Yakin
Masih dalam Polemik EDITORIAL
SALAM REDAKSI
CILOTEH + PT Lokal VS PT Asing
- Kok lai ka baradu balak tu... + Sisfo tak kunjung elok
- Kok ka mode tu se taruih, ancak agiahan se ka PT Asing lai....!
Pelindung: Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Dr. H. Eka Putra Wirman, Lc, MA.
Penanggung Jawab: Wakil Rektor III IAIN Imam BonjolPadang Dr. Alkhendra, MA Kepala Biro AUAK Drs. Dasrizal, MA
Pembina: Yulizal Yunus, Shofwan Karim Elha, Emma Yohanna, Sheiful Yazan, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El Faruqi Dewan Redaksi: Arjuna Nusantara, Zulfikar Efendi, Dosfrianto, Yogi Eka Saputra, Taufik Siddiq, Elvi Safitri Dinyyati Rahmatika.
Foto : Noufal /SuaraKampus
D
ari tahun ke tahun, tampaknya polemik yang terjadi di kampus Islam tertua di Sumatera Barat (Sumbar) ini tak kunjung usai, mulai tahun 2012 hingga sekarang ini permasalahan Sistem Informasi (Sisfo) Online IAIN Imam Bonjol Padang masih tidak stabil. Ditambah lagi, pelayanan yang diberikan akademik kurang bersahaja, membuat kampus ini begitu pincang dalam menghadapi pundipundi permasalahan. Jika hal ini berlanjut, tidak tertutup kemungkinan kampus ini akan jauh ketinggalan dibanding kampus Islam lainnya yang ada di Sumbar. Munculnya kampus asing di Indonesia khususnya Sumbar akan menambah beban pemikiran para pemimpin perguruan tinggi yang ada di negeri ini. Apalagi informasi ini sampai pada panca indra IAIN IB Padang, tentu sudah bisa kita bayangkan betapa galaunya kampus kita. Masalah internal saja belum bisa diselesaikan, apalagi menangani persaingan perekrutan mahasiswa baru dengan perguruan tinggi asing yang sudah bisa membuka cabang di Sumbar. Tentu kampus ini sedikit merunduk akan kuantitas mahasiswanya nanti. Jauh dari masalah yang ada itu, ternyata kampus ini juga memiliki beberapa keunggulan yaitu salah seorang dosen IAIN IB Padang dinobatkan sebagai dosen teladan ke empat di tingkat nasional. Ia adalah Reza Fahmi, dengan bermodalkan jurnal yang ia buat mampu membawanya bersaing di kancah nasional. Dari beberapa polemik ini, mudah-mudahan para petinggi kampus mendapat ilham cara menghanguskan kertas yang ternoda. Karena kampus ini juga sebentar lagi akan bertambah usia yang ke 50 tahun. Usia yang sangat emas untuk jauh dari segala dosa. Masalah yang muncul, memang bukan didasari atas kehendak, namun apa salahnya problem tersebut diatasi walau sebesar dzarrah. Kampus ini seakan gali lobang, tutup lobang. Walau banyak masalah, tetap saja ada yang menutupi yaitu prestasi salah seorang tenaga pengajarnya.
B
Berfoto I Pengurus LPM Suara Kampus periode 2016 foto bersama WR I Ikhwan Martondang dan pembina Suara Kampus Andri El Faruqi pasca pelantikan, Jumat (18/03).
aru saja kepengurus Suara Kampus periode 2016 dibentuk, sudah ada duka yang tercipta. Salah seorang pendiri Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus telah menghapus pertemuan dan menyisakan beribu kenangan. Semoga Almarhum Bapak Sutan Zaili Asril diterima disisi-Nya serta amal perbuatan yang ia lakukan menjadi kompas menuju surganya Allah SWT. Pada edisi kali ini, banyak dilema yang dihadapi kru yang baru dibentuk setelah pemilihan Pemimpin Umum Suara Kampus yang baru pada 25 Desember 2015 lalu. Kondisi yang saat
U
ntuk mencapai tujuan dan tempat terten tu, jelas kita ingin mudah supaya sampai sesuai target awal. Dengan mempermudah perjalanan akan butuh alat bantu yang bisa mengantarkan ke tempat yang kita inginkan. Alat yang dipilih ingin yang terbaik karena akan tambah runyam masalahnya jika salah pilih alat bantu, salah santunya tentu kita akan memilih alat yang nyaman dan efektif agar sampai tujuan dengan selamat dan tepat waktu. Misalnya saja, kita yang tinggal di Bukittinggi dan menuntut ilmu di Kota Yogyakarta. Daerah yang dikenal dengan kota pelajar dan kota perjuangan, karena Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Republik Indonesia pada tahun 1946 sampai 1949. Tentu mencapai Yogyakarta harus mengunakan alat transportasi atau kendaraan untuk sampai ke sana. Banyak pilihan yang ditawarkan untuk kita gunakan contohnya seperti, bus, pesawat, travel dan mobil milik sendiri. Tujuan awalnya, tidak ingin salah pilih kendaraan yang akan mengantarkan kita ke tempat yang diinginkan, misalkan saja, kita memilih bus yang berkursikan 80 penumpang dengan dua kursi sopir dan kernet untuk mengantarkan sampai ke Yogjakarta karena lebih ekonomis walaupun ba-
itu masih dalam suasana libur semester ganjil, membuat kru sedikit ragu untuk melaksanakan program rutinitas ini. Ditambah lagi, bulan Maret ini IAIN Imam Bonjol Padang akan melaksanakan perayaan wisuda. Melihat para kru yang masih banyak berjibaku dengan keluarganya di kampung, membuat kami harus banyak bersabar. Kendati demikian kru tetap melaksanakan rapat penerbitan walau hanya beberapa kru yang bisa hadir. Keyakinanlah yang membawa kami untuk terus berjuang meneruskan karya dari pengurus sebelumnya. Yakin adalah kata semangat yang
Sopir Bus
Silvia Wulandari
Redaktur Pelaksana
nyak tantangan dan kemungkinan yang akan terjadi. Selain harga yang bisa digoyang faktor utama transportasi yang dipilih yaitu kualitasnya yang nyaman, kondisi fisik dan keamanan terjaga. Hal yang perlu dipertimbangkan juga adalah sopirnya, sopir merupakan faktor terpenting dalam menentukan kualitas dan pelayanan transportasi yang akan membawa kita sampai ketujuan. Jika sopir lalai tentu akan terlambat sampai tujuan, jika sopirnya ugal-ugalan tentu keselamatan kita akan terancam, dan sopir yang mengisi penumpang tidak sesuai kapasitas kursi pasti akan membuat sesak dan sangat tidak nyaman, apalagi dengan sopir yang merokok pada kondisi AC yang menyala, tentu kondisi seperti itu tidak
menjadi slogan kami agar bisa menerbitkan tabloid edisi 138 ini. Berselang beberapa waktu, kantor redaksi mulai terasa berbising dengan berdatangannya kru Suara Kampus, kata yakin itu seakan bisa menjadi kenyataan. 18 Maret 2016, tepatnya di hari Jumat adalah hari dimana nahkoda baru Suara Kampus dilantik, sungguh ritual yang sangat menegangkan. Tentu setelah dilantik, seluruh tanggung jawab untuk melanjutkan kesuksesan yang telah diraih lembaga ini, beralih kepundak pemimpin yang baru. Karya pertama yang harus dihasilkan oleh pengurus periode 2016 ini adalah menerbitkan tabloid edisi 138. Data demi data mulai dikumpulkan, beberapa wawancara telah dilakukan, guna isi yang diberitakan nantinya bisa menikmatkan dahaga pembaca. Kita menyadari, isi dari pemberitaan yang disampaikan belumlah begitu sempurna, kru masih haus akan pengalaman dan pembelajaran. Semoga pembaca setia Suara Kampus mendapatkan kelezatan dari isi pemberitaan yang kami tampilkan. Tidak lupa pula Suara Kampus mengucapkan selamat wisuda bagi sarjanawan IAIN Imam Bonjol Padang, ilmu yang didapatkan di kampus ini, hendaknya bermanfaat dan jangan melupakan kampus yang telah memberikan gelar kepada anda.
akan menjadi pilihan kita bukan? Sopir akan bertindak semaunya ketika sudah menjadi pengendali kemudi kendaraan, setiap sopir mempunyai ciri dan cara mengemudi masingmasing karena semua sopir bisa mengemudi kendaraan tapi tidak semua sopir paham dengan aturan yang baik saat berkendara. Bagaimana jika kondisi itu diketahui ketika setelah berada di dalam transportasi yang kita tumpangi dan tidak menyangka kalau kondisinya akan seperti itu. Apakah yang akan kita lakukan, apa kita akan memarahi sopir? Ataukah mintak diturunkan di tengah jalan, atau langsung meloncat keluar tanpa sepengetahuan sopir? Sopir kadang lupa setelah memegang stir, dan melayang ketika menginjak gas kemudi. Tidak salah ketika penumpang menjadi alarm untuk sopir yang terlena dengan laju kendaraannya, karena lebih baik sedia payung sebelum hujan kalau tidak akan datang sesal kemudian. Semua pilihan ada ditangan penumpang walaupun sopir yang mengemudi kendaraan, tentu pembaca tahu apa yang harus dilakukan tapi lakukanlah dengan segala pertimbangan yang tidak merugiakan sopir, kendaraan dan terutama kita yang sebagai penumpangnya .
Pemimpin Umum: Rahmadi | Sekretaris Umum: Nofri Migo | Bendahara Umum: Rahmi Yati | Pemimpin Redaksi: Aidil Ridwan Daulay | Wakil Pemimpin Redaksi: Mukhtar Syafi’i | Redaktur Pelaksana: Sherly Fitri Yanti, Silvia Wulandari, Friyosmen | Koordinator Liputan: Axvel Gion Revo | Redaktur: Miftahul Ilmi, Agusrianti, Meilia Utami, Lisa Fauziah | Bidang Pracetak: Ulvia Rahmi, Khairul Nasri| Editor Video: Rita Yulia Sari | Pemimpin Perusahaan: Amaliyatul Hamrah | Manager Iklan & Usaha: Khairuddin | Manager ADM & Sirkulasi: Sartika | Koordinator ADM: Anindia Padsun | Kepala SDM & Litbang: Risya Wardani | Koordinator Litbang: Audia Meliza Wartawan: Salman Yuziro (Mg), Muhammad Iqbal (Mg), Siti Sundari (Mg), Zulfaiza Fitri (Mg), Naufal (Mg) , Cici Yulhendri (Mg), Devi Susanti (Mg), Cani Silpina (Mg), Syifa Aulia (Mg), Ganti Putra W (Mg), Dina Audya (Mg), Tika Refendra (Mg), Mulyadi (Mg), Harpen (Mg), Dolly Dui Tifa (Mg), Fatma Sari (Mg), Tina Gustin (Mg), Arianto (Mg), Utia Safitri (Mg), Intan Sari Andini (Mg), Yulia Agustriani (Mg), Suci Mawwaddah(Mg).
SUARA KAMPUS.com Twitter: @suara_kampus | Email: lpmsuarakampus@gmail.com | redaksi@gmail.com | Fanpage : Suarakampus.com
Alih Kewenangan Kualitas Pendidikan
KOLOM
SALAM PEMBACA
M
Duski Samad Pengurus Dewan Pendidikan Propinsi Sumatera Barat
ulai tahun ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat akan kompeten juga perlu dipersiapkan Dinas Pendidikan Propinmengambil alih pengelolaan Sekolah Menengah Atas si. Keadaan yang sama juga berlaku bagi kepala sekolah, (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari pe- apakah mereka mendapat garansi akan aman dengan adanya merintah kabupaten atau kota. Hal itu merujuk pada amanat alih kewenangan. Kegalauan kepala sekolah bertambah denUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah gan berita media bahwa kepala sekolah akan dilelang. ApaDaerah. Dalam Undang-Undang tersebut dicantumkan soal pem- kah proses lelang kepala sekolah benar akan mengacu kepabagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi, da aturan atau sarat kepentingan. dan kabupaten atau kota. Salah satunya adalah pembagian urusan Alih kewenangan SMA/SMK menjadi perlu mendapat perpemerintahan bidang pendidikan. hatian sungguh-sungguh kepala daerah kabupaten atau kota Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah- dan propinsi, karena ini terkait langsung dengan mutu penan Daerah pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 didikan dan terjaminnya proses belajar mengajar berjalan. menyebutkan bahwa manajemen pengelolaan SMA/SMK berada Masalah akan menjadi rumit dan komplek ketika kondisi ini di tangan Pemerintah Provinsi (Pemprov). Sementara pemerin- diikuti pula oleh kepentingan sesaat yang tak dapat dikatetah kabupaten atau kota hanya menangani Sekolah Dasar (SD) gorikan sebagai proses pendidikan. dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Keseriusan Pemerintah Daerah Proses alih kelola membutuhkan kerja sama dengan berbagai Masalah pendidikan adalah hajat hidup anak bangsa dan pihak agar berjalan lancar. Penyerahan pengelolaan itu meliputi berkaitan dengan masa depan negara. Pendidikan itu jelas tiga hal, yakni aset, Sumber Daya Manusia (SDM) serta keuangan. banyak masalahnya, rumit, namun mulia. Dewan Pendidikan Dari sisi aset, akan ada pelimpahan aset SMA/SMK dari kabupaten sebagai lembaga yang mewakili masyarakat dan memberikan kota kepada provinsi. Sedangkan dari sisi SDM, seluruh guru dan masukkan kepada pemerintah mencermati ada enam masalah tenaga pendidik jenjang SMA/SMK akan di bawah tanggung jawab krusial yang terkait dengan alih kewenangan yang harus diPemerintah Propinsi Sumatera Barat, termasuk status kepegawa- tangani dengan hati-hati dan perhitungan cermat: iannya, proses sertifikasi hingga pengelolaan Tunjangan Pokok Pertama: Penempatan Kepala Sekolah. Seleksi pengaCERMINIA Pendidik (TPP). was, birokrasi pendidik dan ketenaga kependidikan. PenguruBerkenaan dengan alih kewenangan ini sekolah tidak perlu san dan pengelolaan yang tepat terhadap sumber daya insani khawatir karena pengelolaan keuangannya akan diatur kembali pendidikan adalah prasyarat utama bagi tercapainya kualitas dan hak-hak sekolah akan tetap diberikan sesuai porsi, seperti pendidikan. Pengabaian termasuk dalamnya intervensi poliBantuan Operasional Sekolah (BOS). Sesuai UU 23/2014, pe- tik dan birokrasi tidak profesional, terhadap SDM kepala limpahan kewenangan pendidikan ini selambat-lambatnya di- sekolah, guru, pengawas dan tenaga kependidikan adalah benterapkan dua tahun mendatang. Kewenangan Pemprov antara lain cana bagi peningkatan kualitas pendidikan. meliputi pengelolaan pendidikan menengah, pengelolaan pendidKedua: Dana APBD untuk Pendidikan. Berkenaan dana ikan khusus (SDLB, SMPLB, & SMALB), pemindahan pendidikan pendidikan yang berasal dari APBD. Masih banyak pemerintenaga kependidikan lintas daerah kabupaten atau kota dalam tah daerah yang belum kuat menunjukkan keberpihak pada satu daerah provinsi yang semuanya mengacu pada UU No. 23 biaya pendidikan. Walaupun jumlah 20 persen APBD untuk Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. pendidikan masih ada perdebatan apakah gaji termasuk atau Peta jalan atau road map peralihan dari 19 kabupaten/kota tidak, namun realitasnya APBD Sumatera Barat masih jauh ke provinsi akan berlangsung secara cepat dan terencana. Sosiali- dari harapan. sasi untuk Pendataan Personel, Pendanaan Sarana dan PrasaraKetiga: SMA/SMK Gratis. Pendidikan gratis SMA/SMK na serta Dokumen (P3D) sudah dilakukan. Kebijakan ini fungsi cukup dilematis. Disatu sisi tuntutan masyarakat terhadap utamanya sebenarnya untuk pemerataan pendidikan, jangan sam- pendidikan gratis cukup kuat, dalam batas-batas tertentu penpai ada ketimpangan antar daerah. didikan gratis menjadi modal kampanye. Jika pendidikan gratMenjaga Mutu Pendidikan is diberlakukan untuk seluruh kabupaten kota akan memerluMerealisasikan alih kewenangan SMA/SMK jelas akan menim- kan biaya yang cukup tinggi. bulkan masalah yang memerlukan keseriusan stakeholder pelakKeempat: Sekolah Swasta. Reformasi pendidikan yang sana pendidikan dan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota. memberikan ruang yang sama pada sekolah swasta yang dikelKasus pelik yang memerlukan kearifan dan kedewasaan semua ola masyarakat, dalam realitasnya belum semuanya dapat pihak berkaitan adanya enam daerah kabupaten kota yang mem- melaksanakan secara bertanggung jawab. Pembinaan terberikan pendidikan gratis bagi SMA/SMK. Pemerintah provinsi men- hadap sekolah swasta juga masalah yang harus dipertimjadi sulit menyikapinya, apakah akan diberi gratis semua, atau bangkan oleh pemerintah propinsi. dibiarkan seperti apa adanya. Kelima: Dana Pendidikan. Dukungan dana masyarakat Pilihan mengratiskan keseluruh SMA/SMK jelas memerlukan terhadap dunia pendidikan. Pemerintah propinsi tentu harus biaya cukup besar. Andaikan dipungut pembiayaan Sumbangan segera menentukan format yang tepat terhadap dana hibah Pembinaan Pendidikan (SPP) bagaimana pula jadinya, bola panas Rajawali yang konon jumlah 65 milyar agar dapat memberipolitik akan bergulir dan menganggu ketenangan kepala daerah. kan manfaat bagi siswa dan mahasiswa yang terkendala dalam Pengelolaan tenaga pendidik, pengawas dan tenaga kependidikan pembiayaan pendidikan. Begitu juga melakukan terobosan yang berada di sekolah di perbatasan provinsi akan mengalami penghimpunan dana pendidikan melalui CSR perusahaan dan hambatan yang secara tidak langsung akan mempengaruhi bela- pemilik modal di rantau dan sumber lain yang memungkinkan. jar mengajar di sekolah. Pada rapat Dewan Pendidikan dan Dinas Pendidikan Sumatera Masalah yang juga berpotensi gaduh adalah tentang penga- Barat, Jum’at, 12 Maret 2016, persentasi kepala dinas sudah mewas yang saat sekarang ada 200 orang, sementara riilnya yang nampakan arah pengalihan yang profesional dan diharapkan tidak dibutuhkan 70 orang. Cara menseleksi pengawas profesional dan akan menimbulkan masalah pada kualitas pendidikan.
PESAN Punya unek-unek, komentar terhadap keadaan kampus, kirim kegelisahan tersebut ke pasan suarakampus, SMS ke 083180728909, ser takan nama dan fakulta s
08318023XXXX Kampus lamban pmbangunan, dan klw mmbangun jrang yang slesai. hehe.. mungkin saja penyelesaiannya dialihkan. saya brpikir baik sajalah. saya mohon para pimpinan kmpus ini maulah mluangkan wktunya unk mlihat kondisi mahasiswanya.
08126188XXXX Semoga pimpinan kampus bisa peka terhadap mahasiswa yang butuh fasilitas perkuliahan. yang penting gini aja, urus aja kampus dengan serius.
08527145XXXX Kenapa mahasiswa semester akhr tak bisa mendapatkan beasiswa lg.,padahal mahasiswa akhir lebih membutuhkan dana yg bnxk...daripada yg lain
08526326XXXX Semoga cepat sembuh dari sakitnya, dan jika sudah sehat mari kita tunjukkan pada dunia bahwa kita sukses dunia akhirat...!!!
Makna NonProfesional
S
Penulis : Rahmadi Mahasiswa Jurusan Jinayah Siyasah
emua berharap agar seluruh pegawai kampus kita bekerja se cara profesional dalam melayani urusan mahasiswa. Namun, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hampir satu tahun kampus kita dipimpin oleh rektor baru perubahan dari pemerintahan sebelumnya belum juga terlihat. Masih saja banyak mahasiswa dipersulit jika berurusan dengan administrasi kampus. Jumat (15/01), sekitar jam 10.00 WIB saya memasukkan surat permohonan pembuatan Surat Keputusan (SK) pengurus baru pada bagian umum di gedung rektorat. Surat itu mendapat nomor 115 yang saya catat di buku catatan untuk mengecek kembali kemudian hari. Tiga hari setelahnya, Senin (18/01) saya kembali ke rektorat untuk cek kembali surat tersebut. Tentu dengan membawa harapan bahwa urusan saya dengan pihak rektorat telah selesai. Ini sesuai dengan petunjuk petugas bahwa tiga hari lagi silahkan kembali cek surat tersebut. Kemudian saya bertanya pada petugas, “Bagaimana dengan surat saya pak?” bapak petugas itu menjawab dengan santai, “Belum selesai, besok silahkan cek kembali.” Padahal hari ini ia yang menjanjikan, namun perkatannya tidak sesuai perbuatan. Besok harinya saya kembali cek lalu bertanya, “Bagaimana dengan surat saya kemarin pak?” kemudian bapak tersebut sibuk mencari-cari sambil pindah ke ruangan lain. Bapak pegawai mendekat lalu berkata, “Ternyata surat anda kami salah meletakkan, jadi terpaksa diulang kembali.” Terpaksa surat diulang kembali memasukkannya dari awal. Sekitar seminggu kemudian, saya kembali datang untuk mengecek surat yang kedua kali dimasukkan itu dengan harapan telah selesai. Ternyata kali ini lebih kacau dari yang sebelumnya. Setelah dioporopor oleh pegawai sampai enam kali, akhirnya pegawai kampus islami ini menyatakan bahwa surat itu sudah selesai namun hilang. Tanda bukti surat itu pun ada namun keberadaannya entah dimana. Begitulah kerja pegawai kampus kita. Dengan santai tanpa rasa bersalah pegawai ini pun meminta pada saya agar mengulang kembali memasukkan surat dari awal. Terpaksa saya mengulang kembali surat tersebut dari awal. Bagaimanapun saya bicara, rasanya percuma karena kualitas pegawai kampus kita begitulah adanya. Namun kita tetap berharap di masa yang akan datang akan ada perubahan yang lebih baik. Parahnya kejadian ini tidak menimpa saya sendiri, masih ada kisah yang sama dialami oleh rekan-rekan lain. Kesulitan memang telah menjadi hal yang wajar saat berurusan dengan administrasi kampus. Pernah suatu ketika salah seorang mahasiswa telah mengulang kembali mengurus surat hingga tiga kali. Lagi-lagi pegawai kampus menyatakan surat hilang. Lalu ia meminta dengan tegas agar segera mencarikan surat yang hilang itu. Dicarilah oleh petugas tersebut lalu ditemukanlah ketiga surat yang sama ditempat yang sama pula yang terimpit di tumpukan berkas-berkas surat. Kita jadi bertanya mengapa begini betul kualitas orang-orang yang jadi pegawai di kampus kita. Apakah kampus ini telah menguji kelayakan dan kepatutan dari seseorang pegawainya? apakah kampus ini mengadakan pelatihan bagi para pegawainya? mengapa tidak ada tindakan pada pegawai yang tidak bekerja dengan baik? mengapa tidak ada juga perubahan dari tahun sebelumnya? Dengan kinerja seperti itu, saya pun menjadi khawatir bahwa oknum seperti ini akan membuat kehancuran pada kampus kita ini. Namun harapan akan adanya perubahan yang lebih baik dan memiliki petugas yang profesional tetap diusahakan. Dengan fenomena ini saya jadi teringat dengan salah satu hadis nabi yang sudah sering kita dengar, “Jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran padanya.” 08576655XXXX Sistem yg berjalan sangat lambat sekali, seperti yg sama2 kita tahu sisfo tidak berfungsi dan nampaknya mahasiswa hanya di tipu dengan janji2 belaka yg mengatakan sisfo dlam masa perpindahan server menga tidak dari dulu di antisipasi haruskah hampir mulai kuliah sisfo seperti itu kami butuh tanggapan (suara) rektor menanggapi ini..belum lagi keadaan lokal perkuliahan yg panas, pengap dan gelap sehingga proses perkuliahan tidak berjalan efektif kapan IAIN IB Padang mau maju kalau seperti itu..
08789587XXXX Suasana belajar kurang kondusif . Bagian pelayanan akademik nya sering kasar .
Menjajaki Problema Pendidikan di Indonesia
V
PT Lokal VS PT Asing
Ilustrasi : Khairul Nasri
danya Undang-Undang (UU) Re publik Indonesia (RI) No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Dikti) yang membolehkan Perguruan Tinggi (PT) asing masuk ke Indonesia mendatangkan kompetisi bagi PT lokal. UU itu terdapat pada Bab VI mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh lembaga negara lain diatur dalam pasal 90 ayat 1. UU PT tersebut disebutkan, Perguruan
Tinggi lembaga negara lain dapat menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di balik UU PT itu, akan banyak PT asing yang masuk, dalam artian membuka cabang di Indonesia. Begitu juga akan banyak PT Indonesia yang melakukan kolaborasi dan bermitra dengan PT yang ada di luar negeri. Dengan masuknya PT asing, maka dapat menyebabkan ketatnya persaingan ataupun kompetisi antar PT di Indonesia maupun di tingkat global. Keberadaan PT asing yang berada di Indonesia menuai tanggapan dari beberapa kalangan. Pasalnya, kompetisi antar PT kian ketat dan menyebabkan PT lokal akan merasa tersaingi. Menanggapi hal ini, kru Suara Kampus mencoba menjajaki kejelasan masuknya PT asing di Indonesia. Dengan menggunakan kendaraan beroda dua. Kru Suara Kampus beranjak menuju Kantor Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah X yang terletak di Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Namun, sesampai di sana Koordinator Kopertis Wilayah X Ganesri sedang berada di luar kota, hingga akhirnya kru Suara Kampus memutuskan untuk melakukan wawancara melalui via telpon. Saat dihubungi kru Suara Kampus, Ganesri menanggapi, bahwa aturan yang menyatakan PT asing membuka cabang di Indonesia belum jelas. “Sampai saat ini, yang ada hanya dalam bentuk kerja sama bukan membuka cabang di Indonesia. Hal itu dikarena pasar bebas atau MEA (Masyarakat Ekonomi Asean: Red) yang sudah banyak. Aturan tentang adanya universitas asing yang membuka cabang di Indonesia pun belum jelas,” terangnya, Selasa (08/03). Salah seorang rektor PT Islam yang ada di Sumbar, Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Eka Putra Wirman menyatakan, sejauh ini di Sumbar belum ada PT asing yang membuka cabang. Namun, PT Sumbar banyak melakukan kerja sama. “Kalau Sumbar yang saya ketahui sampai pada saat ini belum ada perguruan tinggi asing yang buka cabang. Namun, dalam hal kerja sama dengan perguruan tinggi luar, Sumbar sendiri sudah banyak sekali melakukan kerja sama,” jelas Rektor IAIN IB ini. Lanjut Eka, untuk IAIN IB sudah banyak yang bekerja sama dengan PT asing. Salah satunya Deakin University dari Autralia yang dilakukan baru-baru ini, Maroco University, Malaysia, Brunei Darussalam. “Banyaknya kerja sama atau MOU dengan perguruan tinggi yang ada di luar negeri, setidaknya kita bisa saling tukar informasi dan membagi ilmu
‘’Persaingan semakin ketat dan dunia kerja semakin komplek, maka kita harus menyiapkan kualitas dosen termasuk fasilitas dan infrastruktur’’ Ganefri Koordinator Kopertis Wilayah X
dalam hal pendidikan. Dapat mengetahui pendidikan di luar negeri dan kultur pendidikan yang ada,” terangnya. Di tempat dan kampus yang berbeda, Wakil Rektor I Universitas Andalas (Unand), Dachriyanus mengatakan, dengan banyaknya universitas asing yang masuk ke Indonesia merupakan suatu hal yang menguntungkan buat perguruan tinggi yang ada di Indonesia. “Hal tersebut berarti bagus kerena dapat menambah wawasan dan meningkatkan suasana akademik,” ungkapnya. Dia menambahkan, pola di sana berbeda dengan yang ada di Indonesia. Ada yang dapat ditiru yaitu dari segi positifnya. “Pola di sana berbeda dengan di sini, ada yang dapat kita tiru di sana, tentu yang lebih bagusnya dari pada kita dengan memperhatikan kurikulum kita sendiri,” terang WR I ini. Demikian halnya Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Adabiyah Sumbar, Wakil Ketua Bidang Akademik Sabar mengaku, belum mengetahui masalah PT luar negeri yang bisa membuka cabang di Indonesia maupun sebaliknya. “Saya belum mengetahui tentang itu, karena itu baru isu belum pasti kapan akan diterapkan,” kata Sabar saat ditemui di ruangannya, Kamis (03/03). Pro Kontra PT Asing Bila PT asing telah masuk ke Indonesia, tentunya persaingan untuk meningkatkan kuantitas mahasiswa
akan lebih sulit, khususnya bagi PT swasta yang perlu banyak persiapan demi menghadapi persaingan perekrutan mahasiswa baru. Salah satunya Yayasan STIA Adabiyah Sumbar, Wakil Ketua Bidang Akademik Sabar mengatakan, persaingan tersebut akan berdampak bagi setiap kampus yang ada di Indonesia. “Mungkin juga akan berdampak bagi Kota Padang. Jika salah satu kampus berdiam, maka akan tenggelam dan tertinggal dalam persaingan,” katanya. Sabar menjelaskan, jika pemerintah ingin mengizinkan pembukaan PT luar negeri masuk ke Indonesia, maka pemerintah harus memperbaiki sistem mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). “Perbaikan harus dilakukan dari SD sampai SMA agar mampu bersaing di PT yang mereka inginkan,” ujar pria yang berkacamata itu. Lanjut Sabar, pemerintah harus menyiapkan perangkat-perangkat yang berkualitas untuk perguruan tinggi, kurikulum dan Sumber Daya Manusia (SDM) serta memasukkan bahasa internasional ke dalam kurikulum untuk mengawali tatap muka. “Peningkatan kurikulum dan SDM, seperti bahasa internasional diantaranya bahasa Inggris, Mandarin perlu juga diterapkan,” tuturnya. Rektor IAIN IB Padang, Eka Putra Wirman mengatakan, tidak mendukung dengan keputusan yang membolehkan PT asing membuka cabang di Indonesia. Menurutnya, kesiapan PT yang ada di Indonesia belum cukup matang.
“Negara harus melihat kondisi pendidikan yang ada di Indonesia dulu. Kalau memang kita sudah siap untuk bersaing maka silahkan saja melakukan hal itu. Kita sebagai perguruan tinggi yang ada di Sumatera Barat siap-siap saja. Namun, jika memberlakukannya dalam waktu dekat, saya belum setuju. Karena kita belum siap melakukan hal itu, kita takutnya nanti kalah saing dan tertinggal dengan perguruan tinggi yang terkenal. Dari segi SDM nya juga belum cukup di kelas internasional dalam hal bersaing saat ini,” ungkap Eka. Lain halnya dengan Ketua Jurusan Tadris Bahasa Inggris IAIN IB Padang, Besral mengatakan, dia mendukung kerja sama PT asing dengan Indonesia, karena dapat meningkatkan kualitas dan menunjukkan kemampuan pada negara lain. Dia menambahkan, sejauh masih sesuai dengan aturan yg ada di Indonesia dan tidak membuat aturan sendiri. “Selagi masih sejalan dengan aturan yang ada, maka saya akan tetap mendukung,” kata Besral. “Jangan sampai mereka membuat peraturan sendiri. Jika ingin membuka cabang, jurusan yang dibuka harus sesuai dengan yang ada di universitas kita,” terang Ketua Tadris Bahasa Inggris ini. Mengenai PT yang membuka cabang di Indonesia, WR I Unand Dachriyanus memaparkan, perguruan tinggi asing boleh saja membuka cabang di Indonesia, asalkan, mengikuti aturan yang ada di Indonesia.
“Sepanjang ia mengikuti aturan silahkan saja. Itukan perguruan tinggi swasta. Semuanya pun belum ditetapkan oleh pemerintah yang ada. Buktinya, tidak semua tamatan SMA yang bisa kuliah,” terang Dachriyanus. Tidak hanya kampus yang ada di Sumbar saja yang memperbincangkan masuknya PT asing di Indonesia, daerah lain pun ikut berkomentar dalam masalah ini, seper ti yang dikutip Kompas.com, Rektor Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Sudharto P Hadi secara terang-terangan mengungkapkan kekhawatirannya jika PT asing benar-benar masuk ke Indonesia. “Harus ada rambu-rambu yang jelas dan kuat. Kalau tidak, PT asing pasti akan berorientasi profil. Padahal, tugas perguruan tinggi bukan hanya memenuhi kebutuhan pasar, melainkan kami memiliki visi menjadi pusat pemikiran, siapa yang memikirkan karakter bangsa, fenomena globa l warming, kalau program studi ditutup,” katanya, Kamis, 6 September 2012. Dengan munculnya PT asing di Indonesia, maka tentu akan membuat persaingan antar PT lokal dan PT asing, Ganefri menyebutkan, dalam melakukan kerja sama maka, persaingan akan semakin meningkat, namun persaingan secara sehat, menularkan atmosfer dari luar ke dalam. “Persaingan semakin ketat dan dunia kerja semakin komplek, maka kita harus menyiapkan kualitas dosen termasuk fasilitas dan infrastruktur,” terangnya yang juga selaku pakar pendidikan Universitas Negeri Padang. Menanggapi adanya UU dibolehkannya PT asing masuk ke Indonesia, siswa MAN 2 Padang Widia mengatakan, jika di Kota Padang didirikan salah satu di antara kampus luar negeri, ia lebih mengikuti PT asing itu ketimbang yang ada di lokal.”Saya akan langsung ikut mendaftar ke kampus tersebut. Meskipun saya tahu akan banyak persaingan,” pilihnya. “Untung masih ada yang dekat jadi
tidak perlu jauh-jauh pergi ke luar negeri, karena sudah ada yang buka cabang di sini.” Ia menambahkan, Jika nanti memang ada PT asing yang berniat buka cabang, kemungkinan kampus besar yang ada di Sumbar akan kalah saing. “Kampus yang ada di Sumbar ini akan kehilangan pamor seperti Unand dan UNP,” jelasnya. Lain halnya dengan siswa SMAN 8 Padaang, Ayu Fadhilah mengatakan, ia lebih memilih PT yang ada di Indonesia ketimbang luar. “Cukup dengan kampus milik Indonesia saja, karena orang tua saya menganjurkan melanjutkan pendidikan ke PT terbaik di Indonesia, seperti ITB. Tidak perlu terlalu mengagungkan PT asing. PT kita juga tidak kalah bagus dengan luar negeri,” tutur siswa kelas X ini. Lebih Baik Ker ja Sama Permasalahnya akan lebih berbeda, jika masuknya PT asing ke Indonesia dialihkan menjadi kerja sama antara PT asing dengan PT lokal. Menu-
S
rut sebahagian pihak itu akan jauh menguntungkan bagi semua pihak antar masing-masing negara. Demikian yang disampaikan WR I Unand Dachriyanus, kerja sama Unand sendiri dengan PT asing merupakan sesuatu yang menguntungkan. “Yang jelas kita dapat memakai fasilitasnya, seperti peralatan, perpustakaan, labor dan lainnya,” jelasnya. Kerja sama Unand dengan universitas asing telah lama dilakukan. Sejak Unand berdiri, telah melakukan kerja sama dengan PT asing. Dalam satu fakultas ada 10 mahasiswa yang melakukan student of change. Yang melakukan kerja sama itu semua jurusan yang ada di Unand. Di seleksi oleh fakultas masing-masing serta dibiayai oleh PT sendiri. “Ada dua kerja sama yang pertama credit learning dan student of change. Saya maunya double degree tapi untuk SI nampaknya berat. Hal itu bisa dilakukan bagi S2 dan S3. Saya mengharapkan dengan adanya hal ini, dapat meningkatkan publikasi dan
akses,” harap Dachriyanus. Ia pun menuturkan, ada beberapa syarat yang harus ada dalam kerja sama tersebut yang harus dipenuhi. “Syarat-syarat kerja sama itu, harus adatake and give. Kita mengirimkan mahasiswa ke sana, mereka pun juga boleh mengirimkan mahasiswanya ke sini. Jarang kerja sama itu yang tidak seimbang,” pungkasnya. “Selain itu juga harus memiliki link dan juga harus saling menguntungkan. Jika tidak untuk apa dilakukan kerja sama,” tambah Dachriyanus. Rektor IAIN IB Padang, Eka Putra Wirman menambahkan, PT lokal yang bekerja sama dengan PT asing sudah lama dilakukan. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. “Bekerja sama dengan perguruan tinggi asing itu sudah lama berjalan. Hal ini dilakukan untuk meningatkan pendidikan yang lebih maju lagi. Setidaknya kalau kita bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di luar negeri, kita bisa saling berbagi ilmu,” ungkap saat ditemui di ruang kerja-
nya. Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Veni Permata sari mengatakan, kerja sama PT asing dengan Indonesia akan membawa dampak positif agar mutu pendidikan PT di Indonesia lebih meningkat. “Dengan masuknya PT asing ke Indonesia akan membawa nilai budaya yang berbeda. Kita harus bisa menyaring mana yang sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Semoga ada hubungan timbal balik yang menguntungkan,” harap Veni. Sama halnya dengan mahasiswa Tadris Matematika, Rahmad Awalido Putra mengatakan, adanya kerja sama antara PT asing dengan Indonesia akan menumbuhkan banyak lapangan kerja di Indonesia sendiri. Namun, PT yang ada di Indonesia pun akan kalah bersaing dengan PT asing. “Adanya PT dari luar adalah langkah yang bagus untuk menumbuhkan lapangan kerja di Indonesia. Namun, PT lokal di Indonesia akan terancam kalah bersaing nantinya,” ujarnya
donesia. Dari 70 orang, sebanyak 41 orang setuju, 27 orang tidak setuju dan 2 orang tidak mengetauinya. Jika dipersenkan, ada 58 persen setuju, 38,9 persen tidak setuju dan 2,8 persen tidak mengetahuinya. Mereka mengingikan PT asing ada di Indonesia khususnya di Sumbar. Salah seorang responden Fitra menuliskan dalam selebaran kertas survei yang dibagikan kru Suara Kampus berisi “Asal itu bisa membangun bangsa supaya jadi baik, kenapa tidak”. Responden yang lain, Melia Fitri menuliskan, “Menurut saya masuknya
kan sebuah kesalahan, perguruan tinggi yang berbasis internasional akan mengalahkan PT lokal yang sedang berkembang meningkatkan kualitasnya di Smubar. Bisa dipastikan pelajar akan lebih memilih PT asing”. “Kalau perguruan tinggi asing yang masuk sama saja negara asing yang masuk. Maka mereka akan menjajah kita dan mempengaruhi bangsa kita” tulis Restu Hidayati dalam ker-
cara berpikir dalam bidang usaha dan bisnis secara positif”. Berbeda dengan
mahasiswa Fakutas Tarbiyah dan Keguruan ini. Rahmad menambahkan, dia setuju dangan adanya PT asing yang bekerjasama di Indonesia. Selain meningkatkan lapangan kerja juga memberikan motivasi kepada PT lokal untuk meningkatkan produknya. “Saya setuju dengan adanya kerja sama PT asing ke Indonesia yang akan membuka lapangan kerja dan memberikan motivasi dari PT lokal dalam meningkatkan produk yang di produksinya,” kata mahasiswa semester empat ini.
Sher ly Fitri Yanti, Friyosmen, Silvia Wulandari, Axvel Gion Revo, Siti Sundari (Mg), Mulyadi (Mg), Dina Aulya (Mg), Zulfaiza Fitri ( Mg ) .
Terima Masuknya PT Asing ke Indonesia
perguruan tinggi ke Sumbar merupa-
tas survei yang dibagikan. Mahasiswa lainnya juga menanggapi dengan menuliskan, ia setuju bila perguruan tinggi asing masuk ke Sumbar, “Kare-
na kita bisa berbagi tentang ilmu dan
Restu, Miftahul Jhannah mengatakan tidak setuju dalam tulisannya, “kare-
na ketika masuk perguruan tinggi asing ke Sumatera Barat, maka citra islam yang kental akan perlahan memudar,”. Walau begitu banyak persi ko-
mentar, ada beberapa masyarakat khususnya mahasiswa yang tidak mengetahui masalah itu salah satunya Dian Marendra Putra, yaitu salah satu responden Suara Kampus yang menjawab tidak tahu tentang masalah itu dan menuliskan, “ Saya belum mendapatkan informasi satupun”.
“Kalau perguruan tinggi asing yang masuk sama saja negara asing yang masuk. Maka mereka akan menjajah kita” Restu Hidayati Responden
Ilustrasi: Khairul Nasri
ejak awal disahkannya UndangUndang (UU) Republik Indonesia (RI) No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Dikti) yang membolehkan Perguruan Tinggi (PT) asing masuk ke Indonesia mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Mulanya, PT asing tidak boleh membuka cabang di Indonesia. Kemudian, PT asing menawarkan untuk melakukan kerja sama dengan PT Indonesia. “Perguruan tinggi asing kan tidak boleh membuka cabang di Indonesia. Yang memungkinkan ya kerja sama dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan double degree. Jadi, lulusan perguruan tinggi yang ikut program double degree itu diakui di Indonesia dan juga di negara lain.” Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, Fasli Jalal di Jakarta, Selasa (12/5) saat diwawancarai Kompas.com tahun 2009. Namun, pada Juli 2012 disahkanlah UU diatas yang membolehkan PT asing untuk melakukan kerja sama dan membuka cabang di Indonesia. Dikutip dari jpnn.com bahwa Direktur Pengembangan Kelembangaan Perguruan Tinggi, Kementerian Ristek dan Dikti Ridwan menuturkan, terkait PT asing merupakan tuntutan persaingan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN. Terkait UU yang membahas mengenai dibolehkannya membuka cabang PT asing, mendapat tanggapan dari berbagai kalangan. Kemudian, kru Suara Kampus mencoba melakukan survei kepada beberapa responden terkait masuknya PT asing di Sumatera Barat (Sumbar). Hasilnya beragam, mulai dari yang mendukung sampai yang tidak mendukung serta tak mengetahui hal itu. Kru Suara Kampus membagikan angket kepada 70 orang. Setelah disurvei, tanggapan para responden setuju dengan masuknya PT asing di In-
Foto : Silvia Wulandari
P
eraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi, membahas semua yang ada dalam perguruan tinggi termasuk hak dan kewajiban mahasiswa. Pasal 109 BAB X menjelaskan hak pelayanan yang seharusnya diterima oleh mahasiswa, yaitu memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi yang diikutinya, serta hasil belajarnya. Memperoleh layanan kesejahteraan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan memperoleh pelayanan khusus bilamana menyandang cacat. Namun di kampus yang menampung kurang lebih 8.835 mahasiswa ini belum ada kata layak untuk pelayanan yang baik itu. Pelayanan kepada masyarakat kampus yang belum bisa maksimal dari pihak pemberi pelayanan sangat disayangkan, masih banyak yang mengeluh seusai keluar dari ruangan akademik dan bagian umum, masih terdengar kata-kata yang membuat hati terganjal ketika keluar ruangan. Sikap kasar dan muka berkerutpun sering dijumpai saat masyarakat kampus meminta pelayanan dari pihak pemberi pelayanan, banyak pengalaman-pengalaman yang membuat mahasiswa tidak betah berurusan dengan pihak akademik. Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Nayla, menceritakan pengalaman buruknya terhadap pelayanan kampus terutama Akama Fakultas. “Awalnya Nay hanya minta surat aktif kuliah yang Nay kasih dua minggu sebelum itu, tapi pas diminta eh Nay langsung diacuhkan Staf Akama, ibu tu bilang cari saja di sana. Sudah Nay cari tapi tetap tidak ada, untuk menanya yang kedua kalinya langsung ibu tu bilang, cari selah disitu pakak wak ,” papar mahasiswa semester VI tersebut. “Pernah juga Nay di perpustakaan ini, hanya gara-gara Nay tidak mem fotokopi skripsi di fotokopi bawah FDIK, Nay langsung dimarahi petugas perpustakaan, kenapa tidak fotokopi di sini saja, kan sudah disuruh di sini kenapa keluar. Bentak ibu tu, tapi pas itu Nay sedang tidak punya uang sedangkan harga fotokopinya sangat jauh berbeda tinggi dibandingkan diluar. di luar hanya Rp. 100 per lembar tapi kalau di bawah Rp. 500 per lembarnya, ibu tu langsung bilang kalau tidak punya uang tidak usah kuliah, jujur semenjak itu Nay tidak pernah lagi ke perpustakaan Fakultas Dakwah,” tambah Nayla. Pelayanan di IAIN Imam Bonjol Padang dari tahun ke tahun selalu menjadi sorotan utama para mahasiswa dan dosen. Banyak opini yang bermunculan mengenai pelayanan yang didapatkan di kampus ini. Ema yang sudah menjabat wakil dekan 1, bidang Akademik Fakulas Dakwah selama lima bulan ini juga mengakui bahwa pelayanan di kampus ini memang buruk. Ema yang tidak hanya melihat dari satu sisi saja mengatakan. “Mereka tidak hanya kepada mahasiswa tapi dosen pun juga diperlakukan seperti itu, Kadang memperlama urusan mahasiswa dan terlalu banyak tanya saat melayani.” Dosen Fakultas Ushuludin Amril yang juga mengikuti perkembangan dan kemunduran IAIN selama menjadi dosen
Gagal Jadi Pelayan
Melayani| Sejumlah mahasiswa berurusan dengan pelayanan salah satu Akama Fakultas IAIN Imam Bonjol Padang
“Kalau komplain pasti ada, namanya saja kita juga manusia, pasti tidak ada yang sempurna. Tapi walaupun begitu juga ada pihak yang merasa puas dengan pelayanan kita” di Fakultas Ushuludin mengatakan, selama saya bekerja disini cukup banyak perubahan yang terjadi. “Saya pertama masuk menjadi dosen di IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2008, sejauh ini saya merasakan ada perubahan dibanding dulu, seperti dulunya sering mati lampu, tapi sekarang sudah mulai membaik, untuk WC juga mulai ada peningkatan dari segi kebersihannya kemudian gedung-gedung perkantoran mulai dibangun,” ungkapnya. Kurang diperhatikan dan terpeliharanya fasilitas kampus juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri oleh Amril. Ia mengatakan, pelayanan yang ada di kampus ini seharusnya dapat disesuaikan dengan segala kebutuhan dari para penghuni kampus baik itu mahasiswa, pegawai maupun kami para dosen. Walaupun sudah mulai terjaga kebersihan tapi prasarana masih belum mencukupi. “Seperti halnya dengan kalian para mahasiswa tentu kalian sangat merasa dikecewakan dengan WC di kampus ini, terutama yang saya sering dengar keluhannya, WC banyak tapi air tidak ada atau bahkan ada yang mau ke WC saja harus ke mesjid atau ketempat lain yang ada airnya dulu,”tambahnya. “Semoga segala bentuk pelayanan yang ada di IAIN ini dapat berjalan beriringan dan berkesinambungan antara pimpinan kampus dengan para penghuni kampus serta tidak ada ketimpangan,”harap Amril. Dosen Bahasa Indonesia Fakultas
Yasmelizarti Kabag Akama Institut
Tarbiyah dan Keguruan (FTK), Irta yang mengalami masalah yang sama dengan Amril, Masalah WC yang menjadi salah satu masalah penting di kampus ini, WC yang tidak seimbang dengan penghuninya membuat tidak terhambat dan tidak nyamannya proses kehidupan dalam menuntut ilmu. “Kalau berbicara mengenai fasilitas yang ada di kampus ini, Tarbiyah khususnya termasuk WC yang kurang di kampus ini bahkan kami juga merasakan hal itu di WC dosen, seringnya terlihat orang lain masuk ke dalamnya, ya mau bagaimana karna tidak ada lagi WC yang layak untuk digunakan,” Jelasnya. Selain pelayanan informasi yang mandet juga ada sisi baik dari kampus ini yang sudah mulai membaik, Irta yang berpendapat kalau sudah terlihatnya peningkatan dari pelayanan kampus ini. “Pelayanan dari segi fasilitas sudah mulai ada peningkatan, seperti kebersihan dimana setiap ada sampah sudah ada saja orang yang membersihkan, namun pelayanan dari segi yang lain saya rasa masih perlu peningkatan,” katanya. Selain fasilitas, yang perlu diperbaiki juga yaitu moral masyarakat kampus ini, baik dari mahasiswa, dosen, maupun yang lain, tetapi yang lebih disoroti tentu mahasiswa. “Saya contohkan saja waktu itu ada mahasiswa yang masuk ke ruang dosen Fakultas Tarbiyah ini rame-rame, mereka tidak mau sendiri mereka
masuk kesini bertiga, lalu diajak teman cowoknya satu, celengak-celenguk ngintip ke sini, mereka diam trus catat nomor dosen lalu pergi, padahal mereka bisa bertanya kepada siapa yang ada disana,” tambahnya. Banyaknya permasalahan yang terjadi menunjukan segala keterbatasan kampus untuk meminimalisirnya, bukan hanya pelayanan dari segi fasilitas dan jasa, moral mahasiswa yang kurang dan perlu perhatian khusus. “Coba lihat saja masalah OPAK kenapa opak yang seharusnya untuk sistem perkenalan jadi ajang ngerjain, itukan menunjukan kurangya moral tadi, belum lagi masalah oknum pegawai Akama yang melayani kurang ramah, jadi mahasiswa itu takut bertanya,” lanjutnya. Menurut Irta dari segi pelayanan moral kemahasiswaan sangat perlu apresiasinya nampak dari atas pimpinan dan akan berlanjut ke bawah nantinya. “Pernah kedapatan oleh saya mahasiswa fakultas lain teriakteriak bicara padahal hari Jum’at, itu kan menunjukan bahwa order pelayanan moral itu sendiri perlu ditingkatkan,” sambungnya. Jauh dari Standar Sama dengan Nayla, Surya Ramadhan Mahasiswa Fakultas Dakwah juga merasa kecewa terhadap pelayanan kampus yang belum stabil. Dia mengatakan, Pelayanan belum baik harusnya melakukan banyak peningkatan di segala sisi. “Kampus IAIN
ini tidak bisa diandalkan, pelayanan yang disediakan pihak kampus jauh dari kata standar, ditambah lagi seperti pendaftaran ulang yang terjadi pada hari ini (23/02), menimbulkan kekecewaan pada mahasiswa,” ungkapnya. Di samping pelayanan, kartu mahasiswa yang harusnya diterima mahasiswa di awal semester juga selalu terlambat, buku-buku pedoman tentang IAIN pun tak pernah dibagikan di awal semester. “Jika di ibaratkan dalam sebuah perjalanan mencari har ta karun, para petualang terlebih dahulu tersesat kedalam area mematikan barulah ia mendapat peta petunjuk arah, namun ketika ia membacanya ia tahu bahwa ia telah tersesat hingga sulit kembali ke jalan sebenarnya,” jelas surya saat diwawancara disela kesibukanya. Ditempat lain Sartika Darma tidak merasakan hal yang berbeda dari kedua rekannya, mahasiswa yang baru menapakkan kakinya di kampus ini sudah banyak menemui kekurangan dalam berproses. “Saya masih satu semester berada di IAIN, Namun kurang baiknya pelayanan yang diberikan oleh akademik terhadap mahasiswa telah sering saya rasakan. Akademik juga sering pilih-pilih dalam melakukan pelayanan terhadap mahasiswa. Karena urusan yang penting diawal semester, saya sering mengunjungi akademik, namun saya selalu disambut denga sifat yang tidak ramah dan agak bernada kasar, sampai sekarang saya sagat malas untuk memasuki ruangan akademik,” Paparnya kepada Suara Kampus. Ber usaha Sekuat Mungkin Banyaknya keluhan dari berbagai pihak terhadap pelayanan kampus juga sering diper tanyakan apakah ada pelatihan khusus untuk setiap staf
Akama yang ada di IAIN IB Padang, Staf Akama FTK Melina Fitri mengatakan, untuk pelatihan khusus sudah ada diakhir tahun 2015 kemarIn pelatihan kinerja kepegawaian yang juga berupa seminar yang dihadiri oleh seluruh pegawai yang ada pada masingmasing fakultas kampus ini. “Waktu itu pelaksaannya dilakukan selang 1 hari dan pemateri didatangkan dari pihak luar untuk memberikan pengarahan kepada kampus tentang pelayanan yang baik itu seperti apa,” paparnya “Untuk masimal atau belumnya, sejauh ini kami telah berusaha sekuat mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik dari Akama Fakultas Tarbiyah ini,” tambahnya. Fitri juga mejelaskan, jenis-jenis Pelayanan yang ada di Akama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) ini sudah ada pelayanan seperti nama, alamat, NIP serta nomor hp dosen yang mengajar. “Untuk pelayanan berupa surat-menyurat seperti surat aktif kuliah, surat tidak menerima beasiswa, surat berkelakuan baik dan surat lain yang kami urus dengan baik,” jelasnya. Untuk mejalankan tugas sebagai pemberi jasa pelayanan, tentu tidak semudah yang di bayangkan, Akama juga sering menemui kendala saat bekerja. “Kendala kalau dulu itu lebih sering kemasalah lampu, lampu yang sering mati, fasilitas ker tas yang kurang memadai namun sekarang sudah mulai berangsur membaik,”ungkapnya. Akama telah melakukan antisipasi, seperti salah satu bentuk antisipasi kami dalam permasalahan Sisfo yang terjadi dimana mahasiswa tidak dapat menginput data dalam minnggu pertama dibulan Maret ini dan baru bisa dilakukan diminggu kedua Maret, begitu juga dengan masalah absensi yang terpaksa harus dilakukan secara manual Akama merasa perlu ada antisipasi untuk melakukan penanggulangan seperti membuat absen manual, lalu menentukan lokal untuk mahasiswa. “Untuk komplain tentu ada, seperti surat-surat yang hilang, biasanya letaknya tidak tentu lagi dimana, surat aktif kuliah dan surat lainnya yang lama dalam menunggunya, bentrok jadwal kuliah atau kelas yang bentrok dengan kelas lain, lokal kuliah yang penuh, dan masih banyak lagi komplen lain tapi biasanya lebih banyak tentang hal tersebut,” jelasnya. Masing-masing Fakultas yang ada di IAIN ini punya permasalahanya sendiri, menurut Meli Kepala Bagian Akademik Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) mengatakan untuk sarana dan prasarana sudah diberikan semaksimal mungkin untuk menunjang perkuliahan seluruh mahasiswa, namun kesalahan-kesalahan setelah itu terjadi karena sistem pengelolaan yang kurang tepat. “ Fasilitas lengkap, namun kendala hanya pada operasional saja,” ungkapnya. Senin (29/02) Selain itu Meli juga mengatakan, keluhan-keluhan yang disampaikan mahasiswa itu satu hal yang wajar, karena mahasiswa memang butuh sistem yang berjalan dengan baik supaya perkuliahan tidak terganggu. “Mahasiswa butuh, dan wajar saja ada pengaduankan,” Tambahnya.
“Teguran yang tegas mungkin hanya berbentuk surat peringatan atau pemindah tugasan saat mutasi kalau sudah tidak bisa diperingati” Hermawati Wakil Dekan I FDIK Hal senada juga disampaikan oleh Sofyatin Kepala Bagian Akademik Fakultas Dakwah bahwasanya dari segi pelayanan dari akademik Dakwah sendiri sudah dilakukan sebaik dan semaksimal mungkin, Sarana yang adapun sudah dimanfaatkan sebagaimana mestinya sesuai kebutuhan meski banyak kendala. “Kami berusaha sebaik mungkin untuk pelayanan yang lebih efektif sesuai dengan sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak akademik pusat,” ungkapnya.
Fasilitas Akama Akama yang merupakan pusat informasi yang diperoleh mahasiswa dalam berurusan dengan pihak kampus, baik itu urusan akademik, beasiswa, dan kejelasan suatu persoalan kadang mahasiswa mengunjungi akademik untuk mencari informasi kerap menjadi persoalan baru. Ketika ditemui di ruangannya, Kepala Akademik Mahasiswa Yasmelizarti mengatakan bahwa pihak IAIN Imam Bonjol Padang telah memberikan fasilitas yang cukup untuk Akama, dan menurutnya sedikit banyaknya masih ada juga kekurangan yang belum dilengkapi oleh pihak kampus. “Adek lihat aja! Kalau kita ngak mungkinlah kerja tidak pakai meja, kursi dan alat lainnya, rasanya kalau masalah kekurangan pasti ada namanya aja pegawai,” ungkapnya dengan tegas, Senin (29/02). Ketika ditanya mengenai usaha dari Akama untuk mendapatkan fasilitas, dengan lantang dia menjawab jika selama ini Akama sudah diberikan fasilitas dan pastinya ada mendapatkan perhatian dari pihak kampus. “Kita dikasih lengkap kok dari pihak kampus,” katanya. “Alhamdulillah lah selagi dana IAIN masih seperti itu,” tambahnya saat diwawancarai oleh war tawan
Suarakampus.com
Berhubungan dengan pelayanan, ia mengatakan bahwa terdapat beberapa pihak yang masih komplain dengan kinerja pihak Akama. “Kalau komplain pasti ada, namanya aja kita juga manusia, pasti tidak ada yang sempurna. Tapi walaupun begitu juga ada pihak yang merasa puas dengan pelayanan kita,” ungkapnya. “Selagi itu masukan yang baik buat Akama, ngak masalah, kita akan terima,” tambahnya.
Dalam interview yang dilakukan Suara Kampus dengan Yasmelizarti mengatakan, kinerja dari Akama tentu tidak dapat dibilang sudah optimal, karena berdalih kembali kepada alasan seperti di atas. Dia melanjutkan bahwa selama melakukan pelayanan tidak ada kendala yang ditemuinya. “Kalau ada yang datang akan kita layani, jadi tidak ada masalah yang kami temui,” jelasnya. Sejauh ini tidak ada pihak pimpinan kampus yang komplain dengan kinerja dari Akama dan rektor pun juga berkoordinasi dengan lancar dengan pihak kampus. “Kalau masalah komplain rektor belum ada dan kita pun masih berkoordinasi dengan bagus,” urainya. Yang memotivasinya dalam melakukan tugas pelayanan ini adalah karena pekerjaan atau tugas yang diembankan kepada nya. “Inikan masalah job, sebelumnya saya bertugas di Fakultas Tarbiyah, kemudian dipindahkan ke sini, makanya saya harus melayani di sini,” katanya. Dia mengharapkan agar pihak Akama bisa melayani dengan baik setiap ada urusan yang datang. “Harapan saya agar kami dapat melayani dengan baik sesuai dengan tugas yang sedang diembankan,” harapnya.
Tugasnya Melayani Mahasiswa Masalah pelayanan, Rektor IAIN Imam Bonjol Padang mengatakan bahwa, melayani mahasiswa merupakan tugas utama yang harus dilakukan oleh pihak kampus, mulai dari pimpinan, karyawan dan seluruh tenaga pengajar. Berbagai Cara untuk mewujudkan hal itu menjadi maksimal telah dilakukan, seperti sedikit demi sedikit menambah dan melengkapi fasislitas mahasiswa, namun hal itu butuh proses,” papar Eka. Pegawai itu berada dibawah koordinasi dan arahan Kepala Biro AUAK, jadi koordinasinya disitu, kepada kariawan yang lemah pasti ada program yang dilakukan, ada kariawan yang bandel pasti ada penanganannya, kalau masalah pelayanan yang kurang itu pasti ada. “tugas pelayanan, seperti pelayanan listrik, layanan kamar mandi dan lain halnya semua muaranya adalah kepada Kepala Biro,” tambahnya. Dalam hal ini, rektor berperan banyak, yang pertama mengeluarkan kebijakan, kedua memberikan stimulus dan yang ketiga memberikan arahan.
karena kita merupakan Institusi Akademik, bukan struktural murni, struktural murni itu sistem biorokratisnya tinggi, jika ada karyawan yang salah lalu dipecat, salah lagi pecat lagi dan akan seperti itu selanjutnya. “Tugas utama rektor, wakil rektor, dan dekan itu adalah mengajar yaitu sebagai dosen, sedangkan jabatan itu adalah tugas tambahan. sehingga cara berpikirnya tidak birokratis murni,” Lanjutnya. Solusi dari semua itu adalah semua bekerja sesuai dengan porsinya, pasti semua akan berjalan lancar rektor menyatakan bahwa budaya kerja kita di IAIN Imam Bonjol Padang adalah fokus, substantif dan progresif. Jadi, mahasiswa tolong dicatat, bidang apa yang tidak sesuai dengan itu dan silahkan megeksposnya di media mahasiswa, sebab mahasiswa itu merupakan bagian dari kontroling juga. Seluruh apapun di kampus ini tanggung jawabnya adalah rektor, Lalu rektor membaginya sesuai dengan bidangnya. Ada Wakil Rektor (WR) I seluruh permasalahan akademik dibawah tanggung jawabnya, WR II bidang Administrasi Umum dan WR III bidang mahasiswa dan kerja sama dibawah tanggung jawabnya. “Jadi apa saja persoalan harus diselesaikan oleh ke tiga orang ini, dan kepala Biro sebagai pelaksana teknis dari selur uh administrasi umum, SDM dan lainnya. Dan yang bertanggung jawab untuk seluruh itu adalah rektor, yang melaksanakan adalah ke empat orang tersebut,” tegas Eka. Rektor tidak akan mampu melakukan hal tersebut sendirian, sebab tugas rektor telah dibagi-bagi sehingga disinilah peran mahasiswa dan media mahasiswa sebagai kontroling yang mana tujuannya adalah untuk membangun, meluruskan yang membelok dari jalurnya, dari jalannya lambat didorong oleh mahasiswa, kalau tidak fokus, tidak substantif, dan tidak progresif mereka mahasiswa lah yang mendorongya. “Seluruh kesalahan memang dilimpanhkan ke rektor, tetapi lihat terlebih dahulu bidangnya. bidang mana yang tidak jalan, bidang mana yang jalan tetapi lambat, itu yang harus disoroti terlebih dahulu, agar rektor dapat mengeluarkan kebijakan,” jelasnya. Rektor diawal jabatannya telah mengatakan bahwa kepemimpinan sekarang ini tidak butuh pejabat namun pekerja. Untuk sanksi belum ada,
sebab kita di Minang Kabau biasanya dengan bahasa-bahasa yang mudah dipahami itu bisa dimengerti, ditambah kita tidak struktural murni dan seluruhnya merupakan dosen-dosen sehingga kearifanlah dipilih sebagai jalan keluarnya. Ketika dosen menyatakan bersedia mengambil jabatan struktural, maka hendaknya ia sedikit komentar dan banyak bekerja. “Do more Talk Less, jika malah sebaliknya Do Less Talk More atau Do Less Blem More, kerja sedikit namun menyalahkan banyak, maka inilah salah satu penyebab sebuah lembaga itu tidak berkembang,” pungkas Eka. Pelatihan pelayanan untuk pegawai Lima bulan menjabat, Ema mengaku belum menerima keluhan langsung dari pihak mahasiswa maupun dosen terhadap pelayanan yang mereka terima saat berada di fakultas. Ema mengatakan akan menindak lanjuti bagi petugas-petugas yang melakukan pelayanan tidak baik untuk mahasiswa maupun dosen. “tentu akan ibu panggil, dan diberi pengarahan lalu mengatakan kepadanya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada mahasiswa, karena mahasiswa berhak mendapakan pelayanan dengan baik, mahasiswa sudah membayar uang kuliah dan layak dilayani dengan baik.” Contoh kasusnya saja kemaren itu waktu akan ujian Munaqasah, bagian umum yang bertugas untuk mengatur itu, tapi bagian umum memintak uang konsumsi mahasiswa untuk minum mereka, karena mahasiswa membayar uang untuk kosumsi munaqasah, tapi ibuk langsung tolak, langsung ibu katakan kalau itu memang sudah tugasnya bagian umum. pemerintah sudah memberikan tunjangandan uang makan untuk pegawai. Tapi mereka tetap tidak mau membereskan ruangan setelah ujian munaqasah, tapi ibu biarkan saja itu kan memamng tugas mereka, dan akirnya mahasiswa mulai kuliah terpaksa mereka bereskan juga, karena memang itu tugasnya mereka. “Sebenarnya pegawai sudah ada pelatihan-pelatihan dari pihak institut, seperti pelatihan kepemimpinan dan disitu dijelaskan semuanya tidak hanya melayani mahasiswa tapi juga melayani dosen,” papar Ema. “Semenjak ibu menjabat belum ada laporan langsung kepada ibu, tapi kalau sebelumnya memang ada, mungkin karena mahasiswa terlalu merasa formal kalu langsung ke ibu,” jelasnya. “Teguran yang tegas mungkin hanya berbentuk surat peringatan atau pemindah tugasan saat mutasi kalau sudah tidak bisa diperingati,” tambah Ema.
Silvia Wulandari, Friyosmen, Rita Yulia Sari, Melia Utami, Salman Yuziro (Mg), Zulfaiza Fitri (Mg), Intan Sari Andini (Mg), Yulia Agustriani (Mg)
Reza Fahmi Dosen Teladan
Melangkahkan Nama IAIN ke-Nasional Pagi itu Reza Pahmi, pria ramah tamah yang menyambut kedatangan kami untuk wawancara dengannya, saat ditemui di ruangan dosen Fakultas Ushuluddin, beliau membelokkan langkah kami untuk selangkah dengannya menuju ruangan guru besar Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang untuk laksanakan wawancara, rasa penasaran kami terkuak saat mendengar ceritanya di ruangan tenang yang berukuran 4 x 8 meter itu, Kamis (26/02).
Berkat prestasi akademik dan karya jurnal yang Reza Fahmi hasilkan, sosok yang sangat luar biasa ini mampu membawa nama IAIN ke kancah nasional. Ia dinobatkan sebagai dosen teladan ke4 tingkat nasional bukan hal yang mudah untuk meraihnya. Banyak tahap seleksi yang ia ikuti dan dalam perwakilan itu ia mewakili bidang sains untuk IAIN Imam Bonjol Padang. Ada tiga kategori penilaian, pertama dari aspek pengajaran, aspek penelitian, dan aspek pengabdian. ”Pemilihan dosen teladan ini dipilih dari karya ilmiah yang dihasilkan di sini lebih dinilai dari sisi akademiknya bukan pada persoalan cara berpakaian, tetapi murni dari bidang akademiknya,” imbuh Fahmi. Penampilannya dalam presentasi makalah di Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) yang diadakan di Mataram dengan judul “The separation of islam as a science
and belief (Study at Islamic Psychology) Departement at state Institute of Islamic Studies Imam Bonjol” mem-
buatnya bisa membayar penatnya selama ini dengan 100 karya yang telah dibuatnya yang terdiri dari buku, artikel dan jurnal dalam bentuk file yang diseleksi secara online. Karya itulah yang lolos mencapai nasional sehingga dinobatkan sebagai dosen teladan ke-4 di Indonesia. Bukan hanya pintar dan banyak memiliki karya, pria yang sering menjadi pemateri ser ta presenter dalam berbagai seminar nasional dan internasional ini pernah menjadi presenter empat kali dalam seminar Internasional Simposium yang diadakan Balitbang Jakar ta Dua, jumlahnya sudah delapan kali nasional dan sepuluh kali skop untuk Internasional. Tidak semua biaya presentasi keluar itu bisa di akomodir oleh lembaga penyelenggara, contohnya saya di undang oleh Kemenag dalam seminar An-
nual International Conference on Islamic Studies (AICIS) semuanya ditanggung
dan kemudian jika ada even-even bersifat internasional yang tidak punya founding untuk mengundang pembicara. “Kendala yang saya hadapi ketika kita menjadi pembicara ialah jika biaya presentase di cover dari biaya pribadi itu yang agak bermasalah,” pungkasnya. Untuk dinobatkan sebagai dosen teladan, Reza juga sempat mengalami masa sulit hingga terkendala persoalan dana. “Hal ini dikarenakan banyak event yang mengandalkan biaya pribadi untuk meraihnya,” tuturnya. Selain itu masa sulit yang ia lalui banyak karya yang sudah menghabis-
CURICULUM VITAE
Nama :Reza Fahmi. S.Sos. MA TTL :Jakarta, 29 Agustus 1969 Alamat :Jl.Prof. Mahmud Yunus, Lubuk Lintah Padang, Sumbar Karya :-Islam dan Pendidikan Kar-
akter Bangsa : Membangun Karakter Bangsa (Character Building) yang Otentik,
Jurnal Al Qalb, Jurusan Psikologi Islam, 2011 -Pendidikan Islam Kontem porer, IAIN Imam Bonjol Press, 2014 -The seperation of Islam asa science and belief (Study at Islamic Psychology) Depertement at State Institute of Islamic Studies Imam Bonjol Jabatan :-Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Sumatera Barat 2011 – 2014 -Ketua Jurusan Psikologi Islam IAIN Imam Bonjol Padang, 2008
kan banyak dana namun hasilnya tidak bisa dilihat dengan mata kepala sendiri. Namun hal tersebut terbayar saat salah satu karyanya jebol membawa namanya dan nama IAIN ke tingkat nasional. Mengenai motivasi, Reza ingat dengan kata-kata mutiara yang pernah beliau baca seketika berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Gontor. “Saya dalam hidup, sudah banyak berjalan ke berbagai tempat, kata-kata yang saya ingat sekali yaitu sebuah kata-kata mutiara di Ponpes Gontor, “Berani hidup tidak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.” Artinya kita selaku individu berusaha kemudian menghasilkan karya, kita harus berusaha dan melewati tantangan. Mengenai jejak karir, Reza menjelaskan, ia masuk menjadi dosen tahun 2002 di IAIN, selama 6 tahun kemudian menjadi Kepala Jurusan Psikologi Islam. Sekarang Reza fokus menyelesaikan studi program doktor. “Setelah mendapatkan gelar Doktor saya berharap dalam waktu tiga tahun, untuk menjadi guru besar, karena dalam pendidikan jabatan fungsional tertinggi itu adalah guru besar,” jelasnya. Reza juga berharap seluruh dosen yang mengajar di IAIN Imam Bonjol Padang memiliki prestasi yang lebih darinya. Karena kesempatan dari Kemenag sudah terbuka lebar tinggal kita menghasilkan karya-karya terbaik minimal nasional karena persoalannya untuk seleksi dosen teladan Nasional ini seleksinya kepada hasil-hasil karya nasional dan internasional dan seminar lokal tidak pernah diperhitungkan. “Harapan saya semoga semakin banyak dosen-dosen dari IAIN bisa berprestasi dari saya.” Tambahnya. Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Eka Putra Wirman menuturkan, Reza itu orangnya baik, dosen berkualitas dan selalu menjalin komunikasi yang baik dengan orang sekitarnya. Kare-
Reza Fahmi
na kehebatannya Reza patut menjadi teladan bagi dosen lainnya dan patut untuk dijadikan contoh dalam mengemban tugas. Menghadiahi kemenangannya, bentuk apresiasi yang diberikan dari pihak IAIN dengan memberikan fasilitas berupa transportasi pulang pergi serta biaya akomodasi lain saat menjalani program dosen teladan. “Semoga dosendosen yang lain dari IAIN juga bisa menjadi dosen teladan dan menjadi
wartawan di bagian Humas Dinas Pertanian Jakarta. “Ayah beliau dulu seorang wartawan, jadi talenta itu turun ke beliau.” Kata Prima. Seorang pekerja keras, apapun yang ia inginkan selalu diusahakan semaksimal mungkin. “Saya ingat betul karakteristik beliau, tidak takut tantangan, beberapakali ikut seleksi Kementerian Agama (Kemenag) beliau ikut, serta penelitian lainnya,” lanjut Prima.
“Berani hidup tidak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja” Reza Fahmi
kebanggaan untuk IAIN kampus kita ini,” harap Eka.
Sosok yang Teladan Selain memiliki prestasi besar di nasional, sosok suami dari Prima Aswirna ini di kenal dengan sosok pendiam dan tidak terlalu banyak berbicara dengan orang-orang yang baru. Beliau berbicara yang penting saja dan cukup humoris, tidak pemarah dan selalu memberikan support. “Saya ingat ketika teman saya di Inggris bilang, your
husband he led your go up he go flower,
maksudnya ia memberikan kesempatan kepada saya untuk berkembang, tidak menghambat-hambat, kalau ingin maju beliau selalu mensupport saya,” ujar Prima sambil tertawa. Prima menjelaskan ia bertemu dengan sosok Reza ketika ia sama-sama megambil program magister di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). “Beliau orang yang menyenangkan dan tidak banyak tuntutan,” ujarnya. Buah tak jauh jatuh dari pohonnya, makna tersebut melekat pada diri Reza, karena ayah beliau merupakan seorang
man-teman dekatnya. “Reza memiliki banyak pengetahuan, orang yang baik, memiliki banyak pengalaman penelitian tingkat nasional, ia mendapatkan penghargaan tingkat nasional. Memiliki ciri khas tertawa besar , penyapa, candaannya yang lucu, orang yang asyik dan saat serius dia paling serius memecahkan masalah merupakan ciri khas dari Reza Fahmi. Setiap candaanya yang lucu memiliki tawa yang besar dan dia sosok orang yang penyapa, memiliki keseriusan yang tinggi saat orang bertanya,” ungkapnya. Sama halnya dengan Hasneli menurutnya, ciri khas yang dimiliki oleh Reza Fahmi, jalan cepat dan bekerja dengan cepat selesai, dia selalu menolong temanteman dosennya dalam bertugas dan tidak menunda-nunda. “Beliau miliki sifat yang gesit dan tidak menunda-nuda waktu,” tambahnya. Novil Cut Niza mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Jurusan Psikologi Islam mengatakan, Pak Reza sangat antusias ketika mengajar, ia berjalan dengan cepat, langkah yang lebar kemungkinan satu langkah pak reza di hitung tiga langkah saya dan ia juga sangat bersemangat ketika mengajar. “Saya sangat salut dengan Pak Reza, baik dalam hal sikap, pengetahuan maupun prestasi-prestasi yang beliau raih,” ucapnya. Begitupun dengan Herawati mengungkapkan, banyak mahsiswa yang menyukai pak Reza dan sangat menyukai ketika belajar dengan beliau. Karena beliau selalu menghargai mahasiswa menerima jika dikritik oleh mahasiswa. “Pak Reza merupakan Dosen yang jenius yang dapat menghubungkan fenomena-fenomena yang ada dengan pembahasan kuliah sehingga mudah dipahami, Pak reza sangat pantas dinobatkan sebagai Dosen teladan tingkat 4 Nasional,” ujarnya..
Menurut anak sulung dari dua bersaudara, Reza yang akrab ia sapa Papa itu sering memesankan kepada anak-anaknya untuk rajin belajar dan mengerjakan tugas rumah yang diberikan tapat waktu. “Papa orang yang rajin membaca dan suka menulis, saya sangat senang karena papa berhasil jadi dosen teladan di Indonesia,” paparnya. Keteladanan yang membangun, sosok Reza juga selalu men-support anaknya untuk mengerti tentang kepenulisan. Menurut cerita Farah ia dari kelas 1 SMA sudah mulai menulis cerpen dan sudah mulai belajar menulis novel meskipun masih banyak EYD yang sering dikritik oleh ayahnya. Sikap keseharian Reza Fahmi menurut Ruaidah dosen Bahasa Indonesia dan Metodologi Penelitian dan Kuantitatif sekaligus teman dekatnya mengungkapkan, sosok dari Reza yang bersahaja, memiliNasri, Anindia Padsun, Zulki banyak pengalaman penelitian Faizah Fitri (Mg) Ganti Putra W sehingga tempat bertanya bagi te- ( M g )
Yusrina Sri Oktaviani
M
Membukukan Kisah Sahabat
enjadi seorang penulis buku di usia muda merupakan prestasi tersendiri yang dicapai oleh Yusrina Sri Oktaviani. Karya mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab kelahiran Pesisir Selatan ini sering dimuat di berbagai media cetak, selain itu, ia juga telah memiliki dua buku motivasi islami yang telah terbit dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kecintaan pada karya tulislah yang menghantarkannya hingga menjadi seperti saat ini, mulai dari karya fiksi hingga non-fiksi telah berhasil ia jajaki. Perbincangannya dengan seorang sahabat saat MTsN silam, tidak pernah disangka oleh Yusrina Sri Oktaviani atau yang akrab dipanggil Sri ini akan menjadi awal dari debutnya menulis buku. Kisah kehidupan sahabatnya tersebut diceritakannya kepada Sri dalam tulisan berbentuk file, dengan harapan Sri nantinya mampu menjadikan tulisan itu sebagai sebuah kisah yang menginspirasi orang lain. Kisah kehidupan seorang anak dan Ibu yang ditinggalkan Ayah dan suami belasan tahun lamanya tanpa ada kabar berita sedikitpun. “Sebelumnya yang saya tahu hanya dia tidak pernah bertemu dengan ayahnya semenjak kelas II SD. Barulah saat telah menempuh tahun ketiga di perkuliahan, akhirnya ia dan ibunya dapat bertemu kembali dengan sang ayah,” ujar Sri. Tidak pernah terpikir, terniat, dan terencanakan olehnya untuk menulis buku sebelumnya. Beberapa bulan setelah itu, sang sahabat menanyakan kembali kepada Sri apakah kisah yang ia kirimkan padanya telah diolah. Dari situlah Sri membaca kembali kisah sahabatnya itu dan ia menyadari ternyata kisah tersebut sangat luar biasa, terutama ketegaran ibunya. Meskipun belasan tahun tidak berjumpa dengan suami dan tidak tahu bagaimana kabar beritanya, namun beliau tetap tegar dan menunggu sang suami. Maka, muncullah ide untuk mengumpulkan kisah-kisah perempuan tangguh lainnya yang kisahnya hampir sama dengan ibu sahabatnya tersebut. “Saya mulai mengumpulkan kisah-kisah perempuan tangguh lainnya, yang saya petik, saya pungut dari orang-orang yang ada di sekitar saya, entah itu tetangga, teman yang saya kenal. Ditambah kisah Aisyah ra. Semuanya kisah nyata,” papar wanita berusia 22 tahun ini. Di sela-sela waktu praktek lapangan kuliahnya awal semester VII 2014 lalu, tanpa diketahui siapa pun termasuk teman dekatnya sekalipun, Yusrina mulai mengumpulkan satu per satu file tulisan mengenai perempuan-perempuan inspiratif tersebut dan menyimpannya secara rapi di laptop miliknya. Hingga suatu waktu ia menyadari bahwa tulisan-tulisan yang telah ada sudah banyak. Di situlah Sri sadar ternyata tulisan tersebut dapat dijadikan sebuah buku. Akhirnya ia memilah-milih dari sekian banyak cerita, ia rapi-
kan hingga bagus dan layak sebagai buku, ia berikan bab-bab, sub bab, dalil berupa al-Quran dan Hadis. Selama praktek lapangan itulah Sri mengerjakan dengan serius editing total kisahkisah tersebut, bermodalkan pengetahuan serta bekal ilmu kepenulisan yang ia terima selama ini. Sri mengerjakannya seorang diri, tanpa siapa pun yang mengetahuinya selain ia dan Allah. Ia sengaja merahasiakan planing buku tersebut dari orangtua, keluarga, sahabat, rekan-rekannya di forum kepenulisan seperti Alizar Tanjung, pimpinan Rumahkayu Indonesia, yang mana Yusrina bergiat di forum tersebut. Pengalaman masa lampau menjadikan Yusrina tidak ingin mengumbar-umbarkan planing-planing yang ia rencanakan dan sedang ia kerjakan. Ia mengaku bahwa saat masih duduk di bangku Madrasah Aliyah (MA), Yusrina memiiki banyak sekali perencanaan ingin menulis novel, ingin menulis ini, itu, dan banyak ide lainnya yang ia miliki. Ide-ide tersebut ia ceritakan kepada orang lain, akhirn-
kemudian tepatnya pada Oktober 2014, penerbit mengonfirmasi bahwa bukunya akan diterbitkan, namun ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan harus ditambah referensinya. Lalu, pada Januari penerbit mengabarkan kepada Sri bahwa cover bukunya telah selesai dan akan segera beredar di seluruh Indonesia pada bulan Februari 2015. Setelah itulah Sri baru mengabarkan bahwa bukunya akan segera diterbitkan oleh penerbit mayor kepada orang lain, mulai dari orangtua, karib-kerabat, sahabat, serta orang-orang terdekat lainnya. “Respon mereka sangat terkejut dan mengatakan bahwa saya diam-diam ternyata telah membuat buku,” ungkap mahasiswi yang bergiat di Rumahkayu ini.
Launching Perdana Setelah cover buku “Bangga Jadi Perempuan”
dipilih dan akhirnya buku itu pun terbit dan beredar pada Februari 2015. Alizar Tanjung, pembina Yusrina Sri berinisiatif untuk melakukan launching buku motivasi Islam perdana Sri tersebut. Akhirnya bulan Maret 2015 dipilih sebagai waktu pelaksanaan launching tersebut. Bekerja sama dengan Rumahkayu akhirnya launching buku Sri dijadwalkan pada tiga tempat berbeda dengan pembedah dan pengisi acara yang berbeda pula. Launching dan bedah buku pertama diadakan di Gedung Serba Guna IAIN Imam Bonjol pada 21 Maret 2015 dengan pemateri Muhammad Subhan dan Yefri Heriani, serta dilengkapi dengan penampilan baca puisi oleh Hakimah Rahmah Sari dan teman-temannya dari Rumahkayu. Lalu bedah buku selanjutnya diadakan di kampus STAIPIQ SUMBAR dan Toko Sari Anggrek di bulan yang sama. Setelah Buku “Bangga Jadi Perempuan” Sri terbit dan diluncurkan, ia kembali memanfaatkan waktu luangnya untuk menulis dan naskah tersebut selesai dalam waktu satu bulan. Naskah tersebut merupakan berisi tentang analisa mengenai kehidupan Nabi Muhammad dan sahabatnya lebih ke arah materi kekayaan yang mereka miliki dan tidak diketahui oleh orang banyak. Setelah mencoba mengirim kepada penerbit, namun ternyata tulisannya ditolak. Tidak putus asa, Sri kembali mengirimkannya kepada penerbit yang lain, namun hal sama juga terjadi penolakan kembali datang. Introspeksi diri, Sri kembali melihat tulisannya dan mencari di mana kekurangan sehingga tulisan tersebut tidak diterima. Setelah membaca dan mengamatinya kembali, Sri menyadari bahwa membahas materi tersebut memang membosankan dan mungkin karena itu pembaca akan bosan membacanya. Meski demikian Sri tetap menyimpannya dan percaya suatu saat nanti tulisan tersebut pasti akan dibutuhkan. Selang beberapa waktu setelah itu, Sri kembali mencoba memasang target, ia menginginkan kembali bisa menulis buku dalam waktu satu bulan. Keinginan itu pun tercapai dan akhirnya naskah “Jika Esok Tidak Ada Lagi” pun selesai dan diterima oleh penerbit pada sehari menjelang hari raya Idul Fitri tahun 2015. Buku yang terinspirasi dari pengalaman pribadi Sri sendiri yang sering membayangkan tentang kematian yang bisa saja terjadi kapan dan di mana saja.
“Menulis butuh kesabaran dan ketekunan. Setumpuk ide di kepala saja tidak cukup, planing hebat pun tidak berar ti apa-apa jika pada proses mewujudkannya saya tak sabar, tak tekun. Pada akhirnya akan nihil”
CURICULUM VITAE
Nama Tempat/Tanggal Lahir Alamat Nama Ayah Nama Ibu Riwayat Pendidikan Prestasi Perjalanan Karier
Yusrina Sri Oktaviani
ya tak satupun dari rencananya yang ia kerjakan, tak satupun terwujudn jadi kenyataan. “Ide-ide besar barangkali bisa datang dengan mudah, tak sesulit mewujudkannya. Saya sadar dalam hidup segala hal tak selalu mulus dan mudah. Begitupun menulis. Menulis butuh kesabaran dan ketekunan. Setumpuk ide di kepala saja tidak cukup, planing hebat pun tidak berarti apa-apa jika pada proses mewujudkannya saya tak sabar, tak tekun. Pada akhirnya akan nihil,” kata Yusrina. Alhasil, setelah segala sesuatunya diselesaikan, akhirnya pada September 2014 naskah “Bangga Jadi Perempuan” dikirim ke penerbit Quanta Elex Media Komputindo, dan satu bulan
:Yusrina Sri Oktaviani :Rantau Batu Ambacang, Pesisir Selatan/ 3 Oktober 1993 :Rantau Batu Ambacang, Padang XI Punggasan, Kec. Linggo Sari Baganti, kab. Pesisir Selatan, Provinsi Sumatra Barat :Bustami, K. BA, Datuak Rajo Pahlawan :Erlindawati :- SDN 01 Rantau Batu Ambacang 1999-2005, MTsN Punggasan 2005-2008, MAN/MAKN Koto Baru Padangpanjang 2008-2010 - Jurusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN Imam Bonjol Padang 20112016 :- Juara I Pidato Bahasa Inggris Putri se-IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2011 pada acara OPAK Mahasiswa baru angkatan 2011 - Juara I Lomba Cipta Cerpen Se-Kota Padang :- Menerbitkan Antologi Puisi Tunggal “Kau Bertanya Mengapa Aku Bergincu” tahun 2014 - Terbit buku Islami pertama Bangga Jadi Perempuan pada Februari 2015 yang diterbitkan oleh Quanta. Kemudian terbit buku Islami kedua “Jika Esok Tak Ada Lagi” pada 21 Desember 2015 oleh penerbit yang sama
Tanggapan untuk Yusriana
Ayah Yusrina, Bustami mengatakan bahwa dari kecil putrinya sudah menampakkan kesukaannya pada membaca, terlihat dengan banyaknya buku bacaan seperti komik-komik koleksinya saat itu. Sekarang dia telah menulis buku, tentunya sebagai orangtua dirinya sangat mendukung bakat yang dimilki oleh putrinya tersebut. “Saya sangat bangga dengan apa yang telah dicapai oleh anak saya. Saya berharap nantinya ia tetap menulis dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi,” harapnya. Seorang penulis yang dekat dengan Yusrina, Muhammad Subhan mengatakan bahwa Ia mulai mengenal Yusrina Sri saat ia masih menjadi manager dan instruktur di Sanggar Rumah Puisi Taufik Ismail, ketika itu Yusrina masih bersekolah di MA Koto Baru Padang Panjang. “Yusrina merupakan seorang penulis berbakat dan memiliki potensi lebih, dalam karyanya ia selalu menggunakan pilihan kata yang tepat,” ungkap penulis yang bergiat di FAM Indonesia itu. Ketua jurusan PBA Rahmawati mengatakan Yusrina adalah seorang mahasiswa yang aktif, berprestasi, memiliki akhlak yang bagus. “Yusrina merupakan mahasiswa yang aktif di kelasnya, meskipun disibukkan dengan berbagai kegiatan, IPK-nya tidak ada yang rendah,” ungkap Rahmawati. Salah seorang dosen Yusrina, Neli Putri berharap teman-temannya bisa termotivasi dan mengembangkan keahliannya masing-masing. “Saya berharap Yusrina tetap berkaya lewat tulisannya dan menulis buku dalam bahasa Arab,” ungkap Neli. Meilia Utami, Devi Susanti (Mg), Cani Silpina (Mg), Siti Sundari (Mg), Zulfaiza Fitri (Mg), Naufal (Mg).
S
udah empat tahun lamanya, In stitut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang masih saja mengalami beberapa gangguan akan Sistem Informasi (Sisfo) Online- nya. Aktivitas Sivitas Akademika IAIN IB Padang terhambat karena beberapa kendala yang terjadi pada Sisfo tersebut. Berdasarkan hasil liputan wartawan Suara Kampus pada (17/01) tahun 2014 lalu, sistem berbasis online tersebut pernah juga mengalami kondisi eror seper ti saat ini. Itu dikarenakan adanya keterlambatan pihak kampus dalam pembayaran domain kepada pemegang server. Hal ini dijelaskan Zulfendri selaku Staf Sisfo Akademik Mahasiswa (Akama) IAIN IB Padang. “Situs tersebut tidak bisa dikunjungi karena IAIN Imam Bonjol Padang terlambat dalam pembayaran domain kepada server yang berada di Yogyakarta,” kata Zulfendri saat ditemui di ruang kerjanya. Pada awal tahun 2016, sistem ini masih menjadi bahan pembicaraan di kalangan Sivitas Akademika IAIN IB Padang. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa kesulitan ketika mahasiswa atau dosen menggunakan situs ini. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN IB Padang, Bukhari mengatakan bahwa kerusakan sistem memang menganggu akademik, seperti halnya perkuliahan dan daftar hadir mahasiswa. “Ini sangat merugikan sekali,” kata Bukhari. Permasalahan ini tentu juga berkaitan dengan kepengurusan Dewan Mahasiswa (Dema) IAIN IB Padang. Dema yang diangkat sebagai perpanjangan tangan mahasiswa, juga berperan khusus untuk mengurangi beberapa kerugian yang ditimbulkan kepada mahasiswa dengan kondisi Sisfo seperti ini. Dema Hafizul Pahmi mengatakan, informasi yang tidak jelas terhadap penginputan Kartu Rencana Studi (KRS) akan ditindak lanjuti olehnya. Jika ada mahasiswa yang dirugikan oleh Sisfo yang eror. “Kami akan memperjuangkan mahasiswa yang dirugikan oleh penginputan KRS yang belum pasti sampai saat ini,” ujar mahasiswa semester sepuluh jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ini. Salah seorang mahasiswa IAIN IB Padang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Hanif menuturkan bahwa IAIN belum berhasil menggunakan sistem online karena sistem online sering bermasalah. “Seharusnya diperbaiki lagi supaya mahasiswa tidak kesulitan saat menginput KRS atau ketika hendak melihat nilai,” ungkapnya dengan penuh rasa kecewa. “Soal Sisfo berbasis online ini, sebaiknya sistem dan SDM-nya harus ditingkatkan lagi.” ungkapnya. Pemindahan Ser ver Di sela-sela jam kerja, kru menemui pihak yang bertugas dengan Sisfo ini, ketika hendak memasuki ruang kerja mereka, terlihat dua orang pegawai yang saling berbincang- bincang. Tak gentar dengan hal itu, kru langsung memasuki ruangan Akama Institut. Perbincangan kedua pegawai
Wifi Lelet, Sisfo Mampet
“Kita sudah ajukan pemindahan server ini ke pimpinan sejak bulan Oktober, tapi sayangnya IAIN belum memiliki anggaran dana untuk proses pemindahan” Zulfendri
itupun terhenti dikala kru telah memasuki ruangan tersebut. Saat itu, kru dilayani dan diberikan beberapa informasi terkait Sisfo. Permasalahan baru yang terjadi pada Sisfo adalah keterlambatan kampus dalam proses pemindahan server dari pemegang server yang lama kepada pihak kampus. Rencananya, pemindahan ini akan dilangsungkan usai habisnya masa kontrak dengan pemegang server yang ada di Yogyakarta. “Masa kerja sama kita dengan pemegang server yang ada di Yogya sebenarnya sudah habis sejak Desember kemarin, kita pun sudah mengusahakan dan memberitahukan kepada pimpinan kampus keadaan ini sejak Oktober lalu, agar dilakukannya pemindahan server karena habisnya masa kontrak kita dengan pihak Yogya tersebut,” kata Zulfendri kepada kru Suara Kampus, Senin (29/02). Habisnya masa kontrak dengan pemegang server yang ada di Yogyakarta, IAIN harus segera mengusahakan untuk memindahkan semua data yang ada ke kampus sendiri. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, karena kurangnya fasilitas yang disediakan oleh IAIN, maka datapun tidak bisa dipindahkan begitu saja. Membutuhkan alat tertentu sebagai sarana penunjang dalam pengelolaan server IAIN Imam Bonjol Padang ini. Yaslinda mengatakan bahwa kurangnya fasilitas IAIN mengharuskan pihak kampus untuk menyewa pemegang server baru selama satu tahun kedepan. Karena untuk dapat dilangsungkannya proses pemindahan membutuhkan beberapa fasilitas, sebagai contoh, IAIN harus menyediakan Air Conditioning (AC) yang full, lantai yang pas untuk meletakkan data center tersebut, arus listrik yang baik serta tenaga IT yang bermutu, kare-
Staf Sisfo Akama Institut
na jika tidak demikian, maka akan berakibat fatal sehingga data akan bisa hilang dengan begitunya. “Sayangnya kita masih belum memiliki fasilitas yang memadai untuk bisa memegang server secara mandiri, karena kita juga butuh alat pendukungnya, sebagai contoh harus tersedianya full AC, begitu juga dengan listrik kita harus bagus,” ungkap Yaslinda menyambung penjelasan Zulfendri. “Kita sudah ajukan ke pimpinan sejak bulan Oktober, tapi sayangnya IAIN belum memiliki anggaran dana untuk proses pemindahan ini. Dengan demikian baru akhir bulan Januari kita bisa mengawali proses pemindahan ini,” jelas Zulfendri. Ketika kru menemui Zulfendri, dia mengatakan bahwa saat ini ada sedikit kendala yang dihadapi oleh Sisfo, terutama dalam hal pembelian lisensi kepada Microsoft, yang rencananya akan membeli Windows Software tahun 2008 enterprise dalam bentuk versi lengkapnya. “Kalau kita hanya punya lisensi itu dalam bentuk versi standar,” kata pria yang kerap disapa dengan sebutan Zul itu. Dia mengatakan ketika dilakukan pembelian lisensi tersebut, ternyata untuk versi windows 2008 enterprise sudah tidak tersedia lagi. “Yang tersedia hanya versi 2012,” katanya. Menurutnya untuk versi ini sudah cocok jika digunakan, karena ada salah satu solusi untuk mengatasi hal ini dalam bentuk volume lisensi yang akan mengubah kembali dari versi 2012 menjadi versi 2008. “Kita bisa terantisipasi olehnya,” jelas Zulfendri sambil mengusap kacamatanya. Dia melanjutkan bahwa untuk pembelian sudah selesai dilakukan, hanya saja untuk mendapatkan lisensi tersebut memerlukan waktu dan pihak kampus pun sudah mengusahakan
untuk dipercepat. “Pembelian ini memakan waktu yang sangat lama, kirakira satu minggu bahkan lebih,” ungkapnya. Jika pembelian sudah dilakukan maka pihak Microsoft akan memberikan Standart Operating Procedure (SOP), yang akan dikirim ketika nota dan flip-plop pembelian sudah dikirim, tetapi ini juga membutuhkan waktu. Zulfendri mengatakan bahwa pihak kampus sudah mengirimkan nota pembayaran pada 24 Februari lalu. “Sekarang tugas kita hanya menunggu pemberitahuan dari pihak Microsoft,” tambahnya. “Jika hal ini sudah terselesaikan, nanti kita akan input user name-nya, agar mahasiswa sudah bisa melakukan login ke situs kita ini,” urainya. Yaslinda menambahkan bahwa sebenarnya Akama sudah melakukan rapat dengan pimpinan terkait pemindahan server ini, melihat banyaknya kendala yang dihadapi apabila server secara langung dipindahkan begitu saja ke IAIN, karena belum adanya data center. “Seandainya kita yang pegang waktu itu, melihat keadaan seperti ini, jika nanti mati mendadak maka semua data akan hilang begitu saja,” katanya. IAIN sudah sepakat untuk memindahkan terlebih dahulu semua data ke PT. Telkom yang ada di Padang ini, agar semua keperluan dapat terlayani kembali dengan baik, tetapi ini hanya berlangsung selama satu tahun saja, karena kontrak yang dilakukan hanya dalam jangka waktu satu tahun. “Kalau hanya sekedar server saja, kita sudah punya dua dan ini dibeli pada tahun 2012, tetapi syarat untuk mendirikan data center masih belum lengkap,” terangnya. Dia melanjutkan bahwa dilakukan kontrak kerja dengan pihak yang ada di Yogyakarta, karena kita pada tahun
sebelumnya tidak mempunyai listrik yang stabil, dengan demikian IAIN diharuskan untuk melakukan kerja sama dalam bentuk penyewaan dengan pihak lain. “Jika nanti kita yang megang, maka bisa saja akan terjadi down,” paparnya. “Dalam pembelian lisensi ini, sesuai dengan yang dikatakan oleh Pak Zul tadi, maka kita harus secepatnya untuk membeli lisensi yang tepat, agar data dapat dipindahkan. Tetapi yang kita cari tidak ditemukan, malahan kita sudah tanya sama Microsoft,” urainya dengan jelas. Berdasarkan hasil liputan pada portal Suarakampus.com Rabu (16/ 03), Zulfendri menyampaikan bahwa Sisfo sudah dapat di akses kembali, ini akan dimulai pada tanggal 21 Maret 2016. “Saat ini Sisfo sudah dalam tahap penginputan data, beberapa mahasiswa telah bisa menggunakannya seperti biasa disebabkan datanya telah masuk, namun Senin depan seluruhnya akan berjalan efektif kembali,” ungkapnya.
Koordinasi dan Komunikasi Mengenai Sistem Informasi ini, maka dibutuhkan komunikasi yang lancar antara pemegang server dengan pihak kampus. Hal ini bertujuan agar tidak terjadinya kesalahan yang bisa saja merugikan seluruh pihak Sivitas Akademika IAIN IB Padang. Setelah dihubungi, Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Eka Putra Wirman mengatakan, untuk permasalahan Sisfo ini sudah ditugaskan kepada Kasubag Data dan Sisfo, jadi informasi terkait Sisfo bisa ditanya kepada mereka. “Kita sudah dibagibagi, jadi kalau mau informasi, dapat ditanya langsung sama yang sudah ditugaskan,” ungkapnya saat dihubungi melalui via terpon. Kasubag Data Sisfo Yaslinda Lizar mengatakan bahwa pihak kampus terutama yang bertugas di bidang Sisfo ini sudah melakukan koordinasi atau saling berkomunikasi dengan pihak pemegang server sebelumnya. “Malahan tiap hari kita saling berkomunikasi,” dengan tegas dia mengatakan. Ketika ditanya, Yaslinda menjelaskan bahwa dia dan pegawai lain yang bertugas juga berkomunikasi dengan pihak pemegang server yang berasal dari PT.Telkom. “Tempat server kita yang lama di Yogyakarta berkoordinasi dengan Telkom kemudian keduanya juga berkomunikasi dengan pihak kita,” ungkap Yaslinda. Komunikasi yang dilakukan oleh pihak kampus dengan pemegang server dilakukan dengan menggunakan ponsel saja, hal ini dikatakan oleh Yaslinda kepada kru Suara kampus. Zulfendri menerangkan bahwa untuk permasalahan Sisfo ini merupakan tugas dari Akama terkhusus untuk Kasubag Data Sisfo. “Ini adalah tugas kita tentunya dan menurut saya itu tidak ada kaitannya dengan Humas IAIN IB Padang,” katanya. Friyosmen, M. Iqbal (Mg), Devi Susanti (Mg), Zulfaiza Fitri (Mg)
Sarjana Harus Think Out The Box
J
ust follow your passion, yang paling penting dalam mengimprove diri
sendiri adalah mengetahui bakat apa yang kita miliki, apa yang kita kehendaki dan dapat mewujudkannya. Bagi saya dimana kita berada sekarang tidak menjadi penghalang dalam berkarya, terkadang saya ada mendengarkan bisikan dari teman-teman sejawat yang selalu menjadikan alasan untuk tidak mau go di kancah luar dengan alasan karena “Saya kuliah disini” ini maksudnya apa?. Ini dia mindset yang harus dirubah, jangan mudah terdoktrin dengan pendapat orang yang malas untuk maju, dan menjadikan “Ini itu” alasan untuk stack. Karena memegang prinsip inilah maka saya, yang alhamdullah sudah menjadi jebolan sarjana Dakwah dalam Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan
S
ejak dahulu, IAIN Imam Bonjol Padang dikenal telah melahirkan generasi pemuda Islam, berusaha memberikan kontribusi memperbaiki sisa-sisa komunisme yg sempat melanda NKRI dan merusak dasar-dasar pembentukan pancasila yang berpondasi pada Alquran. Pada dasarnya Indoesia adalah negara agamaisme yang penduduknya mencapai 95 persen beragama Islam, namun karena terkikis oleh perubahan zaman, jumlah umat islam terus merosot hingga sampai saat ini. Kristenisasi telah berani menginjak ranah minang yang terkenal kekuatan agama dan budaya yang tertancap kokoh di dalam batin rakyat Minangkabau. Namun, realita yang ter jadi sekarang, nilai-nilai itu telah diinjak-injak, tenggelam dalam lautan kebodohan orang minang itu sendiri. Kabar burung telah merasuki telinga-telinga masyarakat Minangkabau, bahwa sebagian ranahnya telah dijadikan sebagai pusat kristenisasi, kegelisahan mulai mengobrak-abrik umat Islam.
Oleh Nisa Fitriani
merasa sama dengan lulusan sarjana komunikasi kampus lainnya. Selama menjadi mahasiswa, tidak ada halangan bagi saya dalam mengikuti event-event lok al, nasional bahkan international. Ketika bergabung dengan orang super dan mengatakan “Saya kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang” itu bangganya luar biasa, walaupun semua kegiatan saya selama ini tidak difasilitasi oleh kampus dalam bentuk apapun, tetapi ketika ikut berkontribusi dalam meningkatkan akreditasi jurusan, itu senangnya luar biasa. Terlebih lagi jika kampus memperhatikan mahasiswa yang membawa nama baik kampus dan memberi reward, im really sure akan banyak mahasiswa IAIN yang ikut event bergengsi lain-
nya. Balik lagi dengan mindset di atas, bahwa tak ada yang menjadi penghalang untuk berkembang. Segala hal dicoba, Semua peluang yang memungkinkan bagi saya untuk mengikuti, maka akan saya ikuti, dan tidak ada kendala dengan kuliah di kampus apa dan dimananya. Kita Sudah Sar jana Setelah resmi dilantik sebagai seorang sarjana, seribu satu pikiran berkecamuk, mau jadi apa? setelah ini mau kemana? Etc. Problem terbesar bangsa ini adalah mental. Manusia Indonesia tidak percaya diri bisa berdiri di atas kaki sendiri sehingga lebih nyaman menggantungkan pada orang lain. Berdasarkan atas alasan diatas,
kita mahasiswa zaman sekarang juga mesti pandai membaca situasi, jangan cuma tau mengejar ilmu, atau selalu menyalahkan atau meremehkan kampus terus-terusan, tapi sebelum lulus usahakan punya link, relasi, atau kenalan yang bisa menciptakan kerjasama dan menjadi partner kerja. Gali terus potensi, kalaupun lulus dan menjadi sarjana lalu belum bisa mendapat kerja ditempat orang, sarjana kan masih bisa menjadi usahawan. Satu hal yang harus ditekankan dari sekarang adalah bahwa pendidikan bukan untuk mencari pekerjaan, tetapi ber tujuan untuk membuka wawasan mahasiswanya tentang dunia yang benar-benar luas dan banyak hal yang perlu
diperhatikan. Jika setelah lulus tapi masih menganggur. Itu tergantung orangnya, apakah di mau bersungguhsungguh mencari pekerjaan atau tidak? Kemalasan dan kepercayaan diri menjadi penyebab utama dari seorang lulusan perguruan tinggi menjadi pengangguran atau tidak. Banyak orang yang berpendapat bahwa kalau setelah menjadi sarjana maka akan bisa segala-galanya. Padahal yang menjadikan orang bisa menjadi segala-galanya adalah wawasan yang dipupuk dari masa kuliah. Wawasan tersebut membuat kita tahu bahwa dalam bekerja memerlukan percaya diri, kreativitas, terus berusaha, dan selalu menghadapi masalah dengan kepala dingin.
Peran Sarjana IAIN Masih Abu-Abu Oleh Ismail Sholeh Siregar
Mentawai telah dibidik sebagai posko utama di Sumatera Barat untuk memulai rencana Yahudi mendakwahkan agama mereka. Pertanyaan yang mendasar, kemana puluhan ribu serjana Islam yang telah dilahirkan IAIN Imam Bonjol Padang itu? Apakah mereka tidak sadar dengan kekacauan ini ? Kemana ustad atau ustadzah yang dibanggakan ketika mereka pulang ke kampung halamannya? Begitu mudahnya kita dikalahkan oleh pejuang berambut putih, berkulit kasar dengan modal Indomie, dia mampu mencabik-cabik mahkota Islam. Mengungkit sekilas tentang IAIN Imam Bonjol Padang yang dahulu. Pengkaderan pemuda Islam benarbenar dilakukan pejuang-pejuang IAIN. Sarjana yang dilahirkan IAIN pada tahu 80-an sudah pasti memegang peranan penting di setiap daerah yang di tempatinya, memegang teguh pokok-pokok ajaran keagamaan yang telah dipersem-
bahkan IAIN kepada mereka, selalu menghadirkan tuhan dalam kehidupan mereka, tetapi sekarang mereka sudah tidak mampu bejuang karena kekuatan mereka telah terkikis usia. Hingga tahun 2016, IAIN Imam Bonjol Padang tetap berdiri kokoh secara fisik namun lemah secara batin. Badan berdiri tegak namun tidak sanggup menegakkan kepalanya karena takut menghadapi persoalan kehidupan. Penyebab utamanya adalah karena tidak memiliki life skill (kemampuan), trust (keyakinan) dan melemahnya mental para mahasiswa. Ini tidak sepenuhnya kesalahan mahasiswa yang tidak pemberani, namun para dosen juga harus menyadari apakah yang mereka lakukan sudah betul dan tepat sasaran dalam membimbing mahasiswa. Sebagai mahasiswa, kita merasakan saat ini kebanyakan dosen tidak mampu memahami kemampuan mahasiswanya sendiri. Ibarat memaksa kucing untuk terbang, kelinci untuk
memanjat, keong untuk berlari, elang untuk berenang. Sudah barang tentu semuanya itu mustahil untuk tercapai. Inilah masalah tenaga pengajar pada saat ini. guru TK tidak paham tahap perkembangan anak, guru SD, SMP, SMA tidak tahu yang diminati para muridnya dan para dosen tidak mau tahu kemampuan para mahasiswanya. Selain dari itu, dosen selalu abu-abu tidak jelas yang mana bewarna putih dan yang hitam, tidak adanya ketegasan dalam membimbing mahasiswa. Peraturan hanya berlaku di akedemisi, namun tidak disokong erat para pengajar dan tidak disandang kuat para mahasiswa, sehingga yang terjadi busana keislaman tidak tercermin kembali seperti undang-undang yang ditetapkan Institut Agama Islam Negeri. Perkubuan sudah pasti terjadi, mulai dari pemimpin hingga petugas kebersihan selalu bersa-
ing menunjukkan jati diri, menghasilkan propaganda perang dingin diantaranya. Ketika persatuan tidak terjadi, kekuatan sudah pasti melemah, pertahanan sudah pasti hancur dan korbannya adalah mahasiswa kupukupu. Tetapi, ketika para kubu-kubu itu tetap berpegang teguh dengan tujuan utama, maka IAIN tidak akan semerosot seperti yang sekarang. Pada tanggal 26 Maret 2016, IAIN Imam Bonjol Padang kembali menggelar wisuda ke 76, para wisudawan atau wisudawati bersenang ria menyambut pengangguran tepat dihadapan mereka, apabila niat awal perkuliahan hanya dijadikan sebagai bahan pergengsian, agar disegani, agar terhormat, hanya coba-coba dan ini sudah pasti takut untuk menghadapi kenyataan. Oleh karenanya penulis mengingatkan kembali pada rekanrekan mahasiswa jadilah sarjana bukan hanya sekedar wisuda, yang sejalan antara gaya dengan tujuan hidup. Insya Allah kita akan meraih kesuksesan. Ilustrasi Khairul Nasri
Lompong Sagu Makanan Tradisional
Seiring dengan perkembangan zaman, makanan dari berbagai bentuk dan rasa sangat mudah kita jumpai. Lain halnya dengan eksistensi makanan tradisional, sebagian kalangan ada yang sudah melupakannya, di karenakan kebanyakan orang lebih menyukai makanan cepat saji, ketimbang makan makanan yang proses pengolahannya menantikan waktu yang relatif lama. Terkait dengan eksistensi makanan tradisional, sebenarnya masih bisa kita lihat dan kita jumpai di tempattempat tertentu, sepertihalnya makanan tradisional asal Minangkabau yang satu ini, di kenal dengan sebutan Lompong Sagu. Soal rasa lompong sagu juga tidak kalah saing dengan makanan tradisional khas Minangkabau lainnya. Campuran rasa manis, gurih, dan teksturnya yang kenyal, memberikan kenikmatan tersendiri bagi para penikmatnya, di tambah dengan ciri khas pembungkusnya dari lembaran daun pisang, membuat Lompong Sagu tampil sebagai salah satu makanan tradisional dengan rasa dan kekhasan bungkusnya itu. Mengenai sejarah, makanan satu ini dulunya cukup dikenal oleh
masyarakat Minangkabau. Salah satu hal yang memberi bukti lompong sagu pernah berjaya dimasanya, dengan munculnya sebuah lagu berjudul “Lompong Sagu” yang di populerkan oleh penyanyi Minang Elly Kasim. Mendengar kata lompong sagu, mungkin tidak semua kalangan, khususnya generasi muda Minangkabau tau dengan makanan tradisional khas Minangkabau ini. Seperti namanya yang khas, Lompong Sagu proses pembuatannya berbahan baku tepung sagu, di campur dengan pisang masak, kelapa muda, garam, dan gula lawang. Membuat Lompong Sagu cukup mudah, sagu di campur dengan pisang (sesuai kebutuhan). Langkah selanjutnya sagu dan pisang diaduk hingga adonan menyatu. Kemudian ditambah parutan kelapa muda, sedikit gula dan garam yang menambah cita rasa Lompong Sagu. Setelah seluruh adonan menyatu, selanjutnya tahap untuk mengemas adonan lompong sagu ke dalam daun pisang, kemudian daun pisang di gulung hingga menutupi seluruh bagian adonan, tak lupa untuk menjepit kedua ujung menggunakan lidi. Adonan Lompong Sagu yang sudah di
kemas, kemudian di panggang di atas tunggku yang telah di sediakan sebelumnya. Pemanggang Lompong Sagu tidak jauh berbeda dengan pemanggang ikan bakar, hanya ditata sedemikian rapi di atas tungku. Dalam pemanggangan serabut kelapa menjadi andalan dalam tahap pembakaran. Proses pemanggangan membutuhkan waktu, butuh waktu lebih kurang 25 menit hingga Lompong Sagu benarbenar matang. Melihat Ciri-ciri lompong yang sudah matang cukup muda. “Kalau kulit pisang terlihat sudah gosong, berarti lompongnya sudah masak dan sudah bisa di sajikan,” ujar Mira salah seorang pedagang Lompong Sagu di Simpang Durian Tarung, Padang. Mira sudah berjualan lompong sagu sekitar 14 tahun silam. Selama 10 tahun berjualan di kawasan Simpang Belimbing, ditambah tiga tahun di kawasan Balai Baru. “Sewaktu saya hamil, tempat berjualan lompong ini di ambil orang, dan berpindah kekawasan yang baru, di tempat ini saya sudah berjualan selama 3 tahun sampai saat ini,” tambah Mira. Harga satu lompong cukup ekonomis, Mira menjualnya dengan harga Rp 2 Ribu Rupiah. Mira berjualan setiap
hari dengan menggunakan gerobak. Mira mulai berjualan dari pukul 10:00 Wib hingga pukul 08:30 Wib. “Jika dagangan laris, saya bisa pulang lepas magrib,” tambah Mira. Tambah mira, dalam sehari bisa berpenghasilan Rp.150.000 sampai Rp. 200.000. “Semua tergantung penjualan, kalau banyak pembeli banyak pula menghasilkan rezeki,” tambahnya Riko salah seorang pembeli mengatakan, makanan khas Minangkabau ini wajib dilestarikan. “Masyarakat sekarang banyak yang telah melupakan makanan yang satu ini,” ungkapnya. Untuk lokasi tempat Mira berjualan, “kita bisa melihat gerobak dengan kepulan asap beraroma sedap, yang lokasinya sebelah kiri bagian tepi jalan kalau kita datang dari arah Teluk Bayur.” Mira berharap agar masyarakat tidak melupakan kuliner makanan tradisional khas Minangkabau ini. “Lompong Sagu ini merupakan makanan yang sehat daripada makanan instan yang beredar saat ini,” Pungkasnya.
Khair ul Nasri, Ulfia Rahmi, Ganti Putra (Mg)
MencegahTumbuhnya Perilaku Menyimpang
LGBT Butuh Sosok Keluarga
P
olemik Lesbian Gay Biseksual dan Trans gender (LGBT) sudah ada sejak zaman Nabi Luth terdahulu. Namun kembali menjadi sorotan masyarakat dan pemerintah semenjak munculnya pengakuan secara terangterangan dari orang-orang yang berada dalam lingkungan LGBT tersebut, setelah banyaknya kasus per kawinan sejenis dikalangan masyarakat akan semakin tecancamnya generasi muda di Indonesia khususnya di Sumatera Barat (Sumbar). Salah satu contoh kasus perkawinan sejenis yang dilakukan salah seorang warga Jati sekitar satu bulan yang lalu terus menuai perhatian dari masyarakat Padang.
Minangkabau termasuk daerah mayoritas Islam dengan adanya LGBT di Minangkabau, sesuai pengakuan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit menegaskan bahwa Sumbar menolak kehadiran kaum LGBT. Dari persoalan yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat mengenai LGBT, kru Suara Kampus mendapat kesempatan mewawancarai Ketua Bundo Kanduang Kota Padang, Raudha Thaib terkait pandangan Bundo kanduang terhadap perkembangan LGBT di Sumbar dan bagaimana solusi yang diberikanya terhadap anak-anak yang rawan terkena pe ngaruh LGBT.
Bagaimana pandangan Anda terhadap LGBT di Sumatera Barat ?
Ditinjau dari banyak hal, kasus tersebut adalah penyimpangan perilaku, sesuatu yang tidak ada pada azaz kemanusian. Dalam konsep perkawinan, tidak ada agama apapun, adat apapun yang memperbolehkan untuk kawin sesama jenis. Menurut Anda apa yang mempengaruhi orang ber perilaku menyimpang, seper ti kasus LGBT ?
Agama dan norma-norma yang tidak diajarkan, dijalankan oleh masyarakat, selain itu juga pengaruh media sosial bagi pengguna yang tak punya landasan agama yang kuat cenderung akan mudah terpengaruh. Hal apa yang dominan mempengar uhi seseorang menjadi LGBT ?
Seseorang akan terpengaruh apabila lingkungan yang ia miliki tidak membawanya menuju kodrat hidupnya atau ia merasa terasingkan. Maka kemungkinan bagi orang seperti ini pengaruhnya akan lebih besar. Berapa per sen lingkungan masyarakat mempengaruhi per tumbuhan LGBT ?
Seorang anak yang tidak dibatasi perkembanganya dan pengaruh lingkungan yang sangat besar, sekitar 70 persen orang yang memiliki genetika yang baik akan berubah oleh lingkungan yang tidak mendukungnya kearah normal atau baik. Bagaimana cara mencegah pertumbuhan LGBT dalam lingkungan sehari-hari ?
Yang penting yaitu pembekalan sebelum melakukan pernikahan
atau diadakan pembekalan pra-nikah, karena sekarang banyak yang tidak mengerti apa itu perkawinan, makanya ada yang namanya perkawinan sesama jenis karena mereka tidak paham dengan yang mereka lakukan. Seberapa besar pengaruh orang tua untuk menghindar kan keluarganya dari pengar uh LGBT ?
Orang tua seharusnya membenahi keluarga masing-masing dan mendorongnya kearah yang benar. Ketahanan keluarga disini sangat dibutuhkan karena hal sekecil apapun dimulai dari keluarga, baru bisa dibawa ke tengah-tengah masyarakat, kehadiran orang tua dalam diri anak harus ditanamkan. Bagaimana cara orang tua agar keluarganya tidak terjerumus dengan aliran LGBT ?
Apapun yang dilakukan seorang anak, maka ajarkanlah bahwa setiap perbuatan itu dilihat oleh Allah SWT. Jadi apapun yang akan dilakukan anak, mereka ingat kalau orang tuanya di rumah tahu kalau dia melakukan itu, maka anak itu tidak akan melakukkan hal-hal yang menyimpang karena merasa selalu diawasi orang tuanya. Bagaimana peran pemerintah terhadap per tumbuhan LGBT ?
Kalau tugas pemerintah yaitu lebih intens lagi mengkaji tempat-tempat hiburan, apakah mereka hanya mencari keuntungan semata atau ada nilai edukasi di dalamnya. Itu penting juga untuk mengawasi pertumbuhan anak-anak kita. Bekal apa yang harus ada pada remaja agar terhindar dari pengar uh LGBT ?
Dalam hiduik ko harus punyo rujukan yang jaleh (dalam hidup ini harus punya referensi yang jelas), agama yang jelas, kalau kini agamo ndak jaleh akhirnyo tajebak jo hal-hal samode itu (kalau sekarang agama tidak jelas akhinya terjebaklah dengan hal-hal yang seperti itu).
Seberapa besar pengar uh LGBT untuk mendoktrin masyarakat ?
Tentu akan sangat berpengaruh, karena mereka sedang ingin menunjukkan identitas diri mereka.
Bagaimana sehar usnya sikap kita terhadap LGBT ?
Mereka seharusnya diberi penjelasan dan diperbaiki serta ditunjukkan kalau apa yang mereka perbuat itu salah. Tidak perlu juga kita kucilkan, cukup diingatkan saja bahwa apa yang mereka lakukan itu berbahaya. Kita ajak mereka ke jalan yang dibenarkan oleh agama, Tuhan sudah menunjukan yang benar, dipahami dan diamalkan yang baik bukan yang buruknya, kalau tidak kita akan tersesat. Apa yang harus diantisipasi supaya tidak teperangkap dalam LGBT ?
Raudha Thaib
Pilih betul dengan siapa kita berteman, memilih teman bukan berarti kita membedabedakan orang tapi memilih untuk kebaikan, kemudian menjaga langkah. Silvia Wulandari
Hidup Karena Menulis Almarhum Sutan Zaili Asril
Arsip pribadi
Siapa yang tak kenal dengan Sutan Zaili Asril, ia merupakan seorang pengusaha sukses, penulis dan wartawan kondang asal Sumatera Barat (Sumbar). Pria kelahiran Korong Kiambang, Padang Pariaman 17 Mei 1955 ini, memulai karirnya menjadi wartawan semenjak tahun 1979.
S
epak terjang Zaili Asril di dunia kewartawanan tidak diragukan lagi, telah banyak media cetak maupun digital yang ia dirikan seperti Padang Ekpres, Pos Metro Padang, Padang TV, Dharmasraya TV dan masih banyak lainnya. Namun siapa sangka, media yang pertama kali ia dirikan bersama rekan-rekannya ialah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus IAIN Imam Bonjol Padang. Pria ini merupakan alumni Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Walau ia ter lambat menyelesaikan studinya, bukan berar ti ia lemah dalam intelektual karena terbukti dengan beberapa media yang ia dirikan. Kini, salah seorang pendiri Suara Kampus, Sutan Zaili Asril telah tiada. Hanya kenangan dan karya serta kisah perjalanannya yang akan selalu diingat. Zaili meninggal dunia Senin (11/ 01/2016) di Rumah Sakit Umum M Djamil Padang, sekitar pukul 23.55 WIB karena komplikasi penyakit yang diderita lima tahun belakangan. Menjadi seorang wartawan kondang, penulis dan pengusaha sukses bukanlah perkara yang mudah. Apalagi mendirikan beberapa media di tengah-tengah banyaknya saingan yang datang. Kru Suara Kampus kemudian mencoba untuk mengunjungi satu persatu sahabat dan keluarga untuk mengenang sosok yang dikenal pekerja keras itu. Sosok yang Idealis Suara Kampus pun menemui para
Sutan Zaili Asril
Senyum | Foto St Zaili Asril bersama istri tercinta
sahabat Almarhum semasa menjadi mahasiswa dulu. Dimulai dari salah seorang sahabatnya sewaktu kuliah yang juga pendiri Suara Kampus, ia adalah Yulizal Yunus atau kerab disapa dengan Yuyu. Ia menceritakan perjalanan hidupnya bersama Zaili Asril saat mendirikan Suara Kampus. “Kami dulu sama jurusan dan berkat tulisanlah yang membuat kami bertemu dan membuat sebuah karya tulis sebelum mendirikan Suara Kampus. Pada tahun 1977 kami memutuskan untuk melakukan rapat dan mengambil kesimpulan untuk mencetak sebuah buletin yang berisi cerpen, essay, sastra dan lainnya,” paparnya mencoba mengingat kenangan bersama Almarhum. Banyak cerita yang ia sampaikan, mesin ketik tua menjadi cerita pertama sebagai pengantar untuk mengenang sosok Zaili Asril. “Kami menggunakan mesin ketik yang kemudian kami cetak di atas kertas stensil memakai alat manual karena waktu itu belum ada komputer. Ide tersebut digagas sebagai wadah mahasiswa agar lebih aktif dan aktivitasnya bisa dibaca oleh kalangan kampus. Buletin merupakan bentuk keprihatinan kepada mahasiswa yang tidak mengetahui
lingkungan kampusnya,” kata Yuyu. “Saat itu, kami menulis secara otoditak dengan modal keberanian. Menulis itu merupakan kejujuran menuliskan apa yang dipikirkan, menjadi diri sendiri tidak menjadi orang lain. Kalau berani dan jujur dengan apa yang dituliskan pasti akan bisa. Jadi, apa yang dipikirkan tulis saja terlebih dahulu. Soal bagus atau tidak itu masalah kedua, setelah menuliskan apa yang dipikirkan maka mintalah pendapat orang lain,” nasehat Yuyu. Yuyu menceritakan bahwasanya Almarhum Zaili Asril pernah menginap di kampus, tepatnya di balai ba-
warnai dengan pemikiran yang idealis. Zaili waktu di Suara Kampus lebih banyak menulis puisi sehingga menjadi novelis. Salah satu idenya adalah menjadikan kampusnya maju tidak dengan materi dan lainnya, namun kemauan yang kuat,” jelasnya. Yuyu menuturkan, waktu sakit pun Almarhum tetap menulis, seper ti tidak menghiraukan jiwanya karena ia hidup karena menulis. “Di akhir hidup Zaili seperti cerpen yang pernah ia buat judulnya ‘Sayup’ menceritan tentang mahasiswa yang besoknya dia akan ujian skripsi dan malamnya ia wafat sehingga tidak jadi ia sarjana. Ini pun dialami oleh Zaili Asril, besok
“Berkat tulisanlah yang membuat kami ber temu dan membuat sebuah karya tulis sebelum mendirikan Suara Kampus.” Yulizal Yunus
Sahabat ST Zaili Asril hasa. “Makanan favoritnya adalah soto di kafe Amak atau Uniang,” ungkap dosen Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) itu. Bagi Yuyu, semuanya sangat berjasa dalam mendirikan Suara Kampus. “Idenya dari kita bersama, memicunya rektor, membuat proposalnya ketua dan memulai redaksi pertama yang ber tujuh orang tersebut,” ungkapnya. Berbicara mengenai Zaili, Yuyu mengatakan, Zaili mempunyai ide yang tak pernah kering dan semangat yang tak pernah pudar. “Ketika di bangku kuliah dulu, ia sering membuat berita dan menulis puisi yang semangatnya luar biasa saat menceritakan,” katanya sambil tertawa. “Zaili merupakan sosok yang idealis, setiap saat idenya selalu mengalir bagaikan air. Hari-harinya selalu di-
ia akan ujian S2, hari ini ia meninggal dunia. Jadi, sama cerita Zaili dengan cerpen yang ia buat. Sayup ini dalam pengertian sayup-sayup sampai. Tidak tercapai yang ia inginkan,” ungkap sahabat Almarhum. Cita-cita Zaili tidak besar yaitu hanya menjadi orang yang biasa, namun hadir menjadi orang yang luar biasa. Luar biasanya didukung dengan kapan pun dan dimana pun ia tidak pernah kekeringan ide. “Jika tidak mempunyai ide berarti bukan Zaili namanya. Semangatnya tidak pernah pudar, walaupun ia sakit jantung. Semangatnya itu adalah energi yang membangkitkan keberanian dan kepercayaan diri sehingga tidak seperti orang sakit,” papar Yuyu. Lain halnya dengan Fachrul Rasyid, pendiri Suara Kampus ini menceritakan semasa mereka kuliah. “Sekitar tahun 1981 Zaili diterima di Kompas dan saya di Tempo. Suatu ketika kami pernah tidak makan dalam mencetak koran, waktu itu jam satu malam dan kebetulan ada orang yang menjual kue pukis, itu yang kami makan. Kami pernah menginap di percetakan sambil menunggu hasil cetak tersebut,” kenang mantan Pemimpin Perusahaan Suara Kampus ini. Lanjutnya, pukul lima pagi,
dibawalah koran tersebut dan diletakkan atas motor, kemudian diantar ke kampus. “Kami dulu sering membaca koran yang berbeda dan mendiskusikan beritanya. Suara Kampus ada karena atas kemauan bersama. Hambatan satusatunya adalah kemauan. Susah memisahkan kami yang berempat, kemanamana selalu berempat. Kami dulu samasama susah,” ungkap Fakhrul sambil menghisap rokok yang ada di tangannya. Walau sudah lama berkibrah di dunia wartawan, keakraban Sutan Zaili Asril dengan generasi Suara Kampus terus terjalin, salah seorang mantan pemimpin umum Suara Kampus periode 1998 Abdullah Khusairi menuturkan, ia bertemu almarhum dari sepuluh tahun silam. Sosok Sutan Zaili dimatanya merupakan sosok leadership yang ideal. Sutan Zaili mampu mem-backup seluruh kadernya dan wartawan yang dibimbingnya dengan penuh semangat. “Beliau merupakan contoh leadership yang matang dan sangat menghargai tanggung jawab serta selalu memberikan tanggung jawab kepada orang yang tepat. Sosok leadership yang baik serta ia bisa menyopiri dirinya dengan baik dalam memimpin,” kenang dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi itu. Almarhum Zaili Asril kerap tidak pulang-pulang ke rumahnya. Ia lebih sering menghabiskan waktu di kampus dari pada di luar. Ia sering bersama teman-temannya Yulizal Yunus, Emma Yohanna, Fachrul Rasyid dan Shofwan Karim. Salah seorang pemilik kantin di belakang Fakultas Tarbiyah dan Keguruan-kantin yang menjadi tempat belanja favorit Almarhum, Alimah mengatakan, Almarhum jarang pulang ke rumah. “kalau baju ko di basuah mati ikan dek inyo mah.” Sutan Zaili Asril Pencinta Kelu arga Hangatnya udara siang dan kendaraan roda dua yang seadanya mengantarkan kru Suara Kampus mengawali perjalanan dari Lubuk Lintah menuju Lubuk Buaya. Jarak kampus dengan rumah Almarhum yang bisa dibilang begitu jauh ditambah suhu panas Kota Padang tidak mengurungkan niat kami menelusuri lubuk ke lubuk. Perbincangan kru Suara Kampus bersama istri almarhum, Ibu Desmayetti begitu mengharukan. Ia mencoba mengingat kembali kenangan bersama almarhum. Suasana saat itu sempat hening, ia menundukkan kepalanya dan terdiam sejenak, kemudian sedikit demi sedikit mulai membuka pembicaraan mengenai kepribadian Almarhum Sutan Zaili Asril. Yetti mengisahkan kenangannya bersama Almarhum semasa kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang. Dia mengenali sosok Zaili sebagai seorang aktivis kampus. Di bangku kuliah dulu Almarhum menjadi wartawan kampus. “Ibu kenal Bapak ketika beliau ikut dalam lembaga dakwah kampus, kemudian Ibu berkenalan dengan beliau,” kenang Yetti kelahiran 1959 ini. “Bapak merupakan sosok yang selalu sayang pada keluarga. Bapak selalu memberi pesan untuk selalu bersyukur dan jangan sampai dilihat orang lain, yang penting berjasa bagi orang lain,” papar Yetti dengan wajah berkaca-kaca. Sher ly, Nasri, Meilia, Salman (M g ) ,
Axvel Gion Revo
Axvel Gion Revo
Bagi Sertifikat | UKM Kopma bagikan sertifikat kepada seluruh UKM yang ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Almamater, Sabtu (12/03)
Berbaris|Suasana mendebarkan detik-detik pengumuman pemenang Duta Mahasiswa yang diselenggarakan PIK-M, Sabtu (20/03).
IAIN IB Serius Tingkatkan Keamanan dan Kebersihan Kampus
Serius | Suasana rapat sivitas akademika membahas keamanan kampus IAIN Imam Bonjol Padang, Senin (07/03)
Suara Kampus - Seluruh lapisan masyarakat kampus IAIN Imam Bonjol Padang serius dalam menciptakan kampus yang bersih dan aman, hal ini diungkapkan Firdaus dalam rapat koordinasi sistem pengamanan kampus di ruangan Wakil Rektor I, Senin (07/03). Rapat koordinasi yang dihadiri oleh, Wakil Rektor I, II, III, Wakil Dekan III, Kabag Umum, Kabag TU masing-masing Fakultas, Kasubag RT, Koordinator Satpam, Koordinator PT. Sakinah Citra Mulia, Dewan Mahasiswa (DEMA) dan UKM selingkup IAIN. Firdaus mengatakan, untuk menciptakan kampus yang bersih dan aman dibutuhkan kerjasama dari seluruh warga kampus. “Karena kampus yang
bersih adalah implementasi dariannadzofatuminaliman,” ujarnya. Kepala Biro AUAK Dasrizal menuturkan, kampus ini berada di tengah perkampungan, oleh sebab itu kita harus melakukan apapun untuk menciptakan keamanan, kenyamanan, serta kebersihan kampus, untuk tidak hanya mengandalkan pihak kebersihan saja. “Hal terpenting adalah kesepakatan dan komitmen kita bersama, serta kalau bisa teknologi tentang pengamanan kampus kita terapkan seperti mensosialisasikan jam masuk dan keluar di area kampus kepada masyarakat,” tegasnya. “Dengan banyaknya gerbang masuk kampus kita terapkan sistem buka tutup untuk memasuki
Suara Kampus- Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan ke 42 IAIN Imam Bonjol Padang dilaksanakan pada tanggal 27 Juli hingga 20 Agustus mendatang, hal ini disampaikan oleh Kepala Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Rusli, Rabu (16/03). Rusli mengatakan, KKN seharusnya dilaksanakan pada bulan Ramadan, tapi setelah dirapatkan dengan Wakil Rektor (WR) II, WR III, Ketua LP2M serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan masing-masing fakultas memutuskan bahwa KKN akan dilaksanakan selepas bulan Ramadhan, “Seharusnya KKN dilaksanakan pada bulan Ramadhan, tetapi karena hasil putusan rapat WR dan WD maka disepakati selepas Ramadan,” katanya. Lanjut Rusli, KKN akan dilaksanakan pada tanggal 27 Juli sampai 20 Agustus mendatang dan
akan disesuaikan dengan kalender Akademik. “Pihak panitia akan melakukan survei tempat pada tanggal 21 Maret ini,” lanjutnya. “Beda KKN sekarang dengan tahun sebelumnya adalah, KKN sekarang ini bisa dilaksanakan di kota Padang, tidak seperti tahun kemarin bahwa KKN harus dilakukan keluar dan daerah-daerah terpencil,” jelasnya. Rusli menambahkan, sebanyak 2100 mahasiswa dari masing-masing fakultas akan dilepas nantinya dan masing-masing jorong akan ditempatkan enam orang, “Ada 50 orang dosen pendamping nantinya,” tambahnya. Ia berharap, dengan adanya KKN ini kedua pihak dapat saling menguntungkan, dan mahasiswa dapat memainkan perannya serta mempraktekkan ilmu yang diperoleh di Akademik.
kampus, agar tidak terlalu bebas dan keamanan kampus bisa lebih terkendali,” lanjut Dasrizal. Menanggapi hal tersebut Hafizul Pahmi selaku ketua DEMA mengusulkan, untuk meningkatkan keamanan dengan memasang CCTV di titik-titik rawan kampus, dan lebih memanfaatkan kartu tanda mahasiswa sebagai akses masuk dan keluar kampus. “Pasang CCTV di tempat-tempat rawan supaya tingkat keamanan lebih baik, dan supaya orang asing tidak berkeliaran dan jelas yang memasuki kampus,” pungkasnya. Ketua Keamanan Adri Simon juga mengungkapkan, ada beberapa kendala dari pihak keamanan untuk menetralisir keamanan. “Pintu gerbang yang banyak dan orang asing yang berkeliaran di sekitar kampus,” jelasnya. Koordinator keberbersihan Yolgus Rianto mengatakan, untuk tim kebersihan sudah dijelaskan dalam Standar Operasional Procedure (SOP) perusahaan. “Dua hal yang diminta dari pihak kebersihan, pertama adalah hasil kerja dan kedua hubungan baik antara pegawai dengan warga kampus,” jelasnya. Alek salah seorang mahasiswa Fakultas Ushuluddin mendukung, jika keaman dan kebersihan kampus ditingkatkan setidaknya pihak IAIN mendukung dengan memberikan fasilitas yang memadai, “Semoga kita samasama biasa menjaga keaman dan kebersihan kampus ini supaya kedepanya semakin baik lagi dalam hal keamanan dan lain sebagainya, dukungnya. Axvel Gion Revo, Siti Sundari (Mg)
KKN 2016 Usai Lebaran
“Semoga ini dapat menjadi ladang amal dan mahasiswa dapat mempraktekkan ilmu yang didapatnya,” harap Rusli. Salah seorang mahasiswa semester VI yang akan mengikuti KKN Randi menuturkan, jika KKN dilaksanakan pada bulan Juli maka kegiatan yang dilakukan di lapangan akan berkurang, tidak seperti pada bulan Ramadan maka kegiatan akan lebih banyak dilakukan seperti ceramah dan sebagainya. “Bagusnya KKN dilaksanakan bulan Ramadan selain kegiatan banyak maka ini juga menjadi ladang amal,” tutur mahasiswa Ekonomi Islam ini. Axvel Gion Revo, Mulyadi (Mg)
Beasiswa Supersemar Dibekukan
Suara Kampus- Beasiswa Supersemar yang bertujuan membantu mahasiswa berprestasi dalam menunjang kebutuhan ekonomi dibekukan pemerintah, dan masih belum diketahui alasan kebijakan tersebut. Wakil Rektor II Firdaus mengungkapkan, mungkin ada alasan kebijakan negara tentang pembekuan beasiswa Supersemar. “Saya belum tahu pasti apa persoalanya mengapa beasiswa ini dibekukan, mungkin ada kendala di bagian pusat Jakarta,” jelasnya, Rabu (16/03). “Negara sudah banyak berikan dana, seperti beasiswa Bidikmisi dan DIPA, mungkin ada alasan negara yang mengatur tentang dibekukanya beasiswa Supersemar ini,” tambah Firdaus. Salah seorang penerima beasiswa Supersemar Hubbal khair mengungkapkan, beasiswa Supersemar ini memberikan motivasi agar penerimanya lebih semangat lagi dalam belajar serta mempertahan kelayakkan mendapatkan beasiswa. ”Beasiswa ini adalah salah satu yang bergengsi di IAIN dan jumlahnya juga sangat besar 10 juta dalam satu tahun,” ungkapnya. Selain itu beasiswa Supersemar ini adalah salah satu beasiswa penunjang , untuk mahasiswa yang sebelumnya mempunyai latar belakang ekonomi keluarga yang kurang . “Setelah adanya beasiswa ini semua kebutuhan baik kuliah ataupun yang lainnya terpenuhi,” terang mahasiswa Jurusan Psikologi Islam ini. “Saya sangat prihatin dengan dibekukannya beasiswa ini dan sangat merasa kehilangan. Karena beasiswa ini sangat dibutuhkan, takutnya kebutuhan tidak terpenuhi lagi seperti dahulu,” keluh Hubbal. Senada dengan Hubbal Raka salah seorang menerima beasiswa Supersmar dari fakultas Sariah juga mengeluhkan, ketika ada sesuatu yang terjadi di pemerintah jangan di korbankan masyarakat yang tidak mampu, “ saya rasa pembekuan Beasiswa Supersmar ini dibekukan karena terjadi ketidak beresan di pemerintah, khususnya lembaga yang meneyelengarakan beasiswa Supersmar ini,” cetusnya. “Dulu perjanjiannya bagi yang menerima beasiswa Supersmar ini akan dijanjikan menerimanya sampai kami tamat kuliah, tapi kalau memang itu terjadi saat ini kami selaku penerimanya tentu sangat kecewa,” ungkapnya. Lanjut Raka, “ kalau kami sebenarnya sangat tergantung terhadap beasiswa Supersmar ini, kalau beasiswa ini sudah tidak ada lagi, saya peribadi akan mencari beasiswa yang lain yang mampu menunjang kebutuhan hidup saat ini, keluhnya saat diwawancari Suara Kampus. Siti Sundari (Mg)
Kuda Kampus, Men-debat Kusir Tetangga
S
aya harus bersitegang urat le her saat berdebat dalam mem pertahankan integritas kampus IAIN IB ini ketika berdiskusi dengan mahasiswa dari kampus lain. Mahasiswa itu kuliah di Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Seni Rupa Periodi Lukis. Berawal dari wacana diskursus tentang kampus ideal di provinsi ini, berakhir pada adutangkas keilmuan antara saya dan dia. Saya sempat mengkritisi paradigma hedonisme pendidikan yang dibangun dalam sistem silabus perkuliahan mereka, lantaran dia menghina birokrasi yang macet dan tata bangunan di kampus saya. Yang membuat saya berang adalah pondation (landasan) wacana yang ia kemukakan terhadap saya, didapatkanya dari surat kabar yang etos kerja medianya hanya sebagai paradigma “bisnis”. Inti permasalahan yang kami perdebatkan adalah ketika dia mengindikatorkan idealnya suatu perguruan tinggi dilihat dari Infrastruktur, bentuk, gambaran atau lukisan suatu kampus. Katanya “coba bayangkan kemudian bandingkan, mana yang lebih indah lukisannya ketika melihat bentuk kampus dari atas menggunakan google map, apakah kampus saya atau kampus IAIN anda. Pasti kampus saya lebih tertata, seperti lukisan yang indah, di sana terdapat fakta bahwa kampus saya lebih ideal dari kampus anda”, begitu sombong cakapnya. Seperti itu lah hematnya perdebatan saat itu. Membuat saya tak henti-hentinya berpikir tentang hal konyol yang menjadi alasan klasik bagi para pembual seperti kami, nyinyir dalam membahas permasalahan yang itu-itu saja. Namun saya bersyukur, dari pada diam seribu bahasa, pasif dalam menanggapi persoalan di sekeliling yang menurut hemat saya itu merupakan bentuk krisis perlawanan terhadap penjajahan intelektual sehingga berakibat pada kebodohan juga kemiskinan moral dan mental. Setelah perdebatan dengan teman saya yang berlainan kampus itu, maka “memerciklah” ide untuk menulis permasalahan itu ketengah-tengah pembaca melalui tulisan ini. Ibarat lukisan, IAIN IB Padang sebagai maha karya dalam kanvas besar. Lukisan yang unik, tiada padanannya di belahan bumi manapun, hanya ada di Lubuk Lintah. IAIN IB sebagai karya seni lukis merupakan gambaran atau ungkapan ekspresi dari seorang pelukis. Kebanyakan pelukis biasanya akan menemukan kepuasan tersendiri dengan karya yang ia hasilkan. Para seniman dapat secara bebas mengekspresikan diri dalam lukisan sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Bagi penikmat lukisan, sebuah karya lukisan adalah keindahan yang menimbulkan decak kagum sehingga banyak para kolektor mengeluarkan jumlah uang yang banyak hanya untuk memiliki lukisan yang mencuri perhatiannya. Karena itu, meskipun tidak
memperhatikan nilai guna, karya seni lukis merupakan salah satu karya seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kampus sebagai lukisan dalam sudut pandang seni murni ia termasuk karya seni yang mengutamakan nilai estetika daripada nilai guna, begitulah teorinya, bagaimana dengan faktanya ? Apakah IAIN IB ini masuk pada katagori karya yang estetik dan bernilai jual tinggikah. Pembaca sebagai penikmat lukisan bisa menilainya melalui sudut pandang sendiri. Berbicara tentang nilai karya lukis, pada tahun 1970 M di New York U.S.A telah dimuat sebuah artikel di majalah berbahasa ingris yang membicarakan suatu pertanyaan pengandaian. Sekiranya di dalam sebuah ruangan terdapat lukisan yang di lukis oleh pelukis yang terkenal seperti Rembrandt, Michelangelo atau Leonardo Da Vinci yang unik dan ganjil, kemudian di ruang yang sama ada juga seorang bayi, jika ruangan itu terbakar dan hanya ada kemungkinan untuk menyelamatkan salah satu saja, baik anak kecil itu atau lukisan yang termasyhur tersebut, maka yang manakah yang harus diselamatkan ? Banyak diantara pembaca dan intelek saat itu berpendapat bahwa lukisan itu harus diselamatkan dan bayi itu dapat dikorbankan. Sebabnya ialah pada fikiran mereka bahwa seni lukis yang ganjil dan unik itu tidak ada gantinya, jika habis terbakar lenyaplah dari muka bumi, sebaliknya bayi dilahirkan setiap hari, maka tidaklah perlu ia diselamatkan dari kemusnahan. Begitulah nilai karya. Kembali ke kampus dalam sudut pandang sebuah karya lukis. Lukisan terbagi dari berbagai jenis aliran, jadi bisa diurai bahwa ini kampus masuk pada jenis aliran karya lukis seperti apa? Sedalam pengamatan kita tentang aliran seni lukis maka kampus ini termasuk jenis aliran sebagai berikut:
Makna fisik kampus Aliran Romantisme Romantisme merupakan aliran seni lukis yang mengungkapkan sebuah kejadian atau peristiwa yang dianggap menarik dan istimewa. Karya aliran romantisme cenderung kaku dan statis. Berikut fakta dari aliran romantisme dalam kampus ini. Ciriciri tema romantisme dari kejadian yang mengenaskan terlihat dari bentuk bangunan rektorat yang pembangunannya terbengkalai, tepatnya di sebelah pos pengamanan, di depan masjid kampus. Bangunan itu serasa bangunan romantisme bagi setan dan kuntilanak bergentayangan, menarik untuk medan acara adu nyali atau uka-uka. Kemudian ungkapan penuh gerak dan berlebihan Cenderung didramatisir, terlihat dari tata bangunan yang tak semestinya di lukis pada tema yang beranjak dari pola keteraturan, berserak. Terlebih kalau kita lihat penempatan bangunan asrama putri yang terpencil, terasing, menggambarkan suasana yang pilu dan dramatis. Aliran Realisme Realisme cenderung menghasilkan karya yang mengungkapkan fenomena nyata yang terjadi di alam dan kehidupan yang dialami secara objektif. Berikut ciri-ciri nyata realisme pada kampus kita. Kampus ini cenderung sesuai dengan fakta-fakta se-
Oleh : Rendi Hakimi Sadry
mangat yang datar dan sesuai dengan perbuatan alam. Tidak berlebihan dalam hal warna dan keindahan seni, lihat bangunan tarbiyah yang baru diperbaiki akibat kerusakkan gempa lalu. Kerusakkan yang parah hampir mebelah dua bangunan tersebut, kemudian diperbaiki sedemikian adanya dan hasilnya lihat saja, sangat realistis. Hukum sebab akibat menjawabnya, sekarang warna bangunannya pudar, sebab dipoles dengan cat yang murah mengakibatkan warna muram bentuk dari perbuatan alam, campur tangan hujan dan panas. Seterusnya lagi-lagi birokrasi yang memberi efek blur pada realita dinamika kampus. Aliran Kubisme Kubisme tanpaknya juga melekat pada kampus ini. Aliran kubisme mencoba mengungkapkan segala bentuk yang terwujud dari sebuah benda-benda geometris seperti kubus, segitiga, kerucut, dan lain sebagainya. Aliran ini cenderung lebih banyak memakai segitiga atau kerucut sebagai bentuk dasar untuk mewujudkan objek lain. Ciri-ciri fakta aliran ini di kampus kita terdapat pada bentuk lukisan gerbang kampus. Aliran Primitivisme Primitivisme cenderung berlandaskan pada sebuah objektivitas yang diinginkan. Gambar yang dilukis biasanya cenderung sangat sederhana, datar dan dua dimensi. Ciri-ciri fakta aliran primitivisme dalam kampus kita terdapat pada seluruh bangunannya, menggambarkan sebuah subjek dengan bagian yang sangat datar cenderung sangat sederhana bila dibandingkan dengan kampus lain, terikat dengan kehidupan manusia zaman dahulu yang cenderung primitif. Perubahan yang lambat. Aliran Abstrak Abstrak adalah aliran seni lukis yang beranggapan bahwa dalam setiap gambarnya tidak banyak bentuk yang tidak menyamai bentuk dari alam melainkan imajinasi dari sang seniman sendiri. Ciri-ciri Seni ini menampil pada bangunan kampus kita, unsur-unsur rupa atau fisik kampus yang disusun tidak terbatas pada bentuk-bentuk yang ada di alam. Garis, bentuk, dan warna ditampilkan tanpa mengindahkan bentuk asli di alam, tidak cocok dengan situasi dan kondisi zaman. Alir an Optik Ar t Merupakan aliran seni lukis yang memanfaatkan ilusi mata, yang mana ilusi tersebut bisa menjadi imajinasi. Ciri-ciri pada umumnya seni optik bersifat abstrak, formal, dan eksak. Seni optik dengan wujudnya yang khas berupa susunan geometris berulangulang, merupakan semacam usaha untuk mengeksploitir kelemahan mata dengan ilusi ruang (dan terkadang gerak semu). Terdapat semacam rekayasa yang memberikan imaji bahwa kampus ini baik-baik saja, jauh dari persoalan, padahal sebenarnya sangat bermasalah. Alir an Postmoder nisme Aliran ini mendasarkan pandangan pada hiper-realitas, mereka bisa sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang disebarkan melalui media. Ciri-ciri ini melekat juga pada pemikiran kebanyakkan masyarakat kampus. Pemikiran postmodernisme didasarkan pada landasan yang tidak ilmiah dan irasional. Sifat hirarkis dan terorganisir ser ta determinasi IPTEK
menandai modernisme, sedangkan post modernisme didasarkan pada anarkisme dan ketidakpastian. Nah pembaca, dari beberapa contoh aliran yang penulis utarakan mungkin dapat membantu pembaca dalam menggambarkan lukisan nyata kampus ini, namun untuk merumuskan kriteria ideal institusi jika mengindikatorkan hanya dari bentuk infrastruktur belaka, maka makna sempitlah yang akan kita dapat. Jauh pada itu, idealnya suatu perguruan tinggi tidak terlepas dari makna filosofisnya.
Makna Ruh Kampus Perguruan Tinggi merupakan ikon keunggulan sumber daya manusia di era global, karena perguruan tinggi merupakan penjaga keberlangsungan bangsa sekaligus penentu masa depan bangsa. Sebagian besar, kepada masyarakat kampuslah nasib bangsa ini akan diserahkan. Realita tak terbantahkan, kesempatan besar untuk memperoleh profesi tingkat atas lahir dari perguruan tinggi, seperti guru, dosen, dokter, pengacara, dan berbagai macam profesi lainnya. Namun masih jauh dari kata pastinya, tidak semua perguruan tinggi mampu melahirkan sumber daya unggul. Jika mereka lahir dari perguruan tinggi yang baik, maka hasilnya akan baik. Begitu juga sebaliknya, maka perlu adanya perguruan tinggi ideal itu. Perguruan tinggi ideal tidak berarti perguruan tinggi yang mahal dan memiliki fasilitas yang memadai. Akan tetapi perguruan tinggi yang ideal adalah perguruan tinggi yang mampu menanamkan nilai-nilai pendidikan dan apresiasi terhadap budaya bangsa. Sejalan dengan perkataan Alm Tan Malaka, “Perguruan tinggi atau pendidikan yang ideal harus dapat mempertajam kecerdasan moral, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan manusia yang dididiknya”. Yang terpenting sekali Perguruan Tinggi mampu melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam hal pendidikan, perguruan tinggi hendaknya mampu menghasilkan SDM yang cerdas dan unggul dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya dan penyediaan sarana dan prasarana belajar yang memadai, referensi yang cukup juga kegiatan belajar dan mengajar yang menyenangkan. Perguruan Tinggi Ideal adalah perguruan tinggi yang dapat membentuk Sosial Interpreneurship. Menjadi mesin pencetak sosok inovator, business entrepreneur, sekaligus sosok sosial entrepreneur. Dengan terbentuknya sosok inovator sekaligus sosok sosial interpreneur diharapkan dapat dengan mudah membentuk jaringan bisnis (kerjasama) dengan berbagai pihak dan berkolaborasi di segala lini dalam rangka pengembangan ilmu, institusi, teknologi, dan seni. Peningkatan kualitas dan kuantitas kerja sama baik di tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional pun dapat ditempuh. Dengan kerja sama yang baik dengan berbagai pihak diharapkan dapat mempertinggi dana abadi. Sehingga pendidikan, peneltian dan pengabdian masyarakat dapat ditingkatkan tanpa meningkatkan biaya pendidikan.
Dengan tingginya tingkat dana abadi diharapkan biaya pendidikan dapat diminimalkan sehingga masyarakat ekonomi lemah dapat meneruskan ke jenjang tersebut. Hal ini berar ti pergur uan tinggi mampu mengamalkan Pancasila sila kelima, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Nah, di atas telah kita urai kampus ini dalam sudut pandang yang cukup adil, dalam uraian fisik (lukisan kampus) dan uraian ruh (ideal perguruan tinggi). Namun hal-hal yang ideal sering sulit diwujudkan bukan karena hal- hal itu terlalu ideal, tetapi disebabkan oleh kondisi yang ada tidak mendukung untuk mewujudkannya. Akibatnya, yang terjadi cuma formalitas belaka. Begitu juga beban yang menindih pundak para dosen, kalau kita lihat teramat berat beban yang dipikulnya. Barangkali hanya di Indonesia setiap dosen wajib memikul tiga tugas sekaligus, yakni mengajar, meneliti, dan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Tiga tugas yang dirumuskan dalam konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi ini wajib dijadikan napas setiap perguruan tinggi (PT), baik negeri maupun swasta. Kinerja seorang dosen dan reputasi sebuah PT pun diukur dari seberapa jauh ketiga dharma ini dilaksanakan secara konsisten, terintegrasi, dan proporsional. Ah kasihan kita mencermati nasibnya. Cukup. Pembahasan ini usai kita nyinyiri, namun persoalan belum selesai teratasi, maka pincanglah rasional saya ketika nyinyir tanpa solusi. Saya mencoba, bukan maksud menggurui, hanya mengutarakan beberapa hal dipikir penting. Makna Horizontal Sepanjang pengamatan terhadap kampus, pada frekuensi hubungan sebab-akibat yang menuntun kita menuju ideal, ada hubungan horizontal secara alami terbangun, yaitu hubungan antara dosen dan mahasiswa, namun hubungan ini sering terkhianati. Jujurlah kita (dosen dan mahasiswa), seberapa sering kita merasa terhubung dengan diri kita disaat saling berhadapan antara satu dengan yang lain, seberapa dalam perhatian dan saling kepedulian antara kita? Hubungan horizontal antara dosen dan mahasiswa sebagai alat untuk mencapai ideal tidak termaknai dengan baik, bagaimana bisa mengantarkan kita kepada hubungan transendensi ( ketuhanan ). Akhirnya kita dilumat dalam-dalam oleh sistem materialisme hedonistis, kemudian sistem itu kita jadikan paradigma untuk mencapai level ideal secara membabi buta, berakhir pada rasa ketidak pedulian, ini menjadikan kebermaknaan sosial kita sempit. Menutup pembahasan ini dengan memaknai kata Alm Tan Malaka, “ jika pendidikkan ditumpukan hanya untuk mencerdaskan otak, lebih baik institusinya ditutup saja. Moral dan kepribadian hebat manusialah yang kita cita-citakan”. Bukan prioritas nilai A dan IPK 3 (koma) sekian-sekian. Akhir kata, selamat yang belum sarjana...
*Penulis adalah Pegiat Teater Imam Bonjol
Semua Esok Terasa Lama
K
Oleh: Risya Wardani
alender biru yang berdiri tegak di atas meja buku sisi kanan ranjangku berjalan begitu lambat belakangan ini. Hujan November pun belum berlalu. Membuatku terasa semakin sepi sembilu bila sendiri diserang dingin dan angin kencang. Berselimut dan menyimpan bayangnya saja di sini. Iya, di dalam hatiku yang tak terukur. Entah sampai kapan rindu ini menjadi nyata? Bukan aku tak ingin menyegerakan kekasihku berjabat tangan dengan waliku sedini mungkin. Namun begitu banyak pertimbangan yang masih menuntunku untuk sabar dilamarnya, kekasihku yang sudah memenuhi ruang hati ini. Bahkan nyaris memenuhi rongga apapun yang ada di dalam tubuhku. Kau benar-benar pencuri, Majid. Aku tidak pernah ingat kapan ketika Majid meninggalkanku begitu jauh. Bandara International Minangkabau pun serasanya tidak pernah menjadi saksinya kepadaku tentang kepergiannya untuk kembali. Yang baru ku sadari, aku benar-benar berharap menjadi rumah untuk Majid pulang ketika dia sudah pergi. Bahkan hari yang baik menjadi pertarunganku dengan diriku sendiri. Tentu saja tanpa menumpahkan darah. Hanya dengan segunung keyakinan dan tak cukup dengan segenggam kepercayaan. Bagaimana jika nanti aku bukanlah alasan untuk Majid pulang? Itu pertanyaan yang selalu membuat percaya dan raguku salah paham. *** “Tidurlah, di sana sudah malam,” pesannya dalam chatting messenger. “Iya, jangan nakal kalau aku sudah tidur,” balasku. “Iya, Raudha,” balasnya lagi. Ketika dialog kami berakhir, sebenarnya aku tidak pernah langsung memejamkan mata. Bukan keinginanku, tapi hatiku begitu berat setiap kali harus mengakhiri obrolan kami yang
KOMIK
rasanya begitu singkat. Waktu Indonesia yang terpaut lima jam lebih cepat dari Libya membuat kami sedikit sulit menyesuaikan keadaan. Bagaimana tidak, ketika aku bangun pagi, dia baru saja terlelap. Ketika aku mungkin sudah pulang kuliah, dia baru hendak mengayunkan kaki menuntut ilmu. Saat kami baru membuka malam dengan senda gurau, larut begitu segera menyapa. Pagi pun terasa begitu lama, pun siang sama saja. Mereka seper ti sekongkol menjahitku melalui waktu. Matahari yang sudah meneduh rasanya seperti air yang melegakan keringnya tenggorokku. Kekasihku akan tiba jika matahari sudah tenggelam. Bahkan jika dibungkus hujan pun, senja tetap berjingga bagiku. “Raudha...,” pesan Majid melalui Line. “Iya, Majid,” balasku segera. “Akhir tahun aku berencana pulang untukmu, Raudha,” Aku hanya membacanya saja. Tidak tahu ingin membalas apa. Dan 40 menit setelahnya, ponsel sudah digenggamanku lagi, aku mulai memainkan jari-jari kecilku di keyboard layar sentuh 3,5 inch. Aku begitu tahu dia sedang menunggu jawabku. “Aku masih bergumul dengan tugas, Majid. Percayalah, seberapa lama Kau pulang, sebegitu lama pula nyamannya aku menunggu,” pada akhirnya tidak butuh berlama-lama balasanku terkirim dan kilat dibacanya. Sudah setengah jam tidak ada balasan lagi darinya. Aku tahu di a tidak akan marah, dia tidak akan kecewa, Dia tidak akan ragu. Hatiku seolah-olah paling paham tentangnya. Iyakah begitu? Aku menelan ludah dan pergi meracik teh hangat untuk tubuhku yang tidak sedang dingin. *** Musim hujan membuat dedaunan mahoni yang gugur pun semakin banyak dari biasanya. Awan kelam di bukit
barisan hampir setiap saat menjadi kudapan mataku. Ku hitung bulan dengan jari di balik tirai krim kamarku. Terhitung masih 15 bulan lagi titik akhir jabatanku sebagai mahasiswa. Aku melemparkan pandanganku keluar lagi. Gerimis. Gerimis membuatku bermalasmalasan meski matahari sudah mulai meninggi. Aku masih membaringkan tubuhku di atas ranjang merah maroon. Aku kembali memejamkan mata. Tidak! Aku terbelalak dan enggan terpejam lagi. Aku lupa bahwa aku sudah benarbenar tidak bisa memejamkan mataku dengan sengaja. Karena yang aku lihat bukanlah kegelapan, tapi Majid. Pada akhirnya matahari mulai berjalan ke ufuk barat. Menenggelamkan sebagian kegagahannya di laut yang memerah. Waktu berlalu dalam kebisuan. Hanya suara mobil dan motor berlalu-lalang saja yang tiada henti membisingkan telinga. Selulerku akhirnya berdering. “Raudha, benarbanar aku sudah tidak ingin menunda, kapan kau siap?” pertanyaan itu lagi.
“Bersabarlah,” singkat kujawab. Meski pada kenyataannya aku juga membuncah. Aku juga sama. Bahkan aku merasa halal jika dikatakan munafik akut jika berkata tentang “Sabar.” Akhir kelelahanku berdialog dengan diriku sendiri adalah dengan melemparkan pandanganku ke tumpukan buku-buku yang sudah menunggu untuk kujamah. *** Suatu waktu kita akan bertemu dengan debaran-debaran yang akan menyesakkan. Disaat aku sudah merdeka dari kampus ini. Lalu Kau datang memintaku, Majid. Ah, ini bukan impian yang berlebihan. Rasanya begitu. Sebab sekarang, aku masih meracik labil menjadi kedewasaan. Malam ini aku kembali sulit tertidur. Bayangnya di sini. Rasanya Dia begitu dekat meski pada kenyataannya kami terpisah jarak ribuan kilo mil. Aku menajamkan mataku seakanakan benar-benar melihat matanya, hidungnya, bibirnya, dagunya, alisnya, rambutnya, telinganya. Dia, aku kembali memejamkan mataku, Dia lagi yang tampak, Majid, Kau begitu mengganggu. Mengganggu sekali! Bahkan ketika aku terbangun dipagi hari, aku tak pernah menyadari, kapan aku tertidur? *** Aku mencoba untuk kembali berdamai dengan waktu. Biar masa sulit yang sebentar ini tidak terasa panjang. Biar musim hujan ini terasa cepat berlalu. Aku benar-benar percaya diri kali ini. Aku sudah mandi pagi-pagi sekali. Sebelum jam 7 tepat aku keluar menunggu angkutan kota untuk mengantarku menuju kampus. Burung-burung gereja yang berlarian di halaman kampus kusapa semua tanpa terkecuali. “Selamat pagi, duhai kau yang bersayap,” dengan senyum melebar, semangatku begitu berapi. “Biar cepat tamat,” begitu gumamku. Sambil ter-
tawa sendiri dan memasuki ruangan. Kaca ruangan yang berembun membuat jari-jariku gatal ingin melukis namanya. Sebab masih terlalu pagi, ruangan 5x6 bercat kuning muda ini seperti milikku sendiri. Jariku mulai menjamah kaca. Satu nama kutulis. Iya. Hanya satu nama. Majid. Setengah jam sendiri. Ruangan mulai terisi penuh. Aku mencoret kembali nama kekasihku yang tergores jelas di tengah jendela kaca ke empat. Bukan. Bukan karena aku ingin benarbenar menghilangkannya. Aku terlalu segan dengan penghuni ruangan yang lain jika mereka melihat kelakuanku. Kau pun nyatanya sudah hidup disini, bukan? Di hatiku. Sebelum perkuliahan benar-benar dimulai, aku terbiasa mengecek seluler untuk kemudian kunonaktifkan. Ternyata ada empat belas pesan via Line yang belum kubaca: “Tahukah engkau rindu?” “Disetiap detak langkah dan aliran napasku,” “Selalu kujejak namamu,” “Tentang pentingnya jawaban,” “Yang kekal di kediaman,” “Entahlah,” “Serasa tak sanggup ini kujalani,” “Aku ingin segera pulih,” “Aku ingin Kau segera di sini,” “Ya, di sini,” “Dalam dekap,” “Nyatanya Kau terlalu jauh dari ragaku,” “Aku rindu,” “Rindu sekali.” Apa-apaan ini? Mataku terbelalak tak berkedip. Jantungku kemana? Aku bertanya sendiri. Aku menatap kaca ruangan dan menutup mataku sejenak. Berharap ketika aku membuka mata kembali, langit sudah menjelajahi hari yang kami impikan. Pernikahan. *Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam.
ESSAY
Karena Manusia Perlu Bergaul Oleh Maria Ulfa
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di IAIN Imam Bonjol Padang Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Sebut saja satu orang paling hebat di dunia, paling terkenal di dunia, paling berprestasi di dunia, paling disegani di dunia, paling kaya di dunia, atau orang yang memiliki predikat “paling-paling” yang lainnya di dunia ini. Adakah dia bisa hidup tanpa adanya orang lain? Hal ini menunjukkan seberapa pun hebatnya seseorang, tetap saja dia tidak akan bisa hidup sendiri. Contohnya, untuk membuat sebuah baju, kita memerlukan bantuan banyak orang. Mulai dari petani kapas, orang yang memintal kapas menjadi benang, orang yang menenun benang menjadi kain, orang yang menjahit kain menjadi baju, dan orang yang membuat aksesoris baju. Coba hitung, sudah berapa orang yang kita butuhkan untuk membuat satu buah baju. Belum lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lainnya. Begitulah betapa pentingnya pergaulan dalam hidup ini. Dalam hidup, kita membutuhkan orang lain untuk mengawal hidup kita, untuk saling menutupi kekurangan dan berbagi kelebihan satu sama lain. Sebab sudah jelaslah bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan tanpa kekurangan barang sedikitpun. Bahkan orang yang dikatakan berakhlak dalam pandangan agama Islam adalah orang yang menjaga dua hal, yaitu hablum minallah dan hablum minannas. Hablum minallah adalah bagaimana hubungan orang tersebut dengan Allah, dan hablum minan-nas adalah bagaimana hubungan orang tersebut dengan sesama manusia. Pergaulan yang baik dengan sesama manusia adalah sesuatu yang sangat ditekankan dalam agama Islam, meskipun sebaiknya keduanya harus berjalan seimbang. Manusia harus bisa mengatur dan menyeimbangkan keduanya sebaik-baiknya, sebab tak bisa dipungkiri kemana pun manusia itu melangkah, ia masih memerlukan orang lain dalam setiap langkahnya. Bahkan orang yang terdampar sendirian di pulau tak berpenghuni pun masih mengharapkan bantuan orang lain untuk menolongnya. Terlalu mementingkan hubungan dengan Allah sehingga membuat manusia menjadi merasa dirinya tidak lagi memerlukan orang lain adalah keangkuhan, sebab jika ia meninggal dunia, siapa yang akan mengurus jenazahnya? begitu pula sebaliknya terlalu mementingkan hubungan dengan manusia sehingga lupa akan kewajibannya kepada Allah juga merupakan hal yang tidak baik. Sebab siapa yang telah menciptakan dirinya? siapa yang memberinya
PUISI Kumpulan Puisi Fir man Nofeki*
SEBUAH SUNYI YANG KUNAMAI PUISI
Aku pernah memiliki satu rindu yang utuh dalam diriku, Hawa Setengahnya telah kusimpan dalam puisi Setengahnya lagi kusimpan di ruang takdirku yang sunyi
pertolongan? padahal segala sesuatu terjadi semata-mata karena kuasa Allah. Ada beberapa hal yang menyebabkan manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Pertama, karena manusia butuh makan. Memang benar makanan bisa lagsung didapat dari alam, tetapi sayangnya tidak semua dapat dimakan mentah-mentah oleh manusia. Buktinya, ketika kita ingin memakan nasi, kita membutuhkan adanya petani yang menanam beras, kita membutuhkan mesin yang dapat memisahkan padi dari kulitnya, kita membutuhkan alat untuk memasaknya sampai menjadi nasi, lalu kita juga membutuhkan piring dan sendok untuk tempat nasi yang siap dimakan. Seandainya manusia melakukan semuanya sendiri, mungkin beras tidak akan menjadi makanan pokok bagi manusia. Kedua, karena manusia perlu mempertahankan diri. Sama seperti mahluk Allah yang lainnya, manusia juga ingin tetap bertahan hidup. Terbukti ketika kita sakit, yang paling kita butuhkan saat itu adalah adanya orang yang melayani kita, seperti keluarga, dokter, atau siapapun yang dapat membantunya agar penyakitnya tidak semakin parah. Manusia memiliki rasa takut mati. Ketiga, karena manusia harus meneruskan keturunannya dan melangsungkan jenisnya. Terbayangkan seandainya manusia tidak berinteraksi satu sama lain? manusia hanya akan hidup dalam satu periode, dan setelah semua manusia pada periode itu mati maka sudah tidak ada lagi manusia. Terbayang dalam pikiran saya, mungkin yang akan ada hanyalah Adam seorang diri. Pentingnya pergaulan sesama manusia juga disebabkan karena manusia membutuhkan tanggapan emosional berupa dukungan, kasih sayang, pengakuan, pujian, juga kritikan dari orang lain yang akan membantu dirinya dalam pembentukan watak. Pergaulan seseorang berbeda seiring dengan perkembangan usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut. Perbedaan itu diakibatkan oleh adanya faktor cara berpikir dan pengalaman-pengalaman pergaulan yang telah dialami seseorang dalam hidupnya. Anak-anak cenderung lebih nyaman bergaul dengan sesama usianya daripada dengan orang dewasa, karena cara berpikir anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak lebih banyak bermain sedangkan orang dewasa lebih banyak serius. Anak-anak lebih mudah bergaul dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak tidak pernah berpikir dengan siapa dia berteman, bagaimana status, darimana asal-usul, bagaimana keadaan ekonomi orangtua, atau bagaimana keadaan fisik temannya. AnakDisebuah sunyi yang kunamai puisi ini Jarak mengundi waktu di meja ingatanku yang lumpuh Menghitung sisa-sisa hari yang akan kupertaruhkan pada Sang pemilik teguh permainan semu dunia ini Melebarkan kaki pertemuan yang masih terbelenggu di jangkar bumi
Namun pada lengkingan peluit hari ke berapa pengembaraan itu musti kumulai Dengan lengking kesedihan apalagi harus ku eja kalimat perp- Sedang disebuah sunyi yang kunamai puisi ini isahan itu Aku masih merinduimu, dari dasar andai-andai dengan terpaan Sedang dalam kata-kata angan paling gila Kutemu kubah-kubah kehangatan Aku masih mencintaimu, dari sudut terdalam ego yang entah kapan Dimana azan-azan pengharapan acapkali aku kumandangkan akan binasa Menggelayuti ranting-ranting alinea yang gugur ditimpa bongkahan do’a-do’a Payakumbuh, 2016 Jika di dunia yang lebih gila dari pada fiksi ini Bertatap lewat mata terlalu mustahil kita jadikan cara untuk menyatukan rindu yang terbagi Maka aku hanya ingin meletakkan jantung pertemuan itu Di sebuah sunyi yang kunamai puisi Sebab dalam kata-kata Telah mampu ku eja warna kota yang buta Kota dengan tikungan narasi perpisahan paling tajam Menghantarku pada kenangan di ujung jalan ; Sisa pertemuan yang gagal kita tabrakkan pada dinding takdir berlapis kerinduan
Aku telah lama terjebak negeri yang tidak memiliki gigil dan hujan ini Sebab angkasa dan langit-langitnya adalah bayang-bayangmu Hari-harinya adalah kumpulan bait-bait kesepian yang tak pernah renta dimakan usia Aku terus hidup sebagai perindu yang suci Yang tidak terjamah kebahagiaannya sendiri
anak lebih mudah menerima temannya apa adanya. Sebab itulah maka ada yang mengatakan bahwa, pergaulan yang suci itu adalah pergaulan anak-anak. Lihatlah bagaimana anak-anak yang bertengkar dengan temannya, dengan mudah bisa memaafkan dan melupakan kesalahan temannya dalam waktu singkat, kemudian terlihat seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Seperti kartun Tom and Jarry, yang kadang-kadang bertengkar, kadang-kadang berteman, namun tidak saling menaruh dendam. Berbeda lagi dengan pergaulan remaja. Remaja cenderung suka berkumpul dengan teman-temannya. Remaja juga cenderung mengikuti gaya orang lain yang mereka anggap keren. Perkumpulanperkumpulan remaja disebut geng. Biasanya setiap anggota geng memiliki latar belakang yang sama. Seiring bertambahnya usia, pergaulan seseorang semakin menyempit. Orang dewasa biasanya hanya bergaul dengan orangorang yang sejalan dengan pikiran dan tujuan hidupnya, misalnya sama-sama bekerja di suatu perusahaan, sama-sama dalam suatu organisasi, atau sama-sama tinggal di suatu tempat. Orang dewasa perlahan-lahan akan semakin sedikit bergaul. Alasannya, orang dewasa lebih disibukkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan atau keluarga mereka, sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk berkumpul dengan teman-temannya, seperti di masa remaja. Begitu juga orang tua, semakin tua umur seseorang, semakin sedikit bergaul, meskipun orang tersebut mempunyai banyak kenalan sebelumnya. Saat ini sudah banyak teknologi yang membantu memperluas pergaulan. seseorang bergaul dengan orang lain tanpa perlu bertatap muka langsung. Hanya perlu menggunakan sebuah alat canggih, dengan mudah kita dapat ngobrol, SMS, atau chating di dunia maya. Mereka seakan-akan memiliki banyak teman meskipun berada di tempat yang paling sepi sekalipun. Sayangnya, teknologi yang semakin canggih juga memiliki dampak buruk terhadap pergaulan. Dunia maya akan membuat seseorang merasa memiliki banyak teman, padahal di dunia nyata justru orang tersebut susah bergaul dengan orang-orang di sekelilingnya. Sepuluh tahun yang akan datang, kita akan dengan mudah bergaul dengan siapa pun. Kita akan mudah mencari teman hanya dengan sekali menyentuh benda ajaib yang entah apa lagi namanya nanti. Tapi saya sendiri ragu apakah orang-orang masih peka terhadap lingkungan sekitar? Dengan gelombang hidup yang kau hirup, tiuplah lilin-lilin usia yang redup Biar pijarnya berhenti merenangi detik-detik yang rinai Dengan pisau usia yang tumpul, sayatilah kesepian Agar menggelepar waktu-waktu yang kau rawat dalam rumah kesendirian Berhentilah bersandar di dinding hujan masa lalu Sebab engkaulah pelangi bahagia yang melengkung di rusukrusuk waktu Pandanglah hari depan Ada biduk cita-cita yang mesti kau seberangkan Ada secarik senyuman yang mesti kau layangkan di wajah-wajah penantian
DI SEBUAH HARI YANG LAIN
SERENADA SUBUH
Dari jauh kusiulkan alunan rindu, ke tempatmu menatap sejarah kelahiran Sejarah mungkin telah menjadi rimba, sayang Namun masih ada ruang bagi bayang-bayang masa kecil untuk berkejaran Ke sebuah negeri asing dalam jiwamu Tempat takdir mulai merakit pelayaran
Batas itu menyatu dalam lanskap do’a Sadarku mendamba Pada engkau yang kurayu dalam mata Jantung bergetar disentuhi pesona Nanar dalam rasa yang betapa Seribu makna berurat pada puisi yang kutanam dalam rindu Sampai Tuhan memekarkan senyum kita di permukaan senja
Ada jurang waktu dalam dirimu Tempat usia bergelinding satu persatu Berpuluh-puluh peristiwa berjatuhan ke dalam lembah masa lalu Serupa syair kehidupan yang di hamparkan Tuhan ke dalam rahim ibu
Di matamu, mimpi dan harapan bersimpuh melihat deras sungai Do’a-do’a terjungkal di kaki muara Tenggelam di tiap hembus nafas yang kau semai
Engkau bersembunyi entah di bilangan raka’at yang mana? Di ruang zikir yang ku ucap? atau di beranda sepi do’a-do’a? Saat kubuka ingatan, hanya bayangmu meninta Dalam nyanyian gerimis bermelodi lenting angin Akulah sayup yang berharap sampai di pusaran batinmu
Januari, 2016
*Mahasiswa Jurusan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi (PAD) Fakultas Adab dan Humaniora
I
Dilema Agama di Negeri Paman Sam
ni adalah buku kedua karya Harum Rais dan suaminya setelah menulis buku 99 Cahaya di Langit Eropa. Di tengah maraknya buku-buku traveling akhir-akhir ini, Buku Bulan Terbelah Dilangit Amerika menyuguhkan cerita perjalan dengan pemaparan sejarah yang luar biasa serta kental akan makna kehidupan. Ceritanya berlatar belakang tragedi 11 September 2001, ketika gedung tertinggi di Amerika Serikat saat itu, World Trade Center (WTC) lantai satu dan dua runtuh ditabrak oleh Amerika Airlines Flight 11 yang dibajak. Takdir membawa Hanum dan Rangga, menuju sebuah perjalanan impian mereka, yaitu mengelilingi benua Amerika. Perjalanan ini bukan hal jalan-jalan semata, tetapi Hanum dan Rangga sama-sama mendapat tugas. Hanum yang bekerja disalah satu perusahaan surat kabar di Wina, Austria, bernama “Heute ist Wunderbar” yang berarti “Hari ini Luar Biasa” sebagai reporter, Ia mendapat tugas liputan yang menguak berbagai hal seputar tragedi WTC demi sebuah artikel berjudul “Would the world be better with-
out Islam? (Akankah dunia lebih baik tanpa Islam?)”sebenarnya Harum
tidak ingin melakukan hal itu, tetapi apa boleh buat. Itu merupakan kesempatan dia untuk dapat mengubah pikiran masyarakat Amerika tentang Islam yang sebenarnya. Hari pertama di New York, Hanum
N
ovel Ayah karangan Andrea Hira ta, menceritakan cinta seorang Sabari kepada Marlena yang tidak pernah pudar dari pertemuan pertama sampai akhir hayat Sabari, cinta yang bertepuk sebelah tangan membuat Sabari selalu memeluk rindu. Ayah Sabari yang mencintai dunia sastra khususnya puisi, sangat paham melihat tingkah anaknya yang sedang jatuh cinta, banyak puisi-puisi yang dikirimkan Sabari berasal dari bakat ayahnya yang sangat pandai dalam mengelola kata-kata. Hari terakhir ujian Bahasa Indonesia Sabari tersenyum simpul. Dijawabnya semua soal dengan tenang. Cincai. Dilihatnya nun jauh di sana, Ukun mengaduk-ngaduk rambut. Sabari tersenyum lagi. Di arah pukul 05.00 WIB, Tamat tercenung, tampak ter tekan batinnya. Sabari kembali tersenyum. Maaf, siswa lain bolehlah jago Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Geografi, Biologi, tetapi Sabari adalah Isaac Newton-nya Bahasa Indonesia. Dalam waktu singkat, Sabari telah menjawab semua soal, tetapi dia tak ingin mengecewakan pihak-pihak yang telah memberinya nama Sabari, yakni ayahnya dan diaminkan oleh neneknya. Ditunggunya dengan sabar sampai waktu mau habis. Sabari membereskan tasnya dan bersiap-siap menyerahkan jawabannya kepada pengawas di depan kelas, tetapi mendadak
belum menemukan seseorang penjaga museum yang beruntuk dijadikan narasumbernama Julia. Julia menawarnya. Hari kedua Hanum dan kan Hanum untuk menginap Rangga pergi kekawasan dirumahnya, ternyata Julia Helem untuk mencari Mesjid adalah seorang Mualaf. Aqsa. Dan ternyata mesjid itu Suaminya bernama Abe medisegel dikarenakan si pemilik ninggal dalam tragedi WTC. tanah selalu menaikkan tarif Julia mempunyai nama mussewa setiap tiga bulan sekali. lim yaitu Azima Hussein dan Hanum juga belum menemuanaknya bernama Sarah kan seseorang yang pantas di(Amala Hussein). jadikan narasumbernya. Hari Hanum ingin Azima ketiga Hanum pergi ke Kommenjadi narasumbernya. plek Grand Memorial 9/11 diAwalnya Azima menolak tapi sana ada peringatan peristiwa akhirnya ia mau asalkan Ha9/11. Hanum memasuki num menggunakan nama daerah Ground Zero sendirian muslimnya untuk ar tikel sedangkan Rangga diminta unyang ditulisnya. Hanum mutuk menunggu Hanum di sekilai mewawancarai Azima, tar Grand Memorial untuk mendari mengapa pindah ke mujaga tas dan barang bawaan seum 9/11 sampai hal-hal mereka. Di Ground Zero Hanum lain berhubungan dengan menemukan seseorang peristiwa 9/11. yang cocok untuk dijadiHari keempat kan narasumbernya. Dia Rangga sudah samJudul Buku : Bulan Terbelah Dilangit Amerika adalah Michael Jones, pai di DC. Saat sePenulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga pria yang memimpin aksi dang sarapan ia meAlmahendra protes pembangunan lihat Philipus Brown. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama mesjid di sekitar Ground Ia menyapa Philip dan Tahun terbit : 2014 Zero. Di Ground Zero Hamengajaknya saraTebal : 344 Halaman num terjebak kekisruhan pan bersama. SelaResensiator : Fatma Sari demonstran karena ada ma sarapan Rangga salah satu demonstran menanyakan banyak yang mabuk memasuki hal termasuk alasan dan pergi menuju Mesjid Manhattan kenapa Philip menjadi seorang filanarea Ground Zero. Singkat cerita, akhirnya ia mampu di sekitar Ground Zero dan tidur disa- tropi. Tapi seakan-akan Philip keluar dari kerumunan demonstran itu na. Di masjid itu dia bertemu dengan menyembunyikan sesuatu. Hanum
menemui Jones karena foto mendiang istrinya terbawa oleh Hanum saat kekisruhan terjadi. Jones menceritakan banyak hal tentang Anna dan Jones juga menjelek-jelekkan nama Islam. Dan akhirnya Hanum mengaku bahwa dirinya sebenarnya seorang muslim. Harum bertanya kepada Jones ‘Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?’ Jones sebenarnya ingin menjawab iya, tapi setelah ia menegtahui bahwa Hanum seorang Muslim akhirnya ia menjawab tidak. Sebelum Hanum menemui Jones, Azima berkata bahwa ia sekeluarga akan mengunjungi makam ayahnya. Hanum bisa menumpang untuk menemui Rangga. Akhirnya Harum berpamitan kepada Jones dan berangkat ke Dc menyusul Rangga. Setelah selasai presentasi, Harum pergi ke Memorial Abraham Lincoln dan akhirnya beremu dengan Rangga. Ada hal lain yang baru penulis tahu setelah membaca novel ini, ternyata masjid-masjid yang ada di Eropa dan Amerika harus membayar uang sewa bangunan, miris sekali mengetahui hal itu. Karena tarif selalu dinaikkan hingga tidak sedikit masjid-masjid yang tutup karena tidak mampu membayar uang sewa bangunan yang sangat mahal. Bukan hanya masjid, gereja pun tidak sanggup membayar sewa bangunan tersebut. Banyak pembelajaran yang dapat diambil dalam novel ini.
dia terperanjat karena sekonyong-konyong seorang anak perempuan menikung di depannya, merampas kertas jawabannya, duduk disampingnya, dan tanpa ba-bi-bu langsung menyotek jawabanya. Disitulah cinta Sabari kepada Marlena dimulai. Perempuan yang bermata indah dan berlesung pipi langsung merampas hati Sabari tanpa menyisakan sedikitpun untuk wanita lain walaupun hanya seorang. Dalam hati dan pikiran Sabari hanya ada Marlena. Tamat dan Ukun sahabat yang sering menjahili Sabari dengan ulah licik keduanya dengan mengirimi surat balasan kepada Sabari atas nama Lena, karena tidak satupun suratnya yang dibalasi Lena selama penantian panjangnya, cinta tanpa sebab Sabari membuat kesal keduanya tapi selalu menyemangati Sabari dalam setiap kondisi tanda kesolitan sebagai kawan. Tidak tahu apa yang dilihat Sabari dari Lena selain kecantikannya. Elok rupa Lena terlalu membuai Sabari, perasaan cinta yang dipelihara Sabari terlalu membebankannya sehingga harus merasakan pahitnya ditolak cinta dan senangnya melihat dia bahagia walau tidak dengan kita. Tak pernah lelah Sabari mencintai
am terhadap seorang gadis dan anak hasil perbuatan gadis itu dengan orang lain. Penggambaran cerita dalam novel ini banyak mengandung unsur gereget, mengharukan dan menyebalkan ketika Sabari tidak mau membuka hati untuk wanita lain dan melupakan Marlena. Alur maju mundur kadang juga membuat pembaca binggung dalam memahami kisah cerita ini, Zoro yang tibatiba berganti dengan nama menjadi Amiru juga menimbulkan keanehan ketika membaca novel ayah, karena tidak ada penjelasan tentang perubahan nama. Kisah cinta dalam novel ini terasa sangat didramatisir oleh Lena yang tak pernah menyukai Sabari walau apapun yang dilakukanya untuk mendapat simpati dari Lena, dan apapun yang terjadi dengan kondisinya. Sangat bertolak belakang dengan peribahasa yang mengatakan batu yang sering dibasahi air
Cinta Tak Bersyarat
yak lelaki lain. Sayang Sabari kepada anak lena tidak tangung-tanggung, semua dilakukan untuk Zoro yang sudah menjadi anaknya semenjak lahir, Sabari yang merawat Zoro sampai berusia tiga tahun dan tiba-tiba Marlena merebut paksa Zoro dari Sabari, disanalah mulai kisah sedih Sabari yang di tinggal Zoro dan Marlena. Lena adalah gadis cantik yang liar dan susah diatur namun rasa cinta membutakan mata Sabari untuk melihat realitas yang ada, siang dan malam hanya Zoro dan Lena dalam otaknya, sempat Sabari putus asa karena kehilangan dua orang yang sangat dicintainya, di sanalah dia merasa jadi ayah dan orang yang paling beruntung punya anak Zoro, Judul Buku : Ayah sampai akhirnya bahagia Penulis : Andrea Hirata menemui Sabari dengan Penerbit : Bentang Pustaka bantuan Tamat dan Ukun Tahun Terbit : Mei 2015 yang mencarikan Zoro untuk Tebal : 412 Halaman Sabari. Resensiator : Silvia Wulandari Cerita yang berkisah di banyak tempat ini menimbulkan sensasi lain di dalamnya Marlena, sampai akhirnya Sabari antara lain, Belitong, Medan, Bukitmempertanggungjawabkan perbuatan inggi, Pariaman, dan Aceh dengan terhina Marlena dan merawat anak kisah-kisah yang membawa kita dalam hasil pergaulan Marlena dengan ban- masa itu. Cinta yang tak pernah pad-
dan dipanasi matahari lambat laun akan hancur, peribahasa itu sangat ti-
dak laku untuk Lena. Keras hati yang tidak bisa melihat cinta Sabari yang tulus kepadanya. Sabari memberitahu kita bahwa cintanya kepada Lena tidak pernah berhenti selama nafasnya belum berhenti memberi kebahagiaan kepada Lena. Pesan moral yang dapat diambil dari cerita di atas bahwa mencintai dengan sepenuh hati akan membawanya kepada arti cinta yang tak harus memiliki.
Fenomena Gaya Hidup Foto Ucapan
Pesan Tren Secarik Kertas Foto : Arsip Suara Kampus
Seseorang yang sedang berpose di atas gunung, di pantai, di kebun bunga dan masih banyak lagi, sudah menjadi tren atau gaya hidup tersendiri di kalangan mahasiswamahasiswi, dengan selembar kertas berisi ucapan yang ditujukan kepada seseorang.
U
capan itu bisa ditujukan kepa da pacar atau mungkin teman dekat, orang tua bahkan sekedar ucapan kepada rekan atau teman saja. Ucapannya pun beraneka ragam, ada yang mengungkapkan rasa cinta atau sayang semisal kata “I Love You, Aku Sayang Kamu,” dan masih banyak kata atau kalimat lain yang isinya mengungkapkan perasaan. Meski tak terbatas dengan ungkapan perasaan, ada juga beberapa pendaki yang menulis kalimat untuk orang tuanya sebagai contoh, “Cepat Sembuh Pak” dan masih banyak katakata yang sering kita lihat di media sosial, baik itu serius atau hanya sekedar lucu-lucuan. Hal itu tak terlepas dari bagaimana seseorang mengekspresikan dirinya sendiri melalui foto ucapan tersebut, asalkan jangan berlebihan dan tidak merusak lingkungan di sekitar karena kertas yang ditimbulnya. Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang menyampaikan seberapa besar nilai moral mereka di dalam masyarakat sekitarnya dan bagaimana cara orang tersebut untuk hidup. Dilihat dari pandangan pakar komunikasi tentang pesan yang disampaikan dalam foto ucapan yang lagi tren di kalangan mahasiswa adalah suatu hal yang positif, itu diungkapkan oleh salah seorang dosen Dakwah dan Ilmu Komunikasi Irta Sulastri bahwa berfoto dengan mengunakan ucapan tertentu selagi mengandung hal-hal yang baik. Semua tergantung makna dan tujuan objek foto tersebut. “Kalau kita mampu memanfaatkan media secara positif dan selektif maka akan berguna baik, tapi sebaliknya media itu yang akan mengendalikan kita dengan hal-hal yang tidak baik, kadang-kadang kita lalai karena persoalan itu terhadap pekerjaan kita sendiri,” paparnya saat ditemui di ruangan Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jumat (26/ 02). Berfoto dengan gambar ucapan untuk orang yang disayang juga disebut dengan komunikasi, karena unsur komunikasi mencangkup unsur penyampai pesan, penerima pesan dan pesan yang disampaikanya itu sendiri, “Dalam foto tersebut sudah ada, Kalau menurut ibu sah-sah saja berfoto seper ti itu,” jelas dekan bidang kemahasiswaan itu. Berfoto dengan men-share hasilnya ke dunia maya atau media online juga dapat disebut komunikasi media. Komunikasi tersebut bisa dilihat dari berbagi sisi, salah satunya foto media yang bisa juga dimanfaatkan untuk promo objek wisata, atau tempat-tempat tertentu. “Kalau kita melihat suatu latar yang menunjukkan
Pesan Pendaki | Salah seorang pendaki membawa secarik pesan kertas diketinggian Gunung Talang,Rabu (05/02)
pemandangan dan ditulis di kertas ucapan, kemudian mengambil fotonya, kapan ke sini atau di sini indah sekali, rugi kalau tidak ke sini, jadi akan membawa pengaruh untuk orang yang melihatnya dan akan membuat daya tarik sendiri,” tambah Irta. Senada dengan Irta, di tempat lain Pakar Komunikasi Universitas Andalas Yuliandre Darwis juga berpendapat sama, dimana arti komunikasi itu sendiri adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan segala media yang di-
tidaknya itu semua kembali kepada pesan yang akan disampaikan dan cara menyampaikanya,” tambahnya. “Kebanyakan remaja yang berfoto dengan selembar kertas yang ditulis dengan bermacam kata tidak banyak berpengaruh dalam kehidupan remaja tersebut karena perkembangan media sosial dan gawai yang sangat pesat bisa saja siapapun dan dimanapun orang berfoto dan berbagi foto bersama yang diinginkannya.” tuturnya. Yuliandre juga menambahkan,
buat tersebut, “Ini bagus namun jangan terlalu berlebihan,” ujar mahasiswa yang juga aktif di Mapala IAIN Imam Bonjol tersebut. Selain itu Jhon mengeluhkan, terkadang foto ucapan itu merusak alam, seperti kertas yang telah digunakan untuk berfoto dibuang saja di puncak gunung tersebut.” Itu sangat merusak alam, seharusnya kita sebagai manusia selalu menajaga keasrian alam yang diciptakan indah oleh sang pencipta ini,” harapnya. “Selain nama orang yang diucap-
“ Itu semua adalah bentuk baru dari perkembangan komunikasi di era sekarang. Jadi efektif atau tidaknya itu semua kembali kepada pesan yang akan disampaikan dan cara menyampaikanya” Yuliandre Darwis
Pakar Komunikasi Universitas Andalas gunakan. “Semua tergantung pesan yang akan disampaikannya, apakah pesan tersebut sampai kepada pembaca atau tidak. Keefektifan suatu pesan dilihat dari cara komunikator menyampaikan pesannya. Jadi ketika sebuah pesan itu sampai kepada komunikan dengan baik maka itu dapat dikatakan efektifitas komunikasi,” paparnya. Tren baru yang berkembang di kalangan remaja mahasiswa sekarang dengan menulis pada selembar kertas lalu difoto, itu juga bisa disebut dengan inovasi komunikasi di era sekarang ini dengan perkembangan cara berkomunikasi yang lebih unik dan kreatif. “ Itu semua adalah bentuk baru dari perkembangan komunikasi di era sekarang. Jadi efektif atau
hal-hal baru yang baru dalam komunikasi juga sering ditemukan termasuk berfoto dengan selembar kertas yang ditulis kata-kata untuk seseorang atau banyak orang. “Sebenarnya itu tidak masalah karena berinovasi dalam komunikasi tidak ada larangan selagi tidak merusak aturan dalam berkomunikasi,” tambahnya. Banyaknya mahasiswa yang gemar membuat foto ucapan di setiap destinasinya. Salah satunya Jhon William mahasiswa Jur usan Tadris Matematika menyebutkan, mengenai foto ucapan tersebut bagus dan menarik sekali. Bagaimanapun itu merupakan rasa syukur dan bangganya bisa mencapai tempat tersebut dan nantinya orang yang menerima kata ucapan tersebut merasa bangga karena namanya sampai dari tulisan kita
kan, kita juga bisa mempromosikan tempat wisata kegiatan ini juga sangat mendukung untuk peningkatan kualitas pariwisata. Wisata yang dikunjungi tersebut meningkatkan daya tarik masyarakat untuk datang mengunjugi objek atau tempat wisata yang kita promosikan tersebut,” jelasnya. Berbeda dengan Jhon, Ade Mukhlas menyebutkan, tren foto ucapan itu emang lagi eksis sekarang namun agak lebai. “Kebanyakan yang melakukan hal tersebut orang yang baru pertama mencapai tempat itu,” ungkapnya. Namun, dibalik itu semua sebenarnya ada pesan khusus yang disampaikan melalui ucapan tersebut. Mungkin sebuah kebanggan bisa membawa nama orang yang Ia sayang kepuncak yang paling tinggi. “Hal
ini sangat bagus walau sebenarnya lebay,” tuturnya. “Kegiatan ini juga terkesan romantis, karena bagaimanapun ini zaman nya era modern, jadi banyak yang ikut-ikutan dengan gaya yang sedang hangat seperti ini,” ucapnya. Kepuasan yang sangat luar biasa jika perjuangan ke puncak tersebut bisa membawa nama atau tulisan harapan untuk orang yang disayang,” katanya. Tak cukup di gunung atau di pantai membuat foto ucapan di negeri jiran Malaysia juga dilakukan oleh mahasiswi Fakultas Tarbiah IAIN Imam Bonjol Padang, Wesris mengungkapkan, “Bagi dia setiap momen harus diabadikan dengan foto ucapan mengajak orang disana sangat lah bagus,” paparnya. Lanjut Wesris, “Twin Tower yang terletak di Malaysia suasana tempat yang sangat indah apalagi pada malam sehingga membuat orang tertarik untuk berfoto, sehingga membuat orang juga ingin kesana untuk berfoto dan membuat ucapan lansuang,” terangnya. “Ucapan yang saya buat itu sebagai sebuah ungkapan perasaan dan harapan semoga bisa lagi mengungjungi tempat itu lagi, semoga kota padang juga memilki menara yang seindah itu, dan juga membuat orang ter tarik kunjungi tempat kita dan menggambarkan sebuah kebanggaan, kenapa orang berfoto memilih tempat yang indah karena kalau ditampat yang kotor membuat kita tidak yaman dan membuat suasana menjadi buruk,” harapnya saat diwawancarai. Axvel Gion Revo, FriyosmenSilvia Wulandari, Lisa Fauziah, Syifa Aulia (Mg)