selembar Suara Mahasiswa
Edisi IV, Oktober 2015
Buletin Terbitan Pers Suara Mahasiswa Unisba
Editorial
Ah Sial! Jika anda sering melewati Rancaekek yang macet karena pabrik itu, dan akan menggerutuinya. Baiknya Ingat perasaan warga Bandung ketika melewati kampus kita. Perhatikan muka-muka mereka, setiap hari ada saja yang mengerutkan dahi ketika terpaksa melewati jalan Tamansari. Parkir, dan lahannya, romantisme melowdrama khas kampus biru. Bukan hanya kita saja yang menggerutu ketika sulit untuk menurunkan standar kendaraan. Ketika kian menjamur, masalah ini pun sikut masyarakat sekitar. Pemilik usaha hingga dinas terkait pun ikut pusing dengan urusan kita. Sial, ketika kita menggerutuinya, disatu sisi kita adalah aktor keegoisan lahan parkir itu sendiri. Punggawa dari rusaknya lalu lintas Tamansari. Lahan Parkir mamang lagu lama. Lagu lama yang kembali berdendang. Kali ini ditambah instrumen lain agar makin segar. Namun jangan harap kalian terhibur dengan lagu ini. Karena bila kita beri judul, mungkin akan begini jadinya: “Sial! Kelas Labas Akibat Parkir”.
Dilema Lahan Parkir di Kampus Biru
New Message
Tempat parkir sudah menjadi fasilitas yang wajib ada di setiap Universitas. Kendaraan pribadi, roda dua atau pun empat, menjadi alat transportasi primadona khususnya bagi mahasiswa menuju kampus tercinta. Alhasil, lahan parkir nyaris menjadi kebutuhan ‘primer’ untuk para civitas akademika. Mari tengok Unisba, yang jumlah mahasiswanya terbilang subur. Tidak bisa dihindarkan, hal tersebut membuat lahan parkir di sini (Unisba-red) semakin sempit dan sering membludak ke pinggir jalan. Kampus biru pun suka tidak suka membutuhkan lahan lebih, agar seluruh kendaraan mahasiswa bisa tertampung rapi. Lahan parkir Unisba memang dirasa kurang, tempat yang tersedia di kampus Tamansari No. 1 saja, ditaksir 800 hingga 900 motor, sedangkan mobil sekitar 59. Adapun Tamansari 24, hanya bisa menampung motor sebanyak 100, dan 21 untuk parkir mobil dosen. Beralih ke ‘cabang’ kampus Unisba selanjutnya, Ranggagading, yang mampu menampung tidak lebih dari 14 mobil, sedangkan untuk motor, mahasiswa terbiasa memarkirkannya di luar kampus. Ranggamalela pun tidak bisa menolong banyak dalam hal parkiran, kapasitasnya yang hanya dapat memarkir 20 mobil dan 200 motor saja. Jumlah itu jelas tidak membantu, karena dengan lahan parkir yang sedemikian rupa, tetap saja motor dan mobil ‘berceceran’ di sekitaran kampus biru. Lahan parkir motor di Unisba sendiri dikelola oleh pihak ketiga, yaitu Cone Parking. Pengaturan yang mereka lakukan dengan memberikan biaya sewa seharga seribu rupiah per 12 jam-nya, jika lebih dari itu, akan dikenakan biaya tambahan dengan nominal yang sama. Beberapa petak tanah yang dikelola oleh Cone Parking, yakni Tamansari 1, Tamansari 24, dan Ranggamalela. Dari seluruh tempat tersebut, perharinya menggelontoran uang sekitar Rp 1.200.000 sampai Rp 1.500.000. Hasil itu tidak menentu, karena melihat jumlah mahasiswa yang parkir. Aditya, pimpinan dari Cone Parking pun menjelaskan ihwal alokasi pembagiannya dengan pihak Unisba. Hasil dari pendapatan disetiap bulannya, yaitu sebesar 17 persen diberikan kepada pihak Yayasan Unisba, sisanya untuk pendapatan Cone Parking. Ia pun mengharapkan, bahwa mahasiswa bisa saling membantu dengan pihak pengelola parkir, terkait kekurangan dalam pelayanan dan peraturan. “Alhamdulillah, sosialisasi dengan mahasiswa sangat efektif, dan mereka bisa menerima dengan baik. Semoga para pengguna kendaraan bisa membantu bila ada kekurangan kami dalam pelayanan,” ucapnya saat ditemui Suara Mahasiwa, Selasa (20/10).
Muhammad R. Iskandar Pemimpin Redaksi
Pihak Yayasan Unisba yang diwakili oleh Yani Krisnamurti, mengomentari tentang parkiran dan alokasi dananya. Ia menuturkan, mereka (Yayasan-Red) akan mencoba mengambil alih untuk mengkondusifkan lahan parkir di tahun depan. Rencana tersebut akan dirampungkan bersamaan dengan selesainya pembangunan gedung Fakultas Kedokteran, di Tamansari.
1
Foto: N. Ihtisan
Yani Krisnamurti, Wakil Sekertaris Yayasan ini menjelaskan, dalam hal alokasi, Unisba mengantongi 17 persen dari keseluruhan biaya parkir, anehnya Unisba hanya mendapat uang Rp 5.000.000 per bulan. Maka dari itu, yayasan ingin mengambil alih pengelolaan parkir, karena ingin memaksimalkan pengelolaan.
motor. Selain itu, bantuan lahan parkir di kedokteran, diharapkan akan memperluas sarana parkir Unisba bagi seluruh mahasiswa. Rencana lain mengenai pembangunan pun berlanjut, yakni di Tamansari 24 yang teragendakan akan membangun gedung 10 lantai beserta lahan parkir baru. Yani menambahkan, bahwa nantinya seluruh sarana yang ada di Tamansari 24, akan di pindahkan sementara ke Ranggagading dan Ranggamalela. Hal ini pun diharapakan menjadi solusi dalam mengurangi permasalahan parkir di kampus biru. “Tempat parkir yang membludak nantinya Foto: N. Ihtisan akan dipindahkan ke bangunan kedokteran dan Tamansari 24. Kita pun tetap mencari solusi dalam permasalahan parkir motor agar tidak memarkirkan motor di pinggir jalan. Itu hal yang sedang kita kerjakan sampai saat ini,” tutup Yani. (Agam R./SM)
“Kita ingin mengelola sendiri, karena berharap bisa memaksimalkan pengelolaan parkiran. Kita pun terheran-heran dan penasaran, dari luas lahan parkir yang ada, Unisba mendapat hasil yang sebesar itu (limat juta rupiah). Oleh karenanya, kita ingin mencoba ambil alih. Jika tidak sanggup, kita cari pihak ketiga kembali,” ujarnya saat diwawancarai di gedung Yayasan Baru Tamansari 26. Ia melanjutkan, jika parkiran dikelola Unisba nantinya akan sama regulasinya, yaitu dengan harga Rp. 1000 per
Unisba Kurang Lahan Parkir, Pengelola Swasta Resah berbicara tentang fasilitas memang tak ada habisnya. Tahun ini, Unisba berani untuk menambah kuota Mahasiswa baru. Sudah menjadi konsekuensi logis, ketika semakin banyak mahasiswanya, fasilitas kampus pun harus mampu menyeimbangkan. Apakah itu terjadi? Sayang, hal ini belum kita temui di kampus biru.
Unisba Kurang Lahan Parkir, Pengelola Swasta Resah Inbox
Bukti shahih dari membludaknya jumlah mahasiswa, membuat sejumlah kendaraan tidak dapat parkir di tempat yang telah disediakan. Alhasil, warga sekitar khususnya para pengelola swasta di sekitaran Unisba, merasa terganggu. Qurratul Ain, pemilik Sushi Den mengamini hal tersebut. Perempuan yang akrab dipanggil Atun ini, mengaku sudah empat tahun mengalami penurunan pengunjung akibat mahasiwa Unisba yang parkir di lahannya. Lantaran setiap ada perkuliahan, tak sedikit mahasiswa Unisba yang asal parkir di depan Sushi Den. “Bukan hanya di sini yang suka dijadikan tempat parkir, tapi sampai Purnawarman, NISP, Sawunggaling, Hariangbanga dan CK dekat Taman Flexi. Kalau pengunjung enggak kebagian parkir, mereka akan cari tempat makan yang lain, kita jadi rugi dong,” ujarnya saat ditemui oleh Suara Mahasiswa, Senin (19/10).
Foto: N. Ihtisan
add untuk informasi lebih lanjut
2
Atun kembali bercerita jika banyak sekali kejadian yang membuatnya geram. Satu tahun lalu, pernah ada kendaraan mahasiswa yang berada di parkiran dalam Sushi Den dan menghalangi mobilnya. Lantas Atun tidak bisa keluar selama empat jam. Kekesalan pun mencapai klimaks, karena sang pemilik mobil tidak ada di tempat, Atun lalu ‘menghukumnya’ dengan mengempesi mobil mahasiswa tersebut.
Unisba dengan cabang kampus yang banyak, mampu membuat gedung parkiran khusus. Atun melanjutkan, dengan jumlah mahasiswa yang banyak tentu imbasnya akan mampu membuat lahan parkiran yang besar. Universitas dirasa harus tegas demi terciptanya kenyamanan orang banyak. “Jika Unisba memfasilitasi, tentu kendaraan tidak akan membludak ke jalanan. Ke depannya kita tentu akan sama-sama nyaman jika tidak ada parkiran liar,” ujarnya berharap.
Tidak sampai di situ kegeraman Atun di tahun 2014, pernah ada mahasiswa yang parkir mobil tepat di depan pintu masuk gerbang parkiran. Awalnya, Atun menyangka itu milik pembeli, tapi ia bingung, sudah dicari tapi orangnya tidak ada. Ia pun harus kembali merasakan imbasnya, para pengunjung tidak bisa masuk karena terhalangi mobil itu.
Hal ini mendapat respon dari Rifa Bahrul Ilmi Rosyid, Ia menyetujui bahwa parkir liar di Unisba saat ini sudah tidak terbendung lagi. Meski sering memberikan usul tentang parkiran saat pengisian kuisioner, sayangnya belum mendapat tanggapan secara serius. Ia juga kecewa dengan orang-orang yang parkir di lahan publik dan tidak memikirkan kenyamanan warga sekitar.
Sudah tak tahan, akhirnya dua bulan lalu, pihak Sushi Den membuat patokan tanda parkir, khusus untuk pengunjungnya. Sayang, upaya ini nihil, toh masih ada saja yang parkir di lahan tersebut. Seorang mahasiswa menabrak patok tersebut dan memaksa parkir di sana.
“Jujur saja, saya pengguna mobil ke Unisba, tapi saya lebih baik parkir di BIP dan jalan ke kampus dari pada bikin macet dan rugi pengelola swasta sekitar. Harapannya sih Unisba sebagai Universitas ternama di Bandung bisa membangun lahan parkir yang luas,” jelas mahasiswa Fakultas Dakwah 2013 itu.
“Kemampuan tukang parkir ‘kan terbatas, tidak mungkin mengotrol semua lahan. Waktu itu mahasiswa tersebut protes karena menurutnya ini jalanan umum. Tapi secara logika, memang benar jalanan umum, berarti tidak boleh dipakai untuk kebutuhan pribadi dong,” kata Atun dengan menggebu-gebu.
Wakil Sekretaris Unisba, Yani Krishnamurti menyadari dengan adanya parkiran liar yang mengganggu masyarakat sekitar. Ia menjelaskan, jika sudah ada rencana Tamansari 24 akan dijadikan lahan parkir setelah mendapat izin dari Wali Kota Bandung, Ridwal Kamil. “Secara kasat mata memang terlihat mengganggu, tapi itu kembali lagi kepada kesadaran mahasiswa untuk tidak menganggu fasilitas publik,” jawabnya. (Intan Silvia Dewi/SM)
Banyaknya kejadian seperti ini, tidak lantas membuat Atun sebagai pemilik usaha komplain kepada pihak Unisba. Menurutnya, pihak Universtias harus peka karena parkiran liar ini akan mengganggu warga sekitar, khususnya yang memiliki usaha. Ia pun mengharapkan,
.
Bahu Jalan Terpakai, Parkiran Tetap Membeludak Universitas Islam Bandung, selain memiliki tempat parkir sendiri yang dikelola pihak swasta, ada lahan lain yang turut ikut menjadi ‘arena’ parkir kendaraan roda dua dan empat, terletak di sekitaran kampus biru. Bedanya, parkiran yang berada di luar, dikelola langsung oleh pihak Dinas Perhubungan (Dishub).
Parkiran yang berada di luar gedung Unisba ini, tidak ada hubungannya dengan pihak universitas. Unisba hanya ikut menata atau membatasi parkirannya saja, pihak Dishub lah yang mengatur parkiran daerah tersebut. Dishub juga memberikan himbauan kepada juru parkir, untuk merapihkan kendaraan agar tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
Lahan parkir yang dikelola oleh Dishub, ditandai dengan garis parkir, serta petugas yang menggunakan seragam. Tempat itu adalah parkiran resmi yang diizinkan oleh pihak Dinas Perhubungan. Sedangkan yang tidak memiliki garis dan juru parkirnya tidak memiliki seragam, merupakan lahan yang tidak resmi atau dianggap liar. Jika tidak ada izin, dapat dikenakan sanksi seperti penggembokan oleh Dishub, juru parkirnya pun akan mendapatkan teguran.
Harun, salah satu juru parkir yang bertugas di depan kampus Unisba mengungkapkan, bahwa setiap harinya terdapat sekitar 50 hingga 100 motor yang parkir di lahan miliknya. Biaya untuk parkir sekitar dua ribu rupiah. “Kalau parkirnya cukup lama atau seharian saya suka minta lebih, jangan sama aja,” ucapnya saat diwawancarai Suara Mahasiswa, Kamis (22/10).
3
86.8% 86.8%
Mahasisw Maha
kendara kend
73.5%
73.5%
untuk untuk men
Mahasiswa Mahasiswa berdurasi berdurasi parkirparkir lebih lebih dari 4dari jam/hari 4 jam/hari
add untuk informasi lebih lanjut
add untuk informasi lebih lanjut
Menggunakan wa Menggunakan
aan priibadi priibadi
nuju kampus kampus
73.5% 73.5%
Tidak puasTidak akanpuas akan pengelolaan pengelolaan
parkir parkir
27.9% Mobil 27.9% Mobil 59.2% Motor 59.2% Motor
Kendaraan Kendaraan yang yang digunakan digunakan mahasiswa mahasiswa
96.9 96.9 % % 8.7% 88.7%
menginginkan menginginkan pelayanan pelayanan yang yang sa Kesulitan Merasa Kesulitan lebih baik lebih baik memarkirkan untuk memarkirkan kendaraan kendaraan
*Data diperoleh dari*Data koresponden diperolehyang daridipilih koresponden secara acak yangdidipilih 10 fakultas secaraUnisba. acak di 10 fakultas Unisba.
Foto: N. Ihtisan
Dalam sehari Harun bisa mengantongi Rp 180.000, tetapi jika hari sedang sepi seperti Sabtu, maka ia hanya mendapat sekitar Rp 25.000 saja. Jumlah tersebut merupakan penghasilan kotor yang didapatnya, karena ia pun memiliki kewajiban untuk membayar kepada pihak Dishub. Satu harinya ia harus membayar Rp 17.000 hingga Rp 20.000, tergantung pada keramaian parkiran dan luas lahan sang juru parkir.
Ia pun menceritakan bahwa Dishub telah memulai untuk membuat parkiran di dekat Dago Cikapayang, yang ditargetkan akan beres pada dua tahun kedepan. Tempat ini diharapkan dapat menekan parkiran di badan jalan agar tidak membuat kemacetan kepada pengguna kendaraan lainnya. Terkait setoran pada Dishub, pria ini membenarkan adanya biaya yang harus diberikan oleh juru parkir setiap harinya. Uang tersebut tidak sama rata, karena melihat jumlah lahan dan keramian parkiran yang berbeda. Setelah pihak Dishub melakukan ‘Uji Petik’, baru juru parkir diberikan kewajiban bayar per harinya. Biaya yang di tarifkan sekitar Rp 25.000 hingga Rp 100.000.
Mumu Staff Bagian Jalan, Dinas Perhubungan membenarkan, jika parkiran yang berada di sekitar Tamansari legal karena ada Peraturan Wali Kota (Perwal). Jalan tersebut menjadi salah satu area yang mendapatkan izin untuk menggunakan bahu jalan sebagai lahan parkir. Menurutnya kendala di sekitar daerah itu, adalah kurangnya penyedian lahan parkir oleh pihak kampus sekitar, seperti Unisba.
Selain itu, Pihak Dishub sendiri memberikan himbauan kepada pihak-pihak swasta jika melakukan pembangunan harus disertai dengan lahan parkir yang memadai. “Memang kemauan kami seperti itu, jadi pihak-pihak swasta kalau membangun toko, sekolah, atau sabagai macamnya harus dengan menyediakan lahan parkirnya,” ucapnya saat ditemui di kantor Dinas Perhubungan.
“Waktu itu pernah, dari pihak Unpas meminta untuk parkiran di pindahkan ke dalam, tetapi daya tampungnya itu kurang. Sedangkan mahasiswa hampir seluruhnya membawa kendaraan, begitu pun dengan Unisba, akhirnya lokasi yang digunakan parkir adalah sekitar jalan tersebut,” jelasnya.
Kedepan, pihak Dishub akan melakukan tindakan-tindakan pada lahan yang tidak memiliki izin resmi, baik dengan penggebokan atau dengan penegakan hukum lain. Tidak hanya itu, Dishub sedang membangun gedung parkir di lahan-lahan yang potensial. Jadi nantinya akan dialihkan dari badan jalan ke dalam gedung. Membangun monorel juga menjadi salah satu langkah untuk mengurangi parkir liar. (Rangga M./SM)
Mumu menambahkan, Dishub pernah mengadakan penertiban bersama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), untuk melakukan penggebokan, salah satunya di daerah segitiga yang tidak diizinkan untuk jadi lahan parkir. Tetapi tetap saja, esok harinya ada lagi yang parkir di area tersebut, ini dikarenakan lahan parkir yang tersedianya terbatas.
PEMIMPIN UMUM Gana Kanzi H. WAKIL PEMIMPIN UMUM Indiana Primordi A. SEKRETARIS UMUM Desyane Putri BENDAHARA UMUM Putri N. Salma PEMIMPIN REDAKSI Muhammad R. Iskandar SEKRETARIS REDAKSI N. Nita Siti Nurjanah REDAKTUR PELAKSANA Insan Fazrul R., Rangga Mahardika O. N., REDAKTUR Winda R. Nelly, Intan Silvia D., Muthia Meilanie P.J., Khalida Sakinah, REDAKTUR FOTO Nahjul Istihsan, ARTISTIK Agam Rachmawan REPORTER Wulan Yulianti, Devi Fajriati H., M. Reza Firdaus, Amelia, M. Febi Ardiansyah, Rifka Silmia S. PEMIMPIN LITBANG Wildan A. Nugraha SEKRETARIS LITBANG Faza Rahim K.P. SDM Salma Nisrina F., Raisha Hillary RISET, DATA DAN PENGEMBANGAN Hasbi Ilman H., Firhan Adi S., Wiwin Fitriyani RUMAH TANGGA Maynolitta, PEMIMPIN PERUSAHAAN M. Noris Thamher SEKRETARIS PERUSAHAAN Riska N. Wijaya PROMOSI DAN IKLAN Marlina Sari, Annisa A. Ulfah SIRKULASI Firdaus M. Alhaq, Siti Rohimah, PRODUKSI Tanesia Naufal.
4