Selembar Madani 2017 Edisi 01

Page 1

MANIFESTASI CINTA Oleh : Fahrudin Alwi Mahasiswa FIB UI 2013 Ketua Salam UI 20

c

inta. Kata sederhana yang memiliki makna begitu dalam. Kata yang bisa membuat orang menebusnya dengan dunia dan seisinya. Karena memang demikianlah hakikinya. Seperti apa yang dikatakan Salim Akhukum Fillah dalam sebuah karyanya Jalan Cinta Para Pejuang, "Cinta adalah persoalan berusaha untuk mencintai. Bahwa cinta bukanlah gejolak hati yang datang sendiri melihat paras ayu atau jenggot rapi. Bahwa, sebagaimana cinta kepada Allah yang tak serta merta mengisi hati kita, setiap cinta memang harus diupayakan."

Diterbitkan oleh : Biro Media Center - Salam UI 20 Pembina : Banu Muhammad, S.E., M.S.E. | Penanggung Jawab : Fahrudin Alwi | Pemimpin Umum : Kamilah Dwi Kurniawati | Pemimpin Redaksi : Sofia Utari Ramadhani| Editor : Regina Diah Rachmawati | Desain Tata Letak dan Pracetak: Amany Mufida, Ahmad Fauzy Habiby Prasetya | Distribusi dan Sirkulasi : Ratu Mutiara Azimah Sukmaningrat, Muhammad Lazuardi Nuriman Edisi I Tahun XII Maret 2017 | Jumadil Akhir 1438 H

Lembaga Dakwah Kampus Nasional

Nuansa Islam Mahasiswa Universitas Indonesia


Dan cinta kepada Rasulullah saw adalah salah satu bentuk cinta yang paling mulia dan harus diupayakan. Cinta yang seharusnya bisa melewati kecintaan terhadap suami, istri, anak, saudara, atau siapapun. “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orangorang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Q.S. An-Nisaa: 69). Imam al-Baghawi rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, “Ayat ini turun terkait dengan kisah Tsauban ibn Bujdad radhiallahu 'anhu bekas budak Rasulullah saw. Ia sangat mencintai Nabi saw. Suatu hari ia menemui Rasulullah saw, dengan rona wajah yang berbeda, wajah yang menyiratkan kekhawatiran dan rasa sedih yang bergemuruh. Rasulullah saw bertanya, 'Apa yang membuat raut wajahmu berbeda (dari biasa) wahai Ibnu Bujdad? 'Aku tidak sedang sakit atau kurang enak badan. Aku hanya berpikir, jika tak melihatmu, aku sangat takut berpisah denganmu. Perasaan itu tetap ada, hingga aku melihatmu. Kemudian aku teringat akhirat. Aku takut kalau aku tak berjumpa denganmu. Karena engkau di kedudukan tinggi bersama para nabi. Dan aku, seandainya masuk surga, aku berada di

tingkatan yang lebih rendah darimu. Seandainya aku tidak masuk surga, maka aku takkan melihatmu selamanya', kata Tsauban radhiallahu 'anhu. Kemudian Allah swt menurunkan ayat ini.

Yang Mencintai Nabi Anas ibn Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Tidaklah kami sangat bergembira setelah nikmat Islam kecuali setelah mendengar sabda beliau saw, ”Engkau akan bersama orang yang e n g k a u c i n t a i .” A n a s i b n M a l i k radhiyallahu 'anhu melanjutkan perkataannya, “Maka sungguh aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar asy-Shiddiq, dan Umar ibn al-Khattab radhiyallahu 'anhuma. Dan saya berharap bisa bersama mereka, walaupun amalanku tidaklah seperti mereka.” Al-Akh Nurfitri Hadi dalam kisah muslim menceritakan beberapa sahabat yang memiliki kecintaan begitu mendalam terhadap Nabi saw. Salah satunya adalah Bilal ibn Rabbah radhillahu 'anhu, seorang sahabat dari Habasyah, muadzin Rasulullah saw yang cintanya pada sang Nabi terus bertumbuh hingga maut datang padanya. Sadar akan kehilangan Bilal, keluarganya bersedih dan mengatakan, “Betapa besar musibah”! Bilal menanggapi, “Betapa bahagia! Esok aku berjumpa dengan kekasih; Muhammad dan sahabat-sahabatnya.” (Rajulun


atazawwaju al-Mar-ata walahu Ghairuha, No: 285). Demikian juga dengan sahabiyat lainnya. Cinta mereka kepada Rasululllah saw tak kalah hebatnya dari yang lainnya. Alkisah, ada seorang perempuan Anshar; ayah, suami, saudara laki-lakinya gugur di m e d a n Pe r a n g U h u d . B a y a n g k a n bagaimana perasaan seorang perempuan yang kehilangan ayah yang menjadi tempat ia mengadu, kehilangan suami yang menjadi tulang punggung keluarga dan tempat berbagi, juga kehilangan saudara laki-laki yang melindungi, ditambah, ketiganya pergi secara bersamaan. Alangkah sedih keadaannya. Mendengar tiga orang kerabatnya gugur, sahabiyah ini bertanya, “Apa yang terjadi dengan Rasulullah saw?” Orang-orang menjawab, “Beliau dalam keadaan baik.” Perempuan Anshar itu memuji Allah dan mengatakan, “Izinkan aku melihat beliau.” Saat melihatnya ia berucap, “Semua musibah (selain yang menimpamu) adalah ringan, wahai Rasullah.” (Sirah Ibnu Hisyam, Juz: 3 Hal: 43). Begitulah kisah bukti kecintaan para sahabat kepada Rasulullah saw.

Suri Tauladan dari Sang Nabi Pembaca Selembar Madani yang dirahmati Allah, sebagian dari kita pasti telah mendengar sebuah kisah tentang Rasulullah saw yang memiliki perangai yang amat mulia, yang lahir dari rahim sejarah dan dibesarkan oleh celah kematian orang-orang yang amat mengasihinya. Seorang yang menggetarkan jutaan bibir dengan sebutan namanya saat muadzin

mengumandangkan adzan. Rasul yang mengajarkan kita banyak hikmah dalam berdakwah. Setiap kisah yang dicatat dalam hari-harinya selalu bernilai dalam sejarah. Mungkin kita ingat dengan kisah tentang datangnya seorang Arab Badui ke Masjid Nabawi. Tiba-tiba Arab Badui kencing di lantai masjid yang berbahan pasir. Para sahabat sangat murka dan hampir saja memukulnya. Sabda Nabi pada para sahabat, "Jangan. Biarkan ia menyelesaikan hajatnya." Dengan senyum, ditegurlah Badui tadi agar jangan mempersempit rahmat Allah. Mungkin kita ingat tentang dakwah Rasulullah saw di Thaif. Ketika masyarakat Thaif menolak dan menghinakan dakwah beliau, malaikat penjaga bukit menawarkan untuk menghimpit mereka dengan bukit. Sang Nabi saw menolaknya, "Kalau tidak mereka, aku berharap keturunan di sulbi mereka kelak akan menerima dakwah ini. Mengabdi kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun." Juga sebuah kisah tentang seorang yang selalu meludahi dan melempari Nabi saw dengan batu dan kotoran hewan ketika beliau melewati jalan di depan rumahnya. Nabi sabar terhadap orang tersebut, hingga kemudian orang tersebut tidak lagi melakukannya terhadap Nabi saw. Maka Rasulullah saw pun heran dan menanyakan kenapa orang tersebut tidak lagi melakukan hal yang biasa ia lakukan. Akhirnya Rasulullah saw mendapatkan jawaban bahwa orang yang biasa


meludahinya itu ternyata sedang jatuh sakit. Bukannya bergembira, justru beliau memutuskan untuk menjenguknya. Sikap kesabaran Nabi ini yang kemudian menjadikan orang tersebut menjadi beriman. Pembaca budiman, cinta adalah suatu hal yang harus bisa termanifestasikan. Tiga penggalan kisah Nabi Muhammad saw di atas memberikan hikmah mendalam dan syarat nilai keteladanan. Sungguh, sebagai seorang Muslim, kita diminta untuk mampu berlaku adil dan memiliki kasih sayang terhadap sesama insan. Tengoklah bagaimana akhlak Rasulullah saw ketika beliau merespon tindakan Arab Badui dan masyarakat Qurasy serta Thaif yang penuh keangkuhan dan sangat tidak sopan. Rasulullah saw tidak kemudian membalasnya dengan seruan kasar, namun dengan perkataan yang halus dan penuh kecintaan. Begitulah hakikatnya dakwah yang harus kita alirkan. Begitulah dakwah yang harus kita terapkan. “Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali 'Imran: 159)

Manifestasi Cinta Pembaca Selembar Madani yang budiman, mencintai Rasul adalah hal yang mulia yang harus dibuktikan dengan berbagai hal. Hal yang bisa dilakukan selain mencontoh beliau saw dalam cara berdakwah adalah meningkatkan azzam dan kesungguhan kita untuk mengenal beliau saw lebih jauh melalui membaca sirah nabawiyah, dan berbagai literasi lainnya. Mencintai Rasul dibuktikan dengan kesungguhan kita mencontoh apa yang beliau lakukan baik dalam ibadah ilallah maupun ibadah yang berhubungan dengan manusia. Kembali mengutip perkataan Anas ibn Malik radhiyallahu 'anhu: Tidaklah kami sangat bergembira setelah nikmat Islam kecuali setelah mendengar sabda beliau saw, ”Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.”, semoga Allah tumbuhkan kecintaan yang mendalam terhadap Nabi saw dan jadikan kita mampu memanifestasikan cinta kita pada beliau saw dan akhirnya Allah kumpulkan kita kelak bersama Rasulullah saw di jannah-Nya. Aamiin Ya Rabbal 'Aalamiin


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.