Rekonstruksi Spiritualitas Nasional Masa Kini

Page 1


REKONSTRUKSI SPIRITUALITAS NASIONAL MASA KINI DALAM PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA

Saortua Marbun

Nida Dwi Karya Publishing


REKONSTRUKSI SPIRITUALITAS NASIONAL MASA KINI DALAM PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA

Oleh: Saortua Marbun Copyright ©2015 by Saortua Marbun

ISBN 978-602-368-067-2

Penerbit: Nida Dwi Karya Publishing Jl. Peneleh 9 No. 60 Surabaya 60274

Desain Sampul/Ilustrator: I Made Marthana Yusa

iv


Terima Kasih

Kepada: Manajemen & Redaksi Surat Kabar Pos Bali

Kritis, Cerdas Independen

v


“Ayo berubah total, menuju bangsa yang berintegritas, etos kerja tinggi dan semangat gotong-royong.� 1

1

Kemkominfo, Selasa 18 Agustus 2015

vi


Daftar isi Daftar isi

vi

Kata Pengantar

xi

Pendahuluan

1

#1 TUHANKU

5

Kepalsuan Agamawi, Waspadalah!

6

Memburu Uang, Menyimpang dari Iman

10

Melestarikan Lingkungan adalah Ibadah

13

Update ‘Anti Virus Agama’

16

Tipu Muslihat Iblis dan Agama Phobia

20

Kerajaan Allah Versus Kerajaan Setan

24

Berzinah, Tidak Setia kepada TUHAN

27

Allah Berfirman, “Jangan Membunuh”

31

#2 HARAPANKU

35

Manusia, Mahkota Ciptaan Allah

36

GBU, Tuhan Memberkatimu

39

Rahmat Allah dan Kebebasan Sejati

42

Kehendak Allah yang Sempurna, ‘Untuk Negeri ini’

45 vii


Rancangan Allah Versus Rancangan Manusia

48

‘Masuk Sorga’ Pasca Eksekusi Mati

52

Berbahagialah Pemimpin Yang Suci Hatinya

56

Ujian Nasional Versus ‘Kepentingan’

60

Mengakses Tuhan Secara Personal

64

#3 KELUARGAKU

68

Menanti Negeri Ramah Anak

69

Bekali Papa & Mama, ‘Sayangi Anak’

73

Nabi Musa, Kisah Sukses Anak Angkat

77

Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Seutuhnya 82 Perceraian Kontraproduktif Terhadap Tujuan Pembangunan

85

Ketahanan Pernikahan Cegah Infeksi HIV/AIDS 88 Bina Pernikahan Demi Generasi Emas

91

Apakah Tuhan Allah Melegalkan Aborsi?

95

#4 SESAMAKU

99

Rahasia Membangun Relasi ala Yesus Kristus

100

Rukun Tanpa Perda Bermasalah

104

Menabur Benih Perdamaian

108

Kerukunan Persaudaraan

111

viii


Menutup Gereja Tidak Semudah Menutup “Dolly”

114

Kesenjangan Aksesibilitas Pendidikan Agama

117

Merawat Iman-Darma dalam Keselarasan

120

Hari Ini: Hari yang Baik untuk Bermaaf-maafan 123 Hidup Berbahagia Dalam Kebenaran

126

Revolusi Mental dan Pemajuan Kebebasan Berkeyakinan

129

Siapa Bilang AS ‘Negara Kristen’?

133

Pembunuhan Karakter, ‘Sakitnya ‘tuh disini’

137

Sesama Tahanan, ‘tahan diri dikit dong’

140

Bina Sumber Daya Manusia dalam Kasih

143

#5 RAKYATKU

147

Pelayanan Publik ala Yesus Kristus

148

Presiden Jokowi Jadi Pelayan

151

Pemimpin Narsistis ‘Jangan Lebay’

154

Revolusi Mental Menurut Ajaran Yesus Kristus

158

Yesus Kristus Membebaskan Orang Yang Kerasukan

161

Belas Kasih Tuhan Yesus Terhadap Semua Orang

165 ix


#6 NEGARAKU

168

Golongan Putih Sebaiknya Tidak Golput

169

Jangan Salah Pilih

172

Memeriksa Kesehatan Sang Kandidat

179

Tuhan Memilih Pemimpin

182

Politik ‘Gereja’ Bukan Politik Praktis

185

Memilih Calon Presiden Dalam Bimbingan Tuhan 188 Jadilah Hamba, Penyalur Rahmat Tuhan

191

Menakar Revolusi Mental lewat Kinerja

194

Usahakanlah Kesejahteraan Negara

197

Merebut Kembali Kepercayaan Investor

201

Katakan ‘Tidak’ pada Aparat Bermental Priyayi

204

Berharap dan Berdoa Buat Pemimpin Negara

207

Berperilaku Adil dan Benar

211

Pelaku Penghinaan Patut Diadili

215

#7 INTEGRITASKU

219

Tanamkan Nilai Antikorupsi Berbasis Keluarga

220

Efek Jera ‘Gak Ngefek’ Berantas Korupsi

224

Bersinergi Memberantas Korupsi

228

E-budgeting Melindungi Para Hamba-Nya

231

Efek Jera Hukuman Mati Menurut Yesus Kristus 235 x


Daftar Pustaka

239

Tentang Penulis

243

xi


Kata Pengantar Rekonstruksi Spiritualitas

Nasional Masa

Kini

adalah sebuah antologi artikel Mimbar Protestan yang diterbitkan Surat Kabar Pos Bali sejak 2014 setiap hari . Tulisan-tulisan yang tergabung ini memiliki benang merah dengan tema ‘revolusi mental’. Meskipun ada berbagai makna, namun bagi saya revolusi mental itu adalah gagasan atau wacana rekonstruksi. Sebuah ajakan untuk melakukan pemugaran bangunan spiritualitas secara nasional. Ide revolusi mental pernah didengungkan hingga populer dan dikenal sebagai salah satu

tag yang

digunakan pada masa kampanye team relawan Jokowi jelang pilpres yang lalu. Bagi saya, gagasan revolusi mental serta ajakan untuk melakukan perubahan total, secara jujur harus diakui - itu tidak semudah membalikkan sendok makan di atas piring. Perubahan yang diharapkan dihadang oleh sumber daya manusia yang tidak serta merta dapat disulap dalam sekejap. Alih-alih berubah total - menuju sumber daya manusia yang berintegritas, memiliki semangat gotong-royong dan memiliki etos kerja tinggi - tampaknya realita enggan direvolusi. xii


Rekonstruksi Spiritualitas antara harapan dan kenyataan menjadi salah satu pemicu bagi penulis untuk menuangkan pemikiran kritis, dengan harapan dapat mempercepat

terwujudnya

sebuah

bangsa

dengan

generasi emas, sumber daya manusia berdaya saing dan berintegritas. Penulis

xiii


Pendahuluan Rekonstruksi Spiritualitas

Nasional Masa

Kini

menuju generasi emas, sumber daya manusia yang berdaya saing dan berintegritas tidak dapat dilepaskan dari hubungan personal setiap individu dengan Tuhan Yang

Maha

Esa.

Bagaimana

sejatinya

spiritualitas

nasional? Faktor apa saja yang perlu mendapat perhatian untuk mewujudkannya? Untuk itulah, dalam antologi ini ditegaskan bahwa kehidupan manusia yang berpusat kepada Tuhan adalah energi inti dari spiritualitas sejati. Perjalanan hidup sebagai orang yang beriman akan menumbuhkan pengharapan yang kokoh terutama hanya kepada Tuhan. Berperilaku setia dan mengurus keluarga dengan baik, menjadi sesama yang baik, berusaha menjadi suri tauladan, menjadi warga negara yang baik, dan turut serta mendukung pemberantasan korupsi dengan tetap menjaga integritas adalah serangkaian buah spiritualitas dalam bentuk aksi yang dapat dipetik dan dikontribusikan bagi bangsa dan negara. Antologi

ini

diharapkan

dapat

memberikan

sumbangsih menuju tegaknya Konstruksi Spiritualitas Nasional Masa Kini, perubahan menyeluruh. Mengajak


seluruh bangsa Indonesia melakukan perubahan total menuju

sumber

daya

manusia

berintegritas,

meningkatkan etos kerja, dengan semangat bergotongroyong. Persuasi yang tidak mudah direalisasikan terlebih bila melibatkan seluruh komponen bangsa - para petinggi negeri, para anggota dewan perwakilan daerah, para anggota dewan perwakilan rakyat, para eksekutif dari pusat hingga ke pelosok. Segenap lapisan masyarakat, seluruh umat beriman, tua-muda. Singkatnya perubahan sekecil dan semendasar apa pun hanya dapat dimulai dari sumber daya manusia, para pria dan wanita di seluruh nusantara. Seluruh masyarakat menaruh harapan kiranya buah demokrasi dapat mendekatkan bangsa kepada impian yang selama ini dinanti-nantikan. Revolusi mental, perubahan total, kerja, kerja, dan bekerja kini bukan lagi sebuah ucapan penanda, seruan retoris, persuasi iklan. Istilah-istilah itu kini telah menjadi utang janji. Sebuah janji tanpa ingkar, janji-janji itu kini menuntut bukti, menunggu aksi nyata. Artikel-artikel di dalam antologi ini mencatat beberapa, mengkritisi beberapa, dan memberi penegasan beberapa. Sedikitnya sebuah artikel terstimuli - minimal oleh sebuah jurang pemisah, sebuah gap yang menganga 2


di antara harapan dan kenyataan. Jurang demi jurang antara korupsi dan proyek pilot promosi anti korupsi berbasis keluarga. Jurang di antara hukuman mati terpidana kasus narkoba dan

maraknya distribusi obat-

obat haram di negeri ini. Eksekusi mati pelaku memberi kesan yang tidak terbantahkan - ‘tidak berdampak signifikan’, ibarat panggang jauh dari api. Sementara itu, rekonstruksi mental yang menjadi cita-cita luhur yang diserukan, bekerja dan bekerja, masih diwarnai segelintir oknum yang memanfaatkan jabatan dan posisi, melibatkan anggota keluarga untuk memenuhi hasrat meraup keuntungan. Masyarakat tentu pasti kecewa bila pemimpin pilihan mereka mengakhiri masa tugas di rumah tahanan. Penyesalan dan kekecewaan konstituen - dirugikan karena ternyata ‘Salah memilih’, para pendukung yang merasa turut berdosa karena memberikan persetujuan kepada oknum korup. Jurang lain yang amat serius adalah keluarga institusi inti masyarakat; gap yang memisahkan keluarga sejahtera dengan keluarga yang mengalami disfungsi, akibat

perceraian,

kemiskinan,

mahalnya

biaya

pendidikan, anak-anak terdampak disharmoni rumah tangga. Disfungsi keluarga tidak bisa dipandang sepele karena cita-cita nasional demi mencapai generasi emas, 3


generasi harapan bangsa yang sehat secara jasmani dan rohani - sangat ditentukan oleh kesetiaan pasangan suami isteri, dan berfungsinya papa mama dalam kehidupan anak negeri. Putera-puteri bangsa masa kini menuntut kehadiran orangtua dan keluarga yang ramah anak. Di beberapa bagian kebersamaan sebagai bangsa sedang menipis akibat rendahnya kemauan untuk menjadi sesama yang baik, menjadi tetangga yang membawa damai, berkolaborasi sebagai bagian dari komunitas yang bernama rakyat Indonesia. Antologi ini ibarat sebutir kerikil yang dapat berfungsi dalam wacana rekonstruksi spiritualitas nasional masa kini - dalam kolaborasi dengan seluruh bagian bangunan.

4


#1 TUHANKU

Relasi personal dengan Tuhan, energi inti dan tonggak Spiritualitas nasional

5


Kepalsuan Agamawi, Waspadalah! PALSU,

sebuah

kata

yang

mengemuka

belakangan ini. Kata itu menimbulkan perasaan khawatir, rasa takut yang mengharuskan konsumen ekstra waspada agar tidak menjadi korban produk dan jasa palsu. Khawatir

terhadap

produk-produk

palsu.

Was-was

terhadap penyedia jasa layanan palsu. Beras palsu, susu palsu, dokter palsu dan berbagai kepalsuan lainnya. Tidak perlu kaget, bila ada orang yang berkelakar 'di negeri ini apa ‘sih yang tidak bisa dipalsukan?' Dugaan peredaran beras palsu belum usai, kini perguruan tinggi pun diduga mengeluarkan ijazah palsu. Di balik isu produk dan jasa palsu, sebenarnya ada isu yang jauh lebih serius. Sekali pun, tidak berbicara secara eksplisit perihal produk-produk palsu, akan tetapi Kitab Suci Alkitab berulang kali memperingatkan umat Tuhan agar waspada terhadap kepalsuan agamawi. Alkitab berkali-kali menggunakan istilah seperti nabi palsu, mesias palsu, rasul palsu, pengajar palsu, ajaran palsu, saudara palsu, mujizat palsu, sumpah palsu, neraca palsu – itu semua berkaitan dengan kepalsuan agamawi.

6


Kepalsuan produk dan jasa tidak boleh diabaikan, kita memerlukan standar nasional yang jelas dengan sertifikat

dan

mekanisme

pengawasan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan. Namun, perlu disadari bahwa kepalsuan agamawi tentu berdampak jauh lebih luas dan permanen. Seperti pohon, produk dan jasa palsu adalah buah dari ketidakmurnian, aktualisasi dari kepalsuan agamawi oleh orang-orang yang tidak bersungguhsungguh menjalankan ajaran agama. Agama hanya dikenakan sebagai casing, kemasan - ilmu agama sebatas kognisi, sebatas pelengkap kolom data kartu identitas. Tidak heran bila kita bisa dengan mudah menemukan orang-orang yang tampil ‘alim’ namun yang bersangkutan menempati

ruang

tahanan.

Orang

yang

demikian,

menjalankan perintah agama tanpa roh takut akan Tuhan. Belum ada ‘badan’ atau ‘asesor’ yang melakukan uji kepatutan

spiritualitas,

melakukan

sertifikasi

hidup

keagamaan seseorang. Jangan sampai anda tertipu. Oleh

sebab

itu

umat

yang

beriman

perlu

diingatkan agar waspada terhadap kepalsuan agamawi. Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang menyesatkan. Firman Allah dalam Injil Matius berkata, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka 7


adalah serigala yang buas dan menyesatkan banyak orang."(Matius 7:15;24:11) Waspadalah terhadap "rasulrasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar"(2 Korintus 11:13) Waspadalah terhadap mesias-mesias palsu yang "akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda

dan

mujizat-mujizat

dengan

maksud

menyesatkan."(Markus 13:22) Waspadalah terhadap guruguru

palsu

yang

"akan

memasukkan

pengajaran-

pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa."(2 Petrus 2:1) Waspadalah terhadap ajaran palsu yang "berusaha menarik muridmurid dari jalan yang benar."(Kisah Para Rasul 20:30) Waspadalah

terhadap

saudara-saudara

palsu,

"yang

menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus." (Galatia 2:4) Waspadalah terhadap mujizat palsu yang dilakukan "pekerjaan Iblis disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu."(2 Tesalonika 2:9) Produk dan layanan palsu dapat diusut, mungkin dengan cara menyampaikan keluhan pelanggan. Berbeda dengan ‘spiritualitas’, belum ada kata sepakat di tengah masyarakat. Jadi, potensi kepalsuan tetap ada. Beberapa produk dan jasa dewasa ini telah disertifikasi dan 8


distandarisasi, ini tentu memudahkan konsumen dalam membuat keputusan pembelian; tidak demikian halnya dengan spiritualitas dan religiositas seseorang. Apakah pemerintah akan menangani ‘standarisasi dan sertifikasi’ hidup keagamaan semua warga? ‘Boleh jadi.’ Namun begitu, selagi pertanyaan ini belum terjawab, tetaplah waspada terhadap kepalsuan agamawi.

9


Memburu Uang, Menyimpang dari Iman Pekerjaan Rumah Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan pencegahan, penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi tampaknya semakin panjang. Entah sampai kapan PR itu dapat dituntaskan? Para pelaku tampaknya semakin licik dan semakin canggih, membuat tugas berat itu semakin tidak ringan. Banyak kalangan berkomentar; mungkin dengan maksud menolong agar negeri ini bersih dari tindak

pidana

korupsi.

Hal

ini

kontradiktif

dengan

banyaknya kasus politik uang, suap dan berbagai bentuk penyebaran

rejeki

yang

Bagaimana

menangani

tidak

halal

masalah

di

korupsi

negeri

ini.

menurut

pandangan kristiani? Perilaku korup atau busuk berakar dari dalam hati seseorang, hati yang berdosa, hati yang mencintai uang melebihi rasa cinta kepada Tuhan. Firman Tuhan berkata, “Karena cinta akan uang adalah langkah pertama menuju kepada segala jenis dosa. Bahkan beberapa orang berpaling dari Tuhan, menyimpang dari iman karena memburu uang. Akibatnya, mereka mencelakakan diri 10


sendiri.”(1 Timotius 6:10) Dengan memahami dasar masalah, melibatkan

maka

upaya

restorasi

mengurus

bathin,

koruptor

melakukan

harus

pertobatan,

hukuman penjara tidak memadai. Para koruptor harus dibimbing kembali ke jalan Tuhan, ke jalan yang benar. Yakinlah, korupsi tidak dapat dihentikan sekali pun para koruptor diberi uang yang berlimpah -- karena akar masalahnya bukan pada uang itu sendiri. Pengkhotbah berkata, “Mereka yang mencintai uang tidak akan pernah puas dengan uang yang mereka miliki. Mereka yang mencintai kekayaan tidak akan puas apabila mereka mendapat lebih banyak lagi.”(Pengkhotbah 5:9 AYT) Lalu, dengan apa mereka akan dipuaskan? Kembali kepada Tuhan dengan cinta sejati. Firman

Tuhan

berkata,

suap

itu

dapat

‘membutakan mata’ orang-orang bijak dan orang jujur hingga mereka membuat keputusan yang tidak adil. Itu sebabnya, Firman Tuhan berkata, “Dalam mengambil keputusan,

mereka

tak

boleh

bertindak

sewenang-

wenang, memutarbalikkan keadilan atau berat sebelah. Mereka tak boleh juga menerima suap, karena suap itu membutakan orang, membuat buta mata orang-orang, bahkan orang bijaksana dan jujur, sehingga mengambil keputusan yang tidak adil.”(Ulangan 16:19 BIS) Para 11


oknum perlu ‘digembalakan’ agar dalam menjalankan tupoksinya tetap berpegang pada surat pernyataan ‘bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa’ yang pernah ditandatangani, surat keterangan sehat jasmani dan rohani, dan berperilaku setia pada sumpah jabatan. Patut diusulkan agar kesehatan iman oknum yang akan dilantik, perlu diperiksa sebelum Kitab Suci diangkat, dijunjung di atas kepala. Keterlibatan para rohaniwan sebagai wakil Tuhan pada upacara pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan perlu dimaknai secara benar. Sudah tentu, oknum-oknum yang bersih dari korupsi masih banyak di negeri ini. Para abdi masyarakat dan abdi negara yang berbakti kepada Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak memburu uang, mereka tidak menyimpang dari iman. Mereka berpegang pada pesan Firman Tuhan, “Berhati-hatilah terhadap yang kamu kerjakan karena Tuhan Allah kita adil, Ia tidak pernah memperlakukan seseorang lebih penting daripada yang lain. Dia tidak menerima uang suap untuk mengubah keputusan-Nya.”(2 Tawarikh 19:7 AYT) “Tunjukkanlah dengan perbuatanmu bahwa kamu sudah bertobat dari dosa-dosamu.”(Matius Indonesia.

12

3:8

BIS)

Tuhan

memberkati


Melestarikan Lingkungan adalah Ibadah Hari Bumi diperingati setiap bulan April tanggal 22 secara internasional. Peringatan

ini menjadi sangat

penting mengingat kondisi alam saat ini, sebut saja pemanasan

global,

pencemaran

dan

perusakan

lingkungan. Mencermati berbagai pandangan terhadap alam dengan berbagai dampaknya, umat Kristen meyakini bahwa pelestarian alam adalah bagian dari ibadah kepada Tuhan. Pandangan antroposentris beranggapan bahwa lingkungan mempunyai instrumental value. Lingkungan hidup

adalah

alat

yang

dapat

digunakan

untuk

kepentingan, kesejahteraan, kepuasan dan kemakmuran manusia. Manusia dipandang sebagai subyek sementara alam diposisikan sebagai obyek. Beranjak dari paham ini tidak heran bila alam diteliti, dieksplorasi dan dieksploitasi tanpa batas, diperlakukan sebagai obyek atas nama kepentingan manusia. Pandangan biosentris meyakini bahwa semua unsur alam mempunyai nilai bawaan atau inherent value. Sebagai contoh, sebatang pohon mempunyai nilai bawaan 13


bagi pohon sendiri sebagai alasan keberadaannya. Jadi pohon tidak berada demi kepentingan manusia saja. Demikian pula seluruh makhluk memiliki nilai inheren terlepas dari kepentingannya bagi manusia. Manusia dan makhluk lainnya saling berhubungan dan masing-masing mempunyai tujuannya. Setiap makhluk mempunyai hak mendapatkan perlakuan sesuai dengan hak yang melekat padanya. Pandangan ekosentris berpendirian bahwa bumi secara keseluruhan adalah sistem yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut pandangan ini, bumi memiliki nilai hakiki atau intrinsic value yang harus dihormati oleh manusia, karena manusia hanyalah bagian kecil dari seluruh ekosistem. Lingkungan tidak boleh diperlakukan semena-mena, karena bumi mempunyai nilai yang luhur yang harus dijaga, dihormati, dan dianggap suci.

Bila

prinsip-prinsip

ekosistem

diabaikan

tentu

berdampak pada subsistem lainnya. Bagaimana pandangan teosentris dalam hal ini? Menurut pandangan teosentris seluruh jagad raya beserta segala isinya bersumber dari Tuhan. Jagad raya adalah milik Tuhan. Manusia diberi mandat untuk mengelola, menjaga dan memelihara lingkungan hidup. Tanggung jawab manusia jauh 14

melebihi

alasan-alasan

antroposentris,


alasan biosentris maupun ekosentris -- menjaga dan memelihara lingkungan hidup adalah perintah karena lingkungan hidup adalah ciptaan Tuhan, diciptakan untuk hormat dan kemuliaan-Nya. Beranjak dari keyakinan ini maka segala upaya pelestarian lingkungan dapat dipahami sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Memelihara lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah atau bakti kepada Tuhan. Selaku umat Kristen yang telah mengalami pembaharuan hubungan pribadi dengan Tuhan, turut aktif dalam gerakan pelestarian alam dapat dipandang sebagai ungkapan rasa syukur atas karya penebusan Yesus Kristus. Umat Kristen perlu menyadari bahwa hubungan manusia dengan alam bukan saja hubungan "dominio" menguasai alam tetapi juga hubungan "comunio" atau persekutuan erat dengan alam. Dengan kata lain, bila hubungan manusia dengan Tuhan telah dibaharui maka hal itu akan tercermin lewat hubungan yang harmonis dengan lingkungan hidup. Tuhan memberkati.

15


Update ‘Anti Virus Agama’ Urusan

keberagaman,

kebersamaan

dalam

digambarkan

dengan

perangkat

lunak

kehidupan sebuah

dan

kerukunan

dan

berbangsa

dapat

komputer, terdiri dari

perangkat

keras.

Komputer

memerlukan perawatan agar berfungsi dengan baik. Salah satu musuh yang dapat membahayakan sebuah komputer adalah perangkat lunak yang jahat yang akrab disebut sebagai virus. Menurut Jurnal IT, virus komputer adalah seperangkat program yang dapat menggandakan dirinya sendiri. Aplikasi ini menyebar dengan cara menyisipkan dirinya

pada

pengguna

program

tidak

dan

data

mengetahui

jika

lainnya.

Biasanya

komputer

yang

dimilikinya telah terjangkit virus sampai salah satu atau sebahagian data mulai hilang, sampai adanya aplikasi pada komputer yang tidak bisa berfungsi. Perlu diketahui bahwa virus-virus komputer itu tidak muncul dengan sendirinya, virus itu adalah buatan manusia. Celakanya, virus komputer umumnya dibuat untuk tujuan yang tidak baik, banyak efek negatif yang ditimbulkannya, menggandakan

16

disamping diri

sendiri

kemampuannya

menyebabkan

memori


komputer menjadi kecil, membuat komputer sering hang atau freeze, hingga melakukan perubahan ekstensi pada file sehingga tidak bisa digunakan. Virus dapat juga mencuri data pribadi seseorang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Itu belum seberapa karena virus komputer juga dapat merusak perangkat keras, hardware – bukan hanya perangkat lunak. Sebut saja sebagai contoh jenis virus komputer

Worm yang mampu menduplikasi dirinya sendiri pada harddisk hingga penuh. Virus Trojan yang mengambil data pada komputer yang telah terinfeksi dan mengirimkannya kepada pada si pembuat trojan. Virus Spyware aplikasi yang memantau atau memata-matai komputer yang telah terinfeksi. Virus Rogue diciptakan sebagai program yang meniru program antivirus dan menampilkan aktivitas layaknya antivirus normal, dan memberikan peringatanperingatan palsu tentang adanya virus. Heheh, tujuan virus ini adalah agar pengguna komputer membeli dan mengaktifkan program antivirus palsu tersebut dan mendatangkan uang bagi si pencipta virus. Virus rogue juga dapat membuka celah keamanan dalam komputer guna memasangkan virus-virus lain. Virus ponsel adalah aplikasi

yang

berjalan

di

telepon

seluler

yang

menimbulkan berbagai macam efek, mulai dari merusak 17


telepon seluler, mencuri data dari telepon seluler, sampai membuat panggilan-panggilan secara diam-diam dan menghabiskan pulsa pemiliknya. Banyak sekali virus yang sudah

menyebar

penyebarannya,

dan

namun

sangat kita

sulit

dapat

dihentikan

mencegah

dan

membersihkan komputer yang terinfeksi dengan cara menggunakan

antivirus

yang

mampu

mendeteksi

keberadaan virus, membersihkan seisi komputer sehingga data maupun program menjadi aman. Jangan lupa melakukan pembaharuan, update anti virus anda secara rutin. Bercermin dari perangkat komputer tersebut, tampaknya

insan

beragama

pun

perlu

‘memasang’

seperangkat ‘anti virus agama’ di dalam diri sendiri. Memasang perangkat kepekaan sosial, kepekaan spiritual, kejernihan moral yang beranjak dari pengenalan diri sebagai pribadi yang mengenal kebenaran ajaran TUHAN. Perangkat

ini

akan

memberi

energi

cukup

bagi

berfungsinya akal, budi dan rasa sebagai manusia. Sebuah aplikasi yang akan melakukan deteksi dini terhadap virus provokasi jahat. Sejenis anti virus yang mampu membersihkan sistim kesadaran personal agar tidak menjadi budak pemikiran, niat dan sifat-sifat jahat dari dalam terlebih dari luar diri. Fungsi anti virus agama 18


ini dapat diperoleh dengan cara hidup di dalam kasih karunia Tuhan, hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Firman Tuhan berkata, “Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.”(Ibrani 12:15) Virus agama ibarat akar yang pahit, dalam bahasa Yunani

‘rhiza pikria’ sebuah cikal bakal, yang menyebabkan tumbuhnya benih kebencian, kedengkian, iri hati, sakit hati. Virus jenis ini berfungsi sama seperti virus komputer, bahkan ‘mungkin jauh lebih canggih’

– untuk itu

diperlukan anti virus. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah, “Sudahkah anda memasang anti virus iman? Apakah anti virus anda telah dibaharui hari ini?” Anti virus agama yang saya maksud adalah hidup dengan aplikasi kasih karunia Allah setiap hari.

19


Tipu Muslihat Iblis dan Agama

Phobia Agama adalah rahmat bagi umat manusia, bukan kutuk. Agama seharusnya membawa misi kedamaian, kasih sayang, persaudaraan dan solidaritas. Agama diharapkan dapat mengayomi dan menuntun umat di jalan kebenaran Tuhan Yang Maha Kuasa. Akan tetapi, kini muncul sejenis rasa takut terhadap agama yang dikenal dengan istilah agama phobia. Mengapa isu dan hal-hal yang berkaitan dengan agama bisa-bisanya malah menimbulkan rasa takut? Mengapa agama saat ini dikaitkan bahkan dengan gerakan teror? Mengapa sebuah agama ditempatkan di balik layar konflik dan berbagai ancaman. Sebuah pertanyaan yang patut, mungkin telat – diantisipasi dan dijawab. Bila ditanya, apakah ‘agama anda’ membenarkan penghilangan nyawa manusia? Sudah pasti jawabannya, ‘Tidak’. Singkatnya, agama adalah rahmat, agama adalah baik – untuk kedamaian, kesejahteraan manusia di dunia ini dan di kehidupan yang akan datang. Lalu, mengapa timbul ketakutan – phobia terhadap agama? Jawabannya adalah umat manusia telah tertipu. Bila tidak semua, 20


maka pasti ada sekelompok manusia telah ditipu oleh Iblis, sang pencuri, pembunuh, sang pembinasa keji. Ialah musuh

umat

yang

beriman,

musuh

semua

umat

beragama dan musuh Tuhan Yang Maha Esa. Yesus Kristus pernah berkata, "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."(Yohanes 10:10) Senada dengan hal itu, Rasul Paulus pernah menulis dalam suratnya kepada umat Kristen di Efesus, “..., hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah

dan

daging,

pemerintah,

melawan

tetapi

melawan

pemerintah-

penguasa-penguasa,

melawan

penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata

Allah,

supaya

kamu

dapat

mengadakan

perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah berdirilah

kamu tegap,

menyelesaikan

segala

berikatpinggangkan

sesuatu.

Jadi

kebenaran

dan

berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala 21


keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang

tak

putus-putusnya

untuk

segala

orang

Kudus.�(Efesus 6:10-18). Orang Kristen bersama-sama dengan seluruh umat manusia di seluruh dunia sebenarnya sedang terlibat di dalam suatu peperangan rohani melawan kejahatan yang ditunggangi oleh Iblis. Peperangan rohani ini digambarkan sebagai peperangan iman yang berlangsung sepanjang hidup di dunia ini. Kekuatan jahat yang memberi

support

bagi

orang-orang

fasik,

yang

menggerakkan mereka untuk menentang kehendak Allah. Pengaruh jahat Iblis menimbulkan dan mempertahankan kesesatan intelektual dan membutakan mata spiritual sekelompok

manusia.

Tertipu

oleh

roh-roh

jahat,

disesatkan oleh Iblis. Umat beragama di seluruh dunia bersama dengan umat Kristen, harus lebih waspada dan berjaga-jaga dengan penuh kesadaran. Bukan saja waspada secara spiritual, tetapi juga secara fisik – karena peperangan 22


iman telah menjelma dalam berbagai aspek yang lebih luas. Kita seharusnya tidak perlu takut pada agama dan para penganutnya. Kita seyogyanya tidak perlu saling curiga karena kita berbeda agama, tetapi kita harus takut pada tipu muslihat Iblis atas nama agama.

23


Kerajaan Allah Versus Kerajaan Setan Sudah pasti, tidak ada kompromi dan tidak ada perdamaian antara Kerajaan Allah dengan Kerajaan Setan. Sudah pasti, bahwa Kerajaan Allah menang mutlak atas Kerajaan Setan. Salah satu fakta keunggulan Allah atas kerajaan setan dimanifestasikan melalui karya Yesus Kristus mengusir setan. Dalam Kitab Injil Matius pasal 12 ayat 22-23 tertulis, “Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat.” Sungguh malang dan sengsara. Ia tidak mampu membantu dirinya sendiri – karena ia tidak dapat melihat. Ia tidak dapat meminta bantuan orang lain – karena ia tidak dapat berbicara. Mungkin itu sebabnya, mujizat yang dialaminya bisa dikatakan tidak lazim, tidak masuk akal, tidak mungkin dan aneh karena terjadinya tiba-tiba saja ‘Yesus menyembuhkannya’. Dalam sekejap saja, setelah Iblis diusir dari jiwanya, maka ia sembuh seketika itu juga. Ketika penyebabnya disingkirkan, maka segala akibatnya pun lenyap; si bisu dan buta itu berkata-kata dan melihat.

24


Kerajaan Setan Tidak Mungkin Mengusir Setan. Tidak banyak orang yang mampu memahami realita ini, lihat saja persepsi orang-orang Farisi di zaman Yesus. Alih-alih mempercayai dan mengakui kuasa Allah, mereka malah berpikir bahwa mujizat itu terjadi karena kekuatan penghulu setan, Beelzebul. Dengan kata lain tidak perlu mempercayai kuasa Allah. “Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah

kerajaannya

dapat

bertahan?”(Matius

12:24-26) Tentu saja, pemikiran itu tidak benar. Karena belas kasihan Yesus Kristus sangatlah kontras dengan kejahatan Iblis, dan pertolongan-Nya begitu berlawanan dengan

kekejian

Iblis

tanpa

kompromi,

Yesus

membebaskan orang yang dikuasai Iblis dengan kuasa Roh Allah. Kerajaan Allah Sudah Datang, Iblis dikalahkan. Yesus berkata, “Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang 25


kepadamu."(Matius 12:27-28) Yesus tidak memerlukan kekuatan lain untuk membebaskan umat manusia dari ikatan Setan. Dengan demikian umat yang beriman kepada-Nya tidak perlu kompromi dengan kekuatan lain yang tidak berasal dari Tuhan. Perbuatan Iblis tidak bisa dihapus dengan terapi alternatif, ritual dan adat kebiasaan - ia harus dilenyapkan oleh kuasa Roh Allah, Roh yang menguduskan, Roh yang memberi kebebasan yang sesungguhnya. Oleh karenanya jangan bermain-main dengan kekuatan dan pengaruh jahat yang berasal dari Iblis.

Jangan

mau

ditipu

oleh

bujuk

rayu

yang

menyesatkan. Berkonsultasilah dengan Pendeta, Pimpinan Jemaat jika memerlukan pelayanan. Hanya dengan iman dan

dengan

kekuatan

Allah,

kebebasan

terjadi,

kesembuhan sejati terjadi. Tuhan Yesus memberkati.

26


Berzinah, Tidak Setia kepada TUHAN Publik Indonesia dikejutkan oleh pemberitaan media perihal maraknya prostitusi. Bukan saja karena kemasan beritanya nyaris tanpa sensor – isi berita itu sendiri tidak pantas didengar oleh mereka yang taat beragama. Segmen pemirsa yang semakin sulit dipilah, dimana para generasi muda usia dibanjiri informasi yang melibatkan para ‘artis idola’ yang tidak patut ditiru. Perilaku yang diberitakan bertentangan dengan nilai-nilai sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak selaras dengan norma agama, tidak bermoral. Para oknum yang terlibat – tidak peduli sekecil apa pun keterkaitan mereka dengan prostitusi, gratifikasi seks, dan berbagai seluk-beluknya – mereka melakukan perbuatan berdosa. Kitab Suci Alkitab dalam ajarannya menegaskan dua hal: Pertama, perzinahan dan ketidaksetiaan kepada pasangan hidup adalah perbuatan keji di hadapan Tuhan Allah itu sebabnya ajaran Alkitab mengutuk segala bentuk perbuatan tersebut. Dalam hukum Perjanjian Lama, perbuatan zinah adalah pelanggaran terhadap hukum moral Allah. Secara tegas, hukum ketujuh dari Dasa Titah 27


yang tertulis di dalam Kitab Keluaran pasal 20 ayat 14 Tuhan Allah berfirman: “Jangan berzinah.” Tuhan tidak saja melarang perzinahan yang meliputi semua tindakan percabulan dan dosa seksual (Matius 5:27-32; I Korintus 6:13-20); Tuhan Allah lebih jauh memerintahkan agar para pria dan wanita pelaku zinah

“dihukum mati”

(Imamat

mereka

20:10;

Ulangan

22:22)

harus

dilenyapkan dari antara umat-Nya. Demikianlah umat-Nya harus mencegah dampak yang permanen dari dosa zinah (2 Samuel 11:1-17; 12:14; Yeremia 23:10-11; 1 Korintus 6:16-18). Apabila perzinahan dilakukan oleh pemimpin umat maka hal itu sama dengan perbuatan menghina Tuhan dan Firman-Nya (2 Samuel 12:9-10). Seorang pemimpin umat yang terbukti tidak setia dalam hubungan pernikahannya akan kehilangan hak-haknya untuk dipilih dalam kedudukan sebagai pemimpin umat. Era Perjanjian Lama perzinahan merajalela akibat pengaruh dari pemimpin agama, para nabi dan imam yang fasik, mereka tidak menjaga kesucian umat-Nya. Dalam kitab Yeremia 23:10 tertulis “Negeri telah penuh dengan orang-orang berzinah; sungguh, oleh karena kutuk ini gersanglah negeri dan layulah padang-padang rumput di gurun; apa yang dikejar mereka adalah kejahatan, dan kekuatan mereka adalah ketidakadilan.” 28


Kedua, perzinahan dan segala perilaku seks yang berdosa pada dasarnya berakar pada ketidaksetiaan seseorang kepada Tuhan Allah (Hosea 4:13-14; 9:1); berbuat zinah adalah salah satu fakta kemurtadan personal.

Orang

memutuskan

yang

murtad

hubungannya

adalah

dengan

orang

Tuhan,

yang

mereka

mengundurkan diri dari persekutuan yang sangat penting dengan Tuhan, mereka tidak berpegang teguh pada iman yang sejati kepada-Nya. Oleh karena itu, kebejatan seks di kalangan umat yang beriman harus dihukum dan tidak boleh dibiarkan (1 Korintus 5:1-13). Para pezinah yang tidak bertobat tidak akan ikut mewarisi kerajaan Allah, mereka dipisahkan dari hidup dan keselamatan Allah (1 Korintus 6:9; Galatia 5:19-21); mereka tidak akan mendapat tempat di sisi Tuhan, di sorga. Kehadiran negara dan keterlibatan semua pihak dalam menanggulangi prostitusi terkesan tidak serius, tendensius,

kental

dengan

kepentingan-kepentingan

sementara. Pendekatan demi pendekatan terkesan jauh panggang

dari

api.

Oleh

sebab

itu,

upaya-upaya

pembinaan umat perlu mendapat perhatian. Semua orang perlu

didukung

terhadap

untuk

pasangan

membangun dalam

kesetiaan

pernikahan,

baik

membina

keharmonisan rumah tangga. Sementara itu, kehadiran 29


negara

diperlukan

dalam

kelompok agama yang

ada

memberdayakan – agar seluruh

semua umat

‘tergembalakan’ oleh para ‘gembala yang baik’ – dimana para pemimpin umat bertugas sebagai hamba Tuhan. Dengan begitu, diharapkan seluruh umat, seluruh warga negara dapat berperilaku setia kepada Tuhan, dan setiap pada pasangan dalam pernikahan.

30


Allah Berfirman, “Jangan Membunuh” Sehari sebelum Jumat Agung tahun ini, dunia dikejutkan dengan berita terbunuhnya ratusan mahasiswa Garissa University College di Kota Garissa, sekitar 365 kilometer dari ibukota Nairobi, Kenya. Sungguh ‘malang’, pasukan khusus penyelamat terlambat, sebab mereka memerlukan waktu tujuh jam untuk menjangkau tempat kejadian. Alhasil, sekitar 147 orang mahasiswa meregang nyawa. Sulit dipercaya, meski telah mendapat peringatan sebelumnya

pasukan

penyelamat

tidak

dapat

diandalkan. Ini salah satu bukti betapa manusia telah gagal mengasihi sesamanya, gagal melindungi mereka yang tidak bersalah. Peranan negara terkesan lambat, dikalahkan oleh sekelompok orang bersenjata yang diduga terkait jaringan teroris itu. Umat beragama kembali tersentak karena wajah keharmonisan yang kembali tercoreng oleh tindakan brutal sekelompok pelaku teror – bernuansa agama. Sekali lagi, ini pertanda keharmonisan secara vertikal dan horizontal telah dirusak. Jangan sampai para pembaca, 31


menjadi terbiasa dengan kisah kematian anak manusia yang

terbunuh

atas

nama

perjuangan

agama.

Waspadalah! Agar kepekaan bathin kita tidak tergerus. Jaga keharmonisan agar bencana tidak menimpa. Jangan sampai benih kasih berubah menjadi kebencian. Firman Allah, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,

karena

dari

situlah

terpancar

kehidupan.”(Amsal 3:24) “sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,

perzinahan,

keserakahan,

kejahatan,

kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.”(Markus 7:21-22) Hati adalah pusat kendali kesadaran jiwa manusia. Hal itu menjadi petunjuk bahwa orang yang baik hatinya akan tampak dari perilakunya yang baik; sebaliknya, orang yang hatinya tidak baik akan tampak dari tindakannya yang tidak baik. Alat ukur derajat spiritualitas manusia tidak terletak pada ritual agama – karena spiritualitas yang murni akan tampak melalui tindakan-tindakan yang benar. Ituu sebabnya Tuhan menuntut pembaharuan hati, pemurnian batin manusia. Orang yang tidak mengalami pembaharuan batin ibarat ‘serigala yang berbulu domba’. Oleh sebab itu, janganlah ikuti hasutan dan ajaran yang tidak berasal dari Tuhan. Sebab ajaran Tuhan murni, 32


benar, baik. Dengan hati yang baru, seseorang akan sanggup

mengetahui

apa

yang

baik

dan

yang

menyenangkan hati Tuhan.(Roma 12:2) “Dan janganlah kamu

menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada

dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah

dirimu

dan anggota-

anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjatasenjata kebenaran.”(Roma 6:13) Sadarilah bahwa “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”(1 Yohanes 3:15) Dengan begitu, seorang pembunuh tidak hidup harmonis dengan Tuhan. Bagaimana mungkin, seorang tega membunuh karena di iming-iming masuk sorga. Bahkan Yesus bersabda: “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum". (Matius 5:22) Yesus menentang sikap dan tindakan dalam kemarahan yang mendendam yang secara tidak adil, kemarahan yang menginginkan kematian orang lain. Bangunlah keharmonisan di atas dasar kasih sayang.

Yesus

bersabda,

"Cintailah

Tuhan

Allahmu

dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan seluruh akalmu. Itulah perintah yang terutama 33


dan terpenting! Perintah kedua sama dengan yang pertama mencintai

itu:

Cintailah

dirimu

sendiri�

sesamamu

seperti

engkau

(Matius

22:37-39)

Tuhan

menciptakan manusia menurut gambar-Nya (Kejadian 9:6) dan untuk memelihara kekudusan hidup manusia, Tuhan bersabda: “Jangan membunuh!� (Keluaran 20:13).

34


#2 HARAPANKU

Harapan adalah jangkar kehidupan bagi setiap insan yang beriman teguh

35


Manusia, Mahkota Ciptaan Allah Sumber daya manusia belum tergantikan, dia dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan. Bahkan Tuhan Allah melibatkan manusia untuk menggenapkan karyaNya dalam keberadaan. Firman Tuhan di dalam Kitab Kejadian 1:26-31: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Untuk mengerjakan tugas-tugas yang luar biasa tersebut; “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan

diciptakan-Nya mereka.� Tidak

berhenti disitu, sebelum diberi amanah, “Allah memberkati mereka,

lalu

Allah

berfirman

kepada

mereka:

"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di

36


seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.� Tidak ada makhluk yang diciptakan sama dengan manusia, dia begitu spesial karena dirancang menurut pola ilahi. Manusia diciptakan menurut gambar Allah; dengan begitu manusia bukanlah binatang atau sebangsa hewan yang sedikit lebih baik, eksistensi manusia tidak memerlukan proses evolusi. Manusia diciptakan, satusatunya makhluk di alam semesta yang diciptakan menurut

pola ilahi. Manusia dikaruniai

kemampuan

berpikir, kemampuan menghargai keindahan, merasakan emosi, memiliki kesadaran moral, memiliki kapasitas menjalin hubungan dengan sesamanya. Bahkan, secara personal dikaruniai keistimewaan menikmati kedekatan yang intim dengan Tuhan. Hanya manusia yang mampu mengekspresikan rasa kasih, rasa kagum dan hormat serta rasa syukur dengan menyembah kepada-Nya. Sebagai mahkota ciptaan, manusia memiliki kapasitas untuk perilaku secara moral, ia memiliki kemampuan 37


untuk hidup suci, hidup benar. Manusia mampu mentaati Allah dan berperilaku mencerminkan karakter ilahi, baik terhadap sesama, diri sendiri dan sekitarnuya. Saat ini, sumber daya manusia yang berakhlak mulia

amatlah

dibutuhkan.

Banyak

orang

semakin

menyadarinya dan berusaha mencari sosok, figur ideal yang dapat hadir dalam pribadi seorang ayah, seorang ibu, seorang sahabat dan tetangga yang baik. Mereka juga diharapkan hadir sebagai petugas yang melayani, sebagai

karyawan

atau

manager

yang

senantiasa

memberikan yang terbaik. Sebagai pejabat publik yang berdedikasi tinggi. Semakin banyak orang yang berupaya menemukan figur yang diharapkan mampu tampil dengan jiwa

dan

karakter

pemimpin,

pengayom,

seorang

negarawan sejati. Bahkan, semakin banyak pihak yang bekerja dan berusaha keras untuk melahirkan generasi yang berbudi luhur – pribadi, para pria, para wanita yang memiliki gambar dan rupa Allah, mereka tentu akan menjadi berkat.

38


GBU, Tuhan Memberkatimu Berkali-kali, bahkan ribuan kali saya menerima dan mengirim pesan singkat ‘sms’ ‘short message services’ yang diakhiri dengan singkatan ‘GBU’. GBU atau ‘God

blesses you!’ (‘U’ untuk ‘you’) terkadang diganti dengan ‘JBU’, ‘Jesus blesses you!’. Tidak jarang kerabat juga menggunakan hal senada dengan kalimat yang berbeda, misalnya

God

blesses,

Jesus

blesses

atau

Tuhan

memberkatimu. Singkatnya, kita saling memberkati dan berharap selalu diberkati oleh Tuhan. Firman Tuhan di dalam kitab Kejadian pasal pertama tertulis dua kali Tuhan Allah memberkati ciptaanNya.

Pertama,

dalam

ayat

21-22;

“Maka

Allah

menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala

jenis

makhluk

hidup

yang

bergerak,

yang

berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah

memberkati

semuanya

itu,

firman-Nya:

"Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak."

39


Tuhan Allah memberkati semua makhluk hidup dan menyatakan bahwa alam dan hewan itu baik adanya. “Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohonpohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik.”(ayat 12) Sekalipun alam semesta saat ini tercemari oleh perilaku manusia, akan tetapi flora dan fauna yang hidup di dalamnya memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai ungkapan kemuliaan Allah dan kasih-Nya kepada manusia. Kedua, dalam ayat 27-28 tertulis, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar

Allah

diciptakan-Nya

perempuan diciptakan-Nya mereka,

lalu

penuhilah

bumi dan

laki-laki

mereka. Allah

Allah

mereka: "Beranakcuculah

dia;

berfirman dan

taklukkanlah

dan

memberkati kepada

bertambah banyak; itu,

berkuasalah

atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Berkat Tuhan terhadap tumbuhan dan hewan berbunyi,

"Berkembangbiaklah

dan

bertambah

banyaklah...” sementara itu kepada manusia berkat-Nya, berbunyi;

"Beranakcuculah

dan

bertambah banyak;

penuhilah bumi...” Kata yang digunakan dalam naskah asli 40


Ibrani adalah kata yang sama, yakni “hrp” baca: ‘parah’ artinya ‘be fruitfull, be multiply. McArthur memberi arti bahwa makhluk diberi kemampuan prokreasi, berkembang biak, beranak cucu, sebuah kemampuan berkelanjutan,

sustainability. Dengan kata lain, ketika anda menerima sms dengan pesan, “Tuhan memberkatimu”, “GBU”, “JBU”; jika dipahami dalam terang firman ini, dapat dimaknai “saya berdoa agar anda diberkati secara terus menerus! Engkau diberkati dengan berkat yang tidak berkesudahan! Saya berdoa agar engkau beruntung berlipatganda! Saya berdoa agar berkat Tuhan, berkat yang diberikan-Nya pada hari dimana

manusia diciptakan, berkat itu pula

kiranya dicurahkan-Nya ke atasmu -- saat ini, disini, saat engkau menerima salam ini. Anda harus bersungguhsungguh dengan pesan tersebut. Jangan mengirim katakata itu sebagai basa-basi belaka. Sebaliknya, bila anda menerima pesan demikian, ingatlah Firman-Nya Kejadian 1:22+28 dan terimalah dengan iman dan balas dengan ‘Amin’. ‘GBU too’ atau ‘God Balas U’.

41


Rahmat Allah dan Kebebasan Sejati Umat Tuhan perlu memaknai peringatan Hari Anti Korupsi Internasional dan Hari Hak Azasi Manusia Internasional. Kedua hari tersebut merupakan momen dimana umat Tuhan harus berbelas kasih dan kemurahan hati terhadap mereka yang melakukan tindak pidana korupsi dan pelanggaran terhadap hak azasi manusia. Benar, karena mereka hidup tanpa Kristus. Mereka adalah orang-orang yang dibelenggu oleh Iblis sang "penguasa kerajaan angkasa". Pikiran mereka tidak

mungkin

mengenal

kebenaran

Allah,

karena

dibutakan oleh-nya. Saat yang sama, mereka didorong oleh tabiat yang berdosa. Keadaan mereka amat ‘ngeri’ karena terlepas dari kasih karunia Allah, bathin mereka tidak mengerti kebenaran sejati karena belum mengalami pembaharuan hati. Tidak perlu heran, bila mereka tampil dengan wajah ‘terkesan’ tanpa rasa berdosa, menatap para awak media sembari tersenyum – meski dengan status tersangka, terpidana, koruptor. Umat Tuhan perlu memahami bahwa mereka patut dikasihi karena dosa dan pengaruh Iblis sedang

42


memperbudak mereka. Mereka lemah dan tidak mampu meloloskan diri sendiri dari hukuman yang akan menimpa. Firman Allah berkata, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan

kita

bersama-sama

dengan

Kristus,

sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita-oleh kasih karunia kamu diselamatkan dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpahlimpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.� (Efesus 2:1-7)

43


Setiap orang hanya dapat diselamatkan oleh kasih karunia Allah, bukan oleh usaha sendiri, dengan berbuat amal atau berusaha menaati perintah-Nya. Semua orang yang berada di bawah kuasa Iblis dan jerat dosa membutuhkan pengampunan

kebebasan dosa,

hidup

yang rohani

disediakan-Nya, yang

baru,

kemerdekaan dari belenggu Iblis. Hal itu hanya mungkin terjadi oleh kasih karunia-Nya. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.� (Efesus 2:8-10) Umat Tuhan yakin bahwa jalan masuk kepada Allah, menerima rahmat-Nya hanya melalui Yesus Kristus. Jalan itu juga terbuka bagi semua orang yang mau menerima kebebasan sejati.

44


Kehendak Allah yang Sempurna, ‘Untuk Negeri ini’ Banyak sekali peristiwa yang terjadi di sekitar kita sebenarnya bertentangan dengan ‘kehendak Allah yang sempurna’. Sebab begitu ramai orang yang berbuat dosa, hawa nafsu tiada kendali, kekerasan fisik, kebencian, keegoisan, konflik kepentingan, hingga kebebalan hati. Sebagai orang beriman kita tentu patut bertanya; Apa yang hendak Allah perbuat untuk negeri ini? Apakah kehendak Allah yang sempurna itu dapat terwujud di negeri ini? Kapan dan bagaimana? Rasul

Paulus

memberi

nasihat,

“Naikkanlah

permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur, untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan

kepada

Allah,

Juruselamat

kita,

yang

menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (1 Timotius 2:1-4) Kehendak Allah Yang Sempurna. Tuhan Yesus mengajar para murid berdoa, "Bapa kami yang di sorga, 45


Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin." (Matius 6:9-10) Allah

dengan

kehendak-Nya

yang

sempurna

menginginkan supaya semua orang selamat, semua orang memiliki pengharapan yang berorientasi pada kehidupan yang abadi. Sebuah harapan yang bersifat transenden, untuk itulah semua orang harus kembali ke jalan kebenaran (2 Petrus 3:9). Allah menghendaki agar setiap orang hidup sebagai warga yang taat kepada-Nya selaku Raja sejati. Allah menghendaki setiap orang hidup berkecukupan, setiap orang hidup saling mengampuni, agar setiap warga lepas dari pengaruh kekuatan jahat. Itu alasannya, seluruh umat diminta agar terus menerus berdoa. Kehendak Allah Yang Mengizinkan. Realita kontras dengan

kehendak

Allah

yang

sempurna;

banyak

penderitaan dan kesulitan diizinkan dan dibiarkan terjadi 46


oleh

Allah

‘untuk

pemberontakan,

sementara waktu’. Karena dosa,

dan

kesembronoan

manusia,

maka

kesulitan dan kesukaran hidup silih berganti, terjadi ‘tanpa dikehendaki oleh Allah’. Misalnya, masih ada oknum yang belum sadar, belum taat kepada perintah Allah, sekalipun mereka berdandan layaknya orang saleh, berpura-pura sebagai orang yang berakhlak mulia. Mereka itu bahkan membubuhkan tanda tangannya di atas materai Rp. 6.000,- dan menyatakan diri sehat jasmani dan rohani, bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak perlu heran alias kaget, urusan administrasi pun beres, lolos. Hal itu tentu tidak selaras dengan kehendak-Nya yang sempurna. Umat yang beriman, tetaplah berdoa untuk semua orang, untuk seluruh negeri, untuk para pembesar, agar kita semua dapat hidup di dalam kehormatan dan kesalehan. Paulus memberikan kepada kita teladan, dia senantiasa berdoa agar orang Kristen dipenuhi dengan pengetahuan akan kehendak Allah supaya mereka "hidup layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal" (Kolose 1:9-10). Tuhan memberkati.

47


Rancangan Allah Versus Rancangan Manusia Negara

kita

memiliki

rencana.

Setiap

orde

pemerintahan pun mempunyai master plan. Kenang saja, Garis-Garis

Besar

Haluan

Pembangunan Lima Tahun

Negara

dan

Rencana

yang sangat berpengaruh

pada masanya. Tentu, keadaan bangsa kita saat ini tidak terlepas dari rencana yang pernah ada bertahun-tahun sebelumnya. Kita pantas bertanya, sudah sampai dimana capaian haluan dan rencana itu? Adakah rencana itu terwujud? Sebagai umat yang beriman, kita diingatkan oleh Firman

Allah

yang

berkata,

“Sebab

rancangan-Ku

bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.�(Yesaya 55:8-9) Tuhan

Yang

Maha

Kuasa

juga

memiliki

rancangan, sebuah cetak biru untuk segala sesuatu. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan 48


rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.�(Yeremia 29:11) Perlu dipahami bahwa firman ini, disampaikan kepada Umat Israel ketika mereka berada di pembuangan. Keadaan mereka kontras dengan harapan manusia pada umumnya, jauh dari impian. Umat Allah yang terbuang. Apakah rencana Allah telah gagal? Sekalipun ada pihak yang merasa bahwa rencana Allah telah gagal, akan tetapi Tuhan adalah setia. Janji dan rancangan-Nya pasti digenapi. Itu rencana induk sejati, rancangan Allah yang sesungguhnya. Diakui, memang rencana Allah dan rencana manusia tentu berbeda. Tetapi hati dan pikiran manusia dapat mengalami pembaharuan di dalam Tuhan, sehingga mampu memahami kehendak dan kebenaran-Nya (Roma 12:1-2), dengan begitu cara pandang dan pendekatan kita pun akan selaras dengan jalan-jalan-Nya. Rencanarencana kita dapat ditaklukan di bawah rencana Allah. Kita secara personal dan sebagai sebuah bangsa yang besar seharusnya hidup selaras dengan citra Tuhan kita; sehingga segala sesuatu yang kita lakukan berkenan bagi Dia. Berdiri teguh dan berpegang pada ajaran firman-Nya, taat pada pimpinan Roh Kudus. Tetaplah waspada, agar pandangan dan keyakinan kita tidak menyimpang dari 49


janji dan rencana-Nya. Pastikan, setiap rencana pribadi, keluarga, korporasi, bahkan rencana nasional diselaraskan dengan cetak biru Ilahi. Oleh sebab itu, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.”(Yesaya 55:6-7) Bila cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur belum tergenapi, itu bukan karena rencana Allah gagal untuk negeri ini. Tangan Tuhan terusmenerus bekerja, Roh-Nya terus-menerus berkarya, dan para umat terus-menerus berdoa – agar kehendak-Nya tergenapi. Sebagai umat, kita perlu melakukan evaluasi diri – jangan-jangan, kita membuat dan menjalankan rencana-rencana manusiawi dan berharap agar Tuhan merestui. Berharap agar Tuhan memihak pada rencana manusia itu terbalik, alias melawan arus. Mari kita selaraskan gerak dan langkah, rencana pembangunan dibawah terang rancangan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tentu Tuhan akan ada di pihak kita. “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak 50


bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.�(I Tesalonika 5:23-24).

51


‘Masuk Sorga’ Pasca Eksekusi Mati Terkait eksekusi mati para terpidana - berbagai pertanyaan pun muncul. Misalnya ‘kemana mereka setelah dieksekusi mati?’ ‘Apa yang terjadi setelah para terpidana menghembuskan nafas terakhir?’ ‘Apakah mereka akan masuk sorga?’ ‘Atau, mungkinkah mereka akan masuk neraka?’ Meski terkesan tidak lazim, namun pertanyaan ini tidak bisa dipandang sepele. Sebenarnya, di dalam Alkitab terdapat fakta-fakta tentang mereka yang dihukum mati. Selain, Yesus Kristus ada pula dua orang terpidana lain yang disalib di sebelah kiri dan di sebelah kanan-Nya. Lalu ada seorang murid bernama Stefanus yang dieksekusi dengan cara dirajam, dilempari dengan batu hingga meninggal, demikian pula dengan Rasul Paulus yang menghembuskan nafas terakhir setelah dihukum pancung. Itu beberapa nama ‘terpidana’ yang telah dieksekusi. Apakah mereka semua masuk sorga? Di dalam Injil Lukas, ada seorang terpidana mati yang diselamatkan dan dibawa ke sorga oleh Yesus. “Ketika

mereka

sampai

di

tempat

yang

bernama

Tengkorak, (Golgota) mereka menyalibkan Yesus di situ

52


dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya. Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya:

"Bukankah

Engkau

adalah

Kristus?

Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Lukas 23:33, 39-43) Istilah ‘Firdaus’ (paradeisos) atau sorga menunjuk kepada kehadiran Allah sebuah tempat yang

sama

(2

Korintus

12:2,4).

Perkataan

Yesus

mengajarkan dengan jelas bahwa setelah mati - orang yang diselamatkan akan langsung ke hadirat-Nya di dalam Firdaus. Demikian pula dengan salah satu terpidana mati tersebut, diselamatkan. Menurut Matthew Henry, salah satu penjahat itu telah dilembutkan hatinya pada saat-saat terakhir. Pada awalnya, mungkin keduanya sama-sama mencela Yesus, 53


sampai salah satu di antara mereka diubahkan hatinya dengan cara yang ajaib, sehingga perkataannya pun seketika berubah. Penjahat ini diselamatkan pada detikdetik terakhir dan dia memperoleh belas kasih ketika mendekati ajal. Sang penjahat ini diselamatkan karena Dia memiliki rasa takut kepada Allah. Dia mengakui bahwa dia berdosa

dan

layak

menerima

penghukuman.

Dia

mengakui bahwa Yesus tidak bersalah. Ia percaya kepada Yesus, itu sebabnya dia bermohon: “Tuhan, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.� Sebuah kehormatan bagi Yesus, kala ada orang yang masih berdoa memohon kepada-Nya meskipun Dia sedang dihina dan direndahkan di kayu salib. Di sisi lain doa ini sebuah sukacita bagi seorang pendosa yang berdoa kepada

Yesus,

karena

doanya

didengar

dan

ia

diselamatkan. Singkatnya, ia masuk sorga pasca eksekusi mati. Ada cukup waktu, ada rohaniwan pendamping, dan tentu rahmat Tuhan pun tersedia bagi setiap terpidana mati. Bila saja mereka percaya pada Yesus, tentu mereka juga masuk hadirat Tuhan pasca eksekusi. Selama kita masih hidup, selalu ada pengharapan, dan selama masih ada pengharapan, selalu ada ruang untuk berdoa dan memohon anugerah keselamatan dari Tuhan.

54


55


Berbahagialah Pemimpin Yang Suci Hatinya Kepuasan dan kegembiraan seorang pemimpin tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebut saja kekuasaan, otoritas, kehormatan, kekayaan dan rasa cinta dari orang-orang yang dipimpin. Seorang pemimpin akan happy

bila

membahagiakan

pengaruh

yang

para

dimilikinya

pengikutnya.

Akan

dapat tetapi

kebahagiaan seorang pemimpin akan sirna bila tidak memenuhi menjadi

harapan

pemimpin

rakyatnya. yang

Bagaimana

berbahagia?

Tuhan

caranya Yesus

bersabda, "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8) Hati adalah satu organ tubuh manusia yang memiliki aspek moral. Hati manusia dimaknai sebagai representasi dari budi, pikiran yang terdalam, mind, pendapat,

pengertian.

Hati

manusia

secara

moral

berfungsi sebagai sebuah pusat kendali dalam membuat keputusan etikal. Keputusan etis akan muncul dari hati yang murni, pure. Kebijakan yang selaras dengan hati Tuhan akan mewarnai kinerja pemimpin. Dengan kata lain bila ingin menjadi pemimpin yang happy, seorang leader 56


harus menjaga hatinya tetap suci, memelihara kemurnian moral

agar

tidak

tercemar,

fokus

perhatian

dan

kesetiaannya tidak boleh bercabang, niat hatinya tidak didomplengi oleh motivasi terselubung. Pemimpin yang suci

hatinya

kebahagiaan

memiliki sejati,

sifat karena

dasar

ilahi,

kepadanya

memiliki dikaruniai

kemampuan memahami isi hati Allah. Karunia kedekatan dengan Allah Yang Maha Kuasa. Memelihara Kebahagiaan. Kegembiraan pemimpin memerlukan perawatan seiring dengan tata kelola hati agar tetap bersih. Ada kala dimana pemimpin disibukkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya dengan lobby, sebagai

contoh

pendekatan

Delila

yang

berhasil

menaklukkan Samson. Orang terdekat selalu berpotensi mengganggu

kebeningan

bathin

seorang

pemimpin.

Pemimpin tentu harus memasang filter terhadap segala bentuk bisikan yang sarat dengan kepentingan. “Jagalah hatimu

baik-baik,

sebab

hatimu

menentukan

jalan

hidupmu." (Amsal 4:23) Godaan bisa saja datang dari dalam hati, ketika otoritas ada di tangan sang pemimpin, maka berbagai peluang akan terbuka. Pemimpin membutuhkan disiplin hati, mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan. Kesucian hati dan kebahagiaan menjadi satu kesatuan, 57


utuh. Yesus berpesan bahwa jika ingin menjadi pemimpin yang happy dan menjadi orang yang diberkati oleh Tuhan, syaratnya adalah hati yang suci, hati yang murni, hati selaras dengan hati Tuhan. Mempertahankan Dukungan Tuhan. Meraih dan mempertahankan dukungan adalah salah satu tugas pemimpin

politis.

Tidak

heran

jika

ada

pemimpin

kemudian berkompromi, derajat integritasnya diturunkan, kepekaan dan kesucian hatinya dilemahkan. Hanya pemimpin yang memiliki kegembiraan sejati yang akan mempertahankan dukungan dari Tuhan, bukan yang lain. Pemimpin yang baik tidak menggadaikan integritasnya demi meraih dukungan yang sarat dengan kepentingan. Mengutamakan

ibadahnya dan

hubungan pribadinya

dengan Tuhan itu prioritas sejati. Pemazmur berkata, "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN?" "Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu."(Mazmur 24:3-4) Pemimpin silih berganti, tetapi orang yang suci hatinya mendapat tempat istimewa di hadapan-Nya. Pemazmur ini menekankan bahwa orang yang ingin menyembah Allah, orang yang ingin diberkati Tuhan 58


haruslah menghampiri-Nya dengan hati yang murni dan cara hidup yang benar. Hanya orang yang murni hatinya yang akan berjumpa dengan Allah dan mengalami kegembiraan hidup yang sesungguhnya. Bangsa kita saat ini dan seterusnya memerlukan pemimpin yang bahagia, pemimpin yang dekat dengan Allah. Jadilah leader yang bahagia.

Jadilah insan beriman yang diberkati dan

bahagia di dalam Tuhan, jadilah pribadi yang memelihara kemurnian hati.

59


Ujian Nasional Versus ‘Kepentingan’ Patut berbagai

diduga,

Ujian

kepentingan.

Nasional

Kepentingan

dibebani

luhurnya

oleh adalah

mendidik – ini kepentingan positif, tentu demi tercapainya tujuan

pendidikan

itu

sendiri.

Namun,

ada

pula

kepentingan-kepentingan ‘negatif’ yang bernuansa tidak mendidik.

Sebenarnya

sah-sah

saja

bila

semua

kepentingan dapat bersinergi dengan tugas mulia dari pendidikan itu sendiri - “Pendidikan untuk peradaban Indonesia yang unggul.” Akan tetapi kepentingan yang kontra-produktif tentu patut dihindari. Lalu, siapa saja yang patut diduga memiliki ‘kepentingan’ dengan UN? Mengapa

kepentingan-kepentingan

tersebut

dapat

menjadi pemicu terjadinya kecurangan? Pihak pertama yang paling berkepentingan adalah peserta didik, meski hasil UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan – akan tetapi tetap saja menjadi penentu bagi kelanjutan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Terlebih lagi, menjadi penentu kiprahnya saat memasuki dunia kerja

bukankah

para

pengguna

lulusan

masih

menjadikan salinan surat tanda tamat belajar dan daftar nilai sebagai salah satu lampiran yang tidak terpisahkan

60


ketika melakukan perekrutan? Tentu ini menjadi sebuah momok bagi peserta didik jelang UN. Para pihak tentu perlu memahami faktor-faktor yang dapat memicu stres pada siswa jelang UN. Dengan begitu, stimuli perilaku curang dapat diminimalisir. Pihak kedua yang paling berkepentingan tentu lembaga pendidikan itu sendiri. Adanya sekolah yang diuntungkan bila mampu meluluskan 100% siswanya, hal ini

dimanfaatkan

dalam

promosi.

Adalah

sebuah

kebanggaan dan kepuasan bagi lembaga bila semua peserta UN lulus setiap tahun. Tentu saja tidak ada sekolah yang mau ‘dirugikan’ oleh adanya siswa yang tidak lulus UN. Oleh sebab itu, pesan promosi sekolah mestinya pendidikan

diubah yang

dengan

mengedepankan

berkarakter,

jujur

dalam

proses ujian,

berintegritas dan anti kecurangan dalam UN. Sejauh ini, saya sendiri belum pernah membaca selebaran atau iklan sekolah yang secara tegas menyatakan bahwa ujian dilaksanakan secara jujur, anti nyontek, anti curang – dengan para pendidik dan tenaga kependidikan yang berintegritas dan berdidikasi tinggi. Pihak lain, yang tidak kalah berkepentingan adalah para ‘pengkhianat’ - setidaknya itulah julukan yang disebutkan oleh Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 61


kita beberapa hari yang lalu – yakni mereka-mereka yang diduga secara sengaja membocorkan kunci jawaban bahkan diduga menjual kunci jawaban UN tersebut. Harian ini (Rabu, 6/5/2015) – memuat berita adanya kunci jawaban yang dibanderol hingga jutaan rupiah. Siapa yang menjual? Siapa pula yang membeli? Mengapa itu bisa terjadi? Jelas-jelas praktek pembocoran semacam ini

patut

dianggap

sebagai

sebuah

pengkhianatan

terhadap cita-cita luhur pendidikan itu sendiri. Jika ini yang terjadi, maka seluruh proses pendidikan selama 6 hingga 12 tahun – diruntuhkan justru pada pelaksanaan UN. Sebuah momen pengejaran ‘nilai’ dengan cara menghancurkan ‘nilai-nilai’ kearifan, merendahkan akhlak mulia, mencoreng karakter bangsa. Pengamat

pendidikan,

Doni

Koesoema,

mengatakan ada faktor yang memicu meningkatnya stres pada siswa jelang ujian nasional. Salah satunya tuntutan untuk mendapatkan nilai yang tinggi agar siswa dapat bersaing masuk ke sekolah favorit. Meski tahun ini nilai UN tidak dijadikan parameter kelulusan, menurutnya persaingan

itu

tetap

ada.

Siswa-siswi

berlomba

menggenjot nilai UN agar bisa masuk sekolah favorit yang menjadi target mereka. Oleh sebab itu, syarat yang digunakan untuk masuk ke sekolah di jenjang berikutnya, 62


menurut Doni, bisa diambil dari banyak aspek penilaian lainnya seperti akumulasi nilai siswa selama ini, nilai nonakademis, dan portofolio siswa. Mari kita bebaskan UN dari kepentingan yang tidak mendidik, demi generasi dan peradaban Indonesia yang unggul.

63


Mengakses Tuhan Secara Personal Kemarin pagi, Selasa 18/8/2015 saya menerima pesan singkat yang berbunyi, “Ayo berubah total, menuju bangsa yang berintegritas, etos kerja tinggi dan semangat gotong-royong.” (Kemkominfo) Membaca isi sms tersebut, hati saya tertuju pada kondisi nyata saat ini. Gerakan perubahan

sedemikian

tidak

lain,

tentu

untuk

mewujudkan cita-cita luhur negara yang merdeka, adil dan sejahtera seutuhnya, tampaknya menghadapi kendala yang serius. Namun demikian, mungkinkah seseorang menerapkan pesan ini tanpa akses secara personal kepada Tuhan? Sebagai manusia ‘biasa’ – tanpa memiliki relasi personal dengan Tuhan. Mustahil. Keadaan saat ini sebenarnya telah diperingatkan oleh Rasul Paulus di dalam pesannya kepada Timotius muridnya: "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan

menyombongkan

diri, mereka

akan

menjadi

pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orangtua dan tidak

tahu

berterima

kasih,

tidak

mempedulikan

agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka

64


menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.” (2 Timotius 3:1-17) Himbauan lewat pesan sms tersebut, tampaknya tidak berjalan mulus, terkendala oleh masih adanya oknum yang bersikap dan berperilaku bertolak-belakang dengan

semangat

segelintir

insan

ibadah mereka,

tersebut.

Singkatnya

yang

“Secara

tetapi

pada

lahiriah

masih

ada

menjalankan

hakekatnya

mereka

memungkiri hakikatnya.” Itu sebabnya Rasul Paulus berkata, “Jauhilah mereka itu! Sebab di antara mereka terdapat orang-orang yang – kehidupannya – sarat dengan

dosa

dan

dikuasai

oleh

berbagai-bagai

nafsu, yang walaupun selalu ingin diajar, namun tidak pernah

dapat

mengenal

kebenaran.

Mereka

menentang kebenaran.” Sekali pun selalu ingin disebut dan diakui sebagai warga negara yang merdeka, dijuluki sebagai pelayan masyarakat namun hakikatnya mereka masih

terbelenggu

oleh

perilaku,

cara

pandang,

mentalitas yang tidak selaras dengan semangat revolusi mental, mereka malah berbuat dosa dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Belenggu ‘penjajahan’ itu melekat

65


karena kehidupan keagamaan mereka yang terpisah dengan Tuhan. Menghadapi hal-hal demikian Paulus menasihati Timotius, “Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan

selalu

mengingat

orang

yang

telah

mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk

menyatakan

kesalahan,

untuk

memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan kepunyaan perbuatan baik.�

demikian

tiap-tiap

Allah diperlengkapi Dengan

kata

manusia

untuk lain,

Timotius

setiap harus

memiliki relasi personal dan cara hiduop yang selaras dengan Tuhan. Pembangunan sebuah bangsa memerlukan orangorang yang memiliki akses kepada Tuhan Allah, sebaliknya - Tuhan Allah dapat mengakses kehidupan mereka selaku orang yang beriman. 66

Kemerdekaan personal dalam


melakukan akses kepada Tuhan akan menumbuhkan energi kerja positif, optimis, yang ditunaikan sebagai ibadah yang murni kepada Tuhan. Negeri ini memerlukan generasi yang berperilaku benar, berintegritas, memiliki etos kerja, dengan semangat kebersamaan, jiwa gotongroyong. Hanya orang-orang yang beriman kepada Tuhan, yang berpegang pada kebenaran yang akan terus menerus berbuat baik. Untuk itu, semua orang yang sepakat dengan pesan singkat tersebut, wajib hidup dekat dengan Tuhan, tanpa pertolongan-Nya ‘berubah total’, berintegritas tinggi, dan seterusnya tidak mudah. Hanya oleh pertolongan Tuhan, dengan akses personal kepada Tuhan, bisa.

67


#3 KELUARGAKU

Setiap orang terlahir dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga

68


Menanti Negeri Ramah Anak Sah-sah saja bila ramai orang yang berwacana merevisi

undang-undang

perlindungan

anak.

yang

Tidak

salah

berkaitan bila

dengan

memperberat

hukuman bagi pelaku kejahatan terhadap anak. Bolehboleh saja beramai-ramai menjadi pahlawan dalam membela hak-hak anak di negeri ini. Siapa saja dapat mengambil kesempatan berceloteh memberikan argumen terkait apa, mengapa dan bagaimana melindungi hak-hak dasar anak – ketika ada kasus seperti yang terjadi barubaru ini. Namun yang menjadi pertanyaan saat ini, sudahkah negeri kita ‘ramah anak’ atau masihkah kita harus menanti hadirnya sebuah negeri yang ramah anak? Tampaknya, ibu pertiwi sedang berduka dan lelah menanti kehadiran negara membela anak, dengan satu, dua bahkan tiga alasan: Pertama, perlindungan

negeri

anak.

ini

Menurut

sedang sumber

dilanda telah

krisis terjadi

sedikitnya 11.491 kasus kekerasan terhadap anak pada kurun tahun 2011-2015. Sekitar 50 hingga 62 persen di antaranya adalah kekerasan dan kejahatan seksual. Negara kita berulang-kali bahkan puluhan ribu kali

69


kecolongan, layaknya sebuah rumah tanpa penunggu, anak-anak satu demi satu menjadi korban. Negara, lagilagi

terkesan

‘hanya’

menjalankan

tugas

sebagai

‘pemadam kebakaran’. Tidakkah hal ini cukup dijadikan alasan bahwa kita sedang berada dalam fase penantian yang

panjang

akan

hadirnya

negara

ramah

anak.

Peristiwa demi peristiwa menambah panjangnya daftar, sementara disisi lain putra-putri bangsa yang menjadi korban sedang berada dibawah ancaman dampak jangka panjang dari tindak kekerasan yang pernah mereka alami. Trauma akibat luka yang mereka alami bertolakbelakang dengan komentar dan perdebatan yang kurang dewasa tentang anak lewat media. Saksikan pula media yang tiada henti mengekspos peristiwa kekerasan terhadap anak. Para awak media terkesan tidak memiliki kepekaan psikologis terhadap anak yang telah menjadi korban. Media dengan gencar memberitakan kasus demi kasus, melakukan eksploitasi secara lebay tanpa peduli dampak psikologis, dampak sosial pada anak. Please, cobalah mengerti! Kedua, kita masih terus menanti negara ramah anak dalam mencegah terjadinya krisis anak dalam bidang pendidikan, upaya nasional mencerdaskan kehidupan anak 70

bangsa

tampaknya

belum

tertangani

secara


menyeluruh.

Masih

anak-anak

yang

kesulitan

mendapatkan kesempatan bersekolah. Beberapa, jika tidak banyak, anak yang menanti kehadiran negara dalam memberikan pendidikan agama dan budi pekerti bahkan di lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh negara. Masih ada oknum yang berprofesi sebagai pendidik yang berperilaku tidak pantas, melakukan tindakan pelecehan, kekerasan hingga menjadi predator. Ketiga, kita masih menanti negara ramah anak, sebuah

negara

melindungi

dimana

semua

kehidupan

mempertimbangkan

pihak

bersinergi

anak-anak,

kepentingan

anak

yang

dalam

setiap

pengambilan keputusan; sebuah negeri yang menjamin kesejahteraan

anak

secara

materi,

kesehatan,

keselamatan, pendidikan anak, memberi perlakuan yang baik,

serta

menjamin

tersedianya

perumahan

dan

lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya anak. Negara semestinya melakukan ‘sensus anak’. Data atau informasi penting seperti, berapa jumlah anak yang hidup

sejahtera,

berapa

jumlah

anak

yang

rawan

mengalami kekerasan, berapa jumlah anak yang berstatus adopsi, berapa jumlah anak terkategori terlantar, berapa jumlah anak yang sedang ditampung di panti-panti asuhan, berapa jumlah anak disabilitas dan seterusnya – 71


patut ditanyakan, data itu ada dimana? Siapa yang bertanggung jawab atas data tersebut? Tata kelola data dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keseriusan dan kecerdasan negara – lihat saja pada sistim tata kelola data anak – adakah data itu terintegrasi, secara online dimana para pemangku kepentingan dapat bersinergi melakukan peran masing-masing berbasis data – demi menghadirkan negara ramah anak. Kita berharap, negara tidak perlu mengalami ‘kecolongan’ berkelanjutan. Kita yakin, kehadiran negara ramah anak, pasti bisa.

72


Bekali Papa & Mama, ‘Sayangi Anak’ PAPA & MAMA perlu diingatkan kembali, bahwa Tuhan Yesus tidak pernah memberikan ijin kepada siapa pun – untuk melakukan segala bentuk perlakuan yang tidak pantas terhadap anak-anak - kekerasan fisik, kekerasan atau pelecehan seksual, kekerasan psikologis, penyalahgunaan atau eksploitasi anak, penelantaran atau pengabaian anak, melanggar atau mengesampingkan hakhak anak. Oleh sebab itu anak-anak perlu dilindungi dari setiap tindakan, serangkaian tindakan, maupun semua bentuk kelalaian orangtua dan pengasuh yang dapat membahayakan atau berpotensi menimbulkan hal-hal yang membahayakan anak. Para orang dewasa perlu meniru Tuhan Yesus dalam berperilaku terhadap anak-anak seperti tertulis di dalam Kitab Injil. Suatu ketika, “Orang membawa anakanak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku

73


berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." Lalu Yesus memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.” (Markus 10:13-16). Para calon papa & calon mama perlu dibekali, agar memahami bahwa orang dewasa yang ‘gagal’ memenuhi kebutuhan mendasar anak secara memadai, mencakup

keperluan

fisik

seperti

makanan

yang

bernutrisi, pakaian, kebersihan; kebutuhan emosional seperti pengasuhan disertai kasih sayang; kebutuhan pendidikan seperti mendaftarkan anak di sekolah yang ramah anak; kebutuhan medis seperti mengobati anak, membawa anak ke dokter kala sakit; mencegah dan melindungi anak dari segala bentuk lingkungan yang berisiko -- adalah orang yang menelantarkan anak. Tentu, bukan papa & mama seperti itu yang anda dambakan. Rencanakan dan persiapkan diri untuk menjadi pasangan yang baik, menjadi ayah dan ibu yang ‘sayang anak’. Persiapan upacara nikah, resepsi dan perayaan, urusan adat-istiadat terkait pernikahan hingga program bulan madu – itu semua ‘penting’; akan tetapi hal itu tidak membebaskan anda dari kewajiban ‘membekali diri dengan ‘ilmu sayangi anak’. 74


Para ayah & ibu perlu diberi penegasan, bahwa Yesus Kristus sangat memperhatikan keselamatan dan pembinaan rohani anak-anak. Orangtua Kristen harus menggunakan

setiap

sarana

yang

tersedia

untuk

menuntun anak-anak mereka kepada Yesus Kristus yang menerima,

mengasihi,

dan

memberkati

mereka.

Menyediakan kebutuhan sandang, pangan dan papan bagi anak, fasilitas dan lingkungan yang kondusif memang penting. Namun demikian, jangan sampai kehidupan rohani anak-anak terabaikan. Anak-anak membutuhkan didikan, agar mereka memiliki hubungan personal dengan Tuhan Yesus. Firman Tuhan dalam Kitab Kolose, "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."(Kolose 3:21) Kewajiban para orangtua ialah memberikan kepada anak mereka ajaran sesuai dengan pengasuhan Kristen. Para ayah & ibu harus menjadi teladan dalam kehidupan dan perilaku kristiani, serta lebih mempedulikan keselamatan anak mereka daripada pekerjaan, profesi, pelayanan di gereja, bahkan kedudukan sosial mereka. Papa & mama yang baik, bertanggung jawab memberi asuhan dan didikan kepada anak-anak agar mereka hidup sesuai dengan ajaran-ajaran-Nya, hidup berkenan kepada Tuhan. Tanggung jawab memberikan 75


didikan yang alkitabiah kepada anak-anak terutama terletak pada keluarga. Program gereja, Sekolah Minggu dan lembaga pendidikan

hanya menjalankan peran

membantu, memperkuat didikan orangtua dan keluarga. Yuk, kita bekali papa & mama, demi anak tersayang.

76


Nabi Musa, Kisah Sukses Anak Angkat Tidak semua anak angkat mengalami happy ending

seperti

Musa.

Nyawanya

diselamatkan

dari

ancaman pembunuhan, diadopsi oleh Puteri Firaun, dibesarkan sebagai anak bangsawan tinggal di lingkungan istana. Musa menjalani kehidupan yang amat baik sebagai anak angkat. Tidak diragukan lagi, kisah sukses dan keberuntungan Musa sangat ditentukan oleh orangtua angkatnya. Sebagai seorang anak Musa tidak berdaya, tidak mampu membuat pilihan, keselamatannya bergantung penuh pada keluarganya. Ketika Raja Mesir berkata, "Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka (orang

Israel),

supaya

mereka

jangan

bertambah

banyak." Kemudian para pengawas rodi ditempatkan untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. Tetapi makin ditindas, bangsa Israel makin bertambah banyak dan berkembang, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan 77


memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagaibagai pekerjaan di padang, segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani (orang Israel), katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak lakilaki,

kamu

harus

membunuhnya,

tetapi

jika

anak

perempuan, bolehlah ia hidup." Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup." (Keluaran 1:7-22) Ketika

Musa

lahir,

keluarganya

berupaya

menyelamatkan jiwa Musa. Bayi tersebut "disembunyikan tiga bulan lamanya. Tetapi ia, Yokhebed ibunya tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, ... diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan, Miryam berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang78


dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani." Lalu bertanyalah Miryam kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian

perempuan

itu

mengambil bayi itu

dan

menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air." (Keluaran 2:1-10) Berbekal

asuhan

dan

pendidikan

yang

diperolehnya, berkat campur tangan orangtua angkat Musa kemudian diutus oleh Tuhan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, tanah Kanaan.

Sebagai

penyambung

lidah

seorang Tuhan,

nabi,

Musa

meneruskan

menjadi

pesan-pesan 79


Tuhan kepada umat-Nya. Singkat cerita, Nabi Musa adalah salah satu bukti campur tangan Tuhan bahwa menjadi anak angkat tidak selalu identik dengan derita pilu, menjadi anak yang dibesarkan oleh orangtua angkat bisa happy ending. Oleh sebab itu, para pihak yang hendak ‘merelakan’ anaknya untuk diadopsi, maupun pihak

yang

hendak

mengangkat

anak

perlu

memperhatikan dan mengedepankan keselamatan anak, memberi jaminan bahwa hak-hak azasi seorang anak dipenuhi dengan baik. Orangtua Musa atas pertolongan Tuhan dapat menunaikan tanggung jawabnya, mereka tidak menyerah pada bencana yang mengancam nyawa anggota keluarga. Mereka berikhtiar agar masa depan Musa tidak suram, agar segala potensi yang dimiliki bayi tidak pupus. Siapa yang menduga bahwa Musa akan menjadi seorang pemimpin yang gagah perkasa, menjadi seorang nabi Tuhan, menjadi penyelamat kaum dan bangsanya. Oleh sebab itu, sebagai umat yang beriman, para ayah dan

para

ibu

beserta

seluruh

keluarga

perlu

memperjuangkan keselamatan anak, melindungi setiap anak - dengan mata iman yang tertuju kepada Tuhan, berharap dengan penuh keyakinan bahwa bila Nabi Musa

80


sukses sebagai anak angkat, maka para anak angkat zaman sekarang pun bisa sukses. Amin.

81


Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Seutuhnya Permasalahan pendidikan di negeri ini diwarnai berbagai persoalan yang tidak berkesudahan. Sebut saja tawuran antar pelajar, tindak kekerasan antar pelajar, tindakan pelecehan atau bully, kecurangan dalam ujian, eksploitasi

hingga

anak

putus

sekolah.

Berbagai

pendekatan dilakukan secara sporadis oleh berbagai pihak yang

tampaknya

menggembirakan.

belum

memberi

Tanggung

jawab

dampak keluarga

yang pun

dipertanyakan ketika berbagai masalah yang melibatkan pelajar mencuat satu demi satu. Tidak sedikit orangtua yang merasa resah melihat berbagai masalah pelajar dewasa

ini.

Bagaimanakah

peranan

orangtua

dan

keluarga dalam mendidik anak? Firman Tuhan berkata: “Ajarlah seorang anak untuk memilih jalan yang benar, maka setelah dewasa ia akan tetap berada di jalan itu.�(Amsal 22:6 FAYH) Peran orangtua menurut ajaran Kristen: Pertama, orangtua wajib mendidik anak-anak agar memiliki rasa takut akan Tuhan, membekali mereka untuk menjadi anak-anak yang mencintai kebenaran dan berpaling dari kejahatan. Tujuan 82


pengajaran

atau

pendidikan

Kristen

adalah

mempersiapkan anak-anak untuk hidup mengabdi kepada Tuhan dan kebenaran-Nya. Kedua,

melindungi

anak-anak

dari

berbagai

pengaruh yang jahat. Untuk mewujudkan hal ini orangtua harus memisahkan mereka dari pengaruh-pengaruh jahat dunia sekitar dan mengajar mereka berperilaku saleh. Para orangtua perlu menyadari adanya usaha dari kekuatan Iblis yang ingin menghancurkan kehidupan generasi muda. Kekuatan itu dapat bermanifestasi melalui daya tarik gaya hidup glamour dengan pola perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kristiani. Anak-anak perlu disadarkan agar waspada terhadap pengaruh temanteman

mereka yang

tidak

bermoral. Sudah

tentu,

orangtua yang bijaksana akan memilih sekolah dan komunitas

yang

tepat

bagi

perkembangan

anak

seutuhnya. Ketiga, menetapkan anak-anak dalam sebuah gereja

dimana

nilai

dan

kebenaran

Firman

Tuhan

diajarkan secara tepat. Sebuah gereja dimana para pembimbing rohaninya berperilaku

hormat terhadap

prinsip-prinsip kebenaran Tuhan secara murni. Komunitas gereja akan memberi dampak yang sangat baik bagi

83


anak-anak dengan kehadiran Roh Kudus melalui seluruh pelayanan gerejawi. Keempat, berperilaku kasih dan menunjukkan kepedulian

bagi

anak-anak.

Membesarkan

anak

memerlukan komitmen untuk mencurahkan kehidupan sepenuhnya pertama-tama sebagai suatu persembahan yang utuh kepada Tuhan, agar dapat memperdalam iman dan mempersiapkan jalan agar kehidupan anak-anak mengalami

pertumbuhan

sebagaimana

semestinya.

Orangtua perlu menciptakan suasana kekeluargaan yang proporsional untuk mendidik anak berdisiplin dengan didasari cinta kasih; memberikan pengajaran dan nasihat yang dilandasi keteladanan. Keutuhan keluarga dan kehadiran orangtua dalam menjalankan fungsi-fungsinya menjadi faktor utama bagi pendidikan dan pembentukan karakter anak seutuhnya. Tuhan memberkati.

84


Perceraian Kontraproduktif Terhadap Tujuan Pembangunan Pernikahan adalah sebuah perjanjian suci antara suami, istri dan Tuhan. Perjanjian nikah tersebut mengikat kedua pasangan untuk mempertanggungjawabkan ikrar yang telah mereka ucapkan kepada Tuhan. Suami isteri perlu diingatkan kembali bahwa Tuhan memiliki rencana yang agung dalam lembaga pernikahan. Pernikahan dilangsungkan bukan sekedar bermodalkan suka sama suka di antara dua insan. Laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling mengasihi dan saling melengkapi dalam pernikahan. Tuhan memberi mandat kepada mereka untuk beranak-cucu, sebuah perintah prokreasi untuk

melahirkan

dan

mendidik

anak-anak

serta

mempersiapkan generasi yang saleh. Misi pernikahan bukan sekedar mencapai kepuasan, bukan pula untuk melampiaskan naluri parental insting belaka, untuk punya anak. Pernikahan adalah perintah Tuhan, membubarkan pernikahan adalah tindakan yang berdosa. Itu sebabnya Tuhan

melindungi

pernikahan

dengan

melarang

perceraian. Yesus Kristus berkata, “Karena itu, apa

85


yang telah

dipersatukan Allah,

tidak

boleh diceraikan manusia� (Matius 19:6). Dalam sebuah seminar dengan topik Membangun Ketahanan Keluarga di Tengah Krisis dan Tingginya Gugat Cerai

Dr.

Sudibyo

Sejahtera

dan

Alimoeso

MA.,

Pemberdayaan

Deputi

Keluarga

Keluarga

BKKBN

memaparkan bahwa angka perceraian di Indonesia tertinggi

se-Asia

Pasifik.

Berdasarkan

Data

Badan

Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung RI tahun 2010 rata-rata satu dari 10 pasangan menikah berakhir dengan perceraian di pengadilan. Dari dua juta pasangan menikah tahun 2010 saja, 285.184 pasangan bercerai. (okezone.com). Menurut Sudibyo, perceraian menjadi hal serius karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama untuk meletakkan dasar-dasar kepribadian, etika, dan moral

anak-anak.

Dengan

kata

lain,

perceraian

merupakan fenomena yang kontraproduktif terhadap citacita luhur dari pernikahan itu sendiri. Oleh karenanya membangun

ketahanan

keluarga

perlu

mendapat

perhatian dalam kerangka pembangunan nasional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian berpengaruh negatif terhadap anak. Para remaja bermasalah, yang berperilaku menyimpang, bila 86


ditelusuri sering kali akarnya adalah keluarga yang bermasalah. Bahkan setelah dewasa pun orang yang berasal dari pasangan cerai terbukti secara meyakinkan masih menyimpan luka dan kepahitan sebagai akibat perceraian kedua orangtuanya. Terdapat kecenderungan orang yang berasal keluarga yang bercerai menganggap bahwa perceraian itu sebagai sesuatu yang lazim. Bahkan, perceraian dianggap sebagai solusi bagi permasalahan yang muncul dalam pernikahan. Perceraian orangtua seakan memberi legitimasi bagi mereka untuk bercerai. Hal ini memberikan indikasi kemerosotan daya tahan dan daya juang untuk mempertahankan keutuhan pernikahan. Karena toh, keluarga mereka tidak akan melarang perceraian karena mereka sendiri bercerai. Tidak heran jika

angka

perceraian

terus

meningkat,

anak-anak

bermasalah pun tumbuh subur. Akhirnya, membangun ketahanan keluarga di tengah krisis dan tingginya angka perceraian menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa. Pembangunan nasional perlu didukung pembangunan sumber daya manusia yang sehat dan sejahtera. Sudah tentu peran utama keluarga yang utuh menjadi modal dasar yang tidak bisa dianggap enteng.

Selamat

memperingati

Hari

Keluarga

Internasional. 87


Ketahanan Pernikahan Cegah Infeksi

HIV/AIDS Ketahananan pernikahan diyakini menjadi salah satu

faktor

yang

perlu

diperhatikan

dalam

upaya

mencegah penyebaran virus HIV dan berbagai Penyakit Menular Seksual lainnya. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Malawi menemukan bahwa pernikahan menjadi faktor risiko bagi penularan virus

HIV/AIDS. responden

Para

ibu

dalam

rumah

tangga

penelitian

yang

tersebut

menjadi

menyadari

kerentanan mereka karena suami yang tidak berperilaku monogami.

Oleh

sebab

itu

penelitian

ini

merekomendasikan agar para wanita dibekali dengan pemahaman agar mampu memainkan peranan penting mereka untuk mengefektifkan upaya pencegahan HIV. Dengan pemahaman ini maka intervensi dan kebijakan yang tegas dapat diambil yang didasarkan pada realitas kehidupan para ibu rumah tangga. Penelitian yang melibatkan sedikitnya 72 orang wanita itu rata-rata berusia 33 tahun, sebagian besar memiliki pendidikan dasar, setengahnya tidak memiliki kegiatan ekonomi, dan sebagian besar telah didiagnosis 88


mengidap HIV dalam dua tahun terakhir. Lebih dari setengahnya peserta berstatus menikah pada saat studi dilakukan,

namun

hampir

semua

pernah

menikah

setidaknya satu kali dan pernah melewati dua sampai tiga pernikahan adalah hal yang lazim. Sebagian besar perempuan tersebut menyalahkan perilaku suami mereka yang non-monogami yang menjadi penyebab hingga mereka terinfeksi. Para

responden

umumnya

mengaku

bahwa

mereka tetap setia sekali pun suami mereka mungkin memiliki pacar atau memiliki istri lain dalam perkawinan poligami -- yang legal di Malawi. Dalam diskusi group itu para

peserta

menggambarkan

bahwa

norma-norma

budaya telah menempatkan para kaum perempuan pada risiko, termasuk karena adanya keyakinan di Malawi bahwa suami dan istri tidak boleh berhubungan seks hingga satu tahun setelah melahirkan. Para isteri hanya dapat pasrah ketika suami mereka mencari wanita lain, itu sebabnya

para

perempuan

tersebut

mengaitkan

ketidaksetiaan pasangan mereka dengan kasus infeksi HIV yang semakin parah. Perilaku lain yang digambarkan para peserta diskusi tersebut adalah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga,

termasuk

seks

paksa

tanpa

menggunakan 89


kondom. Sementara itu, karena perceraian adalah hal yang legal maka seorang suami atau seorang isteri dapat secara sah menceraikan pasangannya. Alhasil, akhir dari satu hubungan pernikahan bisa menjadi awal dari pernikahan yang lain, bahkan sekali pun sangat berisiko -demi menyediakan dana bagi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka – menikah dengan pria lain terpaksa dilakukan. Tidak heran, jika para perempuan ini tidak selalu tahu suami mana yang telah menginfeksi mereka. Beranjak dari kenyataan tersebut, dapat dipahami jika kemudian ada di antara peserta diskusi yang menyadari, setelah dua atau tiga kali pernikahan ulang, sejumlah

perempuan

kemudian

memutuskan

bahwa

kemiskinan dan menderita kelaparan jauh lebih baik daripada bahaya yang timbul akibat pernikahan berisiko, mereka kemudian memilih untuk lebih baik berkonsentrasi pada kesejahteraan anak-anak mereka tanpa suami yang baru. (www.spiritia.or.id) Bercermin dari laporan penelitian ini, pemerintah maupun gereja-gereja di Indonesia perlu melakukan upaya pembinaan dan pembekalan terhadap keluarga, pasangan suami isteri, generasi muda untuk mewujudkan pernikahan yang harmonis sebagai benteng pelindung terhadap penyebaran HIV/AIDS. 90


Bina Pernikahan Demi Generasi Emas Pernikahan adalah sebuah perjanjian suci antara Tuhan, suami dan istri. Perjanjian nikah tersebut mengikat kedua pasangan untuk mempertanggungjawabkan ikrar yang telah mereka ucapkan kepada Tuhan. Suami isteri perlu diingatkan kembali bahwa Tuhan memiliki rencana yang agung dalam lembaga pernikahan. Pernikahan dilangsungkan bukan sekedar berdasarkan suka sama suka di antara dua insan. Laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling mengasihi dan saling melengkapi dalam pernikahan. Tuhan memberi mandat kepada mereka untuk beranak-cucu. Sebuah perintah prokreasi untuk

melahirkan

dan

mendidik

anak-anak

serta

mempersiapkan generasi yang saleh. Misi pernikahan bukan sekedar mencapai kepuasan atau kebahagiaan kedua mempelai. Bukan pula untuk melampiaskan naluri parental

insting

Pernikahan

adalah

belaka, mandat

untuk

mempunyai

Tuhan,

oleh

anak.

sebab

itu

membubarkan pernikahan adalah tindakan yang berdosa. Itu sebabnya Tuhan melindungi pernikahan dengan melarang perceraian. Yesus Kristus berkata, “Karena itu, 91


apa

yang telah

dipersatukan Allah,

tidak

boleh diceraikan manusia�(Matius 19:6). Dalam sebuah seminar dengan topik Membangun Ketahanan Keluarga di Tengah Krisis dan Tingginya Gugat Cerai

Dr.

Sudibyo

Sejahtera

dan

Alimoeso

MA.,

Pemberdayaan

Deputi

Keluarga

Keluarga

BKKBN

memaparkan bahwa angka perceraian di Indonesia tertinggi

se-Asia

Pasifik.

Berdasarkan

Data

Badan

Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung RI tahun 2010 rata-rata satu dari 10 pasangan menikah berakhir dengan perceraian di pengadilan. Dari dua juta pasangan menikah tahun 2010 saja, 285.184 pasangan bercerai. (okezone.com). Menurut Sudibyo, perceraian menjadi hal serius karena keluarga merupakan tempat pendidikan pertama untuk meletakkan dasar-dasar kepribadian, etika, dan moral anak-anak.

Dengan kata lain, perceraian

merupakan fenomena yang kontraproduktif terhadap citacita luhur dari pernikahan itu sendiri. Oleh karenanya membangun

ketahanan

keluarga

perlu

mendapat

perhatian dalam kerangka pembangunan nasional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian mayoritas

berpengaruh aspek

negatif

perkembangan

terhadap anak.

Para

hampir remaja

bermasalah, yang berperilaku menyimpang, bila ditelusuri 92


sering kali akarnya adalah keluarga yang bermasalah. Bahkan setelah dewasa pun seorang yang berasal dari pasangan

orangtua

meyakinkan sebagai

masih

akibat

yang

bercerai

menyimpan dari

terbukti

luka

dan

secara

kepahitan

ketidakharmonisan

kedua

orangtuanya. Terdapat kecenderungan orang yang berasal keluarga yang bercerai menganggap bahwa perceraian itu sebagai sesuatu yang lazim. Bahkan, perceraian dianggap sebagai solusi bagi permasalahan yang muncul dalam pernikahan.

Perceraian

orangtua

seakan

memberi

legitimasi bagi mereka untuk bercerai. Hal ini memberikan indikasi kemerosotan daya tahan dan daya juang untuk mempertahankan

keutuhan

pernikahan.

Karena

toh,

keluarga mereka tidak akan melarang perceraian karena mereka

sendiri

bercerai.

Tidak

heran

jika

angka

perceraian terus meningkat, anak-anak bermasalah pun tumbuh subur. Upaya membangun dan memberi dukungan bagi ketahanan keluarga di tengah krisis dan tingginya angka perceraian menjadi pekerjaan rumah bagi negara dan gereja

di

Indonesia.

Pembangunan

nasional

perlu

didukung oleh sumber daya manusia yang sehat dan sejahtera. Sudah tentu peran utama keluarga utuh 93


menjadi modal dasar yang tidak bisa dianggap sepele. Bila subsidi bagi keluarga prasejahtera mendapat perhatian pemerintah, maka institusi pernikahan pun perlu diberi perlindungan. Keutuhan pernikahan mutlak bagi keluarga sejahtera untuk melahirkan generasi emas.

94


Apakah Tuhan Allah Melegalkan Aborsi? Sebuah pertanyaan yang tidak pantas. Tidak layak, tidak relevan. Bahkan untuk menanyakannya saja pun manusia tidak layak. Lalu, ‘Apakah Tuhan Allah melegalkan Aborsi di Indonesia?’ Mengapa pemerintah memberikan ijin dan menetapkan syarat aborsi di negeri ini? Apakah umat Kristen akan serta merta mengadopsi standar ini? Tuhan

Allah

tidak

netral terhadap

tindakan

menghentikan kehidupan manusia yang masih berada di dalam rahim ibunya. Ayat-ayat Alkitab berikut ini dapat memberi pencerahan mengenai pandangan Allah tentang aborsi. Yeremia 1:5 memberitahu bahwa Allah mengenal kita sebelum Dia membentuk kita dalam rahim ibu. Mazmur 139: 13-16 berbicara tentang peran aktif Allah dalam penciptaan dan pembentukannya dalam rahim seorang ibu. Keluaran 21:22-25 menetapkan hukuman yang sama terhadap seseorang yang menyebabkan kematian

janin,

dan

seseorang

yang

melakukan

pembunuhan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Allah menganggap

bayi

dalam

rahim

adalah

manusia 95


sebagaimana orang dewasa. Bagi umat Kristen, aborsi menyangkut kehidupan atau kematian seorang manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27; 9:6). Argumen mempengaruhi ‘kehamilan

pertama yang sikap

akibat

moral

sering

tentang

perkosaan’.

muncul aborsi

Apakah

dosa

dan

adalah sang

pemerkosa dan trauma yang dialami korban pemerkosaan dapat

diselesaikan

dengan

cara

membunuh

janin?

Melakukan sebuah tindakan yang salah tidak akan membenarkan sebuah kesalahan. Dosa seorang pria dan pembunuhan janin tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk melegalkan aborsi penghilangan nyawa anak manusia. Semua pihak perlu mencamkan hal ini, bayi benar-benar tidak bersalah dan tidak boleh dihukum(?) - dikorbankan karena perbuatan jahat ayahnya. Argumen kedua yang biasanya muncul berkaitan

dengan

aborsi

adalah

‘kedaruratan

yang

mengancam kehidupan sang ibu’. Jujur saja, hal ini adalah pertanyaan yang paling sulit untuk dijawab. Hal yang perlu diingat pertama, situasi semacam ini adalah alasan dibalik kurang dari sepersepuluh dari satu persen kasus aborsi yang pernah terjadi di dunia dewasa ini. Jauh lebih banyak 96

perempuan

melakukan

aborsi

hanya

untuk


kenyamanan, menutupi aib dan menghindari tanggung jawab. Tidak sebanding dengan wanita yang melakukan aborsi untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Kedua, semua orang beriman perlu mengingat bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang sanggup membuat mukjizat.

Dia

sangat

mampu

memelihara

dan

mempertahankan kehidupan sang ibu dan anak meskipun semua upaya medis tidak memungkinkan. Pada akhirnya, pertanyaan ini hanya dapat diputuskan antara suami, istri, dan Tuhan Allah. Setiap wanita yang menghadapi situasi kedaruratan harus berdoa memohon hikmat kepada Tuhan

(Yakobus 1:5).

Tuhan

Allah

akan

memberi

petunjuk kepada keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat. Perlu dicatat, bahwa lebih dari 95 persen kasus aborsi yang dilakukan dewasa ini melibatkan wanita yang tidak ingin punya bayi. Kurang dari 5 persen kasus aborsi karena alasan pemerkosaan, inses, atau kesehatan ibu yang beresiko. Bahkan, dalam 5 persen kasus yang paling sulit sekali pun, aborsi tidak sepantasnya dijadikan sebagai opsi pertama. Kehidupan manusia di dalam rahim sangat bernilai di hadapan Tuhan Allah; oleh karenanya setiap

upaya

untuk

mempertahankan

nyawa

anak

manusia pantas diperjuangkan. Untuk menyelamatkan 97


nyawa manusia semua harga pantas untuk dibayar. Itulah misi penyelamatan yang diemban oleh Yesus Kristus.

98


#4 SESAMAKU Kaidah kencana serta akhlak yang mulia hanya mungkin terwujud dalam relasi antar sesama

99


Rahasia Membangun Relasi ala Yesus Kristus Yesus Kristus berbeda dengan kebanyakan orang ketika bertemu seseorang yang baru dikenal. Tidak sedikit orang yang skeptis ketika bertemu orang baru, bertanyatanya tentang motif-motif mereka – sebagai manusia biasa, tidak heran bila kita terkadang pesimis terhadap seseorang yang baru kita kenal. Tidak demikian halnya dengan Yesus yang bersikap optimis terhadap setiap orang yang bertemu dengan-Nya. Yesus memandang adanya potensi kebaikan pada setiap orang karena Dia mengetahui bahwa mereka semua diciptakan menurut gambar Allah. Kasih Kristus tentu berperan sangat penting dalam menemukan kualitas terbaik pada orang yang baru dikenal, tanpa memandang latar belakang mereka. Pola pikir Kristus patut kita teladani dalam membangun hubungan dengan setiap orang, dengan melihat kebaikan pada setiap orang. Berikut ini rahasianya. 1. Yesus berfokus pada kelebihan seseorang. Ketika Yesus pertama kali melihat Natanael, Ia mendekatinya dan berkata, "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!". (Yohanes 1:47) Yesus memulai 100


hubungan dengan kesan positif yang akan tetap menjadi dasar yang kuat bagi hubungan yang berkelanjutan. 2. Yesus melihat potensi setiap orang, yaitu apa yang mereka bisa menjadi. Yesus berkata kepada seorang wanita di sebuah sumur, "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."(Yohanes 4:10) Yesus ingin agar semua orang dapat

mewujudkan

potensi

terbaik

mereka

secara

maksimal. 3. Yesus berasumsi bahwa setiap orang menginginkan jawaban yang nyata bagi setiap pertanyaan-pertanyaan mereka. Setelah para murid berpartisipasi dalam memberi makan 5.000 orang, mereka bertanya kepada Yesus, "Apakah

yang

harus

kami

perbuat,

supaya

kami

mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."(Yohanes 6: 28,29) Yesus tahu bahwa murid-murid benar-benar ingin jawaban yang tepat secara langsung yang diharapkan bisa membimbing mereka dalam setiap perencanaan, sikap dan tindakan-tindakan mereka. 101


4.

Yesus

menjauhkan

sikap

balas

dendam.

Dia

mengajarkan bahwa orang yang diracuni oleh kebencian akan cenderung menjadi bias dalam berbagai hal, dapat menyebabkan

timbulnya

permusuhan

yang

dapat

merusakkan hubungan. Ketika Petrus bertanya kepada Yesus, "Berapa kali saya harus mengampuni saudaraku? Sampai

tujuh

kali.?

Yesus

berkata,

"Aku

berkata

kepadamu, bukan tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh."(Matius 18: 21,22) Hal ini pun berlaku dalam memulai hubungan dengan orang yang baru. Mintalah pertolongan

supranatural

dari

kemampuan

memaafkan, itu

Tuhan resep

agar

hubungan

diberi yang

langgeng dengan semua orang. Bila tidak maka hal itu akan menjadi seperti duri dalam daging, ganjalan dalam membina hubungan. 5. Yesus mengajarkan untuk berdamai dengan semua orang. Yesus berkata, "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali...."(Matius 18: 15-17) Dengan kata lain, selama kita bersedia mengambil

tanggung

jawab

untuk

memprakarsai

rekonsiliasi, maka kita tidak perlu merasa ragu-ragu memulai hubungan dengan orang baru.

102


Dengan menerapkan prinsip-prinsip membangun hubungan ala Yesus Kristus tentu akan lebih mudah menjadi pemenang dalam membina dan mempertahankan hubungan relasi secara sehat dengan lebih banyak orang. Jauhkan kecenderungan untuk bersikap dan beranggapan negatif, curiga, berprasangka buruk terhadap orang lain, mulailah dengan memandang sisi kebaikan yang ada di dalam setiap orang. Mintalah Tuhan untuk memberi kemampuan membangun dan mempertahankan relasi yang baik dengan semua orang, niscaya kedamaian dan keharmonisan yang tercipta.

103


Rukun Tanpa Perda Bermasalah Siapa yang tidak akan terkejut bila mendengar bahwa ada perda yang menjadi sumber masalah alias bermasalah? Siapa yang tidak takut bila hak-hak dan kebebasannya dirampas atas nama peraturan daerah? Setidaknya itulah pesan yang dapat ditangkap dari isi tayangan bedah editorial yang berjudul “Damai Tanpa Perda Bermasalah� yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi nasional edisi Jumat 24/7/2015. Tidak tanggungtanggung, setidaknya ada 139 perda bermasalah yang menurut Mendagri Tjahjo Kumolo disebut sebagai perda yang ‘tidak Pancasilais’. Merujuk pada paparan pak menteri, perda-perda itu bisa dibedakan ke dalam empat kelompok. Pertama, perda yang mengatur perkara 'moral publik', seperti prostitusi, perjudian, dan minuman keras. Kedua, perda yang

berkaitan

dengan

'kemahiran'

atau

kewajiban

beribadah. Ketiga, perda yang berhubungan dengan simbol-simbol

keagamaan.

Keempat,

perda

yang

mengatur kelompok minoritas. Sedihnya, banyak di antara perda tersebut secara terang benderang bertentangan dengan dasar negara

104


Pancasila

dan

kebhinekaan,

Undang-Undang

serta

prinsip-prinsip

Dasar,

nilai-nilai

negara

kesatuan.

Bahkan, tidak sedikit perda yang berseberangan dengan hak

asasi manusia serta mendiskriminasi kelompok

minoritas hingga kaum perempuan. Hal itu dapat pula diartikan, bahwa dalam tataran konstitusional, perdaperda

tersebut

tidak

tunduk

pada

undang-undang,

Undang-Undang Dasar, bahkan dasar negara. Perdaperda itu bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sudah tentu, dalam tataran sosial, perda-perda itu pun rawan menjadi pemicu konflik. Bayangkan saja, bila sebuah perda bermasalah dijadikan pedoman – tentu tidak ada yang akan setuju jika ada oknum tertentu atau sekelompok orang tertentu melakukan tindakan yang melanggar hak asasi manusia atas nama perda. Di bawah payung perda bermasalah – siapa yang dapat menduga masalah apa saja yang akan muncul di berbagai daerah? Dengan mengatasnamakan kemenangan demokrasi, siapa yang dapat membendung munculnya kebijakan yang tidak berpihak pada penegakan hak asasi manusia, misalnya kebijakan yang tidak pro terhadap kaum minoritas? Atas nama otonomi daerah – siapa yang dapat mencatat potensi kerugian yang dapat 105


dialami oleh mereka yang terkategori bukan putera daerah? Sebut saja! Oleh sebab itu, patut diberi dukungan penuh kepada

Mendagri

dan

gubernur

agar

tidak

ragu

melakukan verifikasi serta membatalkan perda yang terbukti

bermasalah.

Bukankah

hal

tersebut

telah

diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah. Setiap perda yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tidak selaras kepentingan umum, dan tidak sejalan dengan norma kesusilaan bisa dibatalkan oleh mendagri atau gubernur. Sudah

seharusnya

perda

bernuansa

tidak

Pancasilais, perda yang berpotensi menjadi ancaman terhadap pluralitas masyarakat, perda yang dapat memicu terganggunya eksistensi negara kesatuan - dibatalkan. Setiap perda semestinya disahkan akan berperan sebagai solusi, bukannya menjadi sumber persoalan. Semua umat tentu mendambakan sebuah negeri yang damai dalam keberagaman,

hidup

rukun

tanpa

kehadiran

perda

bermasalah. Firman Allah berkata, "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa 106

kekudusan

tidak

seorangpun

akan

melihat


Tuhan.”(Ibrani 12:14; Roma 12:18) Para oknum, para politisi pengikut Kristus perlu diingatkan secara tegas agar senantiasa hidup di dalam kekudusan; terpisah dari dosa, mendedikasikan diri hanya bagi Allah; terus-menerus hidup mendekatkan diri kepada Allah. Tunaikanlah amanat sebagai seorang abdi pertama-tama kepada Tuhan; dan menjadi pelayan ‘bukan tuan’ terhadap sesama. Sekalipun hidup bermasyarakat di tengah dunia, Rasul Paulus mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”(Roma 12:2).

107


Menabur Benih Perdamaian Salah satu keterampilan yang sangat penting dalam

kehidupan

bermasyarakat

adalah

kecakapan

menyelesaikan konflik, menabur benih-benih damai demi memulihkan hubungan yang retak. Kemampuan ini tidak berkembangan dengan sendirinya di dalam diri manusia, keterampilan ini perlu dibina, diperlukan figur teladan, perlu dialami secara nyata, tidak hanya dituturkan. Konflik telah terjadi sepanjang kehidupan manusia, bisa terjadi di tempat kerja, di tengah keluarga. Konflik politik, konflik antar agama, konflik adat, konflik bisnis dan sebagainya. Manusia memerlukan figur juru damai, seseorang dengan

soft skill

merestorasi hubungan, memelihara situasi,

menularkan spirit kedamaian. Tentu sangat kontras dengan apa yang terjadi belakangan ini, ada orang yang bertindak

menyelesaikan

konflik

dengan

kekerasan.

Kedamaian menjauh, manusia saling balas menyerang, saling menyakiti, manusia beringas terhadap sesamanya. Jika ditelusuri akar-akarnya adalah minimnya kemampuan memecahkan konflik, buruknya kompetensi menebar kedamaian.

108


Jadilah peace maker, jadilah pembawa damai. Tuhan Yesus berfirman, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9) Para pembawa damai memiliki damai itu di dalam dirinya. Damai itu disemai dalam pribadi yang harmonis dengan Tuhan. Mustahil seseorang menjadi juru damai, jika tidak ada damai di dalam hatinya. Yesus memberkati para pembawa damai dan menyebut mereka berbahagia,

mereka

disebut

anak-anak

Allah.

Para

pembawa damai adalah orang-orang yang memiliki sifatsifat ilahi, peace, shalom, salam artinya damai sejahtera. Bila hubungan yang retak tidak ditangani secara bijak, maka keadaan itu dapat merugikan diri sendiri. Pertama, karena konflik dan hubungan yang retak dapat mengganggu Seseorang

keselarasan

tidak

layak

pribadi

mendekat

dengan pada

Tuhan.

Tuhan

bila

hubungannya dengan sesama dicemari permusuhan, dicemari luka dan kebencian.

Firman Tuhan berkata,

"Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi

109


Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya."(1 Yohanes 4:20-21) Kedua, hubungan yang bermasalah menghambat doa. Itu sebabnya Tuhan memerintahkan seorang untuk melakukan rekonsiliasi bila ada konflik yang belum terselesaikan; sebelum mempersembahkan korban kepada Tuhan,

sebelum

menginginkan

agar

sujud

kepada

manusia

Tuhan.

mengasihi

Tuhan

sesamanya.

Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama dibina secara bersamaan, keharmonisan secara vertikal dan horizontal. Apakah anda ingin menjadi pembawa damai dan hidup berbahagia? Apakah anda berniat untuk menjadi anak-anak Allah yang membawa shalom, salam, damai sejahtera di dalam hidup sehari-hari? Tidak ada cara lain, pulihkan hubungan anda, berdamai. Buatlah tindakan langkah pertama untuk menciptakan damai, jadilah peace

maker. Jangan menunggu waktu berlalu karena konflik tidak akan tuntas seiring berlalunya waktu. Konflik memerlukan Alamilah menunda,

kehadiran

kebahagiaan karena

para sejati,

penundaan

pencipta

perdamaian.

berdamailah. hanya

Jangan

membuat

hati

semakin terluka. Damai sejahtera bagi dunia. (Pos Bali, 2/4/2015)

110


Kerukunan Persaudaraan Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gununggunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.(Mazmur 133). Benih-benih persaudaraan masih terus tumbuh di negeri ini, sebagai contoh: Sebuah hotel di kota Makassar menyediakan dua buah kitab suci -- dari dua agama yang berbeda -- diletakkan berdekatan, sebelah menyebelah di atas sebuah meja persis di sebelah ranjang, di dalam setiap kamar. Pengelola hotel memberikan perlakuan dan ruang yang setara bagi kedua kitab suci tersebut. Para tamu diberi kemudahan untuk membaca kitab suci. Gagasannya unik dan patut dijadikan alternatif untuk membina kebersamaan. Benih

kedua,

kearifan

masyarakat

di

desa

kelahiran saya di daerah Barus. Setiap pesta adat, resepsi pernikahan, hingga acara kedukaan; warga desa selalu menyediakan dua jenis dapur bagi para tamunya. Masing-

111


masing dapur menyediakan menu yang berbeda dan dikelola oleh petugas yang berbeda. Dapur yang pertama disediakan bagi tamu yang tidak mengkonsumsi makanan yang haram, yang lazim disebut sebagai parsolam; sementara dapur yang kedua disediakan bagi para tamu umum dengan menu khas daerah setempat, seperti

saksang, namargota. Para tamu dijamu secara ramah dan diarahkan untuk menikmati hidangan sesuai dengan selera dan norma masing-masing. Perbedaan dikelola dengan arif, kebersamaan terpelihara. Benih ketiga, Puja Mandala di Bali. Puja Mandala adalah sebuah gagasan luhur yang menjadi kenyataan. Lima tempat ibadah yaitu Pura, Mesjid, Gereja Protestan, Gereja Katolik dan Vihara bersanding di area yang sama. Ini bukanlah mimpi, namun demikian masih tetap ada impian akan lahirnya “Puja Mandala 2, 3� dan seterusnya di dalam rumah persaudaraan dan kerukunan. Kerukunan menjadi sangat indah karena Tuhan juga menginginkannya dan menempatkan manusia di dalam persaudaraan, sebagai keluarga global, nasional. Pemazmur menggambarkan keindahan persekutuan ini seperti acara pelantikan Harun. Harun diminyaki sebagai pertanda pemberian jabatan imam. Minyak urapan itu memberi kewenangan kepada Harun untuk menjadi 112


pengantara

umat

Israel

dengan

Allah.

Pelayanan

keimaman Harun mempersatukan umat Tuhan. Keindahan ini dilukiskan seperti embun yang turun dari gunung Hermon ke Sion, dari wilayah utara menuju wilayah selatan. Kedua wilayah ini sebelumnya pernah terpisah saat

kerajaan

Israel

terpecah.

Kerukunan

dan

kebersamaan membawa kesejukan dan harapan menuju keutuhan. Tuhan memberkati dan menjamin kehidupan bagi umat yang hidup dalam persaudaraan. Kerinduan Yesus agar umat-Nya bersatu senada dengan kerinduan pemazmur. Sama seperti Kristus dan Bapa adalah satu, demikian pula seharusnya seluruh umat(Yohanes 17:21). Oleh karena itu, “Hendaklah Saudara-saudara saling mengasihi satu sama lain dengan mesra seperti orang-orang yang bersaudara dalam satu keluarga,

dan

hendaknya

kalian

saling

mendahului

memberi hormat.�(Roma 12:10 BIS) Demi persaudaraan dan kekeluargaan Indonesia yang rukun. Amin.

113


Menutup Gereja Tidak Semudah Menutup “Dolly” Minggu

ini

ada

dua

berita

yang

sangat

kontradiktif. Berita yang pertama melaporkan bahwa sekelompok pengurus gereja di Cianjur telah melapor ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia sehubungan dengan penutupan gereja (4/6/2014), berita kedua yakni “Dolly” akan ditutup pertengahan bulan ini oleh Pemkot Surabaya (3/6/2014). Kedua berita ini menarik karena sama-sama berkaitan dengan tindakan penutupan yang dilakukan oleh pemerintah. Namun demikian, penutupan gereja di Cianjur tidak patut didukung, tidak dapat dibenarkan karena tindakan tersebut melanggar hak asasi manusia. Juru bicara pihak gereja kepada awak media mengatakan, "Kami hanya ingin menuntut perlindungan hak-hak kami sebagai warga negara," tambahnya. "Jelas, negara telah mengabaikan hak kita untuk beribadah dengan bebas." Sementara itu, penutupan “Dolly” patut diacungi jempol,

karena

Dolly

kawasan lokalisasi pelacuran dimana

adalah para

sebuah wanita

penghibur "dipajang" di dalam ruangan berdinding kaca 114


mirip etalase. Konon lokalisasi ini adalah yang terbesar di Asia Tenggara (id.wikipedia.org). Apa yang terjadi di kawasan ini jelas bertentangan dengan norma agama, sudah tentu praktek prostitusi tidak pantas dilegalkan apa lagi dihalalkan. Patut diingatkan bahwa menutup tempat ibadah tidaklah semudah menutup Dolly karena tindakan ini adalah perbuatan intoleransi terhadap kelompok penganut agama minoritas. Namun, pertanyaan berikut ini perlu dijawab oleh para pemangku kepentingan, “apakah mengurus izin operasional tempat-tempat hiburan yang mirip Dolly juga sama ribetnya mengurus izin tempat ibadah?� Tidak perlu heran jika mengurus izin tempat hiburan jauh lebih mudah. Menurut Benedict Rogers dari Christian Solidarity

Worldwide, “Indonesia termasuk negara di Asia yang makin buruk dalam situasi kebebasan beragama dan kepercayaan.

Ini

akan

berdampak

buruk

dalam

penegakkan Hak Asasi Manusia.� Rogers melihat bahwa Negara RI sangat jauh berbeda kondisinya di awal-awal Kemerdekaan Indonesia. Pada masa Kemerdekaan itu, para

pendiri

bangsa

ini

masih

memiliki

semangat

pluralisme (keberagaman), tetapi kondisi sekarang jauh dari semangat

tersebut. Dahulu

Indonesia terkenal 115


sebagai negara yang dapat menjadi contoh untuk kehidupan bertoleransi, tetapi sekarang semakin banyak terjadi intoleransi di beberapa wilayah di Indonesia. Rogers

menginginkan

dunia

internasional

memberi

perhatian terhadap kejadian di Indonesia. Kemudian ia meminta pemerintah Indonesia harus lebih peka terhadap isu-isu intoleran. Rogers menganggap pemerintah gagal untuk menghukum para pelaku intoleran yang menjadi aktor di balik peristiwa pelanggaran kebebasan beragama dan kepercayaan. (pgi.or.id; Senin 2/6/2014)) Kita tentu patut berharap agar Presiden Pilihan Kita nantinya dapat menegakkan Pilar-pilar Kebangsaan di negeri ini, menjadi Indonesia yang harmonis.

116


Kesenjangan Aksesibilitas Pendidikan Agama Pendidikan di Indonesia mengalami kesenjangan dalam

hal

aksesibilitas

aksesibilitas dalam

dan

kualitas.

pendidikan

Kesenjangan

disebabkan

oleh

ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan yang terbatas dan tidak merata. Sementara itu kesenjangan kualitas sangat erat kaitannya dengan tenaga pendidik yang bermutu, kurikulum yang relevan, serta sarana prasarana yang

memenuhi

pendidikan

agama

kebutuhan. pun

Tampaknya,

mengalami

layanan

kesenjangan.

Setidaknya, masih ada peserta didik di sekolah publik yang tidak memiliki akses pada pendidikan agama sebagaimana mestinya. Bila ditanya mengapa begitu? Jawabannya “Belum ada formasi.” “Muridnya tidak cukup satu kelas.” “Tidak ada gurunya.” “Sudah kita ajukan, tapi sampai saat ini belum turun.” Alhasil, ada peserta didik yang hingga tamat tidak mendapat pelajaran agama. Kesenjangan ini bila dicermati setidaknya ada satu pola kecenderungan -- akses tersedia bagi kelompok mayoritas. Sebut saja, sarana prasarana keagamaan, bahan kepustakaan, aktifitas keagamaan hingga alokasi 117


dana dan waktu menjadi ciri yang lazim ditemukan di sekolah publik. Tidak heran jika kemudian penggunaan salam, nasihat para pendidik, doa-doa, berbagai asesoris dan simbol-simbol keagamaan dari kelompok mayoritas akan mewarnai lingkungan sekolah. Pola memperburuk heterogenitas

kecenderungan kesenjangan penduduk

dan

seperti yang

ini

ada

penyebaran

akan

mengingat penganut

masing-masing agama tidak merata di seluruh nusantara. Sebagai contoh, umat mayoritas di Bali adalah umat Hindu, sementara umat Islam, Kristen, Katolik dan Budha menjadi

kelompok

minoritas.

Umat

Islam

di

Nusa

Tenggara Barat adalah umat mayoritas, sementara umat Hindu, Kristen, Katolik dan Budha menjadi umat minoritas. Pendeknya, akan selalu ada kesenjangan bila tidak ditangani secara serius. Jika akses terhadap pendidikan agama cenderung terpola mayor-minor, maka cita-cita luhur pendidikan nasional untuk membangun manusia seutuhnya akan kehilangan mata rantainya satu persatu di sana-sini. Para pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan perlu diingatkan bahwa peserta didik adalah generasi bangsa yang sedang dibangun untuk menjadi ‘generasi emas’. Hakikat pendidikan untuk mempersiapkan generasi emas, 118


yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, mampu berpikir orde tinggi, berkarakter, serta cinta dan bangga menjadi bangsa Indonesia. Dengan generasi emas itulah, dibangun peradaban Indonesia yang unggul, menuju kejayaan Indonesia. Untuk

mewujudkan cita-cita luhur

ini maka

sekolah publik seharusnya memiliki peranan yang dapat digambarkan sebagai miniatur Indonesia dimana para peserta didik mengalami proses learning to know, learning to be, learning to do dan learning to live together. Salah satu

gagasan

untuk

menjembatani

kesenjangan

aksesibilitas dalam pendidikan agama adalah menciptakan kebersamaan dan memberi perlakuan yang setara di sekolah publik. Para peserta didik dapat merasakan indahnya kerukunan dan kebersamaan anak negeri, sebagai warga negara. Sekolah publik dapat mengadopsi gagasan luhur dari Joop Ave, mantan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Indonesia era 1993-1998. Idenya adalah menyediakan tempat ibadah bagi semua penganut agama. Puja Mandala sebuah komplek di Nusa Dua Bali dimana Pura, Mesjid, Vihara, Gereja Protestan dan Gereja Katolik dibangun berdampingan, harmonis. (Pos Bali, 8/5/2014)

119


Merawat Iman-Darma dalam Keselarasan Tuhan Yesus berfirman kepada umat-Nya agar menyelaraskan iman dengan darma, merawat keutuhan antara

iman

dengan

perbuatan,

mengembangkan

keserasian antara apa yang diyakini dengan karya kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Keharmonisan iman dengan perbuatan menjadi sangat mendesak karena kondisi kehidupan spiritual mereka yang “dikatakan hidup, padahal mati�. Kematian dalam hal ini bisa diartikan bahwa realitas iman mereka telah kehilangan dampak. Religiusitas kehilangan daya pengaruh karena iman yang sejati telah merosot. Kematian bisa juga dipahami sebagai realitas kehidupan bathin yang terputus dari Tuhan. Yesus berkata, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.� (Wahyu 3:1-2) Sebaik

apapun

reputasi

mereka

dalam

menjalankan ritual keagamaan sebagaimana mestinya, akan tetapi ada tanda-tanda putusnya hubungan dengan 120


Sang Sumber Hayat dan tidak heran bila mereka juga kehilangan daya dampak, mereka ibarat garam yang sudah tawar. Tidak peduli seberapa rutin seseorang sembahyang dan seberapa tinggi tingkat ilmu agamanya, tidak peduli seberapa banyak ayat kitab suci yang dihafalkan – tanpa hubungan pribadi dengan Tuhan – iman itu tidak berdampak. Spiritualitas seolah tidak berkorelasi pada gaya hidup, pola pikir, sikap, dan ucapan maupun perilaku. Merawat keselarasan iman dengan darma berarti memastikan adanya suplai kehidupan spiritual yang bersumber dari Tuhan, hubungan personal. Energi hidup yang mampu memberi dampak personal, dampak horizontal. Firman ini perlu dicamkan, “Sebab seperti

tubuh tanpa roh

jugalah iman

adalah

mati,

demikian

tanpa perbuatan-perbuatan adalah

mati.”

(Yakobus 2:26) Hal berikut yang tidak dapat dilepaskan dari esensi iman yang hidup adalah menyucikan diri atau tidak mencemari diri secara moral. Firman Tuhan berkata, “… ada

beberapa

orang yang

tidak

mencemarkan

pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.” (Wahyu 3:4) Perbuatan baik adalah produk dari hubungan yang harmonis dengan Tuhan. Jadi, jika seseorang benar121


benar adalah anak Tuhan, tentu orang tersebut akan memiliki buah karya, darma atau perilaku kebajikan. Orang-orang yang merawat keselarasan iman dengan darma dapat dikenali ‘dari buahnya’. (Matius 7:16-18) Baik

Yesus

Kristus

maupun

Rasul

Yakobus

menegaskan bahwa orang yang mengaku beriman akan tetapi tidak menunjukkan perbuatan atau karya yang baik, maka orang itu sebenarnya sedang menipu dirinya sendiri, sebab sesungguhnya dia sedang mati secara spiritual. Mati dalam pengertian tidak memiliki hubungan dengan Tuhan. Mati dalam arti tidak menerima aliran kehidupan dari Tuhan, tidak heran jika orang tersebut tidak mengalami dampak kekuatan-Nya. Jangan kaget bila orang-orang tersebut tidak berdaya bahkan memperbaiki gaya hidupnya baik dalam berucap, bersikap maupun berbuat. Ibarat panggang jauh dari api, demikianlah kehidupan orang-orang yang hanya sekedar beragama tetapi tidak menghasilkan karya yang selaras dengan apa yang diyakininya. Jangan meniru hal yang demikian, karena mereka lebih mengutamakan kepentingan mereka sendiri daripada kemuliaan dan kehormatan Tuhan, mereka tidak berpusat kepada Tuhan. Selamat melakukan perawatan iman - darma dalam keselarasan.

122


Hari Ini: Hari yang Baik untuk Bermaaf-maafan Tepat sekali, hari ini adalah hari yang baik untuk saling memaafkan. Yesus Kristus mengajarkan bahwa untuk melakukan perdamaian dengan sesama tidak perlu mencari hari yang baik. Saling bermaaf-maafan itu amatlah baik bila dilakukan setiap hari. Itu sebabnya setiap hari bisa disebut sebagai hari yang baik bila kita hendak melakukan perbuatan yang baik. Dengan kata lain, meminta maaf dan memberi maaf haruslah menjadi sebuah gaya hidup orang-orang yang beriman. Yesus Kristus bersabda, "apabila kalian sedang berdiri

di

hadapan

mezbah

Bait

Allah

untuk

mempersembahkan kurban kepada Allah, dan tiba-tiba teringat bahwa ada seorang teman yang merasa sakit hati terhadap kalian, tinggalkanlah kurban itu di sisi mezbah dan pergilah minta maaf kepadanya dan berbaik lagi dengan

dia.

Setelah

itu

barulah

kembali

untuk

mempersembahkan kurban kepada Allah." (Matius 5:2324 FAYH) Sedikitnya ada tiga hal yang perlu ditekankan dari pesan Yesus ini, pertama setiap orang perlu memiliki 123


kepekaan hati. Saat sembahyang adalah saat yang paling indah ketika hati menjadi sangat peka terhadap suara nurani. Saat "berdiri di hadapan mezbah Bait Allah untuk mempersembahkan kurban kepada Allah, dan tiba-tiba teringat bahwa ada seorang teman yang merasa sakit hati terhadap kalian". Indah sekali ketika hati bisa menyadari bisikan suci dari Tuhan melalui hati nurani. Sebuah bisikan yang datang dari dalam bathin. Sesaat setelah mata dipejamkan, dan bibir mengucapkan Nama Tuhan, saat itu telinga nurani terbuka pada suara-Nya. Berbahagialah orang yang dapat menangkap suara-Nya. Hal kedua, Yesus berkata, "tinggalkanlah kurban itu di sisi mezbah dan pergilah minta maaf kepadanya dan berbaik lagi dengan dia".

Menunda sembahyang dan

berbaikan, meminta maaf.

Mengapa Yesus berkata

demikian? "Berdamai" menjadi kewajiban, menjadi syarat mutlak

bagi

si

penyembah

agar

berkenan dan diterima oleh Tuhan. Pemazmur,

"Ia

(Tuhan)

tidak

akan

persembahannya Seperti kata mendengarkan

seruanku seandainya aku tidak mengakui dosa-dosaku". (Mazmur 66:18). Persiapan sembahyang menjadi tidak lengkap tanpa berbaikan dengan sesama. Ketiga, "Setelah itu -- setelah berdamai, berbaikan -- barulah kembali untuk 124

mempersembahkan

kurban

kepada

Allah."


Prinsipnya menjadi

adalah, syarat

keharmonisan

bagi

secara

keharmonisan

secara

horizontal vertikal.

Berdamai dengan sesama menjadi syarat mutlak agar ibadah kita diterima oleh Tuhan. Bila dikaitkan dengan proses pesta demokrasi, pilpres kemarin; pesan Yesus Kristus ini tampaknya berlaku universal dan patut diperhatikan oleh kedua kubu kontestan. Fakta bahwa ada pihak-pihak yang diduga melakukan kampanye dengan konten-konten yang tidak benar adalah tindakan yang dapat melukai atau menyakiti hati sesama. Siapa pun yang terlibat dalam kampanye yang demikian dan merasa bahwa tidak ada yang salah. Merasa bahwa hal itu ‘lumrah’. Sadarilah bahwa hati nurani anda mungkin sudah tumpul. Bagaimana mungkin anda bisa merasa nyaman saat menghadap Tuhan? Oleh karena itu, hari ini adalah hari yang baik untuk saling bermaaf-maafan, berbaikan. Pilpres sudah usai, kampanye selesai,

tetapi

kebersamaan

dan

persaudaraan

kita

sebagai bangsa harus dilanjutkan. Semoga ibadah kita berkenan kepada Tuhan. Tuhan memberkati.

125


Hidup Berbahagia Dalam Kebenaran Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang lapar dan

haus

akan

kebenaran,

karena

mereka

akan

dipuaskan.�(Matius 5:6). Kata kuncinya adalah bahagia, puas, lapar, haus, kebenaran. Kunci kebahagiaan dan kepuasan hidup adalah merasa lapar dan haus akan kebenaran. Oleh karena itu, Yesus berpesan jika anda ingin

mengalami

kepuasan

dan

kebahagiaan

yang

sesungguhnya anda harus mempertahankan rasa lapar dan rasa haus akan kebenaran. Apabila seseorang kehilangan selera makan, -- merasa tidak lapar -- itu sebuah pertanda adanya masalah serius. Kesehatan anda sedang mengalami gangguan. Prinsip ini juga berlaku secara spiritual. Lapar & Haus Akan Kebenaran. Rasa lapar dan rasa haus dialami setiap orang, pertama-tama secara jasmani dan kedua adalah rasa lapar/haus secara rohani. Bila rasa lapar yang pertama dapat dipenuhi dengan asupan makanan dan minuman; bagaimana dengan rasa lapar rohani? Yesus menegaskan bahwa kebutuhan rohani manusia hanya dapat dipuaskan oleh Allah. Rick Warren menyebut rasa lapar

126

itu sebagai ‘spiritual emptiness’,


yakni orang-orang yang mengalami kehampaan dan kekosongan bathin, karena tidak hidup secara utuh dengan Allah. Secara alami, orang yang mengalami ‘spiritual emptiness’ cenderung memuaskan kekosongan bathin dengan menumpuk harta, posesif, obsesif, adiktif, berusaha menduduki jabatan, meraih prestasi – tetapi tidak merasa puas. Apakah

Kebenaran

Itu?

Kebenaran

yang

dimaksud oleh Yesus adalah: Pertama, hubungan yang benar

dengan

terkoneksi

Allah.

secara

Sebuah

pribadi

hubungan

dengan

Allah.

personal, Hubungan

manusia dengan Allah telah terputus karena “semua orang telah berbuat dosa.”(Roma 3:23) Sejarah mencatat bahwa manusia senantiasa berusaha mendekatkan diri dan mencari Allah, akan tetapi manusia tidak mampu membuat hubunganya menjadi benar dengan Allah – karena manusia tidak sempurna. Keutuhan dengan Allah hanya

dapat

dipulihkan

dengan

pendamaian

oleh

pengorbanan Yesus. Saat ini pendamaian itu dapat diterima dengan cara “mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang 127


mengaku dan diselamatkan.”(Roma 10:9-10) Kedua, kebenaran itu adalah suatu gaya hidup, sebuah cara hidup di dalam kebenaran Allah. “Karena kita tahu bahwa Allah itu selalu baik dan hanya berbuat benar, maka dapatlah dikatakan bahwa semua orang yang berbuat baik adalah anak-anak-Nya.”(1 Yohanes 2:29 FAYH) “Orang yang mengikuti jalan yang benar akan hidup bahagia; orang yang mengikuti jalan yang jahat menuju kepada maut.”(Amsal 12:28 BIS) Untuk meraih hidup bahagia di dalam Allah orang beriman perlu memelihara rasa lapar dan haus akan kebenaran;

karena

rasa

lapar merupakan

pertanda

kesehatan rohani. Jika anda lapar makan anda akan makan, bila haus anda akan minum. Allah sangat mengasihimu, “Dia mau supaya kamu dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.” (Efesus 3:18-19). Berdoalah seperti Daud: “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.”(Mazmur 63:1) - Tuhan memberkati. 128


Revolusi Mental dan Pemajuan Kebebasan Berkeyakinan Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika,

negara

yang

mengakui

dan

menghormati

kemajemukan masih diwarnai berbagai persoalan terkait pluralisme. Peran negara dalam menangani berbagai konflik menyangkut isu agama cenderung menggunakan pendekatan hard pluralism. Oleh sebab itu para pemerhati kebebasan berkeyakinan dan beragama menaruh harapan bagi presiden Indonesia yang baru. Negara diharapkan memajukan kebebasan beragama dengan pendekatan soft

pluralism. Abdul Mu’ti, salah satu nara sumber pada Seminar Nasional: “Kepemimpinan Nasional Baru dan Pemajuan

Kebebasan

Beragama/Berkeyakinan”,

mengatakan bahwa selama ini dalam menyelesaikan konflik agama, orang cenderung menyelesaikan persoalan pluralisme

dengan hard

membangun soft pluralism

pluralism,

dan

kurang

(satuharapan.com Minggu,

17/8). Menurut Mu’ti, “Hard pluralism itu bagaimana persoalan agama diatur dan diselesaikan dengan UndangUndang dan peraturan. Akan tetapi kita lihat selama ini, 129


betapapun Undang-Undang itu ada, yang terjadi justru dilakukannya tekanan-tekanan bahkan kekerasan oleh negara untuk menegakkan peraturan yang ada. Misalnya peraturan menteri tentang pendirian tempat ibadah, itu bisa

dijadikan

pelarangan

alat

oleh

mendirikan

kelompok

tempat

tertentu

ibadah

agama

untuk lain

terutama untuk agama minoritas.� Ditambahkannya “Soft

pluralism yaitu menekankan kepada membangun mindset atau pola pikir, sikap dan perilaku yang terbuka, kemudian diikuti membangun budaya keterbukaan yang sengaja dilakukan oleh negara. Selama ini negara tidak melakukan proses intervensi ini.� “Indonesia secara eksklusif menyebut dirinya sebagai negara yang majemuk atau pluralistik, berkali-kali kita mengatakan bhinneka tunggal ika yang kalau diterjemahkan berbeda-beda tapi satu unity in diversity. Kalau terjemahan itu adalah arti yang sebenarnya, maka seharusnya

kita

tidak

perlu

ragu

menunjukkan

kepercayaannya, karena perbedaan itu sebagai bagian dari karakter bangsa. Persoalannya, selama ini kita mengaku majemuk, tapi kita tidak punya cetak biru pluralisme yang kita akui, sehingga kita tidak tahu pluralisme seperti apa yang dianut oleh bangsa Indonesia. Negara harusnya membuat rumusan yang jelas, yaitu 130


cetak

biru

definisi

pluralisme

yang

dianut

bangsa

Indonesia,� kata Mu’ti. Oleh karena itu, adalah tugas kultural kita bersama-sama untuk

memenangkan

revolusi mental

dengan melakukan pendekatan soft pluralism. Selain itu, ruang-ruang publik juga harus dibuka, sehingga kita tidak terjebak pada toleransi semu, dimana kita berlaku baik hanya ketika di ruang formal, dan sebaliknya kita berlaku curiga ketika kembali pada habitat masing-masing. Ini harus didorong bukan hanya oleh Kemenag, tetapi juga Kemendikbud, dan kementerian-kementerian lainnya. Saat ini dibutuhkan intervensi negara dalam upaya membangun pemukiman dengan integrasi sosial dengan sistem kekerabatan yang melibatkan kelompokkelompok lintas agama sehingga tidak terjadi pemisahan atau segregasi sosial secara terpaksa. Misalnya sekarang ini

ada

kecenderungan

masyarakat

tinggal

dalam

lingkungan monoreligi, yang muncul dengan alasan mereka ingin merasa aman secara agama, dan juga karena ingin menyiasati aturan agama itu. Pasalnya, dalam aturan mendirikan rumah ibadah harus ada setidaknya 90 masyarakat yang memeluk agama tersebut, dan

ini

tidak

bisa

terjadi

kalau

tidak

melibatkan

pemukiman monoreligi. Sebut saja misalnya, kondisi 131


pascakonflik di Ambon yang melokalisir masyarakatnya ke dalam sebuah kampung yang disebut kampung Muslim dan kampung Kristen. Mungkin saat ini pemisahan tersebut dapat menyelesaikan masalah. Tapi untuk jangka panjang, katakanlah bagi generasi kedua atau ketiga, konflik bisa kembali muncul di kemudian hari kalau tidak diberikan solusi dari sekarang. “Negara diharapkan tidak hanya mengandalkan kerukunan pada peraturan yang ada, tetapi lebih hadir di dalam pembangunan soft pluralism. Dengan demikian kita tidak

capek

membuat

aturan,

dan

terus-menerus

memaksa aparat keamanan menegakkan hukum, saya kira soft pluralism itu bisa mulai dilaksanakan dalam revolusi mental kita,� gagas Mu’ti.

132


Siapa Bilang AS ‘Negara Kristen’? Menurut data Forum Pew, pada tahun 2014 tercatat bahwa penduduk Amerika Serikat terdiri dari 70,6 persen adalah penganut Kristen; 1,9 persen penganut agama Yahudi; 0,9 persen penganut agama Islam; 3,4 persen penganut agama-agama lainnya dan kurang lebih 23,4 persen tidak beragama. Namun demikian, negara yang dijuluki Negeri Paman Sam itu secara konsisten mempertahankan pola hubungan yang terpisah antara negara dan agama. Dengan begitu, pemerintahan dan manajemen negara tidak mencampuri urusan agama, demikian sebaliknya agama-agama tidak mencampuri urusan kenegaraan. Pola ini dikenal dengan pola separasi negara – agama. Negara tidak berada lebih tinggi di atas agama, sebaliknya agama-agama tidak berada di atas negara. Singkatnya, agama tidak bercampur baur dengan negara. Negara berada pada posisi publik sementara agama berada pada wilayah pribadi. Negara menjamin kebebasan semua warganya untuk menjalankan ajaran agama masing-masing. Meski mayoritas penduduknya menganut Kristen, negara yang saat ini dipimpin oleh Barack Obama

133


itu, tidak pernah terdengar isu akan mendirikan ‘negara agama’ – negara Kristen. Disamping itu, tidak pula terdengar bahwa negara tersebut akan meresmikan sebuah ‘agama negara’. Dengan begitu, semua agama diperlakukan sama, tunduk pada hukum yang berlaku. Negara bertanggung jawab menjamin kebebasan semua warga negara untuk menganut ajaran agama sebagai hak azasi, negara melindungi semua institusi, organisasi dan denominasi agama yang ada tanpa intervensi pemerintah yang berkuasa. Patut

disayangkan,

sebagai

negara

dengan

penduduk mayoritas beragama Kristen - Amerika Serikat tidak lantas secara otomatis larut dengan gaya hidup yang saleh sesuai dengan ajaran Alkitab yang sesungguhnya. Beberapa dekade terakhir negara ini bergumul dengan berbagai isu moral. Sebut saja kasus aborsi dengan berbagai pandangan yang kontroversi – jutaan janin setiap tahunnya menjadi korbannya; pernikahan dengan sesama jenis – wanita menikah dengan wanita; pria menikah dengan pria – hal seperti itu terjadi dan telah dilegalkan disana. Apakah kekristenan masih memiliki pengaruh di Amerika? Menurut saya, jawabannya adalah ‘ya’ – gereja memiliki pengaruh, namun disisi lain terjadi 134


penyimpangan-penyimpangan,

tampak

gejala

‘proses

pembusukan’ karena beberapa gereja telah meninggalkan ajaran Alkitab yang sejati, alhasil kehilangan kuasa ilahiNya. Di pihak lain masih banyak gereja dan umat Kristen yang menjalankan ajaran Alkitab secara murni. Hal berikut yang patut disesalkan adalah mata dunia pada umumnya memandang Amerika sebagai sebuah ‘negara Kristen’. Sepak terjangnya, kehadirannya secara politik dan militer misalnya memberi kesan yang kuat bahwa negara tersebut menjadi representasi dari umat Kristen sedunia – campur tangannya memberi kesan tidak netral terhadap berbagai persoalan internasional yang sedang terjadi di berbagai belahan dunia, dimasa yang lalu dan baru-baru ini. Namun demikian, ada hal-hal yang perlu ditegaskan bahwa Amerika bukan negara Kristen. Sekali pun para pejabat, para anggota kongres sebahagian beragama Kristen, hingga kepala negara yang beragama Kristen – perlu dipastikan bahwa mereka tidak menjadi pejabat Kristen, senat Kristen, bukan pula presiden Kristen; dengan begitu Amerika perlu diingatkan agar bertindak secara bijak, agar tidak muncul kesan mencampuri urusan agama, hindari indikasi keberpihakan pada agama tertentu. Utamakan keadilan, junjung tinggi

135


kebenaran, demi tegaknya hukum secara internasional, memastikan hak azasi mannusia dihormati. Memang benar, bahwa setiap orang Kristen berada dibawah pengaruh ajaran Alkitab, sikap dan perilaku mereka berada dibawah kendali Roh Tuhan, bahwa seorang Kristen adalah murid Tuhan Yesus – akan tetapi

semua

diperingatkan

pengikut agar

Yesus

hidup

Kristus

bijaksana,

dari

semula

Rasul

Paulus

berpesan kepada Titus dan Timotius: agar mereka hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan, hidup sebagai orangorang beribadah, jangan memfitnah, cakap mengajarkan hal-hal yang baik, hidup suci, rajin mengatur rumah tangga agar Firman Allah jangan dihujat orang ... agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang. Bukan saja Obama dan warganya, kita semua bertanggung jawab – agar nama Tuhan Allah dan ajaran-Nya tidak dihina.

136


Pembunuhan Karakter, ‘Sakitnya ‘tuh disini’ Saling membunuh karakter semakin sering terjadi. Publik terbiasa dengan oknum-oknum yang saling serang. Mereka-mereka kini menjadi asik dijadikan tontonan karena salah tingkah, tidak proaktif, ada pula yang tampil santai. Para petinggi negara hingga selebritis bahkan masyarakat umum, tua dan muda bisa menjadi sasaran pembunuhan karakter. Konon, rasa ‘sakit’ yang dialami pejabat bila dibandingkan dengan rasa sakit yang dialami seorang remaja yang sedang digosip; “sama”. Tidak heran bila

orang

awam

kemudian

menggunakan

istilah

pembunuhan karakter jika sedang digosip, dirasani, jadi korban negative word of mouth – menjadi buah bibir yang negatif. Persepsi masyarakat dipermainkan, opini publik digiring hingga pamor seseorang jatuh, lalu tersisih.

Character

assasination

menurut

Dictionary

Reference kata itu berarti suatu serangan dengan cara memfitnah yang dimaksudkan untuk merusak reputasi seseorang, biasanya tokoh publik atau tokoh politik. Namun dewasa ini, setiap orang bisa saja mengalami pembunuhan

karakter,

difitnah.

Bila

anda

yang 137


mengalaminya, bisa jadi anda akan berkata ‘sakitnya ‘tuh disini!’! Lalu anda marah, geram dan muncul niat untuk membalas, dan seterusnya. Ketika Pemazmur mengalami serangan ‘lidah dusta, mulut yang menipu, kata-kata kebencian, serangan tanpa alasan’. Pemazmur berkata dalam doanya, “Ya Allah pujianku, janganlah berdiam diri! Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap aku dengan lidah dusta; dengan katakata kebencian mereka menyerang aku dan memerangi aku tanpa alasan.” (Mazmur 109:1-3). Ternyata, Daud sang Pemazmur pun pernah mengalami ‘sakitnya ‘tuh disini’. Yang menarik adalah, ketika pembunuhan karakter itu terjadi Daud mengadukan perkaranya dan meminta pertolongan Tuhan. Salah satu bentuk pembunuhan karakter juga dialami oleh Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Dalam Injil Lukas tertulis, “Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Yesus Kristus datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.”(Lukas 7:33-34) Ayat ini menggambarkan karakter orang-orang Farisi dan ahli138


ahli Taurat pada zaman itu, mereka melakukan tindaktindakan yang demikian untuk menolak kehadiran utusan Tuhan. Mereka secara terang-terangan menghancurkan reputasi Yohanes Pembaptis dan Yesus. Ini pembunuhan karakter ala orang Farisi dan ahli Taurat. Berbeda dengan zaman para nabi dan rasul, saat ini orang yang merasa difitnah, mengalami serangan ‘lidah dusta, mulut yang menipu, kata-kata kebencian, serangan tanpa alasan’, perlakuan yang tidak enak, dapat melapor ke pihak yang berwajib. Kita juga dapat yakin pada pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa tidak ada orang yang kebal hukum, semua harus takluk pada hukum, semua orang sama di depan hukum. Sebagai umat yang beriman kepada Tuhan, berhati-hatilah

agar

tidak

melakukan

tindakan

pembunuhan karakter terhadap sesama. Sementara itu, bila anda menjadi korban pembunuhan karakter; adalah wajar bila anda berkata ‘sakitnya ‘tuh disini’. Setelah itu, berdoalah kepada Tuhan seperti Daud. Maafkan saja mereka.

Ingat,

para

nabi

dan

rasul

pun

pernah

mengalaminya, jadi anda tidak perlu reaktif berlebihan, ‘lebay’, jadilah proaktif. Jadikan pengalaman itu sebagai kesempatan menjadi lebih matang, semakin dekat kepada Tuhan. 139


Sesama Tahanan, ‘tahan diri dikit dong’ Pada dasarnya semua orang adalah tahanan. Tepatnya ‘tahanan Yang Maha Kuasa’. Firman Allah berkata, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”(Roma 3:23). Manusia menyandang status tahanan karena telah berbuat dosa. Berdasarkan kebenaran ini, semestinya sebagai ‘sesama tahanan, ya’ tahan diri dikit dong’! agar tidak muncul kesan seolah negeri dimana kita bermukim sebagai negerinya para pendeta, para orang suci, para pertapa, para leluhur yang telah sempurna – negeri tanpa cacat dan cela. Sayang sekali, masih ada insan yang arogan, merasa paling benar dan bertindak sebagai satu-satunya penegak hukum yang berasal dari Sorga. Faktanya: ‘eh, sesama tahanan’. Sama-sama orang berdosa, tahan diri dikitlah. Sebuah contoh dari Kitab Suci: Ada sekelompok orang yang hendak menghukum mati sesamanya, lalu Yesus berkata; "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."(Yohanes 8:7) Singkat cerita, 140


orang-orang tersebut sadar, tidak ada satu pun yang melakukan lemparan batu pertama. Contoh kedua: Salah seorang mahasiswa sontak berkata kepada dosennya, “Pak, dosa saya ternyata banyak sekali. Saat ini saya umur 20, setelah dihitung sejak 15 tahun lalu - rata-rata saya berbuat dosa 5 kali sehari maka jumlahnya 27.375.” Pada kedua contoh ini, terdapat kesamaan dalam hal kesadaran

personal,

meski

tanpa

status

tersangka,

terdakwa atau terpidana – mereka adalah tahanan Yang Maha Kuasa. Perilaku yang patut diteladani adalah tindakan Yesus Kristus yang berkata, "Akupun tidak menghukum engkau.”(Yohanes 8:11) Sebenarnya hanya Yesus yang memenuhi

syarat

memulai

lemparan

batu

pertama

terhadap perempuan berdosa tersebut – akan tetapi Yesus tidak melakukannya. Sebagai Yang Suci, Yesus tidak arogan, beliau berbelas kasih, toleran. Yesus yang tidak berdosa tidak menghakimi dengan gaya para tahanan, tidak mengambil keputusan secara terburu-buru. Negeri kita bukan negerinya para algojo, tapi negara hukum. Kembali pada kisah mahasiswa dan dosennya. Sang dosen pun menganjurkan agar sang mahasiswa menghitung pula semua perbuatan amal, perbuatan baik 141


dan semua perilaku yang pantas diganjar dengan pahala oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. Sambil merenung dan menghitung-hitung, sang mahasiswa kemudian sadar bahwa perbuatan baik yang dilakukannya tidak sebanding dengan dosa-dosanya. Jika saja setiap orang melakukan introspeksi dan menguji diri –akan menyadari kedudukannya sebagai tahanan Yang Maha Kuasa; tentu tidak berlagak suci, mempertajam hukum keluar dan menumpulkannya ke dalam diri sendiri. Tiba saatnya kelak, para sesama tahanan, akan memberikan pertanggungan jawab di depan Yang Maha Kuasa, Sang Hakim Yang Maha Tinggi. Pengadilan

sejati,

dimana

terdapat

keadilan

yang

sesungguhnya. Tidak ada tahanan yang akan luput – karena hukum yang sejati tidak dapat dibeli dan dijual disana. Oleh sebab itu, mintalah grasi-Nya, selagi masih ada waktu. Firman Allah berkata, “Sebab karena kasih karunia (charis) kamu diselamatkan oleh iman (pistis); itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”(Efesus 2:8-9) Ingat, ‘tahan diri dikit dong.’

142


Bina Sumber Daya Manusia dalam Kasih Korporasi yang sukses tentu tidak terlepas dari dukungan dan pengelolaan SDM yang baik. Salah satu indikator manajemen SDM bagi orang beriman adalah membina hubungan industrial dengan prinsip saling mengasihi. Sebut saja Kisah Filemon dan Onesimus sebagai

contoh

hubungan

majikan-pegawai

yang

mengalami reformasi berkat kasih. Kasih memungkinkan terciptanya

hubungan

yang

harmonis,

saling

menguntungkan, serta mampu mendorong etos kerja yang produktif, bekerja sebagai suatu ibadah meraih pahala. Dengan kasih relasi korporasi dengan para pegawai dapat terbebas dari pelanggaran HAM. Sumber daya manusia adalah aset yang sangat bernilai. Pada awalnya Onesimus adalah seorang budak yang dibeli oleh seorang tuan bernama Filemon. Tidak heran bila salah satu alat ukur kekayaan dan ketenaran seseorang pada era tersebut adalah jumlah budak yang dimiliki oleh seseorang. Semakin banyak budak yang dibelli, semakin kaya pula orang tersebut. Sumber daya manusia adalah ‘real aset’. 143


Belakangan, hubungan tuan-budak itu mengalami keretakan yang serius ketika Onesimus melarikan iri – ingin bebas – sebuah tindakan yang menyebabkan kerugian bagi tuannya. Sayangnya, masa itu tidak ada hukum yang melindungi seorang budak; para budak diperjual-belikan atau dibunuh oleh pemiliknya. Dengan kata lain, hidup dan matinya seorang budak bergantung penuh pada sang tuan. Sekali budak, tetap budak, tidak ada perbaikan nasib meski melarikan diri. Keretakan hubungan ini telah menempatkan posisi Onesimus dalam ancaman serius, bila tertangkap ia bisa kehilangan nyawanya. Kehadiran Paulus memegang peran kunci dalam pembaharuan relasi Filemon-Onesimus. Kini kesenjangan hubungan direformasi. Melalui suratnya Paulus berpesan agar Filemon, “dapat menerimanya untuk selama-lamanya -- bukan lagi sebagai hamba, melainkan sebagai saudara yang kekasih baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.”(Filemon 1:11-17) Berkat campur tangannya, Filemon menerima dan membebaskan Onesimus. Harkat dan martabat Onesimus diperlakukan bukan lagi sebagai budak; kini hubungan mereka adalah ‘saudara’, di dalam Tuhan Yesus. Tepat seperti nama ‘Onesimus’ yang berarti ‘menguntungkan’. Dia kembali bekerja dan memberi 144


keuntungan bagi ‘saudara’nya Filemon. Nama ‘Filemon’ yang

berarti

‘kasih

sayang

persaudaran’

menerima

Onesimus; bukan lagi sebagai saudara di dalam Tuhan, bukan budak (‘real aset’). Karena kasih, kini relasi Filemon-Onesimus memiliki nilai tambah yang luar biasa, sebuah hubungan yang manusiawi ketika seorang budak dibebaskan. Onesimus bukan sekedar aset, dia adalah sesama manusia. Harkat dan martabatnya setara dengan majikannya. Para majikan dan pegawai masa kini dapat menaruh

kasih

sebagai

landasan

dalam

membina

hubungan industrial. Segala perselisihan tentu dapat diselesaikan dalam suasana dan komunikasi kasih sebagai pengikat. Sang majikan dapat memikat hati dan meraih loyalitas para pegawainya. Para pekerja dapat merasa percaya pada majikannya bila diperlakukan dengan kasih; tentu tidak ada buruh yang akan tega melakukan demo anarkhis, gampang terprovokasi, mogok, tidak ada yang sudi dipolitisir demi kepentingan pihak tertentu yang mungkin saja berniat membenturkan korporasi dengan para tenaga kerja. Dengan bingkai cinta kasih tentu hubungan industrial akan saling menguntungkan, bila dikelola dengan bijak -- tidak menempatkan SDM sebagai aset belaka. Firman Tuhan berkata, “Kamu tahu, setiap 145


orang, ‌ kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.�(Efesus 6:8)

146


#5 RAKYATKU

Negarawan sejati tidak terletak pada posisi, sang negarawan adalah pelayanan bagi sesamanya

147


Pelayanan Publik ala Yesus Kristus Kehadiran Yesus Kristus di tengah masyarakat senantiasa disambut oleh kerumunan orang banyak. Mereka ingin bertemu Yesus, karena pelayanan-Nya berbeda dengan pelayanan para guru agama masa itu. Ada yang datang ingin mendengar Yesus mengajar, datang untuk disembuhkan dari penyakit, agar dibebaskan dari gangguan roh jahat, ada pula yang ingin melihat keajaiban-keajaiban yang dibuat oleh Yesus. Firman Tuhan berkata, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.�(Matius 9:36) Pelayanan

Yesus amat

berbeda

karena

Dia

bukanlah seorang pertapa yang menikmati kesendirian dan

menjauhkan

diri

dari

masyarakat.

Yesus

meninggalkan kemuliaan-Nya untuk sementara dan terjun ke tengah masyarakat yang membutuhkan-Nya. Yesus peduli dan hati-Nya tergerak oleh rasa belas kasihan, bukan saja tergerak karena persoalan jasmani, seperti ketika mengasihani orang buta, orang lumpuh, dan orang sakit. Yesus berbelas kasih karena persoalan rohani yang

148


jauh lebih serius. Yesus mendapati bahwa mereka hidup dalam kebodohan dan kecerobohan, karena tidak memiliki kehidupan spiritual yang sangat mereka butuhkan. Sebagai pelayan, Yesus hadir menjadi sahabat yang peduli terhadap semua orang. Yesus dimotivasi dan tergerak oleh karena mereka lelah; mereka miskin, mengalami kesusahan, keletihan bathin. Mereka terlantar, tercerai satu dari yang lain; tongkat persaudaraan mereka sudah patah. Jiwa mereka memerlukan pertolongan, sebab mereka tidak mempunyai sesuatu yang baik yang berguna. Para pemimpin agama menjejali mereka dengan gagasan dan ajaran yang hampa, membebani mereka dengan ajaran tradisi nenek moyang. Para pengajar yang menyesatkan, yang menjerumuskan umat ke dalam banyak kesalahan dan berbagai kesia-siaan. Yesus dimotivasi oleh kasih ketikka melihat mereka terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Ungkapan ini menggambarkan keadaan manusia yang amat menyedihkan karena mereka tidak mempunyai pemandu yang setia, yang menuntun mereka memasuki keutuhan dan perjumpaan dengan Allah. Natur manusia begitu mudah tersesat seperti domba, tidak berdaya, kebingungan dan terancam bahaya. Bila tersesat tidak mudah menemukan jalan pulang. Jiwa manusia yang 149


berdosa seperti domba yang kehilangan arah, mereka butuh petunjuk agar mereka selamat.(1 Raja-raja 22:17). Para guru agama masa itu mengklaim bahwa mereka adalah penggembala umat, tetapi Yesus Kristus berkata bahwa mereka bukan gembala, karena mempunyai gembala seperti mereka itu lebih buruk keadaannya daripada tidak mempunyai gembala sama sekali. Sangat menyedihkan melihat orang-orang yang tidak terlayani dengan baik, menyebabkan rasa sesak didalam dada bila melihat orang-orang yang dilayani ‘setengah hati’ oleh orang-orang yang mengaku sebagai pelayan masyarakat -- yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka hanya pelayan yang mengurusi kepentingan diri sendiri. Yesus Kristus termotivasi oleh kasih, Yesus hadir dan melayani dengan kepedulian yang seutuhnya,

memberikan

solusi

dan

kelegaan.

“Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia

mengajar

dalam

rumah-rumah

ibadat

dan

memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.� (Matius 9:35) Tuhan Yesus memberkati.

150


Presiden Jokowi Jadi Pelayan The Courier Mail sebuah media lokal di Brisbane, Australia, memasang foto 20 kepala negara di halaman depan. Foto yang telah diedit itu diberi judul "Welcome To

Paradise".

Dalam

Indonesia, Joko

gambar

Widodo tengah

tampak

Presiden

memanggang

sosis

seperti sedang pesta barbeque lengkap dengan celemek ala koki dan mengenakan topi seperti peci hitam. Multi Tafsir. Tak heran jika timbul berbagai persepsi. Ada yang menganggap bahwa media Australia itu telah melecehkan, merendahkan Presiden Jokowi. Ada pula yang mengaitkannya dengan sikap Jokowi dalam hubungannya dengan negara-negara G20. Di pihak lain, ada yang menafsirkannya bahwa Jokowi sebagai tuan rumah; setidaknya demikianlah mereka yang terbiasa melakukan pesta barbeque. Sang tuan rumah melayani sebagai koki, pakai celemek. Mengapa Jokowi tidak dilukiskan sebagai seorang bangsawan? Bukankah Jokowi telah menjadi orang nomor satu di negeri ini? Bagi saya tidak ada yang salah jika karikatur atau foto hasil suntingan itu menampilkan Jokowi dengan celemek. Sebab Jokowi adalah sosok

151


pemimpin yang melayani. Pemimpin bergaya servant, pemimpin hamba. Presiden yang bekerja dan bekerja. Bekerja bukan untuk dirinya sendiri bukan pula untuk partai dan koalisi pendukungnya. Selaku orang nomor satu, beliau bekerja untuk seluruh rakyat.

Servant Leader. Dalam teori Servant Leadership, kemuliaan seorang pemimpin tidak terletak pada posisi, kedudukan,

strata

sosial

dan

seberapa

besar

kekuasaannya - melainkan pada kerendahan hati, sikap pengorbanannya yang luhur dalam melayani. Yesus Kristus pernah bersabda: "Kamu tahu, bahwa

pemerintah-pemerintah

bangsa-bangsa

memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesarpembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:2528) Hal tersebut disampaikan-Nya sebagai respon atas permintaan Yakobus dan Yohanes yang berambisi 152


untuk diangkat pada kedudukan yang tinggi, menjadi bangsawan di dalam kerajaan Yesus yang akan datang. Yakobus dan Yohanes meminta hal itu kepada Yesus karena mereka berpikir bahwa jika Kristus bangkit, Ia pasti menjadi seorang raja, dan jika Ia menjadi seorang raja, tentu para rasul-rasul-Nya pasti akan menjadi bangsawan,

dan

salah

satu

di

antaranya

akan

menjadi Primus par regni -- Bangsawan utama dalam kerajaan, dan yang lain di sebelahnya akan seperti Yusuf dalam istana Firaun atau Daniel dalam istana Darius. Mereka

memiliki

pengertian

yang

salah

mengenai

Kerajaan Kristus, seolah-olah Kerajaan-Nya itu sama seperti

kerajaan

di

dunia

ini.

Yesus

Kristus

memperingatkan para murid dan memberikan sebuah contoh bagi mereka mengenai kerendahan hati. Gaya kepemimpinan Servant Leadership diyakini menjadi gaya yang paling sehat bila dibandingkan dengan gaya

kepemimpinan

lainnya.

Para

pemimpin

yang

melayani selalu dinanti-nantikan oleh rakyat. Kemuliaan, kebahagiaan

dan

kepuasan

mereka

terletak

pada

kehambaan, pengabdian dan pelayanannya.

153


Pemimpin Narsistis ‘Jangan Lebay’ Menurut Emily Grijalva, peneliti dari University of Illinois, idealnya seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang narsistis pada kategori sedang. Jika narsistis terlalu rendah maka seorang pemimpin akan memiliki kecenderungan ragu atau merasa terintimidasi. Akan tetapi, jika narsistis terlalu tinggi, pemimpin tersebut akan cenderung eksploitatif bahkan tirani.” Hasil studinya menjawab sebuah pertanyaan yang berbunyi, ‘Apakah pemimpin narsistis itu baik atau buruk?’ Sementara itu peneliti Peter Harms, menemukan bahwa seseorang dengan tingkat narsistis sedang lebih berbahagia dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Menurutnya, "Mereka tidak memiliki sisi negatif. Aspek antisosial narsistis yang mendorong seseorang menjatuhkan orang lain untuk membuat dirinya merasa lebih baik tidak ditemukan

pada

orang-orang

ini.”

Harms

juga

menambahkan, seorang narsistis tinggi akan menonjol pada situasi tertentu seperti wawancara kerja atau pertemuan pertama. Meski begitu, perlahan seiring berjalannya waktu kelemahan-kelemahan mereka akan tampak.”

154


Menyimak

simpulan

dari

studi

tersebut,

mengingatkan kita pada kisah Raja Saul dan Daud yang tertulis dalam kitab I Samuel 18:5-9, “Daud maju berperang

dan

selalu

berhasil ke

mana

juga

Saul

menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit. Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh pegawai-pegawai Saul. Tetapi pada waktu mereka

pulang,

ketika

Daud

kembali

sesudah

mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil

menyanyi

dan

menari-nari dengan

memukul

rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; dan

perempuan

yang

menari-nari

itu

menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya." Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud.� Melihat

hal

itu,

Sang

Pangeran

Yonatan

mengingatkan ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat 155


dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat

baik

bagimu!

Ia

telah

mempertaruhkan

nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan Tuhan telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. Engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya.

Mengapa

engkau

hendak

berbuat

dosa

terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan?" Saul mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul bersumpah: "Demi Tuhan yang hidup, ia tidak akan dibunuh. Lalu Yonatan membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya seperti dahulu. Ketika perang pecah pula, maka majulah Daud

dan

berperang

melawan

orang

Filistin;

ia

menimbulkan kekalahan besar di antara mereka, sehingga mereka melarikan diri dari depannya.� (I Samuel 19:1-9) Kehadiran pemimpin yang ideal tentu dinantinantikan. Berkat kepemimpinannya sebuah organisasi akan sukses, sebuah korporasi akan meraup keuntungan, bahkan sebuah negara akan maju dan berwibawa. Oleh sebab itu, pemimpin seperti Raja Saul yang sangat jauh berbeda dengan sikap Yonatan puteranya. Saul lebih cenderung berkategori narsistis tinggi - perlu dihindari. Tuhan Yesus pernah berpesan, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi 156


pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." (Matius 20:26-27). Waspada dan hindari sikap pemimpin yang narsistis berlebihan. Bukan saja karena kesewenangannya dan potensi penyimpangannya, memanfaatkan jabatan untuk kenikmatan pribadi dan kroni, pemimpin yang mengasihi diri sendiri berlebihan – sudah tidak sesuai dengan

aspirasi

dan

tuntutan

kemajuan

sebuah

peradaban. Jadilah pemimpinan yang berbahagia, positifis – melayani lewat kepemimpinan.

157


Revolusi Mental Menurut Ajaran Yesus Kristus Saya pernah menulis di harian ini, bahwa “efek jera tidak ngefek’ dalam memberantas korupsi. Oleh sebab itu diperlukan keterlibatan Tuhan. Orang berdosa perlu dituntun untuk bertobat, membuka hati untuk dibaharui oleh Roh Suci. Hanya dengan pembaharuan atau kelahiran kembali, maka orang-orang berdosa dapat mengalami revolusi mental. Dalam Injil Yohanes dikisahkan percakapan Yesus Kristus dengan seorang pemimpin agama, dia “adalah seorang

Farisi

yang

bernama

Nikodemus,

seorang

pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tandatanda

yang

Engkau

adakan

itu,

jika

Allah

tidak

menyertainya." Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang

158


dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab

Yesus:

"Aku

berkata

kepadamu,

sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." (Yohanes 3:1-8) Inilah salah satu ajaran dasar dari iman Kristen, pembaharuan atau kelahiran kembali secara rohani. Tanpa kelahiran baru ini seseorang tidak mungkin berubah menjadi orang baik. Pembaharuan itu adalah sebuah

penciptaan

kembali

sifat

seseorang

yang

dikerjakan oleh Roh Kudus (Yohanes 3:6; Titus 3:5). Melalui proses ini hidup kekal dari Allah sendiri, benih ilahi, jiwa yang murni disalurkan ke dalam hati orang yang beriman, sehingga dia menjadi ciptaan yang baru, menjadi anak Allah, memiliki sifat dan tabiat ilahi.

159


Pembaharuan ini diperlukan karena semua orang yang telah berdosa, tidak mungkin taat dan tidak dapat berkenan kepada Allah. Tanpa pembaharuan rohani maka seorang berdosa tidak mampu mengubah perilakunya, tidak

mampu

memenuhi

standar

moral

Tuhan.

Pembaharuan mewajibkan seseorang bertobat dari dosadosanya dan berbalik kepada Allah (Matius 3:2) dengan iman

kepada

Yesus

Kristus

sebagai

Tuhan

dan

Juruselamat. Pembaharuan meliputi peralihan dari cara hidup yang berdosa ke dalam hidup baru, hidup yang takluk kepada Tuhan (2 Korintus 5:17). Perilaku hidup yang berdosa berlalu, sekarang hidup di dalam kehidupan yang telah dibaharui. Vonis

tidak

akan

mengubah

seseorang,

dipermalukan di hadapan publik tidak akan serta merta menginsafkan seseorang, bahkan dimiskinkan sekali pun tidak akan mengubah seorang yang berdosa menjadi manusia yang baik. Singkatnya, strategi manusia tidak mampu mengubah manusia, seorang koruptor tidak akan menjadi baik hanya dengan dipenjara, bahkan sekali pun hak pilihnya dicabut. Manusia akan berubah bila ia bertobat, mengalami pembaharuan rohani, menerima hidup yang baru dari Roh Tuhan.

160


Yesus Kristus Membebaskan Orang Yang Kerasukan Setibanya di daerah orang Gerasa, Yesus Kristus turun dari perahu, “datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya

dan

belenggunya

dimusnahkannya,

sehingga tidak ada seorangpun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" Kemudian

Ia

bertanya

kepada

orang

namamu?" Jawabnya: "Namaku Legion,

itu:

"Siapa

karena kami

banyak." Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu.� 161


“Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu.� “Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia

diperkenankan

menyertai

Dia.

Yesus

tidak

memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah

ke

rumahmu,

kepada

orang-orang

sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" Orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis

162


segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran.� (Markus 5:1-20) Orang

gerasa

yang

kerasukan

setan

(Yun.

'daimonizomai'; to be under the power of a demon), -kesurupan, kemasukan -- ini adalah salah satu dari mereka yang pernah menderita karena roh jahat yang memasuki mereka. Setan-setan dapat berdiam di dalam tubuh orang yang tidak percaya. Roh tersebut dapat memakai suara mereka dan menggerakkan anggota tubuh mereka untuk berperilaku diluar kesadaran. Orang yang kerasukan adalah orang yang diperbudak oleh roh-roh yang

merasukinya.

Itu

sebabnya

Yesus

Kristus

membebaskan orang Gerasa dengan cara mengusir rohroh ‘legion’ yang merasukinya. Alkitab mengajarkan bahwa orang yang beriman tidak mungkin kerasukan setan; karena setan-setan tidak dapat merasuk seseorang yang telah didiami oleh Roh Suci. Umat Kristen perlu menyadari bahwa kita tidak berperang melawan darah dan daging, tetapi melawan kekuatan setan dan roh-roh jahat (Efesus 6:12) yang menanamkan pikiran dan niat jahat, perkataan dan tindakan jahat. Oleh sebab itu, mengabdilah kepada Tuhan dan taatilah kebenaran-Nya (Roma 12:1-2; Efesus 6:14).

Dengan

iman,

yakinlah

kuasa

Iblis

dapat 163


dipatahkan

di dalam

Nama Yesus

(Efesus 6:16; 1

Tesalonika 5:8). "Tanda-tanda ini akan menyertai orangorang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku."(Markus 16:17). Tuhan memberkati. (Pos Bali, 9/10/2014)

164


Belas Kasih Tuhan Yesus Terhadap Semua Orang Alkitab

menggambarkan

seorang

pemimpin

sebagai seorang ‘gembala’ sementara itu, masyarakat digambarkan sebagai kawanan ‘domba’. Pemimpin yang baik tentu akan berperilaku sebagai gembala yang baik, yang senantiasa peduli dan berbelas kasih terhadap semua

orang.

Berbahagialah

rakyat

yang

memiliki

pemimpin yang baik. Sementara di sisi lain, celakalah orang-orang yang tidak tergembalakan sebagaimana seharusnya. Mereka yang tidak terpimpin akan terlantar seperti domba tanpa gembala. Mungkin saja, mereka akan tersesat dan tumbuh menjadi koruptor di kemudian hari, menjadi pembegal, dan menjadi orang yang terkait dengan berbagai penyakit masyarakat. Tidak sedikit di antara mereka yang tega melanggar hukum demi ratusan atau jutaan rupiah. Singkatnya, masyarakat kita saat ini dan seterusnya memerlukan kehadiran pemimpin, seorang gembala yang baik. Alkitab

juga

menggambarkan

kehadiran

dan

kepedulian Tuhan ALLAH sebagai seorang gembala yang baik. Naskah berikut ini misalnya, “Sebab beginilah firman 165


Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan

mencari

domba-domba-Ku

dan

Aku

akan

menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka

diserahkan

pada

hari

berkabut

dan

hari

kegelapan. Aku akan menggembalakan mereka di padang rumput yang baik dan di atas gunung-gunung yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya. Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring. Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan

yang

kuat

menggembalakan

akan mereka

Kulindungi; sebagaimana

Aku

akan

seharusnya.

Demikianlah firman Tuhan ALLAH.�(Yehezkiel 34:11-16) Pesatnya

pertumbuhan

penduduk

tampaknya

belum seiring dengan tersedianya pemimpin yang baik. Tidak sedikit masyarakat saat ini dipimpin oleh para oknum yang berorientasi pada kekuasaan, keuntungan pribadi, kenikmatan dan gaya hidup yang bertolak 166


belakang dengan realita di akar rumput. Jika tidak percaya, perhatikanlah berbagai gejolak yang terjadi di masyarakat. Perhatikanlah berbagai unjuk rasa yang terjadi – tampaknya mereka memerlukan kehadiran pemimpin yang baik, yang dapat dipercaya, peduli, pengayom dan seterusnya. Perhatikanlah orang-orang terlantar yang belum tertangani. Di sisi lain, tidak sedikit masyarakat yang merasa bahagia karena dipimpin oleh oknum yang baik. Wajah mereka memancarkan isyarat rasa

syukur

kepada

Tuhan

ketika

oknum

pejabat

menghadirkan gaya kepemimpinan yang berbeda – berkomunikasi

dengan

rakyatnya,

berkunjung

dan

memberi perhatian. Pemimpin yang baik adalah seperti gembala yang baik yang mengupayakan yang

terbaik

bagi kawanan gembalaanya. Alkitab juga menggambarkan sosok Tuhan Yesus sebagai seorang gembala yang baik. Salah satu bagian naskah yang terdapat dalam Injil Matius tertulis, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.�(Matius 9:36) Para pemimpin yang baik termotivasi oleh belas kasih, seperti belas kasih Tuhan terhadap semua orang.

167


#6 NEGARAKU

Negara yang kuat dibangun oleh Setiap warga yang mencitai negaranya

168


Golongan Putih Sebaiknya Tidak Golput Bercermin dari data pemilih pada pemilihan umum lima tahun yang lalu, salah satu fakta yang menarik adalah tingginya angka ‘golput’ alias pemilih yang tidak ikut memilih. Penyelenggara pemilu telah mengantisipasi agar

hal

sosialisasi

tersebut dilakukan

tidak

terulang.

melalui

Berbagai

media,

sms,

upaya hingga

menetapkan hari libur. Seluruh warga didorong agar menggunakan hak pilihnya.

Tujuannya adalah untuk

memilih pemimpin yang terbaik; dan tentu saja agar ‘golongan putih 2009 tidak golput 2014’. Bagi umat Kristen, ada alasan mendasar untuk memberikan suaranya pada pemilihan umum. Pertama, umat Kristen percaya bahwa pemerintah yang berdaulat ditetapkan oleh Tuhan. Tidak ada pemerintah yang memegang kekuasaan tanpa restu dari Tuhan.(Roma 13:1)

Pemilu

adalah

sebuah

mekanisme

untuk

mewujudkan pemerintah yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Gereja di seluruh dunia telah berdoa secara terus menerus untuk bangsa-bangsa, untuk pemerintah, untuk kedamaian dan keamanan dunia. Umat Kristen di negeri 169


ini tidak

henti-hentinya

berdoa untuk

bangsa dan

negaranya, agar pemilihan umum tahun ini berhasil memilih yang terbaik. Kedua, umat Kristen percaya bahwa pemerintah adalah hamba Tuhan. Pemerintah yang akan melayani Tuhan.(Roma 13:4) Nilai-nilai, hukum dan kebijakan pemerintah tentu tidak boleh bertentangan dengan nilainilai Ilahi. Perilaku pemerintahan dijalankan secara baik dan murni, tidak memihak kepada kekuatan golongan atau partai tertentu. Ketiga,

pemerintah

diberi

menegakkan

kebenaran,

memelihara

kedamaian.(Roma

kekuasaan

bertindak

secara

13:4)

adil

untuk dan

Pemerintahan

menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk memberi dampak yang benar. Menciptakan kehidupan berbangsa yang

harmonis dan mempersiapkan masa depan yang

diharapkan. Keempat,

umat

Kristen

wajib

menghormati

pemerintah dan tunduk kepada segala peraturan yang mencerminkan nilai-nilai dan kebenaran dari Tuhan.(Roma 13:5) Ketaatan umat Kristen kepada pemerintah didasari oleh sikap penghambaan diri kepada Tuhan. Kehidupan yang telah dibaharui akan berbuahkan perilaku yang benar. Aplikasi kasih dalam perilaku sebagai warga 170


negara, sebagai bagian yang tidak terpisahkan secara spiritual, sosial, sipil, dan moral. Dengan demikian pemilihan umum bukan sekedar pesta demokrasi. Pemilu adalah moment yang bernuansa spiritual. Menggunakan hak pilih adalah aktualisasi kasih kepada Tuhan dan kepada negara. Memilih secara cerdas adalah bentuk bakti kepada Tuhan, kepada nusa dan bangsa.

Oleh

menggunakan

karenanya hak

pilihnya,

umat

Kristen

katakan:

sebaiknya

‘Tidak!’

pada

golongan putih. Satu suara dapat merubah keputusan dan memberi dampak bagi Indonesia; so, ‘golongan putih sebaiknya tidak golput’. Tuhan memberkati.

171


Jangan Salah Pilih Yitro, mertua Musa, seorang imam di Midian, mendengar tentang segala sesuatu yang dikerjakan Allah untuk Musa dan bangsa Israel, pada waktu ia memimpin mereka

keluar

dari

Mesir.

Maka

pergilah

Yitro

mengunjungi Musa, membawa Zipora, istri Musa yang masih tinggal di Midian, bersama Gersom dan Eliezer, kedua anaknya laki-laki. Yitro datang bersama istri Musa dan kedua anaknya ke padang gurun tempat Musa berkemah dekat gunung suci. Musa diberi kabar bahwa mereka datang, maka keluarlah ia menyambut mereka. Ia sujud di depan Yitro dan menciumnya. Mereka saling menanyakan kesehatan masing-masing, lalu masuk ke dalam

kemah

mertuanya

Musa.

segala

Musa

sesuatu

menceritakan

yang

diperbuat

kepada TUHAN

terhadap raja dan bangsa Mesir untuk menyelamatkan orang Israel. Ia juga menceritakan kepadanya tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi bangsa Israel di tengah jalan, dan bagaimana TUHAN menyelamatkan mereka. Mendengar semua itu, Yitro merasa gembira dan berkata, "Terpujilah TUHAN yang menyelamatkan kamu dari tangan raja dan bangsa Mesir! Terpujilah TUHAN

172


yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan! Sekarang saya tahu bahwa TUHAN lebih besar dari semua ilah, karena semua itu dilakukan-Nya ketika orang Mesir bertindak dengan amat sombong terhadap orang Israel." Kemudian Yitro membawa beberapa kurban bakaran dan kurban sembelihan sebagai persembahan kepada Allah. Harun dan semua pemimpin bangsa Israel datang dan makan bersama-sama dengan Yitro dalam kehadiran Allah. Keesokan harinya Musa mengadili perselisihanperselisihan antara orang-orang Israel. Pekerjaan itu makan waktu dari pagi sampai malam. Ketika Yitro melihat semua yang harus dikerjakan Musa, ia bertanya, "Apa saja yang harus kaukerjakan untuk bangsa ini? Haruskah semua ini kaukerjakan sendirian, sehingga untuk minta nasihatmu saja, orang-orang itu mesti berdiri di sini dari pagi sampai malam?" Jawab Musa, "Orangorang

itu

datang

kehendak Allah.

kepada

saya

untuk

mengetahui

Kalau mereka berselisih, mereka

menghadap saya supaya memutuskan perkara mereka, dan saya sampaikan kepada mereka perintah-perintah dan hukum-hukum Allah." Kata Yitro, "Tidak baik begitu. Dengan cara itu engkau melelahkan dirimu sendiri, dan juga orang-orang 173


itu. Pekerjaan itu terlalu banyak untuk satu orang. Dengarlah nasihat saya, dan Allah akan menolongmu. Memang baik engkau mewakili bangsa ini di hadapan Allah dan membawa persoalan mereka kepada-Nya. Engkau harus mengajarkan kepada mereka perintahperintah Allah dan menerangkan cara hidup yang baik dan apa yang harus mereka lakukan. Tetapi di samping itu engkau harus memilih beberapa orang laki-laki yang bijaksana, dan menunjuk mereka menjadi pemimpin atas seribu orang, seratus orang, lima puluh orang, dan sepuluh orang. Mereka hendaknya orang-orang yang takut dan taat kepada Allah, dapat dipercaya dan tak mau menerima uang suap. Suruhlah mereka bertindak sebagai hakim bangsa ini, masing-masing bagi kelompoknya. Tugas itu harus mereka lakukan secara teratur. Perkaraperkara yang penting boleh mereka ajukan kepadamu, tetapi perselisihan yang kecil-kecil dapat mereka bereskan sendiri. Hal itu akan meringankan engkau karena mereka ikut bertanggung jawab. Jika engkau berbuat begitu, dan hal itu diperintahkan Allah kepadamu, engkau akan mampu melakukan tugasmu, dan semua orang akan pulang dengan puas karena persoalan mereka cepat dibereskan."

174


Musa mengikuti nasihat Yitro, dan memilih orangorang yang bijaksana di antara bangsa Israel. Ia menunjuk mereka menjadi pemimpin atas seribu orang, seratus orang, lima puluh orang, dan sepuluh orang. Mereka menjalankan tugasnya sebagai hakim-hakim atas bangsa Israel. Perkara-perkara penting mereka ajukan kepada Musa, sedangkan perselisihan kecil-kecil mereka bereskan sendiri. Kemudian Musa melepas Yitro pergi dan pulanglah Yitro ke negerinya. (Keluaran 18:1-27; Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari) TUHAN telah mengerjakan segala sesuatu yang baik untuk bangsa Israel. Akan tetapi Musa dan seluruh bangsa itu harus bertanggung jawab atas kehidupan mereka sebagai umat TUHAN, sebagai bangsa, sebagai anggota masyarakat, sebagai anggota keluarga dan sebagai individu.

TUHAN tidak mengambil alih semua

tugas yang dapat dibereskan oleh manusia.

Demikian

pula dengan keadaan kita hari ini. Kita harus menunaikan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita. Apakah posisi kita ada di legislatif, eksekutif, yudikatif atau sebagai warga masyarakat.

Kita semua memiliki

peranan yang wajib ditunaikan dihadapan TUHAN. Musa telah berupaya untuk melayani umatnya, akan

tetapi

kapasitasnya

tidak

seimbang

dengan 175


permintaan yang membutuhkan layanannya.

Kondisi

bangsa kita saat ini masih menyisakan gap antara pelayanan yang memadai dengan kebutuhan yang belum terpuaskan. ketidakpuasan.

Dalam

berbagai

sektor

terdapat

Bangsa kita masih membutuhkan figur

yang mampu menunaikan panggilannya sebagai pelayan masyarakat.

Bangsa kita kekurangan oknum yang

memiliki hati yang mau berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya. Yitro berkata kepada Musa, engkau harus memilih beberapa orang laki-laki yang bijaksana, dan menunjuk mereka menjadi pemimpin atas seribu orang, seratus orang, lima puluh orang, dan sepuluh orang. Mereka hendaknya orang-orang yang takut dan taat kepada Allah, dapat dipercaya dan tak mau menerima uang suap. Nasihat

Yitro

tentu

dapat

kita

aplikasikan

dalam

kehidupan kita sebagai bangsa. Kita semua memiliki hak untuk dipilih dan hak untuk memilih.

Kita semua

mempunyai tanggung jawab dan peran yang harus dilakonkan secara benar.

Sebagaimana nasihat Yitro

kepada Musa, kita selaku pemilih, kita harus memilih kandidat yang memenuhi kualifikasi “takut dan taat kepada Allah, dapat dipercaya dan tak mau menerima uang suap.� Sebagai kandidat, kita harus pula memiliki 176


kualifikasi yang memadai sebagai “orang-orang yang takut dan taat kepada Allah, dapat dipercaya dan tak mau menerima uang suap.� Musa melakukan seperti yang dianjurkan oleh Yitro dan bangsa itu terlayani dengan cara yang memadai. Sebagai bangsa, kita tentu patut melakukan introspeksi nasional. Apakah kita telah menjadi pemilih yang lebih baik? Apakah kita telah memilih “orang-orang yang takut dan taat kepada Allah, orang yang dapat dipercaya dan tak mau menerima uang suap.� Apakah hasil seleksi, fit and proper test yang dilaksanakan telah berfungsi secara tepat? Apakah kita telah menjadi kandidat yang lebih baik yang dapat disebut sebagai orang-orang yang takut dan taat kepada Allah, orang yang dapat dipercaya dan orang yang tak mau menerima uang suap? Bagaimana mungkin seseorang merasa takut pada manusia, jika ia tidak memiliki rasa takut pada TUHAN.

Bagaimana mungkin

seseorang taat pada penegak hukum, jika ia tidak taat kepada TUHAN.

Hanya orang-orang yang bertakwa

kepada TUHAN yang dapat dipercaya. Pesta demokrasi, Pemilihan Umum akan diadakan 9 April 2014. Kita semua rakyat Indonesia akan memilih untuk Indonesia. Mari kita pergunakan hak pilih dengan cara yang lebih baik. Mari kita menjadi pemilih yang lebih 177


baik.

Mari menjadi kandidat yang lebih baik.

Jangan

salah pilih dan jangan pula menjadi pilihan yang salah. Untuk Indonesia yang lebih baik. memberkati.

178

TUHAN YESUS


Memeriksa Kesehatan Sang Kandidat Dua pasang bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden akan menjalani pemeriksaan kondisi kesehatan,

meliputi

pemeriksaan

kesehatan

jasmani,

pemeriksaan

kondisi

kejiwaan,

penunjang,

dan

pemeriksaan laboratorium. Team pemeriksa independen dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mempersiapkan sebanyak 14 orang dokter spesialis termasuk lima orang spesialis jiwa/psikiatris. Tidak heran jika biaya tes kesehatan dua pasang bakal capres dan cawapres itu akan menghabiskan Rp. 300 juta untuk membayar seluruh fasilitas dan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Jakarta selama tes berlangsung. Negeri ini tentu membutuhkan pemimpin yang bukan saja sehat secara jasmani terlebih lagi sehat secara rohani/spiritual, sehat seutuhnya. Menurut organisasi kesehatan sedunia (World Health Organization) ada empat pilar kesehatan manusia seutuhnya yang meliputi: sehat secara jasmani/fisik (biologik); sehat secara kejiwaan (psikiatrik/psikologik); sehat secara sosial; dan sehat secara spiritual (kerohanian/keagamaan). Hal senada, KPU dan IDI menyepakati kriteria sehat jasmani dan

179


rohani untuk calon presiden dan calon wakil presiden yang terdiri dari lima kategori mulai dari analisis riwayat kesehatan, pemeriksaan jiwa atau psikiatrik, pemeriksaan jasmani,

pemeriksaan

penunjang

dan

pemeriksaan

laboratorium. Memeriksakan kesehatan sang kandidat menjadi sangat penting, mengingat banyaknya pemimpin yang telah menghancurkan kehidupan mereka dan merusak kehidupan orang lain karena kegagalan moral. Karakter telah menjadi isu penting justru karena tidak sedikit pemimpin dalam bidang politik, bisnis, dan agama di dunia yang telah jatuh secara moral. Para pemimpin harus diingatkan

bahwa

mereka

mempengaruhi

banyak

pengikut, orang-orang di luar diri mereka; mereka ‘tidak jatuh

di

dalam

ruangan

hampa’.

Pemimpin

perlu

menyadari bahwa untuk mengganti pemimpin yang jatuh secara

moral

melibatkan

proses

yang

panjang,

membutuhkan waktu dan tidak mudah untuk memulihkan segala dampaknya. Memeriksa kesehatan sang bakal capres dan cawapres harus ekstra hati-hati, agar tidak terlalu mengutamakan kesehatan jasmani di atas kesehatan psikologis, kesehatan secara sosial dan kesehatan spiritual -- sesuai dengan ajaran agama. Kesehatan manusia 180


seutuhnya mencakup moralitas, karakter. Para pemangku kepentingan harus menghindari kecenderungan yang tidak sehat, melihat dan lebih menghargai keutuhan fisik melebihi aspek lain yang jauh lebih vital. Beberapa kriteria spiritualitas yang sehat adalah ‘harmonis dengan Tuhan, harmonis dengan sesama manusia, harmonis dengan alam sekitar dan harmonis dengan diri sendiri’. Dengan modal kesehatan yang seutuhnya, sang kandidat memenuhi syarat – jika terpilih -- memulai masa baktinya dengan baik, menjalankan amanat rakyat dengan baik dan mengakhiri masa baktinya dengan baik pula. “Saudara yang terkasih, aku berdoa semoga engkau berhasil dalam segala hal. Aku berdoa semoga engkau

sehat

secara jasmani, sama seperti hidup

rohanimu juga sehat.” (3 Yohanes 1:2. WBTC)

181


Tuhan Memilih Pemimpin Pelantikan

Daud

raja

Israel

menarik

untuk

disimak. Peranan TUHAN, Nabi Samuel, keluarga Isai (1 Samuel 16:1-13) dapat memberi pencerahan jelang pemilu tahun ini. Pemerintahan Saul berakhir atas perintah TUHAN. Sabda-Nya, "Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.�(I Samuel 15:11) Kegagalan Saul berakar pada ketidaktaatannya pada

perintah

TUHAN.

Akhirnya,

Saul

kehilangan

pendukung utamanya yaitu TUHAN, dia juga kehilangan jabatannya. Hal yang paling ditakuti para politisi adalah kehilangan dukungan dari konstituen, dukungan dari perwakilan rakyat. Yang ideal adalah pemerintah beroleh dukungan dari rakyat serta dari Penguasa alam semesta. Para kandidat bisa berkampanye untuk meraih simpati masyarakat, namun untuk meraih dukungan TUHAN tentu berbeda caranya, seseorang harus memiliki hati yang taat kepada-Nya. Kita tentu patut berharap agar pemilu kali ini dapat menempatkan orang yang taat pada TUHAN untuk melayani rakyat. Kita berharap pemerintah dan wakil

182


rakyat yang berwibawa dan memperoleh dukungan dari yang Maha Tinggi. Firman

TUHAN

kepada

Samuel,

“Sekarang,

pergilah kepada seorang yang bernama Isai, karena salah seorang dari anak-anaknya telah Kupilih menjadi raja. Orang yang Kutunjukkan kepadamu, harus kaulantik menjadi raja." Salah satu wujud kebaikan-Nya adalah dengan mengangkat pemimpin yang terbaik bagi bangsa pilihan-Nya. Demi mewujudkan kebaikan, kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Kita patut bersyukur karena negeri kita masih memiliki putera-puteri terbaik yang akan muncul pada waktunya. Sebagai bangsa yang besar kita optimis, hanya yang terbaik yang pantas memimpin bangsa ini. Ketika Samuel melihat Eliab anak Isai, pikirnya, "Pastilah ini yang akan dipilih TUHAN." Tetapi TUHAN berkata, "Janganlah kau terpikat oleh rupanya yang elok dan tinggi badannya; bukan dia yang Kukehendaki. Aku tidak menilai seperti manusia menilai. Manusia melihat rupa, tetapi Aku melihat hati." Pada umumnya kita memilih seseorang karena kita suka. Tetapi kesukaan kita tidak selalu identik dengan kehendak TUHAN. Tujuh orang anak Isai menghadap Nabi Samuel, tetapi "Mereka tidak dipilih TUHAN." Berbeda halnya saat Daud dihadirkan; 183


TUHAN berfirman, "Inilah dia; lantiklah dia!" Sekalipun Daud adalah anak bungsu dan sehari-hari bekerja sebagai penjaga ternak milik keluarganya, ternyata ia adalah putera terbaik dengan sifat-sifat yang disukai oleh TUHAN. Kualifikasi Raja Israel adalah dipilih dan disertai oleh TUHAN, memiliki hati seorang pengikut yang selalu taat kepada TUHAN. Hal ini tentu berbeda dengan negaranegara demokrasi dimana para pemimpin dipilih “oleh rakyat, dari rakyat, untuk rakyat” dan mengkalim “suara rakyat adalah suara Tuhan”. Tentu kita berharap dapat memilih yang terbaik, memilih pemimpin yang dipilih TUHAN. Oleh karenanya, berikan suara bagi orang yang “dipilih dan disertai-Nya. Untuk Indonesia yang lebih baik. Amin.

184


Politik ‘Gereja’ Bukan Politik Praktis Menjelang

Pilpres

2014 Persekutuan

Gereja-

Gereja di Indonesia (PGI) mengeluarkan Pesan Pastoral kepada seluruh umat kristiani di Indonesia. Menurut PGI, Politik gereja -- sebagai lembaga keagamaan -- adalah politik moral, bukan politik dukung-mendukung. Karena itu, gereja tidak boleh menyatakan keberpihakannya mendukung salah satu pasangan capres-cawapres. Gereja tidakk boleh dijadikan sebagai arena kampanye untuk pemenangan salah satu pasangan calon, agar tidak menimbulkan konflik di antara anggota jemaat dan memicu hal-hal yang tidak diinginkan bersama. Hal ini penting, untuk menjaga agar gereja tetap suci, tidak dikotori oleh kepentingan-kepentingan politik. Gereja tidak boleh memihak kepada salah satu capres-cawapres tertentu, Gereja harus netral. Gereja memang berpolitik, tapi bukan politik praktis. (pgi.or.id; Senin, 9/6) Memilih merupakan tanggungjawab iman orang percaya, dengan memilih, kita bisa menentukan orang yang tepat untuk duduk di kursi Presiden dan Wakil Presiden lima tahun ke depan. Semakin banyak yang

185


memilih, semakin baik, karena derajat legalitas moral sosial dari Presiden terpilih akan semakin kuat. Alkitab

memberikan

pengajaran

yang

jelas

tentang pentingnya kepemimpinan dalam sebuah bangsa, pemimpin hadir untuk menjalankan mandat Ilahi. Dalam kitab

Roma

13:1

dikatakan

bahwa

â€œâ€Ś

tidak

ada

pemerintah yang tidak berasal dari Allah dan pemerintahpemerintah yang ada ditetapkan oleh Allah.�

Itu

sebabnya, proses memilih pemimpin bangsa tidak dapat dilepaskan dari mandat dan campur tangan Allah. Jadi, ketika kita memilih pemimpin kita harus menyadari bahwa kita sedang menjalankan mandat Ilahi untuk melahirkan pemimpin yang baik dan bertanggungjawab. Sebelum menentukan pilihan, menurut PGI, umat harus menilai keselarasan antara visi dan misi pasangan calon dengan “ideologi� masing-masing partai pengusung; dengan demikian derajat kesungguhan bangunan koalisi partai pengusung bisa diukur. Selain itu, kita perlu mempertimbangkan peran partai pendukung dalam proses pemenangan pasangan calon, sehingga keterlibatan Partai akan sangat mempengaruhi proses kepemimpinan ke depan. Selain itu, umat juga diharapkan memperhatikan rekam jejak dan latar belakang masing-masing pasangan 186


kandidat. Kita tentu paham bahwa pemimpin yang baik lahir melalui sebuah proses yang baik yang turut membentuk karakter, akan mempengaruhi kinerja dan sepak terjang kepemimpinan seseorang. PGI juga menghimbau agar umat mewaspadai kampanye jahat, bad campaign, negative campaign, black

campaign. Segala bentuk kampanye yang menyinggung isu SARA, tidak saja akan mencederai Pemilu dan demokrasi itu sendiri, tapi juga dapat merusak bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya, umat tidak boleh terprovokasi dan ikut-ikutan melakukan kampanye yang tidak baik. Mari kita awasi proses Pemilu agar berjalan damai, jujur, adil, berintegritas sehingga Pemilu menghasilkan yang terbaik bagi kita semua.

187


Memilih Calon Presiden Dalam Bimbingan Tuhan Terbebas dari kekacauan dan berdiam di negeri yang tertib adalah dambaan setiap warga negara. Ratusan juta penduduk disuguhi informasi berbagai peristiwa dengan satu kata kunci saja ‘liar’ alias tidak tertib. Sebut saja, hutan dibabat, sawah ditimbun, sungai tercemar, polusi udara, obat disalah-gunakan, uang rakyat dikorupsi, produk

makanan

berformalin,

sekelompok

orang ‘main hakim sendiri’, kelompok warga saling serang. Durasi media publik tiada henti melaporkan berbagai peristiwa yang bila ditelusuri berakar pada masalah ‘rakyat yang liar’ karena tidak berpegang pada hukumhukum Tuhan. Keadaan bangsa ini ibarat sungai yang keruh dari hilir hingga ke hulu. Dengan apakah ia akan dijernihkan?

Dengan

apakah

sebuah

bangsa

dapat

diarahkan? Sabda Tuhan dalam Kitab Amsal Sulaiman 29:18 berkata, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.” Dalam versi Bahasa Indonesia sehari-hari dikatakan, “Bangsa yang tidak mendapat bimbingan dari Tuhan 188


menjadi bangsa yang penuh kekacauan. Berbahagialah orang yang taat kepada hukum Tuhan.� Berdasarkan

sabda

tersebut,

semua

orang

memerlukan bimbingan, memerlukan visi yang jelas, memerlukan wahyu dari Tuhan, suatu tuntunan yang jelas agar tidak terjadi kekacauan. Itu sebab, kita memerlukan seorang presiden yang dibimbing oleh Tuhan, orang yang mengenal jalan-jalan Tuhan. Orang yang dipandu oleh Tuhan, seorang

pemimpin

yang

digerakkan

Tuhan.

Pemimpin yang demikian akan membawa rakyat ke dalam kehidupan yang takluk kepada Tuhan dan dan hidup dalam

kesejahteraan.

Tanpa

bimbingan-Nya,

maka

problema suatu bangsa akan sangat mudah berubah menjadi liar, diluar kendali. Peralihan kekuasaan politik tidak akan berdampak bila sang kandidat tidak mengenal wahyu atau visi dari Tuhan. Pemangku jabatan boleh saja berganti secara demokratis, tetapi bila Tuhan tidak berkenan maka kepemimpinan tersebut tidakk lebih dari sekedar pemimpin

politis. Kekuasaan

dan

kejayaan

sebuah rezim jatuh dan bangun, namun Tuhan tetap berdaulat

di takhta-Nya. Seorang

pemimpin

adalah

seorang abdi Tuhan, seorang hamba yang melayani Tuhan. Sebelum melayani rakyat, sang kandidat wajib menjadi abdi-Nya. 189


Dengan mekanisme voting atau pemungutan suara

sebuah

diundangkan,

rancangan segala

undang-undang

keputusan

dapat

dapat

dikeluarkan.

Namun, bila manusia tidak berpegang pada hukum Tuhan,

jangan

heran,

bila

produk

hukum

buatan

demokrasi hanya produk manusia yang berdampak sebatas kulit ari. Jika hatinya berpaut erat kepada Tuhan, niscaya raga akan menjadi alat kebenaran. Seluruh umat akan tertib dan bahagia bila dipimpin oleh orang yang dibimbing oleh Tuhan. Umat Tuhan bersama seluruh rakyat Indonesia senantiasa berdoa demi Pilpres yang damai. Berdoa memohon bimbingan-Nya dalam menentukan pilihan. Memohon perlindungan-Nya atas pasangan kandidat, atas tim

sukses

masing-masing

serta

kesehatan

bagi

penyelenggara. Berbahagialah pemimpin dan rakyat yang taat kepada hukum Tuhan.

190


Jadilah Hamba, Penyalur Rahmat Tuhan Menyalurkan rahmat Tuhan adalah kewajiban setiap orang beriman. Seseorang dapat dipakai oleh Tuhan tanpa memandang status sosial, tanpa membedabedakan orang. Singkatnya, kita semua dapat menjadi saluran yang baik agar rahmat-Nya dapat diterima oleh orang. Sebuah kisah yang tertulis di dalam Kitab 2 RajaRaja 5:1-14 dapat menjadi contoh praktis. Dikisahkan, Naaman, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang -- tetapi orang itu, seorang pahlawan tentara,

sakit

kusta.

Penyakit

itu

serius,

tidak

tersembuhkan. Naaman membutuhkan penyembuh. Pada saat itulah seorang anak perempuan dari negeri Israel meskipun ia adalah seorang tawanan dan bekerja sebagai pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Israel itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya." Ketika hal itu disampaikan kepada Naaman, lalu pergilah ia ke Israel. Setiba di depan pintu rumah Nabi Elisa.

Elisa

menyuruh

seorang

suruhan

kepadanya 191


mengatakan: "Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir." Tetapi Naaman berpaling dan pergi dengan gusar serta panas hati. Tetapi pegawaipegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya: "Bapak, seandainya nabi Elisa menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir." Maka turunlah Naaman, membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan Nabi Elisa, abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuh Naaman kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi sembuh. Perempuan

Israel

itu

memelihara

imannya

sehingga mampu menyampaikan berita bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan. Keterasingan dan profesinya sebagai pembantu rumah tangga tidak menyurutkan kepekaannya akan kebutuhan manusia di sekelilingnya. Ia menjadi hamba yang membawa rahmat Tuhan bagi Naaman, sang majikannya. Nabi

Elisa,

tidak

membatasi

kuasa

Tuhan.

Sekalipun Naaman dan pasukannya pernah menyerang Israel -- namun anugerah Tuhan tidak dapat dibatasi. Bahkan konflik antar golongan pun tidak boleh menjadi 192


hambatan. Rahmat Tuhan adalah untuk semua orang. Tuhan sanggup memberikan kesembuhan bagi Naaman, sekalipun Naaman bukan orang yang beriman kepadaNya. Sebagai orang yang beriman, tentu kita harus mengamini bahwa kuasa dan rahmat-Nya melampaui segala batas. Kuasa-Nya dapat menjangkau semua orang. Jangan batasi kuasa dan rahmat-Nya. Nabi Elisa maupun perempuan ini adalah para "agen Allah" menyalurkan anugerah-Nya kepada semua orang yang dikasihi-Nya. Tuhan Allah memakai mereka bukan karena status mereka "besar" atau "kecil", "kaya" atau "miskin", "awam" atau "cendikia" tetapi karena mereka bersedia dipakai-Nya. Sementara itu, Naaman adalah seseorang yang menerima belas kasih Allah. Dia ditolong

bukan

karena statusnya melainkan

karena

kedaulatan Allah. Berhati-hatilah, agar tidak terjebak mengukur atau menilai "seseorang" dengan alat ukur yang picik, para meter yang bias, ukuran yang tidak sesuai dengan sudut pandang Tuhan. Jangan rendah diri bila orang di sekeliling mengukur berdasarkan status "besar", "kecil", "kaya", "miskin". Allah sanggup dan hendak memakai setiap orang beriman menjadi saluran berkat-Nya. Jadilah hamba yang baik dan jadilah saluran berkat. 193


Menakar Revolusi Mental lewat Kinerja Kata kunci ‘revolusi mental’, ‘kerja dan bekerja’ telah meraih perhatian publik terlebih setelah key words tersebut sering ditekankan oleh Jokowi, Presiden yang baru dilantik. Kabinet yang baru dibentuk juga dinamai sebagai Kabinet Kerja. Adakah hubungan antara bekerja dengan revolusi mental? Bagaimana mengaktualisasikan revolusi mental lewat kinerja? Sebagai orang-orang yang telah bertobat, menerima pengampunan, orang-orang yang meyakini karya ilahi, pengorbanan Yesus Kristus, tentu pesan-pesan Yohanes Pembaptis (Lukas 3:1-18) dapat mengingatkan kita akan pentingnya berperilaku sebagai umat yang telah dibaharui. Alat Ukur Revolusi Mental. Sesudah menerima perintah

dari

Allah,

maka

Yohanes

Pembaptis

menyampaikan Firman Allah kepada penduduk yang bermukim di daerah Sungai Yordan. Yohanes berseru, "Bertobatlah dari dosa-dosamu, dan kamu harus dibaptis, supaya Allah mengampuni kamu." Mereka yang telah dibaptis

dinasihati

Yohanes,

“Tunjukkanlah

dengan

perbuatanmu bahwa kamu sudah bertobat dari dosa194


dosamu!� Pertobatan dan perbuatan yang baik merupakan dua sisi dalam satu kesatuan. Tanpa dibarengi tindakan nyata maka revolusi mental tidak pernah terjadi. Wujud nyata pembaharuan mental adalah etos kerja yang sepadan. Dengan kata lain, kualitas revolusi mental hanya dapat diukur lewat performance saja. Bila revolusi mental diibaratkan pohon, maka buahnya adalah perilaku yang benar, unjuk kerja yang handal. Bila revolusi mental diibaratkan mata air, maka ia akan mengalirkan air bening, yang menopang kehidupan di sepanjang alirannya. Revolusi mental yang dinanti-nantikan tentu bukan revolusi mental tanpa kinerja, bagai pohon tanpa buah. Contoh Revolusi Mental. Pertama, kepedulian dan belas kasih; Orang-orang yang mendengar Yohanes bertanya, "Jadi, apa yang harus kami buat?" Jawab Yohanes, "Orang yang mempunyai dua helai baju, harus memberikan sehelai kepada yang tidak punya; dan orang yang mempunyai makanan, harus membagikannya." Kedua, menunaikan kewajiban; Para penagih pajak yang telah dibaptis bertanya, "Bapak Guru, apa yang harus kami buat?" Jawabnya, "Janganlah menagih lebih banyak dari apa yang sudah ditetapkan." Ketiga, berperilaku adil; Para prajurit juga bertanya, "Bagaimana dengan kami? 195


Apa yang harus kami buat?" Jawabnya pula, "Jangan memeras siapa pun dan jangan merampas uang dengan tuduhan-tuduhan palsu. “Cukupkanlah dirimu dengan gajimu!” Demikianlah Yohanes Pembaptis mewartakan Kabar Baik dan menasihati orang. Revolusi mental, kerja dan bekerja bukan sekedar

key words, perlu bukti yang dapat diukur, lewat perilaku. Setiap kita perlu bertanya hal senada, ‘apa yang harus saya buat?’, ‘revolusi mental mau dibawa kemana?’ dan jawabannya,

‘bekerjalah

yang

benar’,

‘kerjakanlah

pekerjaan yang benar’, buktikan lewat tindakan nyata, selaras dengan cita-cita revolusi mental itu sendiri. Keseimbangan antara kinerja dengan perubahan yang diharapkan itulah substansi dari sebuah revolusi mental.

196


Usahakanlah Kesejahteraan Negara Menjadi negara yang sejahtera adalah cita-cita luhur para founding father negara Indonesia. Kini, setelah 69 tahun merdeka negara kita masih jauh dari pantas untuk disebut sebagai negara yang makmur. Firman Allah berkata, “Usahakanlah kesejahteraan kota..., dan

berdoalah untuk

kota

itu

kepada

Tuhan,

sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” Dalam

versi

Bahasa

Indonesia

Sehari-hari

disebut,

“Bekerjalah untuk kesejahteraan kota-kota... Berdoalah kepada-Ku untuk kepentingan kota-kota itu, sebab kalau kota-kota itu makmur, kamu pun akan makmur.”(Yeremia 29:7) Berdoa dan bekerja untuk kesejahteraan negara adalah amanat dari Tuhan. Niat luhur para pendiri bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat adalah sejalan dengan rencana yang agung Tuhan. Sebab Tuhan memiliki

sebuah

rencana

yaitu

“rancangan

damai

sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan

kepadamu

hari

depan

yang

penuh

harapan.”(Yeremia 29:11) Oleh sebab itu, usahakanlah

197


kemakmuran

negara,

karena

kesejahteraan

dan

kemakmuran Indonesia adalah kesejahteraan kita semua. Mari umat Tuhan, kita mendoakan pemerintah yang sedang bekerja dan bekerja. Kita semua tahu bahwa apa yang sedang dikerjakan oleh Presiden Jokowi-JK telah sesuai dengan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang menyatakan `negara mengembangkan sistem jaminan sosial

bagi

seluruh

rakyat

dan

memberdayakan

masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan'. Pemerintah di bawah kendali Presiden Joko Widodo

telah

masyarakat

meluncurkan

Senin

(3/11);

program berupa

pemberdayaan Kartu

Keluarga

Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), SIM card berisi e-money, uang elektronik dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kita berharap agar Tuhan senantiasa menolong

sehingga gerakan

revolusi mental bukan

sekedar wacana, cita-cita negara kini tidak hanya terukir di dalam naskah UUD 1945, naskah itu dapat terintegrasi dengan pelaksanaan, terimplementasi. Dengan begitu warga yang sakit akan mendapat perawatan dokter, anakanak akan bersekolah, orang-orang yang menganggur akan bekerja, yang berkebutuhan khusus mendapatkan perhatian, orang-orang yang pesimis akan diyakinkan 198


bahwa negara kita masih ada, kehadiran negara terasa di ‘akar rumput’. Jangan ada lagi yang merasa dianaktirikan. Di sisi lain, sebagai warga negara kita perlu mengawasi para penyelenggara negara agar mereka benar-benar bekerja dan bekerja sesuai dengan aturan. Selama ini, sebenarnya negara kita tidaklah miskin, namun akibat ulah dari segelintir oknum yang mencederai kinerja negara. Masalah korupsi, penegakan hukum serta adanya oknum-oknum yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya. Firman Tuhan berkata, “Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku,

maka

damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang

laut

yang

tidak

pernah

berhenti,”(Yesaya 48:18) Kita pantau agar pemerintah yang sedang bekerja tidak didomplengi oleh oknumoknum yang menyamar seperti serigala berbulu ‘seragam petugas’ – mereka adalah orang-orang yang berusaha meraup keuntungan di balik proyek-proyek yang notabene bertema

pemberdayaan

masyarakat,

pengentasan

kemiskinan. "Ya

Allah,

berikanlah

hukum-Mu

kepada

‘Presiden’! Kiranya ia memerintah umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan 199


hukum!

Kiranya

ia

menolong

orang-orang

miskin,

meremukkan pemeras-pemeras! Kiranya lanjut umurnya. Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera

berlimpah!"(Mazmur

memberkati.

200

72:1-8)

Tuhan

Yesus


Merebut Kembali Kepercayaan Investor Mungkin inilah yang ada di dalam benak Presiden kita, ketika melakukan presentasi di hadapan kurang lebih 2.000 orang delegasi dan para pemimpin perusahaan ternama pada Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Beijing, Tiongkok. Satu lagi langkah nyata dalam

kerja

pemerintah

untuk

meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Upaya pembangunan negara tidak dapat dipisahkan dari investasi. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai negara sangat bergantung pada besar kecilnya investasi yang masuk. Tanpa investor maka gerak langkah pembangunan akan bertepuk sebelah tangan. Firman Allah berkata, “Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu.� (Yesaya 60:5) Ayat ini ditulis selama tahun-tahun akhir hidup Yesaya. Allah

menyatakan

nubuat

ini

untuk

memberikan

pengharapan dan penghiburan kepada umat-Nya selama 201


mereka berada di Babel 150 tahun sesudah zaman Yesaya; Nubuat ini menyatakan Mesias akan datang dan kerajaan-Nya dengan penuh sejahtera di bumi kelak. Secara umum, rangkaian firman ini menekankan akan adanya pelepasan, penebusan, dan kemuliaan yang akan terjadi di bawah pemerintahan Sang Mesias yang dinantinantikan itu. Kita tentu bisa berharap agar negara kita terlepas dari keterpurukan, bangkit dan menjadi bangsa yang disegani, bangsa yang berdaulat. Kita semua tentu mendambakan tercapainya kesejahteraan bangsa. Saat iklim investasi semakin membaik, maka kekayaan bangsabangsa akan datang, devisa akan mengalir ke Indonesia. Di depan forum APEC tersebut, pemimpin negara kita berusaha meyakinkan para pelaku

usaha dan

perwakilan negara-negara mitra agar mereka datang menanamkan modalnya di Indonesia. Jokowi berjanji akan memberikan berbagai kemudahan, berupa pembebasan lahan, urusan perizinan, penyediaan infrastruktur, serta menjamin keamanan dan kenyamanan berbisnis. Janji Jokowi harus dipahami sebagai sebuah janji bangsa, janji negara yang memerlukan partisipasi dan dukungan

dari

seluruh

rakyat.

Untuk

memulihkan

kepercayaan para investor, jajaran pemerintahan dan 202


seluruh masyarakat harus memiliki kesamaan pandangan dan kesatuan aksi. Dengan demikian maka janji Jokowi akan dapat direalisasikan. Umat Tuhan dan semua warga Indonesia harus ikut memperhatikan agar tidak ada pihak yang malah memperlambat gerak langkah pemerintah. Pemerintah perlu

mengantisipasi

pihak-pihak

yang

mencoba

menghalanghalangi laju pertumbuhan investasi. Berikan bukti bagi investor, bukan sekedar janji. Inilah salah satu cara meraih kembali kepercayaan para penanam modal. Pesan pemazmur, “Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia.�(Maz. 37:3) Ayat ini menganjurkan agar seluruh warga menantikan tindakan dan campur tangan Tuhan. Kita harus yakin, bahwa orang yang setia kepada Allah akan mengalami kehadiran, pertolongan, dan bimbinganNya. Kita doakan bersama.

203


Katakan ‘Tidak’ pada Aparat Bermental Priyayi Sistem reward and punishment akan diberlakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil. Dengan demikian para abdi negara yang berprestasi dalam melayani kepentingan publik akan mendapat poin yang berkorelasi dengan upah yang diterimanya. Menurut Yuddy Chrisnandi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, hal

tersebut

dimaksudkan

agar

kualitas,

integritas,

profesionalitas aparatur negara menjadi lebih baik. Hal itu senada dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo di Jakarta, Senin (1/12). Jokowi mendorong pegawai negeri sipil agar segera melakukan revolusi mental guna memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara. Segenap jajarannya diminta agar memberikan pelayanan dengan sepenuh hati, sehingga menjadi suri tauladan

bagi

perubahan

yang

diharapkan

seluruh

masyarakat. "Tinggalkan mental priyayi. Jadilah birokrat yang melayani dan mengabdi dengan sepenuh hati untuk kejayaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Buktikan kepada masyarakat bahwa integritas dan kinerja aparatur negara semakin berkualitas dan dapat dibanggakan." 204


Tentu gebrakan ini patut didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, sebab bukan saja para abdi negara yang harus menanggalkan mental priyayi, melainkan semua warga negara pun perlu menerapkannya. Nasihat Jokowi mengingatkan kita pada nasihat Rasul Paulus kepada Umat Tuhan di Kota Filipi. Paulus berpesan agar orang beriman meniru kerendahan hati Tuhan Yesus, agar mereka saling melayani dan saling mengasihi. Paulus menulis, "hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri... hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah

itu

sebagai

milik

yang

harus

dipertahankan,

melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di 205


atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Filipi 2:1-11). Paulus menegaskan bahwa Yesus Kristus tidak bermental

priyayi.

Dia

memberi

teladan

dengan

merendahkan diri-Nya, menjadi setara dengan hamba yang taat melayani. Keilahian dan kemuliaan-Nya, tidak menjadi penghalang untuk berkorban bagi keselamatan umat

manusia.

“Itulah

sebabnya

Allah

sangat

meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.�

206


Berharap dan Berdoa Buat Pemimpin Negara Kata kunci ‘doa’, ‘harapan’ dan ‘pemimpin baru’ merupakan kata yang banyak dicari pengguna internet. Artikel berjudul “Doa dan Harapan Buat Pemimpin Yang Baru” yang dimuat di harian ini pada 24 Juli 2014 yang lalu – menjadi salah satu artikel yang cukup ramai diakses melalui situs academia. Siapa sangka tulisan tersebut diakses secara online dari berbagai kota, dalam dan dari luar negeri. Pada edisi ini, artikel tersebut dikutip seiring dengan doa dan harapan seluruh bangsa bagi pemimpin negara kita – doa dan harapan, semoga bahagia dan diberkati oleh Tuhan. Kehadiran seorang pemimpin yang baru bagaikan embun segar yang memberi dampak kesuburan pada tanah. Oleh karena itu, adalah tepat bila orang-orang beriman berdoa bagi pemimpinnya. Salah satu contoh doa yang demikian adalah doa Raja Salomo yang tertulis di dalam

kitab

Mazmur

pasal

72.

Pokok-pokok

yang

dimohonkan adalah agar pemimpin memiliki pengaruh yang luas, mampu menegakkan keadilan dan kebenaran, agar seluruh rakyat hidup sejahtera, mengalami masa 207


dimana para petani beroleh panen yang melimpah, ketika orang-orang yang tidak memiliki pembela mendapat pertolongan

dan

nasihat.

Inilah

sebuah

doa

yang

mengandung harapan, disertai keyakinan agar Tuhan menolong hamba-Nya, agar pemimpin negeri senantiasa bersandar pada hukum-hukum Allah dan agar penguasa beroleh

kegembiraan

dalam

melayani

sebagai

abdi

masyarakat. Bersandar Pada Hukum Allah. Pemimpin yang baru perlu didukung bukan saja secara demokratis, dukungan doa umat yang beriman tentu lebih berdampak agar sang pemimpin senantiasa bersandar pada hukumhukum Allah. Hukum dan kebenaran Tuhan menjadi pondasi yang sejati, bersifat abadi bagi seorang pemimpin -hingga dia mampu memimpin menurut kehendak-Nya. Memimpin sebuah bangsa berlandaskan hukum Allah akan menjadi kekuatan yang memotivasi, akan memberi arah abadi di atas semua sasaran kerja yang ada. Tujuan tertinggi kepemimpinan nasional tidak terletak pada pencapaian

visi

memenangkan

dan pesta

misi

partai

demokrasi.

dan

koalisi

Haluan

yang

terbesar

kepemimpinan nasional tentunya untuk mewujudkan pemerintahan yang berkenan dalam pandangan Tuhan – agar keadilan, kebenaran dan kedamaian ilahi tersemai di 208


seluruh wilayah negeri. Pemimpin yang mengagungkan hokum-Nya akan bertindak adil, menegakkan kebenaran dan memupuk kedamaian. Ia akan membela rakyatnya yang tertindas, yang miskin, ia akan berlaku kasih dan memberi pengayoman, sehingga tidak ada warga negara kategori terabaikan. Kehadiran pemimpin diharapkan dapat membawa kesejukan dan damai sejahtera bagi seluruh rakyat. Untuk itu sang pemimpin sebagai abdi yang setia kepada Allah – akan menyempurnakan bakti dan pelayanannya lewat pengabdian yang memuaskan rakyatnya. Semua pihak patut memberi dukungan seutuhnya pada pemimpin yang lurus dan berperilaku menurut hukum-hukum Allah. Pemimpin yang demikian akan disegani bangsa-bangsa lain, mereka akan menaruh hormat pada pemimpin yang memiliki

wibawa

ilahi

-

pemimpin

yang

bijaksana

mengelola bangsa dan negaranya. Mengabdi

Bagi

Rakyat.

Seluruh

negeri

mendambakan hadirnya pemimpin yang mengabdi bagi rakyat. Pemazmur memberi ciri pemimpin seperti seorang raja yang senantiasa membuka telinga mendengar jeritan orang-orang yang membutuhkan. Seorang raja yang mengabdikan hidupnya - menghantar rakyat meraih kualitas hidup yang lebih baik. Masa pemerintahannya 209


akan ditandai rasa aman, sentosa – dimana rakyat memiliki pengharapan. Raja yang demikian ini akan dikenang karena kebaikannya, dan nama Tuhan-Nya akan dipermuliakan. Dibutuhkan doa, memohon keselamatan dan perlindungan Tuhan agar kita dikaruniai Tuhan pemimpin yang berkualitas. Pemimpin sebagai pelayan masyarakat bukan lagi sebuah mimpi, hal tersebut dapat menjadi kenyataan, pemimpin yang dekat dengan rakyat bukan

sekedar

janji

manis,

hal

tiu

pasti

dapat

diaktualisasikan oleh pemimpin yang melayani Allah, pemimpin

yang

menjadi

rahmat

dipimpinnya. Tuhan pasti memberkati.

210

bagi

rakyat

yang


Berperilaku Adil dan Benar Firman Allah berkata: “Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan Tuhan dari pada korban.� (Amsal 21:3). Berperilaku adil dan benar jauh lebih berharga dan tidak

boleh

keagamaan

digantikan bahkan

mempersembahakan

jauh

dengan lebih

berbagai

aktifitas

berharga

daripada

korban-korban

kepada

Tuhan.

Perilaku adil dan benar adalah persembahan yang menyenangkan

Tuhan

sebagai

ibadah

yang

sesungguhnya. Menurut Matthew Henry, dewasa ini banyak orang menipu diri mereka sendiri dengan suatu kecongkakan yang

beranggapan

bahwa

jika

mereka

sudah

mempersembahkan korban, melibatkan diri dalam ritual maka mereka tidak perlu lagi melakukan keadilan dan kebenaran. Mereka merasa seolah mendapat keringanan untuk berperilaku fasik, tidak adil atau tidak benar. Hal inilah yang membuat jalan mereka tampaknya lurus, akan tetapi tidak demikian yang sebenarnya. Mereka berkata dalam hati, ‘kami sudah berpuasa (Yesaya 58:3), kami sudah mempersembahkan korban keselamatan (Amsal

211


7:14) kemudian mengabaikan pertobatan dan berperilaku jujur, adil dan benar. Hidup baik dan beribadah berarti berlaku adil dan mencintai kesetiaan, hal ini lebih disukai Allah daripada segala ibadah yang penuh semarak dan menarik secara performa. Memang benar, bahwa korban persembahan adalah ketetapan ilahi, dan berkenan bagi Allah jika dipersembahkan di dalam iman dan pertobatan; jika tidak maka persembahan itu ditolak (Yesaya 1:11). Sebetulnya, pada masa Perjanjian Lama pun, kewajiban-kewajiban moral

lebih

diutamakan

daripada

korban-korban

persembahan (1 Samuel 15:22). Hal ini menunjukkan bahwa korban-korban persembahan itu tidak dianggap lebih bernilai unggul, dan kewajiban untuk melakukannya pun tidak diperintahkan untuk selama-lamanya (Mikha 6:6-8). Hidup beragama sesungguhnya menyangkut hal bagaimana kita menilai atau menghakimi dan bagaimana kita melakukan keadilan dengan berpegang dan tetap melakukan kewajiban terhadap Allah dan mengasihi sesama. Ibadah seperti inilah yang lebih dikenan Allah daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan (Markus 12:33). Korban, penyembahan, dan persembahan harus sejalan dengan hidup yang taat sesuai dengan kehendak212


Nya, berperilaku benar dan adil. "Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran." (Hosea 6:6) hal inilah yang sungguh-sungguh diminta Allah dari umat-Nya, "kasih setia" (Ibrani ‘hesed’') yaitu kasih yang kokoh dan setia selaku tanggapan terhadap kasih-Nya. Rasul Paulus kemudian menulis, "Karena itu, saudara-saudara,

demi

kemurahan

Allah

aku

menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:1-2) Sebagai umat yang beribadah

kepada

Tuhan,

keinginan

terbesar

kita

seharusnya hidup suci dan berkenan kepada-Nya. Hal ini berarti kita dituntut untuk memisahkan diri dari dunia dengan perilakunya yang tidak adil dan tidak benar, semakin mendekati Allah (Roma 12:2). Kita harus hidup bagi Allah, menyembah Dia, menaati Dia, bersama dengan Dia menentang dosa dan membela kebenaran, 213


menolak dan membenci kejahatan, melakukan pekerjaan baik untuk orang lain, meniru Kristus, mengikut Dia, melayani Dia, hidup sesuai dengan kebenaran-Nya di dalam tuntunan Roh Suci. Orang beriman harus menyadari bahwa sistim dunia saat ini jahat adanya karena berada di bawah pengaruh perintah Iblis. Oleh sebab itu, kita harus bersikap tegas terhadap segala perilaku yang populer di dunia yang korup, hiduplah sesuai standar kebenaran Firman Allah demi Kristus (1 Korintus 1:17-24). Umat Tuhan seharusnya menolak secara cara hidup; seperti keserakahan, mementingkan diri, pemikiran humanistik, siasat-siasat

politik,

iri

hati,

kebencian,

dendam,

kecemaran, bahasa yang tidak senonoh, hiburan duniawi, pakaian

yang

tidak

sopan,

kedursilaan,

narkotika,

minuman keras dan persekutuan dengan orang berdosa.

214


Pelaku Penghinaan Patut Diadili Tuhan Yesus berkata, "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada

saudaranya:

Kafir!

harus

dihadapkan

ke

Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala." (Matius 5:21-22) Menurut Kristus, kemarahan tanpa pikir panjang sama saja dengan membunuh di dalam hati (ayat 22). Setiap orang yang marah terhadap saudaranya ‘tanpa sebab’, ‘tanpa alasan’ telah melakukan pelanggaran terhadap Dasa Titah keenam, yang berbunyi: “Jangan Membunuh!” Perlu dipahami bahwa yang dimaksudkan dengan saudara disini adalah siapa saja, meskipun kedudukannya lebih rendah, atau pun derajadnya lebih tinggi, sebab semua manusia diciptakan dari satu darah. Kemarahan merupakan dosa apabila: Pertama, terjadi tanpa suatu sebab yang pantas, tanpa suatu sebab yang besar dan tidak masuk akal. Misalnya,

215


marah terhadap prasangka-prasangka yang tidak berdasar atau celaan sepele yang tidak layak dipermasalahkan. Kedua, dilakukan tanpa suatu tujuan yang baik, marah hanya sekadar pamer kekuasaan, memuaskan nafsu, melampiaskan kekesalan kepada orang, marah guna membalas dendam. Kemarahan semacam ini sia-sia sifatnya. Kemarahan yang pantas adalah kemarahan yang bertujuan baik, misalnya untuk menyadarkan orang yang bersalah - agar bertobat dan mencegahnya agar tidak mengulangi

perbuatan

tersebut.

Kemarahan

dapat

dianggap yang patut bila dimaksudkan untuk membela diri. Ketiga, berdosa apabila marah melampaui batas, berdosa bila

bersikap keras kepala dalam kemarahan,

marah sambil bertindak jahat, marah dengan maksud menyakiti orang-orang yang tidak disukai. Kemarahan sejenis ini adalah pelanggaran terhadap perintah keenam, sebab orang yang marah seperti ini akan melakukan pembunuhan

seandainya

mampu

dan

berani

melakukannya. Ia telah mengambil langkah pertama untuk membunuh dengan cara marah. Contohnya Kain yang membunuh saudaranya Habel - berawal dari kemarahan. Kemarahan di dalam hati merupakan sumber keinginan, sebuah akar atau niat untuk membunuh.

216


Salah

satu

bentuk

kemarahan

dalam

hati

terungkap lewat ucapan mulut, tulisan tangan, bahkan kalimat komentar, misalnya kalimat status di media sosial yang menggunakan kata-kata keji terhadap seseorang dapat

dikategorikan

sebagai

pembunuhan,

misalnya

melakukan penghinaan dengan menyebut seseorang sebagai ‘kafir atau jahil’. Dalam bahasa Yunani kata 'kafir dan jahil' 'raka' dalam bahasa Ibrani 'raca' sebuah kata yang digunakan untuk mengejek seseorang secara keras yang berarti orang tersebut goblok, orang tersebut tolol. Seseorang yang dianggap 'a senseless man, an empty headed man.' Jika kata-kata itu terucap, keluar karena kemarahan dan kebencian, itu bagaikan asap dari api yang dipantik dengan benih api neraka. Kata 'kafir’ yang berarti orang yang tidak punya akal adalah perkataan yang menghina dan bersumber dari hati yang sombong. Sebutan ini merupakan

ejekan penuh

kecongkakan

terhadap seseorang. Kata ‘jahil’ artinya orang tidak pantas dikasihani, tidak layak menerima anugerah, ini adalah ucapan yang disertai rasa dendam dan berakar pada rasa kebencian. Orang yang menggunakan kata-kata ini bukan saja menganggap orang tersebut jahat dan tidak layak dihormati, tetapi juga kotor dan tidak pantas diperlakukan dengan cinta kasih. Penggunaan kata ini merupakan 217


sebuah kecaman yang jahat, yang dimaksudkan untuk mengutuki seseorang, seakan-akan orang tersebut telah dibuang oleh Allah. Orang yang melakukan penghinaan dengan ujaran sedemikian, adalah orang yang melakukan pelanggaran

terhadap

perintah

keenam

–

Jangan

membunuh! Dalam ayat ini, Yesus Kristus sedang berkata, bahwa orang yang melakukan penghinaan, suatu saat mereka

pasti

harus

mempertanggungjawabkan

perbuatannya – sekali pun secara aktual belum terjadi pembunuhan. Orang yang marah terhadap saudaranya berada dalam bahaya, karena mereka akan dihukum dan dimurkai Allah – oleh karena niat hatinya membunuh lewat ujaran yang marah. Oleh sebab itu, setiap orang yang beriman kepada-Nya diingatkan oleh Yesus Kristus agar

tetap

bijak

dalam

berucap,

menyampaikan kritik - tidak perlu menghina.

218

berkomentar,


#7 INTEGRITASKU

Spiritualitas nasional dimulai dari diri sendiri

219


Tanamkan Nilai Antikorupsi Berbasis Keluarga Dampak korupsi semakin parah dan terus meluas. Pemerintah melalui Komisi Pemberantasan Korupsi terus bekerja keras, meski belum jelas entah kapan PR besar ini akan kelar. Mimpi rakyat Indonesia yang terbebas dari korupsi sedang digapai. Saya sangat sependapat, bahwa pemberantasan korupsi tidak bisa hanya dilakukan dengan menindak koruptor. Pekerjaan ini itu tidak mungkin digarap hanya oleh sebuah komisi. Seluruh lapisan masyarakat perlu diberi ruang untuk berpartisipasi sesuai dengan

kapasitasnya.

Program

antikorupsi

diimplementasikan melalui sekolah hingga perguruan tinggi, kelompok masyarakat hingga keluarga. Hal itu dilakukan sebagai upaya pencegahan berupa penanaman nilai-nilai anti korupsi, bahkan sedini mungkin kepada anak-anak melalui keluarga. Peranan keluarga perlu dibina dalam upaya membangun karakter dan sikap individu yang jujur. Dengan begitu tentu upaya pemerintah yang mencanangkan pendidikan antikorupsi berbasis keluarga patut

didukung

warganya. 220

oleh

pihak

gereja

beserta

seluruh


Menurut Busyro Muqoddas Wakil Ketua KPK, saat ini terjadi kecenderungan usia rata-rata koruptor semakin muda dan para koruptor tersebut tidak segan untuk melibatkan anggota keluargannya dalam kegiatan korupsi. “Hampir 11 tahun KPK berdiri kurang lebihnya telah menjerat 410 koruptor dan membawanya ke pengadilan. Dari sekian banyak tersangka korupsi, kami melihat bahwa di dalam keluarga para koruptor tersebut tidak ada kesadaran antara anggota keluarga. Ditambahkan Busyro dalam keluarga, koruptor tersebut terkesan tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lainya. Selain itu tidak ada kejujuran dan keterbukaan dalam keluarga para koruptor. Busyro menyatakan, korupsi terjadi karena ketidakjujuran, sehingga untuk melakukan pencegahan harus dikembangkan nilai-nilai kejujuran yang berbasis pada tradisi-tradisi dan budaya lokal.” (Tribunnews.com Yogya, 23/8/2014) Hal senada ditulis oleh Bambang Widjojanto, menurutnya “Rendahnya integritas individu, institusi, dan masyarakat menjadi salah satu penyebab utama terjadi korupsi.”

Oleh

karena

itu,

“Pembangunan

budaya

antikorupsi berbasis keluarga harus mulai dilakukan dan dijadikan mainstreaming dalam program dan strategi pemberantasan korupsi pemerintah. Fakta menegaskan, 221


korupsi kini dilakukan bersama antara ayah dan anak, suami bersama isteri, serta adik dan kakak sehingga muncul

kosakata

“korupsi

dinasti”.

Fakta

lain

menegaskan, konsep jujur diinterpretasikan berbeda di antara para anggota keluarga serta dimaknai berbeda antara keluarga satu dan lainnya.” (Kompas, Selasa 2/9/2014) Para orangtua yang beriman diperintahkan oleh Tuhan untuk menerapkan didikan menurut ajaran yang benar. Baik melalui keteladanan maupun melalui nasihat dalam

kehidupan

sehari-hari

agar

seluruh

anggota

keluarga hidup takut akan Tuhan sehingga terpelihara dari kejahatan (Amsal 2:5-8). Kepekaan hati perlu dipupuk sedini mungkin sebagai modal yang memberi kemampuan membedakan

yang

kemampuan

dengan

baik

dari

kesadaran

yang agar

jahat,

sebuah

terhindar

dari

perilaku yang berdosa (Amsal 2:11). Keluarga perlu memberikan arahan agar setiap individu dapat bergaul dengan orang-orang yang hidup dengan sikap menghargai nilai-nilai

kebenaran

(Amsal

2:12-15).

Firman

Allah

berkata, “Sebab itu tempuhlah jalan orang baik, dan peliharalah jalan-jalan orang benar. Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ.” (Amsal 2:20-21) 222


Peralihan pemerintahan dapat dijadikan sebagai sebuah momen terbaik untuk membuktikan bahwa keluarga Indonesia mampu membangun generasi yang bersih.

223


Efek Jera ‘Gak Ngefek’ Berantas Korupsi Pemberatasan korupsi diharapkan memunculkan efek jera, akan tetapi efek jera itu terancam kehilangan efeknya alias ‘gak ngefek’. Selain itu rasa keadilan masyarakat pun akan terluka bila penanganan para koruptor terkesan ‘main-main’. Pasalnya, dalam periode 2004-2014 menurut ICW sedikitnya 38 terpidana korupsi telah

menghirup

nikmatnya udara bebas

– berkat

pembebasan bersyarat. KPK dengan bersusah payah menyeret para koruptor masuk bui, lalu pihak lain membuka pintu keluar dengan sangat ‘baik hati’. Sebut saja sebagai contoh, ada terpidana yang mendapat remisi 29 bulan 10 hari. Hitung-punya hitung dengan remisi itu maka sang tahanan dianggap telah menjalani 2/3 masa tahanannya.

Lantas

dipandang

memenuhi

‘syarat

pengajuan’ untuk mendapat pembebasan bersyarat. Menurut Johan Budi Juru Bicara KPK Jumat (19/9), “Ini mencederai rasa keadilan masyarakat dan tidak sejalan dengan upaya pemberantasan korupsi yang seharusnya memunculkan efek jera.” Dia menjelaskan bahwa KPK tidak merekomendasikan Anggodo untuk 224


mendapatkan pembebasan bersyarat. Johan khawatir akan muncul persepsi bahwa seolah peran KPK sudah tidak mempan lagi setelah seorang terpidana korupsi mendapatkan rekomendasi untuk pembebasan bersyarat. Dia juga khawatir bahwa pembebasan bersyarat ini akan menjadi penghalang bagi KPK untuk membuat efek jera bagi para koruptor dan orang tidak lagi takut korupsi karena mereka akan berpikir ada pembebasan bersyarat. Masyarakat awam pun tentu turut merasa kecewa bila mendengar para koruptor dibebaskan. Kelompok masyarakat yang menamakan diri Koalisi Masyarakat Sipil anti korupsi menggelar aksi menolak terpidana korupsi pantas dapat remisi bersyarat, Senin (22/9). Koalisi yang terdiri dari Indonesia Corupption Watch (ICW) dan lembaga lainnya membawa sejumlah atribut berupa topeng berwajah gambar para koruptor yang diduga akan dikabulkan permohonan pembebasan bersyarat. Kelompok masyarkat ini menolak pembebasan bersyarat bagi semua terpidana

korupsi

Pemerintah mempublikasikan

dan

meminta seluruh

agar pemberian

pembebasan bersyarat yang dikeluarkan Kementerian Hukum dan HAM sebagai bentuk pertanggungjawaban moral serta menolak seluruh permohonan pembebasan

225


bersyarat yang sedang diajukan para terpidana kasus korupsi. (Satu Harapan; Kompas) Jika efek jera itu ‘gak ngefek’ dalam memberantas korupsi, maka pemerintah harus melibatkan Tuhan Yang Maha Kuasa dalam mengurus para koruptor. Firman Allah berkata,

“Sadarlah

dan bertobatlah,

supaya

dosamu

dihapuskan.”(Kisah Para Rasul 3:19) Perilaku korup adalah produk dari hati manusia yang berdosa, korupsi berakar pada kondisi spiritual yang diperbudak oleh sifat jahat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Oleh sebab itu, para koruptor perlu dituntun ke jalan yang benar, kembali kepada Tuhan, bertobat. Sama seperti seorang anak yang terhilang, yang meninggalkan rumah ayahnya, demikian pula para koruptor; mereka adalah orang-orang

yang

terpisah,

menyimpang

dan

meninggalkan ajaran Tuhan. Sebagaimana seorang ayah menunggu anaknya kembali, demikian pula Tuhan, Sang Bapa Yang Maha Kasih menanti kembalinya anak manusia yang berdosa. Ketika anak yang terhilang sadar dan pulang kepada ayahnya; maka tergeraklah hati ayahnya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Sang anak pun berkata, “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap 226


bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.�(Lukas 15:21) Pemberantasan korupsi bukan saja mengurusi terpidana agar mereka jera. Lebih jauh, para koruptor perlu pembaharuan bathin, insaflah dan bertobatlah, maka dosamu akan dihapuskan. Ini baru ‘ngefek’.

227


Bersinergi Memberantas Korupsi Saya teringat masa-masa sekolah, meski telah puluhan

tahun berlalu. Pagi itu, guru kelas kami

membawa sapu lidi ke dalam kelas. Kami pun belajar pentingnya sinergi dan persatuan dari setiap utas lidi yang diikat menjadi sebuah sapu. Berulang-kali sapu coba dipatahkan oleh guru, ‘sapu itu begitu kuat’. Beberapa teman sekelas diminta mencoba mematahkan kumpulan lidi, ‘para lidi itu begitu kuat’. Berikutnya, guru mencabut satu lidi, dipisahkan dari ikatannya, membengkokkannya dan lidi itu patah dengan mudah. Para lidi berfungsi dengan baik ketika mereka terikat bersatu, bersinergi. Pencegahan dan pemberantasan korupsi pun memerlukan sinergi. Sebut saja, lembaga penegak hukum KPK, POLRI, Kejaksaan Agung tanpa sinergi kekuatannya ibarat seutas lidi saja. Bahkan, ruang lingkup sinergi itu seharusnya diperluas; sehingga pemerintah, organisasi kemasyarakatan bahkan setiap individu perlu diberi ruang yang kondusif untuk terlibat dalam sinergi pencegahan dan pemberantasan praktek rasuah di negeri ini. Sinergi ini menjadi amat mendesak bila kita membaca pesan Nabi Musa kepada umatnya, “Sebab aku

228


tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu. Sebab itu di kemudian hari malapetaka akan menimpa kamu, apabila kamu berbuat yang jahat di mata TUHAN, dan menimbulkan sakit hatiNya dengan perbuatan tanganmu." (Ulangan 31:29) Garis bawahi kata-kata 'kamu akan berlaku sangat busuk', dalam bahasa asli Alkitab digunakan kata "shachath" yang artinya 'to destroy, corrupt, go to ruin - morally' sebuah keadaan moral yang hancur atau korup. Keadaan itu terjadi karena manusia berpikir, bersikap, berucap dan berperilaku menyimpang dari perintah Tuhan. Nabi

Musa

pada

zamannya,

melakukan

pencegahan dengan menyampaikan suara Tuhan kepada umat-Nya. Para rohaniwan era ini tentu dapat menjadi corong yang baik menggemakan ‘suara-Nya’. Bangsa kita memerlukan pesan-pesan profetik, suara kenabian yang diperdengarkan secara nasional, melintasi batas-batas yang ada. Jika Presiden Joko Widodo akan segera meneken Instruksi Presiden Tahun 2015 tentang Pemberantasan Korupsi – tentu hal ini perlu mendapat dukungan nyata mengingat tujuannya adalah untuk penguatan instansi terkait seperti Kejaksaan Agung, kepolisian, dan KPK 229


dalam membangun sinergi memberantas rasuah. Draf Inpres yang diusulkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional rencananya akan difokuskan pada upaya pencegahan dengan porsi 70-75 persen dari keseluruhan program aksi pemberantasan korupsi di Indonesia – tentu kami tidak memerlukan para penafsir dan komentator yang memancing keresahan publik. Semua pihak perlu bersinergi, mencegah para penggasak yang beraksi secara sistemik. Semua oknum tidak seharusnya risih dan merasa diri paling suci karena yang kita perjuangkan adalah nasib dan masa depan sebuah bangsa – bukan sebuah lembaga tertentu, kelompok tertentu atau bukan pula oknum tertentu. Gengsi sebuah lembaga, reputasi pejabat hingga gengsi individu tidak sepatutnya dikedepankan. Jika saja kita bisa mendengar

suara

Tuhan

seperti

Nabi

Musa

menyampaikan pesan profetis, tentu kita sepakat untuk bersinergi memberantas korupsi dan selamatkan negeri dari malapetaka.

230


E-budgeting Melindungi Para Hamba-Nya Sepintas, jika dimaknai penerapan sistim ebudgeting itu akan mempersempit ruang gerak para oknum

yang

berkepentingan

dengan

anggaran

pemerintah. Ibarat anak yang sedang lincah bermain di halaman rumah, ruang gerak mereka perlu dipasangi pagar pembatas. E-budgeting itu ibarat pagar yang membatasi para hamba Allah, tepatnya begitu. Dengan kata lain, mencegah para oknum agar tidak mengulurkan tangan mengambil anggaran diluar kewenangannya. Jadi, e-budgeting itu amatlah baik. Alkitab

mengajarkan,

“Tiap-tiap

orang

harus

takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah

yang

ada,

ditetapkan

oleh

Allah.”(Roma 13:1) Pemerintah adalah hamba Allah. Para anggota legislatif, para pejabat pemerintah beserta para penegak hukum adalah abdi Allah. “Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan”(ayat 4) rakyat, mereka “adalah pelayan-pelayan Allah.”(ayat 6)

231


Sayang sekali, tidak semua oknum tersebut mengabdikan sepenuh kehidupannya kepada Allah dan melayani demi kebaikan rakyat. Banyak perilaku dan tindakan mereka menjadi bukti ketidaktulusan mereka dalam mengemban tugas sebagai abdi-Nya dan abdi masyarakat. Tidak heran, jika sebuah negeri yang besar menyandang ranking korup. Alih-alih bertobat dan kembali ke jalan yang benar -- jalan pengabdian dan bakti kepada Tuhan; tidak sedikit orang

yang

berpendapat bahwa sistim

tata kelola

keuangan pemerintah perlu dibenahi. Dengan begitu, muncul kesan bahwa oknum yang korup cenderung mendesain, menggunakan dan mempertahankan sistim yang mempermulus praktek permainan anggaran dengan cara yang tidak benar. Disisi lain, muncul kesan bahwa pendekatan

pembinaan

manusia

dengan

pendidikan

karakter ‘telah gagal’ – oleh sebab itu perlu modifikasi sistim diluar diri manusia. Sebut

saja

e-budgeting

dengan

pendekatan

transparansi anggaran, dengan prinsip-prinsip tata kelola dana pemerintah yang baik. Dengan begitu, para aparat akan terlindungi, terhindar dari peluang-peluang yang ternoda dan berdosa. Saat yang bersamaan, hak-hak

232


rakyat

terjamin,

kesejahteraan

masyarakat

akan

meningkat. Oleh sebab itu, kehadiran sistim e-budgeting ini semestinya tidak perlu diperdebatkan lagi. Berkat sistim ini,

selain

terhadap

dapat kinerja

meningkatkan pemerintah,

kepercayaan

penerapan

publik

sistim

e-

budgeting ini juga telah selaras dengan semangat Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa keuangan daerah harus dikelola “secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.� Transparan diartikan sebagai prinsip keterbukaan yang memungkinkan publik dapat mengetahui dan mengakses informasi seluasluasnya terkait keuangan daerah sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. Oleh karena itu, pemerintah daerah yang menggunakan sistim e-budgeting perlu didukung oleh seluruh lapisan masyarakat agar aturan tersebut membumi. Sudah tentu, dengan terangbenderangnya

tata

kelola

anggaran

maka

peluang

bermain mata antara oknum eksekutif dan legislatif semakin sempit. Alhasil hikmah yang dapat dipetik adalah

233


para hamba Allah akan terlindungi dari segala godaan dan peluang korupsi. Ayo, kita awasi bersama-sama.

234


Efek Jera Hukuman Mati Menurut Yesus Kristus Berharap, setidaknya begitulah – ada efek jera bila para terpidana mati dieksekusi. Orang awam bisa saja mencibir dan berkata dalam hati, ‘apakah mungkin para terpidana itu dihukum mati lalu kita berharap orang yang masih hidup akan jera?’ Terang saja, siapa pun

tahu

bahwa tidak mungkin seseorang yang sudah meninggal akan jera. Hanya orang hidup, yakni mereka yang sadar dan insaf yang dapat mengalami efek jera. Sebut saja seorang wanita, tersangka yang nyaris menjadi korban oleh sekelompok massa yang hendak menghakiminya. Lewat kisah ini, Yesus memberikan pencerahan tentang makna efek jera yang sesungguhnya. Dalam Injil Yohanes tertulis, “Pagi-pagi benar Yesus berada di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahliahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu

berkata

kepada

Yesus:

"Rabi,

perempuan

ini

tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa 235


dalam

hukum

Taurat

memerintahkan

kita

untuk

melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus

bertanya

kepada-Nya,

Iapun

bangkit

berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan

itu, pergilah

mereka

seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata

kepadanya:

mereka?

Tidak

"Hai

adakah

perempuan, seorang

yang

di

manakah

menghukum

engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yohanes 8:2-11) Dari kisah ini, ada dua hal yang dapat dipetik mengenai pandangan Yesus terkait hukuman mati dan efek jera. Pertama, Yesus tidak menentang hukuman mati bagi pelaku kejahatan yang pantas dihukum mati. Wanita 236


dalam kisah ini pantas dirajam, dihukum mati. Namun demikian, Yesus dengan anugerah memberi pembebasan, pengampunan. "Akupun tidak menghukum engkau,” kata Yesus.

Kedua, Yesus memberi waktu, kesempatan

berikutnya agar wanita tersebut jera, sambil berkata: “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Dalam hal ini, tentu Yesus Kristus tidak bersalah.

Hukum

tidak

ditiadakan-Nya,

Dia

tidak

berkompromi dengan kejahatan ketika memberikan grasi, pembebasan. Sebagai Mesias, Yesus memberi ruang agar efek jera itu, ‘ngefek’-- sang pendosa kembali ke jalan yang benar. Itu efek jera yang sejati. Membaca kisah ini, saya teringat sebuah lagu daerah Batak Toba, berjudul, “Kamar 13” dibaca‘kamar sappulu tolu’ yang dilantunkan seorang musisi/vokalis Jack Marpaung. Lewat liriknya dikisahkan penyesalan sang narapidana, penghuni sel bernomor 13. ‘Jora ma au, jora ma au, dang ulaonku be sisongoni, molo dung bebas au sian penjara on, gabe jolma na denggan nama au.” Secara harafiah, artinya: Saya jera, saya jera. Saya tidak akan melakukan hal itu lagi, jika nanti saya bebas dari penjara ini, saya akan menjadi orang baik. Puji Tuhan, terlepas dari lirik lagunya, saat ini Jack Marpaung menjadi Pendeta. 237


Umat yang beriman, tentu tidak akan bergembira ketika para terpidana dieksekusi mati, disisi lain adalah tidak pantas memaksakan kehendak, ‘ngotot’ menuntut kematian orang jahat, main hakim sendiri. Umat yang percaya

akan

terus

mendukung

pemerintah

selaku

pemegang otoritas menegakkan hukum, seraya berharap banyak

agar

pemerintah

meningkatkan

upaya

pencegahan, terapi, edukasi agar penjahat jera sebelum mati.

238


Daftar Pustaka Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. (2000). Malang: Gandum Mas. Alkitab, Terjemahan Baru. (2004). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Dolly, Surabaya. (2014). Diakses, 4 Juni 2014 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Dolly,_Surabaya. Duh, Angka Perceraian di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik.(2013) Diakses, 14 Mei 2014 dari http://lifestyle.okezone.com/read/2013/12/23/482 /916133/duh-angka-perceraian-di-indonesiatertinggi-di-asia-pasifik. Efendi, Ilham., Pengertian dan Jenis-jenis Virus pada Komputer.(2014). Diakses, 21 Juli 2015 dari http://www.itjurnal.com/2014/03/Pengertian.dan.Jenisjenis.Virus.pada.Komputer.html. Explore religious groups in the U.S. by tradition, family and denomination. (2015). Diakses, 9 Juli 2015 dari http://www.pewforum.org/religiouslandscape-study/. Fritz, Paul., How Jesus Presumed the Best in Others. (2015). Diakses, 25 Agustus 2015 dari 239


http://www.sermoncentral.com/sermons/howjesus-presumed-the-best-in-others-paul-fritzsermon-on-20535.asp. Gambar Jokowi Pakai Celemek di Tabloid Australia Dianggap Tak Sopan. (2014). Diakses, 19 Nopember 2014 dari http://news.detik.com/internasional/2748760/gam bar-jokowi-pakai-celemek-di-tabloid-australiadianggap-tak-sopan. Henry, Matthew., Yesus disalibkan. (2014). Diakses, 28 April 2015 dari http://alkitab.sabda.org/verse_commentary.php?b ook=42&chapter=23&verse=43. Lokalisasi Dolly Pertengahan Juni Ditutup. (2014) Diakses, 4 Juni 2014 dari http://www.satuharapan.com/readdetail/read/lokalisasi-dolly-pertengahan-juniditutup. Marbun, Saortua., Koleksi Artikel Mimbar Protestan Surat Kabar Pos Bali 2014-2015 Marbun, Saortua., Mimbar Protestan. (2014). Surat Kabar Pos Bali www.posbali.com Pebody, Roger., Pernikahan merupakan faktor risiko untuk

240


infeksi HIV di Malawi. (2014). Diakses, 27 Agustus 2014 dari http://www.spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwn o=3280 Situasi Kebebasan Beragama dan kepercayaan di Indonesia Makin Buruk. (2014). Diakses, 2 Juni 2014

dari

http://pgi.or.id/situasi-kebebasan-

beragama-dan-kepercayaan-di-indonesia-makinburuk/ Soft Pluralism Solusi Persoalan Agama, Bukan Hard Pluralism. (2014). Diakses, 17 Agustus 2014 dari http://www.satuharapan.com/readdetail/read/soft-pluralism-solusi-persoalan-agamabukan-hard-pluralism Yogya Daerah Pertama Program Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga. (2014). Diakses, 3 September 2014 dari http://www.tribunnews.com/regional/2014/08/23/ yogya-daerah-pertama-program-pencegahankorupsi-berbasis-keluarga. 7 gereja disegel dan ditutup paksa di Jawa Barat, pihak Gereja lapor Komnas HAM. (2014). Diakses, 3 Juni 2014 dari http://indonesia.ucanews.com/2014/06/03/7241


gereja-disegel-dan-ditutup-paksa-di-jawa-baratpihak-gereja-lapor-komnas-ham/.

242


Tentang Penulis Penulis adalah dosen tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Triatma Mulya sejak 2008; dosen luar biasa Politeknik

Negeri

Bali

sejak

2003;

Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya sejak

2008;

Sekolah

Tinggi

Ilmu

Kesehatan Bina Usada Bali sejak 2009; Sekolah Tinggi Desain Bali sejak 2011 serta menjadi Pengajar Pusat Pendidikan dan Latihan Pariwisata (PPLP) Manajemen Perhotelan Indonesia sejak 2008. Kontributor Mimbar Protestan Pos Bali sejak 2014. Saortua Marbun, lahir 5 Nopember 1967 di Pananggahan Barus Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Pernah bersekolah di SDN Aek Tawar, SDN Lopian Lumut dan lulus dari SDN Pananggahan 1983; SMPN 1 Barus 1986. Sekolah Pendidikan Guru Negeri Sibolga 1989. Diploma Theologi di STT Sumatera 1993; Sarjana Theologi STT Satyabhakti Malang 2001 dan STT INTHEOS Solo 2006; Pendidikan Pascasarjana di STT Satyabhakti Malang 2008 dan Magister Manajemen STIE Triatma Mulya 2013. Saat ini sedang studi Program Doktor Kajian Budaya

(Cultural Studies) Universitas Udayana. 243



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.