Koran Kampus - Edisi 1 Salam UI 18

Page 1

MEDIA CENTER SALAM UNIVERSITAS INDONESIA EDISI 1, APRIL-MEI 2015

KRITIS, TAJAM, MENGAKAR

JILBAB: PROFESIONALITAS WANITA DALAM DIMENSI TAKWA DAN NEGARA

BERITA UTAMA

MAHASISWA BERPRESTASI, APA HAKIKATNYA?

hal 3

ISU UMMAT - HAL 6

YAMAN DAN TANTANGAN PERSATUAN UMAT

KEBANGKITAN BANGSA, TONGGAK ATAU DASAR? Kebangkitan berarti mampu untuk berdiri, siap, dan berani untuk melangkah. Bangkit juga sebuah proses saat kita dapat melakukan hal lebih banyak, baik hal itu berupa keputusan yang baik, maupun keputusan yang menyengsarakan.

MUSLIMAH - HAL 10

Kebangkitan nasional adalah hal yang layak diperoleh ketika di dalam masyarakat penuh dengan rasa semangat persatuan, kesatuan, serta nasionalisme. Perlawanan sporadis dan tidak serentak, ditata dengan organisasi di tahun 1908. Adu domba mulai diredam, perasaan kebangsaan dipupuk ditanam. Keadaan pemerintahan kini sedang tercampur aduk. Antara permasalahan politik, sistem ketatanegaraan, peraturan pemerintah, hak beragama, kesejahteraan masyarakat minoritas, pemenuhan kebutuhan pokok, serta berbagai pembangunan infrastruktur yang secara aktif memengaruhi masyarakat secara langsung. Rakyat Indonesia sering kali dilanda kebingungan.Di mana pemerintah kita? Apa yang sudah ia perbuat untuk kita? Kapan negara kita akan dibenahi dan bebas dari korupsi? Bersambung ke hal berikutnya...


HEADLINE Kadang kala juga masalah dari luar negeri tak jarang memengaruhi negara sendiri. Kenaikan harga kebutuhan pokok, BBM, gas, listrik, minyak, tanda-tanda kesulitan yang dihadapi, bagaikan sangkar kurungan burung, kita terjaga di dalamnya. Sang penjaga sedang membersihkan, merawat, dan memperbaiki secara teratur bagaimana sangkar kita. Para burung, sabar menanti, menunggu untuk bisa keluar terbang, bebas, namun tetap aman dan memiliki tubuh yang cukup kuat untuk bertahan hidup di luar sangkar. Di sisi lain, sang penjaga ingin agar bisa merawat burung tersebut, membesarkannya, hingga menjadi seekor burung yang bisa memberi manfaat bagi sekitar dan lingkungannya. Persoalan isu presiden, pencalonan ketua Polri, kasus korupsi harus kita tanggapi dengan kritis. Tidak menolak begitu saja pemberitaan media-media tentangnya, dan juga tidak menerima begitu saja apa saja yang diberitakan. Media kini harus kita cerna dengan mendalam. Bagaimana skenario yang jelas, permasalahan yang timbul, dan juga langkah perencanaan maupun konkret yang telah dilakukan oleh presiden. Kebangkitan bangsa berarti juga hak-hak demokrasi menjadi luwes dan transparan. Bagaimana rakyat menyampaikan aspirasi, mengetahui segala informasi, dan juga dapat mengevaluasi kinerja pemerintah. Permasalahan pemblokiran situs-situs islam tentu sangat mengiris hati kaum muslim. Tempat di mana biasanya kaum muslim mendapat informasi dan artikel-artikel persuasif yang dapat mendorong kaum muslim untuk berpolitik, kini dipotong secara sepihak oleh pejabat berwenang. Kini, semua perlu berbenah. Rakyat tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Dalam semua bentuk sistematis badan, ada yang namanya hak dan ada pula tanggung jawab. Mereka perlu berjalan beriringan sesuai dengan apa yang sudah ditentukan. Badan akan berjalan dengan baik bila keduanya bekerja tanpa hambatan, dan tanpa pemisah yang berarti. Pemerintah juga perlu membenahi efektivitas kerja. Dalam halnya dengan kebangkitan bangsa, pemerintah adalah tonggak tegaknya satu keadaan dinamis

yang fleksibel dan luwes, namun terstruktur. Dengan segala kebijakan dan kewenangan yang dibuat, negara dapat andil sepenuhnya di dalam segala permasalahan yang sedang maupun akan terjadi. Tentunya setiap persoalan yang dihadapi tidak harus selalu dipandang sebelah mata dari satu sisi saja. Kebangkitan bangsa memang identik dengan hal yang khusus seperti politik dan kenegaraan pemerintah. Nilai positif selalu dapat kita lihat dari seekor ular berbisa sekalipun, jika memang dianalisa secara tepat dari sisi biologis maupun fisiknya. Prestasi anak bangsa contohnya, merupakan contoh kebangkitan bangsa yang patut diapresiasi dan difokuskan dalam pengembangannya. Kemenangan olimpiade olahraga, prestasi gelar bergengsi di HNMUN di Massachussets, peningkatan jumlah anak-anak penghafal Quran, bukanlah hal-hal yang sepele sekedar menjadi penglihatan sekilas. Halhal tersebut merupakan dasar-dasar yang bisa dijadikan fondasi keberhasilan rakyat, yang bila memang diintensifkan secara masif akan berpengaruh besar terhadap keteraturan negeri kita. Kebangkitan bangsa, masihkah harus kita lihat dari sisi politik dan kenegaraan? Tentu iya bila kita berkaca pada hari lahirnya 20 Mei 1908, ketika organisasi masyarakat mulai bermunculan dan sedikit banyaknya mempengaruhi proses ketatanegaraan. Indonesia tentu perlu juga mengevaluasi sistem pemerintahan, apakah kita akan mengadopsi dominasi pemerintah terhadap rakyat, ataukah memasifkan demokrasi di seluruh sistem kenegaraan. Namun perlu kita pahami, kita adalah bangsa yang cerdas. Bangsa yang bahkan telah melahirkan banyak tikus-tikus berdasi di segala tempat, namun kita mulai menanamkan bibit unggul yang akan kita rawat, jaga, dan kita besarkan untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik di generasi mendatang. Dengan menanamkan nilai-nilai positif pada generasi selanjutnya akan menjadi penyemangat yang tentu berbeda, namun beriringan dengan jalannya pemerintahan dan semangat

Pelindung: Allah SWT Penasihat: Pembina SALAM UI, Banu Muhammad H., M.S.E Penanggung Jawab: Ketua SALAM UI, Egi Mahira Irham Steering Committee: Riksa Afifah Panitia Pelaksana Ketua Biro Med-C: Sabrina Hikmah Ramadianti Ketua Redaksi: Agung Septa Pratama Bendahara: Elgi Lukiyansah Reporter: Ilham Kurniawan Gumilang Nur Izzatul Muthi’ah Rezady Yan Hafiz Munaf Nila Novita Sari Muhammad Naufal Keimas Ghea Dwi Apriliana Fotografer: Kezia Azhari Calista Editor: Nur Rohmah Az-Zahra Layouter: Isnai Ilham Aufadhuha Distributor: Muhammad Nur Hidayah

diterbitkan oleh Departemen Media Center SALAM 18 Universitas Indonesia Mesjid Ukhuwah Islamiyah UI Depok lt. 2 Gedung Pusgiwa UI Depok lt. 2 Redaksi menerima tanggapan, kritik, saran, maupun artikel berkaitan dengan UI melalui medc.salam18@gmail.com atau sampaikan langsung ke sekretariat.


3

BERITA UTAMA

Edisi Juli/Agustus 2013

kemampuan nalar yang baik, aktif dalam berbagai kegiatan yang mencerminkan tridharma perguruan tinggi, mampu membawakan diri, dan memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Semua kualifikasi ini bermuara pada satu tujuan utama untuk mencari mahasiswamahasiswa yang tidak menggunakan kepandaian untuk dirinya sendiri dan mampu memberikan inspirasi dan teladan kepada mahasiswa lainnya.

P

ada setiap malam apresiasi dan penganugerahan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) tingkat UI tiap tahunnya, panji-panji fakultas berkibar di balairung UI. Panji-panji ini melambangkan kebanggaan yang dibawa fakultas-fakultas yang ada di UI dalam mengirimkan putra-putri terbaiknya dalam ajang yang bergengsi ini. Gegap gempita suasana Balairung UI dalam malam penganugerahan Mahasiswa Berprestasi UI ini menjadi puncak dari seluruh kegiatan penjaringan dan seleksi Mahasiswa Berprestasi yang dimulai dari tingkat fakultas maupun jurusan terlebih dahulu. Sejak bulan Februari dan Maret 2015, telah dimulai kembali rangkaian pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) di tingkat fakultas yang kemudian akan dilanjutkan dengan pemilihan di tingkat UI. Pemilihan Mahasiswa Berprestasi di

Indonesia sendiri sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Kegiatan ini telah dilakukan dengan nama Pemilihan Mahasiswa Teladan yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Pelaksanaannya terus mengalami perubahan hingga kemudian sejak tahun 2004 namanya dikenal sebagai ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat Nasional yang diadakan di bawah Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Kegiatan ini ditujukan untuk semua mahasiswa program Sarjana maupun Vokasi. Di UI, kegiatan ini berada di bawah Subdit Penalaran Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan UI. Menurut Kasubdit Penalaran Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan UI, Ibu Anna Amalyah Agus, S.E, MBA., kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan iklim akademik yang sehat dengan mencari teladan dari kalangan mahasiswa yang memiliki

Tuntutan untuk bisa menyeimbangkan peran sebagai mahasiswa inilah yang diinginkan dalam Pilmapres UI. Kualifikasi ini sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional. Kualifikasi tersebut digunakan dalam proses penilaian calon Mapres di UI. Mapres Utama Fakultas nantinya akan bersaing di tingkat UI. Contohnya, dalam hal memiliki nalar yang baik, calon Mapres harus menunjukkannya dengan membuat karya tulis ilmiah yang runut dalam konten maupun struktur. Kemampuan bahasa Inggris ditunjukkan dengan berbagai rangkaian presentasi mengenai topik tertentu. Aktif dalam kegiatan implementasi tridharma perguruan tinggi ditunjukkan dengan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukannya sebelumnya. Semakin besar lingkup organisasi, program, atau kebermanfaatan yang dihasilkan, semakin besar pula proporsi kontribusinya dalam penilaian Mapres yang digawangi oleh representatif juri ahli dari berbagai rumpun yang ada di UI. Semua proses penilaian dilakukan di tanggal 5-7 Mei 2015 dan diumumkan pada tanggal 12 Mei 2015 pada Malam Apresiasi dan Penganugerahan Mahasiswa Berprestasi. Sementara itu, upaya untuk mendukung kegiatan Pilmapres telah dilakukan, salah satunya oleh UI Achievement Community (UIAC). UIAC mengadakan Sekolah Mapres (SM) sebelum kegiatan Pilmapres UI dimulai untuk mempersiapkan mahasiswa UI dalam menyambut momen ini. Seleksi dilakukan kepada semua mahasiswa yang ingin berpartisipasi dalam Pilmapres dan terpilihlah orang-orang pilihan yang akan mengikuti rangkaian SM. Ketua SM,


4

BERITA UTAMA Shaffa’ati Fadzrin, mahasiswa Sastra Inggris angkatan 2013, menjelaskan bahwa ada dua tujuan SM diadakan oleh UIAC, yakni untuk mempersiapkan mahasiswa angkatan 2011 dan 2012 untuk maju menjadi calon Mapres yang dimulai sejak tingkat Departemen atau Fakultas. SM juga ingin memperkenalkan adanya proses seleksi Mapres UI kepada mahasiswa angkatan 2013 dan 2014. Tujuan ini ingin dicapai karena Shaffa memandang bahwa meskipun terlihat gegap gempita, ternyata masih ada juga yang belum mengetahui ajang pemilihan Mapres. Dengan memperkenalkan Pilmapres lebih awal, SM berharap mahasiswa bisa mempersiapkannya lebih awal pula.

yang dilakukan 4 kali, dan Mapres camp. 4 kali training yang diadakan memberi pengetahuan kepada peserta hakikat berprestasi dan mengapa harus berprestasi, pelatihan penulisan, pelatihan public speaking Bahasa Inggris dan presentasi, serta pelatihan menentukan goal setting untuk hidupnya. Sejumlah pembicara dengan track record mengagumkan seperti Faldo Maldini (Ketua BEM UI 2012), Iman Usman (Juara 1 Mapres Nasional 2012), Shofwan Al-Banna (Juara 1 Mapres Nasional 2006), Ida Fauziah (Juara 1 Mapres FKM UI 2014), Tantia Dian (Juara 1 Mapres Nasional 2010), Mardhatilla Amalia (Juara 1 Mapres FE UI 2013), dan lainnya diundang sebagai pembicara, juri, atau coach SM.

Sejalan dengan yang diharapkan oleh UI, Shaffa sebagai ketua SM juga memiliki misi khusus untuk meningkatkan jumlah mahasiswa yang dapat menginsiprasi dan membagikan manfaat untuk orang lain. SM memberi pembekalan bagi mahasiswa dalam hal karya tulis ilmiah, public speaking, dan social project. Rangkaian SM yang telah dilaksanakan meliputi grand launching, training

Kemudian di acara puncak SM yaitu Mapres camp, diadakan simulasi pemilihan Mapres. Simulasi terdiri dari presentasi karya tulis, praktik public speaking dalam kegiatan my opinion, pemberian materi kontribusi sosial, dan implementasi kontribusi sosial dalam mini social project. Konsep mini project SM ini menarik. Peserta diminta untuk melakukan kontribusi sosial di tempat yang diten-

Foto: Peserta Sekolah Mapres

tukan dengan dana yang diberikan oleh panitia selama 45 menit. Shaffa berharap peserta mau berpikir keras untuk menentukan kontribusi yang tepat untuk masyarakat di tengah keterbatasan yang dimiliki. Gegap gempita ini masih akan berlangsung sampai waktu yang tidak bisa diprediksi selama masih ada kebanggaan mahasiswa terhadap almamaternya. Pun demikian, niat haruslah terus diperbaharui agar tercapai tujuan yang diinginkan dengan diadakannya Pilmapres ini. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Anna, program ini haruslah ditujukan untuk sebesar-besar inspirasi yang bisa didapatkan oleh mahasiswa, sehingga iklim berprestasi di berbagai bidang sesuai dengan tridharma perguruan tinggi terus meningkat. Mengamini hal tersebut, Shaffa pun menyatakan bahwa prestasi tidak hanya dimiliki oleh mereka yang menjuarai kompetisi atau mengikuti conference, melainkan merupakan segala sesuatu yang bisa membuat diri bahagia, bangga, dan juga memberi manfaat untuk orang lain. (im)


5

HUMANIORA dalam pembentukan generasi penerus yang berkualitas. Selain kegiatan belajar-mengajar yang diadakan secara rutin tiap minggunya, dan sebagai lanjutan dari acara tahunan yang telah dilakukan sebelumnya Rumbel BEM UI akan mengadakan Pagelaran Bocah 2015 di bulan Mei nanti, tema Pagelaran Bocah 2015 adalah “Asah Bakatmu Sejak Dini”. Bakat merupakan anugerah tuhan yang harus disukuri dan diasah agar bisa berguna bagi masa depan anak. Pentingnya memberikan ruang eksplorasi terhadap hal ini melatarbelakangi diambilnya tema ini. Ada berbagai kegiatan di acara Pagelaran Bocah 2015 ini seperti pemilihan duta anak Rumbel, kid’s corner serta berbagai lomba yang akan diikuti oleh anak-anak, adapula wahana bermain anak serta bazar.

Putra-Putri Rumbel (Duta Anak Pagelaran Bocah)

PAGELARAN BOCAH 2015 “BUKAN BAKAT BIASA”

Kegiatan ini merupakan sebuah pemilihan duta anak RUMBEL yang dimana pemenangnya bertugas untuk menjadi “wajah” RUMBEL selama masa baktinya.

Kid’s Corner Kid’s corner ini merupakan wadah dan sarana bagi anak-anak untuk mengasah bakatnya secara praktik. Lomba Mewarnai

B

angsa yang maju memiliki masyarakat yang baik dan terbentuk dari kumpulan individu yang berkualitas. Individu berkualitas bisa dicapai melalui sektor pendidikan. Dimana pendidikan tersebut disesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa, sehingga tepat guna dan sasaran. Membentuk individu yang berkualitas haruslah diperhatikan sejak dini, sejak anak-anak baru mulai belajar tentang lingkungan sekitarnya. Anak merupakan harapan bangsa karena anaklah yang nantinya meneruskan perjalanan bangsa. Namun demikian, seorang anak bisa tumbuh dan berkembang dalam kondisi lingkungan yang negatif sehingga akan timbul masalah psikis dan atau sosisal, sebaliknya, seorang anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang positif dan ia tumbuh menjadi dewasa yang inspiratif. Selain itu, perhatian terhadap aspek nonformal seperti kebu-

tuhan akan wadah eksplorasi bakat anak juga harus di perhatikan.

Lomba Menggambar Lomba Cerdas-Cermat

Untuk mendukung dan memaksimalkan bakat yang dimiliki anak, kita dapat terlebih dahulu mencari tahu bakat apa yang dipunyai anak kita. Setelah itu kita bisa mengarahkannya sesuai dengan bakat yang dimiliki dengan mengikutsertakan anak dalam acara-acara yang berhubungan dengan bakat anak. Namun, tidak semua orang tua menganggap hal ini penting sehingga tidak memberikan ruang bagi anak untuk mengeksplorasikan bakat mereka. Tidak jarang juga arena orang tersebut bingung harus berbuat apa terhadap anaknya. Rumbel BEM UI (Rumah Belajar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) sebagai sebuah organisasi yang bergerak dan peduli dalam bidang pendidikan ingin berkontribusi

Pertunjukkan Teater Kampung Main Wahana Edukasi Bazaar Bazar akan menjual beraneka ragam makanan, minuman, dan barang lainnya yang bertujuan untuk memeriahkan rangkaian acara dan dapat mengundang masyarakat umum untuk ikut berpartisiTerdapat pula panggung pertunjukan yang diisi penampilan murid-murid dari Rumbel BEM UI dan rumbel dari sejumlah BEM fakultas di UI. Berdasarkan penilaian juri, juara I diraih oleh murid-murid Rumbel BEM Fakultas Psikologi diikuti murid-murid Rumbel BEM Program Vokasi sebagai juara II dan murid-murid Rumbel BEM Fakultas Hukum sebagai juara III. Lalu siapakah Rumbel yang akan menang di tahun ini? Siapa pula yang akan menjadi duta Rumbel? Nantikan Pagelaran Bocah 2015 “Bukan Bakat Biasa” 2-3 Mei 2015 nanti! (NNS)


6

ISU UMMAT

YAMAN DAN TANTANGAN PERSATUAN UMAT Konflik di Yaman yang telah terjadi sejak awal tahun ini semakin menunjukkan ketegangan dan dengan cepat meraih perhatian dunia. Konflik yang pada awalnya merupakan konflik sektarian di internal negara Yaman menjadi konflik global yang melibatkan negara-negara teluk, bahkan beberapa negara superpower di luar kawasan. Terlepas dari segala intrik politik yang mewarnai konflik ini sejak awal, lebih dari 600 korban tewas dan lebih dari 50%-nya merupakan penduduk sipil. Tidak mengherankan apabila kemudian muncul suatu kekhawatiran akan terjadinya krisis kemanusiaan di Yaman, seperti halnya yang terjadi di negaranegara tetangganya di Timur Tengah.

Kontestasi Politik Yaman: Pemberontakan Syiah Houthi hingga Operasi “Decisive Storm” Konflik sektarian yang berlangsung di Yaman pada mulanya muncul di tahun 1990-an, di mana memang peta kekuatan Yaman terdiri atas beberapa gerakan politik yang berbeda. Beberapa kelompok kuat yang menjadi oposisi pemerintah sejak awal adalah kelompok Syiah Houthi (utara) dan Al-Qaeda (selatan). Hingga tahun 2000-an, kedua kelompok ini sering melakukan pemberontakan di berbagai daerah yang mengakibatkan banyak penduduk Yaman terpaksa diungsikan. Kelompok syiah Houthi—disinyalir digerakkan oleh Iran— termasuk kelompok yang cukup kuat mendesak perubahan kebijakan pemerintah Yaman yang dikuasai oleh Partai Al-Islah—representasi kekuatan Ikhwanul Muslimin Mesir di Yaman. Perebutan kekuasaan akhirnya menjadi isu dominan dan puncaknya, kelompok Houthi menguasai ibukota Yaman, Sanaa, pada September 2014 dan memaksa Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi yang sedang berkuasa saat itu untuk turun dari jabatannya pada Januari 2015. Mereka bahkan mengambil alih pemerintahan pada Februari 2015 dan menunjuk dewan presidensial sementara untuk

memerintah Yaman. Sayangnya, upaya kudeta ini tidak diterima oleh Dewan Keamanan PBB sehingga Presiden Hadi segera dikembalikan pada jabatannya dan memindahkan ibukota Yaman ke Kota Aden. Sejak itu, perlawanan oleh kelompok Houthi semakin kuat dan membuat situasi di Yaman menjadi tidak stabil dan kondusif. Atas dasar kekhawatiran terhadap instabilitas inilah koalisi negara teluk yang dipimpin Arab Saudi dan didukung Amerika Serikat memutuskan untuk menjalankan Operation Decisive Storm—serangkaian penyerangan oleh pasukan militer melalui udara dan laut—sejak tanggal 26 Maret 2015 hingga sekarang. Konflik Yaman dan Dinamika Politik Kawasan Pada awalnya, berbagai perdebatan terkait perlunya operasi militer oleh negara teluk muncul dari berbagai pihak. Berbagai kontroversi juga menyeruak mengenai motif dari koalisi negara-negara ini untuk menyerang, terutama mengenai keikutsertaan Mesir. Isu agama—perpecahan Sunni dan Syiah—menjadi isu dominan mengingat negara-negara Sunni yang tergabung dalam koalisi menggunakan isu ini untuk menjustifikasi operasi mereka terhadap kelompok Syiah. Tentu isu ini menjadi hangat mengingat perla-

wanan keras muncul dari Iran sebagai kekuatan Syiah terbesar di Timur Tengah yang menyebut operasi ini sebagai “agresi militer”, dengan dukungan negara sekutunya, Rusia dan Tiongkok—tentu saja. Isu kemanusiaan jelas tidak lagi rasional, sebab ternyata operasi “decisive storm” ini justru menyebabkan krisis kemanusiaan yang dikecam berbagai lembaga kemanusiaan. Berbagai kalangan, termasuk Partai Al-Islah menyayangkan terjadinya konflik bersenjata dan lebih mengedepankan opsi negosiasi antarpihak yang bertikai. Beberapa kalangan juga mengkhawatirkan Yaman menjadi “Suriah kedua”. Meskipun begitu, setelah operasi berlangsung beberapa lama, ternyata kelompok ini dan organisasi IM di Mesir mendukung operasi yang dipimpin Arab Saudi ini mengingat pemberontakan oleh Houthi semakin tak terkendali. Angin segar juga dirasakan koalisi negara teluk setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi terkait blokade senjata untuk Houthi, memaksa mereka untuk keluar dari wilayah yang mereka kekuasai, dan menempatkan pemimpinnya dan anak mantan presiden Yaman yang menjadi motor pemberontakan pada blacklist. Di balik itu semua, apa yang terjadi di Yaman saat ini pada dasarnya


7

ISU UMMAT

merupakan hasil rivalritas antarkekuatan di Timur Tengah yang telah berlangsung sejak lama, terutama antara Arab Saudi dan Iran. Menjadi semakin dinamis kemudian ketika pemimpin Arab Saudi dan Turki berganti dan memberikan angin segar bagi kebangkitan Sunni di Timur Tengah. Struggle over influence berbasis ideologi mungkin menjadi salah satu faktor yang melandasi rivalritas tersebut, namun kepentingan politis dan ekonomi juga patut dicermati. Arab Saudi tentu masih membutuhkan posisi sebagai hegemonic power di kawasan teluk dan kontrol Iran atas Yaman tentu membahayakan posisi tersebut. Di sisi lain, Yaman memainkan peran strategis dalam hal perdagangan minyak dunia dari negara-negara teluk melalui kota-kota pelabuhannya. Hal ini yang kemudian dapat menjelaskan keterlibatan Amerika Serikat, Rusia, maupun Tiongkok, baik aktif maupun pasif.

Persatuan Umat dan Kebangkitan Islam: Mungkinkah? Saat ini, eskalasi konflik Yaman ke level global berhasil memecah belah umat Islam karena isu Sunni-Syiah yang secara dominan digaungkan. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi persatuan umat yang sama-sama dicita-citakan, mengingat sebelumnya sosok Erdogan dan Raja Salman dinilai memberikan harapan baru bagi bangkitnya peradaban Islam. Sayangnya konflik yang terjadi di Yaman seakan mempupuskan harapan tersebut. Diperlukan upaya-upaya mediasi pihak ketiga agar semua pihak mau berunding dan tidak membuat isu perpecahan agama yang ada semakin runcing. Hanya apabila kesepakatan damai tercipta, persatuan umat dan kebangkitan Islam dapat terwujud. Semoga!

Masa Depan yang Kita Inginkan

A

pa itu SDGs ? SDGs atau Sustainable Development Goals merupakan tujuan - tujuan pembangunan global yang dicanangkan untuk menyetarakan kemajuan serta perkembangan antarnegara dan akan dimulai tahun ini. SDGs sendiri merupakan kelanjutan dari MDGs (Millenium Development Goals). MDGs adalah tujuan pembangunan global yang awalnya disepakati oleh 147 negara, yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat di negaranegara berkembang. MDGs dicanangkan pada tahun 2000 dan dimulai dengan adanya pertemuan 147 negara berkembang yang merumuskan 8 tujuan MDGs hingga 2015. Kala itu, Presiden Megawati Soekarnoputri,bersama kepala negara dan kepala pemerintahan lainnya mendeklarasikan MDGs. Adapun Tujuan dari MDGs antara lain menghapuskan kelaparan dan kemiskinan yang ekstrim, pencapaian pendidikan dasar universal, mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian bayi, mengurangi angka kematian ibu, melawan penyakit menular seperti HIV/AIDS dan malaria, pelestarian lingkungan hidup dan kemitraan global. Dalam perkembangannya, Indonesia berhasil menjadi salah satu dari 38 negara di dunia yang berhasil men-

gurangi jumlah penduduk kelaparan dan kekurangan gizi lebih dari 50%, yaitu dari 20% pada 1990 menjadi 8,6 % pada 2012. Prestasi tersebut bisa dilihat pada sidang FAO ke-38 pada 16 Juni 2013 lalu di Roma, Italia. Menteri koordinator Perekonomian Indonesia kala itu, M. Hatta Rajasa mewakili Presiden RI, atas nama rakyat Indonesia menerima penghargaan “For its outstanding achivement for eradicating hunger and undernourishment”. Dokumen hasil rapat di Rio de Janeiro, Brazil yang diberi nama the future we want, berhasil menetapkan 17 tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pertamanya adalah mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya. Tujuan kedua yaitu mengakhiri ketergantungan pangan, mencapai keamanan pangan, meningkatkan gizi serta mempromosikan pertanian berkelanjutan. Konsumsi beras di Indonesia sangat tinggi, rata-rata mencapai 139 kg per kapita per tahun. Artinya, total konsumsi beras 33,54 juta ton per tahun. Untuk memenuhi konsumsi beras di dalam negeri, Indonesia setidaknya membutuhkan tambahan lahan panen baru 150 ribu hektare. Padahal, luas sawah subur semakin merosot dan konversi lahan sawah ke non pertanian diperkirakan mencapai 110.000 hektar per tahun. Ketergantungan terhapap beras menjadi tantangan besar yang

harus diatasi oleh pemerintah. Selain itu, tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai adalah memastikan kehidupan yang sehat untuk semua jenjang umur, melakukan penyetaraan kualitas pendidikan dan mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua serta kesetaraan gender. Setelah tersusunnya 17 poin utama dalam program Sustainable Development Goals (SDGs), pemerintah harus menyesuaikan prioritas pembangunan nasional dengan 17 poin utama tesebut dengan begitu, diharapkan Indonesia tidak akan tertinggal jauh dengan kemajuan negara-negara lain dan siap untuk menghadapi tantangan yang ada didepan, seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun ini. (ASP)

Sumber gambar : https://sustainabledevelopment.un.org/sdgsproposal#goal1


SOSOK

Nurrohim, Master

Pendiri

Nama : Nurrohim Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 3 Juli 1971 Pekerjaan : Manajer Wiraswasta, Pembina Yayasan Bina Insan Mandiri (Sekolah Master) Pendidikan Terakhir : S-1 usaha rumah makan.

S

iapa yang tidak kenal Sekolah Master, yaitu sekolah untuk anak jalanan atau anak yang tidak mampu di mana siswa-siswinya tidak dipungut biaya sepeserpun untuk belajar menimba ilmu mulai dari tingkat TK hingga SMA. Sekolah yang berada di jalan Arief Rahman Hakim ini dikhususkan untuk kaum marginal. Tak heran di balik kehebatan Sekolah Master, tak luput pula ada seorang pendiri sekolah master yang sangat peduli dengan nasib anak jalanan dan kaum marginal. Dialah Pak Nurrohim, dirinya pun banyak mencuri perhatian dari media-media bahkan dari Dubes negara asing seperti Inggris, Arab Saudi, Paragauay, Korea, dan negara lainnya karena Sekolah Master telah berhasil menjadi sekolah yang cukup unik dan juga memiliki banyak prestasi yang diraih anak didiknya. Pria dengan sosok yang berpenampilan sederhana ini, dilahirkan di Tegal, Jawa Tengah, pada 3 Juli 1971. Dibesarkan di daerah Tanah Abang oleh orang tua yang berprofesi sebagai pedagang. Ayahnya bekerja sebagai pedagang kain, sedangkan ibunya memiliki

Sebagai anak seorang pedagang, beliau memiliki banyak pengalaman hidup, beliau pun tumbuh besar bersama anak jalanan. Bermain di area terminal, pasar, serta gerbong kereta pun merupakan kegiatannya sehari-hari sehingga membuat beliau jarang pulang ke rumah. Bahkan, beliau pun pernah merasakan tidur di gerbong kereta hingga sampai di Merak hingga tidak berangkat ke sekolah. Kejam dan pahitnya hidup bersama anak jalanan pun pernah beliau rasakan. Beliau pernah menyaksikan sendiri teman-temannya yang meregang nyawanya akibat narkoba dan bahkan tertembak mati oleh polisi. Setelah beranjak dewasa, orang tua Bapak Nurrohim tak ingin melihat anaknya mengulangi kebiasaan buruknya semasa SMP sehingga akhirnya mereka menempatkan beliau di suatu pesantren di daerah Jawa Timur. Meskipun beliau hidup di lingkungan bernuansa Islam, beliau tidak pernah lupa dengan teman-teman lamanya. Beliau selalu menyempatkan diri untuk bertemu dan melihat jelas kondisi teman-temannya di waktu libur panjang. Beliau pun tidak pernah menyesal dan marah atas jalan hidup serta kepahitan hidup yang diberikan-Nya. Beliau selalu berbaik sangka kepada sang Pencipta “Pasti ada hikmah dibalik takdir yang saya dapatkan, ketika kita berbaik sangka kepada sang pencipta, pasti saya akan memiliki ending yang baik pula.” Pada suatu reuni dengan temantemannya, beliau melihat perbedaan yang kontras di antara teman-temannya, semua yang didapatkan teman-temannya sangat sesuai dengan perjalanan mereka pada masa sekolah. Banyak di antara teman-

8 Sekolah

temannya yang hidup di penjara ataupun meregang nyawa karena obat terlarang. Namun teman-temannya yang belajar serius saat masa sekolah memiliki hidup yang lebih terjamin. Melihat kenyataan hidup yang beliau lihat secara langsung ini, beliau menjadi sadar akan pentingnya pendidikan bagi hidup. Beliau bertekad bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak, bahwa pendidikan harus dimiliki oleh semua orang tanpa terkecuali. Bukan hanya bagi mereka yang memiliki uang namun juga bagi anak jalanan dan kaum marginal yang sering beliau lihat kepahitan hidupnya. Akhirnya beliau pun memimpikan suatu saat akan membangun sebuah sekolah yang dapat menampung anak jalanan. Menurut beliau, anak jalanan perlu mendapatkan pendidikan yang sama layaknya anak-anak biasa, karena pendidikan dapat mengubah segalanya. Beliau berpendapat, bahwa dengan adanya pendidikan formal, moral dan agama, kehidupan mereka akan menjadi lebih terarah. Mimpinya mulai direalisasikan di tahun 2000. Saat itu, sekolah yang diberi nama Masjid Terminal atau Master mulai berdiri. Berawal hanya emperan masjid, sedikit demi sedikit beliau membeli lahan untuk sekolah master hingga mencapai luas 6000 meter persegi. Banyak kendala yang beliau hadapi ketika mulai membangun sekolah tersebut, mulai dari kendala internal sampai eksternal. Tetapi sedikit demi sedikit kendala-kendala yang dihadapi pak Nurrohim dapat diatasi. Kini, sekolah Master sudah menampung sekitar 2500 pelajar untuk semua golongan umur. Mereka juga bisa mendapatkan ijazah yang setara dengan sekolahsekolah lain. Hingga kini, Sekolah Master yang dipimpin oleh pak Nurrohim memiliki banyak prestasi baik dari sisi akademik maupun non–akademik di tingkat Jabodetabek, Jawa Barat, sampai tingkat nasional. (RYHM)


9

OPINI

Memaknai (Semangat) Kebangkitan

A

pa yang pertama kali terpikirkan oleh kita ketika mendengar kata “kebangkitan”? Ketika kita duduk di bangku sekolah, yang terpikirkan pertama kali ketika mendengar kata ini, biasanya adalah sebuah hari di bulan Mei yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada 20 Mei lebih dari 100 tahun lalu, berdiri sebuah organisasi politik yang pertama, yaitu Budi Oetomo. Hari kelahirannya lah yang seringkali kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan masa-masa ini seringkali disebut sebagai Masa Kebangkitan Nasional. Masa Kebangkitan Nasional adalah sebuah masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme di Indonesia. Masamasa ini adalah masa dimana tumbuhnya rasa kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari jajahan Belanda dan Jepang. Masa-masa jenuh akan segala ketimpangan yang terjadi di negeri ini; kerja paksa yang dilakukan untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan pemerintah Hindia Belanda, kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dan tidak memenuhi hak-hak pribumi, serta banyak perlakuan tidak layak lainnya yang diterima oleh bangsa kita. Dan hal ini telah berlangsung sangat lama: 350 tahun oleh Belanda, 3,5 tahun oleh Jepang, serta masa-masa panjang sebelum itu. Tidak heran jika akhirnya bangsa Indonesia memilih untuk memperjuangkan kemerdekaannya, demi berdirinya sebuah negara yang memiliki kadaulatan sendiri, tidak diatur-atur dan diperlakukan seenaknya oleh bangsa lain. Menilik masa lalu, bangsa Indonesia berusaha keras untuk memperjuangkan sebuah kemerdekaan. Perjalanan panjang yang tidak pernah mudah, mengingat begitu banyak harta, jiwa, dan raga yang harus dipertaruhkan. Namun pada akhirnya, bangsa Indonesia terbebaskan dari segala penjajahan yang terjadi. Pejuangan masa lalu yang

tidak sia-sia, melahirkan sebuah kemerdekaan bagi negara Indonesia yang memiliki kedaulatan sendiri. Kedaulatan yang bisa kita nikmati hingga 70 tahun merdekanya negeri ini. Kedaulatan dan kemerdekaan ini bukan semata-mata hasil perjuangan. Kedaulatan dan kemerdekaan ini merupakan hasil dari sebuah semangat kebangkitan. Namun, apakah kita pernah memaknai arti dari rasa kebangkitan itu sendiri? Disadari atau tidak, bangsa kita masih belum terlepas dari hal yang bernama penjajahan. Rasa kebangkitan yang dimiliki oleh para pejuang di masa penjajahan tidak akan sama dengan rasa kebangkitan yang bangsa Indonesia dimiliki saat ini. Kita, sebagai generasi baru dari bangsa Indonesia, tidak akan begitu merasakan desakan untuk terbebas dari penjajahan-penjajahan itu. Karena penjajahan yang dilakukan di zaman dahulu berbeda dengan penjajahan yang terjadi saat ini. Dulu, penjajahan dilakukan dengan kerja paksa, peraturanperaturan yang melanggar hak dan kewajiban warga pribumi, bahkan hingga penyiksaan fisik. Penjajahan yang terjadi di zaman sekarang berbeda. Para ‘penjajah’ tidak melakukannya penjajahan pada fisik, namun mereka melakukan penjajahan dengan cara lain, salah satunya dengan menguasai beberapa sektor industri-industri di Indonesia dimana penghasilan dari industri-industri tersebut sebagian besar akan menjadi keuntungan bagi negara asing yang menanam sahamnya di Indonesia. Selain itu, maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia menjajah bangsa Indonesia dari segi identitas bangsa, menjadikan generasi muda Indonesia berperilaku kebarat-baratan dan bahkan berpikiran kebarat-baratan. Tidakkah kita ingin melihat negeri ini menjadi sebuah negeri yang mandiri? Menjadi sebuah negeri yang

Oleh: Desti Rachmadyah Nanda S. Mahasiswi Farmasi UI 2011

tidak lagi bergantung pada investor-investor asing? Tidak inginkah kita melihat di kemudian hari, kekayaan alam di negeri ini kita eksplorasi dan kita gunakan untuk negara kita sendiri? Tidak inginkan di suatu saat nanti kita melihat tidak ada lagi daerah yang kekurangan pangan dan gizi? Tidak inginkah kita suuatu saat nanti membebaskan negeri ini dari kemiskinan? Tentunya, di hati kita, akan ada sebersit keinginan untuk itu. Niat yang baik harus diiringi dengan tindakan yang baik, hingga berdampak hal baik pula. Ketika ada niat untuk melakukan hal-hal baik bagi negeri ini, maka akan ada mimpi yang ingin kita wujudkan. Maka harus ada tindakan yang bisa membantu kita merealisasikan mimpi-mimpi kita itu. Contohnya, bagi seorang anak Farmasi. Ia bercita-cita menjadi seorang direktur perusahaan pembuat bahan baku obat. Mimpi ini berawal dari masalah negara Indonesia yang hingga saat ini masih mengimport bahan baku obat dari luar negeri. Ketika kita bisa memproduksi bahan baku obat secara mandiri, kita bisa memiliki obat yang berharga lebih murah. Di titik ini, rasa kebangkitan dapat dikatakan sudah tumbuh dalam jiwa seseorang. Dalam upayanya, yang bisa dilakukan untuk mencapai mimpi ini bukan hanya berkhayal. Harus ada upaya untuk meraihnya. Salah satunya dengan melatih skill-skill kita seperti kepemimpinan, keahlian dalam managerial, dan juga membangun link yang baik dengan orang-orang di sekitar kita. Walau diakui atau tidak, proses belajar dan mencari ilmu lah yang paling penting agar kita mengerti akan dasar ilmu yang kita perdalam di dunia kerja nanti. Terkadang, kita enggan untuk belajar. Ketika sampai di titik ini, kembali tanyakan pada diri kita sendiri:

“akankah rasa malas mengalahkan mimpi kita untuk mengubah negeri ini?” (IKG)





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.