Edisi VI, 25 April - 10 Mei 2015
Perlawanan terhadap Produk Impor
Puspa Agro Kian Erat Rangkul Petani PASAR Induk Modern Puspa Agro semakin Pererat Rangkul para petani di di sejumlah kota/kabupaten di Jawa Timur (Jatim). Ini terbukti dari seiring bertambahnya petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang ada di Jatim. nBaca Hal ... 2
Trading House PA Kian Berkembang
Panen Petani Tembus Mancanegara
nBaca Hal ... 2
nBaca Hal ... 3
Trading House
| 02 Puspa Agro
Sambungan dari Hal 1
Di Kabupaten Gresik, PT Puspa Agro akan menggandeng petani jagung. Langkah ini tak hanya untuk meningkatkan taraf hidup petani setempat dan memperkeil ruang gerak tengkulak yang kerap merugikan petani. Tapi, untuk memenuhi kebutuhan pasokan pabrik. Puspa Agro dengan PT Palawija Gosari membentuk lembaga Puspasari untuk memberdayakan ekonomi masyarakat petani di Gresik Utara. “Rencananya, Puspasari memasarkan jagung dari petani. Hasil panen itu dibeli dengan harga normal, namun, masih belum ditentukan berapa,” kata Direktur PT Puspa Argo, Abdullah Muchibbudin. Puspasari melakukan kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Gresik untuk menggarap 1000 ha lahan percontohan jagung Gapoktan Pantenan, Desa Panceng sejak November 2014. Hasil panen 2015 lahan percontohan tersebut diperkirakan 600 - 800 ton sekali panen dan akan ditampung PT Invivo Indonesia. Meski demikian, pemilihan wilayah pun dilakukan seara detail, yaitu di wilayah Gresik Utara. Alasannya, secara iklim dan tanah potensial untuk menanam jagung. Hanya saja, harga jagung para petani lokal tersebut belum bisa bersaing dengan jagung impor. “Salah satu sebab adalah produktivitas lahan dan hasil panen yang relatif rendah. Karena itu kita berupaya menggandeng petani jagung Gresik sehingga dapat memberdayakan ekonomi masyarakat setempat,” ungkapnya. Tak hanya di wilayah Kabupaten Gresik saja, namun, langkah pasti dalam menggandeng petani juga dilakukan di Jember. Di kabupaten ini, pasar induk modern ini merangkul petani kopi melalui Gapoktan setempat. Saat ini sudah ada lima kelompok tani dan koperasi tani telah menjalin kerja sama dengan Puspa Agro. Dari para petani, komoditas biji kopi dihimpun dengan cara membelinya secara tunai dengan harga yang sesuai. Selain di Jember, Puspa Agro juga “mendekap”
Susunan Pengelola: Penasihat/Pengarah: Erlangga Satriagung Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi dan Penanggungjawab; Gatot Bibit Bibiono Redaktur Pelaksana; Iskandar Redaktur Ardy Abimanyu Reporter; Andriya Pitupulu Anggraeni Widakdo Fotographer: Iksan Sasmito Teknologi Informasi: Nana Firdaus Design & Layout Firman
kelompok tani di Kabupaten Blitar, yaitu Gapoktan cokelat yang tergabung dalam Koperasi Guyub Santoso. “Sejak November 2014 kami menjalin kerja sama dengan Gapoktan cokelat Blitar, kerja sama ini dilanjutkan dengan penandatanganan MoU pada awal Januari 2015,” jelas Muchibuddin. Alasan Puspa Agro menggandeng petani kakao Blitar bukan hanya kualitas hasil panen yang baik, tapi, kualitas cokelat yang dihasilkan menempati posisi tertinggi. “Nah, dengan potensi ini, Blitar diharapkan memberikan kontribusi lebih terhadap kinerja perdagangan dan mengembangkan perekonomian Jatim,” jelasnya. Selain petani kakao, Puspa Agro juga men-
jalin kerja sama dengan petani belimbing yang tergabung dalam Kelompok Tani Margo Mulyo. Selain membeli hasil petani setempat dengan harga yang pantas, Puspa Agro juga mengolah belimbing sortiran agar memiliki nilai tambah.Sortiran itu diolah menjadi beberapa produk. “Kami melihat hasil buah belimbing di sini cukup bagus, apalagi Blimbing Karangsari sudah akrab di telinga. Karena itu kami merangkul kelompok tani di sini. Kami juga akan terus menggandeng sejumlah petani di Jatim agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Langkah ini sekaligus untuk mempersempit ruang gerak tengkulak yang kerap kali meriugikan petani,” ungkapnya. (kan)
Trading House PA Kian Berkembang DIVISI Trading House Puspa Agro semakin berkembang. Untuk komoditas buah, misalnya mulai Januari hingga Desember 2014, total serapannya terhadap panen petani mencapai 57,809 ton dengan nilai transaksi Rp 3.226.713.000. Pada periode yang sama, sayur dengan serapan 38.809 ton, nilai transaksinya mencapai Rp 358.187.000. Ikan dengan serapan 39.359 ton, nilai transaksinya Rp 1.249.098.000. Sedangkan ayam dengan serapan 19.123 ton, nilai transaksi yang dibukukan Rp 427.169.000. Pada Desember 2014, untuk komoditas telur, serapan 4.680 ton, nilai transaksi 99.684.000. Sementara pada bulan Junoi sampai dengan okteber 2014, komoditas kopi dengan serapan 415 ton, nilai transaksi 8.711.934.000. Dan untuk komoditas wortel pada September sampai dengan Desember 2014, serapan sebesar 196.729 ton, nilai transaksi 223.581.000. Komisaris PT Puspa Agro, Erlangga Satriagung, mengatakan, tahun ini
terus melakukan pembenahan kinerja Puspa Agro untuk meningkatkan produk lokal nantinya. Disisi lain lanjutnya, peran pemerintah ikut andil dalam menjaga produk petani. Salah satunya, membenahi infrastruktur atau akses menuju puspa agro untuk petani. Jika ini terus dilakukan kami
Erlangga Satriagung
yakin puspaagro akan menjadi pusat pasar induk terbesar diIndonesia. Kami akan menargetkan di tahun 2025 akan menjadi pusat transaksi agro di dunia. Apa lagi kami juga dibantu terbukanya 26 kantor cabang dibeberapa wilayah indonesia,” pungkasnya. (is)
Panen Petani
Didorong Puspa Agro, Panen Petani Tembus Mancanegara
STRATEGI pendekatan pasar induk modern yang berada di Jemundo dalam merangkul petani untuk meningkatkan taraf hidup tak sia-sia. Selain dapat mengangkat kondisi perekonomian mereka, di bawah pengelolaan Puspa Agro, hasil panen petani tak hanya mengalir ke pasar lokal, namun juga tembus ke mancanegara. Tengok saja komoditas jahe gajah, Komoditas yang satu ini kembali menjadi favorit pelaku bisnis agro di Puspa Agro. Para buyer di beberapa Negara, seperti Bangladesh, Pakistan, Dubai, dan India memastikan diri memesan jahe gajah asal Jawa Timur (Jatiom) yang dihimpun oleh pelaku bisnis di Puspa Agro. Sebelumnya, komoditas kubis, rumput laut, kemiri, pinang, kayu manis, kelapa juga menembus pasar ekspor dengan tujuan Taiwan, Hong Kong, Malaysia, dan Thailand. Bahkan salah seorang eksportir jahe gajah menjadikan Puspa Agro sebagai base camp bisnisnya. Hingga Desember 2014, ia mendapat order sebanyak 150 kontener (40 feet) @ 27 ton. Dengan demikian, proyeksi ekspor jahe gajah yang ia lakukan hinga akhir tahun lalu mencapai 4.050 ton
dengan tujuan ke Bangladesh dan India. Untuk memenuhi pasar ekspor tersebut, dirinya bekerja sama dengan para petani di sentra-sentra produksi jahe di beberapa daerah di Jatim. Di antaranya di Malang, Ponorogo, Lumajang, Bondowoso, Banyuwangi. Dari para petani, komoditas jahe itu lalu dihimpun di Puspa Agro, dibersihkan, di-grading sesuai spesifikasi yang diminta buyers di luar negeri, sebelum akhirnya di-packing untuk dikirim melalui kontener. “Kami terus mengembangkan fungsi ekonomi dan bisnis sebagai pusat transaksi komoditas agro. Karena itu, kita juga terus memfasilitasi dan membuka akses pasar kepada para petani dan pedagang yang selama ini berbisnis di Puspa Agro,� jelas Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin. Secara bertahap, lanjut dia, komoditas yang masuk ke pasar ekspor terus bertambah. “Ini membuktikan, bahwa peran ekonomi Puspa Agro sudah bisa memberikan manfaat kepada para petani dan pedagang dan dunia bisnis agro pada umumnya,� pungkasnya. (dar)
| 03
04 |
Petani Modern
Jurus Petani Sukses di Era Globalisasi Dalam waktu dekat ini kita akan memasuki MEA 2015, nah, pada saat itulah berbagai produk dari luar negeri, baik elektronik maupun holtiultura akan menerobos masuk ke pasar tradisional maupun pasar modern. Ini karena harga produk impor terkenal ramah di kantong. Meski demikian, kita, khususnya para petani tak perlu minder dengan hal itu. Karena, gelontoran produk impor dapat dibentengi apabilah maju berusaha. Demikian juga dengan petani, tak perlu takut akan hal itu. Sebab, ada sejumlah jurus menjadi petani suses di era globalisasi. Di luar negeri, profesi petani sering dikaitkan dengan pengusaha kaya dengan lahan luas dan teknologi modern, tapi di Indonesia justru kebalikannya. Wajar kalau kemudian profesi petani tidak menarik bagi pelajar, apalagi dari kalangan yang berkantung tebal. Untuk itu, langkah pertama adalah melenyapkan anggapan bahwa pertanian identik dengan masa depan suram. Langkah selanjutnya adalah menyadari bahwa penguasaan teknologi bisa membawa perubahan besar, bukan hanya bagi para pelakunya saja tetapi juga bagi bangsa. Lantas bagaimana cara untk menjadi petani sukses?
Yang pertama, peatni tak melulu bergelut dengan tanah, air, lumpur dan alat bajak. Tapi, juga harus mengubah pola pikir menjadi lebioh modern. Salah satunya mengikuti pelatihan-pelatihan dan melek teknologi. Pelatihan ini “hukum�-nya wajib, sebab akan mengubah pola tanam hingga masa panen. Melalui pelatihan, maka hasil panen akan akan menjadi seperti yang diimpikan. Selanjutnya, petani juga harus melek teknologi. Melalaui langkah ini, petani akan mendapat banyak petunjuk. Baik itu harga, pemilihan pupuk, bibit hingga penjualan. Untuk dapat melek teknologi juga tak memerlukan biaya mahal, cukup dengan telepon pintar. Apalagi harga ponsel pintar kini semakin pintar, dan jaringan dari provider pun sudah menjangkau hingga ke pelosok desa. Banyak hal yang nantinya bis “dipetik� petani yang mau melek teknologi. Sepertiu cara tanam, pemilihan pupuk dan perkembangan harga komoditas. Nah kini, saat petani mengubah pola pikir. Petani bukanlah masa depan suram, sebaliknya, profesi etani adalah kunci menuju kesuksesan, sekaligus dapat mengembangkan meningkatnya perekonomian daerah. Petani harus berubah di era globalisasi ini. (dar)
Pasar Petani
| 05
Perluas Pasar Petani SELAIN meningkatkan taraf hidup petani dengan membeli hasil panen dengan harga yang yang berkeadilan. PT Puspa Agro juga memperluas pasar petani.Upaya ini juga dibarengi dengan terus menghasilkan komoditas yang berkualitas. Hal ini dimaksudkan mengimbangi mulai berlakunya pasar bebas ASEAN. Sementara untuk merespon tren naiknya permintaan akan hasil perikanan, Puspa Agro tengah menyiapkan pembangunan sarana pemprosesan (processing) ikan yang akan melengkapi cold storage yang sudah ada. Dengan sarana ini, kelak diharapkan produk nelayan/petambak tidak saja memenuhi pasar dalam negeri atau antarpulau, tetapi diproyeksikan masuk ke pasar internasional (ekspor). Sebab, sarana processing ikan ini akan dibangun sesuai standar untuk pasar ekspor,. Di sisi lain, Puspa Agro terus memperkuat peran divisi Trading House yang bergerak dan bermitra dengan kelompok-kelompok tani dan nelayan di sentra-sentra produksi di berbagai daerah di Jatim. Pasalnya, produk yang mereka hasilkan sudah banyak diserap pasar modern serta industri pengolahan. Mata rantai distribusi komoditas pun bisa diperpendek, sehingga harga yang ditetapkan memuaskan, baik di tingkat petani maupun konsumen. Saat ini Puspa Agro berhasil memasarkan aneka komoditas pertanian asal Jatim. Selain aneka buah dan sayur, berbagai jenis ikan, ayam potong, telor, telah terdistribusi ke supermarket berskala nasional dan perusahaan katering besar yang melayani perusahaan tambang dan pengeboran minyak, serta industri pengolahan makanan dan minuman
di Indonesia Timur. Puspa Agro juga memasok biji kopi untuk industri pengolahan kopi. Untuk maksud ini, Puspa Agro menyerap kopi dari hasil panen para petani dan kelompok tani (Gapoktan) di Jember. Komoditas lain, seperti kakao dan jagung juga tengah dijajaki untuk dicarikan akses pasarnya. Diharapkan, peran ini bisa dimaksimalkan sehingga stabilitas harga dan pasokan bebagai komoditas agro bisa dijaga. Pada gilirannya program ini meningkatkan nilai tambah petani dan nelayan/petambak di Jatim. (isa)
Petani Optimis Semakin Maju UPAYA pasar induk modern Puspa Agro menggandeng setiap petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kabupaten Jawa Timur (Jatim) memetik hasil yang kian bagus. Para petani pun optimis hasil panennya akan semakin maju. Lontaran-lontaran positif dari para petani ini terkuak ketika wartawan e-buletin Puspa Agro berkunjung ke beberapa Gapoktan di Kabupaten Blitar. Luapan kegembiraan itu terpancar dari wajah mereka. Saat di berada di Karangsari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim), wartawan e-buletin Puspa Agro mendapat kesempatan berbincang dengan Imam Surani selaku Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo. Ia menceritakan secuil kisah perjuangan sebelum bekerjasama dengan Puspa Agro. “Cukup berat mas, apalagi saaat itu, tepatnya tahun 1990, kami harus rela memberikan contoh buah demi membuka peluang pasar,” ucapnya.
Kali pertama, hasil panen petani belimbing ini dipasarkan di pasar tradisonal yang ada di Blitar. “Alhamdulillah, hasil panen petani diterima pedagang. Kami pun berupaya memperluas pasar ke kota-kota lain,” kenangnya. Kala itu, ia mencoba membuka pintu ke Yogyakarta. “Tak cukup di sana (Yogyakarta), agar hasil panen petani tak sia-sia, kami juga membuka peluang hingga ke Jakarta. Perjuangannyapun tak mudah,” kata dia. Saat membuka peluas di pasar tradional di luar Blitar, teknik pemasaran yang dilakukan pun sama. Yakni dengan memberikan sample atau contoh hasil panen pada pedagang di masing-masing kota. “Tidak langsung menawarkan hasil panen, tapi dengan memberikan contoh buah belimbing. Itu merupakan salah satu langkah untuk dapat menembus pasar sehingga dapat diterima oleh pembeli di kota-kota setempat,” ungkapnya. Seiring berjalannya waktu, selang sepekan
kemudian. Imam mendapat kabar bahwan belimbing hasil panen petani setempat memikat hati pembeli. “Alhamdulillah, meski harus menunggu seminggu lamanya, akhirnya membuahkan hasil,” ucapnya. Tak ayal, pesanan dari pasar pun kian banjir. Pasokan ke beberapa pasar di beberapa kota pun kian menjadi. Bahkan, kian derasnya permintaan. Hasil panen petani itu pun mulai memasuki pasar modern. Saat itu, belimbing petikan petani itu masuk ke Carefour.Meski demikian, kerjasam dengan paqsar ritel ini pun tak berlangsung lama. Dirasa memberatkan, maka kerjasama itu pun akhirnya terputus. “Sangat berat, karena tiga kali kirim bayar satu kali. Mau tidak mau, kita harus melepas kerjasama dengan carefour,” akunya. Meski harus melepas kerjasama dengan pasar ritel, tidak lama kemudian, mereka digandeng Puspa Agro. Bahkan sampai dengan saat ini, panen belimbing disetorkan pada pasar induk moderen ini. “Terus terang kami sangat terbantu dengan adanya kerjasama ini, sebab hasil panen langsung dibayar. Pembayarannyapun relatif cepat. Hasil panen kita kirim, tidak lama Puspa Agro langsung membayar melalui transfer rekening,” terangnya. Hal senada juga diungkapkan Ketua Koperasi Petani Kakao Guyub Santosa Blitar, Kholid Mustofa. Melalui kebun kakao yang pengembangan bisnisnya kian mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat maka volume produksi kakaonya bisa mencapai 180 Kilogram per hari. “Dari angka tersebut, dominasi 70 persen produksi dijual ke Malaysia dan sisa 30 persennya di pasar lokal. Kami optimis ekspor cokelat bisa terealisasi. Keyakinan ini muncul setelah menjalin kerjasama dengan Puspa Agro,” pungkasnya. (isa)
06 |
Produk Unggulan
Produk Lokal Lebih Baik Ketimbang Impor SEBENARNYA produk holtikultura lokal lebih baik bila dibanding dengan produk impor. Mulai dari sisi kesegaran hingga nilai gizi. Sayang, gaya hidup moderen yang mengubah masyarakat lebih memilih produk dari luar negeri. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi produk lokal untuk sampai ke konsumen, mengingat jarak yang dekat antara produsen dan konsumen. Dan hal ini pula yang membuat produk lokal jauh lebih segar dibanding dengan produk impor. Produk impor umumnya dipanen dengan waktu yang kurang tepat untuk menghindari kerusakan atau busuk ketika sampai ke tangan konsumen. Ini membuatnya menjadi kurang segar di banding dengan produk lokal. Di sisi lain, karena memiliki waktu yang tepat dan dalam kondisi yang pas untuk panen, tentu saja produk lokal memiliki gizi yang maksimal dibanding dengan produk impor. Karena dengan waktu panen yang tepat, produk lokal akan memiliki rasa yang baik dan tentu saja nutrisi yang terkandung di dalamnya akan lebih tinggi. Dengan mem-branding produk lokal, tentu akan memperkenalkan produk lokal secara lebih luas. Dan itu akan membantu petani dalam menyalurkan komoditasnya. Selain itu, juga dapat membangkitkan semangat para petani untuk menghasilkan produk lokal yang semakin berkualitas. Sebenarnya, potensi hortikultura yakni buah dan sayuran Indonesia makin diminati masyarakat dunia. Setelah buah manggis, menyusul komoditas hortikultura lain turut makin diminati pasar internasional. Demi meningkatkan kualitas hortikultura di pasar dunia, Kementrian Pertanian (Kementan) fokus pada pengelolaan hortikultura. Beberapa komoditas seperti buah marqisa, terong, cabai merah dan kacang hijau makin diminati merambah pasar internasional. Atas komoditas tersebut negara tujuan ekspor komoditas tersebut ke Singapura, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), Tiongkok dan Unit Emirat Arab. Tingginya konsumsi masyarakat akan produk herbal membuat produk jamu herbal makin digemari masyarakat dunia. Sayang, di tanah air produksi jamu herbal masih belum mendapat tempat di dunia kesehatan. Kondisi ini terjadi karena belum adanya sinkronisasi antara industri dengan petani. (kan)
Lawanan Produk Impor
| 07
Pusat Perlawanan Produk Impor MENURUT data Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS Jatim) impor buah-buahan pada bulan November 2014 tercatat mencapai 27,9 juta dollar AS. Catatan ini menunjukkan menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 26,4 juta dollar AS. Impor buah-buahan Jatim 98 persen atau sekitar 20 juta dollar AS berasal dari Cina terutama untuk jeruk dan pir. Meningkatnya impor ditengarai bukan karena kekurangan pasokan buah lokal namun akibat perubahan gaya hidup masyarakat. Masuknya “gempuran” buah impor ini tak hanya di perkotaan, baik itu di pasar tradisonal hingga pasar ritel. Tapi, keberadaan buah impor ini juga sudah msuk ke beberapa desa di Jatim. Kondisi itulah yang kemudian mengugah Komisaris Puspa Agro, Erlangga Striagung. Ia menyatakan, sebenarnya kualitas hasil panen petani lokal itu bagus dan tak kalah dengan komoditas holtikultura dengan negara lainnya. “Untuk dapat bersaing hanya memerlukan strategi pembenahan. Seperti memberikan edukasi pada petani, sehingga pola pikir mereka berubah dan dapat mengubah sekaligus menaikkan taraf hidup petani,” ujarnya. Erlangga menyatakan, Puspa Agro akan menjadi pusat perlawanan produk impor. ”Tidak ada tempat berdagang produk agro yang melarang jualan produk impor selain Puspa Agro. Kami akan terus mengangkat jargon sehingga dapat mengahadang serbuan produk impor. Produk impor sudah masuk ke desa-desa,” jelasnya. Pasar induk modern ini juga bertekad melawan prinsip perdagangan dengan tidak selalu mencari harga termurah karena harus memberi keuntungan ke petani. Pasar induk yang lain, dikatakannya hanya memperhatikan satu sisi. Tapi Puspa Agro berusaha agar market dapat harga wajar tetapi juga petani juga mendapat harga tinggi. Petani bisa mendapatkan keuntungan 20 persen lebih tinggi ketika memasarkan produknya ke Puspa Agro dibandingkan ke tengkulak. Sementara Puspa Agro hanya mendapat keuntungan 2 sampai dengan 3 persen setelah dikurangi biaya sortir, packaging dan transportasi. Saat ini Puspa Agro memiliki enam trading house yang berupaya meningkatkan penyerapan hasil panen petani dan memasarkannya guna mendongkrak nilai tambah bagi petani. Bahkan dengan pe-
masaran melalui trading house, rata-rata nilai tambah yang diperoleh petani dari program ini mencapai 25-30%. Tidak hanya keuntungan material, petani dibantu dalam proses grading dan packing yang selama ini masih menjadi kelemahan sehingga nilai komoditas dari petani akan meningkat. Divisi ini diharapkan bisa memangkas rantai distribusi dari petani ke end user yang berlapis-lapis hingga akhirnya menaikkan harga hingga berlipat sampai ratusan persen. Keuntungan lainnya bagi petani, ketika produknya diserap Puspa Agro, petani akan mendapatkan pembayaran secara tunai. Tidak lagi dicicil seperti halnya dengan tengkulak yang menyebabkan petani kesulitan modal. Saat ini ada sekitar 50 item buah dan sayur yang kini diserap dari petani kemudian dipasarkan di gerai-gerai Carrefour dengan label Puspa Agro. Sedangkan di sektor perikanan sejauh didistribusikan ke perusahaan catering nasional yang melayani perusahaan pertambahan dan pengeboran minyak di kawasan Indonesia Tengah dan timur. (bow)
08 |
Edukasi Petani
Siap Edukasi Petani Jatim PT Puspa Agro siap melakukan edukasi pada petani di Jawa Timur (Jatim). Langkah ini dilakukan agar kualitas hasil panen memiliki kualitas yang sejajar dengan produk negara-negara Asean lainnya. Di sisi lain, ini merupakan salah satu strategi pasar induk modern dalam menghadapi MEA 2015. Edukasi yang dilakukan itu berupa cara peningkatan teknik pertanian.”Sehinga pertanian kita dapat bersaing dengan produk holtikultura negara-negra ASEN lain. Puspa Agro siap melakukan edukasi pada petani melalui Trade House Division,” kata Direktur Puspa Agro Abdullah Muchibuddin. Selain edukasi, lanjut dia, kemampuan untuk melakukan gradding, atau pemilahan juga harus dipahami petani berdasarkan referensi yang berlaku secara internasional. Minimal untuk tingkat Asean harus terlebih dahulu dipahami. Karena dengan kemampuan gradding atau memilah maka produk pertanian itu akan dibagi-bagi dalam kwalitas yang berbeda-beda. Ini juga harus mampu dilakukan para petani kita sebelum memasuki pasar bebas MEA 2015. Dijadwalkan edukasi terhadap petani terkait dengan MEA 2015 serta fungsionalisasi Trading House Division yang dikelola Puspa Agro Jawa Timur, pria berkacamata ini memperkirakan pertengahan 2015 mendatang edukasi petani dapat dilaksanakan. Dari catatan kami, untuk menyambut diberlakukannya MEA 2015 mendatang, Puspa Agro memang harus mempersiapkan diri, agar tidak sekedar menjadi penonton. Tetapi justru ikut terlibat aktif menjadi pemain. “Ini yang kami utamakan pada ‘Trading House Division’,” ucapnya. Pada Trading House Division, petani sebagai produsen aneka sayur dan buah yang menjadi satu diantara komoditi terbesar Puspa Agro, akan secara langsung berhubungan dengan Puspa Agro. “Kami akan jemput bola kepada para petani sebagai produsen langsung,”. Petani, lanjut Muhibuddin, tidak lagi berhubungan dengan tengkulak yang dalam prakteknya memang akhirnya dapat mempermainkan harga pasar, dan tidak menutup kemungkinan memberikan dampak kurang bagus untuk kesejahteraan petani. “Pembentukan Trading House Division, satu diantara targetnya adalah memangkas jalur panjang petani sebagai produsen dengan konsumen melalui tengkulak, untuk kemudian digantikan oleh keberadaan Trading House Division tersebut,” ungkapnya. Oleh karena itu, saat ini kami memang tengah membangun jejaring yang ada, agar menjadi lebih kuat, dan saat MEA 2015 mulai berlangsung, maka kami akan memiliki kesiapan untuk ikut bermain di pasar bebas tersebut. (pri)
RPH di Puspa Agro
Bakal Ada RPH di Puspa Agro DALAM waktu dekat ini akan ada Rumah Potong Hewan (RPH) di Puspa Agro. Rencananya, Dinas Peternakan Jawa Timur yang melengkapi Puspa Agro dengan RPH modern pengerjaan akan tuntas dan bisa diserahkan tahun ini. “Sudah hampir selesai semua tinggal proses melengkapi saja,” ujar Kepala Seksi Kesejahteraan Hewan Dinas Peternakan Jatim Mitro Nurcahyo. Nantinya, lanjut dia, RPH ini akan menjadi RPH modern yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan daging jatim dan kebutuhan nasional. Meski seiring selesainya RPH ini muncul beberapa permasalahan di antaranya soal pengelolaan aset milik Pemprov Jatim ini. Pengelolaan rencananya diserahkan Puspa Agro sejak 2014 ternyata menemui ganjalan. Penyebabnya,
badan hukum dari Puspa Agro adalah Perseroan Terbatas (PT), bukan Perusahaan Daerah. Hal inilah yang membuat proses hibah tidak bisa segera dilaksanakan. “Kalau posisi (Puspa Agro) perusahaan daerah prosesnya bisa langsung. Saat ini masih dilakukan koordinasi terus dengan inspektorat, Biro Hukum dan BPKAD (Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Daerah) Jatim,” jelasnya. Sementara itu, RPH di Puspa Agro ini tergolong modern, karena menggunakan rantai dingin. Nantinya, RPH ini tidak hanya menghasilkan daging segar, namun juga daging beku yang bisa didistribusikan ke beberapa daerah. Sedang kapasitas tempat ini bisa memotong 50 ekor sapi per hari dan dilengkapi peralatan modern, termasuk restraining box dan cold stroragde. (wo)
| 09
10 |
Sentra Hidroponik
Bangun Sentra Pengembangan Hidroponik PASAR induk Puspa Agro akan segera menjadi sentra pengembangan aneka sayur dengan sistem hidroponik. Untuk maksud ini, manajemen Puspa Agro memfasilitasi mereka melalui Koperasi Petani Hidroponik Jawa Timur (Jatim). Untuk pengembangan budi daya sayur dengan sistem hidroponik, menurut Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin, tahap pertama pihaknya menyiapkan lahan seluas 800 meter persegi. Pola ini, akan terus dikembangkan sesuai tuntutan pasar. “Kini lokasi bakal pengembangan aneka sayur dengan sistem hidroponik lagi dibangun dan dijadwalkan April bulan depan sudah bisa dimanfaatkan.Kami akan terus men-support pengembangan mitra binaan ini lewat koperasi yang ada, termasuk membantu mencarikan akses pasarnya,” jelasnya. Sementara itu, Humas Komunitas Hidropinik Surabaya, Kiptiyah As Shiddiq, menambahkan, selama ini sudah tertanam begitu kuat image, bahwa bercocok tanam itu identik dengan tanah atau lumpur yang bikin kita kotor. Nah, dalam sistem hidroponik semua itu bisa ditepis. Ini pasti menarik dan seka-
ligus peluang bisnis bagi generasi muda atau masyarakat pada umumnya,” tuturnya. Menandai tonggak pengembangan budi daya sayur yang menjadikan air sebagai media utama (bukan tanah sebagaimana lazimnya bercocok tanam) ini, ratusan komunitas hidroponik se-Indonesia, pada 22 Maret lalu, berkumpul di “Gathering Hidroponik” yang dipusatkan di Gedung Tani Puspa Agro. Even yang digelar Komunitas Hidroponik Surabaya dan Koperasi Petani Hidroponik Jatim, selaku mitra binaan Puspa Agro ini, dihadiri ratusan petani hidroponik dari berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Bali, bahkan dari Malaysia, serta Surabaya dan sekitarnya . Diharapkan, melalui pertemuan antar penggemar budi daya sayur dengan sistem hidroponik ini, para peserta bisa saling bertukar pikiran dan pengalaman masing-masing untuk pengembangan hidroponik di Indonesia. Pada gilirannya, makin banyak masyarakat khususnya generasi muda, tertarik dan gemar bercocok tanam dengan sistem ini. (isa)