Tabloid UKPM Teknokra edisi 137

Page 1

Halaman 7

Robot ini dirancang dengan sensor otomatis dan mampu bergerak lebih gesit. Diharapkan dapat memadamkan api sebelum menjalar.

Halaman 8

Sayangnya, ia menilai peran BEM U sendiri belum dirasakan mahasiswa. Menurutnya, aklamasi membuat kampus tak lagi menjadi tempat belajar demokrasi.

Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Mengawali karier sebagai cleaning service, kini Sugiyanta mampu menduduki jabatan tertinggi. Pengabdian selama 34 tahun membuatnya dipercaya sebagai kepala Perpustakaan.

Tetap Berpikir Merdeka!

FB: Teknokra Unila

www.teknokra.com

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

@TeknokraUnila

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

Halaman 12

PROYEK KUSUT CD PROPTI


2 Comment

Salam Kami

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Gara-gara Siapa?

Foto Lia Vivi Farida

M

ahasiswa dengan masing-masing latar belakang dan kepentingan, baik aktivis organisasi dan aktivis akademis, memiliki pergerakan yang berbeda. Namun, keduanya punya peran yang sama karena menyandang status mahasiswa, yang mengemban amanah untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik, di kampus maupun di masyarakat. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) digadang-gadang sebagai lembaga yang dapat menghadirkan ruh tersebut. Lembaga ini dianggap sebagai pemersatu gerakan mahasiswa. Namun, toh kenyataanya peran BEM kini mulai loyo. BEM sebagai lembaga yang seharusnya dapat mengadvokasi mahasiswa tak lagi menjalankan fungsi dengan baik. Justru, pengadaan CD Propti di FKIP Unila untuk seribu lebih mahasiswa yang melibatkan BEM tak kunjung selesai. Terbengkalai hingga pergantian kepengurusan. Sejarah aklamasi yang terjadi di Unila seharusnya juga menjadi catatan merah bagi BEM untuk mulai pintar memainkan peran. Sebagai badan eksekutif, BEM memang bukan pemegang kebijakan. Namun, setidaknya fungsinya sebagai perpanjangan tangan mahasiswa harusnya dapat dirasakan. Peran mahasiswa dalam Pemira yang dirasa amat kurang disinyalir karena tak dirasakannya kinerja BEM. Akibatnya, mahasiswa enggan memilih wakil yang tak menyalurkan aspirasinya. Padahal, sebagai organisasi pergerakan mahasiswa, BEM memiliki potensi yang mampu menjadi modal bagi lahirnya dinamika kampus. BEM diharapkan mampu menghidupkan iklim demokrasi di kalangan mahasiswa. Akla­masi yang terlanjur terjadi memberi kesan bahwa orang-orang yang berada di dalamnya membuat pemerintahan sendiri, mengadakan Pemilu sendiri, memasang calon presidennya sendiri, lantas dipilih sendiri, dan dilantik sendiri. Akhirnya, dilegitimasi sebagai presidennya mahasiswa. Tak dipungkiri proses pembelajaran demokrasi di kampus menjadi minim, iklim demokrasi mulai berkurang. Mahasiswa juga dituding kian pragmatis. Tak hanya peran mahasiswa untuk menghadirkan sebuah perubahan yang kian dipertanyaakan. Proyek pengadaan CD dokumentasi Propti juga me­ nimbulkan pertanyaan tentang tanggunngjawab mahasiswa yang mengaku aktivis. Mereka seolah lepas tangan dan tak memberikan konfirmasi apapun. BEM juga tak serius mengawal kasus ini. Tak adanya kejelasan hampir satu tahun menjadi bukti nyata ketidaktegasan lembaga yang “katanya” penyalur aspirasi mahasiswa. Suara mahasiswa yang merasa dirugikan seharusnya mampu membuat BEM berani ambil sikap. Apalagi BEM telah sepakat menerima kerjasama tersebut. Namun, hingga saat ini masih juga tak ada hasil. Pihak yang dituding bertanggungjawab pun berjanji memberikannya sebelum mahasiswa 2014 datang. Tentu, benar atau tidaknya janji tersebut akan menjadi sebuah pembuktian. Kita tunggu saja. Mungkin ini adalah catatan hitam untuk kita yang mengaku sebagai mahasiswa. Kita acapkali menggonggong ketika birokrat mengambil kebijakan yang dianggap tidak pro mahasiswa. Namun, nyatanya mahasiswa pun belum dapat menjalanakan amanah sebagai aktivis organisasi secara baik dan benar. Membuktikan peran mahasiswa yang sebenarnya, dengan ideologi yang selama ini dipegang dan diagung-agungkan oleh mahasiswa.=

Menjaga Loyalitas

Eh dibayar berapa sih lo disana?” Sebuah pertanyaan kerap terlontar dari beberapa teman yang ingin tahu. Pertanyaan yang seakan mempertanyaakan loyalitas di zaman yang serba bayar ini. Pemaknaan loyalitas di kehidupan organisasi kampus mungkin kian redup hingga mengira semua aktivitas yang kami lakukan berbayar. Namun, di Pojok PKM ini, kami masih ingin memaknai loyalitas dengan hati. Ia menjadi solar penyulut roda organisasi ini. ketika lelah dan jenuh datang, Hal yang harus kami ingat adalah tanggung jawab kami. tanggung jawab kepada mahasiswa yang telah menyisihkan sebagian uang SPP-nya untuk info dari lembaran kertas bernama tabloid Teknokra. Bukan hal mudah mengemban tanggung jawab ini. Bak aktor pertunjukan, setiap hari kami harus memainkan berbagai peran. Menjadi mahasiswa dengan setumpuk tugas. Wartawan kampus yang di kejar deadline serta aktivis yang harus menggerakkan roda ­organisasi agar terus berjalan.

Mengeluh adalah solusi terburuk saat semuanya menuntut untuk diselesaikan. komitmen adalah jam weker kami. dia mengingatkan kami untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah kami mulai. Tabloid 137 ini adalah bukti kesetian kami kepada pembaca setia teknokra. Lewat lembaran kertas ini kami meng­ ajak pembaca yang sebagian besar mahasiswa untuk kembali membuka matanya. Mengingatkan kembali tugas utama mahasiswa yang bukan hanya sebagai akademis yang duduk manis dibangku kuliah. Berkutat dengan tugas yang juga tak kunjung selesai. Bungkam dengan segala masalah yang ada didepannya dan memilih hedonis. Dalam edisi kali ini kami mengajak mahasiswa untuk mengkritisi budaya aklamasi. Sebuah budaya yang tak meng­ajarkan budaya demokrasi di tengah mahasiswa. Berbagai kabar dari Unila juga kami suguhkan. Kami mengajak mahasiswa untuk menjadi pionir perubahan melalui tulisan.= Tetap Berpikir Merdeka!

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan ­­ ­­­­­ ­­ Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL ukpmteknokraunila@yahoo.co.id, redaksi.teknokra@gmail.com WEBSITE www.teknokra.com Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi­­na: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc A­ nggota Dewan Pembina: Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, Rudiyansyah, Rikawati, S,Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd.

Cover

Ide & Desain Retno Wulandari

Pemimpin Umum: Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi: Vina Oktavia Pemimpin Usaha: Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan ­Pengembangan: Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian: Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: A ­ prohan Saputra, Hayatun Nisa, Yovi Lusiana (Non Aktif) Redaktur Berita: Ayu Yuni Antika Reporter : Fahmi Bastiar, Siti Sufia Redaktur Foto: ­Kurnia Mahardika Fotografer: Lia Vivi F Redaktur Artistik: Imam ­Gunawan (Non Aktif) Staf Artistik: Retno Wulandari Kameramen: Kurnia ­Mahardika ­Webmaster: Khorik Istiana Manajer Keuangan: Faris Yursanto Manajer Usaha : Imam Gunawan Staf Keuangan: Yola Savitri Staf Periklanan: Sindy Nurul Mugniati Staf Pemasaran: ­Wawan Taryanto Staf Kesekretariatan: Fitria Wulandari, Staf Pusat Penelitian dan ­­Pe­ngembangan: Hayatun Nisa, Fajar N Magang: Rika A, Yola Septika, Ahmad R, Ana Pratiwi M, Diah P, Kurnia Dwi P.S, Meri H, M. Erig R, M. Ziea U.A, Nur Kholik, Purwo K, Ridha P, Riska Martina, Annisa, Defika P.N, Fitri A, Tiara I.S.

Fitri Wayhuningsih


Kampus Ikam 3

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Unila Buka Enam Kali Wisuda Setahun Oleh Fajar Nurrohmah

Oleh Kurnia Mahardika

Beri Salam. Arana Ogawa, peserta student internasional dari Jepang memberikan salam penghormatan kepada tamu undangan dalam pentas seni mahasiswa asing (19/6). Terdapat tujuh mahasiswa lain dari Kamboja, Polandia, Slovakia, Korea Selatan, dan Jepang yang belajar mengenai kebudayaan Lampung.

Menimbang Untung Rugi Sistem E-Learning Oleh Rika Andriani

Unila-Tek: Sistem e-learning yang digagas oleh Pembantu Rektor I, Hasriadi Mat Akin sejak 2008 telah berjalan di beberapa fakultas. Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, FISIP, FKIP, Fakultas Pertanian, FMIPA, Fakultas Kedokteran telah menerapkan sistem tersebut untuk beberapa jurusan atau program studi. Namun, sistem pembelajaran yang mengandalkan komputer dan jaringan internet ini mendapat tanggapan beragam dari mahasiswa. Ada mahasiswa yang mendukung, namun tak sedikit pula yang mengeluh karena pembelajaran dinilai kurang efektif. Diah Nawang W. (Pend. Geografi ’12) mengaku pembelajaran e-learning membuat dirinya kesulitan bertanya kepada dosen mengenai materi yang belum ia mengerti. Minimnya jadwal tatap muka antara mahasiswa dengan dosen membuat mahasiswa kesulitan jika ingin berdiskusi. Ia berpendapat sistem pembelajaran ini kurang efektif. Rekan satu kelasnya, Maruttha Puspita berpendapat sistem elearning hanya baik diterapkan untuk menyampaikan teori. Ia juga mengaku kesulitan memahami materi pelajaran dengan sistem ini. “Saya susah untuk memahami, karena saya termasuk mahasiswa audio,” ujarnya. Selain itu, Diah dan Maruttha juga tak mengetahui apakah tu-

gas yang telah mereka setor sudah benar atau belum. “Dalam website tidak ada keterangannya,” lanjut Maruttha. Namun demikian, Maruttha mengaku senang karena e-learning memudahkannya mengakses materi kuliah kapan saja tanpa perlu ke kampus. Diana N. (Pend. Kimia’08) berpendapat bahwa e­ -learning mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sistem ini memudahkan mahasiswa saat mengerjakan tugas karena dapat dilakukan dari rumah. Selain itu, mahasiswa tak perlu bertanya dengan teman lainnya karena perintah dan soal telah tertulis jelas dalam website. Pada sistem e-learning, absen mata kuliah dilakukan dengan login ke dalam situs. Soal UTS biasanya dicantumkan dalam website dan diberi dalam jangka waktu satu ­minggu untuk mengirimkan jawaban melalui email atau meng-upload. Dr. Ngadimun selaku dosen di program studi PGSD menuturkan e-learning dapat mencegah mahasiswa melakukan kecurangan. Penentuan waktu mengerjakan tugas akan membuat setiap mahasiswa mengerjakan tugas atau ujian secara serius dan tak punya kesempatan menyontek. Se­bagai dosen yang menerapkan sistem ini, Ngadimun me­ ngaku tetap melakukan tatap muka dengan mahasiswanya.

Ia ­optimis sistem ini dapat dikembangkan sehingga dosen lain ikut menggunakannya. M. Komarudin yang menjabat Kepala UPT Pusat Komputer Unila menuturkan program e-learning masih sebatas anjuran bagi dosen. Menurutnya, Puskom hanya membantu pengoperasian sofwere. “Gangguan pada Siakad tidak akan berpengaruh pada website elearning,” ujarnya. Martias Hasan, teknisi multimedia Unila mengatakan sistem e-learning pertama kali diterapkan di fakultas teknik pada 2006. Sarjana Teknik Unila ini mengaku pernah mendapatkan mata kuliah Pemprograman Teknologi Informasi menggunakan e-learning,” ujarnya. Ia mengatakan, Unila telah mengadakan pelatihan untuk para dosen setiap tahun untuk melatih penggunaan IT. Prof. Hasriadi yang ditemui di ruangannya mengatakan e-learning bertujuan meningkatkan efisiensi pembelajaran. Meski begitu, dosen tetap dianjurkan berinteraksi langsung di kelas. “Transfer karakter dengan cara bertatap muka,” ujarnya. Ia berharap dosen dapat menggunakan sistem ­e-learning dan mahasiswa dapat memanfaatkan sistem ini. “Diharapkan seluruh warga unila, tidak ada lagi yang tidak membuka website Unila setiap harinya,” harapnya. =

Unila-Tek : Rapat senat yang dilaksanakan pada (10/06) di Ruang Sidang Senat Gedung Rektorat Universitas Lampung melahirkan keputusan baru. Rektor Unila membacakan keputusan rapat yang akan menambah jadwal pelaksanaan wisuda menjadi enam kali setiap tahun. Kebijakan ini akan dilaksanakan mulai September 2014. Kesubbag Humas Unila, M. Jefri mengatakan sosialisasi kepada mahasiswa akan dilakukan usai Surat Keputusan Rektor resmi ditandatangani. Namun, ia memastikan sosialisasi akan selesai sebelum bulan September. “Sampai sekarang, SK Rektor belum keluar,” ujarnya. Ia menambahkan, kebijakan ini diambil karena jumlah mahasiswa yang mendaftar wisuda selalu melebihi kuota 1100 yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya jadwal wisuda yang lebih banyak, waktu tunggu mahasiswa tidak akan terlalu lama. M. Jefri berharap mahasiswa tidak menunda-nunda wisuda dengan berbagai alasan. “Cepat daftar biar dapat kuota wisuda,” ucapnya. Afria Wulandari (Pend. Matematika’13) mengaku senang de­ ngan keputusan ini. Meski ia baru semester II, keinginannya untuk lebih cepat menyelesaikan pendidikan dapat terwujud. =

Renovasi dari Sumbangan Jamaah Oleh Tiara I.S

Unila-Tek : Jelang bulan suci Ramadhan, Masjid Al-Wasi’i Universitas Lampung tengah direnovasi. Hal ini dilakukan demi mengantisipasi banyaknya jumalah jamaah yang akan beribadah di bulan suci. Hal tersebut diungkapkan M. Mutakin selaku Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Masjid Al-Wasi’i. Ia menambahkan, saat ini telah dilakukan pelebaran teras masjid yang direncanakan akan dipakai sebagai tempat sholat apabila jamaah membludak. Menurutnya, kekurangan tempat sholat seringkali terjadi saat pelaksanaan sholat Jumat. “Ba­ nyak jama’ah yang sholat sampai di tempat wudhu bahkan di tempat sandal,” ujarnya. Mutakin mengatakan, dana renovasi masjid menggunakan dana sumbangan jamaah dari kotak amal. Biaya renovasi yang ditargetkan selesai sebelum Ramadhan ini mencapai 12 juta rupiah. Menurutnya, dana ini masih sangat kurang jika ingin melakukan renovasi masjid secara keseluruhan. “Butuh lebih dari 200 juta rupiah,” ujarnya. Ia mengaku pengurus masjid seringkali memberikan proposal perbaikan ke pikah Unila. “Sampai sekarang pun belum pernah mendapat tanggapan,” ujarnya mengakhiri.=

KSR Unila Gelar Invitasi PMR Oleh Kurnia Mahardika

Unila-Tek: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) KSR PMI menggelar invitasi PMR tingkat Wira dan Madya. Acara ini merupa­ kan latihan PMR bagi pelajar aktif mengikuti kegiatan serupa di sekolahnya. Kegiatan yang menghadirkan pelajar SMP dan SMA se-Sumbangsel dan Jawa Bagian Barat ini digelar selama tiga hari, yakni pada (20-22/6). Ova Lestari (Agribisnis ’10) selaku Ketua Pelaksana me­ ngatakan kegiatan diisi oleh berbagai acara, seperti donor darah, coaching clinic dan evaluasi. Selama coaching clinic peserta akan diberikan materi tentang pertolongan pertama saat kecelakaan, perawatan keluarga, dan pembuatan dan pembongkaran tenda. “Coaching clinic ini diberikan untuk menyamakan kemampuan peserta,” ungkap Ova Lestari selaku ketua pelaksana. Usai pembekalan, peserta akan mengikuti berbagai lomba yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan. Selain itu, lomba penyuluhan kesehatan dengan bahasa inggris juga ikut digelar. Ia berharap peserta dapat menyerap ilmu yang diberikan. Peserta asal SMA N 2 Pringsewu, Herlin Puspitasari menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini memberikan manfaat bagi Palang Merah Remaja. “Dapat ilmu tambahan mengenai dasar-dasar ilmu kesehatan,” imbuhnya.=


4 Kampus Ikam

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Mahasiswa FEB Unila Wakili Indonesia ke Ajang Dunia Oleh Rika Andriani

Foto Lia Vivi Farida

Mengeruk. Seorang petugas sedang menggerakkan excavator untuk melebarkan rawa di sam­ping Rusunawa yang akan dijadikan tempat resapan air. Selain itu, pembuatan resapan air juga terdapat di belakang perpustakaan dan Fakultas Kedokteran. Foto dibidik Selasa (3/6).

Lebih Banyak Sampah di Rujukan Online Oleh Yola Savitri

Unila-Tek: Mahasiswa Unila acapkali mendapat tugas membuat karya tulis atau makalah dari dosen. Tugas itu seringkali mengharuskan penulis mengambil rujukan teori dari berbagai buku. Kemudahan akses informasi melalui internet tak jarang membuat mahasiswa mengutip dari website atau blog yang bertebaran di dunia maya. Seperti yang diungkapkan Ratu Fitriani, mahasiswi Ilmu Administrasi Negara 2013 ini mengaku biasa mengutip rujukan dari internet apabila kekurangan referensi. Informasi yang ia kutip dari berbagai sumber, terutama blog pribadi de­n gan domain www.blog. spot.com karena mesin pencari google banyak menampilkannya. Namun, ia hanya melakukan ini apabila buku yang ia cari tidak ada. “Lebih mudah dan efisien mencari rujukan online,” ujarnya. Ratu me­ ngaku dosennya tidak pernah menegurnya soal rujukan yang ia cantumkan dalam makalah. Ratu sebenarnya sadar bahwa ia tak mengetahui keabsahan isi blog yang sadur. Biasanya, ia akan membaca ulang informasi

dan melakukan perubahan jika ada yang tidak sesuai. Ia sebenarnya ingin mencari dari jurnal online, namun ia kesulitan mengakses karena kurangnya sosialisasi alamat website yang dapat dibuka. Mahasiswa lainnya, ­R odiyati (DIII Perpustakaan)me­ ngatakan bahwa syarat rujukan dalam makalah bergantung kepada dosen mata kuliah. “Ada dosen yang wajib dan harus mengutip dari buku, ada juga yang menyu­ ruh mengutip dari internet,” ujarnya. Ia mengaku jera karena pernah ketahuan dosen ketika asal mencantumkan data dari blog yang tidak jelas penulisnya. “Ternyata terdapat kesalahan dan harus direvisi,” ujarnya. Sejak itu, Rodi hanya akan mengutip apabila ia yakin bahwa rujukan yang ia pakai dipercaya kebenarannya. Menanggapi kebiasaan ini, Bartoven Vivit, dosen Sosiologi Unila mengatakan bahwa dalam mengutip rujukan, mahasiswa masih mengabaikan cara merujuk yang baik. Hal ini menjadi masalah terutama di bidang ilmu sosial. Menurutnya, Unila perlu mengadakan pelatihan cara merujuk sumber dan punya stan-

dar khusus seperti di luar negeri. “Di Malaysia contohnya mereka punya standar APA Style, dan di negara lain ada Harvard Style dan Cambridge Style,” ujarnya. Ia berharap Perpustakaan melakukan sosialisasi keli­ ling untuk melatih mahasiswa setiap bulan seperti di luar negeri. Vivit menambahkan, ketentuan internasional sebenarnya melarang penulis pengutipan dari blog. “Informasi banyak salah, tidak semuanya betul,” ujarnya. Ia mengaku selalu menekankan mahasiswanya untuk merujuk pada jurnal online atau buku referensi. Menurutnya, minimnya mahasiswa mengakses jurnal online karena belum terba­ ngunya iklim akademik yang membiasakan mahasiswa untuk mengakses jurnal. Dosen lainnya, Mona Adha juga memberi perhatian terhadap rujukan yang dikutip mahasiswanya. Ia menilai banyak mahasiswa yang tidak paham pentingnya kebenaran dan keabsahan rujukan. “Tulisan tidak hanya dibuat menurut common sense mahasiswa saja tetapi harus ada bukti dan fakta,” papar dosen program studi ppkn itu.=

FEB-Tek: Farhan Kurnia M. (Ekonomi Pembangunan ’11) setelah menjadi salah satu mahasiswa berprestasi Unila ini berhasil masuk dalam “top 15 world journal” dalam ajang 10th international student comference pada (14-16/4) di Izmir City, Turki. Farhan mengalahkan lebih dari 1000 mahasiswa dari S1 hingga S3 yang berasal dari 48 negara di dunia. Ia pun menjadi salah satu perwakilan dari Indonesia yang menang dalam karya ilmiah yang berjudul “Strengthen Creative Economy Industry for Increasing National Income in Indonesia”. Jurnal yang membahas tentang penguatan industri ekonomi kreatif untuk meningkatkan pendapatan nasional di Indonesia ini mendapat peringkat ke 14 dari 54 orang yang mendapat kesempatan mempresentasikannya di Turki. Tidak hanya itu, ia pun menerima royalti atas publikasi jurnalnya di tiga Negara, yaitu Turki, Cina dan USA. Disana, ia pun sempat memberi motivasi kepada komunitas PPI ( Persatuan Pembelajaran Indonesia). Mahasiswa yang menguasai lima bahasa ini merasa tidak kesulitan untuk beradaptasi selama berada di negara lain. Ia menjelaskan bahwa Turki merupakan negara yang penuh ke­ ragaman dan sekularitas, namun tetap menjunjung tinggi budaya dan kearifan masing-masing, serta sumber daya alam dan manusia yang mereka miliki. “Jangan takut untuk mencoba. Kamu nggak akan tahu proses yang akan dilalui dan hasil yang akan dicapai,” ujarnya.=

FOSSI FH Eksis Gelar Kegiatan Islami Oleh Fitri Ardiani

FH-Tek : Jumat (20/6), Forum Silaturrahmi dan Studi Islam (FOSSI) Fakultas Hukum mengadakan lokakarya. Kegiatan tersebut membahas mengenai pengesahan program kerja FOSSI untuk satu tahun ke depan. Saat ini, FOSSI FH dinahkodai oleh Riki Fahrial (Hukum ’12) dan jabatan wakil ketua diemban oleh Nur Halimah (Hukum ’12). Organisasi mahasiswa yang aktif menggagas kegiatan keagamaan islam ini bertekad membangun organisasi yang kokoh, mandiri, dan berwawasan islami. Nur mengungkapkan tahun ini FOSSI akan mengadakan berbagai kegiatan kerohanian, seperti kajian rutin, bakti sosial, hingga menggagas pertemuan forum persekutuan lembaga dakwah kampus seSumatera. FOSSI FH sendiri terdiri dari delapan bidang, diantaranya Departemen Kaderisasi, Kajian dan Akademik, Hubungan Masyarakat (Humas), Siasi, Syiar dan Media, Dana dan Usaha, Akademik, dan Keputrian. =

Masjid Al-Wasi’i Siap Sambut Ramadhan Oleh Ahmad Roihan

Unila-Tek : Masjid Alwasi’i Universitas Lampung menyiapkan berbagai agenda untuk mengisi bulan ramadhan. Agenda tersebut dikemas dalam acara Sejuta Hikmah Ramadhan (Sahara). Acara merupakan kerjasama pengurus masjid dengan UKM Birohmah dan lembaga dakwah kampus diberbagai fakultas. Agenda tahunan kali ini mengangkat tema “Berbagi Ceria, Berbagi Kebaikan, Raih Pahala Penuh Berkah”. Rencananya, akan ada 13 rangkaian acara, diantaranya buka bersama, Ta’lim, ceramah, kajian islami, tabligh akbar, pelayanan pos kesehatan, peringatan hari turunnya Al- Quran, I’tiqaf, penerimaan dan penyaluran zakat fitrah, serta penyelenggaraan sholat idul fitri. Pembukaan acara telah dilakukan pada Kamis (19/6) dengan kegiatan pawai dan kajian mengenai seputar Ramadhan. Ketua Pelaksana, Yasin Yahya (Teknik Pertanian’10) berharap civitas akademika Unila dapat berperan aktif dalam menyemarakkan kegiatan Sahara. Panitia menyediakan layanan infak bagi jamaah yang hendak beramal.“ Untuk menjadi donatur bisa mengirimkanya melalui rekening,” ujarnya.=


Kampus Ikam 5

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Pengambilan sumpah. Achmad Khoirudin Syam dan Joko Budianto, Presiden Mahasiswa dan Wakil Pre­ siden Mahasiswa BEM-U KBM Unila periode 2014-2015 mengikhrarkan sumpah di depan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Mereka dilantik setelah terpilih secara aklamasi. Foto dibidik Rabu, (18/6). Foto Lia Vivi Farida

FP Unila Gaet Kerjasama Beasiswa Oleh Fajar Nurrohmah

FP-Tek: Kerjasama antara Fakultas Pertanian dan PT. Paragon Tecnology and Innovation resmi terjalin pada Rabu (11/6) berberengan dengan seminar Job Career Workshop. Kerjasama tersebut merupakan program beasiswa Wardah yang akan diberikan kepada mahasiswa pertanian. Ada tiga macam beasiswa yang diberikan, yaitu beasiswa pemberdayaan, beasiswa prestasi, dan beasiswa penyelesaian tugas akhir . Selain itu, tidak ada batasan kuota untuk semua beasiswa. Mahasiswa bisa datang ke Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan Gedung A Fakultas Pertanian

Lantai 1 untuk mengetahui info dan melakukan pendaftaran. Program ini bahkan tengah berjalan dan sampai pada tahap seleksi administrasi. Syahrio Tantalo selaku Pembantu Dekan III FP mengatakan pihaknya aktif menjalin kerjasama dalam dan luar negeri. Banyak kerjasama yang telah terjalin, diantaranya dengan LIPI, Ristek, Dewan ketahanan, dan beberapa Kementerian RI. Tak hanya itu, kerjasama de­ngan berbagai perusahaan juga terus digalakkan, seperti Perusahaan Sinar Mas, Perusahaan Asia Agri, Perusahaan Monsanto, Perusa-

haan Singenta, dan sebagainya. Di luar negeri, FP menjalin kerjasama dengan Kentucky University, Sidney University, Yokohama University, Givu Nasional University, Mastreih University, dan Sub Agro University. Dekan FP, Prof. Wan ­Abbas berharap mahasiwa dapat memanfaatkan kerjasama ini dengan baik. “Mereka bisa mengakses peluang-peluang beasiswa yang telah dibentuk stakeholder melalui kerjasama,” ujarnya. “Gunakan semaksimal mungkin, sehemat mungkin untuk studi bukan untuk yang lain,” ujar Syahrio menimpali. =

HMJ Ilmu Komunikasi,

Asah Soft Skill Lewat Diklat Oleh Anisa

Unila-Tek : Pendidikan dan Latihan (Diklat) bagi mahasiswa penerima Bidik Misi angkatan ke-IV digelar pada (20/6). Acara yang bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) ini bertema “Pengetahuan Baru Untuk Generasi Lebih Maju’’. Agenda Diklat merupakan agenda wajib tiap semester bagi mahasiswa bidik misi. Diklat ini bertujuan untuk memberi pembekalan soft skill seputar manajemen organisasi hingga manajemen konflik. Pembantu Rektor III Unila, Prof Sunarto hadir untuk membuka acara sekaligus menyampaikan materi. Dua pembicara lain yang diha­ dirkan adalah, Madi Hartono

dan H ­ artono yang merupakan dosen FP dan FISIP Unila. Dalam sambutannya, Prof. Sunarto menghimbau agar mahasiswa rajin belajar. Ia mengingatkan bahwa mahasiswa bidik misi dibiayai oleh uang rakyat. “Jadi nanti harus mengembalikannya dalam bentuk pengabdian pada rak­ yat,” ujarnya. Meski 700 mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi tak semuanya hadir, acara tetap kondusif dan lancar. “Pelaksanaan diklat hari ini sudah lumayan teratur. Jadwal juga tidak melenceng,” ujar Fitri ­Ramadhani, mahasiswa Pendidikan Ekonomi’13 yang ditemui usai Diklat.=

jungan berbagai media lokal seperti Lampung Post, Tribun, dan Radar Tv menjadi agenda wajib. Tak hanya itu, mereka juga melakukan kunjungan ke berbagai media nasio­ nal, seperti Metro TV, Tempo, dan TRANS 7. Selain itu, HMJ

ini juga mengadakan lomba fotografi, speach dan news casting. Rangkaian kegiatan besar berlevel nasional berupa workhop dan lomba juga berhasil terlaksana dengan sukses tahun ini. Bayu yang ditemui di Unila mengatakan HMJ Ilmu Komunikasi mengedepankan kekompakan dan kreativitas. HMJ juga mengedepankan rasa kekeluargaan tanpa senioritas. Tak ada larangan atau batasan untuk menyampaikan ide saat rapat. “Banyaknya ide-ide yang tertuang dari pengurus dan anggota,” ujarnya. Di akhir masa baktinya, ia berharap HMJ Ilmu Komunikasi lebih kreatif dan makin berkembang.=

ZONA AKTIVIS

Kompak dan Kreatif

B

agi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Uni­ versitas Lampung, pi­­li­han organisasi mereka la­buhkan pada Himpunan Ma­ hasiswa Jurusan (HMJ). Selain keinginan menghidupkan ruh­ oraganisasi di rumah sendiri, HMJ Ilmu Komunikasi juga menjadi wadah yang tepat untuk mengembangkan kreativitas. Berbagai kegiatan yang dilakukan HJM menjadi ajang melatih soft skills dalam berogranisasi dan manajeman waktu. Mahasiswa Ilmu Komunikasi terhimpun dalam HMJ Ilmu Komunikasi. HMJ ini memiliki enam bidang, yaitu bidang public relations, bidang fotografi, bidang broadcasting,

bidang jurnalistik, bidang advertising, serta bidang penelitian dan pengembangan. Masing-masing bidang dikepalai oleh seorang kepala bidang dan sekertaris bidang serta beranggotakan mahasiswa ilmu komunikasi. Bidang-bidang tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan mahasiswa Ilmu Komunikasi sebagai wadah tempat mereka belajar mengenai kajian ilmu komunikasi itu sendiri. HMJ yang lahir pada tahun 2000 ini terus menjaga eksistensinya dalam berkarya. Berbagai kegiatan kunjungan, seminar, dan perlombaan menjadi program kerja setiap tahun. HMJ yang dinahkodai oleh Bayu Prakoso (Ilmu

Dok.

Oleh Fitria Wulandari

Komunikasi ’11) ini bahkan pernah mendapat penghargaan sebagai HMJ terbaik di FISIP berkat eksistensinya yang terus bersinar. Tahun ini, H��������������� MJ������������� Ilmu Komunikasi telah berhasil menggelar beberapa jenis kegiatan. Kun-


6

Reportase Khusus

PROYEK KUSUT CD PROPTI Oleh Ayu Yuni Antika

Maksud baik mendokumentasikan momen Propti Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 berbuah masalah. Pungutan sebesar Rp12 ribu untuk pengadaan CD dokumentasi yang telah dibayar oleh mahasiswa tak kunjung terlihat hasilnya. Ditaksir mencapai jutaan rupiah.

K

Ilustrasi Retno Wulandari

einginan Radha Indah P. (Pend. Fisika ‘13) untuk mengenang masa Propti melalui CD dokumentasi tak kunjung tercapai. Padahal, sudah hampir satu tahun ia menyerahkan uang sebesar Rp 12 ribu demi mendapatkannya. Ia adalah satu dari hampir seluruh mahasiswa FKIP yang membayar uang pengadaan CD dokumentasi Propti mahasiswa di fakultasnya. Tepatnya saat minggu awal perkuliahan, ia dan teman satu kelasnya dihimbau untuk membayar uang sebesar Rp 12 ribu ke ketua angkatan. Sebagai mahasiswa baru, ia tak keberatan membayar apalagi untuk hal baik semacam itu. Radha mengaku tidak mengetahui siapa yang mengurusi pengadaannya. Tak mulukmuluk, ia menginginkan agar semua bentuk penarikan uang harus transparan dan terlihat nyata hasilnya. Radha masih berharap akan mendapatkan CD yang telah ia lunasi. “Kita masih mau kok terima CD itu,” ujarnya. Nisa Ul Fitri (FKIP Kimia ’13) juga membenarkan adanya pemungutan biaya sebesar Rp 12 ribu. Lewat ketua angkatan, ia mengetahui bahwa uang tersebut digunakan untuk membayar CD dokumentasi Propti. Ia menyayangkan belum adanya kejelasan mengenai hal tersebut. Baginya, uang Rp 12 ribu yang ia setorkan sangat berarti. “Sebenarnya uang dua belas ribu bagi saya sih banyak. Tapi untuk yang punya banyak uang ya nggak peduli,” ujarnya. Ia dan teman-temannya kerap menanyakan perihal CD yang tak kunjung dibagikan kepada ketua angkatannya. Namun, tak mendapat jawaban. “Baru pertama kali. Tapi dapat pela­ yanan yang kurang memuaskan,” ketusnya. Chintya Martanovi (FKIP Matematika ’13) juga mengaku heran mengapa CD yang sudah dijanjikan tak kunjung ia terima. “ Heran aja, kenapa ­ngumpulin duitnya suruh cepet-cepet, tapi belum ada hasilnya sampai sekarang,” ujarnya. Menurutnya, uang

Rp 12 ribu tersebut memang tak terlalu besar, namun jika diakumulasi dengan jumlah mahasiswa FKIP nominalnya mencapai jutaan. “Jangan sampai ada kejadian lagi karena ngerugiin banyak orang,” tambahnya. Syarat Pengambilam Sertifikat Propti Ketua angkatan 2013 Program studi Fisika, Dede Indra Komara (Pend. Fisika ’13) mengaku dikumpulkan bersama ketua angkatan dari program studi lain oleh Ave Suakanila yang kala itu menjabat Wakil Gubernur BEM FKIP. Dalam pertemuan itu, mereka dihimbau u n t u k mengumpulkan uang Rp 12 ribu d e m i keperluan pembuatan CD dokumentasi Propti. Uang ini juga sekaligus sebagai syarat apabila mahasiswa ingin mendapatkan sertifikat Propti. “Ada batas waktu pengumpulannya. Kalo ada yang tidak bayar berkaitan dengan tidak turunnya sertifikat propti,” ujar Dede. Dari pertemuan itu, Dede mengetahui jika pembuatan CD merupakan kerjasama antara Badan Eksekutif Mahasiswa dan Kelompok Studi Seni (KSS) FKIP. Setelah uang terkumpul, Dede langsung menyerahkannya ke pihak BEM. Dua mi­nggu setelah pelunasan, ia sempat menanyakan bagaimana perkembangan CD tersebut. Namun, ia tak mendapat jawaban pasti tentang pembagian CD. Menurut BEM, CD yang dijanjikan sedang dalam proses pembuatan. Janji pembagian CD juga santer terdengar saat acara Stadium General di GSG tak lama setelah kegiatan Propti. Namun, hingga acara berakhir, CD yang dijanjikan tetap nihil. “Jawabannya masih dalam

proses,” tambahnya. Ia sempat kebingungan karena ba­ nyak temannya yang bertanya. “Semua protes menanyakan,” tambahnya. Dede berharap ada kejelasan dari BEM dan KSS agar tidak menimbulkan pikiran negatif. Pengumpulan uang Rp 12 ribu sebagai syarat pengambilan sertifikat Propti juga dibenarkan oleh Intan Syafitri (Bimbingan Konseling ’13). Tapi kenyata-

a n n y a , setelah ia membayar, hanya sertifikat Propti yang ia dapatkan. Sementara CD dokumentasi yang dijanjikan tak kunjung muncul. “Bisa mandeg nggak dikasih. Sementara bayarnya suruh cepet-cepet.” terangnya. Tak Kunjung Ada Kejelasan Tak kunjung diberikan, Intan mengaku kerap menanyakan kepada ketua angkatannya. Namun, ketua angkatannya selalu mengaku tak mendapatkan informasi. Intan sempat bingung kemana dana yang ia dan semua temannya bayarkan selama ini. “Dua belas ribu dikali seribu aja udah berapa?,” ujarnya menaksir jumlah mahasiswa FKIP 2013 yang mencapai seribu lebih. Intan pun sempat mena­ nyakan perihal yang sama kepada temannya di Program Studi Sejarah dan PGSD. Setali tiga uang, teman-temannya pun belum mendapatkan CD itu. Hampir setahun berlalu,

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Intan sebenarnya sudah tak merasa keberatan. Tetapi, ia sangat mengharapkan kejadian serupa tak akan menimpa adik tingkatnya kelak. Tri Yukanti (Pend. Kewarganegaraan ’13) juga mengaku sangat penasaran terhadap kejelasan pengadaan CD. Menurutnya, harusnya pihak pengelola memberikan penjelasan jika ada keterlambatan. “Tinggal ngomong aja jangan ilang kayak ditelan bumi,” katanya berkomentar. Tri menganggap, peristiwa ini seperti penipuan karena sampai akhir semester tak ada informasi kapan sebenarnya CD akan di bagikan. Ia mengharapkan ada informasi lebih lanjut atau permintaan maaf dari pihak yang bersangkutan. BEM Diminta Mengumpulkan Massa Ave Suakanila F. (Pend. Biologi ’11) yang kala itu menjabat Wakil Gubernur disebutsebut sebagai pihak yang terlibat mengurusi kerjasama ini. Ia membenarkan ada­nya perjanjian kerjasama di atas kertas antara BEM dan KSS. Di dalam surat, Ave mengatakan poin yang disepakati adalah bahwa pe­ ngadaan CD dokumentasi propti bersifat kerjasama antara BEM dan KSS serta pe­ ngelolaan keuangan ditangani seluruhnya oleh pihak KSS. Ia bahkan sempat dijanjikan akan mendapatkan beberapa persen dari keuntungan yang diperoleh. “Sampai sekarang tak ada sepeserpun uang yang kami terima,” ujarnya. Sayangnya, saat diminta menunjukkan surat kerjasama tersebut, Ave mengaku tak lagi menyimpannya lantaran hilang. BEM bertugas mengumpulkan seluruh ketua angkatan untuk memberikan informasi perihal adanya iuran untuk pembelian CD dokumentasi Propti. “Saat itu, sore hari saya mengumpulkan seluruh ke­ tua angkatan di samping Aula K, tepatnya dibawah pohon melinjo,” ujarnya mengenang. Meski memakan waktu cukup lama, proses pengumpulan uang berjalan lancar. Seluruh uang dari masing-masing ketua angkatan ia berikan kepada anggota KSS yang ia kenal bernama Virio atau sesekali ia berikan ke Yandri. “Prosesnya lama, ada kuitansinya juga setiap nyetor uang,” terangnya. Menurut penuturannya, sudah lebih dari 10 juta uang mahasiswa yang disetor.

Terkait CD yang masih nihil, Ave sebenarnya merasa geram. Sudah berbagai cara dilakukannya untuk meng­ hubungi pihak KSS, tetapi jawaban tetap sama. Ia sangat mengharapkan kejadian ini tak terulang. “Semoga nggak terjadi lagi. Tahun depan jangan sampai ada kerjasama dengan mereka,” tuturnya. Heizlan M. (Pend. Matematika ‘13) yang ditemui usai pelantikan BEM, Sabtu (21/6) membenarkan bahwa ia mengetahui adanya surat perjanjian kerjasama antara BEM dan KSS. “Keterlibatan saya hanya sebatas mengetahui adanya surat perjanjian atau MOU tersebut, karena Ave yang menunjukkan langsung,” ujarnya. Ia juga mengaku sempat membantu Ave mengumpulkan uang. Ia yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur berharap masalah ini segera diselesaikan karena menyangkut hubungan kerjasama dua organisasi. Belum Ada Hasil Usai Pertemuan Gubernur BEM FKIP periode 2013-2014, Ahmad Risani (FKIP Geografi ’10) juga risau karena banyak mahasiswa yang belum mengetahui bahwa sebenarnya proses pembuatan CD tersebut adalah project dari UKM-F KSS. Ia juga mengaku kerap mendengar protes dari anggota muda BEM-FKIP. Ahmad menganggap mahasiswa salah kaprah karena sebenar­ nya pihak BEM hanya sekadar mengetahui project. Seluruh proses syuting, burning, pembiayaan, dan distribusi digarap oleh KSS. Ia membenarkan bahwa pihaknya sempat menjanjikan akan membagikan CD pada Stadium General. Namun, CD tersebut urung dibagikan karena KSS belum me­ nyelesaikan pembuatannya. Ia mengaku hal itu di luar kenda­ linya. Pertemuan formal dan informal antara BEM dan KSS pun sudah lebih dari dua kali dilakukan guna mengetahui perkembangan project tersebut. Tetapi tak kentara hasilnya. “Tak ada kepastian kapan CD tersebut selesai dan dapat di distribusikan kepada mahasiswa,” ujarnya. Ahmad me­ ngaku kerap menjalin komunikasi pada KSS. Tetapi jawaban yang diterima tetap sama. “Masih dalam proses,” ujarnya menirukan. Advokasi juga telah ditempuh melalui media. Berkomitmen Tak Lagi Melegalkan Pengadaan CD Meski sudah demisioner sebagai Gubernur BEM, ­Ahmad mengaku berkomunikasi


Reportase Khusus

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

­ engan Gubernur BEM-FKIP d yang baru demi menyelesaikan masalah ini. Ia menyadari BEM masih punya tanggungjawab. Agar tak terulang, diskusi de­ ngan Gubernur BEM sempat melahirkan komitmen untuk tidak lagi melegalkan adanya project pembuatan CD dokumentasi. “Saya dan Gubernur baru siap memblokade project ini. Alasannya konkret, subs­ tansinya tidak ada,” tegasnya. Meski tak kunjung selesai, Ahmad mengaku belum mau membawa kasus ini hingga ke pihak Dekanat. Ahmad belum melihat hal ini menjadi masalah besar karena menurutnya KSS masih melakukan proses pembuatan CD tersebut. Menjanjikan Pembentukan Tim Khusus Deni Yuniardi (Pend. Bahasa Indonesia ’11) yang baru dilantik sebagai Gubernur BEM FKIP pada (21/6) lalu me­ ngaku akan membentuk tim khusus demi menyelesaikan masalah ini. Namun, ia masih menunggu pelimpahan wewenang dan data valid untuk proses verifikasi. Ia mengaku masih belum fokus mengurusinya karena BEM masih harus membangun kesolidan antar pengurus. Ia menjanjikan akan segera membentuk

tim. Dirinya mengaku kurang paham bentuk kerjasama yang terjadi. “Jujur saya belum me­ ngetahui anggaran dan kese­ pakatan antara KSS dan BEM, Kita sekarang masih menunggu kapan selesainya,” ujarnya. Menurutnya, sulitnya koordinasi mengenai perkemba­ ngan CD karena KSS juga telah mengalami pergantian kepengurusan sehingga menjadi hambatan. Akan Dibawa Ke Tataran Fakultas Deni menjelaskan BEMFKIP akan terus mengawal mahasiswa untuk mendapatkan CD dokumentasi yang sudah menjadi hak. Bahkan, BEM harus berani mengambil sikap, termasuk membawa kasus ini ke tingkat yang lebih tinggi. Ia mengaku akan membawa kasus ini ke tataran fakultas jika tak kunjung terselesaikan. “Kita memang belum secara formal menyampaikan kepada pihak birokrat. Kalau belum bisa selesai di tataran mahasiswa, kita bawa ke tataran fakultas atau mungkin hingga ke media masa,” tegasnya. Ia me­ngatakan bahwa hal ini patut diangkat dan harus diselesaikan secepatnya. Apabila tak ada satu pun CD yang dibagi, maka dana yang

sudah dikumpulkan harus segera dikembalikan. Ia membenarkan pihaknya sering mendapat keluhan. Deni berharap, mahasiswa tak sepenuhnya melimpahkan kesalahan kepada pihak BEM. Menurutnya, UKM KSS juga ikut bertanggungjawab dalam proses pembuatan hingga dis-

bahwa pengadaan CD dokumentasi itu merupakan buntut kerjasama antara KSS dan BEM. Penandatanganan kesepakatan melibatkan dirinya dari pihak KSS dan Ave sebagai perwakilan BEM. Semua kesepakatan yang ada dalam surat perjanjian sudah menjadi keputusan bersama. Ia menjelaskan biaya Rp 12 ribu yang dibebankan digunakan untuk membeli kaset seharga empat ribu, biaya burning sebesar tiga ribu, dan tiga ribu sisanya diperuntukkan sebagai biaya dalam proses syuting. “Royalti kalau pun ada lebih, diserahkan pada BEM untuk tambahan kas atau program BEM dan sebagian lagi mungkin ke KSS,” terangnya. Meski tak semua mahasiswa 2013 membayar, jumlah seluruh uang yang ada padanya saat itu mencapai Rp 10 juta. Menurutnya, kendala yang membuat project ini lamban adalah proses pembayaran yang dilakukan secara mencicil. Proses editing dan burning yang juga banyak memakan waktu, serta komunikasi yang agak sulit dengan pihak BEM. “Gimana saya mau koordinasi, sekretnya sering tutup, nomor Ave nggak diangkat, dicari di

“Saya dan Gubernur baru siap memblokade project ini. Alasannya konkret, substansinya tidak ada,” tegasnya. Ahmad Risani tribusi. “Tak ingin hal serupa terjadi lagi di tahun ini,” sesalnya. Deni menegaskan bahwa di tahun ini tidak akan ada pengadaan CD dokumentasi Propti yang melibatkan kerjasama antara BEM dan KSS. “Kalaupun ada CD akan kami kerjakan sendiri,” tegasnya. Terkendala Pembayaran dan Koordinasi Virio Ilham (Pend. Sejarah ’11) selaku ketua umum KSS tahun lalu membenarkan

7

FKIP juga nggak ada,” terangnya. Berjanji Akan Segera Diberikan Dalam proses pembuatan, KSS pun bekerjasama dengan jasa shooting video yang terletak di dekat Pasar Tamin. Virio mengaku lupa nama studio yang ia ajak kerjasama. Namun, ia sering memanggil pemilik studio itu dengan sapaan “Bang Jek”. Menurutnya, hingga kini proses pengerjaan masih dalam tahap burning. “Pengerjaannya sudah 65 persen,” tambahnya. KSS sudah membayar 80% sebagai uang muka. Ia tak ingin masalah CD Propti ini membuat nama baik KSS sebagai lembaga kemahasiswaan di FKIP menjadi rusak. “Mahasiswa jangan berpikiran yang negatif. Keterlambatan ini karena ada faktor orang lain, kami sudah usaha untuk memburu-buru”, tuturnya. Sebagai penanggungjawab, ia berjanji bahwa CD itu akan selesai sebelum mahasiswa baru masuk tahun ini. Pendistribusiannya nanti akan diserahkan langsung kepada BEM. Ia bersedia bertanggungjawab apabila belum selesai hingga tahun ajaran baru 2014 ini. “Konsekuensinya jika tak selesai, maka uang akan dikembalikan”, ujarnya mengakhiri.=

inovasi

Robot Pemadam Api Pencegah Kebakaran

M

usim kemarau di Indonesia seringkali menyisakan duka saat peristiwa kebakaran terjadi. Televisi tak pernah absen menyiarkan berita kebakaran dari berbagai daerah, terutama kota besar yang padat penduduk. Tak jarang, peristiwa itu juga merenggut korban jiwa. Kebanyakan, mereka terjebak saat api menjalar ke seluruh ruangan. Kebakaran gedung bertingkat juga rawan terjadi saat konsleting listrik. Memang, gedung biasanya telah dilengkapi alat pemadam api. Namun, alat tersebut kebanyakan di-

Dok.

Oleh Yola Septika

gunakan secara manual. Penggunaan alat pemadam masih harus menggunakan bantuan manusia. Jika api terdeteksi lebih dulu, kebakaran masih dapat dihindari. Namun di banyak kasus, api lebih cepat menghanguskan gedung sebelum tim pemadam kebakaran datang. Manusia dinilai belum mampu mendeteksi api sejak dini secara akurat. Permasalahan mengenai kebakaran inilah yang mengilhami Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Lampung, Chandra Lima Silalahi, Ahkmad Hary S. dan Nicolas J.P merancang ro-

bot pemadam api yang handal. Robot buatannya dirancang agar dapat melewati rinta­ngan dan mampu bergerak lebih efisien. Dengan mengandalkan sensor proximity detector, robot dapat melacak dinding dan perabotan lain yang ada di dalam ruangan hingga jarak lima meter. Sensor ultrasonik yang terpasang pada robot mampu mendeteksi dari berbagai arah, yaitu kiri, kanan, depan, dan belakang. Sistem kerja robot ini diawali oleh sistem tone detector. Sistem tersebut akan bekerja saat mendeteksi suara yang frekuensinya sebesar 3,5 kHz. Ketika suara terdeteksi, robot otomatis berada pada posisi on. Setelah menyala, robot mulai men-scanning ruangan dengan menggunakan sistem flame detector. Sistem

ini menggandalkan gelombang ultraviolet untuk melacak keberadaan api. Berkat sensitivitas yang besar terhadap gelombang ultraviolet yang dipancarkan api, sistem otomatis bekerja saat gelombang ultraviolet muncul. Gelombang ultraviolet yang bisa terdeteksi sistem ini sudah disesuaikan terhadap gelombang ultraviolet yang dimiliki api. Selama perjalanan, robot terus men-scanning ruangan dengan mengandalkan sistem scanning dari sensor flame detector. Dalam perjalanan juga, robot dipandu oleh sistem flame navigator yang mengarahkan robot menuju sumber api. Robot pemadam api ini juga dilengkapi dengan sensor white line detector yang akan mendeteksi keberadaan garis putih. Sensor ini akan mem-

bantu robot saat berada di dekat pintu ruangan atau titik api. White line detector secara otomatis akan mengarahkan kipas pemadam ketika robot telah menemukan titik api atau lilin dalam jarak 30 cm. Robot buatan Chandra Lima Silalahi, Ahkmad Hary S, dan Nicolas Gata JP mempunyai berbagai kelebihan, diantaranya sensor otomatis dan menggunakan tiga buah roda. Sebagai tambahan, robot juga dilengkapi dua roda gir dan satu buah roda free wheelend. Roda-roda tersebut membantu robot untuk lebih mengefisienkan gerakannya. Dengan begitu robot akan lebih gesit begerak sehingga titik api lebih cepat ditemukan. Umumnya, robot pemadam api hanya bergerak dengan membunyikan gelombang suara. =


8 Liputan Khusus

Ilustrasi Retno Wulandari

Oleh Hayatun Nisa Fahmiyati

anner ukuran 4x8 meter itu dipasang di ruas kiri jalan dekat bunderan Unila. Terpampang foto Presiden dan Wakil presiden BEMU yang terpilih secara aklamasi pada 15 Mei lalu. Banner pemberitahuan serupa juga terpasang di beberapa titik lain, seperti di Fakultas Pertanian, FKIP, dan FMIPA. Namun, banyaknya banner yang dipasang tak membuat banyak mahasiswa mengetahui Presiden dan Wakil Pre­ siden yang resmi dilantik pada (19/6). Nova Bela Paramita mengaku dirinya dan teman-temannya tidak tahu tentang adanya Pemira.“Nggak ada Pemira, BEM U itu ya makin nggak kerasa. Cuma waktu masalah banding UKT aja, yang lainnnya nggak ada tuh,” ujarnya berpendapat. Membunuh iklim demokrasi Terulangnya sejarah aklamasi di Unila sangat disayangkan oleh banyak mahasiswa. Salah satunya Vian Kusmardiana (Teknik Kimia’09) yang belum lama ini menanggalkan jabatannya sebagai ke­ tua DPM-U. Ia mengira tahun ini Pemira akan sukses digelar karena awalnya banyak calon yang mendaftar. “Ternyata ketika di hari terakhir pendaftaran itu cuma satu yang mengembalikan berkas,” ujarnya saat ditemui pada Jumat (19/6). Ia yang ikut mengawasi kinerja Pansus menilai kinerja Pansus sudah maksimal. Publikasi telah dilakukan lebih dari sebulan lamanya. Persyaratan bukti Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) yang harus me­ nyertakan tanda tangan asli mahasiwa sebagai bentuk dukungan bahkan dihapuskan k a re n a banyak keberatan dari calon pendaftar. Menurutnya, matinya iklim demokrasi tahun ini juga menjadi evaluasi bagi ki­ nerja BEM-U. Apalagi hasil evaluasi LPJ BEM-U tahun lalu yang diadakan pada Minggu (15/6), membenarkan belum banyak mahasiswa yang ikut berperan dalam kegiatan yang digagas BEM-U. “Sayang sekali tak ada pembelajaran demokrasi di kampus,” tambahnya. Kinerja BEM-U dipertanyakan Rudiyansyah (Pend. Geografi ’09) berpendapat terjadinya aklamasi seharusnya membuat BEM-U bercermin bagaimana selama ini menjalankan tugasnya sebagai lembaga yang potensial mengatur pergerakan mahasiswa. Sayangnya, ia menilai peran BEM U sendiri belum dirasakan mahasiswa. Menurutnya, aklamasi membuat kampus tak lagi menjadi tempat belajar demokrasi. Ia berharap BEM U dapat membuat program-program yang langsung menyentuh mahasiswa sehingga

iklim demokrasi terbentuk. Nanda Satriana (Pend. Geografi ’09) yang baru saja lengser dari jabatan Presiden Mahasiswa menganggap persoalan kinerja BEM-U sebagai masalah klise. Sejak dirinya menjabat sebagai wakil presiden BEM-U, setiap disurvei banyak yang beranggapan kehadiran BEM U tak kunjung dirasa mahasiswa. Mahasiswa pragmatis Menanggapi hal tersebut, ia menilai hal ini karena BEM-U selama lebih banyak melakukan program dan pengawalannya di sektor politik. Sebagian mahasiswa tak terlalu tertarik dengan masalah politik sehingga akhirnya pragmatis. “BEM-U itu kerjanya kalau nggak demo ya diskusi,” ujarnya menirukan persepsi mahasiswa yang sering ia dengar. Nanda mengaku evaluasi terbesar kepemimpinannya adalah karena kurang menyentuh mahasiswa di luar lingkaran lembaga kemahasiswaan. “Kita maunya seperti itu, namun bener-bener isu Pemilu kemarin menyita waktu kita,” ujar Nanda. Nanda justru mengeluhkan kurang adanya greget dari mahasiswa karena setiap BEM U merencanakan program tak mendapat banyak dukungan dari mahasiswa. Ia juga me- nyayangkan terjadinya aklamasi. Ia menilai, dampaknya kondisi sosial politik kampus mulai lesu. Ia beranggapan tidak adanya Pemira akan berdampak pada posisi BEMU. “Sebab tak ada proses seseorang calon pemimpin untuk unjuk gigi sehingga mahasiswa pun tak mengenal dan semakin tidak peduli,” jelas Nanda. Butuh perubahan sistem Syafarudin selaku dosen Ilmu Peme­ rintahan berpendapat bahwa teori demokrasi dinilai berhasil jika ada banyak kandidat yang maju sebagai calon pemimpin dan tingginya partisipasi pemilih. “Jika kedua hal tersebut terpenuhi, maka baru bisa dikatakan demokratis,” ujarnya. Mengenai demokrasi yang ada di kampus, ia menilai proses tersebut dijalankan oleh mahasiswa. “Ketika iklim demokrasi di Unila dirasa semakin menurun, semua itu dikembalikan kepada mahasiswa,” ujarnya. Ia menilai mahasiswa seharusnya melakukan survey jika memang menganggap sistem demokrasi yang ada sudah tidak sesuai dengan pergerakan mahasiswa. Menurutnya, pergerakan mahasiswa berubah seiring perkembangan zaman. “Akan berbeda jika sistem yang sama dari tahun ke tahun dipakai, sedangkan dinamika mahasiswa berubah-ubah,” jelasnya. =

Ahmad Khoirudin Syam :

“Jika Banyak Mahasiswa yang Tidak Mengakui Saya, Ya Monggo”

R

esmi dilantik 19 Juni lalu, Ahmad Khoirudin Syam bertekad menunjukkan kinerjanya. Terpilihnya ia secara aklamasi menyisakan pertanyaan tentang legitimasi dan kapasitasnya sebagai Pre­ siden mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, Ahmad menja­ wabnya. Berikut petikan wawancara khusus Teknokra pada Minggu (22/6). Dok.

Sekali Lagi, Aklamasi B

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Sebagai Presiden mahasiswa yang terpilih secara aklamasi, bagaimana perasaan Anda? Saya terima keputusan aklamasi karena sudah ketetapan Pansus. Saya pikir, aklamasi juga tak cacat demokrasi. Saya mendaftar sesuai prosedur.

Ada persepsi yang mengatakan bahwa aklamasi ini sengaja dilakukan demi kemenangan Anda. Bagaimana pendapat Anda? Mahasiswa kan banyak persepsi. Kalau dari saya sangat salah persepsi itu. Saya menjadi Wakil Gubernur dan Gubernur MIPA melalui Pemira. Bagaimana jika banyak mahasiswa yang menanyakan legitimasi Anda sebagai Presiden Mahasiswa yang terpilih secara aklamasi? Legitimasi dapat dibuktikan ketika saya bekerja dan berkarya di Unila.

Jika ada yang bertanya Anda Presiden siapa? Apa jawaban Anda? Saya Presiden BEM. Sesuai ADART, Presiden yang dipilih adalah Presiden BEM. Namun, setelah terpilih Presiden BEM punya hak untuk mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden Mahasiswa. Jika banyak yang tidak mengakui saya, Ya monggo. Apa program yang akan segera Anda lakukan usai dilantik? Pembentukan kabinet. BEM sebagai wadah dan pergerakan mahasiswa juga akan mengawal birokrat. Pengawalan Pilpres akan segera dilakukan. Kami juga akan melakukan aksi simpatik dan diskusi publik.

Banyak mahasiswa yang mengaku tak merasakan kinerja BEM-U. Tanggapan Anda? BEM bukan organisasai yang memengang kebijakan kampus. Selama ini BEM U seolah dinomor satukan. Tapi, nyatanya BEM-U itu kedudukannya sama dengan UKM lain. BEM bukan lembaga super power. Organisasi lain yang sejajar dengan BEM U pun belum dirasa manfaatnya oleh mahasiswa secara umum. Apa prioritas utama Anda? Memikirkan kampus dan masalah diluar itu, termasuk kebijakan di Lampung karena semua sektor berada di bawah pemerintah.

Apakah Anda anti kritik? Saya tipikal orang yang tidak anti kritik. Saya pernah membuka kotak aspirasi BEM saat menjadi Gubernur. Apa pun itu, saya terbuka.

Apa yang ingin Anda katakan untuk orang-orang yang meragukan kemampuan Anda sebagai Presiden mahasiswa? Saya akan tunjukkan dengan kerja dan karya. Saya tidak akan banyak bicara.


Apresiasi

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

AKU SUKA Aku suka halaman belakang pagi hari usai hujan daun-daun berhiaskan kristal-kristal embun Aku suka musim hujan musik-musik hujan sahut-menyahut katak kecipak bebek tetangga piyak pitik gigilan kur kesyahduan Aku suka usai hujan payung-payung basah tapak-tapak basah bumi basah rezeki basah

Yuli Damar Wati (ilmu Komunikasi 2012)

9

PELABUHAN JIWA hidup musti berlabuh dimana kita menaruh peluh bersama tak membuat rapuh dari hati kehati kita bicara dimana asa dan juga tujuan dengan hati kita berbagi keluh

Meminta Kepala Hari ini aku kaget, mendapat gelengan saat memasukkan uang 2000 pada gelas kusam merah muda yang masih sepi penghuni Maaf tuan, ini terlalu mahal Lalu kau mau apa ? Sambil tersenyum, gadis kecil berwajah pucat berkata, “Aku ingin meminta jatah kosong isi kepala, Tuan. Untuk ku isi mimpi dan karya.”

kesah untuk tiada merana saat tangis menjadi duka kau usap dengan penuh cinta saat hati begitu gembira kau sambut dengan pelukan mesra hati ini tak lagi merana bersama menjadikan tenteram dijiwa sedih dan senang dilalui bersama agar rahmat dan ridhonya terlimpah jua

Rizka Fajrianti (Ilmu Pemerintahan 2012)

Marlia Alvonita (ilmu Komunikasi 2011) Redaksi menerima kritikan dan saran serta kiriman berupa : Artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font cambria, ukuran 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik redaksi dan redaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak me­ngubah makna tulisan. Redaksi juga membuka rubrik konsultasi. Rubrik ini diasuh oleh dosen Bimbingan Konseling, Diah Utaminingsih, S.Psi, M.A, Psi. Lulusan psikologi UGM ini akan menjawab pertanyaan seputar akademik, kejiwaan, dan pertanyaan lain yang diajukan. Silahkan kirim kritik, saran, dan pertanyaan anda ke alamat email ukpmteknokraunila@yahoo.co.id

Ngekhibas Renovasi Masjid dari Sumbangan Jamaah Katanya milik Unila? Tapi kok susah minta dana? Presiden Mahasiswa Terpilih Aklamasi Jangan sering-sering geh... Pengadaan CD Propti Bermasalah Kapan kelarnya? Mahasiswa FEB Wakili Unila ke Indonesia Apa kabar fakultas lainnya? Iklan

Suara Mahasiswa Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa,dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08981735868/ 08982252881

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila

Arip Sumantri (FKIP Geografi ’13) 087817374xxx Saya dan teman-taman menyampaikan apresiasi atas kinerja para satpam khususnya di FKIP atas pengamanan yang sudah cukup maksimal dan ditingkatkan lagi pengawasan penjagaannya agar para

mahasiswa bisa tenang dalam proses belajar saat meninggalkan kendaraannya di parkiran. Terima kasih. Erma Yuswari (Teknik Pertanian ’11) 085768162xxx Semakin seringnya aksi pencurian tas, laptop, notebook, dan barang-ba-

rang berharga lainnya di musholahmusholah bahkan di masjid yang ada di Unila. Bisakah pihak kampus memasang kamera CCTV di musholahmusholah yang rawan pencurian, agar pencuri tertangkap dan bisa diberikan sanksi hukum sesuai tindak kejahatannya.Terima kasih.


10 Artikel Tema

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Disoerentasi Pergerakan Mahasiswa

(Tumbuhnya Syahwat Kekuasaan Aktivis Kampus) Oleh : Yoga Winando*

S

ejatinya sebuah pergerakan mahasiswa terlahir dengan adanya sebuah cita-cita yang luhur, visi-misi yang jelas, serta kemauan kuat membangun bangsa ini dari keterpurukan. Namun, yang terjadi saat ini sangat jauh berbeda dari tujuan berdirinya sebuah pergerakan tersebut. Pola pengkaderan yang salah atau melencengnya ideologi pergerakan membuat arah dan tujuan berubah, langkah menjadi tidak pasti, tidak tegas dan cenderung mementingkan kepentingan kelompok. Kampus dijadikan sebuah ladang garapan banyak pihak yang mengaku peduli akan cita-cita revolusioner, peduli akan nasib bangsa, pendidikan, dan lain-lain. Namun pada kenyataanya, pergerakan mahasiswa saat ini lebih cenderung memikirkan bagaimana visi kelompok terwujud lebih cepat. Bahkan

beberapa pergerakan saat ini dijadikan sebuah sarana pengkaderan dan perpanjangan partai politik yang mengatasnamakan gerakan peduli rakyat, demokrasi, anti korupsi dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga kemahasiswaan yang ada di lingkup kampus saat ini menjadi lahan basah dan rebutan banyak pihak (baca: pergerakan mahasiswa) dalam rangka memperluas ekspansi kekuasaan para penggerak pergerakan mahasiswa, dan disinyalir Ilustrasi Retno Wulandari bahwa pergerakan-pergerakan Hal ini sudah menjadi ramahasiswa ini ikut andil dalam memperluas lahan garapan hasia umum bagi civitas akapara elit politik yang menja- demika kampus yang sadar dikan pergerakan mahasiswa politik dan tahu betul tingkah sebagai perpanjangan tangan- pola para aktivis pergerakan. Belum lagi pergerakan nya.

REGIONAL

t­ ertentu yang mengaku berideologi islam, namun sangat jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri, baik dari segi akhlak, pengetahuan, dan kredibilitas sangat jauh apabila disandingkan dengan nilai-nilai keislaman. Sejatinya, jika sebuah pergerakan berideologi islam, tentunya akan lebih bisa berpolitik santun,bermartabat, dan bisa membawa nilai-nilai islam sebagai karakter kader maupun organisasinya. Bukan merebut kekuasaan lembaga kampus dengan caracara licik, dengan sengaja menciptakan kekacauan, merusak tatanan prosedural kelembagaan dengan cara-cara kasar, hanya untuk merebut kekuasaan lembaga kemahasiswaan di tingkat jurusan, fakultas, maupun universitas. Lalu setelah masuk ke dalam Lembaga Kemahasiswaan tersebut, mulailah tikus-tikus muda bergerak menggerogoti sisa dana kemahasiswaan atau bahkan memakan bulat-bulat dana terse­but secara utuh. Sejatinya dana kemaha-

Itera, Nafas Baru Pendidikan Teknologi Oleh Siti Sufia

Pembangunan Institut Teknologi Sumatera menjadi angin segar bagi dunia pendidikan. Pemilihan Lampung sebagai provinsi tempat pembangunan Itera merupakan titah langsung dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dinilai paling strategis.

G

edung bercat putih yang dibangun dua lantai itu nampak kokoh. Bangunan sengaja dibangun menyatu dengan gerbang yang menjulang tinggi bertuliskan Institut Teknologi Sumatera. Tak jauh dari gerbang, karangan bunga berderet menyambut tamu undangan yang datang. Meski pembangunan lembaga pendidikan tinggi yang digadang sebagai perpanjangan tangan Institut Teknologi Bandung itu belum rampung, namun peresmian telah dilakukan sebulan lalu, tepatnya (21/5). Rektor ITB, Prof. Akhmaloka bahkan sengaja hadir demi peresmian ini. Kedatangannya ke Lampung tak sendirian. Ia didampingi wakilnya, Prof. Wawan Gunawan. Sayangnya, peresmian yang sebelumnya akan dihadiri oleh menteri pendidikan dan kebudayaan RI

ini gagal terealisasi. Gubernur Lampung saat itu, Sjachroedin ZP dan Prof. Akhmaloka yang akhirnya melakukan peresmian. Sekretaris Daerah Lampung, Ir . Arinal Junaidi dan siswa SMKN Unggul Terpadu bertaraf internasional juga ikut hadir. Kehadiran Itera sebagai kampus baru di Lampung sebenarnya sudah sejak dua tahun lalu. Bahkan, Itera telah melakukan perekrutan mahasiswa sebanyak dua angkatan. Angkatan pertama sejumlah 57 orang dan angkatan kedua 44 orang. Namun, mahasiswa tersebut masih belajar di kampus ITB yang berlokasi di Jati Nangor. Sampai saat ini, dosen Itera berjumlah 15 orang. Rencananya, apabila pembangunan Itera telah selesai, mahasiswa akan dipindahkan ke kampus Itera yang berada di kawasan kota baru, Lampung Selatan.

Wakil rektor ITB, Prof. Wawan yang juga penanggungjawab pendirian Itera mengungkapkan bahwa perintah pembangunan Itera dimulai sejak 2011. Surat perintah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerima mahasiswa baru muncul satu tahun kemudian. Ia menambahkan, rencananya Itera akan dibangun diatas tanah seluas 300 hektar. Pembangunan akan dibagi menjadi dua tahap. “Tahun 2014 akan dibangun 2000 sampai 3000 meter persegi,” ungkapnya. Tanah tersebut dibangun untuk mendirikan gedung penelitian dan pembangunan masyarakat. Prof. Akhmaloka juga menjelaskan Itera dibangun sebagai langkah konkret menyiapkan generasi Indonesia yang melek teknologi. Menurutnya, pembangunan Itera

merupakan kebutuhan krusial ditengah perkembangan zaman. “Dibutuhkan lulusan profesor yang semakin ba­ nyak,” ujarnya. Ia menambahkan, saat ini Indonesia hanya memiliki dua institut teknologi, yakni ITB dan Institut Teknologi Sepuluh November. Ia berharap kemunculan Itera dapat meningkatkan jumlah sumber daya manusia yang mumpuni di bidang teknologi. “Itera bisa menjadi center of excellent, bisa menyaingi atau paling tidak sama dengan ITB,” tambahnya. Selain itu, ia mengatakan pembangunan Itera diharapkan menjadi bentuk perluasan akses pendidikan teknologi di Lampung. Itera dapat bekerjasama dengan Unila terkait pendidikan teknik. Kehadiran Itera dipandang sebagai nafas baru dan bukan saingan bagi Unila.

siswaan hanya dikhususkan untuk kegiatan di internal kampus baik di jurusan maupun di Fakultas. Tidak digunakan untuk kegiatan di luar kampus dengan dalih untuk perjuangan pergerakan apalagi digunakan untuk kepentingan pribadi. Sungguh ini adalah suatu tindak korupsi dalam lingkup kemahasiswaan. Untuk itulah dibutuhkan adanya sekelompok orang yang berani mengatakan tidak pada orang-orang yang semacam ini. Kita mesti cermat dan paham betul tentang siapa yang mesti kita pilih untuk memimpin miniatur negara ini (baca: universitas). Jangan kita biarkan tikus-tikus kecil yang punya bakat mencuri ini kita biarkan memimpin, karena apabila kita tidak cermat, sama saja kita ikut andil dalam memelihara tikus mungil ini yang nantinya ia akan menjadi tikus dewasa yang handal mencuri dalam skala besar, yaitu korupsi. Jangan biarkan syahwat kekuasaan yang penuh dengan nuansa politis bermotif duit ini tumbuh berkembang pada mahasiswa pada masa ini. = Katakan tidak untuk mereka! Maju mahasiswa! *Mahasiswa Pendidikan ­Baha sa dan Seni FKIP Unila

Akhmaloka mengungkapkan pembangunan Itera di Lampung merupakan perintah SBY. Sebagai serambi Sumatera yang berbatasan dengan Jawa, Lampung dinilai paling strategis sebagai lokasi pembangunan Itera. Bahkan, nantinya Itera akan menjadi institut teknologi terbesar di Indonesia. “Luas Itera sepuluh kali luas kampus ITB,” ujarnya Akhmaloka. Salah seoarang mahasiswa Itera, Rani Fitriana (Fisika ’12) berharap pembangunan Gedung Itera cepat dirampungkan sehingga dirinya dapat berkuliah di Lampung. Riyan Gahasa (Geofisika ’12), alumnus siswa SMA N 2 Bandarlampung ini mengaku tak mengalami kendala berarti selama kuliah. Menurutnya, kesulitan yang dihadapi adalah mengenai akademik. “Bingung berkonsultasi,” ujarnya. Namun, Riyan mengaku selalu berkomunikasi dengan teman dan dosen pengajar sehingga tak begitu kesulitan. Senada dengan Rani, ia berharap pembangunan gedung Itera dapat lebih cepat diselesaikan. Selain itu ia menginginkan kualitas Itera dapat sebaik ITB. “Bahkan bersyukur apabila bisa lebih baik,” ungkapnya.=


No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Bidik Lensa Berteduh di Atap Bocor ISO 150-280 Speed 1/125 sec F 5.6

Atap Bobrok ISO 150-250 Speed 1/250 sec F 14

Iklan

11

Pemilih Cerdas Yurike Pratiwi S Pemimpin Usaha

P

Taman Kecil di Atap GSG ISO 150-100 Speed 1/125 sec F 5.6

Bocor! Bocor! ISO 150-250 Speed 1/250 sec F 14

Pojok PKM

emilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014 akan dilaksanakan oleh bangsa ini pada tanggal 9 Juli mendatang. Persiapan menuju Pemilihan umum (Pemilu) pun sedang dalam proses. Mulai dari pencetakan surat suara oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan kampanye dari masing-masing calon Presiden. Banyak nya serba serbi kampanye yang menghiasi media masa dan fasilitas umum pun merupakan sisi lain dari Pilpres mendatang. Bahkan kampanye hitam yang dilarang beredar oleh KPU pun sudah marak menghantui masyarakat. Debat Calon Presiden (Capres) pun dimanfaatkan oleh para calon untuk membentuk pencitraan dan membangun opini publik. Tingkat penggunaan sosial media yang tinggi, tak luput ikut dimanfaatkan oleh masing-masing calon Presiden kita untuk menarik partisipan. Pembuatan sosial media yang sengaja dibuat oleh Tim Sukses (TS) seperti twitter dan facebook pun mulai memanas karna sudah menyita banyak perhatian masyarakat. Kampanye seperti itu tak ada larangan untuk digunakan, kecuali kampanye yang berbau SARA yang nyatanya ikut disebar luas kan ke masyarakat. Harapan untuk kemajuan bangsa ini ada di tangan masyarakat Indonesia itu sendiri. Pemilih yang cerdas adalah penentu untuk Indonesia ke depannya. Banyaknya media massa yang tidak indepeden pun membuat masyarakat harus cerdas untuk menyaring informasi yang beredar di masyarakat. Debat capres yang disiarkan oleh beberapa stasiun TV pun selalu ditunggu-tunggu oleh banyak masyarakat. Dimana para calon akan mensosialisasikan visi dan misi dan sekaligus digunakan untuk menjatuhkan calon lawan, mewarnai debat yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini, dan sayangnya banyak dari masyarakat langsung bisa menentukan pilihannya setelah menonton debat capres tersebut. “Sebenarnya aneh kalau ada orang terpelajar masih meng­andalkan debat capres untuk alasan memilih. Kemane aja selama ini?â€?, adalah kicauan oleh salah satu wartawan senior negeri ini yang memiliki followers lebih dari 80 ribu ini. Kicauan tersebut tentu bisa menjadi introspeksi diri kita khususnya para pemuda untuk berpikir matang-matang dalam menentukan suara ditanggal 9 Juli mendatang.=


12

Ekspresi

No 137 Tahun XIV Trimingguan Edisi Juni 2014

Sugiyanta,

Oleh Yola Savitri

Mengawali karier sebagai cleaning service, kini Sugianta mampu menduduki jabatan tertinggi. Pengabdian selama 34 tahun membuatnya dipercaya sebagai kepala Perpustakaan Universitas Lampung.

P

agi itu (6/6), suasana lantai satu Gedung Perpustakaan Universitas Lampung masih lengang. Seorang karyawan standby di tempat penitipan barang. Tak seperti biasanya, petugas hanya memberikan kunci pada pengunjung yang hendak menitipkan tas. Seorang pe­ ngunjung pria mengambil kunci tersebut dan munuju loker yang dimaksud untuk meletakkan bawaanya. Di ruang baca, sekitar 15 mahasiswa takzim membaca buku. Beberapa asyik mengakses internet dan membuat laporan. Ruang baca yang dilengkapi pendingin ­ruangan dan kursi yang belum lama diganti itu menambah nyaman suasana. Di lantai dua gedung, seorang lelaki paruh baya duduk di kursi ruangan 201. Sugiyanta yang dulunya cleaning service gedung ini, kini menjadi orang nomor satu di Perpustakaan. Ia turut mengusahakan berbagai perubahan demi kemajuan unit yang ia kepalai. Sebagai pimpinan, Sugiyanta dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Mengawali karier sebagai pesuruh Jejak karir ayah empat anak ini dimulai pada 1980 ketika ia mendaftar sebagai ­cleaning service di Unila. Berbekal ijazah SMP, Sugiyanta diterima

Iklan

dan bekerja di Perpustakaan Unila yang saat itu berada di Jalan Hassanuddin, Teluk ­Betung. Perantauan asal Yogyakarta ini menjalani pekerjaan itu dengan status pegawai honorer. Setiap pagi, ia harus menyapu dan mengepel lantai. Ia juga bertugas membuatkan minum teh dan kopi untuk seluruh karyawan. Tak ingin terus menjadi cleaning service, Sugiyanta bertekad melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Bekerja di Perpustakaan membuatnya sadar pendidikan begitu penting. Usai mengutarakan keinginannya dan mengantongi izin dari kepala biro, Sugiyanta melanjutkan pendidikan di SMEA meski saat itu gajinya hanya 9 ribu per bulan. Pada tahun 1985 ia pun berhasil mendapatkan ijazah SMEA. Tak puas sampai disitu, ia memutuskan untuk meng­ ambil kuliah S1 Bahasa Inggris di STKIP PGRI. Keinginan itu muncul ketika ia rutin ­mengantar kakak sepupunya kuliah setiap hari. Lalu lalang mahasiswa yang sering ia lihat di kampus membuatnya mantap mengejar gelar sarjana. Ia berhasil mendapat gelar sarjana pada 1991. Meski tercatat sebagai sarjana pendidikan, Sugiyanta tetap setia bekerja di Per-

pustakaan. Kesetiaan itu membuatnya mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S1 Perpustakaan di Universitas Padjajaran. Usai lulus dari sana, Sugiyanta naik jabatan menjadi pustawan dan sempat pula menjadi koordinator bahan pustaka. Studi S2 de­ ngan konsentrasi manajemen pendidikan ia selesaikan pada tahun 2008 di Unila. “Rugi kalau tidak kuliah karena sudah tersedia sumber bacaan gratis,” ujarnya sembari me­ ngenang masa lalu. Mencintai Profesi Kecintaannya pada buku membuat Sugiyanta mencintai profesinya sebagai pustakawan. Puluhan tahun mengabdi, membuat Pria berusia 53 tahun ini ahli dibidang itu. Selama ini, ia memberikan pela­ ya n a n prima untuk setiap o r a n g y a n g membu-

tuhkan informasi. Tak jarang, ia membantu pengunjung mene­ mukan buku saat kesulitan mencari buku yang ia maksud. “Seorang pustakawan intinya harus melayani,” ujarnya. Menjiwai profesi sebagai pustakawan selalu ia tanamkan pada karyawannya. ­Sugiyanta yang juga pengajar studi ­kepustakaan di Unila dan Universitas Terbuka ini selalu menekan­ kan kepada kar­ yawannya a g a r menumbuhkan sikap me­ layani ke p a d a

­ engunjung. Sugiyanta perp caya, kebaikan yang ia tanam akan kembali padanya. “Bantuan akan datang dengan sendiri­nya. Yang penting iklas,” ujarnya. Membangun dan Memotivasi Menjabat Kepala ­Per­­­­­pus­takaan sejak 2008, ­Sugiyanta aktif melakukan studi banding ke berbagai perguruan tinggi. Selama masa kepemimpinannya, ia juga rajin menggagas perbaikan dan pe­ngadaan fasilitas. Berbagai kritik tentang kondisi Perpustakaan tak menyurutkan semangatnya untuk terus memperbaiki Perpustakaan. Terbukti, Perpustakaan berhasil menambah koleksi buku dan jurnal online yang pendana­annya mencapai ratusan juta rupiah. “Ingin membangun Perpustakaan Unila agar selevel dengan perpustakaan di universitas lain,” ujarnya. Meski menjabat sebagai kepala, ia acapkali memperhatikan pekerjaan karyawan­nya. Sugiyanta bahkan tak segan menegur karyawan yang ketahuan main games atau melanggar peraturan saat jam kerja. Sugiyanta juga terus memotivasi karyawannya untuk melanjutkan pendidikan. Ia juga tak segan memberikan izin belajar jika karyawannya ingin melanjutkan pendidikan. “Dengan catatan dapat membagi waktu antara jam kerja dan jam kuliah,” ujarnya. =

Foto Lia Vivi Farida

Berjuang dan Mengabdi di Pepustakaan


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.