Suara Mahasiswa: Cedera Akut Calon Sarjana

Page 1



Suara Pembaca Kalau berbicara kekurangan Unisba pasti banyak, baik itu masalah yang selalu ada seperti parkiran, lahan hijau dan lain-lain. Walaupun masalah tersebut belum bisa dimaksimalkan, setidaknya sarana prasarana dan fasilitas, kebutuhan mahasiswa di lingkup universitas tolong ditingkatkan lagi. Mengingat masalah utama penghambat kreatifitas mahasiswa dikelembagaan mahasiswa selalu terbentur pada dana dari universitas yang memang sulit. Haidar Lutfi Zahroni, Fakultas Syariah 2014

Unisba adalah sebuah universitas yg membawa nama Islam, yaitu Universitas Islam Bandung. Namun sangat disayangkan, penerapan nilai-nilai Islam dalam keberlangsungan pembelajaran masih kurang dan masih harus ditingkatkan. Fasilitas yang kurang memadai. Seperti sarana parkir yang cukup menguras biaya terutama bagi mereka yang hampir setiap hari membawa kendaraan ke kampus. Yana Adnani Jafier, Fakultas Tarbiyah 2014

Unisba menurut aku seperti bangunan kosong (entah itu ada isinya atau tidak) tapi sudah seharusnya setelah satu tahun kuliah di sini harus mulai menghiasi bangunan tersebut mengecat dan menata agar tampak lebih indah. Juga Unisba semoga bisa membuat sistem pendidikan yang edukatif, juga bisa lebih berperan dalam pengabdian masyarakat. Serta menjadi sahabat yang baik, baik itu untuk masyarakat untuk mahasiswanya dan untuk sesama kampus terutama kampus yang ada di Bandung. Santi Husni, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2015

Selama menjadi mahasiswi di kampus biru kampus perjuangan, Universitas Islam Bandung. Saya mahasiswi tingkat akhir merasakan banyak hal dari kampusku ini, baik itu hal positif ataupun negatif. Saya banyak mendapatkan hal yang sangat positif, salah satunya seperti harus mengikuti kegiatan mentoring dan mengikuti kegiatan pesantren, baik itu pertama menjadi Maba ataupun nanti ada pelaksanaan pesantren yang akan lulus yaitu pesantren sarjana, karena selain membekali akademik, Unisba pun membekali ilmu agama untuk para mahasiswa dan juga alumni-alumninya. Rahmadita Oktavia, Fakultas Psikologi 2013

i


Dari RedaksiDari Redaksi

Jangan Lacurkan Skripsimu! Suara Mahasiswa, selama perjalanannya selalu diharapkan menjadi sumber informasi yang berisi fakta bagi publik Unisba. Wajar saja, kami adalah media kampus satu-satunya di Jalan Tamansari No. 1 Bandung. Hal tersebut menjadi tantangan sekaligus tanggung jawab bagi kami. Untuk terus mengawal 'hingar bingar' kampus biru pada semua elemen di dalamnya. Pada edisi majalah Suara Mahasiswa kali ini, rubrik laporan utama dipaparkan fenomena yang kami anggap sudah menjadi penyakit akut, menahun dan sulit dideteksi. Joki skripsi adalah penyakit tersebut. Sudah menjadi rahasia umum joki skripsi bak jamur di musim hujan; coba saja Anda cari di mesin pencarian, dengan memasukan kata "Joki Skripsi", kami jamin, Anda akan menemukan banyak sekali situs yang menyediakan jasa skripsi disertai narahubung, juga lengkap dengan nominal harga yang harus dibayarkan. Pun sudah menjadi lumrah joki skripsi ini nih, dianggap biasa. Makin diabu-abukan oleh berbagai jasa yang serupa tapi tak sama bernama 'konsultasi skripsi'. Sejatinya, skripsi ialah tugas akhir yang dikerjakan dengan segenap kesadaran dan berisi muntahan ilmu yang sudah diserap sejak bangku kuliah. Namun, apa jadinya tatkala mahasiswa 'melacurkan' skripsinya dengan cara dibuatkan oleh sang joki. Lalu, di mana campur tangan universitas terkait? Dan adakah payung hukum kongkret yang mengatur karya paripurna calon sarjana ini? Pembaca yang baik (terkhusus mahasiswa Unisba) silahkan nikmati majalah Suara Mahasiswa Edisi paling anyar ini. Besar harapan kami bisa membuat yang gelap menjadi terang benderang dan yang buram menjadi jelas, sejelas-jelasnya. Selamat Menikmati Pemimpin Redaksi Insan Fazrul R.

ii


Behind the Desk Pemimpin Umum Wildan A. Nugraha Wakil Pemimpin Umum Rangga Mahardika O. N. Sekretaris Umum Devi Fajriati H. Bendahara Umum Winda R. Nelly Pemimpin Redaksi Insan Fazrul R. Sekretaris Redaksi Khalida Sakinah Redaktur Pelaksana Intan Silvia D., Agam Rachmawan Redaktur Wulan Yulianti, Amelia Redaktur Foto Muthia Meilanie P.J., Artisitik *Nahjul Istihsan, Reporter Agistha V. Safitri, Vigor M. Loematta, Ressy R. Utari, Fadhila N. Rizky Pemimpin Litbang Hasbi Ilman H., Sekretaris Litbang Raisha Hillary SDM Faza Rahim K.P., Salma Nisrina N. F. Riset Data dan Pengembangan Rifka Silmia S., Sugiarto Rumah Tangga Maynolitta Pemimpin Perusahaan Firdaus M. Alhaq, Sekretaris Perusahaan Riska N. Wijaya Promosi dan Iklan Marlina

Sari,

Elgea

Balzarie

Sirkulasi

Annisa A. Ulfah Produksi Tanesia Naufal.

* Tidak berpartisipasi dalam majalah Suara Mahasiswa

iii


Daftar Isi

15

LAPORAN UTAMA

O p erasi S e nya p G a ra p S k r i p s i Atura n Ta k J e l a s , J o k i Mel eng g an g B e b a s

33

BUDAYA

44

LAPORAN KHUSUS

71

KESEHATAN

Tr a d i s i B e r s e d e k a h K e p a d a Bumi di Kota Angin

Mereta s Ji wa E n t e r p r e n e u r d i Kamp u s Bi r u Menyi b a k M a k n a E n t e r p r e n e u r U ni versi ty

29

POJOK BANDUNG

39

JAS MERAH

57

PERJALANAN

Berjuta Pesona Kampus I s l a m d i Te n g a h K o t a

Riwayat Republik Kecil di Indonesia

Jelajahi Keunikan Rupa Masjid, y a n g Te r h a m p a r d i B u m i Pasundan

Kenali Gangguan Kecemasan Berlebihan

Musik

5

Suaramahasiswa.info | Januari 2017


LAMAN MUKA

Cedera Akut Calon Sarjana IDE DAN FOTOGRAFER SUGIARTO PENATALETAK HASBI ILMAN HAKIM

Namun, bagaimana jika skripsi seorang calon sarjana dibantu oleh seorang joki? Yang seyogianya skripsi dikerjakan maksimal agar status sarjana yang disandang kelak menjadi paripurna. Konon, joki skripsi ini sudah ada sejak lama dan menjadi jasa yang sulit dideteksi serta Skripsi jamak sekali menjadi mimpi sulit dibuktikan. buruk bagi sebagian mahasiswa. Tentu, tugas akhir ini membutuhkan Cedera Akut Calon Sarjana, adalah usaha lebih dari tugas-tugas kuliah pengenjawantahan mahasiswa yang sebelumnya. Di sinilah, mahasiswa menjokikan skripsinya. Mencederai diuji. Bimbingan dengan dosen men- usaha kerasnya, juga kesarjanaanjadi tuntutan lain, musababnya agar ya. Lalu, patutkah seorang mahaskripsi digarap baik dan sempurna. siswa menjokikan skripsinya? Status sarjana sejatinya didapatkan dari hasil usaha keras dalam setiap langkahnya. Mahasiswa mesti berkuliah, belajar, mengerjakan tugas, mengikuti Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir, serta mengerjakan tugas akhir; skripsi.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

6


SUARA F T


Dua orang peserta Bandung Light Festival tengah menunjukkan posenya dihadapan para juru foto di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung pada Minggu (9/10/2016). Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-206 Kota Bandung. (Vigor M. Loematta/SM).


Catatan Media

Jangan Ada Sarjana Prematur!

TEKS OLEH WILDAN AULIA NUGRAHA (PEMIMPIN UMUM PERS SUARA MAHASISWA 2016-2017)

Pada sekali waktu, dalam ruang 3x8 meter di Jalan Tirtayasa No.49, sejumlah mahasiswa dari berbagai latar belakang organisasi dan kampus yang berbeda sedang berbincang. Lalu masuk pria berbadan tegap sambil membawa spidol, di depanya berjejer meja panjang dengan diisi para mahasiswa tersebut. “Apakah ini jamak terjadi atau hanya di satu kampus saja?� Pertanyaannya merujuk kepada permasalahan mahasiswa yang masif hadir, khususnya yang paling baru; penarikan buku pada lapak literasi di beberapa kampus pada pertengahan bulan Novermber 2016. Adanya kejadian ini memicu berkumpulnya beberapa mahasiswa untuk menceritakan kondisi kampusnya. Setelah berdiskusi selama lima jam, keluarlah 15 permasalahan yang dianggap sama dan mewakili permasalahan mahasiswa Bandung pada saat itu. Mulai dari susahnya mendapat perizinan untuk mengadakan acara atau diskusi-diskusi, Ospek yang dipegang oleh pihak kampus, sampai dengan transparansi kampus terkait anggaran biaya organisasi mahasiswa. Hal-hal tersebut menjadi pokok penting dalam perumusan masalah keresahan mahasiswa. Di akhir pertemuan, mereka bersepakat akan melakukan konsolidasi lanjutan dan merumuskan solusi yang akan dipergunakan di setiap universitas. Menjadi sesuatu hal yang langka memang, tatkala mahasiswa sekarang merasa resah kepada kampusnya. Khususnya mahasiswa Unisba, jarang ditemui kelompok-kelompok diskusi yang membicarakan kondisi

9

Suaramahasiswa.info | Januari 2017


Peserta didik harus berinovasi dan berkreasi sendiri untuk menemukan jati dirinya. Mencari bentuk lain dari apa yang dipelajari di dalam kelas.

saat ini, sehingga paham dengan yang akan terjadi ke depan. Pola seperti itu ‘mungkin’ mulai beralih kedalam group chat media sosial, atau lebih parahnya mungkin sudah punah. Karena jujur saja, saya jarang melihat mahasiswa yang berani mengungkapkan pendapatnya kepada kampus, yang ada hanya ‘menggerutu’ lalu menulis di dunia maya dan barang pasti tidak dilihat serta didengar. Kebingungan ini ditambah dengan adanya penetapan Pemendikbud No. 49 tahun 2014, pasal 17, mengenai batas maksimal studi S-1 atau sederajat menjadi lima tahun. Tentu saja, mahasiswa sebagai penyambung lidah masyarakat dirasa dibatasi dengan adanya peraturan itu. Padahal pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3, disebutkan, ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Untuk mencapai cita-cita negeri ini yang tertuang pada Undang-undang di atas, tentu saja tidak mudah, tidak bisa direalisasikan dengan waktu yang cepat. Perlu orientasi pendidikan yang mengutamakan Tridharma perguruan tinggi, dan implementasi yang jelas. Tidak cukup hanya dengan berguru kepada pendidik di dalam ruang kelas. Peserta didik harus berinovasi dan berkreasi sendiri untuk menemukan jati dirinya. Mencari bentuk lain dari apa yang dipelajari di dalam kelas. Dengan cara ikut berorganisasi, terlibat dalam berbagai forum diskusi, membaca buku, bergabung dalam pendampingan dan pemberdayaan masyarakat, adalah beberapa hal yang nyata untuk menjadi mahasiswa seutuhnya. Bukan acuh terhadap permasalahan sekitar dan bergaya bak model terkenal yang berjalan di ‘catwalk pelataran’ yang jurinya para mahasiswa yang duduk di tangga batu. Kampus pada saat ini menjadi komoditas industri-industri untuk meraup tenaganya; sehingga muncul kiasan mahasiswa pada saat ini adalah buruh pekerja yang siap dipanen setiap tahunya. Terlebih, maraknya

kasus yang mencederai dunia pendidikan sebagai proses pembentukan masa depan sudah marak terjadi, bahkan sudah menjadi rahasia umum. Mulai dari jasa pembelian ijazah, jual beli nilai, kurikulum yang tidak sesuai, sampai joki skripsi yang di bahas pada laporan utama majalah Suara Mahasiswa edisi ini. Merupakan kecacatan yang menjadikan para sarjana menjadi prematur ketika keluar dari dunia kampus. Sudah seharusnya mahasiswa, jajaran universitas dan khususnya pemerintah perlu berbenah diri. Dari mahasiswa yang harus peka dengan kondisi sekitar, para petinggi universitas yang seharusnya mengerti kampus bukanlah komoditi yang harus dipanen secepat mungkin, sampai kejelasan peraturan pemerintah mengenai dunia pendidikan khususnya universitas. Dan bukankah kita sebagai manusia, memliki pemikiran yang seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk hal-hal yang baik. Bukan hanya bekerja dalam sistem, yang Buya Hamka analogikan, “Jika hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja,” jadi apa yang membedakan dari kita?

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

10


SUARA F T


Rombongan peserta dengan pakaian dibalut lampu sedang melintasi Jalan Asia Afrika, Kota Bandung saat kegiatan Bandung Light Festival pada Minggu (09/10/2016). (Vigor M. Loematta/SM).


FOTO OLEH N. ISTIHSAN

L A P O R A N U TA M A

Operasi Senyap Garap Skripsi TEKS RESSY RIZKI U. & WULAN YULIANTI FOTO VIGOR M. LOEMATTA

Seorang mahasiswa tengah melihat papan pengumuman brosur pembuatan jasa skripsi.


Di sebuah indekos, bertumpuk skripsi dengan cover warna hijau di sebelah laptop. Gundukan buku tebal hijau itu menjadi saksi bisu Djarot (bukan nama sebenarnya), dalam membantu para mahasiswa untuk mengerjakan skripsi. “Enggak tahu berapa banyak yang sudah saya kerjain, lupa saya,” kata Djarot sambil melirik tumpukan skripsi tersebut.

Indekos yang berada di kawasan Cikutra ini, menjadi tempat Djarot menjalankan perkerjaannya sehari-hari. Tepat di seberang meja laptopnya, tersusun rapi buku-buku seperti Pengantar Ilmu Komunikasi, Semiotika Media, Feminisme hingga Trilogi Syekh Siti Jenar. Peralatan gitar band miliknya pun ikut menghiasi tempat ini. Senin sore, 24 Oktober 2016, Djarot tengah asik berbincang dengan mantan mahasiswa yang pernah menjadi kliennya. “Nah ini salah satunya, dia paham betul teori komunikasi karena dia belajar di sini sampai paham dan siap untuk sidang. Malahan sampai sekarang terus silaturahim, masalah apapun dikonsultasikan di sini,” cerita Djarot, sambil menepuk paha temannya yang sedang duduk bersila di dekatnya. Djarot berkisah, saat ingin memulai proses pembuatan skripsi, ia akan memulai pembicaraan mengenai hal yang menarik bagi kliennya. Baru dari situ mulai diolah ketertarikan tersebut hingga jadi sebuah judul skripsi. Hal ini ia lakukan karena menurutnya setiap mahasiswa selalu bingung dengan sistematika penulisan penelitian. “Sama dosen dihajar terus, tapi setelah ke sini dia paham motif-motifnya. Saya, sebagai kakak hanya men-stimulus mahasiswa,” ungkapnya. Setelah perumusan tersebut dan beberapa bab terselesaikan, mahasiswa akan datang lagi ketika skripsinya direvisi dosen, yang kemudian akan Djarot revisi. Ia pun akan menjelaskan kembali bahasan pada skripsi yang dikerjakan sampai kliennya mengerti. Djarot juga menjadwalkan simulasi sidang. Nantinya ia akan memposisikan dirinya sebagai dosen penguji dan kliennya akan ia cecar pertanyaan seputar skripsinya. Baginya pemahaman yang ia diberikan pada mahasiswa yang dibantunya tidak akan membuat dosen mengetahui jika skripsinya dikonsultasikan dan dibuatkan oleh Djarot. Sejauh ini menurutnya belum ada klienya yang ketahuan oleh dosen.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

14


L A P O R A N U TA M A

Djarot membandrol bantuan yang ia berikan mulai dari Rp 4.000.000 hingga Rp 8.000.000 per tiga bulan. Harga tersebut ia tetapkan tergantung pada tingkat kesulitan skripsi. Bila kliennya telah melewati tiga bulan dan kelipatanya, klien tersebut akan dikenakan biaya tambahan. Hal ini ia lakukan untuk memotivasi mereka agar skripsinya cepat selesai.

nyuruh anaknya pergi saja. Saya mah suka bilang sok cokot duitna teangan batur (ambil aja uangnya, cari orang lain),” ujar Djarot, sambil menghisap sebatang rokok yang dihimpit kedua jarinya.

Selain mahasiswa Unisba, Djarot menceritakan, jika ia mengerjakan dan memberi konsultasi skripsi pada mahasiswa yang berasal dari berbagai universitas. Seperti mahasiswa dari Unpar dan Unpas yang pernah menjadi langganannya. Meski fokusnya ilmu komunikasi, tapi ia pernah mendapat klien dari Fakultas Hukum dan Psikologi. Kendati begitu, tetap saja kebanyakan berasal dari Fikom.

Salah satu api percikan lainnya yang membuat ia mendirikan konsultannya adalah rasa kesal semasa ia bimbingan dengan dosen. Pasalnya, untuk bertemu dengan dosen saja terkadang ia Kisah Awal Jadi Konsultan Skripsi merasa kesulitan. Tidak hanya sulit bertemu, proses bimbingannDi ruangan itu Djarot mencerita- ya pun tidak membimbing mahakan awal mula terciptanya peker- siswa untuk mengerti akan penelijaan yang kini ia tekuni. Setelah tiaannya. delapan tahun mengenyam pendidikan di Unisba, ia diajak oleh tiga “Saya dendam terhadap akademiorang temannya yang merupakan si, hanya duitnya yang diambil. mahasiswa Unpad untuk membuat Saya bangun konsultasi ini minimal konsultasi skripsi. Mendapat teman-teman sadar terhadap tawaran tersebut, Djarot mengi- dirinya, dan universitas tidak yakan ajakan temannya itu. berhasil mengajarkan hal itu. Saya Sayang, semakin lama, menurut lakukan ini agar mahaiswa sadar, Djarot pola konsultasi yang dibuat kamu ke kampus mau ngapain? teman-temannya mulai beralih Temen-temen sadar fungsi, tugas komersial. “Saya tidak mungkin dan tanggung jawabnya. Jangan mengajari 35 mahasiswa sampai kita hanya menjadi sapi sekaligus, itu di luar kapasitas perahan, terus saja diambilin saya. Jadi saya keluar dan mendi- uangnya,” ujarnya. rikan tempat konsultasai mandiri,” ungkap laki-laki paruh baya Ia mengaku, jika hal itu tidak itu. terjadi hanya pada masanya, “Jika saya tanya pada anak didik saya, Rasa tidak puas dengan pemaha- mending kuliah di sini atau di man yang diberikan kampus Unisba? Mereka pasti menjawab Unisba terhadapnya saat ia masih mending di sini,” begitu tuturnya mahasiswa, membuatnya merasa sambil tersenyum. terdzalimi. Faktor ini menjadi pendorong yang kuat hingga ia

Untuk mempermudah pekerjaannya, Djarot juga memberi batasan dengan hanya menampung tujuh orang klien dalam setiap pengerjaannya. Lain lagi jika dirinya tidak mampu mengerjakan skripsi, biasanya ia akan menolak. Sebab dulu ia pernah didatangi oleh mahasiswa Unpas. Namun karena bahasan yang diteliti anak tersebut kurang ia pahami maka ia menolak untuk membantunya. “Iya ada yang pure dibuatin tapi dengan syarat anaknya tahu tujuannya apa? Fungsinya dia datang ke sini untuk apa? Dan tanggung jawabnya apa? Ketika berbicara masalah tanggung jawab dia harus sadar betul terhadap penelitiannya. Kalau cuma maunya dibuatin saja, saya suka

15

Menurutnya, kebanyakan para pembuat skripsi hanya membuatkan saja, tanpa memberikan pemahaman pada mahasiswa. Hal ini yang membuat mahasiswa pada akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan pada Djarot. “Mereka biasanya tahu dari teman ke teman karena saya tidak pernah pasang iklan,” jelasnya.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

mendirikan rumah konsultannya. “Ya, gimana saya tidak berpikir terdzalimi? Uang terus diperas tapi teori komunikasi saja banyak yang masih belum paham,” ungkapnya. Menurutnya perbandingan uang yang dikeluarkan untuk kuliah di Unisba lebih besar tapi mereka (baca: Mahasiswa) akan lebih paham ketika datang ke tempat konsultasinya.


JOKI DAN PERNAKPERNIKNYA KONSULTASI SKRIPSI

Konsultasi Skripsi menjadi 'bias' dalam kiprahnya membuat jasa. Musababnya, antara konsultasi dan joki skripsi cukup sukar untuk dibedakan. Untuk membedakan antara konsultan dan joki, kami jabarkan apa sebenarnya yang dilakukan jasa konsultasi skripsi.

Konsultan memberi arahan, kalau joki yang membuatkan dari awal.

Tabel sama penjelasannya sudah ada, mahasiswa tinggal mengembangkan. Bantu perhitungan data.

Konsultasinya hanya ke metode dan hal yang berhubungan dengan data statistik.

Literatur dan diskusi disediakan.

Pembuatan dan pengelolahan data, BAB 4 sampai kesimpulan.


SIAPA ITU JOKI?

Kata joki jamak diketahui oleh khalayak luas, pun dengan pemaknaanya. Berikut kami uraikan pengertian joki menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi dalam jaringan (online).

joki2/jo¡ki/ n pengatur lagu yang menangani mesin perekam lagu atau piringan hitam (di studio radio atau diskotek)

joki3/jo¡ki/ n cak 1 orang yang mengerjakan ujian untuk orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya dan menerima imbalan uang:

joki1/jo¡ki/ n penunggang kuda pacuan


Kuisioner Kepuasan Dosen Pembimbing Skripsi Unisba Sebelum menyelesaikan studi di sebuah perguruan tinggi, sudah pasti harus melewati pengerjaan skripsi. Dalam proses pengerjaannya, ada beberapa kali bimbingan agar skripsi yang dikerjakan rampung dengan sempurna. Namun, adakalanya perjalanan menuju wisuda tidak semulus yang diharapkan. Berikut hasil riset mengenai kepuasaan bimbingan skripsi yang dilakukan oleh dosen pembimbing, dengan total responden 107 orang.

Berapa kali anda melakukan bimbingan skripsi?

25-30 = 5,6%

15-20 = 71,1%

<15 = 11,2 % 20-25 = 12,1%

Puaskah anda dengan bimbingan skripsi yang diberikan?

31.8%

68.2%

Ya Tidak

Apakah dosen anda pembimbing skripsi anda sulit ditemui?

40.2% 59.8%

Ya Tidak

Efektifkah bimbingan skripsi yang anda jalani?

54.2% 45.8%

Ya Tidak

Menurut anda, berapa persen pengaruh bimbingan dosen terhadap penyelesaian skripsi anda?

<50 = 32,8% >50 = 55,1% 50 = 32,8%


L A P O R A N U TA M A

Aturan Tak Jelas, Joki Melenggang Bebas TEKS AMELIA & VIGOR M. LOEMATTA FOTO VIGOR M. LOEMATTA

Seorang pegawai perpustakaan tengah melihat tesis yang tersimpan di rak perpustakaan Unisba lantai 3.

FOTO OLEH VIGOR M. LOEMATTA


Bagaikan sekelompok sel kanker yang terus berkembang tanpa henti, tak ragu memakan sel hidup di sekitarnya, juga mengancam hidup inangnya. Joki skripsi yang memang sudah ada sejak lama, masih ada sampai saat ini. Menghantui dunia pendidikan perguruan tinggi, tak peduli dengan letak geografis atau peraturan yang mungkin mengekangnya.

Kasus joki skripsi ini pun pernah menimpa salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Seperti yang diungkapkan salah seorang saksi berinisial I-R. Ia menguraikan, bila seorang temannya mahasiswi di salah universitas ternama tersebut dikejar oleh deadline; dengan pengumpulan skripsi tersisa 10 hari lagi. Temannya kalang kabut dikejar waktu. Jalur pintas pun dipilihnya, dengan menemui seorang joki, ia meminta dibuatkan satu eksemplar tugas akhir.

aturan. Jadi jika suatu saat terjadi lagi kecurangan yang sama, tidak perlu ada lagi rapat. “Hukumannya memakai yurispudensi maka dapat menggunakan hukum yang sebelumnya,” ucap Abdul. ***

Joki skripsi tidak mungkin terjadi karena hal itu bisa dihindari dari awal. Salah satunya adanya standar akademik yang sesuai dengan prosedur yang mengacu persyaratan perkuliahan. Misalnya saat mahasiswa mengambil Saat mulai proses bimbingan, skrispi yang berbobot lima Satuan teman I-R dapat menjelaskan isi Kredit Semester (SKS). Hal ini skripsi tersebut dengan lancar. mengharuskan mahasiswa wajib Namun, dosen pembimbing teman melakukan bimbingan dengan I-R itu merasa ada yang janggal dosen sebanyak lima kali setiap atas karya ilmiah yang diajukan minggunya. tersebut. Hal itu membuat sang dosen memeriksa kembali. “Seperti mahasiswa bimbingan Ternyata, skripsi yang diajukan saya tidak mungkin menggunakan itu sama persis dengan sebuah jasa skripsi. Karena diawal bimbtesis. Akhirnya mahasiswa yang ingan sudah ditanyakan mulai dari bersangkutan, dipanggil dan nol atau konsep akan membuat dilaporkan kepada dekan, yang apa, selanjutnya menentukan selanjutnya diserahkan kepada pengambilan masalah. Dengan itu mahkamah etik. Keputusan drop ada kesepakatan anatara mahaout pun diterima mahasiswi terse- siswa dan dosen, joki tidak but. mungkin tahu karena ini sebuah masalah baru, kecuali kalau Tanggapan pun dilontarkan oleh jokinya professor,” ungkap Abdul Koordinator Kopertis Wilayah IV saat ditemui di Gedung Kopertis Abdul Halim Hakim, terhadap Wilayah IV pada Selasa kasus tersebut. Menurutnya, (22/11/16). masalah tersebut termasuk ke dalam etika, di mana tidak ada Mengenai aturan tentang joki aturan tertulis yang mengatur. skripsi ini, menurut Abdul bahwa Biasanya perguruan tinggilah yang secara tertulis tidak ada aturannmembentuk komisi disiplin. ya. Meskipun sudah ada Komisi ini berwenang memutus- Undang-undang Dasar nomor 12 kan sebuah etika menjadi sebuah tahun 2012 mengenai pendidikan

tinggi. Selanjutnya dapat diturunkan kepada Peraturan Mentri (Permen) nomor 44 tahun 2015 tentang standar nasional pendidikan tinggi. Namun, aturan yang jelas mengenai joki skripsi pun tidak tertera dalam aturan lingkup pendidikan tersebut. Abdul menjelaskan, untuk masalah ini, perguruan tinggi yang menetapkan aturannya dan termasuk kedalam etika. Karena masalah-masalah yang terjadi di perguruan tinggi, kebanyakan kedalam etika dibandingkan dengan aturan yang tertulis. “Bila kita mengandalkan aturan, jika nanti bertemu dengan masalah yang belum diatur, berarti kita bebas menindaknya. Nah ini yang harus diperhatikan. Jadi kita harus melihat permasalahan bukan hanya yang tertulis saja tetapi pada etika juga. Jadi etika itu memang tidak dapat dijadikan dasar memberikan hukuman. Tidak ada tingkatan derajat kesahalan masalahnya. Itu kelemahan etika, tidak ada aturan yang atau dinyatakan,” ujar pria yang telah menjadi dosen selama 35 tahun tersebut . Masih menurut Abdul, aturan joki skripsi sendiri harusnya dibuat oleh perguruan tinggi, yang masuk ke dalam kode etik. Ada beberapa perguruan tinggi yang terlewat dalam penetapannya karena peraturan biasanya ada saat permasalahan baru terkuak. Bilamana ada kasus tersebut lalu

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

20


L A P O R A N U TA M A

dilaporkan ke Kopertis, menurut Abdul, Kopertis hanya bisa memberikan saran. Sementara keputusan akhirnya ada pada komisi disiplin perguruan tinggi tersebut. Peraturan Abu-abu Sanksi Joki Tak Tentu Joki skripsi ini pun tak bisa dihindari jika nantinya menimpa mahasiswa di Unisba. Namun, sampai saat ini pihak universitas belum menemukan mahasiswa yang melakukannya. Menurut penuturan Wakil Rektor satu, Rakhmat Ceha, beberapa tahun yang lalu, universitas pernah menemukan seorang mahasiswa yang diindikasi melakukan plagiat, tapi belum sampai ke penggunaan joki skripsi. “Kasus di Unisba sendiri, mungkin ada. Namun kemungkinannya kecil karena sanksi yang dikeluarkan cukup berat. Beberapa tahun yang lalu sempat ada kasus hak cipta seperti plagiat itu menjadi masalah besar. Hal tersebut termasuk ke dalam pelanggaran etika,� ungkap Rakhmat saat ditemui di ruangannya. Diakui Rakhmat, permasalahan plagiarisme itu pun diselesaikan dengan mengadakan rapat di Komisi tiga senat universitas yang membawahi bidang kemahasiswaan. Dalam hal ini, tidak akan ada pihak yang merasa dirugikan karena dari keduanya diberikan hak suara untuk memberikan pernyataan. Lalu nanti dipertimbangkan dan universitas melakukan penyelidikan. Setelah mendapatkan apa yang ditemukan, baru disimpulkan. Terkait hal ini, Abdul mengamini jika kasus plagiat ini sama saja dengan joki skripsi. Karena pengerjaannya sama-sama dibuatkan orang lain. Hal ini pun

21

termasuk dalam pelanggaran kode etik yang tidak tertulis dan hukuman yang persisnya itu tidak ada. “Ini yang perlu dilakukan oleh perguruan tinggi dengan membuat batasan-batasan masalah kode etik akademik. Tetapi memang kalau kode etik itu tidak ada batasannya karena semuanya harus memegang etika atau pendidikan etik,� jelas pria kelahiran Sumbawa, Nusa Tenggara Barat tersebut. Di Unisba saat ini, penjokian skripsi itu logikanya tidak mungkin terjadi karena ada pembimbing, menurut ungkapan Rakhmat. Karena dalam pembuatan skripsi dilakukan mekanisme yang bertahap. Oleh karena itu, pembimbing yang bertanggung jawab untuk mengawasi. Pada akhirnya mahasiswa harus membuat paper yang menjadi ringkasan tugas akhir. Hal tersebut di-iyakan oleh salah satu pembimbing skripsi di Fakultas Psikologi Unisba, yakni Ihsana Sabriana Barualogo. Ia menguraikan, sebelum mahasiswa mengerjakan skripsi, mereka harus melalui beberapa tahap. Awalnya, mahasiswa harus mengontrak mata kuliah metodologi penelitian, lalu mengikuti kuliah dan bimbingan di mata kuliah tersebut. Bila lulus, mahasiswa bisa mengontrak mata kuliah skripsi lalu mengerjakannya. Untuk proses bimbingan skripsi sendiri Ihsana menambahkan, tahap awal adalah pengajuan proposal. Lalu, mahasiswa ditanya mengenai permasalahan di lapangan yang akan mereka teliti. Menurutnya, bila ditahap awal dosen melakukan bimbingan dengan sungguh-sungguh, akan terlihat mahasiswa tersebut melakukan sendiri pengamatan di

Suaramahasiswa.info | Januari 2017


lapangan, atau mencaplok dari Nan. Belum ada peraturan dari tempat lain, atau akan ketahuan pihak kampus yang mengatur jika dikerjakan oleh pihak ketiga. secara rinci tentang penjokian tugas akhir. Namun, ia mengaku “Bila dalam prosesnya mahasiswa telah menyelesaikan sebuah kurang bisa memaparkan penjela- rancangan baru peraturan yang san dengan baik, tidak kenal menata tentang etika akademik. dengan duduk persoalan. Itu bisa Peraturan yang mencakup nasionjadi indikasi mahasiswa tersebut al pun menurutnya belum ada, enggak harus dikerjakan joki, bisa hal tersebut merupakan otonomi saja cara berpikirnya masih linier kampus untuk menyusun. (lurus). Atau bisa juga dari denger-denger atau baca sedikit Nandang menjelaskan jika lalu ditarik jadi penelitian,” peraturan etika akademik univerpapar Ihsana. sitas terbagi menjadi tiga bagian. Pertama pelanggaran ringan, lalu Skripsi, Hak Otonomi Fakultas masuk ke kategori sedang, dan yang terakhir adalah pelanggaran Ketua Badan Penjamin Mutu berat. Joki ujian apalagi joki (BPM) Nan Rahmawati juga mem- skripsi masuk ke kategori berat. berikan penjelasannya, untuk skripsi secara khusus yang punya Menurut Nandang, bila ditemukan kewenangan di program studi dan kasus penggunaan jasa joki skripdi fakultas. Hal itu menjadikan si, sanksi yang diberikan oleh pedoman dan aturan main untuk kampus tidak main-main. Ia menyusun itu ada di tangan di menjelaskan, bila pemakai jasa fakultas. Nan juga mengungkap- tersebut masih berstatus sebagai kan, dari BPM belum mengeluar- mahasiswa maka yang bersangkukan aturan mengenai penjokian tan akan di-drop out. Bila sudah karena aturan plagiarisme saja menjadi seorang sarjana maka belum ditetapkan. Jadi BPM tidak gelar kebesarannya akan dicabut punya kewenangan, tetapi hanya oleh kampus, pun ijazahnya juga. melihat ketepatan penyusunan untuk penyelesaian studi itu Mengenai peraturan secara terkait dengan jumlah maha- nasional Nandang mengaku, siswa. belum ada yang merinci hingga ke joki skripsi. Menurutnya, pasal 70 Saat ini, aturan di Unisba belum dalam Undang-undang Sistem ada yang khusus mengenai peng- Pendidikan Nasional tahun 2003 gunaan jasa joki skripsi. Namun, yang mengatur sanksi pelanggabila dibuat menurut Nan, yang ran tentang karya ilmiah, hanya mengkaji adalah komisi tiga membicarakan tentang tindakan (Kemahasiswaan dan Alumni) plagiarisme. Nandang pun mengaseperti senat guru besar dari kui bahwa fenomena joki skripsi perwakilan sepuluh fakultas. Jika yang sudah menahun ini masih saat ini kedapatan ada mahasiswa luas kaitan hukumnya. yang melakukan hal tersebut, itu akan dikaitkan dengan etika Nan kembali menguraikan, untuk akademik universitas. mendeteksi penggunaan jasa joki skripsi itu susah, kendalanya Dekan Fakultas Hukum, Nandang dalam susah mencari tahu siapa Sambas mengamini pernyataan tahu jokinya, bisa saja teman

sendiri. Untuk menuntut jokinya sendiri cukup sukar karena harus mendapatkan bukti yang sah dan bisa aja universitas yang dituntut balik. “Nanti harus ada pernyataan bahwa skripsi itu original buatannya. Kalau tidak itu sudah menyalahi itu. Itu pastinya sudah berbohong kepada Allah. Pasti ada sanksinya berupa tindakan diumumkan secara langsung,” jawab Nan. Abdul Hakim Halim mejelaskan, pentingnya kejujuran seorang mahasiswa. Ia menekankan, mahasiswa harus kembali merenungi bahwa tugas mahasiswa bukan melulu tentang mendapat gelar, tetapi ahli di bidang yang menjadi pilihannya tatkala berkuliah, dengan cara berlajar sungguh-sungguh. “Yang penting adalah kejujuran dari mahasiswanya, bahwa sebetulnya tujuan sesorang itu bukan jadi sarjana tetapi bisa kompeten dalam bidangnya. Untuk bisa kompeten cuman satu caranya yakni belajar. Tetapi untuk bisa lulus itu banyak cara. Saya punya keyakinan kalau kita kompeten pasti lulus. Kalau yang lulus belum tentu berkompeten. Tujuan dari pendidikan meningkatan kompetensi,” tutup Abdul.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

22


PAYUNG HUKUM DAN SANKSI MENGENAI JOKI SKRIPSI Joki skripsi berada di area abu-abu; sulit dideteksi dan dibuktikan. Tentu, menjadi tantangan untuk mengganjarnya. Beberapa aturan bisa dikaitkan terhadap 'si joki', sanksi administratif pun dapat dijatuhkan terhadap penggunannya. Demi membuat jelas yang abu-abu, berikut kami lampirkan sanksi dan aturan terkait joki.

Buku pedoman universitas mengenai etika akademik. Pelanggaran dibagi tiga. Ringan, sedang, dan berat. Joki skripsi termasuk ke dalam kategori berat.


UUD nomor 12 tahun 2012 mengenai pendidikan tinggi. Peraturan Mentri (Permen) nomor 44 tahun 2015 tentang standar nasional pendidikan tinggi.

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003 pasal 68 dan pasal 60, 70 terkait karya ilmiah.

363, 263, 266, 264 KUHP ayat dua.

Jika masih berstatus mahasiswa, drop out akan dijatuhkan.

Jika sudah sarjana, ijazah dibatalkan.


J E N D E L A H AT I

Mahasiswa dan Skripsi OLEH ARBA’IYAH S. DOSEN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Bagi sebagian kalangan, menjadi mahasiswa adalah sebuah keharusan. Setelah lulus pendidikan menengah atas, sebagian orang Indonesia beranggapan, mereka harus melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah dan menjadi mahasiswa. Tujuannya agar kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus atau masa depan yang cerah. Yang sering kurang disadari oleh sebagian orang adalah, menjadi mahasiswa membawa konsekuensi berupa tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai tugasnya. Di kampus tercinta, Universitas Islam Bandung, seorang mahasiswa diharapkan menjadi mujahid, mutjahid dan mujaddid. Cita-cita mulia yang pencapaiannya dilakukan sejak semester awal. Karena itu, kehidupan akademis selayaknya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang mahasiswa. Tugas utama mahasiswa adalah menuntut ilmu dan mengerjakan

25

tugas dari dosen yang mengampu mata kuliah yang dipilihnya. Pada akhir masa perkuliahan, biasanya di semester delapan, mahasiswa dituntut untuk mengerjakan skripsi yang merupakan puncak kegiatan belajarnya sebagai mahasiswa. Skripsi adalah kompilasi seluruh kemampuan seorang mahasiswa dalam sebuah naskah ilmiah. Untuk mengerjakannya diperlukan keseriusan, ketekunan dan kesabaran karena prosesnya bisa jadi melelahkan. Tak hanya lelah fisik tetapi juga psikis. Namun, hasil yang kelak diperoleh dari hasil pengerjaan skripsi ini sungguh sepadan. Seorang mahasiswa dikatakan lulus jika ia mampu menyelesaikan skripsi dan mempertahankan skripsinya dalam persidangan serta mendapat nilai yang memuaskan. Sudah menjadi sunatullah bahwa segala sesuatu yang indah biasanya tidak mudah diperoleh. Perlu

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

perjuangan untuk mendapatkannya. Pepatah lama yang mengatakan “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian�, sangatlah pas untuk menggambarkan proses perjuangan mengerjakan skripsi demi gelar kesarjanaan yang ingin disandang. Menjadi sarjana berarti membuka jalan bagi kesuksesan di bidang karier maupun jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menjadi seseorang yang memiliki pola pikir yang berbeda dengan mereka yang lulusan sekolah menengah. Juga menjadi seseorang diharapkan memiliki pekerti dan etika yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Hanya saja, ternyata tak semua mahasiswa berpikir panjang mengenai hal tersebut. Sebagian


FOTO PRIBADI M A H A S I S WA DA N S K R I P S I

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, sangatlah pas untuk menggambarkan proses perjuangan mengerjakan skripsi demi gelar kesarjanaan yang ingin disandang.

mahasiswa memandang skripsi sebagai beban yang seharusnya disingkirkan – jika mungkin, jangan menjamah skripsi. Namun, mahasiswa ini ingin menjadi sarjana. Jadilah ia mencari cara yang tidak elok untuk menjadi sarjana. Ia meminta orang lain untuk mengerjakan skripsinya atau malah yang lebih buruk, ia menjiplak skripsi karya orang lain. Hasil penelitian para ahli juga menunjukkan bahwa penyebab utama dari tindakan penjiplakan karya orang lain adalah rasa percaya diri yang rendah. Ia menganggap dirinya tak akan mampu menyelesaikan skripsi dalam kurun waktu tertentu. Secara akademis, sanksi tindakan tersebut tidak main-main. Para pelaku penjiplakan karya skripsi bisa sampai dicabut gelarnya jika mereka terbukti melakukan tindakan kecurangan itu. Agama Islam tentu saja melarang keras perilaku perjokian maupun penjiplakan skripsi. Hal itu sama saja dengan melakukan tindakan kebohongan atau dusta. Banyak ayat dalam Al-Quran, yang merupakan pedoman hidup Muslim, yang menjelaskan mengenai keharusan bersikap jujur sekaligus mencela tindakan kebohongan. Salah satunya dalam QS. An-Nahl ayat 105 yang artinya “Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan ialah

orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka adalah orang yang berdusta” atau dalam QS. At-Taubah ayat 119 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah SWT dan hendaklah bersama orang-orang yang benar.” Dengan demikian, perjokian atau penjiplakan skripsi merupakan tindakan yang harus dihindari. Kesadaran untuk menghindari perilaku ini harus datang dari diri sendiri; dari kesadaran bahwa skripsi merupakan karya puncak seorang mahasiswa. Selayaknya, mahasiswa mengerahkan seluruh kemampuannya demi menghasilkan skripsi yang tidak hanya bagus tetapi juga bermanfaat. Kesadaran bahwa proses pengerjaan skripsi adalah berliku dapat mengurangi tekanan atau stres yang harus dialami oleh para mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas akhir mereka. Jadi yang diperlukan adalah sebuah kesadaran. Kesadaran untuk mengukur kemampuan diri sehingga kita bisa mencapai target yang kita tetapkan sendiri. Kesadaran bahwa hasil jerih payah sendiri akan dinilai sebagai ibadah, dinilai sebagai jihad oleh Allah SWT.

Yang tak kalah penting dalam menghindari tindakan perjokian atau penjiplakan skripsi adalah pemilihan tema skripsi. Pilihlah tema yang kita sukai sehingga kita akan senang mengerjakannya. Karena dengan demikian, kita seperti sedang mengerjakan hobi kita sendiri. Tak ada orang yang tidak berbahagia saat mengerjakan hobinya. Bukankah mahasiswa bisa memilih sendiri tema untuk skripsinya? Kemudian pihak akademik akan memilihkan dosen pembimbing yang dianggap paham dengan tema tersebut. Dengan demikian, seorang mahasiswa bisa mengerjakan ‘hobinya’ di bawah bimbingan dosen yang sudah berpengalaman. Dalam kondisi seperti itu, tak ada alasan untuk menghindari skripsi. Justru sebaliknya, mahasiswa diharapkan dapat mengerjakan tugas akhirnya dengan sepenuh hati. Segala sesuatu yang datang dari hati akan sampai ke hati juga. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sepenuh hati akan menghasilkan karya atau produk yang indah. Semoga ke depan, tak ada lagi tindakan perjokian atau penjiplakan skripsi yang sangat mencederai kehidupan akademis di dalam kampus.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

26


SUARA F T


Pemain sepatu roda asal Provinsi Banten dan Riau sedang bertarung sengit saat Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar 2016 di Lapangan Saparua pada Sabtu (24/09/2016). (Fadhila N. Rizky/SM).


POJOK BANDUNG

Potret perbedaan Tangga Batu yang berada di Jalan Tamansari No. 1, Kota Bandung dulu dan sekarang.

Berjuta Pesona Kampus Islam di Tengah Kota TEKS FAZA RAHIM K.P. FOTO VIGOR M. LOEMATTA

Semrawutnya jalan sepanjang kawasan Tamansari hingga Ranggamalela, kini telah menjadi konsumsi bagi para penghuni kampus biru yang tak lekang oleh zaman. Di balik kokohnya bagunan yang dimiliki salah satu universitas Islam di tengah kota ini, memiliki nilai historis yang mengakar.

29

Sekilas kisah, bangunan nuansa konservatif, namun tidak terlalu lapuk serta nampak gagah berdiri di tengah kota. Mengedepankan nilai-nilai Islami, namun seperti surut terdegradasi oleh waktu, ya Unisba! Membuat Suara Mahasiswa penasaran atas kampus biru ini. Saat penulis berjalan kaki ke Fakultas Tarbiyah di Ranggagading, waktu sedang menunjukkan pukul 13.20 WIB. Setibanya di lantai tiga, terlihat Adang M. Tsaury, yang sedang berbincang serius bersama rekannya. Percakapan ini, mungkin sudah berlangsung sedari tadi, namun cukup seru hingga waktu menunjukkan pukul 13.40 WIB. Selang waktu berlalu, akhirnya Adang mulai bercerita pada Suara Mahasiswa soal Unisba. Kampus yang berlabel ‘Islam’ ini, memang didirikan oleh para pendahulu, sebagai bentuk dakwah dan kecintaan mereka terhadap agama. Berlandaskan tekad dan keinginan

Suaramahasiswa.info | Januari 2017


B E R J U TA P E S O N A K A M P U S I S L A M D I T E N G A H K O TA

yang kuat, didirikanlah bangunan di Jalan Tamasari No. 1 Bandung. Di tanah yang sarat akan pemukiman penduduk, tepat di pusat kota, dan bekas makam Belanda, yang hingga kini kegiatan aktivitas belajar dan mengajar tetap terjaga. “Masyarakat sekitar juga setuju atas adanya pembangunan. Selain itu, membangun di tengah kota, sangat sesuai dengan misi kami. Bahwa Islam, tidak boleh terpinggirkan. Harus modern, harus terlihat di tengah kota,” tutur putra kedelapan dari Almarhum KHEZ. Muttaqien ini. Maka di zaman pemerintahan Walikota Bandung Ucu Djunaedi, kampus biru ini resmi didirikan. Pembangunan berlangsung dengan apa adanya menurut pengungkapan Adang. Namun seiring berjalannya waktu, pembangunan kampus ini semakin meluas. Saling rebut dengan para kontraktor, seperti Kampus Ranggagading dan Ranggamalela sebagai pusat perbelanjaan. Akhirnya pihak Yayasan Universitas Islam Bandung ini, resmi menang tender dan membangun lahan-lahan kosong sebagai wadah pendidikan.

Unisba juga. Tahun tersebut, banyak sekali musisi kesayangan tanah priangan yang menimba ilmu di Unisba. Berbagai musisi dari ranah indie hingga metal, menjadikan Unisba sebagai center point mereka. Bukan hanya mengisi panggung-panggung musik seperti inaugurasi saja. Mereka juga kerap menggodok ide mereka di kawasan Unisba, cerita Reggi. Selain dari sisi musisi, tahun-tahun tersebut juga ramai dengan seluk beluk dunia hitam seperti isu ayam kampus dan dunia obat-obatan terlarang. “Zaman dulu sih segala ada, mulai dari musisi-musisi ternama, ayam kampus, hingga drug dealer. Mungkin saat itu Unisba lebih mencolok kali ya, padahal kampus-kampus lain juga tentu punya dunia hitamnya. Sekarang mah, di kampus-kampus lain juga banyak,” ujar Reggi. Lain halnya dengan Reggi, Esadewo yang merupakan masyarakat sekitar menceritakan masa kecilnya yang sering dihabiskan di Unisba. “Dulu, waktu kecil, setiap sore suka main bola di lapangan Voli. Mahasiswanya juga dulu suka ikutan main.”

Saat ini, Dewo, begitu panggilan akrabnya, kini menghabiskan masa studinya di Unisba dan merasakan banyak sekali perubahan wajah kampus ini. Civitas akademik yang kurang membaur dengan warga lokal, sampai permasalahan menyoal kurangnya infrastruktur adalah sekelumit hal yang dirasa lelaki berambut gondrong ini sebagai ‘fatal’. “Hal yang paling kerasa, tentu Tamansari jadi lebih padat karena parkiran Unisba yang membludak. Sekarang sih, mahasiswa Unisba kurang nge-blend sama warga lokal Tamansari.” Bagaimanapun, sebuah bangunan ialah benda mati yang hanya bisa diam. Tidak bernapas, apalagi sampai melakukan perubahan atas dasar keinginannya sendiri. Warna-warni itu datangnya dari manusia, yang maha dinamis. Kenangan itu datangnya dari pemikiran. Unisba hanyalah mediatornya saja, karena cerita, tren, hingga budaya adalah sepenuhnya ciptaan manusia, juga sesuatu yang selalu bisa kita rasa namun tak pernah bisa kita lihat waktu.

Unisba dalam Bingkai Berbagai Wajah Selayaknya tempat belajar, Unisba menjadi pusat integrasi generasi muda bangsa dari berbagai wilayah. Perbedaan-perbedaan ini, kemudian menjadikan kampus berlandaskan 3M (Mujahid, Mujaddid, Mujtahid) ini, kaya akan keberagaman. Seperti ungkapan Reggi K. Munggaran, sedikit cerita kala itu ia dicegat oleh beberapa kawannya di sebuah tempat tongkrongan sebrang kampus Tamansari, yang dikenal dengan nama ‘Benteng’ (sekarang menjadi Indomaret). Akhirnya, Reggi turut mendaftar

Tampak gedung Fakultas Kedokteran yang berada di Jalan Hariang Banga No 2, Kota Bandung dulu dan sekarang.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

30


TATA P M U K A

Kisah Mang Okeng, Lintas Waktu PKL Kampus Biru

TEKS & FOTO OLEH AMELIA

Hidup merupakan perjuangan. Dari nol menapakinya hingga puncak. Tak mudah, mempertahankan hal yang sulit. Begitulah kehidupan yang harus dijalani hingga mata tertutup untuk selamanya. Begitu pula yang dijalani salah satu Pedagang Kaki Lima (PKL) Unisba, sapa saja dia Mang Okeng. Mula-mula, ia berjualan di kantin belakang Unisba pada 1991-1995. Lalu pindah ke Cianjur dan membuka usaha di sana, lahan di kantin Unisba pun pindah tangan ke kakaknya. Pada tahun 1997, ia kembali lagi ke Bandung dan berjualan di depan Unisba. Begitulah awal obrolan Suara Mahasiswa dengan pria bernama asli Oma Supriatna yang ditemui di tempat berjualannya depan kampus Unisba Jalan Tamansari No. 1 Bandung, Senin (19/9/2016). Mang Okeng, salah satu dari empat sesepuh PKL Unisba, tiga lainnya yaitu Mang Eli, Mang Apit, dan Mang Kos. Sudah berjualan selama waktu yang cukup lama, membuat mereka

31

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

tahu sejarah perjalanan perjuangan para PKL di Unisba hingga sekarang. Mang Okeng pun mulai bercerita, awalnya daerah depan Unisba merupakan pedestarian. Saat itu yang berjualan di depan kampus biru tidak terlalu banyak, hanya ada empat gerobak yang berjualan. Memasuki masa krisis moneter tahun 1998, banyak orang terpaksa berhenti bekerja kemudian beralih menjadi pedagang pinggir jalan. Pemakaian tenda semi permanen untuk berdagang pun dipilihnya karena pemerintah kala itu menerapkan peraturan PKL tidak diperbolehkan menetap. “Semakin kesini, ya namanya dengan nambah yang berjualan aturan yang sudah berlaku akhirnya ada yang membandel ada yang nurut, kebanyakan yang


K I S A H M A N G O K E N G , L I N TA S WA K T U P K L K A M P U S B I R U

mentaati peraturan. Lama kelamaan yang lainnya pun begitu dan akhirnya menjadi PKL kumuh sampai tahun 2013,” ungkap pria kelahiran 1973 tersebut. Menurutnya pada tahun 1997-2000, pedagang depan dan seberang Unisba bersatu, tapi karena kubu seberang membandel ketika dihimbau untuk tidak berjualan di trotoar, akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri kerjasama. “Ini sudah dimusyawarahkan dan dirapatkan tetapi mereka tetap membandel, mungkin karena sempit juga. Daripada bermasalah imbasnya ke kita jadi masing-masing aja,” jelas Mang Okeng. Adanya masalah seperti di atas membuat empat sesepuh pedagang Unisba membuat organisasi yang menaungi para penjual ini. Mang Okeng lanjut bercerita, biasanya jika ada permasalahan akan dimusyawarah untuk rundingkan terlebih dahulu. “Dulu suka ada rapat rutin kalau sekarang belum ada lagi, karena ketua dari kepengurusan sebelumnya sedang di luar kota,” lanjutnya. “Nah ini juga dalam waktu dekat akan dibentuk kepengurusan baru lagi. Tiap periode minimal satu tahun dan maksimalnya dua tahun. Itu dikarenakan kalau semunya dijadikan pengurus bakal berat. Mang Kos yang paling lama bertahan sebagai ketua, kalau Mang Okeng sering menjadi bendaharanya,” ujar pria yang mempunyai tiga anak tersebut. Dengan pergerakan dari para sesepuh PKL ini, akhirnya pada tahun 2013 para pedagang diundang oleh Rektor Unisba, Thaufiq Boesoirie ke rektorat untuk bermusyawarah mengenai dana talangan yang akan diberikan untuk penataan tempat agar lebih rapih dan tertib. “Akhirnya ada kesepakatan Rektor akan memberikan dana talangan untuk penataan PKL di unisba ini. Sampai sekarang juga sudah terlihat rapih dan tidak kumuh seperti ini berkat bantuan dari rektor,” ungkapnya. Dari dana talangan tersebut, Mang Okeng menjelaskan bila dikalkulasikan, per unitnya harus membayar Rp 7.200.000 dengan cara dicicil perbulannya Rp 300.000 dalam jangka waktu dua tahun harus sudah lunas. “Itu juga ada yang lunas ada yang belum juga. Kalau jualan di kampus tidak selamanya ramai.”

Mang Okeng menambahkan, jika mengadakan rapat biasanya di rumah para PKL secara bergiliran. Mang Okeng pun seringkali meminjam ruangan mahasiswa, biasanya ke BEM-U, BEM-F Dakwah, LSBS dan Stuba. “Dari dulu juga PKL di sini mah tanpa bergabung dengan mahasiswa enggak akan jalan. Alhamdulliah, kerjasama baik dengan mereka (baca: mahasiswa), kalau ada masalah pun selalu minta saran pandangan dari mahasiswa. Ini juga kenapa para PKL masih bertahan, ya itu karena dukungannya mahasiswa,” ujarnya. Salah satu sesepuh PKL Unisba pun turut membenarkan apa yang dikatakan Mang Okeng. Mang Kos menjelaskan, pergerakan PKL di sini, berkat sumbangsih mahasiswa. Zaman dulu ketika masa orde baru, PKL tetap bertahan dibela dan di back up oleh mahasiswa. Dari presiden mahasiswanya pun ikut turun. “Kalau dulu saya itu berani, karena ada pembelaan juga dari mahasiswa tidak seperti sekarang mahasiswa hubungannya kurang. Jadi dulu itu mahasiswa dengan PKL itu erat. Karena amanat jualan itu karena ada mahasiswa,” ungkap Mang Kos yang telah berjualan sejak tahun 1982 tersebut. Diakhir cerita Mang Okeng mengungkapkan dukanya. Kadang, Mang Okeng dan pedagang yang lain harus sampai kejar-kejaran bahkan berbentrokan dengan Satpol PP. “Tetapi dengan bantuan mahasiswa, kita langsung pergi ke balai kota untuk demo segala macam, tetapi pas masuk malah ditodong dengan senjata-senjata,” ceritanya sambil senyum-senyum. Tidak hanya sekedar berjualan, Mang Okeng pun kerap berinteraksi dengan mahasiswa, salah satunya Aditya Darmawan. Mengaku mengenal Mang Okeng sejak 2014, Adit seringkali menghabiskan waktu senggangnya di kedai kecil milik pedagang yang menjual aneka minuman itu. “Mang Okeng itu orangnya sangat bersahabat, sosialnya bagus kalau dengan mahasiswa enak diajak ngobrol dan sharing. Orang seperti dia harus dipertahankan,” jelas mahasiswa Fakultas Dakwah 2014 tersebut.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

32


B U D AYA

Tradisi Bersedekah Kepada Bumi di Kota Angin TEKS ELGEA BALZARIE & AGISTHA V. SAFITRI FOTO ELGEA BALZARIE

Warga tengah menikmati hidangan yang telah disediakan. Tampak perangkat desa tengah memberikan sambutan di acara Guar Bumi di Desa Jatisura pada 10 Oktober 2016.

“Kita umat Islam di Indonesia terikat pada adat-istiadat dan kebudayaan kita, dan ini mempunyai pengaruh pula pada Islam yang kita amalkan di tanah air kita ini.” – Gustav E.Von Grunebaum

33

Suaramahasiswa.info | Januari 2017


T R A D I S I B E R S E D E K A H K E PA D A B U M I D I K O TA A N G I N

Indonesia dengan keragaman budaya memiliki cara yang berbeda dalam melestarikan adat istiadat peninggalan nenek moyangnya. Seperti Jawa Barat yang terbagi ke dalam beberapa wilayah, berbagai cara unik yang dilakukan warganya untuk bersyukur atas pemberian Sang Khalik. Seperti yang dilakukan oleh warga Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka. Warga desa ini rutin melakukan upacara adat sebelum mulai bertani. Upacara adat ini disebut Sedekah Bumi namun biasanya warga desa Jatisura menyebutnya Guar Bumi. Sedekah Bumi yang berarti sebuah bentuk doa dan pengharapan agar dilancarkannya proses tanam padi ini, diadakan setiap tanggal 10 Oktober. Dengan tujuan, untuk meminta hujan agar saat bertani para petani diberi kelancaran. Suara Mahasiswa pun menyambangi kediaman Kartawa, selaku sesepuh di Desa Jatisura. Sesampainya di sana, kami disambut oleh suasana etnik yang sangat lekat di setiap sudut ruang tamu lelaki yang akrab disapa Wa Didi ini. Hal ini terlihat dari beberapa wayang kulit yang tampak menghiasi dinding rumahnya. Ia pun bercerita mengenai ritual yang telah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang Wa Didi ini. Pagelaran sedekah bumi diadakan selama setu hari penuh. Dimulai dari pagi hari, warga berbondong-bondong pergi ke makam leluhur dan berdoa meminta kelancaran bertani. Di siang harinya warga akan dihibur dengan penampilan sintren atau yang lebih dikenal dengan nama

Sejumlah masyarakat Desa Jatisura sedang merayakan Guar Bumi pada Senin (10/10) di Desa Jatisura. Dalam perayaannnya seorang sinden bernyanyi diikuti dengan masyarakat yang menari. Kegiatan rutin ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober.

Tari Ronggeng. Sedekah Bumi akan diakhiri dengan pagelaran wayang kulit. Tidak selalu berjalan baik, Sedekah Bumi pun pernah diberhentikan. Namun, dengan diberhentikannya Sedekah Bumi justru menuai kontroversi pada saat awal orde baru dan memunculkan pro dan kontra. Beberapa masyarakat menganggap ritual ini musyrik karena melanggar kaidah Islam. Sebab dahulu kala pelaksanaannya dianggap seperti memuja arwah leluhur. Sebagian warga lainnya bersikeras bahwa ritual ini hanya sebuah bentuk dari adat istiadat yang telah dilakukan secara turun temurun dan tak bisa dihilangkan begitu saja. Menurut Wa Didi, akhirnya warga memusyawarahkan hal ini antara pihak yang setuju untuk menghilangkan budaya Sedekah Bumi dengan yang tidak setuju. Setelah beradu argumen, Sedekah Bumi pun tetap menjadi budaya di desa Jatiwangi. “Tapi teknis pelaksanaan ritualnya sedikit dirubah, bukan lagi berdoa ke makam leluhur tapi berdoa ke gusti Allah,� ujar lelaki yang kala itu sedang bertelanjang dada.

Selain guar bumi, warga Jatiwangi pun sebelumnya melakukan ritual lain yang dinamakan Mapag Dewi Sri. Nana Supriatna, selaku petani di Desa Jatisura bercerita bahwa ritual ini bertujuan untuk memberi penghormatan dan meminta izin kepada Dewi Sri sang legenda padi. Teknis pelaksanaannya hampir mirip sedekah bumi namun ritual ini mengadakan pemberian sesajen. Namun saat ini Mapag Dewi Sri sudah ditiadakan karena dianggap musyrik dan terlalu memuja Dewi Sri. Munculnya beragam kontroversi dari warga mengenai ritual Mapag Dewi Sri, Ginggi Syarif Hasyim, selaku mantan kepala desa Jatisura memaparkan, kegiatan seperti membakar menyan yang dahulu selalu dilakukan pun kini sudah tiada rimbanya. Namun, pada akhirnya kedua ritual tersebut memiliki tujuan yang sama. Yakni mempererat tali silaturahmi antar warga. “Menjalin kekeluargaan dengan warga itu hal yang penting untuk membangun desa agar sejahtera dan rukun,� tutur lelaki yang memiliki tahi lalat di pipi kanannya ini.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

34


BIDIK

Tak Perlu Mahal, Cara Asyik Tambah Wawasan TEKS INTAN SILVIA DEWI

I am learning all the time. The tombstone will be my diploma (Aku belajar setiap waktu. Batu nisan akan menjadi ijazahku) –Eartha KittDari sekian banyaknya himbauan untuk belajar, kalimat di atas bisa kita jadikan acuan untuk terus menggali ilmu. Dan di era digital ini, media belajar sangatlah beragam, salah satunya bisa dilakukan di dunia maya. Semisal facebook dan ask.fm, yang acap kali dijadikan lahan diskusi netizen. Bagi Sarah Soeprapto, gadis asal Bandung yang aktif di ask[dot]fm, kehadiran media sosial memiliki cerita tersendiri. Siang itu, Sabtu (17/9) dekat kolam renang di Gateway Pasteur, Sarah sang pendiri komunitas belajar di Bandung mulai bercerita. “Awalnya, banyak anak-anak labil gitu nanya di ask[dot]fm, pertanyaannya emang kadang membosankan sih seputar cinta terus, tapi enggak jarang ada yang lain. Misalnya, ada yang nanya tentang agama, terus pas dijawab, taunya jawaban kita tidak sesuatu persepsi dia, malah jadi debat. Karena udah bosen di internet debat ngapain, mending bikin aja diskusi dalam dunia nyata, biar komunikasinya lengkap gak setengah-setengah,” ujarnya. Cerita tersebut merupakan perjalanan awal bagaimana Belajar Bareng Bandung (BBB)

35

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

terbentuk. Tidak ada alasan yang pasti ihwal pemilihan nama. “Agar netral saja kedengarannya, terus kalau izin ke orang tua kan sedikit keren, pas bilang mau belajar bareng,” jawabnya yang diakhiri dengan tawa. Komunitas yang terbentuk pada Mei 2015 lalu, memiliki sembilan anggota tetap, yaitu: Sarah Soeprapto (President), Bintang Lestada (Vice President), Restya Mahara (Project Manager), Muhammad Harits (Secretary), Harits Rasyid Paramasatya (Archivist), Disa Poetri Akarini (Communication Director), untuk tim kurikulum ada Greythama Tornado, Erlangga Greschinov dan Gadis Prameswari. Kesembilan anggota tersebut bertemu dengan cara yang unik. Ada yang sudah berteman, bahkan belum kenal sama sekali. Komunitas ini memiliki tagline What you don’t get in school you get them in belajar bareng. Pasalnya, tujuan utama dibentuknya Belajar Bareng Bandung ini untuk berbagi ilmu yang tidak diajarkan di sekolah. Menurut Sarah, sekolah di Indonesia itu kurang mengajarkan mind set sehingga banyak anak-anak yang mudah menerima informasi hoax.


TA K P E R L I M A H A L , C A R A A S Y I K TA M B A H WAWA S A N

FOTO DOK. PRIBADI Sebuah pertemuan yang berisi diskusi yang diselenggarakan oleh Komunitas Belajar Bareng Bandung (BBB).

“Kita kasih mind set biar mereka itu open minded. Sekarang ini seakan satu informasi tertuju pada satu ideologi jadi pikirannya kurang terbuka. Jadi, kita itu membahas hal-hal sepele tapi dibahas secara mendalam. Misalnya tentang makanan, ngebahas kita beneran mendalam, dari sejarah, tokoh dalam dunia makanan, juga tentang gizinya. Jadi kita tahu buat kamu yang cepet gendut cocoknya makan apa,” papar perempuan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu. Contoh hal yang sudah dibahas yaitu The Metaphysics, Be a Gastronomist. Pembahasan Gender dan seksualitas menjadi tema diskusi yang paling menarik, hal ini diakui Sarah. Punggawa di BBB ini ingin membuktikan bahwa satu objek itu memiliki banyak makna di dalamnya. Sederhananya, satu hal bisa dilihat berbagai sudut padang sehingga pemikiran kita tidak dangkal. Diskusi ini tidak hanya dilakukan oleh sembilan anggota, yang sudah disebutkan sebelumnya. Mereka juga sering melakukan publikasi lewat sosial media. Sejauh ini,

yang paling banyak bergabung yaitu pelajar dan mahasiswa. Namun, saat diskusi makanan, pemilik Suis Butcher turut hadir sebagai peserta. Tak hanya dari Bandung yang datang. Mereka pun pernah kedatangan tamu dari Jakarta dan Sumedang. “Awalnya kita akan nyiapin materi. Abis itu ada sesi ngobrol lepasnya misalnya ada yang mau ngangkat suatu fenomena. Nah, diskusi dimulai, anak-anak harus aktif dalam menanggapi atau bertanya,” jelas Sarah. Para anggotanya pun merasa nyaman dengan komunitas yang satu ini. Salah satunya M. Harits. Ia mengaku mendapatkan ilmu dan pengalaman baru sejak bergabung dengan BBB. “Asyik sih, tiap pembahasan di BBB itu selalu unik. Saya memang dari awal tertarik memang untuk bergabung,” jawabnya via Line. Jadi, jangan pernah puas dengan ilmu yang dimiliki. Teruslah gali untuk mendapatkan hal-hal baru. Karena untuk punya pengetahuan luas tidak harus mahal bukan?

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

36


BELAHAN DUNIA

Auschwitz, Sejarah Kelam Rezim Nazi TEKS

AGAM RACHMAWAM

Sejarah akan selalu diingat oleh banyak orang. Sejarah juga selalu terbentuk dari cerita para pendahulu dan tidak sedikit pula berasal dari bangunan kokoh, yang bernas membuat ceritanya sendiri.

Dan, salah satu sejarah yang berasal dari sebuah bangunan ialah mengenai kekejaman rezim Nazi. Tentu di dalamnya lekat dengan kekejaman. Kekejaman Nazi ini, juga terkisahkan pada sebuah bangunan yang disebut dengan Auschwitz. Sebuah kamp penjara dari Nazi, untuk memenjarakan dan memusnahkan kaum Yahudi pada saat itu. Auschwitz sendiri diambil dari nama Kota Polandia, Oswiecim, yang terletak 60 km barat daya Krakow. Awal kisah bermula saat Auschwitz dibangun pada tahun 1940, yakni diperuntukan untuk kamp konsetrasi dan kamp pemusnahan. Setidaknya Nazi membuat tiga kamp utama yang semuanya dipuruntukan untuk pembantaian Kaum Yahudi, yang juga populer dengan sebutan Holocaust. Ketiga kamp utama tersebut yaitu Auschwitz I, II, dan III. Auschwitz I merupakan kamp konsetrasi orisinal yang digunakan pusat administrasi untuk seluruh komplek. Diceritakan pula, pada September

37

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

1941 kala itu, tentara Schutzstaffel (bahasa Jerman untuk skuadron pelindung), melakukan tes gas beracun yang berlokasi pada Blok 11 di Auschwitz I. Blok 11 di Auschwitz I sendiri sering disebut “penjara di dalam penjara”. Tes gas beracun sianida tersebut, setidaknya mematikan 850 orang Polandia dan Rusia. Di kamp ini juga, jika ada tahanan yang melakukan pelanggaran pada aturan, maka sudah jelas bakal ada hukuman ‘mematikan’ sebagai konsekuennya. Hukuman tersebut biasanya berupa penyekapan di ruangan kecil (bahkan untuk duduk pun tidak bisa) atau di hukum mati dengan ditembak, digantung atau dibiarkan kelaparan. Beralih ke kamp Auschwitz II, yang menjadi tempat kamp pemusnahan. Bangunan ini terletak di Brzezinka (Birkenau), sekitar 3 km dari Auschwitz. Kamp tersebut berukuran 2500 x 2000 m yang dibagi menjadi beberapa bagian yang terpisahkan oleh beberapa kamar. Kamp ini dapat menampung tawanan hingga


AUSCHWITZ, SEJARAH KELAM REZIM NAZI

FOTO NET

100.000 orang dan dikelilingi oleh kawat berduri beraliran listrik. Beberapa tahanan menggunakan kawat berduri tersebut untuk bunuh diri karena penyiksaan kejam yang dilakukan oleh Nazi. Di Auschwitz II, para tawanan tidak dijadikan sebagai pekerja, tapi menjadi objek pemusnahan yang notabene mereka adalah kaum Yahudi. Di dalam kamp tersebut, dilengkapi empat crematorium dan kamar gas. Satu kamar dapat menampung 2500 orang. Pada tahun 1942 menjadi awal pemusnahan besar-besaran Kaum Yahudi yang berjumlah sekitar 1.1 Juta.

Selain IG Farben, para tahanan pun bekerja pada industri Jerman yang berhubungan dengan pabrik senjata, penempaan besi dan tambang-tambang. Auschwitz III Monowitz ini juga merupakan kamp kerja terbesar yang beroperasi pada Mei 1942. Kamp ini terhubung dengan pabrik karet sintesis dan bahan bakar cair Buna-Werke milik IG Farben.

Pada 7 Oktober 1944, para tahanan Kaum Yahudi melakukan pemberontakan kepada Nazi. Sebagian bangunan hancur karena para tahanan perempuan menyeludupkan bahan peledak. Upaya untuk melarikan diri tidak terelakan, dan akibatnya, 250 tahanan terbunuh.

Hingga pada akhirnya saat Jerman mulai terdesak, pada 17 Januari 1945 para personel Nazi mulai mengevakuasi Auschwitz. Namun sebelumnya pada November 1944, tentara Jerman meledakkan bangunan tersebut guna menutupi kejahatan Nazi dari tentara Soviet yang sedang maju. Para tahanan berbaris lalu berjalan menuju ke barat yang disebut barisan ke barat (Barisan maut). Sebanyak 7500 tahanan dibebaskan oleh satuan Infantri ke-322 dari Tentara Merah (Tentara Uni Soviet) pada 27 Januari 1945.

Dalam bangunan Auschwitz III, menjadi tempat para pekerja paksa untuk perusahaan Interessen-Gemeninschaft Farbenindustrie (IG Farben). IG Farben sendiri adalah perusahaan industri kimia yang merupakan bekas konglomerasi milik Jerman. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1925 ini, digunakan oleh Nazi untuk memproduksi Zyklon B yang merupakan zat beracun untuk membunuh jutaan Kaum Yahudi dan tawanan perang dalam penggunaan kamar gas.

Kini, beberapa bangunan Auschwitz masih terlihat berdiri kokoh. Pada tahun 1979, kamp ini masuk ke dalam salah satu daftar situs warisan dunia UNESCO. Masuknya Auschwitz sebagai situs warisan karena untuk menghormati para tawanan yang sudah meninggal dan bukti kematian akibat holocaust. Bangunan ini adalah tempat penting untuk dikenang oleh seluruh umat manusia karena agar ingat sisi kemanusiaan dan kepemilikan hak asasi manusia.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

38


JAS MERAH

Riwayat Republik Kecil di Indonesia TEKS DAN FOTO VIGOR M. LOEMATTA

Tugu Cornelis Chastelein yang dibangun oleh YLCC sebagai simbol peringatan kepada Cornelis Chastelein dan titik nol kilometer Kota Depok. Tugu ini berada di halaman Rumah Sakit Harapan, Jalan Pemuda No. 10, Kota Depok.

Pagi itu, suasana tegang selimuti kota. Ratusan orang dari delapan penjuru mata angin datang dengan dendam juga amarah, mereka gedor satu per satu pintu paksa keluar semua penghuni. Dikumpulkan di depan gedung pemerintahan, yang wanita dan anak-anak diikat, yang pria dipaksa masuk ke dalam kereta. 11 Oktober 1945 suasana Depok kian mencekam, ratusan pemuda dari Badan Keamanan Rakyat (BKR), Laskar Banteng Merah, dari unsur agama, kiri, nasionalis, serta warga sekitar Depok, datang ke kota itu. Tujuan mereka satu, untuk menghabisi orang-orang Depok. Komunitas yang mereka anggap sebagai antek-antek Belanda, cemburu sosial yang menumpuk selama puluhan tahun, turut membakar emosi mereka untuk ‘menggedor’. Penyiksaan dan penjarahan terjadi di Kerkstraat, yang menjadi poros kehidupan Kaum Depok. Penduduk

39

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

Depok yang wanita dan anak-anak, dikumpulkan di depan Gemeente Bestuur. Sedang, yang pria dimasukkan ke dalam kereta untuk di bawa ke Penjara Paledang, Bogor. “Waktu itu kita disuruh masuk ke kereta pagi, tapi kereta sendiri berangkat sekitar jam 5 sore. Gerbong yang kita tumpangi itu dipaksa melewati batasnya. Bayangkan, seluruh laki-laki di kota dipaksa masuk ke tiga gerbong. Kalau mau minta air kepada yang di luar, jendela tempat kita ngomong langsung dicolok pake bayonet,” ujar Jozua Dolf Jonathans, seorang saksi


R I WAYAT R E P U B L I K K E C I L D I I N D O N E S I A

hidup dari peristiwa ini, ia berusia 23 tahun ketika itu. *** Jauh sebelum peristiwa itu terjadi, Situasi makin panas, para wanita dan Depok dahulu kala merupakan sebuah anak-anak sudah dimandikan bensin, tanah seluas 1224 hektar yang dimiliki untuk dibakar oleh massa. Namun, oleh seorang mantan pejabat Vereenigdisaat genting datang rombongan de Oostindische Compagnie (VOC) patroli sekutu. Sempat terjadi perde- bernama Cornelis Chastelein. Tanah itu batan antara sekutu dengan para Ia beli untuk membangun sebuah pemuda. “Kalian mau damai tidak? Ini kehidupan masehi yang indah, sesuai bangsa kalian sendiri!,” ucap tentara dengan keyakinan yang dianutnya. sekutu. Pertanyaan tersebut dijawab Demi mewujudkan misinya, Ia membeli teriakan para pemuda, “Merdeka atau budak sebanyak 150 orang yang berasal mati!” dari daerah Timur Indonesia. Pertumpahan darah tak terhindarkan, sebagian pemuda yang telah bersembunyi di atas pohon langsung menembakkan senjata mereka ke arah rombongan sekutu. Terkejut diserang tiba-tiba, rombongan sekutu sempat kalang kabut, tapi langsung menguasai jalannya pertempuran. Bisa ditebak, sekutu memenangkan ronde ini.

28 Juni 1714, saat Chastelein meninggal, 120 orang budak dibebaskan dan diberi dua belas marga yaitu, Jonathans, Sudira, Tholense, Leander, Bacas, Jacobs, Joseph, Laurens, Loen, Samuel, Soedira, dan Zadokh serta diwariskan harta secara rata. Sebelum meninggal ia menulis sebuah testamen yang berbunyi akan membebaskan tiap budaknya dengan syarat mengikuti Wanita dan anak-anak dibebaskan oleh keyakinannya. sekutu, melihat situasi kota yang tidak aman Kaum Depok diungsikan ke Tajur Taklama berselang dari kematiannya, Halang, Bogor. Tawanan yang ada di lahir sebuah republik baru yang Penjara Paledang turut dibebaskan, dikepalai seorang presiden. Hal menyusul keluarga ke pengungsian. tersebut dibuktikan dengan terbitnya Terhitung sejak 1945 hingga 1949, sebuah dokumen dari VOC yang bernaKaum Depok menetap di Bogor, dilind- ma Reglement van het land Depok. ungi oleh pasukan sekutu. Serangan Sebuah dokumen yang mengatur masih kerap terjadi. Selama itu pula, tentang garis besar haluan negara. Depok diduduki oleh para pemuda. Dalam testamen itu juga VOC dilarang Kerkstraat bila di Indonesia-kan menja- mengganggu Kaum Chastelein, mereka di Jalan Gereja, diubah oleh mereka (baca: Kaum Depok) dibiarkan hidup menjadi Jalan Pemuda. Gemeente dengan cara mereka sendiri. Bestuur sebagai gedung pemerintahan dijadikan markas komando. Kaum Depok hidup layaknya orang-orang totok (peranakan asli), Depok kosong bagai kota hantu saat yang saat itu berada di strata sosial Kaum Depok kembali, yang tersisa tertinggi. Mereka memakai baju, hanya bangunan tanpa isi. Perabotan sepatu, makan di atas meja dengan dijarah oleh pemuda, pengukuran sendok garpu dan di sekolahkan setiap tanah pun telah dimulai oleh pemerin- hari di sekolah formal atau seminari. tah. Terdengar isu akan ada penyerahan “Juga, cagar alam pertama ada di kekuasaan kepada pemerintah. Indonesia, dulu luasnya 160 hektar, sekarang menyusut menjadi 6 hektar. 4 Agustus 1952, Presiden Depok Depok pun dahulu ditata bak kota di menyerahkan kekuasaan kepada Eropa,” ucap Ferdy Jonathans selaku Pemerintah Republik Indonesia, di Koordinator Bidang Sejarah dan Seni Gementee Bestuur. Tanah milik Depok Budaya Yayasan Lembaga Cornelis yang diserahkan kepada pemerintah Chastelein. diganti dengan uang, beberapa aset bersejarah tetap dipertahankan. Para pribumi pada zaman penjajahan Selepas, penyerahan didirikan sebuah tentu nasibnya tidak seberuntung organisasi bernama Yayasan Lembaga Kaum Depok. Banyak warga sekitar Cornelis Chastelein, yang bertugas yang bekerja sebagai pembantu bagi mengelola aset dan menjaga sejarah. Kaum Depok, menggarap tanah

mereka. Bila para pribumi bertemu dengan Kaum Depok, mereka memberi salam dan hormat. Kecemburuan sosial yang terjadi selama bertahun-tahun menumpuk. Semua itu ditumpahkan selepas Republik Indonesia merdeka. Dendam yang mereka pendam dicurahkan dengan menyerang Kaum Depok yang dianggap sebagai bagian Belanda. Peristiwa berdarah tersebut dinamakan Gedoran Depok. Kisah di atas diperoleh dari Wenri Wanhar juga diperkuat oleh penuturan dari Ferdy Jonathans dan Jozua Dolf Jonathans selaku keturunan dua belas marga. Wenri merupakan seorang sejarawan dan juga jurnalis yang sempat menulis di Majalah Historia. Selain menulis reportase, ia juga menelurkan buku Gedoran Depok (2011), Pasukan M (2012), Jejak Intel Jepang (2014), dan Semangat Sirnagalih (2014). Kaum Depok yang dianggap sama dengan Belanda, selama perang revolusi kemerdekaan dibenarkan oleh Wenri. Ia mendapatkan pengakuan tersebut dari salah seorang saksi yang merasakan langsung peristiwa Gedoran Depok. Tapi, pengakuan berbeda diungkap oleh Ferdy yang juga salah seorang keturunan marga Depok. Ia mengisahkan pada saat itu mereka tidak memihak pada Belanda. Pasca penyerahan kekuasaan, mereka diberi pilihan untuk bergabung ke republik yang baru lahir, atau menjadi warga negara Belanda. Sebagian besar memilih pergi ke negeri Kincir Angin, hingga hari ini masih banyak Kaum Depok dengan marga masing-masing hidup di Belanda. Namun, Cornelis Josef Jonathas atau kerap disapa Opa Yoti anak dari Johannes Matheis Jonathans selaku presiden terakhir Republik Depok lebih memilih menetap di tanah kelahirannya dan bergabung dengan Indonesia. "Depok adalah tanah air kami, tumpah darah kami, di sini kami dilahirkan, memang haluan telah berubah. Republik baru telah merdeka kami jadi WNI, dan hari ini rasa cinta kami sama kepada Indonesia," ujar Wenri menirukan Opa Yoti.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

40


SUARA F T


Petenis asal Provinsi Jawa Barat, Christian Alvin bertarung ketat dengan DKI Jakarta. Dalam laga ini Alvin berhasil menang dengan skor tiga set 6-0, 4-6, 6-1 saat Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar 2016 di lapangan Tenis Taman Maluku pada Sabtu (24/09/2016). (Fadhila N. Rizky/SM).


LAPORAN KHUSUS

Meretas Jiwa Entrepreneur di Kampus Biru TEKS RIFKA SILMIA S. & AGISTHA V. SAFITRI FOTO SUGIARTO

Tugu gerbang utama Universitas Islam Bandung (Unisba) pada hari Senin (20/21). Unisba masih berada pada tahap Teaching University, menurut Irfan Safrudin selaku Sekretaris Yayasan Unisba.


Berjalan, seorang mahasiswa mendatangi perpustakaan Progam Studi (Prodi) Teknik Industri, di Gedung KHEZ Muttaqien. Namanya Jajang Jamaludin, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) itu hendak mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh universitas. Tidak sekali dua kali seminar tentang enterpreneurship itu dibuat. Praktisi-praktisi kewirausahaan didatangkan untuk membagi pengalamannya. Usut punya usut, ternyata Unisba ingin menjadikan dirinya enterpreneur university. Pencanangan program kampus wirausaha sudah dirintis oleh pihak universitas. Wakil Rektor I Unisba Rakhmat Ceha menjelaskan, hasil survei pada lulusan Unisba menyatakan setengahnya menjadi wirausahawan. Hal tersebut melatarbelakangi mereka untuk mewadahi para mahasiswa yang nantinya bisa saja mengikuti jejak alumni yang menjadi pengusaha. “Lulusan Unisba itu tidak semua menjadi pegawai, sebagian ada yang melanjutkan sekolah dan sebagian ada yg merintis wirausaha. Maka dari itu kita juga memfasilitasi mahasiswa yang mau berwirausaha,� ucapnya. Rakhmat meneruskan penjelasannya, ada beberapa syarat tersendiri untuk peserta program pelatihan kewirausahaan. Bagi yang ingin ikut serta, harus memiliki business plan, agar bisa terlihat keseriusan dari pesertanya. Dalam kegiatan tersebut biasanya praktisi yang datang langsung ke Unisba. Baru setelah itu bergantian, peserta nanti yang akan keluar, melihat langsung ke lapangan. Kembali Rakhmat menambahkan, tidak hanya mendatangkan para pelaku bisnis berpengalaman, usaha memasukan mata kuliah kewirausahaan ke beberapa fakultas pun dilakukan. Fakultas Dakwah, Tarbiyah, dan Ilmu Komunikasi adalah tiga di antara 10 fakultas yang dijejali mata kuliah kewirausahaan. Sedangkan pada Program Studi Teknik Industri, diadakan program pengenalan kewirausahaan di luar jam perkuliahan formal. Dosen dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Yuhka Sundaya pun menanggapi. Pengadaan mata kuliah kewirausahaan itu hanya 20 persen, karena kewirausahaan itu tidak bisa diukur dengan akademik melainkan dari sistem dan kultur. Baginya, pengusaha itu harus menjadi seorang yang mujtahid dan pemikir ulet. Semua itu tidak bisa didapat

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

44


LAPORAN KHUSUS

hanya dari perkuliahan saja, tapi sistem di luar itu harus turut mendukung. “Contohnya saja Bob Sadino, memangnya dia teredukasi? Edukasinya informal. Tapi informalnya itu yang kita pancing. Dengan apa? Dengan infrastruktur,” tandas Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini (FEB).

dengan enterpreneurship yang merupakan muatan lokal yang disisipkan dalam program studi.

“Tolong dibedakan antara entrepreneurship dengan entrepreneur university. Kalau entrepreneur university itu yang diasahnya sikap mental, dan daya juang. Jadi sebenarnya jadi apapun nanti, daya Ia cukup optimis jika Unisba akan menjadi juangnya bagaimana, dia tetap berwaenterpreneur university. Hal tersebut wasan entrepreneur. Lain lagi dengan lantaran melihat para alumni banyak yang entrepreneurship itu aksi di lapangan. menjadi pengusaha, mereka bisa mewa- Misalnya membekali mahasiswanya riskan kemampuan berbisnisnya. Bagi dengan kewirausahaan, itu sesuai prodinya Yuhka, hal itu adalah cita-cita yang harus masing-masing,” ujar mantan Dekan dikejar Unisba. Ia mengatakan, jika Fakultas Syariah ini. kampus perjuangan ini didirikan pada tahun 1958 dengan panji-panji Mujahid, Unisba sendiri memiliki poin 3M yang Mujtahid, dan Mujaddid (3M) yang sudah mendasari entrepreneur, bentuk nyatanya ada, artinya nilai-nilai entrepreneurship dengan menerapkan sistem berbasis itu bukan sesuatu yang baru bagi Unisba. teknologi, semisal pendaftaran mahasiswa Tinggal memikirkan bagaimana membuat baru via dunia maya, lanjut Asep. Tidak mahasiswa menjadi enterpreneur yang semata dilihat dari melakukan bisnis melambangkan tiga panji tersebut. nyata, tapi sikap mental dan nilai daya juang yang dimiliki. Menurutnya itulah Begitulah keinginan-keinginan dari univer- yang disebut enterpreneur university, sitas dalam mencetak alumni kampus biru sebuah sikap mental untuk tetap maju dan yang mampu berwirausaha. Sedikit demi memikirkan lembaga agar tetap hidup sedikit membuat rencana demi memberi sembari terus mengupayakan pelayanan bekal kepada para wisudawan nanti agar kepada mahasiswa. setidaknya mereka bisa mandiri dalam bekerja. Namun, sejatinya pengertian dari “Nah sekarang kemana arah hidupnya enterpreneur university bukanlah masalah organisasi kita? Misalnya, kita ingin program pencetakan alumni agar menjadi terkemuka di tataran ASEAN, berarti variapengusaha, melainkan sebuah sistem belnya harus kita cari. Kalau di ASEAN ‘kemandirian’ pada sebuah universitas. tatarannya, berarti mahasiswa kita nanti tidak lagi lokal dong. Jadi kita mulai Bagi Unisba, Perjalanan (masih) Panjang menerima mahasiswa dari luar dan harus Menjadi Entrepreneur University siap dengan fasilitasnya. Entrepreneur tuh gitu loh,” tandasnya. Ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (21/10), Wakil Rektor III Unisba Asep Sedangkan menurut Sekretaris Yayasan Ramdan Hidayat menjelaskan entrepre- Unisba Irfan Safrudin, sebuah gagasan dari neur university merupakan sebuah gagasan semua lembaga itu merupakan enterpreyang mengharuskan lembaga dikelola neur university. Setiap lembaga itu butuh berdasarkan pemahaman enterpreneur. wawasan entrepreneur untuk menghidupi Hal tersebut memiliki tujuan untuk meng- lembaga itu sendiri, bukan hanya berpikir hidupi lembaga itu sendiri, dengan pema- bahwa entrepreneur university itu kita haman kewirausahaan tadi. Berbeda menghasilkan lulusan yang mahir dibidang kewirausahaannya. “Unisba sendiri saya yakin sudah menuju kearah sana,” ujarnya.

45

Suaramahasiswa.info | Januari 2017


M E R E TA S J I WA E N T E R P R E N E U R D I K A M P U S B I R U

“

Entrepreneurship itu aksi di lapangan. Misalnya membekali mahasiswanya dengan kewirausahaan, itu sesuai prodinya masing-masing,� ujar mantan Dekan Fakultas Syariah ini.

Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1

Agar lebih jelas, berikut penjelasan dari pengamat pendidikan Asep Kadarohman perihal enterpreneur university. Ia menjelaskan, jika berbicara tentang hal tersebut, sebenarnya itu adalah sebuah tahapan pada universitas. Tahap pertama adalah teaching, kemudian research, lalu yang paling tinggi entrepreneur. Tiga tahapan itu pun saling berkaitan dan menjadi sebuah siklus yang berputar.

perbandingannya dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sudah menjadi kampus research.

Kembali kepada pandangan Irfan, Unisba sendiri menurutnya ada pada tahapan teaching, melihat dari apa yang direncanakan oleh Warek I mengenai penyelipan mata kuliah kewirausahaan. Untuk mencapai tahapan research, dia rasa Unisba masih cukup jauh, dilihat dari

Universitas menjadi lembaga tertinggi dalam dunia pendidikan. Lulusannya adalah pemegang nasib suatu bangsa di masa depan. Tak pelak, para penggerak perguruan tinggi ingin membuat sistem yang terbaik, demi mewujudkan kemajuan yang nyata.

“Tapi itu bisa ditanyakan kepihak rektorat atau dosen yang memang ahli dalam bidang ekonomi atau otonomi perguruan tinggi ya. Hanya sepengetahuan saya, Unisba sedang berada di posisi teaching,� tandasnya.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

46


LAPORAN KHUSUS

Menyibak Makna Enterpreneur University

TEKS SALMA NISRINA N.F. & SUGIARTO FOTO SUGIARTO

Tugu gerbang utama Institut Teknologi Bandung (ITB), pada hari Senin (20/21). Menurut Abdul Hakim Halim, ITB merupakan salah satu kampus yang telah mencapai tahapan enterpreneur university (20/21/2016).


MENYIBAK MAKNA ENTERPRENEUR UNIVERSITY FOTO OLEH: N. ISTIHSAN Mari memahami enterpreneur university sepenuhnya. Beberapa tahapan setidaknya harus dilewati oleh universitas yang ingin menasbihkan diri sebagai enterpreneur universitiy. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, tahapan tersebut di antaranya: teaching university, research university dan enterpreneur university. Pembantu Rektor I Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Asep Kadarohman pun mengiyakannya; untuk mencapai enterpreneur university harus melewati tiga tahapan tersebut.

Menurut Asep, ketiga tahapan itu memiliki pengaruh satu sama lainnya. Lebih lanjut Asep menjelaskan, tahapan pertama adalah teaching university yang berarti pembelajaran yang diajarkan setiap dosen di universitas tersebut. Pengajaran itu tidak sembarangan, karena untuk mengajarkan sebuah ilmu pada tahapan ini dosen harus meneliti sesuatu agar menghasilkan temuan. Untuk beberapa kampus yang sudah memiliki kemampuan pembelajaran yang didukung dengan riset, berarti dari tahapan pertama sudah dilalui. Tahap ini memberikan pembelajaran yang baik di suatu Perguruan Tinggi (PT). “Saat menelitikan keluar ilmu dan temuan baru jadi saat mengajar akan lebih kontekstual luas bermakna,” ujar Asep yang juga seorang pengamat pendidikan. Setelah tahapan pertama dilalui, kemudian masuk tahapan kedua yaitu research university; yang berarti sebuah kampus tidak hanya sekedar memberikan pelajaran kepada mahasiswanya saja. Menurut Asep, pada tahap ini diajarkan terkait

pengabdiankepada masyarakat. Sesuai tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. “Jadi dari riset ada pengabdian, kalau pengabdian lebih ke sosial. Dari riset yang banyak menghasilkan produk bagus, tadi itu maka dia bisa bikin paten,” lanjutnya. Setelah kedua tahapan tersebut dapat dicapai oleh universitas, kampus tersebut dapat langsung naik pada tahapan terakhir yaitu enterpreneur university. Tahap terakhir ini merupakan gabungan dari dua tahapan sebelumnya. Asep mengatakan entrepreneur university bukanlah menghasilkan lulusan seorang entrepreneur, namun hal itu masih berhubungan dengan pembelajaran yang dikembangkan menjadi riset. Sehingga, hasil dari riset tersebut dapat digunakan oleh sebuah universitas sampai bisa menghasilkan sekolah gratis untuk mahasiswanya. “Kampus itu bisa sustainable, artinya dia sudah riset dan uang yang dihasilkan bisa digunakan dalam membiayai dia sendiri untuk meningkat-

kan keilmuannya dengan riset yang lebih mendalam,” tutur Warek yang membidangi bidang akademik dan kemahasiswaan ini. Namun menurut Asep, kampus di Indonesia belum secara keseluruhan melewati tahapan-tahapan tersebut. Ia mengatakan, beberapa perguruan tinggi mapan sudah mengarah ke research university, tapi ia paham bahwa tidak mudah jadi research university. Hal tersebut karena butuh biaya untuk melakukan riset, sehingga dirasa sulit untuk mengarah kesana. Ia menambahkan, ketika sebuah perguruan tinggi memiliki lulusan-lulusan pengusaha itu karena platform dari universitas itu sendiri. Setiap universtias atau perguruan tinggi memiliki platform tersendiri untuk menghasilkan setiap lulusannya. “UPI misalnya jati dirinya itu menghasilkan calon-calon guru yang profesional. Nah dalam hal itu bukan berarti mencetak pendidik, bisa ilmuwan, tapi kita punya platform. Kalau dia punya

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

48


LAPORAN KHUSUS

hanya mengajar saja. Semua produk yang kita gunakan, tidak ada satupun hasil penelitian dari para peneliti di Indonesia yang digunakan secara Koordinator Perguruan Tinggi komersil,” tegas Abdul, yang Swasta Wilayah IV, Abdul Hakim merengkuh gelar doktor di Halim menuturkan hal yang Jepang ini. sama mengenai tiga tahapan tersebut. Namun ia menambah- Ketika ditanyai perihal kampus kan ada lima tahap siklus di mana di Indonesia yang sudah dalam enterpreneur university ‘menggenapkan diri’ menjadi yang disebut knowledge cycle. enterpreneur university, Abdul Lima tahap itu siklusnya yakni mengaku, Institut Teknologi creations, sharing, patent, Bandung (ITB) sudah mengklaim prototyping, commercial. sebagai enterpreneur universiAbdul manambahkan, siklus ty. “ITB telah mengakui bahwa tersebut berkesinambungan mereka telah mencapai tahadengan tiga tahapan enterpre- pan tersebut, tapi menurut saya belum terasa nyata. Kalau neur university. dalam bidang farmasi mungkin “Enterpreneur university ada yakni obat jetlag dan merupakan universitas yang beberapa obat lainnya. Namun telah mencapai lima tahapan, masyarakat sendiri belum mendi sisi lain orang hanya melaku- getahui betul akan hal tersekan penelitian tidak banyak dan but,” terangnya. meneliti hanya sampai tahap publikasi. Kebanyakan dosen fokus pengusaha ya arahnya pasti kesana tapi bukan berarti dia entrepreneur university,” tandasnya.

Suasana sekolah Farmasi di Institut Teknologi Bandung, pada hari Senin (20/21/2016). Sekolah Farmasi merupakan cikal bakal dari tercapainya enterpreneur university bagi ITB. Jurusan ini memproduksi obat yang telah dipasarkan secara umum.

Ia pun menambahkan, untuk mencapai tahap enterpreneur university, universitas harus memiliki rencana unit pengembangan agar memiliki target kapan mencapai tahapan enterpreneur university tersebut. “Jika dipersentasikan, misal lima puluh persen meneliti lima puluh persen mengajar. Setidaknya penelitian tersebut di komersilkan sehingga mencapai tahapan tersebut,” pungkasnya yang juga sebagai Guru Besar Fakultas Teknik Industri di ITB. Dan menurutnya lagi, jika melihat kiprah Unisba dan di mana posisi Unisba kini, Abdul melihat kampus biru cukup produktif dalam hal penelitian. Namun ia tidak mengetahui apakah Unisba sudah melakukan langkah untuk ke tahapan selanjutnya atau fokus terhadap penelitian saja.


WAWANCARA EKSKLUSIF

Prof. Dr. Abdul Hakim Halim

Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IV Pers Suara Mahasiswa, melakukan wawancara eksklusif dengan Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah IV, pada Koordinatornya yakni Abdul Hakim Halim. Wawancara tersebut, dilakukan untuk menanyakan perihal Entrepreneur Universitiy. Bertempat di kantor Kopertis Jl. P. H. H. Mustofa No. 38 Bandung pada 22 November 2016.

Apa entrepreneur university itu? Bagaimana peranan Kopertis penelitian tertentu kepada pemerintah terhadap tercapainya tahapan lalu tergantung pemerintah akan Perguruan tinggi mempunyai tahapan, entrepreneur university oleh menerimanya atau tidak. tahapan awalnya yakni teaching perguruan tinggi? university. Tahapan tersebut merupaDi Indonesia perguruan tinggi kan tahapan yang menitikberatkan Semuanya tergantung terhadap pergu- negeri atau swasta mana yang terhadap pengajaran saja kepada ruan tinggi tersebut, Kopertis hanya telah mencapai tahapan entremahasiswanya. Lalu tahapan selanjutmenjaga agar perguruan tinggi preneur university?

nya, yaitu research university, dengan tanggung jawabnya mengajar terhadap mahasiswa, dosen pun melakukan penelitian atau research terhadap sesuatu hal. Pada tahapan terakhir atau tahapan tertinggi, yaitu entrepreneur university, perguruan tinggi yang dapat memanfaatkan hasil penelitiannya, lalu di operasionalkan terhadap produk yang digunakan oleh masyarakat. Setelah diteliti, lalu penelitian tersebut dipublikasikan melalui jurnal, lalu di komersialisasikan sehingga penelitian tersebut punya nilai ekonomis.

Dalam siklus pengetahuan atau knowledge cycle. Tahapan awalnya yaitu creation, dilakukannya penelitian terhadap sesuatu hal. Tahapan kedua sharing, penelitian tersebut diajarkan kepada orang lain, diseminarkan, dan dipublikasikan. Tahapan ketiga yaitu pattern, penelitian yang telah di publikasikan lalu dipatenkan unsur-unsur penelitiannya. Tahapan keempat prototyping, mencoba hasil penelitan tersebut diterapkan dalam skala laboratoruim. Tahapan terakhir adalah commercial, ialah komersialisasi suatu penelitian atau produk agar dapat digunakan oleh khalayak atau masyarakat. Entrepreneur university merupakan perguruan tinggi yang telah menempuh semua tahapan dalam siklus pengetahuan tersebut.

tersebut tetap pada batas standar Institut Teknologi Bandung (ITB) telah minimum suatu perguruan tinggi. mengakui bahwa mereka telah mencaAda tidak statuta yang mengatur pai tahapan tersebut, tapi menurut mengenai entrepreneur universi- saya belum terasa nyata. Kalau dalam bidang farmasi mungkin ada yakni obat ty? jetlag dan beberapa obat lainnya. Namun masyarakat sendiri belum Seharusnya, setiap perguruan tinggi mengetahui betul akan hal tersebut. mempunyai recana induk pengembangan, hal ini pun seyogianya masuk kepada rencana induk pengembangan Apakah tahapan tersebut harus tersebut. Sampai kapan perguruan dilalui dari teaching kemudian tinggi berada pada tahapan teaching research hingga entrepreneur university hingga pada akhirnya university? mencapai tahapan entrepreneur university. Tahapan tersebut merupakan pilihan dari perguruan tinggi tersebut, di mana Apakah Kopertis memiliki data perguruan tinggi akan berperan perguruan tinggi dengan tahapan terhadap pendidikan. Perguruan tinggi tersebut ingin melakukan pengajaran yang telah mereka capai? terus atau teaching university atau ia Kalau dalam segi research, perguruan ingin mencapai entrepreneur universitinggi tersebut memiliki kelas-kelasn- ty. ya. Pemerintah telah membuat kelas-kelasnya; kelas pertama yakni kelas mandiri. Kelas mandiri adalah perguruan tinggi yang diberi kewenangan mau meneliti apa, berapa biayanya dan siapa yang akan menelitinya, lalu nanti untuk biayanya akan diganti oleh pemerintah. Kemudian ada kelas binaan, perguruan tinggi mengajukan

Unisba sendiri telah mencapai tahapan mana? Menurut saya, Unisba telah melakukan penelitian yang banyak. Namun tidak diketahui apakah Unisba melakukan tahapan selanjutnya atau hanya meneliti saja.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

50


TAHAPAN MENUJU ENTREPRENEUR UNIVERSITY Gabungan dari teaching dan research university. Universitas dapat memanfaatkan hasil penelitiannya untuk biaya hidup.

ENTREPRENEUR UNIVERSITY

Sebuah hasil penelitian lalu dioperasionalkan terhadap produk yang digunakan oleh masyarakat.

Hasil penelitian dipublikasikan, lalu dikomersialisasi sehingga penelitian tersebut punya nilai ekonomis. EU bukanlah menghasilkan lulusan seorang entrepreneur. EU berhubungan dengan pembelajaran yang dikembangkan menjadi riset. Lalu hasil riset tersebut dikomersialisasikan kepada masyarakat.

Ada implementasi tridharma perguruan tinggi, yakni mengabdi kepada masyarakat.

RESEARCH UNIVERSITY

Hasil riset yang dihasilkan, (produknya) digunakan untuk mengabdi pada masyarakat.

Menitikberatkan hanya pada pengajaran kepada mahasiswanya. Dosen harus meneliti sesuatu dan menghasilkan temuan.

TEACHING UNIVERSITY

Kampus yang memiliki kemampuan pembelajaran yang didukung dengan riset. *Unisba berada di teaching university



SUARA F T


Peserta sepatu roda asal Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur sedang melakukan pemanasan saat Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar 2016 di Lapangan Saparua pada Sabtu (24/09/2016). (Fadhila N. Rizky/SM).


SOSOK

Gerilya Gadis, Tembus Lumpur Kebodohan TEKS RESSY RIZKI U. FOTO DOK.PRIBADI Sosoknya tidak dikenal pada banyak media, aksi yang dilakukan hanya serasa gelitik dari sudut kota. Aktif di jalur edukasi adalah jalan yang ia pilih untuk mengubah bangsa. Ibarat jarum ditumpukan jerami, Gadis Prameswari menjadi salah satu anak muda yang mengabdikan hidupnya agar berguna bagi sesama. Siang itu, di depan Rumah Musik Harry Roesli, Suara Mahasiswa menemui dara yang bernama Gadis. Tak lama, wanita yang saat itu menggunakan syal merah melambaikan tangannya dan mempersilahkan masuk, yang diketahui setelahnya jika ia memang Gadis. Kesan hangat terasa saat perempuan berusia 21 tahun ini mulai berkisah tentang kehidupannya. Gadis bercerita, jika ia kini sedang mencintai banyak hal yang berbau pendidikan, contohnya menjadi dosen tamu di School of Bussines Management Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia mengaku, sempat berkeinginan untuk menimba ilmu di ITB namun tidak lolos seleksi. “Lucu sih, sekarang malahan jadi dosen di ITB,” ucapnya. Pada akhirnya, ia memutuskan bersekolah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) dengan jurusan Sastra Prancis. Menurut Gadis, pilihannya saat itu paling mendekati passionnya. Selain menjadi dosen tamu di ITB, dirinya memutuskan untuk berkuliah online. Gadis mengambil bidang Public Health Science di University of The People yang merupakan ‘anak’ dari University of California: Berkeley. Setiap minggunya, ia mempelajari materi kuliah yang selalu di akhiri dengan tugas. Studinya ini, dilatarbelakangi oleh rasa keingintahuan mengenai bagaimana manusia bisa berpikir secara maksimal dengan badan yang sehat.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017 55 53 | Suaramahasiswa.info | Maret 2016


G E R I LYA G A D I S , T E M B U S LU M P U R K E B O D O H A N

“Semua dasar masalah yang dulu mendorong saya melakukan banyak gerakan karena pola pikir manusia-manusia tidak beres. Saya merasa, jika kali ini yang harus saya bereskan bukan lagi mengajak bersepeda atau mempertahankan Babakan Siliwangi. Namun, dengan membereskan pola pikir orang-orang terutama generasi muda yang akan menduduki jabatan perubahan dimasa depan,” paparnya.

"

Kita hanya memiliki jalan dan peran yang berbeda dalam hidup, tidak mungkin semuanya seperti saya. Gadis Prameswari

Turut aktif dalam komunitas Belajar Bareng Bandung (BBB) menjadi salah satu tindakan nyata, yang Gadis lakukan demi meningkatkan taraf pendidikan di Kota Kembang. Melalui komunitas ini, ia bisa membagikan ilmu yang didapat serta bertukar pikiran dengan masyarakat: terutama generasi muda sebagai poros perubahan. “Sebenarnya mereka itu hanya butuh sedikit percikan, agar mau membuat perubahan,” ucapnya. Selain itu, ia juga ingin membuktikan bahwa tak hanya di sekolah mahal dan ternama saja yang bisa mendapatkan pendidikan yang bagus.

hidup, tidak mungkin semuanya seperti saya,” jelasnya sambil tersenyum.

Melihat Gadis dari sudut lain di luar dunia pendidikannya, ia adalah seseorang yang memberi perhatian lebih terhadap kesehatan. Ketika ia merasa dilingkungannya kurang berolahraga, lantas Gadis membuat kelas yoga yang diikuti oleh teman-temannya. Tak hanya itu, ternyata ia juga orang yang memilih bepergian dengan sepeda ke tempat yang terjangkau. “Aku pendukung berat program bersepedah Ridwan Kamil,” ceritanya sambil tertawa.

Sarah pun bercerita kecerdasan lain dari Gadis yang pernah memberi materi untuk para dokter. Materinya pun berisi tentang tradisi perawatan kesehatan kuno, yang telah dipraktikkan di India selama 5000 tahun. Sebagai teman terdekat Gadis, Sarah menyimpulkan jika temannya ini merupakan sosok yang struggle dalam menghadapi hidupnya.

Hobi bersepedanya ini ternyata sudah ada sejak dulu. Ternyata hobinya ini membuat Gadis mendapatkan Ashoka Award Young Change Maker. Karena sewaktu ia duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sempat membuat gerakan bersepeda. “Kita hanya memiliki jalan dan peran yang berbeda dalam

Meski banyak kegiatan, tak membuat perempuan berwajah oriental itu lupa akan orang-orang sekitarnya. Sarah Soeprapto, salah satu temannya, menggambarkan sosok Gadis sebagai orang yang cakap dalam berbagai hal tapi selalu siap membantu orang lain. “Gue enggak ngerti dia itu cuma temen, tapi dia bisa segitu effortnya sama gue,” ucap perempuan berambut pendek itu.

Hal ini dibuktikan saat Gadis menceritakan kisahnya di bangku SMA. Saat itu, kedua orang tuanya harus berpisah sehingga ia kesulitan dalam finansial. Kala itu ia pun sedang sibuk dengan gerakan penyelamatan Babakan Siliwangi disaat kondisi keluarga dan finansial yang tidak baik. “Aku memutuskan bekerja untuk memenuhi hajat hidup sendiri, tapi aku enggak pernah menyalahkan siapapun dengan apa yang terjadi pada hidupku saat itu,” ceritanya.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

56


PERJALANAN

Jelajahi Keunikan Rupa Masjid, yang Terhampar di Bumi Pasundan TEKS & FOTO FADHILA N. RIZKY

Masjid Quba memang masjid pertama. Tapi Islam tidak hanya di Madinah. Waktu melesat bak peluru, masjid bersemi layaknya jamur dengan keistimewaannya, di mana pun muslim menghamba pada-Nya. Bandung Raya mempunyai berbagai macam masjid dengan arsitektur yang megah nan unik. Seperti masjid bergaya Tionghoa hingga menyerupai kapal. Menjawab rasa penasaran bagaimana rupa bangunannya, dalam waktu dua hari Suara Mahasiswa pun menjajaki masjid-masjid tersebut.

Seorang warga tengah memasuki masjid Lautze 2 Bandung untuk menunaikan ibadah salat dzuhur pada Kamis (08/09/2016).

Suaramahasiswa.info | Januari 2017 57 53 | Suaramahasiswa.info | Maret 2016


J E L A J A H I K E U N I K A N R U PA M A S J I D , YA N G T E R H A M PA R D I B U M I PA S U N D A N

Masjid Lautze 2 Bandung Terik matahari menyambut ketika kaki hendak melangkah untuk berpetualang menelusuri bangunan masjid. Menggunakan kendaraan roda dua perjalanan pun dimulai. Memasuki Jalan Tamblong, Suara Mahasiswa melihat bangunan masjid yang kokoh berdiri dengan perpaduan cat warna merah dan kuning. Bernama Masjid Lautze 2 Bandung, keadaan masjid itu sangat unik, karena sangat kental dengan khas oriental Tionghoa dan didasari dekorasi yang menyerupai bentuk Klenteng. Ketika mulai menginjakan kaki ke dalam masjid, Suara Mahasiswa langsung disambut oleh Jessyln Reyner yang merupakan Hubungan Masyarakat (Humas) dari masjid ini. Dirinya mengatakan, masjid ini dibangun agar etnis Tionghoa dapat terfasilitasi dalam mempelajari agama Islam. “Dengan didiri-

kannya Masjid Lautze, yang notabene bangunannya berciri khaskan arsitektur Tionghoa, diharapkan keberadaan Lautze bisa memfasilitasi mereka yang ingin mempelajari Islam lebih dalam, khususnya saudara dari sesama etnis Tionghoa,” ungkap wanita berkacamata tersebut. Sebelum Masjid Lautze 2 Bandung, terlebih dahulu di Jakarta didirikan Masjid Lautze 1 pada tahun 1991. Masjid tersebut berdiri berkat sentuhan tangan seorang muslim keturunan Tionghoa yang juga arsitek, Haji Ali Karim melalui Yayasan Haji Karim Oei (YHKO). Sejak berdiri tahun 1997, Masjid Lautze 2 mengalami beberapa renovasi. Yang dikerjakan oleh lulusan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Umar WiIdagdo. Masjid didesain dengan arsitektur khas Tionghoa di beberapa titik pada tahun 2004 dan 2007 dengan

alasan ingin membuat etnis Tionghoa merasa nyaman. Banyak kegiatan yang biasa dilakukan di Masjid Lautze 2 Bandung, salah satunya pendampingan mualaf. Menurut Jesslyn, banyak dari etnis Tionghoa yang ingin tahu lebih dalam tentang agama Islam, dan kesulitan mencari informasi tentang Islam. Kenyataan ini ditambah adanya perasaan canggung, ketika memasuki masjid untuk sekedar menanyakan atau mencari informasi mengenai Islam. Seorang warga pun menuturkan penilaiannya terhadap masjid ini, Cecep Sholeh mengatakan Masjid Lautze cocok untuk keberagaman warga di Bandung. “Masjid ini bersejarah karena dengan perpaduan khas Tionghoa. Terus bagus pula dalam keberagaman Bandung yang kalau memeluk agama Islam bukan hanya didominasi oleh pribumi tapi bisa juga Tionghoa,” ujar pria yang bekerja di dekat masjid ini.

Masjid Al-Baakhirah Kota Cimahi menjadi destinasi ke dua. Lokasi masjid sendiri berada di kota Cimahi, tepatnya di Jalan Bapak Ampi RT 02/06 Kelurahan Baros Kecamatan Cimahi Tengah. Dari kejauhan, masjid ini sudah memperlihatkan keistimewaanya, yakni bentuknya yang menyerupai kapal laut. Masjid Al-Baakhirah, adalah masjid yang benar-benar membuat Suara Mahasiswa terkagum dibuatnya. Kebetulan, saat itu adalah hari Jumat. Dan seusai menunaikan salat Jumat, Suara Mahasiswa mencoba berbincang dengan salah satu mahasiswa yang ada di sana. Yusuf, mahasiswa ini ternyata juga turut mengagumi Masjid Al-Baakhirah. “Bentuknya yang unik dengan pola ragam kapal itu yang jadi daya tarik pengunjung yang datang,” ujarnya, yang juga sering berkunjung ke masjid ini. Bukan hanya bentuk, namun pada bagian lantai satu masjid, terdapat pula pernak-pernik layaknya kapal laut. Selain itu, terdapat tujuh jam, yang menggambarkan waktu salat. Budi Handono penjaga dari Masjid Al-Baakhirah mengisahkan awal mula berdirinya masjid

Ibu dan kedua anaknya tengah melewati Masjid Al- Baakhirah di Jalan Bapak Ampi, Kelurahan Baros pada Kamis (08/09/2016).

ini. Menurutnya, pembangunan masjid ‘kapal laut’ didanai oleh keluarga Budianto, mantan nakhoda kapal laut yang juga warga Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Selatan. Menurut Budi, masjid ini dibuat atas dasar mengenang cita-cita dari Budianto. “Waktu almarhum masih hidup, beliau punya cita-cita ingin membuat sebuah kenangan dan mengabadikannya untuk kepentingan warga sekitar,” tuturnya, yang juga merupakan adik dari sang nahkoda.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

58


Tidak banyak untuk mengisahkan Masjid Al-Baakhirah, namun masjid yang bisa menampung 100 jamaah ini, kabarnya juga menarik perhatian warga asing untuk setidaknya berkunjung dan beribadah di masjid ini.

Masjid Al-Irsyad Pada hari kedua dengan menggunakan alat trasnportasi Bus, Suara Mahasiswa melanjutkan perjalanan untuk ‘menginvasi’ masjid yang ada di Bandung Raya. Perjalanan selanjutnya adalah Kota Baru Parahyangan, yang nyatanya menjadi tempat masjid unik berbentuk kubus; yap, Masjid Al-Irsyad. Di awal kehadiranya, masjid ini cukup menyedot perhatian khalayak luas, karena rupa masjid yang tidak biasa. Untuk bisa memasuki masjid, Suara Mahasiwa harus melewati keamanan masjid, proses ini dilakukan karena kami akan mengambil gambar masjid. Sesudah mendapat izin, akhirnya Suara Mahasiswa bisa menikmati masjid ini. Warga Bandung tentu sudah mengetahui jika masjid ini di bangun oleh sang Walikota Bandung, yakni Ridwan Kamil. Sudah dijelaskan di awal, bangunan ini memiliki keunikan tersendiri, seperti yang diungkapkan oleh sekertaris Masjid Al-Irsyad, Ida Rusmawati. Ia menjelaskan, jika masjid ini dibangun pada 27 Agustus 2010, serta mempunyai ke-khasan dari bentuknya. “Masjid Al-Irsyad memiliki ragam keunikan, seperti bentuknya kubus, dan adanya celah di sisi pinggir tiap masjid serta lafadz Allah,” jelasnya.

Jemaah warga tengah melaksanakan ibadah salat dzuhur bersama di Kota Baru Parahyangan, Bandung Raya di Masjid Al-Irsyad pada Sabtu (10/09/2016).

akan terasa lapang. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang atapnya. Kehebantan masjid ini juga adalah pada celah-celah angin pada empat sisi dinding masjid berbentuk segi empat, menjadi sirkulasi udara utama pada masjid. Jadi, meskipun tidak mempunyai pendingin ruangan, Al-Irsyad akan tetap terasa sejuk. Ida kembali menjelaskan, keunikan lainnya adalah berasal dari bentuk mihrab. Tempat ini dirancang sebagai tempat menghadap Allah, dengan konsep "Keindahan Alam dan Kebesaran Allah." Keadaan mihrab terbuka langsung menghadap gunung dan langit tanpa adanya batasan berupa dinding apa pun di bagian kiblat masjid ini. "Bagian imam ini sengaja tanpa dinding. Artinya menggambarkan bahwa setiap makhluk yang salat dia akan menghadap Allah," ungkapnya.

Suara Mahasiswa mulai memasuki kedalam masjid. Tidak seperti masjid lainnya, Al-Irsyad tidak mempunyai kubah, dan dari dalam pun masjid ini dominan berbentuk kubus. Suasana sejuk terasa kentara ketika berada di dalam masjid, karena dibantu hamparan batu bata yang mengelilingi masjid ditambah adanya sela lubang-lubang pada bangunan. Keistimewaan lain adalah dari tampilan interior masjid yang dipasang 99 buah lampu, sebagai simbol 99 nama Allah atau (Asmaul Husna).

Masjid Al-Irsyad memang memiliki arsitektur memukau. Seperti yang dirasakan Hari Hidayat, warga sekitar yang merasa kagum pada masjid tanpa kubah ini. Menurutnya, ketika menghadap ke kiblat, pengunjung dapat merasakan suasana salat lebih tenteram. “Ketika menghadap kearah kiblat yang terlihat suasana alam bebas membuat suasana semakin sejuk dalam beribadah, jadinya betah dan sering berkali-kali mengunjungi masjid ini,” ujarnya.

Masjid yang mampu menampung sekitar 1.500 jemaah ini tidak memiliki tiang atau pilar di tengah ruangan untuk menopang atap, sehingga

Maka pantas, jika masjid ini menyabet penghargaan sebagai 5 besar Building of The Year, pada tahun 2010 silam.

59

Suaramahasiswa.info | Januari 2017


J E L A J A H I K E U N I K A N R U PA M A S J I D , YA N G T E R H A M PA R D I B U M I PA S U N D A N

Masjid Raya Bandung Kali ini, masjid terakhir yang akan Suara Mahasiswa kunjungi berada di jantung kota Bandung. Tepatnya berlokasi di Jalan Asia Afrika dan masjid ini berdekatan sekali dengan pusat keramaian, karena satu kompleks dengan Alun-Alun Bandung. Masjid Raya Bandung adalah nama masjid ini. Kepadatan pengunjung saat itu, menjadi titik mula Suara Mahasiwa untuk mengetahui kesan pertama pengunjung terhadap Masjid Raya Bandung. Holil, seorang guru yang sedang berada di masjid mengaku, masjid ini bersih dan nyaman. “Kesannya karena dekat dengan alun-alun dan terkenal jadi ramai untuk pengunjungnya dari berbagai kota. Saya juga merasa nyaman, di dalamnya bersih dan tidak merasa terganggu,” ujarnya. Dari kejauhan, masjid ini akan memperlihatkan dua pondasi menara kembar menjulang menunjuk langit, bergaya arab dan berpadu dengan gaya sunda yang menjadi ciri khasnya. Memasuki dalam masjid, suasana megah akan terlihat, dengan tiang penyangga dan luas bangunan yang

mencapai 8.575 M serta keseluruhan ruang 23.448 M ini. Memiliki dua lantai, Masjid Raya Agung bukan hanya digunakan sebagai sarana beribadah, di sini juga terdapat kegiatan rutin yang selalu digelar oleh pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) maupun kegiatan komunitas kaum muslim di Kota Bandung. Yang istimewa dari masjid ini adalah menaranya. Maka Suara Mahasiswa mencoba untuk menaiki menara Masjid Raya yang berlantai 19 ini. Dengan merogoh kocek lima ribu rupiah, pengunjung dapat menikmati pemandangan Bandung dan sekitarnya secara luas. Setelah puas dengan melihat pemandangan kota Bandung, Suara Mahasiswa tak lupa untuk berjumpa dengan Aos Sutisna selaku sekretaris DKM Masjid Raya Bandung. Ia mengisahkan, hal yang membuat unik masjid dan telah menjadi pusat perhatian adalah dibangunnya menara kembar menjulang setinggi 81 meter. “Yang menariknya mungkin dua menara kembar karena kalau dihitung pondasi tingginya 99 meter sebagai cerminan nama-nama Allah,” terangnya. Sejumlah warga sedang berekreasi bersama keluarganya di Masjid Raya Bandung pada Sabtu (10/09/2016)

*** Pengalaman berharga tentu saya dapatkan ketika bisa mengunjungi rumah Allah yang terletak di Bandung Raya. Keragaman, keunikan adalah cerminan betapa hebatnya Sang Khaliq yang menurunkankan karunia berupa kreativitas dan ide pada makhluknya untuk mencurakannya pada masjid. Nabi Muhammad pernah bersabda, yang artinya: “Barangsiapa berangkat ke masjid untuk berjamaah, maka satu langkah menghapus keburukan dan satu langkah ditulis kebaikan untuknya pulang-pergi.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

60


MUSIK

Kesederhanaan Tetangga Pak Gesang yang Apa Adanya TEKS WULAN YULIANTI FOTO NET

Kota Bandung memiliki berbagai macam julukan, mulai dari kota kembang, Paris van Java, kota belanja hingga kota musik. Tak hanya itu, Bandung juga banyak melahirkan musisi seperti Pure Saturday, Burgerkill, Koil, Coklat, HMGNC, Polyester Embassy, dan Tcukimay. Melihat besarnya potensi musisi di Bandung, wajar saja bila Ridwan Kamil pada tahun 2013 lalu, ingin memberdayakan para musisi di kotanya sekaligus menjadikan Bandung sebagai kota musik kembali. Setidaknya pada September tahun lalu Kasie Kesenian Disbudpar Kota Bandung, Rendra Karjawan, mencatat ada 200 band yang terdiri dari berbagai genre musik. Menjamurnya para musisi di Bandung, memunculkan beragam gendre musik yang unik. Salah satunya Tetangga Pak Gesang. Sebuah duo musisi sederhana, yang berisikan

61

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

Arum Tresnaningtyas Dayuputri (vokal & ukulele) dan Meicy Sitorus (vokal & kazoo) Grup yang terbentuk di Kineruku Bandung pada 2 Maret 2013 itu, sudah memilik lagu sendiri seperti Tetanggaku Pergi ke Luar Kota, Motor Tua, dan Berlibur Bersama Keluarga. Tak jarang, mereka mengcover tembang-tembang lawas. Bunga Anggrek ciptaan Ismail Marzuki, Jembatan merah karya Gesang, berdayung karya Ibu Sud sering mereka tembangkan dengan apik. Selain menghidupkan kembali lagu-lagu lawas, Tetangga Pak Gesang pun fokus terhadap minimnya lagu anak-anak. Hal inilah yang mengantarkan mereka ke Bali dan Wakatobi, untuk bernyanyi dan membuat lagu bersama anak-anak di sana. Simak yuk obrolan tim Suara Mahasiswa bersama Arum Tresnaningtyas Dayuputri dari Tetangga Pak Gesang:


K E S E D E R H A N A A N T E TA N G G A PA K G E S A N G YA N G A PA A D A N YA

1. Terinspirasi dari mana nama Tetangga Pak Gesang ini?

4. Kenapa sih Tetangga Pak Gesang lebih memilih menggunakan Ukulele dan Kazoo?

Nama ini diambil karena rumah saya pas di Solo, tetanggaan sama Pak Gesang yang ciptain Bengawan Solo. Jadi, saya dan Meicy tuh sudah lama berteman, tapi baru tahu dia bisa nyanyi tahun 2013-an. Ya sudah kita bikin duo ini karena hobi saja bukan untuk uang, terkenal, atau biar bisa diundang sana-sini. Jadi kita emang bener enggak sengaja terbentuk, namanya saja dikasih dari orang (baca: Budi Warsito, pemilik Kineruku).

Gampang digunain soalnya. Pas 2013 saya ngeliat di youtube ada yang main ukulele, saya tertarik untuk punya ukulele. Saya cari-cari sampai akhirnya saya nemu di tempat yang jualnya bareng alat olahraga gitu, harganya masih dua ratus ribuan lah. Akhirnya saya ajak Meicy untuk dateng ke kostan saya “Mes kekostan sini, aku punya ukulele nih.� Dari ukulele ini saya banyak ciptain lagu justru karena ukulele cukup mudah dibanding gitar. Kazoo sendiri karena mudah untuk dimainnya jadi tinggal ditiup gitu kaya bersenadung.

2. Melihat lagu-lagunya yang sederhana, siapa influence Tetangga Pak Gesang? Genre musik apapun kami suka, jadi kita enggak punya influence dari siapa-siapa. Tapi karena suara kita lebih cocok untuk lagu-lagu jadul tahun 40-60 lah, jadi yah kita. 3. Sekarang Tetangga Pak Gesang lagi sibuk apa nih? Sebenarnya sekarang kita lagi di titik jenuh dan lagi enggak sibuk apa-apa, soalnya kan TGP ini emang cuma buat hobi saja. Kita juga enggak pernah minta di undang buat ke GIGS, kita lebih suka bikin untuk berkunjung ke panti asuhan panti jompo, taman-taman namanya Kunjungan Tetangga.

5. Bagaimana tanggapan Tetangga Pak Gesang mengenai skripsi yang dikerjakan oleh orang lain? Waduh kalau mengenai joki skripsi prihatin juga soalnya kan sudah susah-susah kuliah. Mungkin karena mereka generasi melenial, yang segala sesuatunya selalu ingin serba instan. 6. Rencana Tetangga Pak Gesang di tahun 2017? TPG belum ada rencana apanya sih, tapi kita ingin membereskan album yang sempat tertunda. Kalau lagu kan sudah banyak. Tapi saat akan membuat album kita tidak bisa asal-asalan, butuh proses yang panjang dan membutuhkan kualitas yang bagus juga.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

62


M A H A S I S WA B E R P R E S TA S I

Kisah Emas Sang Atlet Tangguh TEKS DEVI FAJRIATI FOTO DOK. PRIBADI

Memiliki prestasi akademik merupakan dambaan setiap orang yang menempuh pendidikan, termasuk mahasiswa. Selain itu, prestasi non akademik pun menjadi pencapaian tak kalah penting tat kala menempuk strata satu. Hal ini dilakukan oleh salah satu mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba, yaitu Vina Fauziah Utami. Ia merupakan atlet softball yang telah mengikuti beberapa kejuaraan untuk mewakili Jawa Barat. Vina mengaku, softball merupakan bidang olahraga yang ia geluti sejak menginjak Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia pun menceritkan, dengan mengikuti softball merubahnya menjadi seorang yang luar biasa. Vina berkisah, softball merupakan olahraga yang menyenangkan dan sangat ia syukuri, karena lewat hobi ini Vina merasakan nikmat Allah yang sangat hebat. Bukan hanya di tingkat nasional, ia pun pernah mengikuti kejuaran di mancanegara, di antaranya Filipina, Thailand, Korea dan Australia. Menurutnya, dari sanalah ia mendapatkan teman-teman atlet dari berbagai negara. Kegiatan softball diakui Vina bukan melulu tentang mengasah otot, tapi kecerdasan serta mental pun ikut diasah. Oleh karena itu, butuh banyak usaha kerja keras, tekun, sabar dan doa untuk meraih semuanya dengan baik. Baginya dalam hidup harus mencari tantangan baru termasuk mengikuti kejuaraan, baik tingkat nasional maupun internasional. Ia mengakui

63

kegiatan padat terkadang membuatnya sulit membagi waktu antara perkuliahan dan juga berlatih softball. Namun selama ini Vina masih bisa menanganinya. Waktu untuk latihan rutin softball dan kuliah yang saling berdekatan itu justru membuatnya semakin semangat untuk menekuni keduanya. “Aku pribadi sih merasa dua-duanya penting, karena kehidupan seorang atlet ketika sudah pensiun itu berat kalau tidak disertai dengan kuliah, apalagi di negeri kita ini,” ungkapnya. Menurutnya dunia perkuliahan membuat ia melek akan segala ilmu pengetahuan yang didapat. Vina memang terbilang mahasiswi yang memprioritaskan kuliah, akan tetapi tak bisa dipungkiri ketika jadwalnya bentrok membuatnya sulit mengejar perkuliahan. Menjadi seorang atlet membuat nilai akademik di semester enam menurun. Ia mengaku, hal tersebut atas kelalaian dirinya sendiri. “Sebenernya keduanya tidak bisa disalahkan. Intinya aku sadar aja sebagai mahasiswa sepadat apapun kegiatan menjadi seorang atlet, aku harus terus berusaha menjadi seorang mahasiswi yang baik pula,” akunya. Menjadi seorang atlet softball membawa keburuntungan bagi anak pertama dari dua bersaudara ini, pasalnya setelah kedua orang tuanya meninggal ia menjadi tulang punggung keluarga. Selain menjalankan kewajibannya menjadi seorang mahasiswi dan seorang atlet, ia harus membiayai kuliah untuk dirinya sendiri dan adik

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

kandungnya. Menurutnya, ini memang suatu beban, akan tetapi bukan suatu cobaan. Karena, dari kejuaraan softball yang ia ikuti membuahkan prestasi yang gemilang. Menurutnya tanpa adanya softball, mungkin ia tidak akan bisa berkuliah. “Alhamdulillah, selama saya mengikuti kejuaraan softball di dalam atau di luar negeri selalu membuahkan prestasi yang sangat membanggakan bagi diri saya sendiri, yaitu dengan memperoleh medali emas, sehingga saya mampu membiayai kuliah adik saya bahkan kehidupan sehari-hari pun saya tanggung juga.” Iqra Pramudya, yang merupakan adik Vina merasa salut dan bangga memiliki kakak yang begitu berprestasi dalam pekerjaannya menjadi seorang atlet softball. Menurutnya, menjadi seorang atlet itu tidak mudah apalagi berperan serta menjadi mahasiswa yang harus menuntut ilmu. “Kalau dibilang bangga udah pastilah ya, salut pun iya. Karena enggak mudah loh dua tuntutan jalan bersamaan, soalnya banyak sekali atlet yang berstatus mahasiswa rela meninggalkan kuliahnya demi pekerjaan menjadi seorang atlet,” tuturnya. Vina berpesan bahwa semua yang Allah berikan harus disyukuri dan dinikmati. Selain itu harus intropeksi menjadi lebih baik pula dari setiap masalah-masalah yang ada. “Setiap hal yang kita lakukan tentunya akan kembali pada diri kita juga, jadi apapun yang terjadi ya harus menjadi bahan intropeksi diri, dan tak lupa untuk mensyukurinya,” ucapnya.


PUJANGGA

Membantai Melankolia

TEKS HASBI I. HAKIM ILUSTRASI VIGOR M. LOEMATTA


Pujangga

“Aku hanya ingin menakar kepalaku yang butut,” ucapku kepada Teguh Simbolon. “Mungkin, kepalaku hanya dihargai sepiring telur.” Barnabas dan aku, hari itu, sedang memancing ribut. Satu kampung melingkari kami yang sedang bermain bunuh-bunuhan. Beberapa pria berkumis lebat, memasang taruhan tinggi; salah satu dari mereka harus menembak gadis-gadis semok, mencium orang gila, dan memakan rumput yang telah terinjak sepatu lumpur. Sedangkan kami berdua saling bergulat benjang. Satu tangan menepuk kepalanya yang tolol, satu kaki menendang perutnya yang buncit, dan satu tangan mengikat lehernya agar tak bergerak. Kau tahu, aku harus memenangkanpertarungan hidup-mati ini. Melankolia adalah kriminal di dunia bangsat. Aku menggugat Barnabas karena itu: ia hanyalah banci, yang tak tahu rasanya menjadi manusia ‘utuh’. *** Biar kuceritakan dahulu, temanku yang baik. Pada waktu itu, ketika kebenaran dan keadilan runtuh, aku hidup dengan perasaan takut di dada. Musababnya satu: aku adalah manusia melankolis terakhir di dunia. Manusia yang hidup dengan kompas utama, hati nurani dan percaya bahwa hidup adalah lapisan kesedihan yang membahagiakan. Hampir lima tahun yang lalu, Kaum Melankolis dibantai habis oleh kaum-kaum Pemarah dan Tertawa. Konon Kaum Pemarah, dengan segala kedengkiannya, memaksa orang-orang yang sedang bersedih untuk berjalan kaki ke sekolah dengan iming-iming piring cantik. Mereka pun bergegas kesana dan benar tipu daya, sekolah tiba-tiba berubah menjadi dunia orang-orang mati.

65

Aku menyaksikan sendiri bagaimana Kaum Pemarah memuaskan hasrat membunuhnya dengan baik. Sedangkan Kaum Tertawa, menenggak sejumlah arak diiringi lagu dangdut di atas mayat-mayat kami, manusia pemurung. Hingga kini dunia dikuasai oleh kaum tersebut, dan kampungku adalah salah satu bagian “rencana” pembangunan mereka. Dunia sekarang adalah kubik-kubik beton yang membosankan. Tidak ada keindahan, tidak ada seni, bahkan tidak ada ruang oksigen bagi manusia untuk bernafas. Semua orang melampiaskan hasratnya, melalui kemarahan atau tertawaan. Tak heran, amarah dan tawa dijadikan kompas untuk meraih kebahagiaan semu. Mungkin kau bertanya mengapa aku bisa selamat dari peristiwa mengerikan tersebut, sederhana saja: Setelah Bung Besar menjadi diktator di negara ini, ia mewajibkan setiap orang mendeteksi kepribadiannya. Bagi Bung Besar, melankolia adalah sebuah kelemahan esensial dalam sebuah negara, yang harus diberantas. Beruntung Pamanku, seorang petugas deteksi, memanipulasi dataku sehingga aku bisa hidup sampai sekarang. “Sampaikan kepada kampungmu, kelak ketika kau sudah dewasa,” Paman menepuk bahuku yang kecil. “Bahwa dunia membutuhkan manusia-manusia melankolis. Mereka yang mengetahui hitam-putih dunia. Mereka tahu apa yang hilang, mereka tahu apa yang dicuri. Mereka tahu derita dunia, dan tahu bagaimana dunia seharusnya berubah. Mereka tidak pernah tenggelam dalam sejarah.” Setelah itu, aku tidak pernah mendengar kabar Pamanku lagi. ***

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

Seolah menemukan binatang langka, mereka memandangku dengan penuh serapah. Aku terpenjara dalam kurungan sempit yang cukup untuk satu orang. Sejenak kulihat, ada Bung Besar di sana. Tegak mengangkat dagu dan bahunya, melihat sinis padaku yang ringkih, kecil dan tak berdaya. Jika saja aku tidak ceroboh menyimpan catatanku yang direnggut Barnabas, mungkin aku masih hidup tenang seperti biasa. Suatu kehormatan besar bagiku, karena Bung Besar menyaksikan iringan kematianku secara langsung. Mungkin aku adalah orang yang berbahaya baginya. Kau tahu, Barnabas adalah sahabatku sejak kecil. Kami biasa mencari keyeup di got, bermain sepak bola dengan bola tenis, dan mencuri buah bersama. Barnabas amatlah setia kawan. Namun, baru-baru ini aku melihatnya berubah, setelah ia masuk kedalam organisasi Kaum Pemarah. Selang beberapa lama, amarahnya kian bergejolak dan semakin mencurigaiku. Barnabas memang belum pernah kuajak masuk kedalam rumahku yang penuh dengan lukisan ‘kebebasan’. Di sisi lain, pemerintah melarang siapapun untuk menciptakan buku harian –apalagi menciptakan puisi. Aku melanggar seluruh aturan yang ditegakan, karena memang jiwaku sendiri yang berkata bahwa aku harus menjadi diri sendiri. Suatu hari, Barnabas membuntutiku diam-diam. Ia menyaksikanku bagaimana aku berubah menjadi manusia utuh: aku melakukan seruntut ritual Kaum Melankolis, yakni mencintai sesuatu dan menumpahkannya kedalam sebuah karya. Tanpa basa-basi, Barnabas langsung memecahkan kaca jendela dan menyeretku keluar.


M E M B A N TA I M E L A N KO L I A

“Ada melankolis!� teriak Barnabas. “Melankolis terakhir di dunia. Bangsat! Dia tidak akan lolos.� Seketika warga kampung mengerumuni kami yang sedang berkelahi. Setelah hampir menjatuhkan Barnabas, kemudian orang-orang membetotku dengan sadis. Aku tidak ingat kisah seterusnya karena tak sadarkan diri. Tahu-tahu aku terbangun dalam sebuah sel kecil, dipenuhi dengan teriakan penonton yang memadati lapangan perkampungan. Kau tahu, Bahkan ada yang menaiki pohon dan bertengger di atap-atap rumah untuk menyaksikan pemenggalanku, manusia melankolis terakhir di dunia. Aku mendengar bising caci dan maki. Mereka berkata, bahwa dunia haruslah seragam adanya. Mereka berkata bahwa mencapai dunia yang sehat dan ideal, kesedihan murung haruslah dimusnahkan. Mereka berkata bahwa dunia tidak perlu keindahan negatif, tidak perlu kritik-kritik pesimis macam Albert Camus, montase hidup dalam lukisan Van Gogh, irama kepedihan Joy Division.

Pada hari kebangkitan, orang-orang berjalan sempoyongan Mereka menanti sebuah pagi, yang tak kunjung datang adanya Mereka bersedih, dan aku menghampirinya, Hanya manusia-manusia yang dalam, yang tahu kebenaran dalam gelap Hanya manusia-manusia kelam, yang tahu letak cahaya bersinar mesra.

Karena mereka tidak lihai mengambil sebuah peristiwa negatif, menjadi konstruksi positif yang ideal. Mereka hanya ingin dipuji. Mereka hanya ingin mendengar dan melihat apa yang ingin mereka lihat. Sesederhana itu. Pemenggalan akan dilaksanakan pada pukul 9. Teguh Simbolon, seorang jagal yang akan mengeksekusiku pagi ini, meminta padaku sejumput kata-kata sebelum ia menunaikan tugasnya. Aku menolak, kata-kata hanyalah kata-kata, besok terbuang sudah. Bernegosiasi dengan alot, akhirnya Teguh Simbolon berbaik hati menawarkanku sebuah kertas untuk kutulis, dan inilah jadinya:

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

66


ADVERTORIAL

Mr. Daily,

Solusi Nongkrong Mahasiswa di Kampus Biru TEKS MARLINA SARI FOTO AGAM RACHMAWAN & MUTHIA MEILANIE P.J

Kuliah di kampus biru pastinya pernah ngerasain susahnya mencari tempat nongkrong. Entah itu buat mengerjakan tugas atau sekedar nongkrong bareng teman. Lahan yang tidak begitu luas membuat para mahasiswa harus mikir berkali-kali untuk mencari tempat yang nyaman.

67

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

Kali ini Suara Mahasiswa bakal ngasih tahu kedai yang nyaman dan pastinya bisa dijadiin solusi nongkrong ketika nungguin jam perkuliahan. Ialah Mr. Daily, sebuah kedai yang beralamat di Jalan Tamansari No. 16 Bandung, tepatnya di sebrang gerbang utama Unisba. Kedai ini buka setiap hari Senin hingga Sabtu mulai pukul 10.00-21.00 WIB. Kedai yang ada sudah ada sejak bulan Juni tahun ini, dirintis oleh tiga mahasiswa Unisba


M R D A I LY, S O LU S I N O N G K R O N G M A H A S I S WA D I K A M P U S B I R U

Mojito Red Lava Freeze Milk Melon

Roti Panggang Oreo

yaitu Dimas Anaditya, Safiq Firmantoro dan Muhammad Fajar Maulana. Salah satu ownernya Fajar Maulana mengungkapkan, nama Mr. Daily merupakan sebuah kata yang diambil dari ‘Mr’ yang berarti laki-laki dan ‘Daily’ sendiri artinya kesehariaan. Maka, arti secara keseluruhannya yakni keseharian laki-laki. “Saya juga berharap dari nama Mr. Daily bisa jadi makanan dan minuman kalian sehari-hari,” ungkap mahasiswa Fikom 2013 ini. Berlokasi di area yang tak jauh dari kampus, enggak heran bila kedai ini selalu ramai dikunjungi oleh mahasiswa. Pengunjung pun yang notabenenya mahasiswa terlihat sangat nyaman berlama-lama, ditambah dengan alunan musik membuat suasana terasa lebih hangat. Seperti Angga Purnama salah satu pengunjung yang kala itu sedang asyik nongkrong bersama temannya. “Tempatnya nyaman buat nongkrong. Jadi intinya tempat ini mahasiswa banget,” ungkap mahasiswa Unisba tersebut.

menjadi salah satu rasa yang recommended. Tidak hanya itu, Mr. Daily juga menyediakan dessert seperti Bread Cone Coklat, Vanilla, dan Strawberry serta Daily Soup yang pasti nya membuat nongkrong kalian lebih asik. “Daily Soup merupakan menu dessert yang wajib kamu cicipi, karena menu ini hanya ada di Mr. Daily. Di mana paduan susu murni, roti, sereal yang meyatu,” tutur Dimas Anaditya, juga salah seorang dari owner Mr. Daily. Range harga yang ditawarkan di kedai ini juga cocok dengan kantong mahasiswa, yaitu mulai dari Rp 9.000 sampai Rp 15.000. Harganya mahasiswa banget bukan? Penasaran akan kedai ini? Untuk membunuh rasa penasaran, sebelumnya kalian bisa berkunjung pada akun media sosialnya, di sana ada sejumlah menu andalan yang tersaji cantik, di instagramnya @misterdaily. Dan selanjutnya, mari berkunjung dan manjakan perutmu dengan sajian Mr. Daily!

Jl. Tamansari No.16

Berbagai menu di kedai ini ditawarkan untuk memanjakan para pengunjung seperti Freez Milk dengan berbagai varian rasa. Serta Mojito yang tak kalah segar, dengan menu andalannya Freez Milk Melon dan Mojito Red Lava. Roti panggang manis dan asin pun diasajikan dengan berbagai topping, oreo

10.00-21.00 @misterdaily

Mr. Daily

Discount ni

ng

Gu

i nt

di

si

Until January 2017

20%


ADVERTORIAL

What’s Up Cafe, Surganya Pecinta Mie TEKS ELGEA N. BALZARIE FOTO VIGOR M. LOEMATTA

Kamu pecinta mie? Bosen sama mie yang gitu-gitu aja? Atau mau makan mie tapi di tempat yang kece? Kali ini Suara Mahasiswa bakal kasih referensi tempat kongkow yang asik. Nih, yuk intip What’s Up Café!

Intip aja, lebih baik mampir langsung ke What’s Up Cafe. Tempat yang recommended buat didatengin ini berlokasi di Jl. Cihampelas no. 81 Bandung, tidak jauh dari jalan layang Pasupati. Di sini kamu bakal dimanjakan dengan menu yang bervariasi dan pastinya top banget. What’s Up Café pertama kali berdiri pada tahun 2015 di Jakarta, yang digagas oleh Ayu Zulia Shafira dan Valentino Ivan. Sampai saat ini, What’s Up Café mempunyai 10 cabang yang tersebar di Jakarta, Depok, Tanggerang, Bekasi dan yang terbaru di Bandung kurang lebih dua bulan yang lalu. Dengan slogan “The Real Hangout Place” café ini, dibuat dengan konsep yang fun and young sehingga pengunjung dapat merasakan sensasi nongkrong yang sebenarnya. Konsepnya tersebut, dapat dilihat dari interior yang modern dan colorfull. Seperti mural-mural di dinding yang membuat angle tempat ini menjadi good looking dan pastinya cocok banget buat kamu yang suka selfie serta eksis di media sosial. Tak hanya itu, kafe ini juga menyediakan berbagai free games yang tersedia seperti uno, scrable, monopoli dan masih banyak lainnya.

69

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

Di sini kamu akan dibuat nyaman dengan lantunan musik yang kekinian disertai menu yang menggugah selera. “The Next Level of Indomie” adalah konsep dari menu tempat ini, dengan bumbu-bumbu racikan ala What’s Up Café dan di sajikan secara otentik. Hal ini, yang membuat mie ala What’s Up Cafe memiliki cita rasa yang lezat dan berbeda. Beberapa menu favorit What’s Up Cafe di antaranya Mie Spesial What’s Up, Indome Black Pepper, Indomie Carbonara. Salah satu menu andalanya Indomie Carbonara dimasak dari campuran indomie dengan saus creamy, smoked beef, jamur serta keju. Dijamin bakal bikin ngiler deh kalau liat menu yang satu ini. Kafe yang dibuka dari jam 11.00–00.00 WIB pada weekday dan jam 11.00–02.00 WIB di weekend juga, menyediakan berbagai menu nasi. Seperti Nasi Goreng Bule, Nasi Sapi Lada Hitam, dan Nasi Tuna Pedas. Berbagai menu minuman juga tersedia, salah satunya Yoghurt Moci-moci yang berbahan dasar yogurt dengan campuran mangga dan leci. Selain itu ada juga Magic Soda, Choco Monkey, Yoghurt Berry-berry dan masih banyak lainnya.


W H AT ’ S U P C A F E , S U R G A N YA P E C I N TA M I E

Milky Orange

Uwel-uwel

Indomie Carbonara

Jl. Cihampelas No.81 Bandung 11.00-00.00= weekday 11.00-02.00= weekend @cafe_whatsup

Magic Soda

Sparkling Story

Buat kamu yang enggak ingin makan berat di sini juga tersedia berbagai dessert yang menggoyang lidah. Salah satunya Uwel-uwel, donat kentang ala What’s Up Café yang di potong kecil dan diberi toping es krim diatasnya membuat sensasi lezat dilidah. Selain itu juga ada roti bakar, otak-otak, es duren dan menu lainnya yang dijamin bikin kamu kekenyangan.

Kabar gembiranya What’s Up Cafe juga menyediakan promo-promo yang menarik. Seperti buy one get one, voucher makan gratis setelah pembelian yang telah ditentukan dan masih banyak lainnya. Buat kamu juga yang punya komunitas, jangan ragu buat kumpul di What’s Up Café karena ada potongan harga sampai 20 persen khusus komunitas yang kumpul-kumpul disini.

Salah satu pengunjung Variza Citra merasa senang akan adanya kafe ini. “Tempatnya nyaman dan asik. Indomie Black Pepper-nya juga enak, ada inovasi baru antara mie goreng dan beef. Terus harganya juga terjangkau,” ungkap Variza Citra salah satu pengunjung.

Tak perlu khawatir soal harga, hanya dengan merogok kocek kisaran harga Rp 6.000 sampai Rp 22.000 untuk makanan dan Rp 3.000 hingga Rp 22.000 untuk minuman, dijamin deh kamu sudah bisa manjain perut disini.

For your information, What’s Up Café juga sering mengadakan event-event spesial seperti kumpul komunitas, workshop dan saat weekend. Live music juga sering diadakan dengan menghadirkan guest star seperti Payung Teduh, Mocca, Petra Sihombing, Endah n’ Rhesa, dan Dance in 1990 yang membuat malam minggu dengan orang yang kamu sayang lebih romantis. Fasilitas lainnya seperti wifi gratis yang super kenceng, ditambah lagi pelayanan yang ramah dan friendly bakal buat kamu betah nongkrong di sini.

Pas bangetkan buat nongkrong bareng temen dan doi. Atau sekedar buat ngerjain tugas kuliah yang super nan numpuk. Masih penasaran sama What’s Up Café? Kamu bisa kepoin aja instagramnya @café_whatsup. Kalau masih enggak puas mending dateng langsung aja. Jadi tunggu apa lagi, ayo ajak temen-temen kamu buat hangout bareng di What’s Up Café.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

70


K E S E H ATA N

Kenali Gangguan Kecemasan Berlebihan TEKS MUTHIA MEILANIE P.J

Rasa cemas tentunya bisa menghantui siapa saja. Bagi sebagian orang, sudah tahu cara menghilangkan kecemasan tersebut. Namun, apa jadinya jika ada yang memiliki kecemasan berlebihan yang berdampak pada rutinitas sehari-harinya. Dalam dunia psikologi, hal ini disebut dengan gejala kecemasan berlebihan, atau dikenal dengan Generalized Anxiety Disorder (GAD).

munculnya kecemasan adalah penyebab utamanya. Pola tingkah laku tersebut akan menghambat individu untuk berperilaku secara efektif dan adaptif di dalam situasi tertentu. Biasanya butuh tempat menyendiri bagi penderita Anxietas nama lain dari Anxiety Disoder, untuk meredam kecemasannya. Rivaldi Fasry mahasiswa 2016 salah satunya yang menyadari hal ini sejak kecil.

Bagi penderita Anxiety Disoderi akan merasakan kecemasan berlebihan terhadap sesuatu. Pola tingkah laku maladaptif yang didasarkan oleh

“Biasanya sering muncul saat banyak pikiran, atau saat malam jadi insomnia. Kalau sedang merasa Anxietas maunya berada di tempat yang sepi,�

53 | Suaramahasiswa.info | Maret 2016


KENALI GANGGUAN KECEMASAN BERLEBIHAN

ujar mahasiswa Fakultas Teknik ini. Ia menambahkan bahwa beberapa anggota keluarganya juga mengalami hal yang sama bahkan lebih parah. Salah satu mahasiswi Pasca Sarjana Psikologi klinis Unisba, Maria Fatwa menjelaskan jika penderita kecemasan berlebihan ini bisa dilihat dari fisik yang kurang fokus. Selain itu, ciri lainnya yaitu mudah hilang konsentrasi, cepat lelah, insomnia dan ketegangan otot atau sakit badan yang tidak ada penyebabnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Rivaldi mengakui mengalami ciri di atas. Seperti perasaan cemas yang muncul secara tiba-tiba ditambah dengan emosional. “Tapi Alhamdulillah sih, teman-teman menganggap santai dengan sifat aku yang seperti itu bahkan menganggap memang seperti itu sifat asli yang aku punya, hahaha,” jelasnya saat ditanya tentang pengalamannya. Maria pun menyarankan agar penderita hendaknya berkonsultasi dengan psikolog dan melakukan terapi. Ia juga mengakatan bahwa lingkungan, baik keluarga maupun teman berperan sangat penting, untuk mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh penderita. “Selalu mendengarkan keluh kesah bahkan curhatan pribadi sangat membantu agar mereka merasa nyaman dan lebih tenang,” papar perempuan berkacamata tersebut.

"

Biasanya sering muncul saat banyak pikiran, atau saat malam jadi insomnia. Kalau sedang merasa Anxietas maunya berada di tempat yang sepi -Rivaldi Fasry-

Terkait hal itu, Endah Nawangsih, dosen Psikologi Klinis Unisba, menjelaskan gejala yang dialami penderita Anxiety Disorder. Menurut Endah, umumnya penderita Anxiety Disorder akan berlaku normal seperti kebanyakan orang pada umumnya. Namun, ketika dia merasa cemas, penderita akan menghindar, daripada memilih menyelesaikannya. Akhirnya, ia akan ketakutan, tidak efektif dalam bertindak atau berpikir alhasil tidak bahagia. “Secara umum gejala yang dirasakan adalah perasaan yang sifatnya unrealistic, dan ketakutan yang irrasional. Akan berbahaya jika tidak ditangani. Penderita akan berada pada situasi yang cemas terus menerus, sehingga kondisi ini dapat membuatnya menjadi terganggu dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi kurang produktif,” jelasnya.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

72


RESENSI BUKU

Meski sudah bercetak-cetak buku yang menceritakan Gandhi, yang menjadikan buku kali ini harus dibaca karena kita bisa tahu, bahkan seorang Gandhi saja pernah kalah menghadapi hidup. Kita bisa tahu begitu biasanya dia, namun kekuasaan sang maha yang membuat ia mulai beranjak. Bagaimana ia belajar banyak hal dari kitab gitanya hingga ia pun begitu mencintainya. Selain itu kita juga bisa menemukan bagaimana dia membuat dunia menatapnya dengan cara-cara damainya menghadapi kolonialisme. Bagaimana Ahimsa dan Satyagraha bukan hanya mantra sakti agamanya. Bagaimana sesungguhnya ia belajar cinta dan kasih dari istrinya, yang juga tidak kalah berkonflik dalam cerita hidupnya.

TEKS RESSY RIZKY U.

Sebutkan para bajingan yang mewarisi sejarah kesusastraan, maka George Orwell tak akan pernah mampu kita nihilkan. Salah satu mahakaryanya, 1984, adalah novel distopia yang mengencingi habis tirani abad 20, yang kala itu amat populer. Ditulis setelah perang dunia ke dua berakhir, Orwell menggambarkan masa depan dengan kelam dan mengerikan; penuh kontrol, monitoring dan totaliter.

TEKS HASBI ILMAN H.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017 73 53 | Suaramahasiswa.info | Maret 2016

Cerita dimulai dari seorang introver idealis, Winston Smith, membuat catatan harian –yang konon dalam dunia totaliter, sangat ilegal. Di lain pihak, sang penguasa, "Bung Besar" terus-menerus melakukan pencucian otak terhadap Inggris yang dijerat sosialisme selama puluhan tahun. Hasilnya tentu dapat ditebak; masyarakat menjadi idiot fsn dipenuhi omong kosong doktrin-doktrin partai. 1984 memukau karena kerumitan yang disajikan Orwell. Detil yang khas, fantasi distopia, dan gemuruh "revolusi" yang selalu ditawarkan Orwell memang tak patut kita lewatkan. Sebuah karya humor yang sinis dan menyakitkan.


RESENSI FILM TEKS WINDA R. NELLY

Disutradarai oleh Fede Alvarez, film Don’t Breathe yang bergenre horror thriller berkisahkan tentang Rocky (Jane Levy) yang berencana pergi dari rumahnya dengan sang adik namun tidak mempunyai uang, dibantu oleh sang kekasih Money (Daniel Zovatto) mereka merencanakan perampokan ke sebuah rumah yang dihuni oleh kakek buta. Money mendapatkan info bahwa di dalam rumah kakek tersebut terdapat uang jutaan dollar. Sebelum melancarkan aksinya, Alex (Stephen Lang) salah seorang teman mereka mempunyai firasat buruk bahwa perampokan kali ini tak akan berhasil. Namun Rocky dan Money bersikeras untuk tetap merampok rumah sang kakek, mereka beranggapan masuk ke dalam rumah orang buta dapat membuat mereka bebas melakukan aksinya. Namun apa yang mereka pikirkan salah. Walaupun buta ternyata sang kakek menyimpan sesuatu di dalam rumahnya yang tak diduga-duga. Mau tau ceritanya lebih lanjut? Film berdurasi 90 menit ini sudah bisa diunduh di situs film yang resmi. Jangan kaget bila menonton film ini kalian akan takut untuk bernafas.

TEKS VIGOR M. LOEMATTA

Setan jawa merupakan sebuah film garapan Garin Nugroho untuk memperingati 35 tahun ia berkarya di dunia perfilman. Mengangkat genre horror dikemas dalam bentuk film hitam putih dan live gamelan orchestra dengan latar awal abad 20 merupakan sebuah gebrakan bagi dunia perfilman Indonesia. Mengangkat cerita tentang Setio seorang pemuda miskin dan Asih seorang putri aristokrat Jawa yang saling jatuh cinta, namun terhalang oleh perbedaan harta dan strata sosial. Akhirnya Setio pergi untuk membuat perjanjian dengan setan, melakukan pesugihan Kandang Bubrah yang memberikan harta kepada Setio. Tapi tentu, harus ada harga yang dibayar untuk perjanjian itu. Setelah Asih mengetahui bahwa suaminya melakukan akad terlarang dengan setan. Asih pergi menemui si setan, untuk memohon pengampunan atas suaminya. Ingin tahu kelanjutannya? Mari tunggu di bulan Februari 2017. Sebenarnya film ini sudah melakukan special preview pada 3-4 September lalu. Namun, baru dijadwalkan rilis pada Februari 2017.

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

74


ARTIKEL

Unisba Memfasilitasi Pendidikan Entrepreneur Bagi Mahasiswa TEKS OLEH MUHAMMAD SULAIMAN BASAMALAH (Fakultas Tarbiyah, 2014)

“Wirausahaan adalah pahlawan, pahlawan bisnis, ekonomi, dan pembangunan,� (SBY). Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah, namun banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal itu dan tidak memperdulikan serta tidak merawatnya dengan baik sehingga banyak negara lain yang ingin merebut Sumber Daya Alam (SDA). Peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu bangsa atau negara telah dibuktikan oleh beberapa negara tetangga seperti Jepang, Singapura dan Malaysia. Jepang lebih dari sepuluh persen penduduknya wirauswasta dan lebih dari 240 perusahaan Jepang skala kecil, menengah dan besar bercokol di bumi kita ini. Padahal Jepang mempunyai luas wilayah yang sangat kecil dan sumber daya alam yang kurang mendukung, namun dengan semangat dan jiwa entrepreneurship-nya menjadikannya sebagai negara terkaya di Asia. Mengintip sedikit jumlah pengusaha tetangga terdekat yang satu rumpun dengan kita yaitu Singapura dan Malaysia, fakta menyebutkan lebih dari 7.2 persen pengusaha Singapura dan lebih dari tiga persen pengusaha Malaysia yang menjadikan pertumbuhan berbagai bidang terutama pertumbuhan ekonomi semakin jauh meninggalkan kita. Tahukah rekan-rekan? Kita hanya memiliki 0.18% pengusaha alias kurang dari satu persen dari jumlah penduduk saat ini. Padahal untuk membangun ekonomi bangsa, menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog yaitu David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal dua persen wirausaha dari populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat ini. Begitupun menurut Ciputra, salah satu pengusaha di

Suaramahasiswa.info | Januari 2017 75 53 | Suaramahasiswa.info | Maret 2016 FOTO OLEH : RESSY R. UTARI


U N I S B A M E M FA S I L I TA S I P E N D I D I K A N E N T R E P R E N E U R B A G I M A H A S I S WA

Indonesia, setidaknya dibutuhkan minimal dua persen pengusaha untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan.

membentuk unit usaha, kerjasama dengan institusi keuangan (perbankan/non perbankan) dan entrepreneurship award.

Jika Unisba memfasilitasi mahasiswa untuk jadi pengusaha dengan memasukkan mata kuliah di setiap semester maka kampus biru ini akan memberikan dampak positif bagi Indonesia secara umum dan secara khusus berdampak pada ekonomi di wilayah Jawa Barat, sehingga dapat membantu masyarakat dengan terbukanya lapangan pekerjaan. Jangan lupa bahwa Indonesia telah menyepakti untuk bergabung di ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan tujuan meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi dalam pasar dunia melalui penghapusan bea dan halangan non-bea dalam ASEAN dan menarik investasi asing langsung ke ASEAN.

Dari sedikit usulan yang cukup sederhana dan gagasan yang mungkin tidak baru ini, jika diimplementasikan oleh perguruan tinggi dengan serius dan sungguh-sungguh, maka tidak mustahil akan banyak lahir para entrepreneur sukses di negeri ini. Pengusaha yang mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan dan pergerakan pasar lokal, sehingga tercipta peluang pekerjaan bagi generasi bangsa. Pada akhirnya mampu menjadi bangsa mandiri yang tidak banyak tergantung pada negara asing.

Ketika Indonesia bergabung di AFTA, maka peran kampus dalam memajukan perekonomian dirasa penting untuk memfasilitasi mahasiswa untuk jadi pengusaha. Tidak semua orang kuliah ketika lulus ingin bekerja, ada yang ingin membuka usaha dengan teori yang seadanya. Jika Unisba hanya melahirkan lulusan yang ketika lulus menjadi pekerja maka Unisba hanya mencetak para kuli tidak melahirkan para pengusaha yang mampu bersaing secara global.

Untuk melahirkan pengusaha muda sukses tersebut diperlukan kesungguhan dan keseriusan dari perguruan tinggi dalam mengemban misi entrepreneurial kampus. Program-program kewirausahaan yang telah digagas dan dijalankan oleh berbagai perguruan tinggi, khususnya di Indonesia, patut kiranya dijadikan sebagai teladan dalam memulai memfokuskan perguruan tinggi dalam melahirkan wirausaha-wirausaha muda sukses.

Ajaran Islam telah mengajarkan agar menjadi Muslim yang kuat secara ekonominya. ketika Indonesia bergabung di AFTA, Unisba seharusnya telah memasukkan mata kuliah entrepreneur disetiap fakultas. Melahirkan calon pengusaha maka ini akan berdampak pada penumbuhan jiwa nasionalisme, menumbuhkan jiwa nasionalis tidak hanya menyanyikan lagu kebangsaan, apel pagi atau menjadikan mahasiswa kritis terhadap fenomena yang ada di sekitarnya. Menumbuhkan minat mahasiswa untuk berbisnis maka itu sudah menumbuhkan jiwa-jiwa nasionalis. Karena dengan berbisnis akan membantu perkonomian secara global. Strategi perguruan tinggi mewujudkan entrepreneurial kampus yaitu menyusun kurikulum, peningkatan SDM dosen, membentuk entrepreneurship center, kerjamasa dengan dunia usaha,

Suaramahasiswa.info | Januari 2017

76


SUARA F T

Rombongan peserta yang berasal dari Dinas Perhubungan Kota Bandung sedang mementaskan drama perang saat kegiatan Bandung Light Festival di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung pada Minggu (09/10/2016). (Vigor M. Loematta/SM).



SUARA F T

Sebuah mobil yang dihias dengan bentuk menyerupai Stadion Gelora Lautan Api turut memeriahkan jalannya Bandung Light Festival yang diselenggarakan di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung pada Minggu (09/10/2016). (Vigor M. Loematta/SM).



Mau Pasang Iklan di

Sila hubungi kami di suaramahasiswaonline@yahoo.com




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.