Edisi 134

Page 1

CMY


EDITORIAL

SALAM REDAKSI

Perubahan yang Bernilai

Petugas Partai

B

erulah memang pidato Megawati dalam kongres PDI Perjuangan awal April lalu di Sanur, Bali, bagaimana tidak emosi Megawati begitu liar dalam melantangkan beberapa kalimat yang menyorot perhatian publik, salah serunya“Petugas Partai”. Tentu, Jokowi termasuk ke dalam kriteria petugas tersebut, namun hal yang nyentrik adalah Presiden Jokowi merupakan pilihan dari rakyat, jauh kalah selisih antara suara PDI Perjuangan dan suara rakyat. Permasalahannya sederhana, rakyat cemburu, rakyat ingin Jokowi sebagai petugas demi rakyat bukan petugas demi partai. Meski lahir dan besar di PDI Perjuangan tapi antara Jokowi dan PDI Perjuangan harus ada pemilahan yang cermat, kapan Jokowi itu sebagai kader dan kapan Jokowi Presiden Indonesia dan termasuk presiden petugas-petugas PDI Perjuangan. Bicara petugas partai, mungkin untuk partai belum bisa dikatakan dari segi struktural atau badan hukumnya sebagai partai, namun ini sudah rahasia umum, ada oknum atau golongan yang menyerupai partai dalam perpolitikan kursi rektor di IAIN Imam Bonjol ini, namun perpolitikan itu bermain di balik layar dengan desain alur yang halus hingga wayang dan dalang tidak terlalu pekat untuk disimak dalam kawal. Takutnya, rektor selanjutnya senasip dengan petugas partai, meski sudah menyusun segala misi dalam visi.untuk memimpin, partai memberi.tugas tambahan baginya, meski sebatas mengesksistensi partainya dibanding oknum lain. Artinya ada kepentingan gelap dalam visi misi rektor. Ataukah selama ini seperti itu hingga IAIN seperti ini? Cerdasi saja. Ada yang vital saat rektor diberi tugas partai, pertama akan ada oposisi karena rektor membawa misi lain walau sebatas eksistensi golongan, yang kedua rektor punya hak suara dalam menetukan pimpinan dan jajaran lain, sektor yang sangat empuk. Balanya, golongan berbendera tersebut tidak bisa berperan proporsional dalam bertarung, mesiki petarung adalah wayang dalang yang profesional, hingga diluar pemilihan rektor persaingan tersebut terus berputar. Menang kalah itu hal yang pasti, namun menerima kemenangan dan kekalahan itu sebuah prestasi. Berdewasalah, sudah terlalu tua untuk berselisih dengan idoelogi tua yang tidak melahirkan perubahan untuk IAIN IB kami, cukupkan saja pertarungan tersebut secara proposional dalam Pemilihan Rektor ini. []

Celoteh +1001 Harapan untuk Sang Pemimpin - Mode dongeng se ma + Penantian air terjun babang - Mode menanti 1001 Harapan untuk Sang Pemimpin

Apa artinya sebuah perubahan, jika tidak akan melahirkan sebuah nilai kebaikan, Salam Persma, ungguh perubahan yang bernilai kebai kan yang kami harapkan dengan tinggi pergantian rektor di perguruan tinggi Islam tertua di Sumatera ini. Pergantian pimpinan ini menjadi momentum paling berpengaruh terhadap kelanjutan dari kampus yang kian nafsu mengejar UIN khususnya empat tahun kedepan. Dalam ilmu mantiq merumuskan secara sederhana bahwa alam itu mutaghayyar

S

CERMINIA

(berubah), rumus ini yang secara logika mantiq sederhana mendefinisikan alam, saat semua berubah tentu harus ada nilai kebaikan yang terkandung dalam perubahan tersebut karena batu yang benda mati dalam ilmu mantiq pasti mengalami perubahan, maka harus ada nilai jika perubahannya tidak sama dengan mutaghayyar-nya batu. Nilai kebaikan seperti apa? Dalam al Quran sendiri mengatakan nilai perubahan itu terdapat saat kita mampu belajar dari keselahan dan kegagalan hari ini serta sebelumnya untuk bijak memaknai hari esok, maka itulah manusia yang beruntung.

Imam

B

anyak yang harus dipelajari untuk menjadi imam salat, sebab imam be rada pada posisi paling depan dari jamaahnya. Tidak mudah untuk menjadi seorang imam karena, sah atau tidaknya salat berjamaah tergantung pada imamnya. Salat harus dilakukan dengan pikiran yang jernih, agar bisa menjiwai tugasnya sebagai imam, jangan sampai ia berpikir sebagai sopir, meskipun ia sama -sama membawa orang kepada satu tujuan. Agar jiwa jernih, imam terlebih dahulu membersihkan dirinya dengan berwudhu. Imam harus membaca ayat dengan fasih serta bersuara lantang pada salat tertentu. Bacaan yang fasih akan membuat suasana salat yang khusyuk, jangan sampai bacaan salat seorang imam salah, karena bila bacaannya salah maka tujuannya akan menjadi salah. Imam terlebih dahulu harus berniat untuk menjadi imam. Niat adalah modal awal melakukan suatu amal, jika seseorang memiliki niat untuk menjadi seorang imam, maka dia telah yakin kepada dirinya untuk menjalankan amanah tersebut, namun bila tidak ada niat makmum pun tidak boleh memaksakan, karena bila suatu pekerjaan yang dilakukan dengan paksaan maka hasilnya tidak akan baik. Intinya sebelum menjadi imam, ia harus menanamkan niat pada dirinya. Ada beberapa syarat untuk menjadi seorang imam. Pertama, seorang imam harus orang yang lebih paham dengan ibadah. Ibadah merupakan karakteristik utama

Pemilihan rektor yang ke XV, tentu kita sudah punya kegagalan ataupun kekhilafan selama 14 kali menentukan rektor, kita tidak boleh membuta terhadap permainan yang selalu dimainkan dalam pemilihan ini, karena mata, telinga dan lidah kami membaca dan menyimpulkan permainan ini bak “ling-karan setan” yang tidak memberikan nilai kebaikan terhadap IAIN Imam Bonjol kami ini. Ikhlaslah beramal karena bendera IAIN Imam Bonjol. Selamat mencicipi untuk pembaca Tabloid Suara Kampus Edisi 134, tidak bersela beberapa hari edisi 133 beredar kru Back on The Track, untuk menyusun strategi dalam mengawal Pilrek ini dalam Edisi 134. Perombakan serta banting stir mewarnai proses dalam mengemas Edisi 134, pilihanpilhan pun harus dieksekusi untuk menetapkan sajian yang menarik semua selera pembaca. Pada rubrik Suara Khusus, kami menyajikan calon yang akan memperebutkan kursi rektor, tentu Senat yang memiliki suara terhadap pemilihan rektor mumpuni membaca sajian ini agar pilihannya nanti membawakan perubahan yang memiliki nilai kebaikan. Dalam racikan edisi ini, pembaca akan disuguhi rubrik baru dari Tabloid Suara Kampus yaitu rubrik Balai Adat, rubrik ini berangkat dari motto Suara Kampus yang ikut dalam pembangunan daerah, dengan rubrik ini akan menyajian hal yang beraroma adat, budaya dan tradisi Sumatera Barat yakni Minangkabau. [] Selamat menikmati

Oleh Jamal Mirdat Perwajahan LPM Suara Kampus dalam sebuah agama. Ibadah adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan ikhlas tanpa berharap imbalan selain ridho di sisi Allah. Imam yang baik akan melakukan ibadah dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari pakaian seorang imam. Artinya seorang imam harus matang dalam pola pikir serta pengaplikasian. Kedua, imam harus lebih banyak hafiz surat-surat Alquran. Dalam salat, setelah pembacaan surat Alfatihah akan dilanjutkan dengan membaca ayat-ayat pendek, imam yang memiliki hafalan ayat al Quran yang banyak. Jangan sampai ayat untuk salat jum’at dipakai pada saat salat jenazah. Artinya seorang imam harus mempunyai konsep dalam dirinya. Ketiga, lebih fasih dan baik dalam bacaan salat. Makna salat adalah berdoa, bila lafal salat yang dibaca oleh imam salah maka salah pula maknanya, akibatnya tujuan pun tidak tercapai sebagaimana yang diinginkan makmum. Artinya seorang imam harus berkomunikasi dengan baik. Keempat, lebih senior atau tertua dari pada jamaah lainnya, orang yang lebih tua

hidup di dunia memiliki pengalaman yang banyak dari yang lebih muda, ibarat pepatah minang, “nan tuo tampek batanyo nan mudo tampek ba iyo”. Artinya seorang imam haruslah orang yang mempunyai pengalaman keagamaaan. Kelima, tidak mengikuti gerakan Salat orang lain. Jangan sampai imam dalam salat melakukan tarian, hal itu mungkin akan membuat makmum tertawa. Apalagi rakaat salat subuh dijadikan rakaat salat zuhur oleh imam tersebut. Artinya imam harus konsisten melakukan salat. Imam yang baik adalah imam yang mengerti kondisi makmumnya, bila kebanyakan dari makmumnya adalah kaum tua dan lemah, seorang imam yang baik tidak membaca ayat yang panjang, namun bila kebanyakan makmunya adalah kaum muda dan penuh semangat maka seorang imam yang baik akan membaca ayat-ayat dengan lantang dan panjang, agar makmumnya lebih semangat pula mengikuti imam. Ada tatakrama menjadi seorang imam, diantarnya adalah tahu diri. Jika ada yang lebih bagus maka janganlah memaksakan diri jadi imam, sebab hal itu hanya membuat gundah para makmum yang kebanyakan orang awam. Anak muda boleh jadi imamnya orang yang sudah tua, asal sadar. Makmum yang baik juga harus mencari imam yang tepat supaya salatnya khusyuk dan lancar, untuk itu mari kita berdoa agar salat berjamaah kita diterima oleh Allah SWT.

Pemimpin Umum : Yogi Eka Sahputra. Sekretaris Umum : Elvi Safri Dinyyati Rahmatika. Bendahara Umum : Rosi Elvionita. Pemimpin Redaksi : Taufiq Siddiq. Pemimpin Perusahaan : Jeki Pernandos. Pemimpin SDM : Hervina Harbi. Redaktur Pelaksana : Bustin, Eka Putri Oktaridha Ilahi. Redaktur : Aidil Ridwan Daulay, Kanadi Warman, Yandri Novita Sari, Syofli Apri Yanil. Koordinator Liputan : Veni Andriyani. Bidang Perwajahan & Desain Grafis : Mukhtar Syafi’i, Jamal Mirdat. Manager Usaha & EO : Zul Anggara. Manager Iklan & Sirkulasi : Delli Ridha Hayati, Amaliyatul Hamrah. Manager ADM & Umum : Nofri Pelindung: Migo. Kepala Litbang : Rahmadi. PgS. Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Wartawan : Friyosmen, Rahmi Yati, Sherly Fitri Yanti, Rahmi Jumita, Risya Wardani, Silvia Wulandari, Titi Rahma Sari, Elyza Penanggung Jawab: Ningsih,Axvel Gion Revo, Destiwi Zurima, Neneng Isnaniyah (Mg), Lisa Fauzia (Mg), Khairuddin (Mg), Muhammad Iqbal (Mg), Wakil Rektor III IAIN Imam Bonjol Padang Meilia Utami (Mg), Audia Meliza (Mg). Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH Percetakan : PT GENTA SINGGALANG PRESS (Isi di luar tanggungjawab pencetak) Kepala Biro AUAK Drs. Dasrizal, MA Pembina: Sutan Zaili Asril, Yulizal Yunus Sheiful Yazan, Emma Yohana, Abdullah Khusairi, Muhammad Nasir, Andri El Faruqi Dewan Redaksi: Arjuna Nusantara, Zulfikar Efendi, Ahmad Bil Wahid, Ridho Permana, Twitter: @suara_kampus | Email: lpmsuarakampus@gmail.com | redaksi@gmail.com | Fanpage : Suarakampus.com Dosfrianto

SUARA KAMPUS.com


KOLOM

Membangun Pemimpin Oleh Taufiq Siddiq Mahasiswa Psikologi Islam

P

emimpin adalah simbol dari satu ke satuan yang sewarna dalam tujuan, disimbol kan pada satu sosok yang akan mengisinya, lumrahnya sosok yang mengisi simbol itu adalah sosok yang mempunyai kapasitas lebih, pemimpin harus mempunyai kadar bertanggung jawab yang lebih dari rakyatnya, jika rakyatnya cerdas maka pemimpinnya harus lebih cerdas. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi memimpin, namun tidak semua potensi itu yang berkapasitas untuk mengisi simbol pemimpin. Dewasa ini, opini publik menjadi pertimbangan yang sangat menentukan saat memilih pemimpin, karena publik akan membangun sebuah opini berdasarkan apa yang dominan di lingkungannya, misal Jokowi, presiden Indonesia ini sukses membangun opini pemimpin yang sederhana, ditambah prawakan wong cilik, rakyat kecil khususnya kian terpikat kepada Jokowi, padahal banyak yang lebih dalam konteks pemimpin dari insinyur asal Solo tersebut, namun meski kalah dalam pengakuan akademisi dan sebagainya, bagi publik Jokowi berkapasitas. Bicara Jokowi ada hal krusial dari pemilihan presiden 2014, Indonesia nyaris terbelah di dua kubu dalam persaingan RI 1, persaingan itu berbuntut sampai awal pemerintahan Jokowi, kontrasnya salah satu kubu, menutup diri untuk pemerintahan , meski itu hanya dalam senyap, tapi efeknya Jokowi tidak sempurna memulai, lihat kisruh penetapan ketua di MPR dan DPR, nyaris Indonesia butuh Badan Penanggulangan Bencana Politik kala itu. Namun hal itu memberikan kita sebuah pelajaran tentang simbol pemimpin, bahwa pengakuan publik ataupun pengakuan akademik dan sebagainya tidak mampu menghidupkan simbol tersebut jika semua lini tidak membaur di dalamnya. Membangun Pemimpin adalah sinergi dari pemimpin dan yang dipimpim. Telanjangi saja, pemilihan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang yang sudah tua dalam berkubu-kubu memperebutkan kursi pemimpin di kampus yang hampir setengah abad ini, sialnya adu politik tersebut tidak usai-usai meski pemilihan terus berlalu dengan ambar, alhasil ikhlas beramal IAIN sudah koyak akibat sikap itu. Hebatnya kemampuan pemimpin tidak akan bisa memadukan simbol pemimpin sendiri, harus ada rakyat yang mendukung agar membangun pemimpin padu dalam simbol tersebut, pemimpin dan yang dipimpin. Cerdas pemimpin karena rakyatnya cerdas, pemimpin yang amanah karena rakyatnya fatanah. Pemilihan rektor ini momen, untuk me-ruh kembali dengan bendera ikhlas beramal. Karena IAIN, Ini sawah kita semua, ada keluarga yang mengharapkan panen buah padinya jangan hanya menjadi hama di sawah yang ini,mengambil kehidupan tapi enggan menghidupakan. []

Pasan

SUARA PEMBACA

The Fantastic Four S

etelah tujuh belas tahun menyelesai kan kuliah di ‘Kampus Keramat’ IAIN IB, ingatan akan keindahan dan kepahitan ketika menjalankan studi terasa kembali menari-nari di depan mata, peristiwanya terjadi hari Selasa lalu (21/ 04/15) ketika dua orang ‘awak media’ Tabloid Suara Kampus mendatangi saya ke kampus UNP Air Tawar Padang. Terbit sikap romantisme saya dibuatnya, keduanya memakai uniform layaknya kuli tinta profesional, sesuatu yang belum saya rasakan ketika menjalani ‘profesi’ yang sama belasan tahun lalu. Entah kenapa, perasaan iba dan sayang muncul begitu saja ketika melihat wajah kedua ‘wartawan’ ini, padahal belum sekalipun kami bertemu, mungkin itulah yang disebut esprit de corps (the common spirit existing in the members of a group). Serta merta kami pun telah terlibat dalam beberapa topik perbincangan, sejak cerita-cerita nostalgia tentang pengelolaan Suara Kampus tempoe doeloe, hingga persoalan-persoalan mutaakhir yang terjadi dan berkembang di kampus IAIN IB. Hari menjelang siang, pembicaran terus berlangsung sembari bergerak merapat menuju kafe yang terletak di halaman belakang kampus Pascasarjana UNP. Setelah kudapan siang berangsur tandas satu persatu, kedua wartawan Suara Kampus pun menyampaikan maksud kedatangannya, intinya adalah meminta saya untuk ‘kembali’ menulis di Suara Kampus, dan tulisan yang pertama adalah pengamatan atau analisa di sekitar bergejolaknya suhu di kampus IAIN IB menyusul telah berlangsungnya tahapan demi tahapan sukses rektor menjelang pertengahan tahun 2015 ini. Permintaan tersebut bagi saya tentu bukan hal yang mudah dan dapat dipenuhi begitu saja. Paling tidak ada tiga hal yang menyulitkan bagi saya untuk melakukannya. Pertama, sebagai orang yang sudah ‘dilepas’ ke dunia liar oleh IAIN IB sejak berbelas tahun lalu, saya tidak lagi begitu paham dengan ‘peta pertarungan’ di kampus ini, entah kubu mana yang sedang berkuasa dan membagi habis jabatan dan ‘wibawa’ antar sesama anggota ‘kelompok’ saja. Saya juga tidak lagi bisa mengetahui secara persis seberapa mengkristalnya politik ‘warna baju dan bendera’ di antara kelompok-kelompok civitas akademikanya. Yang pasti tentu saya juga tidak tahu bahwa apakah dosendosen IAIN IB yang sudah semakin banyak Doktor dan Profesornya, berbanding lurus dengan semakin meningkatnya kualitas akademis dan semakin tinggi wibawa institusinya. Dengan segala ketidaktahuan itu, tentu akan dipandang ceroboh jika saya memberikan analisa dan penilaian tentang perkembangan dan gonjang-ganjing yang terjadi di almamater yang teramat saya cintai ini. Kedua, jika saya memberikan opini, analisa ataupun penilaian terhadap situasi yang tengah berkembang di IAIN IB, dari tempat berdiri saya hari ini, maka tentu akan banyak yang berpandangan bahwa hal itu sangatlah subyektif karena melihat dari luar dan dari kejauhan saja,

Oleh Abdul Salam

akan ada yang berkata, “selelah mata memandang lebih penatlah bahu memikul”, dalam keadaan seperti itu rasanya lebih baik tawaqquf dari pada keliru dalam menganalis. Ketiga, kalaupun penilaian dan analisa tetap diberikan, maka pihak yg merasa tidak secure dengan hasil penilaian tersebut dipastikan akan melacak background saya, lalu menemukan sesuatu dan menyimpulkan serta mengatakan, “O, pantas saja dia terkesan cenderung pro pada pihak itu karena mereka berasal dari Ormas yang sama !” Saya sudah memutuskan untuk tidak akan membuat analisa tentang situasi yang tengah berkembang di IAIN IB dengan pertimbangan dan alasan-alasan yang telah dikemukakan di atas. Tetapi keadaan berubah ketika Jumat malam (24/04/15), salah seorang wartawan Suara Kampus yang menemui saya tempo hari itu menelpon dan mengingatkan tentang opini atau artikel yang saya janjikan, sambil ia menggambarkan informasi terakhir yang sedang berkembang. Informasi terakhir yang disampaikan adalah tentang mengerucutnya calon Rektor IAIN IB dari enam belas menjadi empat orang saja, satu di antaranya adalah calon out sourcing, yaitu Prof. Dr. Armai Arief, mantan WR. III UIN Syahid Ciputat, yang menjadi anggota dream team-nya Rektor UIN Ciputat saat itu, Prof.Dr. Azyumardi Azra. Adapun tiga lainnya adalah Prof. Dr. Duski Samad, Dr. Eka Putra Wirman dan Yasrul Huda, P. hD. Mendengar perkembangan yang disampaikan itu, saya merasa tersentak, rasa optimis dan ekspektasi yang tinggi terhadap rekonstruksi dan kemajuan IAIN IB sepertinya ‘sudah’ menemukan jalan terangnya. Keempat nama yang muncul itu dapat dimaknai sebagai sebuah sinyal yang sangat kuat, yang muncul dari relung hati segenap civitas akademika, bahwa perubahan dan Rekonstruksi Besar IAIN IB adalah sesuatu yang tidak bisa di tawar-tawar lagi. Kecuali Prof.Dr. Armai Arief yang berasal dari ‘luar’ IAIN IB, sesungguhnya ketiga nama itu, sudah terprediski banyak kalangan. Penulis sendiri, pada hari Sabtu (18/04/15) mem-posting perkiraan di sebuah Media Sosial tentang The Big Five dari 16 Balon yang memenuhi syarat administratif. Tiga nama yang penulis prediksi dalam The Big Five akhirnya mengerucut ke dalam ‘empat besar’. Jika dilihat dari bobot dan kapasitas keempat calon ini, maka bolehlah mereka dijuluki The Fantastic Four. The Fantastic Four sendiri adalah judul sebuah film Hollywood yang meng-

08779298xxxx Assalamualaikum wr wb..Saya dari MAHASISWI BP’13.. Punya unek-unek, komentar terhadap keadaan Saya merasa kurang nyaman karena perpustakaan institut kampus, kirim kegelisahan tersebut ke Pasan yang ditutup karena mau dipindahkan kabarnya..seharusnya Suara Kampus, SMS ke 085278398655, sertakan itu dilakukan sewaktu mahasiswa libur.. karena akibatnya nama dan fakultas, mahasiswa/I kesulitan jika ingin meminjam buku..terimakasih dan maaf sebelumnya kk.. 08239119xxxx Buat kampus mohn jgn mempersulit mhs dlm menyel08126152xxxx saikn tgs akhirny, smg adany pergantian rektor yg akn dtang, Semester ini banyak kuliah siang di SC, panasnya itu lo. mampu merubh kmpus lebih baik lgi dri seblum ny TQ Gk tahan. 08318245xxxx 08779274xxxx Asw, saya merasa agak mengeluh dg isi lokal mahasiswa PAk, knp fslits kmpus msh sprt t tdk prnh berubh,kok yg padat smpai mencapai 70 org per lokal di syari’ah bangku x yg msh ad j path2,t gedung x yg msh amburadul,ndk khususnya jur. Eki, shngga saya kurang jelas utk menangkap enak dpandang,,, pelajaran yg disajikan oleh dosen. Dan kampus juga tdk tambah lo iain ko seolah maagiah hrpn j mimpi c k mhmenyediakan kursi sesuai dg bnyaknya mhsiswa dilokal, ssw,,,, jan kn kmpus baru yg rnck,, kmpus lmo c gdung x shngga saya sering mengangkat kursi dari lantai 1 ke lantai ndk beres2 doh...

gambarkan empat sosok manusia Super Hero dengan masing-masingnya mempunyai kekuatan Super yang saling berbeda. Ada Ben Grimm bentuk tubuhnya seperti susunan batu cadas, dia teramat kuat, kekuatan ototnya tidak terbatas. Ada Jhonny Storm yang mampu mengeluarkan ‘badai api’ dari sekujur tubuhnya, dia dapat melesat bak kilat dengan api yang tetap menyembur dari badannya, tidak ada musuh yang bisa selamat jika sudah berhadapan dengannya. Ada Reed Richards alias Rubber Man dengan tubuh yang sangat elastis melebihi plastik, sehingga tidak dapat dilukai oleh benda dan senjata apapun. Terakhir ada Sue Storm dengan julukan The Invisible Woman, seorang perempuan dengan kekuatan ‘Badai Tornado’ dan punya kemampuan menghilang, sehingga ia selalu mampu menyelamatkan diri dalam suasana sesulit apapun. Namun, sekalipun mempunyai kekuatan yang berbeda, mereka selalu bergerak sinergis dengan tujuan yang sama, yaitu “Menyelamatkan Dunia”. Keempat kandidat Rektor IAIN IB yang sudah terjaring itu, adalah figur-figur yang menggambarkan “Segitiga Kiblat Ilmu”. Ada Yasrul Huda P. hD, pentolan Leiden University negeri Belanda, salah satu perguruan tinggi prestisius di daratan Eropa, dengan tradisi keilmuan berbilang abad yang selalu ‘menoreh’ bangga kepada setiap alumninya. Dia diharapkan mampu membangun spirit dan tradisi Leiden. bahkan ia mesti didorong oleh semua unsur internal untuk me-Leiden-kan Lubuk Lintah. Ada Dr. Eka Putra Wirman, salah seorang dosen IAIN IB dengan pengalaman dan penjelajahan akademis Timur Tengah yang sangat lengkap. Semua mestinya memberi kesempatan pada dia, untuk ‘meruahkan’ obsesi besarnya tentang IAIN IB, sampai akhirnya ia dapat meng-Cairokan atau meng-Al-Azhar-Lubuk Lintah. Begitupun dengan Prof. Armai Arif dan Prof. Duski Samad, yang satu berpengalaman mengantarkan UIN Ciputat menjadi sebuah perguruan tinggi yang sangat dihormati di dunia Islam khususnya dan Perguruan Tinggi Internasional pada umumnya. Sedangkan yang satu lagi dikenal mempunyai reputasi yang cukup baik dalam interaksi di dunia akademis dan dunia sosial keagamaan. Dia adalah tipikal Islam “bercita rasa” local genius karena berupaya menampilkan modernitas sekaligus tradisionalitas Islam dalam satu ‘Ketukan Nada” Inilah momentum itu ! Inilah decisive moment Inilah the real fantastic four untuk IAIN IB Padang Di sinilah peran yang sangat strategis tergenggam di tangan para ‘Senator” yang akan menggunakan hak pilihnya. Para anggota “Senat Institut” yang mulia itu akan tercatat dalam sejarah panjang IAIN IB, bahwa di tangan merekalah perubahan besar telah diretas. Barisan besar alumni turut menanti kebesaran jiwa dan kejernihan hati di hari yang dinanti. Selamat Datang Jaman Baru, Jayalah IAIN Imam Bonjolku ! (Penulis adalah Ketua Penyunting Tabloid Suara Kampus IAIN IB Padang 1997-1998. Kini sebagai Dosen di Fakultas Ilmu Sosial UNP

08238115xxxx Bahagia rasanya ketika kedatangan kami (mahasiswa) disambut senyum oleh pegawai kampus dan pasti kecewa ketika sambutan tidak seperti harapan. Jika sudah kecewa, ujung-ujungnya kamipun menganggap mereka (sebagian) seperti binatang buas yg pastinya kami takut untuk mendekatinya. Mohon maaf karena kami sering membuat bapak/ ibu repot. Tegur dan ajarilah kami jika kami salah! Kedatangan kami ke kampus ini untuk belajar. Kalau Bapak/Ibu mengajari kami seperti itu, sebagaimana jika itu kami contoh? Bagaimana jika suatu saat nanti kami duduk di posisi Bapak/Ibu, kemudian berlaku sama terhadap anak Bapak/ Ibu? Terima kasih untuk semuanya.. senyummu semangat bagi kami. 085365982xxxx Pak, baa kok pmndhn perpus instt lmo bna? kami mahssw akhir ko jd ndk bs cr sumber lae,,


Pemilihan Rektor IAIN Imam Bonjol Ke-XV

Menuju Kursi Nomor Satu Mukhtar Syafi’i/Suara Kampus

Rabu 29 April akan menjadi hari bersejarah bagi IAIN Imam Bonjol Padang. Hari penentuan siapakah yang terpilih menjadi calon Rektor IAIN. Pemimpin yang akan menahkodai kampus islami ini empat tahun ke depan. Kamis 23 April 2015, terdaftar empat nama yang akan bersaing menjadi calon orang nomor satu di IAIN Imam Bonjol Padang. Panitia Pemilihan Rektor (Pilrek) Maksum menuturkan, tiga di antara keempat calon tersebut dari civitas akademika IAIN Imam Bonjol Padang yaitu Duski Samad Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan, Eka Putra Wirman Kepala Lembaga Jaminan Mutu IAIN IB dan Yasrul Huda Dosen Fakultas Syariah, satu dari alumni IAIN IB yaitu Armai Arief. “Calon yang sudah men-daftar itu ada empat, dan satu orang dari Jakarta,” tutur Dekan Fakultas Adab dan Humaniora kepada Suara Kampus. Pemilihan rektor IAIN Imam Bonjol Padang yang ke XV ini akan diperebutkan empat kandidat yang berasal dari generasi yang berbeda, Armai Arief misalnya, menyelesaikan starata satunya di IAIN Imam Bonjol Padang 1982. Sedangkan Duski Samad 1985 selesai sebagai sarjana muda IAIN, lalu ada Eka Putra Wirman selesai studinya di Al Azhar 1993, dan Yasrul Huda 1993 di Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang. Perjalanan para kandidat tidak sampai disitu, pengalaman sudah diraup hingga datang hari ini untuk mendapatkan posisi rektor IAIN Imam Bonjol Padang. Setelah terdaftarnya empat calon rektor, selanjutnya panitia memeriksa kelengkapan berkas untuk diserahkan kepada senat pada Minggu 26 April 2015. “Kita tetap menyerahkan berkas calon rektor sesuai tanggalnya. Meskipun kemungkinan dengan satu hari, panitia bisa menyeleksi berkas tersebut dalam satu hari,” terangnya, Kamis (23/04). Selasa 28/04 2015, dilaksanakan diskusi dan bedah visi misi di hadapan mahasiswa dan dosen. Ketua Panitia Pilrek, Welhendri Azwar memaparkan, 29 April 2015, calon rektor mempresentasikan visi dan misi di hadapan sidang senat untuk dipertimbangkan dalam menetapkan calon rektor. “Senat melakukan pemungutan suara pada rapat tertutup. Hasilnya akan diajukan kepada menteri sebagai calon rektor,” jelasnya. Berpacu di Separuh Waktu Keempat calon rektor tersebut, sebelumnya telah melewati proses penjaringan oleh panitia. Berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 11 tahun 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang Diselenggarakan oleh Pemerintah. Pengganti Sementara (PgS) Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Asasriwarni mengungkapkan, Panitia Pilrek IAIN Imam Bonjol Padang dibentuk pada Senin 6 April 2015, dengan jumlah 16 orang. Lima panitia utusan fakultas selingkup IAIN Imam Bonjol, sisanya pegawai tata usaha. Panitia di-ketuai oleh Welhendri Azwar. Merujuk kepada PMA No. 11 tahun 2014 pasal 6 ayat 1 huruf b,

Melewati: Salah satu Karyawan lewat di depan baliho tahapan dan jadwal pemilihan Calon Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Minggu (19/04).

“Kalau pun ada kepentingankepentingan sebagian kelompok di balik pemilihan ini, kami akan tegas dan tetap bersikap independen,” Welhendri Azwar Ketua Panitia Pemilihan Rektor IAIN IB 2015 pembentukan panitia Pilrek kali ini tidak sesuai dengan waktu yang seharusnya. PMA menyatakan penjaringan dan penyaringan dilakukan 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan rektor. Sementara panitia Pilrek IAIN baru dibentuk tiga bulan sebelum masa jabatan rektor habis, pada Juni 2015 mendatang. Menanggapi ketidaksesuaian pembentukan panitia berdasarkan PMA, Asasriwarni mengatakan pembentukan panitia tidak sesuai dengan PMA No. 11 tahun 2014 karena rektor sebelumnya dibebastugaskan oleh menteri sebelum masa jabatan habis. Sehingga pembentukan PgS Rektor harus didahulukan. Situasi seperti itu, mengakibatkan pembentukan panitia tertunda beberapa minggu. “Pembentukan panitia hanya berada di batas maksimal tiga bulan sebelum berakhirnya masa jabat-an rektor,” paparnya. Meski demikian Asas menilai hal ini tidak melanggar hukum, sebab, ini hanyalah kesalahan pada teknis penyelenggaraan, tidak pada inti atau materi dalam pemilihan rektor. “Tidak akan mengganggu ke absahan pemilihan calon rektor dan itu tidak menjadi persoalan serius,”ulasnya. Hal senada dinyatakan Welhendri Azwar. Meskipun waktu panitia lebih sedikit dibanding yang seharusnya, menurutnya keterlambatan pembentukan panitia bukanlah suatu masalah. Panitia

cukup terbantu dengan agenda yang telah disusun perhari. “Waktu yang singkat itu tidak memberatkan bagi kami. Kami tinggal menjalankan dan berusaha maksimal,” ujarnya saat ditemui Suara Kampus di ruanganya Sesuai dengan agenda yang tertera pada Draf Tata Tertib Pemilihan Calon Rektor IAIN Imam Bonjol Padang periode 2015-2019, terdapat prosedur Pilrek. Tahapan pertama dinamakan tahapan penjaringan. Pertama-tama panitia menetapkan bakal calon yang berhak mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai calon rektor. Sesuai dengan persyaratan bakal calon rektor yang tertera dalam PMA No. 11 tahun 2014 yang kemudian telah diganti dengan PMA No. 1 tahun 2015, panitia mengapungkan 16 nama bakal calon rektor yang berhak mencalonkan diri atau dicalonkan. Dari 16 nama tersebut, tercantum tiga bakal calon perempuan. Selain itu, dua profesor masuk list nama-nama yang memenuhi syarat untuk dijadikan bakal calon rektor IAIN Imam Bonjol Padang. Bakal calon tersebut di antaranya dua dari Fakultas Adab dan Humaniora, yaitu Dr. Firdaus M. Ag, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora dan Dr. Firdaus M. Ag, Lektor Kepala Mata Kuliah Sejarah Budaya Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora. Empat dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK). Di

antaranya Dr. Alkhendra, M. Ag, Dekan FDIK, Dr. Wakidul Kohar, M. Ag, WD Bidang Akademik FDIK, Welhendri Azwar S. Ag., M. Si, WD Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama FDIK dan Dr. Mellyarti Syarif M. Pd, Lektor Kepala Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling. Dari Fakultas Syariah sebanyak enam nama masuk kriteria, di antaranya Dr. Efrinaldi M. Ag, WD Bidang Akademik Fakultas Syariah, Dr. H. Muchlis Bahar Lc. M. Ag, Dekan Fakultas Syariah, Dra. Hulwati M. Hum., Ph D, WD Bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syariah, Nelmawarni S. Ag. M Hum, Ph D, WD Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah, Ahmad Wira M. Si., M. Ag. Ph D, Kepala Pusat Pengembangan Standar Mutu Lembaga Penjamin Mutu IAIN Imam Bonjol Padang dan Drs Yasrul Huda, M. Ag., Ph D, Lektor Kepala Mata Kuliah Hukum Islam Pada Fakultas Syariah. Sedangkan dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yaitu Prof. Dr. H. Duski Samad M. Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN. Sementara dari Fakultas Ushuluddin tiga nama. Di antaranya Dr. Ikhwan SH, M. Ag, Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Dr. Edi Safri, Guru Besar Mata Kuliah Ilmu Hadis pada Fakultas Ushuluddin dan Dr. H. Eka Putra Wirman, M.A, Lektor Kepala Mata Kuliah Ilmu Kalam, serta Ketua Lembaga Jamin-

an Mutu IAIN Imam Bonjol Padang. Setelah menentukan namanama yang berhak mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi bakal calon rektor, selanjutnya panitia mengirimkan surat permohonan kesediaan menjadi calon rektor. Pada 13 sampai 14 April 2015. “Surat telah kita kirimkan kepada 16 bakal calon tersebut,” ungkap Welhendri, Selasa (14/04). Setelah pengiriman surat, panitia menunggu balasan surat tersebut mulai 15 sampai 23 April 2015. Dalam jangka waktu sembilan hari, nama-nama yang menerima surat permohonan bersedia menjadi calon rektor harus melengkapi persyaratan admini-strasi yang juga menjadi bukti memenuhi syarat untuk menjadi calon rektor. Selain itu, pendaftar harus menyertakan visi dan misi. Tahapan kedua ialah tahapan penyaringan pada Minggu 26 April 2015. Panitia melakukan seleksi terhadap persyaratan administrasi bakal calon rektor. Penyeleksian administrasi itu, lanjut Welhendri, dikerjakan seluruh panitia dan tidak ada tim khusus. “Setelah melakukan seleksi, hasil seleksi tersebut disampaikan ke senat hari itu juga,” ujarnya. Selanjutnya senat melakukan pemungutan suara dalam rapat tertutup bersama menteri dengan ketentuan, menteri memiliki 35 persen hak suara dari total pemilih dan senat memiliki 65 persen hak suara, masing-masing anggota senat memiliki hak suara yang sama. Ketika ditanya terkait ketentuan tersebut, Welhendri mengaku tidak bisa berkomentar terkait alasan mengapa ada ketentuan hak suara antara senat dan menteri. Panitia tidak mempermasalahkan hal itu dan hanya mengikuti ketentuan. “Kalau itu ketentuan menteri, kita ikut saja. Kalau ditanya mengapa bisa ada kebijakan seperti itu, tanya saja langsung pada menteri,” pungkasnya. Sementara dalam menjalankan kegiatan, tambah Welhendri, panitia akan bersikap seindependen mungkin. Bekerja secara profesional dan proposional. “Kalau pun ada kepentingan-kepentingan sebagian kelompok di balik pemilihan ini, kami akan tegas dan tetap independen,” pungkasnya. Awalnya, Maksum Panitia Pilrek mengatakan hari pertama pendaftaran, belum ada di antara penerima surat permohonan yang mendaftar sebagai calon rektor. “Berhubung baru dikirim kemarin, hari ini belum ada yang mendaftar,” tuturnya, Rabu (15/04). Hingga Selasa 21 April, masih belum ada yang mendaftar sebagai calon rektor. Sebagai antisipasi, Maksum mengungkapkan bahwa panitia telah mempersiapkan plan B untuk jadwal pendaftaran calon rektor. “Jika lewat deadline yang sudah dijadwalkan belum ada yang mendaftar, jadwal pendaftaran diperpanjang hingga Minggu (26/ 04),” terangnya. Pada Kamis 23 April, empat orang pun mencalonkan diri menjadi calon rektor. Maksum mengatakan perpanjangan tidak dilakukan sebab calon yang mendaftar sudah lebih dari tiga orang. Empat calon inilah yang selanjutnya akan diproses ke tahap-tahap berikutnya, untuk selanjutnya diajukan kepada menteri.


37 Hak Pilih untuk Calon Rektor IAIN Imam Bonjol Padang

Mengawal Independensi Senat Mukhtar Syafi’i/Suara Kampus

M

engacu pada Peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur Perguruan Tinggi Keagamaan, menyatakan tahap penjaringan dan penyaringan calon Rektor/Ketua/Direktur dilakukan oleh Senat, maka 12 April 2015 dibentuklah 37 anggota Senat Institut. Pada PMA No. 1 tahun 2015 dinyatakan bahwa Senat Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik atau Akademi yang selanjutnya disebut senat adalah unsur penyusun kebijakan yang menjalankan fungsi penetapan dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akademik. Maka dalam prosedur Pilrek, senat ialah unsur yang akan mempertimbangkan dan menetapkan calon rektor sebelum diajukan kepada menteri. Ketua Senat, Syaifullah ketika ditemui Suara Kampus di ruangan kerjanya, Senin (13/04) mengatakan, pada awalnya Senat Institut berjumlah 35 orang. Terakhir ditambah 2 orang, yaitu kepala LPPM dan LP2M pada 12 April 2015. Beliau juga menjelaskan, syarat-syarat menjadi seorang senat yaitu guru besar, seluruh pejabat struktural tingkat rektorat, dekan, seluruh pejabat LPPM dan LP2M, serta utusan dosen dari fakultas. Terkait prosedur, Syaifullah mengatakan terdapat perbedaan antara tingkat universitas umum dengan universitas agama seperti IAIN. Perbedaan tersebut terdapat pada keterlibatan menteri dalam memberikan hak suara. Pada tahap pemungutan suara IAIN, menteri sama sekali tidak diikutkan. Berbeda dengan universitas umum, 35 persen suara ditentukan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Ketentuan yang berlaku pada Kementerian Agama (Kemenag) memberi kesan, senat lebih man-diri dalam menentukan suara. Suara sepenuhnya terfokus dan ada di tangan senat. “Peran Kemenag hanya dalam penetapan atau pengukuhan rektor,” ungkapnya. Syaifullah menganggap, keikutsertaan menteri dalam hak suara dapat mengakibatkan calon rektor berikutnya akan berlomba-lomba mendekati atau menarik perhatian menteri. Maka, ketentuan Kemenag harus disyukuri. Sebab, demokrasi dan lebih menghargai suara rakyat, yang diwakili senat. “Karena kalau terlalu besar interpensi pusat yang hanya sekitar 65 persen menghargai seluruh suara senat, maka rektor yang dibutuhkan sulit untuk ditemukan,” katanya. “Pada tahap pemungutan suara, setiap anggota senat berhak mengusulkan satu calon,” tambahnya. Menjelang pemilihan rektor terdapat beberapa tugas yang dijalankan oleh senat, yaitu menyusun, menfomolasikan perencanaan tentang akademik IAIN ke depan, mengontrol dan mengawasi rektor dalam bidang akademik. Sedangkan dalam bidang keuangan yang mengontrolnya ialah Satuan Pengawas Internal (SPI). “ Selain dari keuangan semuanya di bawah kontrol para senat,” jelasnya. Pada pemilihan rektor Selasa 28 April 2015, calon rektor akan menyampaikan visi dan misi di hadapan mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang dan seluruh dosen, serta dihadiri juga oleh Senat Institut. Kemungkinan, jelas Syaifullah, jadwal penyampaian visi dan misi dipisahkan antara di hadapan mahasiswa dan di hadapan dosen. Sehingga mahasiswa juga merasa

Rapat : Senat Institut membahas Tartib Pemilihan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, di gedung II Fakultas Ushuluddin, Minggu (19/04).

“Kita akan menetralisir persepsi seperti itu. Saya sendiri akan mengawalnya. Jikalau ada yang melemahkan, yang mendiskriditkan IAIN, saya langsung yang akan turun tangan, Senat adalah lembaga yang berdiri sendiri yang tidak bergantung pada rektor,” Syaifullah Ketua Senat Institut IAIN IB 2015 rektor yang terpilih nantinya juga rektor mahasiswa yang tidak hanya rektor para dosen. “Jika mahasiswa merasa tidak berkepentingan dalam Pilrek ini, akan banyak akibatnya. Rektor yang terpilih nanti mungkin tidak akan didukung oleh mahasiswa. Tidak ada komunikasi yang efektif antara mahasiswa dan rektor atau sebaliknya. Tidak ada kepedulian, rasa tanggung jawab, pembelaan dan rasa bangga mahasiswa terhadap rektornya,” terangnya. Mahasiswa juga diberikan peluang dan disediakan forum untuk mengusulkan satu nama calon rektor. Selanjutnya menyampaikan kriteria rektor impian mahasiswa. Kegiatan ini, menurut Syaifullah, perlu diskusi dengan seluruh organisasi intra kampus IAIN Imam Bonjol Padang. “Agar nantinya mahasiswa merasa rektor yang terpilih adalah rektor mereka,” harapnya. Syaifullah memaparkan, untuk tahap penjaringan calon rektor telah dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh rektor dan mendapat SK langsung dari rektor. Pada tahap tersebut panitia menentukan nama-nama yag berhak untuk dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi bakal calon rektor. Syarat dan kriteria bakal calon rektor tersebut tertera dalam Undang-Undang PMA No. 11 Tahun 2014 yang telah diganti dengan PMA No.1

Tahun 2015 yang menetapkan persyaratan bakal calon rektor, yaitu pertama berstatus PNS, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, berusia maksimal 60 tahun pada saat berakhirnya periode masa jabatan rektor sebelumnya pada Juni 2015, ketiga dibuktikan dengan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK) serta fotokopi KTP yang dilegalisir oleh pejabat berwenang. Keempat, lulusan program doktor (S.3) dibuktikan dengan fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh pejabat berwenang, kelima pernah memangku jabatan tambahan paling rendah sebagai wakil rektor, dekan, wakil dekan, direktur, wakil direktur serta ketua lembaga yang dibuktikan dengan fotokopi SK yang dilegalisir oleh pejabat berwenang. Keenam, memiliki jabatan fungsional paling rendah Lektor Kepala yang dibuktikan dengan fotokopi SK fungsional yang telah dilegalisir oleh pejabat berwenang. Selanjutnya ketujuh, sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan hasil general cek up dari dokter rumah sakit pemerintah. Kedelapan, tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang dan atau berat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dinyatakan dengan surat pernyataan bermatrai 6000. Kesembilan, tidak sedang

pidana berdasarkan keputusan pengadilan dengan kekuatan hukum tetapi, dibuktikan dengan surat keterangan pengadilan negeri. Kesepuluh, membuat pernyataan tertulis tentang kesediaan dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi rektor dan sebelas pas foto 4 x 6 bewarna dengan latar merah.Terakhir membuat pernyataan tertulis tentang visi dan misi kepemimpinan. Selanjutnya, membuat program peningkatan mutu institut selama empat tahun ke depan, meliputi peningkatan mutu lulusan selama periode kepemimpinannya, peningkatan kreativitas, prestasi dan akhlak mulia mahasisiwa. Kemudian penciptaan suasana lingkungan kampus yang asri, keagamaan dan ilmiah. Berikutnya peningkatan kualitas dosen dan staf. Terakhir pelaksanaan efektivitas, efesiensi, transparansi dan akuntabilitas program. Bagi mereka yang memenuhi syarat yang tercantum sesuai undang-undang PMA No.1 Tahun 2015, lanjut Syaifullah, maka akan dikirimi surat oleh panitia yang menyatakan bersedia dicalonkan atau tidak, menjadi calon rektor . Kemudian mereka akan membalas surat itu dengan menyatakan “Saya bersedia atau saya tidak bersedia”. “Meskipun ada calon yang memenuhi syarat 25 orang tetapi

mungkin yang akan diusulkan hanya sekitar 3, 4 atau 5 paling banyak. Bagi calon yang menyetujui akan melakukan pendaftaran bakal calon rektor. Setelah itu akan diadakan tahap penyaringan dengan melakukan seleksi administrasi pada 26 April 2015,” paparnya kepada Suara Kampus. Senat Dituntut Independen Dalam melakukan kegiatan pemilihan penjaringan dan penyaringan, kata Syaifullah Senat akan berlaku independen. Secara pribadi, ia membantah pemikiran yang menyatakan bahwa adanya kelompok yang akan memafaatkan situasi politik ini untuk kepentingan kelompok tertentu. “Hal itu tidak ada. Pikiran-pikiran yang seperti itu harus kita lenyapkan. Walaupun dulu pernah ada, tetapi bagi saya sendiri tidak menanggapi hal tersebut. Namun, sebenarnya tidak ada. Hanya ada dalam bentuk penafsiran atau persepsi. Munculnya persepsi seperti itu ialah biasa,” jelasnya. Menurut Syaifullah, dari dulu hingga saat ini, semuanya berusaha memberikan yang terbaik untuk IAIN. Seluruh orang yang melakukan apa pun, yang berbuat apa pun, dan memikirkan apa pun pada akhirnya adalah untuk kebaikan IAIN. Tidak ada yang ingin menjatuhkan IAIN. Hanya saja caranya yang berbeda-beda atau strateginya yang berbeda. “Dalam periode ini kita akan menetralisir persepsi seperti itu. Saya sendiri akan mengawalnya. Jikalau ada yang melemahkan, yang mendiskriditkan IAIN, saya langsung yang akan turun tangan,” tegasnya. “Senat adalah lembaga yang berdiri sendiri yang tidak bergantung pada rektor,” tambahnya.


Pemilihan Rektor IAIN Imam Bonjol Ke-XV

Persaingan Beda Generasi

Duski Samad

Yasrul Huda

Eka Putra Wirman

Armai Arief

“IAIN harus punya mandat yang lebih di bidang keilmuan”

“IAIN harus maju agar bisa menjadi komunitas dunia”

“Speak with data agar IAIN bisa bangkit dan maju”

“IAIN kondusif & nyaman dulu agar maju dan produktif”

Yasrul Huda menuturkan dia menjadi salah satu bakal calon rektor karena dicalonkan. Surat permohonan kesediaan menjadi bakal calon rektor yang dilayangkan panitia menurutnya ialah bentuk pembuktian bahwa dirinya dicalonkan. “Saya menerima surat, saya punya kesempatan, maka saya terima kesempatan tersebut,” tuturnya kepada Suara Kampus, Jumat (24/04). Menjadi rektor, bagi Huda merupakan kesempatan untuk melakukan kebaikan. “Saya ingin mencurahkan waktu saya 24 jam untuk IAIN,” tegas Lektor Kepala Mata Kuliah Hukum Islam Pada Fakultas Syariah ini. Pengurusan IAIN sebelumnya belum maksimal. Padahal negara telah memberikan fasilitas untuk mengurus segala yang dibutuhkan oleh kampus. “Untuk kepemimpinan sebelumnya saya tidak akan banyak mengomentari. Tapi karena IAIN ini lembaga pendidikan maka harus diurus dengan serius. Contohnya berupaya membaikkan kualitas dosen dan pegawainya,” terangnya. Huda bertekad akan mengembangkan mutu IAIN. Agar terkenal bukan hanya di Indonesia, tapi sampai ke luar negeri. Tekad itu tercapai atas usaha dan kerja sama semua pihak yang terkait.. “Saya akan berusaha untuk memajukan IAIN IB sehingga bergengsi di mata dunia,” paparnya. Menurut Huda, kampus yang baik akan terwujud jika dosen dan pegawai menyadari tanggung jawab masing-masing. Jika pegawai dan dosen baik, akan tercipta pula mahasiswa yang baik dan memiliki tekad untuk memajukan IAIN. “Kampus ini akan maju jika mahasiswa pun bertekad untuk memajukannya,” tuturnya. “Prioritas kinerja saya nanti ialah meningkatkan kualitas mahasiswa dalam berbagai aspek. Salah satunya kemampuan berbahasa mahasiswa. Sebab, sekarang kemampuan berbahasa sangat dibutuhkan,” ungkapnya. Jika menjadi rektor, Huda mengatakan akan tetap menjadi dirinya seperti biasa. Tanpa ada batas antara dirinya dengan mahasiswa. “Saya ingin bisa jadi teman bagi mahasiswa,” ujarnya. IAIN membutuhkan rektor yang memiliki level dunia dan bisa menduniakan kampus ini. “Bukan hanya diam dalam satu tempat,” tegasnya. Huda menyatakan berkomitmen menjadikan institut ini dan mahasiswanya menjadi baik, terdidik, dan bisa menjadi warga dunia yang diseimbangkan dengan fasilitas yang baik, dosen yang baik serta kurikulum yang terbilang baik pula akan melakukan visi misi dengan sebaik-baiknya. “Jika tidak terpilih saya akan tetap untuk merealisasikan rancangan tersebut,” tuturnya.

Eka Putra Wirman, mengatakan dirinya mencalonkan diri sebagai rektor. Persyaratan yang diserahkan ke panitia untuk menjadi bakal calon rektor bentuk nyata bahwa dirinya mencalonkan diri menjadi rektor. “Saya mencalonkan diri, buktinya saya menyerahkan segala persyaratan sebagai calon rektor,” tuturnya kepada Suara Kampus, Jumat (24/04). Bersedia menjadi calon rektor, Eka mengatakan semata-mata ingin merubah kondisi IAIN yang kurang baik menjadi lebih baik. “Saya bosan dengan kondisi IAIN. Berangkat dari itu, saya ingin memajukan IAIN,” tegas Lektor Kepala Mata Kuliah Ilmu Kalam serta Ketua Lembaga Jaminan Mutu IAIN Imam Bonjol Padang ini. IAIN masih belum maksimal dalam merumuskan standar-standar pencapaian kampus. Apa yang dikerjakan kurang sistematis dan kurang ada kontrol. “Ini salah satu penyebab IAIN sulit bangkit,” ulasnya. Kalaupun sebelumnya IAIN menyediakan standar pencapaian dan pedoman-pedoman, lebih pada tuntutan dari luar, bukan atas dasar kebutuhan. “Kepemimpinan sebelumnya telah berupaya, kita bertugas untuk memperbaiki segala kekurangan,” terangnya. Eka akan memprioritaskan peningkatan mutu IAIN, jika terpilih menjadi rektor. Caranya dengan merumuskan standar-standar pencapaian IAIN dan pedoman-pedoman. Melakukan evaluasi terhadap segala yang telah dirumuskan tersebut. Bentuk kepemimpinan yang akan diterapkan Eka ialah kepemimpinan yang mengelola kampus secara sistematis dengan data yang jelas. “Speak with data. Intinya, kerjakan apa yang anda tulis dan tulis apa yang anda kerjakan,” ujarnya. Contoh ketika menambah karyawan, lanjut Eka, harus ada acuan yang jelas seseorang bisa diterima. “Bukan mengutamakan kedekatan,” tuturnya. IAIN membutuhkan pemimpin yang bisa membuat standar dan data. Bekerja dengan rencana yang ada secara sehat. “Sehat berarti sistematis dan terkontrol. Bukan asalasalan,” tegasnya. Terkait perubahan status IAIN menjadi UIN, Eka mengatakan akan melanjutkan sembari terus membenahi sumber daya manusia dan fisik IAIN. Caranya merumuskan timing pembangunan secara kolektif. “Kita akan banyak berkumpul untuk membicarakan kemajuan IAIN,”ungkapnya. Eka mengatakan berkomitmen meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan fisik IAIN. Caranya dengan mendata dan merumuskan pedoman-pedoman. “Setiap orang, dua tahun bekerja bisa dinilai, dia bekerja atau tidak,” pungkasnya.

Armai Arief, merupakan calon yang tidak diprediksi oleh halayak ramai sebagai calon yang lain, tentu Armai Arief sebagai Ketua Iluni IAIN Jabodetabek jarang lalang buana di Lubuk Lintah. Untuk pencalonannya sebagai rektor, Armai sudah setahun terakhir, namun niat untuk mengabdi sudah mulai sejak 2007 usai ia selesai menjabat menjadi Wakil Rektor III UIN Ciputat. “Kalau niat saya sudah ada dari 2007 lalu, tapi tekad baru muncul setahun belakangan, ditambah ada dorangan dari kawan-kawan untuk mencalon, tapi kita mengharapkan semua mendukung,” papar Armai saat ditemui Suara Kampus, Sabtu (25/04) di salah satu penginapan di Kota Padang. Armai memandang untuk menjadi rektor adalah sebuah balas budi baginya, sebab bagaimana ia hari ini merupakan hal yang ia dapat di IAIN Imam Bonjol. “Ini renungan bagi saya. Sejauh ini saya berbuat di negeri orang dan cinta almamater selalu mengingatkan saya untuk mengabdi terhadap almamater, dengan pengalaman dari luar, saya rasa ini akan membantu dalam pengabdian nanti,” ujarnya. Secara pribadi, Armai menilai IAIN sudah mengalami perubahan, hanya saja prosses perubahan tersebut tidak berjalan secara menyeluruh, ada hal-hal kecil yang luput untuk ditindak dengan serius, namun pimpinan sebelumnya sudah bekerja dengan keras, kita apresiasi itu. “ Menurut Armai, IAIN butuh kerangka yang kuat, seperti visi dan misinya menjadikan IAIN Imam Bonjol menjadi unggul, kompetitif dan profesional serta mengintegrasikan keislaman, kebudayaan dan keindonesiaan. “Untuk bisa unggul, profesional dan kompetitif maka kita harus ciptakan kondisi yang aman di kampus agar kita bisa memberikan yang terbaik. Bagaimana mahasiswa dosen bisa nyaman di kampus. Sedangkan prospek integrasi aspek-aspek tersebut kuncinya alih status UIN, kita harus universal untuk integrasi,” jelasnya. Berbekal pengalamanya sebagai komandan Resismen selama tiga periode, Armai menilai kolegial merupakan sikap kepemimpinan yang efektif. “Kita kontrol kepala-kepalanya untuk memantau kinerja staf-staf di bawahnya agar bekerja dengan tepat, tentu orang-orang tersebut qualified,” ungkap Armai. Armai berkomitmen, ini merupakan kesempatan tersebesar baginya untuk mengabdi terhadap jasa IAIN Imam Bonjol Padang yang telah menggamblengnya selama tujuh tahun saat ia menjadi mahasiswa dulu. “Saya jika sudah bekerja, saya tidak akan berhenti sebelum selesai, IAIN ini harus aman dan kondusif agar semua bisa bekerja dengan baik,” tegas Alumni Tarbiyah 1982 ini kepada Suara Kampus.

Duski Samad mengaku mencalonkan diri menjadi rektor disebabkan panggilan sejarah. Kemudian sebagai perwujudan sebuah pengabdian terhadap Kampus IAIN. “Saya mencalonkan diri menjadi rektor karena saya sudah lama berkecimpung di lingkungan IAIN, mulai sebagai pejabat biasa sampai saya diangkat menjadi dekan yang tengah saya sandang saat ini,” tuturnya kepada Suara Kampus, Jumat (24/04). Kesediaan menjadi calon rektor, bagi Duski merupakan salah satu bentuk pengabdian terhadap kampus ini. “Saya ingin mengabdikan diri saya pada kampus,” tegas Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini. Menurut Duski, perencanaan yang dijalankan kampus ini belum maksimal. Selain itu, pembangunan kampus juga belum mencapai kedisiplinan. Hubungan sosial antara civitas akademika IAIN belum kondusif. Meskipun begitu, Duski menganggap kepemimpinan sebelumnya tidak boleh diukur karena sifatnya relatif. “Kalau ada koordinasi kerja yang belum terlaksana, itu wajar. Selagi masih terus mengupayakan yang terbaik untuk kampus ini,” terangnya. Secara ringkas, visi misi saya tentu melanjutkan kepemimpinan IAIN secara kolektif, salah satunya pengalihan IAIN menjadi UIN. Selanjutnya mengupayakan agar IAIN mendapatkan mandat yang lebih luas dalam bidang keilmuan,” paparnya. “Yang terpenting di atas yang penting mengenai prioritas saya menjadi rektor baru nanti adalah penataan akademik dan penataan keberagamaan umat,” jelasnya. Duski menegaskan bahwa acuannya dalam kepemimpinan untuk selanjutnya sudah jelas, sebagaimana yang dijelaskan oleh Minangkabau, pimpinan dalam Minangkabau harus didahulukan selangkah dan ditinggikan seranting, Duski telah mempersiapkan strategi kepemimpinan yang terencana serta tersusun dengan maksimal dan melakukan pendisiplinan pembangunan serta menjalin hubungan sosial yang kondusif. “IAIN butuh pimpinan yang profesional dan tawadhu,” tuturnya. Ketika ditanya tentang perubahan IAIN menjadi UIN, Duski menegaskan proses perubahan harus dilanjutkan. “Perubahan menjadi UIN sudah on going process dan mesti dilanjutkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh kepemimpinan sebelumnya,” ujar Duski. Jika terpilih sebagai rektor, Duski berkomitmen meningkatkan mutu IAIN agar sejajar dengan perguruan tinggi lainnya. Salah satunya kemajuan di bidang akademik. Sehingga lahirlah dosen dan mahasiswa yang baik. “Kita harus punya keyakinan untuk bisa mewujudkannya,” ungkapnya ketika ditemui di ruangan kerjanya.


Pemilihan Rektor IAIN Imam Bonjol Ke-XV

1001 Harapan untuk Sang Pemimpin Rektor ialah jabatan tertinggi di kampus. Segala keputusan ada di tangan seorang rektor. Baik atau buruknya sebuah perguruan tinggi sebagian besar bergantung pada kebijakan dan ide-ide rektor. Tidak berapa lama lagi, Rektor IAIN Imam Bonjol Padang akan berganti. Berbagai harapan dan pernyataan tentang sosok rektor impian pun bermunculan dari berbagai kalangan. Bisa mengayomi di lingkungan kampus dan di luar kampus ialah sosok rektor impian di mata Amir Syarifuddin, Mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Periode 19831992. Pemimpin harus bisa membangun kedekatan dan kerjasama minimal dengan pihak-pihak yang setara. Memperkenalkan diri kepada dunia luar itu sangat penting. “Jangan sampai nyali rektor itu ciut jika berada di luar kampus,” tuturnya saat ditemui Suara Kampus di kediamannya. Selasa (14/ 04). “Dengan banyaknya komunikasi ke luar, setidaknya pemimpin untuk periode ke depan bisa menambah tenaga dosen yang berkualitas dan tamat dari pendidikan di luar negeri,” tambahnya. Rektor haruslah memiliki kemampuan dan pengalaman untuk memimpin, agar tidak gamang dalam memimpin. Selain itu, visi dari calon sangatlah penting. “Mau diapakan IAIN Imam Bonjol ini ke depan dan apa saja yang akan dilakukan selama masa kepemimpinan, harus jelas,” tegasnya. Hal senada dipaparkan Makmur Syarif yang juga Mantan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang. Seorang rektor harus memiliki wawasan yang luas. Selanjutnya bisa melakukan pengembangan dan memberikan kemajuan bagi IAIN. Serta bisa melanjutkan proses perubahan IAIN menjadi UIN sebagaimana yang telah dilakukan oleh rektor sebelumnya. “Rektor baru nanti harus sesuai dengan kriteria pemimpin yang ideal,” jelasnya kepada Suara Kampus. Senada dengan Makmur Syarif, Shofwan Karim Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang juga mengharapkan rektor selanjutnya bisa melanjutkan proses perubahan status IAIN menjadi UIN. Sehingga, sarjana yang dihasilkan IAIN akan lebih unggul dibandingkan dengan sebelumnya. “Siapa saja yang akan terpilih sebagai rektor nanti harus memberikan kemajuan,” harapnya. Pemimpin ideal harus memenuhi persyaratan, baik syarat administrasi maupun persyaratan umum lainnya. “Kemampuan memimpin juga akan menjadi tolak ukur agar bisa dikatakan sebagai pemimpin yang ideal,” jelasnya, Rabu (15/04) ketika ditemui Suara Kampus.

Selain itu, harapnya, pemimpin harus memimpin secara keseluruhan, bukan hanya memperhatikan kelompok tertentu saja. Memiliki visi dan misi yang tidak hanya terucap tetapi bertekad untuk merealisasikannya. Di tempat berbeda, Pengamat Ekonomi, Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang, Ahmad Wira memaparkan, IAIN butuh pemimpin yang bisa menyatukan semua aspirasi civitas akademika IAIN. Serta bisa mencapai target perekonomian dan harus memiliki jiwa keulamaan karena IAIN berbasis keislaman. “Khusus di bidang ekonomi, kampus IAIN ini belum sepenuhnya mencapai target,” ungkapnya Kamis (16/04). Dia berharap rektor yang terpilih nanti bisa menyukseskan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sehingga memberikan kemajuan.

jaksanaan) dan ilmu. “Wa lammaa balagha asyuddahu aatainaahu hukman wa‘ilman,” tutur Masnal. Maksud dewasa yaitu kesempurnaan pertumbuhan jasmani serta perkembangan akal dan jiwanya. Bijaksana berarti mengetahui hal yang paling utama dari segala sesuatu, baik ide dan perbuatan. “Melakukan sesuatu yang pantas pada waktu yang pas dengan cara yang pantas adalah perwujudan dari hikmah. Lawan hikmah ialah zhalim,” papar Masnal. “Berdasarkan ayat di atas yang diharapkan dari sosok pemimpin adalah hikmah dan ilmu. Bagaima-

serta sumber daya manusia selingkup kampus. “Saya berharap, Pilrek nanti akan menghadirkan pemimpin baru yang bisa meningkatkan kinerja di IAIN Imam Bonjol,” harapnya. Sementara itu, Zulfendri staf Akama IAIN Imam Bonjol Padang mengatakan kriteria pemimpin yang dibutuhkan IAIN IB saat ini yaitu yang mampu mengayomi semua masyarakat kampus tanpa adanya perbedaan serta mampu menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan yang dimiliki, bukan berdasarkan faktor lain. “Pemimpin harus memiliki visi ke depan yang jelas,” tegasnya. Seria Novi Staf Akama berpendapat Pemimpin itu adalah berakhlak mulia, sopan dan santun. Kemudian bagaimana ia mampu mengkoordinir dengan baik hubungannya dengan karyawan, mahasiswa dan seluruh masyarakat kampus. Mendengarkan aspirasi mereka, memahami kondisi bawahannya. “Jangan mudah menyalahkan satu pihak tanpa mengerti dengan keadaan yang terjadi sebenarnya,” pungkas Seria Novi yang ketika itu berada di sampind Zulfendri di ruangan kerjanya. Di tempat terpisah, Frengki Satpam IAIN Imam Bonjol Padang menyatakan hal senada. Pemimpin haruslah seorang yang jujur, ama-nah, tidak korupsi dan yang terpenting bisa memikirkan keadaan bawahannya. “Tidak melupakan nasib bawahannya jika sudah menjadi pemimpin,” ujarnya. Muazar petugas kebersihan IAIN Imam Bonjol Padang menilai pemimpin yang ideal adalah yang dapat melengkapi fasilitas-fasilitas kampus dan memiliki perhatian terhadap situasi dan kondisi bawahannya. “Yang terpenting dapat menjaga hati dan menghargai bawahannya,” ujarnya. Ipit petugas kebersihan kampus menambahkan, seorang pemimpin hendaknya dapat menerima masukan, saran dan juga dapat saling melengkapi antara pemimpin dan bawahanya. “Jangan sampai hubungan antara pemimpin dan bawahan tidak berjalan dengan baik. Pemimpin tidak dapat bekerja sendiri jika tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, ter-

“Jangan sampai nyali rektor itu ciut jika berada di luar kampus. Apa saja yang akan dilakukan selama masa kepemimpinan, harus jelas“

Berilmu dan Bijaksana Rektor sebagai pemegang tongkat kepemimpinan IAIN empat tahun ke depan tentu memiliki tanggung jawab yang besar. Berbagai persoalan juga harus dihadapi dan dicarikan solusinya. Maka, seorang calon rektor setidaknya harus memiliki dua modal utama, yatu ilmu dan kebijaksanaan. Hal tersebut disampaikan Masnal Zajuli, Kepala Unit Pembinaan Bahasa IAIN Imam Bonjol Padang. “Modal utama seorang pemimpin ideal adalah kita lihat sejauh mana dia mengamalkan dan merujuk kepada dasar Islam, yaitu al Quran dan Sunnah,” kata Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ini kepada Suara Kampus. Modal ilmu dan bijaksana tersebut diberikan oleh Allah kepada Nabi Yusuf dan Nabi Musa. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Yusuf ayat 22. Arti-nya, dan ketika dia telah cukup dewasa Kami berikan kepadanya hikmah (kebi-

Amir Syarifuddin Mantan Rektor IAIN IB 1983-1992

na dia menempatkan diri dan berbuat untuk kesejahteraan bawahannya,” tuturnya. Hal senada juga diharapkan Kepala Bagian Akademik Mahasiswa (Akama) Yasmelizarti. Ketika ditemui di ruangan Akama, ia menuturkan pemimpin harus bijaksana dalam mengambil keputusan dan menerapkan kebijakan. “Pemimpin itu harus rendah hati, jujur, dinamis, kreatif, inovatif, terbuka, santun, ramah serta mengayomi bawahan,” papar pegawai yang kerap disapa Meli ini. Meli mengatakan IAIN harus membenahi sarana dan prasarana

masuk bawahan,” katanya kepada Suara Kampus. “Ayah” yang Mengerti Mahasiswa memiliki sudut pandang berbeda terhadap seorang rektor. Rektor bagi mahasiswa umpama seorang Ayah. Seperti Ketua Dewan Mahasiswa Ferdi Ferdian mengatakan, rektor impian ialah sosok yang bisa melahirkan gagasan baru, bukan hanya melanjutkan yang telah ada. Serta benar-benar mengetahui keadaan seluruh kalangan dari yang terbawah di IAIN hingga teratas. “Semoga rektor IAIN anti ialah sosok yang memiliki jiwa diploma dan rela mengorbankan harta bahkan nyawa, serta mampu meninggalkan kepentingan internalnya demi IAIN,” tuturnya. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Imam Bonjol Oki Surya Wardhana mengatakanrektor harus bisa melihat ke arah yang lebih maju. Punya persiapan matang sebelum melontarkan wacananya. “Bukan hanya mengumbar-umbar visi dan misi,” ujarnya. Pemimpin ideal harus punya dasar manistik atau memanusiakan manusia, paham arti tanggung jawab. “Setidaknya membaurlah lagi, agar kita tidak merasa terkungkung. Rektor itu kan sosok seorang ayah, hendaknya dia mengerti dengan anak-anaknya,” harapnya. Sementara Ketua UKM Kerohanian Studi Islam Syahbandi memaparkan, kriteria pemimpin itu yang mengamalkan dan merujuk pada Alquran dan Sunnah, tegas dalam mengambil kebijakan, keputusan. “Mengetahui keadaan sampai ke yang terbawah. Bagaimana kretivitas mahasiswa, reward and punishment,” ungkapnya. Abdul Rahman Anggota UKM Resimen Mahasiswa Menwa menyatakan rektor, berjiwa pemimpin, bukan sebatas berbicara bagaimana bekerja dan bekerjasama. “Sama-sama bekerja selama ini cuma ngomong. Kerasnya cuma ke bawah,” tegasnya. Pemimpin ideal harus pandai memilih dan memilah, administrasinya jelas, tidak pandang bulu ketika memberlakukan aturan untuk mahasiswa, karyawan dan dosen. “Pemimpin itu harus berani, tegas, komitmen dan konsiten,” pungkasnya.




Yasmelizarti

Memimpin dengan Kenship P

erempuan identik dengan sosok yang lemah dan sela lu menjadi yang terbelakang, namun anggapan tersebut sirna ketika Kartini sebagai pejuang perempuan mengeluarkan perempuan-perempuan Indonesia dari keterbelakangan. Kartini mampu membuktikan bahwa perempuan juga mampu dan bisa keluar dari keterbelakangan tersebut. Karena dedikasinya yang tinggi itulah, tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Hal tersebut bentuk penghargaan Indonesia terhadap perjuangan Kartini. Hari ini, banyak perempuan yang ikut melanjutkan perjuangan Kartini. Banyak perempuan menjadi pemimpin tak kalah layaknya pria. Tidak hanya menjadi pemimpin dalam skala kecil, bahkan pe-

rempuan ada yang menjadi Walikota bahkan pernah menjadi Presiden. Di IAIN Imam Bonjol Padang sendiri, ada beberapa perempuan yang melanjutkan perjuangan Kartini tersebut. Salah satunya Yasmeli Zarti, Kabag Akama Institut IAIN Imam Bonjol Padang. Selain itu, sekarang ada juga beberapa perempuan di IAIN yang menjadi bakal calon Rektor periode tahun 2015-2020. Percakapan berawal saat Suara Kampus menemui salah seorang pemimpin perempuan di ruangan Akademik Mahasiswa (Akama). Ketika itu, perempuan berusia 42 ini sedang sibuk mengecek-ngecek data mahasiswa. Ya begitulah yang dilakukannya setiap hari, semenjak dia menjadi Kabag Akama di IAIN IB Padang. Wanita yang kerap dipanggil Meli ini berasal dari Pariaman, namun lahir dan besar di Padang, pada 1 Juli 1973. Pemimpin itu harus bisa jadi contoh yang baik untuk kary-awannya, kata-kata itulah yang mendorong Meli untuk selalu disiplin dalam setiap pekerjaannya, panggilan akrab bungsu sembilan bersaudara ini. Karena dorongan itulah, Meli mengidolakan B.J Habibie, karena sosok Habibie pemimpin yang dibanggakannya. Banyak tingkah dan sikap Habibie yang disanjungnya, termasuk saat menjadi Presiden. “Walaupun dia sosok yang jenius, tetapi dia orang yang sederhana, santun , serta pemimpin pengayom bagi bawahannya. Dan yang tak kalah penting, Habibie adalah

sosok suami penyayang. Banyak hal lah yang membuat saya mengidolakan Pak Habibie” ujarnya menggambarkan sosok Habibie. Walaupun dia bekerja sebagai pemimpin, yang identik dengan pekerjaan yang digeluti laki-laki, akan tetapi hal tersebut tak memudarkan semangatnya untuk berada sejajar dengan para pemimpin laki-laki lainnya. Menurutnya, pemimpin sekarang tak pandang gender, masih banyak perempuan lain yang menjadi pemimpin, yang penting bagaimana c a r a n y a memimpin. “ Kan emansipasi, perempuan laki-laki sama saja, hanya jenis kelamin saja yang berbeda. Walikota Surabaya saja perempuan”, tegasnya. Dia menyayangkan, pergaulan anak perempuan sekarang yang tak menjaga dirinya dengan baik, tak menjaga pergaulan serta tutur katanya. “Wanita itu harus menjaga pergaulannya. Dalam berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya harus menundukkan kepala. Saya juga begitu, kalau berbicara dengan laki-laki mata saya kemana-mana, tidak melihat ke mata laki-laki tersebut, agar terhindar dari dosa,” jelasnya. Meskipun Meli juga seorang Ibu Rumah Tangga, dia tidak menjadikan tanggung jawabnya sebagai Ibu rumah tangga lalai karena tugasnya sebagai pemimpin. Sebaliknya, dia sebagai Kabag Akama pada BIRO AUAK IAIN IB Padang, tugasnya sebagai Ibu Rumah Tangga tetap dijalankannya dengan baik. Meli baru bisa pulang ke rumah dan menjadi ibu ramah tangga kembali ketika se-

“Wanita itu harus menjaga pergaulannya”

Curriculum Vitae Nama TTL Suami

luruh karyawannya sudah pulang. Baginya, untuk bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan tugas wajib sebagai ibu rumah tangga tidaklah sulit. Tergantung bagaimana membagi waktu dan mengerjakan semuanya tanpa harus meninggalkan salah satunya. “Pagi saya mencuci pakaian dan menjemurnya serta menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan saya. Se-telah itu baru berangkat kerja dan mengerjakan pekerjaan di kampus. Jika waktunya pulang, saya pulang dan memasak masakan yang akan dimasak.,” terang Meli. Menjadi Kabag Akama bukanlah pekerjaan memimpin pertama baginya. Sebelumnya ia juga pernah menjadi Kepala Tata Usaha di Fakultas Adab dan Humaniora selama satu tahun. Bukan hal yang mudah dan instan didapatkannya. Mely sudah mengabdi semenjak umur 25 tahun, tepatnya sudah selama tujuh belas tahun. Awalnya dia bekerja sebagai Staf Subag Mutasi Pegawai Bagian Kepegawaian IAIN IB Padang selama satu tahun dan beberapa Staf Subag lainnya. Setelah itu tiga kali menjabat sebagai Kasubag dan yang terakhir menjadi Kepala sampai sekarang.“ Pertama kali diangkat saya merasa ini beban. Beban yang diberikan pimpinan kepada saya agar saya dapat menjalankan amanah ini dengan baik” ungkapnya ketika ditemui Suara Kampus, Rabu (15/04). Bagi bungsu dari sembilan bersaudara ini setiap duka bukanlah hal yang menghambat langkah untuk melakukan yang terbaik. Sebaliknya, duka dijadikan sebagai pemicu semangat, agar duka tersebut bisa menjadi suka. “Ketika ada suatu masalah di Akama ini, saya akan berdiri di depan untuk melindungi karyawan saya. Baik itu semacam tuntutan pelayanan yang lebih dari mahasiswa atau hal lain yang menjadi hambatan. Menghadapi delapan ribu mahasiswa kan tidak mudah. Walaupun sampai saat ini belum ada mahasiswa yang complain ke Akama”, ujarnya. Menjadi pemimpin bukanlah pekerjaan yang dicita-citakannya sejak kecil. Cita-cita kecilnya ialah sebagai dokter. Kebetulan ketika sekolah di SMA (Sekolah Menengah Atas) ia jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), karena itu ia bercita-cita menjadi dokter. Namun, ketika dia melamar salah satu Perguruan Tinggi bagian ilmu medis, dia tidak lulus dan melanjutkan mendaftar ke Perguruan Tinggi lain dan lulus Jurusan IT (Ilmu Teknologi). Meski begitu, baginya jurusan itulah yang menghantarkannya kepada kesuksesan yang diraihnya sampai sekarang. “Mungkin ini sudah jalannya, apa yang kita inginkan kan tak selamanya yang kita dapatkan, mungkin ini yang terbaik bagi saya, bukan menjadi dokter”, ucapnya. Targetnya ke depan adalah bagaimana caranya dia bisa meningkatkan pelayanan yang lebih kepada mahasiswa, agar maha-

:Yasmelizarti, S.Kom, M.Kom : Padang/1 Juli 1973 : Yosef Chairul, S.Ag

Riwayat Pendidikan -SD (1979-1985) -SMP (1985-1988) -SMA (1988-1991) -S.1 STMIK YPTK Padang (1991-1996) -S2 UPI YPTK (2011) Riwayat Pekerjaan: -Staf Subag Mutasi Pegawai Bag Kepegawaian (1998-1999) -Staf Subag Pusat Komputer (19992000) -Staf Subag Administrasi Pendidi kan Bag Akademik dan Kemaha siswaan (2000-2006) -Staf Subag Mutasi Pegawai Bag Kepegawaian (2006-2007) -Kasubag Sistem Informasi Bag Perencanaan (2007-2010) -Kasubag Perencanaan(20102012) -Kasubag Akademik Fakultas Tar biyah dan Keguruan (2012-2013) -Kepala Tata Usaha Fakultas Adab dan Humaniora (2013-2014) -Kepala Bagian Akademik dan Ke mahasiswaan (Januari 2015sekarang)

siswa dapat menikmati pelayanan yang nyaman dari pihak Akama. Selain itu, ia juga ingin membuat terobosan yang baru agar Akama dapat lebih baik lagi selama kepemimpinannya. “ Semoga Akama Institut IAIN IB ini kedepannya menjadi lebih baik”, ungkapnya menutup pembicaraan. Pemimpin Keras yang Membangun Dalam kepemimpinannya, Meli dikenal pemimpin yang keras, namun keras yang dimilikinya ialah keras seorang pimpinan kepada bawahannya. Hal tersebut salah satu cara Meli mengayomi karyawannya. “Buk Melly memang prinsipnya keras dalam memimpin, namun kerasnya itu demi kebaikan kita semua”, ungkap Yazmalinda Liza, Kasubag Data dan Sisfo. Selain itu, Melly juga pribadi pemimpin yang dekat dengan karyawannya. Tak jarang hal-hal baik terjadi di Akama tersebut, dengan adanya kedekatan yang terjalin itu. Kedekatan yang terjalin bukan hanya sekedar kedekatan antara bawahan dengan atasan, akan tetapi kedekatan sesama keluarga. “Hubungan kami dengan Buk Melly tidak hanya sebatas pimpinan dengan bawahan, tetapi lebih kepada kekeluargaan” tambah Liza. Senada dengan hal tersebut, Kasubag Administrasi dan Akademik, Harmonedi menuturkan Meli adalah sosok pengkritik, namun juga mau dikritik, walaupun dikritik bawahannya sendiri. “Buk Meli merupakan pribadi yang ulet, mampu dan mau bekerja, tipe pengkritik dan mau dikritik “ tuturnya. Harmonedi kagum akan sosok yang ulet itu. Meli yang kesehariannya selalu bekerja keras tanpa kenal lelah. Dia juga pemimpin yang terbuka sesama karyawan lain. “ Buk Meli orangnya baik, selalu terbuka sama karyawannya bahkan terbuka dengan orang-orang yang berada di sekelilingnya, jelasnya. Tidak hanya teman bekerja Meli yang bangga dengannya. Banyak juga Mahasiwa yang simpatik dengan perempuan tangguh ini. Salah satunya, Murni Sari Sipahutar mengungkapkan Meli ramah dan disiplin terhadap waktu dan bisa bersahabat dengan Mahasiswa . “Menurut saya dengan melihat kinerja Buk Meli bisa dikatakan sebagai contoh untuk generasi perempuan yang akan dating”, ungkap Mahasiswi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Senada dengan hal itu, Riski Irwansyah mengungkapkan sosok Meli terkenal ramah kepada Mahasiswa serta disiplin dalam bekerja. “Saya kagum dengan kemampuan luar biasa yang dimiliki oleh sosok Buk Meli dari menjadi bagian Kabag Akama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan lalu menjadi Kabag Akama Fakultas Adab dan Humaniora, lalu sekarang menjadi Kabag Akama di BIRO AUAK IAIN IB Padang”, ujar Mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora.


Utiya Rahmah

Melawan Segan Demi Pendidikan M

embahagiakan orangtua adalah harapan semua anak di dunia, apapun akan ia lakukan agar orang yang dicintai bahagia. Begitulah harapan Utiya Rahmah, mahasiswi Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) IAIN Imam Bonjol (IB) Padang yang membuktikan ke-pada orangtuanya. Menuntut ilmu sambil menjual bahan batu akik untuk meringankan biaya kuliah. Tidak semua mahasiswi sanggup menjalani kuliah sambil berdagang, namun berbeda dengan Utiya yang sering disapa Tiya ini. Ia berani merubah paradigma malu menjadi mahasiswi mau bekerja. Sebelumnya Utiya lulus melalui jalur Seleksi Mandiri Bersama Pergurun Tinggi Negeri (SMBPTN) di Jawa, namun karena biaya tidak mencukupi, gadis asal Pasaman Timur ini memilih menimba ilmu di IAIN IB Padang. Selain itu ia tidak men-dapatkan restu dari orangtua untuk kuliah di Jawa. “Jika ingin kuliah, maka pilih saja di Padang berkemungkinan kita hanya mampu di sini,” terangnya ketika menirukan pesan orangtuanya. Dua tahun sudah ia lewati menuntut ilmu di perguruan tinggi Islam terbesar di Kota Padang ini, ia bingung dan tidak tahu apa yang dilakukan. Kebutuhan hidup semakin lama bertambah tinggi yang memaksakan dirinya untuk menghubungi kedua orangtua untuk dirikirimkan uang. “Sebenarnya saya segan pada orangtua yang keadaanya memprihatinkan. Ketika dihubungi, bapak sering bilang sabar dulu saat ini belum ada uang,” ujar mahasiswi asal Pasaman Timur ini. Tidak kuasa melihat keadaan

Utiya di Padang, orangtuanya menyarankan untuk menjual bahan batu akik hasil tambangan bapaknya. Ketika itu, Utiya menolak saran tersebut, karena rasa malu bersarang dalam dirinya. Setelah dipikirkan matang-matang ia menerima saran tersebut dan membawa batu akik itu ke Padang untuk dijual. Sesampai di Padang, ia bingung kemana harus menjual batu akik, karena belum berpengalaman dalam berdagang. Teman-teman Utiya menyarankan, agar barang dagangannya tersebut dijual di kampus. Saat di kampus dagangannya tidak ada yang membeli. Meskipun tidak ada yang minat, Utiya tetap bersemangat mencari peluang agar batu akiknya terjual. Utiya mencoba mempromisikan dari mulut ke mulut. Hal tersebut membuahkan hasil. Informasi itu sampai ketelinga salah seorang bandar batu akik terbesar di Kota Padang dan membeli batu akik milik Utiya. Utiya mengaku senang ketika bahan batu akiknya dilirik orang pencinta batu. Namun minimnya pengetahuan dalam berdagang, Utiya seakan-akan tertipu karena bahan batu akik tersebut dibeli murah. Utiya benar-benar tidak tahu berapa harga yang pas untuk batunya tersebut. Saat itu ia mencoba bersabar meskipun ia tertipu. Utiya tidak memutuskan niatnya untuk meringankan beban orangtuanya, selain itu ia juga berharap hasil dagangnya ini bisa meringan biaya transportasi studi banding Jurusan SKI ke Medan pada semester depan. Studi banding ini merupakan harapan baginya, agar bisa mendalami ilmu serta pengalaman tentang sejarah perkembangan Islam. “Sehubungan dengan itu usaha dan

Curriculum Vitae Nama TTL Alamat

: Utiya Rahmah : Simamonen 02 April 1994 : Pasaman Timur

Pendidikan Formal: -Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Fakultas Adab dan Humaniorah (FAH) IAIN Imam Bonjol Padang, 2013. -Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Rao Selatan, Pasaman tahun 2010-2013 -MTSN Langsat Kadap -SD 12 Koto Rajo Organisasi: -Anggota Ikatan Mahasiswa Pasaman (IMAPAS) -Anggota Darul Ulum Pasaman

niat harus sejalan,” tutur Utiya. Dalam berdagang Utiya sempat mengeluh, karena hasil jualan batu alamnya tidak sesuai yang di harapkan. Ketika itu ia hanya mengantongi Rp55 ribu dari hasil jualannya. Keraguan tersebut sempat membuatnya tidak berdagang lagi. Namun mendengar kabar serta motivasi dari orangtua yang langsung terjun ke lokasi mencari bahan batu akik memberikan semangat tersendiri bagi Utiya. “Setidaknya menjual bahan batu akik ini memberikan pengalaman dalam berdagang, meskipun hasilnya tidaklah seberapa. Yang penting kita sudah berusaha dan berniat,” lanjut gadis pencinta sejarah ini. Gadis kelahiran Simamonen dua April ini, bersyukur karena ia bisa memabantu orangtua meskipun hasilnya jauh dari harapan. Hasil bukanlah patokan utama baginya. Yang terpenting ia bisa belajar mandiri disela kesibukan perkuliahan. Selain itu, anak pertama dari tujuh bersaudara ini merupakan harapan bagi keluarganya, agar bisa membantu k e lu a r g a nantinya s e t e la h m e n y e le s a i k a n perkuliahan. Mengingat enam o r a n g

adik-adiknya membutuhkan ta nggung jawab yang besar dari orangtuannya. “Bisa membantu orangtua adalah harapan saya,” ungkap Utiya. Harus Mandiri Dimasa kecil Utiya sudah disiram dengan kemandirian, karena kebutuhan hidup sampai saat ini masih jauh dari harapan. Pergi pagi, serta pulangnya malam merupakan rutinitas yang dilakukan bapaknya untuk kebutuhan keluarga di kampung halaman. “Sebenarnya berat untuk meminta uang dari orangtua, mengingat kondisi mereka sangat memperihatinkan. “Maka memi-lih menjual bahan batu akik, merupakan jalan yang harus dijalani,” ungkap pembisnis kelahiran 1994 ini. Kemandirian dan optimis serta mau bekerja harus hidup dalam diri, tidak mungkin pasrah dengan keadaan. Terus bangkit meskipun itu terjatuh kesekian kalinya, setiap apa yang diharapkan butuh pengorbanan. “Maka kita harus siap dengan keadaan seperti apapun,” tegas wanita berbintang Aries ini.

Ketua Jurusan SKI FAH IAIN IB Padang, Muhammad Ilham mengatakan bahwa mahasiswi seperti Utiya Rahma pantas untuk diapresiasi. Ia membangkitkan mahasiswa SKI untuk berjiwa entrepreneur, menanamkan kemandirian merupakan hal yang terpenting. “Hal ini harus ditiru oleh mahasiwa lainnya, dilihat dari tingginya kemaunya terhadap kelancaran perkuliahan,” ulas Ilham. Lanjut Ilham, Utiya masih semester empat tergolong masih muda dalam perkuliahan. Ia m e m i l i k i peluang yang besar untuk belajar mandiri. “Saya berharap, Utiya tetap fokus dalam perkuliahan, karena semata mata tujuan ke sini untuk menuntut ilmu,” lanjut Ilham. Utiya memang tergolong anak yang baik dan suka berteman, hal ini diungkapkan Saimah teman kosnya. Pekerjaan yang digeluti Utiya baru ini sangat diapresiasikan. Karena ia berani dan tidak malu terhadap pekerjaan tersebut. Pada umumnya mahasiswi sekarang banyak malunya dan tidak memikirkan nasib orangtua. “Nah inilah Utiya, gadis yang sangat peduli kepada orangtuanya. Saya senang bisa berteman dengannya, terasa lengkap dengan jiwa mendidiknya sebagai seorang senior tehadap junior,” tambah mahasiswa Jurusan Perpustakaan Arsip dan Dokementasi, FAH IAIN IB Padang ini. Banyak hal yang bisa diambil dari Utiya, salah satunya mau bekerja serta semangat luar biasa yang mengalir dalam darahnya. “Saya harap ia tetap menjadi dirinya sendiri yang peduli pada keluarga,” terang Saimah wanita sekampung dengan Utiya. Marni, Ibuk kos Utiya menuturkan, ini memang contoh bagi anak-anak kos di sini. Mau be-kerja dan mau belajar itu sangat baik, karena di zaman sekarang menuntut ilmu itu butuh biaya. “Nah cara yang dilakukan Utiya ini harus dicontoh,” tutur Marni. Utiya sudah membuktikan pada orangtuanya dengan menjual batu akik, dan berharap bisa meringankan beban orang tuanya, meskipun hasilnya tidak sesuai dengan yang ditargetkan. “Intinya saya berpesan pada Utiya jangan sampai kuliahnya terganggu lantaran menjual batu akik,” terang Marni.

“Membantu orangtua adalah harapan saya,”


CMY Axvel Gion revo/Suara Kampus

Penantian Air Terjun Babang

S

Sikabu maka sampai di dusun Surantiah. Untuk sampai ke lokasi Air Terjun Babang kita tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun, cukup menitipkan kendaraan di rumah warga yang berada dekat dengan lokasi kemudian kita bisa berjalan kaki sejauh 2 Km melewati hutan dan sungai Surantiah, atau kurang lebih setengah jam berjalan. Diperjalanan kita akan menyusuri anak sungai yang sangat jernih dengan nyanyian arus sungainya, disepanjang jalan kita akan menemukan pondok lesehan warga setempat yang biasa mereka gunakan sebagai tempat melepas lelah bekerja di perkebunan serta kicauan burung yang akan menyambut perjalanan kita. Setelah berjalan selama kurang lebih setengah jam barulah kita menemukan Air Terjun Babang tingkat pertama, Air terjun Babang terdiri dari tiga tingkatan, tingkatan pertama kita akan menemukan air terjun dengan ketinggian sekitar 4-5 meter yang cocok dimandikan oleh anak-anak karena permukaan kolamnya yang dangkal dan airnya yang tidak terlalu deras, namun sangat jernih dan hijau, di sana anak-anak bisa bermain-main sambil berenang dengan canda riang mereka. Pada tingkatan yang kedua air terjunnya lebih tinggi dan permukaannya pun lebih dalam, yaitu sekitar 20 meter, air terjun tersebut hampir menyerupai harau dengan air yang tinggi serta batu yang ada dibelakangnya. Yang lebih menarik dari air terjun

tersebut yaitu airnya tidak langsung jatuh ke bawah namun, agak miring sedikit sehingga suara air terjunnya tidak mengeluarkan suara yang keras, dan arusnya pun sangat cocok dan sangat memungkinkan kita untuk bermain arum jeram. Dan pada tingkatan yang ketiga masih banyak warga yang belum mencapainya, dikarenakan jaraknya yang begitu jauh, ditambah lagi medannya yang tidak memadai, namun ditingkat yang ketiga tersebut air terjunnya lebih eksotis dari air terjun tingkat pertama dan kedua. Selain air terjunnya yang lebih tinggi dari tingkatan pertama dan kedua, air terjun tersebut juga lebih indah. Disana juga akan terdengar kicauan burung dan suara alam yang membuat kita merasa di alam yang begitu terjaga kealamianya Menurut keterangan warga setempat bahwa seyogyanya air terjun tersebut telah lama ditemukan namun kurangnya perhatian pemerintah dalam mengelola aset tersebut mengakibatkan air terjun tersebut kurang diketahui masyarakat. “Air terjun ini dari saya kecil-kecil sudah ada juga,” ujar Iya (25) warga Surantiah kepada Suara Kampus, Sabtu (18/04) Iya membenarkan bahwa Air Terjun Babang adalah sebuah air terjun yang masih terjaga kealamiannya, selain airnya yang hijau, Air Terjun Babang juga tidak mengeluarkan suara yang begitu keras, “Banyak masyarakat yang berkunjung ke sana, biasanya Sabtu dan Minggu banyak

anak sekolah yang pergi mandi ke sana apalagi sebelum puasa dan setelah lebaran,,” tutur wanita yang akrab dipanggil Iya tersebut. Hal senada juga dituturkan Faisal (23) tahun warga Surantiah, Faisal menuturkan banyak keunikan yang diberikan Air Terjun Babang, seperti airnya yang berjenjangjenjang dan airnya yang hijau, Faisal menerangkan bahwa air terjun Babang terletak disebuah batu yang sangat besar yang konon ceritanya batu tersebut adalah sebuah tempat persembunyian bagi warga pada zaman penjajahan. “ Air Terjun Babang terletak di batu yang sangat besar. Air terjunnya berjenjang-jenjang dan sangat hijau, saya juga sering ke sana,” ujar Faisal Faisal menjelaskan pernah sampai pada tingkatan yang ketiga, pada tingkatan ketiga tersebut diakuinya sangat tinggi namun tidak mengeluarkan suara yang keras. “Pada tingkatan yang ketiga itu lebih tinggi, kira-kira setinggi pohon kelapa,” jelas Faisal. Iya dan Faisal berharap kepada pemerintah agar mengelola air terjun tersebut dengan baik sehingga masyarakat ramai mengunjungi Air terjun Babang tersebut. “Kami berharap agar pemerintah bisa memperhatikan wisata ini, agar banyak motor yang parkir lagi di sini,” harap mereka.

Sejuk : Anak-anak yang sedang menikmati sejuknya Air Terjun Babang di Dusun Surantiah Nagari Koto Buruak Lubuk Alung, Sabtu (18/04)

Jamal Mirdat/Suara Kampus

umatera Barat memiliki alam yang iden tik dengan dataran tinggi dan pegunun gan yang mengintarinya. Di kawasan tersebut banyak hutan-hutan dan aliran sungai di dalamnya sehingga tak jarang banyak ditemukan air terjun yang hasrat untuk dijumpai. Sumatera Barat masih banyak menyimpan air terjun yang belum diketahui banyak orang serta belum terjamah oleh dunia pariwisata, sehingga masih terjaga kemurnian alam dan keasliannya salah satunya adalah Air Terjun Babang. Air terjun Babang terletak di Dusun Surantiah di Nagari Koto Buruak Kecamatan Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Dusun tersebut masih terjaga kealamiannya, terlihat saat memasuki kawasan tersebut dikelilingi oleh daratan tinggi yang mengapit dusun tersebut yang membuat dusun tersebut teduh dipandang. Air terjun Babang atau dulu yang masyarakat sering menyebutnya Babang Indah, tak banyak yang tahu kenapa air terjun tersebut dinamakan air terjun Babang. tapi, babang ini bukan dari istilah anak remaja hari ini Babang Dedek. Namun mitos yang berkembang di tengah masyarakat setempat nama tersebut ada kaitanya dengan sebuah batu besar yang berada pada air terjun tersebut. Tidak sulit untuk akses yang harus ditempuh menuju Air Terjun Babang, masuk dari simpang BLKM Lubuk Alung, terus melaju ke arah Sikabu, sekitar 3 km dari


CMY


Kementeriaan Keuangan Memberikan Izin BLU

Sejak 6 Maret lalu, Kementerian Keuangan akhirnya memberikan izin untuk IAIN Imam Bonjol kewenanngan dlam mengelola keuangan sendiri dengan izin Badan Layanan Umum (BLU). Meski IAIN Imam Bonjol tersebut dinyatakan lulus dengan BLU penuh, namun ada hal yang perlu dilirik untuk dicermati dalam penerapan BLU ini. Ria Kepala Bidang Pembinaan Pelaksana Pengawasan Anggaran I Dirjen BUN Kantor Wilayah Provinsi Sumatera Barat menilai BLU pada dasarnya adalah keluesan sautu intisutusi dalam mengelola keuangan, dengan izin mengelola tersebut, hal yang diharapkan adalah kemandirian dari kampus atau institusi dalam mengelola keuangannya. “Sebenarnya salah satu bentuk dari BLU ini untuk membentuk institusi mendiri,”papar Ria usai Implementasi BLU dengan Civitas IAIN Imam Bonjol Padang, Ria menjelaskan, bentuk pengelolaan uang tersebut IAIN tidak perlu lagi menyetor keuangan ke kas negara, misal uang perkuliahan mahasiswa itu tidak lagi ke stor ke negara, tapi ke kas kampus. “Kalau BLU semuanya dikelola sendiri, uang SPP misalnya biasanyakan di stor ke negara, sekarang tidak, langsung ke rekening kampus, dan kampus berhak menggunakannya,” ujarnya. Dikatakan oleh Ria bahwa dengan BLU kampus akan lebih fleksibel dalam menyelengarakan keuangan, untuk itu sebelum pelaksanaan BLU, IAIN harus membuat rekening Operasional BLU, rekening Dana Kelolaan. “Artinya untuk pengelolaan tersebut rekening BLU nya harus ada,” jelas Ria. Selain itu, untuk berjalan dengan efektif lanjut Fitira, BLU harus mempunyai Standar Operating Proceudere (SOP), mulai dari SOP pengelolaan PNBP BLU, Pengelolaan Belanja dari PNBP, Pengelolaan Kas BLU, Pengelolaan Piutang, Pengelolaan Utang dan Pengelolaan Barang Investaris. “Agar BLU ini berrjalan dengan baik, IAIN harus siapkan semua itu,” ulasnya. Ria menambahkan, dalam enam bulan setelah ditetapkan BLU, IAIN harus menyusun tarif layanan unerasi, dan dalam dua tahun tertanggal ditetapkan BLU IAIN harus mengambangkan dan menerapkan Sistem Akutansi Keuangan BLU. Ria memandang, dengan ditetapkan BLU, itu berarti IAIN sudah siap untuk BLU, karena untuk mendapatkan izin BLU harus mengikuti seleksi yang sangat ketat, apa lagi ini BLU penu yang sudah lulus seleksi dari kementerian. “Keputusan untuk mengizinkan BLU itu berdasarkan segala pertimbangan oleh kemeterian, apalagi IAIN BLU penuh artinya IAIN memang sudah siap dan bisa untuk menerapkan BLU,” katanya. Untuk sisi minus dari BLU, menurut Ria IAIN akan rumit dalam menentukan tunjangan bagi pegawai, karena tunjangan tergantung pada pendapatan dari BLU. “Yang saya dengar itu, minusnya BLU bagi IAIN pada tunjangan pegawai,” ujar Ria. Izin BLU bisa saja dicabut jika IAIN mengalami penurunan dalam pendapatannya, selain itu rancangnan belanja yang tidak bisa direal-

Taufiq Siddiq/Suara Kampus

Ketika IAIN Mendapat Izin Mencari Uang

Suasana : Diskusi Badan Layanan Umum (BLU) bersama bendahara umum negara provinsi sumatera barat dengan civitas IAIN Imam Bonjol Padang di Aula Dakwah dan ilmu Komunaikasi, Kamis (16/04)

“Yang penting IAIN harus bisa mengupayakan sektor mana yang bisa menjadi pendapatan untuk kampus, agar BLU-nya tidak dicabut” Ria Hot Juanita Kabid Anggaran I Dirjen BUN Sumbar

isasikan akan menjadi salah satu penilaian dalam pencabutan izin BLU. “Kemungkinan dicabut bisa. Jika pendapatan mengalami penurunan, atau dibisa merealisasikan rancangannya,” ulasnya. “Yang penting IAIN harus bisa mengupayakan sektor mana yang bisa menjadi pendapatan untuk kampus,” ungkap Fitri. Sejuah ini, lanjut Fitri IAIN terkendala dengan revisi nasional yang dilakukan oleh pemerintah, ditambah sekarang transisi IAIN IB ke sistem BLU. “Untuk sekarang, kendalanya mungkin karena adanya revisi nasional ditambah dengan kebijakan pemerintah, perampingan anggaran,” jelas Fitiri. Uang Sendiri Elva Dona dosen Ekonomi Pembangunan Fakultas Syariah IAIN IB berpendapat, penerapan BLU sangat bergantung pada perencanaan, agar tujuan dan hasil dari BLU tersebut berjalan baik. “Jika perencanaan matang jumping pun akan tinggi,” jelasnya. Lebih lanjut ia mengungkapkan, dalam penerapan BLU ke depannya IAIN IB akan lebih dan mengetahui kebutuhannya dan kegiatan dengan lebih efektif. “Tidak akan ada lagi kegiatan yang

dibuat-buat. Semua kegiatan yang dilakukan benar-benar efektif. Mengerjakan suatu sesuai dengan kebutuhan serta tujuan yang jelas,” ungkapnya. Menurutnya, BLU harus didukung maupun ditopang oleh seluruh lini atau kosekuwensinya akan membawa dampak kerugian. “Jika tidak didukung bisa membuat kemunduran bagi IAIN,” tuturnya. Namun sebaliknya, lanjut Elva Dona jika didukun tentu akan untung. “Penerapan BLU akan menimbulkan produktifitas yang tinggi namun, harus memiliki administrasi yang terlatih.,” ujarnya. “Saat ini, banyak dari mahasiswa yang memiliki kretivitas dalam bidang usaha. Pihak kampus sendiri bisa bekerjasama dengan mahasiswa lewat kreatifitas yang dimiliki,” jelas dosen ini. Elva Dona mengharapkan, hal ini dapat memunculkan motivasi dalam bekerja. “BLU ini akan menimbulkan semangat bekerja yang lebih baik dan waktu tidak menjadi terbuang. Penerapan BLU harus memiliki kepandaian dalam mengelolanya, jika tidak ingin kerugian atau kemunduran,” terangnya. Izin Berbisnis Ketetapan BLU sendiri ditanda-

tangani oleh Asasriwarni dua setelah ditetapkan pada 6 Maret tersebut. “6 Maret kemaren kita sudah dapat izin BLU,” ungkap Asas Maret lalu. Lanjut Asas, IAIN akan harus membuka kegiatan usaha yang mengahasilkan pendapat tambahan bagi IAIN IB selain subisidi dari pemerintah. “Kita harus berpikir untuk usaha sendiri, seperti peminjaman aula, BPIH perguruan tinggi, pokok jiwa berwirausaha,” papar Asas (16/04). Asas menilai dengan diberlakukan BLU IAIN Imam Bonjol bisa mengatur sendiri kegiatan dan tidak terkait dengan sistem.”Kita semua harus melakukan kegiatan yang mendukung jalannya BLU,” ungkap Asas. Sementara itu, Salmadanis Wakil Rektor II IAIN Imam Bonjol Padang menyampaikan, ini merupakan sebuah peningkatan dan IAIN IB harus efektif dalam hal anggaran. “Sistem BLU akan memberikan kita keuntungan dalam hal pembangunan infrastruktur,” kata Salmadanis saat ditemui diruangannya Kamis (16/04). Salmadanis menambahkan, kedepan, anggaran pembangunan yang tidak terealisasi maka anggaran tersebut tidak kembali ke negara.”Ketika kita membangun

kita kelola keuangannya sendiri. Adanya sistem ini kita tidak perlu takut dana berlebih sehingga harus balik ke negara,” ucapnya. Guru besar Fakultas Dakwah Ilmu Komunikasi (FDIK)ini setuju dengan prinsip dari pelaksanaan BLU salah satunya pelayan prima, “Hal terpenting itu dalam dunia pendidikan adalah pelayanan prima. Hakikat dari BLU meningkatkan pelayanan, bukan bisnisnya,” ujarnya Salmadanis menuturkan IAIN telah menempuh seleksi yang ketat dalam mendapatan izin. “Kita telah lima tahun mempersiapkan agar terlaksananya BLU,”katanya. Untuk itu lanjutnya, banyak hal yang harus ditingkatkan, sepertipeningkatkan SDM. Masrial WD II FDIK mengaku ada hal yang perlu dipahami oleh beberapa pihak terkait sistem BLU ini, terlebih dalam rancangan bisnis. " Rancangan bisnis yang ada di BLU itu tidak seperti properti. Kampus tidak boleh seperti bisnis dagang, artinya bisnis BLU boleh memungut uang untuk kepentingan warga kampus," tambahnya. Terdapat beberapa perubahan sedang ditunggu fakultas tentang peralihan sistem manajemen keuangan. WD II Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Ahmad Sabri mengaku tidak terlalu paham dengan sistem BLU. “Belum ada sosialisasi , sepengetahuan saya, secara prinsip sistem BLU itu mengelola keuangan sendiri untuk dipakai langsung. Sabri mengaku dari beberapa kali rapat terkait BLU ia belum sepenuhnya menguasai tentang sistem BLU. Sejak dikeluarkan SKnya menurut pengakuan Sabri belum ada sosialisasi khusus dari Tim BLU.


Foto: Taufiq Siddiq/Suara Kampus

Foto: Kanadi Warman/Suara Kampus

Sandiwara : Anggota Teater Imam Bonjol mainkan peran dalam Follow Up Paba 2015, Minggu (26/04).

Bolong : Keadaan gedung rektorat yang tahun 2015 tidak mempunyai anggaran untuk pembangunan, Maret 2015 Foto: Axvel Gion Revo/Suara Kampus

Foto: Axvel Gion Revo/Suara Kampus

Berkemas : Anggota Mapala Alpichanameru IAIN Imam Bonjol membereskan stand pameran foto dalam memperingati Hari Bumi, Kamis (23/04).

Foto Bersama : Civitas IAIN IB Padang bersama Gubernur Sumbar dan Menteri Agama usai peletakan Batu Pertama kampus III di Sungai Bangek, Maret Lalu


Cerdasi Simbol Islam A

ksi brutal yang dilakukan Irak Suriah Islam State (ISIS) dalam menegakkan “Negara Islam” berbuntut pada rusaknya simbol-simbol Islam. Bendera yang dikibarkan ISIS misalnya, yang digadang-gadang merupakan stempel administrasi surat oleh Rasulullah Muhammad SAW itu telah jadi logo yang mengidentitas dari keberadaan ISIS. Penggunan stempel rasul tersebut dinilai aneh oleh Maredenny, Psikolog dengan tesis Logo Terapi. Ia beranggapan bahwa logo sejatinya sebagai identitas bagi oknum ataupun ISIS, maka melihat pencapaian yang dilakukan ISIS dalam mencapai tujuannya untuk mendirikan negara Islam tidak sesuai dengan tujuan dan makna yang ada pada identitas atau bendera ISIS. “Logo asumsinya sebagai identitas, serta media dalam mencapai tujuan tertentu,” ujar Mardenny kepada Suara Kampus saat dikunjungi di salah satu kafe di IAIN Imam Bonjol Padang, Rabu (15/04). Mardenny menambahkan, meski logo yang dipakai ISIS merupakan salah satu simbol Islam, belum tentu makna yang ada pada keduanya sama. Meskipun logonya sama, belum tentu makna dan tujuannya sama. “Gini, misalkan bendera Merah Putih, bukan hanya Indonesia yang menggunakan dua warna tersebut untuk bendera. Meski ada negara lain yang menggunakan warna sebagai bendera, belum tentu tujuan dan maknanya sama,” ungkap lulusan Psikologi UIN Bandung ini. Misal, lanjut Mardenny, ada kapal asing yang mau mencuri di laut Indonesia, lalu memasuki laut Indonesia. Kapal tersebut mengganti benderanya dengan bendera Merah Putih. Nah, orang yang melihat akan berasumsi itu kapal Indonesia bukan kapal asing yang mau maling. “Artinya logo atau simbol itu akan membangunkan kedekatan emosional seseorang, saat ISIS menggunakan simbol Islam, maka image yang pertama dibangun adalah image ISIS sebagai Islam” papar Mardenny. “Dan itulah keuntungan dari sebuah logo,” kata Mardenny. Menurut Mardenni, ISIS sangat paham dengan penggunaan logo, sekarang siapa yang tahu betul jika orang yang berperang atas nama ISIS itu adalah mujahiddin yang diajarkan oleh Islam. “Logo juga sebagai media untuk mencapai tujuan. Di sini lemahnya ISIS, mereka tidak mencapai tujuan sesuai identitasnya yaitu Islam. Apakah ada Islam mengajarkan untuk mendirikan negara Islam harus mengorbankan orang Islam. Sedangkan ISIS kan memerangi orang Islam. Terus nanti enggak ada dong orang Islam yang tinggal di negara Islam ISIS,” terang pewarta Antara Bandung 20002003 ini. “ISIS kan tidak ada memerangi orang kafir atau yahudi. Dari sini dapat kita lihat, bagaimana pencapaian ISIS dalam mencapai tujuannya. Islam enggak ?”, ulasnya. Mardenny mengatakan, masyarakat Indonesia sangat fanatik terhadap hal-hal yang berhubungan emosional spiritual, terhadap simbol ISIS misalnya, orang yang tidak bisa baca tulisan tersebut akan memiliki kedekatan dengan bendera ISIS. “Untuk men-

gubah pradigma simbol Islam itu yang rusak akibat radikal Islam hanya dengan meningkatkan mainset masyarakat terhadap Islam dan ISIS, dari itu kita dengan sendirinya akan mengelompokkan bahwa ISIS bukanlah Islam,” ungkap Mardenny. Stempel Diplomatik Sejarah mengungkap, bahwa Nabi Muhammad SAW juga dikenal memiliki sebuah stempel yang sering digunakan dalam surat menyurat. Stempel tersebut bertuliskan “Allah”, “Rasul”, dan “Muhammad”. Jika membaca tulisan pada stempel tersebut dari bawah ke atas maka akan menjadi, “Muhammad Rasul Allah”. Berkaitan dengan itu, Ketua Jurusan Bahasa Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab, Taufik Hidayat mengatakan dari pandangan historis, hubungan bendera ISIS deng-an stempel Rasulullah ada kesamaan paham agama yang mereka anut dan mereka memperjuangkan sebagian dari ajaran Islam menurut pemikirannya. “Namun dari apa yang mereka kerjakan dengan stempel Nabi yang tertera dibendera mereka itu tidak ada hubungannya, karena Nabi tidak pernah menganjurkan perang atau membunuh saudaranya,” ujarnya saat di temui di ruangan kerjanya, Kamis (16/ 04). Dari pandangan sejarah, stempel Rasulullah hanya digunakan untuk urusan diplomatik, politik dan lainnya dengan negara-ne-gara. Hal ini berbeda dengan yang digunakan ISIS, yang menggunakan simbol Islam untuk menjadi identitias belaka, sehingga mengundang image masyarakat bahwa Islam itu radikal. “Organisasi ISIS yang memakai stempel Nabi meninggalkan pesan yang negatif, sebuah cara-cara yang tidak jujur dan keras,” pungkas-nya. Dosen Fakultas Adab itu menambahkan, jika untuk memperjuangkan agama Islam harus sesuai dengan aturan syariat Islam. “Kalau ingin berjuang diwilayah politik, maka berjuanglah sesuai dengan sosial dan budaya yang ada tanpa keluar dari syariat Islam itu sendiri,” paparnya.“Memakai simbol-simbol Islam itu boleh saja tetapi harus sesuai dengan citra diri seperti

“Artinya logo atau simbol itu akan membangunkan kedekatan emosional seseorang” sikap dan aturan agama,” tegas Taufik kepada Suara Kampus. Akhirnya Taufik tidak nyaman dengan keberadaan organisasi radikal yang mengatasnamakan Islam. “Saya memang kurang srek dengan mereka, tetapi harapan saya mereka sadar dengan perbuatan keji mereka dan dengan apa yang mereka lambangkan dibendera mereka,” tutupnya. Simbol Perjuangan Ada beberapa macam bendera perjuangan. Di antaranya ada yang dinamakan liwa’ dan ada juga yang dinamakan rayah. Liwa’ adalah bendera yang dipasang diujung tombak, tidak selalu dikibarkan. Bendera ini hanya dikibarkan dalam kondisi penting dan berfungsi untuk menunjukkan posisi panglima perang. Adapun rayah adalah bendera yang diberikan kepada pasukan untuk diletakkan di ujung tombak dan selalu dikibarkan. Dalam sebuah hadist diterangkan bahwa warna dan bentuk bendera sudah ada dizaman Rasullullah, Al-Barra’ bin ‘Azib RA ditanya tentang rupa bendera rayah di zaman Rasulullah SAW, beliau menjawab, “Warnanya

hitam, bentuknya persegi, dan terbuat dari kain.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi). Bersamaan dengan itu, Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Padang, Alkaf mengatakan simbol-simbol islam itu memang menjadi tabiatnya umat islam, mulai dari kelompok, golongan atau partai yang memakai simbolsimbol Islam tidak berarti mereka menjadikan itu simbol mereka. “HTI tidak mengkleim bahwa kalimat ”La Ilaha illallah” dan “Muhammad Rasul Allah” itu adalah bendera mereka, namun bendera Nabi Muhammad SAW,” ujar Alkaf saat diwawancarai Suara Kampus, Rabu (15/04). Terkait hal tersebut Alkaf _menambahkan, simbol Islam tidak akan dapat disalahkan sebab simbol Islam sudah menjadi ciri khas dari umat Islam itu sendiri. “Jika orang menggunakan simbol Islam tetapi faktanya bertentangan dengan Islam berarti yang salah dan rusak itu bukan simbol Islamnya, namun kelompok atau orang yang memakai simbol tersebut,” paparnya. Kelompok radikal ISIS itu tidak menjalankan syariat Islam dan paham yang menanamkan kebencian bahkan teror kepada sesama umat muslim dengan non muslim. “Dari awal kami bertentangan dengan ISIS karena mereka memakai lambang umat Islam untuk memerangi umat Islam dan non muslim,” ulasnya.

Ketua HTI ini juga beranggapan bahwa semua orang sudah ketakutan dengan simbol yang ada di bendera ISIS. “Bukan saja orang non muslim tetapi yang muslim juga takut dengan lambang Islam itu sendiri,” pungkas Alkaf. Menyikapi hal tersebut, HTI menentang adanya bendera ISIS sebab itu termasuk kriminalisasi terhadap simbol Islam dan akan menimbulkan fitnah. “Masa orang islam yang memakai simbol Laillahaillah dan Muhammad Rasulullah disangka teroris,” ungkap Alkaf selaku ketua HTI. HTI berupaya untuk mengembalikan image masyarakat terhadap simbol Islam agar pandangan masyarakat tidak negatif lagi. “Kalimat Laillahailallah dan Muhammad Rasulullah itu adalah kalimat keimanan mereka dan jangan sampai kita termakan isu yang tidak benar,”

tutupnya mengakhiri pembicaraan. Salah seorang mahasiswa, Ulva Yasirli mengatakan ISIS menggunakan simbol yang sama dengan simbol Islam yang seharusnya bertanggung jawab dengan simbol tersebut dengan menerapkan ajaran Islam yang sesungguhnya. “Laksanakan ajaran Islam, jangan malah menghancurkan Islam,” ujar mahasiswa Jurusan Manajemen Perbankan Syariah itu, Jum’at (17/04). Lanjut Ulva, sebagai umat Islam kita harus lebih memahami dan mamaknai kalimat yang menjadi simbol Islam ”La Ilaha illallah” dan “Muhammad Rasul Allah”, kalimat yang berati tiada Tuhan selain Allah, sehingga dalam prakteknya kita dapat mengamalkan ajaran yang terkandung dalam kalimat tersebut, kemudian memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa Islam bukan identik dengan kekerasan dan terorisme. “Itu hanyalah strategi ISIS untuk menghancurkan Islam,” ulasnya. Senada dengan Ulva, Lenida juga mengungkapkan bahwa simbol yang dipakai ISIS menjadi baik ketika ISIS menerapkan dalam kehidupanya sesuai dengan syariat Islam dan aturan-aturan dalam agama. “ISIS menggunakan lambang Islam mereka harus menerapkan ajaran Islam dengan baik,” pungkas mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Lenida juga menambahkan, agar masyarakat tidak menganggap simbol Islam sebagai simbol ISIS. “Islam itu bukan agama yang keras dan kalimat tersebut merupakan kalimat tauhid yang harus kita amalkan,” tuturnya. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Noni Andriani memandang simbol Islam sebagai gambaran seseorang itu beragama Islam, menjalankan perintah Allah dan Rasulnya dan simbol tersebut hanya melambangkan bentuk dan memudahkan masyarakat dalam mengenal Islam, tetapi ISIS mengubah paradigma masyarakat saat sekarang ini dengan cara pemikirannya yang radikal dan membuat masyarakat berpandang tidak bagus terhadap simbol Islam. “Terkesan dengan sengaja mereka ingin menjelekkan Islam dan menghancurkannya,” katanya. Lanjut Noni, agar simbol Islam tidak dipandang simbol ISIS, sebagai umat Islam kita harus mengembalikannya pada diri kita sendiri untuk memeaknainya lebih mendalam bahwa simbol-simbol Islam memiliki sejarah yang haarus dipahami. “Agar orang tidak memandang bahwa lambang Islam sebagai lambang ISIS radikal,” jelasnya Jum’at (17/04). Noni menambahkan, seharusnya kita memberikan gambaran kepada masyarakat tentang hal itu dan memberikan penjelasan bahwa ISIS berbeda dengan Islam, kalimat “La Ilaha illallah” dan “Muhammad Rasul Allah” itu adalah kalimat tauhid yang harus kita pahami dan jika mengucapkannya kita harus menerima seluruh konsekuensinya,” jangan hanya sekedar mengucapkan saja tetapi harus dipahami dan dikerjakan,” tutup Noni.


Suara Kampus- Pengganti Sementara (PgS) Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Asasriwarni selesai menyematkan tali komando kepada Ketua Dewan Racana Pramuka yang baru, Ilham Danil. Kemudian memakaikan peci kepada pemangku adat Pramuka. Pengurus baru Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Racana Pramuka Rohana Kudus periode 2015-2016 resmi dilantik, Jumat (24/04) di depan gedung Auditorium Prof. Mahmud Yunus. Ilham Danil yang baru saja dilantik, bertekad akan memberikan yang terbaik untuk UKM Pramuka. Memperlancar administrasi, komunikasi dan koordinasi, baik dengan pegawai kampus, UKM selingkup IAIN Imam Bonjol dan sesama anggota UKM Pramuka. “Jika semua itu berjalan baik, maka akan terjadi komunikasi yang baik antara semuanya,” ujar mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab itu. Sebagai ketua dewan kepengurusan baru, mahasiswa yang biasa dipanggil Ilham itu berencana untuk menjadikan anggota UKM Pramuka memiliki mental yang kuat, punya loyalitas tinggi, kuantitas, terutama kualitas yang bagus. “Kami akan berupaya meningkatkan kualitas Pramuka,” tuturnya. Salah satu kegiatan yang akan menunjang kualitas tersebut, lanjut Ilham, dengan mengadakan PERSI (Pekan Kreasi Raih Prestasi) III. Acara besar ini akan diadakan tepat pada perayaan ulang tahun ke-26 Racana Pramuka. “Kita akan bekerja sama dengan UKM selingkup IAIN, sembari menjalin kebersamaan,” paparnya. Ilham mengakui, keberhasilan UKM Pramuka nanti tidak terlepas dari dorongan dan bantuan pihak kampus. “Kami berharap pihak kampus selalu member dukungan. Target kami pada Persi III ini, mengundang peserta lebih dari 3 provinsi,” ujarnya. Usai penyampaian dari Ilham, dilanjutkan dengan penyampaian dari Ketua Racana Pramuka demisioner, Muliadi. Selaku ketua dewan racana masa bakti 2014-2015, Muliadi mengharapkan dewan pengurus rancana yang baru dapat memberikan yang terbaik untuk UKM Pramuka. Melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan dan juga mencapai kemajuan-kemajuan dari yang telah dicapai sebelumnya. “Hendaknya dapat berkaca dari kepengurusan sebelumnya dan tidak melakukan kesalahan yang sama,” harapnya. Di tempat yang sama, Ketua Panitia Muhammad Yusuf mengatakan jumlah Dewan Racana UKM Pramuka meningkat dari sebelumnya. “Pengurus berjumlah 14 orang, 7 laki- laki dan 7 perempuan. Sebelumnya hanya 12 orang, 6 lakilaki dan 6 perempuan,” ungkapnya.

Foto :Axvel Gion Revo/Suara Kampus

Peningkatan Kualitas UKM Pramuka

Mapala orasi di tengah mahasiswa untuk memperingati Hari Bumi, Jumat (17/04).

Menjaga Bumi Kewajiban Manusia Suara Kampus- Banyak cara untuk membuktikan cinta kepada bumi, seperti yang dilakukan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapala Alpichanameru IAIN Imam Bonjol (IB) Padang membuang bekas tali yang bergantungan pada pohon di salingka kampus pada Rabu (22/04) lalu. Kagiatan ini bertujuan memperingati hari bumi yang jatuh pada 22 April, menjaga dan mencintai bumi sudah kewajiban bagi penghuni bumi ini.Arif selaku panitia hari bumi mengatakan, kerusakan yang terjadi pada bumi seperti banjir, longsor, dan krisis air tidak lepas ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Menjaga dan merawatnya merupakan tugas wajib bagi penghuni bumi. “Dengan kegiatan member-

sihkan pohon ini, Maka akan timbul kepedulian serta cinta kita kepada alam,” ujar anggota Mapala Alpicahanameru ini. Lanjut Arif, hari bumi sering dianggap sebagai ajang berkumpulnya para aktifis kampus, namun tindak lanjut secara nyata di lapangan minim. Seharusnya mereka memberikan contoh kepada masyarakat pentingnya menjaga alam, serta bahaya pencemaran lingkugan. “Kita beraharap para aktifis kampus bisa memberikancontoh yang baik,” terang Arif. Melestarikan lingkugan hidup bukan hanya tanggung jawab perorangan, akan tetapi tanggung jawab dari semua pihak yang hidup di bumi ini. “Maka dari itu kita peduli pada alam, tidak

membuang sampah sembarangan,” tambah Arif saat ditemui Suara Kampus. Saat ini mahasiswa kurang mengaplikasikan kepedulian pada bumi, jika dilihat dari unsur banyaknya masyarakat kampus IAIN ini belum memperlihatkan cintanya pada lingkungan. "Hal tersebut tidak bisa pula dipaksakan, karena tujuan mereka kuliah di sini, setidaknya ia peduli pada alam itu sudah cukup," terang Raichul Amar Pembina Mapala Alpichanameru. Rechul menambahkan, jika sulit untuk membuktikan cinta pada bumi, maka buahglah sampah pada tempatnya. "Itu sudah menyelamatkan bumi," tambah peraih penghargaan kalpataru itu.

Karya Penelitian Dosen yang Hilang

Penyerahan dukumentasi oleh Raichul Amar kepada Pusat Penelitian IAIN IB, Kamis (23/04).

Suara K ampus- Dalam rangka memperingati hari buku pada Kamis (23/ 04) kemarin, Raichul Amar, dosen IAIN IB Padang kunjungi Pusat penelitian (Puslit) IAIN IB menyerahkan beberapa dukemen foto buku penelitian IAIN IB yang hilang pasca gempa beberapa tahun yang lalu, Kamis (23/04). Raichul Amar mengatakan, penyerahan dokumen ini bertujuan sebagai pembelajaran dan meningkatkan keamanan serta kecintaan pada buku. Bahwah beberapa tahun lalu IAIN IB dilanda gempa menyebabkan gedung rektorat lama IAIN, ketika itu lantai tiganya tempat penyimpanan buku penelitian dosen IAIN roboh menyebabkan buku tersebut hilang. "Menurut saya prestiwa ini membuktikan minimnya keamanan terhadap buku," jelas Raichul

sambil memperlihatkan dokumen foto kepada Suara Kampus Lanjut Rechul, maka inisiatif ini bisa diambil pembelajaran bahwa sudah kewajiban utuk menjaga dan mencintai buku. Tidak salah juga beberapa buku IAIN ditemukan dijual di pasar Loak Padang, karena kelengahan penyebabnya. "Maka dihari buku ini marilah kita sama-sama menjaga buku dan mencintainya," terang pembina Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapala Alpichanamaru IAIN IB ini. Nurus Shalihin Kepala Puslit IAIN IB Padang memaparkan, tidak hanya keamanan serta penjagaan buku yang menjadi sorotan belakangan ini, minimnya minat baca mahasiswa dan dosen terhadap buku dipertanyakan. Dewasa ini mahasiswa dan dosen lebih

memilih aplikasi buku android atau alat eloktronik lainnya dari pada membaca buku di perpustakaan. “Ya kita melihat kebanyakan dosen dan mahasiswa lebih _cepat mengadu kepada mbah google dari pada buku,” jelas Shalihin saat ditemui Suara Kampus Shalihin menambahkan, pihak Puslit telah berupaya semampunya untuk menjaga setiap karya dari puslit tidak hilang. Maka dari itu, setiap mahasiswa atau dosen yang sedang melakukan penelitian pihak Puslit meminta sub copy atau filenya. Hal tersebut mengingat beredarnya rumor buku IAIN IB Padang di pasar Loak Padang. “Kita berharap cara ini bisa menjaga dan melestarikan setiap karya yang telah diterbitkan,” terang Shalihin sambil melihat beberapa dukemen jenis foto buku penelitian yang hilang.


Kuda Hitam, Industri Otak dan Popok Bayi S

aya tulis juga di sini, awalnya tidak tertarik. Tapi baiklah, siapa saja yang jadi rektor tak masalah, sebab yang terpilih nantinya itu tentu sudah melewati semuanya, terserah lulus apa diluluskan. Benar, institusi pendidikan/barang pemerintah serupa Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol (IAIN IB) tak layak dipolitiki tapi bauknya sudah serupa membran yang mengerogoti hidung dan tenggorokan. Saya cemas sampai ke hati dan jantung layaknya difteri yang sudah membunuh (sedikitnya 40 orang lebih suspect, 7 positif, dua meninggal) anakanak di Sumatera Barat sejak Desember 2014- Maret 2015, padahal sudah dinyatakan penyakit itu tak boleh ada di negara ini. Tapi itu kecemasan saya saja, meskipun sejak lama IAIN IB jadi rebutan bendera ini itu, toh kampus milik Kemenag itu masih ada di Sumbar. Tapi saya pernah beranganangan kampus itu di seret keluar Sumbar biar berubah, serupa barang milik kementerian dilarikan keluar Sumbar, sebut saja Pegadaian wilayah Sumbar, Riau, Bengkulu, BNI Wilayah, dan sederetan kantor wilayah akan menyusul ke Pekanbaru sebab bisa dikatankan orang Sumbar tak bisa jadi pelayan yang baik, meraka mirip bos padahal PNS adalah pelayan titik, eh tapi kita kadang lain pula, dari pada kuah tertungang keluar biarlah ke pinggan, dari pada lada terbuang biarlah lencirit pedih. Tapi, kita tahu IAIN IB ini bukan milik orang minang/Pemprov Sumbar, sudahlah. Tuntutan prestasi jawabnya adalah nasional harusnya sudah internasional. Tapi kampus ini masuk hitungan tidak di tingkat Nasional? Masuk hitungan mungkin ada, kalau disandingkan kita jauh lagi. Sekali lagi itu angan saya saja, di sebuah kesempatan Sirajudin Zar saat masih menjabat sebagai Rektor IAIN IB pernah berujar ke saya, ketika Pengadilan Agama masih di bawah naungan Kamenag (dulu Depag) letaknya di jalanjalan buntu, dekat kuburan, tata bangunannya begitu-begitu saja. Tapi setelah bergabung dengan Mahkamah Agung, letaknya strategis, bapak bisa liat sendiri perubahannya, menyenangkan bukan? Siraj tertawa pelan. Menurutnya untuk perubahan IAIN keluar saja dari Kemenag, terlalu banyak yang di urus Kemenag. Departemen Agama itu seperti pasar. Semua ada kecuali agama itu sendiri (kata Gusdur). Tapi apa mungkin Sirajudin juga bermaksud/menyarankan IAIN IB dipimpin oleh orang luar IAIN IB saja, Kamenag ambil alih saja... hehe...tapi saya tak tahu, sebab Siraj tak mengatakan apapun soal itu

Oleh Firdaus Diezo

ke saya. Saya liat banyak nama yang layak untuk memimpin IAIN IB kedapan, mustahil tak ada bukankah di sana industri otak bukan industri popok bayi,,hihi... tapi pada bisa serius tidak ngurus IAIN IB? Sekarang sudah 4 Calon mendaftar kepanitia pemilihan rektor IAIN IB, pendaftar pertama Prof.Dr. Armai Arief , M.Ag (mantan Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta), Guru Besar FITK UIN Jakarta, disusul Drs. Yasrul Huda, MA, PH, D, mantan PD II Fakultas Syariah IAIN IB jebolan Universitas Leiden, Belanda, Prof. DR. H. Duski Samad, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN IB (masih menjabat) dan DR. H. Eka Putra Wirman, MA, dari Fakultas Ushuluddin IAIN IB juga mantan Ketua STAI-PIQ Sumbar jebolan Universitas of Qarawiyin Maroko (Filsafat). Keempat Calon tersebut, bagi anda tentu sudah bisa diprediksi siapa yang akan menang ditingkat senat, siapa dibelakang siapa, anda mungkin sudah tau pula. Tetapi tunggu dulu, menang ditingkat senant tidak jaminan jadi rektor, tapi tak lebih sebagai bahan pertimbangan pusat. Namanya saja bahan pertimbangan, kalau ditimbangnya sukur kalau tak ditimbang ya wasalam, bisa jadi salah satu dari 4 Calon itu yang akan jadi rektor nanti, boleh jadi sudah ada nama yang dipersiapkan oleh Kemenag untuk memimpin IAIN IB kedepan. Dari calon yang sudah mendaftar, 1 nama jelas dari luar. Ini bisa dibilang kuda hitam, bisa jadi 3 tim lainnya kembang kempis perutnya, tiba-tiba muncul satu nama dari luar IAIN IB. Benar tidak ada yang salah, pencalonan Armai Arief sudah sesuai statuta pemilihan rektor IAIN IB. Tapi merunut lagi pemilihan sebelumnya, tidak ada calon dari luar, entah tak berani atau pandai menggili orang dalam. Dihari terakhir pencalonan, para tim sukses tersentak, siapa yang membawa Armai Arief ke IAIN IB, apa visinya? Aduh KO kita, kata kawan. Padahal awalnya nama Eka Putra

Wirman digadang-gadangkan bakal mulus di tingkat senat, setidaknya 21 suara dari 37 anggota senat sudah di tangannya. Duski Samad dan Yasrul Huda masih saja bergelut dan talik ulur soal sintementil tua dan muda, sebagian besar dosen senior (sebut tua) pro Duski dan angkatan muda sebagian besar pro Yasrul Huda (alias Udo). Namun mendaftarnya Armai Arief serupa angin limbubu, membuyarkan opini yang sudah terbentuk. Ini pukulan, bagi yang merasa. Ayo merapat, tiga balon atau empat calon ini tentu tengah mencari akal untuk merapat ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH), untuk mengetuk hati orang pusat. Tapi saya tidak akan membahas lebih jauh soal itu, sebab politik itu hitunganya detik, ya begitulah politik berpacu dengan apa yang anda pikirkan dan menggilas teori yang anda pelajari di kelas. Kita fokus saja bagaiman idealnya Rektor IAIN IB kedepan, tentunya mereka yang visioner, menejerialnya jelas, cita-cita menjadikan IAIN IB terbaik di Sumatera tentu terlalu kecil sudah saatnya rektor nanti punya Visi menjadikan kampus ini bisa bersaing dipentas nasional dan internasional. Biar tak jauh-jauh generasi kuliah ke Leiden atau ke Maroko, biar mereka yang ke sini. Duduk-duduklah dengan alumni UGM, UI, ITB di luar sana, bagaimana rasanya, bersaing dengan mereka di meja wawancara dan kerja dan rasailah oleh kau. Kita harus punya produk unggulan, kini ayo sebut apa prodi unggulan IAIN IB, sampai dimana bisa diunggulkan? Aduh, jika salah satu dari nama tersebut atau yang lain jadi rektor kelak, betapa capeknya dia mengurus kampus ini belum lagi ba bi bu Kamenag, SDM IAIN IB (sudah layak direvolusi mental) dan anggaran yang sedikit serupa yang di keluhkan rektor-rektor sebelumnya, anggaran IAIN IB tak lebih untuk satu fakultas di Unand. Hihi...tak terbayang oleh saya susahnya jadi Rektor IAIN IB, belum lagi soal administrasi mirip

pengurusan surau tradisional itu, belum lagi soal akreditasi, tambah pula keinginan mengubah sistim keuangan jadi BLU, belum lagi citacita jadi UIN, belum lagi pengembangan kampus III di Sungai Bangek, Lubuk Minturun, Padang, belum lagi yang nelpon rektor terpilih kiri kanan soal mintak proyek ini itu,belum lagi soal keterampilan mahasiswa dan unit kegiatan mahasiswa yang menurut saya begitu-begitu saja padahal itu aset besar, tambah lagi akan berhadapan dengan profesor yang tak gampang untuk diatur. Belum lagi 75 persen PNS dinegara ini tidak produktif (data 2011) 75 persen soal itu adalah komunikasi, mungkin ini revolusi mental yang disebut presiden itu. Di IAIN IB tak jauh beda. E.. rektor sebelum ini diberhentikan loh. wah,,,begitu repotnya sang rektor. Tambah pula soal, sistim perkuliahan yang anda tanggung hari ini. Mungkin tak beda jauh waktu saya kuliah dulu, juga saat tiga balon mengenyam pendidikan di kampus ini. Boleh, saya berterus terang, baiklah akan saya katakan sedikit, mirip di rumah sakit bertemu dengan dokter konsulen itu mahal, kalo resident, chief residen mungkin banyak. Bertemu guru besar dilokal itu mahal, tapi asisten sampai mengeluh. Parahnya, satu dosen/asiten dosen itu mengajar banyak mata kuliah, berani benar kampus ini. Gilanya, dosen mata kuliah A, mengajar mata kuliah B dan C, dan sebaliknya atau seterusnya. Hari ini pemandanganya tentu tak akan jauh berbeda, sekalipun dosen CPNS 2014, saya tengok juga begitu, mengajar mata kuliah tak sesuai bidang studi yang ia lamar. Kampus ini tega benar, gampang benar olehnya, kayak jualan kerupuk kuah saja. Ini industri otak, pertaruhanya masa depan bangsa dan agama, bagaimana mau hebat kalau begini, jadi apa kau tamat di sini kelak. Lagi, ini harapan saya saja, sebab mahasiswanya tentu tengah sibuk. Selama proses pencalonan rektor ini bergulir, nyaris tak terdengar gerakan mahasiswa. Saya

liat mahasiswa tak terlalu mau ambil pusing dengan siapa yang akan memimpin IAIN IB, mungkin tengah sibuk main handphone cantik ditangannya, foto selfie. Aktivis pada kemana, atau menunggu ada yang mengerakan mungkin, lalu jadi kuda pelajang bukit. Tunggu BBM naik, tunggu isu nasional. E..ini rumahmu apa kau tak jenuh. Apa ada diberi ruang diskusi oleh pihak kampus tentang kreteria calon kedepan, aku dengar tak ada yang bertaji. Atau kau sedang menyembunyikan sesuatu, sampai kami benar-benar terkejut. E tapi saya tak mau, peristiwa pemilihan rektor IAIN IB pada 2006 pertarungan kubu Nasrun Haroen dan Maidir Harun merembak ke mahasiswa atas nama solidaritas bendera, mereka mau pula baku hantam di tingkat mahasiswa. Bogem mentah bersarang di jidat salah seorang mahasiswa pendukung calon ketika itu, oleh rivalnya. Ini peristiwa pilu yang pernah terjadi zaman saya kuliah. Pergerakan aktivis mahasiswa yang malang dan isi otak yang mudah diukur lalu disentak. Bendera mereka jelas yang mengusung jelas pula, yang berbendera lain tentu ingin berkibar pula, betapa repotnya IAIN IB dengan hal itu, nanti orang-orang sekeliling rektor pada minta jatah, terus yang berbedera lain nasibnya bagaimana, yang saya kasihan mereka yang cakap. Tapi begini kita mungkin tidak sekenal benar dengan rektor terpilih nanti, selain sedikit tapi harapan kita tentu tak sedikit. Bapak calon rektor, saya ini Alumni IAIN IB, saya sedang tidak bertugas di lingkungan Kemenag, sulit benar di luar sana, satu sisi saya harus bangga pernah kuliah di sini, kalau tak percaya keluarlah dari Kemenag itu. Sedang ketika kuliah dulu, saya cuma diajak untuk tahu dan tidak keterampilan. Kampus ini makin tua saja, harusnya tidak sekaku ini lagi. Tapi bapak-bapak pernah kuliah di kampus lain bahkan di luar negeri, anda pasti ngeri melihat kampus ini. Tapi saya cemas, banyak orang masuk toilet jadi geram, tutup hidung karena jorok, tapi sempat juga merokok dan ini itu...hihi. Tapi, sudah jangan meratap juga, kampus ini sudah salah urus dari dulunya, kedepan ayo bergandengan tangan, kita tinggalkan kebiasaan yang kaku itu.

(Penulis adalah alumni Fakultas Syariah Jurusan Hukum Jinayah siyasah bergiat di Posmetro)


Aku Ingin Melati bukan Belati Oleh: Desiyana El-Rahimiyah

N

ak, simpanlah parfum ini. Pakailah setiap hari. Cuk up oleskan pada jilbabmu saja di bagian dada. Mak tahu berapa lama parfum ini akan habis jika kamu pakai hanya pada satu bagian itu saja”. Kata Mak kepadaku. Lalu ia memberiku sebuah pot bunga yang batangnya masih kecil. Kira-kira setinggi tiga puluh centi meter. “Tanamlah bunga ini di depan rumah, Nak. Dan jika bapakmu bertanya, katakan saja bunga ini adalah pemberian temanmu di sekolah”. Akupun lalu mengangguk. Mak mengelus-elus rambutku. Lalu ia memelukku sekuatnya. Inilah detik-detik yang sangat ku benci dalam hidupku. Aku benci sekali dipeluk mak di saat-saat seperti ini. Kebencianku bercampur aduk dengan kesedihan. Kepiluan yang akan kujalani selama beberapa bulan lagi ke depan. “Mak, Nak akan pakai parfum ini tiga kali sehari seperti minum obat”. Suaraku mulai serak. Air mataku meleleh. “Jangan, Nak. Nanti bapakmu bisa marah kalau Mak seringsering mengunjungimu ke sini”. Mak menghapus air mataku yang mengalir lancar di pipiku. Mak mengecup keningku untuk beberapa detik. Kecupan eratnya membuat ada sembilu yang ditarik dari ulu hatiku. “Tok! Tok! Tok! Deyaaaa!” Segera mak melepaskan kecupannya dari keningku. Lalu mak merangkulku sekuatnya. Tak pelak lagi, sungguh jantungku benarbenar ada yang menusuk. “Nak, jaga dirimu baik-baik ya. Mak akan datang lagi ke sini jika parfum ini telah habis. Jangan sedih ya, Nak. Mak pergi dulu. Kalau bapakmu tahu mak ada di sini kamu pasti akan dipukului lagi.” Aku hanya bisa mengangguk. Lalu dengan cepat mak keluar melalui pintu belakang. Pintu itu sering dipakai nenek untuk keluar menimba air sumur. Dan di sekitar sumur ada kebun yang biasa ayah tanam di dalamnya sayur-sayuran. Di sebelah utara dari sumur itu ada pohon rambutan yang batangnya masih sebesar betisku. Ku lihat mak berjalan cepatcepat lalu badannya pun menghilang di antara rumpunan pohon pisang. Tubuh mak ramping sekali dengan tinggi badan saat ini tujuh centi meter dari tinggi badanku. Dua bulan yang lalu tinggi badanku baru sekitar 150 cm. “Deyaaaaaa!” Suara itu menggelegar. Dengan badan yang kaku aku berjalan menuju pintu depan. Lalu ketika aku membuka pintu, lagi-lagi suara keras yang tidak asing lagi itu terdengar memekakkan telingaku. “Kenapa lama sekali kau membuka pintu! Apa kau tidak tahu aku capek!” Lalu dengan kasar ia menarik daguku. “Kau menangis, Deya?” Kemudian sambil membuang wajahku dengan kuat ke arah kanan, ia berkata keras lagi. “Apa yang kau tangiskan, hah?” Aku menggeleng. “Jawab!” Suara itu membentak lagi. “Tidak ada, Pak. Nak cuma sedih aja.” Air mataku mengucur deras lagi. “Kalau tidak ada mengapa kau menangis!? Jawablah! Jujur saja! Kalau tidak, akan ku ikat kau dekat kuburan itu!” Tangannya

menunjuk ke arah timur. Ada sebuah pemakaman di depan rumah kami. Makam itu panjangnya sekitar lima belas meter. Pemakaman khusus bagi keluarga besar suku bapakku. “Ta...tadi Nak ja...jatuh di... di sumur Pak.” Suaraku tersengalsengal karena sudah tidak tahan lagi menahan isak tangisku. “Bagus. Kau tidak pernah hatihati dengan hidupmu sendiri, Deya. Tunggulah saatnya. Hidupmu akan hancur jika kau selalu tidak hati-hati.” Sambil mengoceh banyak kalimat lagi, bapak berlalu ke dapur untuk meletakkan cangkulnya di dekat pintu di mana ibuku lewat tadi. Aku berjalan ke kamar. Ku letakkan pot bunga itu di meja belajarku. Kemudian ku oleskan parfum itu ke dadaku seperti apa yang mak pesankan. *** Hari ini hari Minggu. Seluruh pekerjaan rumah telah ku bereskan, kecuali masak. Bapak selalu berpesan pada nenek bahwa aku tidak boleh memasak. Bapak bilang aku masih kecil. Belajar masak hanya akan membuatku cepat dewasa. Jika demikian, ia khawatir pikiranku bukan untuk sekolah lagi. Tapi untuk menyibukkan diri menanti jodoh, seperti yang dialami oleh teman-teman di kampungku. Seperti halnya dua bulan yang lewat, ketika itu aku memasak nasi goreng. Lalu nenek melihatku masak dan memberitahu apa saja bumbunya. Kemudian secara tiba-tiba bapak datang dan memakiku, lalu menyeret lenganku. Aku dibawa ke kamar. Lalu didorong. Aku terduduk di kursi tepat di depan meja belajarku. Bapak mengambil buku-buku di rak lalu menghempaskannya ke meja. Bapak memakiku. Bapak bicara panjang lebar dengan suara keras, bahwa aku harus rajin belajar dan membaca bukan memasak. Ketika bapak pergi meninggal-

kanku, aku pun segera mengambil parfum pemberian mak. Parfum itu tinggal separuh. Ku oleskan di bajuku bagian dada. Di saatsaat seperti itulah yang membuatku sangat merindukan mak. Air mataku seringkali mengucur tatkala aku mencium aroma parfum melati itu. Sebenarnya hari Minggu ini aku diajak Sari dan Nuri untuk pergi meraton ke pasar. Sehabis itu, mereka ingin mengajakku pergi ke mall membeli hiasan kamar dan aksesoris lainnya untuk diletakkan di meja belajar. Namun, seperti halnya minggu lalu, aku harus menerima pukulan dari rotan di telapak tanganku sebanyak sepuluh kali masingmasingnya, karena aku terlambat setengah jam saja pulang ke rumah. Sari dan Nuri mengantarku ke rumah lewat dari pukul 13.30 WIB. Padahal waktu yang diberikan bapak untuk pergi bersama mereka hanya sampai pukul 13.00 WIB. Oleh karena itulah aku menolak ajakan mereka. Aku harus menghabiskan hari liburku hanya di kamar di depan meja belajar.

Nenek memanggilku dan menyuruhku untuk segera pergi ke halaman rumah. Aku penasaran. Sejenak jantungku memompa darah lebih cepat dari biasanya. “Jangan Paaaak!” teriakku histeris. Namun lelaki paruh baya itu terus saja mencabik-cabik polybag bunga melati pemberian ibuku dengan pisau pemotong sayur. Nenek hanya memegang tanganku dan lalu memelukku. Ia mengelus-elus pundakku. Nasihat nenek tak didengar oleh bapak. Bapak terus saja membabi buta mengoyak-ngoyakkan pot bunga itu. Tanah pun berserakan seiring mengucurnya air mataku. Lalu bapak mematah-matahkan batang melati itu. Dan meremas-remas seluruh daun dan bunganya yang putih suci itu. Hatiku tersayat hebat. Sakit sekali. Rasanya memang seperti

ada belati menusuk hatiku. Mulutku tak mampu berucap apa-apa lagi. Lalu ayah menghempaskannya ke tanah dengan keras. Kemudian bapak melakukan hal yang sama dengan melati lain. Ada tujuh buah polybag melati lagi. Aku melepaskan pelukan nenek lalu mengambil tiga polybag yang tersisa. Namun bapak menendang badanku tepat mengenai pundakku. Aku terhempas ke tanah. Tangan kananku terhimpit dan sikuku terkena pecahan kaca. Sikuku berdarah dan terasa ngilu. Namun belum sepilu hatiku yang sedang tercabik-cabik. “Kau telah membohongiku, Deyaa!” Bapak melotot padaku. Lalu meludah keras ke wajahku. Ku hapus dengan syal putih yang melilit di leherku. Lalu aroma melati syal itu pun semakin membuatku terpekik hebat. Aku ingin mak ada di sini memelukku. Namun sayup-sayup aroma itu hilang karena hidungku dipenuhi cairan. Aku tak bisa menciumnya lagi. Hidungku tersumbat. Bapak terus saja menendang dan menginjak-injak melati yang tak berdaya itu. Kini hilang sudah melatiku. Melati yang dikirim mak setiap hari dalam minggu ini. Kiriman melati yang tidak sesering itu dikirim oleh mak sebelumnya. “Kau bilang melati ini adalah pemberian temanmu. Tapi nampak oleh mata kepalaku sendiri dari kejauhan mak Kau yang mengirimnya melalui Nina. Lalu Nina memberikannya padamu.” Bapak memekik keras sambil mencangkul tanah untuk menguburkan semua melati bersama tanah humus itu. Nina adalah tetangga kami sekaligus teman satu kelasku. Aku sungguh tak bisa lagi berbuat apa-apa. Bapak memang sangat benci dengan mak. Bapak mengusir mak karena cemburu buta. Bertahun-tahun mak di kurung di rumah. Mak tidak pernah bisa keluar rumah sekalipun hanya untuk pergi ke warung mem-

beli kebutuhan pokok. Kalau tidak nenek yang membelikannya, maka akulah yang akan membelinya. Namun ketika itu ada tukang sayur yang lewat di depan rumah kami. Mak merasa bapak tidak akan marah. Lagi pula bapak ketika itu sedang pergi ke pasar menjual sayur. Hari libur terakhir bersama mak itu, meninggalkan kenangan yang sangat pahit bagiku. Bapak dengan kasarnya menyeret lengan mak ke rumah lalu memukulinya, dan memaki. Sumpah serapah keluar dari mulutnya. Mak memekik sekuat tenaga. Tetangga kami tidak ada yang peduli karena mereka juga takut dengan bapak. Lalu hari itu juga bapak membereskan pakaian mak dan mengusirnya. Mak tidak punya rumah lagi. Mak pergi meninggalkan kami tanpa sebuah benda pun terkecuali parfum beraroma melati itu. Mak berjanji akan selalu menemuiku saat parfum melatiku sudah habis. Lalu, saat itu mak bilang ia akan tinggal di kontrakan dekat pasar, tinggal bersama temannya. Setelah kejadian itu, bapak selalu memarahiku bahkan pada halhal kecil sekalipun. Apalagi ketika temanku datang ke rumah mengajakku pergi bermain ke luar. Bapak tidak mengizinkannya lagi. Ia pun tidak pernah percaya kalau kami harus pergi ke rumah guru untuk belajar kelompok. Setelah mengubur semua sampah melati itu beserta tanah humus dari pot plastik tersebut, lalu pergi ke dekat kebun untuk membakar plastik polybag itu. Aku pun kembali ke kamar. Aku yang masih menangis, memandang ke luar jendela. Mataku tertuju pada tanah yang baru saja bapak kubur melati itu. *** “Mak, maafin Nak ya. Nak tidak bisa berbuat apa-apa. Nak sayang Mak. Nak akan selalu mendo’akan Mak. Mak, nak sangat suka bunga melati yang Mak kasih. Melati itu bapak tanam di depan jendela kamar Nak. Sebelum belajar, Nak selalu melihat timbunan melati itu, Mak. Bapak juga sayang sama Mak. Maaaak.” Airmataku meleleh tiada henti. Ulu hatiku bagai diikat dengan kawat yang berduri. Aku memeluk kuburan mak, setelah semua orang meninggalkan pemakaman. Aku dan nenek masih duduk di dekat pemakaman mak. Sementara bapak sedang sibuk mengantarkan keranda mayat ke masjid bersama bapak-bapak yang lain. Tak lama kemudian, ayah menarik tanganku dan menyeretku pulang. Aku melambaikan tangan ke kuburan mak. Aku sayang makku. Hatiku remuk dan perasaanku terbawa jauh ke ruang hampa. Aku tiada hentinya memandangi kuburan mak sampai aku masuk ke dalam mobil. Ku buka kaca mobil, ku melihat sayu ke kuburan mak dengan mataku yang masih mengalirkan air mata. Semenjak kepergian mak, aku selalu membeli parfum melati itu dan setiap kali aku mencium aroma melati, doaku pun tak luput untuk mak. (Penulis adalah mahasiswa IAIN IB Padang yang bergiat di Rumah Kayu)


ESSAY

PUISI

Pemilihan Rektor, Mahasiswa Dimana ?

Oleh Al Amin

P

enulis ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, dulun ya penulis pernah menjadik mahasiswa dan ingin kembali lagi menjadi mahasiswa. Jadi penulis ingin melihat lansung mahasiswa dalam mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau pun bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Nah berbicara tentang mahasiswa, penulis jadi teringat akan pemilihan rektor di depan mata yang sekarang menjadi isu terhangat di kampus. Namun sayangnya mahasiswa tidak dapat ambil bagian dalam pemeilhan nantinya, pada dasarnya mahasiswa itu adalah rakyat kampus dia mempunyai hak untuk memilih. Kalau kita melihat di luar kampus sistem yang mengatur tentang pemilihan legislatif dan eksekutif telah memberi pelajaran besar tentang demokratis yaitu pemilihan langsung oleh rakyat, dan bertanggung jawab atas kekuasaan tertinggi di tangan rakyat dan kepada rakyat, sejarah telah menunjukan kalau legislatif dan eksekutif dulunya dipilih oleh orang-orang yang duduk di kursi parlemen saja dan bertanggung jawab kepada lembaga yang menaungi tersebut yang sarat dengan politisasi akan deal-deal politik kelompok semata tergantung bergaining yang ditawarkan dan ekonomis disebut ekonomi politik-modal, jika sisitem itu tetap dipakai dilingkungan kampus dalam pemilihan rektor tentunya dinamika tersebut sarat peluang besar akan terjadi Korupsi, Kolusi, Napotisme (KKN). Nah berbicara dalam konteks kampus sebagai lembaga yang menjadi tempat belajar, mengasah wawasan serta mengembangkan pola pikir dalam mencipta pemikir terhadap dunia yang lebih luas dan berazaskan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan,penelitian dan pengabdian kepada masyarakat). Terkadang-kadang dinamika di kampus selalu dikaitkan dengan idealisme mahasiswa, akan tetepi pemilihan rektor untuk duduk ditampuk kekuasaan tertinggi masih memakai motode lama yaitu dipilih oleh senat dan perwakilan dari dosen, kalau hal ini tetap terjadi tentunya sangat berkaitan ruang gerak demokrasi dan dalam tatacaranya juga sangat menjadi corong akan KKN. Namun, siapa saja calon yang akan muncul ketika pemilihan rektor periode ini pastilah akan memainkan seting kekuasaan yang dimilikinya. Menurut kacamata penulis pada Penyelengara pemilihan rektor juga diragukan ke independentnya karena pemilihnya hanya senat dan penunjukan beberapa perwakilan dosen itupun perwakilan dosen sarat akan terjadi intervensi. Kalau dilogikakan para senat mempunyai bergaining sebut saja tawaran keuntungan dengan salah satu calon rektor yang akan naik maka dia akan mempengaruhi anggota senat untuk jumlah suara dalam pemilihan. Dilain pihak, penulis menganologikan pada mahasiswa baik itu kelompok mahasiswa atau boleh dikatakan Unit Kegiatan Mahasisiwa (UKM) yang mendukung pemilihan salah satu calon tergantung apa yang ditawarkan pada diri mahasiswa dalam hal ini stackholder-stackholder mahasiswa yang dapat mempengaruhi mahasiswa lainnya. Memakai kekuatan mahasiswa dapat berujung pada perpecahan mahasiswa menjadikan kelompok-kelompok baru dan bisa pula menjadi penyebab kerusuhan di kampus dari dinamika perpolitikan kaum akademisi dalam persaingannya. Seyogianya metode lama ini ditinggalkan kemudian mengganti dengan motode baru yang melibatkan mahasiswa agar menghilangkan bau-bau KKN, lebih efektif dalam menciptakan kecerdasan mahasiswa, metode baru yang sudah jauh hari diterapkan dalam ranah pemilihan pejabat negara Pemilu dan Pilkada. Coba kita lihat hasil dari konsep pemilihan rektor dengan dipilih oleh anggota senat dan perwakilan dosen menurut penulis hasilnya menciptakan ketegangan-ketengan dan menggangu proses belajar mengajar dikampus. Anggota senat ditambah perwakilan jumlahnya sangat sedikit yang sangat muda terpengaruh dengan intervensi dari kelompok tertentu dan egosentris kedaerahkan nya, alumni mana

dan aliran apa si calon rektor hal itu sangat kental sehingga menutup kesempatan bagi calon-calon rektor bukan alumni kampus itu sendiri yang ingin maju ke bursa pemilihan rektor. Penulis menilai dalam persoalan calon luar alumni atau berbeda pemikirannya dengan diharpakan yang ingin maju sebagai rektor IAIN sah-sah saja sesuai dengan perturan perundang-undangan yang berlaku, dia memiliki kapasistas yang bagus dalam mengisi kursi rektor yang tersinergiskan dan berkorelasi terhadap pembangunan kampus baik itu sarana dan prasarana pendukung seperti pembangunan gedung, mencari atau memasukan buku-buku baru, tenaga pangajar yang berkualitas, birokrasi yang tidak menyulitkan mahasiswa dan dosen, bersifat transfaransi dan akuntable. Penulis melihat pada historis selama ini, mahasiswa sering takut akan kekuatan dan intervensi dari akademisi yang mempunyai kekuasaan dan kepentingan tertentu, gerakan mahasiswa terpaksa tiarap dalam arah kontrol sosial luar dan dalam kampus sehingga membuat mahasiswa sulit dalam birokrasi. Seharusnya di kampus IAIN diterapkan pula konsep yang memang lebih demokrastis lebih cepat maka lebih baik pula hasil yang diharapkan, terkadang lahirnya perlakuan perlakuan diskriminatif pada mahasiswa yang menimbulkan ruang kesenjangan sosial antara mahasiswa antara konflik di kampus. Jika disinggung dengan lahirnya Undang-Undang No. 9 Tahun 2009 mahasiswa dihadapkan pada kondisi sosial ekonomis yang merugikan mahasiswa seperti uang kuliah mahal, sehingga orang miskin tidak dapat kuliah yang track lajunya menghilangkan kepekaan dan solidaritas sosial mahasiswa miskin, hanya orang kaya dan kalangan-kalangan tertentu saja bisa kuliah ini berbanding terbalik dengan semangat tujuan mewujudkan kecerdasan bangsa. Sedangkan yang melibatkan mahasiswa akan menciptakan ruang gerak mahasiswa dalam hal pengontrolan, sehingga kebijakan-kebijakan yang mau dikeluarkan tidak bisa sewenang-wenangnya pasti dikontrol mahasiswa. Kendati demikian konsep melibatkan mahasiswa akan merugikan kelompok-kelompok tertentu yang berwatak feodalisme dan ideologi kapitalisme. Alangkah lebih bijaknya jika ada persoalan-persolan didiskusikan dengan semua komponen yang ada di kampus untuk mendapatkan resolusi-resolusi yang elegan agar kelak menyelesaikan persoalan yang terjadi, bukan melakukan hal sebaliknya yang jelas-jelas kotor atau memperkeruh suasana, hasilnya pun kotor. Apapun ceritanya mahasiswa menginginkan kemajuan, birokrasi yang bagus, akuntable, penulis yakin mehilangkan praktek KKN dan konsep ini harus segera diterapkan, jika sudah ada yang menerapkan itu bagus sebagai landasan awal kemajuan, jika pada pemilihan rektor nantinya yang belum menerapkan konsep keterlibatan mahasiswa harus dilakukan secepatnya sebelum mahasiswa bangkit dan mengambil jalan-jalan yang keras misalnya siapa pasang badan dalam memperjuangkanya dengan segala resiko yang harus ditanggung atau memakan korban. Berbagai pendapat mewarnai pemilihan rektor di IAIN untuk membawa kampus kerarah yang lebih demokratis, efektif, efisien dan transfaran. dan tidak bisa dipungkiri menimbulkan pro dan kontra dari konsep pemilihan rektor dengan melibatkan mahasiswa dalam pemilihan langsung yang kontra munkin takut akan kehilangan kekuasaannya. Menurut penulis selaku alumni kampus ini sendiri kalau boleh berpendapat ya harus boleh berpendapat bahwa mahasiswa harus dilibatkan dalam pemilihan rektor sehingga mahasiswa menjadi suatu kekuatan besar dalam mengontrolkepemimpinan dan kinerja sang rektor yang terpilih dan rektor pro kepada mahsiswa dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan tidak hanya kebijakan yang dikeluarkan merugikan mahasiswa sendiri, yang bertujuan menciptakan kecerdasan berpikir mahaisswa kearah yang lebih kritis sesuai dengan Tri Dhoarma perguruan Tinggi dalam mewujudkan kecerdasan mahasiswa sendiri. Dalam berorganisasi mahasiswa harus peka terhadap keadaan ekonomis sosial, dengan cara melakukan diskusidiskusi, melahirkan kelompok kajian untuk mengabdikan diri kepada masyarakat, mengontrol dan mengawal real rektor yang terpilih nanti dan didukung oleh peraturan kampus yang pro pada mahasiswa untuk meruntuhkan watak sang rektor nanti terpilih yang mengarah ke konsep yang tidak benar atau disebut watak tak terdemokrastis (Penulis adalah alumni Fakultas Syariah, IAIN Imam Bonjol Padang)

Kumpulan Puisi Yusrina Sri Batu di Sempalan Jantungku Kau! Menanam batu di sempalan jantungku. Serupa duri di ujung kuku. Ngilu. Kau lelaki yang lahir dari abu, Menyimpan batu di sempalan jantungku, Perempuan yang hidup dari tungku. Membenamkannya diam-diam. Menyiramnya riang-riang. Berdoa ia tumbuh jadi bunga. Kau tiada lupa, Batu berkecambah di dadaku. Berwarna ungu. Sekejap, setelah ia mengutukku menjadi batu. Kau yang menanam batu di sempalan jantungku! (Pesakitan, 2014)

Menunggu Aku menunggu, Bilamana tubuhmu penat dibalut debu Akan kubasuh, Dengan kulit yang menjelma embun katamu Membiarkan purnama cemburu. Aku menunggu, Manakala jenuh memayungi dua katup matamu Akan kusibak, Dengan rupa yang menjelma kejora katamu Membiarkan langit membisu. (Surau Balai, 2014)

Tiada Restu Rambutmu pirang terang. Katanya untuk menautkan lidahku yang gagu dengan matamu yang cerlang. Biarlah ia berang. Kita tetap beriang-riang. Matamu kuning bening. Katanya untuk menyembulkan beling di belulangku yang kering. Biarlah ia bergeming. Kita telah dibimbing hingga perutmu kusebut bunting. Walau dengan tiada restu kau kusunting. (Surau Balai, 2014)

Lelaki yang Lahir dari Abu Engkau lahir dari abu. Hidup atas ketiadaan. Akuilah, kau berbapak api berinduk kayu! Usahlah tambatkan hatimu pada tungku. Usahlah! O, lelaki yang tercipta dari abu. Tungku bukan peraduan untuk mencinta. Mencipta. Ia hanyalah bakung yang tiada akan kaujumpa di ker ontang tanah. (Lorong, 2014) (Penulis mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Arab IAIN Imam Bonjol Padang dan bergiat di Sanggar Menulis Rumahkayu)


Nyanyian Cinta Si Penggemar Sejarah

T

Judul Buku : Api Tauhid Penulis : Habiburrahman El-shirazy Penerbit : Republika Cetakan : April 2015 ISBN : 978-602-8997-95-9 Resensiator : Hamiruddin

orehan sejarah yang meng getarkan jiwa. Karena dike mas dengan riak hidup dan pergulatan cinta yang dramatis. Perjalanan hidup ulama Badiuzzaman Said Nursi yang menjelajah untuk mengobarkan api tauhid di persada ini. Sehingga, Mampu menempatkannya pada jejeran sejarah dalam dunia peradaban Islam. Sang pengelana yang haus akan lautan ilmu ini, tak pernah merasa puas dan jenuh untuk terus mereguk manisnya sari pati ilmu yang mengandung cahaya. Sampai akhirnya, ketika menapaki kota Kurdistan, hanya dalam waktu tiga bulan, puluhan kitab berhasil beliau khatamkan, tanpa tertinggal satu baris pun. Dian-taranya kitab Jam’u Al Jamawi, Syarh Al Mawaqif serta Tuhfah Al Muhtaj karya Ibnu Hajar Al Haitami yang tidak lain adalah kitab induk Fikih Syafii. Dengan kejeniusan yang demikian menawan, ilmu yang semestinya dipelajari 15 tahun, dapat ia kuasai dalam waktu tiga bulan saja. Popularitas meroket menjelajah ke telinga masyarkat dan kalangan para ulama. Kehadiran beliau juga menjadi pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Karena, Banyak halhal yang aneh bahkan dinilai berbau kecongkakan. Sampai-sampai ia nekat menulis pengumuman di depan kamarnya dalam sebuah hotel, “Di sini menjawab semua pertanyaan, tanpa ada pertanyaan balik kepada penanya”. Jeruji besi dan rumah sakit jiwa adalah wisata yang sering ia kunjungi. Karena kobaran prestasinya yang menggegerkan. Baik di jalan dakwah, sampai pada kekayaan ilmu dan keenceran otak yang ia miliki. Maka, beliau disangka menderita penyakit jiwa. 5 dokter ahli jiwa yang menanganinya dari berbeda negara, tercengang sampai tak sa-

dar mengeluarkan air liur ketika ia menyeru sang dokter menyimak buku kedokteran tingkat lanjut, sebanyak 5 baris di luar kepada tanpa ada yang kurang, dan salah satu pun. Ini membuktikan sang pengelana yang ini tidaklah gila. Begitu dengan Fahmi, tokoh dalam cerita ini. Setelah menikah dengan Nuzula yang semula menjadi tambatan hatinya, kini menjadi guratan luka. Sebab, dalam pernikahannya dengan Nuzula ada skenario dan teater cinta yang ia tidak ketahui sama sekali. Sehingga membuatnya bertanya-tanya, ada apa sebenarnya yang terjadi? kenapa dengan Nuzula pujaan hatinya ini? Saat-saat genting, ketika ia berada di Madinah, ia mendapat kiriman Email dari Rahmi, adiknya. Setelah ia baca, atap bumi seakan-seakan runtuh menimpa, sementara bumi tempatnya berpijak ikut melahirkan duka yang maha pedas mencabik-cabik jiwa, Nuzula anak Kyai Arselan pendiri pondok pesantren yang terkenal itu telah hamil sebelum menikah dengannya. Putuslah pucuk pengharapan, semunya seulas senyuman, dengan sisa ratapan nestapa yang mendera-dera, ia coba untuk mengikis bayangan Nuzula, yang kini menghadirkan kemelut dalam hidupnya. Masjid Madinatul Munauwaroh satu-satunya tempat curahan hati dalam setiap tasbihnya. Hingga, ia mengkhatamkan AlQur’an sebagai pelipur lara untuk dirinya yang sedang dilirik duka. Nuzula yang telah menjadi perbendaharaan jiwa telah tersingkir jauh dalam daftar hayatnya. Namun, butuh waktu yang lama. Demi meredam hasrat yang sedang bergejolak, terbang menjelajah Istanbul adalah agenda yang bisa membuatnya lupa mengingat Nuzula. Di sanalah ia mencicipi

sejarah Said Nursi yang mengagumkan itu lewat temannya Bilal. Dan karyanya Risalah An Nur yang sampai saat ini di baca jutaan umat di dunia. Tak disangka, ia juga intip 4 pasang mata yang keduanya menanan benih-benih cinta, Aysel yang tercuri hatinya lewat kederwanan pribadi Famhi, begitu juga dengan Emel. Sementara, di Indonesia ada Nuzula perbendaharaannya dan Nur Jannah yang masih mengharapkan akan titah cintanya. Demikianlah kelebat cinta yang ia arungi dalam sejarah Said Nursi ini. Tajamnya was-was menata sebuah pilihan mampu merawankan pikiran. Namun, Teguhnya ikrar dan nyayian cinta yang dulu ia lafazkan, bergeming menghadirkan Nuzula kembali menjadi mentari dalam hidupnya. Inilah novel yang sangat menggugah dan juga memberikan vitamin hidup yang penuh gizi bagi para pembaca. Karena kekuatan sejarah yang diulas di dalamnya mampu menghidupkan peristiwa masa lalu yang mati menjadi hidup kembali, (living history). Dan keindahan bahasanya mampu menyihir mata dan menghidupkan jiwa para pencinta sastra. Serta dianyam dengan pergulatan cinta. Karena, sepanas apapaun suhu revolusi, sedahsyat apapun sebuah perang, seganas apapun ombak membadai, semenarik apapun sebuah sejarah. Namun, cinta takkan pernah pudar untuk diperbincangkan. Sehingga, bait demi bait dalam sejarah ini membisikkan kepada kita. “Bahwa, masa depan dan warna sebuah bangsa atau negara, sangat ditentukan oleh menu pendidikan yang di hidangkan kepada generasi penerusnya, hingga orang-orang tersebut disebut dalam sejarah”.

Bukan Sekadar Fantasi

S

ekelompok anak yang terje bak dalam sebuah labirin tan pa sengaja, rasa ketertarikan mereka terhadap sebuah permainan yang pada akhirnya akan menjebak mereka di dalamnya untuk selamanya, namun setelah melewati jalan panjang dengan modal sebuah buku teka-teki dari si penyihir mampu dipecahkan oleh pemeran tokoh Attar dalam cerita ini. Setiap anak memiliki kesempatan masing-masing dengan kesalahan dua kali, jika melakukan kesalahan ketiga kalinya maka buku tersebut akan hilang dari tangan mereka dan terjebak dalam sebuah lubang buntu yang di ciptakan oleh sang penyihir. Tapi itu tidak terjadi dengan Attar ia mampu memecahkan setiap teka-teki itu dengan segenap optimismenya yang tidak pernah surut, akan tetapi si penyihir selalu menghalanginya dengan segala cara. Uniknya salah maupun benar tetap saja menimbulkan pelbagai macam rintangan yang harus dihadapi. Bukan sekadar labirin biasa, sebab disetiap alur cerita menggambarkan bagaimana cara bertahan hidup dalam hutan.Dari meng-hadapi binatang hingga cara memberikan sebuah pertanda dengan menggunakan gumpalan asap yang mereka ciptakan membentuk sebuah lambang bahwa ada kehidupan. Buku yang berjudul Labirin Sang Penyihir ini merupakan

karangan kedelapan bagi perempuan yang akrab disapa Kak Maya ini, ia juga telah berhasil meraih peghargaan dari Islamic Book Award 2014 silam dengan karya-nya berjudul Attar dan Peta Beliyaka dan telah memenangkan ber-bagai perlombaan lainnya. Buku ini juga novel fantasi pertamanya yang berhasil membuat pembaca masuk dan langsung merasakan bagaimana layaknya tokoh dalam setiap alur cerita dalam menyelesaikan setiap jebakan ketika berada dalam sebuah labirin. Buku ini juga tergolong ke dalam buku yang layak konsumsi oleh beragam usia sebab bahasa dan intonasi yang digunakan penulis tidak terlalu berat, lebih cenderung kepada cara berpikir yang ringan dengan filosofis makna yang terkandung hampir dalam setiap babnya dan fantasi yang di-suguhkan terkesan nyata dengan pandainya penulis membawa pembaca kedalamnya. Sebab tidak hanya berada dalam khayalan semata, terbukti dengan setiap pertanyaan dan jawaban yang mengandung filosofis yang digunakan berhubungan langsung dengan dunia nyata dan itu tidak tertutup kemungkinan akan dihadapi oleh setiap pembaca. “ Hewan-hewan akan tahu kalau kau takut. Mereka akan mudah menyerangmu. Tapi, jika kau berani, hewan-hewan itu akan mundur.” ( Hal: 56 ) Petikan di atas adalah salah satu

pesan yang berguna bagi kita semua dalam menghadapi binatang, terselip dalam percakapan antara tokoh. Sangat layak buku ini berada ditangan pembaca untuk dimiliki dan tidak perlu cemas apabila dibaca oleh anakanak, malahan sangat bagus, sebab anak juga bisa belajar secara tidak langsung deng-an cara para tokoh dalam cerita ini memjawab tekateki agar bisa keluar dari labirin, sebagaimana tokoh berdialog dengan konflik yang harus dihadapi kekita berada dalam lingkungan seusianya. Di setiap alur ceritanya membuat setiap pembaca akan semakin penasaran dan selalu ingin membaca hingga selesai, dialog yang mengalir dengan ringan ini pulalah yang membuat pembaca tidak akan merasa bosan. Di akhir cerita ini juga memiliki magna filosofis tersendiri jika dipandang dengan kacamata dewasa ini. Penulis juga menyampaikan pesan moral bahwa dalam kehidupan dunia sangat banyak rahasia yang tidak kita ketahui, bahkan itu juga tidak mungkin untuk diketahui, lalu belajar bagaimana cara berpikir agar tidak pragmatis dan tidak menghakimi segala sesuatu. Juga menggambarkan betapa pentingnya memahami segala sesuatu dari segala sudut pandang lain, dan betapa pentingnya sebuah kebijaksanaan.

Judul Buku : Labirin Sang Penyihir Penulis : Maya Lestari GF Penerbit : Kakilangit Kencana Cetakan : April 2015 ISBN : 978-602-8556-54-5 Resensiator : Zul Anggara


Euforia Mendaki Gunung

Lelah Bikin Ketagihan

Filosofi Mendaki Gunung Keindahan puncak gunung yang mempesona bagi kebanyakan mahasiswa, memang cocok untuk dinikmati. Akan tetapi sebagai mahasiswa, di samping menikmati keindahan gunung di puncak atau dalam perjalanan harus menjaga batasan-batasan tertentu. Hal tersebut dibenarkan Erik Bernaldi, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Alpichanameru IAIN Imam Bonjol Padang. “Batasan-batasan tersebut disebut dengan filosofi pencinta alam,” tuturnya.

Jamal Mirdat/Suara Kampus

R

utinitas yang padat membuat sese orang butuh refreshing. Begitu pula mahasiswa. Jadwal yang padat, tugas yang menumpuk, belum lagi tanggung jawab organisasi yang berpacu minta diselesaikan, membuat mahasiswa melakukan berbagai kegiatan untuk refresing di waktu senggang. Mulai dari hal ringan seperti duduk sambil menghirup udara segar, sampai dengan menaklukkan ketinggian gunung. Yap, kegiatan mendaki gunung yang melelahkan itu justru menjadi euforia di kalangan mahasiswa saat ini. Suci Fajriani Arta misalnya. Mahasiswi IAIN Imam Bonjol Padang ini mengaku hobi mengisi waktu senggangnya dengan mendaki gunung. “Mendaki gunung itu hobi saya,” tutur mahasiswi Jurusan Dakwah dan Ilmu Komunikasi ini. Selain hobi, mahasiswi semester VI ini mengaku sangat menyukai ketinggian membuatnya semakin ketagihan untuk mendaki gunung. Meskipun harus berlelahlelah mendaki, tapi suasana di puncak gunung nanti selalu memacu tekatnya untuk melanjutkan pendakian hingga ke puncak gunung. “Saat mendaki, suasana puncak selalu terbayang,” kenangnya. Salah satu suasana puncak gunung yang membuat Suci jatuh cinta ialah hamparan taman bunga edelweiss, bunga yang kerap disebut bunga abadi. “Sampai di puncak saya selalu terkagum-kagum dengan suasananya. Lelah pun terobati,” ujarnya. Begitu pula yang dialami Regi Satria, mahasiswa Jurusan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Universitas Diponegoro. Kegiatan yang berawal dari sekadar ikut-ikutan mendaki gunung, membuatnya ketagihan. Waktu senggang pun kerap diisi mendaki gunung bersama teman-temannya. “Ketagihan nge-camp di puncak, sekarang saya sudah delapan kali naik-turun gunung,” paparnya kepada Suara Kampus, Kamis (17/ 04). Saking ketagihan mendaki gunung, Regi mengaku tidak hanya mendaki saat liburan. Justru sering dadakan, yaitu mendaki gunung sehari setelah rencana. Meskipun begitu, Regi mengatakan tidak pernah ikut organisasi khusus kumpulan mahasiswa pencinta mendaki gunung. “Saya hanya senang mendaki bersama teman-teman,” tuturnya.

Beberapa orang mahasiswa sedang menjajaki puncak gunung merapi, Rabu (01/01)

Tiga filosofi yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika mendaki ataupun sampai di puncak gunung ialah dilarang mengambil sesuatu kecuali dokumentasi. Dilarang meninggalkan sesuatu, kecuali jejak. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu. “Jika ada anggota yang ketahuan melanggar dari ketiga filosofi tersebut, biasanya diberi sangsi berupa mengembalikan barang tersebut ke atas atau denda,” jelasnya. Mendaki gunung, menurut Erik seharusnya tidak hanya untuk hura-hura. Banyak pelajaran yang bisa didapatkan dari mendaki gunung. Ketika mendaki gunung, sebenarnya kita tidak hanya berusaha menaklukkan ketinggian gunung, tetapi berusaha menaklukkan diri sendiri. “Bagaimana kita mengendalikan diri dari rasa putus asa ketika mulai lelah, agar dapat sampai di puncak,” tegasnya. Sehingga ketika berhasil sampai di puncak gunung, kita bisa menikmati buah dari perjuangan, berupa keindahan alam, flora dan fauna yang menakjubkan. Selanjutnya menambahkan rasa syukur kita kepada Allah atas karunia-Nya. “Ada sensasi baru yang dapat kita rasakan, seperti adem, senang, bersyukur bahkan rasa letih pun hilang dan diganti oleh keindahan alam ciptaan Allah,” ujarnya. Sebagai anggota Mapala yang sudah sering naik-turun gunung, Erik memberikan tips-tips untuk pendaki pemula agar tidak kewalahan. Pertama, sebulan sebelum pendakian, lakukan latihan fisik, seperti maraton atau angkat berat. Kedua, ketika pergi dengan kelompok ataut rombongan, jangan sampai terpisah. Ketiga, sebelum berangkat bagi tim den-

gan urutan tim agar tidak bisa saling mendahului sehingga tetap di jalurnya yang berurutan. Keempat, tidak memaksa kehendak ketika teman sakit atau lelah. “Seperi Leader yang selalu di depan, ada tim medis dibelakangnya, dilanjutkan dengan tim dokumentasi dan yang terakhir adalah swiper yang selalu siaga di belakang,” paparnya. Perlengkapan yang biasa Erik siapkan sebelum mendaki ialah carrier (tas besar, untuk pendaki gunung), matras, tenda atau sleeping bag, tali, makanan, alat memasak, spritus atau gas untuk memasak, dan P3K. “Hal yang wajib yang tidak boleh lupa, seperti tas, jaket, P3K dan makanan,” lanjutnya. Erik menuturkan dari berbagai orang yang pernah ditemuinya saat mendaki ada dua jenis pendaki, yaitu pendaki biasa dan pendaki ekspedisi. “Pendaki biasa bisa disebut hanya untuk pergi hura-hura atau refreshing. Sedangkan pendaki ekspedisi disebut juga dengan melakukan penelitian, seperti meneliti flora dan fauna yang ada,” terangnya ketika ditemui Suara Kampus, Selasa (13/04). Sebelum mendaki, hal utama yang harus dilakukan oleh pendaki biasa adalah mempersiapkan fisik, mempelajari beberapa ilmu di Mapala, menyediakan perlengkapan dan logistik. Berbeda dengan pendaki ekspedisi, yang harus dilakukan sebelum mendaki adalah latihan fisik, untuk latihanya bisa dengan membiasakan maraton atau dengan jalan santai dan mempelajari materi yang berhubungan dengan ekspedisi dan pengetahuan tentang gunung. “Seperti medan gunung dan keadaan gunung, apakah aktif atau tidak,” terang mahasiswa Juru-

san Tadris Matematika ini. Selain persiapan fisik, seorang pendaki ekspedisi harus tahu tentang alam, manajemen pendakian, pengetahuan tentang psikologi alam atau keadaan alam, keadaan gunung, sejarah-sejarahnya, mengetahui mistis gunung dari masyarakat setempat, montenering (pengetahuan tentang gunung). “Apa yang boleh dilakukan, yang tidak boleh dilakukan dan yang pasti mempunyai niat lurus sesuai dengan norma agama,” lanjutnya. Di tempat berbeda, Niza Utama anggota UKM Jam Gadang Marapi Singgalang Sianok (Jamarsingsia) IAIN Bukittinggi mengatakan pendaki amatir maupun profesional sebenarnya tidak masalah melakukan pendakian. Akan lebih baik jika didampingi oleh pendaki profesional untuk keamanan pendakian dan menghindari kejadian diluar kendali nantinya. “Tanpa ada pendaki professional, takutnya bisa hilang atau terjadi insiden,” ujar gadis yang biasa dipanggil Ami ini. Meski belum menjadi pendaki profesional, Ami juga berpesan kepada mahasiswa lainnya yang ingin mendaki untuk melakukan beberapa hal sebelum mendaki, seperti persiapkan fisik, mental. “Kondisi tubuh harus stabil, karena mendaki gunung ini memerlukan energi yang besar untuk menjalani medan yang ekstrim,” ujarnya. Ami juga menuturkan agar semua pendaki tetap menjaga kelestarian lingkungan untuk kelangsungan hidup di masa depan. “Melalui kegiatan mendaki ini selalu jaga kelestarian alam dan cegah penebangan hutan karena makhluk Allah yang lain juga butuh rumah untuk hidup,” ungkap mahasiswi yang bercita-cita mendaki Gunung Sumeru ini. Meskipun baru satu kali mendaki gunung, Ami mengaku sering mendaki bukit bersama teman-temannya. Sesuatu yang yang mendorong Ami menyukai olahraga mendaki gunung adalah keinginan melihat keindahan pemandangan yang tampak dari puncak gunung sehingga membuat siapa saja takjub akan keindahan ciptaan Allah. Selain itu, Ami mengaku hobi mendaki gunung untuk menjaga kelestarian alam, menjaga ekosistem dan bertukar pikiran dan bersilaturahmidengan sesama pandaki. “Tujuan mendaki gunung bagi Ami adalah ingin mengetahui bagaimana rasanya hidup di alam bebas dan bagaimana cara bersosialisasi dengan sesama pendaki,” paparnya. Ami mengaku terkesan dengan kebudayaan para pendaki yang ramah tamah kepada sesama pendaki. Ami merasa hal tersebut sangat unik dan tentunya menjadi kenangan tersendiri, apalagi ketika semua pendaki laki-laki dipanggil bapak dan pendaki perempuan dipanggil ibu,” kenangnya.

Jamal Mirdat/Suara Kampus

Salah seorang pendaki menikmati keindahan alam dari pucak gunung setelah menempuh perjalanan panjang, Rabu (01/ 01). Terbayarkan rasa penet setelah melihat sensasi pemandangan indah dari atas gunung yang merupakan tujuan utama bagi para pendaki


Memaknai ‘Jalan Nan Ampek’

Cara Bicara ala Orang Minangkabau Daulu rabab nan batangkai, Kini cubadak nan baguno, Daulu adaik nan bapakai, Kini lagak nan paguno. Daulu adaik nan dipakai, kini lagak nan baguno. Ini satu pernyataan bahwa pengaruh adat itu semakin lama semakin luntur. Penampilan yang terlihat sesuai dengan zaman modern menjadi lebih penting. Bahkan merasa rendah gengsinya bila tetap mengikuti cara-cara adat. Padahal, dulu hampir setiap segi kehidupan masyarakat Minangkabau diatur me-nurut adat. Begitu pula dengan berbicara serta dalam pergaulan dengan orang tua, sesama anak muda, yang lebih kecil dan sebagainya. Tata berbicara ini diistilahkan dengan jalan nan ampek. Jalan nan ampek tersebut menjadi pedoman bagi masyarakat Minangkabau dalam bertutur dan bergaul. Salah seorang pengamat adat Minangkabau, Yulizal Yunus membenarkannya. Jalan nan ampek itu jalan mandaki, kata mulia dan kata untuk menghomati. Seperti perkataan anak terhadap orang tua. Semarah-marahnya anak kepada orang tua, jangan sampai melawannya. “Ja-ngan sampai jatuh martabat orang tua dengan perkataan kita, maka dari itu sangat diperlukan saling menghormati,” tuturnya. Selanjutnya jalan manurun, ialah kata untuk menyantuni orang yang lebih muda. Meskipun anak kecil, tetapi aturan adat yang mengikat menuntun masyarakat agar tidak memperlakukan anak kecil seenaknya. Berikutnya jalan mandata ialah kata untuk teman sebaya. Meskipun seumuran tapi tata krama dalam berbicara jangan sampai hilang. Terakhir jalan malereang. Kata ini berupa kata kiasan. Masyarakat Minangkabau identik dengan bermain kata kiasan, karena orang Minangkabau tidak ada yang tidak tahu dengan kata kiasan. Salah satu contoh kiasan tersebut, “Kok kamancaliak baralek, makan nan kanyang dulu buyuang, supayo indak tajangkau nan jauah”. “Kata-kata tersebut adalah salah satu contoh dari kato malereang, maksudnya supaya kita tidak terlihat kelaparan di depan orang banyak,” jelasnya. Masyarakat Minangkabau akan malu bila tidak mempunyai budi pekerti yang baik, inilah yang menyebabkan masyarakat Minangkabau sangat mengutamakan tata krama berbicara. Minangkabau sangat menjunjung tinggi empat nilai adat, yaitu kesopanan, kesantunan, babudi dan babaso. “Akan malu masyarakat Minangkabau jika tidak mempunyai budi dalam berbicara,” jelas Yulizal Yunus, Dosen Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol Padang, Senin (13/04). Pria yang kerap dipanggil Yuyu ini menilai, masyarakat Minangkabau identik dengan bahasa yang halus dan mengutamakan nilai-nilai kesopanan. “Bialah buruak asa babudi. Pepatah Minangkabau ini sangat cocok mencerminkan tingginya nilai-nilai yang terkandung disetiap orang Minangkabau,” jelasnya. Penyalahgunaan Media Mengkaji penggunaan jalan nan ampek di zaman sekarang, Yarman Datuak di Pauh Sembilan menuturkan kebanyakan anak muda zaman sekarang yang tidak tahu dengan adat. Adat istiadat mulai melemah sejak pemerintahan orde baru. Adat mulai melemah disebabkan pengaruh media yang semakin canggih. Penyalahgunaan pemakaian media televisi dan internet semakin marak. Penyiaran program televisi terkadang diselewengkan oleh para penikmat televisi. Begitu juga akses internet yang disalahgunakan. “Masyarakat terkadang mudah terpengaruh oleh adegan yang dilihat melalui televisi. Sayangnya yang mudah diserap ialah pengaruh yang tidak baik, seperti adegan pembunuhan,” keluh bapak yang diangkat menjadi datuak tahun 2000 ini. Begitu juga keadaannya dengan tata kra-

“Akan malu masyarakat Minangkabau jika tidak mempunyai budi dalam berbicara,” Yulizal Yunus Dosen Fakultas Adab dan Humaniora

ma dalam berbahasa masyarakat Minangkabau saat ini. Tidak hanya terlihat dari rendahnya penerapan jalan nan ampek. Tetapi juga bisa dilihat dari tata pergaulan yang semakin jauh dari tuntunan adat. Dulu ketika seorang mamak ingin masuk ke rumah keponakan pasti mendaham terlebih dahulu. Selain itu, mertua tidak akan mau masuk kamar menantu tanpa izin terlebih dahulu. “Zaman sekarang langsuang se basikek ka biliak sumando (langsung bersisir ke kamar menantu). Ini disebabkan karena lemahnya pengetahuan tentang adat istiadat Minangkabau,” tegasnya. Meskipun penggunaan jalan nan ampek ini sudah mulai terlupakan oleh sebagian masyarakat Minangkabau, datuak bersuku koto ini menegaskan bahwa adat ini akan tetap ada. “Adaik indak lapuak dek ujan dan indak lakang dek paneh,” tuturnya. Dari pepatah tersebut dapat dipastikan bahwa jalan nan ampek tidak akan hilang. Agar penggunaanya juga tetap terjaga, maka yang harus diperhatikan sekarang adalah bagaimana cara merangkul kembali anak muda supaya bisa mempelajari penerapan jalan nan ampek. “Mungkin dengan mengadakan pelatihan adat, acara salingka nagari dan lain sebagainya,” tuturnya

Ayah enam orang anak ini juga mengharapkan agar pemerintah bekerja sama dengan para niniak mamak dalam melestarikan penggunaan jalan nan ampek. “Kita bangun kembali masyarakat Minangkabau yang berakhlak baik dan betutur kata sopan,” harapnya. Individualisme Mewabah Selain pengaruh media, pudarnya penggunaan jalan nan ampek menurut Welhendri Azwar yang seorang Datuak, juga disebabkan masyarakat Minangkabau saat ini sudah jarang melakukan kegiatan berkumpul, baik di rumah maupun dengan tetangga dan masyarakat. Berbeda dengan dulu yang selalu menjunjung tinggi rasa kebersamaan. “Ka lurah samo manurun, ka bukik samo mandaki,” ujarnya saat ditemui Suara Kampus di ruang kerjanya, Selasa (14/04). Saat ini masyarakat cendrung bersikap individualisme. Kurang mau mengenali dan memperhatikan tata cara berbicara dan menyapa. Contoh nilai kebersamaan yang mulai hilang, bisa dilihat dari acara baralek. Baralek atau semacam pesta pernikahan yang digelar di gedung, membuat seseorang dengan orang lain, bahkan karib kerabat kurang akrab sehingga melupakan

tata krama. “Padahal dari acara baralek saja banyak tata krama berbicara yang bisa dijadikan pelajaran,” tuturnya. Di tempat berbeda, Hetti Walluati Triana, dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang, mengatakan, pudarnya penggunaan jalan nan ampek ini juga disebabkan oleh anak muda zaman sekarang yang tidak mau bertanya tentang adat kepada yang lebih tua. Sehingga pengetahuan terhadap adat pun rendah. Hal yang sudah mulai tabu dan bisa dikatakan pengaplikasiannya mulai berangsur tidak tampak lagi adalah penggunaan jalan nan ampek dalam bertutur kata seharihari. Bahkan sangat miris insan akademis pun tidak bisa mengaplikasikannya didalam kehidupan bermasyarakat. “Kebanyakan dari kita hanya mampu mengetahuinya secara teori saja, tanpa ada bentuk praktek dari teori-teori yang pernah dipelajari di bangku sekolah dahulunya,” terang kepada Suara kampus, Rabu (15/04). Selain itu, lanjut Hetti, paradigma masyarakat harus diubah. Kebanyakan orang tua yakin dengan menyerahkan anakanak kependidikan formal akan dapat mengubah intelektual maupun moral anaknya. “Orang tua harus cerdas, karena pada dasar0nya sekolah adalah faktor penunjang keberhasilan, peran yang paling terpenting itu adalah orang tua. Jadi para orang tua jangan lepas tangan begitu saja menyerahkan anak ke sekolah,” tegasnya. Kurangnya kontrol sosial dimasyarakat, hal ini yang disayangkan Hetty. Disaat anak telah menjadi sarjana, orang tua merasa anak telah hebat darinya, sehingga tidak adanya pewarisan nilai-nilai budaya kepada anal. “Tidak bisa disalahkan begitu saja kepada anak-anak yang tidak tahu tentang adat budaya, karna orang tua yang cerdas akan memberikan suplemen pendidikan tambahan. Salah satu contohnya pewarisan tentang adat budaya minangkabau dalam hal tata krama dalam berbicara,” tepisnya.


CMY


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.