan teknik ini sudah dilakukan pada beberapa tanaman. Teknik ini telah
INOVASI & TEKNOLOGI diujikan pada kedelai, padi, dan holtikultura. Kebutuhan kedelai nasional yang dipenuhi dari dalam negeri baru 40%, sisanya dipenuhi dari impor. Akibat keracunan AL dan H+ serta karat hara makro, produksi kedelai ditanah masam umumnya kurang dari 1 ton per hektar. Oleh sebab itu, BB-Biogen mencari solusi alternative dengan mengembangkan kedelai toleran Al. Keragaman pada kedelai dibentuk dengan meradiasi massa sel embriotik kedelai varietas Sindoro dengan sinar gamma, dilanjutkan dengan seleksi in vitro dengan Al sebagai komponen seleksi. Dengan teknologi ini didapat galur baru yang toleran terhadap Al dengan daya hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas yang telah dilepas dilahan masam. Tanaman yang diperoleh diperbanyak secara generatf dan ditanam pada lahan masam. Hasil pengujian itu menunjukan kualitas yang lebih baik varietas sindoro. Pada tanaman padi, teknik seleksi in vitro telah menghasilkan nomor-nomor harapan padi yang toleran terhadap lahan masam dan pH rendah. Selain itu, teknik ini juga telah menemunkan padi toleran kekeringan. Terjadi peningkatan toleransi terhadap beberapa somaklon asal padi varietas gajah mungkur, IR64, dan Towuti. “Padi toleran kekeringan ini, merupakan penemuan yang menggembirakan,” ujar Haryono, Kepala Badan Litbang Pertanian Haryono usai diskusi
tentang penerapan bioteknologi di Hotel Sahid, Jakarta. Pada tanaman holtikultura, teknik in vitro berhasil diterapkan pada tanaman panili, pisang (Ambon Hijon, Ambon Kuning, dan Rajabulu), dan abaka untuk peningkatan ketahanan terhadap penyakit layu fusarium dengan menggunakan agen seleksi fusarat dan filtrat.
Hasilnya, didapat tanaman abaka dengan tingkat multiplikasi tunas yang tinggidan dengan kandungan serat yang lebih baik dari tanaman asalnya. Untuk pisang, diperoleh nomor-nomor harapan pisang yang mempunyai sifat ketahanan terhdap layu fusarium dilahan endemik.
Bioteknologi, Upaya Meningkatkan Produktivitas Pangan
U
paya meningkatkan produktivitas pangan terus dilakukan pemerintah. Salah satu caranya adalah mengembangkan bioteknologi. Bioteknologi merupakan rekayasa genetika agar tercipta suatu verietas unggul baru. Beberapa hasil biotekologi yang ada di Indonesia contohnya seperti, kentang tahan busuk, padi toleran kekeringan, papaya penudaaan kemasakan. Kerja bioteknologi dengan menemukan satu gen, kemudian digabungkan dengan varietas yang diinginkan. Namun, dalam teknik rekayasa genetika penembakan sel, belum dapat menciptakan satu varietas baru dengan beberapa keunggulan. Contohnya belum ada verietas padi yang unggul yang tahan penyakit, pestisida dan mampu produktivitas tanam sekaligus. Kepala Badan Litbang Pertanian Haryono mengatakan walau tidak berdampak langsung terhadap peningkatan produktivitas, peran bioteknologi tetap dibutuhkan. “Untuk langsung meningkatkan produktivitas pertanian melalui bioteknologi masih sulit. Ini membutuhkan waktu lama,” tegas Haryono. Menurutnya, menjaga ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada produktivitas tanaman, tetapi juga luas areal lahan.“Bila berbicara kemandiran pangan tidak hanya bergantung kepada produktivitas, semata tetapi juga luas areal panen,” ujar Haryono. Belum lagi ditambah faktor kualitas bibit, kondisi lahan budidaya, pupuk, proses pasca panen, dan masalah perubahan iklim. Sejauh ini, perkembangan bioteknologi di dunia cukup menggembirakan. Fadilla Dewi Rakhmawaty, perwakilan kompartemen bioteknologi di CropLife Indonesia, mengungkapkan pada 2010 pengembangan tanaman produk rekayasa genetika di seluruh dunia telah mencapai satu miliar hektare (ha). “Pengembangan bioteknologi di negara-negara maju sudah beberapa tahun sebelum kita,” ujarnya. Penggunaan tanaman bioteknologi meningkat dari 25 negara menjadi 29 negara. Delapan negara berkembang masuk peringkat10 negara penanam terbesar (lebih dari satu juta ha). Petani yang membudidayakan tanaman bioteknologi di seluruh dunia mencapai 15,4 juta orang yang mana 14,4 juta di antaranya petani kecil dan miskin. Keuntungan ekonomi yang diperoleh petani mencapai USD10,8 miliar pada 2009, yang sebanyak 53 persennya petani di negara berkembang. Sedangkan di Indonesia, tanggal 17 November 2011, baru saja menyidangkan di rapat pleno KKH (Komisi Keamanan Hayati) tiga tanaman hasil biotek. Tebu toleran kekeringan, ISP (ice strukture protein) sebagai bahan baku membuat es krim, dan jagung yang telah dimodifikasi kandungan amilase untuk peningkatan produksi etanol. Ketiganya berstatus aman pangan.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
39
Minimnya Konsumsi
Telur dan Daging Produk peternakan termasuk produk-produk perunggasan merupakan kebutuhan dasar manusia yang berperan besar dalam mewujudkan manusia yang berkualitas. Kekurangan protein hewani dapat mengakibatkan kerusakan jaringan otak permanent pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. oleh : Stephanus N.
A
Foto: KI / Uus Suwito
yam dan telur merupakan salah satu produk perunggasan yang merupakan sumber gizi esensial yang tidak terdapat pada sumber bahan lainnya. Tidak hanya itu, ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang relatif terjangkau harganya, mudah didapat dan diolah serta digemari oleh hampir semua kalangan masyarakat. Kementerian Pertanian menargetkan empat program 2010– 2014: terwujudnya swasembada yang berkelanjutan, terwujudnya diversifikasi pangan, naiknya nilai tambah dan saing, dan peningkatan kesejahteraan petani.
40
Produk unggas khususnya daging dan telur ayam merupakan produk yang sudah lama swasembada. Indonesia sangat optimis, bahwa kedepannya perunggasan lebih berperan bukan saja dipembangunan peternakan tetapi juga dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hal ini dikarenakan industri perunggasan penyumbang terbesar terhadap PDB pertanian selain kelapa sawit dan dapat dijadikan sumber pertumbuhan baru sektor pertanian. Disamping itu pula, perunggasan telah menunjukan
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
kemampuannya dalam menyediakan pangan asal hewan yang berkualitas. Hampir 65% konsumsi daging di masyarakat Indonesia berasal dari daging unggas. Kemampuan tersebut sudah seharusnya dapat dijadikan modal dasar dalam merespon berbagai program pemerintah pada saat ini maupun kedepan, yaitu yang selalu berpihak kepada penciptaan lapangan kerja, peduli kepada masyarakat miskin dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Industri perunggasan ayam ras saat ini telah berkembang dengan pesat
menjadi industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir yang merupakan sumber daging dan telur yang utama. Yang menjadi keprihatinan kita adalah masih rendahnya pola konsumsi pangan bergizi, hal tersebut disebabkan masih kurangannya pengetahuan, kebiasaan dan rendahnya daya beli masyarakat serta kurannya prioritas mengkonsumsi pangan bergizi bagimasyarakat tertentu disbanding untuk keperluan konsumtif lainnya. Pada saat ini konsumsi protein hewani baru mencapai 6,03 gram/ kapita/tahun di bawah standar gizi nasional 6,5 gram/kapita/tahun. Indonesia dengan jumlah penduduk 240 jutaan jiwa ternyata konsumsi telur dan daging ayam masih relatif rendah dibandingkan Negara tetangga. Manakala penduduk Indonesia mengkonsumsi 1 telur ayam per minggu/orang, orang Malaysia makan 1 butir
telur per hari. Selain itu konsumsi daging ayam penduduk Indonesia 1 ekor ayam per 4 bulan sedangkan Malaysia 3 ekor ayam per bulan. Atau rata-rata konsumsi telur Nasional adalah 87 butir/kapita/ tahun dan daging ayam 7 kg/kapita/ tahun. Kondisi perunggasan saat ini yaitu industri bibit unggas masih sedikit karena padat teknologi dan modal, ketergantungan impor bibit Grand Parent Stock GPS, bibit PS masih diperlukan impor apabila produksi dalam negeri tidak mencukup, bahan baku pangan juga masih impor, dengan demikian perlu adanya restrukturisasi perunggasan. Yaitu menata kembali secara menyeluruh, from farm to table, menata kembali dari sektor hulu sampai hilir, struktur kelembagaan dan struktur pembiayaan. Di tingkat hulu perlu adanya penataan kembali
mengenai pembibitan yang belum berjalan, perlu adanya sertifikasi, pengawasan dan kawasannya serta pakan yang masih tergantung pada bahan baku impor. Pada sektor budidaya, restrukturisasi dilakukan per wilayah dan kawasan, serta penataan usaha dan penerapan good farming practice. Di tingkat regional propinsi perlu adanya biosekuriti pada kawasan budidaya. Di tingkat hilir perlu adanya penataan terhadap rantai perdagangan unggas, serta sarana pedukungnya sehingga mendukung terselenggaranya penyediaan produk unggas yang aman, sehat, utuh dan halal. Hal ini bisa berjalan jika ada hubungan yang sinergis antara pakar, akademisi, asosiasi, media, pelaku bisnis dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat.
Konsumsi Daging Ayam dan Telur Negara ASEAN No Negara Daging Unggas (Kg/Kapita/Tahun) Telur (Butir/Kapita/Tahun) 1. Malaysia 38,50 311 2. Thailand 14,00 93 3. Indonesia 4,50 67 4. Vietnam 3,50 41 5. Kamboja 2,00 16 sumber: FAO (2006)
Konsumsi Protein Hewani Ternak
(Tahun 2005, konsumsi penduduk Indonesia hanya 5,15 gr/kap/hari dan menempati urutan kedua dari bawah se Asia)
sumber: FAO (2005)
Orang Indonesia
Orang Malaysia
1 Butir TELUR tiap MINGGU 1 butir TELUR tiap HARI dan dan 1 ekor AYAM tiap 4 BULAN 3 ekor AYAM tiap BULAN
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
41
profil perusahaan Hortikultura Indonesia (HORTINDO)
Kampanye Produksi Bibit Lokal Bertemakan meningkatkan budidaya tanaman khas Indonesia, Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia (HORTINDO) mengawali sebuah alternatif di dunia hortikultura. Dalam acara yang digelar Afrizal Gindow (Foto: KI / Uus S. di Tebet produksi bibit lokal oleh Ketua Indraya Square, Hortindo menjawab isu impor bibit Hortindo Afrizal Gindow. Menurut Afrizal banyak permasalahan hortikultura. dalam produksi bibit lokal. Sampai saat ini, Hortindo Terutama mengenai kuantitasnya menjadi salah satu asosiasi yang tidak mencukupi kebutuhan produsen perbenihan di Indonesia petani. yang cukup massif. Ada 14 Rizal kemudian produsen yang sudah bergabung menambahkan, permasalahan dalam asosiasi ini. Pun demikian selain produksi pembibitan ialah masih ada ratusan yang belum mengenai mahalnya biaya infestasi. terdaftar. Anggota Hortindo ialah Untuk usahan produksi skala kecil setiap badan perusahaan yang saja membutuhkan biaya sampai mampu menghasilkan bibit, kemudian produksi bibit tersebut di 2 milyar rupiah, sedangkan untuk usaha pembibitan skala besar nilai buat di dalam negeri. infestasi bisa tembus sampai 12 Acara diawali pembacaan milyar rupiah. seputar isu pembibitan, hasil
42
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
Minim subsidi Tingginya biaya infestasi tersebut diperparah dengan minimnya subsidi dari pemerintah. Perihal subsidi untuk produksi bibit dalam negeri Afrizal kembali menambahkan bahwa melakukan subsidi pada pengusaha lebih menguntungkan, ketimbang mengimpor bibit jagung manis dari Cina, sebanyak 500 ribu ton. Meskipun harga bibit hortikultura lokal lebih murah ketimbang harga bibit holtikultura impor, impor bibit tetap dilakukan. Jika harga benih tomat lokal hanya Rp 60.000-Rp 70.000 per 5 gram (gr), harga benih tomat impor mencapai Rp 65.000-75.000 per 5 gr. Kendati memiliki banyak hambatan, Hortindo optimis untuk mengembangkan produksi bibit lokal. Dengan memanfaatkan lahan seperti di Sumatra dan Kalimantan. (HMM)
bursa Menilik CPO ala Indonesia bersama
ICDX
Indonesia merupakan Negara pengekspor CPO keduaterbesar di Dunia. Oleh karenanya harga pasar sangat berpengaruh terhadap pengembangan bisnis sektor ini, berikut data harga CPO per akhir Desember 2011 sampai awal Januari 2012. Data ini diperoleh dari ICDX
Harga Beberapa Komoditas di ICDX Bulan
Pntp
CPO - CPOTR (Rp/Kg) pada penutupan: Senin, 16 January 2012 January, 2012 9120 February, 2012 9100 March, 2012 9075 April, 2012 9125 May, 2012 9125
Historical Price for CPOTR DUM-BLW Contract 2011 Vol.
465 1,482 1,341 - -
RBD PALM OLEIN - OLEINTR (Rp/Kg) pada penutupan: Senin, 16 January 2012 January, 2012 9475 - February, 2012 8455 40 March, 2012 8430 29 April, 2012 8600 - May, 2012 8600 -
1-Dec-11 2-Dec-11 5-Dec-11 6-Dec-11 7-Dec-11 8-Dec-11 9-Dec-11 12-Dec-11 13-Dec-11 14-Dec-11 15-Dec-11 16-Dec-11 19-Dec-11 20-Dec-11 21-Dec-11 22-Dec-11 23-Dec-11 27-Dec-11 28-Dec-11 29-Dec-11 30-Dec-11
7,310 7,310 7,500 7,385 7,385 7,350 7,325 7,165 7,115 7,255 7,145 7,185 7,270 7,310 7,405 7,520 7,670 7,685 7,740 7,670 7,685
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
43
44
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
TIPS
Bukan Halangan Lagi
Menanam Cabai di Musim Hujan oleh : Sugeng Sutrisna
S
elain menjadi komoditas andalan, cabai telah menjadi makanan utama orang Indonesia. Untuk itulah harga cabai
harus tetap stabil dengan menjamin stoknya di pasaran. Namun di musim penghujan ini banyak petani yang gagal menanam karena masalah air. Karena itulah harga cabai melangit.
Nah, untuk itu, kami dari PT. Silva Tropika mencoba memberikan beberapa tips bagi Anda yang ingin mencoba menanam cabai di lahan sendiri. Cukup mudah kok caranya.
Apa Saja Penyakitnya? Banyak penyakit cabai yang kita tidak ketahui. Penyakit ini tak hanya menyerang di musim hujan, di musim kemarau pun dapat menyerang. Maka dari itu kami memberikan beberapa daftar penyakit sekaligus pengendalian yang sering menyerang tanaman cabai. 1. Penyakit Keriting Penyebab: Penyebab penyakit keriting adalah hama trips yang menyerang ujung daun. Pengendalian: Trips pada siang hari biasanya bersembunyi, penyemprotan dilakukan dari atas dan bawah daun sehingga merata di seluruh bagian tanaman dan daun. Penyerangan trips biasanya dilakukan pada saat udara panas di musim kemarau. 2. Penyakit Cacar Daun Dan Cacar Buah Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh hama yang menyerang dengan cepat bagian buah maupun daun dari tanaman cabai. Pengendalian: Agar tak menyebar kemana-mana maka perlu ada tindakan lokalisir. Apabila yang diserang buahnya maka buahnya dipanen lalu dimasukkan dalam karung lalu dibakar. Begitu juga dengan daunnya. Gunakan pestisida Alto ditambah dengan perekat dan disemprot dengan interval 2-3 hari 1 kali. 3. Penyakit Layu Penyebab: Beberapa penyebab penyakit layu adalah kelembaban, cacing, maupun varietas yang digunakan. Pengendalian: Buat bedengan yang lebih tinggi, manfaatkan sinar matahari untuk mengurangi kelembapan. Rapihkan drainase dan semprot antibiotik agrimisin 10 hari 1 kali.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
45
TIPS Beberapa Fakta Seputar Cabai: 1. 2. 3. 4.
Dosen Universitas Soedirman, Heny Ekowati menemukan obat kanker dari campuran ekstrak buah cabe Jawa. Penelitian dia sudah berlangsung sejak 2009 Capsaicin, senyawa kimia pada cabai dapat mengurangi obesitas Skala Scoville adalah sebuah satuan ukur yang mengukur rasa pedasnya cabai. Penemunya adalah Wilbur Lincoln Scoville (1865 – 1942) seorang ahli farmasi berkebangsaan American. Ia mengembangkan test uji coba kepedasan dengan nama Organoleptic Scoville pada 1912. Bagian terpedas pada cabai adalah bagian tengahnya. Saat anda membuka cabai, disitu terlihat biji-biji menempel pada sebuah bagian yang terlihat seperti sumbu, pas di tengah buah cabai.
Kesatu. Memperbaiki drainase di sekitar pertanaman. Air yang menggenang menjadi pemicu berkembangnya berbagai penyakit. Usahakan air bisa mengalir dengan lancar tanpa hambatan. Kedua. Membuat bedengan yang lebih tinggi. Tujuannya adalah mengurangi tingginya kelembaban tanah karena banyaknya air. Kalau pengalaman kami, sebaiknya melebihi 60 cm. Tinggi tersebut merupakan tinggi ideal. Ketiga. Mengatur jarak tanam yang lebih lebar. Tujuannya agar
cahaya matahari yang mengenai tanah lebih banyak. Saran kami tanamlah dengan pola zigzag dengan jarak kurang lebih 50 cm. Memang ada kerugian yakni total tanaman berkurang, tapi ini lebih baik daripada tanaman tak berbuah sama sekali. Keempat. Menggunakan mulsa dengan warna hitam perak. Tujuannya melindungi penyebaran penyakit karena cipratan tanah yang terkena hujan. Karena di tanah tersebut bisa saja mengandung bibit penyakit cabai.
Kelima. Sanitasi sekitar pertanaman. Bersihkan areal pertanaman dari rerumputan liar, gulma atau tanaman lainya yang bisa menjadi inang atau tempat hidup sementara bagi hama atau penyakit. Keenam. Penggunaan pestisida dengan perekat dan perata yang lebih banyak. Hal ini tujuannya agar tak mudah tersapu oleh air. Anda bisa juga menggunakan bahan alami. Ketujuh. Ini ditujukan bagi Anda yang memang memiliki modal lebih. Yaitu dengan membuat naungan plastik agar menghindari dari serangan hujan deras yang bercampur angin. Desain bisa Anda sesuaikan dengan kebutuhan sinar matahari. Kedelapan. Bagian ini adalah kuncinya. Anda harus bisa mengeceknya secara intensif. Jika Anda sudah menerapkan langkahlangkah sebelumnya tapi tak ada pemeriksaan intensif, hasil panen yang maksimalpun sulit untuk didapatkan.
46
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
KONSULTASI
Foto: KI / Uus Suwitp
“Wah, Pohon Pisangku kok bisa layu ya?”
Tanya: Komoditas Indonesia yang kami cintai, perkenankanlah pada rubrik ini kami ingin menanyakan tentang penyakit pada pohon pisang. Saya mempunyai lahan 2 ha yang saya Tanami pohon pisang, tetapi 3 bulan terakir ini saya merasakan ada yang aneh dari pertumbuhan pohon pisang itu. Pertama: tidak keluar jantung pisangnya , kedua: daun layu dan mengering. komoditas, sebenarnya ada apa dengan kebun pisang saya? Terima kasih Indra-Lampung
Jawab: Begini Pak Indra di Lampung, ada kemungkinan besar pohon pisang Bapak terkena penyakit Pisang Layu yang disebabkan oleh bakteri pseudomonas dan fusarium, penyakit ini masih sulit untuk dikendalikan. Kebanyakan lahan yang sudah terserang bakteri ini harus disterilkan dulu dan diangkat semua pohon pisang yang ada dalam satu lokasi tersebut. Obat dari penyakit layu ini belum ada. Untuk saat ini Balai Perlindungan Tanaman Sumatra Barat baru menemukan pencegahannya dengan agens hayati (trikoderma sp, gliocladium, Pseudomonce flourencens Pf) yang berfungsi hanya mengisolasi bakteri agar tidak menyebar kelahan lain. Karena kerja bakteri ini sangat cepat. Jadi yang sudah terkena sulit untuk disembuhkan, tetapi hanya mencegah yang belum tertular. Obat tersebut sementara belum banyak dipasarkan, coba ditanyakan ke Balai Perlindungan Tanaman di Lampung.
Tanya: Komoditas, saya tinggal didaerah perbukitan kapur (Gunung Kidul). Kami mempunyai lahan yang kurang produktif, tetapi rencana saya lahan tersebut akan saya tanami jati. komoditas, kira-kira apa saja penyakit pohon jati, agar nantinya dapat saya cegah. Terima kasih. Suwito- G.Kidul DIY Jawab: Bapak Suwito di Gunung Kidul, dalam tanaman jati ada 3 jenis penyakit yang sering muncul yaitu: • Penyakit Akar (Pseudomonas Tectonae) yamg ditandai dengan daun mengering dan berubah jadi coklat. • Penyakit Batang (corticium salmonicolor)/ kangker batang yang ditandai dengan daun layu, benjolan lapisan gabus pada permukaan batang, kulit pecahpecah, batang berlubang-lubang memanjang. • Penyakit Pucuk Daun (stemphylum ) ditandai dengan akar berwarna coklat, mongering, daun rontok, bila dicabut jaringan kayu berwarna gelap, batang lunak dan basah. Salah satu pencegahannya adalah dengan pengasapan belerang atau penyemprotan dengan insektisida lanate setiap dua minggu sekali sampai usia enam bulan serta pencabutan rumput di sekitar pohon.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
47
48
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
AGENDA BULANAN Kadin Selenggarakan Dialog Pakar dan Pelaku Usaha Kamar Dagang dan Industri (kadin) Indonesia bidang Agribisnis, Pangan dan Peternakan menggelar Dialog Pakar dan Pelaku Usaha sebagai salah satu rangkaian kegiatan menuju acara puncak Jakarta Food Security Summit yang akan terselenggara pada 7-8 Februari 2012 mendatang. Acara ini diselenggarakan di Ball Room, hotel grand Hyatt, Jakarta, pada 10 Januari 2012. Dialog Pakar dan Pelaku Usaha ini mengambil tema, ‘Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan serta Mendorong Produk-Produk Unggulan menjadi Primadona Dunia’. Tujuannya untuk membangun sinergi antara pakar dengan pelaku usaha dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan dalam rangka Feed Indonesia Feed The World. Program Feed Indonesia Feed The World yang menjadi agenda utama dalam Jakarta Food Security Summit 2012 mendatang merupakan misi ketahanan pangan yang sejalan dengan program pemerintah untuk menggerakkan roda ekonomi sebagaimana termuat dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2012 Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian tahun 2012 telah dilaksanakan di Auditorium Kementerian Pertanian tannggal 11-12 Januari 2012. Kegiatan ini dihadiri 410 peserta yang terdiri dari para pejabat Eselon-I dan Eselon-II lingkup Kementerian Pertanian, UPT Pusat, Kepala Dinas/Badan lingkup pertanian provinsi dan Kepala BPTPH dan BPSBTPH. Rakernas mengambil tema “Jadikan Tahun 2012 sebagai Tahun Kerja Keras Mendukung Pencapaian Sukses Pembangunan Pertanian” dengan target upaya percepatan dan peningkatan kualitas pelaksanaan program dan penyerapan anggaran tahun 2012. Acara ini dibuka oleh Wakil Presiden Boediono dan ditutup oleh Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan. Dalam sambutannya, wapres menyoroti fenomena perubahan iklim yang menyebabkan terus menurunnya hasil produksi pertanian di Indonesia sebesar sejak 1990 hingga saat ini. Oleh karena itu, menurut Wapres diperlukan terobosan baru untuk terus meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui riset dan teknologi. Sedangkan Wamentan meminta agar seluruh jajaran Kementerian Pertanian mengubah pola pikirnya yang selama ini hanya fokus pada peningkatan produksi saja. Penurunan tingkat konsumsi (diversifikasi) juga mesti diperhatikan.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
49
DIALOG Megain Widjaja, Direktur Utama ICDX
“Kita harus Menjadi Penentu Harga�
Foto: KI / Uus Suwito
Berbagai komoditas primadona di pasar internasional seperti kopi, crude palm oil (CPO), karet, hingga emas, boleh dibilang mayoritas diproduksi di negara ini. Hanya saja, meski menjadi produsen, Indonesia belum menjadi penentu harga beragam komoditas itu. Ambil contoh CPO, penentuan harga justru ada di Belanda dan Singapura. Terkait itu, reporter Komoditas Indonesia Harris Malikus dan Stefanus Nuswantoro mewawancarai Megain Widjaja selaku Direktur Utama Indonesia Comodity & Derivatives Exchange (ICDX), beberapa waktu lalu. Menurut anda apa ide dasar ICDX? Ide utama kelahiran ICDX mengacu pada kenyataan meski kita sangat kaya akan komoditas, namun dalam perdagangan internasional, masih belum dapat menentukan harga. Padahal hari ini konsep pasar bebas adalah sales market, artinya harga itu seharusnya ditentukan oleh penjual. Nah, kami ingin Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jadi, atas dukungan dari pemerintah akhirnya ICDX lahir. Artinya dapat menentukan harga, karena kita negara produsen. Alasan lain, berkaitan
50
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
dengan adanya kebutuhan pasar untuk Indonesia menentukan harga. Kemudian, adanya pergejolakan harga yang cukup signifikan di pasar Internasional. Adakah lembaga lain yang berdiri sebelum ICDX? Ada. Namanya bursa berjangka. Kendati demikian karena Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) merupakan pemain tunggal maka dia kurang termotivasi, oleh karena itu pemerintah merasa harus mengadakan sparing untuk saling melengkapi bukan membuat persaingan. ICDX bukan menjadi pesaing bursa berjangka, melainkan sebagai pemacu, agar keduanya mencapai tujuan utama, yaitu menjadikan Indonesia sebagai produsen, sekaligus penentu harga. Hadirnya ICDX kemudian menjadi trigger BBJ membuat kontrak kopi.
facebook, dan Twitter. Selain itu kita juga mengadakan hari tertentu, dimana ada pertemuan dengan kalangan media massa dan pemain pasar, setiap hari rabu di gedung ICDX. Biasanya acara tersebut kami share di twitter, dan Facebook. Setelah dua tahun berjalan bagaimana respon masyarakat? Respon masyarakat cukup baik. Mereka antusias datang pada acara mingguan kami. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa ICDX belum diketahui oleh masyarakat yang lebih luas. Artinya kebanyakan yang mengetahui adalah pelaku pasar.
semakin banyak bukan semakin sedikit. Besaran nominal Investasi untuk ICDX? Kita tidak pernah menghitung nominal. Akan tetapi kita menghitung dedikasi dan integritas kita untuk Indonesia. Balik lagi ke awal tadi bagaimana Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Perihal integritas adalah waktu dan tenaga yang di keluarkan untuk menghidupkan dan mengembangakan ICDX.
Hambatan bagi ICDX untuk kedepan? Ada pada pihak – pihak tidak bertanggung jawab. Artinya ada semacam mafia, yang mengaku dari bursa komoditas resmi, akan tetapi bukan. Mereka bahkan di sinyalir seringkali melakukan penipuan dan manipulasi harga pasar. Harapan ICDX untuk pengguna? Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Pengembangan bisnis komoditas, melakukan proyek Inatin, bahan baku untuk timah. Bahan tambang, jadi pekerjaan ICDX setiap tahun
Foto: KI / Uus Suwito
Apakah yang menjadi permasalahan sehingga harga ditentukan pihak luar? Banyak sekali. Misalnya harga untuk Kopi ditentukan New York, Malaysia, dan Inggris. Meski tidak memiliki kebun kopi, New York dan London dapat mempengaruhi terkait dengan sejarah perdagangan dimana dahulu harga ditentukan oleh pembeli. Akan tetapi hari ini sudah berbeda, hari ini penentu harga adalah penjual. Jadi suka – suka penjual menentukan harga, karena kita penghasil komoditas perdagangan Internasional. Disamping itu, harga dapat ditentukan oleh petani juga, ketika petani mengetahui harga Tandan Buah Segar (TBS) masih rendah, sedang harga CPO di pasar sudah tinggi, berarti mereka berhak untuk negosiasi dengan pihak perkebunan, untuk menikan harga TBS. Dalam bursa komoditas pihak pemberi pinjaman, juga memiliki peran menentukan harga. Terkait pemberian hutang kepada mereka (pengusaha perkebunan, dan agro Industri) untuk mengembangkan usaha. Ketika harga komoditas menurun pihak bank berusaha menghitung, apakah pinjaman mereka akan kembali atau tidak. Ada dua cara pelaku pasar bermain dalam harga apabila harga bergejolak. Biasanya mereka memakai short term dan long term. Bisa dengan beli dengan harga rendah kemudian menjual dengan harga tinggi. Bagaimana ICDX memberikan informasi kepada penggunanya? Kami bekerja sama dengan media massa. Kemudian ICDX juga memiliki website, fan page
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
51
advertorial Foto: KI / Uus S.
Linus Siswan S.
Pendiri dan penggagas Manjat
Vermikompos Vermikompos disebut juga kompos cacing, vermicast atau pupuk kotoran cacing, bekas cacing (kascing). Vermikompos diperoleh dari hasil perombakan bahanbahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vermikompos berbentuk butiran halus bertekstur remah, berwarna hitam, beraroma sedap yang terdiri atas campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karena itu, vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini. Keunggulan Vermikompos • Banyak mengandung humus (Asam humic, asam fulfik dan humin) sekitar 1314% dan zat-zat organic dan gula) yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah. • Mengandung hormon tumbuh tanaman (auksin, sitokinin dan giberenlin) yang dapat merangsang pertunasan yang dapat merangsang pertunasan rantingranting baru pada batang dan cabang pohon, memacu pertumbuhan daun, memacu perakaran pada cangkokan dan pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah. • Mengandung banyak mikroba tanah yang berguna, seperti aktinomycetes 2,8 x 10⁶ cfu/gr, bakteri 1,8 x 10⁸ cfu/gr dan fungi 2,6 x 10⁵ cfu/gr berat kering, yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. • Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti unsur makro (N, P, K, Ca, Mg) dan unsur mikro (S, Fe, Al, Na, Cu, Zn,
52
Bo) dengan kadar yang sesuai kebutuhan tanaman. • Mengandung enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan oraganik komplek menjadi siap serap oleh tanaman. • Dapat mencegah kehilangan air tanah akibat aliran permukaan. • Dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta mampu menurunan tingkat cemaran polutan pada tanah karena mengandung berbagai jenis mikroba pendekomposisi polutan. Jenis Cacing Kelompok cacing yang menjadi pilihan utama untuk vermikomposting adalah cacing jenis perombak. Alasannya adalah cacing tersebut mampu memproses bahan-bahan organik dalam jumlah besar dan berkembang biak dengan cepat. Beberapa jenis cacing pengompos yang dapat dipilih, antara lain : Eisena fetida, Lumbricus rubellus, Perionix excavatus (blue worm), Phretima sp., Eudrilus eugeniae (african night crawler) dll. Setelah proses pengomposan selesai, cacing dibebaskan dari vermikompos sehingga dipastikan tidak ada cacing dalam kemasan vermikompos. Vermikompos Rhizomicrobia yang terdiri atas mikroba-mikroba penambat N, penghasil zat perangsang tumbuh tanaman, pelarut pospat dan mineral tanah ditambahkan dalam vermikompos sehingga tercipta formulasi vermikompos. Pengkayaan jenisjenis mikroba fungsional tanah penting untuk meningkatkan keanekaragaman biota tanah sehingga mampu mengoptimalkan efektifitas vermikompos itu sendiri. Jenisjenis mikroba yang diperkaya ke dalam vermikompos seperti Azospirillum spp., Azotobacter spp., Pseudomonas fluorescece, Bacillus spp. dan kelompok Actinomycetes yang penting untuk tanah dan tanaman. Pengaruh Vermikompos pada Tanaman • Pertumbuhan akar dan pucuk sangat pesat • Batang tampak kokoh • Warna daun lebih cerah dan mengkilap • Meningkatkan ketahanan tanaman dari stres lingkungan dan stres karena pengganggu lainnya
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
• Calon buah tidak mudah rontok • Buah padat dan mengkilap • Berat buah bertambah sehingga meningkatkan produksi tanaman Penggunaan Vermikompos 1. Padi a. Vermikompos diberikan pada persemaian seluas 10 x 10 m sebanyak 40 kg dengan cara ditaburkan secara merata pada bedengan setelah tebar benih b. Lahan sawah yang siap tanam, ditaburi secara merata dengan perbandingan 1.600 kg/ha menjelang tanam bibit 2. Sayuran (Sayuran Daun dan Buah) serta Jagung a. Untuk sayuran yang benihnya perlu disemai, campurkan vermikompos secara merata pada tempat persemaian dengan perbandingan vermikompos dan tanah 1:7. b. Vermikompos diberikan pada waktu tanam sebanyak 2 – 3 sendok makan pada tiap lubang tanam. 3. Tanaman Hias dan Bunga Campurkan pada media tanam yaitu antara arang sekam, vermikompos dan tanah dangan perbandingan 4 : 3 :2 4. Tanaman Berkayu dan Pohon Buah a. Vermikompos diberikan pada lubang tanam (diameter 50 cm dan kedaulatan 50 cm) dengan mencampurkan vermikompos dan tanah 1 : 3, ditutup dengan tanah dan dibiarkan 1 – 2 hari kemudian baru pohon ditanam. b. Pemupukan selanjutnya dilakukan 1 x ½ tahun dengan menggali paritparit dangkal sekitar tajuk daun. Isilah vermikompos kedalam parit sekitar 3 kg lalu timbun dengan tanah kembali. 5. Vermikompos Sebagai Pupuk Cair Selain penggunaan vermikompos padat tersebut diatas, vermikompos dapat dilarutkan sebagai pupuk cair dengan cara melarutkan dengan air. Caranya, 1 bagian vermikompos dicampur dengan 10 bagian air (jangan menggunakan air PAM). Campuran tersebut didiamkan selama 2 hari setelah itu disiram pada tanaman.
OPINI AHLI PERANAN KULTUR JARINGAN DALAM PENGADAAN BIBIT perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul yang mampu bersaing di pasaran internasional yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur jaringan. Di Indonesia aplikasi kultur jaringan sebagai salah satu sarana pengadaan bibit untuk tujuan komersial belum dikenal secara meluas. Padahal penelitian kultur jaringan di Indonesia telah dilakukan terhadap beberapa oleh : Prof. Ika Mariska, dkk* tanaman komoditas, misalnya jahe, kapulaga, mentha, melon, tomat, terung, geranium, lada, panili, abaka, rami, nilam, pyrethrum, enyediaan bibit yang berkualitas merupakan salah gerbera, seruni, pulasari, pule satu faktor yang menentukan pandak, temu puteri, purwoceng, keberhasilan dalam pengembangan daun dewa, bidara upas, Anechtochilus taiwanensis. pertanian di masa mendatang. Selain tanaman tersebut telah juga Pengadaan bibit pada suatu dilakukan penelitian perbanyakan tanaman yang akan dieksploitasi tanaman tahunan seperti cengkeh, secara besar-besaran dalam waktu jambu mete, pepaya dan jati. Pada yang cepat akan sulit dicapai dengan perbanyakan melalui teknik tahun-tahun terakhir ini telah pula dilakukan penelitian perbanyakan konvensional. tanaman melalui kerjasama dengan Pada bidang pertanian, Pemerintah Daerah Subang, Dinas kultur jaringan berperan besar Pertanian Jakarta dan Swasta dalam agroindustri baik pada seperti pada tanaman salak, sektor hulu maupun hilir terutama belimbing Dewi, sukun Pulau untuk penyediaan bibit yang bermutu. Di negara maju, kegiatan Seribu, nanas Simadu, gaharu, xanadu dan kelapa sawit. tersebut dilakukan oleh industri Kultur jaringan malah lebih dikenal benih sehingga dianggap sebagai di negara maju. Perbanyakan industri hulu yang mendukung melalui kultur jaringan sudah agroindustri. Teknologi tersebut diterapkan sejak lama dan telah banyak digunakan untuk dikerjakan secara rutin. Thailand pengadaan bibit terutama pada merupakan negara yang sudah berbagai tanaman hortikultura. lama mengembangkan teknologi Melalui kultur jaringan tanaman kultur jaringan sebagai suatu usaha dapat diperbanyak setiap waktu yang menguntungkan. India sudah sesuai kebutuhan karena faktor
P
menerapkan kultur jaringan untuk penyediaan bibit tanaman jahe bertujuan komersial. Salah satu faktor yang menjadi kendala aplikasi teknologi tersebut adalah modal awal yang cukup tinggi. Untuk itu perlu dilakukan upaya penekanan biaya produksi dengan mencari metoda perbanyakan yang efisien. *) Penulis: 1. Ika Mariska 2. Ragapadmi Purnamaningsih 3. Suci Rahayu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian i_mariska123@yahoo.co.id
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
53
Foto: KI / Uus Suwito
Pada saat ini pemerintah sedang menggalakkan komoditi non migas, untuk sektor pertanian di antaranya pengembangan agribisnis yang dapat meningkatkan perolehan devisa negara. Salah satu dampak dalam peningkatan ekspor komoditi pertanian adalah kebutuhan bibit yang semakin meningkat pula. Bibit dari suatu varietas unggul yang dihasilkan pemulia tanaman jumlahnya sangat terbatas, sedang bibit tanaman yang dibutuhkan jumlahnya sangat banyak.
PUCUK Tikus Mati di Lumbung Padi “Pertanian yang cerah akan membawa kita bersama mendapatkan banyak hal dan sebagai penolong yang lebih baik dari pada yang lain.” (Abraham Lincoln, Presiden USA 18611865). Oleh : Oedin
S
ebuah diskusi yang dihelat Kamar Dagang dan Industri (KADIN) akhir tahun lalu mengusung sebuah tema yang cukup menarik; Feed Indonesia Feed The World. Sebuah optimisme bahwa suatu ketika Indonesia mampu berkuasa atas tanah dan beragam keragaman sumber daya alamnya, bahkan bisa memberi makan dunia. Dunia tak akan kelaparan karena Indonesia mampu menyediakan. Lalu, bagaimana langkah Indonesia dapat ‘memberi makan’ dunia? Ini jadi pertanyaan yang perlu perenungan lebih dalam lagi. Bukan apa-apa, kondisi nyata yang terjadi saat ini, Indonesia sesungguhnya masih sempoyongan memenuhi hak dasar rakyatnya. Busung lapar saja masih terjadi di Depok. Buku Right to Food: From Justicibility to Agrarian Reform menyebutkan adanya lima hal yang menjadikan persoalan pangan di negara ini tak kunjung beres. Pertama, kebijakan pangan/pertanian yang bersifat monokultur (terjadi penyeragaman kebudayaan dan strategi pembangunan pertanian yang padat modal). Contohnya kebijakan ”politik beras” pada masa Orde Baru. Kedua, Indonesia terjebak dalam kebijakan harga pangan murah untuk menopang pengembangan industri dan sektor lain. Ketiga, harga beras impor lebih murah daripada beras lokal. Keempat, petani didorong menanam tanaman ekspor. Kelima, perdagangan benih dan teknologi
54
pertanian hanya dikuasai oleh segelintir perusahaan internasional, dan kelangkaan akses penunjang kegiatan produksi. Yang terakhir, penguasaan dan pemilikan sumber agraria tampak kurang teratur. Pemerintah sendiri sebenarnya menyadari hal ini: meski produksi pangan nasional mampu memenuhi pertumbuhan penduduk, namun itu hanya pas-pasan alias masih dalam kondisi rawan. Apalagi dengan laju penduduk yang tak terkendali, masalah pangan ini bakal menjadi tantangan maha berat. Tanpa adanya kebijakan yang benar-benar berpihak pada produktivitas pertanian bukan tidak mungkin masalah pangan bakal terus menghantui kita di masa mendatang. Sebenarnya, dengan kekayaan alam yang sungguh melimpah, tanah yang subur, lautan yang luas dengan beragam ikan, jelas ini suatu modal besar yang mesti dikelola secara pintar. Dalam arti, semua kekayaan alam itu mesti dikelola dengan melahirkan nilai lebih. Kunci utamanya yakni penguasaan teknologi pengolahan. Tak cukup lagi berbangga diri dengan bahan mentah yang dimiliki. Sebagai contoh, coklat yang ada harus mampu dijadikan minuman siap saji, jutaaan hektar lahan sawit yang ada mesti mampu menopang pertumbuhan industri dalam negeri. Begitu pula dengan gas, batubara, dan komoditas lain harus terlebih dulu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sudah saatnya petani mendapatkan akses teknologi pangan, akses permodalan murah, dan membuka akses pasar seluasluasnya. Terlalu besar risiko yang harus ditanggung jika pemerintah tak mampu mengatur secara bijak dan adil terkait masalah pangan dan energi. Jangan anggap enteng isu ketahanan pangan ini. Lahan-lahan pertanian yang makin sempit diganti pabrik jelas menyedihkan. Padahal, dengan pertambahan penduduk, sumber bahan pangan jelas bakal
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
semakin dibutuhkan. Fakta menunjukan dari 7 milyar jiwa penduduk bumi, PBB mencatat ada 925 juta orang yang saat ini sedang menderita kelaparan. Jumlah yang sangat mengkhawatirkan karena melewati 10% dari populasi dunia. Belum lagi dengan krisis moneter Eropa yang menghantui. Lihat saja di Yunani dimana angka penduduk miskin sudah mencapai 20% dari populasi penduduk mereka. Situasi mungkin menjadi makin pelik lantaran saat ini perubahan iklim drastis di muka bumi (perubahan masa panen) dikhawatirkan dapat menjadi salah satu penghalang utama lambatnya peningkatan produktivitas menentunya Tidak pangan. kenaikan suhu di seluruh dunia dapat memberi efek langsung pada pola tanam. Kenaikan suhu yang drastis memperpendek masa tanam di daerah tropis dan subtropis. Akibatnya panen bahan pokok makanan seperti beras dan jagung dapat mengalami penurunan sebesar 40%. saatnya sudah Kini, pemerintah berpikir dan bekerja lebih keras lagi membuat lahan baru sebagai basis produksi pangan. Jawa Bali rasanya sudah tak bisa diandalkan lagi. Ide membuat kawasan food estate sudah saatnya tak hanya jadi obrolan rapat-rapat saja. Namun, perlu segera menyiapkan dengan diwujudkan beragam peraturan dan kemudahan bagi para investor. Selain tentunya menyiapkan berbagai infrastruktur penjunjang, seperti jalan dan listrik. Pada akhirnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian dunia itu tidak hanya penguasaan satu kawasan yang ada minyaknya saja, tetapi juga mungkin menyasar ke negara yang memiliki tingkat kesuburan dan keragaman sumber daya alam melimpah. Indonesia boleh jadi masuk radar itu. Pada mengenaskan sungguh akhirnya, apabila nasib masyarakat Indonesia ibarat ”tikus mati di lumbung padi”.
Komoditas Indonesia - Edisi I - Tahun I - Februari 2012
55
Kombinasi unik dari mokroorganisme pendekomposisi bahan organik, penambat N, pelarut Pospat, dan pnghasil faktor tumbuh tanaman
Dicari:
DISTRIBUTOR
untuk Wilayah Jabodetabek dan Pulau Jawa Hubungi: (021) 549 3951
56
No. Izin- Edisi DEPTAN: / ORGANIK / DEPTAN-PPI / IX / 2010 Komoditas Indonesia I - TahunL678 I - Februari 2012