Dua dasawarsa telah berlalu semenjak suara lantang mahasiswa dan pergerakannya yang progresif mampu mengulang sejarah tahun 1966 dengan warna berbeda. Mei 1998 merupakan puncak harapan yang menjadi kenyataan. Bentrok, ricuh, suka, duka, dan perjuangan seluruh mahasiswa Indonesia dibayar dengan turunnya Soeharto sebagai simbol dari sistem pemerintahan. Reformasi total masih dituntut oleh mahasiswa kepada kabinet reformasi. Namun pergerakan mahasiswa 98 berumur pendek, pergeseran menyebabkan suara mereka tidak berpengaruh di periode berikutnya.
Kini dua puluh tahun reformasi diperingati dengan kondisi zaman yang berubah signifikan. Revolusi industri 4.0 menjadi tantangan generasi muda. Dinamika pergerakan mahasiswa tidak boleh tertidur, sejarah menjadi kunci pembelajaran. Gerbatama 83 mencoba membuka kembali kisah gerakan mahasiswa 98 dan keadaan mahasiswa saat ini. Hari ini mahasiswa perlu beritanya lagi, masihkah romantisme reformasi menjadi jiwa pergerakan mahasiswa?