DIVE SLATE | scubadiverindo.com
INSPIRASI LIBURAN Tempat-tempat terindah di bumi
ketika membolak-balikkan kalender, baru sadar kalau 2011 benar-benar nyaris berakhir. Banyak yang telah terjadi sepanjang tahun ini (termasuk mengobrol dengan Emory Kristof yang menemukan bangkai Titanic - buka hal. 65!), tapi lebih banyak lagi yang belum sempat terlaksana. Walau pekerjaan tidak akan ada habisnya, tapi akhir tahun adalah saat yang pas untuk sejenak lari dari rutinitas alias berlibur. Bila Anda seperti saya yang sudah gatal ingin memesan tiket untuk berlibur Desember nanti, silahkan cari inspirasi di artikel tentang Misool di Raja Ampat, Papua Barat (hal. 14), Wakatobi di Sulawesi Tenggara (hal. 20), dan Bali (hal. 30) yang tetap menjadi all-time favorite siapa pun. Sambil merencanakan liburan, update kabar terkini tentang berbagai usaha konservasi lumba-lumba di Lombok (hal 56) dan paus sikat di Selandia Baru (hal. 38). DEEP & EXTREME akhirnya sukses digelar di Surabaya pada 7-9 Oktober kemarin, begitu pun dive trip bersama pembaca ke Komodo (hal. 86 & 78). Seperti biasa, sambil hunting tiket pesawat dan menetapkan tujuan berlibur akhir tahun, manjakan mata dengan karya-karya memukau dari talenta sekaliber Brian Skerry dan Harry Susanto.
20 Empat diantara lima penyelam pemula menyatakan Raja Ampat sebagai destinasi impian, sementara empat diantara lima penyelam berpengalaman menobatkan Raja Ampat sebagai destinasi favorit.
Yang membuat Wakatobi begitu menggiurkan adalah kesempatan istimewa untuk menjejakkan kaki di salah satu tempat terpencil di muka bumi.
14
Editor-in-Chief
Edisi 5 / 2011 (Vol.2 No.5)
N AKHIR TAHUN INSPIRASI LIBURA
Kembalinya
Paus Sikat Baru ke Selandia
www.scubadiverindo.com
Misool, Raja Ampat Lumba-lumba Lombok Portfolio: Harry Susanto Bali & wakatobi
TUNGGU APALAGI!
ANdRoId & weB SdAAI LewAT iPAd, UNdUH APLIKASI Jawa) Rp 40.000 (Jawa) -
Rp 45.000 (Luar
PPS 1473/11/2011(028319)
Kini kami dapat dinikmati melalui satu sentuhan jari dengan mengunduh aplikasinya ke dalam iPad, android dan web. Hanya US$ 1.99 per edisi, nikmati kemudahan berlangganan semudah menjentikkan jari.
95
TELAH TERBIT!
Walau telah dikeluarkan peraturan yang melarang pembantaian lumba-lumba, masih banyak yang bernasib malang di tangan manusia.
Walau tergolong masih baru di bidang fotografi bawah air, tapi prestasi Harry Susanto tak bisa dipandang sebelah mata.
56 78
64 BY: ETHAN DANIELS & GEOFF COOK
CORALTRIâ–˛NGLE
SEASCAPES
FORWARD DR.SYLVIAA EARLE
42
66
Selama Festival Celebrate the Sea di Manado, Scuba Diver AustraAsia Indonesia mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Emory Kristof.
65
Setelah sukses dengan trip ke Maratua di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur, pada 28 September – 2 Oktober 2011, SDAAI kembali menggelar dive trip ke Kepulauan Komodo.
edisi 5 | 2011 (vol.2 no.5)
Wolfgang Pölzer
LINGKUNGAN HIDUP
30 | INSIDER Bali Shootout 2011
42 | BUKU BARU Cinta Terumbu
38 | SEA SCIENCE Pulang ke Rumah
OLEH SDAA
26 | IN FOCUS Si Hiu Biru
Tips memotret hiu biru di Kepulauan Azores, Portugal. OLEH WOLFGANG PÖLZER
46 | THROUGH THE LENS Brian Skerry
Sebuah kisah mengharukan bagaimana alam menuntun suatu spesies untuk melawan kepunahan sekaligus menemukan kembali teritorinya. OLEH SAMANTHA DAVID FOTO OLEH BRIAN SKERRY
INSPIRASI LIBURAN AKHIR TAHUN
MISOOL, RAJA AMPAT • LUMBA-LUMBA LOMBOK • PORTFOLIO: HARRY SUSANTO • BALI & WAKATOBI
OLEH BERAGAM KONTRIBUTOR
Buku terbaru Ethan Daniels dan Geoff Cook berjudul Coral Triangle Seacapes yang berisi kumpulan foto tentang keindahan perairan di Asia Tenggara.
Edisi 5 / 2011
Ingin menyelam di salah satu destinasi terbaik di Asia sambil harap-harap cemas memenangkan berbagai hadiah menggiurkan? Ikuti Shootout Scuba Diver AustralAsia di Bali!
Kembalinya
Paus Sikat ke Selandia Baru
Misool, Raja Ampat Lumba-lumba Lombok Portfolio: Harry Susanto Bali & Wakatobi
www.scubadiverindo.com
FEATURE
Edisi 5 / 2011 (Vol.2 No.5)
DESTINAsi
TUNGGU APALAGI!
UNDUH APLIKASI SDAAI LEWAT iPAD, ANDROID & WEB Rp 40.000 (Jawa) - Rp 45.000 (Luar Jawa)
PPS 1473/11/2011(028319)
Sampul Muka Paus sikat (Eubalaena australis) kembali bermukim di perairan Selandia Baru. Oleh Gerard Soury / Photolibrary
destination MisooL | scubadiverindo.com
14
Mengagumi Misool Empat diantara lima penyelam pemula menyatakan Raja Ampat sebagai destinasi impian, sementara empat diantara lima penyelam berpengalaman menobatkan Raja Ampat sebagai destinasi favorit. Teks & foto oleh Sangut Santoso
Wilayah Misool terdiri dari Kepulauan Wagmap, Daram, Fiabacet, Boo, Yiliet, Wayilbatan, dan masih banyak tempat penyelaman yang didominasi pinnacle yang belum tersentuh. Keindahan terumbu karang, variasi warna soft coral, jajaran seafan berukuran besar, dan kepadatan ekosistem bawah airnya merupakan daya tarik luar biasa bagi para penyelam. Misool memanjakan para pecinta ikan besar maupun hewan makro. Di satu situs, tak hanya dapat ditemui Napoleon wrasse, grey reef shark, blacktip shark, manta ray, gerombolan fusilier, leopard shark, wobbegong shark, mobula ray, giant grouper, gerombolan yellowfin tuna, dan chevron barracuda, tapi juga beragam spesies nudibranch, frogfish, dan kuda laut pygmy (setidaknya ada empat species berbeda!). Bagi pecinta makro, menemukan critter di Misool bukanlah hal yang mudah. Bukan karena tidak ada critter, tapi karena saking cantiknya hamparan koral di Misool membuat mata terbuai dan lupa untuk melihat lebih dekat ke karang. Kuda laut pygmy mudah ditemukan di sini. Saya pernah menemukan 22 ekor kuda laut pygmy pada sebuah seafan berukuran satu meter. Tak seperti di tempat lain, di mana kuda laut pygmy biasanya ditemukan di tempat yang relatif cukup dalam, di Misool bahkan ada kuda laut supermungil yang hidup di kedalaman lima meter. Hal ini tentunya merupakan kesempatan emas bagi penyelam junior untuk bisa melihat kuda laut pygmy.
Oktober, Saat Terbaik Tidak seperti di utara Raja Ampat, perairan Misool tidak sepanjang tahun ideal untuk menyelam. Juli hingga September adalah saat angin dari selatan sangat kuat dan menyebabkan ombak besar menghantam wilayah ini. Menyelam di bulan-bulan tersebut sangat tidak direkomendasikan. Oktober merupakan waktu terbaik untuk menyelam di Misool, terutama bagi para pecinta hewan pelagis, berhubung di bulan inilah banyak ikan anchovy yang merubung dan menutupi terumbu karang. Begitu banyak dan padatnya gerombolan anchovy hingga kadang penyelam tidak dapat melihat buddy atau dive guide tidak dapat melihat grup yang sedang dibawanya. Konsentrasi ikan ini menarik predator, seperti tuna, mobula ray, dan hiu untuk berpesta pora. Menyaksikan kebuasan para predator menyantap anchovy adalah pengalaman tak terlupakan. Namun karena di saat yang sama plankton memenuhi perairan Misool, maka visibility kurang bagus. Menyelam di Misool pada bulan Oktober merupakan pengalaman menyelam terbaik yang pernah saya alami. Ketika itu dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan 40 ekor mobula ray secara terorganisir menyerang gerombolan anchovy. Seluruh tubuh saya gemetar seiring dengan derasnya adrenalin yang mengucur karena saat itu posisi saya sedang di tengah-tengah gerombolan anchovy yang sedang dimangsa. Belum selesai saya terkesima dengan apa yang terjadi, kembali saya dikejutkan oleh segerombolan tuna berukuran sekitar dua meter yang juga beramai-ramai menyerang anchovy. Di sini juga untuk pertama kalinya saya melihat Javanese cownose ray yang merupakan hewan langka yang terancam punah. Visibility terbaik di Misool terjadi pada Januari hingga Maret. kiri: Gugusan kepulauan Terutama bagi fotografer pecinta Misool yang terletak di fotografi wide angle, inilah saatnya selatan Raja Ampat
PHOTO TRIPS | scubadiverindo.com
20
Menyusuri Wakatobi Inilah tempat impian para fotografer bawah air. Selain janji untuk mencicipi akomodasi mewah dan mengagumi pemandangan indah, yang membuat Wakatobi begitu menggiurkan adalah kesempatan istimewa untuk menjejakkan kaki di salah satu tempat terpencil di muka bumi. Oleh Aaron Wong MeMiliki peMandangan seperti di kartu pos atau wallpaper komputer, Wakatobi adalah sebuah tempat yang selalu membuat orang meneteskan air liur sebelum berkata, “Saya harus ke sana!� Dan sesampainya di sana, siapa pun pasti akan sulit meninggalkannya tempat ini. Hal pertama yang akan membuat Anda terpukau adalah keterpencilan letaknya. Pulau di tenggara Sulawesi ini hanya dua jam terbang dari Bali, namun saking terpencilnya, resor tempat saya menginap sampai membangun landasan terbang sendiri. Tiba di resor, hal berikutnya yang membuat saya terpana adalah standar servis yang sangat tinggi. Kami disapa dengan nama. Tidak heran, resor ini ternyata menetapkan rasio satu orang staf untuk setiap dua tamu. Malam pertama kami habiskan dengan memandang hamparan bintang dari bar yang ada di jetty. Karena letaknya terpencil, milyaran bintang yang terlihat malam itu sangatlah terang. Setelah terbiasa dengan kegelapan, saya mendapati sekumpulan bintang yang bersinar lebih terang dari yang lain. Kemudian saya tahu bahwa itu adalah Galaksi Bima Sakti. Cepatcepat saya mengambil kamera dan mencoba mengabadikannya. Karena tidak membawa tripod, gambar yang saya hasilkan malam itu tidak ada yang layak. Karena waktu masih lumayan panjang di Wakatobi, malam berikutnya saya bertekad untuk kembali memotret Bima Sakti. Di Wakatobi, kenyamanan dan kemudahan adalah kata kunci yang diterapkan di setiap aspek operasional. Untuk para fotografer, misalnya, tersedia sebuah ruangan kamera berukuran besar untuk merakit housing, membersihkan kamera, mengganti O-ring, termasuk area charger yang luas. Setiap tamu dapat meninggalkan kamera di sini tanpa perlu membawanya bolak-balik ke kamar. Lagipula, ruangan ini terletak di jetty sehingga membebas tugaskan para fotografer untuk menenteng piranti kamera yang berat setiap akan memulai penyelaman.
Dimanjakan Setiap pagi sehabis makan, seperti tipikal servis menyelam di Indonesia, alat selam sudah rapi terpasang dan tergolek di atas kapal.
Berhubung situs menyelam di Wakatobi hanya terletak 20 menit dari resor, setiap selesai menyelam tamu akan dibawa kembali ke resor untuk makan, leyeh-leyeh, atau bahkan tidur siang. Sebelum berkunjung ke Wakatobi, sering saya mendengar bahwa tempat ini merupakan salah satu dari sedikit tempat di bumi yang masih memiliki gugusan terumbu karang sehat. Hal tersebut ternyata bukan sekadar omong kosong. Dengan mata kepala sendiri saya melihat seafan berukuran raksasa dengan sekumpulan fusilier dan jack yang berseliweran di sekitarnya. Itu semua masih ditambah koral lunak warna-warni yang menyegarkan mata dan menyejukkan jiwa. Didukung visibility yang mencapai 30 meter, memotret wide angle di tempat ini merupakan impian setiap fotografer. Blade merupakan situs favorit saya di Wakatobi. Kontur bawah airnya terdiri dari serangkaian bukit dan jurang yang saling zigzag menyambung, sehingga bila dilihat dari atas akan tampak seperti gigi gergaji. Serunya lagi, situs ini dipenuhi koral dalam aneka jenis dan warna yang tak henti-hentinya membuat saya berdecak kagum. Ekosistem terumbu karang yang sehat di sekitar resor merupakan hasil usaha konservasi yang dilakukan resor selama bertahun-tahun secara konsisten. Dan ternyata, Wakatobi merupakan percontohan konservasi terbesar dan tersukses yang pernah dilakukan oleh instansi swasta.
Wakatobi, Dulu Wakatobi menyimpan masa lalu yang kelam dengan ancaman lingkungan yang serius, seperti praktek penangkapan ikan menggunakan dinamit yang memporak-porandakan karang sekaligus menyusutkan persediaan ikan di laut. Untuk menghentikan hal ini, resor memulai usaha konservasi dengan memberikan akses ke pendidikan, lapangan kerja, dan kesepakatan “penyewaan terumbu karang�. Usaha itu sedikit demi sedikit menampakkan hasil positif. Pikiran masyarakat mulai terbuka dan mereka makin menyadari bahwa banyak jenis ikan yang halaman samping: Perairan dangkal di Wakatobi dipenuhi biota laut menakjubkan, seperti sotong yang seakan berpose di depan kamera ini
EnvironmEnt | scubadiverindo.com
56
Tak Tersentuh Hukum Walau telah dikeluarkan peraturan yang melarang pembantaian lumbalumba, pada prakteknya masih banyak saja mamalia cerdas ini yang bernasib malang di tangan manusia. Sebagian untuk dimakan dan sebagian lagi untuk umpan menangkap jenis ikan yang menguntungkan. Oleh Steve Lighthouse
Pada akhir tahun 2010 saya menerima email tentang nelayan yang menangkap lumba-lumba di Lombok, sebuah pulau di Indonesia yang makin populer sebagai destinasi wisata. Di email itu juga disertakan foto-foto mengerikan yang menggambarkan sekeluarga lumba-lumba sedang dipajang di sebuah pasar ikan untuk dijual. Seharusnya Indonesia telah memiliki seperangkat aturan untuk melindungi lumba-lumba, namun setelah melihat kiriman email tersebut, sepertinya perlindungan hukum tidak berlaku bagi hewan malang itu. Makanya tak lama kemudian saya berangkat ke Indonesia untuk menyelidiki kasus ini. Terbangun oleh suara azan subuh dari mesjid setempat, dengan berbekal buku catatan dan kamera, saya menuju Tanjung Luar, pasar ikan terbesar di Lombok Timur.
Pengunjung pasar ini merupakan kombinasi antara turis dan penduduk lokal. Sambil menahan bau amis yang menyengat, saya meyaksikan kapal-kapal nelayan yang berlabuh dengan para kru yang sibuk mengangkat tangkapan dari perahu. Cepat-cepat saya mencatat jenis ikan yang sedang diangkut itu. Ada scalloped hammerhead, hiu thresher, mako, tiger shark, bull shark, dan hiu white-tip. Selain itu, tampak juga manta dan mobula ray, selain lumba-lumba dan paus pilot diantara tangkapan. Tidak ada satu ekor tuna pun terlihat diantara bangkai hewan-hewan laut yang malang itu.
Through The lens | scubadiverindo.com
66
Harry Susanto
Mencandu Kesunyian Teks oleh Fransiska Anggraini
Perasaan komunal yang dirasakan para penyelam setiap berada di bawah air adalah kesunyisenyapan. Mendengar suara nafas sendiri yang keluar dalam bentuk gelembung telah membuat banyak orang kecanduan. Berbagai masalah duniawi seakan menguap bersama gelembung nafas setiap kali tubuh terbenam di dalam air. Samudera dan seisinya menghibur jiwa-jiwa penat manusia tanpa menggurui, apalagi menghakimi. Ia hanya memberi tanpa mengharapkan sesuatu. Makanya diperlukan kesadaran untuk menjaga kelestarian samudera supaya anak cucu kita tetap dapat menikmati kesunyisenyapan.
divers we love | scubadiverindo.com
Satu Jam bersama
Emory Kristof Teks oleh Fransiska Anggraini
Selama FeStival Celebrate the Sea di Manado, Scuba Diver AustraAsia Indonesia mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Emory Kristof, seorang tokoh videografi bawah air yang terkenal karena merupakan manusia pertama yang berhasil mendokumentasikan bangkai Titanic yang teronggok di dasar lautan sedalam 2,5 mil. Berkat inovasi dan kecintaan terhadap misteri perairan dalam, pria 69 tahun yang senang bercanda ini merakit piranti fotografi bawah air menggunakan robot dan kendaraan yang dapat dioperasikan dari jauh, sehingga misteri perairan dalam dapat terungkap untuk penelitian. Berbagai penghargaan telah diraih Kristof, diantaranya Innovation in Photography Award oleh American Society of Magazine Photographers di tahun 1986 dan J. Winton Lemon Fellowship Award dari National Press Photographers Association di tahun 1998.
2
Pernah terpikir untuk bekerja di National Geographic? Sama sekali tidak. Saya cukup beruntung
ditawari magang sebagai fotografer di National Geographic setelah lulus kuliah di tahun 1963, sementara orang lain harus melewati seleksi yang ketat.
Apa yang paling disuka dari pekerjaan ini? Tidak perlu berbasah-basah masuk air. Saya cukup mengoperasikan kamera dari darat. Lebih aman, tanpa resiko kena penyakit dekompresi. Lagipula saya sudah tidak bisa lagi menyelam, berhubung kedua tempurung lutut saya sudah diganti. Untuk berjalan saja susah, apalagi untuk mengayuh ketika menyelam.
3
4
Proyek yang sedang dikerjakan? Video perairan dalam
5
Apakah footage Titanic di film Titanic karya Anda?
6
Pengalaman paling berkesan sepanjang karir?
di Segitiga Terumbu Karang, tepatnya di Laut Sulawesi. Karena sulit mendapat ijin di Indonesia, kami melakukannya di bagian Laut Sulawesi yang menjadi kekuasaan Filipina, dimana ijin, infrastruktur, dan akses lebih mudah. Namun karena saya masih penasaran untuk melihat perairan Laut Sulawesi di wilayah Indonesia, tim saya berencana mencoba lagi untuk mendapatkan ijin mengambil gambar di Indonesia. Melihat piranti kami yang seperti alat mata-mata di film James Bond, pihak berwenang menyangka kami akan melakukan pengintaian spionase yang berbahaya. Tak mudah menyakinkan mereka bahwa kami benarbenar sekumpulan pecinta alam yang haus pengetahuan. Semoga kali ini ijin berhasil didapat. Mungkin ini akan menjadi proyek terakhir sebelum saya benar-benar menikmati hari tua. Istri sudah memarahi saya terus karena masih harus pergi ke tempat-tempat yang ekstrim untuk bekerja.
Mengapa suka perairan dalam? Sudah banyak fotografer yang mengeksplor perairan dangkal. Saya ingin mengungkap hal-hal misterius di tempat yang belum pernah dijelajah. Lagipula, banyak sekali yang belum kita tahu tentang perairan dalam, termasuk membuktikan keberadaan sebuah legenda. Saya pernah melakukan ekspedisi di Loch Ness, Skotlandia, untuk mencari tahu keadaan rantai makanan di dalam danau misterius yang sering dikaitkan dengan keberadaan monster Nessie itu. Ternyata Nessie tidak ada. Selama berjam-jam menunggu saya cuma melihat seekor belut besar. Sekilas belut ini memang mirip Nessie. Aaron Wong
1
Bukan, footage di film itu jauh lebih bagus karena gambar Titanic yang saya punya memiliki banyak keterbatasan teknis. Film Titanic diproduksi lebih dari satu dekade setelah saya mulai merancang sistem kamera untuk kendaraan ARGO yang berhasil menemukan bangkai Titanic. Kru film menghubungi saya untuk minta petunjuk teknis dan pengadaan logistik. Belajar dari evaluasi proyek yang saya lakukan di tahun 1985, film Titanic bisa mendapatkan footage yang lebih bagus dan saya ikut bangga akan keberhasilan film tersebut di seluruh dunia.
Pertama kali meyelam dengan Alvin (kendaraan khusus yang didesain untuk mengeksplorasi dasar laut) di gunung api bawah laut pada kedalaman 2.590 meter di Galapagos yang dipenuhi tube worm berujung merah. Rasanya seperti berada di planet lain dan saya sedang diculik alien! SDaa
ASIAN A FINGE T YOUR RTIPS
ARSITEKTUR ASIA
NTEauNn) RAYA PA eren (S
Dapat diakses secara digital melalui iPad dengan mendownload aplikasi
Dapat diperoleh di Toko Buku, Agen koran dan Majalah terdekat atau hubungi Info Berlangganan di (021) 5365 1201 / 19 info@juniorindonesia.com
Asian Geographic Junior Indonesia
di App. store.
@asiangeoJUNIOR
HIGHLIGHT | scubadiverindo.com
Andrias Nelwan
78
Balada Komodo – Labuan Bajo Teks oleh Fransiska Anggraini
Scuba Diver auStralaSia inDoneSia (SDAAI) tak hanya menyajikan artikel dan gambar-gambar indah di berbagai destinasi menyelam di Indonesia, namun juga senantiasa mendekatkan diri dengan pembaca setianya dengan mengajak mereka menyelam di berbagai destinasi populer. Kepulaun Komodo dipilih sebagai tujuan trip pada 28 September - 2 Oktober 2011 karena tak hanya indah di bawah air, namun pemandangan atas airnya juga sangat unik. Terkenal sebagai habitat reptil purba terbesar di dunia, perairan di sekitar Komodo yang diterpa arus kuat membawa banyak plankton sehingga berbagai biota laut yang ada di sini dalam keadaan sehat. Didampingi Fransiska Anggraini, Editor-in-Chief SDAAI dan Dharmawan Sutanto, Managing Director SDAAI, sebanyak sebelas peserta dari Jakarta, Bali, dan Pekan Baru berkumpul di Denpasar untuk bersama-sama menuju Labuan Bajo dengan TransNusa. Walau pesawat menuju Labuan Bajo mengalami penundaan cukup lama, namun semua peserta yang telah dikuasai holiday mood tetap ceria. “Dibawa senang saja. Sudah biasa menghadapi hal-hal seperti ini kalau traveling!� ujar Andrias Nelwan, salah seorang peserta dari Jakarta yang telah sering berkelana ke berbagai daerah terpencil di Indonesia. Hari telah sore ketika akhirnya rombongan tiba di Jayakarta Suites Komodo yang terletak 10 menit bermobil dari Bandar Udara Labuan Bajo. Setelah meneguk minuman gula asam dan menyeka diri dengan handuk dingin yang disodorkan staf front office Jayakarta Suites Komodo yang ramah, peserta langsung semangat mengeluarkan peralatan selam dari kopor masing-masing. Disambut Yohanes Saul Lodo dari Orca Dive Club Flores, setelah mengisi formulir Liability Release, peserta segera menuju Pulau Bidadari untuk melakukan sunset dive.
Menuju Komodo Untuk menuju ke situs menyelam, peserta harus naik mobil menuju pelabuhan selama 15 menit yang disambung dengan kapal. Setiap pagi peserta sudah harus berangkat dari hotel pukul 06:00 WITA supaya bisa melakukan dua dive sebelum makan siang dan satu dive setelah makan siang. Walau perjalanan panjang, namun sepanjang jalan selalu diisi canda tawa. Terlebih kru kapal selalu siap dengan cemilan berupa pisang goreng hangat yang digoreng langsung di atas kapal, selain sebuah cooler box penuh minuman ringan. Belum lagi kadang di sepanjang jalan segerombolan besar lumba-lumba meloncat di samping kapal yang berjalan pelan.
atas: Jayakarta Suites Komodo di Labuan Bajo | Seluruh peserta trip di Loh Buaya, Pulau Rinca, sebelum melakukan trekking
ALL ACCESS at the world’s largest archipelago Indonesia’s one and only diving, marine, and eco-tourism show is back
29 March - 1 April 2012 Jakarta Convention Center
INFORMATION & RESERVATION +62 21 5328 878 | +62 21 5369 0165 email: info@xnetindonesia.com www.deepandextremeindonesia
supported by :
supporting publication :
media partner :
supporting online media :
in association with:
Kini kami dapat dinikmati melalui satu sentuhan jari dengan mengunduh aplikasinya ke dalam iPad, android dan web. Hanya US$ 1.99 per edisi, nikmati kemudahan berlangganan semudah menjentikkan jari. Cara mengunduh: 1. Jalankan aplikasi “App Store” di iPad Anda. |2. Tap “Search” di kanan atas, ketikkan “Wayang Force”. |3. Tekan Enter atau pilih Wayang Force dari saran
pencarian yang dihasilkan. |4. Tekan tombol “FREE” yang menandakan aplikasi ini Gratis untuk diunduh, dan tekan “INSTALL APP” untuk menginstalnya ke iPad Anda. |5. Anda mungkin harus memasukkan password AppStore/iTunes Store Anda untuk melanjutkan. |6. Anda akan dibawa keluar dari aplikasi AppStore, dan proses instal aplikasi WayangForce akan berjalan. |7. Tunggu sampai selesai, dan WayangForce pun siap untuk Anda gunakan. Untuk web dan android, aplikasi dapat diunduh di www.wayangforce.com
Info berlangganan: ( 0 21 ) 5 3 6 5 1 2 01 a t a u E m a i l : i n f o @ s c u b a d i v e r i n d o . c o m
www.scubadiverindo.com
Scuba Diver AustralAsia Indonesia
@majalah_SDAAI