Suara Kampus Edisi 133

Page 1


Menyambung Napas

SALAM REDAKSI

EDITORIAL

Suara “Azan”

A

zan yang dikumandangkan seorang muazin, menandakan waktu salat telah masuk. Azan serupa Panggilan Tuhan kepada hamba-Nya agar bergegas menghadap-Nya. Berserah diri. Membersihkan hati. Mengadu pada-Nya atas apa yang dirasai. Faktanya, suara azan dari pengeras suara masjid yang masuk ke rumah warga menjadi salah satu perhatian Kementerian Agama Republik Indonesia dalam menyusun RUU Perlindungan Umat Beragama, dengan alasan menciptakan rasa toleransi dan menghindari konflik antar umat beragama. Jika dilihat dari sisi non muslim sekalipun, azan dari pengeras suara masjid memberi manfaat tersendiri. Seperti yang diungkapakan Roindah, Mahasiswa Universitas Negeri Padang. Sebagai pemeluk Agama Khatolik, Roindah mengaku terbantu oleh azan untuk mengingatkan waktu-waktu tertentu. Begitu juga dengan Novia Candra, mahasiswi Universitas Sriwijaya yang memeluk Agama Buddha mengaku azan tidak mengganggu sama sekali. Hanya saja, ada hal lain yang mesti diperbaiki dari pengeras azan tersebut. Seperti kelayakan dan standar volume pengeras suara. Sebab, berdasarkan hasil jejak pendapat suara kampus terhadap 250 mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang dan 100 orang masyarakan Kota Padang, 20% dari mahasiswa dan 32% dari masyarakat menyatakan pengeras suara masjid sudah tidak layak pakai. Sedangkan 20,4% dari mahasiswa dan 20% masyarakat menyatakan volume suara azan terlalu keras. Miris memang, azan dengan durasi lima menit dan hanya lima kali pula dalam sehari semalam harus diatur dalam RUU Perlindungan Umat Beragama. Padahal pengeras azan di masjid-masjid sudah diatur dalam keputusan Direktoral Jendral Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam nomor: Kep/D/101/1978 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. Keputusan itu ditandatangani oleh Dirjen Bimas Islam saat itu, Kafrawi, pada tanggal 17 Juli 1978. Seharusnya masalah ini menjadi PR bagi Dewan Masjid Indonesia, untuk ditinjau ulang. Tanpa harus masuk dalam RUU Perlindungan Umat Beragama.

Ciloteh +Rancang Ulang Toa Usang. - Rancang toa dalam undang-undang +Tumbang lantaran ulah anak buah. - Jo anak kanduang yang ndak ka tumbang doh

Pelindung: Pgs. Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Penanggung Jawab: Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Kepala Biro AUAK Drs. Dasrizal, MA Pembina: Sutan Zaili Asril, Yulizal Yunus, Sheiful Yazan, Emma Yohana, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El Faruqi Dewan Redaksi: Arjuna Nusantara, Zulfikar Efendi, Ahmad Bil Wahid, Ridho Permana, Dosfrianto

Kehidupan, hidup hanya sebatas bingkai yang haus akan lukisan-lukisan dari sebuah perjalanan kehidupan, hidup tanpa perjuangan hanya sebatas bingkai yang kosong. enyambung napas, 25 Desember 2014 Suara Kampus yang sudah memulai hidup dari 1978 silam menyambung nafas itu, tepat di hari yang sedu itu nahkoda berganti untuk pelayaran hari ini. Tepatnya 6 Maret 2015 , 20 Kepengurusan yang sudah terbentuk itu mengambil sumpah untuk menyambung napas dengan tepat. Haru, mungkin kata ini yang sejodoh untuk keadaan kru Suara Kampus dalam penerbitan perdana ini, tentu kru tidak bisa untuk senang karena belum bisa mengalahkan badai yang mengahadang dengan cara menyenangkan, untuk bersedih kru juga tidak bisa, karena deras badai tersebut mampu diembun oleh semangat kru dalam menyajikan tabloid Edisi 133 Menyambung napas, tentu Suara Kampus bertekad keras pada setiap hembusan napas (karya) Suara Kampus membenih merupakan hal terbaik, karena asa kami adalah, setiap napas yang disambung ini tidak sekadar bernapas untuk tetap hidup melainkan berjuag agar bingkai kehidupan Suara Kampus tidak kosong dari lukisan yang sejuk untuk dinikmati. Tentu kru Sauara Kampus masih haus untuk dididik, banyak dari kru yang belum bisa beranjak dari salah yang sama, tentu kerja sama dari seluruh lini yang dibutuh-

M

CERMINIA

M

Dilantik | Suasana pelantikan pengurus LPM Suara Kampus periode 2015. Foto Defriandi (Mg)

kan dukungan serta partisipasinya dalam melukis bingkai kehidupan Suara Kampus. Tahun ini pun akan menjadi tahun yang sangat berat, sebelumnya masa memimpin petinggi di IAIN akan berakhir, ini adalah tahun politiknya IAIN , Asasriwarni Pegawai Sementara Rektor sudah medeklarasikan untuk pemilihan rektor akan dilakukan April, tak lama lagi. Disana Suara Kampus harus bisa berada di posisinya sebagai pers. Tak lupa, selamat mengunyah menu-

Sopir Duo

menu yang kami sajikan dengan berbagai rubrik di Edisi 133 ini, terima kasih masih selalu menjadi penikmat dari karya-karya Suara Kampus semoga semakin mencandu, karena menyambung napas ini sejatinya untuk tetap menjadi satu bagian dari kehidupan pembaca, apa artinya ini lukisan jika tidak bisa menjadi bagian dari penikmatnya. Selain itu selamat kami ucapkan kepada wisudawan/ti IAIN Imam Bonjol ke VXXIII, semoga tetap menjadi pecandu setia Suara Kampus.

Oleh: Taufiq Siddiq

ungkin sudah jarang hari ini kita temui angkutan umum atau ken daraan dengan tujuan khusus yang mempunyai sopir duo, kebanyakan sopir duo ada, jika sopir satu tidak bisa membawa kendaraanya tersebut ke tujuannya, hingga di tengah perjalanan sopir duo harus siap jalan jika sewaktu-sewaktu sopir satu dibebastugaskan untuk melanjutkan perjalanan, maka kendali dialihkan ke tangan sopir duo. pahami, di mana-mana sopir satu lebih tua pengalaman dibanding sopir duo. Tentu dalam perjalanan sopir duo masih tidak terlalu banyak memegang kendali dalam perjalanan. Setidaknya ia diperankan sebagai pembantu sopir satu, sepahitpahitnya sebagai teman mengobrol atau curhat sopir tentang asmara sang sopir, tidak menutup kemungkinan obrolan mereka juga menggugat negara ini. Beda halnya jika sopir duo pada angkutan truk dengan muatan besar yang harus menyebarngi laut dengan kapal, sopir duo. Padatruk besar sopir duo kadang harus tu-

run dari truk untuk memandu sopir satu membelokkan truk pada tikungan yang sedikit rumit, itu jika nasibnya mujur, kadang sialnya sopir duo harus berjibaku jika hari hujan rintik, sungguh berjuang demi sampai ke tujuang. Beda lagi pasalnya jika kendaraan tidak bisa melanjutkan perjalanan, kadang ban yang pecah akibat sering melintas di jalan yang rusak atau mesin yang sudah tua yang membuat sopir duo ataupun sopir satu dipaksa turun dari kursi empuknya untuk memperbaikinya, karena waktu tidak akan menunggunya. Secara profesi, jelas sopir satu harus punya track record yang lebih dari sopir duo, jika sopir duo mempunyai track reord pernah melintasi dua pulau maka untuk sopir satu harus pernah melintasi dua negara, itu penting, karena jika sama atau lebih jauh juga track record sopir duo maka posisi sopir satu bisa saja terancam, juragan pun nantinya tidak sungkan-sungkan mengeluarkan keputusan untuk dibebastugaskan kepada sopir satu jika

melakukan kesalahan. Kita ingat pituah yang cukup menyebakan bagi anak sulung, “Sesalah-salahnya yang kecil yang salah adalah yang besar”, tidak ada si sulung yang mampu mengajukan praperadilan jika dituntut dengan pasal tersebut. Namun dibalik pituah tersebut ada pesan, saat yang kecil melakukan kesalahan berarti yang besar belum bisa menjadi panutan yang baik untuk yang kecil, hingga yang kecil mencontoh apa saja yang dilakukan oleh yang besar, tidak tahu salah atau benar. Tapi bagaimanapun pituah tersebut kalah dengan pasal mahasiswa, “Senior selalu benar”, mungkin karena itu mahasiswa mencotoh senior, seniornya banyak tentu perangai juniornya juga banyak. Jangan sampai sopir duo yang sedang membawa kendaraan sekarang ini meniru seniornya dahulu sopir satu jika tidak ingin juragannya memberinya keputusan untuk dibebastugaskan sebelum sampai ditujuan.

Pemimpin Umum : Yogi Eka Sahputra. Sekretaris Umum : Elvi Safri Dinyyati Rahmatika. Bendahara Umum : Rosi Elvionita. Pemimpin Redaksi : Taufiq Siddiq. Pemimpin Perusahaan : Jeki Pernandos. Pemimpin SDM : Hervina Harbi. Redaktur Pelaksana : Bustin, Eka Putri Oktaridha Ilahi. Redaktur : Aidil Ridwan Daulay, Kanadi Warman, Yandri Novita Sari, Syofli Apri Yanil. Koordinator Liputan : Veni Andriyani. Bidang Perwajahan & Desain Grafis : Mukhtar Syafi’i, Jamal Mirdat. Manager Usaha & EO : Zul Anggara. Manager Iklan & Sirkulasi : Delli Ridha Hayati, Amaliyatul Hamrah. Manager ADM & Umum : Nofri Migo. Kepala Litbang : Rahmadi. Percetakan: PT Genta Singgalang Press (Isi di luar tanggungjawab pencetak) Wartawan : Ria Oktaviantina, Sherly Fitri Yanti, Rahmi Yati, Rahmi Jumita, Silvia Wulandari, Eliza Ningsih, Yosmen, Redy Saputra, Desi Chaniago, Suyudi Adri Pratama, Yusi Oktavia, Muhammad Iqbal, Rama Wahyudi, Khairul Nasri, Nelmi, Revy Aldiana Nengsih, Khairuddin, Ratna Sari, Defriandi, Titi Rahma Sari, Miftahul Ilmi, Meilia Utami, Audia Meliza, Lisa Fauziah, Anindia Padsun, Gina Sopyana.

suarakampus.com

Twitter: @suara_kampus | Email: lpmsuarakampus@gmail.com | redaksi@gmail.com | Fanpage : Suarakampus.com


Menimbang Arsitektur UIN Imambonjol

SUARA PEMBACA

M

dusun terpencil akan menandai adanya keengapa tulisan ini memimbang hidupan Islam di tempat itu. Kelenteng di artsitektur UIN Imam bonjol, tengah perkampungan mengisyaratkan bukan Arsitektur IAIN Imam bahwa ada kehidpan etnik China di sekiBonjol? Pertama, ibarat tengah menemtarnya. Melihat Piramida di Mesir, dapat puh perjalanan, Insya Allah, UIN tinggal diperoleh bayangan gambar kekuasaan dua atau tiga kelok lagi. Cita rasa pengliFir’aun. Melihat Kolosium di Roma dapat hatan warga kampus ini, atau orang yang diproyeksikan gambar kehidupan akan berkunjung ke daerah ini tidak lama masyarakat Romawi di kala itu. lagi akan dimanjakan dengan sebuah Menyaksikan Masjid Agung Kordoba penanda baru bernama UIN Imambondengan fenomena keberadaan sebuah jol. Maka tidak salah bila dari sekarang kapel gereja di tengahnya dapat dipelasudah mulai membayangkan betapa elok jari perjalanan jatuh bangunnya Islam di suntingan gerbangnya, raut masjidnya, Oleh: Spanyol. Demikian pula bila menyimak perpustakaannya, rektorat dan dekanatZelfeni Wimra tampilan Hagia Sophia di Istanbul akan nya, ruang perkuliahannya, gedung perdidapat pelajaran tentang keruntuhan temuannya, serta ruang publiknya yang seharusnya sudah kekuasaan Byzantium Roma dan munculnya kekuatan Isdalam penggambaran yang matang. Di atas imajinasi itu- lam di bawah wangsa Utsmani di Turki. Atau ketika melilah, tulisan ini berdasar. hat megahnya bangunan kuburan bernama Taj Mahal di Kedua, menimbang arsitektur IAIN Imam Bonjol, India, terbayang pula betapa cintanya Shah Jahan pada iskiranya, tidak tepat lagi. Masih ibarat menempuh sebuah trinya. Taj Mahal dibangun selama 22 tahun, mulai tahun perjalanan, kaki sudah mendekati tapal batas. Angin akan 1631-1653 atas perintah Raja Shah Jahan. Bangunan ini didberkisar, musim segera berganti, dan buku catatan akan edikasikan untuk Mumtaz Mahal yang bernama kecil Arjuditutup. Selain itu, arsitektur yang terlihat sekarang ini pun mand Bano Begum, istri dari Shah Jahan. Singkatnya, artidak lagi memberi ruang yang memadai untuk mengem- sitektur bukanlah dinamika ruang yang tercipta dari kekobangkannya menjadi konstruksi yang estetis. Bisa dibuk- songan. tikan, lihatlah kualitas rancang bangun gerbangnya, tata ruang rektoratnya, masjidnya, ruang kuliahnya, apalagi Ciri Universal Arsitektur Universitas Argumentasi historis di atas setidaknya mampu menjadi perpustakaannya. Seolah, semuanya memang sudah mempengenalan ciri-ciri atau prinsip estetika yang akan diusung beri tanda peradabannya segera berakhir. Ketiga, sebagai bagian dari masyarakat kampus, sia- dalam arsitektur kampus UIN Imambonjol nantinya. Bahwa papun sedang memiliki kesempatan yang sama untuk bangunan merupakan wujud budaya yang dibangun atas kemengelaborasi kekuatan imajinasi atau pikiran maupun sadaran dan diskursus pemilikinya. Arsitektur kampus UIN Imambonjol yang berada dalam lingkup budaya Minang denkesadaran estetis untuk cita-cita bersama memiliki kamgan filosofi Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah pus yang menandakan bahwa para pembangunnya me(ABS-SBK) memiliki daya ungkap estetika dan kearifan lokal miliki selera arsitektur yang tinggi. Kembali kepada ibar- yang khas. Inilah yang selanjutnya mesti menjelma dalam at menempuh perjalanan, saatnya sekarang memikirkan rancangan bangun kampus UIN Imambonjol. Membangun rute mana yang akan ditempuh; di mana saja akan sing- kampus berarti membangun identitas menjadi penting digah beristirahat menjelang sampai ke tujuan. Semua mesti wacanakan bagi UIN Imambonjol agar tetap berdiri diatas terlebih dahulu melewati proses penggambaran. Agar per- alam kebudayaannya. Sehingga, makna arsitektur sebagai rujalanan tidak lagi menggunakan falsafah katak yang kurang ang hidup yang lahir dari cara berpikir pemiliknya dapat terememiliki pertimbangan menjelang ia melompat. alisasi. Keempat, arsitektur adalah simbol dari gagasan atau Secara konkrit, kampus ini memiliki lulusan terbaik cara berpikir. Belajar kepada Adrian Tinniswood dalam yang piawai di bidang kaligrafi. Akademisi sejarah ataupun bukunya Visions of Power, memaparkan bagaimana para penghapal sejarah yang mengkaji bekas-bekas kemegahpenguasa mengekspresikan ambisinya lewat arsitektur an arsitektur Islam masa silam pun berada di sini. Demiki(Tinniswood, 1998). Diuraikan bagaimana Fir’aun Akhen- an pula halnya dengan temuan-temuan penelitian mengenai aten yang menganggap dirinya Tuhan, membangun kota Tell khazanah budaya yang terkandung dalam seni arsitektur El-Amara sekitar tahun 1350 SM juga sekaligus “Pantheon Minangkabau. Keduanya penting diselaraskan dan diMesir”, yakni Kuil Lingkar Matahari. Sementara itu, Hadrian menangkan dalam pewacanaan rancang bangun kampus dari Romawi menghabiskan waktu selama 21 dan 52 tahun UIN Imambonjol yang akan dibangun tersebut. Keselurumasa pemerintahannya di tahun 76 hingga 138 M untuk han bangunan menjadi cerminan perkawinan Islam denmembangun kota Roma sesuai dengan ambisinya. gan Minangkabau secara ideologis. Ciri inilah yang sedang Alasan yang terakhir, menjadi penegasan bahwa jejak dikampanyekan dengan istilah Eco Culture Campus. Kamperadaban masyarakat manusia meninggalkan beberapa pus tidak dibenarkan berjarak dari ekologi bahkan kospetanda. Arsitektur adalah salah satu di antara petanda terse- mologi di mana ia didirikan. Lebih luas lagi diskursusnya but. Menara Eiffel di Paris, semula dibangun sebagai pusat serta rumusan ideologinya semakin kaya bila huruf “N” pada pameran internasional yang diselenggarakan tahun 1889, UIN Imambonjol adalah kependekan dari Nusantara. sekaligus menandai perkembangan industri dan teknologi Secara sederhana, sesuai dengan kecenderungan budaya membangun yang dicapai di abad ke-19. Sekarang menara populer, arsitektur UIN Imambonjol mesti memiliki ciri keini telah menjadi ikon kota Paris. Bangunan Masjidil Haram kinian dan berhasil menjadi trendi. Menjadi pusat penyeyang mengelilingi Ka’bah juga representasi perjalanan garan spiritual dari gempuran kehidupan yang berorientamonoteisme yang tercatat sejak kenabian Ibarahim AS. si material. Andaikata kampus UIN Imambonjol nantinya belum mampu membangun ideologi keislaman lulusan serta Arsitektur sebagai Ciri Cara Berpikir masyarakatnya dengan paripurna, tetapi karena keindahRuang bangunan fisik merupakan manifestasi dari ru- an arsitekturnya, kesadaran akan sebuah tata kelola kehiduang bangunan metafisik, yakni pikiran. Lewat sebuah karya pan yang harmonis bisa terus dipicu dan dipacu. Paling sedarsitektur, seorang pemerhati dapat menyimak pesan yang erhana, pada tingkat estetika terendah, ketika akan memaada di balik susunan gugus material yang terkonstruksi. suki gerbang kampus UIN Imambonjol, orang tidak tahan Ahmad Fanani menguraikan diskursus ini dalam buku Ar- untuk tidak berfoto-foto selfie di depannya[] sitektur Masjid (2009). Arsitektur berfungsi sebagai petan*Penulis Bekerja di Fakultas Syari’ah da terhadap gejala-gejala kebudayaan. Surau kecil di sebuah IAIN Imam Bonjol Padang

inBOX

*

Sampaikan keluh kesah, saran dan unek-unek anda tantang kampus via SMS 085278398655. Format : Nama/Nim/Jurusan/Pesan

08318079xxxx trkait dg praturan bru kni, praturan brpkaian t cm untk mhsiswa atau sdoalh elemen d kampus ko? Lw sdoalh elemen d kmpus ko dsiplinan para dosen jo para kryawan t dl. lw indk, ndk akn tegak n trlaksana ge praturan yg d buek t do.

08527444xxxx Iain adalah iain tertua di sumatra dan memiliki alumni yang mumpuni dalm bidangnya..nmun sekarng telah berubah.. polemik yang tak kunjung usai seolah mengiringi usia yg tua...fasilitas yang jauh dari kata baik...kita tertinggal jauh dari kmpus2 lain...mantapkan kualitas dan kuantitas kampus dan krakter yang khas.. 08526420xxxx Kebersihan di kmpus lebih di tingkatkan lagi, dan bngunan hendaknya lebih diperhatikan kelayakannya,, karna suasana yg kondusif adlah salah satu fktor pendukung dalam PBM Dan fasilitas untuk PBM juga ditingkatkan lagi...

KOLOM

Mahasiswa Realistis Oleh: Yogi Eka Sahputra Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam

Menduduki Gedung DPR/ MPR dan peristiwa Trisakti adalah rentetan perjuangan mahasiswa menegakkan reformasi. Mahasiswa-mahasiswa 98 (alumni) pasti saja mengenang peristiwa itu apalagi ketika mahasiswa tidak lagi peduli bangsa ini. Bahkan mereka tidak hentihenti bercerita peristiwa-peristiwa mengejutkan. Karena ketika iu, gelar mahasiswa benar-benar diakui, mahasiswa diangap ada, mahasiswa menjadi itung-itungan para politisi, mahasiswa jadi wanti-wanti koruptor, hingga mahasiswa ditakuti mafia-mafia sejati. Sekilas, perjuangan itu tidak hanya sekadar long march, orasi mimbar bebas, dan sorak sorai. Sampai-sampai mereka berjuang mempertaruhkan nyawa sekalipun. Tiga mahasiswa terbunuh pada peristiwa Trisakti, meskipun tujuan semula mereka membela kedaulatan rakyat namun diakhiri dengan maut. Korban-korban itu tewas tertembak di area kampus (Universitas Trisakti Jakarta), terkena peluru tajam di tempat-tempat vital. Karena saat perjuangan dimulai mereka sudah dihadang oleh aparat seperti Batalyon, Artileri Pertahan Udara bahkan militer, masing-masing mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-I. Setelah peristiwa 2 Mei 1998 penembakan mahasiswa Universitas Trisakti tersebut, seluruh lapisan masyarakat berduka dan marah. Barisan mulai dibentuk, mahasiswa dosen dan masyarakat turun bersama-sama demi meluruskan kekuasaan masa Soeharto. Tidak tanggung-tanggung mereka menuntut orang RI. 1 itu turun dari jabatannya. Begitu pelit perjuangan mereka. Akhirnya Soeharto turun. Sudah sepatutnya peristiwa itu menjadi perhatian mahasiswa saat ini. Saat Indonesia amburadul. Rakyat sedang menyerit. Menyerit ketelinga kalian mahasiswa. Dinamika kehidupan begitu manis saat ini, entah siapa yang mengatur. Contohnya saja, mahasiswa asik menyaksikan live show di TV, bertepuk tangan tertawa atau terlena dengan lelucon Stund UP Comedy bahkan masyarakat diberi permainan asahan batu akik. Sehingga saat subsidi BBM dibegal entah ke mana, minyak yang kapan saja bisa naik dan baru-baru ini rupiah semakin tumbang kehilangan keperkasaannya. Aneh, Mahasiswa masih bicara baik-baik saja. Mari kita belajar berperang Asimetrik, bukan belajar perang dengan Belanda ataupun Jepang. Sudahlah, kembali bicara kampus ini. Berbicara birokrasi, mahasiswa, dosen dan rektor IAIN IB Padang. Kampus berduka ketika rektor IAIN Imam Bonjol Padang dibebastugaskan. Itu sudah keputusan menteri tentu dengan pertimbangan. Hal serupa juga dialami UIN Bandung. Mungkin ini program pembersihan dari Menteri Agama. Tidak sedikit pernyebab rektor dibebas tugaskan ada 6 kesalahan administrasi bukan amoral. Bahkan kasus yang didemo mahasiswa 2013 lalu. Masih ingat. Memang betul ungkapan “ketika insan tidak di dengar, maka alam akan bicara”. Apakah ini alam yang bicara ?. Tak usah ditanya dan dituntut lagi. Yang jelas rektor diberhentikan lucunya seperti film saja “Rektor yang Ditukar”. Tak usah banyak protes, sekarang bagaimana kita mahasiswa, dosen, karyawan, satpam, pengurus masjid, aktivis UKM, calon wisudawan, masyarakat kampus bisa menuntun kampus ini berjalan lebih baik dan tidak ada seperti di film-film lagi. Meski kita terbagi namun harus satu tujuan. Meskipun ini pangung, bermainlah secara positif. Bukan untuk kekuasaan semata seperti pertarungan parpol hari ini. Namun ada hal yang perlu kita ambil dari kisah rektor tersebut. Adalah menjadikan itu pelajaran untuk saya, WR I, WR II, dan WR III. Mudah-mudahan saja.[] 08592480xxxx unek2 ana ya, gmana ya, kok perpustakaan it dpindahkan pla, pdhal kta kan bru awal smester jadi sulit cri bkunya, tgas bnyk, cri bkuny ngk bsa, . . kalw mang ada refrensiny stu ngk ap2. . .tpi ne refresnsinya 19. . .ya korbn nya kta jga, hrus ngopi2 dlu bkunya. hm. . .ya hrapn nyantk IAIN, mdh2n bisalah menysuaikn kebjakan dg suasna kmpus, syukrn kasiran sblum nya. . .mdh2n kta bsa brobah hehehe 08238925xxxx Biarkan mahasiswa berkembang, hilangkan konsep “ selagi bisa d persulit, kenapa tidak”.


Rancangan RUU Perlindungan Umat Beragama

M

Merancang Ulang Toa Usang

enteri Agama Republik Indonesia (Menag RI) Lukman Hakim Saifuddin menyatakan, Kementerian Agama (Kemenag) sedang mempersiapkan Rancangan UndangUndang (RUU) Perlindungan Umat Beragama. RUU tersebut ditargetkan selesai April 2015 mendatang. Menurut Lukman, RUU Perlindungan Umat Beragama merupakan hasil forum group discussion pada 28 Oktober 2014, yang dilakukan Kemenag dengan melibatkan tokoh-tokoh dari beberapa agama. Pasalnya, hal-hal ke seharian seperti suara azan dari pengeras suara masjid yang masuk ke rumah warga menjadi salah satu perhatian Menag RI dalam menyusun Draf RUU Perlindungan Umat Beragama. Dengan alasan akan berpotensi menimbulkan konflik, jika hal tersebut tidak diatur. Kasubag Imas Kementerian Agama Sumatera Barat (Kemenag Sumbar) Muhammad Rifki menganggap, Menag RI memperhatikan pengeras suara azan yang masuk ke rumah warga dengan alasan Hak Asasi Manusia (HAM). Hak orang lain untuk mendapat ketenangan. Terutama karena di Indonesia juga berlaku normanorma yang hidup di masyarakat seperti tenggang rasa. Tetapi, Pemimpin Redaksi Majalah Penuntun Amalbhakti ini pastikan penggunaan pengeras suara ketika azan tidak masuk dalam RUU Perlindungan Agama. Penggunaan pengeras azan lebih tergantung pada keadaan masing-masing daerah di Indonesia. Pengaturan di Sumbar tidak mungkin disamakan dengan di Bali, Irian Jaya dan lainnya. Tidak semua daerah merasa terganggu dengan suara azan yang dikumandangkan memakai pengeras suara. Ditambah lagi dengan daerah di Indonesia sangat heterogen. Mayoritas agama dimasing-masing daerah juga berbeda. Maka pengeras suara azan tidak perlu masuk RUU Perlindungan Umat Beragama. Sebab RUU Perlindungan Umat Beragama berlaku sama untuk seluruh Indonesia. “Kalau di-general-kan itu tidak bisa. Biarlah masing-masing wilayah mengatur pengeras suara masjid. Kalaupun keras tetapi enak didengar, kan tidak masalah,” tutur Rifki kepada Suara Kampus di ruang kerjanya, Jl. Kuini No. 97 B Padang. Di lain sisi, Rifki mengatakan penggunaan pengeras suara ketika azan memiliki tujuan tertentu, seperti agar azan didengar dengan jelas oleh seluruh masyarakat di sekitar masjid atau musala. Sehingga masyarakat dengan mudah langsung tahu kalau waktu salat telah masuk. Nilai tambah jika azan dikumandangkan dengan indah, bisa membuat masyarakat tertarik datang ke masjid untuk menunaikan salat berjamaah. “Azan bisa membuat kita takjub dan merasa

“Kalau di-general-kan itu tidak bisa. Biarlah masing-masing wilayah mengatur pengeras suara masjid. Kalaupun keras tetapi enak didengar, kan tidak masalah,” Muhammad Rifki Kabag Informasi & Hubungan Masyarakat Kemenag Sumbar tenang,” ujar pria yang pernah memimpin Jamaah Calon Haji (JCH) dari Kloter XI Embarkasi Padang ini. Ketua Umum Badan Kerjasama Taman Pendidikan Quran Sumbar ini mengharapkan Menag sebisa mungkin memilah dan memilih persoalan yang akan dimasukkan ke dalam RUU Perlindungan Umat Beragama. Dengan memperhatikan dan mengkaji kebutuhan masyarakat saat ini dan yang akan datang. “Sedapatnya RUU Perlindungan Umat Beragama nanti mencakup keseluruhan aspek yang dibutuhkan masyarakat,” harapnya. Ketidaksetujuan penggunaan pengeras suara ketika azan masuk RUU Perlindungan Umat Beragama juga diungkap-\kan Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Padang, Maigus Nasir. Ketika ditemui di kediamannya, Maigus mengatakan pesimis azan menggunakan pengeras suara masuk dalam RUU Perlindungan Umat Beragama. Sebab, Azan perlu didengar dengan jelas untuk menandakan waktu salat telah masuk. “Fungsi dari penge-

ras suara saat azan sangat urgen,” tegasnya, Rabu (11/03). Berkaca dari negara-negara minoritas Islam yang tetap mengizinkan azan menggunakan pengeras suara, pria kelahiran Padang, 22 Agustus 1967 ini berpandangan penggunaan pengeras suara ketika azan tidak perlu melihat mayoritas dan minoritas muslim di suatu daerah. “Di Inggris dan Italia yang minoritas Islam diperbolehkan azan dengan pengeras suara. Toh, negaranya aman-aman saja,” katanya mencontohkan. Munculnya wacana pengeras suara ketika azan masuk dalam RUU Perlindungan Umat Beragama ini, ungkap Maigus berkaitan dengan persoalan toleransi. Sedangkan toleransi tidak boleh berkaitan dengan masalah ibadah. Islam mempunyai prinsip dalam beribadah, begitu pula agama selain Islam. Agama selain Islam mungkin tidak membutuhkan seperti yang dibutuhkan Islam, seperti penggunaan pengeras suara ketika azan. Tetapi bagi Islam, penggunaan tersebut penting. Sehingga, tidak boleh dibata-

si dengan alasan toleransi. “Saya sangat menentang itu, kecuali ketika salat dan kegiatan lainnya boleh tidak menggunakan pengeras suara,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah periode 1999-2004 ini. Pendapat yang sama juga diutarakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Duski Samad., penggunaan pengeras suara ketika azan hanyalah masalah teknis. Sehingga tidak perlu masuk RUU Perlindungan Umat Beragama. “Digunakan atau tidak, itu kesepakatan lingkungan setempat. Kalau negara mengatur semua hal, mana sanggup negara,” tegas Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang ini kepada Suara Kampus, Jumat (13/03). Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang, Al khendra ketika ditemui Suara Kampus di ruang kerjanya, Selasa (10/03) mengatakan persoalan penggunaan pengeras suara ketika azan termasuk hal yang sakral. Karena azan meru-

pakan imbauan bagi umat Islam untuk melakukan salat dan memberitahukan kalau waktu salat sudah masuk kebijakan terkait hal ini akan memunculkan pro dan kontra dari pihak manapun. Tidak terlepas dengan antusias kalangan umat Islam. “Jika dikaitkan dengan emosional, saya sendiri tidak setuju,” pungkas pria asal Solok ini. Di samping itu, Alkhendra mengaku belum bisa berkomentar banyak soal penggunaan pengeras suara ketika mengumandangkan azan. “Saya sendiri belum tahu pasti kebijakan tersebut,” tambahnya. Selanjutnya, Indonesia dengan mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, oleh Alirman Hamzah, Dosen Perbandingan Agama (PA) IAIN Imam Bonjol Padang larangan pemerintah azan menggunakan pengeras suara hanyalah sebuah anganangan. “Kita tinggal di daerah mayoritas Islam bagaimana mungkin azan tidak boleh dikumandangkan secara terang-terangan,” ungkapnya. Berdasarkan pasal 28 j Undang Undang Dasar 1945 ayat 2, dia mengatakan, dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. “Untuk batasan toleransi, selama tidak mengganggu kebebasan orang lain setiap orang memang punya kebebasan mengekspresikan agamanya,” paparnya. Di tempat berbeda, Garin Masjid Raya Sumatera Barat, Al Khairi mengharapkan pemerintah memilah-milah dalam menyusun RUU Perlindungan Umat Beragama. Jangan sampai poinpoin draf RUU Perlindung-an Umat Beragama tersebut menimbulkan perpecahan di kalangan umat beragama. “Letakkanlah sebuah hukum yang hukum tersebut tidak menimbulkan konflik,” harap mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang ini. Sementara Ketua Hizbut Tahrir Indonesia cabang IAIN Imam Bonjol Padang, Zikri menganggap pemerintah terlalu berlebihan jika penggunaan pengeras suara ketika azan dimasukkan dalam RUU Perlindungan Umat Beragama. “Saya pikir tidak masalah kalau menggunakan pengeras suara walaupun di daerah yang minoritas Islam,” jelasnya. Menteri Agama RI harus lebih mempertimbangkan lagi dalam memilih poin-poin yang akan dimasukkan dalam RUU Perlindungan Umat beragama. “Jangan sampai menimbulkan keresahan masyarakat,” harapnya.


P

Suara Bagus Mesti Ditopang dengan Microphone Canggih

ada zaman Rasulullah, muazin berdiri di atas menara untuk mengumandangkan azan, agar azan terdengar oleh seluruh umat. Berdiri di atas menara tidak dilakukan lagi setelah ditemukan alat pengeras suara. Kalangan ulama tidak ada satupun yang menentang penggunaannya. Seiring munculnya perhatian Menteri Agama RI terhadap penggunaan pengeras suara ketika azan, terdapat masalah tersendiri dalam penggunaan pengeras suara tersebut. Seperti penggunaan pengeras suara yang sudah tidak layak pakai. Kemudian, setelan volume pengeras suara belum sesuai dengan standar. Berdasarkan polling yang dijalankan Suara Kampus untuk 250 mahasiswa, 20 persen dari seluruh mahasiswa setuju pengeras suara yang digunakan muazin untuk mengumandangkan azan sudah tidak layak. Sehingga mengakibatkan azan yang didengar kurang bagus. Sementara 20,4 persen setuju setelan volume azan terlalu keras dan berdengung. Ketua Dewan Masjid Indonesia Kota Padang, Maigus Nasir mengatakan bahwa Dewan Masjid Indonesia secara nasional telah mempunyai program untuk menstandarkan pengeras suara masjid, agar masyarakat nyaman dan enak mendengar kumandang azan. Program ini berupa pengadaan mobil service keliling untuk memperbaiki seluruh pengeras suara di masjid

dan musala yang dianggap tidak layak pakai. “Mobil tersebut didatangkan DMI pusat ke daerahdaerah termasuk Sumbar,” jelasnya. Dia menambahkan, sosialisasi terhadap program ini telah dilakukan DMI Pusat. DMI juga mengadakan pelatihan untuk teknisi perbaikan pengeras suara. Masingmasing daerah diinstruksikan untuk mengirim utusan untuk mengikuti pelatih-an tersebut. Menurut Maigus, standar pengeras suara ialah yang nyaman bila didengar. “Ndak mandangiang-dangiang bunyinyo (bunyinya tidak berdengung),” tuturnya menggunakan bahasa Minangkabau. Alirman Hamzah, Dosen Perbandingan Agama (PA) IAIN Imam Bonjol Padang mengatakan aturan soal pengeras suara sudah sejak lama diatur oleh Kementerian Agama (Kemenag). Pengaturan pengeras suara di masjid-masjid sudah diatur dalam keputusan Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam nomor: Kep/D/101/1978 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di masjid dan musala. Keputusan itu ditandatangani oleh Dirjen Bimas Islam saat itu, Kafrawi, pada tanggal 17 Juli 1978. Aturan Dirjen Bimas Islam mengenai syarat-syarat penggunaan pengeras suara antara lain, pertama perawatan penggunaan pengeras suara dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan bukan yang mencobacoba atau masih belajar. Dengan

Mengutip Angka

Dewan Masjid Indonesia secara nasional telah mempunyai program untuk menstandarkan pengeras suara masjid, agar masyarakat nyaman dan enak mendengarkan kumandang azan Maigus Nasir Ketua DMI Padang demikian tidak ada suara bising, berdengung yang dapat menimbulkan antipati atau anggapan tidak teraturnya suatu masjid, langgar, atau musala. Kedua, mereka yang menggunakan pengeras suara (muazin, imam salat, pembaca al-Quran, dan lain-lain) hendaknya memiliki suara yang fasih, merdu, enak, tidak cempreng, sumbang, atau terlalu kecil. Hal ini untuk menghindarkan anggapan orang luar tentang tidak tertibnya suatu masjid dan bahkan jauh daripada menimbulkan rasa cinta dan simpati yang mendengar, selain juga menjengkelkan. Ketiga, dipenuhinya syaratsyarat yang ditentukan, seperti tidak bolehnya terlalu meninggikan suara doa, dzikir, dan salat. Karena pelanggaran itu bukan menimbulkan simpati melain-kan keheranan umat beragama sendiri karena tidak mentaati ajaran agamanya. Keempat, dipenuhinya syarat-syarat di mana orang yang mendengarkan dalam keadaan siap untuk mendengarnya, bukan dalam keadaan tidur, istirahat, sedang beribadah atau dalam

sedang upacara. Dalam keadaan demikian (kecuali azan) tidak akan menimbulkan kecintaan orang bahkan sebaliknya. Berbeda dengan di kampung-kampung yang kesibukan masyarakatnya masih terbatas, maka suara keagamaan dari dalam masjid, langgar, atau musala selain berarti seruan takwa juga dapat dianggap hiburan mengisi kesepian sekitarnya. Kelima, dari tuntunan nabi, suara azan sebagai tanda masuknya salat memang harus ditinggikan. Karena itu penggunaan pengeras suara untuknya adalah tidak diperdebatkan. Yang perlu diperhatikan adalah agar suara muazin tidak sumbang dan sebaliknya enak, merdu, dan syahdu. Bahkan dalam instruksi Dirjen Bimas Islam tersebut juga diatur bagaimana tata cara memasang pengeras suara, baik suara ke dalam ataupun suara yang diarahkan keluar. Suara yang diperdengarkan keluar masjid itu seperti azan dan baca al-Quran sebelum azan. Sedangkan untuk ceramah, pengeras suara yang digunakan adalah untuk ke dalam masjid. “Saat jamaah mendengar ceramah di luar

masjid, itu bisa saja mengganggu aktivitas masyarakat. Atau yang didengar hanya sepotong-sepotong, bisa fatal akibatnya nanti,” ungkapnya. “Ketika pengeras suara itu berfungsi dengan baik tentu tidak akan menimbulkan masalah, jika yang terjadi sebaliknya itulah yang akan kita kaji nantinya,” tambahnya. Saat ini penggunaan pe-ngeras suara itu sedang diatur dan dalam hal ini Sumatera Barat mendapatkan mobil lima buah. “Pembicaraan yang merupakan inti ajaran agama boleh dibicarakan di masjid akan tetapi tidak memperdengarkannya keluar karena dikhawatikan salah makna jika hanya terdengar sepotong-sepotong,” tuturnya. Selain perbaikan pada pengeras suara, Kepala Unit Pusat Bahasa (UPB) IAIN Imam Bonjol Padang, Masnal Zajuli mengatakan muazin harus berbenah. Karena masih ditemukan muazin yang salah ketika mengucapkan bacaan azan. Belum sesuai dengan kaidah Arab dan makhrajnya belum pas. Di samping suara yang bagus juga memiliki lafaz sesuai dengan makhraj dan sifat bahasa Arab secara benar. Jika mau mengajak orang lain salat secara tidak langsung akhlak juga harus diubah karena masyarakat akan menilai dari segi akhlaknya. “Seharusnya orang yang memanggil maupun mengajak kepada kebaikan sebaiknya lebih baik dari yang dipanggil,” tegasnya.


Belajar dari Gagalnya Gedung Rektorat

E

nam tahun tidak tersentuh pasca dioyak gempa 2009 silam, perpustakaan Institut IAIN Imam Bonjol Padang akhirnya tahun ini akan diratakan dengan tanah dibangun kembali dengan bangunan baru yang ideal serta layak bagi sebuah kampus. Bercermin pada pembangunan yang dilakukan IAIN Imam Bonjol Padang dalam rentangan lima tahun terakhir IAIN masih kewalahan dalam melakukan pembangunan, lihat saja gedung rektorat yang sudah dipoles sejak 2012 lalu hingga kini tiga tahun berselang belum terlihat menyolek untuk difungsikan, atau gedung hibah dari BNPB Student Centre yang September 2009 ambruk hingga membuat beberapa mahasiswa cedera. Tentu hal demikian jangan terjadi pada pembangunan perpustakaan. Berhati-hati dengan pembangunan setengah hati. kebablasan pembangunan tidak urung akan meneror pembangunan perpustakaan. Komitmen Pembangunan yang sangat vital ini butuh komitmen serius dari pimpinan, takutnya pembangunan perpustakaan harus memakan waktu bertahun-tahun untuk bisa difungsikan layaknya gedung rektorat, atau gedung perkuliahan Studet Center yang ambruk pasca renovasi dengan hibah oleh BNPB. Tentu pembangunan perpustakaan tidak senasib dengan pembangunan yang lain. “Kita akan mengawal dengan baik pembangunan kembali gedung perpustakaan,” ujar Asasriwarni Pegawai Sementara Rektor

Perpustakaan Institut IAIN Imam Bonjol Padang, yang akan diratakan dengan tanah untuk dibangun kembali ditutup sejak 16 Marert 2015

“Pelajaran yang sudah-sudah ini harus jadi cambukan bagi pimpinan dan kita semua untuk serius dalam melakukan pembangunan,” Mardius Kepala PPK IAIN Imam Bonjol Padang IAIN Imam Bonjol Padang. Meski berstatus PgS, Asasriwarni menyatakan komitmen dalam kepemimpinanya ini, ia menyadari bahwa perpustakaan merupakan organ yang sangat penting dalam suatu perguruan tinggi. “Pembangunan perpustakaan adalah pembangunan yang penting,” jelas Asas saat ditemui Suara Kampus di kediamanya di perumahan Mutiara Putih, Lubuk Buaya. Dipaparkan Asas, sejauh ini perkembangan untuk pembangunan perpustakaan dalam proses lelang. “Kita sudah punya panitia untuk pembangunan kembali perpustakaan, sekarang masih dalam tahap lelang,” ujarnya, Asas menambahkan, selain perpustakaan, IAIN Imam Bonjol juga fokus dengan kelanjutan pembangunan kampus III di Sungai Bangek, kabarnya Menteri Agama Lukmanul Hakim yang akan meletakan batu pertama untuk pembangunan kampus III. “Selain perpustakaan, kita tahun ini juga akan melanjutkan pembangunan kampus III, rencananya Menteri Agama yang akan kita undang untuk peletakan bartu pertaman-

ya,” ulas Asas. Sebelumnya mantan rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Makmur Syarif menyatakan komitmen kuatnya terkait pembangunan di IAIN Imam Bonjol Padang khususnya perpustakaan, saat masih meduduki posisi rektor. “Jangan komitmen saya saudara tanya, saya sudah kejar-kejaran untuk semua pembangunan di IAIN ini,” jelas Guru Besar Syariah ketika disambangi di ruangannya. Kepala PPK IAIN Imam Bonjol Padang, Mardius menjelaskan, untuk pembangunan tahun ini, IAIN harus bisa mengambil pelajaran dari pembangunan selama ini, seperti pembangunan gedung rektorat. Menurut Mardius, permasalahan dalam pembangunan gedung rektorat merupakan kesalahan kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaan, selain itu lanjut Mardius pengawasan yang kurang ketat. “Pelajaran yang sudahsudah ini harus jadi cambukan bagi pimpinan dan kita semua untuk serius dalam melakukan pembangunan,” ungkapnya kepada Suara Kampus saat ditemui 11

Maret lalu di ruangannya. Lanjut Mardius, IAIN harus lebih selektif dalam menentukan kontraktor yang akan melakukan pembangunan perpustakaan. “Alasan dari pembangunan gedung rektorat yang terhenti itu karena kesalahan kontraktor, maka kita harus belajar dari itu,” ungkapnya. Menurut Mardius, untuk pembangunan perpustakaan kontraktor pembangunannya nanti harus dikepalai langsung dari pusat, tidak melalui cabang kontraktor tersebut. “Untuk pengawasan pembangunan IAIN juga melakukan kerja sama deng-an perusahaan lain,” kata Mardius. Mardius mengungkapkan, hingga sekarang kita masih mencari kontraktor yang akan membangun perpustakaan tersebut, karena masih pada tahap pelelangan. “Mau tidak mau, bulan April semua kontraktornya sudah ada, baik perobohan dan pembangunan. Sekarang masih tahap lelang di LPSE Kemenag,” paparnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, sebelum pembangunan, pihak IAIN telah mengajukan surat izin mendirikan bangunan dengan

menggunakan master plan lama. “Pembangunan perpustakaan nantinya akan dibangun dengan dua kontraktor. Untuk menyelesaikan bangunan dasar seperti rangka bangunan dan lainnya. Sedangkan kontraktor kedua menyelesaikan bangunan fisik,” jelasnya. Berdasarkan surat izin pembangunan, IAIN resmi diperbolehkan membangun tertanggal 2 Februari 2015. ”Kami usahakan akhir April nanti perpustakaan sudah mulai dibangun dan selesai awal Juni, lalu dilanjutkan dengan kontraktor lain untuk bangunan fisiknya,” lanjutnya. Tambah Mardius, tahun 2013 IAIN mempunyai anggaran pembangunan perpustakaan sebesar Rp. 5 M. Namun dialihkan ke pembangunan gedung rektorat dengan anggapan rektorat lebih diutamakan. “Pustaka adalah jantungnya perguruan tinggi sedangkan rektorat adalah nahkodanya perguruan tinggi. Maka, kami mengutamakan rektorat karena tanpa nakhoda jantung itu akan sulit untuk terarah,” paparnya. Selain itu, menurut Dasrizal, Biro AUAK IAIN Imam Bonjol mengimbau civitas IAIN untuk ikut serta dalam pembangunan perpustakaan ini. “Tidak dari rektor saja, tapi diharapkan kepada seluruh civitas agar ambil andil dalam pembangunan perpustakaan dan mengawasinya agar bisa berjalan degan lancar. (Eka, Veni , Kanadi Warman, Daulay, Migo, Inin, Ria, Nurfazira (Mg), Lisa (Mg), Rama(Mg), Defriandi (Mg), Ningsih (Mg), Yusi (Mg), Titi (Mg))


Kisah Luka Lama Perpustakaan Malam itu hujan rintik turun, penat hasil banting tulang hari itu masih belum terbayar, tiba-tiba telepon genggam Afrizal berdering, Kepala Perpustakaan IAIN Imam Bonjol Padang itu langsung mengehela napas panjang, ia baru saja dikontak oleh karyawan perpustakaan yang malam itu bertugas. Hujan rintik itu ternyata masuk ke dalam perpustakaan, pahami saja, gedung tersebut belum diobati pasca diguncang gempa enam tahun silam. “Kadang, ketika saya sudah di rumah lalu dapat telepon dari penjaga di sini (pustaka-red), jika hujan mulai menggenangi perpustakaan. Tak kenal waktu, hingga tengah malampun kami berjuang membersihkan perpustakaan ini”, ungkap Afrizal kepada Suara Kampus. Atap perpustakaan dengan struktur piramid tersebut memang sudah dimakan waktu, bahan yang terbuat dari dasar plastik, bolongnya tidak hanya satu celah yang membuat air hujan kian leluasa masuk, belum lagi jika ada yang menyumbat saluran air hingga air menggenang dan nantinya akan merembes ke dalam atau meluap hingga atap yang bocor tersebut. “Kalau ada yang tersumbat itu sudah parah itu, kita harus naik ke atas,” ungkap Afrizal. Seperti biasa pada hujan yang biasa, rak-rak buku dibawah atap yang bocor sudah dipasangi mantelmantel plastik. Agar buku yang sangat sensitifitasnya terhadap air tinggi tidak merusak buku. “Beberapa rak yang kena air hujan kita pasangi plastik agar tidak rusak,” ujar Afrizal. Pas dua rak di bawah atap yang bocor tepat dua rak yang kita temui jika memasuki ruangan buku, jika hujan sudah lama, rak tersebut dijadikan sebagai penompang tangga untuk naik keatas atap. Sebab jika hujan telah lama turun, jarang yang tidak tersumbat dan akan membuat air tergenang hingga merembes ke atap yang bocor. “Dua rak ini jadi penopang jenjang kita untuk naik ke atap, jika hujan lama itu biasanya ada yang tersumbat dan mau tidak mau kita harus cepat tangani itu,” ungkap Afrizal sambil menunjuk atap yang bocor tersebut. Lantai perpustakaan pun tak sungkan menyerab air hujan yang hobi bergenang di lantai perpustakaan yang kian membuat lantai tersebut semakin kropos. Bukan hanya itu pengalaman emosional civitas perpustakaan selama ini, seperti Afrizal kadang ia mengaku mulai gamang, saat mahasiswa ataupun pengunjung berbrondolan menaiki lantai II perpustakaan. Sebab lanjut Afrizal, berdasarkan pengamatan Dinas Pekerjaan Umum, menghitung, jika 300 pengunjung berada di lantai II tersebut lebih dari 15 Menit maka ruangan tersebut akan ambles, kondisi tersebut meneror civitas perpustakaan yang berutinitas dibawahnya. “Penelitian PU, jika secara bersamaan 300 pengunjung berada di lantai II ini akan ambles,” ujar Afrizal.. Naas memang, kondisi gedung menjadi satu teror bagi civitas perpsutakaan dalam menjalankan rutinitas, goncangan sedikit tak urung membuat bulu ramang berdiri, sesekali langkahan kaki yang agak kuat getarkan gedung. Kadang karyawan harus memastikan jika dua pintu utama di lantai dasar sudah terbuka dan tidak macet, agar jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi mereka bisa keluar dengan cepat dari gedung tersebut. Civitas perpustakaan tak bisa mengelak atas kekecewaannya saat anggaran perpustakaan tahun 2013 harus dipindahkan ke pembangunan rektorat. “Harus mengalah dan menerima, jika itu memang yang terbaik,” keluh Afrizal. Kini, perpustakaan mati suri, sejak ditutup 16 Maret lalu masih dikorbankan, rencana untuk pindah ke Aula H Mansur DT. Nagari Basa harus ditunda hingga Fakultas Syariah selesai mewisuda sarjana sarjananya 31 Maret di gedung tersebut. Sudah banyak luka untuk rumah buku tersebut, tidak ada keluhan yang tidak ia terima.

Membangun Perpustakaan yang Dicintai

Beberapa rak buku mulai kosong setelah sehari perpustakaan ditutp civitas perpustakaan mulai mengikatbuku jelang pinfah ke Aula H Mansur DT Nagari Basa, Selasa (17/03)

T

ertanggal 16 Maret 2015, Perpustakaan IAIN Imam Bonjol Padang ditutup hingga waktu yang tidak ditentukan, pasalnya seluruh civitas perpustakaan tersebut mulai berkemas untuk pindah ke Aula H. Masnur DT Nagari Basa karena dalam waktu dekat bangunan dua lantai tersebut akan runtuhkan untuk dibangun kembali, tidak mainmain untuk pembangunan ini IAIN Imam Bonjol Padang geloncorkan dana Rp, 10 M. Salmadanis, Wakil Rektor II IAIN Imam Bonjol Padang mengatakan, pembangunan kembali gedug perpustakaan merupakan prioritas dalam RKLL 2015, IAIN sudah anggarkan Rp. 10 M untuk pembangunan ini. "Perpustakaan prioritas dari anggaran tahun ini, kita sudah siapkan Rp. 10 M untuk perpustakaan," jelasnya. Afrizal Kepala Bagian Perencanaan menututrkan, untuk perpustkaan itu dibangun kembali, karena dalam peraturanya tidak boleh ada dua perpustakaan, kecuali penambahan gedung. "Tahap pertama kita robohkan, lalu kita bangun baru," ujar Afrizal. Rancangan Perpustakaan Anggaran Rp. 10 M tersebut sudah siap untuk perpustakaan yang dicanangkan kelas internasional tersebut dan sarana yang lebih digital untuk memanjakan pengunjung. Seperti halnya yang dikatan Dasrizal, Biro AUAK, sistem digital dan level internasional yang akan kita rancang untuk perpustakaan yang baru nanti. "Kita sudah anggarkan untuk fasilitas seperti pengadaan komputer agar lebih praktis nantinya," ungkapnya. Afrizal kepala perpustakaan mengatakan, perpustakaan Institut akan dirancang seperti perpustakaan perguruan tinggi yang

Lanjut Mardius, di lantai III perpustakaan akan dirancang aula pertemuan yang megah.

Semoga bagunan perpustakaan baru nanti, mahasiswa nyaman dan betah berlama-lama di perpustakaan, Afrizal Kepala Perpustakaan Institut

berkelas. “Semoga perpustakaan baru nanti, mahasiswa nyaman dan betah berlama-lama di perpustakaan,” harap Afrizal. Selain itu, kedepannya perpustakaan akan menggunakan kartu perpustakaan digital. “Nanti kita juga akan sediakan kartu digital untuk pengunjung dalam peminjaman buku,” terang Afrizal. ATM juga akan berjajaran di gedung yang akan dibangun tiga lantai tersebut. “Perpustakaan sudah dirancang dengan layanan ATM,” tambahnya. Hal baru yang akan dirancang untuk perpustakaan adalah, Box peminjaman. “Jadi, nanti untuk meminjam atau mengembalikan buku, pengunjung tidak perlu capek-capek naik ke lantai atas, cukup melalui Box tersebut di lantai dasar,” tuturnya. Perpustakaan baru akan dirancang dengan tiga lantai, lantai pertama nantinya akan difungsikan untuk Bisnis Center sedangkan untuk lantai II dan III untuk perpustakaan. Dikatan Kepala PPK Mardius, bahwa perpustakaan akan meningkatkan fasilitas dan layanan dari perpustakaan. “Kita akan tingkatkan untuk ruang baca, ruang referensi,” paparnya.

Harapan yang Menua Laras mahasiswa Pustaka Arsip Dokumentasi berharap, gedung perpustakaan dibangun lebih kokoh, karena bagi Laras, keamanan gedung akan membuat mahasiswa atau pengunjung bisa berlama-lama dan betah di perpustakaan. “Harus lebih kokoh, biar aman dan nyaman,” harap Laras. Yesi Nurhamidah mahasiswa pendidikan Agama Islam berharap perustakaan baru nanti dilengkapi dengan kafe untuk pengujung. “Yang penting perpustakaan baru ada toiletnya,” ungkpa Yesi. Hal yang sama dilontarkan oleh Risman Bustaman, ia berharap perpustakaan yang dibangun dengan kontruksi yang kokoh dengan kualitas. “Tentunya koleksi bukunya lebih banyak dan referensi,” ungkap dosen Fakultas Tarbiyah Keguruan ini. Dosen Strategi Pembelajaran Novia Yanti, berkometar jika perpustakaan yang dirancang dengan tiga lantai tidak usah. “Cukup dua lantai, tapi fasilitas dan layanannya memadai dari pada tiga lantai tapi masih kurang, saya rasa dengan dana Rp 10 M belum cukup untuk memadai perpustakaan dengan III lantai,” ujarnya Rabu (22/03). Novia berharap, rektorat juga memperhatikan perpustakaan yang ada di fakultas, menurutnya mahasiswa dan dosen lebih dekat dengan perpustakaan fakultasnya masing-masing. “Pembangunan perpustakaan institut bisa berlanjut dengan pembangunan perpsutakaan di fakultas.” harapnya [].


Sheiful Yazan

Memuliakan Manusia dengan Pendidikan

B

ukan motivasi, namun lebih pada dukungan. Kal imat ini terangkai dari bibir dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang Sheiful Yazan yang ditujukan kepada istri dan anak-anaknya. Sheiful adalah anak bungsu dari

empat bersaudara. Dalam keluarganya selalu diterapkan kalimat annadzofatu minal iman yang artinya kebersihan itu sebagian dari iman. Bukan hanya itu, kedisiplinan dan kejujuran adalah hal yang paling utama dalam keluarganya. Atas didikan itu Sheiful sekarang menjadi dosen yang disegani.

Pria kelahiran Bukittinggi itu mengaku tidak pernah memberikan arahan atau motivasi kepada keluarganya melainkan hanya memberi semangat dan dukungan terhadap pilihan yang diambil istri dan anak-anaknya. “Saya tidak memberi apa-apa. Saya hanya memberi semangat dan dukungan agar maju bersama. Ayo! Kamu bisa!” ujar Sheiful Yazan. Dosen yang kerap disapa dengan sebutan Sheiful menyelesaikan perkuliahan Magister S-2 Pembangunan Wilayah di Pascasarjana Universitas Andalas Padang dan sekarang sedang menjalani program doktor S-3 Ilmu Pendidikan pada Pascasarjana Universitas Negeri Padang (UNP). Menurut Sheiful pendidikan adalah investasi sumber daya manusia yang tidak boleh setengah-setengah dan harus sepenuh hati serta sepenuh kemampuan. “Pendidikan itu untuk memuliakan manusia dan kemanusiaan,” papar Sheiful. Konsep pendidikan yang diterapkan Sheiful Yazan yaitu kon-

sep pendidikan yang menyenangkan. Peserta didik harus disenangkan hatinya dalam mengejar ilmu, senang memperluas wawasan dan bukan jadi beban yang memberatkan. Selanjutnya peserta didik juga harus diberi tantangan sesuai kemampuan perserta didik. “Kalau

tantangan dapat dilewati, beri tantangan berikutnya,” ungkapnya. Teman Bersaing Segala aktivitas yang Sheiful kerjakan, tidak terlepas dari dukungan dan dedikasi keluarga. Bagi Sheiful keluarga adalah segalanya. Hal ini terlihat ketika istri dan anak perempuannya sama-sama masuk perguruan tinggi. Istri Sheiful melanjutkan perkuliahan

Program Doktor S-3 Ilmu Pendidikan di Pascasarjana UNP dan anak perempuannya melanjutkan perkuliahan Program Magister S2 Ekonomi Pascasarjana UNP. Ketika istri dan anak perempuannya sama-sama kuliah, mereka telah merancang bagai-mana aktivitas dan pekerjaan dapat berjalan tanpa menggangu perkuliahan mereka sehingga mampu nantinya wisuda secara bersamaan. Beberapa minggu yang lalu, setting yang mereka perankan berjalan dengan mulus dan akhirnya istri dan anak perempuannya berhasil wisuda secara bersamaan. Saat menyaksikan istri dan anaknya wisuda, Sheiful terharu dan bangga serta puas terhadap hasil yang diperoleh keluarganya. Menurutnya ini merupakan kepuasan yang tidak ternilai. “Ini pencapaian mereka berdua, sekaligus pencapaian saya sebagai pendukung dan pendamping cita-cita mereka,” tutur Sheiful. Sheiful tidak pernah membebankan keluarganya. Cita-cita ke-

luarganya tidak mesti diatur olehnya dan Sheiful hanya memberi dorongan berupa belajar dan bekerja adalah kesenangan serta senangilah apa yang dipelajari. Sheiful beranggapan seandainya ada yang tidak berhasil dari keluarganya maka itu adalah awal dari kesuksesan. “Belum berhasil tidak masalah, berarti ada kesempatan

untuk memperbaiki,” ungkap Sheiful. Dalam keseharian, Sheiful menganggap keluarganya se-perti teman bersaing dalam dunia pendidikan. Mereka saling berpacu untuk mencapai impian dan kesuksesan. Walaupun bersaing, Sheiful tetap memberi semangat kepada anak dan istrinya serta berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Sosok King Maker Sosok Sheiful Yazan yang ramah dan berwibawa menjadi inspirasi bagi semua orang, tidak terkecuali keluarganya. Istri Sheiful Yazan, Arwemi mengatakan, suaminya adalah Motivator dalam hidupnya. Arwemi berpandangan Sheiful memiliki jiwa king maker atau pembuat raja. Kepemimpinan yang dia terapkan dalam keluarga bukan mengutamakan keberhasilan dirinya namun lebih kepada keluarga terlebih dahulu. Berbekal dari ketekunan dan kedisiplinan membuat Sheiful

Yazan menjadi sosok laki-laki yang berkharisma di mata Arwemi. Tidak hanya itu, penampilan yang sederhana dan gaya berbicara santai menjadikan pria itu dicintai oleh istrinya. “Orang yang berbicara kepadanya walaupun dengan pembahasan yang berbeda-beda, dia tetap nyambung atau mampu menjawabnya. Ini pertanda bahwa dia adalah pria yang pintar,” pikir Arwemi. Sheiful selalu menolak ketika Arwemi hendak membeli pakaian untuknya karena Sheiful beranggapan kebutuhan dan keinginan itu berbeda. Jadi selagi pakaiannya masih bisa dimanfaatkan, dia akan memakainya tanpa harus membeli yang baru.”Selain itu, suami saya lebih mengutamakan pendidikan dari pada kemewahan. Setiap dia pergi kesuatu tempat, hal pertama yang dibeli adalah buku bukan pakaian,” pungkas Arwemi. Hal yang sama disampaikan anak perempuan Sheiful yang sama wisuda dengan istrinya. Gina Elmizan menyambung apa yang dikatakan Arwemi. Ayahnya bukanlah aktor utama melainkan pemain yang berperan di belakang layar. Maksud pernyataan ini, Sheiful tidak men-dahulukan keinginan melainkan lebih kepada menopang keluarga untuk maju dalam kesuksesan. Hal ini dapat dilihat, istri Sheiful lebih dahulu doktor dari pada dirinya. Gina melanjutkan, ayahnya berjiwa travelling atau suka berpetualang. Ketika pergi ke suatu tempat Gina sering diajak Sheiful pergi berpetualang walaupun bukan ke tempat yang menantang. Saat ayahnya pergi ke Malaysia, sepulang dari sana Sheiful selalu membawa banyak buku. Ini me-rupakan buah tangan yang paling istimewa dari pada barang yang mewah menurut Gina. “Kalau ingin mencapai yang terbaik, berusahalah dan perlahan-lahan tapi pasti serta jangan lupa berdoa,” pesan Sheiful untuk Gina. Sederhana Tapi Luar Biasa Di balik kearifan Sheiful Yazan, salah seorang dosen Bimbingan Konseling Islam (BKI) Mellyatri Syarif mengatakan sangat mengenal dan tahu bagaimana karakter Sheiful. Menurutnya Sheiful patut dijadikan panutan dan contoh dalam keseharian. Dia berpandangan, dilihat dari aspek hablum minannas, Sheiful adalah sosok yang perahatian dan suka

menolong. “Sifatnya yang baik, aktif, dan kreatif menjadikan Sheiful disegani oleh dosen yang lain,” pandang Mellyatri. Mellyatri menganggap Sheiful sosok yang religius yang sangat

peduli dengan ibadah. Dalam mendidik anakpun Sheiful merupakan sosok yang berhasil. Hal ini dapat dilihat dari implikasi akademik yang diperoleh oleh anaknya, dengan usia muda sudah memiliki pendidikan yang tinggi dan tentu semua ini tidak lepas dari didikan orang

tuanya. Dari sisi lain Mellyatri memandang, Sheiful adalah dosen yang sangat menghargai orang lain dan menghargai perbedaan pendapat. Dalam keseharian Sheiful disiplin dan tugas dilaksanakan dengan baik serta yang penting orangnya demokratis dan tidak otoriter. Sebagai dosen di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Sheiful Yazan dinilai orang yang sangat bertanggung jawab. Dalam mengajar penuh dengan dedikasi dan dikenal sosok yang tegas. Begitulah yang dirasakan mahasiswi Bimbingan Konseling Islam ( BKI ) Sri Wahyuni.

Sri pernah menjadi muridnya Sheiful dan sering bertemu di kampus. Sri mengatakan jika dilihat dari penampilannya, Sheiful sosok yang sangat sederhana, tapi jika dilihat dari cara berbicara dan pemikirannya begitu luar biasa kemampuannya. Di dalam perkuliahan, Sheiful juga dikenal dengan sosok yang disiplin. “Dia tidak pernah terlambat sedetikpun dan tidak marah jika ada mahasiswanya yang terlambat,” kenang Sri. Senada dengan Sri, salah seorang mahasiswa Jurusan KPI Dasril mengatakan Sheiful Yazan sosok yang tegas. Setiap apa yang dijadwalkannya harus tepat pada waktunya. Sheiful juga sosok yang sangat perhatian dan sering memberi motivasi dan semangat kepada mahasiswanya. Salah satu motivasi yang pernah diberikan yaitu Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit dan capailah dengan usaha yang maksimal. “Di luar perkuliahan dia juga dikenal dengan sosok yang sederhana dan merupakan sosok ayah dansuamiyangbaikdan bertanggung jawab,” ingatnya.

Curiculum Vitae Nama Lengkap NIP Tempat Tgl Lahir Jabatan Fungsional Alamat Rumah

: DRS. SHEIFUL YAZAN, M.SI. : 196010021990031002 : Bukittinggi/ 2 Oktober 1960 : Lektor Kepala : Komplek Bumi Minang I Blok D/8, Bypass, Rt 07, Rw 01 Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Padang : Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang : DRA. ARWEMI, M.PD.

Alamat Kantor Nama Istri Riwayat Pendidikan: 1. Sekolah Dasar Negeri no 14 Bukittinggi, tamat tahun 1972 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri no 2 Bukittinggi, tamat tahun 1975 3. Sekolah Menengah Atas Negeri I, Bukittinggi, tamat 1979 4. Sarjana S-1 pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung, tamat tahun 1987 5. Magister S-2 Pembangunan Wilayah pada Pascasarjana Universitas Andalas Padang, tamat 2005 6. Program Doktor S-3 Ilmu Pendidikan pada Pascasarjana Universitas Negeri Padang, sedang berjalan.

Riwayat Pelatihan: 1. Pelatihan Penelitian Tingkat Dasar, 180 jam, IAIN Imam Bonjol Padang 2. Pelatihan Penelitian Tingkat Lanjut, 150 jam, IAIN Imam Bonjol Padang 3. Pelatihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, IAIN Imam Bonjol Padang Riwayat Pekerjaan: 1. Staf Subag Akademik Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, 1990-1992 2. Dosen Ilmu Komunikasi, 1990-sekarang 3. Ketua Program Diploma Jurnalistik dan Humas 1998-2002 4. Ketua Program Studi Jurnalistik, 2005-2007; 2009-2012 5. Direktur Radio Komunitas Imam Bonjol Padang, 2000-2005 6. Sekretaris Penyunting Jurnal Profesi Dakwah “AL-HIKMAH” Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, 1995-2005. 7. Penyunting Jurnal “Imam Bonjol”, Pusat Penelitian IAIN Imam Bonjol Padang, 1999-2003 Ketua Penyunting Jurnal “Acta Diurna” Prodi Jurnalistik Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang, 2009-2012


Nur Ikhlas

D

ilema, setiap orang mungkin akan merasakan hal yang sama jika ke hendaknya berbeda dengan keinginan orang tua. Bagaimana tidak. Di satu sisi, seseorang tentu ingin menjalani pilihannnya sendiri. Di sisi lain, ia harus bisa menerima pilihan yang ditawarkan oleh orang tua. Ibarat makan buah simalakama, dimakan salah, apalagi tidak. Begitulah kiranya yang dialami Nur Ikhlas ketika ia akan memulai hidup baru di jenjang pendidikan kampus. Keinginannya untuk kuliah di Mesir harus dikikis habis demi keinginan orang tuanya, kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang. Waktu itu, usianya yang masih belasan tahun menjadi pertimbangan bagi orang tuanya. Orang tua gadis yang kerap disapa Ilas ini tak bisa pisah jauh dari Ilas. Sebab, Ilas satu-satunya anak perempuan di keluarganya. Bagaimanapun hidup harus berani memilih. Ilas memilih kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang dengan berat hati. Demi membahagiakan orang tua, ia rela melupakan keinginannya kuliah di Mesir atau setidaknya di universitas yang lebih bergengsi yang ada di Indonesia. Padahal nilai ijazahnya tinggi. Berbekal pengalaman berbahasa Arab dan Inggris di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dulu, Ilas memilih Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin. Ilas ingin mendalami ilmu hadis, dengan tujuan agar bisa memberi pencerahan kepada masyarakat di kampung tentang hadis. Tetapi, atas usulan Ketua Jurusan Tafsir Hadis untuk masuk Program Khusus Tafsir Hadis (PKTH), Ilas pun berubah haluan. Dengan memenuhi persyaratan seperti mampu berbahasa Inggris dan Arab, membaca kitab gundul dan hafiz minimal empat juz, Ilas pun pindah ke PKTH. Kegagalan untuk mengecap ilmu di negeri piramida, tidak menyurutkan tekadnya untuk bisa menginjakkan kaki di luar negeri suatu saat nanti. Seperti ke Australia, Prancis dan Belanda. “Saya ingin, walaupun hanya satu kali,” harap jebolan MAN/ ITT Koto Baru Padang Panjang ini. Ilas memiliki cita-cita lain selain menjelajah ke luar negeri. Gadis kelahiran Rengat ini mengaku ingin mengabdi di kampung halamannya, menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi yang ada di Riau. Sembari berusaha wujudkan cita-citanya, Ilas juga mengembangkan kemampuan di bidang bahasa. Atas dasar itu, Ilas bersama teman-temannya mendirikan pusat bahasa Inggris bernama Fun English Club Fakultas Usuluddin. Beberapa dosen pun ikut mendukung niat mulia ini. Salah satunya Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ushuluddin, Muslim mengatakan Ilas tidak saja bagus dari segi akademik tetapi juga menonjol dari segi keorganisasian. Memetik Jerih Berani bermimpi, kata-kata itulah yang dipegang si sulung ini Awalnya, Ilas mengaku sempat down akibat tidak diperbolehkan ke Mesir. Ilas tidak lagi mengembang-

Berani Bermimpi

kan kemampuan bahasa arabnya, juga tidak mencukupkan target hafalan al-Quran sebanyak lima juz. Untungnya, kemunduran ini disadari salah seorang dosennya di kampus. Bustari, salah satu dosen PKTH yang selalu memberi Ilas motivasi untuk melanjutkan melatih berbahasa Arabnya. Bustari tak henti-henti mendorong Ilas dengan kata-kata Apabila mahir berbahasa bisa keluar negeri. Bustari menilai Ilas sebagai anak yang baik, rajin, dan pandai bergaul. Karenanya, Bustari berharap Ilas tetap melanjutkan jenjang pendidikannya ke yang lebih tinggi. “Belajar dengan tekun, lanjut ke S 2,” pesan Bustari saat ditemui Suara Kampus. Kesibukan dan ketekunan telah mewarnai perjalanan kuliah Ilas. Dari tahun ke tahin, dari tingkat ke tingkat, ia selalu berusaha keras untuk mencapai cita-citanya. Pada akhirnya, tiga setengah tahun terlewati. Dalam waktu sesingkat itu, anak pasangan Taswin dan Mardiana berhasil menambah satu gelar di belakang namanya. Ilas lulus kuliah dengan predikat amat baik dan segudang pengalaman organisasi. Pengabdian kepada kampung halaman juga telah dicicilnya. Sedikit demi sedikit, Ilas menghilangkan beberapa kebiasaaan kebanyakan masyarakat di kampungnya, yang menurutnya kurang baik. Salah satunya menerapkan hadist dhaif yang mereka anggap shahih. Seperti yang berbunyi hadis yang berbunyi : “Jika inginkan dunia, maka kejarlah dunia. Jika menginginkan akhirat, maka kejarlah akhirat. Dan jika menginginkan kedua-duanya maka pelajarilah agama”. “Ini dianggap hadis, padahal sebenarnya syair-syair Arab saja,” gadis asala Teluk Kuantan ini. Meskipun tidak mudah mengubah kebiasaan tersebut, Ilas tetap mencoba memperbaiki paradigma orang-orang di kampungnya. Ilas mengaku melakukannya dari hal-hal kecil yang ada di sekitarnya dan lebih mendahulukan orang-orang yang lebih dekat dengannya. Terkadang, Ilas berdiskusi dengan ibu-ibu dan neneknenek yang ada di kampungnya untuk membahas hadist dhaif. “Terkadang juga mereka yang bertanya duluan,” kenang Ilas.

Prestasi Ilas memang mengagumkan. Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan Fakultas Usuluddin, Muslim sempat memuji. Ilas punya prestasi akademik yang baik dan jiwa sosial yang tinggi dengan mengikuti organisasi. Ilas telah membuktikan bahwa organisasi bukan penghalang keberhasilan nilai akademik. Organisasi juga bukan alasan untuk berleha-leha mengikuti pembelajaran di kelas. “Ilas patut dijadikan contoh bagi kawan-kawan dan adik kelasnya,” tutur Muslim kepada Suara Kampus. Ketua Jurusan Tafsir Hadits Ali Sati mengungkapk a n hara-

pannya kepada mahasiswi yang sopan dan ramah ini agar dia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan membawa nama baik PKTH dan tentunya almamaternya. Hal senada diharapkan teman Ilas di Fun English Club, Rahma Eka Saputri. Menurutnya, Ilas pribadi aktif juga mudah bergaul dengan teman-temannya. “Ilas itu aktif, mau membaur dan punya inisiatif,” ujar Rahma. Sementara, Salah seorang murid Ilas di Fun English Club yang bernama Alianur Ayna juga memuji Ilas sebagai pribadi yang tegas, cerdas dan aktif. Alianur berharap banyak pada Ilas untuk tetap melanjutkan jenjang pendidikan dengan jurusan yang sama. “Kalau dapat sampai jadi profesor,” ungkap Alianur.

Nur Ikhlas S.Th. I

Curiculum Vitae Nama Lengkap : Nur Iklhas Tempat Tgl Lahir: Rengat, 6 Mei 1993 Alamat Rumah : Ps. Inuman, Teluk Kuantan, Riau

Pendidikan formal:

Pengalaman organisasi

Jurusan Program Khusus Tafsir hadits (PKTH) Fakultas Ushuluddin (FU) 2011-2015 MAN/ITT Koto Baru, Padang Panjang 2008-2011 MTs Pondok Pesantren Syara’aturrasul, Batu Ampar 2005-2008 SD N 16 Pulau Sipan Hilir 1999-2005

Inisiator FEC (Fun English Club) FU 2014-2015 Bendahara Umum HMJ PKTH 2013-2014 Bendahara Umum HMI Komunitas Ushuluddin IAIN IB padang 2013-2014 Anggota Keputrian IMR (Ikatan Mahasiswa Riau) IAIN IB Padang 2012-2013

:


Makmur Syarif Dibebastugaskan Sebelum Masa Abdi Habis

T

Tumbang Lantaran Ulah Anak Buah

erhitung 09 Maret 2015, Kementrian Agama Re publik Indonesia resmi tunjuk Asasriwarni menjadi Pegawai Sementara (PgS) Rektor IAIN Imam Bonjol Padang melalui SK Mentri Nomor B.II/3/PDJ/ 00991/2015 yang sebelumnya Makmus Syarif rektor periode 2011-2015 dibebastugaskan oleh Menteri Agama berdasarkan SK Mentri Agama No. Nomor B.II/ 3/PDJ/00991/2015. Hal itu sontak gegerkan civitas IAIN Imam Bonjol Padang, pasalnya satu hari jelang serah terima jabatan antara Makmur Syarif dan Asasriwarni, salah satu media lokal puplis pemberitaan terkait pemecatan beberapa petinggi IAIN. “Yang dibuat media lokal terebut tidak benar, yang dibebastugaskan hanya rektor, sedangkan petinggi yang diberitakan itu salah,” tepis Afrinal Kabag Humas IAIN Imam Bonjol Padang Kamis (16/03). Dalam pemberitaan media lokal tersebut merilis beberapa petinggi IAIN dicopot dari jabatannya oleh Kementerian Agama yakni Wakil Rektor I Syafruddin, Wakil Rektor II Salmadanis serta Direktur Pasca Sarjana Awiskarni. “Unsur pimpinan tersebut selalu masuk kantor dan melakukan tugas rutin sesuai tugas dan kerja masing-masing. Jadi hal ini sangat keliru,” jelas Afrinal. Afrinal menjelaskan, pemberhentian Makmur Syarif sebagai rektor karena tersandung kasus pembukaan lokal jauh oleh IAIN Imam Bonjol Padang di Jambi dan Pasaman Barat. “Secara umum, ini murni persoalan menajemen yang keliru seperti membuka lokal jauh,” ungkap Afrinal. Lanjut Afrinal, untuk lokal jauh tersebut merupakan kasus 2013 dan telah ditindak lanjuti kasus tersebut. “Lokal jauh tersebut sudah ditutup sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,” pungkasnya. Menurut Afrinal, civitas IAIN Imam Bonjol Padang mau tidak mau harus menerima keputusan terserbut. “Kami ikhlas menerima semua kebijakan yang telah ditetapkan oleh Menteri Agama, kita tidak bisa apa-apa jika keputusan sudah punya badan hukum,” keluhnya. Afrinal menyangkal jika pengadaan tanah kampus III Sungai Bangek masuk dalam kasus dari pemberhentian Makmur Syarif sebagai rektor. “Tuduhan karena pengadaan tanah kampus III itu tidak benar,” tepis Afrinal. Lanjut Afrinal, sebagai Top Leader, Makmur Sayrif harus menerima akibat dari ulah bawahannya yang tidak terawasi dengan baik. “Akibat kekeliruan dan kekhilafan anak buahnya sebagai Top Leader, Makmur Syarif harus menerima risikonya,” katanya. Dikesempatan yang sama, Dasrizal Kepala BIRO AUAK IAIN Imam Bonjol Padang kepada Suarakampus menjelaskan, untuk pembebastugasan Makmur Syarif sebagai Rektor IAIN Imam Bonjol Padang tidak ada unsur

pidana dan korupsi, menurutnya, pemberhentian tersebut murni karena menajemen yang lemah. “Ini tidak ada unsur pidana apalagi korupsi,” ungkap Dasrizal. Dasrizal menilai, kurangnya pengawasan yang menyeluruh kepada bawahan membuat IAIN Imam Bonjol Padang tidak termenajemen dengan baik. Dasrizal menyatakan, kekeliruan administrasi di tahun 2011/2012 ini baru sekarang ditindaklanjuti oleh Kementerian Agama setelah melewati beberapa klarifikasi. Menurut Dasrizal, ini hal yang sudah biasa, karena Menteri Agama, melalui Dirjen Pendis tentu sudah menimbang buruk baiknya dan kita mesti menerima dan ini hal yang lumrah dalam dunia administrasi negara. “Ini hal biasa dalam dunia administrasi,” kata Dasrizal. Ini Resiko Siang itu, satu persatu petinggi dan civitas IAIN Imam Bonjol Padang, mulai bertereng menuju Aula Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol Padang di Jalan Sudirman, saksi penyerahan jabatan tersebut mulai dipadati oleh beberapa kelompok dengan pembahasan tersendiri. 19 Maret 2015 Asasriwarni menandatangani SK sebagai Pegawai Sementara (PgS) Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, melanjutkan kepemim-pinan Makmur Syarif. Hari itu juga kesempatan terakhir bagi Makmur Syarif menyampaikan pidato rektor. “Ini Risiko, sebagai pemimpin kita harus siap dengan segala risiko,” tegas Guru Besar Fakultas Syariah ini. Makmur Syarif menyampaikan, segala keputusan yang telah ditetapkan dengan berlandasan hukum diterimanya, untuk semua kekeliruan yang telah ia

lakukan. “Dalam perjalanan kepemimpinan yang diemban ada beberapa kekeliruan yang membuat saya harus mendapatkan hukuman. Itu saya terima,” ungkap mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang. Menurut Makmur Syarif, kekeliruan yang dibuat oleh rekan ataupun bawahanya selama menjabat merupakan kekeliruan saya juga sebagai rektor. “Kekeliruan tim kerjanya adalah kekeliruan saya juga sebagai pemimpin,” jelasnya. Makmur menyatakan, yang diberhentikan itu hanya ia sedangkan petinggi yang diberitakan di salah satu media lokal itu tidak benar, “Saya sendiri. Tidak ada yang lain, ini risiko pemimpin,” kata Makmur. Makmur mengaku pasrah dengan keputusan tersebut, menurutnya semua sudah ada yang mengatur. “Ini skenario Allah, sudah ada yang ngatur, buat apa kita sesali, itulah takdir,” jelas Makmur. Makmur menguatkan, selama ia menjabat sebagai rektor banyak pembaharuan dan kemajuan yang dialami olehnya. “Yang penting, pada masa kepemimpinan saya, juga banyak yang diraih oleh IAIN Imam Bonjol Padang,” tegasnya. Dijelaskan Makmur, kekeliruan yang menyandung kasusnya hingga diberhentikan bukanlah kesalahan besar, namun peraturan yang selalu berkembang. “Bukan hanya kita, kebijakan seperti ini juga diterima oleh IAIN dan UIN lainnya,” papar Makmur. Dalam kesempatan tersebut Makmur meminta maaf atas pemberitaan media lokal yang menyebutkan beberapa petinggi yang dicopot jabatannya. “Saya minta maaf, gara-gara saya semua kena getahnya,” paparnya.

Terkait pemberhentian, Makmur membenarkan beberapa kasus yang menyandungnya, seperti, lanjut Makmur, pengadaan lokal jauh di Jambi dan Pasaman Barat. “Lokal jauh itu memang ada dulu, tapi sejak diberlakukan aturan baru, maka itu sudah kita tiadakan,” jelasnya. Selain itu, Makmur juga mengakui lemahnya menajemen ia sebagai rektor dalam mengawas karyawannnya. “Saya sudah jelaskan semuanya kepada mentri, namun ini keputusan, saya harus terima,” ungkap Makmur. Satu Tim Tanpa pertimbangan yang banyak 16 Maret 2015, IAIN Imam Bonjol Padang ajukan surat ke Kemenag untuk menunjuk Asasriwarni yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang menjadi Pgs rektor, tidak butuh waktu lama dua hari bersilam Rabu 18 Maret, petinggi rektorat menjemput SK tersebut ke Jakarta, hasilnya Kamis serah terima jabatan diselenggarakan. A s a s r i w a r n i dalam sambutannya usai serah terima jabatan menyatakan akan melanjutakan kepemimpinan ini. Dalam kesempatan itu juga Asasriwarni mengatakan beberapa agenda besar di ujung kepemimpinan rektor di periode ini. “Mohon bantuannya, kita akan melanjutkan apa yang sudah dicapai oleh rektor sebelumnya,” terang Asas. Karena dari awal sudah menjadi salah satu pimpinan, Asas tidak terlalu ambil pusing dalam menjalankan tugas sebagai PgS Rektor. “Sebelumnya saya juga sudah menjadi pimpinan, jadi tidak ada masalah,” paparnya Terkait pemberhentian Makmur Syarif murni, Asas menilai kesalahan dari menajemen,

sebagai pemimpin tentu Makmur Syarif harus bertanggung jawab terhadap bawahannya. “Pemberhentian ini tidak ada sangkutpautnya dengan pidana apalagi korupsi, ini hanya error menajemen pimpinan yang tidak bisa mengawasi bawahannya dengan baik,” ujar Asas saat ditemui di kediamannya. Lanjut Asas, ini sudah keputusan dari pusat, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan hal yang biasa, tidak hanya IAIN Imam Bonjol Padang, beberapa Perguruan Tinggi Negeri Agama Islam lainnya juga mendapat hal yang sama. “Bukan hanya kita, IAIN dan UIN lain juga mendapatkan hal ini juga,” terangnya. Asasriwarni menjelaskan, terpilihnya ia sebagai PgS berdasarkan keputusan dari pusat, menurut Asasriwarni sempat mencuat dua nama yang akan dijadikan sebagai PgS. “Saya tidak tahu kenapa saya yang ditunjuk, saya tahu hari selasa (17/03-red), waktu itu saya dikasih copy-an SK mentri yang menetapkan saya menjadi PgS,” ujarnya. Asas mengakui, ia sudah bertekad untuk tidak mau ditunjuk sebagai PgS, menurutnya, ia harus menyelesaikan tugasnya sebagai Wakil Rektor III terlebih dahulu. “Saya dari awal bertekad itu tidak mau, sejak mulai ada kabar-kabar burung, karena saya masih ingin menyelesaikan tugas sebagai Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan,” ungkap Asas. Lanjut Asas, ia masih berharap jika keputusan ini memang hal yang terbaik dari Allah SWT. “Ini karena IAIN, dan saya berdoa jika ini memang yang terbaik dari Allah,” ulasnya.


Argumen Syafriadi

Oleh: Rahmah Eka Saputri

Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

M

enjadi seorang sarjana tidaklah gampang. Banyak faktor yang harus selalu digenggam erat. Untuk mencapai gelar sarjana kita harus menjaga kegigihan, ketekunan, dan diiringi dengan tawakal kepada Allah SWT. Ketiga hal tersebut harus ada disaku mahasiswa terlebih dahulu. Di ranah perkuliahan tidak hanya dituntut menjadi insan akademis. Tetapi kita juga harus terlibat di ranah organisasi. Pengalaman di organisasi merupakan faktor penunjang saat nanti terjun di lapangan. Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama kuliah di kampus ini. Tidak hanya di bangku kuliah, tetapi juga di beberapa organisasi internal dan eksternal yang saya geluti. Kita harus bisa mengatur waktu. Kebanyakan dari mahasiswa lebih mengutamakan perkuliahan dan mengabaikan organisasi. Kebanyakan penyebabnya ialah kesulitan mahasiswa untuk membagi waktu. Kita sama-sama diberikan waktu 24 jam. Maka, kunci sukses itu ialah pandai mengelola waktu. Jangan sediakan waktu khusus untuk belajar, tapi sediakan semua waktu untuk belajar. Itu satu hal yang sangat disayangkan kepada teman-teman mahasiswa. Minat mahasiswa masuk organisasi masih kurang. Apabila kita bicara masalah kampus, kita masih jauh tertinggal dari kampus-kampus lain. Terutama masalah infrastruktur. Fasilitas yang kurang memadai dalam proses belajar berlangsung, ini sangat perlu dilirik oleh pihak kampus yang bersangkutan. Tidak hanya itu saja ke profesionalan seorang dosen juga harus dievaluasi.

Rian Aditya

Jurusan Pendidikan Agama Islam

K

ampus IAIN merupakan sebuah lembaga institut terbaik yang ada di Sumatera Barat dalam konteks pendidikan ag amanya, berbeda dengan pendidikan umum. Selama kuliah di IAIN, saya merasa tidak banyak perubahan yang terjadi, hanya saja di bidang administrasi yang sekarang sudah beralih ke online. Hanya saja dari orang-orang yang menjalankannya sepertinya belum siap. Dari segi infrastruktur dan fasilitas lainya tidak banyak perubahan. Dinilai dari segi pendidikan, IAIN khususnya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan sudah semakin berkembang dari segi ilmu kependidikannya. Berbicara tentang sarjana, IAIN setiap semesternya melahirkan sarjana yang kompetitif, Untuk meraih gelar sarjana sangatlah sulit dan sudah sepatutnya sarjana itu dihargai karena tidak mudah untuk meraih gelar sarjana, dan sarjana yang lahir dari IAIN bangga membawa almamaternya saat berada di lingkungan umum. Saya berharap IAIN ke depannya menjadi kampus yang religius. Jika pun nanti telah menjadi UIN. Rahmat Hidayat Jurusan Program Khusus Tafsir Hadis

K

Sarjana Muslim Pengusung Nilai Profetik

ampus yang dikenal dengan kampus islami, saat ini sudah mulai memudar. Seakan kampus islami ini berangsur hilang. Seharusnya nilai-nilai islami dihidupkan kembali di kampus ini. Jika bicara masalah pelayanan, terutama pelayanan di akademik mahasiswa, yang perlu diperbaiki adalah pelayanannya dan juga tutur bahasa. Di samping itu, banyak ilmu dan pengalaman baru banyak didapatkan di kampus ini. Terutama dari segi keilmuannya. Dosen-dosen yang mengajar juga luar biasa. Ilmu-ilmu yang didapat semenjak kuliah lebih luas dari pesantren yang pernah dilalui sebelumnya. Untuk mencapai gelar sarjana butuh perjuangan. Tidak boleh ada kata malas dalam belajar. Waktu kosong harus diisi dengan kegiatan yang bermanfaat. Bukan sekadar lulus saja, tetapi juga ilmu yang kita dapatkan bermanfaat dan bisa dipertanggung jawabkan nantinya. Harapan saya semoga lulusan IAIN Imam Bonjol Padang melahirkan lulusan yang berkualitas. Agar kampus ini lebih maju lagi, dengan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana.

“Lambat tertinggal, malas tertindas, berhenti mati”. Demikian sebuah adagium menarik yang saya temukan di depan gerbang sebuah Pondok Pesantren di arah jalan ke Padang Panjang. Sebuah adagium yang menyiratkan peliknya dinamika kehidupan yang menuntut pemain-pemain tangguh yang mampu bersaing dan membaca peluang. Adagium ini juga mewartakan tentang pesan perjuangan, limit waktu, dan ketangkasan untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan dalam banyak arti, sebutlah salah satunya menjadi sarjana. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses menjadi sarjana adalah sebuah proses yang cukup berliku. Di dalamnya termasuk proses menaklukkan diri sendiri, menaklukkan lingkungan, berjuang agar tak tertinggal, mati-matian agar tak tertindas dan pasti berpeluh-peluh agar tak mati. Namun sarjana belumlah akhir, baru awal untuk membaurkan diri ke dalam dinamika yang lebih riil, di mana seseorang akan dituntut lebih responsif serta partisipatif dalam menyikapi kehidupan. Mengintip sebuah fragmen sejarah menarik tentang bagaimana Bung Hatta menghabiskan masa kuliahnya, setelah sebelas tahun menimba ilmu di Belanda pada tahun 1920-an. Sebelas tahun adalah proses yang sangat panjang untuk menanam modal intelektual, namun tentu tak hanya intelektual saja. Hatta telah mengisi waktu sebelas tahun itu untuk banyak hal yang berarti bagi dirinya dan tentu saja bangsa Indonesia. Hatta, seorang mahasiswa pendiam dengan tingkat keseriusan belajar yang akut, adalah orang yang sedikit menghabiskan waktu untuk kegiatan hiburan yang biasa dilakukan oleh mahasiswa, seperti pergi berdansa dan menonton film di zamannya. Memiliki hobi mengoleksi buku dalam jumlah yang banyak. Koleksi buku Hatta ketika ia kembali ke tanah air pada tahun 1932 setelah menyelesaikan pendidikan tidak kurang dari 16 peti besi berisi buku-buku. Setiap peti berisi ½ meter kubik. Untuk membantu memasukkan buku-buku itu ke dalam peti, ia dibantu beberapa rekan junior dan membutuhkan waktu selama tiga hari untuk mengerjakannya. Buku dalam jumlah yang banyak dan tentu saja ia seorang kutu buku akut. Belum lagi bahwa ternyata Hatta menguasai 4 bahasa asing sekaligus, Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman. Tak hanya itu, ia juga produktif menulis, tepatnya semenjak usia 16 tahun. Selama di Belanda, Hatta meningkatkan produktivitas menulisnya. Hatta bukan hanya seorang kutu buku yang hanya peduli pada pemenuhan intelektualnya saja. Ia juga seorang organisatoris semasa kuliah. Ia memulainya jauh hari sebelum kuliah, semenjak sekolah di MULO Padang ia menjadi sekretaris dan bendahara JBS Cabang Padang. Di Belanda ia ikut berperan dalam pengembangan organisasi

Perhimpunan Indonesia, sempat beberapa kali menjadi bendahara organisasi setelah kemudian diangkat menjadi ketua PI periode 1926-1931. Dengan semua bekal intelektual yang ia miliki, Hatta kemudian mengabdikan dirinya untuk membawa bangsanya menjadi bangsa yang duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa lain. Di kemudian hari ia dikenal sebagai founding father bangsa ini. Bagi saya apa yang dilakukan Hatta adalah seutuhnya tentang pengoptimalan kapasitas diri, untuk tidak tertinggal, tertindas dan mati, dan tentu saja untuk sebuah misi besar kehidupan, mencerdaskan diri dan menularkan kecerdasan kepada bangsa agar merdeka. Sebuah potret tentang bagaimana seharusnya para sarjana memaknai kesarjannannya. Bukan tentang sarjananya, namun tentang proses meraih kesarjaan itu sendiri. Proses pengoptimalan kapsitas diri, bukan pengekangan diri ke dalam “guci” yang dibuat sendiri. Tentu saja fragmen singkat tentang Hatta ini dapat dijadikan sebagai refleksi, sudah sejauh mana pengoptimalan diri itu dilakukan oleh sarjana hari ini setelah beberapa tahun menjalankan peran sebagai mahasiswa. Sebutlah, berapa banyak buku yang sudah dibaca, atau di koleksi, sebagai investasi intelektual, atau sudah berapa banyak artikel atau tulisan-tulisan mencerdaskan yang lahir selama proses transformasi intelektual itu berlangsung di lingkungan akademik ini, atau ada berapa organisasi kampus, sosial, atau kepemudaan yang tak mengabaikan peran penting dan pengaruh kita di dalamnya, atau sudah berapa macam bahasa asing yang dikuasai guna memperluas cakrawala keilmuan. Inilah beberapa pertanyaan turunan yang dapat diambil dari perjalanan Hatta, katakanlah Hatta dalam tulisan ini sebagai barometernya, setidaknya bagi saya sendiri. Beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan ukuran tentang seberapa sungguhkah mereka yang disarjana hari ini mengoptimalkan kapasitas dirinya selama proses meraih gelar kesarjanaan itu berlangsung. Seberapa sungguh pulakah para sarjana mempersiapkan diri untuk berperan aktif di dalam kehidupan sosial berbangsa dan bernegara. Membutuhkan kesadaran yang tinggi untuk mengoptimalkan potensi dir, dan kesadaran penuh pula tentang ke arah mana potensi itu akan diberdayakan, sehingga pengoptimalan yang dilakukan dapat terarah, fokus, dan terberdayakan dengan tepat dalam

membuat perubahan. Sebagai para sarjana yang ditetaskan oleh perguruan tinggi Islam, maka tentu gelar kesarjaan itu akan diabdikan untuk marwah agama dan korelasi hubungan keberagamaan itu dengan kehidupana lain di luar agama. Maka jika boleh untuk lebih dikerucutkan lagi, dengan meminjam istilah profetik yang diperkenalkan Kuntowijoyo dalam ranah keilmuan sosial, maka seorang sarjana dari perguruan tinggi Islam seyogyanya menjadi sarjana yang mengusung nilai-nilai profetik di dalam dirinya. Nilainilai profetik yang tidak hanya mengajak untuk mengubah demi prubahan, namun mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu. Nilai-nilai profetik itu dapat dirumuskan ke dalam tiga pilar utama yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Pilar humanisasi, berarti seorang sarjana perguruan tinggi Islam mengoptimalkan dayanya untuk memanusiakan kemanusiaannya. Humanisasi dalam konteks ini merupakan bahasa kreatif dari amar makruf, sehingga makna humanisasi dalam hal ini dapat dijiwai sebagai upaya mengoptimalkan nilai-nilai baik yang dimiliki, menanam benih kebaikan dengan berani karena benar. Pilar liberasi, adalah bahasa lain yang digunakan untuk merujuk kepada nahi mungkar, mencegah dari yang mungkar. Dalam konteks ini maka liberasi yang seyogyanya dimiliki oleh seorang sarjana adalah sebuah kekuatan untuk membebaskan diri dan lingkungan dari kekakangan, ketertindasan, kekejaman, kemiskinan, dominasi struktur. Nilai liberasi yang dibawa oleh sarjana juga seyogyanya menjadikan ia sebagai seorang sarjana yang mampu melepaskan diri dan masyarakat dari keterkungkungan dan keterbelakangan. Nilai liberasi dan humanisasi dalam konteks ini bukanlah dibingkai oleh suatu yang hampa, melainkan dibingkai oleh nilai transendensi yang menjadi alasan utama. Transendensi merupakan terjemahan dari tu’minuna billah, yang berarti beriman kepada Allah. Gagasan transendensi inilah yang menjiwai seluruh proses humanisasi dan liberasi. Tujuan akhir dari liberasi dan humanisasi adalah Tuhan, penghambaan menuju Tuhan. Sebagaimana pula tujuan seorang sarjana muslim yaitu berpartisipasi aktif di lingkungan dengan mengusung nilai humanisasi dan liberasi yang dibingkai oleh transendensi yakni penghambaan menuju Tuhan, agar apa yang didapat selama proses perkuliahan berlangsung, dapat terejawantah dengan baik dan tepat di tengah kehidupan. jika seorang sarjana selama proses menanam benih intelektual di kampus, menghadirkan seluruh kesadarannya tentang apa yang sedang ia lakukan dan memahami maksud setiap tindakannya, visi misi yang jelas. *Mahasiswa Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin


Yuk, Cobain

Nasi Goreng Gempa Bumi

K

Hidangan Nasi Goreng Gempa Bumi, Nasi Goreng Galau , Kawah Durian dan Kawah Madu menjadi sajian yang menggugah selera

etika kata gempa bumi disebut, anda tentu terkejut dan dalam pikiran anda akan terbayang bagaima na kuatnya goncangan gempa. Kekuatannya yang membuat anda berlarian dan mencari tempat paling aman. Lalu, bagainama jika gempa bumi justru sejenis nasi goreng? Yup, kejadiannya tentu akan berbeda. Namanya Nasi Goreng Gempa Bumi. Nama yang unik,

mbahkan potongan sosis, daging, tomat, salada, mentimun dan kerupuk. Setelah semua selesai, Nasi Goreng Gempa Bumi pun siap disantap. Rasanya benar-benar dahsyat, membuat lidah tak mau diam. Selain Nasi Goreng Gempa Bumi, D’Orange Caffe juga menyediakan Nasi Goreng Galau. Nasi Goreng Galau terdiri dari beberapa level, mulai dari level satu sampai level lima. Semakin levelnya bertambah maka sensasi pedasnya semakin bertambah juga. Namun, yang menjadi favorit kebanyakan pembeli memesan Nasi Goreng Galau dengan level 3 ditambah dengan Kawa Durian. Cabai rawit yang dipotong kecil-kecil menjadi tingkatan level sesuai pesanan yang diminta oleh pembeli. Pada level satu, maka satu sendok pula cabai rawit yang sudah potong kecil-kecil itu dan untuk level dua maka dua sendok pula cabainya begitupun selanjutnya sampai level ke

tongan kayu manis menambah keeksotisan rasa Kawa Durian. Selanjutnya juga ada Kopi Kawa Daun, minuman yang melegenda sampai saat sekarang ini masih menjadi primadona sebagai minuman herbal. Uniknya, untuk menikmati Kopi Kawa Daun dan Kawa Durian ini kita tidak menggunakan gelas atau cangkir seperti biasanya, tapi

Kawa Durian Nasi Goreng Gempa Bumi

bukan. Nasi goreng yang disediakan di D’Orange Caffe, Jl. Rasuna Said No 42, Padang ini memang unik namanya. Ketika ditanya tentang nama nasi goreng ini, Feri pemilik D’Orange Caffe mengatakan, pemilihan nama Nasi Goreng Gempa Bumi terinspirasi dari peristiwa gempa yang pernah melanda Sumatera Barat beberapa tahun yang lalu. “Karena dulu pernah terjadi gempa di Sumbar, saya iseng saja menamakan nasi goreng ini dengan nama Nasi Goreng Gempa Bumi,” tutur Feri saat di kaffenya. Meskipun pemilihan nama Nasi Goreng Gempa Bumi hanya sekadar iseng, tetapi nasi goreng ini punya rasa dan penyajian yang khas. Nasi yang telah dimasak dengan bumbu alami dan khas D’Orange Caffe, kemudian dita-

Nasi Goreng Galau

lima. Selain Nasi Goreng Gempa Bumi dan Nasi Goreng Galau di D'orange Caffe juga menyediakan minuman khas Minangkabau yaitu Kawah Durian. Minuman unik yang memiliki cita rasa keaslian durian. Gula merah dan po-

menggunakan wadah dari tempurung kelapa yang diberi tatakan bam-bu."Keunikan ini yang harus sama-sama kita jaga selaku masyarakat Minang", jelas pria yang selalu ramah menyapa pembeli ini. Selain hangat ketika diminum, Kopi Kawa Daun juga memiliki segudang khasiat yang bisa kita dapatkan, seperti mengobati mag, ginjal, diabe tes dan pegal-pegal akibat beraktivitas seharian. Salah seorang pengunjung yang Deby mengaku sering berkunjung. “ karena tempatnya asik dan pelayanannya ramah” tuturnya. Dia menambahkan, sambil menikmati Nasi Goreng Gempa Bumi dan Kawah Durian bersama teman-temannya. “Saya sering ke sini bersama teman-teman. Kadang kami sambil ngobrol masalah bisnis,” ujar mahasiswa Universitas Ekasakti itu.




Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH, Ditunjuk Kementerian Agama Sebagai Pegawai Sementara Rektor

D

ua hari berselang usai pelanti kan Asasriwarni sebagai Pe gawai Sementara (PgS) Rektor IAIN Imam Bonjol Padang melanjutkan kepemimpinan Makmur Syarif yang diberhentikan oleh Menteri Agama berdasarkan SK Menteri Agama RI, Nomor B.II/3/PDJ/00991/2015, awak Suara Kampus dijamu oleh Asasriwarni di kediamannya komplek perumahan Mutiara Putih Lubuk Buaya No. 16, Sabtu (21/03). Dalam kunjungan tersebut PgS Rektor IAIN Imam Bonjol mengutarakan ketidakbersediannya untuk ditetapkan menjadi PgS Rektor sebelum akhirnya mensetujui, berikut wawancara khusus Suara Kampus bersama Asasriwarni.

Sami` na Wa Ata`na -Kapan bapak tau, direkomendasikan menjadi PgS rektor ? Saya tidak tahu kapan jika saya nama yang direkomendasikan ke pusat untuk di SK-kan menjadi Pgs Rektor menggantikan pak Makmur, sempat terdengar kabar burung beberapa hari kementerian mengirimkan SK tersebut ke kita, -Bagaimana tanggapan bapak dengan kabar burung tersebut yang ternyata benar, bapak yang di SK-kan menjadi PgS Rektor ? Memang kabar burung tersebut ternyata benar, awalnya selain itu saya juga sudah feeling jika yang akan ditunjuk menjadi PgS Rektor, karena dalam statutanya, jika yang mengamabil jabatan tersebut adalah wakil rektor, namun karena wakil rektor lain terkendala administrasi, maka saya semakin yakin jika akam ditunjuk sebagai PgS Rektor. -Bearti bapak sudah siap dari awal ditunjuk sebagai PgS Rektor ? Tidak, saya malahan tidak mau, dari awal. meski sudah ada feeling dan kabar burung tersebut, saya tidak mau . -Kenapa bapak sudah menyatakan tidak bersedia ? -Untuk pernyataan langsung saya tidak ada menyampaikan ketidaksediaan saya, tapi saya dengan diri saya dan saat saya tanya ke keluarga pun juga menyarankan saya untuk tidak mau jika ditunjuk menjadi PgS Rektor. -Apa pertimbangan bapak keluarga bapak tentang itu ? -Yang pertama melihat kapasitas saya, umur dan keadaan lain. Ditambah saya masih ingin menyelesaikan tugas utama saya terlebih dahulu sebagai Wakil Rektor III. -Kapan bapak tau jika bapak yang ditunjuk sebagai PgS ? Saya taunya itu hari Selasa (17/03red), hari Senin namanya dikirim ke pusat itu nama saya dan saya masih belum tau jika nama saya yang dikirim, dan hari Selasa nama yang di SK-kan oleh Menteri itu sudah di tangan pak Biro dan hari itu kita dikirimi copy-annya oleh Biro dan saat saya lihat itu nama saya. -Apa tanggapan bapak saat melihat SK tersebut nama bapak ? Saya tidak tau, ini sudah keputusan dan amanat dari mentri, malam nya itu saya Salat Istiqarah, meminta petunjuk dari Allah

dari jika ini yang terbaik maka ini akan saya lakukan, dan ternyata hari itu Allah memutuskan saya menjadi PgS, jadi ini yang terbaik bagi saya ataupun IAIN. Siapa yang merekomendasikan bapak menjadi PgS ? Setau saya yang mengusulkan itu Dirjen Perguruan Tinggi, dan saat dipusat itu ada dua nama yang dicanangkan menjadi PgS, satu dari kita dan satu lagi di pusat, namun yang dipilih saya. -Sampai melakukan Salat Istiqarah Pak, kenapa ? Ia, beberapa malam saya melakukan Salat Istiqarah, saya ingin apapun keputusan nanti adalah yang terbaik untuk saya dan untuk IAIN -Apa yang akhirnya membuat bapak mau menerima ditunjuk sebagai PgS Rektor ? Saya pikir ini memang yang terbaik yang diberikan oleh Allah, saya langsung membaca Basamallah, untuk menyiapkan diri saya menerima keputusan tersebut. Wasimia’na Wa Ata’na, ini amanah ini kepercayaan ya harus kita lakukan. Apa yang berubah dari bapak sejak diangkat menjadi PgS Rektor ? Tidak ada, palingan hanya raungan saya sudah pindah ke ruangan rektor, dan pulang sekarang sudah dengan mobil untuk rektor, hari Jumat kemarin, usai pelantikan saya langsung diminta oleh bagaian umum untuk pindah ke ruangan yang dipakai oleh bapak Makmur sebelumnya, dan pulang sekarang dengan Fortuner . Terkait bapak juga masih menjabat sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, bagaimana cara bapak menjalani tugas yang berdampingi ini ? Iya, benar, meski saya sudah diSk-kan oleh kementerian untuk menjadi PgS Rektor, untuk tugas saya yang satu lagi sebagai Wakil Rektor Kemahasiswa masih, tentu harus pandai-pandai dalam menempatkan posisi, untuk PgS ya, semua tugas rektor saya kerjakan dan begitu juga sebagai Wakil Rektor. Sampai Kapan bapak di SK-kan sebagai PgS Rektor ? Untuk masa jabatan itu terhitunfg dari 19 Maret kemarin, waktunya sampai pelantikan Rektor Definitif, agenda saya Juli itu sudah ada rektor baru, dan April ini kita akan lakukan pemilihan rektor. Setelah senat dan guru besar memutuskan siapa rektor yang terpilih lalu dikirim ke pusat, di pusat itu diproses selama dua bulan, jadi perkiraan Juli itu SK saya sebagai PgS habis dan rektor bar suddah ada. Apa persiapan bapak dalam menjalankan amanah sebagai PgS Rektor ? Tidak ada, kita kan melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, dan saya juga termasuk pada kepemimpinan itu, jadi kita tinggal melanjutkan saja. Apa komentar bapak tentang pemberhentian pak Makmur Syarif ? Itu memang risiko pemimpin, seperti kata pak Makmur, dan itu memang error menagemen, dimana pak Makmur tidak bisa mengawasi bawahannya, hinngga terjadi beberapa kekeliruan yang membuat beliau diberhentikan. Kasus ini tidak ada pidana ataupun korupsi hanya kasus di pascasarjana dan disini. Apa prospek bapak dalam jangka pendek atau panjang selama bapak menjabat PgS ? Tentu hal-hal yang kita kejar-keja yaitu UIN, kita akan usahakn dalam tiga bulan PgS ini bisa mendaapatkan UIN, disamping itu pembanugnan perpustakaan yang tahun ini pembangunan kembali. Kita juga akan menerima mahasiswa baru.


K

Ketika Jejaring Sosial Menjaring Doa

ehidupan memang selalu berubah. Dari waktu ke waktu kita sebagai manusia terus disuguhi dengan adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya, alat komunikasi semisal handphone. Handphone menjadi sesuatu yang vital bagi perkembangan dunia modern. Handphone yang awalnya hanya berfungsi sebagai alat komunikasi untuk SMS dan menelepon, sekarang telah dilengkapi dengan fitur internet. Salah satu sarana di internet yang cukup ramai peminat ialah situs jejaring sosial. Jejaring sosial yang paling banyak digunakan yaitu facebook dan twitter. Melalui jejaring sosial, pengguna internet bisa berinteraksi dengan orang dari berbagai belahan dunia. Jejaring sosial online saat ini diposisikan sebagai ruang publik baru. Disebabkan jejaring sosial dianggap mampu memuaskan hasrat setiap manusia untuk menyalurkan dan mengimplementasikan ide dan egonya melalui media maya yang sederhana tapi berkualitas. Pengguna jejaring sosial saat ini juga beragam dan memiliki kepentingan yang berbeda pula. Bahkan setiap orang ada yang gemar menggunakan jejaring sosial untuk berbagai gaya hidup memiliki beberapa akun diberbagai situs jejaring sosial. Hakikat Doa Dosen Tasawuf IAIN Imam Bonjol Padang, Ahmad Tibry ketika ditemui Suara Kampus, Senin (16/03) mengatakan doa ialah otak ibadah. Secara harfiah, doa berarti memohon. Doa pun identik dengan kata lain, yaitu dakwah. Sehingga doa bisa juga berarti mengajak atau mengundang agar datang. Doa adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Tuhan. Akan tetapi bukan berarti hanya orang-orang yang sedang ditimpa musibah saja yang layak memanjatkan doa. Dalam keadaan segar-bugar dan tidak kekurangan suatu apapun, sebagai manusia, kiranya kita layak berdoa. “Setidaknya agar hubungan kita dengan Allah tidak terputus,” tuturnya. Sementara doa yang berarti mengundang hadir atau mengajak dilakukan dengan cara menghadirkan artiarti sifat Allah SWT, yang berjumlah 99 di setiap perilaku kita sehari-hari. “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 180) Manusia berusaha, Tuhan yang menentukan, demikian ungkapan yang seringkali kita dengar tentang makna dari tawakal. Di balik sikap tawakal, manusia wajib berdoa dan berusaha saat memiliki tujuan atau rencana yang tengah ditargetkan. Dengan berdoa dan berusaha, setiap manusia akan melewati tantangan, rintangan yang pada akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan. Doa yang dilakukan dengan baik dan benar maka pemohonnya akan memiliki kekuatan serta daya ubah yang sangat luar biasa. Doa di Jejaring Sosial Seiring berjalannya waktu, jejaring sosial telah merubah perilaku penggunanya, dari apa yang biasan-

ya dilakukan di dunia nyata. Perubahan ter-sebut bisa dilihat dari status yang ditulis pengguna internet melalui akun jejaring sosial. Dari semua status yang di-tulis, menariknya adalah status berdoa. Berdoa melalui jejaring sosial saat ini sedang gencargencarnya dilakukan banyak pengguna internet. Sebagaimana hidup yang tidak pernah lepas dari doa, pengguna yang berdoa di jejaring sosial pun berasal dari berbagai kalangan. Dosen maupun mahasiwa sudah mulai berdoa melalui status facebook, twitter dan jejaring sosial lainnya. Berbagai komentar tentang berdoa di jejaring sosial pun muncul ke permukaan. Tidak hanya memandang baik, banyak juga yang menilai berdoa di sosial media hanya untuk menarik perhatian orang lain. Salah seorang dosen Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol Padang, Asril menganggap berdoa di jejaring sosial hanya untuk mencari sensasi. Berdoa di jejaring sosial terkesan ria, sebab sedikitnya terbesit dalam hati mengharapkan komentar orang banyak. “Sebaiknya ber-

doa itu dalam suasana yang khusyuk dan penuh keikhlasan. “Berdoa di jejaring sosial hanya untuk menarik perhatian orang lain,” jelasnya. Hal senada diungkapkan Popi Novera Putri. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan tersebut menganggap salah berdoa di jejaring sosial. Menurutnya berdoa seharusnya langsung diucapkan, tanpa harus ditulis di jejaring sosial. Sebab, berdoa termasuk berhubungan dengan Tuhan. “Maka berdoalah dengan sebaik mungkin, melalui tata cara dan etika yang baik dalam berdoa,” ujar mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam ini, Senin (09/03) . Berbeda dengan Asril dan Popi, dosen Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol Padang, Firdaus menganggapi, bagus berdoa di jejaring sosial. Sebab, berdoa di jejaring sosial akan mengundang orang lain untuk ikut menga-mini doa tersebut. Tetapi dia sendiri mengaku jarang berdoa di jejaring sosial. Namun, lebih sering mengaminkan doa orang lain. “Selama dalam konteks positif, saya setuju berdoa di jejaring sosial,” tuturnya. Sementara Sekretaris

Umum Jurusan Manajemen Dakwah, Muhammad Fauzi yang mengaku pernah mengupdate status berdoa melalui jejaring sosial memaparkan, berdoa di jejaring sosial bisa mendatangkan kepuasan tersendiri bagi penggunanya. Apalagi jika banyak yang mengomentari status berisi doa tersebut. “Saya berdoa di sosial media bukan untuk ria. Saya hanya ingin banyak yang mengaminkan doa saya dan itu pun doa saya untuk masyarakat tertentu,” ujarnya. Tanggapan yang sama diungkapkan Fitri Wahyuni, Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (HMJ SKI). Dia mengaku lebih lega setelah mencurahkan doa dan harapan di jejaring sosial. Menurutnya, mendoakan kebaikan di jejaring sosial dapat menjadi alat untuk mengajak orang lain melakukan hal yang sama. “Semakin banyak yang berdoa untuk kebaikan, akan semakin bagus, bukan,” ujarnya. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Padang, Duski Samad mengatakan berdoa di jejaring sosial boleh dilakukan jika dengan niat yang baik. Sebab berdoa boleh di-

lakukan di mana saja dan kapana saja. “Tidak ada larangan berdoa di sosial media,” ujarnya kepada Suara Kampus, Senin (16/03). Hal senada diungkapakan Ahmad Tibry menganggap wajar berdoa di jejaring sosial. Sehingga tidak perlu dipermasalahkan. “Justru mereka yang tidak berdoa semestinya yang dipermasalahkan,” pungkas dosen yang mendalami ilmu keesaan Allah ini. Sebagai hamba Allah semestinya selalu meminta dan memohon agar keterkaitan dengan Allah tidak terputus. Sehingga, dalam pandangan kebaikan, tidak ada sisi buruk berdoa di jejaring sosial. “Semuanya tergantung bagaimana orang-orang menyikapi dan cara kita memanfaatkan media,” paparnya. Bagi Ahmad Tibry, berdoa di jejaring sosial bisa dijadikan ladang berdakwah. Seperti mengajarkan bacaan doa yang benar kepada orang lain. Ketika doa ditulis di jejaring sosial, banyak orang yang bisa membaca dan belajar darinya. Sehingga, cara ini pun terbilang efektif. “Karena bila dibandingkan, orang sekarang lebih senang membuka jejaring sosial daripada al-Quran,” ujarnya. Dosen yang juga mengajar Ilmu Tauhid ini menegaskan, orang yang membuat status berdoa di jejaring sosial tidak boleh dianggap ria. Tetapi dijadikan memotivasi orang lain. Semakin banyak orang yang termotivasi melalui doa yang ditulis di jejaring sosial, pahala yang didapat semakin besar. “Berapa banyak orang terbuka hatinya untuk berdoa, sebanyak itu pula pahala yang nanti akan kita dapatkan,” terangnya. Sementara rekan kerjanya, Dt. Parpatih mengatakan status berdoa di jejaring sosial bisa berubah menjadi ria ketika orang yang berdoa tidak mau beribadah, tetapi mengumbar-umbarnya di jejaring sosial. “Seharusnya doa itu terbawa ke dirinya. Sekurang-kurangnya merasa malu jika tidak berbuat karena sudah menyatakannya,” katanya. Ikut mengamini tanggapan di atas, salah seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang, Lola Armita mengatakan berdoa di jejaring sosial tergantung niat pribadi masingmasing. Berdoa di jejaring sosial tidak menyalahi aturan. Karena berdoa tidak harus dengan lisan dan menadahkan tangan. Meng-update permohonan kepada Tuhan di jejaring sosial, seakan-akan memberi tahu semua orang tentang apa yang menjadi keingian kita. “Namun bagi saya, berdoa cukup sebagai interaksi saya dengan Tuhan, tanpa menulisnya di jejaring sosial,” jelasnya. Menurut mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora, Handoko Nanda Putra. Menurunya pengguna yang menulis status berdoa di jejaring sosial tidak bisa dikatakan benar semua ataupun salah semua. “Berdoa di jejaring sosial tergantung kemauan masing-masing,” katanya. Pengguna yang berdoa di jejaring sosial, tambahnya harus mengikis habis niat ingin mendapatkan perhatian orang lain. “Niat harus diluruskan,” tuturnya.


SK Pemberhentian Untuk Enam PPs Suara Kampus-Enam Ketua Jurusan dan Sekretaris Prodi Program Pascasarjana (PPs) IAIN Imam Bonjol (IB) Padang diberhentikan oleh rektor terkait dualisme jabatan, Senin (09/03) Mantan Rektor IAIN IB, Makmur Syarif mengatakan pemberhentian beberapa Ketua Jurusan dan Sekretaris Prodi PPs sudah melalui rapat pimpinan, berdasar-kan kesepakatan dan pertimbangan berbagai hal. “Pemberhentian tersebut sudah melalui kesepakatan pimpinan kampus,” jelas guru besar Fakultas Syari’ah ini. Dalam Surat Keputusan (SK) Rektor IAIN Imam Bonjol (IB) Padang nomor: In.05/KP.07.6/326/2015 Padang, 17 Februari 2015 tersebut memutuskan enam nama yang diberhentikan diantaranya ketua Prodi Pendidikan Islam Yasmadi, Sekretaris Prodi Pendidikan Islam Zalnur, Ketua Prodi Kajian Islam Risman Bustaman, Sekretaris Prodi Kajian Islam Zulfis, Ketua Prodi Hukum Islam Lukmanul Hakim dan sekretaris Prodi Hukum Islam Alfadli. Menanggapi hal ini Kepala Biro AUAK IAIN IB Padang, Dasrizal mengatakan pemberhentian tersebut berdasarkan rapat pimpinan dan pertimbangan yang bersangkutan memiliki dua jabatan, seperti Zalnur sekretaris Prodi Pendidikan Islam yang masih menjalani perkulian S3-nya. “Nah, takutnya pimpinan kampus IAIN menerima kabar bahwa anggotanya tidak bekerja tidak efektif. Maka keputusan ini dilaksanakan secepat mungkin,” ungkap Dasrizal. Direktur PPs, Awis Karni mengatakan SK pemberhentian adalah hak prerogatif rektor, kebijakan tersebut tidak bisa diganggu gugat, karena sudah melalui rapat pimpinan. “Saya sebagai bawahan rektor menghormati atas kebijakan pemberhentian tersebut,” ujar Awis saat ditemui suarakampus.com di ruangannya, Kamis (12/03). Risman Bustaman, Ketua Prodi Kajian Islam Pasca Sarjana mengatakan meskipun SK pemberhentian tidak sesuai dengan SK pengangkatan serta tidak mendapatkan konfirmasi sebelumnya, Risman berharap agar kedepannya pasca dipimpin oleh orang yang bijak dalam memimpin, yang bisa mempertimbangkan segala isu yang mencuat. “Jadi, tidak mengelola pasca ini seenaknya saja,” harap Risman. Salah seorang mahasiswa PPs, Istajib Jazuli mengungkapkan pemberhentian itu tidak jadi masalah dan berharap agar apapun yang terjadi dapat diselesaikan secara baik. “Siapapun yang ingin memimpin terserah saja, asalkan beliau merasa nyaman disini. Jadi harusnya ada pemberitahuan jangan mengambil keputuhan sepihak karena kita bukanlah orang militer,” tuturnya saat diwawancarai wartawan Suara Kampus. Senada dengan Istazib, Afri yanto mengatakan selagi program pembelajaran berjalan lancar baginya tidak ada masalah. Mahasiswa tidak ada legalitas untuk memberikan keterangan yang struktural dan untuk lebih spesifiknya dapat di-tanyakan ke akademik. “Selagi alasannya itu dapat diterima dengan logika tidak ada masalah.” ungkap mahasiswa Jurusan Pendidikan Islam ini.(KIM) (Gina Sopyana (Mg), Revy Aldiana Nengsih (Mg)

Berkunjung

Jajaran pimpinan Padang Ekspres kunjungi Asasriwarni yang baru di tunjuk sebagai Pgs rektor IAIN Imam Bonjol Padang Senin, (24/03).

Anggaran kurang, Atlit PIONIR Dipangkas Suarakampus- Jelang Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset (PIONIR)pada (18-24) Mei 2015 di IAIN Palu, Sulawesi Tengah. IAIN Imam Bonjol (IB) Padang akan terbangkan 20 orang atlit, hal ini ungkapkan Pengganti sementara (Pgs) rektor Asasriwarni, Sabtu (20/03). Sebelumnya IAIN IB Padang berhasil membawa pulang mendali emas bagian Pencak Silat di Banten lalu. Tidak puas dengan hasil tersebut IAIN harap lebih banyak membawa mendali di tahun 2015 ini, untuk saat ini IAIN sedang melakukan penyeleksian atlit yang akan diterbangkan nantinya. “Dengan melakukan penyeleksi-an lebih awal, semoga para atlit bisa membawa banyak mendali dari pada VIONIR 2014 di Banten,” ujarnya. Lanjut Asasriwarni, tahun ini ada beberapa perlombaan yang akan diikuti diantaranya, debat bahasa Arab dan bahasa Inggris, Musabaqah karya ilmia Al-qur’an, Futsal, seni silat, musabaqah hifdzil Qur’an. “Dari semua perlombaan tersebut

IAIN IB Padang bisa memenangkannya,” lanjut guru besa Fakultas Syari’ah ini saat ditemui suarakampus.com. Terkait penyeleksian antlit sudah diserahkan kepada Dekan III Bidang Kemahasiswa masing Fakultas dan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berperan dalam PIONIR tersebut. Untuk persyaratan atlit salah satunya mahasiswa yang aktif, maksimal umur 25 tahun. “Jika atlit diluar dari syarat yang telah ditentukan, maka ia tidak bisa ikut,” tambah Asasriwarni. “Untuk tahun ini IAIN hanya lepaskan 20 atlit, sedangkan tahun sebelumnya kita lepas lebih dari 30 orang atlit. Kenapa IAIN membatasi hal tersebut, karena anggaran dana dikurangi dari tahun seblumnya,” tambah Asasriwarni. Maksum, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Adab dan Humaniorah menambahkan, IAIN sudah melakukan penyeleksian bagi atlit yang akan diterbangkan ke Palu nantinya. “Karena

kita hanya terbangkan 20 atlit, jelang tersebut kit menyeleksi atlit yang akan bisa membanggakan dan membawa mendali sebanyak-banyaknya,” tambah Maksum, saat ditemui suarakampus.com. Menanggapi apa yang dikatan Asasriwarni, Dian Putra atlit IAIN IB Padang menuturkan, tarkait IAIN hanya melepaskan 20 orang atlit yang sebelumnya IAIN lepaskan atlit ke Banten sekitar 30 orang hal ini sangat merugikan. “Jika itu kebijakan pemerintah yang menetap-kan hal tersebut kita menerimanya, tapi jika IAIN membatasi tersebut ini sangat merugikan,” tutur Dian Putra, yang pulang membawa mendali emas pada PIONIR 2014 lalu. “Seharusnya pihak IAIN sebelum atlit ini diterbangkan ke Palu, dipasilitasi pelatihannya, karena jika ingin mempertahan mendali sangat membutuhkan persiapan yang matang.” ungkapnya. (Kanadi Warman)


S

emakin berkembangnya pendidikan di Tanah Air ini, belum tentu bisa menjadikan masyarakatnya lebih terdidik dan bijak dalam kehidupan. Ketika sentralisasi menjadi jalan pemerintahan untuk merencanakan kebijakan, maka aspekaspek keteraturan masyarakat untuk menjadi bermartabat ketika itu pun hilang. Kriminalitas tidak bisa dikurangi, kebijaksanaan masyarakat dalam mengaplikasikan nilai-nilai luhur sudah mulai tumpul, ketajaman benak yang didapat dari pendidikan tidak menjamin masyarakat tajam dalam berprilaku bijak. Memahami persoalan yang ada di Tanahair, kita sepertinya menjadi manusia yang bebal disuguhkan berita-berita meresahkan, pembunuhan, pencabulan, penindasan hak-hak, persoalan duka melulu sudah menjadi santapan keseharian. Bahkan, persoalan yang kompleks tersebut menjadi imun (kekebalan) yang menyebabkan kita terbiasa dengan segala kecacatan social, semacam ada kekuatan yang kita dapatkan dalam fenomena tersebut yaitu kekuatan “ramah” dengan lingkungan kriminalitas. Kejahatan di Negara ini sudah menjadi TrenUrban. Kejahatan telah menjadi kebiasaan yang membawa masyarakat pada sebuah perubahan dalam memahami nilai-nilai yang sepatutnya dijunjung tinggi menjadi nilai-nilai yang biasa saja. Pun pada system keamanan Masyarakat di Negara ini. Lihat saja kinerja oknum pemerintah yang bertanggung jawab dalam mengeluarkan kebijakan mengelola keamanan. Saya melihat “kelumpuhan gerak”, ketidak berdayaan oknum pemerintahan dalam membuat kebijakan dalam

Pendidikan di Persimpangan mengatasi kriminalitas. kembali lagi bahwa masyarakat berubah kearah yang lebih baik dikarenakan TrenUrban kriminalitas (kebiasaan orang dalam bertindak kriminal, tindakan kriminal sudah menjadi sebuah Tren) sehingga masyarakat berubah kearah nilainilai yang baru dengan sendirnya, bukan karena sangsi sosial dan kebijakan penegak hukum. Nah, terlaru berharap kepada orang-orang atau oknum ke-pemerintahan untuk menjadikan diri kita lebih baik dan aman dalam menjalani hidup sepertinya harus kita kurangi. Tegasnya bahwa, kebijakan pemerintah dalam melindungi masyarakatnya dengan memperbanyak barisan polisi dan tentara sekalipun tidak menjadi keputusan yang tepat sasaran, ketika pada dasar-nya perut yang kelaparan menjadi pemicu aksi pembunuhan dan perampokan, maka harus berfikirlah membuat kebijakan yang lebih esensial dan subtansial. Sampai pada tahap evaluasi, kebanyakan masyarakat sepaham bahwa pendidikan merupakan aktifitas utama yang hasilnya bisa membuat masyarakat lebih baik, ketika masyarakat lebih baik maka Negara ini pun menjadi lebih baik. Para penentu kebijakan di pemerintahan juga mengumandangkan perihal yang sama, bukti nyata oknum pemerintahan yang membuat kebijakan di bagian pendidikan menganggarkan finansial yang luar biasa banyak untuk menyokong pendidikan itu. Namun harapan itu akan terjadi ketika pendidikan memenuhi keinginan esensial, keinginan subtansial masyarakat terhadap pendidikan. Silahkan tanya mengenai kandungan pendidikan di Negara ini. Apakah benar kebijakan yang dibuat oleh pihak pe-

Rendi Hakimi Sadry

merintahan yang berwenang dalam bidang pendidikan mengandung aspek-aspek kebutuhan esensial masyarakat? Atau, apakah dalam bidang pendidikan itu terdapat kepentingan aspek-aspek politik partai? Jawabanya akan kita dapati dengan menggali perihal sejarahnya pendidikan di Tanah air ini. Sejak memasuki periode sejarahnya, pada mulanya masyarakat Nusantara telah mengenal system pendidikan keagamaan, yakni agama Hindu dan Budha. Agama Hindu yang menganut adanya kasta, jelas sekali lebih menekankan pada sistem pendidikan yang feodalistik. Hanya keluarga kaum brahma yang memperoleh peluang untuk mendapatkan pendidikan. Mungkin alas an latar belakang ini pula yang menyebabkan system pendidikan agama hindu kurang memasyarakat di Bumi Nusantara. Lain halnya dengan agama budha yang tidak mengenal system kasta, pendidikan lebih memasyarakat. Institusi pendidikan agama budha tampak lebih Demokratis, terbuka untuk umum. Salah satu contoh terlihat pada institusi pendidikan agama budha bernama Syakyakirti. Di zaman keemasan kerajaan sriwijaya, yang mana pelajarnya terdiri dari sejumlah Negara Asia, antara lain dari India dan Tiongkok. Di zaman kesultanan Islam, pendidikan disinkronisasikan dengan Misi Dakwah. Ketika itu mulai dikenal dua system pendidikan, yakni system Surau atau Langgar dan juga system Pondok Pesantren. System pertama dikelola oleh tokoh Ulama, secara individu atas dukungan masyarakat lingkungannya. Sedangkan system Pondok Pesantren, awalnya berada dalam kewenan-

gan kesultanan. Pondok Pesantre ketika itu, umumnya berlokasi di sekitar kawasan Kraton. Pengelolaan dan pembiayaanya ditanggung oleh Sultan. Demikian pula penempatan para tenaga pengajarnya, ditunjuk atas persetujuan penguasa politik Kraton. Baru setelah menyurutnya kekuasaan politik Kesultanan Islam, Pondok Pesantren dikelola oleh tokoh agama yang disebut kyai atau Ulama. Setelah kehadiran kaum Kolonial, khususnya Belanda, Pondok Pesantren ikut dilibatkan dalam kancah politik. Dalam pandangan Kolonial Belanda, Pondok Pesantren merupakan “Sarang Pemberontakan”. Atas penilaian ini pula maka, sekitar tahun 1926 Pondok Pesantren sudah tidak lagi termuat dalam statistik Pemerintahan Hindia Belanda. Upaya menutup pengembangan institusi dan system pendidikan Islam di Nusantara, tampaknya terkait dengan kebijakan politik Kolonial. Hal ini terbukti dengan dikeluarkanya Undang-Undang Sekolah Liar, masingmasing tahun 1925 dan 1930. Institusi yang memenuhi ketentuan undang-undang tersebut memperoleh subsidi dari Pemerintahan, dan dianggap legal. Sedangkan yang tidak memenuhi ketentuan dimaksud dinilai sebagai “Sekolah Liar”. Harus dibubarkan. Untuk mengatisipasi politik pendidikan Pemerintahan Hindia Belanda ini, maka sejumlah Organisasi sosial keagamaan mulai “mengadopsi” system pendidikan Barat. Organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh golongan pedagang keturunan Arab bernama Jamiatul Khairiyyah, memelopori berdirinya system pendidikan islam yang modern, yakni Madrasah. Kemu-

dian langkah ini diikuti oleh organisasi islam lainya Muhammadiyah, Persis, Persyarikatan Ulama, Al-Washliyah, Nahdatul Ulama dan lain-lainnya. Setelah Indonesia merdeka, pendidikan dikelola oleh pemerintah pendidikan umum sebagai kelanjutan dari system pendidikan Kolonial Belanda diserahkan kewenanganya kepada Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PPK). Sedangkan pendidikan agama (Islam) berada dalam naungan Kementrian Agama. Setelah mengamati warisan sejarah Kolonial di atas, maka teranglah bahwa pendidikan justru menjadi lahan kepentingan Politik, yang cara kerja sistemnya jelas sekali menggunakan paradikma sentralisasi, bahwa pemerintah pusat mendominasi proses Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi kinerja pendidikan. Pemerintah pusat menjadi Aktor Utama yang menentukan Orientasi dan tujuan berbagai kebijakan pendidikan. Paradikma sentralisasi dalam kebijakan pemerintahan menjadi galah penjuluk kepentingan feodalistik pendidikan. Harapan masyarakat untuk terdidik dan bijaksana dalam memahami hidup supaya lebih teratur hingga bermartabat menjadi pepatah usang, menjadi jargon-jargon ilmiah, ijazah menjadi kerang-keng emas yang memenjarakan keliaran masyarakat brutal, di balik semua itu, orang yang terdidik dan tidak terdidik bisa samasama liar dan brutalnya dalam tindakan kriminalitas. (Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi )


O

h... kabut!” Seorang ibu muncul di puncak Bukit Barisan. Bukan untuk mencari gambir dan sirih untuk dikunyah, melainkan demi mencabut duri dari dalam jantungnya. Ia meminta kabut Maek menelan tubuhnya. Lalu, menggulungnya ke Bukitposuak, berharap jika bertiup lagi akan membawa bayangannya menelusuri lembah di kaki bukit itu. Cuma demi menyaksikan mereka dari puncak bukit. Ada duri yang terus mengakar dalam jantungnya, selalu bergerak menuju hulu hati, menyesakkan dada. *** “Apa, aku pernah menusuk jantung Ibu?” Aku tersentak dari lamunan. Kalimat itu terasa belum pantas keluar dari mulut anak tiga belas tahun. Aku menghampiri Minah. Menekuk kedua bahu si Bungsu yang tidak akan beradik itu. Aku jongkok hingga berhadapan langsung dengan mata birunya, dan rambut pirang yang membuatku kadang merasa iri padanya. Mirip mata dan rambut bintang film idolaku. Aku tidak bermaksud menyamakan ia, dengan bintang film terkenal yang sering menjebakku dikala kesunyian menghadang. Cerita yang kusimpulkan hidup membujang bagai minum air laut, semakin diminum semakin haus. “Kau pernah lihat dada Ibu terluka? Dan mengeluarkan darah seperti Pak Lurah menggorok leher hewan kurban?” tanyaku. Mula-mula, Minah terlihat bingung. Lalu, ia menggelengkan kepala. “Kalau begitu, kau tak pernah menusuk jantung Ibu.” Wajah Minah mulai terlihat lembut saat ia berkata. “Katakan pada Ibu, jangan pernah meninggalkan kita. Abang mau berjanji? Tidak akan membiarkan kabut itu menelan Ibu, aku berjanji menjadi anak yang baik.” Minah memelukku. Kemudian ia berlari, melompat-lompat kegirangan, dan segera pergi dari rumah. Malam harinya kucoba mencari hiburan dibeberapa siaran TV lokal, yang ada hanyalah hiruk pikuk perceraian artis. Seakan pasangan hidup bagi mereka seperti gontaganti barang saja. “Sangat tidak mendidik,” pikirku. Lanjut, pada siaran lain, lagilagi koruptor. Tapi, hukumannya malah berkurang. Bersamaan pula dengan tikus lai ikut menyusul. Semua bermuara dari kalahnya cicak oleh buaya. Di balik itu juga berperan orang dari tanah kita ini yang sangat terkenal dengan falsafahnya adatnya itu, meski pun tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas. Tapi, tidak dengan uang. Pantas juga kiranya kita berbangga hati. Mungkin hanya tikus yang mampu hidup di lumbung padi, dan kucinglah yang akan mati di bawahnya, mereka tak punya kuku dan taring untuk melubangi penyimpanan padi itu, juga terlalu tinggi membangun hayal. Panggung sandiwara memang milik mereka yang bertaring jika tidak semakin melarat. Tinggalah kulit pembalut tulang. Niat hati mencari hiburan, “jika begini sama saja,” pikirku.

Ketika Kabut Maek Naik Karya : Zul Anggara

Ibu akan protes jika siaran kesukaannya aku otak-atik, baiknya jika jam tepat diangka delapan hingga sembilan malam jangan pernah menyentuh remot kontrol. Apalagi melihat berita tentang koruptor. Ibu menyesal telah menerima sogokan seorang oknum waktu pemilihan. “Seharusnya hukuman mati juga berlaku bagi mereka, ini malah mencari permusuhan, kapan mereka mengurusi masalah pupuk yang semakin sulit didapatkan.” Cilotehnya takan pernah berhenti hingga aku mengganti siaran. “Berarti aku tak menyesal golput kala itu.” Pikirku. Tak ingin larut masalah koruptor. Lalu kugentangkan tikar seperti biasa. Mataku menerawang ke langit-langi rumah, persisnya menghitung kasau. Aku selalu menyebutnya dengan rumah yang super sibuk, jaringa laba-laba itu mampu jadi dokumenter apa yang pernah berlalu. Ada Bapak yang sedang menyusun batu pondasi sepuluh tahun silam. Bagaimanapun ini adalah kegagalan kuli bangunan, yang tak pandai mengaduk semen. Juga tak ahli menyusun batu, makanya lapuk dan rentan dimakan usia. Apa lagi rayap yang mempunyai gigi tajam, setajam silet setelah mereka ditempa oleh mulut yang berkabut. Lalu, ibu yang gagal menjahit kelambu, akhirnya patah jua penjahit di tangannya. Luka itu kini mengaga lagi, pun demikian persis sandiwara yang dimainkan. Terjebak di palung-palung runcingnya kumis tebal bapak. Bakda Subu. Aku membangunkan Minah dan mengingatkan ia agar bersiap-siap. “Sepuluh menit lagi mobil menuju rumah Bapak datang,” bisikku ke telinganya. Hannya ada satu mobil yang menyinggahi lembah yang paling Selatan itu. Minah tidak pernah berkomentar. Tapi, airmat-

anya selalu mengalir. Perlahan jatuh ke pipi, bagai permata yang indah berbutir-butir. Inginku merangkai airmatanya itu menjadi kalung yang indah, untuk kupasangkan di lehernya. Aku menuju kamar Ibu. Hingga detik ini aku tidak paham perasaan perempuan, meski pun telah membesarkan aku dan empat saudaraku. Yang kupahami tetaplah tercipta dari tulang rusuk Adam. “Bu, kami berangkat ke tempat, Bapak.” “Inilah yang Ibu takuti, kau laki-laki tak mengerti perasaan perempuan. Hampir setengah abad, Ibu dijadikan boneka.” jawabnya dengan mata berkacakaca. Tak ingin merusak pagi. Aku memilih diam, takut untuk melihat arimata ibu jatuh untuk kesekian kalinya. “Nak, tanyalah pada Minah yang melihat Bapakmu meninggalkan rumah ini, ia bilang akan menghapus jejak.” “Tapi, Ibu jangan pernah merusak pikiran Minah, mantan orangtua selama ini belum ada, Bu.” Ibu hanya diam, segera berlalu. Serpihan jarum patah dulu, kini tumbuh menjalar dengan subur, bukan berbunga atau pun berbuah. Malah, berubah jadi duri tajam. Kenapa bapak sangat rajin menyimpan jarum, yang patah sekali pun juga disimpan. Padahal, semua demi melampiaskan dendamnya. Ibu rela memainkan adegan seperti film India kala itu? Bapak juga yang telah menjadi sutradaranya hingga berbuah kata sepakat yang berbunga perjanjian antara kami. Setelah uasai pun bapak tetap jadi lakonya, dan aku tampil bak pahlawan kesiangan. Malam kian tajam, menyibak pekatnya awan kelabu di langit yang enggan dihinggapi bintang itu. Jauh ke balik awan lima tahun lalu. Brukk.. Satu pukulan

keras, tepat mendarat disasaran. Sedari tadi kami menunggu lelaki itu. Grukss ia terhempas, kaki pun ikut menggulingkankan tubuhnya ke atas bata merah yang tersusun berjajar di halaman. “Mati kau bangsat!” Tubuh itu mencoba untuk bangkit. Namun, sebelum ia sempat menekuk lutut, kembali sebilah kayu bulat sebesar lengan, melesat di pundaknya hingga tersungkur lagi. “Tidak ada ampun bagimu!” Teriak Bapak dengan nada tinggi. Satu jam kemudian. Halaman rumah penuh desakan masa, ingin menyaksikan pertarungan yang tiada perlawanan itu. Semua menjaga jarak dari insiden menggenaskan itu. “Sudah,,, hentikan!” teriak warga. “Ha... hentikan katamu!” Lagi, hantaman keras melekat. “Ia sudah tidak bergerak lagi!” Teriak Kepala Desa yang terlambat datang. Sebelum mereka ingin menghampiri tubuh berlumuran darah itu, ia telah lenyap ditelan malam. Entah kemana perginya tidak satu pun di antara mereka yang tahu. Kebiasaan buruk Jalal sudah diketahui penduduk kampung. Tapi, tak seorang pun yang berani menghakiminya, ia piawai betul dalam melompat tak meninggalkan jejak. Buktinya anak yang lahir dari rahim janda muda kampung seberang adalah anaknya. *** “Jadi, karena kejadian lima tahun itu, Bapak berjalan meninggalkan rumah? Bapak lupa perjanjian kita sebelum semua itu terjadi?” Tanyaku setelah berada di rumah bapak. “Dihatiku, semenjak kejadian itu ada luka yang mengaga tak bisa sembuh, selalu berdarah.” “Bukankah, Bapak sendiri yang meminta ibu memanggilnya.” Jawabku. “Nah, begitu juga

dengan, Ibu. Atas kelupaan Bapak tentang perjanjian kita malam itu, tentunya jarum patah yang selalu Bapak simpan. Kini menjelma jadi duri.” “Sudahlah, tak ada gunanya kau ungkit lagi.” Segala upaya kulakukan untuk bernegosiasi, kusebut kami adalah asetnya yang sangat berharga jika kelak kami berhasil. Tapi, batu karang yang dulu mampu dibekukan es kini tidak. Aku terus berharap untuk bisa merubah jalannya alur cerita, aku tak ingin menjadi orang yang gagal dalam berkisah, dan ingin melukiskan sejarahku sendiri. “Sekarang terserah kalian saja, biaya hidup akan kuusahakan semampuku. Tapi ingat, jika kalian membelakang maka aku akan menjauh.” “Bukan meteri yang kami harapkan, Pak. Tapi, sebuah kebersamaan. Kami butuh keluarga yang utuh.” “Bapak paham, bahkan Bapak lebih dahulu merasakannya, pahit memang rasanya hingga airputih pun tersa pahit untuk diminum.” “Jadi, Bapak melampiaskan dendam pada kami.” “Bukan, kau laki-laki. Seandainya kau di posisi Bapak, pastilah sama yang kau ambil. Jika waktu itu Bapak berjalan, tentunya kalian tidak akan ‘jadi orang’. Kini kalian sudah besar, Bapak yakin, kalian bisa menopang satu sama lain.” “Jadi ini semua sudah Bapak rencanakan dari jauh-jauh hari? Bukankah kita telah menghabiskan banyak uang untuk biaya pengobatan ibu? Di bagian ini Bapak lupakan?” “Sia-sia saja. Ibumu juga tak berubah. Coba kau tanyakan pada orang sekampung, pergi pagi pulang malam. Jangankan untuk hal yang macam itu, berbagi dengan kaca pun tak sempat. Agar kalian menjadi orang.” Perdebatan dengan bapak hari itu sangat sengit, kepalaku serasa ingin pecah mendengarkan semua ucapan Bapak yang ingin menang sendiri. Begitu juga dengan ibu jika aku tengah sedang bicara dengannya, Bagiku ibu teteplah tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, jika dipaksa meluruskannya ia akan patah. Siraja langit telah menunaikan tugasnya dengan baik. Sawah dan ladang dibuatnya kering kerontang. Tapi, tidak dengan aku, juga dengan rumah mewah itu, hingga membuat aku tertidur. Setelah bangun, kulihat Minah juga tengah tidur dengan boneka yang kubeli diperjalanan. Lalu, kulihat Bapak tidak berada di rumah. Kulangkahkan kaki menelusuri ruang demi ruang rumah besar itu. Kuliahat telepon seluler Bapak di atas meja. Kuberanikan untuk melihat barang pribadi Bapak. Pesan masuk paling bawah kulihat. ‘Pak, Sampai kapan anakmu di sana, bukankah rumah itu kau buatkan untukku.” Kami benar-benar ditelan kabut Maek.Tak satu pun yang tersisa, kabut yang sangat ditakuti hampir semua penggarap tanah. Hanyalah gambir dan sirih yang akan bertahan, (Penulis adalah mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN IB Padang).


ESAI

A

Absensi

Oleh Abdullah Khusairi

bsensi. Inilah persoalan yang terus mengganggu. Seharusnya tidak perlu lagi menjadi debat panjang yang makin menggerus akal sehat. Apalagi harus berkejang urat leher hanya soal hadir tidak hadir, lalu mempertebal foto copy seluruh aturan demi membuat dalil yang masuk akal. Sebuah sistem di institusi modern, kinerja individu dan kelompok merupakan alat utama mencapai tujuan lembaga. Kehadiran itu wajib, sesuai dengan ketentuan berlaku. Namun selalu ada aturan yang dibuat untuk berlaku khusus. Sekelumit Pengalaman Bekerja di redaksi, seorang wartawan mengisi absensi jika diperlukan. Jika ada rapat, maka absensi dihadirkan. Penilaian kehadiran memiliki persentase kecil dibandingkan dengan nilai kinerja, dengan begitu, kehadiran seorang wartawan, redaktur, dan awak redaksi yang lain disesuaikan dengan karakter pekerjaannya. Hal ini berbeda pemberlakuan dengan sistem kerja di bagian iklan dan bagian umum. Semuanya dibicarakan sesuai dengan karakter masing-masing. Melihat karakter yang berbeda-beda itu, kita bisa merunut fungsi dan peran dalam jabatan yang diduduki. Antara hak dan kewajiban harus seimbang, inilah disebut profesional. Dibayar mahal atau tidak seseorang, bisa jadi akan dinilai dari profesionalitas tersebut. Ada beda antara tenaga fungsional dan tenaga struktural. Tenaga fungsional, bekerja sesuai dengan fungsinya, inilah yang akan membuat tenaga kerja bisa berbeda dengan tenaga kerja struktural. Tenaga struktural, bekerja sesuai dengan jabatan struktural, ada tugas pokok dan fungsi yang membuatnya hadir. Sebenarnya, juga berlaku pada tenaga fungsional, hanya saja, karakter kerja yang mengaitkan waktu kerja dan model pekerjaan, bisa jadi ada aturan khusus yang membuat tenaga fungsional bekerja di luar waktu normal. Sheiful Yazan pernah bercerita tentang penulis feature terkenal, H.O.K. Tanzil bisa berbulan-bulan keluar kota untuk mencari bahan tulisan. Pulang ke kantor dalam keadaan kusut masai, hingga tengah malam pula ia menulis. Bagaimanakah menguji kinerjanya dengan waktu yang ditentukan seperti layaknya kerja kantoran? Hal ini bisa berlaku dengan tenaga fungsional, serupa Satpam, Guru, Dosen, Dokter, yang bisa membuat mereka bekerja bisa jadi tidak normal. Aturan mereka tentu saja berlaku beda dengan pejabat struktural dan pelayanan. Dokter bisa dipanggil sewaktu-waktu ketika ada pasien yang harus dioperasi. Perdebatan makin tidak karuan ketika penyusunan jadwal kerja, karakter kerja, tidak dimengerti oleh penyusun. Misalnya, tim Humans Resource of Development (H&D) tidak mengerti dengan karakter kinerja pada bagian lain. Beda persoalan, jika seseorang memiliki peran sebagai pelayan publik, misalnya di institusi layanan izin satu pintu. Layanan teller, public relation, keuangan, dll.

Hasan Basri Dt Gadang, seorang tenaga pensiunan HRD di perusahaan BUMN pernah mengatakan, seorang HRD yang baik harus mengikuti hingga ke lapangan, untuk urusan gaji menggaji karyawan. Dengan begitu, ia mengerti tentang resiko kerja, nilai pekerjaan, sehingga bisa mengukur angka gaji yang mesti dibayarkan. Maka agak aneh juga, jika ada di institusi yang mewajibkan hadir tanpa memiliki dorongan tugas dan penilaian pekerjaan. Sehingga semua wajib hadir, walau tidak ada rapat dan pekerjaan yang mesti ditugaskan. Idealnya, hadir dan ada tugas dari pimpinan, baik dari midle low hingga midle up. Jika itu ada, setiap hari penugasan itu jalan, sore hari bisa dievaluasi, maka pemberlakuan demikian bisa memperlihatkan angka kinerja yang baik. Jadi, absen semestinya bukanlah seperti lonceng perusahaan untuk buruh! Mantan bos saya, top leader, pernah menyebutkan dalam sebuah rapat kinerja, salah satu tugas pimpinan di midle low hingga midle up adalah menugaskan anggota timnya setiap hari. Harus kreatif menugaskan. Walaupun sudah ada tugas dan fungsi, tetap saja secara kasuistis, secara program kerja, penugasan harian, mingguan, tetap dilakukan, sehingga ada evaluasi harian, ada evaluasi mingguan, bulanan hingga tahunan bisa dilakukan. Tak ada waktu terbuang, tak ada tenaga terbuang, semua pekerjaan terbagi habis. Semua personel sibuk melakukan capaian pekerjaan. Jadi, buat apa hadir tapi tidak memiliki tugas? apakah setiap hari ditugaskan? atau justru midle low, midle up, top manajemen, jarang menggelar komunikasi kelompok, untuk pencapaian tujuan? Inilah yang sedang terjadi di institusi yang gagap menerapkan aturan. Paparan ini makin meyakinkan, bukan soal kehadiran yang paling penting. Walau hadir itu tetaplah penting. Tapi substansi kehadiran itulah yang terpenting. Apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kenapa dikerjakan, kapan selesai dikerjakan, dimana ia mengerjakan. Bisa jadi, pekerjaan itu menuntut untuk dikerjakan luar kota, di waktu malam, dan mungkin masih banyak persoalan lain sebagai faktor lapangan. Karena itu, deadline pekerjaan sangatlah penting. Komitmen dan integritas terhadap profesi haruslah dijunjung tinggi. Ia bekerja bukan karena tugas pimpinan semata, tetapi juga pengabdiannya terhadap profesinya. Ia mencintai profesinya. Bila sudah begitu, tak perlu ada batas waktu pengerjaan. Ia akan bersitungkin dengan profesinya itu. Sesungguhnya mewajibkan kehadiran tetapi tidak mewajibkan aksi, penugasan, koordinasi, komunikasi untuk mencapai target pekerjaan, sama hanya membiarkan sebuah lembaga tak memiliki arti lagi. Lumpuh. Menjadi sekelompok orang yang berkumpul sia-sia. Salam. []

*Dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah & Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang

PUISI

Empat Bait Pengusir Senyap Jika kesunyian merupakan sebuah dendang, maka ia selalu jadi selimut yang hangat Sebelum lengang benar-benar menjadi nasib, kita telah belajar melipat rindu Aku ingin bersepi-sepi serupa dulu, saat gelisah terasa manis dipertemuan Telepon, pesan singkat, dan puisi-puisi manja itu akan hambar. Bila kau mengerti heningnya penantian Balai Baru, 2014/15/12

Laba-Laba Betina Di rentang-rentang jua ludah asam Berjaring-jaring tenang menunggu korban Mata sayu, wajah rembulan, belum lagi desis mendayu Membuat bujang-bujang perantau menyilau rindu "Mari sini kuajak kau menunggu pagi," bisikmu Dan sialnya, akupun mampir disarang lembut Tak pernah ku lihat manja yang begitu dekat, sedekat ketiak Bak kusut tak lerai, erat jerat mengikat Dengan tarian magis nan mistik Kita lalui malam-malam yang penuh tipu itu Ternyata Dadamu kau kemas untuk bangsa(t) baru Lalu kau sembunyikan si penyair nyiyir dalam seludang ungu Benar adanya petuah lama, tanya cinta bukan buat gadis laba-laba Tapi, sebelum semuanya menguap, seperti aroma lotion nyamuk dimalam persakitan itu Beberapa Tanya terpen(den)dam ! Aku urutan keberapa yang meranjangi malammu? Apakah surat bernama kejujuran itu tak sampai di bilik jingga? Tak kau bacakah pamflet-pamflet ngilu ku? Atau tanya di subuh buta itu tak luluhkan jahanammu? Ah! entah mantra apa, sampai-sampai lupa datang begitu cepat Hingga aku lupa merdunya nyanyian basah matamu di beberapa purnama Koto Nan Gadang – Payakumbuh, 2014/11/04-2014/25/12 Karya Muslim Abdul Rahmad, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, IAIN Imam Bonjol Padang.

Celoteh Duhai kau yang membaca sajak ini Taukah kau,seberapa banyak warna disini? Ibuku merah muda Sedangkan ayahku kelabu Aku tidak tau warna apa yang cocok untukku Wahai orang-orang pintar disini Tolong carikan aku warna yang cocok Aku memesannya dengan beberapa sks saja Tapi kenapa celotehku tak kau dengar? Mungkin karena disini kita akrab dengan kitab Enggan berbagi dengan kami para kaum terbuang Sayang sekali sepatuku saja diberi warna oleh penjualnya Tapi kenapa warna, siapa dan bagaimana terciptanya..? Ah.. itu tidaklah penting, karna di negeri ini kita sudah terbiasa diam Saat perut kenyang suara bungkam,bukankah seperti itu? Atau Menutupi kebusukan dengan wibawa Atau helaian kertas tentang angka dan nilai-nilai semu Pertarungan kata Disini kami melihat kaum borjuis Tegak pada warna dan kami hanya tertawa dengan warna Lagi-lagi warna, sungguh aku sangat terkesan dengan warna Karena ia bisa menghidupkan dan mematikan cahaya pemiliknya Tapi kenapa aku tidak tau warna pada bangunan yang mengkotak-kotakkan ilmu pengetahuan ini? Hitam abu-abu atau merah jambu, sepertinya aku menyukaimu warna papan tulis, bersih putih lalu dihiasi dengan tinta hitam Karya Yoki Surya, aktiv di Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Imam Bonjol Padang, IAIN Imam Bonjol Padang


Dilema di Balik Lensa

Judul Buku Penulis Penerjemah Penerbit Tahun Terbit Resensiator

: Perempuan-Perempuan Tak Berwajah : Francesca Mrciano : Rahmani Astuti : Garamedia Pustaka Utama : 2014 : Fitriani Ayu Lestari

“Hai, saya Bob Sheldon, saya bekerja untuk Reuters di Sydney dan bulan depan saya akan pergi ke Indonesia untuk meliput pemilihan umum�. Petikan kalimat di atas terdapat dalam novel karangan Francesca Marciano. Kalimat itu disebutkan ketika salah satu peserta Pelatihan Keadaan Berbahaya memperkenalkan dirinya. Menarik, karena untuk meliput pemilihan umum di Indonesia mesti mengikuti pembekalan diri keadaan berbahaya . Tak hanya itu, di kalimat lain disebutkan bahwa demonstrasi di Jakarta penuh dengan hujan peluru. Sebahaya itukah Indonesia? Namun, hal di atas bukanlah inti cerita dalam novel ini. Novel ini menceritakan perjalanan yang harus dilewati Maria, seorang fotografer kuliner yang harus menjadi fotografer berita di Kabul, Afganistan yang tak lain adalah daerah konflik. Perjalanan yang menegangkan karena banyak situasi yang tak terduga. Selama perjalanannya,

ia bersama Imo Grass, seorang wartawan berita perang untuk mengungkapkan kehidupan wanita di sana yang tak pernah terekspos oleh media. Dalam hal ini, mereka berdua ditemani Hanif, seorang penghubung bagi mereka untuk menemui seorang gadis Kabul yang membakar dirinya karena tidak mau dipaksa menikah oleh ayahnya. Namun keadaannya menjadi sulit karena banyak penolakan serta situasi yang membuat sulit mencari informasi. Ditambah dengan pemikiran masyarakat di sana yang melarang Maria untuk mengambil gambar. Di sanalah konflik batin yang harus dihadapi Maria. Di satu sisi ia harus profesional, sebagai fotografer untuk mengambil foto wanita Kabul. Namun banyak hal yang membuatnya tak bisa dengan mudah mengambil foto tersebut, karena sebuah budayab yang berkembang di Afganistan tidak boleh mengambil gambar atau foto apalagi foto seorang wanita. Di sana wanita sangat terikat dengan keluragan-

ya, anak perempuan terkekang dengan tradisi kepala keluarga yang terlalu otoriter, sehingga banyak perempuan di Afganistan membrontak dengan cara membakar dirinya sendiri akibat tuntutan seorang ayah agar anak perempuannya menikah dengan lelaki yang umurnya dua kali lipat dari wanita itu. Desakan untuk mengambil foto terus mengalir dari berbagai pihak, termasuk Imo, rekan kerjanya. Ia pun semakin tertekan. Apalagi faktanya selama ini tak ada satupun fotografer yang bisa mengambil foto wanita di sana. Berhasilkah ia menambil foto wanita tersebut? Novel ini mampu membawa pembacanya merasakan suasana daerah konflik yang terjadi di Afganistan, dengan penggambaran yang detail, serta membuat pembacanya penasaran dengan cerita yang akan terjadi selanjutnya. Novel ini cocok dibaca untuk mereka yang tertarik dengan daerah konflik dari sudut pandang wartawan.

Bukan Sekadar Epos Begawan Wiyasa, Byasa atau Vyasa dari India pengarang Kitab Weda yang masyhur itu, adalah anak Resi Parasana. Wiyasalah yang memberikan epos besar Mahabharata pada dunia. Mahabharata, karya sastra kuno yang menceritakan konflik keluarga antara Pandawa, yaitu lima anak dari pasangan Pandu dan Kunti dengan saudara sepupu mereka yang berjumlah seratus yang dikenal dengan sebutan Kurawa yang dipimpin oleh anak tertua Destarastra yang bernama Duryudana. Konflik terjadi akibat sengketa hak pemerintahan tanah negara Hastinapura (Astina). Puncaknya adalah pecahnya perang Bharatayudha di medan Kurusetra yang pertempurannya berlangsung selama delapan belas hari. Sebenarnya Pandu tidak ada keturunan. Anaknya itu didapat atas perkawinan istri-istrinya dengan para dewa, yaitu Kunti dengan Dewa Darma, lahirlah Yudistira. Kunti dengan Dewa Bayu, lahirlah Bima. Kunti dengan Dewa Indra, lahirlah Arjuna. Kunti dengan Dewa Surya, lahirlah Kama. Madri dengan Dewa Aswin, lahirlah Nakula dan Sadewa (kembar). Destarastra menikah dengan Gandari dan berputra Duryudana dengan 99 orang adiknya. Sebenarnya Pemerintahan Hastinapura milik Pandu, namun karena Pandu melanggar Darma, dia harus mengasingkan diri ke hutan. Dalam pengasingan tersebut pandu melanggar suatu hal terlarang yaitu mema-

nah kijang yang sedang memadu kasih. Padahal kijang tersebut jelmaan seorang resi yang sedang bermain-main dengan istrinya. Kijang tersebut mati dan resi tersebut mengutuk Pandu, yaitu ketika dia meneguk enaknya memandu kasih, dia akan mati pula. Itu pun benar-benar terjadi. Mulai saat itu, untuk sementara tahta Hastinapura dipegang oleh Destarastra sebelum diserahkan kepada anak-anak Pandu dan menunggu mereka besar. Sangkuni, paman Duryudana mengotori pemikiran kaponakannya yang masih suci tersebut, sehingga meletuslah api peperangan paregrek di antara mereka dan sepupunya. Destarastra tidak bisa berbuat banyak dari ulah anak-anaknya dan dorongan dari istrinya. Destarastra, raja yang buta dan lemah dan tidak kuat pendirian tersebut tidak berdaya di depan anakanaknya. Pada akhirnya membuat para Pandawa Lima terusir dari istananya dan terbuang selama 12 tambah satu tahun penyamaran. Namun, mereka dicurangi oleh anak-anak Destarastra, yang membuat api peperangan menjadi besar. Terlebih ketika Dropadi, istri mereka dipermalukan di depan orang banyak oleh anak-anak Destarastra. Dalam Mahabharata ini juga dikisahkan pergulatan batin Karna, anak tertua Kunti dan kakak pertama Pandawa yang tidak dapat pengakuan kehebatannya dan kesaktiannya akibat dari kasta.

Heroiknya, Gotot Kaca manusia raksasa putra Bimasena dalam laga Kurusentara. Sedihnya hati Arjuna ditinggal pahlawan perang Panda, Abimayu anaknya sendiri yang meninggal karena dikeroyok Kurawa. Mahabharata bukan sekadar sebuah epic atau epos, tetapi roman yang menceritakan kisah laki-laki dan perempuan heroik serta beberapa tokoh luar biasa. Karya ini merupakan sebuah seni sastra yang mengandung rahasia hidup, filsafat relasi sosial dan etika, serta pemikiran penting tentang masalahmasalah manusia yang sulit dicari padanannya. Membaca karya besar ini, kita akan tahu keagungan dan kedalaman jiwa manusia. Kisah ini adalah rekaman pikiran serta semangat orang-orang yang lebih mementingkan kebaikan di atas kenikmatan dan kesenangan dunia, sekaligus melihat misteri kehidupan secara lebih mendalam. Kita dapat mengatakan bahwa Mahabharata merupakan samudera luas dan dalam, yang berisi permata dan mutiara berharga yang tidak terhitung jumlahnya. Buku ini merupakan sumber etika dan kebudayaan Timur yang tidak ada habishabisnya. C. Rajagopalachari menyusun versi kisah Mahabharata ini dalam bentuk tertulis untuk kaum muda dan dalam epik orisinal. Sehingga, setelah menghayati dan meresapi epik klasik ini, pembaca akan menghadapi hidup dengan lebih berani, serta kehendak hati yang leb-

Judul ISBN Penulis Penerjemah Penerbit Cetakan Tebal Kategori Resensiator ih kuat dan pikiran yang lebih bersih. Buku ini tidak hanya sekadar kisah atau cerita pada umumnya. Mahabharata adalah rekaman pikiran dan semangat nenek moyang, yang lebih mementing-

: Kitab Mahabharata, Kisah Agung Sepanjang Masa : 978-602-7968-87-5 : C. Rajagopalachari : Yudhi Murtanto : DIPTA : Juni, 2014 : 439 halaman : Epos Klasik : Wahyu Ashari kan kebaikan di atas kenikmatan dan kesenangan. Serta, melihat misteri kehidupan secara lebih mendalam di tengah upaya yang tidak ada habis-habisnya untuk mendapatkan hal-hal yang fana di dunia yang materialistis.


Hidup Tak Harus Mahal

M

inggu ke III bulan Maret, di Sta dion Haji Agus Salim, Padang, tidak beda dengan minggu pagi biasanya, meski pagi itu mendung ratusan pengunjung tetap berkerumunan mengelilingi stadion untuk berolahraga, baik kecil, muda hingga yang tua ikut melakukan joging pada umumnya. Stadion Haji Agus Salim memang ramai dan favorit untuk dikunjungi di 0hari libur, untuk melakukan olahraga, terutama joging. Meskipun kebanyakan orang beraktivitas dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun kesibukan aktivitas tidak semestinya membuat seseorang lupa akan pentingnya menjaga kesehatan. Joging merupakan olahraga yang mudah dan bisa dilakukan kapan saja, waktu yang tepat untuk melakukan joging adalah di pagi hari. Karena selain baik untuk sistem gerak tubuh, joging di pagi hari juga

Mengejar Sehat baik untuk pernapasan, lantaran udara masih bersih. Namun tidak menutup kemungkinan, jika joging dilakukan sore hari. Olahraga dengan cara berlari pelan ini juga sangat menyenangkan, karena dapat dilakukan di mana saja. Jika kita melakukan joging dengan baik dan benar, maka joging tidak hanya bisa menyehatkan dan membugarkan, tetapi juga dapat menurunkan berat badan. Begitulah yang diakui kebanyakan penggemar joging. Salah satunya, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi IAIN Imam Bonjol Padang, Fani Hafizah Pratiwi mengaku gemar melakukan joging. Menurutnya joging itu tidak hanya menyehatkan, akan tetapi juga menyenangkan. “Joging dapat mengurangi beban pikiran,” tutur gadis yang rutin joging setiap Minggu ini. Joging yang baik itu dilakukan pada pagi hari dengan durasi selama 20 hingga 25 menit. Sebaiknya menggunakan kaus kaki dan sepatu yang nyaman. Agar kaki tidak lecet. “Sebelum joging, saya melakukan pemanasan terlebih dahulu,” ujarnya kepada Suara Kampus, Jumat (13/03). Hal senada diungkapkan mahasiswa Sistem Informatika Universitas Putra Batam, Sadwianto Utama Putra. Menurutnya, , joging dapat menurunkan berat badan. Tiap sore, Tama selalu melakukan joging di sekitar rumah. Bagi Tama, bila hendak melakukan joging tidak perlu berlebihan dan jangan dipaksakan. “Joging itu nggak perlu diforsir yang penting tempo dan iramanya stabil,” terangnya. Sebelum joging Tama selalu melakukan pemanasan untuk menjaga agar tidak terjadi cedera ketika joging. jika joging dilakukan tanpa pemanasan akan membuat kaki terasa sakit dan mudah cedera. Beda halnya dengan Ade, mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab IAIN Imam Bonjol Padang, Mulya Sholeh mengatakan, joging sebuah rutinitas yang harus dilakukan minimal dua kali dan maksimalnya empat kali dalam satu minggu. “Dalam satu minggu jika tidak joging, seperti ada yang kurang,” ungkapnya. Hampir tiap pagi usai melaksanakan Salat Subuh, ia joging mengelilingi sekitar pekarangan kampus IAIN Imam Bonjol Padang. Selanjutnya makan Bubur Kacang Hijau yang mampu menambah kebugaran tubuh. Dia menambahkan cara melakukan joging yang tepat adalah tidak dengan berlari secara cepat dan tidak juga lambat, tetapi sedang-sedang saja. “Jika berlari terlalu cepat, tidak menjadikan kita sehat hanya bisa melelahkan kita,” paparnya. Bagi mahasiswi Stikes Mercubaktijaya Padang, Vani Yuvita meyakini bahwa olahraga joging bisa menghilangkan lemak, sehingga bisa mengecilkan perut. Kemudian manfaat lain yang bisa diambil seperti menghilangkan stres. “Biasanya saat melakukan joging bisa melihat pemandangan sehingga bisa melupakan masalah,” pungkasnya. Sementara itu, Syofyan (80) mengaku, olahraga joging mampu menghilangkan

keram pada kakinya, juga membuat mata dan pendengarannya masih bisa digunakan dengan baik. Pendengarannya masih nyaring meskipun sudah lanjut usia dan matanya tidak ada masalah . “Biasanya joging berdua dengan istri karena sudah meninggal saya joging sendiri, meskipun sudah lanjut usia saya biasakan dalam sebulan dua kali,” ungkapnya saat ditemui di Stadion Gor Haji Agus Salim itu. Hemat dan Bermanfaat Menurut Dosen Pendidikan Olahraga PGMI IAIN Imam Bonjol Padang, Nirwandi Sali mengatakan, joging adalah olahraga ringan yang dapat dilakukan dengan mudah dan praktis serta dapat meningkatkan kesehatan jasmani. Joging dapat memperlancar peredaran darah dan suplemen makanan ke seluruh tubuh. “Seseorang bisa beraktivitas dengan baik, karena lancarnya peredaran darah, suplemen makanan termasuk ke bagian sistem pencernaan, pernapasan, ataupun persyarafan sehingga tubuh menjadi sehat,” jelasnya. Lanjutnya, bila seseorang jarang melakukan joging, dia akan mudah merasa lelah. “Kita cukup melakukannya secara teratur,” pungkasnya. Bagi Nirwandi, joging yang baik dan sehat adalah joging dengan takarannya tidak terlalu lama dan tidak terlalu sebentar. “Kadang-kadang bila terlalu lama joging, tidak bagus juga untuk kesehatan,” paparnya. Jika ingin melakukan joging cukup delapan kilometer atau enam kali mengelilingi lapangan atau selama berlari setengah jam, jika melakukan joging ke Stadion Gor Haji Agus Salim hanya cukup dengan satu putaran. “Jika melakukan joging cukup dengan teratur minimal setengah jam setiap hari atau sekali dua hari untuk menjaga kondisi dan membuat daya tahan tubuh bagus,” tambah Nirwandi. Waktu yang tepat untuk joging, menurut Nirwandi adalah di pagi hari setelah Salat Subuh, minimal dua jam. Bila di waktu pagi polusi belum ada, jika siang dan sore kendaraan banyak dan mengakibatkan terganggunya sistem pernapasan. “Jika joging, sebaiknya di tempat yang udaranya masih bersih, dan kurang mengandung zat CO2,” tuturnya. Joging zaman modern di kalangan tertentu biasanya menggunakan alat teknologi di rumah, dikarenakan mereka tidak bisa keluar menikmati udara segar karena faktor kesibukan tertentu. Namun sebaiknya joging dilakukan di luar, karena udaranya bertukar dan mempunyai track untuk joging. Sebaiknya dua jam sebelum latihan atau olahraga joging ada asupan makanan. Agar tidak menjadi beban pada lambung yang bisa menimbulkan rasa nyeri pada perut saat berlari. “Makanan diperlukan untuk menghasilkan kalori dan mengganti sel yang rusak,” terang Nirwandi. Kemudian menurut Dosen Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Padang, Ali Mardius juga mengatakan joging berguna untuk daya tahan tubuh, paru-paru, jantung, karena orang yang sering bergerak bisa meningkatkan daya tahan tubuh. “Perlu persiapan untuk joging, seperti pemanasan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup,” paparnya. Terkadang seseorang melakukan joging langsung saja berlari dan seharusnya mereka mesti mengetahui bagaimana caranya, intensitasnya serta berapa maksimalnya seseorang beraktivitas. “Tergantung kondisi awalnya, dan kondisinya saat

itu, apakah dia mampu untuk melakukan joging,” terang Ali. Menurutnya, seseorang bisa mendapat risiko tertentu bila melakukan joging tanpa acuan. “Semuanya harus seimbang, karena dapat menyebabkan otot bisa keram, kejang ataupun pingsan bila otot belum siap melakukan kegiatan yang kita minta,” pungkas Ali. Lebih lanjut Ali menjelaskan, waktu yang baik melakukan joging adalah di pagi hari karena udaranya masih segar, jika di sore hari sudah polusi udara. “Polusinya lebih parah dari asap rokok,” paparnya. Sebelum melakukan joging, baiknya harus ada energi seperti makanan. Karena dalam joging tidak hanya menggunakan energi dari otot saja. “Jika tidak sarapan, akan mudah pusing, karena sarapan itu adalah pengganti dari nutrisi gizi,” tutur Ali. Dia juga menyampaikan, bagi orang yang tidak sempat joging dan menggunakan teknologi merupakan perkembangan bentuk dari olahraga, namun lebih baik joging dilakukan di luar daripada di dalam ruangan. “Udara pagi di luar masih segar dan bagus,” kata Ali. Ali juga menjelaskan takaran joging bagusnya dilakukan tiga kali seminggu dan dalam jangka waktu 30 menit untuk menjadi bugar, baginya orang yang bugar sudah pasti sehat dan orang yang sehat belum tentu bugar. “Bila satu kali seminggu saja, belum maksimal,” jelasnya. Tambah Ali, orang yang melakukan olahraga itu memakai pakaian yang khusus untuk olahraga, yaitu pakaian yang longgar, tidak sempit. “Sarana dan prasarana itu untuk mempermudah,” ujarnya. Lebih lanjut, Ali memaparkan, bentuk kegiatan joging yang dilakukan adalah selama 20 menit, kemudian berapa jauh jaraknya untuk melakukannya pada hari itu dan besok berapa jauh lagi. “Biasanya meningkat, karena tubuhnya berotasi,” terang Ali. Menurutnya, jarak itu tergantung dari kondisi tubuh seseorang, jika denyut nadinya masih belum maksimal dia masih bisa melakukan joging. Tapi kalau intensitasnya hanya joging orang bisa melakukanya lebih jauh lagi. Karena joging itu tidak mengikat asam laktat naik terlalu cepat. “Asam laktat yang membuat cepat kelelahan,” jelasnya. Sementara joging adalah lari-lari kecil, antara lari dengan jalan. “Karena kalau lari kan cepat,” kata Ali. Ali menambahkan, intensitas joging lebih cepat dari jalan 1.000 langkah, menurutnya joging berpengaruh kepada kekuatan otot jantung dan jalan 1.000 langkah biasanya untuk umur 40 tahun ke atas. “Orang yang banyak bergerak, kapasitas jantung, paru-paru dan peredaran darahnya bagus serta otot menjadi kuat, sehingga jantung efektif berdenyut,” katanya. Dokter Umum, Revida Ulfah menyampaikan banyaknya manfaat yang didapat dari olahraga joging, dalam segi medis untuk kesehatan jantung, karena yang paling berperan dan urgen yaitu jantung dan otak. “Darah dipompa ke jantung akan dialirkan ke seluruh tubuh sehingga aliran darah lancar,” tutur Vida. Vida menuturkan, joging yang teratur akan terjadi pembakaran lemak sehingga terhindar dari penyakit yang membahayakan tubuh, seperti Kolesterol, Hipertensi, dan Diabetes Mellitus, Stroke, dan Migrain. “Joging yang teratur minimal tiga kali seminggu selama 30 menit agar oksigen ke otak jadi tercukupi,” ujarnya.



cmy

t


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.