KAMIS, 10 08 2017 NO. 13200/ TAHUN KE-48 28 HALAMAN Rp4.000/eks
(di luar P. Jawa + ongkos kirim)
Rp89.000/bulan
(di luar P. Jawa + ongkos kirim) E-mail: cs@mediaindonesia.com
www.mediaindonesia.com Hotline:
0811 123 7979 Customer Service:
(021) 5821303 Pemasangan Iklan:
J U J U R
(021) 5812113 & 5801480
B E R S U A R A
Di setiap peringatan Hakteknas, Kemenristek dan Dikti selalu mengangkat dan menggelorakan inovasi untuk meningkatkan daya saing bangsa.”
Menjadi Negeri Maritim dengan Dukungan Ilmu Pengetahuan
Publikasi Ilmiah Internasional Indonesia Terus Melesat
Pentingnya peran iptek dan inovasi di bidang kemaritiman sebagai ujung tombak komponen penentu kemandirian dan daya saing bangsa.
Hingga 3 Agustus 2017 tercatat, jumlah publikasi ilmiah internasional Indonesia yang terindeks global mencapai 9.501 publikasi.
Hakteknas 2017 | Hlm 11
Hakteknas 2017 | Hlm II
Hakteknas 2017 | Hlm 12
Harian Umum Media Indonesia
@mediaindonesia
@mediaindonesia
Media Indonesia
Menuju Negara Maritim Berbasis Iptek
ANTARA/DARWIN FATIR
PELUNCURAN HAKTEKNAS DI MAKASSAR: Menristek dan Dikti Mohamad Nasir (kanan) menyerahkan plakat kepada Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (kiri) saat peluncuran Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
(Hakteknas) ke-22 di Pelabuhan Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (16/6).
Ada empat fokus pembangunan kelautan di Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia. PUPUT MUTIARA
puput.mutiara@mediaindonesia.com
I
NDONESIA memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Di antaranya sumber daya perikanan yang melimpah--ditaksir mencapai 10% dari total seluruh ikan di perairan dunia; minyak bumi dan gas sebagai salah satu sumber energi; serta alat-alat transportasi laut penunjang lalu lintas perkapalan nasional maupun internasional. Sayangnya, selama ini besarnya potensi kekayaan tersebut seolah belum benar disadari. Banyak kapal asing ilegal datang menyelundup bahkan dibiarkan berseliweran di perairan Nusantara, mencuri sumber daya laut untuk dibawa dan dimanfaatkan ke negara asal mereka. Hingga mulai era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)-lah,
seluruh kementerian/lembaga (K/L) didorong untuk bersama mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Pendekatan yang dipakai antara lain melalui pengembangan teknologi kelautan agar dapat menghasilkan inovasi yang mampu menopang industri maritim di dalam negeri. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) tahun ini menggelar acara peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22 dengan tema Pembangunan maritim berbasis pengetahuan dengan subtema Peran sumber daya manusia (SDM) dan inovasi dalam pembangunan maritim Indonesia. Menteri Ristek-Dikti Mohamad Nasir mengatakan perayaan Hakteknas di Makassar pada 10 Agustus ini merupakan momentum untuk membangkitkan semangat kemaritiman di Tanah Air. Semangat yang sama juga mesti tecermin pada kemampuan sumber SDM yang mumpuni terutama dalam hal ilmu pengetahuan teknologi (iptek) dan inovasi. “Perlu digarisbawahi, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat, iptek dan ino-
vasi di bidang kemaritiman sangat penting. Hal tersebut akan menjadi ujung tombak komponen penentu kemandirian dan daya saing bangsa,” ujarnya kepada Media Indonesia di Jakarta, baru-baru ini. Ada empat hal yang difokuskan dalam pembangunan kelautan di Indonesia agar menjadi poros maritim dunia. Pertama, penguatan kedaulatan maritim. Kemudian, pengelolaan sumber daya alam (SDA) secara mandiri dan berkelanjutan. Hal lainnya adalah pengembangan infrastruktur yang mandiri dan terpadu, serta pengembangan SDM, iptek, dan budaya maritim. Lebih lanjut, saat ini pihaknya tengah mendorong pengembangan serta pemanfaatan teknologi hasil riset perguruan tinggi dan juga lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK). Salah satunya inovasi pembuatan kapal berteknologi untuk mempermudah nelayan mendapatkan infrastruktur yang layak. “Ada beberapa jenis kapal seperti kapal pelat datar, kapal paralon, LED ikan,” paparnya. Secara detail, pendukungan pembuatan kapal pelat datar dilakukan dari program Calon Perusahaan
Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) Kemenristek dan Dikti. Hasil inovasi lulusan Universitas Indonesia tersebut dipamerkan pada saat acara puncak peringatan Hakteknas di Makassar. Selain kapal pelat datar yang sudah dilengkapi fish finder, alkom lapan, dan kit konverter PT INTI itu, produk pertahanan maritim seperti kapal perang hingga panser amfibi juga akan ditampilkan dalam pameran bertajuk Ritech Expo tersebut. Termasuk produk laut hasil inovasi teknologi dalam negeri lainnya seperti rumput laut, ikan, dan garam. Di samping pameran hasil inovasi, serangkaian peringatan Hakteknas tahun ini juga disertai dengan berbagai kegiatan seperti peluncuran yang sudah dilakukan sejak 24 April lalu di Jakarta dan 16 Juni di Makassar. Kemudian pemberian anugerah iptek, talk show dan beberapa kegiatan ilmiah, hingga perayaan puncak 10 Agustus di Center Point of Indonesia Makassar, serta malam apresiasi.
Komitmen daerah
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristek dan Dikti Jumain Appe
Perguruan Tinggi kian Inovatif TAHUN ini, semakin banyak perguruan tinggi yang terbukti mampu menciptakan produk-produk inovasi hasil penelitian. Hal itu tecermin dari meningkatnya jumlah perguruan tinggi pengusul karya inovasi di ajang Anugerah Karya Inovasi Nasional untuk kategori widyapadhi, dari empat menjadi 20. Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Jumain Appe menjelaskan Anugerah Karya Inovasi Nasional merupakan bagian dari rangkaian acara puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-22, di Makassar, hari ini. “Ajang penghargaan ini dimaksudkan untuk memotivasi per-
guruan tinggi supaya bisa terus berkarya menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Harapannya, di tahun-tahun mendatang semakin banyak lagi yang berkontribusi,” ujar Jumain saat dihubungi Media Indonesia, Kamis (27/7). Menurut dia, keberhasilan perguruan tinggi dalam menciptakan hasil inovasi berkualitas dapat mendongkrak daya saing suatu daerah. Ia mencontohkan Provinsi Jawa Barat yang memperoleh nilai terbaik sebagai daerah dengan ekosistem inovasi cukup besar hingga berhasil mengubah usaha produk inovasi rumahan menjadi sebuah industri. Hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan sejumlah perguruan
tinggi seperti ITB, IPB, Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, serta beberapa perguruan tinggi swasta ternama di wilayah tersebut. “Sumatra Selatan, Lampung, Riau, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah juga cukup bagus. Saya kira kalau semua bisa lakukan, dahsyat itu dan dampaknya pertumbuhan ekonomi di daerah akan bagus,” ungkapnya. Melihat potensi serta daya perguruan tinggi dalam menghasilkan karya inovatif, pemerintah pun melalui Kemenristek Dikti berinisiatif membuat University Mart (Unimart). Kelak, semua produk inovasi perguruan tinggi yang memenuhi syarat berhak memiliki label produk sehingga bisa di ko-
mersialkan. Di sisi lain, tidak semua potensi inovasi di perguruan tinggi dapat dihilirisasi. Bahkan, mayoritas hasil penelitian mandek sampai pada tingkat technology readiness level (TRL) 6 ke bawah. Alhasil, tidak sampai pada tahap pemanfaatan di industri dan publik secara langsung. Oleh karena itu, kata Jumain, diperlukan sarana yang bisa mempertemukan peneliti di perguruan tinggi dengan industri atau biasa disebut science technopark (STP). Berbagai kegiatan inkubasi bisnis umumnya dilakukan dalam sebuah STP hingga menghasilkan inovasi yang bermanfaat di masyarakat. (Mut/S2-25)
mengatakan keberhasilan Hakteknas tahun ini tidak terlepas dari kerja sama semua pihak terkait. Terlebih, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) selaku tuan rumah telah berkomitmen untuk menyukseskan acara tersebut dalam rangka sosialisasi penerapan teknologi maritim. “Alasan dipilih Makassar, selain karena familier (dengan dunia maritim), juga pemerintahnya komit. Ini bisa jadi salah satu kunci keberhasilan kita dalam mencapai tujuan bersama memajukan kemaritiman di Indonesia,” terang Jumain. Di antara bukti komitmen Pemprov Sulsel, khususnya Makassar, terhadap perkembangan kemaritiman ialah adanya political budget yang diperuntukkan sistem inovasi daerah, khususnya teknologi maritim. Hal itu mengingat Makassar merupakan salah satu wilayah dengan potensi kelautan yang melimpah. Bahkan di bidang iptek dan inovasi, Provinsi Sulsel memiliki empat program pusat unggulan iptek dan Science Technopark tepatnya di Kabupaten Bantaeng. Konsorsium Riset Pengembangan Rumput Laut di Universitas Hasanuddin, Balai Penelitian Tanaman Serelia di Kabupaten Maros, dan
juga Balai Litbang Budi Daya (Udang) Air Payau-Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). “Pascaperayaan Hakteknas, harapannya komitmen itu terus dilanjutkan. Dengan memanfaatkan teknologi tentunya potensi kelautan yang ada di Sulsel dapat semakin berkembang hingga menjalar ke daerah-daerah lain di Indonesia,” tandasnya. Kepala Badan Litbang Daerah Provinsi Sulsel Muhamad Firda mengimbau agar masyarakat dapat benar-benar memanfaatkan inovasi. Umpamanya, soal pemakaian konverter BBM ke gas pada kapal nelayan. Pengadaan konverter dapat menguntungkan para nelayan karena harga gas relatif lebih murah ketimbang menggunakan bensin. “Artinya, inovasi yang bisa menguntungkan masyarakat, kita respons,” tuturnya. Hanya tak dimungkiri bahwasanya hingga kini masih sulit memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya para nelayan, untuk memanfaatkan teknologi hasil riset yang sejatinya menguntungkan. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang sesuai agar bisa mengubah paradigma serta perilaku nelayan untuk lebih memanfaatkan teknologi. (S2-25)
SELA
Untuk Sistem Transportasi Laut KEMENRISTEK dan Dikti melalui skema Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) membiayai beberapa kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi untuk kebutuhan nasional. Salah satunya, program yang dikelola Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek dan Dikti ialah sebuah prototipe radar surveillance maritim bernama Indera MX-4. Radar LPI (low probability of intercept) tersebut telah diserahterimakan Kemenristek Dikti kepada Kemenhub. “Radar maritim Indera MX-4 ini mempunyai kelebihan seperti penerapan teknologi FMCW (frequency modulated continuous wave) yang memungkinkan digunakannya daya pancar yang sangat rendah dengan resolusi jarak yang lebih tinggi,” papar Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, M Dimyati. Radar Indera MX-4 telah diuji coba dan dioperasikan nonsetop di stasiun Vessel Traffic Services di Pelabuhan Merak, untuk pengawasan lalu lintas kapal di perairan Selat Sunda, pada masa mudik Lebaran lalu.(Mut/S1-25)
MENGGUNAKAN KERTAS DAUR ULANG