Majalah tahunan 2014 ukpm teknokra universitas lampung

Page 1

MAJALAH BERITA

HARAPAN TERANG MENUAI BERANG

ISSN 0215-8116 Desember 2014



JENDELA

11

Pendidikan

Budaya

44

Nusantara

49

Salam Redaksi 4 Sekilas 5 Obrolan 8 Komitmen 13 Peristiwa 14 Wawancara Khusus 22 Inovasi 24 Ekspresi 26 Kyay Jamo Adien 31 Opini 32 Konservasi 34 Karikatur 39 Esai Foto 40 Komik 42 TTS 43 Komunitas 52 Pariwisata 54 Sorotan 58 Resensi 62 Cerpen 64 Puisi 66 Pentas 68 Kesehatan 70 Sejarah 72 Life style 74 Bidik Lensa 76 Etos Kita 78

Judul: Harapan Terang Menuai Berang Desain: Retno Wulandari

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

3


=SALAM KAMI MAJALAH TEKNOKRA diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung.

Dok.

Alamat Grha Kemahasiswaan Lt. 1 Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 788717 Website www.teknokra.com E-Mail ukpmteknokraunila@yahoo.co.id

A

Semangat Berkarya

khir kepengurusan tak terasa sudah di depan mata, tapi kami masih bekerja seperti biasanya. Kerja, kerja, kerja, tanpa ada dinamika yang berubah seolah semua itu tak akan berakhir. Seperti itu lah Teknokra yang kami kenal, membentuk penghuni di dalamnya untuk terus berkarya. Kerja cerdas, cepat, dan ikhlas merupakan pola kami berkarya. Meski lagi-lagi, konsis­ tensi masih menjadi sebuah kata yang belum bisa kami maknai sepenuhnya. Kepenatan dan rutinitas kuliah tak dapat ditampik menjadi kelemahan kami dalam mengemban amanah sebagai pers mahasiswa, bukan bermaksud menjadikan semua itu kam­ bing hitam dari molornya terbitan majalah ini, kepada seluruh mahasiswa Unila kami mohon maaf. Namun, hadirnya majalah tahunan ini menjadi bukti eksistensi dan komitmen kami, yang musti diakui bukanlah hal yang mudah untuk kami sampai pada titik ini, berkomitmen untuk mempertahankan konsistensi dan menjaga nama baik lembaga pers yang tak muda lagi. Kata ‘profesional’ mungkin belum pantas kami sandang, tapi kerja untuk sebuah karya yang kami sebut sebagai pengabdian

menjadi kebanggaan kami. Masih jelas dalam ingatan ketika di awal kepengurusan ini, dengan semangat dan optimisme kami menyusun program kerja. Kami punya program, serta aturan dan cara menggapainya, namun kami juga tahu akan banyak godaan yang melanakan. Kami terus berproses, belajar, dan berkarya, memainkan peran sebagai mahasiswa dan aktivis pers. Bak hukum rimba, siapa yang tidak dapat menjalankan perannya maka ia tak akan bertahan. Ya, itulah Teknokra yang kami kenal ia ‘rumah’ tempat kami bercengkrama dengan sanak saudara, tapi juga ‘hutan’ yang menuntut kami untuk terus bertahan menggeliat dengan kondisinya. Dengan rasa penuh syukur kami persembahkan majalah tahunan ini untuk seluruh civitas akademika Unila. Dalam majalah tahunan ini, kami mengemas berbagai pemberitaan seputar Lampung dan isu nasional, semoga dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca, sehingga letihnya bergelut dengan malam terbayar impas. Dari pojok PKM ini, kami tak pernah bosan untuk terus berkarya. Kerja, kerja, kerja dan Tetap Berpikir Merdeka!

4 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto DM, SH, MH Dewan Pembi­­na: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc Anggota Dewan Pembina: Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Ir. Anshori Djausal, MT. MA., Dr. Yuswanto, SH. MH., Dr. Eddi Rifai, SH. MH., Maulana Mukhlis, S.Sos. MIP., Asrian Hendi Caya, SE. ME., Dr. Yoke Moelgini, M.Sc, Irsan Dalimunte, SE. M.Si. MA., Dr. Dedy Hermawan, S.Sos. M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr. H. Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S.Sos. MA., Toni Wijaya, S.Sos. MA., Rudiyansyah, Rikawati, S.Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd. Pemimpin Umum Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi Vina ­Oktavia Pemimpin Usaha Yurike Pratiwi S Kepala Pusat Penelitian dan ­ Pengembangan Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: A ­ prohan Saputra, Hayatun Nisa, Yovi Lusiana Redaktur Berita Ayu Yuni Antika Reporter : Rika A, Yola Septika Redaktur Foto K ­ urnia Mahardika Fotografer Fahmi Bastiar (Non Aktif) Redaktur Artistik Retno Wulandari Staf Artistik Wawan Taryanto Kameramen Fitria Wulandari ­Webmaster Khorik Istiana Manajer Keuangan Faris Yursanto Staf Keuangan Yola Savitri Manajer Usaha Imam Gunawan (Non Aktif) Koord Periklanan Lia Vivi F Koord Pemasaran W ­ awan Taryanto Staf Pusat Penelitian dan P­­ e­ngembangan: Kurnia M ­ ahardika, Fajar Nurrohmah Staf Kesekretariatan Siti Sufia (Non Aktif)


SEKILAS

Foto Kurnia Mahardika

300 tenda tengah disiapkan Unit Kegiatan Mahasiswa Pecita Alam, Universitas Lampung untuk menyambut peserta TWKM ke-26. Temu Wicara dan Kenal Medan ini akan menghadirkan mahasiswa pecinta alam tingkat perguruan tinggi se-Indonesia pada 1-7 Desember 2014.

Pertunjukan Seni Mahasiswa PBS Oleh Ayu Yuni Antika

FKIP-Tek: Irama tabuhan gamelan terdengar keseluruh penjuru Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas Lampung, Jumat (14/11). Tepat di depan Aula K, terlihat kerumunan mahasiswa yang antusias melihat pertunjukkan wayang orang ”Gatot Kaca” yang ditampilkan mahasiswa Program Studi Seni Pertunjukkan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (PBS) FKIP, Unila. Seusai pertunjukkan tersebut, mahasiswa berbondong-bondong pindah lokasi untuk melihat pagelaran teater islami yang di pentaskan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra. Tak berhenti di situ, pembacaan pusi islami sebagai pertunjukkan penutup pun ditampilkan dengan apik. Rangkaian pertunjukkan seni tersebut adalah praktik salah satu mata kuliah wajib yaitu Seni Pertunjukkan Indonesia (SPI). ”Ini salah satu mata kuliah wajib 4 SKS. Jadi 1 SKS teori, 3 SKS langsung

praktik setiap minggu di hari jumatnya kayak sekarang ini,” terang Ade Iis Juliawati Utama (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ’12). Kepala Program Studi Seni Pertunjukkan, Fitri Daryanti membenarkan bahwa pertunjukkan itu adalah praktik mata kuliah wajib SPI. Ia mengaku bahwa dewasa ini seni sudah mulai terkikis bahkan dikalangan mahasiswa sekalipun. Fitri yang juga pengampu mata kuliah SPI tersebut berharap dengan kegiatan tersebut mampu meningkatkan kreativitas dan tetap mencintai tiap tradisi dan kebudayaan yang beraneka ragam. Senada dengan Fitri, Muhammad Fuad selaku Ketua Jurusan PBS menekankan bahwa seluruh mahasiswa Jurusan PBS harus memiliki pengalaman belajar seni pertunjukkan. Mulai dari bagaimana memainkan, memproduksi, dan mengolah sebuah pertunjukkan seni. ”Kegiatan praktik ini untuk mendukung kompetensi tersebut

dan sekaligus menanamkan sifat nasionalisme pada mahasiswa,” tambahnya. Merly Violita (Program Studi Seni Pertunjukkan FKIP ’12) mengaku sangat terbantu dengan adanya kegiatan tersebut. ”Kita kan di Prodi Seni Pertunjukkan, jadi harus tahu semua seni pertunjukkan. Kita yang nantinya menjadi guru setidaknya sudah pernah punya pengalaman tampil,” ungkapnya. Tak hanya dinikmati mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, pertunjukkan tersebut menarik perhatian mahasiswa jurusan lain. Tugiah salah satunya, mahasiswi Jurusan Pendidikan Kimia angkatan 2012 ini terlihat antusias menikmati pertunjukkan bersama empat rekannya meski ditemani rintik hujan, ”Bagus, kreatif, menghibur. Memotivasi kita juga yang bukan jurusan seni, supaya kita lebih tahu seni dan budaya kita,” akunya. Ia juga mengharapkan agar kegiatan serupa tetap terus diadakan. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

5


SEKILAS

Berbagi Kebahagian Lewat Operasi Gratis Oleh Yola Septika

FK-Tek: Operasi katarak gratis di Rumah Sakit Datasemen Kesehatan Tentara, Bandar Lampung, Sabtu (15/11) digelar oleh Fakultas Kedokteran (FK), Unila. Acara ini merupakan bentuk kepedulian sosial FK yang telah menginjak umur 12 tahun. Pada acara pembukaan operasi katarak gratis tersebut, Dr. Sutyarso selaku Dekan FK memberikan apresiasi kepada mahasiswanya. Menurutnya acara hari jadi FK yang diadakan selama ini tidak hanya sebuah seremonial belaka, namun juga dapat bermanfaat bagi orang lain Menurut Restiko Maleo, pemilihan operasi katarak gratis ini ada-

lah upaya mendukung visi World Health Organization (WHO) memberantas kebutaan tahun 2020. Ia pun memaparkan bahwa Fk berharap dengan adanya kegiatan ini dapat membantu masyarakat penderita katarak yang kurang mampu untuk menjalani operasi katarak. \ Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran (BEM-FK) ini menilai acara yang diselenggarakan tersebut mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peserta yang berasal dari luar kota Bandar Lampung, seperti Way Kanan, Lampung Barat, dan Pringsewu.

Salah satu penderita katarak yang antusias dengan kegiatan ini yaitu, Erni Munawaroh (24) sudah empat tahun ini, ia hanya bisa melihat bayangan hitam. Awal mula Erni mengetahui bahwa lingkaran putih di matanya adalah katarak pada saat ia berobat di bidan desa. Dari situ ia dijelaskan bahwa matanya masih bisa melihat jika di operasi. Namun sayangnya tempat ia tinggal di Fajar Bulan, Lampung Barat tidak ada dokter spesialis mata. Belum lagi operasi katarak juga memerlukan biaya tidak sedikit. Beruntung bagi Erni mengetahui informasi tentang operasi katarak gratis tersebut. .

Matalam FT Tanam Seribu Pohon Oleh Ayu Yuni Antika

FT-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (Matalam) Fakultas Teknik Unila mengadakan kegiatan penanaman seribu pohon bersama masyarakat Desa Sabah Balau, Way Galih, kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan, Sabtu (1/11). Kegiatan bertema “Selamatkan Bumi Dengan Menanam Pohon Untuk Kelangsungan Hidup Yang Akan Datang” tersebut diawali pembukaan di Balai Desa tepat pukul 14.00 WIB. Dihadiri oleh beberapa masyarakat dan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil acara pembukaan berlangsung sukses dan lancar. Setelah pembukaan usai, masyarakat bersama mahasiswa bersama-sama menanam beberapa pohon di sekitar Balai Desa. Ketua pelaksana, Agil Rizal Bachri (Tek. Mesin ’11) ­ mengungkap­kan tiga tujuan diadakannya kegiatan tersebut. Perta-

6 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

ma, sebagai mahasiswa, Matalam ingin belajar bersosialisasi dengan masyarakat. Kedua, Matalam ingin melestarikan alam dengan cara menanam pohon. Ketiga, merealisasikan program kerja Matalam tahun ini. “Persiapan kita tiga bulan. Untuk bibit kita ambil dari Kalianda sekitar 2.000 bibit. Saya juga sangat berterima kasih atas dukungan dan kerjasama masyarakat Sabah Balau,” tambahnya. Agil berharap penerus Matalam tetap mengadakan kegiatan serupa di tahun-tahun berikutnya. Senada dengan Agil, Ketua umum Matalam, Rio Susanto (Tek. Mesin ’11) mengaku sangat berterimakasih kepada masyarakat atas diperkenankannya Matalam mengadakan kegiatan tanam seribu pohon di daerah tersebut. Sabah Balau dipilih karena menurut Rio masih banyak lahan kosong yang cocok untuk ditanami tanaman kayu. “Semoga berguna

bagi masyarakat,” ujarnya berharap. Antusiasme terlihat dari ba­ nyaknya warga yang merubungi mobil pick-up dan memilih beberapa bibit pohon yang disediakan Matalam. Kepala Desa (Kades) Sabah Balau, Pairin, mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sangat positif dan dirasa penting dilakukan di Desa Sabah Balau. Hal tersebut tak lain karena sudah banyak pohon yang sembarang ditebang di sekitaran desa. “Pepohonan dapat bermanfaat bagi masyarakat di sini. Saya sangat mendukung. Ini akan menambah penghijauan di Desa,” ungkapnya. Pairin berharap agar kegiatan serupa dapat terlaksana pula di daerah-daerah lain secara berkesinambungan. Acara tersebut diakhiri dengan makan dan foto bersama masyarakat Desa Sabah Balau. Matalam FT Tanam Seribu Pohon. .


SEKILAS

UKT Meleset, Mahasiswa Protes Oleh Rika Andriani

Foto Kurnia Mahardika

Unila-Tek: Terik matahari tak melunturkan semangat sejumlah mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lam­ pung untuk melakukan aksi keliling fakultas, Senin (10/11). Ber­tepatan dengan hari pahlawan, momentum tersebut dimanfaatkan untuk melakukan aksi penolakan ter­ hadap sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT). Bermodal banner ukuran 3x6 meter yang bertuliskan “5000 Tanda Tangan Tolak UKT” mereka berkeliling sambil meminta tanda tangan mahasiswa. Risna Wati salah satunya, ma­ hasiswi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan angkatan 2014 tersebut berharap UKT yang di­ terimanya dapat turun setelah ikut memberikan tanda tangan. UKT sebesar 3,360 juta yang di­ perolehnya terasa tak sebanding dengan penghasilan orang tuanya yang berprofesi sebagai nelayan. “ Semoga aja UKT saya bias turun,” ujarnya. Senada dengan Risna, Eka Supriyanti (Hubunagan In­ ter­ nasional ‘14 ) berharap UKT yang ia bayar sesuai dengan fasilitas yang diterima. Menurutnya, UKT

yang tinggi tak sesuai dengan fasilitas kampus. “HI belum ada ­ge­ dung­, AC-nya nggak kerasa,” ujar mahasiswa yang mendapat UKT 5.9 juta ini. Nur Kholis Aji, Kordinator Lapangan (Korlap) menuturkan bahwa aksi ini adalah bentuk tin­ dakan atas pengaduan yang telah diterima BEM-U dari mahasiswa khususnya 2013 dan 2014. “Sekitar 180 mahasiswa meminta bantuan ke BEM-U supaya dapat mengadvokasi ke pihak rektorat mengenai banding yang telah mereka ajukan tetapi belum mendapat tanggapan,” ujar mahasiswa Administrasi Negara 2011 tersebut. Puncak aksi tolak UKT ini pun berlanjut pada Kamis (13/11), sekitar 2000 mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli UKT melakukan aksi di depan rektorat Unila. Dalam aksi tersebut mereka juga membuat Memorandum of Understanding (MoU) yang telah disepakati antara pihak pertama dan pihak kedua. Pihak pertama atas nama Aliansi Mahasiswa Peduli UKT yang diwakili oleh BEM fakultas dan BEM U KBM Unila, dan pihak

kedua adalah Dwi Haryono selaku Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Unila. Ada lima kesepakatan, yakni sepakat untuk menurunkan no­minal UKT, sepakat untuk me­ lakukan verifikasi ulang data UKT tahun 2013 dan disesuaikan dengan golongan UKT yang se­ sudah diturunkan untuk tahun 2014, sepakat untuk memperbaiki sistem penggolongan, sepakat menghapus komersialisasi kam­ pung jalur kemitraan, dan yang terakhir adalah banding UKT disepakati dan diturunkan ­­se­suai keadaan mahasiswa yang me­ ngajukan banding. Kesepakatan pun ditan­ da­ tangani oleh gubernur BEM Fakultas, Presiden BEM U dan juga Dwi Haryono. Pihak pertama juga menegaskan, jika dalam waktu maksimal tiga puluh hari kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan maka mereka akan aksi dengan massa yang lebih banyak. “Harapan kami rektorat bisa merespon, kalo memang bisa disepakati di forum akan lebih baik, jangan sampai kita turun ke jalan lagi,” ujar Ahmad Khoirudin Syam selaku presiden BEM U. .

Ribuan Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Peduli Uang Kuliah Tinggi menggelar aksi tolak UKT pada , Kamis (13/11). untuk melakukan verifikasi ulang, memperbaiki sistem penggolongan, menghapus komersialisasi kampus.

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

7


=OBROLAN

Bagir Manan:

Mahasiswa Berperan Mewujudkan Demokrasi

Repro

Oleh Ayu Yuni Antika

D

emokrasi merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan demokrasi itu. Mahasiswa adalah kaum terpelajar yang harus mampu menguasai keilmuan. Ia harus bekerja menurut nalar dan berjalan menuju kebenaran, baik untuk lingkungan sosial maupun pribadinya. Pemikiran mengenai peran mahasiswa dalam demokrasi ini lahir dari seorang tokoh masyarakat yang mengabdikan diri sebagai Ketua Dewan Pers Indonesia, Prof. Bagir Manan. Demi mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya melalui pers mahasiswa, Dewan Pers mengadakan Workshop Jurnalistik Mahasiswa pada Rabu (22/10) di Hotel Bukit Randu, Bandar Lampung. Sekitar 70 mahasiswa dari berbagai lembaga pers mahasiswa yang ada di Lampung turut hadir. Kegiatan ini digelar sebagai bentuk kepedulian Dewan Pers dalam menjaga kemerdekaan pers. Tak hanya itu, ini juga bentuk pembinaan Dewan Pers untuk menciptakan pers yang sehat dan bermutu di kalangan ma-

8 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

hasiswa. Meski telah beruban dan terlihat sepuh, Prof. Bagir Manan nampak tegak saat berjalan menuju meja pembicara. Ia lantang saat menjelaskan bahwa pers mahasiswa adalah instrumen komunikasi antar warga kampus, termasuk pimpinan. Pers menjadi satu forum dialog yang penting keberadaannya. “Pers menjadi media pembelajaran demokrasi bagi seluruh civitas akademika,” ujarnya menjelaskan. Ia juga berbicara tentang pers sebagai avant grade demokrasi yang berkarakter kebangsaan dan sarana pembinaan karakter. Menurutnya, mahasiswa adalah kaum terpelajar yang harus mempunyai karakter yang baik. Ia mengungkap bahwa ada enam prinsip keterpelajaran yang harus menjadi pegangan mahasiswa. Pertama, mahasiswa harus memiliki tanggungjawab sosial untuk mengantarkan masyarakat kepada demokrasi yang sesungguhnya. Kedua, ia harus memiliki tanggung jawab ilmiah. Ketiga, memiliki keteguhan hati dan keempat memiliki hubungan budi yang kuat pada pejuang Negara. Tak kalah

penting, prisip kelima adalah loyal dan prisnsip terakhir adalah mengetahui bahwa kekuasaan bukan instrumen terbesar untuk membela kepentingan masyarakat. “Salah satu ciri keterpelajaran ya karakter, mempunyai kepribadian, mempunyai sikap tertentu, tidak terombang-ambing. Sikap tertentu itu berdasarkan prinsip-prinsip yang benar, bukan karena emosi,” terangnya. Ia menambahkan, kebebasan pers mahasiswa dalam menyajikan berita tak luput dari batasan. Tidak ada kebebasan tanpa batas, termasuk kebebasan pers. Norma-norma pers, kode etik, kelaziman-kela­ ziman dan hukum menjadi ramburambu untuk menjaga kebebasan pers. “Lebih dari itu, kendali kebebasan pers ada pada diri sendiri,” ujarnya mengingatkan. Ia ingin pers mahasiswa yang menjadi tempat mendidik dan sosialisasi kehidupan bagi mahasiswa untuk melihat dunia nyata, melatih keterampilan sosial, dan membangun karakter. Ia mengingatkan agar pers mahasiswa selalu memperhatikan asas, prinsip dan kode etik jurnalistik. .


OBROLAN=

BERSIAP HADAPI

MEA 2015 Oleh Faris Yursanto

Dok.

T

ahun 2015 menjadi babak baru dalam bidang ekonomi bagi negara-negara di kawa­ san Asia Tenggara. Pada tahun itu ASEAN akan memulai menjadi pasar tunggal dan kesatuan basis poduksi. Integrasi ekonomi tersebut mengharuskan pembebasan aliran bagi 5 sektor di bidang barang, jasa, tenaga kerja terampil, modal, dan investasi. Dibentuknya Masyarakat Eko­ nomi ASEAN dilandasi keyakinan akan memberikan manfaat secara nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN. Diharapkan, pada 2015 ASEAN akan menjadi kawasan pasar terbesar ketiga di dunia, lantaran jumlah penduduknya merupakan yang terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Indonesia sebagai salah satu dari anggota dari ASEAN mau tidak mau harus ikut dalam integrasi ekonomi tersebut. Diskusi publik “Siapkah Lampung Menghadapi MEA?” yang dimotori oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Unila digelar untuk mengetahui kesiapan Lampung menghadapi MEA pada tahun depan. Hadir sebagai salah satu pembicara Mantan Men­ teri Koperasi dan UKM Syarief Hasan. Diskusi tersebut juga diha­diri sejumlah birokrat di Lampung, pelaku usaha, perwakilan petani, praktisi, akademisi, serta para mahasiswa. Kesiapan Indonesia dalam mengadapi MEA akan menjadi pertaruhan kredibilitas bangsa Indonesia di dunia internasional. Menurut Syarief Hasan, Lampung merupakan barometer keberhasilan perekonomian Indonesia. Ia menilai bahwa Lampung siap menghadapi MEA. Dengan segala aspek yang dimiliki, dengan didukun oleh pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dan sektor usaha mikro, kecil dan menengah yang terus bertumbuh, didukung semua komponen masyarakat. Namun, sejumlah mahasiswa merasa pesimis dengan kesiapan yang dimaksud, mulai dari sosia­

lisasi yang dilakukan pemerintah dinilai belum optimal, sehingga banyak masyarakat yang sama sekali tidak tahu dan tak peduli. Se­lain itu, yang menjadi kekhawa­ tiran adalah masyarakat Indonesia hanya akan menjadi penonton atau sasaran pasar negara lain saat MEA benar-benar diberlakukan. Sejalan dengan hal tersebut, Sarwo Edi, salah satu perwakilan petani menyatakan, kebanyakan petani yang diketahuinya ternyata belum memahami apa itu MEA. Hal tersebut disebabkan minimnya sosialisasi dan komunikasi maupun informasi tentang MEA yang sampai kepada petani. Para petani juga masih harus menghadapi sejumlah kendala berat, seperti akses modal ke perbankan yang masih sulit diperoleh, harga hasil pertanian yang merosot, kebijakan impor produk pertanian yang merugikan petani di Indonesia, ketersediaan pupuk dan sarana produksi pertanian juga masih sulit diperoleh. “Pupuk yang katanya disubsidi oleh pemerintah untuk petani, kenyataannya justru

sulit diperoleh saat para petani memerlukannya,” kata dia. Menanggapi hal tersebut, Hamartoni Ahadis Asisten IV Setdaprov Lampung menyatakan u­­ paya pemerintah daerah dalam me­nyiapkan diri menghadapi MEA sejak awal sudah dijalankan. Ia juga menuturkan potensi dan keung­ gulan ekonomi dan produk pertanian maupun perkebunan da­erah Lampung dapat menopang kesi­ apan daerah menghadapi MEA. Menurutnya Lampung semestinya harus sidap menghadapi MEA, dengan seluruh jajaran dalam menjalankan kebijakan membangun semua sektor ekonomi Provinsi Lampung. Yoke Muelgini akademisi yang juga hadir sebagai salah satu pembicara berpendapat bahwa Indonesia merupakan negara yang diincar sebagai pasar produk lain di dunia khususnya negara ASEAN. Karena itu, semua pihak harus mendukung gerakan menggunakan produk da­ lam negeri untuk menjadikan pasar bagi produk nasional di negeri sendiri. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

9


=PENDIDIKAN

Anak Berkebutuhan Khusus, Kelainan Bukan Penghalang Meraih Masa Depan Oleh Faris Yursanto Foto Faris Yursanto

Keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) sangat membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam mengenyam pendidikan dan melatih keterampilan fisik serta kemampuan berkomunikasi. Dibutuhkan cara pengajaran yang berbeda dari sekolah-sekolah biasanya. 10 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


PENDIDIKAN=

S

uara tawa terdengar dari ruang kelas keterampilan, anak-anak berpakaian seragam batik dan dua orang guru sedang asik membuat aksesoris dari manik-manik. Dengan tekun murid-murid mencoba untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Sesekali nafas lega keluar setelah jarum berhasil dimasukan ke dalam manik-manik. “Ini jarumnya dimasukkin ke dalam manikmanik itu dong Ulfa,” ujar Neneng mengajari Ulfa tanpa mengeluh. Membuat kerajinan dari manik-manik merupakan salah satu keterampilan yang terdapat di SLB B & C Dharma Bhakti Dharma Pertiwi. Selain membuat kerajinan tangan dari manik-manik, Sekolah Luar Biasa ini juga membuat kain batik dan membuat sandal batik. Semua keterampilan itu merupakan bekal hidup bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Mengajar ABK berbeda dengan mengajar anak normal. Masuk sekolah pun se­ ring tidak sesuai jadwal. Kelainan-kelainan yang mereka derita mengharuskan pengajar lebih tekun dalam me­ ngajar. “Kalau ngajar anak ABK itu harus sabar, gak bisa terburu-buru” Ujar Neneng menambahkan. SLB yang beralamat di jalan Teuku Cik Di Tiro kelurahan Beringin Raya Kecamatan Kemiling ini diresmikan 27 tahun lalu oleh Kementerian Sosial pada 8 Agustus 1987. Setahun berikutnya untuk pertama kali SLB ini beroprasi dan menangani kelainan tunagrahita. Lalu pada Juli 1991 mulai menangani kelainan tunarungu, hingga sekarang sudah ada tiga kelainan yang ditangani, yaitu tunagrahita, tunarungu wicara, dan autis. Tunagrahita adalah anak yang mengalami kelainan dalam berpikir, mereka memilki IQ (Intelectual Quetion) di bawah rata-rata. Sedangkan tunarungu wicara merupakan anak yang mengalami kelainan dalam berbicara dan mendengar, mereka mempunyai pendengaran yang kurang bahkan tuli dan bisu. Dan autis sendiri yaitu suatu kondisi seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau berkomunikasi dengan normal. Di SLB ini terdapat beberapa terapi, seperti terapi Makanan dan terapi Okupasi yang semuanya berguna untuk memperbaiki hubungan sosial dan mental pe­ nyandang autis. Anak autis merupakan anak yang hiperaktif, terapi Makanan membantu dalam menghindarkan penyandang autis dari makanan-makanan yang menambah tingkat hiperaktif mereka. Sedangkan terapi Okupasi dengan konsep belajar dan bermain, berfungsi untuk melatih koordinasi antara tubuh dan pikiran. Siswa tunarungu berjumlah 59, siswa tunagrahita berjumlah 118 dan siswa autis berjumlah 10. Terdapat empat jenis tunagrahita yang masing-masing perbedaannya terdapat pada tingkat IQ. Slow Learn menjadi tingkat pertama IQ berkisar antara 70-100, kedua Tunagrahita ringan berkisar antara 55-70, ketiga tingkat sedang 40-55, dan yang terakhir tingkat berat yang kurang dari 40. “Disini banyak yang sedang, mereka

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

11


=PENDIDIKAN Autis telah dua puluh tahun mengajar murid SLB, tentu sudah banyak pengalaman yang ia rasakan. Sejak 6 tahun lalu ia mengajar Autis setelah 14 tahun sebelumnya mengajar murid Tunagrahita. Selama 6 tahun mengajar dirinya merasakan perubahan positif dari murid yang ia ajar. Faridz Makarim salah satunya. Faridz telah enam tahun menjadi siswa SLB dan saat ini duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar. Dari awal masuk Faridz ba­ nyak mengalami perubahan, dibanding siswa Autis lainnya. Faridz sudah bisa membaca, berhitung dan berkomunikasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Meski su­ dah memunyai banyak pengalaman, Rusmini masih merasakan kesulitan dalam mengajar siswa Autis. “Ya gini nih kalo ngajar anak Autis, gerak-gerak terus, susah diem” Ungkap Rusmini.

bisa dilatih untuk memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri seperti mandi dan lain-lain,” Ungkap Adi salah satu pengajar. Zulfa Yunita atau sering dipanggi Ulfa merupakan salah satu murid tunagrahita sedang. Ia telah 12 tahun bersekolah di SLB dan kini tengah duduk di kelas 2 SMA, namun tak seperti siswa SMA biasanya, Ulfa berusia 22 tahun. tak hanya keterampilan membuat kerajinan semata yang ia peroleh, ia juga mendapatkan teman-teman yang memiliki kondisi yang sama sehingga memudahkannya untuk bersosialisasi dengan sesama. “Iya, disini banyak teman, lingkungannya nyaman,” Celoteh Ulfa bak seorang balita.

12 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

SLB berbeda dengan Sekolah Umum Tidak hanya dari cara mengajar yang berbeda dengan sekolah-sekolah biasa, SLB juga dituntut untuk memberikan keterampilan untuk muridnya. Terdapat perbedaan bobot antara keterampilan dan akademik baik pada tingkat SD, SMP, dan SMA. SD lebih banyak memfokuskan pada pengembagan diri, sedangkan SMP memilki bobot 60% untuk keterampilan dan 40 % akademik, dan SMA memiliki bobot 75 % keterampilan 25 % akademik. Terdapat tiga puluh pengajar yang ada di SLB ini, semua mempunyai tugas masing-masing dalam mengajar. Rusmini salah satu guru

Perhatian Pemerintah Cukup Baik Sarana dan prasarana yang dimiliki SLB B & C Dharma Bhakti Dharma Pertiwi cukup baik. Fasilitas fisik sebagai fasilitas penunjang untuk kegiatan belajar mengajar sudah disediakan pemerintah. Selama ini pemerintah sudah membantu untuk membangun fasilitas. “Fasilitas sudah banyak, sarana dan prasarana sudah baik perpustakaan, e-learning dan buku-buku sudah disediakan pemerintah,” ujar Tukiman selaku kepala sekolah yang telah empat tahun menjabat. Selama ini SLB yang ia pimpin juga sudah sering ikut serta dalam lomba-lomba bertaraf daerah juga tingkat nasional untuk mewakili Provinsi Lampung. Keinginan untuk menyejajarkan hak antara siswa-siswa SLB dengan siswa sekolah normal terus ia upayakan. Ia menginginkan siswa SLB mendapatkan fasilitas untuk masuk ke perguruan tinggi sebagaimana sekolah-sekolah umum lainnya. “Ya ada lah, akses untuk dapat jalur undangan khusus SLB ke perguruan tinggi,” harap Tukiman. .


KOMITMEN=

HARAPAN TERANG MENUAI BERANG

K

risis listrik yang masih membayangi Indonesia menuntut sebuah solusi cerdas. Energi panas bumi sebagai salah satu sumber energi terbarukan membawa angin segar. Potensi panasnya dianggap mampu menjadi pembangkit listrik yang menjanjikan. Negara telah membidik beberapa tempat yang menyimpan potensi ini, termasuk di Gunung Rajabasa, Lampung Selatan. Potensi panas bumi yang ada di Gunung Rajabasa ini dinilai ramah lingkungan dan sangat menjanjikan. Seorang ahli geotermal optimis tak akan ada bahaya yang muncul dari aktivitas eksplorasi. Apabila serius, potensi panas buminya diyakini mampu memasok listrik di Pulau Sumatera. Bahkan, mampu menyuplai kebutuhan listrik nasional. Dengan begitu, pemerintah dapat melakukan penghematan besar-besaran di bidang energi. Namun, harapan itu hanya akan tercapai apabila proyek eksplorasi dilakukan secara serius dan teliti. Pemerintah dan perusahaan pengembang harus cerdas mengkalkulasi semua kemungkinan bahaya. Teknologi yang dipersiapkan juga harus menjamin keberhasilan eksplorasi ini. Pun, mampu mengatasi segala konsekuensi yang muncul dari aktivitas demi memenuhi

kebutuhan listrik. Jangan sampai, urusan modal produksi yang sangat besar menjadi ganjalan yang akhirnya menghalalkan segala cara. Tak menampik, alam terkadang bergejolak tanpa diketahui manusia. Itulah mengapa, segala bentuk rencana preventif perlu dirinci secara detail. Gejolak penolakan warga sekitar Gunung Rajabasa atas rencana eksplorasi dapat menjadi indikator kekhawatiran. Masyarakat sadar, eksplorasi ini menuntut konsekuensi yang besar. Mereka sanksi bahwa perusahaan akan sepenuh hati mengeksekusi proyek ini dengan mempertimbangkan keselamatan warga. Apalagi, banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari Gunung Rajabasa. Mereka khawatir sumber air bersih di desanya akan terganggu. Bencana yang lebih besar seperti gempa bumi juga membayangi warga. Belum setengah jalan, warga merasa perusahaan tak banyak memberikan sosialisasi. Ada ketakutan yang muncul akan nasib alam mereka di kemudian hari. Sebab warga tak menerima pen-

jelasan mengenai dampak proyek ini. Sebagai warga, mereka hanya patuh pada negara yang telah melegalkan proyek ini. Perusahaan diharapkan memberikan solusi terhadap ketakutan warga. Tentu, semua berharap proyek ini berjalan sesuai harapan. Maka, sudah sewajarnya perusahaan menjamin keberhasilan proyek dan memberikan gambaran secara detail apabila ekplorasi Gunung Rajabasa jadi dieksekusi. Di tengah kondisi Indonesia yang kerap terjangkiti korupsi, tak berlebihan apabila ada pihak yang meragukan proyek ini berjalan mulus. Meski secara teori dianggap aman, namun faktor teknis memegang peranan penting. Bagian itu kerap diutak-atik demi keuntungan pribadi. Dampaknya sudah pasti pada kualitas keamanan dan keselamatan warga. Selayaknya, pemerintah harus mengawal perusahaan secara aktif. Tak perlu menunggu bencana besar apabila akan bertindak. Ke depan, pemerintah harus berani menciduk oknum yang membuka bisnis tanpa memperhatikan lingkungan. Ini sebagai bentuk kepedulian pada alam. Sebab, bagaimana pun, manusia harus bersinergi dengan alam demi kehidupan. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

13


14 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


Harapan Terang Menuai Berang Oleh Kurnia Mahardika Foto Kurnia Mahardika

Rencana eksplorasi panas bumi di Gunung Rajabasa terus bergulir. Ada secercah harapan bahwa energi terbarukan ini mampu menyuplai pasokan listrik nasional. Terganjal ketakutan warga. 2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

15


PERISTIWA

kejadian itu, Sohari, warga Desa Kesugihan, Kecamatan Kalianda yang diduga koordinator aksi tidak pernah pulang kerumahnya. Rumahnya hampir setiap hari nampak sepi.

D

eburan ombak memecah kegelapan malam itu. Suasana sepi merayap di atas tanah tak berpenghuni. Bekas ba­ ngunan pos Satpam masih terlihat di kawasan yang awalnya hendak dijadikan sebuah dermaga oleh PT. Supreme Energy. Peristiwa pembakaran oleh warga pada Selasa, (24/6) silam membuat lokasi itu kini kosong, menyisakan sebuah bangkai truk container yang hangus. “Dulu mah ramai di sini. Banyak Satpam yang jaga,” ujar Didi, salah seorang warga yang sejak kecil tinggal di kaki Gunung Rajabasa. Ihwal pembakaran kantor dan gudang PT. Supreme Energy bermula dari penolakan warga terhadap rencana pembangunan dermaga di Dusun Pangkul, Desa Sukaraja, Kecamatan Rajabasa. Di lokasi tersebut, PT. Supreme Energy hendak membangun se­ buah dermaga sebagai tempat pengangkutan alat-alat berat melalui jalur laut. Sejak dikeluarkannya Surat Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) oleh Kementerian Kehutanan Republik Indonesia tanggal 25 April 2014, PT. Supreme Energy menyatakan siap melakukan eksplorasi panas bumi di Gunung Rajabasa. Warga yang tinggal di kawasan sekitar gunung menolak rencana

16 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

tersebut. Mereka khawatir aktivitas eksplorasi akan merusak lingku­ ngan. Penolakan warga berujung a­ma­rah. Siang itu, (24/6) Udin sapaan akrab Sarifudin (44), warga Desa Way Urang, Kecamatan Kalianda melihat segerombolan warga berarakan. Salah seorang warga berteriak mengajaknya untuk demo. Udin yang juga tak sepakat dengan rencana eksplorasi lantas mengikuti orang-orang tersebut. Udin yang melihat warga membawa tombak, golok, dan bambu runcing merasa aksi tersebut akan berakhir ricuh. Sebelum melakukan aksi, ia dan warga lainnya berkumpul di jembatan pangkul. Usai berkumpul, pendemo bergerak ke lokasi pembangunan dermaga. Namun, saat tiba di sana, Udin sudah melihat kobaran api. Kerusuhan pun tak dapat dihindari. Tak seimbangnya jumlah aparat dengan pendemo membuat aparat tidak dapat melakukan ba­ nyak hal. “Polisi kurang banyak,” ucapnya. Menurutnya, saat itu Polisi tak menggunakan barakuda dan watercanon yang sudah didatangkan. Aparat hanya membuat pagar betis, namun tak mampu menghadang amukan masa. Massa yang marah langsung membakar truk container di area dermaga. Sejak

Awal Mula Rencana Eksplorasi Keputusan menteri ESDM Nomor 0130 K/30/MEM/2008 dan nomor 0131 K/30/MEM/2008 menjadi awal mula rencana eksplorasi ini. Surat yang berisi penugasan survey pendahuluan panas bumi di daerah Pematang Belirang dan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan menunjukkan bahwa Gunung Rajabasa memiliki potensi sumber daya panas bumi yang layak di kembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Hasil survey ini menjadi angin segar di tengah kriris listrik yang seringkali terjadi di Indonesia. Rencananya, listrik yang dihasilkan dari PLTP ini akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Proses lelang proyek yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan di Bali digelar pada Mei 2010 sebagai bukti keseriusan pemerintah. Saat itu, PT. Supreme Energy menjadi satusatunya perusahaan yang berminat untuk menjalankan proyek eksplorasi. Bupati Lampung Selatan, Rycko Menoza mendukung rencana ini dengan mengeluarkan SK izin usaha pertambangan nomor B/94.a/III.07/HK/2010 tertanggal 14 Mei 2010 kepada PT. Supreme E ­ nergy. Pera­turan Presiden Nomor 4 Tahun 2010 juga turut memperkuat legalitas proyek ini. Menyusul, Pera­ turan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2010 me­ ngenai proyek percepatan pembangunan pembangkit tenaga


PERISTIWA

listrik juga diterbitkan sebagai restu pusat atas eksplorasi Gunung Rajabasa. Sejak saat itu, berbagai aktivitas untuk memulai eksplorasi tak terhambat masalah perizinan. Hambatan justru datang dari warga sekitar gunung. Panas Bumi Dianggap Ramah Lingkungan Rencana eksplorasi panas bumi di Gunung Rajabasa mendapat tanggapan dari Dosen Geofisika Universitas Lampung, Prof. Suharno. Lelaki yang juga menjabat Dekan Fakultas Teknik ini me­ ngatakan energi panas bumi menjadi salah satu energi terbarukan yang murah dan tidak terbatas. Menurutnya, penggunaan energi ini dapat menghemat biaya produksi hingga tiga kali lipat lebih. Dengan begitu, pemerintah dapat mengurangi dana subsidi untuk kebutuhan energi. “Proses produksinya hanya dibutuhkan 700 rupiah per kwh, sedangkan penggunan solar 3000 per kwh. Itupun dibantu dengan subsidi,” ujarnya.

Selain itu, Suharno yang juga ahli geothermal ini mengatakan energi panas bumi adalah energi yang ramah lingkungan. Ia membantah ketakutan warga tentang munculnya lumpur panas layaknya pertambangan di Porong, Sidoarjo. Menurutnya, karakter tanah di Gunung Rajabasa berbeda dengan di daerah Sidoarjo sehingga tak akan menimbulkan lumpur panas. “di Sidoarjo itu kan memang bawah­ nya lumpur, sedangkan Gunung Rajabasa adalah batuan beku yang keras,” jelar Suharso. Lebih lanjut ia menjelaskan, energi panas bumi yang akan digunakan adalah uap panas yang dikeluarkan oleh sumber panas bumi. Untuk memperoleh tekanan uap, dibutuhkan proses pengeboraan agar uap yang dihasilkan dapat didorong untuk memutar turbin. Pengeboran panas bumi ini dapat mencapai kedalaman sekitar 3000 meter. Prof. Suharno menambahkan pengeboran ini tidak akan berdampak buruk bagi pohon-pohon sekitar area eksplorasi. Ia justru

mengatakan bahwa ekplorasi panas bumi akan membuat daerah sekitar pengeboran dihijaukan. Uap yang dibutuhkan untuk proses eksplorasi harus berasal dari sumber mata air sehingga sumber mata airnya harus tetap dipertahankan. Dengan terjaganya sumber mata air, pohon-pohon sekitar gunung tak akan mengalami kekeringan. Selain itu, pengeboran dengan kedalaman 3000 meter juga tidak akan mengakibatkan bencana gempa bumi. “Kedalaman gempa kan sekitar 100.000 km. Jadi, kalau ada aktivitas sekitar 3000 meter itu kan dangkal sekali,” imbuhnya. Suharno memperkirakan listrik yang diproduksi dari PLT Panas Bumi ini akan menghasilkan sebanyak 100 mega watt. Listrik ini diyakini mampu memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Sumatera, bahkan Indonesia. Sebelumnya, Prof. Suharno yang juga ahli geofisikan di Indonesia ini telah berhasil membantu masyarakat Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus memanfaatkan panas bumi untuk menghasilkan listrik.

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

17


PERISTIWA Hasil eksplorasi ini membantu warga sekitar mendapat pasokan listrik. Eksplorasi serupa juga tengah ia jalankan di daerah Suoh, Kabupaten Lampung Barat. Urat Nadi Bagi Warga Pagi itu, Sabtu (13/9) seorang laki-laki paruh baya yang mengenakan kaos berwarna kuning tengah membakar pangkal pohon jengkol yang telah mati di kebunnya. Raniman (59), lantas mengumpulkan

 Raniman (59) Warga Desa Cugung, Kecamatan Rajabasa

ranting-rantingnya untuk dijadikan kayu bakar. Warga Desa Cugung, Kecamatan Rajabasa itu tak punya banyak pilihan untuk bekerja. Ia yang hanya lulusan Sekolah Dasar menjalani rutinitas hariannya dengan pergi ke kebun. Raniman berangkat setiap pukul 07.00 pagi. Ia dan keluarganya hidup dari penjualan hasil kebunnya yang ia tanami jengkol, coklat,tangkil dan durian. Meski desanya adalah desa paling dekat dengan lokasi pengeboran untuk eksplorasi gunung, Raniman

18 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

tak merasa khawatir. Ia mengaku tak banyak mengetahui tentang dampak rencana eksplorasi Gunung Rajabasa. Warga lainnya, Santibi (40) yang merupakan petani pisang juga mengandalkan hasil kebun untuk menafkahi keluarganya. Ia mengaku menerima rencana pemerintah untuk mengekplorasi panas bumi di Gunung Rajabasa. “Karena negara yang meminta, ya mau gimana?,” ungkapnya.

Rajabasa. Sejak mendengar isu me­ ngenai rencana eksplorasi tersebut, Didi memang tidak pernah setuju. Kalau sampai eksplorasi itu terlaksana, ia khawatir tanaman di perkebunannya dan warga lain akan mati karena panas yang ditimbulkan dari aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Ia juga takut akan munculnya lumpur panas seperti yang terjadi di Porong, Sidoharjo, Jawa Timur. Menurutnya, eksplorasi itu tak sepatutnya dilakukan karena masuk dalam kawasan hutan lindung. “Hutan lin­ dung, tetap hutan lindung,” tegas Didi. Hal senada juga diungkapkan Husni Amri warga desa kedaton kecamatan kalianda juga merasa takut pada dampak yang ditimbulkan dari eksplorasi Gunung ­Rajabasa. Meski tempat tinggalnya jauh dari lereng gunung, namun Amri juga termasuk warga yang mengandalkan hasil perkebunan untuk memenuhi kebutuhannya. Amri takut ekplorasi gunung akan menyebabkan kekeringan air ber­ sih. Selain itu, Amri juga me­ ngatakan bahwa terdapat benteng bersejarah peninggalan zaman Belanda dan makam keramat para pahlawan yang perlu dijaga kelestariannya.

Tak seperti Raniman dan Santibi yang menerima keputusan pemerintah, Didi termasuk warga yang tak sepakat dengan rencana tersebut. Pria berambut pirang yang tinggal di Desa Sumur Kumbang, ini juga bergantung pada hasil kebun. Tak hanya itu, kebutuhan air juga disuplai dari mata air yang mengalir langsung dari Gunung ­Rajabasa. “Saya bisa segede gini ya karena Gunung Rajabasa,” imbuhnya. Didi menjadi salah satu warga yang menolak rencana ekplorasi Gunung Rajabasa. Ia mengaku kecewa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan yang menandata­ ngani surat izin pemakaian ­Gunung

Warga Memilih Menjual Tanah Keberlanjutan rencana eks­ plorasi Gunung Rajabasa oleh PT. Supreme Energy mengharuskan perusahaan eksplorasi ini membeli tanah warga untuk pendirian lokasi produksi. Saiful Zuhri termasuk salah satu warga yang menjual tanahnya. Warga Desa Cugung, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan itu memilih menjual kebunnya selu­ as 1 hektar kepada PT. Supreme Energy. Ia menjual tanahnya karena PT. Supreme Energy berani menawar kebunnya dengan harga tinggi. Jika biasanya kebun di sekitar Gunung hanya ditawar sekitar Rp.5000 sampai 10.000 per meter, perusahaan itu berani menawar tanahnya seharga Rp.20.000. Hasil


PERISTIWA penjualan kebun itu bahkan dapat ia gunakan untuk pergi haji. Ia juga menyisakan uangnya untuk membeli kebun di desa lain. Keyakinan Saiful menjual tanahnya semakin kuat karena ia dijanjikan akan diberikan pekerjaan. Memang tak ada perjanjian me­ ngenai jabatan yang akan ia peroleh, namun ia senang apabila proyek eksplorasi penas bumi ini akan membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar gunung, termasuk dirinya. “Untuk urusan penempatan pekerjaan mah tergantung tingkat kependidikannya,” ujar lelaki yang berlogat sunda ini. Kini, ia dan istrinya memperoleh penghasilan dengan menjadi buruh tani dan berjualan kue sampai menunggu pekerjaan yang dijanjikan PT. Supreme Energy. Udin Nurahman (54) juga tidak segan menjual kebunnya seluas 3000 meter persegi untuk pembangunan jalan proyek Pembangkit listrik tenaga panas bumi. Selain karena ditawar mahal, Udin yakin menjual tanah karena dia menganggap akan ada kemajuan untuk desanya. Apalagi kebun bukanlah penopang pokok hidup keluarganya. Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, udin membuka toko klontong. Dari hasil toko inilah ia dan keluarganya memperoleh penghasilan tetap. Beda Pendapat Antar Warga Rencana eksplorasi Gunung Rajabasa yang telah disetujui pemerintah pusat ternyata minim sosialisasi. Baheram (52), Warga Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa yang sudah tinggal di kaki gunung sejak lahir ini tak tahu banyak tentang keberlanjutan rencana eksplorasi. Menurutnya, selama ini PT. Supreme Energy hanya satu kali mendatangi warga untuk memberitahu bahwa akan diadakan eksplorasi panas bumi di gunung tersebut. Setelah itu, PT. Supreme Energy tak pernah datang lagi untuk memberikan sosialisasi pada warga.

Warga lainnya, Fathul Huda (29) juga masih bingung menyikapi rencana ini. Pasalnya, ia tidak me­ ngetahui manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari eksplorasi Gunung Rajabasa. Fathul hanya takut sumber mata air yang selama ini digunakan warga Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa akan tercemar akibat aktivitas eksplorasi. Lelaki yang mengaku mempunyai lahan di sekitar gunung itu berharap ada pertemuan secara langsung antara PT. Supreme Energy dengan masyarakat sehingga ada kesepakatan bersama . Selain itu,

Fathul hanya takut sumber mata air yang selama ini digunakan warga Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa akan tercemar akibat aktivitas eksplorasi. harus ada pertanggungjawaban dari pihak perusahaan jika terjadi bencana. ”Kita maunya pihak perusahaan mendatangkan para ahli sehingga masyarakat tahu positf negatifnya,” ungkapnya. Pangeran Legun, Azhar Marzuki (46) yang menjadi salah satu tokoh adat mengaku sudah beberapa kali diajak oleh pihak PT. Supreme Energy untuk membicarakan rencana ekplorasi tersebut. Ia bahkan pernah diajak ke Jakarta untuk sebuah pertemuan. Pertemuan itu dilakukan pada Juli 2012 dan dihadiri oleh empat tokoh adat lainnya, yakni Pangeran Dantara, Pengeran Rajabasa, Pangeran Ketibung, dan Ratu Menangsi. Acara yang diadakan pada bulan Ramadhan itu menjadi awal silaturahmi antara PT. Supreme

­nergy dengan tokoh adat LamE pung Selatan. Pertemuan itu juga membahas mengenai manfaat yang akan didapat warga sekitar apabila eksplorasi terlaksana. PT. Supreme Energy menjanjikan pemberian beasiswa pendidikan untuk anak-anak berprestasi di sekitar gunung. Bahkan, PT. Supreme E ­ nergy berani menjanjikan beasiswa hingga keluar negeri. Warga sekitar gunung juga akan mendapat pekerjaan pada proyek PLTP Gunung Rajabasa serta bantuan dana untuk setiap kegiatan sosial yang akan dilaksanakan. Tak jarang, sepulang dari pertemuan, Azhar diberi pesangon. Besaran uang yang ia terima mencapai satu juta rupiah. Bahkan, ia juga pernah menerima hingga lima juta rupiah. Azhar tak menolak uang tersebut karena ia anggap sebagai uang transportasi dan tanda penghormatan bagi dirinya. ”Namanya juga dikasih, ya saya terima,” ujarnya. Sebenarnya, hati nurani Azhar menolak rencana itu. Lantaran, ia dan warga desa lainnya sudah sangat bergantung pada Gunung Rajabasa. Namun, ia berubah pikiran karena menganggap eksplorasi gunung akan mendatangkan investor dari luar negeri. Dengan begitu, ia berharap kehidupan warga sekitar membaik. Namun, ia tetap menyerahkan keputusan kepada warga. Sebagai tokoh adat, ia tak mempunyai otoritas untuk memaksa warga. Dirinya hanya menjadi mediator yang menengahi pendapat warga. “Keputusan dikembaikan lagi kepada masyarakat,” ujarnya. Ia khawatir, penolakan warga terhadap rencana ini akan membuat para investor mundur sehingga eksplorasi tak jadi berjalan. Azhar menilai penolakan warga juga disebabkan minimnya sosialisasi. Ia pernah menyarankan agar PT. Supreme Energy melakukan sosialisasi ke semua warga, namun urung dilakukan. Berbeda dengan pangeran Le-

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

19


PERISTIWA

gun, David sebagai pangeran Rajabasa acap kali menolak ajakan PT. Supreme Energy untuk mengikuti berbagai pertemuan. Apalagi semenjak aksi pembakaran yang dilakukan warga. Ia tak ingin warga berprasangka buruk kepadanya lantaran masyarakat sudah menolak rencana PT Supreme. Sebelumnya, David memang pernah mengikuti pertemuan di Jakarta bersama dengan ke empat pangeran lainnya untuk membicarakan tentang coorporate social responsibility (CSR) PT. Supreme Energy sebagai timbal balik kepada warga sekitar gunung apabila eksplorasi tersebut telah terlaksana. Sebagai tokoh adat, ia menolak adanya pengeboran di Gunung Rajabasa. Selain karena adanya situs sejarah, penolakan warga sekitar juga menjadi alasan mendasar. Pemerintah Memilih Netral Ditemui di ruangannya, Yudi Permadi yang menjabat Kepala Bidang Geologi Sumber Daya Mineral Kabupaten Lampung Selatan mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan PT. Supreme Energy untuk melaksanakan proyek ini. Sejauh ini, PT.

20 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Supreme Energy sudah melakukan survey dengan metode geofisika untuk mengetahui karakteristik bebatuan. “Akan ada evaluasi dengan Dinas Per­tambangan dan PT. Supreme Energy setiap akan melakukan kegiatan,” imbuh Yudi. Ia menilai, keputusan pemerintah yang menyetujui rencana eksplorasi Gunung Rajabasa sudah tepat dan telah melalui mekanisme yang sesuai. “Menteri Kehutanan sudah tahu alasannya. Ahlinya juga sudah diturunkan. Ada evaluasi dan setelah itu baru disetujui pihak kementerian,” ujarnya. Menanggapi kekhawatiran warga, Kepala Bidang Energi Migas dan Kelistrikan, M. Asran menyatakan belum ada rencana untuk kembali mengadakan sosialisasi. “Butuh dana besar,” ungkap ­ Asran. Menurutnya, warga tak perlu khawatir karena rencana ini sudah melalui berbagai pertimbangan. “Pemerintah lebih tahu mana yang mencelakakan masyarakat, terkecuali karena insiden” lanjutnya. Mengenai konflik yang terjadi, menurutnya pemerintah memilih bersikap netral. “Tidak mau membela pihak manapun,” tegas Asran.

Rumah ini dijadikan Sekretariat Aliansi Masyarakat Pejuang Rakyat.

Proyek Akan Tetap Dilanjutkan Saat dikonirmasi, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat PT. Supreme Energy, Ismoyo Argo mengatakan pihaknya berharap agar proyek ini dapat terus dilanjutkan. Meski membenarkan adanya berbagai penolakan dari warga, pihaknya mengaku akan kembali melakukan pendekatan kepada masyarakat. “Ini adalah program pemerintah dan sudah mendapatkan ijin dari berbagai pihak,” ujarnya. Ia menambahkan, dua pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan kepada m ­asyarakat dan pendekatan keamanan. Menurutnya, dua pendekatan ini sudah sesuai dengan arahan pemerintah Provinsi Lampung dan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan. Penedekatan masyarakat yang akan dilakukan adalah dengan menyebarluaskan info tentang manfaat energi panas bumi melalui poster dan radio, sedangkan Pendekatan keamanan kita meminta bantuan pemerintah untuk mengawal proyek ini. Mengenai sosialisasi pada tokoh adat, ia mengatakan bahwa hal tersebut adalah strategi yang pa­ ling tepat untuk mensosialisasikan rencana ekslorasi. “Tidak mungkin kami menemui satu per satu orang. Sosialisasi tetap akan ke bawah,” ujarnya. Ia menambahkan, saat ini PT. Supreme Energy fokus pada daerah yang terkena dampak langsung, yakni di wilayah Kecamatan Rajabasa. PT. Supreme Energy berharap sosiali­ sasi kepada tokoh adat dan kepala desa diharapkan dapat sampai kepada semua warga. Ia menambahkan, pihaknya akan melaksanakan berbagai hal terkait kewajiban perusahaan terhadap warga dan lingkungan sekitar. “Kalau nggak (dilak-


PERISTIWA

sanakan kewajiban), nggak akan dapat manfaatnya. Ia menjelaskan, nantinya PT. Supreme Energy hanya akan menggunakan air laut untuk mendi­ nginkan mesin pada saat eksplorasi. Dengan begitu, masyarakat tak perlu khawatir kekurangan air bersih. Menurutnya, penggunaaan air juga hanya diperlukan saat pengeboran. “Saat produksi tidak akan menggunakan air. Kami juga akan melakukan penanaman kembali area yang terkena proyek, penanaman disekitar aliran sungai dan perbaikan aliran sungai,” ujarnya menjelaskan. Mengenai CSR, PT. Supreme Energy mengaku mempunyai empat bidang program, yakni bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat. Perusahaan mengaku telah memberikan bantuan komputer pada sekolah-sekolah yang ada di sekitar gunung. Ke depan, PT. Supreme Energy berencana menggelar bantuan untuk operasi katarak

dan sunat masal gratis. Selain itu, perusahaan juga akan membangun fasilitas pembuatan saluran air bersih dan lapangan bola voli serta memberdayakan masyarakat untuk menjadi tenaga kerja. Humas PT. Supreme Energy juga mengaku siap menjadi bagian untuk menampung aspirasi masyarakat. “Kami sangat terbuka dengan masyarakat,” ujarnya mengakhiri. Pendapat walhi tentang ekplorasi Gunung Rajabasa Pemanfaatan panas bumi se­ bagai sumber energi listrik me­­ mang dinilai lebih ramah ke­ timbang batu bara. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Wahana Lingkunagn Hidup (Walhi), Bejo Dewangga. Namun, menurutnya ganjalan dalam proyek ini adalah mengenai sumber air yang digunakan untuk mendinginkan mesin. Apabila perusahaan menggunakan mata air Gunung Rajabasa dikhawatirkan menganggu

sumber air bagi warga sekitar. Hal ini dikarenakan warga sekitar kaki Gunung Rajabasa sepenuhnya memakai sumber mata air dari Gunung Rajabasa. “Kalau memanfaatkan air laut selesai masalahnya,” ujarnya. Ia menambahkan, pemerintah juga harus memperjelas tentang penyaluran listrik. “Listriknya untuk masyarakat lampung atau dijual keluar,” tambah Bejo. Ia menilai semua bentuk ekploitasi akan membawa dampak buruk jika tidak dikawal dengan baik. Ia pesimis proyek ini akan berjalan lancar dengan masih maraknya tindak korupsi di Indonesia. “Kalau misalnya harus beli pipa kualitas A, tapi yang dibeli B atau C kan bahaya,” ungkapnya memberi gambaran. Ia berharap Pemerintah daerah mempertimbangkan kebijakan ini serta memberikan kejelasan kepada masyarakat tentang masa depan proyek panas bumi di Gunung Rajabasa. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

21


WAWANCARA KHUSUS

Gustav Aulia:

Jurnalistik AdalaH

Soal Hati Oleh Retno Wulandari Foto Retno Wulandari

G

ustav Aulia, jurnalis senior ini mulai dikenal publik ketika menjadi presenter berita di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sebelas tahun mengabdikan diri di dunia jurnalistik dan broadcast, ia memilih hengkang dari perusahaan sejak Desember 2013 karena merasa indepedensinya diusik. Gustav juga seorang dosen di salah satu perguruan tinggi komunikasi swasta di Jakarta sejak 2008. Ia pernah menerima predikat dosen terbaik di kampusnya. Selain itu, Gustav juga menjamah dunia enterpreneur. Kini, Founder of Gustav Aulia Private Course sering diundang sebagai pembicara bidang jurnalistik dan news presenter di berbagai pelatihan. Reporter Teknokra, Retno Wulandari berkesempatan melakukan wawancara khusus di Wisma Menteri Pemuda dan Olahraga, Jakarta Pusat pada Selasa, (23/9). Hari itu, jas berwarna hitam membalut tubuhnya usai memberikan pelatihan jurnalistik. Berikut petikan wawancaranya: g g g

Bagaimana pendapat anda mengenai perkembangan televisi di Indonesia? Televisi semakin banyak di nasional maupun di daerah. Secara frekuensi, Tv nasional tidak bisa ditambah, tapi ada Tv lokal yang merambah daerah. Perkembangannya sangat dahsyat. Kita akan masuk

22 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

ke era digital. Butuh banyak pekerja broadcast dan jurnalis yang handal. Mengenai perkembangan pemberitaannya sejak awal Anda berkarier? Dulu Tv sedikit, sekarang makin banyak. Artinya apa? kompetisi akan makin ketat. Karena itu gimana caranya kita selalu bisa tetap memenangkan persaingan dengan media lain, tapi kita tetap bisa menghadirkan paling bermanfaat buat publik. Satu hal yang harus digaris bawahi adalah carilah berita yang berpengaruh dan bermafaat bagi publik, bukan apa yang diinginkan oleh wartawannya. Jadi, sudut pandang yang salah kalau kita cari berita, tapi sudut pandangnya kita sendiri sebagai jurnalis. Apa pendapat anda tentang televisi yang mengabarkan berita “berbeda� dari Tv lain? Karena dibayar oleh perusahaan, maka perusahaan mengatur kita sebagai jurnalis. Itu sebabnya saya mengundurkan diri dari redaksi. Saya tidak berkenan dengan hiruk pikuk politik yang masuk ke redaksi. Walaupun bukan hanya itu yang menjadi faktor utama , saya memilih untuk menjaga independesi. Apakah memang tidak bisa menolak untuk memberitakan pemberitaan yang sudah diarahkan? Nggak bisa ditolak. Misalntya kita reporter bikin berita sesuai faskta. Apakah kemudian berita kita


WAWANCARA KHUSUS

langsung tayang? kan nggak! Produser bilang bikin yang bagus, tapi ternyata nggak diizinkan oleh eksekutif produser. Eksekutif produser mau tetap begitu, eh menajernya atau Pemrednya... Kita berhadapan dengan atasan kita. Mereka filternya. Saya dosen yang mengajarkan murid-murid saya untuk menjaga integritas, tapi saya bekerja di tempat yang tidak independen, apa jadinya? Bagaimana pendapat anda tentang pers kampus sedang mengembangkan video streaming? Pertama teknologi perlu dikawal, dilatih, dan memiliki skill. Adanya video streaming melatih mereka bisa kelihatan di layar. Tidak perlu lagi nunggu direkrut oleh tv lokal atau tv nasional. Mereka bisa memunculkan dirinya sendiri lewat video streaming. Tapi jangan lupa! Bukan hanya soal teknologi, jurnalistik adalah soal hati. Jadi, kita harus tetap bisa jaga bahwa kita independen, punya kredibilitas, dan punya integritas. Tidak mudah disuap, tidak takut dengan kekuasaan, dan hati-hati. Jadi jurnalis yang lurus ajalah! karena jurnalis harus jadi orang baik! Kalau anda orang jahat, kasian orang yang nontonnya, mereka nggak akan dapat yang terbaik. Cara melatihnya... Pers kampus harus lebih banyak membuat acara, mengundang praktisi. Bukan hanya dosen, kalau bisa dosen yang juga praktisi atau praktisinya langsung. Supaya punya gambaran lebih nyata terhadap real situation dan real condition dari dunia pemberitaan. Apakah seorang news presenter harus cantik atau tampan? Soal look tidak terlalu jadi faktor utama, tapi isi dulu. Bahkan ada yang udah tua atau gendut, tapi punya integritas. Jurnalis itu nggak akan ditonton kalau dia nggak punya integritas. Dia harus dipercaya dulu oleh publik. Pemirsa harus yakin orang ini bener, kalau nyampein nggak bohong. Ketika kita sudah bisa menjaga hal seperti itu publik percaya. Kepercayaan itu yang susah sebetulnya. Apa saran Anda untuk pers kampus yang ingin terjun ke dunia televisi? Cari yang paling tidak terpengaruh. Kalau masih ingin bekerja sebagai jurnalis, ya cari yang paling independen. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

23


=INOVASI

INKUBATOR OTOMATIS CARA MUDAH TETASKAN TELUR

Oleh Kurnia Mahardika Foto Kurnia Mahardika

24 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


INOVASI=

D

unia peternakan unggas tidak bisa dipisahkan dengan inkubator. Alat menyerupai lemari kecil ini berfungsi sebagai alat penetas telur. Dalam perkembangannya, inkubator terus mengalami inovasi. Mulai dari sumber penghangat telur yang dulu dari lampu minyak hingga penggunaan lampu listrik. Namun sayangnya penggunaan lampu listrik masih menuai kendala pada saat terjadi pemadaman. Seringnya pemadaman listrik akan membuat suhu ruang pada inkubator menurun dan membuat proses penentasan telur terganggu. Jika hal ini terjadi berualang-ulang besar kemungkinan telur akan menjadi busuk dan tidak menetas. Kelemahan inkubator dipasaran tidak hanya itu. Penyetelan suhu ruangan secara manual juga menjadi kendala bagi peternak pemula. Hal ini dikarenakan setiap telur unggas memiliki suhu dan kelembapan masingmasing untuk dapat menetas. Kesalahan dalam menyeting suhu dan kelembapan inkubator akan mempengaruhi proses penetesan. Kornelius Pranoto Adi, Mahasiswa Tehnik Elektro, Universitas Lampung justru melihat masalah ini sebagai peluang untuk menyelesaikan studinya. Ditemui di laboratorium elektronika, Universitas Lampung, koko memperlihatkan inovasi buatannya. Secara kasat mata inkubator buatan koko ini tak jauh berbeda dengan inkubator lainnya. Perbedaan baru kita lihat saat kita perhatikan detail inkubator berukuran 1 m x 1.5 m ini. Sama halnya dengan inkubator pada u­mumnya. Inkubator buatan koko ini terbuat dari besi yang dilapisi sterofoam dan papan triplek. Penggunaan sterofoam ini difung-

sikan untuk menahan suhu rua­ ngan inkubator. Perbedaan inkubator ini terletak pada sumber arus listriknya. Untuk mengakali seringnya pemutusan listrik oleh PLN koko memilih panel surya sebagai sumber listriknya. Meski tergolong mahal panel surya ini dipilih karena sumber energi sinar matahari tidak terbatas dan dapat ditemukan dimana­ pun. Untuk penyimpanan sumber listrik inkubator ini menggunakan dua buah aki. Kecanggihan alat inkubator buatan koko ini terletak pada program otomatisnya. Untuk membuat program komputer ini koko menghabiskan waktu selama lima bulan. Dalam program ini koko menyematkan program yang mampu menyetel secara otomatis suhu dan kelembapan yang dibutuhkan oleh telur. Untuk pengoprasiannya koko mendesain sesederhana mungkin sehingga bisa digunakan oleh siapapun. Pengguna tinggal menekan saklar pilihan yang telah disediakan. Saklar yang terletak diatas ini mempunyai dua pilihan, yakni saklar untuk mengatur suhu dan kelembapan telur ayam atau telur bebek. Ketika saklar ditekan, secara otomatis sensor didalam ruang inkubator akan menyalurkan pada program komputer yang telah ditanamkan di chip kemudian mengatur suhu serta kelembapan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh telur. Ada alasan tersendiri bagi koko menaruh saklar pada dua jenis telur tersebut. Menurutnya, saat ini penggunaan inkubator mayoritas untuk menetaskan telur bebek dan ayam. Namun, jika pengguna ingin menetaskan telur dari jenis lain, kita hanya perlu memencet keypad yang telah disediakan untuk memilih suhu

yang dibutuhkan telur. Ketika angka suhu sudah kita tentukan, maka ruangan inkubator akan mengatur dengan sendirinya. Pengguna inkubator otomatis buatan koko juga tidak perlu membolak-balik telur. Karna alat ini juga diatur untuk mengubah posisi telur. Pengubahan posisi telur ini difungsikan agar embrio tidak menempel atau lengket pada satu sisi kulit sehingga menyebabkan embrio tidak berkembang dengan baik. “jadi inkubator ini benar-benar otomatis. Setelah kita atur suhunya, kita cuman tinggal ngecek air di dalamnya saja, masih ada atau ngga� ungkapnya mahasiswa tehnik elektro angkatan 2008 ini . Selama proses penelitiannya koko tidak terlalu banyak menemui kendala. Menurutnya bahanbahan untuk pembuatan inkubator ini mudah dicari, namun untuk harga memang relatif lebih mahal. Alasan pemilihan komponen dengan harga yang relatif mahal ini karna menurutnya barang dinilai lebih berkualitas sehingga pemakaiannya lebih awet. Ia menambahkan, tujuan pembuatan inkubator otomatis ini agar peternak tak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk membayar listrik ketika sudah memilikinya. Salah satu syarat sukses dalam penetaasan telur ini menurut koko juga terletak pada pemilihan telur. Pernah dalam penelitiannya semua telur bebek yang ia taruh di rak inkubator tidak menetas. Faktor yang mempengaruhi kegagalan ini menurut koko adalah lamanya perjalan telur. Sejak kejadian itu koko memilih untuk mencari sendiri telur yang akan ditetataskan sehingga telur bisa dipastikan masih bagus pada saat akan dimasukkan kedalam inkubator. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

25


Foto Khorik Istiana

EKSPRESI

26 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


EKSPRESI

Subak,

Menghidupkan Kembali

Hutan Mangrove Oleh Khorik Istiana Oleh Khorik Istiana

Saat pertama kali menanam mangrove, Subak hanya ingin melindungi warga desanya dari ombak besar. Kini, kepeduliannya pada lingkungan mampu menghidupkan kembali hutan mangrove yang sempat mati suri.

S

iang itu, Sabtu (15/6), matahari bertengger di atas kepala. Udara Kabupaten Lampung Timur yang sedikit panas terasa di ubun-ubun kepala. Perjalanan dari Desa Karya Tani menuju Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai terasa lebih sulit saat melewati jalan berlubang. Sisa-sisa aspal yang menempel di tanah menyebabkan jalanan tidak rata. Debu yang berhamburan di sepanjang jalan juga kian menambah suasana tak nyaman. Namun, suasana berubah saat memasuki Desa Margasari. Deretan pohon mangrove berjajar rapi di sepanjang jalan yang berbatasan langsung dengan laut. Burung pantai berwarna putih hinggap di pucuk pohon yang menjulang tinggi.

Tepat di kanan jalan, sebuah rumah bercat hijau berdiri kokoh. Rumah ini milik salah seorang warga bernama Subak. Warga sekitar mengenal akrab sosok lelaki keturunan jawa ini. Bukan tanpa alasan, Subak diketahui sebagai sosok yang peduli lingkungan. Siang itu, Subak tak melaut lantaran ombak yang cukup besar. Di ruang tamu yang sederhana itu, sebuah almari kaca tembus pandang berdiri di sudut ruangan. Beberapa piagam penghargaan dan piala yang ia peroleh terpajang rapi sebagai hasil kerja kerasnya. Kepeduliannya terhadap tanaman mangrove dimulai sejak tahun 1993. Saat itu, kawasan hutan mangrove di Desa Margasari lumpuh total. Suara deburan ombak terdengar jelas dari rumah warga. Tidak adanya pengahalang antara ombak laut ke rumah warga menyebabkan bahaya bisa datang kapan pun. Keadaan itulah yang membuat hatinya miris. Bersama Almarhum Sukimin yang saat itu menjabat sebagai Kepala Desa, Subak mulai menanam mangrove. Ia meng­ ajak warga lain untuk ikut bergotong royong. “Saya hanya ingin melindungi masyarakat,â€? ujarnya mengenang. Sekitar empat puluh warga ikut membantunya menanam bibit api-apian setiap hari Jum’at. Bibit tersebut dibeli dari iuran warga. Sosoknya yang mampu merangkul

warga membuat Subak dipercaya sebagai pamong desa. Saat itulah, Subak gencar mengajak warga untuk terus menanam bibit api-apian. Kegiatan menanam mangrove itu rutin dilakukan hingga satu tahun. Kesungguhan warga melestarikan lingkungan mendapat jawaban alam. Bibit api-apian yang ditanam warga menjelma menjadi pohon mangrove yang tumbuh subur. Subak dan warga desa lainnya kian semangat menanam mangrove. Bantuan bibit yang diberikan oleh pemerintah Provinsi Lampung tahun 1997 hingga tahun 2000 juga sangat membantu warga. Pemerintah kabupaten juga ikut membantu pemberian bibit mangrove. Meningkatkan Potensi Daerah Awalnya, Subak hanya ingin melindungi masyarakat desanya. Tak disangka, aktivitas rutin menanam mangrove ini membuat tanaman-tanaman ini meluas menjadi hutan yang luasnya berhektarhektar. Hutan mangrove di Desa Margasari tak hanya melindungi masyarakat, kini hutan tersebut juga memberikan dampak ekonomi yang baik. Hutan mangrove membuat banyak kepiting dapat hidup dan berkembang biak dengan baik. Berbagai jenis ikan juga dapat hidup di perairan sekitar hutan. Selain mengundang banyak kepiting dan ikan, hutan ini juga

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

27


EKSPRESI membuat banyak mahasiswa dan peneliti sering berkunjung ke desanya. Rektor Universitas Lampung, Sugeng P. Hariyanto bahkan pernah sengaja ke rumahnya untuk berbincang mengenai kondisi dan perkembangan hutan mangrove. Peneliti lokal dan luar negeri juga kerap melakukan penelitian. Setiap peneliti yang hendak datang ke hutan mangrove diminta mengisi daftar buku tamu yang ada di rumah Subak. Dari daftar buku tamu itu, lebih dari 100 peneliti pernah singgah di desanya. Mendapat Penghargaan Kalpataru Saat itu tahun 2011, ketika seorang petugas dari kabupaten mendatangi rumahnya. Subak diminta memberikan biodata diri. Ia tak tahu kalau dirinya hendak didaftarkan sebagai nominasi Kalpataru. Tak lama berselang, sang kepala desa mendatangi­ nya. Ia diajak ke Bandar Lampung karena terpilih sebagai peraih Kalpataru tahun 2011. Bersama sang kepala desa dan dua kawannya, Subak berangkat menggunakan sepeda motor. Perasaan canggung sempat ia rasakan saat menghadiri malam penghargaan di Hotel Sheraton, Bandar Lampung. Sosoknya yang pendiam dan terkesan pemalu ini tak mengira akan mendapat piala Kalpataru. “Saya enggak nyangka mbak, wong orang- orang sekitar itu isinya para pejabat, sedangkan

saya kan hanya orang desa,” ujar Subak dengan logat jawanya. Sebuah piala Kalpataru, piagam penghargaan, dan uang pembinaan sebesar 1 juta rupiah ia terima dari Gubernur Lampung saat itu, Scharuddin Z.P. Uang tersebut tak ia nikmati sendiri, Subak juga membaginya kepada kepala desa dan dua rekan yang menemaninya. Tak hanya mendapat penghargaan Kalpataru, ia juga terpilih sebagai kader lingkungan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Pencapaian ini ia peroleh karena kecintaannya terhadap lingkungan. “Saya akan terus menanam bakau, biar jadi hutan yang luas,” ujar Subak. Dipercaya Sebagai Penjaga Hutan Sebagai nelayan yang hanya lulusan SD, Subak juga memiki kemampuan bertani. Kemampuan itu ia peroleh ketika dirinya masih di Cilacap dari berbagai pelatihan dan pengalaman. Ia kemudian ikut bertransmigrasi bersama orang tuanya ke Lampung timur. Di sinilah ia menemukan jodohnya, Poniyem. Istrinya memilih Subak karena sosoknya yang pekerja keras dan bertanggung jawab. Subak selalu berangkat pagi dengan membawa beberapa bibit pohon mangrove untuk ditanam. Ia sudah mahir menyemai bibit sendiri. Pekerjaan itu ia lakukan disela-sela pekerjannya mencari ikan. Nafkah untuk keluarganya ia

peroleh dari hasil menangkap ikan yang kemudian ia jual. Setiap hari, Subak biasanya dapat mengumpulkan uang Rp 30-40 ribu. Penghasilan itu cukup memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Kini, Subak dipercaya sebagai Pam Suakarsa atau penjaga hutan lindung mangrove. Sebagai Pam Suakarsa, Subak memiliki kewajiban untuk menjaga tanaman mangrove dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Pernah suatu kali, ada seorang warga mengambil kayu mangrove yang jatuh. Demi memunculkan efek jera, warga tersebut sempat dilaporkan ke kantor polisi, namun pihak kepolisian menyerahkannya untuk dimusyawarhkan pada tingkat Desa. Sejak saat itu, tak ada lagi warga yang berani mengambil pohon mangrove. Subak juga sering dikirim untuk mengikuti pelatihan dari tingkat kabupaten hingga propivinsi. Ilmu yang ia peroleh kemudian ia ajarkan ke masyarakat sekitar saat ada perkumpulan atau pembinaan desa. Saat ini, Indonesia memiliki tiga titik hutan mangrove yang sering digunakan untuk penelitian dan pengembangan, yakni di daerah Surabaya, Jambi, dan Lampung. Ketiga daerah tersebut, hanya Lampung yang daerah mangrovenya mendapat perawatan paling baik dari masyarakat. Bukti ini menjadi cermin ketekunan Subak dan warga Desa Margasari. .

Profil Nama : Subak TTL : Cilacap, 4 Mei 1960 Istri : Poniyem Pekerjaan : Nelayan dan Petani Alamat : Desa Margasari Kec. Labuhan Maringgai Kab. Lampung Timur 28 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Prestasi 1. Teladan III tingkat Kabupaten sebagai kelompoik Tani penghijauan teladan 2010 2. Kader Lingkungan dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup 2011 3. Kalpataru 2011 Tingkat Provinsi



Kyay Jamo Adien Oleh Fitri Wahyuningsih


OPINI=

Kesiapan Masyarakat Menghadapi MEA 2015 Dok.

Yoke Muelgini Dosen FEB Unila

M

embaca laporan hasil survei ASEAN Business Outlook Survey 2015 tentang rencara 10 negara ASEAN untuk memberlakukan suatu pasar tunggal barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil yang disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada bulan Desember 2015; tampaknya ditanggapi dengan pikiran dan perasaan campurbaur oleh responden. Sebagian responden menyatakan bahwa mereka mengetahui info tentang MEA dari media dan merasa heran mengapa selama ini mereka belum benarbenar mengetahui bahwa Desember 2015 besok, ekonomi ASEAN akan menyatu menjadi MEA. ­Respon tersebut sebenarnya, tidak mengejutkan, karena hasil survai Sekretariat ASEAN 2013 menemukan bahwa tiga dari empat warga negara-negara ASEAN (76 persen) kurang mengerti tentang fungsifungsi dasar ASEAN. Meskipun demikian, empat dari lima (81 persen) diantara mereka merasa “familiar” dengan atau pernah mendengar tentang ASEAN. Hasil survai yang mewawancarai 2,200 responden dari masyarakat umum dan wawancara mendalam dengan 261 pemimpin bisnis di 11 sektor di seluruh ibukota 10 negara anggota ASEAN ini tampaknya dapat dikatakan mewakili kenyataan yang kita temukan dalam masyarakat.

Dunia usaha ternyata memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ASEAN dan sebagian dari mereka bahkan ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan promosi integrasi ASEAN. Meskipun demikian, data menunjukkan bahwa 55 persen dari responden dari dunia usaha hanya memiliki “suatu pemahaman dasar” tentang apa yang dimaksudkan dengan ASEAN dan 30 persen lainnya kurang memiliki pengetahuan dasar tentang ASEAN. Rendahnya tingkat pemahaman menyeluruh dari kalangan dunia usaha dan masyarakat umum selain disebabkan oleh masalah komunikasi, juga disebabkan oleh kekurang tertarikan mereka pada urusan ASEAN. Meskipun demikian persepsi umum terhadap masyarakat ASEAN positif dan menyatakan bahwa pemberlakuan MEA pada bulan Desember 2015 akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah ASEAN. Dengan modal pengetahuan seperti ini masyarakat memang mengalami kesulitan untuk memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan para pemimpin negara di tingkat regional. Penyebab lain adalah bahwa ternyata satu-satunya bahasa yang dipakai dalam dunia kerja dan bisnis di ASEAN adalah bahasa Inggris, yang merupakan bahasa yang

tidak memiliki akar dan secara linguistik bukan turunan dari bahasa yang dipakai oleh warga di 10 negara ASEAN. Adopsi bahasa Inggris ditanggapi sebagai kebijakan terbaik “ASEAN Best Policy” oleh sebagian negara anggota ASEAN. Sayangnya, rendahnya penguasaan bahasa Inggris masyarakat ASEAN membuat situasi menjadi sulit bagi warga ASEAN untuk dapat mengikuti agenda ASEAN yang lebih sering hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Selain itu, selama ini diseminasi kemajuan ASEAN ke tengah-tengah masyarakat oleh pemerintah masih sangat terbatas. Secara umum, kemampuan berbahasa Inggris di 10 negara ASEAN memang masih sangat rendah, kecuali di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Kamboja. Sedangkan di Brunei, Thailand, Indonesia, Laos atau Vietnam, dan Myanmar, meskipun sudah ada lembaga-lembaga pendidikan yang menggunakan bahasa nasional dan bahasa Inggris, akan tetapi kemampuan berbahasa Inggris masyarakat umum memang masih rendah. Sebagian responden lainnya memandang pemberlakuan MAE hanyalah merupakan awal dari integrasi ekonomi 10 negara ASEAN dan akan bersikap wait and see sambil mempersiapkan langkah antisipatif terbaik untuk menghadapinya. Sayangnya, langkah

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

31


=OPINI antisipatif yang terprogram dan melibatkan para pemangku kepentingan semacam itu dapat dikatakan memang belum kunjung dipelopori oleh pemerintah; kecuali akhir-akhir ini ketika “Belanda sudah semakin dekat”. Diantara dua bagian itu, ada sebagian responden lainnya yang merasa tidak dapat menerima rencana tersebut dan berharap agar MEA tidak akan diberlakukan pada Desember 2015, 2020 atau sampai kapan pun. Pemberlakuan MEA yang akan mempercepat pergerakan barang, jasa, modal, dan tenaga kerja secara bebas di ASEAN, membuat mere­ ka was-was; karena merasa akan lebih memperberat tantangan dibandingkan dengan membuka peluang. Masalah perekonomian sehari-hari yang selama ini mereka hadapi saja sudah membuat mereka merasa menghadapi kesulitan. Pemberlakuan MEA, oleh karena itu, membuat mereka merasa tidak siap karena akan menimbulkan pergeseran fundamental dalam landscope dunia usaha, prosedur operasi, dan rumus persamaan bisnis dalam mencari nafkah sehari-hari. Suka tidak suka, inilah tantangan internal yang dihadapi ASEAN dalam pembentukan MEA 2015, yaitu keengganan atau kekurangan rasa percaya diri akibat merasa kurang siap warga ASEAN untuk melihat dirinya sebagai suatu pasar tunggal yang sesungguhnya. Contoh konkrit telah kita saksikan sendiri di negara kita. Indonesia telah mengundurkan diri dari ratifikasi the ASEAN Multilateral Agreement for Full Liberalization of Air Freight Services (MAFLAFS), untuk melindungi industri penerbangan domestik dari kompetitor regional, terutama dari Singapura, Malaysia dan Thailand (Kompas, 15/11). Tanpa partisipasi Indonesia sebagai negara terbesar, maka pasar tunggal bisnis pengoperasian penerbangan hanya tinggal nama, karena dengan demikian

32 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

tidak “open sky” ‘udara terbuka’ di atas wilayah ASEAN. Contoh lain cukup banyak. Menanggapi hasil survai tersebutm Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan menyatakan dengan tegas bahwa “peresmian MEA pada tanggal 31 Desember 2015 tidak akan ditunda-tunda lagi,” meskipun para pemimpin ASEAN mulai semakin galau menghadapi menurunnya dukungan masyarakat ketika rencana peresmian MAE pada 2015 semakin mendekat.

Lokomotif yang Lemah Di atas permukaan, kegalauan dan skeptisisme masyarakat dapat dipahami. Sampai saat ini Indonesia dan beberapa negara anggota ASEAN memang secara spesifik belum melakukan persiapan yang serius dalam menyongsong MEA 2015, karena mengalami kesulitan untuk mengelola koordinasi interdepartmental dalam pemerintahan. Selain itu koordinasi internasional dan bilateral antar negara-negara ASEAN dalam menyongsong persiapan MEA juga nyaris tak terdengar ke telinga masyarakat umum. Meskipun demikian, adanya ketidakmampuan struktural ASEAN untuk mendorong kemajuan MEA merupakan penyebab utama munculnya kegalauan masyarakat ASEAN. Di tingkat ASEAN, apabila MEA adalah sebuah kereta api, maka Sekretariat ASEAN adalah lokomotifnya sedangkan di tingkat nasional, lokomotifnya adalah Pemerintah. Sayangnya, Sekretariat ASEAN sendiri menghadapi banyak kelemahan, yaitu kekurangan sumberdaya finansial dan sumberdaya intelektual yang dapat didayagunakan untuk melaksanakan kapasitas tersebut. Selama 15 tahun terakhir, anggaran total Sekretariat ASEAN belum pernah berubah, yaitu hanya $$16 juta dan jumlah staf yang bekerja hanya mencapai 300 orang; jauh lebih kecil daripada anggaran total Komisi Eropa yang berjumlah

4.3% milyar pada tahun 2012 dengan jumlah staf 34,000 orang; padahal ditinjau dari luas wilayah, ASEAN tentu lebih luas daripada Eropa. Keadaan ini membuat Sekretariat ASEAN mengalami kesulitan serius untuk merekrut staf yang terdidik baik dari negara ASEAN seperti Singapura atau bersaing dengan organisasi regional lainnya yang menawarkan gaji minimum regional sebanyak $74,100 per tahun. Dalam skala yang berbeda, tampaknya pemerintah pusat dan pemerintah provinsi juga dapat dikatakan menghadapi masalah yang sama. Selain itu, masing-masing pemerintahan di ASEAN, kecuali Singapura, tampaknya belum mengganggarkan sejumlah dana yang lebih besar untuk melaksanakan proyek persiapan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa di negara mereka masingmasing, misalnya jalan tol ASEAN.

Kesiapan Mahasiswa Menghadapi MEA 2015 Relevansi pentingnya MEA secara langsung bagi mahasiswa tentu saja berkaitan dengan dua hal, yaitu akan akan adanya peningkatan kompetisi inter-ASEAN dan pergerakan tenaga kerja terampil secara bebas di ASEAN. Bagi semua negara ASEAN pergerakan barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil secara bebas wilayah MEA yang berisi 600 juta konsumen dan bahkan tiga milyar konsumen di ASEAN merupakan peluang yang sangat besar. Oleh karena itu semua hambatan perdagangan seperti defisit infrastruktur transportasi dan ekspedisi barang dan manusia, pajak, industri pengolahan, investasi, dan hambatan-hambatan lainnya harus dikurangi, sehingga memungkinkan semua perusahaan untuk bergerak bebas di MEA. Konsekuensinya, maka akan ada persaingan yang seru antara perusahaan lokal dan


OPINI= ­erusahaan-perusahaan dari ne­ p gara ASEAN yang masuk. Pemberlakuan MEA suka-tidak suka akan mendorong munculnya perang upah untuk memperoleh SDM yang terampil. Meskipun negosiasi dan kesepakatan yang berhubungan dengan pergerakan orang inter-antar negara-negara ASEAN sedang berlangsung, akan tetapi perubahan tersebut pasti akan memungkinkan terjadinya pergerakan tenaga kerja terampil secara bebas di MEA, sehingga permintaan atas pekerja terampil akan meningkat dan kompetisi untuk memperoleh SDM yang memiliki otak dan kemampuan pro-

fessional dan teknis terbaik akan menimbulkan perang upah seperti yang terjadi dalam dunia sepak bola di Eropa sekarang. Bagi mahasiswa meningkatnya persaingan ini, paling tidak, selain akan membuka peluang lapangan kerja yang lebih luas di 10 negara ASEAN, juga akan menuntut kemampuan penguasaan teknologi dan manajemen informatika yang lebih tinggi; terlepas dari apapun latar belakang pendidikan mahasiswa. Sedangkan akan munculnya perang upah perlu diantisipasi dengan meningkatkan kemampuan SDM mahasiswa, te­ ru­ tama dari aspek kemampuan

komunikasi dalam bahasa Inggris dan daya adaptasi yang tinggi terhadap situasi baru. Sekarang sudah saatnya mahasiswa melakukan introspeksi untuk mengetahui apakah mereka akan menjadi penonton atau justru akan menjadi pemain utama dan bahkan pengikut atau pemimpin dalam mempersiapkan diri sendiri dan masyarakat di arena MEA nanti. Frasa kunci yang paling pen­ting untuk menghadapi MEA agaknya adalah masih berupa rumusan lama, yaitu meningkatan mutu mahasiswa lokal ke standard internasional dan global, baik melalui kegiatan akademis maupun ekskul di kampus. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

33


=KONSERVASI

Menyelamatkan

BADAK SUMATERA Oleh Hayatun Nisa F. Foto-Foto Hayatun Nisa F.

Konservasi badak Sumatera menjadi perhatian dunia beberapa tahun belakangan sejak populasinya diketahui turun drastis. Kelahiran anak badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas pada 2012 lalu membawa angin segar bagi dunia konservasi. Butuh perhatian semua pihak untuk terus melestarikannya.

D

edi Candra baru saja selesai memeriksa kondisi kesehatan Rosa di kandangnya pada Minggu, (16/6). Rosa竏達adak Sumatera yang ia rawat sejak 2003 lalu itu terlihat sehat. Dedi mengenal Rosa sejak berumur lima tahun. Awalnya, Rosa tinggal di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Saat itu, ia dilaporkan warga memasuki pasar tradisional yang tak jauh dari hutan TNBBS. Tak ada warga yang terluka, tapi Rosa sempat mengamuk dan membuat rusuh di pasar. Sejak kejadian itu, Rosa dipindahkan ke tempat tinggal barunya, Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Di TNWK, Rosa tidak tinggal sendirian. Ia hidup bersama badak lainnya. Satwa liar lain yang dilesツュ tarikan pemerintah juga hidup di sini, seperti gajah Sumetera, harimau Sumatera, rusa, babi hutan, tapir, ular, dan ayam hutan. Populasi terbanyak yang ada di TNWK adalah gajah Sumatera yang mencapai 200 spesies. Taman nasional tertua di Indonesia ini terletak di ujung selatan Pulau Sumatera, menempati 1.300

34 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

km persegi dari hutan dataran rendah pantai sekitar Sungai Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur. TNWK memiliki rumah sakit khusus bagi satwa, seperti gajah dan harimau. Rumah sakit hewan ini adalah yang terbesar di Asia. Selain penangkaran gajah dan harimau, TNWK juga fokus mengurus konservasi badak Sumatera yang jumlahnya makin berkurang. Kelahiran anak badak jantan Sumatera pada 2012 lalu memberikan angin segar bagi usaha pelestarian badak. Badak jantan yang diberi nama Andatu ini telah memutus penantian kelahiran badak selama 124 tahun. Kelahiran Andatu adalah bukti keberhasilan perkawinan antara dua badak Sumatera, Ratu dan Andalas. Keberhasilan ini memberikan optimisme untuk mencoba mengawinkan kembali badak betina dengan badak jantan. Sayangnya, hanya satu pejantan yang siap kawin, yakni Andalas. Rawan Kegagalan Konservasi badak yang dilakukan di TNWK mulai disoroti dunia sejak kelahiran Andatu. Kelahiran

badak ini menjadi istimewa karena badak seringkali mengalami keguguran saat mengandung. Ratu misalnya, badak betina yang merupakan induk Andatu ini sudah dua kali mengalami keguguran pada 2010. Padahal, dokter hewan telah melakukan perawatan intensif selama Ratu mengandung. Belum diketahui penyebabnya mengapa badak rawan mengalami keguguran. Satu tahun berikutnya, tim konservasi kembali mengawinkan Ratu dengan Andalas dengan harapan dapat memberikan keturunan. Tak lama, pemeriksaan USG memastikan Ratu kembali hamil. Tak mau kecolongan untuk kedua kali, kehamilan Ratu dirawat dengan sangat baik. Tim memberikan perhatian khusus pada kehamilan Ratu dangan cara melakukan pemantauan secara rutin. Usaha yang dilakukan oleh tim untuk menjaga kemahilan Ratu ternyata tak siasia. Setelah enam belas bulan mengandung, persalinan hewan langka bercula yang dipimpin Dedi itu berlajan lancar. Proses perkawinan badak yang cukup unik juga menjadi hambatan


KONSERVASI=

saat proses perkawinan. Badak betina dan pejantan akan saling bertarung hingga babak belur dan tak jarang terluka parah. Siklus perkawinan berkisar antara 21-25 hari. Siklus yang cukup lama ini hanya memungkinkan satu pejantan dikawinkan oleh satu badak betina saja saat musim kawin. Tim konservasi di TNWK mulai memikirkan proses kawin suntik untuk pelestarian badak. Proses ini dilakukan dengan cara menampung sperma badak jantan di dalam tabung. Sperma ini selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Sperma yang baik akan disuntikkan ke rahim badak betina agar proses reproduksi dapat berlangsung. Butuh Perawatan Ekstra Setiap pukul 07.00 WIB pagi, para penjaga TNWK sudah bergegas bersepeda menuju kawasan konservasi badak. Mereka membawa tas backpacke yang penuh dengan buah dan sayuran. Seikat besar dedaunan yang diperoleh dari merumput di sekitar hutan

juga dibawa sebagai nutrisi tambahan bagi badak. Selain sulitnya mendapatkan keturunan, melestarikan badak juga membutuhkan perawatan ekstra. Selain harus rutin memberikan makanan, badak juga perlu dimandikan dan diperiksa kesehatannya secara berkala. Petugas yang memandikan dan memberi makan badak pun tak boleh sembarangan. Badak yang mempunyai sifat peka dan pemalu hanya mau dirawat oleh petugas yang sudah akrab. Badak enggan memakan makanan yang diberikan oleh orang asing. Di penangkaran seluas 250 hektar itu, ada empat kandang konservasi lengkap dengan fasilitas untuk memandikan badak. Masingmasing badak mendapatkan satu kandang dan penjaga, kecuali Ratu dan Andatu yang dirawat dalam satu kandang oleh seorang penjaga. Awalnya, cukup sulit membedakan ciri-ciri Ratu dan Andatu. Namun, jika diamati Ratu sang induk badak mempunyai cula yang lebih menonjol dibandingkan anakannya Andatu.

Sebelum memasuki kandang, para penjaga harus membersihkan sepatunya ke dalam bak desinfektan agar kondisi tetap steril. Ritual mencelupkan sepatu ini wajib dilakukan untuk menghindari badak dari bakteri atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Penjaga lalu menyiapkan makan untuk badak. Badak biasanya diberikan ranting dan buah-buahan segar seperti semangka. Buah yang diberikan akan dikupas kulitnya sebelum diberikan pada badak agar badak bebas dari pestisida. Usai makan, badak akan diperiksa oleh dokter hewan. Pemeriksaan yang dilakukan biasanya hanya pemeriksaan fisik. Badak akan diamati tingkah laku dan cara makannya. Badak yang sehat akan memakan makanan yang diberikan dengan lahap. Apabila badak kelihatan loyo, biasanya petugas akan memeriksa sampel fesesnya untuk mengetahui penyakit yang diderita. Usai pemeriksaan, badak-badak tersebut akan dimandikan. Saat memandikan ini, petugas juga akan membersihkan badak dari hewan

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

35


=KONSERVASI

parasit yang hinggap ditubuhnya. Hewan parasit seperti caplak ini juga dapat dijadikan indikator untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh badak. Petugas biasanya membawa hewan-hewan ini ke laboratotium untuk diperiksa sampel darahnya. Penyakit dapat dideteksi dari darah yang dihisap oleh hewan parasit dari dalam tubuh badak. Biasanya, usai perawatan, badak yang kekenyangan akan rebah di kandang sembari mengeringkan badan. Setelah beristirahat, penjaga akan menggiring hewan bercula dua itu ke hutan. Hutan ini sekaligus menjadi kandang yang lebih besar yang sengaja dibuat menyerupai habitat aslinya. Setiap badak memiliki minimal 5-10 hektar wilayah jelajahnya masing-masing. Hutan konservasi seluas 250 ha ini dikelilingi pagar listrik setinggi 1,5 meter. Pagar ini untuk mencegah badak keluar dari kawasan konservasi serta melindungi dari ancaman predator. Dijuluki Hairy Rhino Ciri fisik yang paling terlihat dari badak Sumatera adalah memiliki dua cula di kepalanya. Hewan yang suka berkubang ini juga merupakan jenis badak dengan ukuran paling kecil. Ia juga dikenal memiliki rambut paling banyak dibandikan seluruh sub-spesies badak di dunia.

36 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Ciri khas ini membuat badak Sumatera sering dijuluki Hairy Rhino atau badak berambut. Cula badak ini memiliki panjang berkisar 25-80 cm untuk cula depannya, sedangkan cula belakangnya relatif lebih pendek, yakni tak lebih dari 10 cm. Bayi badak Sumatera yang baru lahir akan memiliki rambut lebat coklat kemerahan yang menutupi seluruh tubuhnya yang akan bertahan hingga ia beranjak remaja. Semakin dewasa rambutnya akan semakin jarang dan berubah kehitaman. Saat dewasa, satwa langka ini akan memiliki panjang tubuh antara 2-3 meter dengan tinggi 1-1,5 meter. Bobot badak dewasa mencapai 600-950 kg. Hewan penjelajah ini menyukai habitat yang mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan. Satwa yang bisa memakan 270 spesies tumbuhan ini hidup di alam dengan kelompok kecil dan umumnya hidup menyendiri atau soliter. Usia badak umumnya hanya mencapai 35-40 tahun. Butuh Perhatian Banyak Pihak Melestarikan populasi badak Sumatera membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi.Untuk merawat lima badak di TNWK saja, dibutuhkan dana hingga puluhan juta rupiah setiap bulan. Namun, pemerintah akan lebih

membayar mahal apabila badak Sumatera tidak dijaga kelestiannya dan dibiarkan punah. Kepunahan badak Sumatera dikhawatirkan dapat mengganggu ekosistem hutan. Di TNWK, demi mencari dana untuk konservasi badak, tim memanfaatkan momen ulang tahun Andatu. Usaha melestarikan badak Sumatera tak hanya ditempuh melalui penggalangan dana. Pembatasan kunjungan manusia terhadap hewan ini juga dilakukan demi menjaga kesehatannya. Terlalu banyak interaksi dengan manusia bisa menyebabkan badak lebih mudah terserang penyakit. Untuk dapat melihat badak, pengunjung harus memiliki izin khusus. Selain itu, pengunjung atau wisatawan biasa tidak bisa melihat penangkaran alami badak Sumatera ini karena tidak dibuka untuk umum. Pengunjung diperbolehkan melihat badak Sumatera jika untuk keperluan konservasi atau penelitian. Saat ini, kondisi konservasi badak Sumatera lebih banyak dibantu oleh donatur dari luar negeri. Tim konservasi badak Sumatera bekerjasama dengan berbagai lembaga konservasi badak dunia, diantaranya Indonesian Rhino Foundation dan International Rhino Foundation. Pemerintah belum mampu menyuplai dana untuk konservasi badak yang mencapai 300 milyar rupiah. Padahal, Indonesia dengan berbagai keanakaragaman alamnya telah dianugerahi banyak satwa langka, termasuk badak Sumatera. Indonesia bahkan beruntung memiliki dua dari lima jenis sub-spesies badak dunia, yaitu badak Jawa dan badak Sumatera. Data dari Yayasan Badak Indonesia (YABI), saat ini jumlah populasi badak Sumatera berkisar kurang lebih 300 ekor dan tersebar di Sumatera dan Borneo. Sekitar 250 ekor badak Sumatera berada di pulau Sumatera dan 50 sisanya berada di Borneo. .




KARIKATUR

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

39


=ESAI FOTO

Melirik Industri Teri Di Pulau Pasaran Teks : Kurnia mahardika Foto-foto : Kurnia Mahardika, Lia Vivi Farida ulau Pasaran adalah sebuah pulau berpenghuni 261 kepala keluarga yang terletak di Desa Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur, Bandar Lampung. Dengan luas sekitar 12 Hektar, pulau ini terkenal dengan sentra pengolahan ikan teri. Kesibukan warganya sejak pagi hingga siang hari adalah mengolah ikan. Memasuki kawasan pulau, hamparan ikan asin yang dijemur pada rak-rak bambu menjadi pemandangan menarik. Produksi pengolahan ikan teri di Pulau Pasaran masih menggunakan cara tradisional. Ikan yang diambil dari bagan nelayan sesegera mungkin diolah agar tidak busuk. Sebelum direbus, ikan hasil tangkapan akan diasinkan. Proses ini dilakukan di dalam keranjang-keranjang bambu berdiameter sekitar 25 cm. Ikan lalu di godok dalam air asin selama 15 menit dan ditiriskan. Ikan teri selan-

40 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

jutnya dijemur di atas rak bambu hingga benar-benar kering dan siap jual. Sentra produksi ikan teri ini memberikan lahan pekerjaan bagi warga pulau dan pendatang. Para pekerja biasanya membantu produsen ikan teri untuk memilah ikan yang layak jual dan tak layak jual. Untuk menjaga kualitas ikan teri yang diproduksi, produsen ikan teri di Pulau Pasaran masih memanfaatkan kejelian mata manusia. Proses pemisahan ikan teri ini dilakukan saat penjemuran. Para pekerja yang umumnya sudah berkeluarga telaten membersihkan teri. Ikan teri nasi adalah jenis ikan yang paling mahal. Satu kilogram ikan teri putih ini biasa dihargai Rp.60.000. Teri-teri gurih ini nantinya akan didistribusikan ke daerah Jabodetabek dengan cara dikemas menggunakan karton-karton rokok seberat 27 sampai 30 kg..


ESAI FOTO=

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

41


KOMIK

42 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


Oleh Retno Wulandari

RAIH BINGKISAN MENARIK UNTUK 3 PEMENANG DEADLINE 18 Desember 2014

KIRIMKAN JAWABAN ANDA KE : UKPM Teknokra Unila, Gedung Grha Kemahasiswaan Lt.1 Universitas Lampung

Sertakan Fotokopi Lembar Jawaban, Fotokopi KTM/ KTP dan Nomor Ponsel 2014 edisi 215 - TEKNOKRA | 43


=BUDAYA

SARAT MAKNA

Saat Prosesi Nikah Oleh Fitria Wulandari Foto Fitria Wulandari

Teng….teng…teng..teng… teng……. dem. ong pun ditabuh menyambut kedatangan Garinca Reza Pahlevi bersama rombongan keluarganya. Pria kelahiran 18 Mei 1986 ini sedang melamar Tisa Maharani Mantoni, putri sulung pasangan Mantoni Tihang dan Solma Solin. Prosesi lamaran ini dilaksanakan di rumah sang mempelai wanita di Jalan Bukit Kemiling

G

44 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Permai pada Kamis, (9/10). Rumah itu ramai oleh sanak keluarga yang sengaja datang untuk ikut dalam prosesi. Para tamu yang hadir banyak menggunakan pakaian adat Lampung. Para wanita mengenakan kebaya khas Lampung yang berwarna putih. Kain tapis yang digunakan sebagai pengganti rok menambah anggun penampilan. Beberapa wanita memilih mengenakan kebaya masa

kini. Namun, tetap mengenakan kain tapis sebagai pelengkap. Tamu laki-laki juga kemeja dan mengenakan tapis. Bedanya, kemeja yang digunakan lebih beragam corak dan warnanya. Tisa dipenuhi raut kebahagiaan ketika calon pengantin laki-laki dan rombongan keluarganya semakin dekat di muka rumahnya. Pihak calon mempelai wanita pun bersiap-siap menyambut kedatangan


BUDAYA= rombongan. Sigap, sanak keluarga dan para tokoh adat berbaris rapih di depan tenda. Yang menyambut adalah para paman dan bibi dari pihak mempelai wanita. Suku lampung biasa menyebut paman dengan sebutan kelamo dan kemaman, sedangkan bibi disebut keminan. Memotong Penghalang dan Berpantun Sebelum memasuki kediaman calon mempelai wanita, rombongan calon mempelai pria harus melawati kain putih sepanjang lima meter yang terbentang dari sisi kiri sampai sisi kanan jalan. Kain putih ini disimbolkan sebagai penghalang. Ketika calon mempelai pria melewati kain putih dimaknai sebagai keyakinan calon untuk menghadapi segala halangan demi melamar Tisa. Prosesi ini disebut nettak apeng yang berarti memotong penghalang. Musik sigher pengunten lantas beralun mengiringi syair-syair yang dilontarkan oleh kedua belah pihak. Berbalas pantun ini dimulai oleh pihak calon mempelai wanita yang menanyakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan pihak pria ke kediaman pihak wanita. Lantas dibalas syair oleh pihak pria menyampaikan maksud dan tujuan mereka yaitu ingin melamar dan meminang putri mereka. Berbalas pantun akan terus berlangsung hingga maksud dan tujuan kedatangan pihak pria diterima. Sebagai simbol diterimanya kedatangan pihak pria, kedua belah pihak kemudian saling bertukar kotak emas yang berisi rokok, uang, dan ngangasan. Ngangasan ini terdiri dari daun sirih, kapur sirih, tembakau, dan gambir. Satu prosesi pun selesai, pihak mempelai pria berjalan masuk kekediaman mempelai wanita dengan diiringi lagu sigekh penguten dan ditaburi bunga melati oleh sanak saudara. Calon mempelai pria pun masuk dan duduk di tempat yang sudah dihiasi rangkaian bunga. Di prosesi ini acara dibuka oleh pihak wanita

yang kembali menanyakan maksud dan tujuan pihak pria. Seketika, pemuka adat dari pihak wanita bersyair “Awal bubalah hikam permisi haga berunding�. Penggalan syair ini mengajak kedua pihak berunding sebelum prosesi lamaran. Apabila pihak wanita menerima lamaran, calon suami akan memberikan serahan. Berbagai perhiasan seperti kalung, anting, dan gelang menjadi seserahan yang diberikan calon mempelai pria kepada calon mempelai perempuan. Prosesi Nyerok, Pengikat Hati Acara dilanjutkan dengan pros-

esi nyerok atau ngikat. Prosesi ini juga tidak kalah unik dengan prosesi sebelumnya. Calon mempelai pria memberikan tanda pengikat atau hadiah istimewa kepada calon mempelai wanita. Hadiah itu berupa Barang-barang perhiasan seperti, kalung, anting, dan gelang. Kemudian selendang yang dipakaikan kepada calon mempelai wanita. Masyarakat lampung menyebut selendang ini dengan sebutan selekap balak. Pemakaian selekap balak disimbolkan sebagai pengikat hati kedua calon mempelai agar terjalin ikatan batin di antara dua pasangan itu. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

45


=BUDAYA

Keseruan Di Balik

Topeng Sekura

Oleh Fitri Wahyuningsih Foto Fitri Wahyuningsih

P

ukul sembilan pagi, jalanan menuju kantor Bupati Lampung barat sudah ramai dipadati penduduk. Pasangan pe足 ngantin tampak menawan di setiap barisan pawai. Tak lupa diiringi dengan dua anak laki-laki di depan barisan yang memperagakan pencat silat. Di belakang sang pe足 ngantin, rebana ditabuh oleh para meghanai (bujang). Dan tak lupa, di antara rebana atau bahkan di barisan paling belakang, sekelompok orang bertopeng (sekura) mengikuti. Mengenakan kain selendang coklat sebagai penutup wajah, dan atribut ditubuhnya, berjalan, meng足 iringi parade yang tengah berlangsung.

46 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Ada juga rombongan Sekura yang diperagakan oleh anak-anak kecil, siswa-siswa Sekolah Dasar. Masih dengan baju sekolahnya, ditambah dengan selempangan selendang di kedua pundaknya, serta satu selendang dililit di pinggang, dan tak lupa, topi serta kain yang digunakan untuk menutup wajah. Pun begitu adapula di antara mereka yang mengenakan topeng kayu. Sekura, dalam bahasa Lampung diartikan topeng atau menutupi wajah dengan kain atau bisa juga menggunakan topeng kayu. Di daerah Lampung Barat, sekura dapat dijumpai setiap bulan syawal, tiga hari setelah lebaran hingga sepekan kemudian. Dulu, acara

adat sekura diselenggarakan untuk mengungkapkan perasaan yang tidak tersampaikan antara meghanai (bujang) kepada muli (gadis) yang disukainya. Seiring perkembangan waktu, adat sekura beralih menjadi pesta rakyat yang rutin diadakan tiga hari setelah lebaran idul fitri selama satu minggu. Biasanya mereka akan berpindah-pindah dari pekon satu ke pekon lainnya selama seminggu. Dalam perjalanannya berkeliling, biasanya para sekura ini mampir ke rumah-rumah warga, kemudian mencicipi makanan atau kue-kue yang ada di rumah warga. Kini, sekura juga dapat ditemukan di acara-acara festival tahunan


BUDAYA= di Lampung Barat, salah satunya festival Sekala Brak. Berbeda de足 ngan sekura yang dilakukan ketika bulan syawal, ketika festival, biasanya para sekura mengikuti pawai. Meskipun begitu, ada juga sekura yang diikuti masyarakat umum. Biasanya mereka mengenakan atribut yang aneh-aneh. Di akhir acara pawai, sekitar pukul 13.00 WIB, biasanya juga diadakan acara panjat pinang yang diikuti oleh para Sekura. Acara ini disebut Sekura Cakak Buah. Cakak berarti naik, dan Buah merupakan hadiah-hadiah yang digantung di atas pinang, biasanya peralatan rumah tangga. Sekura-sekura yang berpartisipasi dalam perlombaan ini biasanya terlihat aneh, dengan pakaian yang kotor atau bisa juga mengenakan daster. *** Ada tiga jenis Sekura yang dikenal masyarakat, yaitu Sekura Betik, Sekura Kamak, dan Sekura Jahal. Yang pertama adalah Sekura Betik atau biasanya juga disebut sekura helau atau sekura kecah. Dalam bahasa lampung, betik dan helau diartikan bagus, sedangkan kecah

berarti bersih. Ciri-ciri sekura ini adalah pakaian dan atribut yang mereka kenakan bersih dan rapih. Biasanya memakai kain sebagai penutup wajah. Yang kedua adalah sekura Kamak yang berarti kotor. Sekura kamak biasanya dapat dikenali dengan atributnya yang tampak acak-acakkan, kotor, dan anehaneh. Biasanya mereka membawa dedaunan, atau atribut-atribut lain

yang sangat mencolok. Sekura yang ketiga yaitu sekura Jahal yang dalam bahasa lampung berarti jelek. Sepintas sekura jenis ini mirip dengan sekura kamak. Bedanya sekura jenis ini memakai topeng kayu yang menyerupai orang sakit gigi, sakit mata, dll. Sekura jenis ini juga sering menggunakan pakaian wanita serta atributnya. ***

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

47


=BUDAYA

Pada umumnya, Sekura diperankan oleh para laki-laki. Namun, sekedar turut serta dalam memeriahkan acara, tak jarang ibu-ibu atau gadis-gadis juga ikut menjadi Sekura. Seperti halnya Iis dan Meilinda, siswa SMA N 1 Liwa ini bersama teman-temannya menjadi salah satu peserta pawai dalam festival Sekala Brak. Tak seperti gadis-gadis kebanyakan yang mengenakan kebaya, serta sarung tapis khas Lampung dan bersepatu hak tinggi, Iis dan Meilinda lebih memi­ lih datang dengan kostum Sekura. Baik Iis maupun Meilinda mengaku ini merupakan pengalaman pertamanya untuk berpartisipasi sebagai Sekura. Sebagai pengalaman pertama, Iis dan Meilinda memilih menjadi Sekura Kecah. Selendang coklat yang dikenakan dengan rapih di atas pakaian mereka serta kain penutup wajah lengkap dengan kaca mata hitam sebagai pelengkap. Dengan setelan bak seorang pria, necis, Iis dan Meilinda menggandeng teman-temannya, menyisir barisan orang-orang yang turut

48 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

menyaksikan pawai. Tak merasa terganggu, Iis dan Meilinda justru mengaku ini sebagai pengalaman yang seru. “Asik saja, kami jadi menonjol,” ungkap Meilinda. Di sisi lain pawai, Cahyadi Agung Setiawan (14) bersama teman-temannya tengah duduk di trotoar jalan, sembari menunggu pawai selesai. Cahyadi dan temantemannya berniat untuk mengikuti Sekura Cakak Buah yang dimulai pukul satu siang. Baginya, menjadi Sekura merupakan ajang mencari inspirasi. Cahyadi mulai ikut serta dalam pesta ada sekura sejak kelas 3 SD, dan selalu mengikuti acara tersebut hingga sekarang. Dulu, ­Cahyadi ikut serta sebagai Sekura Kecah, seiring berjalannya waktu, Cahyadi mulai mencoba menjadi Sekura Kamak. Begitu pula dengan Rido (17) siswa SMA N 2 Liwa yang mulai mengenal berparisipasi menjadi sekura sejak kelas 6 SD. Setelah merasa mampu memanjat pinang, Rido memutuskan untuk ikut serta dalam perlombaan Sekura Cakak

Buah. Pada kesempatan kali ini Rido mengenakan baju wanita, dengan jilbab coklat gelap yang kemudian ditutup dengan topeng hitam yang tampak seram dengan rambut topeng yang berantakan. Baju yang ia kenakan pun seke­ darnya. “Bajunya yang dipakai sekali bisa dibuang,” ujarnya. Rido memakai celana jins yang robekrobek, serta mengenakan kardigan merah sebagai atasan dipadukan dengan kemeja kotak-kotak biru kusam. Baju yang ia kenakan merupakan baju saudaranya yang sudah tidak dipakainya lagi. Berbeda dengan Rido dan Cahyadi, Herwanda, mahasiswa Teknik Geofisika Universitas Lampung mengaku hanya sekali ikut berpartisipasi dalam pesta adat Sekura. Ketika itu ia tengah duduk di bangku kelas 2 SMA. Bersama teman-temannya, ia pun turut memeriahkan pesta adat Sekura yang diadakan setelah lebaran idul fitri di daerah Pugung, Liwa, Lampung Barat. Menurutnya, momen ketika mengenakan topeng sekura adalah momen seru dan asik. Bergurau dengan teman sebaya, mengikuti parade, serta melakukan apapaun yang diinginkan tanpa merasa malu, menjadi bonus keikutsertaannya dalam pesta adat ini. “Seru-seruan. Orang-orang kan nggak tahu siapa kita. Main-main ke pekarangan orang, minta-minta makanan, joget-joget pawai, gangguin cewek-cewek yang nonton, pokoknya seru lah,” akunya, antusias. Meskipun penampilan Sekura terkesan aneh, apalagi sekura Kamak dan Sekura Jahal, ­ Herwanda tetap ingin budaya Sekura tetap lestari. “Saya kan orang Lampung asli, Sekura kan budaya Lampung. Seru kok,” ujarnya. Ia pun berharap sekura dapat dijadikan sebagai sebuah festival tahunan yang lebih luas lagi, tak hanya di tingkat Kabupaten, tetapi juga di tingkat provinsi agar lebih diketahui oleh masyarakat luas. .


NUSANTARA=

Gejolak Sinabung

di Tanah Karo

Sabtu, 18 Oktober 2014 Pukul 12:24 waktu setempat, Gunung Sinabung kembali memuntahkan awan panasnya yang kedua kalinya. Di atas permukaan yang tampak tandus dari kejauhan itu, gumpalan awan panas dengan cepatnya terus menuruni lereng Gunung Sinabung. Tak genap hingga pukul 12:30, awan panas telah sampai ke kaki Gunung.

Oleh Fitri Wahyuningsih Foto Fitri Wahyuningsih

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

49


=NUSANTARA

M

asih tampak jelas, jejakjejak abu vulkanik yang membanjiri tanah Guru Kinayan. Pepohonan, tanaman sayur mayur, tampak abu-abu dari kejauhan. Jika memasuki simpang Guru Kinayan, pada radius 4-5 km me­ nuju simpang empat, tampak papan penunjuk arah jalur evakuasi. Himbauan untuk berhati-hati akan abu vulkanik pun terpampang tak jauh dari arah penunjuk jalur evakuasi, di sekitar kebun jeruk milik warga. Meskipun begitu, aktivitas warga tetap berjalan normal. Awan panas yang tengah meluncur di lereng tenggara Gunung Sinabung, tak lagi menjadi hal yang membuat mereka panik. Lantaran biasa, 3 bocah kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) tetap bermain disekitaran daerah tersebut. Tak jarang, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka pun harus men-

50 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

cari batu serta pasir dari sungai terdekat. Tak muluk-muluk, hasil yang didapat hanya Rp 50.000 untuk 1 meter batu yang mereka dapatkan. Rusulina (63), nenek dari salah satu bocah tersebut, merasa terbantu dengan hadirnya keempat cucu tercintanya. Sejak kembali dari pengungsian tiga bulan lalu, dengan uang bantuan pemerintah senilai Rp 300.000 per bulan, Rusulina dan keluarga kecilnya membangun rumah sederhana dari bilik-bilik kayu, sekadar tempat berlindung dari hujan abu yang masih berlangsung. Kehilangan anak-anaknya, tak membuat Rusulina patah sema­ ngat dalam meneruskan hidupnya. Dana senilai 1,2 juta rupiah, pemberian pemerintah, ia gunakan untuk menyewa lahan kecil, untuk bercocok tanam, guna menyambung kehidupan. Tak sebanding dengan ladangnya dulu. Dulu, sewaktu

Sinabung masih tertidur tenang, Rusulina dan keluarganya mengurus ladang seluas 3 Ha. Meskipun begitu, Rusulina tetap besyukur, memohon untuk keselamatan keluarganya. Pernah sekali, ketika Rusulina pergi ke ladang hendak mengambil sayuran, ketika itu terjadi erupsi dari Gunung Sinabung. Gelap, Rusulina menutup matanya sembari berdo’a kepada Tuhan. Selepas menenangkan diri, Rusulina ­akhirnya membuka mata, siap untuk berlari, pulang menemui suami dan keempat cucunya di rumah sederhananya di Guru Kinayan. Rusulina dan penduduk lainnya pun pernah mengalami sa­ kitnya hujan lumpur yang menerpa kulit mereka. “Sakit... Sakit kali,” gumam Rusulina, menyimulasikan keadaannya saat itu. Lumpur, batubatu kecil, serta sampah-sampah yang Rusulina pun tak tahu pasti


NUSANTARA=

benda macam apa yang menimpanya. Mereka berlari, menuju rumah masing-masing. Pun begitu, tetap kesakitan sembari berlumuran lumpur dan material-material lainnya. Rusulina pun mengaku akan tetap bertahan di rumahnya saat ini, meskipun bencana terus berlangsung. Sekadar ingin berlindung di dalam rumah, tak ingin pergi kemana-mana lagi. Dengan keadaannya saat ini, Rusulina pun berharap pemerintah semakin memperha­ tikan para korban. Setidaknya me­ reka tidak lagi bingung dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Kebun rusak, ditinggalkan keluarga, tak ada lagi harapan selain peme­rintah. Aktivitas Gunung Sinabung Gunung Sinabung terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan elevasi 2460 mdpl. Menurut Iing Kusnadi, geologist dari Pu-

sat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang ditugaskan dalam pemantauan Gunung Sinabung, Gunung tersebut dikategorikan sebagai tipe A yang berarti belum pernah ditemukan sejarah letusan dari gunung tersebut. Oleh sebab itu, selama ini pihak pemerintah belum pernah melakukan penelitian terhadap Gunung Sinabung hingga letusan pertama yang terjadi pada 27 Agustus 2010 lalu. Menurut Iing dalam makalah­ nya yang disampaikan pada pelatihan nasional pers mahasiswa (Pena PersMa) UIN Sumatera Utara, aktifitas erupsi Gunung Sinabung sejak 2010 hingga November 2013 lalu berasal dari Kawah Selatan, hingga terbentuknya kawah utama pada 15 Oktober, awan panas dan lava keluar dari kawah utama. Dalam makalahnya, Iing mengatakan E­rup­si yang disertai awan panas gunung sinabung sempat menurun,

meskipun begitu, sejak 5 Oktober lalu, terjadi peningkatan jumlah kejadian awan panas. Bahkan pada 9 Oktober mencapai 23 Kejadian. Aliran awan panas dan lava Gunung Sinabung mengarah ke selatan dan tenggara sejauh 5 km. Untuk saat ini erupsi Ekplosif, yaitu letusan yang melontarkan material-material vulkanik seperti debu, batu-batu, dan sebagainya, masih berpotensi untuk terjadi hingga radius kurang dari 3 km. Potensi untuk terjadinya lahar pun masih tinggi mengingat endapan abu atau material-material erupsi yang ditinggalkan pada lem­bah-lembah sungai berhulu G. Sinabung. Iing menghimbau agar masyarakat yang terdampak abu letusan untuk memakai masker bila keluar rumah serta mengamankan sarana air bersih dari hujan abu vulkanik agar tidak terkontaminasi. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

51


KOMUNITAS

Komunitas Oleh Fajar Nurrohmah

Meski keberadaannya tergolong langka, tak menyurutkan niat Samsuri dan empat rekannya untuk mendirikan komunitas golongan darah AB di Lampung. Kepedulian untuk berbagi menjadi moto utama untuk selalu siap mendonor saat dibutuhkan. 52 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

AB

T

ak banyak yang mengetahui adanya komunitas gologan darah AB di Lampung. Seperti yang umum diketahui, darah AB merupakan golongan darah yang cenderung langka di banding golongan darah lain semisal A,B, ataupun O. Diperkirakan hanya ada dua dari seratus orang yang memiliki golongan darah AB. Hampir di setiap ras, jumlah penyebaran orang berdarah AB merupakan jumlah yang paling sedikit. Lahirnya komunitas AB berawal dari tahun 2011 saat seorang bidan mengalami pendarahan hebat pasca melahirkan secara cesar di rumah sakit DKT Bandar Lampung. Sedemikian hebat pendarahan yang dialaminya sehingga ia butuh 14 kantong darah AB. Karena keberadaannya yang langka, butuh perjuangan keras untuk memenuhi kebutuhan transfusi tersebut. Sejak kejadian itu, Samsuri merasa tergerak membentuk komunikasi antar pemilik golongan darah AB di Lampung. Tepatnya, pada 23 Februari 2011, ia bersama empat orang rekannya berinisiatif mendirikan komunitas pemilik golongan darah AB. Komunitas yang diberi nama Komunitas AB Lampung ini telah disosialisasikan dan dikukuhkan kepengurusannya dalam Launching AB Lampung yang dirangkai dengan Talk show.

Lampung

AB Untuk AB Golongan darah AB hanya bisa menerima donor darah dari sesama golongan darah AB. Karena golongan darah AB tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A dan B. Golongan darah A akan menghasilkan antibodi terhadap antigen B. Sedangkan golongan darah B menghasilkan antibodi terhadap antigen A. Antibodi ini lah yang menyebabkan orang yang memiliki golongan darah AB bisa menerima transfusi darah dari golongan A, B ataupun O, namun tidak bisa memberikan transfusi darah kecuali kepada orang dengan golongan darah yang sama yaitu golongan darah AB. Hal ini dikarenakan akan adanya reaksi transfusi imunologis jika transfusi darah diberikan dari atau oleh golongan yang tidak kompatibel. Reaksi transfusi imunologis dapat berupa syok, gagal ginjal, anemia hemolisis, hingga kematian. Tak hanya menjadi golongan darah paling langka, golongan darah AB dengan rhesus negatif lebih sulit untuk dicari. Menurut Samsuri, saat ini di Lampung tidak ada yang memiliki golongan darah AB dengan rhesus negatif. “Dulu ada satu orang yang punya AB rhesus negatif, terakhir dicari ternyata sudah meninggal�, ungkapnya. Pemilik golongan darah AB yang rajin mendonorkan


KOMUNITAS darahnya tidak bisa sembarangan makan. Tak Ada Syarat Khusus Komunitas yang menjadi wadah komunikasi sekaligus sarana silaturahmi antar pemilik golongan darah langka ini memiliki 60 orang anggota. Sampai saat ini, hanya 30 orang yang masih aktif dalam komunitas ini. Hal tersebut dikarenakan penyakit yang diderita beberapa anggota sehingga mereka tidak dianjurkan untuk mendonorkan darah. Tak ada syarat khusus untuk menjadi anggota komunitas ini. “Syarat utamanya, ya bergolongan darah AB”, ujar Samsuri. Berbagai usia bisa masuk dalam komunitas ini. Saat ini usia anggota yang paling muda adalah dua tahun. Meskipun ia belum bisa mendonorkan darahnya karena masih dibawah 5 tahun. Tak kurang dari 10 pasien setiap bulan yang membutuhkan bantuan donor darah dengan kebutuhan yang berbeda-beda. “Waktu musim penyakit ya bisa lebih dari itu”, tambahnya. Diakui Samsuri banyak kendala yang dihadapi akibat jumlah anggota yang sedikit, terlebih saat musim penyakit datang. Untuk penyakit demam berdarah terkadang sampai membutuhkan 10 kantung darah. Hal ini membuat anggota aktif dari komunitas harus benar-benar menjaga kesehatannya. Rela Diganggu Untuk Mendonor Banyaknya kebutuhan darah yang harus dipenuhi, membuat para pemilik golongan darah AB resah. Mereka kerap

berkonsultasi dengan dokter Arif perihal rentang waktu pendonoran. Sebagai seorang dokter, Arif menyarankan untuk mengikuti aturan pendonoran darah dengan rentang waktu tiga bulan sekali. Namun, apa daya komunitas ini tidak bisa tinggal diam ketika kebutuhan darah AB menipis. Jadilah Arif mengurangi rentang waktu bagi mereka untuk mendonor yaitu 2,5 bulan sekali. “2,5 bulan sebenarnya masih berbahaya untuk orang indonesia”, jelas dokter beranak satu ini. Untuk mensiasati banyaknya kebutuhan golongan darah AB, komunitas AB membatasi 2 kantung untuk pemberian donor. Ketika pasien masih membutuhkan donor lebih dari itu komunitas a k a n bekerjasama dengan keluarga pasien untuk mencari donor darah.

Komunitas AB Lampung hanya memberikan donor darah full blood. Untuk kebutuhan donor aferesis, komunitas ini bekerjasama dengan PMI untuk memenuhinya. Untuk siapa pun yang membutuhkan donor darah dapat menghubungi 1 x 24 jam. Anggota dari komunitas ini rela diganggu waktu beristirahatnya untuk mendonorkan darah. Komunitas yang didirikan karena adanya dinamika sosial ini tidak memberatkan dalam pembiayaan. Setiap pasien yang membutuhkan donor darah ini bisa mendapatkannya dengan cumacuma. Mereka cukup memberikan data pasien yang membutuhkan donor. “Share for care” Komunitas AB kedua setelah Yogjakarta ini, sedang gencargencarnya melakukan sosialisasi ke masyarakat. Komunitas ini pernah diundang untuk talk show di Radar TV, RRI (Radio Republik Indonesia) dan koran Radar Lampung. Kepedulian untuk saling berbagi menjadi moto komunitas ini. Dengan masuk menjadi anggota komunitas ini akan lebih memudahkan bagi pemilik golongan darah AB ketika membutuhkan donor darah dalam jumlah besar. Anggota komunitas golongan darah AB dengan senang hati mendonorkan darahnya, bukan hanya untuk sesama anggota tetapi juga untuk orang lain. “Karena keterbatasan, kami saling mem-back up”, ujarnya mengakhiri wawancara. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

53


=PARIWISATA

Selain lumbalumba,masih ada pesona menawan lain di Teluk Kiluan bernama Laguna. Kolam alami di sisi Samudera Hindia ini menyuguhkan pemandangan yang memesona sekaligus mengajak pengunjung meneguk kedamaian pada kejernihan airnya.

Meneguk Dam Oleh Vina Oktavia Foto Vina Oktavia

H

ujan belum lama reda saat perahu candik yang siap me­ ng­­­­­­­antar kami melihat lumbalumba parkir di pinggir pantai Teluk Kiluan. Saat itu masih pukul 06.10 WIB pagi (10/9), ketika seorang nelayan, Mastari meminta kami memakai jaket pelampung. Tak sabar ingin menikmati lumba-lumba di Samudera Hindia, kami sigap memakai jeket pelampung, lantas naik ke atas perahu. Selang lima menit, mesin pera-

54 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

hu mulai dihidupkan dan berlayar ke tengah laut. Mesin diesel yang dimiliki perahu itu tak mampu membawa kami terlalu cepat me­ nerjang ombak. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai ke tengah samudera. Lima belas menit perjalanan melintasi Teluk Kiluan, kami masih dapat menikmati indahnya pasir putih sisi timur Pulau Kiluan yang berhadapan langsung dengan Te­ luk Kiluan. Debur ombak yang ber-

larian ke pinggir pantai menambah indah panorama Pulau Kiluan meski matahari tak begitu tampak karena tertutup mendung. Di sekitarnya, beberapa karang yang muncul di atas permukaan laut yang juga di­ terjang ombak kian menambah elok pemandangan. Satu jam berlayar, kami sudah meninggalkan kawasan teluk. Tak satu pun gugusan pulau terlihat dari perahu berukuran 1x7 meter persegi yang kami tumpangi itu.


PARIWISATA= Khairil Anwar (44), nelayan yang sudah puluhan tahun mencari ikan di Samudera Hindia, jumlah lumbalumba dapat mencapai ribuan. Namun, memang butuh kesabaran dan keberuntungan jika ingin melihat ribuan lumba-lumba di Kiluan. Butuh waktu sekitar satu minggu untuk memantau keberdaan lumba-lumba. “Dulu saya pernah menemani tim trans tv melihat lumba-lumba satu minggu,â€? ujar­ nya bercerita saat kami singgah di Pulau Kiluan. Setelah agak lama menunggu, kami kembali berputar arah ke tampat semula. Kapal hedak berlayar lebih ke tengah samudera, namun urung karena dihadang hujan dan mendung gelap. Perjalanan melihat atraksi lumba-lumba di Samudera Hindia yang berbatasan langsung dengan Teluk Kiluan pun berakhir. Kami memutuskan singgah sejenak di Pulau Kiluan sebelum kembali melanjutkan wisata ke tempat menawan lain yang dijuluki Laguna.

mai di Kiluan Tiga ekor lumba-lumba terlihat muncul di atas permukaan laut. Loncatannya tak terlalu tinggi. Punggung ikan dan setengah bagian ekornya saja yang dapat kami lihat. Suara mesin kapal yang melaju mendekati kawanan lumba-lumba tersebut justru membuat hewan mamalia itu tak muncul lagi. Kapal kami sempat terapung-apung di tengah samudera menunggu hewan aktraktif itu muncul kembali. Sayangnya, keinginan untuk

melihat kawanan lumba-lumba dalam jumlah banyak tak juga kami temui setelah sekitar setengah jam berlayar di tengah samudera. Kapal mulai berbelok ke kiri menu­ ju arah timur. Kapal membawa kami ke sisi lain tempat biasanya nelayan sekitar menemukan lumba-lumba. Kami memang sempat melihat kembali lumba-lumba yang bermunculan di permukaan laut. Namun, jumlahnya hanya lima sampai enam ekor. Padahal menurut

Perjalanan Melintasi Karang Usai puas menikmati pasir pantai di Pulau Kiluan, perjalanan wisata dilanjutkan menuju Dusun Bandung Jaya, Pekon Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Dusun ini terletak tak jauh dari Pulau Kiluan. Menggunakan perahu candik, waktu yang dbutuhkan hanya 10 menit untuk sampai ke sana. Masyarakat yang mayoritas penduduknya bersuku sunda menyambut ramah pengunjung yang hendak ke laguna. Pengunjung biasanya dimintai sumbangan tiga ribu rupiah setiap orang. Hanya ada satu akses jalan menuju laguna. Pengunjung akan melewati perbukitan yang dipenuhi tanaman kopi dan kakau yang sengaja ditanam oleh penduduk kampung. Rute perjalanan menanjak ini ditempuh sekitar sepuluh menit. Perjalanan masih harus dilanjutkan menuruni perbukitan. Tepat di dasar bukit, kami dimanja-

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

55


=PARIWISATA

kan dengan pantai dengan karang besar dan butiran pasir putih yang halus. Ombak besar dari Samudera Hindia menerjang karang-karang yang ada di bibir pantai. Karangkarang besar itu terlihat kuat menahan ombak yang datang. Suara deburan dan birunya air laut membuat perasaan lelah saat melintasi perbukitan terbayar sudah. Pantai yang tidak terlalu panjang ini belum dinamai oleh penduduk sekitar. Pengunjung yang mempunyai hobi berfoto mendapatkan pantai yang sangat cocok untuk mengabadikan gambar di pantai ini. Backgroud karang dan ombak besar disertai pasir pantai menjadi pemandangan eksotis pada foto yang dibidik. Usai melepas lelah di pantai, perjalanan masih harus dilanjutkan melewati batu karang sekitar sepuluh menit. Akses jalan yang terjal

56 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

dan licin harus diwaspadai agar tak tergelincir ke laut. Jika tak hati-hati, jalan yang disisinya adalah laut dengan banyak karang dapat membuat nyawa terancam. Penduduk sekitar membuat jembatan dan palang pembatas di beberapa bagian jalan yang rawan jatuh. Untuk membantu wisatawan, penduduk juga memberikan penunjuk arah. Namun, pengunjung disarankan memakai jasa guide untuk menjaga keselamatan. Tak perlu membayar mahal, hanya dengan lima puluh ribu rupiah, warga dusun setempat akan dengan senang hati menemani kita. Kolam Air Laut Alami Di ujung gugusan karang itu, tiga buah laguna terlihat menawan. Kolam air laut alami itu berada di antara karang-karang besar. Satu kolam yang paling luas

yang dikelilingi karang besar menjadi tempat favorit pengunjung untuk berenang. Meski tetap asin, namun kejernihan air di laguna ini dapat membawa kedamaian bagi siapa saja yang berkunjung. Suara debur ombak seakan menjadi musik terapi sembari berendam dan melepas lelah di pinggir kolam. Di dasarnya, beberapa hewan laut ikut hidup. Sesekali, kaki kita akan dihampiri ikan laut warnawarni. Di batu karangnya, beberapa jenis kerang juga dapat ditemukan. Namun, tetap harus berhati-hati karena bulu babi juga terselip di antara karang. Meski jumlahnya tak banyak, dapat menimbulkan luka jika menusuk kaki. Laguna mulai banyak dikunjungi sebagai salah satu objek wisata sekitar tahun 2011. Objek wisata ini pertama kali dipromosikan oleh salah satu warga Bandarlampung


PARIWISATA= yang sering berkunjung ke Kiluan. Warga sekitar dusun memanggilnya dengan sapaan mas Ricko. Menurut Andi Alwi (75) ia yang pertama kali membuka kawasan Bandung Jaya. Pria paruh baya keturunan bugis ini mengatakan membuka wilayah tersebut sejak tahun 1977. Ia memutuskan merantau dari Bone, Sulawesi Selatan sejak 1971. Lima tahun menetap di Teluk Betung, Bandar Lampung, Andi mengikuti pelayaran hingga sampai di Teluk Kiluan dan me­ netap di sana. Andi tak ingat kapan daerah yang menjadi tempat tinggalnya ini dinamai dengan nama Dusun Bandung Jaya. Menurutnya, nama itu diambil dari tanah kelahiran istrinya yang lahid di Bandung. Sejak itulah, desa tempat singgah sebelum menuju tempat wisata laguna itu dinamai Bandung Jaya. Pulau Kiluan, Pulau Permintaan Kiluan, dalam Bahasa Lampung istilah ini bermakna permintaan. Sebelum terkenal dengan nama pulau Kiluan, warga sekitar pulau menamai pulau ini dengan nama Pulau Kelapa. Nama ini diambil karena banyak pohon kelapa yang tumbuh di pulau tersebut. Nama Kiluan diambil dari legenda Raden Mas Karya Anta yang dipercaya warga sebagai orang pertama yang memasuki kawasan tersebut. Sebelum meninggal, Raden Mas Karya Anta meminta kepada keluarganya untuk dapat dimakamkan di pulau tersebut. Wasiat terakhir tokoh inilah yang kemudian dimaknai sebagai permintaan atau kiluan. Sejak adanya legenda tersebut, pulau nan indah ini dikenal dengan nama Pulau Kiluan. Hingga kini, makam tokoh adat ini berada di puncak bukit. Namun, tak semua pengunjung yang singgah di pulau diperbolehkan melihat makam. Selain karena dikeramatkan, makam ini juga tidak dibuka untuk umum. Legenda nama Pulau Kiluan juga diperkirakan muncul karena bentuk Teluk dan Pulau Kiluan

yang menyerupai telapak tangan kanan seseorang yang sedang terbuka dan seperti akan meminta sesuatu. Panjang pantai Teluk Kiluan memang terlihat melengkung dan Pulau Kiluan dianggap seperti ibu jarinya. “Selama ini cerita ini yang kami ketahui,” ujar Khairil berkisah. Ayah Khairil adalah orang pertama yang tinggal di Pulau Kiluan. Ia pindah bersama istrinya sekitar tahun 1994 dan bekerja sebagai pengelola pulau. Dari ayahnya, Khairil mengetahui sejarah Pulau Kiluan. Saat itu, pulau Kiluan masih banyak ditumbuhi pohon kelapa. Keluarga Khairil kemudian mena­ nam beberapa tumbuhan lain. Selain pohon kelapa, di Pulau Kiluan kini juga banyak ditumbuhi pohon Ketapang. Menurut Khairil, pohon ini dimanfaatkan untuk menyimpan cadangan air di pulau yang luasnya mencapai lima hektar tersebut. Selain menikmati pasir putih nan lembut, pengunjung juga dapat mencoba snorkling atau diaving di sekitar pulau dengan menyewa peralatan menyelam yang disediakan. Satu paket peralatan selam yang disewa dikenai biaya 35 ribu rupiah. Pemandangan bawah laut yang dihiasi terumbu karang tak kalah menarik dengan atraksi lumba-lumba. Untuk dapat menikmati wisata di Teluk Kiluan dengan puas, pe­ ngunjung perlu merogoh kocek agak dalam. Belum adanya angkutan umum khusus yang mele-

wati tempat wisata ini membuat biaya transportasinya agak mahal. Pengunjung harus menyewa mobil pribadi untuk sampai ke sana dengan biaya sewa sekitar lima ratus ribu rupiah untuk satu mobil dari Terminal Rajabasa, Bandar Lampung. Mobil dapat diisi oleh enam sampai tujuh orang. Selain biaya transportasi, pengunjung akan dikenai biaya sewa vila dengan harga Rp 450-700 ribu rupiah setiap malam. Jika ingin lebih hemat pengunjung dapat membawa tenda dan hanya akan dikenai biaya untuk pendirian tenda sebesar 25 ribu rupiah per tenda. Sementara, untuk menyewa perahu, tarif yang dikenakan berkisar 150-300 ribu untuk berlayar ke tengah samudera. Untuk harga makanan, tak perlu khawatir karena harga yang ditawarkan tak terlalu mahal. Sementara untuk mampir ke laguna, pengunjung dapat menyewa perahu ke Bandung Jaya dengan membayar uang sebesar 15 ribu rupiah. Masyarakat yang tinggal sekitar Teluk Kiluan ikut menjaga keasrian tempat wisata yang mulai dikenal dunia tersebut. Mereka sepakat untuk tetap menjaga alam. Meski belum dikelola secara profesional dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah, mereka menyediakan kotak sampah di sekitar tempat wisata. Masyarakat tak ingin, banyaknya wisatawan membuat lingkungan sekitar mereka menjadi kotor. Warga sekitar ingin menjaga Teluk Kiluan agar tetap memesona ..

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

57


=SOROTAN

Ketik Tak Jad

Kini, kehad Bandar Lam umum.

58 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


SOROTAN=

J

ka BR T di Solusi Oleh Ayu Yuni Antika Foto Kurnia Mahardika

diran Bus Rapid Transit di Kota mpung tak ubahnya angkutan . Berbagai kenyamanan yang ditawarkan kian memudar.

alan Teuku Umar yang menjadi jalan penghubung menuju pusat perbelanjaan di Jalan Kartini Bandar Lampung bak pasar tumpah pagi itu, Rabu (23/7). Kemacetan panjang sekitar 3 km sudah terlihat meski jam baru menunjukkan pukul 10.00 WIB. Sepeda motor, mobil pribadi, angkutan umum, hingga bus hilir mudik memadati tiap ruas jalan. Di jalan utama Ibu Kota Provinsi Lampung itu pula Bus Rapid Transit−disingkat BRT melintas. Transportasi masal ini mulai beroperasi sejak pemerintah resmi memperkenalkannya ke masyarakat pada 26 September 2011. Awalnya, BRT didesain untuk menyediakan kenyamanan bertransportasi. Bus yang dilengkapi pintu otomatis itu memiliki 24 kursi penumpang, 10 kursi berada di sebelah kiri, 9 di sebelah kanan, dan 5 kursi di bagian belakang. Di langit-langitnya ada sekitar 24 gantungan yang berfungsi sebagai pegangan bagi penumpang yang terpaksa berdiri. Jam digital pun dipasang tepat di atas kemudi supir sebagai penunjuk waktu. Perangkat DVD dan radio juga disediakan sebagai fasilitas tambahan. Penumpang juga tak akan merasa kepanasan karena lebih dari dua Air Condisioner terpasang di langit-langitnya. Tak hanya itu, sopir dan kondektur pun memakai seragam kerja setiap harinya. Namun, kondisi kenyamanan yang ditawarkan BRT itu hanya seumur jagung. Baru tiga tahun beroperasi, manajemen bus ini carut-marut. Kini, tak lagi terlihat supir dan kenek yang memakai seragam resmi. Pintu otomatis pun tak lagi berfungsi. Beberapa fasilitas seperti jam digital, DVD, gantungan penumpang, bahkan kursi terlihat tak lengkap lagi. Penumpang saling berdesak-desakan sehingga sejuknya AC tak lagi terasa. Bahkan, ada penumpang yang terpaksa duduk di dashboard mobil. Harjo (60), salah satu penumpang BRT jurusan Rajabasa-Sukaraja ini mengaku kurang nyaman jika harus berdesakan dengan penumpang lain. “Kurang nyaman kalau muatannya terlau banyak seperti tadi,” ujarnya. Dirinya terpaksa memilih BRT karena merasa transportasi ini lebih murah dibanding angkutan umum lain. Meskipun kondisi BRT tak seperti awal kemunculannya, bus ini masih menjadi angkutan umum yang diminati pelajar. Dede Bahrudin (13) misalnya, siswa SMP Negeri 57 Bandarlampung ini mengandalkan BRT sebagai transportasi utama ke sekolah. Pelajar yang menggunakan BRT sejak kelas satu SMP ini hanya membutuhkan waktu 5-6 menit untuk sampai ke sekolahnya. Ia pun hanya membayar seribu rupiah dari rumahnya yang ada di daerah Korpri. Tak Sesuai Prosedur Awal Awalnya, ada tujuh koridor yang disediakan, yaitu Rajabasa–Sukaraja, Korpri–Sukaraja, Kemiling–Sukaraja, Ir. Sutami–Tanjung Karang, Panjang–Citra Garden, Rajabasa–Citra Garden, dan Rajabasa–Panjang. Tarif yang dipatok untuk semua koridor telah ditetapkan

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

59


=SOROTAN Pemkot, yaitu sebesar Rp 4.500 untuk umum dan Rp 3.500 untuk pelajar dan mahasiswa. Dengan sistem tiket ini penumpang hanya membayar satu kali saja jika ingin transit ke tujuan selanjutnya. Jumlah bus yang dioperasikan untuk melayani penumpang mencapai 200 unit. Namun hingga kini, hanya ada tiga koridor yang masih beroperasi, yaitu Rajabasa-Panjang, Korpri-Sukaraja, dan Rajabasa-Sukaraja. BRT yang digulirkan oleh Wali Kota Bandar Lampung, Herman, H.N. digadang-gadang mampu menjawab masalah kemacetan yang mulai menjangkiti jalanan Kota Bandar Lampung dan mampu memenuhi tuntutan transportasi massal yang murah, aman, dan nyaman. Namun, kini sistem manajemen BRT mandeg. Kini, tak terlihat lagi pegawai BRT yang memakai seragam ketika melayani penumpang. Kemacetan juga kerap terjadi di beberapa ruas jalan akibat supir BRT yang sembarangan menurunkan atau menaikkan penumpang. Sistem tiket pun sudah tak lagi diadopsi. Kondisi manajemen BRT yang tak sesuai harapan juga dirasakan di berbagai fasilitas BRT yang ada di beberapa ruas jalan. Di jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Sultan Agung menjadi saksi berdirinya halte BRT yang tak layak. Halte yang berdiri hanya berupa undakan semen seluas 8 meter persegi dengan tinggi setengah meter tanpa tiang dan atap. Bahkan, beberapa bagian tampak retak dan amblas. Sepanjang Jalan Jendral Ryacudu bahkan tak ada satupun halte BRT yang berdiri. Halte yang layak hanya terlihat di pusat kota dan jalanjalan protokol Ibu Kota seperti di Jl. Z.A Pagar Alam, Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. R. Wolter Monginsidi, dan Jl. R.A Kartini. Halte yang dibangun di tempat pejalan kaki dengan hanya satu tangga untuk menaikinya membuat penumpang dari sisi lain harus turun ke badan jalan sebelum naik tangga halte. Hal ini dapat membahayakan keselamatan pengguna

60 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

jalan saat kondisi jalan raya ramai. Kondisi ini disayangkan oleh Bastian selaku Kepala Bagian Keuangan PT. Trans Lampung. “Jika pemerintah memang serius memperbaiki transportasi kota Bandarlampung, mustinya juga dibarengi dengan membangun fasilitas penunjangnya,” ujarnya berkomentar saat ditemui. Ia menganggap pengadaan halte menjadi kewajiban Pemda. “Pemda harus turun tangan, ini harus dibicarakan. Kepentingan pengguna gimana dan kepentingan pengelola BRT gimana,” tuntutnya. Apriansyah yang bekerja sebagai admin operasional PT. Trans Lampung membenarkan bahwa BRT tak lagi menjalankan sistem tiket seperti awal kemunculannya. Menurutnya, hal ini terjadi lantaran banyaknya tiket yang tidak tercatat. Akibatnya, perusahaan harus menanggung kebocoran dana sekitar 100-150 juta rupiah setiap bulan. “Supir dan kenek banyak yang main uang, terkadang mereka memberikan tiket bekas atau sobekan tiket di tengah kepada penumpang,” tambahnya.

Ditiadakannya sistem ini membuat penumpang harus membayar ongkos Rp. 3 ribu dan tambahan Rp. 2 ribu jika ingin transit. Tari ini lebih mahal seribu rupiah dari tarif sebelumnya. Saat ini, operasional BRT menggunakan sistem setoran dengan besaran yang berbeda. Setoran untuk koridor RajabasaPanjang dikenai biaya Rp 200.000, sedangkan untuk koridor KorpriSukaraja dan Rajabasa-Sukaraja sebesar Rp 150.000,00 per hari. “Besarnya setoran tersebut tak termasuk uang solar,” ungkap Apriansyah. Sistem setoran ini dianggap mampu menunjang keberlanjutan operasional BRT. Selain tak diberlakukannya sistem tiket, semua sopir dan kondektur BRT yang semula menjadi pegawai tetap, kini hanya berstatus pekerja lepas. Salah seorang supir BRT, Rudi mengaku tak mempermasalahkan sistem tiket yang berganti setoran. Meski saat ini berstatus pekerja lepas dengan sistem setoran, Rudi mengaku meraup untung lebih dibanding sistem tiket. Rudi yang sampai sekarang menjadi supir di koridor Rajabasa-Sukaraja di PT.


SOROTAN= Perbedaan kontras kondisi halte di Jl. Z.A. Pagar Alam dan Jl. Sutan Agung

Puspa Jaya mengaku harus menyetor uang sejumlah Rp 175.000 setiap harinya. “Sekarang kita nggak ada beban, tinggal tergantung banyaknya penumpang,” ujarnya. Sempat tak menerima gaji selama tiga bulan saat tahun pertamanya bekerja di PT. Trans Lampung, ia memutuskan hengkang dari PT. Trans Lampung dan berpindah ke PT. Puspa Jaya. Perusahaan angkutan umum ini resmi memiliki izin trayek dari PT. Trans Lampung atas 35 unit BRT sejak PT. Trans Lampung menjualnya kepada PT. Puspa Jaya.

Apri, kebijakan tersebut diambil demi menjaga stabilitas keuangan perusahaan. Namun, demi memenuhi kebutuhan transportasi umum di Bandar Lampung, perusahaan tetap membuka trayek. Jumlah BRT yang beroperasi di Bandar

“”

mengaku masih menunggu subsidi dari Pemda Bandar Lampung. Apri menambahkan, subsidi untuk BRT yang sempat dijanjikan Wali Kota Bandar Lampung, Herman, H.N. di awal pun tak kunjung ada. “Herman janji ngasih subsidi, tapi dari awal nggak ada subsidi,” kata Apriansyah. Menurutnya, subsidi itu penting bagi keberlanjutan BRT di Bandar Lampung. Sistem tiket pun diharapkan dapat dijalankan lagi. “Janji Pemda agar di awal tahun 2014 angkot tak lagi beroperasi di jalan utama pun nihil,” tambah Apri. Menurutnya, Pemerintah kota seharusnya berkomitmen untuk mengalihkan angkutan umum lain ke jalur-jalur alternatif seperti jalan dan gang kecil. Ditemui seusai menghadiri workshop kebangkitan pemuda di Auditorium Perpustakaan Unila, Senin, (27/10) Herman H.N mengaku Pemerintah Daerah saat ini tidak dapat mendukung biaya operasional PT. Trans Lampung. “Pemda nggak ada duit, lagi sibuk bangun-bangun yang lain,” ujarnya. Meski sudah mengetahui perihal pengalihan 20 unit BRT ke Pemerintah Kota Pekanbaru, ia berujar kondisi BRT masih baik-baik saja. “Buktinya mereka masih jalan,” tambahnya. Selain beberapa alasan tersebut, Herman mengungkapkan bahwa PT. Trans Lampung memiliki hutang sebesar satu miliar pada Pemda. Ia pun menuturkan bahwa masih banyak kemungkinan perusahaan swasta yang mampu mengambil alih BRT. Herman menilai kondisi BRT masih sesuai. “Fasilitasnya lengkap, bersih, aman, nyaman, nggak ada copet, AC-nya juga bagus,” terangnya. Ia berharap, semakin banyak lagi masyarakat yang menggunakan transportasi masal tersebut. .

subsidi untuk BRT yang sempat dijanjikan Wali Kota Bandar Lampung, Herman, H.N. di awal pun tak kunjung ada. “Herman janji ngasih subsidi, tapi dari awal nggak ada subsidi,” kata Apriansyah.

Tak Mendapat Subsidi Tak hanya merelakan BRT dikelola oleh perusahaan lain, demi menunjang kestabilan ekonominya, PT. Trans Lampung telah menyewakan 20 unit BRT ke pemerintah kota Pekanbaru, terhitung dua tahun terakhir. PT. Trans Lampung yang mematok harga sewa sebesar 15 juta rupiah per unit setiap bulan. Menurut

Lampung sebanyak 78 unit. PT Trans Lampung hanya mengelola 38 unit dan sisanya dikelola oleh perusahaan lain seperti PT. Penantian Utama dan PT. Puspa Jaya. Hingga kini, PT. Trans Lampung

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

61


=RESENSI

MENEMUKAN KEBAHAGIAAN

Oleh Yovi Lusiana

Judul

Repro

: Chicken Soup For The Soul Menemukan Kebahagiaan Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman : 452 halaman Harga : 78.000,00

K

ebahagiaan tak selalu datang secara gamblang melalui kejadian yang menyenangkan, tarkadang banyak hal yang membuat kita terpuruk namun ternyata itu merupakan gerbang kebahagiaan hidup. Buku Chicken Soup For The Soul: Menemukan Kebahagiaan merupakan kumpulan 101 kisah inspiratif dari orang-orang yang telah menemukan kebahagiaan hidup melalui kisah hidup mereka yang sulit. Kisah-kisah terpilih tersebut menjadi “resep” bagi pembaca untuk menciptakan atau pun menemukan jalan menuju kebahagiaan yang sebenarnya. “Sebagian orang mengejar kebahagiaan, sebagian lagi menciptakannya” adalah kutipan Margaret Bower di salah satu cerita dalam buku ini, yang tinggal menunggu malaikat pencabut nyawa datang padanya. Sebagai seorang yang mengidap kanker, ia tidak seperti orang kebanyakan yang hanya menuggu ajal datang. Namun, ia melakukan apa saja yang bisa dilakukan hingga akhir hayatnya. Melalui kisah singkatnya itu, Margaret mengajari pembaca untuk menghitung karunia yang Tuhan berikan. Hidup dengan penuh gairah mengikuti kata hati

62 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

untuk menikmati sisa hidup, selalu mensyukuri karunia yang dimiliki. Hal tersebut yang membuat Margaret sadar ia telah menciptakan kebahagiaannya sendiri. Resep berbeda diberikan Michelle Smyth, ibu satu ini harus menerima kenyataan putranya mengidap autisme. Namun hal ini tak lantas membuatnya menyesali anaknya atau bahkan marah pada Tuhan. Dia menjadi Ibu yang memiliki misi, untuk menyayangi anak­ nya dengan benar. Ia mulai meriset segala sesuatu yang bisa ia pelajari tentang autisme, dan sangat gembira ketika mendengar sebuah terapi baru yang menjanjikan. Usahanya tak berjalan mulus seperti yang diharapkan, biaya terapi yang tak murah ternyata tak membuatnya patah arang. Michelle pun mencoba mencari seoarang dokter spesialis yang terkemuka untuk melatihnya merawat anaknya. Ia pun mengubah ruangan bawah tanahnya menjadi tempat untuk ia dan putra kecilnya itu. Kemajuannya bertahap, tetapi nyata. Keberhasilan-keberhasilan kecil dirayakan dan tantangan yang le­ bih besar berhasil ia kuasai. Kisah­ nya tersebut menyadarkan pem-

baca bahwa menggunakan pikiran positif untuk mengubah sikap kita akan mengatarkan kita pada apa yang kita cari, yaitu kebahagiaan. Dan kisah inspiratif lainnya yang akan menyadarkan banyak hal pada pembaca bahwa kebahagiaan tak haruslah berupa hal yang besar, kenahagiaan itu bisa se­perti menemukan hal-hal yang indah dan keindahan dalam keseharian, menemukan tujuan hidup kita dalam bekerja atau bersosialisasi dalam masyarakat, meninggalkan pekerjaan yang tidak memuaskan dan mencari yang lebih berarti, menikmati kegembiraan karena memberi, serta berhenti sejenak dan menikmati indahnya alam sekitar. Buku ini menunjukan pada pembaca bahwa banyak jalan yang bisa dilalui untuk menemukan kebahagiaan, kita sebagai manusia hanya harus mensyukuri apa yang Tuhan berikan, dan mata kita akan terbuka lebar untuk dapat melihat begitu banyak kebahagiaan yang menanti. Namun, buku ini juga memiliki kelemahan. Pembaca harus berkonsentrasi pada kalimat-kalimat yang terkadang tidak sesuai dengan yang dimaksud, karena buku ini merupakan buku terjemahan. .


RESENSI=

LANGKAH SEJUTA SULUH

Oleh Hayatun Nisa F

: Langkah Sejuta Suluh : Clara Ng : Gramedia Pustaka Utama : Februari 2014 : 472 halamann : Rp. 88.000 Repro

Judul Penulis Penerbit Tangggal Terbit Jumlah Halaman Harga

P

erjuangan hingga titik darah penghabisan, dengan sema­ ngat yang terus menyala dan sikap pantang menyerah, sanggup mengubah sekelompok anak muda yang minim pengalaman dan semu­la dicap underdog, menjadi pemenang yang sebenarnya. Jika saat ini Anda tidak punya modal, tidak punya koneksi, dan tidak punya keahlian apa-apa, buku Langkah Sejuta Suluh layak menjadi bacaan Anda. Buku ini merupakan sekuel dari buku Mimpi Sejuta Dolar. Buku yang mengambil latar belakang di Singapura ini adalah jawaban atas pertanyaan yang belum diungkap dalam buku sebe­ lumnya. Inilah sesungguhnya ‘cahaya lentera’ yang ingin ditebarkan seorang Merry Riana. Dilatarbelakangi hutang yang harus dilunasi dan mimpi kebebasan finansial, Merry memutuskan untuk menjadi agen asuransi. Berkali-kali mengalami kegagalan ketika mengikuti ujian untuk mendapatkan lisensi sebagai financial consultant, menerima pandangan merendahkan dari rekan-rekannya sesama sales karena penampilannya begitu berbeda, baju tidak ber-merk, tidak menguasai bahasa Mandarin, bahasa Inggrisnya

masih berantakan, dan pesimis akan kemampuannya menjual produk keuangan, sempat membuat Merry gamang. Namun, dengan kegigihannya Merry yang tidak pernah letih berdiri teguh di pinggiran jalan, mengetuk satu demi satu pintu rumah orang tak dikenal, atau mencegat orang-orang di stasiun kereta demi mencari klien, perlahan-lahan menuai hasil dan mengantarnya menjadi manager. Tercapailah citacita Merry untuk memiliki perusahaan sendiri dan merekrut puluhan pemuda sebagai sales. Anak-anak muda yang minim pengalaman dengan berbagai latar belakang kehidupan, digembleng Merry menjadi sales tangguh dan bermental kukuh yang siap bekerja siang-malam, tak gentar beradu taktik cerdik dengan kompetitor, hingga akhirnya dalam rentang waktu singkat, hanya satu tahun, mampu menorehkan prestasi Agency of the Year dengan membukukan pendapatan 2,4 juta dolar dan menjadi tim nomor satu pada industri jasa keuangan di Singapura. Penulis Clara Ng menampilkan Langkah Sejuta Suluh yang merupakan buku motivasi, menjadi tak

ubahnya sebuah novel yang penuh sisi dramatik yang menyuguhkan rangkaian kisah hidup Merry. Melalui deskripsi yang menyentuh, Clara Ng menggugah pembaca untuk menjadi seseorang yang tangguh dan tidak gampang menyerah pada cobaan, lewat teladan Merry yang langkah perjalanan hidupnya dilakukan setapak demi setapak sejak lulus kuliah yang tidak memiliki koneksi, keahlian dan modal, hingga tergapainya kesuksesan sebagai miliarder pada usia muda. Kedekatan Merry dengan Tuhan, digambarkan tanpa nada sentimentil oleh Clara Ng, untuk melukiskan keindahan suatu perjuangan jika seseorang bersandar dan menyertakan Sang Pencipta sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan. Sayangnya meskipun buku ini memfokuskan pada kisah perjuangan Merry secara detil, namun pembaca yang sudah membaca buku pertamanya akan merasa bosan karena sudah mengetahui jalan ceritanya. Bab khusus yang membahas Alva kekasih Merry pun terasa seperti dipaksakan, meskipun di buku ini Alva merupakan salah satu orang yang paling berharga bagi Merry. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

63


CERPEN

Asa

seorang gadis kecil

Oleh Lia Annisa*

S

diselimuti debu. Membuat kulit coklatnya terlihat lebih mengkilap. Ia me­langkah perlahan sambil membawa ukulele yang juga lusuh dengan senar yang hanya tersisa dua buah. Tatapan gadis kecil itu berbeda hari ini. Ia terus menatap gedung-gedung yang merajai jalan, berdiri kokoh menghiasi kota. Gadis kecil itu terus berjalan perlahan dan sesekali memegang perut yang terasa perih. Langkah­ nya terhenti saat ia melihat sebuah gedung besar berdiri tegak. Sorot matanya tajam menatap bangunan bercat putih itu. Gerbangnya nampak kokoh dan dijaga oleh

beberapa laki-laki berseragam tentara. Ia menghela nafas sebentar, lalu duduk di emperan trotoar. Masih ia tatapi gedung itu seolah tak berkedip. Segelintir laki-laki yang menjaga gedungyang menatap tubuh kurusnya. Orang-orang itu berbadan besar dan nampak kuat. Berbanding terbalik dengan tubuh ringkih sang gadis. Sorotan mata seorang petugas di balik gerbang makin tajam menatap dirinya. Akhirnya, lelaki berbadan besar itu menghampiri si gadis kecil. “Adik ini mau apa?,� ujarnya dengan nada lembut. Gadis kecil masih terdiam me-

Ilustrasi Fajar Nurrohmah

iang ini, terik matahari merayap di sepanjang jalanan ibukota. Udara panas menemani langkah seorang gadis kecil berumur kisaran sembilan tahun yang mengenakan baju lusuh dan sedikit sobek di antara dua sikunya. Noda kotor yang menempel di bajunya nampak tak rata. Wajahnya berkeringat

64 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


CERPEN natap gedung besar itu. “Adik ada perlu apa?,” tanya pria itu sekali lagi, menyelidik. Namun, yang ditanya tetap saja masih menatap tajam ke depan. “Adik tidak bisa mendengar?!,” ujar sang pria melontarkan pertanyaan dengan nada agak tinggi. Akhirnya gadis kecil itu menatap pria yang dari tadi mengajaknya berbicara. Ia polos memegangi kedua telinganya. “Ini kupingku! Om, sini duduk bareng aku! Aku lagi melihat gedung besar ini!,” ujarnya. Pria itu menurut dan berjongkok di samping gadis kecil itu. “Om lihat, gedung itu besar dan bersih ya. Nggak kayak rumahku. Om yang punya gedung ini?,” tanyanya pada sang pria. Pertanyaan itu hanya disambut dengan senyuman sambil ikut menatap gedung besar oleh sang pria. Ia menggeleng. “Aku mau punya rumah kayak begini. Temantemanku bisa bermain bebas di sini. Om bisa membuatkannya untukku?,” tanyanya lagi. “Ini rumah presiden. Kamu tahu presiden? Dia yang memimpin negeri ini,” jawab sang pria menjelaskan. “Presiden punya banyak uang ya? Apa aku bisa memintanya? Sedikit saja untuk buat rumah,” ujar gadis kecil itu tanpa menjawab pertanyaan sang pria. Pria itu tertawa menatap anak yang berumur sembilan tahun itu. Disangka begitu lugunya anak itu. “Rumahku digusur,” lanjut anak itu lagi sembari menatap sang pria itu dengan tatapan berbinar. Pria itu spontan berhenti tertawa. Gadis kecil tak lagi menatap gedung besar, ia hanya merunduk. Sesekali memainkan ukulele tanpa nada. “Om punya ini?” ditunjukkannya ukulele kepada pria itu. Pria itu hanya geleng-geleng. “Ini buat aku cari uang. Kalau om mau, bisa aku kasih. Tapi ada syaratnya! Om harus bilang sama om presiden buat ngembaliin rumah aku, bisa?,” tanyanya penuh

harap. Pria itu seperti menahan nafas memandang gadis kecil tanpa berkedip, tatapannya kali ini begitu serius. “Om gemuk, beda dengan bapak. Bapak kerja di sawah. Tapi, sekarang sawahnya digusur. Om tahu sekarang jadi apa? Jadi gedung-gedung besar kayak begini. Bapak jadi nggak bisa kerja lagi,” ujarnya bercerita. Lirih. “Ibu kamu?,” tanya sang pria santai. “Emak? Emak aku baru saja dikubur kemarin. Emak meninggal gara-gara maling jagung di kebun Pak Gendut. Pak Gendut itu orang kaya yang punya kebun jagung yang lebar banget! Waktu itu, di rumah berasnya habis,” cerita si gadis kecil sembari mengenang. Pria itu tercengang mendengar cerita gadis kecil itu. Ia berbicara tanpa ada rasa sedih yang menyelimutinya. “Lalu perasaan kamu bagaimana?,” tanya sang pria dengan rasa penasaran. Mata kecilnya menatap pria itu sambil tersenyum getir. Ditatapinya terus sampai air matanya keluar melewati pipi kusamnya, tetap tersenyum. “Aku rindu emak. Aku rindu bapak yang kalau pulang dari sawah selalu membelikanku permen kaki. Aku rindu rumahku. Aku ke sini ingin meminta semuanya kembali. Bisa kan? Om orang kaya kan? Orang kaya itu gendutgendut kayak om. Sama kayak Pak Gendut. Dia tinggi dan besar kayak om! Nah apa pak presiden juga begitu ya? Kalian semua makan enak ya? Kami nggak!,” ceritanya dengan nada protes. Pria itu tersenyum kecil sambil merogoh kantung celananya. Didapatinya tiga lembar uang sepuluh ribuan dan diberikan kepada sang gadis. Gadis kecil itu hanya menyambutnya dengan senyuman tipis. “Duit ini apa bisa buat kembalikan semuanya?,” tanyanya sambil mengenggam uang pemberian sang pria. “Buat beli permen kaki yang banyak, buat beli beras. Kamu beri

saja ke bapakmu,” jawab pria itu. Wajah gadis kecil terlihat lebih muram. Ia mengambil tangan pria itu, lalu meletakkan uang tiga lembar tadi ke tangannya. Ukulele yang dipegangnya pun diberikan pada sang pria. “Kalau duit ini nggak bisa mengembalikan semuanya, percuma Om! Ukulele ini satu-satunya milikku. Mungkin bisa om kasih ke pak presiden dan sampaikan salamku buatnya,” ujar sang gadis dengan tegas. Lantas, ia segera berdiri, berlari meninggalkan sang pria sendirian. *** Esok paginya, pagi nan cerah kembali menyambut gadis kecil itu demi mencari sekantung recehan yang keluar dari uluran tangan di jendela mobil-mobil mulus. Kini, tanpa ukulele, ia hanya punya modal tepuk tangan dan nyanyian menunggu datangnya recehan. Semangat terpancar jelas di raut wajahnya yang coklat mengkilap itu. Saat lampu merah kedua yang ia jajaki menyala, teman sebayanya berlari menghampiri gadis. “Bapakmu ngamuk lagi!,” teriak temannya. Dengan tergesa gadis kecil berlari menghampiri sang ayah. Di sudut kolong jembatan yang kumuh dan berhamburan debu, sesosok laki-laki tua bertubuh krempeng dan hanya mengenakan celana pendek sedang duduk dengan menggenggam kedua kakinya. Tatapan matanya kosong dan tak tentu arah. Gadis kecil itu menghampiri laki-laki tua itu. “Bapak kenapa?,” tanyanya sambil mengusap wajah sang ayah. “Emak mana emak? Bapak Capek dari sawah! Bapak lapar! Bapak mau dipijit!,” jawab lelaki tua setengah berteriak. Gadis kecil itu hanya mengusap-usap rambut putih ayahnya. Ia menciumi keningnya, lantas kembali berjalan gontai menghampiri tangan-tangan yang rela memberi sekantung recehan. . *FKIP Pend. Bahasa dan ­ ­Sastra Indonesia ‘11

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

65


=PUISI

Rindu yang Kurindukan. Aku menyebutnya puisi rindu. Rindu pada kelana yang menghitam di ujung barisan. Hijau tampak mengundang ranum yang hendak matang. Apa lagi? Tak cukupkah aku berdiri, bermalam-malam menunggui? Purnama memanggilku pulang. Tak sekadar berkunjung, tapi pulang! Aku berdiri melamunkan Rindu. Dari batang kenanga yang harumnya semerbak hingga dunia fana. Aku di sini merasa. Bosan ketika hujan masih tetap air, angin tetap udara, dan tanah tetap kumpulan butiran. Aku ingin menjelma. Menjadi bungalau yang redup sebagai persinggahan kehidupan selanjutnya. Aku menanti. Jawaban yang ia perdengarkan, lantang hingga penjuru. Aku mendengarkan. Setiap tetes harapan yang meluncur, bebas, keluar dari bibirnya. Demikianlah, Rindu. Aku sampaikan pada angin yang masih udara, mengalir ke arahmu, menyampaikan penyejuk agak tak sebatas janji yang terumbar.

Zoi

Fitri Wahyuningsih Teknik Geofisika ‘11

66 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Ah, Zoi. Kau telurkan mutiara yang bukan untuk dierami. Tak dapat dipecah lagi. Lantas katanya kau malah mau pergi. Kesulitan mencari pantulan diri, asa terlelap di pangkuan ibunda. Ah, Zoi. Sekian tahun belajar berjalan, rupanya kau tetap merangkak. Menyusuri jalanan perdu berduri. Entah urung lantas pergi. Eh, Zoi. Lamunan yang tadi pagi, matahari menjawabnya sambil menunggu bulan. Sementara embun berpamitan pulang. Kau tahu, aku bahkan tak perduli akan mati. Hujan turun tak lama berhenti. Sudahlah, cukup sudah aku menanti. Ah, Zoi. Aku menyusun rencana pelarian diri. Bekal untuk pergi kusimpan dalam kendi. Tak ada yang tahu, kecuali aku benar-benar bidadari.


PUISI=

Seperti Sore itu Seperti sore itu Rintik hujan meramaikan gemuruh di ruangan Seorang lelaki duduk di sofa Memandangi malam yang tak kunjung datang Seorang wanita menatap api yang menjadi butiran malam Malam kian menantang Seorang gadis bermata sendu duduk bersila di lorong langit Langit menjerit “ Hai, gadis bermata sendu tidurlah di punggung gunung” Gadis itu hanya tersenyum sembari melempar gundah ; diam

Awan tua bergelanyut. Hujan mulai tampak riuh. Aku menerobos hujan yang masih saja berkeliaran di langit Sittwe, Myanmar. Sekolah ku terletak di tepi Danau Sittwe yang sangat cantik persis bersebelahan dengan Masjid Babagyi yang kini telah mati. Aku tidak tahu kenapa orang – orang berseragam itu meracuni masjid kami. Aku meriwngsuk dalam pelukan ibu. Masjid kami menangis saat dia berpisah dengan kami. Aku berdiri diantara tubuhnya yang telah menjadi abu. Mati. Tri Sujarwo FEB Manajemen ‘07

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

Foto Kurnia Mahardika

Cerita tentang Sittwe

67


PENTAS

Syair Lampung Karam, Kisah Krakatau Berabad Silam Oleh Retno Wulandari Foto Retno Wulandari

Syair Lampung Karam seolah menjadi saksi keganasan saat Krakatau meletus tahun 1883. Bait-bait dalam syair itu berteriak, memperingatkan manusia untuk menjaga alam. 68 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

T

erompet pertunjukkan ditiup. Alunan musik dari keyboard kembali terdengar disusul suara Jimbe yang khas di antara alat musik lain. Kombinasi musik bernuansa melayu yang dihasilkan ditambah sorot lampu berwarna kuning remang-remang membuat panggung itu hidup dan bergairah. Seorang penari pria mengenakan kaos dan celana hitam masuk tanpa alas kaki. Selendang berwarna merah terikat di pinggangnya. Ia meliuk-liukkan badan, membawa ujung selendang ke segala arah


PENTAS bibirnya. Dapat kabar kapal pun datang, Dari barat Negeri Padang, Lalu ke Betawi negeri yang gadang, Lalu tak boleh orang menumpang, Sebab kapal tidak menanti, Karana pelabuhan sudahlah mati, Puas dicari tempat bui, Tidak yang baik melainkan keji, Banyaklah orang bersusah hatinya, Karena menumpang tidak diberinya, Pakatan nan lain pula kiranya: “Baiklah kita berjalan semuanya.” Sudah dapat pakatan ikhwan, Lalu berjalan berkawan-kawan, Masygulnya hari tiada ketahuan, Bermacam mendengar kabarnya, Tuan. Muhammad Saleh melalui puisinya bertutur mengenai suasana saat Krakatau meletus. Kabar meletusnya gunung itu tersiar ­ dengan begitu cepat hingga ke penjuru dunia. Melalui bait Sebab kapal tidak menanti//Karana pelabuhan sudahlah mati, Shaleh menggambarkan betapa letusan Krakatau telah menghancurkan pelabuhan-pelabuhan. Membunuh banyak manusia. Lewat syair yang lain, Saleh berkisah bahwa Krakatau telah menenggelamkan banyak kapal yang mengangkut harta benda. mengikuti irama musik. Sesekali ia melompat, menambah spirit pertunjukkan itu. Sang pembaca puisi, Hari Jayaningrat naik ke podium kecil ­ berbentuk setengah lingkaran di tengah panggung. Hari membawa kumpulan puisi di tangannya. Latar bergambar Gunung Krakatau de­ ngan pijar magma dan asap dari dalam kawah berwarna abu-abu membawa penonton ke masa saat Krakatau meletus. Gerakkan badan Hari menyertai bait-bait puisi Muhammad Saleh yang meluncur dari

Demikian lagi kisah disebut, Banyaklah harta di dalamnya laut, Mana yang tinggal itu dipungut, Oleh Jawa, Lampung menurut, Instrumen yang dimainkan oleh Komunitas Seribu Bulan kembali terdengar disela-sela pembacaan puisi. Menyentuh hati sekaligus membakar semangat. Saleh, yang dipercaya merupakan saksi hidup keganasan Krakatau seakan ingin mengingatkan manusia bahwa takdir selalu bisa berubah. Ia, lewat syair-syairnya ingin mengajak manusia untuk patuh pada firman Tu-

han dan menjaga alam, agar Tuhan tak kembali menghukum manusia dengan bencana letusan Krakatau. Sudah dengan takdir-Nya Tuhan, Orang yang punya tidak ketahuan, Inilah tanda akhir al-zaman, Sebentar saja bertukar tangan. Ambil ibarat ayuhai ikhwan, Harta yang halal kembalilah, Tuan Di dalam akhirat syafaatlah, Tuan Baik mengikuti hadianya firman Usai membaca penggalan syair lampung karam syair itu, Hari turun panggung diikuti penari. Hari yang merupakan koordinator Komunitas Seribu Bulan memaknai Syair Lampung Karam sebagai pengingat bahwa manusia harus menghargai alam. Syair ini sekaligus membawa semangat dan harapan untuk mengenang letusan Krakatau dalam bentuk karya sastra. Syair Lampung Karam pertama kali ditemukan oleh Suryadi Sunuri, dosen pengajar pada salah satu Universitas di Belanda. Ia menemukannya di perpustakaan Universitas tersebut pada tahun 2005. Sayangnya, pemerintah Indonesia belum banyak memberikan perhatian pada syair gugahan Saleh. Acara pembacaan karya sastra yang merupakan rangkaian Festival Krakatau ini bahkan sepi penonton. Padahal, syair yang ditulis dengan bahasa Melayu Kuno itu telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, seperti Inggris, Belanda, dan dibukukan di beberapa negara. Saleh adalah penyair yang belum diketahui riwayat hidupnya. Para seniman hanya dapat menerka-nerka sosok Saleh lewat syair-syairnya. Saleh dianggap seorang pedagang dari Sumatera Barat karena penggunaan kata ‘dagang’ banyak muncul dalam karyanya. Ia juga dipercaya sebagai seorang muslim lantaran banyak memakai istilah arab. Tiga bulan setelah Krakatau meletus, Saleh menulis dua ratus hingga tiga ratus syair di Singapura yang bila dibukukan jumlahnya mencapai 64-94 halaman. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

69


KESEHATAN

Mendengkur Bukan Kebiasaan

S

ejak kecil Sutarti selalu mendengkur saat tidur. Kebiasaan yang menurutnya tidak bisa dihilangkan ini terkadang benar-benar mengganggunya. Sering kali ia terbangun dari tidurnya. “Ketika rasanya udara tersedak di tenggorokan, saya otomatis bangun dan merasakan ke­ ring pada tenggorokan saya,” ujar wanita 44 tahun ini. Mendengkur atau sering disebut ‘ngorok’ bukanlah kebiasaan saat tidur, ngorok bahkan sering disalahartikan sebagai tidur yang nyenyak. Mendengkur sebenarnya merupakan masalah kondisi medis yang serius, hal itu merupakan gangguan tidur yang disebut de­ ngan istilah Sleep Apnea. Ini adalah suatu kondisi yang mengganggu pola pernapasan ketika tidur. Posisi tidur terlentang membuat orang dapat dengan mudah mendengkur, saat itu secara tak sadar posisi lidah menutupi saluran pernapasan yang mengakibatkan tidak ada oksigen yang masuk ke paru-paru. Kondisi ini menyebab-

70 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Ilustrasi Retno Wulandari

Oleh Lia Vivi Farida

kan tak beberapa lama setelah tertidur napas akan terhenti dan hal itu dapat terjadi berulang kali. Akibatnya, menghasilkan suara dengkuran serta menyebabkan tubuh tak sepenuhnya beristirahat, tubuh pun akan merasa lelah yang akan berdampak buruk bagi kesehatan. Jenis-jenis Sleep Apnea Selain posisi tidur, mendengkur juga disebabkan karena penyempitan saluran napas bagian atas mulai dari hidung, mulut, dan tenggo­ rokan. Gangguan tidur ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu ­Obstructive Sleep Apnea dan Central Sleep Apnea. Sebagian besar orang, baik anak-anak ataupun dewasa sering mengalami Obstructive Sleep Apnea, gangguan jenis ini terjadi karena otot-otot dalam tenggorokan mengendur atau rileks. Sehingga saluran napas menyempit bahkan menutup ketika bernapas dalam. Tingkat oksigen dalam darah pun akan menurun. Jika hal ini terjadi, biasanya seseorang akan ter-

bangun dari tidur diikuti sedakan atau engahan. Ketika terbangun saluran napas dapat kembali terbuka dengan normal. Penderita hanya akan bangun dalam waktu singkat untuk kembali tidur dan mungkin tidak mengingatnya. Tidak seperti penderita Obstructive Sleep Apnea yang sering menganggap tidurnya lelap, penderita Central Sleep Apnea akan menyadarinya ketika terbangun berkali-kali yang membuat pende­ rita mengalami insomnia atau sulit tidur. Jenis gangguan tidur ini terjadi ketika otak gagal me­ngirimkan sinyal-sinyal ke otot pada saluran pernapasan yang mungkin diakibatkan oleh penyakit jantung, stroke, dan penyakit lain yang memengaruhi pernapasan. Pende­ rita juga akan memproduksi suara dengkuran yang lebih keras. Faktor penyebab Sleep Apnea Ada beberapa faktor yang memungkinkan seseorang dapat mengalami gangguan tidur ini. Sese­orang yang memiliki anggota


KESEHATAN keluarga yang mengalami Sleep Apnea, juga akan mungkin mengala­ minya. Pria memiliki risiko dua kali lebih besar untuk mengalami Sleep Apnea dibanding perempuan. Selain itu usia juga menjadi faktor, gangguan tidur ini lebih sering dialami oleh orang yang berusia lebih dari 60 tahun. Kebanyakan penderita gangguan tidur ini memiliki berat badan yang berlebih. Kelebihan berat badan ternyata penyumbang terbesar dari aktivitas mendengkur. Ini disebabkan saat kodisi badan gemuk jaringan lemak akan ber­ tambah dan mengakibatkan pe­ nyempitan saluran napas bagian atas dan akhirnya mendengkur. Orang yang kurus juga rentan mengalaminya disebabkan kondisi bawaan dari anatomi tubuh. Hal ini banyak terjadi pada orang-orang yang memiliki hidung mancung dengan septum hidung yang relatif miring. Kebiasaan merokok juga memungkinkan seseorang mengalami Sleep Apnea. Sebab, kebiasaan ini akan meningkatkan jumlah peradangan dan retensi cairan di salu­ ran napas bagian atas. Namun, gangguan ini dapat menghilang dengan sendi­ rinya ketika sese­ orang berhenti merokok. Mengonsumsi alkohol, obat pereda nyeri, dan obat pene­nang akan meningkatkan potensi seseorang mengalami Sleep Apnea. Adanya kandungan zat-zat di dalamnya dapat mengendurkan otot tenggorokan, sehingga menutupi tenggorokan dan mengganggu pernapasan. Penderita penyakit jantung, stroke, atau tumor otak, berisiko mengalami Sleep Apnea. Gangguan pada tidur ini juga dapat memperburuk kondisi kesehatan pende­ rita. Selain itu, gangguan ini juga disebabkan penyakit pernapasan, seperti flu. Saat flu, hidung menga­ lami penyempitan saluran hidung sehingga udara yang masuk saat tidur berkurang. Penderita polip atau penyakit saluran pernapasan bagian atas juga rentan terha-

dap aktivitas mendengkur karena ­udara yang masuk tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Kondisi badan yang kelelahan bisa menyebabkan mendengkur, hal ini dikarenakan tubuh mengala­ mi tidur yang mendalam. Dengan posisi tidur yang mendalam tubuh memerlukan oksigen berlebih untuk menyalurkan keseluruh tubuh, sehingga tubuh kita mengalami proses mendengkur. Hal ini dirasakan oleh Yuni Astika Rahayu, mahasiswi Agribisnis’13 ini mengaku sering mendengkur apabila dia terlalu banyak melakukan aktivitas yang membuat

Hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah pada jantung dan dapat menyebabkan kematian mendadak. tubuh mengalami kelelahan. Resiko kematian Meskipun Sleep Apnea merupakan gangguan tidur yang ba­nyak orang alamai dan sudah biasa, namun jika tak segera ditangani de­ngan cepat dan tepat maka hal yang sering dianggap enteng ini dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius yang membahayakan kesehatan yang berujung pada kematian. Seperti radang tenggorokan, hal ini terjadi karena saat mendengkur posisi mulut menganga dan udara masuk ke paru-paru tanpa terfilter sehingga tenggorokan menjadi kering dan terjadi pera­ dangan. Selain itu, orang dengan Sleep Apnea juga akan mudah lupa, sulit mengingat, sakit kepala pada

pagi hari, serta perubahan mood atau perasaan depresi. Gangguan tidur ini juga akan menganggu kadar oksigen dalam darah. Meningkatkan tekanan darah, sehingga sistem kardiovaskular juga menjadi tegang. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah pada jantung dan dapat menyebabkan kematian mendadak. Pengobatan Gangguan tidur yang sering di­ salah artikan sebagai kebiasaan ini dapat diatasi, salah satunya de­ngan menjaga posisi tidur tetap miring. Dengan posisi miring, kondisi mulut tidak menganga dan mengurangi resiko mendengkur. Selain posisi tidur miring, penggunaan bantal juga diperlukan untuk mengurangi kebiasaan mendengkur. Dengan tidur menggunakan bantal, posisi kepala akan lebih tinggi dari posisi paru-paru sehingga mempermudah proses pengambilan napas. Menurunkan berat badan, hal ini dapat membantu mengurangi penyempitan pada saluran tenggorokan. Gangguan pada tidur akan lebih mudah disembuhkan jika berat badan normal. Dengan berolahraga, gejala dari gangguan tidur juga dapat berkurang. Bagi perokok, berhentilah merokok, karena kebiasaan merokok hanya memperburuk gangguan tidur yang sedang dialami. Selain itu dengan mengurangi atau bahkan menghindari alkohol dan jenis obat tertentu. Menurut Khairun Nisa, Dosen Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila, olahraga teratur juga dapat mengurangi gangguan tidur ini. “Tidak harus olahraga khusus untuk saluran pernapasan bagian atas dengan olahraga seperti umumnya dapat pula mengurangi intensitas mendengkur.” jelasnya. Namun jika perubahan gaya hidup tersebut tak berhasil menyembuhkan atau mengurangi intensitas mendengkur, maka penderita perlu melakukan terapi pengobatan atau operasi. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

71


=SEJARAH

MEMBACA SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI LAMPUNG Oleh Rika Andriani

Ajaran Islam dan budaya Lampung ternyata saling terkait. Berbagai peninggalan yang ada sejak ratusan tahun silam menjadi jejak masuknya islam di Lampung.

S

ebuah prasasti yang ditulis menggunakan aksara Arab sengaja diabadikan sebagai salah satu bukti sejarah masuknya islam di Lampung. Replikanya terpampang di Museum Lampung ketika acara pembukaan pameran yang memperkenalkan sejarah perkembangan islam di Lampung digelar pada Rabu, (24/9). Replika prasasti ini menyerupai kitab berukuran 37x22,5 cm dengan ketebalan 5 mm. Prasasti dinamai seba­ gai Prasasti Bojong atau Prasasti Bohdalung ­ yang merupakan peninggalan sejak abad ke-17. Isi­ nya berupa surat perjanjian perdagangan lada antara Sultan Banten dengan Ratu Pugung. Penggunaan aksara arab dalam surat perjanjian itu membuka jejak bahwa masyara-

72 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

kat Lampung telah mengenal islam sejak masa penjajahan Belanda. Prasasti Bojong hanyalah satu dari berbagai bukti yang menunjukkan bahwa ajaran islam telah menyentuh wilayah paling selatan Pulau Sumatera ini. Ada begitu ba­ nyak peninggalan lain yang dapat dijadikan petunjuk masuknya islam. Salah satunya tercatat dalam buku koleksi Museum Lampung berjudul Peninggalan Kebudayaan Islam Lampung yang ditulis oleh Zuraida K, I Made Giri G, dan Zanariah. Ada Sejak Abad ke-13 Perkembangan islam di Lampung diyakini terkait dengan kemunculan Kerajaan Samudera Pa­sai di Aceh sekitar tahun 1292. Namun, perkembangan islam di

Lampung pada saat ini belum menyentuh sendi kehidupan masyarakat sebab tak ditemukan peninggalan yang menunjukkan pengaruh islam. Kemunculan islam pertama kali diperkirakan dibawa oleh para pedagang asal Aceh. Sejak dulu, Lampung dikenal sebagai penghasil lada. Aktivitas jual beli lada ini yang menjadi jalan bagi pedagang untuk memperkenalkan islam. Saat itu, islam dikenal sebagai agama dengan semangat yang kuat dan tengah memperluas jaringan hingga ke Lampung. Penemuan 28 nisan di daerah Jabung, Lampung Timur pada tahun 1992 menjadi peninggalan tertua yang menunjukkan islam mulai ada sejak abad ke-13. Nisan-nisan itu menyerupai nisan Aceh yang memiliki ciri khas. Nisan ini tak mengukir nama pemiliknya, namun hanya bertuliskan kata ­ “Allah” saja. Ukiran yang ada pada nisan menyerupai ukiran nisan yang ada di sekitar kerajaan Samudera Pasai sehingga makam ini diyakini sebagai peninggalan sejak zaman tersebut. Pendapat tim peneliti sejarah Fakultas Keguruan Universitas Lampung turut memperkuat bahwa pengaruh islam yang ada di daerah Lampung berasal dari Aceh. Batu nisan dengan motif menyerupai batu nisan Malik Al Saleh di Pasai juga ditemukan di Kampung Muara Batang, Kecamatan Palas, Lampung Selatan pada tahun 1971. Masyarakat setempat meyakini bahwa nisan tersebut merupakan salah satu makam tokoh yang menyebarkan agama islam. Peninggalan lainnya adalah ditemukannya makam minak triodiso di daerah Pagaruyung oleh bangsa Belanda ketika menjajah Indonesia. Makam tersebut merupakan makam tipe Aceh yang terbuat dari kayu yang berbentuk gadah. “Hingga kini belum ditemukan bukti fisik makam tersebut. Kita tau dari catatan Belanda,” ujar Oki Laksito salah satu arkeolog di Museum Lampung.


SEJARAH= Berasal dari Berbagai Wilayah Menurut silsilah masyarakat Lampung, masuknya agama islam terjadi sekitar tahun 1500-1800 M yang disebut dengan Zaman Baru dari Kerajaan Sekala Berak, Lampung Barat. Sementara itu, Hilman Hadikusuma SH pernah menulis dalam tulisannya yang berjudul Persekutuan Hukum Adat Abung bahwa islam dibawa oleh tokoh dari Sumatera Barat. Ia berpendapat ada empat umpu− anak raja yang berpengaruh, yaitu Umpu Nyerupa, Umpu Bejalan Diway, Umpu Pernong dan Umpu Belunguh yang membawa agama islam. Perkembangan islam diperkuat dengan kedatangan Maulana Umpu Ngegalang Paksi (Maulana Imam Al-Hasyir) dari Pagaruyung ke daerah Padang dan sampai ke Lampung. Kedatangan Maulama Umpu memberi warna pada sistem kepemimpinan pada kerajaan. Sebelum islam muncul, penerus pemimpin ditentukan oleh keturunan. Namun, sistem itu berubah dengan mengangkat tokoh yang paling tua di dalam masyarakat. Penemuan beberapa uang real di daerah Menggala memberi jejak baru bahwa kemungkinan islam dibawa oleh para pedagang lada dari India pada abad 15-16. Mereka tersebar di kawasan Pesisir Barat Lampung (Krui dan Tanggamus), Pesisir Timur (Labuhan Maringgai), Pesisir Selatan (Kalianda) dan Tulang Bawang. Penelitian lain menunjukkan bahwa masuknya islam ke Lampung berasal dari daerah Banten yang dipimpin oleh Sultan Fattahilah (Gunung Jati) pada tahun1525 di daerah Lampung Selatan. Ia diyakini pernah tinggal beberapa waktu demi mengembangkan agama islam. Kedatangan rombongan ini disambut baik oleh penduduk setempat yang pada saat itu masih menganut agama hindu. Balai Arkeologi Bandung yang dipimpin oleh dr. Tony Djubiantono menemukan situs bojong yang merupakan komplek kuburan islam. Kuburan itu

menunjukkan kesederhanaan bentuk yang memiliki karakter megalitik dengan memperlihatkan pola bangunan punden. Prasasti Bojong yang ditemukan oleh salah seorang warga di Desa Bojong, Abu Bakar Hasihan menjadi peninggalan leluhurnya. Prasasti ini menyatakan bahwa daerah yang dikuasai oleh Ratu Darah Putih hanya boleh melakukan kerjasama perdagangan lada dengan orang banten. Ratu darah putih adalah keturunan Keratuan Pugung dan Sultan Hasanudin adalah Sultan Banten. Hal yang menandakan bahwa islam sudah berperan dengan adanya tulisan arab yang menyatakan bahwa setiap muslim adalah bersaudara. Saat ini, prasati tersebut dipegang oleh cucunya bernama Dalom Rusdi (55). “Prasasti ini nggak akan saya kasih sapa-sapa,” ujar Oki menirukan ucapan Rusdi saat peneliti Museum Lampng menemuinya bebe­ rapa waktu silam. Tidak ada bukti konkrit yang menyatakan bahwa telah terjadi pernikahan antara Sultan Banten dengan Ratu Darah Putih. Namun, masyarakat setempat meyakini telah terjadi pernikahan. “Memang nggak ada bukti fisik, tapi kita tau dari cerita penduduk disana,” ujar Oki. Situs bojong merupakan periode pada masa akhir prasejarah hingga masa islamisasi. Selain situs bojong, terdapat situs dadak yang juga merupakan komplek makam islam bercorak Megalitik tepatnya di Dusun Dadak, kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Hal ini merupakan bukti bahwa pada saat itu tradisi pemujaan, se-

gala pranata budaya kepercayaan sudah mulai ditinggalkan dan masyarakat memeluk agama islam yang berasal dari Banten. Selain prasasti, terdapat peninggalan lain, yaitu pemukiman bercorak islam. Pemukiman yang semula sederhana oleh masyarakat Lampung disebut Tiyuh, kelamaan berkembang menjadi kota. Kampong Tiyuh terletak di tepi sugai dan pola perumahan

pada umumnya mengelompok rapat serta bangunannya terbuat dari kayu. Hal ini merupakan hasil adaptasi islam kedalam budaya etnik local dalam mengembangkan rekayasa seni bangun lokal. Berbagai peninggalan dengan beda versi ini tetap menceritakan sejarah perkembangan islam di Lampung. Secara garis besar, perkembangan masyarakat Lampung telah melewati tiga masa, yaitu masa prasejarah, klasik, dan islam. Masa terakhir inilah yang menjadi awal kemunculan islam hingga mampu berkembang hingga sekarang. .

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

73


Tren Batu Cincin,

Tak Sekadar Warna warni Oleh Wawan Taryanto Foto Kurnia Mahardika

Bak mengulang sejarah, tren batu cincin yang sempat marak puluhan tahun silam kembali booming. Peminatnya bahkan rela menghabiskan puluhan juta demi mengoleksi batu alam ini. Diklaim dapat meningkatkan kepercayaan diri.

D

i sudut emperan toko kawasan Pasar Tengah, Bandar Lampung banyak pedagang yang menjajakan batu cincin warna-warni. Lelaki paruh baya yang berperawakan tinggi besar menghampiri meja seorang pedagang. “Batu api niku?,” ujar lelaki itu dengan logat Lampung. “Bacan!,” jawab pedagang yang mengenakan kaos putih itu menimpali. Efendi Zainur, salah satu maniak batu cincin mengaku lebih tertarik pada jenis batu bacan. Karakter batu ini memiliki warna hijau berkilau. Semakin tua umur batu itu, warna hijau yang ditampilkan juga kian terlihat khas dan mencolok. Menurut isu yang ia dengar dari media, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan pernah menghadiahkan batu bacan kepada Presiden Amarika Serikat, Barack Obama tahun 2012. Kabar ini kian menambah rasa penasaran dan ingin memiliki batu cincin itu. Efendi rela merogoh kocek hingga 70 juta rupiah. Kecintaan Efendi mengoleksi batu bacan terlihat dari penampilannya. Ia memakai dua buah batu cincin besar di jari kirinya. Sebuah liontin yang ukurannya lebih besar juga ia kenakan di lehernya. Ia bahkan memiliki koleksi

74 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

batu cincin lain dari berbagai daerah, seperti Kalimantan, Bungur Berage, Bungur Tanjung Bintang, dan Baturaja “Saya punya belasan koleksi batu di rumah,” ujarnya. Namun, dari 13 cincin yang ia punya, Efendi tetap memilih Bacan sebagai primadonanya. Efendi mengaku selama memakai koleksi batu Bacan, ia menjadi tambah percaya diri. Meski menghabiskan banyak uang untuk hobi ini, Efendi ternyata mendapat dukungan istrinya. Istri Efendi bahkan ikut mencintai kegemaran suaminya dan memakai bacan sebagai gelang, juga liontin. Pasangan suami istri ini selalu bangga menggunakan batu cincin bacan kemana pun. “Hingga banyak orang yang mengagumi dan mengatakan luar biasa,” ujarnya bercerita. Berbeda dengan Efendi yang menjatuhkan cintanya kepada Bacan dari Maluku, Nuriwan (45) seorang pekerja di Pemda Pasar Panjang memakai batu cincin bacan karena mengikuti kegemaran temannya. “Saya kenal bacan karena ada yang dagang ke kantor dagang cincin keliling,” ujarnya. Meski awalnya hanya ikut-ikutan, Nuriwan mengaku ketagihan. Nuriwan bahkan memiliki koleksi 15 batu cincin.“Terlebih sekarang ini

sudah booming, udah kayak jadi kebutuhan”, ungkapnya melebarkan bibir, tersenyum. Untunglah, istri Nuriwan juga mendukung hobinya. Menurutnya, koleksi batu cincin perlu digosokan ke jaket berbahan dasar kulit dapat membuat cincin semakin berkilau dan menambah harga jual. Tak heran, kebiasaan mengosok batu pada jaket sering dilakukan oleh penggemar batu cincin. Serbuk intan yang dibuat khusus juga dapat digunakan sebagai penggosok. “Semakin meling− berkilau, harga jualnya bisa berlipat beratus ratus persen dari harga awalnya,” ujarnya. Selain batu, dudukan cincin yang melingkari jari pun turut menentukan harga. Alloy atau terkenal de­ ngan perak Jogja biasa dijual dengan kisaran 25-40 ribu rupiah, sedangkan bahan Titanium berkisar 100-150 ribu rupiah. Alloy sendiri banyak diminati oleh anak-anak, mulai dari TK sampai SMP, sedang­ kan bahan titanium berwarna putih dan emas biasa diminati oleh remaja dan orangtua. Menjadi Anugerah Bisnis Tren batu cincin di kalangan masyarakat ternyata menjadi anugerah bagi sebagian kalangan. Salah satunya Herun Jes Kapli (55)


=LIFE STYLE= yang berinovasi menciptakan alat penggosok batu secara manual. Alat penggosok batu manual yang ia rancang ini dirakit dari pedal, roda, dan rantai sepeda sebagai penggeraknya. Setiap hari, Iyus dapat membuat 8-9 batu cincin ukuran kecil. Sebelum terjun sebagai pengerajin batu cincin, Iyus adalah seorang atlet angkat besi Lampung. Profesinya sebagai atlet tak cukup memenuhi kebutuhan finansialnya sehingga ia memilih berhenti dan mencari pekerjaan lain. Ia pernah bekerja sebagai penjaga malam di sebuah toko dan be­ kerja menjadi supir taksi. Setelah 10 tahun, akhirnya ia bertemu dengan seorang teman yang simpati kepadanya yang kala itu telah menjadi penggosok batu yang cukup terkenal di kalangan pasar. Meski awalnya kurang tertarik menjadi penggosok batu, namun keuletan sang teman mengubah pemikiran Iyus. Apalagi, profesi ini memberi keuntungan yang lumayan. Iyus pun mulai mengamati mesin penggosok dan merancang sendiri mesinnya menggunakan perkakas seadanya. Hingga kini, Iyus masih dapat bekerja dengan lancar, bahkan lebih cepat dibandingkan menggosok dengan mesin listrik. Bila mesin listrik perlu 2 jam untuk menyelesaikannya, ia hanya perlu satu jam saja. Meski permintaan banyak, jasa penggosokkan batu berukuran besar kerap ia tolak karena keterbatasan tenaga di usia tuanya. Batu cincin adalah salah satu jenis perhiasan yang terbuat dari batu alam atau bahan sintetis menyerupai batu alam yang biasa dijadikan mata cincin, gelang, maupun liontin. Tren ini sebenarnya sudah ada sejak beberapa puluh tahun lalu di Indonesia. Dua tahun belakangan, batu cincin menjadi sangat terkenal. “Bahkan anak TK pun memakainya,” ujar Suherman yang berprofesi sebagai pedagang batu cincin di Pasar Tengah. Sembari mengetuk-ngetukkan cin­ cin pada sebuah silinder agar

cincin konsumennya longgar, ia mengatakan perkembangan batu cincin saat ini lebih pesat dari sebelumnya. “Mulai dari harga hingga ragam jenis, bentuk, dan warnanya menjadi bermacam-macam,” jelas Suherman. Suherman sudah berdagang batu cincin selama tiga tahun. Ia tertarik mengumpulkan berbagai jenis batu cincin sejak di banggu SMA. Batu itu ia peroleh dari teman-temannya masa itu. Saat batu cincin kembali booming di Lampung, Suheman pun tak mau ketinggalan momentum dan ikut meraup keuntungan dari hobinya itu. Ia mengaku dapat menjual dua puluh buah cincin setiap hari dan mendapat banyak keuntungan dari berbagai jenis batu yang ia jual. “Ada sekitar lima puluhan bahkan bisa sampai ratusan,” ujarnya Suherman menunjukkan beragam cincin di atas meja dagangannya. Cara Membedakan Batu Menyoal jenis batu, ada dua jenis batu yang dijual, yakni batu alam yang disebut natural dan batu sintetis atau dikenal dengan sebutan non natural. Pencinta batu punya cara tersendiri untuk membedakan jenis dan macam batu dengan melihat penampakkannya. “Batu non natural itu seperti kelereng, ke tutup warna atau kalau yang bening keliatan bergelembung. Tapi, kalau yang natural nggak bisa tembus cahaya, bahkan bening nggak ada gelembung,” ungkap Suherman. Batu sintetis biasanya banyak diambil dari Jakarta, yakni jenis

American Sterr yang berasal dari Amerika. Batu ini merupakan salah satu batu termahal dari jenis sintetis seharga 300 ribu rupiah. Jenis batu termurah adalah Bungur Brazil dengan harga 30-70 ribu rupiah. “Karena harganya yang murah membuat jenis ini laris terjual,” ujarnya. Jenis batu natural yang terkenal diantaranya Cempaka Langit, Lavender, Bacan, Zamrud, Topas dan Rubi Srilanka, sementara jenis batu asli dari Sumatera diantaranya batu Biru Langit, Akik Dara, Sunquish, Sungai Dare, dan Bungur Tanjung Bintang. Pencinta batu sejak dulu menggunakan senter untuk mengetahui jenis batu. Cara tradisional ini dilakukan tu­ run-temurun sejak zaman leluhur. Uji laboratorium juga da­pat digunakan sehingga batu me­miliki sertifikat yang jelas. “Kita dapat mengetahui tekstur batu, keaslian bahkan asal batu itu. Batu Sumate­ ra dan Kalimantan umumnya bertekstur lembut. Berbeda dengan dari jawa yang memiliki bubur lebih besar dan lebih kasar serta batu yang berasal dari Indonesia Timur memiliki bubur yang lebih keras dan lebih padat,” ujarnya. Suherman mencoba menyenterkan batu Sunquish dan menunjukkan tekstur dalam batu yang terlihat lembut, sepeti asap berwarna orange. Jenis ini bila diperhatikan akan terlihat seperti isi bulir jeruk. Batu lain yang ia senteri memperlihatkan tekstur seperti berpasir dengan warna ungu agak pucat. “Ini batu bungur dari Jawa, tepatnya Jogja,” ujarnya.=

2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

75


BIDIK LENSA

Pulang Berlayar Nikon D3100 f/5.6 1/160 sec. ISO-100

Lilin Nikon D3100 f/3.5 1/13 sec. ISO-100 76 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215


BIDIK LENSA

Ada Ngengat Canon EOS 6000 f/5.6 1/400 sec. ISO-100

Let’s Go Nikon D3100 f/10 1/125 sec. ISO-110 2014 edisi 215 - TEKNOKRA |

77


ETOS KITA

MUDA S

inar harapan perdamaian yang dibawa khrisna ketika pergi ke hastinapura padam sudah. Khrisna segera pulang dan segera menceritakan apa yang terjadi pada kunti bahwa perang tak bisa di elakan lagi. Kunti sangat sedih.Kunti tak lagi bisa menyembunyikan perasaannya, hatinya bertanya-tanya: “bagaimana mungkin aku mengatakan isi hatiku pada putra-putra ku agar perang tak terjadi. Apakah aku harus berkata ‘pukullah kehinaan ini, kita tak usah meminta bagian kerajaan agar perang tidak terjadi’. Tapi bagaimana dengan tradisi ksatria, tapi sebaliknya apa gunanya saling membunuh dengan saudara sendiri. Kebanggaan macam apa yang didapat dari membunuh saudara sendiri, bagaimana aku menghadapi pilihan ini. Hati si kunti pun terbelah, di satu sisi akan terjadi kehancuran dahsyat, tapi disi lainnya sebuah kehormatan ksatria. Kisah yang menceritakan tentang perebutan kekuasaan antar saudara yakni pandawa dan kurawa,dalam drama india yang bernama mahabrata yang berujung dengan perang saudara . Entah apa yang membuat kebanyakan orang menjadikan cerita dari sebuah film yang akhir akhir ini tenar, sepertinya di tengah ketidak relevanan lagi sebuah tayangan hiburan yang tersaji di layar televisi, yang seperti kehilangan makna dari sebuah cerita yang terlihat seperti tak berkualitas di zaman yang kian modern ini yang membuat masyarakat kian cinta dengan mahabrata. Masa muda memang masa yang berapi api, yang selalu merasa gagah dan tak pernah mau mengalah, agaknya kiasan tersebut begitu pas digunakan untuk menggambarkan bagaimana ksatria muda pandawa

78 | TEKNOKRA - 2014 edisi 215

Oleh M. Burhan

dan kurawa yang sedang membara merebut sebuah tahta. Menjadi berbahaya ketika pimpinan perang pandawa tewas setelah dibunuh bisma dari pihak kurawa. Jiwa Muda memang sangat berbahaya ketika tak dijaga, bak tabung gas yang ketika disulut api langsung membara kemanapun dia mau, melahap semua yang disekelilingnya, menghanguskan, sekaligus meluluhlantahkan apasaja yang menghalanginya. Sosok jiwa muda, agaknya, tidak bisa lagi dipandang sebelah mata berkat semangatnya yang tertanam dalam jiwa, darah muda nya yang selalu mengalir di tubuhnya menjadikan dirinya berani, berani untuk menunjukan jati diri sang pemberani Seperti halnya pandawa dan kurawa yang memperlihatkan jiwa kepemimpinannya di usia mudanya. Berbicara pemimpin muda, indonesia sudah mulai menampakkan bibit-bibit pemimpin mudanya di usia bangsa yang taklagi muda. Muda kini tak lagi hanya bisa berkarya dan berprestasi saja tapi juga dituntut untuk beda, beda dengan yang biasa berkarya dan berprestasi yaitu dengan keunggulannya lewat kepemimpinannya. Pemimpin muda menjadi harapan

bangsa ditengah kepemimpinan kepemimpinan yang biasa biasa saja yang menjadikan jabatannya hanya sebagai alat, untuk mencari modal. Yang muda yang berkarya, berkarya membangun bangsa, Indonesia yang kini di pimpin oleh sosok yang masih terbilang muda menjadi penantian masyarakatnya atas segala janji janji yang pernah diucapkan sebelumnya. dengan berkarya untuk nusa dan bangsa dengan semangat kerja, kerja dan kerja, begitu juga dengan provinsi lampung yang gubernurnya sebagai gubernur termuda se Asia tenggara katanya namun sampai kini belum terasa gebrakan yang dibuat olehnya. Wahai kaum muda, sudah seharusnyalah yang muda yang berada di garda utama demi kemajuan sebuah bangsa dengan memberikan kemampuan yang apa kita punya demi indonesia raya. Seperti pepatah mengatakan hidup sekedar hidup, binatang di hutan pun bisa hidup, begitu juga dengan sosok yang bernama muda ini, muda hanya sekedar muda saja tidak cukup kalau tidak berbuat apa apa untuk nusa dan bangsa minimal dengan berkarya. Ayo selagi muda kita kobarkan semangat kita kepada siapa saja untuk membangun bangsa termasuk yang sudah tua sekalipun karena mungkin mereka lupa dan yang terpenting jangan sampai kita yang muda berubah menjadi menjadi pandawa dan kurawa yang berebut tahta, Pancasila yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika jangan sampai ternoda dengan perang saudara hanya sebuah tahta. Tetap berpikir merdeka!.




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.