2
3
SAMBUTAN WALIKOTA SAMARINDA GREETING FROM THE MAYOR OF SAMARINDA Assalam’mualaikum Warahmatulahi Wr. Wb. Best wishes to all of us.
Assalam’mualaikum Wr.Wb dan Salam Sejahtera untuk Kita Sekalian.
ebagai ibu kota Provinsi Kaltim, investasi di sektor retail di Kota Samarinda lanjut dia terus tumbuh begitu pula properti kelas nasional dan internasional maupun sektor perbankan juga terus hadir.
S
amarinda ... The small town with a very big name, is the entrance in eastern Indonesia, and has been known by the Chinese and Europe nation since the past because its natural wealth of spice, nutmeg, and cloves.
“Ini menunjukkan Kota Samarinda yang saat ini berpenduduk 938 ribu jiwa dan dikelilingi kabupaten/ kota yang kaya, sangat strategis dan potensial bagi investor untuk menanamkan modalnya, khususnya yang bergerak di sektor perhotelan dan retail.
As the capital of East Kalimantan Province, investment in the retail sector in the city of Samarinda further he continues to grow as well as national and international class properties as well as the banking sector continues to be present. “This shows that the current Samarinda City has a population of 938 thousand inhabitants and surrounded the district / city rich, very strategic and the potential for investors to invest, particularly those working in the hospitality and retail sectors.
Kehadiran pasar modern dan investor yang bergerak di bidang perhotelan menunjukkan bahwa iklim investasi di Samarinda memiliki prospek cerah serta dampak luas bagi masyarakat Kami ingin Kota Samarinda maju dan terus berkembang menjadi kota metropolitan berbasis lingkungan dan pro ekonomi rakyat, keberadaan kota Samarinda yang cukup strategis sangat menguntungkan bagi pegiat ekonomi dan pelaku bisnis untuk datang dan berinvestasi di kota Samarinda. Untuk itu melalui buku ini Pemerintah Kota Samarinda ingin berbagi informasi strategis dan peluang-peluang investasi serta kondisi terkini mengenai Kota Samarinda. sehingga memudahkan bagi para calon investor mendapatkan gambaran secara utuh dan informatif untuk dijadikan acuan dalam mengambil keputusan. Saya berharap dengan diterbitkannya buku Kota Samarinda Doeloe, Sekarang dan Akan Datang masyarakat luas pada umumnya dapat mengetahui dan mengenal Kota Samarinda sehingga akan meningkatkan kecintaan dan kebanggaan terhadap kotanya dalam wujud peran dan partisipasi aktif dalam pembangunan. Sudah selayaknya rasa syukur dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh masyarakat yang telah berperan aktif mengisi pembangunan di Kota Samarinda dan juga kepada berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan buku ini.
S
The presence of modern markets and investors engaged in hospitality shows that the investment climate in Samarinda has bright prospects, as well as a broad impact for the community We want to Samarinda developed and continues to develop into a metropolitan city-based and pro-people economic environment, the existence of strategic Samarinda city is very beneficial for the economic activists and businessmen to come and invest in the city of Samarinda. For that through this book Samarinda City Government wants to share strategic information and investment opportunities as well as the current condition of the city of Samarinda. making it easier for potential investors to get the full picture and informative to be used as reference in making decisions. I hope with the publication of Samarinda Doeloe, Present and Future public at large can find out and know Samarinda so will increase the love and pride in the city in the form of role and active participation in development. It is appropriate gratitude and our gratitude to the entire community that has played an active role for the development program in the city of Samarinda and also to various parties that have participated in this publication.
H. Syaharie Ja’ang, SH, M.Si Walikota Samarinda
4
5
Kata Pengantar preface
Assalamualaikum Wr. Wb. dan Salam Sejahtera bagi kita semua. Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas karuniaNya semata sehingga kami dapat menyelesaikan penerbitan buku Samarinda Doeloe, Sekarang dan Akan Datang Buku ini kami persembahkan sebagai bentuk partisipasi dan peran serta kami dalam rangka turut mempromosikan peluang investasi di Kota Samarinda, khususnya kepada investor dalam dan luar negeri, serta menginformasikan kebijakan pemerintah Kota Samarinda pada khususnya dalam kaitannya dengan pembangunan daerah. Terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada Walikota Samarinda, yang telah memberikan kepercayaan kepada kami sebagai pelaksana penerbitan buku “Samarinda Doeloe, Sekarang dan Akan Datang”. Apresiasi yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi pada penerbitan buku ini. Semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat terhadap kegiatan promosi investasi di Kota Samarinda. Adapun dalam penerbitan buku ini, kami tidak luput dari kekurangan baik dalam penyajian maupun pada pelaksanaannya, untuk itu tak lupa kami sampaikan permohonan maaf atas keterbatasan yang kami miliki. Penerbit / Publisher
Lori Lessy
Assalamualaikum Wr. Wb. Praise and thanks we pray to God upon his blessings so that we are able to finish the publication of the book “Prospects and Investment Opportunities in the Implementation of Regional Autonomy of Samarinda City”. We dedicate this book as a form of our participation and involvement in order to promote the investment opportunities in Samarinda City, especially to domestic and foreign investors, as well as providing information policies of Samarinda City Government in specific relation with regional development. A deep gratitude we deliver to the Mayor of Samarinda, who has given us trust as the executor of this publication “Past, Present and Future of Samarinda City”.
The highest appreciation we also deliver to all parties who have participated in the publication of the book. It is expected that what we present can give benefits for promotion activities of investment in Samarinda City.
As for the publication of the book, it is unavoidable that there is a lack either from the presentation or from the administration. Therefore, we would also like to apologize for the limitation we have.
6
CONTENT
Cikal Bakal Kota Samarinda
Selayang Pandang Kota Samarinda
Visi dan Misi Pembangunan
Samarinda at a Glance
Samarinda at a Glance
Development Vision & Mission
13
17
27
7
Gambaran Umum Kota Samarinda
45
General Introduction
Perkembangan Ekonomi Kota Samarinda
Kepariwisataan Kota Samarinda
Growt economic sector
Tourism of Samarinda
61
81
8
9
BAB 1 Chapter 1
Cikal Bakal
Kota Samarinda forerunner to the city Samarinda Pada tahun 1850, Sultan Aji Muhammad Sulaiman memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Kutai kartanegara Ing Martadipura. Pada tahun 1853, pemerintah Hindia Belanda menempatkan J. Zwager sebagai Assisten Residen di Samarinda. Saat itu kekuatan politik dan ekonomi masih berada dalam genggaman Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899). Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Kutai 100.000 jiwa. [3] Tahun 1855, Kesultanan Kutai termasuk sebagai bagian dari de zuid- en oosterafdeeling van Borneo. [4] Pada tahun 1863, kerajaan Kutai Kartanegara kembali mengadakan perjanjian dengan Belanda. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi bagian dari Pemerintahan Hindia Belanda.
In 1850, Sultan Aji Muhammad Sulaiman leadership role Kutai Kartanegara Martadipura Ing. In 1853, the Dutch government put J. Zwager as Assistant Resident in Samarinda. At that time, political and economic power is still in the grip Sultan A.M. Sulaiman (1850-1899). In 1853 the population of Kutai 100,000. [3] In 1855, Kutai included as part of de zuid- en oosterafdeeling van Borneo. [4] In 1863, the kingdom of Kutai reentered into an agreement with the Netherlands. In the agreement it was agreed that the Kingdom of Kutai became part of the Dutch East Indies government.
Keraton Kesultanan pada masa Sultan Alimuddin. Tahun 1888, pertambangan batubara pertama di Kutai dibuka di Batu Panggal oleh insinyur tambang asal Belanda, J.H. Menten. Menten juga meletakkan dasar bagi eksploitasi minyak pertama di wilayah Kutai. Kemakmuran wilayah Kutai pun nampak semakin nyata sehingga membuat Kesultanan Kutai Kartanegara menjadi sangat terkenal pada masa itu. Royalti atas pengeksloitasian sumber daya alam di Kutai diberikan kepada Sultan SulaimanWilayah Kalimantan Timur dahulu mayoritas adalah hutan hujan tropis. Terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, dan Kesultanan Pasir.
Sultanate during the Sultan Alimuddin. In 1888, the first coal mine in Kutai opened in Batu Panggal by a mining engineer from the Netherlands, J.H. Menten. Menten also laid the groundwork for the first oil exploitation in the area of Kutai. Prosperity Kutai region also seems more real that makes Sultanate Kutai became very famous at that time. Pengeksloitasian royalties on natural resources in Kutai Sultan SulaimanWilayah given to the former East Kalimantan majority is tropical rain forest. There are several kingdoms in East Kalimantan, including the Kingdom of Kutai (Hindu), Sultanate Kutai Martadipura ing, and the Sultanate of sand.
10
Wilayah Kalimantan Timur meliputi Pasir, Kutai, Berau dan juga Karasikan (Buranun/pra-Kesultanan Sulu) diklaim sebagai wilayah taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (yang berkedudukan di Candi Agung di Amuntai) hingga tahun 1620 pada masa Kesultanan Banjar. Antara tahun 1620-1624, negeri-negeri di Kaltim menjadi daerah pengaruh Sultan Alauddin dari Kesultanan Makassar, sebelum adanya perjanjian Bungaya. Menurut Hikayat Banjar Sultan Makassar pernah meminjam tanah untuk tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan Mustain Billah dari Banjar sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan Sultan Tallo I Mangngadaccinna Daeng I Ba’le’ Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang, yang menjadi mangkubumi dan penasehat utama bagi Sultan Muhammad Said, Raja Gowa tahun 1638-1654 dan juga mertua Sultan Hasanuddin yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) sejak itulah mulai berdatanganlah etnis asal Sulawesi Selatan. Namun berdasarkan Perjanjian Kesultanan Banjar dengan VOC pada tahun 1635, VOC membantu Banjar mengembalikan negeri-negeri di Kaltim menjadi wilayah pengaruh Kesultanan Banjar. Hal tersebut diwujudkan dalam perjanjian Bungaya, bahwa Kesultanan Makassar dilarang berdagang hingga ke timur dan utara Kalimantan.
East Kalimantan region include sand, Kutai, Berau and also Karasikan (Buranun / pre-Sultanate of Sulu) claimed as conquered territory Suryanata Maharaja, the governor of Majapahit in the State Dipa (which is located in the Great Temple in Amuntai) until 1620 in the Sultanate of Banjar. Between the years 1620-1624, countries in East Kalimantan into a sphere of influence of the Sultanate of Sultan Alauddin Makassar, before their agreement Hikayat Banjar Bungaya.Menurut Makassar Sultan never borrowed land for trade covers an area east and southeast of Borneo to the Sultan Mustain Billah of Banjar when Kiai Martasura sent to Makassar and entered into an agreement with the Sultan Tallo I Mangngadaccinna Daeng I Ba'le 'Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang, which became Mangkubumi and principal advisor to the Sultan Muhammad Said, King of Gowa in 1638-1654 and also laws that will make the Sultan Hasanuddin Kalimantan east as a place to trade for the Sultanate Makassar (Gowa-Tallo) since it started berdatanganlah ethnic origin South Sulawesi. However, based on agreement with the Sultanate of Banjar VOC in 1635, VOC help Banjar restore lands in East Kalimantan into spheres of influence of the Sultanate of Banjar. It is embodied in the agreement Bungaya, that the Sultanate Makassar forbidden to trade up to the east and the north Borneo.
11 Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia-Belanda. Pada tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada tahun 1846, Belanda mulai menempatkan Asisten Residen di Samarinda untuk wilayah Borneo Timur (sekarang provinsi Kalimantan Timur dan bagian timur Kalimantan Selatan) bernama H. Von Dewall. Kaltim merupakan bagian dari Hindia Belanda. Kaltim 1800-1850. Dalam tahun 1879, Kaltim dan Tawau merupakan Ooster Afdeeling van Borneo bagian dari Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo. Dalam tahun 1900, Kaltim merupakan zelfbesturen (wilayah dependensi)Dalam tahun 1902, Kaltim merupakan Afdeeling Koetei en Noord-oost Kust van Borneo.Tahun 1942 Kaltim merupakan Afdeeling Samarinda dan Afdeeling Boeloengan en Beraoe.
In accordance tracts January 1, 1817, Sultan Sulaiman of Banjar handed East Kalimantan, Central Kalimantan, part of Borneo and Kalimantan Barat Selatan (excluding Banjarmasin) to the Dutch East Indies. On May 4, 1826, Sultan Adam alwathiq Billah of Banjar reaffirmed handover East Kalimantan, Central Kalimantan, part of Borneo South Kalimantan Barat and partly to the Dutch colonial administration. In 1846, the Dutch began to put a Resident Assistant in East Borneo Samarinda to the area (now the province of East Kalimantan and the eastern part of South Kalimantan) named H. Von Dewall. Kaltim is part of the Dutch East Indies. Kaltim 1800-1850. In 1879, East Kalimantan and Tawau is Ooster Afdeeling van Borneo part of Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo. In 1900, East Kalimantan is an zelfbesturen (region dependencies) in 1902, Kaltim is Afdeeling Koetei en Kust van Noord-Oost 1942 Borneo.Tahun is Afdeeling Samarinda in East Kalimantan and Afdeeling Boeloengan en Beraoe.
MITOLOGI KOTA SAMARINDA Lembuswana adalah hewan dalam mitologi rakyat Kutai yang hidup sejak zaman Kerajaan Kutai. Lembuswana menjadi lambang Kerajaan Kutai hingga Kesultanan Kutai Kartanegara. Hewan ini memiliki semboyan Tapak Leman Ganggayaksa.
Lembuswana is an animal in the mythology of the people who lived since the time Kutai Kutai Kingdom. Lembuswana became a symbol of the Kingdom to the Sultanate Kutai Kutai. These animals have a motto Tread Ganggayaksa Leman.
Lembuswana merupakan hewan yang disucikan karena merupakan tunggangan Dewa Batara Guru dalam memberikan petuah dan petunjuknya. Lembuswana dicirikan sebagai berkepala singa, bermahkota (melambangkan keperkasaan seorang raja yang dianggap penguasa dan mahkota adalah tanda kekuasaan raja yang dianggap seperti dewa), berbelalai gajah (Leman artinya gajah, melambangkan dewa Ganesha sebagai dewa kecerdasan), bersayap garuda, dan bersisik ikan.
Lembuswana is an animal consecrated as a god mounts Guru in providing advice and guidance. Lembuswana characterized as a lion-headed, wearing the crown (symbolizing courage of a king who is considered the ruler and the crown is a sign of royal power were regarded as gods), trunked elephant (Leman means elephant, symbolizing the god Ganesha as the god of intelligence), winged garuda, and scaly fish.
12
Selayang Pandang
Kota Samarinda Samarinda city overview
13
BAB 2 Chapter 2 SEJARAH KOTA SAMARINDA
P
ada saat pecah perang Gowa, pasukan Belanda di bawah Laksamana Speelman memimpin angkatan laut menyerang Makasar dari laut, sedangkan Arupalaka yang membantu Belanda menyerang dari daratan. Akhirnya Kerajaan Gowa dikalahkan dan Sultan Hasanudin terpaksa menandatangani perjanjian yang dikenal dengan ”PERJANJIAN BONGAJA” pada tanggal 18 Nopember 1667.
HISTORY OF SAMARINDA
B
y the time war broke Gowa, Dutch forces under Admiral Speelman led naval attack Makasar of the sea, while Arupalaka which helped the Dutch to attack from the mainland. Finally Gowa Sultan Hasanuddin was defeated and forced to sign an agreement known as the “AGREEMENT BONGAJA” on November 18, 1667.
14
Sebagian orang-orang Bugis Wajo dari kerajaan Gowa yang tidak mau tunduk dan patuh terhadap isi perjanjian Bongaja tersebut. Mereka tetap meneruskan perjuangan dan perlawanan secara gerilya melawan Belanda dan ada pula yang hijrah ke pulau-pulau lainnya, diantaranya ada yang hijrah ke daerah kerajaan Kutai, yaitu rombongan yang dipimpin oleh Lamohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado yang pertama). Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.
Most people Bugis Wajo of the kingdom of Gowa who do not submit and adhere to the contents of the Bongaja agreement. They still continue the struggle and guerrilla resistance against the Netherlands and some are moving to other islands, some of which migrate to areas Kutai kingdom, which is the group led by Lamohang Daeng Mangkona (Pua Ado first degree). The arrival of the Bugis Wajo of Gowa was well received by the Sultan of Kutai.
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha Pertanian, Perikanan dan Perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama didalam menghadapi musuh.
On agreements and treaties, by Raja Kutai the group given its location around the village take the floor, a lowlying area that is good for the business of Agriculture, Fisheries and Trade. In accordance with the agreement that the Bugis Wajo should help all the interests Raja Kutai, especially in the face of the enemy.
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar muara Karang Mumus (daerah Selili seberang) tetapi
All the group chose the area around the mouth of the Coral Mumus (Selili area opposite) but the area is
15
daerah ini menimbulkan kesulitan didalam pelayaran karena daerah tersebut berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).
causing the difficulty in shipping because the area is a fast-rotary (berulak) with a lot of dirt river. In addition to the background of mountains (Mount Selili).
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, yang melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua “sama” derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak, dan di kiri kanan sungai daratan atau “rendah”. Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama-kelamaan ejaannya jadi “SAMARINDA”.
With the hospital located on the water, must be equally high among home with each other, symbolizing no difference in the degree of whether nobles or not, all the “same” rank with locations that are around the mouth of the river berulak, and on both sides inland river or “low”. It is estimated that of this term resettlement site is called SAMARENDA or eventually spelled so “SAMARINDA”.
Orang-orang Bugis Wajo ini bermukim di Samarinda pada permulaan tahun 1668 atau tepatnya pada bulan Januari 1668 yang kemudian dijadikan patokan untuk menetapkan hari jadi Kota Samarinda. Dan telah ditetapkan dalam peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda Nomor : 1 Tahun 1988 tanggal 21 Januari 1988, pasal 1 berbunyi “Hari Jadi Kota Samarinda ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668 M, bertepatan dengan tanggal 5 Sya’ban 1078 H” penetapan ini dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari jadi kota Samarinda ke 320 pada tanggal 21 Januari 1980.
Bugis people living in New York City this Wajo at the beginning of 1668, or precisely in January 1668 which was then used as a benchmark to set anniversaries Samarinda. And set out in regulations Regional Level II Regional Municipal Samarinda No. 1 of 1988 dated January 21, 1988, Article 1 reads “Day of Samarinda set on January 21, 1668 AD, coincided with the 5th of Sha’ban 1078 H” designation is executed coinciding with the anniversary of the city of Samarinda to 320 on January 21, 1980.
16
17
18
ARTI LAMBANG KOTA SAMARINDA
1.
Sebuah Perisai: Adalah alat yang dipakai semua suku bangsa Indonesia untuk mempertahankan diri. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat Samarinda mampu mempertahankan diri dari segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan dari dalam maupun dari luar. 2. Warna Dasar Hijau Tua: Melambangkan kesuburan dan kemakmuran Kota Samarinda yang dikelilingi oleh hutan yang menjadi harapan bangsa Indonesia. 3. Tulisan Kota Samarinda: Tulisan Kota Samarinda di atas Kuning emas, melambangkan kewibawaan dan keadilan sesuia harapan Masyarakat yang melambangkan Pemerintah yang bersih dan berwibawa. 4. Dua Ekor Pesut: WARNA KUNING EMAS merupakan kekayaan alam yang harus dilestarikan. Dua Ekor Pesut melambangkan pula koordinasi dan kerjasama yang dinamis antara Eksekutif dan Legeslatif dalam melaksanakan pembangunan Daerah. 5. Bintang Bersudut Lima: Bintang bersudut lima melambangkan bahwa masyarakat yang beragama dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. 6. Sarung Samarinda: Corak yang berwarna khas Sarung Samarinda yang sudah terkenal sejak dulu kala melambangkan watak dan kepribadian masyarakat Samarinda yang berani dalam membela kebenaran dan keadilan. Disamping itu hasil dari budaya, melambangkan keuletan dan kegigihan (sehelai benang menjadi sehelai kain).
1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8.
A Shield: It is a tool that is used all the peoples of Indonesia to defend itself. This symbolizes that the community Samarinda able to defend themselves from the challenges, threats, obstacles and interference from inside and from outside. Primary Color Dark Green: It symbolizes fertility and prosperity Samarinda surrounded by a forest that became the hope of the nation of Indonesia. Samarinda City Posts: Posts Samarinda above Yellow gold, symbolizes the dignity and justice sesuia Public expectations symbolizing clean and respectable government. Two Tails porpoises: COLOR YELLOW GOLD is a natural wealth that must be preserved. Two Tails porpoises also symbolizes the dynamic coordination and cooperation between the Executive and Legeslatif in implementing regional development. Brush Five Star: five-pointed star symbolizes that people are religious and believe in God Almighty. Sarong Samarinda: colored patterns are typical of Samarinda sarongs that are well known since time immemorial symbolizes the character and personality of a bold Samarinda society in defense of truth and justice. Besides, the results of the culture, symbolizes tenacity and persistence (a piece of yarn into cloth). Grain Yellow 21 Fruit: Symbolizing prosperity of food, also indicate the anniversary of Samarinda, ie January 21. Flower Cotton White 7 Fruit: Symbolizing 7 function and role of Samarinda, in East Kalimantan
19
7.
Butir Padi Kuning 21 Buah: Melambangkan kemakmuran pangan, juga menunjukkan hari jadi Kota Samarinda, yaitu 21 Januari. 8. Bunga Kapas Putih 7 Buah: Melambangkan 7 fungsi dan peranan Kota Samarinda, sebagai Pusat Pemerintahan Tingkat I Kaltim, Pusat Pemerintahan Tingkat II Samarinda, Pusat Pembangunan Kaltim Bagian Tengah, Daerah Pembangunan Ilmu Pengetahuan, Daerah Industri di tepi Sungai Mahakam, Pusat Pendidikan dan Penelitian Hutan Tropis, Pusat Kegiatan Industri dan Perdagangan. 9. Sebuah Perahu: Menunjukkan bahwa pendahulu kita selalu bekerja keras yang tidak kenal lelah dan pantang mundur untuk mewariskan yang terbaik bagi generasi penerus muda mendatang menuju masyarakat adil dan makmur. 10. Jembatan Mahakam: Menunjukkan karya nyata Orde Baru pembangunan yang selalu berbuat untuk kepentingan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat berfungsi untuk semakin mempererat persatuan dan kesatuan. 11. Tiga Alur Sungai: Mengandung arti suasana Kota Samarinda yang tentram, tertib dan aman dialiri Sungai Mahakam. Tiga alur bermakna pula pada TRILOGI PEMBANGUNAN. 12. Tepian: Melambangkan bahwa Samarinda adalah pusat industri perkayuan, semboyan “TEPIAN” adalah singkatan dari: TE berarti TEDUH, PI berarti RAPI, A berarti AMAN, N berarti NYAMAN.
9.
10.
11.
12.
Government Level I, Level II Central Government of Samarinda, East Kalimantan Development Center Central Section, the Regional Development of Science, Industrial Region on the banks of the Mahakam River, Center for Education and Tropical Forest Research, Industry and Trade Activity Center. A Boat: Indicates that our predecessors have always worked hard tireless and unflinching to inherit the best for the next generation of young successor to the just and prosperous society. Bridge Mahakam: Shows the real work of the New Order development is always done for the benefit and improve the welfare of the people serves to further strengthen the unity and cohesion. Three Rivers Flow: Contains the meaning of Samarinda tranquil atmosphere, orderly and safe flowed Mahakam River. Similarly significant three grooves on Development Trilogy. Edge: Symbolizing that Samarinda is the center of the timber industry, the slogan “edge” is an abbreviation of: TE means TEDUH, PI means RAPI, A means SAFE, N means CONVENIENT
20
21
BAB 3 Visi dan Misi
Chapter 3
Pembangunan vision and mission development
VISI PEMBANGUNAN DAERAH
VISI PEMBANGUNAN DAERAH
V
T
isi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pilkada). Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun sesuai misi yang diemban. Visi pembangunan daerah Kota Samarinda untuk periode 2011-2015 adalah sebagai berikut: “Terwujudnya Kota Samarinda sebagai Kota Metropolitan Berbasis Industri, Perdagangan dan Jasa yang Maju Berwawasan Lingkungan dan Hijau, Mempunyai Keunggulan Daya Saing Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”
he vision of regional development in RPJMD is the vision of Regional Head and Deputy Head of elected submitted at the time of local elections (elections). Vision of Regional Head and Deputy Head of elected describe the direction of future development, or condition of the area to be achieved (desired future) within a term of 5 (five) years according to its mission statement.
Samarinda vision of regional development for the period 2011-2015 are as follows: “The realization of Samarinda as Metropolitan CityBased Industry, Commerce and Services Advanced Environmental and Green, Having Competitiveness Excellence To Improve Public Welfare”
22
23
24
Penjelasan Visi
Explanation Vision
Visi di atas bermakna sangat luas. Guna menunjukkan makna visi pembangunan daerah di atas dapat dijabarkan melalui penjelasan visi. Visi tersebut dapat didefinisikan menjadi beberapa poin diantaranya:
Vision over a very broad meaning. In order to demonstrate the meaning of the vision of regional development above can be described through explanation of vision. This vision can be defined into several points including:
Makna yang paling besar yang terdapat dalam Visi ini adalah Kota Samarinda sebagai Kota Metropolitan. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk daerah belakangnya. Beberapa aspek kehidupan di kota antara lain aspek sosial sebagai pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, dan pusat pemerintahan. Metropolitan didasarkan pada posisi Kota Samarinda sebagai Sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Timur dan menjadi pusat perkembangan industri, jasa dan perdagangan menimbulkan efek berantai (multiplier effect) salah satunya adalah perpindahan penduduk
Meaning the greatest contained in this vision is the city of Samarinda as Metropolitan City. The city is defined as a network system of human life which is characterized by high population density and characterized by socio-economic strata are heterogeneous and pattern materialistic, or they can be interpreted as a cultural landscape caused by natural elements and nonnatural with symptoms concentration area residents tow. Some aspects of life in the city, among others, the social aspect as an educational center, the center of economic activity, and the central government. Metropolitan is based on the position as as the Capital City of Samarinda, East Kalimantan Province and became the center of industrial development, services and trade chain effects (multiplier effect) one of which is the movement of people
25
(migrasi) dari berbagai daerah di Kalimantan Timur maupun dari luar daerah Kalimantan Timur bahkan hingga dari berbagai negara.
(migration) of various areas in East Kalimantan and East Kalimantan from outside the area and even to different countries.
Salah satu indikator Kota Metropolitan adalah jumlah penduduknya yang besar, Kota Samarinda adalah kota dengan jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Porvinsi Kaltim. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat diperkirakan akan menempati daerah-daerah perkotaan. Samarinda menjadi Kota Metropolitan merupakan salah satu upaya mewujudkan arah pembangunan Indonesia yaitu “Mewujudkan Pembangunan yang lebih Merata dan Berkeadilan”, yang diarahakan pada daerah-daerah diluar pulau Jawa. Upaya itu diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota yang tidak terkendali (urban sprawl & conurbation), seperti yang terjadi di wilayah Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan.
One indicator of the Metropolitan City is a large population, Samarinda is a town with a population of the most widely compared with other areas in East Kalimantan Porvinsi. The rapid population growth is expected to occupy urban areas. Samarinda became Metropolitan Municipality is one of the efforts to realize the direction of development of Indonesia, “Creating a more Equitable Development and Justice”, which is to be driven in areas outside Java. Efforts were needed to prevent the growth of cities (urban sprawl and conurbation), as happened in the area of Java, as well as to control migration from rural areas to big cities and metropolitan.
26
Metropolitan Kota Samarinda diharapkan dapat terwujud dengan mantapnya sistem sarana prasarana perkotaan yang terkendali. Hal tersebut dapat ditandai dengan meningktanya infrastruktur disegala bidang, termasuk dalam penanggulangan banjir dan ketersedian air bersih di kota. Penerapan manajemen tata ruang yang baik dengan optimalisasi lahan sesuai dengan pembagian fungsi kota. Sistem pengelolaan kota dan pemukiman yang sehat dan bersih dari sampah, serta nyaman sebagai pusat kegiatan industry, perdagangan dan jasa. Pembangunan Kota Samarinda sebagai Kota Metropolitan dilandaskan pada 3 fokus pokok pembangunan daerah yaitu pembangunan industry maju, perdagangan dan jasa. Makna berbasis pada industri, perdagangan dan jasa merupakan dukungan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Samarinda, dalam visi pembangunan daerah tersebut dijelaskan dalam uraian beriku ini: Berbasis pada Industri maju dan berwawasan lingkungan adalah pengembangan sektor industri baik industri kecil, menengah dan besar yang memperhatikan pengelolaan secara efisien dan rasional sumber daya alam, dengan memperhatikan daya dukungnya. Selain itu industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi, komunikasi, dan informasi baik untuk kepentingan domestik maupun dalam kaitannya dengan dinamika globalisasi Pengembangan sektor industri harus mengacu pada azaz pembangunan yang berkesinambungan dan menjaga kelestarian lingkungan agar tetap menjaga keadaan kota yang bersih, sehat dan nyaman sebagai bentuk perwujudan kota metropolitan. Berbasis pada Perdagangan maju dan berwawasan lingkungan dan Hijau adalah perdagangan yang mampu menjawab pasar global dengan memfokuskan pada komoditi andalan lokal Kota Samarinda. Dengan besarnya arus urbanisasi dan pertumbuhan penduduk Kota Samarinda, perdagangan dan pusat perbelanjaan merupakan ekonomi yang sangan besar. Pengelolaan sektor ini harus memperhatikan masalah keramahan terhadap lingkungan, khususnya pengelolaan limbah yang baik dan memperhatikan kesehatan lingkungan sekitar. Berbasis pada Jasa maju dan berwawasan lingkungan adalah pengelolaan sektor jasa yang mampu memberikan daya dukung terhadap pertumbuhan ekonomi. Sektor jasa di Kota Samarinda diarahkan
27 Samarinda City metropolitan expected to be realized with the establishment of a system of controlled urban infrastructure. It can be characterized by meningktanya infrastructure in all fields, including in the prevention of floods and the availability of clean water in the city. Management application with a good layout optimization of land in accordance with the division of functions of the city. Urban management and settlement system healthy and clean of trash, as well as convenient as a center of industry, trade and services. Samarinda City development as the Metropolitan City is based on three principal focus of regional development is the development of advanced industry, trade and services. Meaning based on industry, trade and services is support to the Regional Long Term Development Plan (RPJPD) Samarinda, in the vision of regional development are explained in the description of this beriku: Based on advanced and environmentally sound industry is the development of industrial sector of small industries, medium and large companies that pay attention to the efficient and rational management of natural resources, taking into account its carrying capacity. In addition the industry that strengthens the capabilities and the development of networks of interaction, communication, and information both for domestic purposes and in relation to the dynamics of globalization development of the industrial sector should be based on azaz sustainable development and preserve the environment in order to maintain the state of the city clean, healthy and comfortable as the embodiment of the metropolis. Based on advanced and environmentally sound trade and commerce that Green is able to answer the global market by focusing on local mainstay commodity Samarinda. With the magnitude of urbanization and population growth Samarinda, trade and shopping centers is a big economic partner. The management of this sector should be concerned about environmental friendliness, especially good waste management and attention to the health of the environment. Services based on advanced and environmentally sound management of the service sector is capable of providing the carrying capacity for economic growth. The services sector in the city of Samarinda directed on the principles of professionalism and standards of good service in order to support the embodiment of the metropolis. Strengthening the management of
28
pada prinsip-prinsip profesionalisme dan standarstandar pelayanan yang baik dalam rangka menunjang perwujudan kota metropolitan. Penguatan pengelolaan jasa keuangan menjadi salah satu faktor mewujudkan kondisi perekonomian masyarakat, selain jasa-jasa lain seperti transportasi, asuransi, telematika dan kesehatan dalam rangkan memperkuat daya saing kota. Pengelolaan sektor jasa yang profesional harus tetap memperhatikan keramahan terhadap lingkungan. Mempunyai Daya Saing untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat adalah merupakan orientasi pembangunan dari sektor industri, perdagangan dan jasa. Pembangunan dan pengelolaan 3 sektor pembangunan diatas semata-mata diarahkan pada penguatan daya saing Kota Samarinda dalam bidang tersebut. Daya saing tersebut hendaknya didukung dengan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan segala kompetensinya menjawab tantangan global. Jika sumber daya Kota Samarinda telah mampu bersaing dalam pergulatan perekonomian global, secara otomatif peningkatan taraf hidup masyarakat dapat dengan mudah tercapai. Sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat seiring dengan perkembangan Kota Samarinda sebagai Kota Metropolitan. Kesejehteraan dalam hal ini ditunjukkan dalam kondisi masyarakat yang mempunyai indeks pembangunan manusia (IPM) yang tinggi. IPM disusun dari 3 komponen, yaitu: lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup saat lahir, tingkat pendidikan yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada usia 15 tahun keatas dan rata-rata lama sekolah, tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan. Harapan yang ingin dituju dari kondisi ini berarti seluruh aspek kehidupan masyarakat, yang meliputi pendapatan, kesehatan, pendidikan, keadaan sosial budaya, keamanan, ketertiban, kedamaian dan peradaban telah sampai pada pencapaian taraf puncak baik lahir maupun batin. IPM Kota Samarinda diharapkan terus mengalama kenaikan setiap tahunnya. Kesejahteraan juga ditunjukkan dengan pemerataan kesenjangan pendapatan antar wilayah dalam kota, serta pemerataan penghasilan pekerja sektor informal.
financial services is one factor to realize the economic condition of the community, in addition to other services such as transportation, insurance, health telematics and in canoes strengthen the competitiveness of the city. Management of professional services sector must consider environmental friendliness. Competitiveness has to Improve Public Welfare is the orientation of the development of industry, trade and services. Development and management of the construction sector 3 above merely aimed at strengthening the competitiveness of Samarinda in the field. The competitiveness should be supported by the strengthening of the Human Resources (HR) with all its competence responding to global challenges. If resources Samarinda City has been able to compete in the global economy struggles, we have automatically improving standards of living can be easily achieved. So that the public welfare may increase along with the development of Samarinda as Metropolitan City. Kesejehteraan in this case is shown in a state of society which has a human development index (HDI) is high. HDI is composed of three components, namely: the length of life measured by life expectancy at birth, level of education as measured by a combination of literacy rate at age 15 years and older and the average length of the school, the level of decent living as measured by expenditure per capita has been adjusted. Expectations to the target of this condition means that all aspects of society, which include income, health, education, social and cultural circumstances, security, order, peace and civilization has reached the peak level of achievement both physically and mentally. IPM Samarinda expected to continue to rise each year mengalama. Welfare is also demonstrated by the equity income gap between regions in the city, and the distribution of income informal sector workers.
29
MISI PEMBANGUNAN DAERAH
REGIONAL DEVELOPMENT MISSION
Sesuai dengan harapan untuk mewujudkan “Kota Samarinda sebagai Kota Metropolitan Berbasis Industri, Perdagangan dan Jasa Yang Maju Berwawasan Lingkungan dan Hijau. Mempunyai Keunggulan Daya Saing untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” sebagai Visi Kota Samarida tahun 2010-2015, ditetapkan 9 (sembilan) misi-misi pembangunan daerah seperti berikut: 1. Penciptaan dan peningkatan fasilitas umum dan utilitas umum penunjang sektor industri, perdagangan dan jasa sebagai basis untuk menuju Kota Metropolitan; 2. Penanggulangan masalah banjir secara tuntas dan menyeluruh; 3. Penanggulangan masalah kebakaran secara tuntas dan menyeluruh; 4. Peningkatan kualitas kehidupan dan kesehatan masyarakat; 5. Mengembangkan sektor pendidikan dan sumber daya manusia yang profesional dan religius; 6. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan income perkapita; 7. Peningkatan kehidupan beragama, pemuda dan olah raga serta sosial budaya yang lebih dinamis dan kondusif; 8. Pemerataan keuangan daerah dan pembiayaan pembangunan; 9. Peningkatan good government pemerintah kota yang dinamis.
In accordance with the hope to realize the “Metropolitan City of Samarinda as-Based Industry, Trade and Services The Advanced Environmental and Green. Competitiveness has Excellence to Improve Public Welfare “as a City Vision Samarida year 2010-2015, set nine (9) regional development missions such as the following: 1. Creation and improvement of public facilities and public utilities supporting the industrial sector, trade and services as a base to get to the Metropolitan; 2. Mitigation of flood problem completely and thoroughly; 3. Countermeasures fire problem completely and thoroughly; 4. Improving the quality of life and public health; 5. Develop the education sector and human resources professionals and religious; 6. Improving economic growth and per capita income; 7. Increased religious life, youth and sports and socio-cultural more dynamic and conducive; 8. Equity financing regional finance and development; 9. Improving good governance dynamic city government.
30
2.1 Penjelasan Misi
2.1 Explanation of Mission
Dalam rangka memperjelas upaya-upaya pemerintah daerah dalam mewujudkan visi melalui pelakasaan misi pembangunan daerah, berikut ini penjelasan misi pembangunan daerah Kota Samarinda tahun 20102015:
In order to clarify the government’s efforts in realizing the vision through pelakasaan mission of regional development, the following explanation of regional development mission Samarinda years 2010-2015:
Misi 1: Penciptaan dan peningkatan fasilitas umum dan utilitas umum penunjang sektor industri, perdagangan dan jasa sebagai basis untuk menuju Kota Metropolitan Salah satu indikator utama dari sebuah Kota Metropolitan adalah kelengkapan fasilitas dan utilitas sarana dan prasarana kota yang memadai dalam segala bidang. Peningkatnya fasilitas dan utilitas ini bertujuan untuk menunjang pengembangan sektor industri, perdagangan dan jasa. Fasilitas dan utilitas diarahkan pada penguatan infrastruktur jalan, air bersih, tata ruang kota, kelistrikan, serta pemerataan fasilitas untuk daerah-daerah penunjang sektor industri, perdagangan dan jasa. Misi 2: Penanggulangan masalah banjir secara tuntas dan menyeluruh Perwujudan sebagai kota metropolitan dan sebagai kota industri, perdagangan dan jasa yang maju tidak akan terwujud jika masalah mendasar kota masih menjadi beban pembangunan dan menjadi penghambat proses pencapaian visi pembangunan. Oleh sebab itu banjir yang selama ini menjadi isu besar akan menjadi salah satu fokus pembangunan. Dengan menggunakan managemen yang baik dan membenahi semua sistem penyebab banjir. Masalah banjir bukan saja dipandang sebagai masalah teknis, namun juga masalah kultural dari kebiasaan buruk masyarakat maupun profesionalisme penanganannya.
Mission 1: Creation and improvement of public facilities and public utilities supporting the industrial sector, trade and services as a base to get to the Metropolitan City One of the main indicators of a Metropolitan City are complete facilities and utility infrastructure sufficient city in every field. Peningkatnya utility facilities and aims to support the development of industry, trade and services. Facilities and utilities aimed at strengthening road infrastructure, water supply, urban planning, electricity, and the distribution facility to support areas of industry, trade and services. Mission 2: Combating the problem of flooding completely and thoroughly Embodiment as a metropolitan city and as a city of industry, trade and services were developed to be achieved when the underlying problem is still the city of the burden of development and become an obstacle to the process of achieving the vision of development. Therefore, flooding has been a major issue will be one focus of development. By using good management system and fix all causes of floods. Flooding problem is not only seen as a technical issue, but also the cultural problem of the bad habits of the community and professionalism handling.
31 Misi 3: Penanggulangan masalah kebakaran secara tuntas dan menyeluruh
Mission 3: Combating the problem of fire completely and thoroughly
Kebakaran menjadi isu penting yang menjadi salah satu fokus pembangunan daerah. Penanggulangan masalah kebakaran bertumpu pada penguatan infrastruktur pemadam kebakaran pemerintah daerah. Selain itu peningkatan standar kepemilikan perangkat pemadam kebakaran pada bangunan-bangunan umum merupakan salah satu penunjang terwujudnya kota metropolitan. Harapannya, penguatan infrastruktur dan standar pemadam kebakaran dapat membangun rasa aman masyarakat dari bahaya kebakaran.
Fire is an important issue which is one focus of regional development. Overcoming the problem of fire resting on fire-fighting infrastructure strengthening local government. Besides the increase in the standard device ownership firefighters on public buildings is one of supporting the establishment of a metropolitan city. The hope, strengthening infrastructure and standards firefighter can build a sense of community safe from fire hazards. Mission 4: Improved quality of life and public health
Misi 4: Peningkatan kesehatan masyarakat
kualitas
kehidupan
dan
Kesehatan merupakan faktor kunci jika ingin meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia. Sumberdaya manusia yang sehat dapat meningkatkan kinerja daya saing daerah. Kehidupan yang sehat akan mendorong masyarakat untuk lebih produktif dalam bekerja dan merasa nyaman tinggal dan bekerja di Kota Samarinda. Kehidupan yang sehat juga akan mempengaruhi perilaku menjaga lingkungan yang sehat. Hasilnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakan melalui terbangunnya kota industri, perdagangan dan jasa yang maju dan berwawasan lingkungan akan dapat terwujud. Artinya kesehatan merupakan dasar keberhasilan pencapaian visi Kota Samarinda. Misi 5: Mengembangkan sektor pendidikan dan sumber daya manusia yang profesional dan religius Kunci lainnya dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Pengembangan pendidikan diarahkan pada pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan dasar serta pengembangan kearah persaingan internasional. Dengan bermodal
Health is a key factor if you want to improve the quality of life of human resources. Healthy human resources can improve the performance of regional competitiveness. A healthier life will encourage people to become more productive at work and feel comfortable living and working in the city of Samarinda. A healthy life will also affect the behavior of maintaining a healthy environment. The result is an increase in the welfare of the communities through the establishment of industrial cities, trade and services advanced and environmentally friendly will be realized. It means that health is the foundation of success in achieving the vision of Samarinda. Mission 5: Develop education and human resources professionals and religious Another key in increasing the capacity of human resources is education. The development of education is directed on equal basic education as well as towards the development of international competition. With capital on the consistency of the fulfillment of the
32
pada konsistensi pemenuhan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Samarinda. Selain pendidikan pengembangan sumber daya manusia yang profesional juga merupakan langkah yang penting. Profesionalisme mampu mengantarkan peyalanan menjadi lebih optimal. Semua kunci peningkatan kapasitas sumber daya manusia tersebut diatas dijunjung tinggi dengan dasar religiusitas kepada Tuhan yang Maha Esa.
education budget of at least 20% is expected to improve the quality of education in Samarinda. In addition to the development of education human resources professionals is also an important step. Professionalism is able to deliver peyalanan become more optimal. All the key to improving the human resource capacity of the above upheld on the basis of religiosity to God Almighty.
Misi 6: Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan income perkapita
In order to improve the welfare of society, pembanguanan should be directed to the economics growth and per capita income are consistently increasing. It means that development always improved every year. Economic growth can be supported by an increase in regional GDP, a healthy investment climate as well as the passage of industry, trade and services properly. Under these conditions must accompaniment with the increase in per capita income is evenly distributed on each eleman society.
Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembanguanan perlu diarahkan pada pertumbuhan eknomi dan income perkapita yang secara konsisten meningkat. Artinya pembangunan selalu mengalami perbaikan setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi dapat didukung dengan adanya peningkatan PDRB daerah, iklim investasi yang sehat serta berjalannya sektor industri, perdagangan dan jasa dengan baik. Dengan kondisi demikian harus diiringan dengan kenaikan pendapatan perkapita yang merata pada setiap eleman masyarakat. Misi 7: Peningkatan kehidupan beragama, pemuda dan olah raga serta sosial budaya yang lebih dinamis dan kondusif Pola kehidupan masyarakat harus dapat berjalan seimbang, selain pemenuhan kebutuhan dalam bidang ekonomi, penting untuk menjaga kondisi jasmani dan rohani masyarakat serta hubungan sosial antar masyarakat. Peningkatan pola kehidupan yang seimbang didasarkan pada pendekatan keagamaan untuk memenuhi kebutuhan rohani, kepemudaan dan olah raga untuk memenuhi kebutuhan jasmani serta menjaga generasi pemuda dalam kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat. Selain itu kegiatan sosial budaya guna menjaga keseimbangan dan kerukunan antar masyarakat. Dengan demikian pola kehidupan masyarakat akan lebih dinamis dan dapat mendorong produktifitas masyarakat dalam segala bidang. Misi 8: Pemerataan keuangan pembiayaan pembangunan
daerah
dan
Kuangan daerah dapat diibaratkan sebagai tiket pembangunan daerah, betapa hebatpun strategi pembangunan dan program-program yang bagus jika tanpa kemampuan keuangan yang memadai
Mission 6: Enhance economic growth and per capita income
Mission 7: Increased religious life, youth and sports and socio-cultural more dynamic and conducive Patterns of community life should be in balance, in addition to fulfilling the needs in the field of economics, it is important to maintain physical and spiritual conditions of society and social relations between people. Improved pattern balanced life based on religious approach to meet the spiritual needs, youth and sports to meet the physical needs as well as maintain the generation of youth in activities that are more useful. Besides socio-cultural activities in order to maintain balance and harmony between communities. Thus the pattern of people’s lives will be more dynamic and can boost the productivity of society in all fields. Mission 8: Equity regional financial and development financing Kuangan region can be described as tickets for local development, how hebatpun development strategies and programs are great if without sufficient financial capability will be a mere wishful planning. Financial equalization aimed at fairness in the management of financial resources of the area. Financing of regional finance is a fair balance between the financial used to run the service program with the Community Sector program for routine operations of local governments. Financial equalization can be optimized if a large local financial independence, one of them by the increase in
33 akan menjadi sebuah angan perencanaan belaka. Pemerataan keuangan dimaksudkan pada keadilan dalam pengelolaan sumber keuangan daerah. Pembiayaan keuangan daerah yang adil adalah keseimbangan antara keuangan yang digunakan untuk menjalankan program pelayanan masyarakan dengan program untuk operasional rutin pemerintah daerah. Pemerataan keuangan dapat lebih optimal jika kemandirian keuangan daerah besar, salah satunya dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah, dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembiayaan pembangunan. Misi 9: Peningkatan good government pemerintah kota yang dinamis Pemerintahan yang baik merupakan faktor pengungkit sebuah perencanaan pembangunan yang baik. Peran pemerintah sebagai Nahkoda dalam pembangunan menjadi penting untuk mendapatkan perhatian. Profesionalisme aparatur pemerintah, pemerintahan yang bebas dari praktek-praktek KKN, serta kesadaran memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat merupakan kata kunci peningkatan kapasitas pemerintahan daerah. Peningkatan pelayanan kedepan diarahkan pada pelayanan berbasis pada teknologi dan keterbukaan, sehingga kecepatan dan kenyamanan dapat dinikmati oleh masyarakat dan pelaku bisnis guna menunjang penguatan daya saing dan kesejahteraan masyarakat.
local revenue, and increase public participation in the process of development financing. Mission 9: Improving good governance dynamic city government Good governance is a factor lever a good development planning. The government’s role as the Master in development becomes important to get attention. The professionalism of government officials, government free of corruption practices, as well as awareness to provide optimum service to the community is the key word increasing the capacity of local government. Future service improvement is directed at service based on technology and openness, so that the speed and comfort can be enjoyed by the public and businesses to support the strengthening of competitiveness and prosperity.
34
3.TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
3.GOAL AND REGIONAL DEVELOPMENT TARGETS
T
G
Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan pembangunan daerah. Rumusan tujuan dan sasaran merupakan dasar dalam menyusun pilihan-pilihan strategi pembangunan dan sarana untuk mengevaluasi pilihan tersebut.
Goals are statements about things that need to be done to achieve the vision, mission and answer the strategic issues of regional and local development issues. Formulation of goals and objectives is fundamental in preparing choices of development strategies and the means to evaluate these options.
ujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Dengan demikian tujuan dan sasaran RPJMD Kota Samarinda tahun 2011-2015 ditetapkan sebagai berikut:
oals and objectives is the stage of formulation of strategic objectives which indicates the level of the highest priority in the medium-term development planning which in turn will form the basis of the architecture of the overall performance of the construction area.
Target is the expected result of an objective formulated measurable, specific, easily accessible, rationally, to be implemented within a period of 5 (five) years. Thus the goals and objectives of RPJMD Samarinda years 2011-2015 are set as follows:
35
Tujuan:
Objective:
1.
Meningkatkan penataan kawasan tepian Mahakam dan kawasan Citra Niaga secara menyeluruh 2. Menciptakan fasilitas pengelolaan perkotaan yang bersih, indah dan sehat 3. Meningkatkan kualitas infrastruktur transportasi perkotaan dan penghubung sektor industri, perdagangan dan jasa 4. Memperbaiki perencanaan penanggulangan yang berbasis sistemik dan bersifat preventif. 5. Memperbaiki infrastruktur pencegahan dan penanggulangan banjir 6. Terwujudnya sarana pemadam kebakaran yang memadai 7. Menciptakan standar operasional prosedur pencegahan dan pemadaman kebakaran 8. Terciptanya aksesbilitas pelayanan kesehatan 9. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup 10. Sinergisitas atara pendidikan dan lapangan kerja 11. Terciptanya aksestabilitas dan kualitas pendidikan yang optimal 12. Memberikan jaminan terhadap pertumbuhan UMKMK, dan pertanian, dalam sebuah konsep industri dan perdagangan yang dikelola secara komprehensif 13. Terwujudnya pemetaan potensi Kota Samarinda yang masif dan integratif untuk menghadapi daya saing dan meningkatkan income perkapita 14. Melestarikan nilai-nilai budaya lokal dan kerukunan antar masyarakat dalam hidup berdampingan dengan rasa kebersamaan 15. Terciptanya kemandirian keuangan daerah 16. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan daerah 17. Terwujudnya sistem birokrasi yang efektif, efisien, dan akuntabel dalam mendukung terciptanya good governance 18. Meningkatkan pelayanan dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan masyarakat serta berkomitmen terhadap kesetaraan gender.
1. Increase the arrangement Mahakam edge region and the region as a whole Citra Niaga 2. Creating urban management facilities are clean, beautiful and healthy 3. Improving the quality of urban transport infrastructure and connecting sectors of industry, trade and services 4. Improving the management planning based systemic and preventive. 5. Improving prevention and flood prevention infrastructure 6. The realization of adequate fire extinguishers 7. Create a standard operating procedure prevention and fire fighting 8. The creation of accessibility of health services 9. Improving the quality of the environment 10. Synergy only between education and employment 11. The creation of aksestabilitas and optimal quality of education 12. Provide a guarantee against the growth of MSME and agriculture, in industry and trade a concept which is managed comprehensively 13. The realization of potential mapping Samarinda massive and integrated to deal with competitiveness and increase per capita income 14. Preserving the cultural values ​​of local and intercommunal harmony in coexistence with a sense of togetherness 15. The creation of local financial independence 16. Increased public participation in the process of regional development 17. The realization of the bureaucratic system that is effective, efficient, and accountable in supporting the creation of good governance 18. Improve services by taking into account the characteristics and needs of the community and is committed to gender equality.
Sasaran:
Target:
1. Pengembangan dan penataan kawasan tepian Mahakam dan Citra Niaga 2. Kerjasama pihak swasta untuk investasi industri dan perdagangan kawasan tepian Mahakan dan Citra Niaga 3. Memperbaiki sistem pengelolaan taman kota dan persampahan 4. Penataan dan penciptaan sarana prasarana pasar dan PKL
1. The development and structuring of the edge region of the Mahakam and Citra Niaga 2. Cooperation private parties for industrial investment and regional trade Mahakam ledges and Citra Niaga 3. Improve the system of solid waste management and urban parks 4. Structuring and creation of infrastructure market and street vendors
36
5. Perbaikan saran penerangan dan air bersih 6. Memperbaiki jalan perkotaan dan sitem perparkiran 7. Pemerataan pembangunan jalan daerah penghubung kawasan industri, perdagangan dan jasa 8. Menyusun blue print profil penyebab dan penanggulangan banjir dalam setiap rencana pembangunan 9. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pencegahan banjir 10. Membangun kawasan resapan air dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 11. Meningkatkan anggaran untuk infrastruktur penanganan banjir melalui DAK 12. Merelokasi/rehabilitasi sungai penyebab banjir dan membangun waduk penampung air 13. Perbaikan drainase dan pembangunan folder penyangga air
5. Improvement suggestions electricity and water supply 6. Improving urban road and parking system 7. Equitable construction of regional roads connecting industrial zones, trade and services 8. Develop a blue print profiles causes and countermeasures of flood in any development plan 9. Increase public awareness of flood prevention 10. Building a water catchment areas and green open space (RTH) 11. Increase the budget for flood management infrastructure through DAK 12. Relocating / rehabilitation of rivers causing flooding and build water storage reservoirs 13. Improved drainage and construction of water buffer folder
37 14. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pemadam kebakaran 15. Meningkatkan profesionalismen dan kuantitas aparatur pemadam kebakaran 16. Menyusun aturan hukum yang dapat diterapkan oleh semua instansi dan masyarakat 17. Meningkatkan sarana dan tenaga pelayanan kesehatan 18. Mengoptimalkan jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin 19. Menggugah kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat 20. Melindungi masyarakat terhadap penyalahgunaan Narkoba 21. Menjaga dan meningkatkan Rasio Jumlah Kelulusan SMA, SMK, PT terhadap Lapangan Pekerjaan 22. Menigkatknya pemerataan dan kualitas pendidikan bagi anak usia sekolah dan masyarakat 23. Konsisten terhadap alokasi 20% anggaran pendidikan pada APBD 24. Meningkatkan profesionalisme aparatur dengan pendidikan lanjut dan pelatihan 25. Meningkatkan Kontribusi Industri, UMKMK, dan pertanian dalam PDRB 26. Meningkatkan Pertumbuhan kuantitas dan kualitas kelembagaan industri, pergadangan dan Jasa 27. Blue print potensi industri, perdagangan dan jasa secara kewilayahan 28. Meningkatkan prosentase pertumbuhan nilai ekspor 29. Meningkatkan nilai investasi baik lokal maupun asing 30. Meningkatnya Prosentase Organisasi Pemuda, Masyarakat, dan Parpol yang Dibina 31. Mempertahankan modal sosial, kegiatan keagamaan yang berkembang dalam masyarakat 32. Optimalisasi potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) 33. Meningkatkan swadaya pembiayaan mandiri masyarakat dalam pembangunan 34. Menurunnya indeks tingkat korupsi dan kasus korupsi lainnya 35. Capacity Building aparatur pemerintah daerah dalam peningkatan pelayanan prima 36. Pemerataan pelayanan kebutuhan dasar berlandaskan kebutuhan kewilayahan 37. Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur pelayanan publik dengan memperhatikan pengarusutamaan gender
14. Improve the quality and quantity of fire extinguishers 15. Increase profesionalismen and quantity of firefighting apparatus 16. Establish the rule of law that can be applied by all agencies and the public 17. Improve infrastructure and health care personnel 18. Optimizing health insurance to the poor 19. Evocative public awareness of healthy lifestyle 20. Protecting the public against drug abuse 21. Maintain and improve the ratio of Total Graduation SMA, SMK, PT on Employment 22. Menigkatknya equity and quality of education for school-age children and the community 23. Consistency with the allocation of 20% of the education budget on budget 24. Improving the professionalism of personnel with advanced education and training 25. Increase Contributions Industry, MSME and agriculture in GDP 26. Enhancing the Growth of the quantity and quality of industrial institutions, pergadangan and Services 27. Blue print potential for industry, trade and services in terms of areal 28. Increase the percentage of growth in export value 29. Increase the value of both local and foreign investment 30. Increased Percentage of Youth Organizations, Society, and political parties Scouted 31. Maintaining the social capital, the growing religious activities in public 32. Optimization of potential revenue (PAD) 33. Improve independent self-financing community development 34. The decline in the index level of corruption and other corruption cases 35. Capacity Building of local government officials in improving the excellent service 36. Equitable basic services based on regional needs 37. Improve the quality and quantity of public service personnel with due regard to gender mainstreaming
38
39
BAB 4 Chapter 4
Gambaran Umum
Kota Samarinda general overview of the city Samarinda
Secara umum kondisi Kota digambarkan sebagai berikut :
Samarinda
dapat
In general condition Samarinda City can be described as follows:
Letak Geografis
Geographical location
Secara astronomis, Kota Samarinda terletak pada posisi antara 116o15’36” - 117o24’16” Bujur Timur dan 0o21’18” - 1o09’16” Lintang Selatan, dengan ketinggian 10.200 cm di atas permukaan laut dan suhu udara kota antara 22 – 320C dengan curah hujan mencapai 2.345 mm pertahun dengan kelembaban udara rata - rata 81,4 %.
Astronomically, Samarinda located at the position between 116o15’36 “- 117o24’16” East Longitude and 0o21’18 “- 1o09’16” south latitude, with a height of 10,200 cm above the surface of the sea and the city’s air temperature between 22 - 320C with rainfall reaches 2,345 mm per year with average air humidity - average 81.4%.
Administrasi
Administration
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1987, tentang Penetapan Batas Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II Samarinda. Kotamadya Daerah Tingkat II Balikpapan, Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai dan Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir yang tertuang dalam Lembaran Negara Nomor 3364, Luas Wilayah Kota Samarinda adalah ± 718 Km2 dan batas Adminsitrasi Kota Samarinda, yaitu :
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1987, tentang Penetapan Batas Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II Samarinda. Kotamadya Daerah Tingkat II Balikpapan, Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai dan Kabupaten Daerah Tingkat II Pasir yang tertuang dalam Lembaran Negara Nomor 3364, Luas Wilayah Kota Samarinda adalah ± 718 Km2 dan batas Adminsitrasi Kota Samarinda, yaitu :
40
1. Sebelah Utara : Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara 3. Sebelah Timur :Kecamatan Muara Badak, Anggana dan Sanga-sanga Kabupaten Kutai Kartanegara 4. Sebelah Barat : Kecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Kemudian sesuai dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2010 tentang Pembentukan Kecamatan Sambutan, Kecamatan Samarinda Kota, Kecamatan Sungai Pinang, dan Kecamatan Loa Janan Ilir, maka wilayah Kota Samarinda saat ini terbagi dalam 10 (sepuluh) Kecamatan. Beberapa waktu lalu berdasarkan Peraturan Walikota Samarinda No. 10 Tahun 2006 tentang Pemekaran Kelurahan yang ada di Kota Samarinda, maka Kota Samarinda saat ini telah dimekarkan menjadi 53 kelurahan, dari sebelumnya 42 Kelurahan. Kelurahan yang baru dibentuk antara lain, Simpang Tiga, Rapak Dalam, Sengkotek, Tani Aman, Tanah Merah, Bandara, Sempaja Barat, Mugirejo, Bukit Pinang, Karang Asam Baru, dan Karang Anyar. Kemudian di tahun 2014 ini, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pemekaran Kelurahan di Wilayah Kota Samarinda, kembali dilakukan pemekaran beberapa kelurahan sehingga jumlah kelurahan yang sebelumnya sebanyak 53 menjadi sebanyak 59 kelurahan. Kelurahan-kelurahan baru tersebut yaitu Kelurahan Mangkupalas, Tenun Samarinda, Gunung Panjang, Sempaja Barat, Sempaja Timur, Budaya Pampang. Pemekaran ini dilakukan untuk memudahkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Setiap kelurahan idealnya 10.000 Kepala Keluarga (KK) atau tingkat kecamatan 100.000. Adapun Kecamatan dan Kelurahan tersebut, yaitu :
41
1. North: Muara Badak Kutai regency 2. South: District of Loa Janan Kutai regency 3. East: Muara Badak, Anggana and Sanga-sanga Kutai regency 4. West: Across Tenggarong District and Muara Badak Kutai regency. Then, according to the Regional Regulation No. 2 Year 2010 concerning the Establishment of the District Speech, District Samarinda City, Sungai Pinang and Loa Janan Ilir subdistrict, then the city of Samarinda is currently divided into ten (10) districts. Some time ago based on Samarinda Mayor Regulation No. 10 Year 2006 on Expansion of the Village in the city of Samarinda, the city of Samarinda has been split into 53 sub-district, from the previous 42 villages. Village of the newly formed, among others, Simpang Tiga, Rapak In, Sengkotek, Tani Aman, Tanah Merah, Airport, Sempaja West, Mugirejo, Bukit Pinang, Karang Baru acid, and Karang Anyar. Then in 2014, based on Regional Regulation No. 6 of 2014 on Regional Expansion village in Samarinda, the division again performed several villages so that the number of villages that previously many as 53 to as many as 59 villages. The new kelurahan namely Village Mangkupalas, Weaving Samarinda, Gunung Panjang, Sempaja West, East Sempaja, Culture Pampang. Redistricting is done to facilitate government services to the public. Each village ideally 10,000 families (KK) or the district level of 100,000. The District and the village, namely:
42
No
Kecamatan / District
Jumlah Kelurahan / Total Villages
1
Samarinda
5 Kelurahan
2
Samarinda Utara
9 Kelurahan
3
Samarinda Ulu
8 Kelurahan
4
Sungai Kunjang
7 Kelurahan
5
Samarinda Seberang
5 Kelurahan
6
Palaran
5 Kelurahan
7
Samarinda Kota
5 Kelurahan
8
Loa Janan Ilir
5 Kelurahan
9
Sungai Pinang
5 Kelurahan
10
Sambutan
5 Kelurahan
Jumlah Penduduk per Kecamatan
Population per subdistrict
Jumlah penduduk Kota Samarinda sesuai data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda hingga tahun Juni 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
The population of the city of Samarinda according to the data of Population and Civil Registration Samarinda City until June 2014 can be seen in the table below:
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2014 (per 31 Juni) Population According to the District 2014 (per June 31) No
Kecamatan District
Laki laki Male
Perempuan Female
Jumlah Total
1
Samarinda Ulu
89.067
79.000
168.067
2
Sungai Kunjang
81.712
73.257
154.969
3
Sungai Pinang
68.710
62.290
131.000
4
Samarinda Utara
59.621
53.551
113.172
5
Samarinda Ilir
46.535
42.248
88.783
6
Samarinda Seberang
43.355
38.430
81.785
7
Loa Janan Ilir
40.574
37.268
77.842
8
Palaran
35.354
31.261
66.615
9
Sambutan
28.372
25.881
54.253
10
Samarinda Kota
22.708
21.209
43.917
516.008
464.395
980.403
Jumlah / Total Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari sepuluh kecamatan yang ada di Kota Samarinda, Kecamatan Samarinda Ulu memiliki jumlah penduduk yang terbanyak yaitu sebesar 168.067 jiwa, sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk yang terkecil yaitu Kecamatan Samarinda Kota dengan jumlah penduduk sebesar 43.917 jiwa.
From the table above shows that of the ten districts in the city of Samarinda, Samarinda Ulu Subdistrict has the highest number of people in the amount of 168 067 inhabitants, while the sub-district with the smallest population of the District of Samarinda City with a population of 43 917 people.
43
Ketinggian/Topografi
Altitude / Topography
Wilayah Kota Samarinda berdasarkan kondisi topografinya berada di kelas ketinggian antara 0 – 200 dpl, dan hampir 24,17 % berada di ketinggian 0 – 7 dpl, umumnya terletak di dekat Sungai Mahakam sekitar 41,10 % berada dalam ketinggian 7 – 25 dpl, dan 32,48 % berada di ketinggian 25 – 100 dpl.
Samarinda City area based on topography in class altitude between 0-200 asl, and nearly 24.17% at an altitude of 0-7 asl, generally situated near the Mahakam River approximately 41.10% were in the height of 7-25 asl, and 32.48% at an altitude of 25-100 asl.
Topografi Kota Samarinda No
KelasKetinggian (dpl)
Luas (Ha)
Persentase (%)
0–7
173,40
173,40
2
7 – 25
294,86
294,86
3
25 – 100
233,02
233,02
4
100 – 500
15,14
15,14
5
> 200
1,58
1,58
1
Sumber : Samarinda Dalam Angka
Kemiringan Wilayah Kota Samarinda berdasarkan kondisi tingkat kemiringannya terbagi menjadi tingkat kemiringan 0 – 2% seluas 219,61 km2 atau 30,61% dari luas Kota Samarinda, diikuti tingkat kemiringan 3 - 14% seluas 198,58% atau 27,68%. Sementara tingkat kemiringan di atas 40% seluas 106,17 Km2 atau 14,68%.
The slope of Samarinda City area based on the condition of the slope level is divided into the slope of 0-2% covering an area of 219.61 km2, or 30.61% of the area of Samarinda, followed slope 3-14% area of 198.58% or 27.68%. While the slope above the 40% area of 106.17 km2, or 14.68%.
Kemiringan Kota Samarinda No
Kemiringan (%)
Luas ( Km2)
Persentase (%)
0 -2
219,61
30,61
2
3 – 14
198,58
27,68
3
15 – 40
194,06
27,05
4
> 40
105,17
14,68
1
Sumber : Samarinda Dalam Angka
44
Fisiografi Kondisi Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan bumi dipandang dari factor dan proses pembentukannya. Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan fisiografi. Wilayah Kota Samarinda Ditinjau dari fisiografinya dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh) deskripsi masingmasing satuan fisiografi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Daerah Patahan (daerah dimana terjadi patahan) yakni patahan menurun dan kasar, dengan permukaan yang besar dengan kemiringan tanah sangat bervariasi 2. Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah ditepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. 3. Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan, baik didaerah muara maupun daerah pedalaman.
Physiographic physiographic conditions shows the surface shape of the earth seen from factors and formation. The process of formation of the Earth’s surface is seen as an identifier of a physiographic unit. Judging from the Samarinda City area fisiografinya can be grouped into seven (7) a description of each physiographic unit is as follows: 1. Regional Fault (area where there is a fault) the fracture decreased and rugged, with a large surface with the ground slope varies greatly 2. Regional tidal marsh (tidal swamp) is low-lying areas on the coast who are always influenced by the tide and overgrown with mangrove forests and palm, form a flat area with a variation of less than 2% slope and height difference of less than 2 meters. 3. Regional alluvial (alluvial plain) is a highland area that formed by the deposition process, both areas estuaries and inland areas.
45 4.
Regional choppy / wavy configuration which is the area with rough terrain hilly areas marked by the deployment of 8, 15%. 5. Regional plateau (plain) which is the area of sediment, karst plains, volcanic plains, highlands igneous (metamorphic) sour, basalt plains with undulating to hilly region shape, slope variations of 2 to 15.94% with the height difference of less than 50 meters. 6. The area is hilly (hill) is a local hill and ultra alkaline sludge, sediment back system, metamorphic and volcanic truncated cone with radial drainage patterns. Wavy shape up rather mountainous region, the slope variation of 16 to 60%, and the height difference between 50 to 150 meters. 7. Regional River (River). This area serves as reterdam area, the area controller or waterponds. To clarify the spread and the area of each physiographic unit in the city of Samarinda can be seen in the following table:
4. Daerah berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan berat ditandai dengan penyebaran daerah perbukitan 8, 15 %. 5. Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, variasi lereng 2 sampai 15,94 % dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter. 6. Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, system punggung sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung, variasi lereng 16 sampai 60%, dan beda ketinggian antara 50 sampai 150 meter. 7. Daerah Sungai (River). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah pengendali atau waterponds. Untuk memperjelas penyebaran dan luas masingmasing satuan fisiografi di wilayah Kota Samarinda dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Luas Satuan Fisiografi di Wilayah Kota Samarinda No
Satuan Fisiografi
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
LembahAluvial
6.479
9,02
2
Daerah Daratan
10.524
15,94
3
DaratanBerombak
5.379
8,15
4
DataranBergelombang
9.636
14,59
5
Daerah Patahan
1.527
2,31
6
Daerah Berbukit
29.526
44,73
7
Lain-lain
8.729
4,47
Jumlah
71.800
4,47
Sumber : Samarinda Dalam Angka
46
Geologi Wilayah Kota Samarinda menurut struktur geologinya yang diketahui berdasarkan hasil survey dan atau pemetaan geologi yang dimuat dala mbuku “Geology of Indonesia, Volume IA� oleh R.W. Van Bemmelen, 1949, pada umumnya berumur Praktertier hingga Kwarter. Beberapa formasi geologi yang terdapat diwilayah Kota Samarinda diantaranya adalah : 1. Kampung Baru Beds 2. Balikpapan Beds 3. PulauBalang Beds 4. Pemaluan Beds
47
Geology Samarinda City area according to the geological structure known based on the survey and geological mapping are loaded or dala mbuku "Geology of Indonesia, Volume IA" by R.W. Van Bemmelen, 1949, generally aged Praktertier to quaternary. Some geological formations are Samarinda City region are: 1. Kampung Baru Beds 2. Balikpapan Beds 3. PulauBalang Beds 4. Pemaluan Beds
48
Beberapa Wilayah geologi telah mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya patahan. Formasi ini terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu lempeng dan tufa dasitik dengan sisipan batubara.
Some geological region has undergone marked changes in the presence of faults. This formation consists of Grewake, quartz sandstone, limestone, stone slabs and tufa dasitik with inset coal.
Luas Masing-Masing Formasi Geologi di Wilayah Kota Samarinda No
Formasi
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Kampung Baru Beds
11.314
11,34
2
Balikpapan Beds
33.953
53,29
3
Pulau Balang Beds
16.977
26,65
4
Pemaluan Beds
9.556
8,72
Jumlah
71.800
100
Sumber : Samarinda Dalam Angka
Hidrologie Kota Samarinda Berdasarkan kondisi hidrologinya dipengaruhi oleh sekitar 20 daerah aliran sungai (DAS). Sungai Mahakam adalah sungai utama yang membelah Kota Samarinda dengan lebar antara 300 – 500 meter, sungai–sungai lainnya adalah anakanak sungai yang bermuara di sungai Mahakam yang meliputi : 1. Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60 Km
Hidrologie Kota Samarinda Based on hydrological conditions affected by approximately 20 watersheds (DAS). Mahakam River is the main river that divides the city of Samarinda with widths between 300-500 meters, other rivers are tributaries that flow into the Mahakam river include: 1. Sungai Karang Mumus the watershed area of about 218.60 Km
49 2. Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km 3. Anak sungai lainnya antara lain, Sungai Loa Bakung, Loa Bahu, Bayur, Betapus, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan Sungai Bantuas.
2. River basin area Palaran at 67.68 Km 3. Among other tributaries, the River Loa Bakung, Loa Shoulders, Bayur, Betapus, Muang, Pampang, Buffalo, Speech, Lais, Bags, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak In, Mangkupalas, the books of, Ginggang , Pulung, Brackish, Flip Crocodile, Banyiur, Sakatiga and Bantuas River.
Jenis Tanah
Type of soil
Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kota Samarinda, menurut Soil Taxanomy USDA tergolong kedalam jenis tanah : Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptiols dan Mollisol atau bila menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah : Podsolik, Alluvial, Organosol.
The types of land located in the city of Samarinda, according to the USDA Soil Taxanomy classified into types of soil: Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptiols and Mollisol or if in Bogor Soil Research Institute consists of soil types: Podsolic, Alluvial, Organosol.
Ciri dan sifat tanah-tanah Podsolik (Ultisol) biasanya ditandai dengan : 1. Pencucian yang intensif terhadap basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam dan dengan kejenuhan basa yang rendah. 2. Karena suhu yang cukup tinggi dan pencucian yang berlangsung terus menerus mengakibatkan pelapukan terhadap mineral liat sekunder dan oksida-oksidanya.
Characteristics and properties of soils Podsolic (Ultisol) is usually characterized by: 1. Wash the intensive bases, thus reacts acidic soil and with a low base saturation. 2. Due to a high enough temperature and washing ongoing result of weathering of the secondary clay minerals and oxides.
50
3.
Terjadi pencucian liat di lapisan atas (eluviasi) dan penimbunan liat di lapisan bawahnya (illuviasi).
3. There was washing clay in the upper layer (eluviasi) and accumulation of clay in the bottom layer (illuviasi).
Tanah Podsolik (Ultisol) merupakan jenis tanah yang arealnya terluas di Kota Samarinda dan masih tersedia untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Persediaan air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang tinggi. Penggunaan tanah dari jenis tanah ini sebagai daerah pertanian, biasanya memungkinkan produksi yang baik pada beberapa tahun pertama selama unsur-unsur hara dipermukaan belum habis melalui proses biocycle.
Land Podsolic (Ultisol) is a type of soil area is the largest in the city of Samarinda and is still available to be developed as an agricultural area. The water supply in this area is generally reasonably available from high rainfall. The use of this type of soil the soil as an agricultural area, usually allows the production of a good in the first few years for nutrients on the surface is not depleted through biocycle process.
Pada dasarnya jenis-jenis tanah di Kota Samarinda (menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dan Padanannya menurut Soil Taxanomy) terdiri dari : 1. Podsolik (Ultisol) 2. Alluvial (Entisol) 3. Gleisol (Entisol) 4. Organosol (Histosol) 5. Lithosol (Entisol) Luas jenis tanah dan penyebarannya di Kota Samarinda dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Basically the types of land in Samarinda (according to the Soil Research Institute in Bogor and its counterpart in Soil Taxanomy) consists of: 1. Podsolic (Ultisol) 2. Alluvial (Entisol) 3. Gleisol (Entisol) 4. Organosol (Histosol) 5. Lithosol (Entisol) Extensive soil type and its spread in the city of Samarinda can be presented in the following table:
Luas Masing-Masing Jenis Tanah di Wilayah Kota Samarinda No
Formasi
Luas (Ha)
Persentase (%)
1
Alluvial
3.453
4,81
2
Alluvial/Gambut
16.294
24,68
3
Podsolik/Litosol
8.266
12,52
4
Podsolik
30.010
45.45
5
Lain-Lain
13.777
12,12
Sumber : Samarinda Dalam Angka
51
Penggunaan Tanah
Land Use
Pola penggunaan tanah di Kota Samarinda mengikuti pola penyebaran penduduk yang ada. Akumulasi penduduk sebagian besar terdapat pada lokasi-lokasi yang dikembangkan oleh Pemerintah seperti : Pusat Perdagangan, Pusat Industri dan lokasi Transmigrasi dimana daerah-daerah tersebut sudah mempunyai transportasi yang memadai. Untuk mengetahui penggunaan lahan lebih jelasnya pada table berikut :
The pattern of land use in the city of Samarinda follow the existing pattern of population distribution. Accumulated residents are mostly found in locations that were developed by the Government, such as: Trade, Industry Center and Transmigration locations where these areas already have adequate transportation. To know more details of land use in the following table:
Penggunaan Tanah Kota Samarinda No
Penggunaan Tanah
Luas Wilayah (Ha)
Persentase (%)
Perkarangan Bangunan dan Halaman
26,666
39,92
Tegal/Kebun/Ladang
8,877
12,36
Sawah
10,43
14,53
Rawa/Kolam
362
0,50
Lahan Kering
12,909
17,98
Hutan Rakyat
2,683
3,74
0
0
Perkebunan Rakyat
4,486
6,25
Lain-Lain
3,387
4,72
Jumlah
71.800
100
Hutan Berat
Sumber : Samarinda Dalam Angka
52
53
54
55
BAB 5 Chapter 5
Perkembangan Ekonomi
Kota Samarinda city economic development samarinda
P
E
ertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sehingga dapat diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi sama dengan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi sama besarnya dengan besarnya produksi yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDRB pada tahun tertentu terhadap PDRB tahun wilayah sebelumnya.
conomic growth shows the growth of goods and services in an area of the ​​ economy and within a certain time interval. The production is measured in value added (value added) which was created by the economic sectors of the region which in total is known as the Gross Domestic Product (GDP), so it can be interpreted that the economic growth together with the growth of Gross Domestic Product (GDP). Economic growth is equal to the amount of production that measurement is the percentage increase GDP in a given year to the GDP in the previous area.
PDRB disajikan dalam 2 (dua) konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan, perhitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan (constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini BPS menggunakan tahun dasar 2000.
GRDP is presented in 2 (two) price concept, the current prices and constant prices, the calculation of economic growth using the concept of constant prices (constant prices) with a certain base year to eliminate the factor of rising prices. Currently, BPS uses the base year 2000.
Nilai tambah juga merupakan balas jasa faktor produksi, tenaga kerja, tanah, modal, dan entrepreneurship
The added value is also the remuneration of factors of production, labor, land, capital and entrepreneurship, which are used to produce goods and services.
56
yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari PDRB hanya mempertimbangkan domestik, yang tidak memperhatikan kepemilikan faktor produksi. Dari penjelasan tersebut diatas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi daerah kota Samarinda baik melalui harga yang berlaku maupun harga konstant, baik dengan sektor migas maupun non migas yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :
The economic growth of the GDP is calculated only considering the domestic, who do not pay attention to the ownership of the factors of production. From the above explanation it appears that economic growth in the area of Samarinda ​​ city either through prices at current and constant prices, both the oil and non-oil sectors which can be seen in the tables below:
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Dengan Migas Tahun 2009-2013 Tahun
PDRB Dengan Migas (Juta Rp) Berlaku
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Konstan Tahun 2000
2009
21,077,418.03
11.071.770.84
4,49
2010
23,664,835.66
11,754,186.18
6,16
2011
33,267,694.05
13,547,935.43
15,26
2012
35,819,216.53
14,018,003.39
3,47
2013
41,562,545.13
14,801,018.09
5,59
Rata-rata Pertumbuhan
6,99
Sumber : BPS Kota Samarinda
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda, apabila memasukkan unsur migas dengan harga berlaku, rata-rata tumbuh sebesar 6,99% per tahun.
From the table above shows that the economic growth of the city of Samarinda, when incorporating elements of oil and gas at current prices, the average growth of 6.99% per year.
57 Apabila dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi tanpa migas maka dapat diikuti pada tabel berikut ini :
When viewed from the side of economic growth without oil and gas, it can be followed in the following table:
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Tanpa Migas Tahun 2009-2013 Tahun
PDRB Dengan Migas (Juta Rp) Berlaku
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Konstan Tahun 2000
2009
21,045,422.16
11,042,268.19
4,54
2010
23,629,393.76
11,723,895.15
6,17
2011
33,215,387.20
13,511,502.10
15,25
2012
35,768,351.25
13,984,652.78
3,50
2013
41,521,072.51
14,773,901.47
5,64
Rata-rata Pertumbuhan
7,02
Sumber : BPS Kota Samarinda
Apabila ditinjau dari sisi PDRB tanpa migas, maka dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2009 sampai 2013 terlihat rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda tumbuh sebesar 7,02 % dengan harga berlaku.
When viewed from the side of the GDP without oil, then within the last 5 years ie from 2009 to 2013 seen average economic growth of Samarinda grew by 7.02% at current prices.
58
Ada perbedaan nilai pertumbuhan jika PDRB dilihat tanpa migas, sesungguhnya pertumbuhan ekonomi tanpa migas inilah yang dapat dijadikan rujukan dan analisis karena Kota Samarinda memang termasuk kota yang bukan penghasil migas atau bukan kota pengolah migas, Kota Samarinda dalam visi dan misinya lebih berorientasi pada kota jasa dan perdagangan, hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan sektoral sebagai berikut :
There are differences in the growth rate if the GDP seen without oil and gas, real economic growth without oil and gas is to be used as a reference and analysis for Samarinda is indeed a city that is not producing oil or not the city of processing oil and gas, Kota Samarinda in the vision and mission oriented service city and trade, it can be seen in sectoral growth as follows:
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Samarinda Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2013 No
Lapangan Usaha
Tahun 2010
2011
2012
2013
Rata-rata
1
Pertanian
4,59
6,08
-5,72
3,35
0,40
2
Pertambangan
15,31
138,51
-21,30
-11,76
30,19
3
Industri
8,51
3,47
3,36
4,40
4,93
4
Listrik, air
4,35
5,16
12,58
7,12
7,30
5
Konstruksi
5,31
4,56
8,06
11,93
7,47
6
Perdagangan
3,47
11,04
9,86
9,65
8,50
7
Pengangkutan
7,72
4,09
2,28
3,64
4,43
8
Keuangan
4,13
7,50
11,88
10,11
8,41
9
Jasa-jasa
4,91
8,85
8,96
6,02
7,18
Sumber :BPS Kota Samarinda
Dari tabel di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda dalam 4 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2013, konstribusi pertumbuhan yang terbesar adalah pada sektor Pertambangan dengan rata-rata kontribusi sebesar 30,19%, disusul sektor Perdagangan rata-rata sebesar 8,50%, sector Keuangan sebesar 8,41%, Konstruksi sebesar 7,47%, Listrik dan Air sebesar 7,30%, dan Jasa-Jasa sebesar 7,18%.
From the table above shows that the economic growth of the city of Samarinda in the last 4 years, ie from 2010 until 2013, the largest contribution to growth in the mining sector with an average contribution of 30.19%, followed by trade sector by an average of 8 , 50%, financial sector amounted to 8.41%, amounting to 7.47% Construction, Electricity and Water of 7.30%, and the Offices of 7.18%.
59
Struktur Ekonomi Kota Samarinda.
Economic Structure Samarinda.
Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase menunjukkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Hal ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi masing-masing sektor ekonomi. Struktur ekonomi yang disajikan dari waktu ke waktu memperlihatkan perubahan dan pergeseran sebagai indikator adanya proses pembangunan. Struktur ekonomi Kota Samarinda selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 telah banyak mengalami pergeseran.
The economic structure is expressed in percentage shows the role of each economic sector in creating added value. This illustrates the region's dependence on the ability of each production sector of the economy. The economic structure is presented from time to time show the changes and shifts as an indicator of the development process. The economic structure of Samarinda during 2005 to 2011 has undergone a shift.
Secara umum, pembentukan perekonomian Kota Samarinda (angka PDRB) secara perlahan dan pasti menuju Kota Pelayanan (Service). Perubahan perekonomian Kota Samarinda tersebut sangat dipengaruhi oleh naik turunnya sektor-sektor tersebut. Terlihat dengan adanya pergeseran kontribusi ekonomi Kota Samarinda dari tahun ke tahun, tampak seperti peranan sektor Pembuatan (Manufacture) dan Pertanian (Agriculture) terus mengalami penurunan. Dilihat dari tiga sektor besar, maka tampak adanya pergeseran yang signifikan antara Pertanian (Agriculture), Pembuatan (Manufacture) dan Pelayanan (Service).
In general, the formation of Samarinda city's economy (the GDP figures) are slowly and surely towards the City Service (Service). Changes in Samarinda City economy is highly influenced by the ups and downs of these sectors. Seen with the shift of the economic contribution of Samarinda from year to year, it looks like the role of Manufacturing sector (Manufacture) and Agriculture (Agriculture) continue to decline. Judging from the three major sectors, it appears the significant shifts between Agriculture (Agriculture) and Manufacturing (Manufacture) and Service (Service). Shift seen on enhancing the role of the sector that produces services include trade, hotels and restaurants, transport and communications, finance, leasing and business services and services recorded a contribution (the role).
Pergeseran terlihat pada peningkatan peranan sektor yang menghasilkan jasa meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasajasa mencatat kontribusi (peranan).
PDRB Kota Samarinda Menurut Jenis Sektor Ekonomi atas dasar harga berlaku Tahun 2010-2013 No 1
Lapangan Usaha
Tahun 2010
Pertanian / Agriculture
259,693.59
2011
2012
2013
244,845.13
247,064.38
265,951.50
2
Pembuatan / Manufacture
4,109,967.67
5,281,479.45
5,062,160.95
5,118,340.58
3
Pelayanan / Service
7,384,524.93
8,021,610.85
8,719,203.81
9,416,542.14
Sumber :BPS Kota Samarinda Laju Pertumbuhan PDRB Kota Samarinda Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2013 No
Lapangan Usaha
Tahun 2010
2011
2012
2013
Rata-rata
1
Pertanian / Agriculture
6,08
-5,72
0,91
7,64
2,23
2
Pembuatan / Manufacture
6,99
28,50
-4,15
1,11
8,61
3
Pelayanan / Service
4,66
8,63
8,70
8,00
7,49
Sumber :BPS Kota Samarinda
60
Sektor Pertanian (Agriculture) yang terdiri dari sub sektor pertanian bahan (tanaman) pangan, tanaman perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sektor Manufacture yang meliputi sektor pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, serta sektor bangunan.
Agricultural Sector (Agriculture) consisting of agricultural sub-sector of materials (plants) of food, plantation crops, livestock, fisheries and forestry. Manufacture sector which includes mining and quarrying, manufacturing, electricity, gas and drinking water, as well as the building sector.
Sebaliknya terjadi kenaikan kontribusi dari peranan Sektor Service meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa bangunan serta sektor jasa yang pertahunnya rata-rata sebesar 7,49%.
Conversely an increase in the contribution of the role of Sector Service includes trade, hotels and restaurants, transport and communications, finance, leasing and building services as well as the services sector which had a yearly average of 7.49%.
Peranan sektor Pertanian (Agriculture) dalam perekonomian Kota Samarinda hanya sekitar 3 %. Dapat dikatakan bahwa peranan sektor tersebut tidak signifikan. Ini ditunjukkan, selain dari besaran peranan sektor tersebut relatif lebih kecil dibandingkan sektor lain, terdapat pula kecenderungan bahwa peranan yang diberikan semakin menurun dengan rata-rata pertahun hanya sebesar rata-rata 2,23%.
The role of agriculture (Agriculture) in Samarinda City economy is only about 3%. It can be said that the role of the sector is not significant. This is demonstrated, apart from the magnitude of the role of the sector is relatively small compared to other sectors, there is also a tendency that the role given decreased by an annual average of only 2.23% on average.
61
Pertumbuhan Penduduk (Data BPS)
Population growth (BPS)
Penduduk Kota Samarinda dari tahun ke tahun tercatat kenaikan yang cukup berarti. Sebagai gambaran tahun 2011 jumlah penduduk di Samarinda sebanyak 755.630 jiwa. Pada tahun 2011 ini sebagian besar penduduk Kota Samarinda berada di Kecamatan Samarinda Ulu sebanyak 124.609 jiwa atau sekitar 16,49%. Tingkat kepadatan penduduk Kota Samarinda adalah 1.052 jiwa/km2. Kepadatan penduduk setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar kecamatan. Dari sepuluh kecamatan yang ada terlihat bahwa Kecamatan Ulu memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 5.633 jiwa/km2 diikuti oleh Kecamatan Samarinda Seberang dengan kepadatan 4.800 jiwa/ km2. Sedangkan untuk Kecamatan Samarinda Utara dan Palaran yang mempunyai wilayah lebih luas, kepadatan penduduk hanya 423 jiwa/km2 dan 229 jiwa/km2.
Samarinda City residents over the years recorded a significant rise. As an illustration, in 2011 the number of people in Samarinda many as 755 630 people. In 2011 the majority of the population in Sub Samarinda Samarinda Ulu as many as 124 609 people or about 16.49%. Samarinda city population density is 1,052 people / km2. The population density of each subdistrict describe the pattern of distribution of the population as a whole. Based on the patterns of distribution and geographic size, looks uneven, so it looks a striking difference in population density between districts. by the ten districts Ulu seen that the District has the highest population density, ie 5,633 people / km2, followed by the District Samarinda Seberang with a density of 4,800 inhabitants / km2. As for the District of North Samarinda and Palaran which has a wider area, the population density is only 423 people / km2 and 229 inhabitants / km2.
62
Data JUmlah Penduduk Kota Samarinda Tahun 2009-2013 No
Tahun
Jumlah Penduduk
Pertuumbuhan (%)
1
2009
607.675
1,20
2
2010
727.500
19,72
3
2011
755.630
3,87
4
2012
781.184
3,38
5
2013
805.688
3,14
Sumber : BPS Kota Samarinda
Adapun data jumlah penduduk Kota Samarinda tahun 2009 sampai tahun 2013 (data BPS Kota Samarinda) sebagai berikut : Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam tahun 2011 Penduduk Kota Samarinda mengalami pertambahan sebesar 3,87% baik yang berasal dari faktor migrasi maupun kelahiran, dan untuk tahun 2012 angka pertumbuhan penduduk Kota Samarinda mencapai 3,38%. Untuk tahun 2013 rata-rata angka pertumbuhan penduduk Kota Samarinda mencapai 3,14%
The data the population of the city of Samarinda 2009 to 2013 (data BPS Samarinda) as follows: The table above shows that in 2011 residents of Samarinda have added 3.87%, both derived from factors of migration and birth, and for the year 2012 the population growth rate reached 3.38% of Samarinda. For 2013 the average population growth rate reached 3.14% Samarinda City
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Human Development Index (HDI).
IPM merupakan indeks gabungan dari tiga indikator : longevity sebagai ukuran harapan hidup, pengetahuan
HDI is a composite index of three indicators: longevity as a measure of life expectancy, knowledge (knowledge) as
63 (knowledge) yang diukur dengan kombinasi melek huruf penduduk dewasa (berbobot tiga perempat) dan gabungan dari rasio pendidikan tinggi primer, sekunder, tersier bruto (berbobot sepertiga), dan standar hidup layak (decent standard of living) sebagaimana diukur oleh PDRB riil per kapita dan dinyatakan dalam PPP US$. Data Indonesia dalam laporan “Indonesia: The National Human Development Report, 2000”, mengalami beberapa penyesuaian, khususnya indikator pengetahuan yang diukur dengan “kombinasi berbobot sama” antara melek huruf dewasa dan rata-rata lama sekolah, dan standar hidup layak, yang diukur dengan pengeluaran per kapita. Ketiga indeks dalam laporan ini berdasarkan data BPS, terutama dari : 1. SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional). 2. Statistik Indonesia setiap tahun untuk informasi inti. 3. Modul Konsumsi setiap tiga tahun untuk informasi konsumsi. Komponen longevity diukur dengan menggunakan indikator harapan hidup. Dalam laporan ini, harapan hidup di Indonesia dan 32 provinsi dihitung dengan
menerapkan metode (Metode Brass, varian dari Trussel) berdasarkan variabel rata-rata jumlah kelahiran hidup dan jumlah rata-rata anak yang tetap hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu : tingkat melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Indikator melek huruf dimaksudkan sebagai jumlah penduduk yang telah berusia 15 tahun atau lebih yang mampu membaca dan menulis huruf latin sebagai persentase terhadap total jumlah penduduk berusia 15 tahun atau lebih. Indikator rata-rata lama sekolah adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pendidikan penduduk berusia 15 tahun atau lebih, yang dihitung dengan memasukkan dua variabel yaitu : gelar telah dicapai dan pencapaian tingkat pendidikan (attainment of education level).
measured by a combination of literate adult population (weighing three quarters) and a combined ratio of higher education, primary, secondary, tertiary gross (weighted one-third), and standard decent life (decent standard of living) as measured by the GDP and real per capita expressed in PPP US $. Indonesian data in the report "Indonesia: The National Human Development Report, 2000", experiencing some adjustments, especially indicators of knowledge, as measured by a "combination of equally weighted" between adult literacy and average length of school, and decent living standards, as measured by expenditure per capita. All three indices in this report are based on BPS data, mainly from: 1. SUSENAS (National Social Economic Survey). 2. Statistics Indonesia every year for core information. 3. Consumption Module every three years for consumer information. Components Longevity is measured using indicators of life expectancy. In this report, life expectancy in Indonesia and 32 provinces are calculated by applying the method (Method Brass, a variant of Trussel) based
on the variables average number of live births and the average number of children are still alive. The knowledge component is measured using two indicators: literacy rate and average length of schooling. Indicators of literacy meant as the number of people aged 15 years or older who are able to read and write Latin as a percentage of the total number of people aged 15 years or more. Indicators of the average length of the school is the average time required to complete the education of the population aged 15 or more, which is calculated by inserting two variables: the degree has been achieved and the level of educational attainment (Attainment of education level).
64
Components of decent living standards gained by using an indicator of real consumption per capita adjusted. UNDP wear the GDP per capita at purchasing power parity (PPP US $) as an international comparison of these components. The procedure to calculate the real per capita consumption adjusted is as follows:
Komponen standar hidup layak diperoleh dengan menggunakan indikator tingkat konsumsi riil per kapita yang disesuaikan. UNDP memakai PDRB per kapita dengan perhitungan paritas daya beli (PPP US$) sebagai perbandingan internasional komponen ini. Prosedur untuk menghitung konsumsi riil per kapita yang disesuaikan adalah sebagai berikut :
1.
Calculate the per capita consumption expenditure SUSENAS data for each province and district (= A). 2. deflate the value of A by the Consumer Price Index (CPI) provincial and district (= B), with some adjustments for the district in which price data is not collected. 3. Calculate the per unit of purchasing power parity (PPP / unit) using Jakarta as standard. Calculation PPP / unit basically wore the same method as used in the International Comparison Project in standardizing the GDP for international comparison Calculations based on commodity prices and the number 27 was chosen as provided in the modules SUSENAS consumption. 4. Divide the value of B with PPP / unit (= C). 5. Adjust the value of C by applying the formula Atkinson to measure marginal utility value C. Based on the above procedure can be calculated HDI circuitry following equation: HDI = 1/3 [X (1) + X (2) + X (3)] Where: X (1): Index life expectancy birth X (2): Education Index = 2/3 (literacy index) + 1/3 (the average index for the old school) X (3): Index decent living standards / purchasing power parity From a human development index of Samarinda year 2009- 2013 can be seen in the following table:
1. Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari data SUSENAS untuk setiap provinsi dan kabupaten (=A). 2. Mendeflasi nilai A dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) provinsi dan kabupaten (=B), dengan beberapa penyesuaian untuk kabupaten di mana data harga tidak terkumpul. 3. Menghitung paritas daya beli per unit (PPP/ unit) dengan menggunakan Jakarta sebagai standar. Penghitungan PPP/ unit pada dasarnya memakai metode yang sama seperti yang digunakan dalam Proyek Perbandingan Internasional dalam standardisasi PDRB untuk perbandingan internasional Penghitungan berdasarkan harga dan jumlah 27 komoditas terpilih seperti yang tersedia dalam modul konsumsi SUSENAS. 4. Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C). 5. Menyesuaikan nilai C dengan menerapkan formula Atkinson untuk mengukur nilai utilitas marginal C. Berdasarkan prosedur di atas IPM dapat dihitung dnegan persamaan berikut ini: IPM = 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)] Dimana: X(1): Indeks harapan hidup kelahiran X(2): Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah) X(3): Indeks standar hidup layak / paritas daya beli Dari indeks pembangunan manusia Kota Samarinda dari tahun 2009– 2013 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Samarinda Tahun 2009-2013 No
Tahun
IPM
Peringkat IPM di Kalimantan Timur
1
2009
76,45
2
2
2010
77,05
2
3
2011
77,63
2
4
2012
78,26
2
5
2013
78,79
2
Rata-Rata Samarinda
77,64
2
Sumber : BPS Kota Samarinda
65
Dari data IPM tersebut terlihat bahwa nilai IPM tertinggi dalam 5 tahun (2009-2013) terakhir yaitu pada tahun 2013 sebesar 78,79. Sedangkan nilai rata-rata IPM Kota Samarinda adalah sebesar 77,64. Rata-rata IPM ini lebih tinggi bila di bandingkan dengan rata-rata IPM Kaltim yang hanya mencapai 76,42.
The HDI of the data shows that the highest HDI value in 5 years (2009-2013) the latter is in the year 2013 amounted to 78.79. While the average value IPM Samarinda amounted to 77.64. The average HDI is higher when compared to the average HDI of East Kalimantan, which only reached 76.42.
Tingkat Pengangguran Terbuka.
Unemployment Rate.
Salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, di samping keadaan angkatan kerja (economically active population) dan struktur ketenagakerjaan, adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi, pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah di bidang ekonomi, melainkan juga menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial.
One of the essential issues in employment, in addition to the state of the labor force (economically active population) and labor structure, is unemployment. From the economic point of view, unemployment is the product of the labor market's inability to absorb the available labor force. Job availability is relatively limited, unable to absorb job seekers continues to increase every year in line with the population increase. High unemployment not only lead to problems in economics, but also cause various social problems, such as poverty and vulnerability.
Data tentang situasi ketenagakerjaan merupakan salah satu data pokok yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian, sosial, bahkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah dan dalam suatu/kurun waktu tertentu.
Data on the employment situation is one of the core data which can describe the condition of the economy, social, and even the level of social welfare in an area in a / certain period of time.
Untuk memenuhi kebutuhan data tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaksanakan pengumpulan dan penyajian data kependudukan dan ketenagakerjaan melalui berbagai kegiatan sensus dan survey, antara
To meet the needs of these data, the Central Statistics Agency (BPS) has been carrying out the collection and presentation of data population and employment through various censuses and surveys, among others:
66
lain : Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan pendekatan rumah tangga.
Census of Population (SP), Inter- Census Population Survey (IPS), the National Socioeconomic Survey ( Susenas) and the National Labor Force Survey (Sakernas). The latter is a survey designed to collect employment data with household approach. The unemployment rate in the city of Samarinda in 2009 - 2013 can be seen in the following table:
Adapun tingkat pengangguran di Kota Samarinda tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Penganguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Samarinda Tahun 2009-2013 IPM
TPT
1
No 2009
Tahun
27.302
10,05
2
2010
31.196
9.22
3
2011
39.846
10,90
4
2012
34.918
9,71
5
2013
30.504
8,57
Rata-Rata
9,69
Sumber : BPS Kota Samarinda
Tabel tingkat pengangguran tersebut di atas menunjukkan trend yang semakin menurun dalam setiap tahunnya dalam periode 5 tahun terakhir ratarata pengangguran terbuka di Kota Samarinda adalah sebesar 9,69% lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata pengangguran terbuka di Kaltim yang mencapai 10,74%, tingkat pengangguran tertinggi di Kota Samarinda yang tertinggi adalah pada tahun 2011 yaitu mencapai 10,90% hal ini sebagai akibat adanya krisis moneter yang melanda Indonesia yang mengakibatkan terpuruknya perekonomian Indonesia yang berimbas pada pengangguran. Namun demikian, dengan semakin membaiknya perekonomian nasional maka tingkat pengangguran di Kota Samarinda juga dapat ditekan semakin kecil, dan pada tahun 2013 tingkat pengangguran turun menjadi 8,57%.
The unemployment rate table above shows a decreasing trend in each year over a period of last 5 years the average unemployment in the city of Samarinda is by 9.69% lower when compared with the average unemployment in East Kalimantan which reaches 10.74 %, the highest unemployment rate in the city of Samarinda were highest in 2011, reaching 10.90%, this as a result of the financial crisis that hit Indonesia, which resulted in the decline of the Indonesian economy which impact on unemployment. However, with the improvement of the national economy, the unemployment rate in the city of Samarinda also be suppressed smaller, and in 2013 the unemployment rate fell to 8.57%.
67
Tingkat Kemiskinan
Poverty level
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan memperbaiki kondisi mereka. Pengukuran kemiskinan yang terpercaya (reliable) dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin.
The problem of poverty is one of the fundamental issues at the center of attention of the government in any country. One important aspect to support the poverty reduction strategy is the availability of poverty data is accurate and appropriate. Poverty data that may be used to evaluate government policies on poverty, comparing poverty across time and regions, as well as to determine the target of the poor with the aim of improving their conditions. Measurement of poverty is reliable (reliable) can be a powerful instrument for policy makers to focus attention on the living conditions of the poor.
Pengukuran kemiskinan yang dilakukan oleh BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ini tidak hanya digunakan oleh BPS tetapi juga oleh negara-negara lain seperti: Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, dan Gambia. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar.
Measurements of poverty conducted by BPS uses the concept of ability to meet basic needs (basic needs approach). This concept is not only used by the CPM but also by other countries such as: Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra Leone, and Gambia. With this approach, poverty is seen as the inability to meet the basic needs of food and non-food which is measured from the expenditure side. In other words, poverty is seen as an economic inability to meet the needs of food and non-food fundamental.
Menurut pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (GK). Secara teknis GK dibangun dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Kemiskinan Non Makanan (GKNM). GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minuman makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari; sedangkan GKNM merupakan kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
According to this approach, the poor are the people who have an average expenditure per capita per month below the poverty line (GK). Technically GK constructed from two components, Food Poverty Line (FPL) and Non-Food Poverty (NFPL). GKM is an expenditure, drinks food equivalent of 2,100 kcal per capita per day; whereas NFPL is a minimum requirement for housing, clothing, education, and health.
Penduduk miskin dapat juga dihitung meIaIui pendekatan lain, seperti yang dilakukan oleh Bank Dunia yang menghitung jumlah penduduk miskin berdasarkan pengeluaran perkapita setara dengan US$1 dan US$2 PPP (Purchasing Power Parity / paritas daya beli). Perbandingan jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin Kota Samarinda, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Poor people can also be calculated meIaIui other approaches, such as those conducted by the World Bank which calculates the number of poor by spending per capita for the equivalent of US $ 1 and US $ 2 PPP (Purchasing Power Parity / purchasing power parity). Comparison of the total population and the number of poor people Samarinda, can be seen in the following table:
68
Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Kota Samarinda Tahun 2009-2013 Jumlah Penduduk Miskin
% Penduduk Miskin
1
No
2009
Tahun
607.675
Jumlah Penduduk
28.970
4,84
2
2010
727.500
38.000
5,21
3
2011
755.630
32.900
4,31
4
2012
781.184
32.800
4,18
5
2013
805.688
36.600
4.54
Rata-Rata Samarinda
4,62
Sumber : BPS Kota Samarinda
Dari data tersebut di atas terlihat dalam 5 tahun terakhir dari tahun 2009–2013 rata-rata jumlah penduduk miskin Kota Samarinda adalah sebesar 4,62% lebih rendah dari rata-rata Kaltim sebesar 8,21%. Dengan semakin membaiknya perekonomian Kaltim serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi maka tingkat kemiskinan di Kota Samarinda dharapkan jumlahnya dapat di tekan pada tahun-tahun mendatang.
From the above data seen in the last 5 years from the year 2009 to 2013 the average number of poor people of the city of Samarinda is 4.62% lower than the average Kaltim amounted to 8.21%. With the improvement in the economy of East Kalimantan as well as economic growth rates are quite high poverty levels in the city of Samarinda dharapkan amount may be on tap in the coming years.
Tingkat Inflasi
Inflation Rate
Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang harganya naik dan ada yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang/jasa yang harganya justru turun. Resultante
Meaning of inflation is the percentage rate of increase in price of goods and services that are typically consumed by households. There are goods whose prices rise and there are fixed. However, it is not rare goods / services whose price declined. Resultant (weighted average) of
69 (rata-rata tertimbang) dari perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut, pada suatu selang waktu (bulanan) disebut inflasi (apabila naik) dan deflasi (apabila turun).
changes in the price of various goods and services, at a time interval (monthly) called inflation (when riding) and deflation (when descending).
Secara umum, hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPS). Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut deflasi. Inflasi/ deflasi tersebut dapat dihitung menggunakan suatu rumus.
Generally, a measure of price changes is reflected in the price index known as the Consumer Price Index (CPI) or the Consumer Price Index (CPS). The percentage increase in CPI inflation, while the decrease is called deflation. Inflation / deflation can be calculated using a formula.
Tujuan penyusunan inflasi adalah untuk memperoleh indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga. Tujuan tersebut penting dicapai karena indikator tersebut dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fiskal maupun moneter. Pada tingkat mikro, rumah tangga/ masyarakat misalnya, dapat memanfaatkan angka inflasi untuk dasar penyesuaian nilai pengeluaran kebutuhan sehariÂŹ-hari dengan pendapatan mereka yang relatif tetap.
The purpose of inflation calculation is to obtain indicators that reflect the general trend of price development. Achieve these goals is important because the indicators can be used as basic information for decision making both at micro or macro economy, fiscal and monetary policies. At the micro level, the household / community, for example, can use the inflation rate to make adjustments to sehariÂŹ-day spending needs with their income is relatively fixed.
Pada tingkat korporasi angka inflasi dapat dipakai untuk perencanaan pembelanjaan dan kontrak bisnis. Dalam lingkup yang lebih luas (makro) angka inflasi menggambarkan kondisi/stabiIitas moneter dan perekonomian.
At the corporate level inflation figures can be used for planning expenditures and business contracts. In a broader scope (macro) inflation figures describe the condition / stabiIitas monetary and economy.
Secara spesifik kegunaan angka inflasi antara lain untuk : 1. lndeksasi upah non tunjangan gaji pegawai (wagein-dexation), 2. Penyesuaian nilai kontrak (project payment), 3. Eskalasi nilai provek (project escalation), 4. Penentuan target inflasi (inflation targeting), 5. lndeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (bucket indexation), 6. Sebagai pembagi PDB, PDRB (GDP deflator), 7. Sebagai proksi perubahan biaya hidup (proxy of cost of living), 8. Indikator dini tingkat bunga, valas, dan indeks harga saham.
Specifically usefulness of the inflation rate, among other things: 1. lndeksasi non wage benefits staff salaries (wagein-dexation), 2. Adjustment of the value of the contract (project payment), 3. Escalation value provek (project escalation), 4. Determination of the inflation target (inflation targeting), 5. lndeksasi State Budget (bucket indexation), 6. As a divider GDP, the GDP (GDP deflator), 7. As a proxy for changes in the cost of living (proxy of the cost of living), 8. Early indicators of interest rate, currency and stock price index.
Data inflasi di Kota Samarinda dalam 5 tahun terakhir menunjukkan trend yang semakin menurun (2009 – 2013) seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
The inflation data in Samarinda City within the last 5 years shows a decreasing trend (2009-2013) as shown in the following table:
70
Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Inflasi Kota Samarinda Tahun 2009-2013 IHK
% Inflasi
1
No
2009
Tahun
121,60
4,06
2
2010
130,11
7,00
3
2011
138,22
6,23
4
2012
144,87
4,81
5
2013
159,89
10,37
Rata-Rata
6,49
Sumber : BPS Kota Samarinda
Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat inflasi Kota Samarinda dalam 5 tahun terakhir rata-rata sebesar 6,49%. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang berada pada level 10,37%.
The table shows that the inflation rate of Samarinda in the last 5 years average of 6.49%. The highest inflation was in 2013 which stood at 10.37%.
Pendapatan Perkapita
Income per capita
Pendapatan perkapita di Kota Samarinda telah mengalami kenaikan yang cukup berarti dalam setiap tahun, ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat juga relatif lebih baik, selain itu juga pendapatan perkapita ini akan berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan mampu menumbuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Pendapatan perkapita masyarakat Kota Samarinda tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Per capita income in the city of Samarinda has increased significant in every year, this indicates that the level of social welfare is also relatively better, but it is also a per capita income will affect the purchasing power of the people who will eventually be able to foster economic growth higher , Per capita income of people in Samarinda in 2009 2013 can be seen in the following table:
Pendapatan Perkapita Kota Samarinda Tahun 2009 – 2013 Tahun
Pendapatan Perkapita (Jt-Rp)
2009
27,99
2010
30,63
2011
42,22
2012
44,03
2013
49,54
Rata-rata
38,88
Sumber: BPS Kota Samarinda
71
Dari data tersebut terlihat bahwa dalam 5 tahun terkahir (2009 – 2013) terus mengalami peningkatan seiring dengan semakin membaiknya perekonomian Kota Samarinda. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp. 38,88 juta tiap tahunnya. Diprediksi peningkatan ini akan terus mengalami peningkatan.
From these data it appears that in the last 5 years (20092013) continued to increase in line with the improving economy of the city of Samarinda. In the period of last five years, the average per capita income of Rp. 38.88 million annually. Predicted this increase will continue to increase.
Pengeluaran Perkapita.
Expenditure Per Capita.
Seiring dengan pendapatan perkapita yang semakin tinggi masyarakat Kota Samarinda juga telah mengalami peningkatan dalam pengeluaran perkapita, hubungan linieritas seperti ini lazim terjadi yang menunjukkan bahwa pengeluaran ditentukan oleh pendapatan, pengeluaran ini juga menunjukkan adanya kemampuan daya beli masyarakat terhadap sandang, pangan dan perumahan yang lebih baik.
Along with a per capita income of the higher people in Samarinda also has experienced an increase in spending per capita, the relationship linearity as is not uncommon that shows that expenditure on the revenue, expenditure also show that the purchasing power of the clothing, food and better housing ,
Pengeluaran Perkapita Kota Samarinda Tahun 2009 – 2013 Tahun
Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan
2009
718,274
2010
970,468
2011
1.056,256
2012
1.169,801
2013
1.237,035
Sumber: BPS Kota Samarinda
72
Data di atas menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran perkapita dalam 5 tahun terakhir, dimana pada tahun 2009 jumlah pengeluaran per bulan hanya sebesar Rp. 718.274,- kemudian 5 tahun kemudian (tahun 2013) mengalami peningkatan dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp. 1.237.035,-.
The above data show an increase in spending per capita in the last 5 years, where in 2009 the total expenditure per month is only Rp. 718 274, - then 5 years later (in 2013) have increased the amount of expenditure of Rp. 1,237,035, -.
Investasi Kota Samarinda.
Investment Samarinda.
Kota Samarinda sebagai kota jasa dan perdagangan yang menuju kota metropolitan menjadi sebuah tujuan investor untuk menanamkan modalnya di berbagai bidang, data di bawah ini menunjukan perkembangan investasi di Kota Samarinda dalam kurun waktu 2009 sampai 2013, baik investasi nasional maupun asing.
Samarinda city as a city of services and trade to the metropolitan city becomes a destination of investors to invest in various fields, the data below shows the development of investment in the city of Samarinda in the period 2009 through 2013, both national and foreign investment.
Realisasi Investasi (PMA dan PMDN) Kota Samarinda Tahun 2009-2013 Tahun
Realisasi Investasi Total (Milyar Rp)
Laju Perubahan (%)
2009
2.176,7
11,76
2010
1.370,0
-37,06
2011
3.231,17
135,85
2012
3.104,5
-3,92
2013
4.439,5
43,00
Sumber Data: BPS Kota Samarinda
73 Sejak tahun 2009 sampai 2013 telah terjadi penurunan prosentase jumlah investasi walaupun secara nominal naik, hal ini berarti adanya perlambatan dalam investasi di Kota Samarinda. Faktor penyebab ini adalah sebagai akibat iklim investasi Nasional dan situasi ekonomi global. Namun demikian pertumbuhan investasi di Kota Samarinda untuk tahun 2013 dapat mencapai 43,00% atau terjadi investasi besar-besar aatau tertinggi dalam lima tahun terakhit. Dari uraian yang telah dikemukan maka dapat dirangkum indikator makro ekonomi Kota Samarinda sebagai berikut :
Since 2009 to 2013 there has been a decrease in the percentage of the total investment in nominal terms despite the rise, this means a slowdown in investment in the city of Samarinda. Factors causing this is as a result of national investment climate and the global economic situation. However, investment growth in Samarinda for 2013 may reach 43.00% or incurred large investment aatau terakhit highest in five years. From the description that has been dikemukan it can be summarized macroeconomic indicators Samarinda as follows:
Indikator Makro Ekonomi Kota Samarinda Tahun 2009-2013 No
Indikator
2009
2010
2011
2012
2013
Rata Rata SMD
1
Pertumbuhan Ekonomi (%)
4.52
5.12
6.00
6.54
7.01
5.83
2
Pertumbuhan Penduduk (%)
1.20
16.9
2.0
5.08
2.4
5.52
3
IPM
76.45
76.64
76.92
77.08
77.43
76.90
4
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
10.19
9.40
9.00
8.87
8.58
9.21
5
Tingkat Kemiskinan (%)
4.53
4.25
4.00
3.86
3.77
4.08
6
Tingkat Inflasi (%)
4.06
7.00
2.45
2.08
2.17
3.55
7
Pendapatan Perkapita (juta-Rp)
28,366
30,244
32,677
33,455
36,436
32,235
8
Pengeluaran Perkapita (Ribu-Rp)
648,775
634,777
651,745
674,334
694,534
660,834
9
Jumlah Investasi (Milyar Rp)
101,352
106,686
112,799
118,346
123,467
112,530
Sumber : BPS Kota Samarinda
74
Dari sekian banyak batu akik di dunia ini, kira-kira mana batu akik yang populer di Borneo atau kalimantan? Sekarang ini popularitas batu akik mulai menjamur dan ternyata tidak hanya dikalangan para kolektor atau bapak-bapak saja, namun para remaja dan ibu-ibu juga mulai tertarik dengan batu akik ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa batu akik sangatlah fleksibel dan bisa di ukir dengan bentuk yang kita suka, oleh karena itu banyak para cewek yang mulai ngetrend dan menggunakan cincin dengan batu akik sesuai dengan yang mereka inginkan. Kalimantan menjadi salah satu daerah yang memiliki sumber bahan mentah batu akik dan batu mulia lainnya, sehingga menjadikan Kota Samarinda sebagai salah satu tujuan penggemar batu mulia ini.
75
Kalimantan Timur merupakan provinsi yang memiliki ibukota yaitu Samarinda. Kota yang berslogankan dengan kata TEPIAN (Teduh, Rapi, Aman dan Nyaman) ini memiliki berbagai tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya yaitu Pusat Kerajinan Tenun Ikat Sarung Samarinda yang berlokasi di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Baqa Rapak Dalam Kecamatan Samarinda Seberang Kota Samarinda kode Pos 75132. Obyek wisata ini merupakan wadah untuk melakukan proses pembuatan sarung tradisional khas kota Samarinda.
76
77
BAB 6 Chapter 6
Kepariwisataan
Kota Samarinda city tourism samarinda
K
ota Samarinda memiliki kebudayaan suku dayak yang cukup menarik dan tempat wisata yang dapat dijadikan sebagai tujuan wisata mulai dari atraksi budaya sampai wisata alamnya sunggu menarik wisatawan dari mancanegara dan dalam negeri untuk berkunjung ke Kota Samarinda seperti :
Kebun Raya Unmul Samarinda, Tempat ini merupakan hutan pendidikan dan botani yang dikelola atas kerjasama antara Universitas Mulawarman dan Pemerintah Kota Samarinda. Kebun Raya Unmul Samarinda mempunyai luas ± 300 Ha. Memiliki Arboretum hutan buatan seluas 62,4 Ha, meliputi hutan alam, hutan tanaman daun lebar, kebun bunga, kebun buah, kebun palm dan kebun bambu. Berlokasi ±12 Km dari pusat Kota Samarinda. Lembah Hijau, Tempat ini dipergunakan sebagai area camping. Tersedia replika hutan yang ditumbuhi oleh jenis-jenis kayu yang hanya terdapat di Kalimantan. Lembah Hjau berlokasi ± 13 Km dari pusat Kota Samarinda ke arah Bontang.
S
amarinda has Dayak culture which is quite interesting and the sights that can be used as a tourist destination ranging from cultural attractions to the natural attractions Sunggu attract tourists from overseas and domestic to visit the city of Samarinda like:
Unmul Samarinda Botanical Garden, this place is an educational forest and botanical-run partnership between Mulawarman University and the government of Samarinda. Unmul Samarinda Botanical Garden has an area of ± 300 Ha. Having Arboretum artificial forest area of 62.4 hectares, including natural forests, broad leaf plants, flower gardens, orchards, gardens of palm and bamboo garden. Based ± 12 km from the center of Samarinda. Green Valley, this place is used as a camping area. There are replicas of overgrown forests by timber species that is only found in Borneo. Hjau valley located ± 13 km from the center of Samarinda towards Bontang.
78
Tepian Mahakam, di sini aktivitas sosial budaya warga Kota Samarinda dapat disaksikan, seperti pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi dan kehidupan sehari-hari. Tepian Mahakam berlokasi di Pusat Kota.
Tepian Mahakam, social and cultural activity here Samarinda City residents can be seen, such as the use of the river as a means of transportation and daily life. Mahakam ledges located in City Center.
79
80
Air Terjun Tanah Merah, Air terjun dg ketinggian 15 m dengan panorama hutan dan pepohonan. Di tempat ini juga tersedia sarana dan prasarana rekreasi. Air Terjun Tanah Merah berlokasi di Dusun Purwosari + 14 Km dari pusat Kota Samarinda. Air Terjun Lubang Muda, berada di Desa Pampang yang memamerkan pesona air terjun Pampang, terletak + 25 Km dari Pusat Kota Samarinda.
Tanah Merah Waterfall, Waterfall dg height of 15 m with a panoramic view of the forest and the trees. In this place also provided recreational facilities and infrastructure. Waterfall Tanah Merah is located in the hamlet Purwosari + 14 km from the center of Samarinda. Lubag Muda Waterfall, located in the village Pampang exhibiting charm Pampang waterfall, situated + 25 Km from Samarinda City Center.
81
82
83 Telaga Permai Batu Besaung, Telaga pemancingan dan tempat camping ground di alam pegunungan. Berlokasi di Kelurahan Sempaja + 25 Km dari Pusat Kota Samarinda. Desa Budaya Pampang, Kawasan ini terbentuk dari perpindahan warga suku Dayak Kenyah dari Apokayan (Kabupaten Bulungan) melalui Hulu Sungai Muara Wahau, Long Segar, Tabang, Long Iram pada tahun 1967.
Telaga Batu Permai Besaung, lake fishing and camping ground in natural pegunungan.Berlokasi in the Village Sempaja + 25 Km from Samarinda City Center. Pampang Culture Village, this area is formed of Dayak Kenyah tribal displacement of Apokayan (Bulungan) through the Upper River Estuary Wahau, Long Segar, tabang, Long Iram in 1967.
84
Masjid Shirathal Mustaqien, merupakan Masjid tertua yang ada di Kota Samarinda.Masjid ini terletak di Kecamatan Samarinda Seberang.
Mustaqien Shirathal Mosque, the oldest mosque in the city is located in the district Samarinda.Masjid Samarinda Seberang.
Makam Lamohang Daeng Mangkona, Lamohang Daeng Mangkona adalah pendiri Kota Samarinda, meninggal dan dimakamkan di Samarinda Seberang. Lamohang Daeng Mangkona yang bergelar Pua Ado Pertama, merupakan pimpinan orang-orang Bugis yang tidak mau menyerah pada Belanda yang berjuang sekitar tahun 1667. Lokasi sekitar makam tersebut dipercaya sebagai cikal bakal berdirinya Kota Samarinda. Makam ini berlokasi di Kecamatan Samarinda Seberang.
Tomb Lamohang Mangkona Daeng, Lamohang Daeng Mangkona is the founder of the city of Samarinda, died and was buried in Samarinda Seberang. Lamohang Daeng Mangkona whose surname Pua Ado First, a leader of Bugis people who do not want to give up on the struggling Dutch around 1667. The location around the tomb is believed to be the forerunner to the establishment of Samarinda. The tomb is located in the district of Samarinda Seberang.
85
86
Kampung Tenun, wilayah ini terletak di Kelurahan Masjid dan Baqa, Kecamatan Samarinda Seberang dimana banyak warga yang berprofesi sebagai penenun yang menenun Sarung Samarinda sebagai home industry yang sudah terkenal baik di dalam negeri maupun mancanegara. Di wilayah ini terdapat Âą 167 pengrajin dari sekitar 130 Kepala Keluarga. Pengrajin-pengrajin tersebut tergabung di enam Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Sarung Samarinda adalah jenis kain tenun tradisional yang biasa didapatkan di Samarinda Kalimantan Timur. Sarung ini ditenun dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut Gedokan. Produk yang dihasilkan untuk satu sarung memakan waktu 15 (lima belas) hari. Kerajinan ini berasal dari daerah Sulawesi Selatan, dibawa oleh orang-orang Bugis ke Samarinda tepatnya Samarinda Seberang pada sekitar abad ke 18. Berkaitan erat dengan sejarah kedatangan suku Bugis ke Kalimantan Timur. 2. Perhotelan
87
Weaving village, the area is located in the village mosque and Baqa, District Samarinda Seberang where many residents who work as weavers who weave Sarong Samarinda as a home industry that are well known both domestically and overseas. In this region there are Âą 167 artisans from around 130 heads of household. Craftsmen are incorporated in the six Business Group (KUBE). Sarong Samarinda is a kind of traditional woven cloth commonly found in Samarinda, East Kalimantan. Gloves are woven using Not Weaving Machine Tools (handloom) called Gedokan. Products produced for the glove takes 15 (fifteen) days. This craft originated from South Sulawesi, was taken by the Bugis people to Samarinda Samarinda Seberang precisely at about the 18th century Closely related to the history of the arrival of the Bugis to East Kalimantan.
88
Jasa perhotelan pada sebuah kota merupakan satu hal mutlak untuk memenuhi kebutuhan bukan hanya untuk warganya tapi juga yang paling utama adalah untuk memenuhi kebutuhan para tamu yang datang ke kota tersebut. Di Kota Samarinda pertambahan jumlah hotel cukup membanggakan dan hingga saat ini telah ada beberapa hotel yang berdiri dan beroperasi baik hotel melati hingga hotel-hotel berbintang. Dari data di atas terlihat bahwa jumlah Hotel yang ada di Kota Samarinda cukup menggembirakan yaitu sebanyak 54 hotel dengan rincian Hotel berbintang sebanyak 10 buah dan Hotel Non Bintang (Melati) sebanyak 44 buah. Untuk Hotel Bintang terdiri dari Hotel dengan predikat Hotel Bintang empat sebanyak 3 buah, Hotel Bintang tiga sebanyak 2 buah, Hotel Bintang dua sebanyak 3 buah dan Bintang satu sebanyak 2 buah. Total jumlah kamar yang tersedia sebanyak 2.944 buah kamar. Untuk Hotel Bintang terdapat sebanyak 1.099 buah kamar dan Hotel Non Bintang sebanyak 1.845 buah kamar. Selain hotel, di Kota Samarinda juga terdapat Kost/ Penginapan yang jumlahnya sebanyak 11 buah dengan jumlah kamar sebanyak 156 kamar. Selain itu, ada beberapa hotel yang sedang dalam proses pembangunan yang berjumlah sebanyak empat buah hotel, tiga buah hotel bintang dan satu buah hotel non bintang dengan total jumlah kamar sebanyak 321 kamar
Hospitality services in a city is an absolute must to meet the needs not only to its citizens but also the main thing is to meet the needs of guests who come to the city. In the city of Samarinda in the number of hotels is quite encouraging and, to date, there are several hotels that stand up and operating both budget hotels to five-star hotels. From the data above shows that the number of hotels in the city of Samarinda quite encouraging
89
as many as 54 five-star hotel with the details of as many as 10 pieces Hotels and Hotels Non Star (Jasmine) as many as 44 pieces. For Star Hotel with a predicate consists of a four-star hotel as much as 3 pieces, threestar hotel by 2 pieces, two star Hotel 3 pieces and one star as much as 2 pieces. Total number of rooms available of 2,944 guest rooms. For the Star there are as many as 1,099 guest rooms and Non-star hotel rooms as many as 1,845 pieces.
Apart from the hotel, in the city of Samarinda also has Kost / Lodging numbering as many as 11 units with number of rooms as many as 156 rooms. In addition, there are several hotels that are in the process of development, amounting to as much as four hotels, three star hotel and one non-star hotels with a total room number as many as 321 rooms
90
TIM PENYUSUN
KOTA SAMARINDA DOELOE, SEKARANG DAN AKAN DATANG Pelindung: 1. Bapak H. Syaharie Ja’ang, SH, M.Si Walikota Samarinda 2. Ir. H. Nusyirwan Ismail, M.Si Wakil Walikota Samarinda Penasehat Ir. Zulfakar Noor, dipl.S.Eng, MM Sekretaris Kota Samarinda Tim Penyusun Masrullah, SH Kepala Humas Kota Samarinda Muhammad Fadly, SH Kasubbag Protokol Tim Pelaksana Lori Lessy (Ketua) Heppi R. Purba Patty Lessy Hasan L Graphic Layout & Printing www.sabirmedia.com Copyright by: Pemerintah Kota Samarinda PT. Moramon EDISI 2015