Balai Ki-Samaun

Kota Tangerang yang pada masa kini merupakan bagian dari provinsi Banten, dan merupakan salah satu daerah penyangga serta satelit urban dari kota metropolitan Jakarta, area industri, sebetulnya adalah sebuah kota yang memiliki sejarah kebudayaan ‘masyarakat yang cukup panjang, jika menilik dari masa berdirinya. Tepian Sungai Cisadane merupakan saksi langsung bagaimana kehidupan masyarakat Tangerang ini memulai kebudayaannya hingga menjadi sebuah kota seperti saat ini.

Kota Tangerang dimulai sejak jaman kerajaan Pajajaran, sekitar tahun 1407, ekspedisi Mongolia mandarat di teluk Tangerang, dan dilanjutkan dengan hubungan dagang dan akhirnya menjadi sebuah pemukiman pecinan, hingga masuk ke saat kolonial di tahun’ 1683, berdiri sebuah benteng Belanda di Sukarasa, sebuah Bastion pertahanan yang dibangun untuk menghadapi serangan dari kerajaan Banten, terhadap kegiatan VOC di seputaran Banten.

Demikian berlanjut hingga ke masa kemerdekaan ini, pemukiman

sehingga menetapkan Kawasan ini sebagai kawasan

di area ini. Diantaranya adalah :

Pemukiman

lama

saja sebagai sejarah kota Tangerand, namun juga sebagai

Didalam perkembangannya Kecamatan Tangerang ini menjadi semakin vital dan padat, dengan hidupnya pusat bisnis, dan pasar rakyat di Pasar Lama Tangerang ini. Kepadatan semakin tinggi, kekumuhan, kebutuhan sosial mansyarakat, hingga perawatan koridor Cagar budaya yang semakin berkurang dan melemah, maka diperlukan sebuah perencanaan area, yang akan gerbang Koridor Pecinan Benteng ini, serta juga akan mewadahi semua kebutuhan, baik secara sosial kemayarakatan, ruang terbuka Publik, Pusat Kebudayaan, Area Bisnis, Hotel, Restorant, Area Eksibisi/ Pameran berkapasitas 1000 orang dan juga hubungan antara site dengan interface yang ada.

Pecinan ini ditetapkan dengan RTRW 2020-2035 Pemda Tangerang Kota.

Cagar Budaya, ditambah dengan adanya beberapa Benda Pusaka Ragawi yang berlokasi

Musium Benteng Heritage, Kelenteng Boen Tek Bio, Mesjid Jami Kalipasir, Stasiun Kereta Api Tangerang,

Petak Sembilan pasar

Tangerang, dan berbagai macam tradisi kebudayaan yang hingga saat ini masih terus dilestarikan bukan

magnet kuat untuk Pariwisata dan kagiatan Perekonomian Tangerang.

2. HOTEL KI-SAMAUN

BALAI KI - SAMAUN

BUDAYA, SEJARAH DAN RUANG TERBUKA TERINTEGRASI

Area Site sisi Utara, adalah interface area pemukiman Pecinan (petak sembilan), area penduduk Kalipasir, area Pasar Rakyat pasar Lama, oridor Pasar Lama Solusi desain area ini :

1. Memberikan ruang untuk pedagang pasar menempati area jalan belakang, dengan penataan tandart Pasar Rakyat(bersih, nyaman)

2. Area Ruang Terbuka Hijau, kombinasi dengan teman tematis (taman lansia, taman anak), untuk kebutuhan RTH pada area pemukiman Kalipasir a n a r e a l i n g k u n g a n s e k i t a r n y a

3. Ampiteathre, 2 buah Ruang terbuka non hijau di sisi Timur dan Barat, yang dapat digunakan untuk pementasan kebudayaan dan sosial masyarakat sekitar daerah kalipasir dan kota Tangerang.

4. Terminal angkot dan online, untuk memudahkan masyarakat mengakses moda transportasi, didalam i t e , s e h i n g g a h e m a t j a r a k

5. landmark Naga Air pada area depan, sebagai sta arah koridor Pasar Lama Tangerang ini

Hotel Balai Kalipasir, didesain untuk melengkapi Fasilitas dan fungsi yang dibutuhkan area sebagai area publik sekaligus pusat kegiatan ekonomi dan bisnis, baik secara retail maupun secara besar.

40 buah kamar kelas Melati, luasan 24 m persegi, yang disiapkan untuk area ini sehingga akan memudahkan pengunjung untuk berkegiatan di pusat kota Tangerang ini.

Fasilitas hotel yang berdekatan dengan area kuliner dengan pilihan kelas menu, juga kelengkapan sarana transport vertikalnya yang respon terhadap disabilitas dan kelompok lansia.

View Hotel semua kamar akan menghadap kawasan sungai Cisadane, dimana rutin setiap tahun akan adanya acara tradisi di sungai Cisadane, sehingga memberikan pengalaman yang baik.

Bangunan Shop House di dalam Site Balai KiSamaun ini, didesain dengan langgam Pecinan, era Kolonial Arsitektur, dimana langgam inilah yang sering digunakan oleh masayarakat Pecinanm pada jamannya. Ciri langgam yang dimaksud adalah : - Penggunaan Bentuk atap khas Pecinan

- Bentuk Kusen, Pintu dan Jendela bagian depan - Warna Merah pada Listplank, dan Tiang - Penggunaan Nok Atap khas pecinan.

Hal ini dilakukan agar area Shop House ini yang berdiri di sisi jalan Ki-Samaun, yang juga searah dengan koridor Pasar Lama Tangerang, yang sudah ditetapkan dalam RTRW Tangerang sebagai Koridor Pecinan, maka desain ini diharapkan dapat menjadi pintu gerbang inisiasi Pemda, untuk mengajak pemilik bangunan lain untuk bisa berpartisipasi memperbaiki koridor Pasar Lama Tangerang ini.

3. KANTOR SEWA - RUKO - KELAS KURSUS

4. RESTO & HALL PAMERAN