2 minute read

2.2 Fenomena Perubahan Penggunaan Lahan di Kelurahan Dago

Next Article
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

2.2 Fenomena Perubahan Penggunaan Lahan di Kelurahan Dago

Perubahan penggunaan lahan di Kelurahan Dago sudah menjadi sebuah fenomena. Artinya permasalahan ini sudah disadari dan dibahas oleh banyak orang dan berbagai pihak. Bahkan tertulis dalam dokumen perencanaan yang nanti akan dibahas. Sebelum membahas itu akan dijelaskan mengenai penggunaan lahan itu sendiri. Penggunaan lahan memiliki kaitan yang erat dengan aktivitas manusia. Aktivitas manusia yang beragam mengakibatkan beragamnya penggunaan lahan pula. Maka dari itu, dilakukan usaha untuk melakukan klasifikasi penggunaan lahan. Menurut Abbler (1972), klasifikasi merupakan suatu proses pengelompokan data yang bersifat induktif sebagai generalisasi secara sistematik dari suatu objek atau fenomena (Sitawati, 2002).

Advertisement

Terdapat beberapa versi dalam klasifikasi penggunaan lahan. 1. Standar Nasional Indonesia (SNI) Badan Standarisasi Nasional sebagai lembaga yang membuat SNI menggunakan terminologi penutup lahan dalam mengelompokkan penggunaan lahan. Berdasarkan SNI penggunaan lahan dibagi berdasarkan skala, yaitu 1:1.000.000, 1:250.000 dan 1:50.000/25.000. Kelas yang paling umum adalah daerah vegetasi dan daerah tak bervegetasi. Daerag vegetasi berupa daerah pertanian (sawah, ladang , perkebunan) dan daerah bukan pertanian (hutan, semak belukar, padang rumput, dll). Daerah tak bervegetasi berupa lahan terbuka, permukiman dan lahan bukan pertanian (lahan terbangun dan tidak terbangun), dan perairan (rawa, sungai, dll). 2. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepaa Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1997 Peraturan ini membahas tentang Pemetaan Penggunaan Tanah Perdesaan, Penggunaan Tanah Perkotaan, Kemampuan Tanah dan Penggunaan Simbol/Warna Untuk Penyajian dan Peta. Pembagian penggunaan lahan dibedakan menjadi perkotaan dan perdesaan. Pada penggunaan tanah perkotaan terdapat tanah perumahan, tanah perusahaan, tanah industri, tanah jasa, dan lainnya. Pada penggunaan tanah pedesaan terdapat tanah terbuka, hutan, perairan darat, dan lainnya. 3. Penggunaan Lahan pada Perencanaan Tata Ruang Dalam penataan ruang, kawasan dibagi menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan Lindung, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan (UU Penataan Ruang NO.26/2007). Kawasan Budidaya, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan (UU Penataan Ruang No. 26/2007). Pada Kawasan Lindung terdapat Kawasan Yang memberikan perlindungan bagi Kawasan bawahnya (Kawasan resapan air, Kawasan bergambut, dll), kawasan suaka alam (cagar alam, suaka margasatwa, dll), kawasan pelestarian, kawasan rawan bencana, dll. Pada kawasan budidaya terdapat kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, dan kawasan pertambangan.

Laporan tugas ini akan menggunakan pembagian penggunaan lahan dari Badan Standarisasi Nasional yang menggunakan terminologi tutupan lahan. Karena yang menjadi fokus dari laporan tugas ini adalah persoalan perkembangan penggunaan lahan dalam konteks Kelurahan Dago yang merupakan daerah konservasi.

Dalam RPJMD Kota Bandung tahun 2018 – 2023, disebutkan persoalan di wilayah Kawasan Bandung Utara. Alih fungsi lahan di wilayah tersebut mengakibatkan terjadinya banjir bandang di Jatihandap dan berbagai lokasi lainnya. Belum lagi keterbatasan RTH yang jauh dari target 30%. Sebagai kawasan konservasi, Kawasan Bandung Utara juga merupakan area resapan air. Eksploitasi lahan menyebabkan ketersediaan air tanah semakin kritis. Sehingga di musim kemarau mengalami kekeringan dan tingginya air limpahan di musim hujan menimbulkan banjir/genangan. Rusaknya fungsi resapan di wilayah Kawasan Bandung Utara dapat terlihat dari indikasi tingginya selisih debit maksimum dengan debit minimum sungai-sungai yang ada. Berbagai apartemen, tempat perdagangan dan jasa bermunculan mengakibatkan berkembangnya lahan terbangun.

Untuk mengetahui lebih detil mengenai perkembangan lahan terbangun, prediksi perkembangan lahan terbangun, serta identifikasi permasalahannya, akan dijelaskan hasil analisis pada bab selanjutnya.

This article is from: