selembar Suara Mahasiswa
Edisi VI. Februari 2016
BULETIN TERBITAN PERS SUARA MAHASISWA
New Message
Roda Pelaksanaan Remedial di Unisba
Berakhirnya ujian akhir semester (UAS) pada (29/1) tidak serta merta mengakhiri kegiatan mahasiswa dalam usaha guna mendapatkan nilai. Bertepatan dengan itu, universitas mengumumkan adanya proses remedial yang dapat ditempuh bagi mereka yang ingin memperbaiki nilainya. Kebijakan ini dikeluarkan langsung oleh Rektor Unisba dan disosialisasikan oleh tiap fakultas. Namun, dalam proses pelaksanaanya yang dijadwalkan dari tanggal 1-12 Februari ini, ada fakultas yang tidak ikut melaksanakan remedial. Salah satunya fakultas Dakwah, Bambang Syaiful Ma'arif menjelaskan, banyaknya mahasiswa yang mendapatkan nilai A dan B membuat fakultas ini tak mengadakan remedial. Meski masih ada mahasiswa yang mendapatkan nilai di bawah B, hal ini dikembalikan lagi kepada kebijakan dari dosen yang bersangkutan. "Alhamdu-
lillah di dalam proses belajar mahasiswa kami banyak yang nilainya A dan B meskipun ada yang di bawah itu, diserahkan pada dosennya masing-masing," ujar dekan Fakultas Dakwah ini. Hal serupa juga terjadi di Fakultas Ilmu komunikasi. Waktu Pengumuman dan persiapan remedial yang terbilang singkat, membuat Fikom tidak mengadakan kegiatan perbaikan nilai.Mengingat, fakultas ini juga sedang sibuk membuat Lembaga Sertifkasi Profesi (LSP) agar menunjang sertifkasi bagi mahasiswanya yang telah lulus. "Soal remedial, kita sudah berusaha untuk mengalokasikan waktu yang sempit. Setelah dihitung-hitung, sepertinya tidak memenuhi. Karena Fikom Unisba sedang mempersiapkan LSP, kurikulum baru, dan juga semester baru," ungkap Aziz Taufik Ketua Bidang Kajian Jurnalistik Fikom.
Meskipun begitu, masih ada Fakultas lain yang menjalankan SK Rektor untung mengadakan remedial. Salah satunya Psikologi, Ali Mubarak selaku kasie Akademik Fakultas Psikologi menjelaskan, penyelenggaraan remedial yang mendadak ini membuat mereka kelimpungan. Tanggal pelaksanaan yang mepet, dengan berakhirnya pelaksanaan UAS membuat dosen harus cepat mengeluarkan nilai sebelum proses remedial berlangsung. “Tidak adanya jeda waktu, membuat dosen harus sudah mengeluarkan hasil ujian satu minggu setelah mata kuliah itu dilakasanakan,� pungkasnya. Menangapi hal itu, Iyan Bachtiar angkat bicara. Menurutnya, penyelenggaran remedial yang baru pertama kali ini masih dalam tahap percobaan. Hal ini membuat adanya kelonggaran untuk fakultas yang belum siap mengadakannya. "Ya, masih ada toleransi karena pertama kali. Memang kesannya kita kurang memberi waktu yang lama, kalau fakultasnya sibuk ya sudah tidak apa-apa, toh banyak juga fakultas yang mengadakan remedial," tukasnya selaku kasie Akademik Unisba. Tak hanya itu, Iyan juga menangapi isu yang beredar di kalangan mahasiswa Unisba bahwa tahun depan akan ada SP, di mana mahasiswanya dapat mengambil mata kuliah ke atas guna mempercepat proses studinya di kampus biru ini. Ia mengatakan, bahwa kabar itu tidak benar dan Unisba tidak bisa melakukan itu. Saat ini, Ia dan timnya sedang berusaha memperbaiki jalannya proses remedial agar tahun depan dapat terlaksana dengan lebih baik lagi. "Sebetulnya kita ingin memfasilitasi mahasiswa untuk melengkapi nilai yang kurang lewat remedial, insyaallah akan seperti ini terus, ya tapi kita lihat nanti akan bagaimana," ungkapnya mengakhiri wawancara. (Winda R. Nelly/SM)
Inbox
Aris Widiarso Menjelang Tinggalkan Posnya
Bandung, Selasa (9/2) sore dilanda hujan gerimis, tim Suara Mahasiswa berjalan menghampiri kantor Kemahasiswaan Unisba yang tepat berada di persimpangan jalan Punawaraman dan Ranggagading. Saat mamasuki kantor terlihat narasumber utama utama terlihat sibuk menuliskan data-data di selembar ketras. Kami pun langsung memperkenalkan diri serta apa
Editorial
Percayalah MEA Tidak Seketat Legging Mahasiswi
Agenda Masyarakat Ekonomi ASEAN bak Sri Ratu Wilhelmina, kecantikan tiada tara yang ditawarkannya membuat para pujangga harus bersolek di depan cermin lebih lama dari biasanya. Begitu pula instansi pendidikan yang ikut kalang kabut untuk mendandani alumnusnya. Semisal Unisba yang mulai mempersiapkan sertifikasi keahlian bagi para sarjana. Sebentar, MEA memang akan membuat persaingan ketenagakerjaan lebih ketat dibanding legging mahasiswi hits kampus kenamaan. Namun, harus pula disadari bahwa tenaga kerja profesional-lah yang akan bergulat dalam ring MEA. Jadi sesuai perkataan mantan Menko Perekonomian lalu yakni Hatta Rajasa, yang sering ditanya "Apakah tukang cukur Vietnam nantinya akan kerja di sini? Ya tentu tidak." Sesuai dengan landasan awalnya, MEA hanya mengakomodasi liberalisasi tenaga kerja profesional, bukan middle-low skilled labor, seperti halnya yang sering diobrolkan di warung kopi. Kasihan betul, bila pedagang kaki lima Unisba tergantikan dengan ibu-ibu penjual limun dari Thailand, atau tikus bakar dari Philiphine. Tak perlu menduga-duga, karena nyatanya MEA akan mendampakan migrasi pekerja (Exchanging Expertise). Namun tak perlu lah takut-takut, Indonesia bukan termasuk tiga negara tujuan ekspansi ini, malah Bumi Pertiwi adalah penghasil dari tenaga-tenaga kerja yang akan mengekspansi. Perlu juga diketahui tiga negara yang menjadi target invansi teringgi adalah Singapura, Malaysia dan Thailand, yang notabenenya pula sedang mengalami tingkat penurunan angkatan kerja. Sementara itu, Unisba menyatakan dirinya siap menghadapi MEA. Semboyan 3M yang melegenda sudah sangat cukup untuk bekal MEA -setidaknya menurut Thaufiq Boesoirie. Dalam Makrab Unisba Januari lalu, ia menjabarkan bahwa kampus biru adalah salah satu poros kampus Islam di ASEAN bersama 10 kampus Negeri Jiran. Optimisme macam ini barang tentu perlu disuntikan pada mahasiswa, agar terhindar dari bertambahnya tebal kaca mata, akhirnya malah tak diterima kerja karena minusnya tak kepalang tanggung. Namun terlalu santai pula bukan solusi. Karena mahasiswa tentunya punya target untuk jadi tenaga kerja profesional. Perlu pula untuk tetap meningkatkan standar integritasnya. Mana mungkin, bila ia berkerja di negeri orang dan tetap tak bisa membedakan mana simple prefect dan simple present. Muhammad R. Iskandar Pimpinan Redaksi
tujuannya kesana. Ia pun menyambut dengan hangat dan langsung mempersilahkan duduk. Kedatangan kami kali ini bukan memberi surat untuk peminjaman alat atau mengurusi urusan acara kampus. Melainkan sekedar mengobrol hangat dengan “kuncen� dari Kemahasiswaan ini. Siapa dia? Aris Widiarso lebih dikenal mas
akhirnya ia diterima sebagai asistennya.“Awalnya sering bantu-bantu di fakultas itu secara non formal dari situ gerbang utamanya,” ucapnya sembari membetulkan kaca mata. Ayah dari empat orang anak ini sudah membantu Unisba lebih dari tiga dekade. Ia pertama kali mengais rezeki di kampus ini menjadi Admistrasi di fakultas Teknik tahun 1983. Setelah itu ia diangkat menjadi Kasie. Akademik fakultas sejak 1989 dan menjabat dua periode. Ia mengurusi fakultas dari mencari dosen, akreditasi fakultas dan mengurusi jadwal perkuliahan. Setelah itu ia berpindah kemahasiswaan fakultas teknik dengan masa jabatan dua periode pula. Setahun fakum dalam kegiatan keunisbaan, ia dipanggil menjadi staf kemahasiswaan. Pada tahun 2012, Aris pun diangkat menjadi Kabag. Kemahasiswaan Unisba.
Aris yang menggeluti bidang Kemahasiswaan Unisba sejak 2012 lalu. Dunia kerja tidak akan pernah luput dari masa kepensiunan. Faktor usia mas Aris yang sudah jalan kepala lima, harus berhenti dan meningggalkan posnya yang sudah lama dihuni. Isu masa kepensiunannya berakhir pada Sabtu 6 Februari 2016, namun Surat Keputusan (SK) dari Rektor Unisba belum juga turun. Ia pun menceritakan bagaimana asal mula masuk dan bekerja menjadi karyawan Unisba. Aris juga alumni Teknik Industri Unisba angkatan 1979 yang aktif dalam organisasi kampus. Saat ia masih menduduki bangku perkuliahan, medapati tugas praktikum di Lab. Analisis Pengukuran Kerja (APK). Kemudian pihak Lab. pun menyuruhnya memasukan lamaran, dan
Menghadapi MEA, Fikom Adakan Serti�ikasi.
Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Universitas Islam Bandung mulai berseka untuk para lulusannya. Salah satu usaha yang dibuat adalah memberikan sertifikat profesi bagi para sarjana. Iyan Bachtiar mengatakan, sertifikasi
Lelaki kelahiran 6 Februari 1961 ini, menceritakan pengalamannya saat mengeluti bidangnya. Ia mengungkapkan kalau di kemahasiswaan cukup pelik, karena jam kerja kapan saja harus mengurusi kegiatan organisasi. Kunci dari kemahasiswaan sendiri harus memliki jiwa mahasiswa, pernah aktif di organisasi dan mau membina. Penanggapan angkatan beda-beda, ada sepuluh fakultas dan delapan belas program studi yng harus ditanggung. Lelaki yang berusia lebih dari setengah abad ini mengungkapkan suka duka saat bekerja di Kampus Perjuangan ini. “Ya, sukanya saya bisa ada kesempatan di luar, lebih banyak berkarya bisa nengok kampung dan lain sebagainya. Tapi sedihnya saya harus meninggalkan rekan kerja,” ucapnya dengan santai. Ia pun berpesan setelah SK Rektor keluar yang bisa menggantikan posisinya, harus memiliki jiwa mahasiswa dan bisa membimbingnya. “Ya paling tidak melanjutkan program kerja, yang bagus tolong pertahankan. Serta tolong komunikasi ke anak yang lebih luwes lagi,” tutur lalaki kelahiran Kebumen ini. (N.Istihsan/SM)
tersebut masih dalam proses pengajuan kepada Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Hal ini ditujukan agar, lulusan Unisba memiliki bukti resmi berupa sertifikat yang menunjang pekerjaan mereka.
“Sertifikat itu untuk penguat bahwa seseorang kompeten atau profesional dalam suatu bidang. Namun saat ini memang baru Fikom yang mendaftar,” ujar Kasie Akademik Unisba tersebut. Tia Mutia Umar, Wakil Dekan II Fikom membenarkan hal tersebut. Menurutnya saat ini, sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan yang mensyaratkan sertifikat profesi. Karena itu, Fikom mendaftar kepada BNSP dalam rangka merspon situasi sosial ekonomi global. “Pemerintah telah memberikan peluang pada Universitas untuk membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), akhirnya kami mendaftar. Memang saat ini baru Fikom saja yang menuju kesana, namun nantinya fakultas lain pasti menyusul,” jelasnya sembari membolak-balikan kertas.
proses, tinggal satu langkah lagi. Nunggu jawaban dari BNSP bulan Maret nanti. Insyaallah tahun ini akan berjalan,” ucapnya. Dekan Fakultas Dakwah turut menanggapi, ia menjelaskan bahwa saat ini mahasiswa harus mulai menyeimbangkan diri dengan adanya MEA. Bambang Saiful Ma’arif menjelaskan, dengan masuknya tenaga kerja asing akan menciptakan lebih banyak persaingan. “Saat ini kita harus sudah mulai mempersiapkan diri bidang apa yang kita kuasai, agar dapat disertifikasi,” tegasnya.
Mutia menambahkan, tujuan adanya sertifikasi ini adalah untuk para mahasiswa yang membutuhkan sertifikat sebagai bukti keahlian di dunia kerja nanti. Sehingga mereka tidak kebingungan jika di kantor atau perusahaannya ada syarat sertifikat. Namun hal tersebut masih dalam proses pengajuan. “Ini masih dalam
Fakultas Dakwah saat ini memang belum secara resmi mendaftar ke BNSP, akan tetapi nantinya akan menginduk ke Fikom. Hal tersebut dikarenakan Sumber Daya Manusia Fikom yang lebih memadai ketimbang di Fakultas Dakwah. Jadi nantinya mahasiswa yang akan lulus, lanjut Bambang, sebelum sidang harus telah mengikuti proses sertifikasi. “Prosesnya dikoordinir terlebih dahulu oleh pihak fakultas (Baca: Dakwah), baru kemudian daftar nama yang mengajukan sertifikasi akan diserahkan ke pihak LSP Fikom,” tutur pria berkacamata tersebut. (Khalida S./SM)
Forum Diskusi MahasiswaRekorat Kembali Ditunda
Febuari sesuai kesepakatan saat Makrab Unisba, agenda tersebut seolah menjadi angin lalu.
Menyikapi banyak permasalahan di kampus biru, Rektor Unisba menjanjikan adanya forum diskusi. Forum yang ditujuakan untuk menampung aspirasi mahasiswa ini diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Unisba (BEMU) bersama pihak rektorat. Namun, setelah menginjak
Fadhli Muttaqien menyatakan, pihaknya sendiri sudah menanyakan hal ini kepada rektor. Akibat padatnya jadwal pihak rekrorat, membuat
agenda tersebut terpaksa ditunda. Ia menambahkan, rencananya forum ini akan diajukan pada akhir Februari atau awal Maret nanti. “Hal ini kembali lagi dengan agenda beliau (Baca: Rektor), kita hanya mengikuti jadwal kosong beliau saja,” tutur sang Presma. Kepala Bagian Kemahasiswaan angkat bicara mengenai hal tersebut. Menurutnya, tak hanya pihak BEMU yang bisa menagih janji dari rektor. “Kawan-kawan dari LKM maupun UKM bisa langsung menghadap rektor dan menagih janji, tentukan dulu waktunya, soal bahasan apa yang akan dibicarakan, cari saja proker terdekat,” ucap Aris Widiyarso saat ditemui di ruangannya. Ia juga menambahkan, tidak perlu menunggu pihak BEMU, walau mereka lah yang menyediakan tempat. Gustian Nur Mauludin, merencanakan pembahasan aspirasi mahasiswa akan dibahas dalam
Free Talk
agenda Road Show UKM dan LKM. Sang Menteri Dalam Negeri menargetkan kegiatan ini adalah pengantar sebelum Forum Diskusi bersama rektor nantinya. “Dalam Road Show ini kita bakal sekaligus menemukan apa saja permasalahan yang ada di Unisba, agar nanti bias kita sampaikan saat forum diskusi bersama Rektor. Sebagai pengawas dari program kerja BEMU, Dewan Amanat Mahasiswa Unisba pun ikut menindak lanjuti agenda ini. Deni Ahmad selaku Ketua Komisi A menjelaskan, bahwa jalur koordinasi antara BEMU dan DAMU hingga saat ini berjalan dengan lancar, dan ia mengetahui alasan penunadaan janji rektor seperti yang disampaikan oleh pihak BEMU. “Kita akan tetap mengawasi dan menanyakan kelanjutannya kepada pihak BEMU,” janjinya saat ditemui di sekretariat DAMU. (Muthia M./SM)
Olahraga di Kampus Biru Oleh : Raden Muhammad Wisnu Permana, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi 2012
Salam Olahraga! Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Demikian jargon yang selalu diperdengarkan oleh semua orang yang peduli akan pentingnya berolahraga, untuk kesehatan tubuh, jiwa, dan pikiran. Mukmin yang kuat pun lebih disukai Allah Swt. dibandingkan mukmin yang lemah. Caranya menjadi kuat adalah dengan berolahraga secara rutin. Universitas Islam Bandung atau Unisba dewasa ini merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta favorit di kota Bandung. Setiap tahunnya, ribuan mahasiswa baru memasuki Kampus Biru. Mereka datang dari seluruh penjuru Republik Indonesia,
bahkan ada beberapa mahasiswa asing yang berkuliah di sini. Sayangnya, perhatian kampus ini pada olahraga sama minimalnya, seperti minimalnya perhatian pemerintah pada olahraga di Indonesia. Berbagai UKM olahraga tidak dapat merasakan mejadi tuan rumah di kampus sendiri. UKM sepakbola dan UKM basket terpaksa harus berlatih di luar kampus karena tidak adanya sarana dan prasarana untuk berolahraga di kampus ini. UKM beladiri pun harus berlatih di pelataran kampus, berbagi tempat dengan kegiatan kemahasiswaan lainnya dan lalu-lalang civitas akade
mika Unisba yang lewat. Bahkan, mereka pun harus berbagi ruangan dengan English Learners Club (ELC) Unisba. Namun, hal tersebut lebih baik daripada UKM olahraga lainnya yang belum memiliki sekretariat sama sekali di kampus. UKM beladiri bisa saja berlatih di Student Center, demikian yang pernah dikatakan oleh Kabag Kemahasiswaan Unisba pada penulis sejak lama. Namun hal tersebut sulit dilakukan karena selain birokrasi yang panjang, selalu bentrok dengan acara-acara kemahasiswaan lainnya seperti rapat kerja maupun seminar yang dilakukan oleh organisasi kemahasiswaan lainnya. Selain itu, tentu saja harus ada dana insentif bagi petugas yang bertugas, yang lagi-lagi masalah dana. LKM Mapenta juga harus menunggu sore/malam hari tiba untuk melakukan latihan panjat tebing, dikarenakan area tersebut dipergunakan untuk area parkir. Bahkan perlatatan panjat tebing seperti tali, carabiner dan alat-alat lainnya yang dipergunakan Mapenta sudah berusia tua, dan hanya beberapa saja yang masih laik pakai. Perahu yang dipergunakan Mapenta untuk berarung jeram juga sudah lama rusak dan harus menunggu waktu lama agar kampus mengeluarkan dana untuk biaya perbaikan. Dana untuk UKM-UKM olahraga penulis nilai sangatlah minim. Sudah mah tidak memiliki tempat di kampus, sarana dan prasarana pun penulis nilai minim juga. Peralatan penunjang latihan seperti bola, cone, agility ladder, barbel, atau peralatan lainnya yang dimiliki UKM-UKM olahraga dinilai sangat kurang, baik dari kuantitas dan kualitasnya. Memang, dalam olahraga prestasi, dibutuhkan latihan dan kemauan keras dari atlet secara individu dalam berlatih, sekalipun olahraga tim seperti sepakbola dan basket. Bukan dari pelatih, maupun sarana prasarana. Namun, jika tidak ditunjang sarana dan prasarana tentu saja akan mengalami kesulitan.
UKM basket Institut Teknologi Harapan Bangsa saja misalnya, yang sudah berkali-kali menjuarai kejuaraan basket antar kampus, menyediakan sarana prasarana mulai dari tempat berlatih, pelatih berkualitas, peralatan penunjang latihan, hingga beasiswa jika memenangkan kejuaraan-kejuaraan. Bahkan, jadwal kuliah atlet-atlet tersebut bisa diatur agar tidak menggangu jadwal berlatih. Penulis sendiri menginginkan kampus ini memiliki prestasi non akademik dalam bidang olahraga yang berlimpah. Penulis sendiri berusaha memberikan solusi bagi peningkatan prestasi UKM olahraga Unisba, yakni: 1. Sediakan Tempat Berlatih Pembangunan kampus Unisba masih berlangsung sampai saat ini. Penulis berharap, di Jl. Tamansari 24 yang akan dibangun gedung baru kelak akan menyediakan sarana prasarana untuk UKM olahraga berlatih, seperti sport hall untuk berlatih sepakbola, basket, atau voli. Selanjutnya biarlah UKM-UKM olahraga tersebut yang mengatur waktu dan materi latihannya. 2. Tambah sarana prasarana UKM olahraga Belilah peralatan penunjang latihan yang banyak serta berkualitas diberengi biayai atlet dan pelatih UKM-UKM olahraga jika mengikuti suatu kompetisi. Mahal memang, namun untuk prestasi Unisba, mengapa tidak? Tidak lupa, agar mereka diberikan ruangan sekretariat untuk mempermudah kaderisasi. 3. Berikan beasiswa Berikanlah para mahsiswa yang berprestasi dalam kompetisi olahraga beasiswa, karena menjadi atlet tidaklah mudah, begitu banyaknya pengorbanan yang dilakukan dari waktu, tenaga, pikiran, hingga biaya yang tidak sedikit. Setidaknya, ketiga hal di atas adalah solusi yang bisa dipikirkan oleh penulis, yang pernah dan (masih) menjadi atlet salah satu cabang olahraga beladiri. Salam olahraga!
PEMIMPIN UMUM Gana Kanzi H. WAKIL PEMIMPIN UMUM Indiana Primordi A. SEKRETARIS UMUM Desyane Putri BENDAHARA UMUM Putri N. Salma PIMPINAN REDAKSI Muhammad R. Iskandar SEKRETARIS REDAKSI N. Nita Siti Nurjanah REDAKTUR PELAKSANA Insan Fazrul R., Nahjul Istihsan, REDAKTUR Winda R. Nelly, Intan Silvia D., Muthia Meilanie P.J., Khalida Sakinah, Wulan Yulianti, Devi Fajriati H., Amelia, Rifka Silmia S., REDAKTUR FOTO Rangga Mahardika O.N., M. Febi Ardiansyah, ARTISTIK Agam Rachmawan, M. Reza Firdaus, PIMPINAN LITBANG Wildan A. Nugraha SEKRETARIS LITBANG Faza Rahim K.P. SDM Salma Nisrina F., Raisha Hillary RISET, DATA DAN PENGEMBANGAN Hasbi Ilman H., Firhan Adi S., Wiwin Fitriyani RUMAH TANGGA Maynolitta, PIMIPINAN PERUSAHAAN M. Noris Thamher SEKRETARIS PERUSAHAAN Riska N. Wijaya PROMOSI DAN IKLAN Marlina Sari, Annisa A. Ulfah SIRKULASI Firdaus M. Alhaq, Siti Rohimah, PRODUKSI Tanesia Naufal