1 minute read

3.3 Persoalan Penggunaan Lahan di Kelurahan Dago

Next Article
1.5 Keluaran

1.5 Keluaran

Dari analisis diatas didapatkan perkembangan lahan terbangun di Kelurahan Dago pada tahun 2008 – 2021 sebesar 54% dan tahun 2018 – 2021 sebesar 5%. Hasil analisis ini menunjukkan kecenderungan yang unik. Dari analisis 4.1 didapatkan perkembangan lahan terbangun di Kelurahan Dago adalah 22.35%. Maka apabila dibandingkan, perubahan lahan dengan interval yang sama (10 tahun) antara tahun 2008 – 2018 lebih besar dibandingkan tahun 2018 – 2021. Ini sesuai dengan yang disebutkan pada gambaran umum, bahwa penatagunaan guna lahan diperlukan untuk membatasi perubahan penggunaan lahan. Bila dicermati aturan tentang pembatasan pembangunan di Kelurahan Dago memang baru digencarkan beberapa tahun terakhir dalam peraturan perencanaan terbaru. Berdasarkan data, memang prediksi perkembangan lahan terbangun pada tahun 2028 tidak signifikan. Namun, tetap perlu dilakukan intervensi agar angka perkembangan ini dapat ditekan. Pembahasan mengenai ini akan dijelaskan lebih dalam pada bagian berikutnya.

3.3 Persoalan Penggunaan Lahan Di Kelurahan Dago

Advertisement

Hasil analisis sebelumnya telah menunjukkan bahwa perkembangan lahan terbangun terjadi di Kelurahan Dago. Secara kuantitatif, prediksi perkembangan lahan terbangun pada tahun 2028 akan meningkat sebesar 5% dari tahun 2018. Pada bagian ini akan dijelaskan apa persoalan yang menyebabkan hal ini dapat terjadi. Untuk mempersempit bahasan, persoalan akan dibahas dari sudut pandang kebijakan. Yaitu, perencanaan dan penegakkan kebijakan (Law Inforcement).

1. Persoalan dalam Perencanaan

Terdapat temuan unik yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya. Bahwa perubahan lahan dengan interval yang sama (10 tahun) antara tahun 2008 – 2018 lebih besar dibandingkan tahun 2018 – 2021. Yaitu pada tahun 2008 –2018 sebesar 22.35% dan tahun 2018 – 2021 sebesar 5%. Dalam sudut pandang perencanaan hal ini terjadi karena sekitar tahun 2008 belum terdapat kebijakan yang secara signifikan mengarahkan Kelurahan Dago menjadi daerah konservasi. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009-2013, konservasi yang disebutkan hanya berupa program di daerah resapan air. Namun, dokumen ini tidak menyebutkan rencana yang secara spesifik menyebut Kelurahan Dago maupun Kecamatan Coblong sebagai area konservasi.

Pada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013 – 2018, terdapat perkembangan yaitu terdapat intensifikasi pada program konservasi, misalnya pemulihan kembali kawasan-kawasan yang berfungsi lindung. Serta ekstensifikasi aspek pada program konservasi, misalnya sungai, danau, dan lainnya. Kelurahan Dago sebagai daerah konservasi secara tidak langsung disebutkan sebagai Kawasan Bandung Utara.

This article is from: