Edisi IV, 25 Maret - 10 April 2015
Perlawanan terhadap Produk Impor
Gathering Hidroponik se-Indonesia
Menangguk Rupiah Dalam Keterbatasan Lahan
JIKALAU mau berusaha, maka tak akan susah meraih sukses. Keterbatasan lahanpun tak akan menjadi halangan bagi petani yang ingin menjaring rupiah, meski berada di perkotaan. Itulah sekelumit gambaran dari Gathering Hidroponik se-Indonesia yang digelar di gedung pertemuan Pasar Induk Puspo Agro di Desa Jemundo Kecamatan Taman, pada 22 Maret 2015,
Gerilya Semut
Permintaan Sayur Hidroponik Tinggi
nBaca Hal ... 2
nBaca Hal ... 3
nBaca Hal ... 2
Gathering Hidroponik
| 02 Menangguk Rupiah
Sambungan dari Hal 1
Pertemuan yang mengusung tema “Era Baru Pertanian Indonesia, Pemuda Bangga Menjadi Petani Hidroponik” ini bertujuan memberikan masukan positif pada komunitas petani hidroponik bahwa keterbatasan lahan tetap bisa berkembang asalkan ada kemauan. Menurut salah seorang panitia, Lutfi, terlaksananya Gathering Hidroponik ini bermula dari komunitas yang kerap meng-upload melalui jejaring media sosial Facebook maupun Twitter. “Dari sinilah lahir ide-ide dari teman komunitas untuk segera mengadakan pertemuan. Bahkan siswa sekolah pun telah banyak yang belajar mengenai jenis sayuran dan bagaimana cara mengembangkan sayur hidroponik,” jelasnya lelaki berusia 40 tahun ini. Berbagai macam keluhan ataupun saran, lanjut dia, kemudian ditampung hingga diaplikasikan di masing-masing daerah. “Kedepannya, para petani hidroponik semakin berkembang dengan hasil panen yang maksimal,” ujarnya. Dalam kesempatan itu, Manager Kebun, Kiptiyah mengatakan, menanam sayur-sayuran dengan metode hidroponik dapat menggunakan berbagai media tanam. Salah satunya menggunakan rockwool atau sebuah endapan serbuk batu. Sebab media tersebut paling lama dalam menyimpan air. ”Kami memilih media tanam rockwool karena paling tahan dan paling lama dalam menyimpan air untuk tanaman,” akunya. Dia menyarankan agar mendirikan greenhouse atau tempat untuk memanipulasi kondisi lingkungan agar pertumbuhan tanaman lebih maksimal. Hal tersebut dapat meminimalisir hama tanaman juga penen lebih cepat dan lebih segar. ”Dengan menggunakan greenhouse, maka penanggulangan hama sangat minim. Apabila dilakukan pembersihan secara berkala pada media tanam seperti pada paralon dan talang, maka pemanenannya pun lebih cepat dan lebih segar,” terangnya. Selain dilakukan pembersihan pada media-media yang dipakai, air juga perlu diperhatikan.
Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, Wibowo Eko Putro (kiri) didampingi Direktur PT Puspa Agro (dua dari kiri) saat meninjau Green House.
Apabila air yang dipakai keruh, maka air harus diendapkan dahulu selama 1 malam, agar tidak mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman. ”Apabila air di rumah kita keruh, maka kita harus endapkan terlebih dahulu. Karena dengan menggunakan air yang keruh, pertumbuhan tanaman tidak maksimal,”. Sementara itu, menurut salah satu peserta Gathering Hidroponik, Anang, menuturkan, komunitas komunitas hidroponik di Jawa tengah sangat mendukung kegiatan tersebut. “Dengan adanya study banding di Sidoarjo ini,bisa menambah wawasan bagi petani hidroponik kedepan. Apa yang kami dapatkan dari hasil pembelajaran di Sidoarjo ini, kami edukasikan sehingga keterbatasan lahan tidak menjadi kendala karena dengan sistem hidroponik,kami tetap
bisa berkembang,” pungkas peserta asal Kota Semarang ini. Sekedar diketahui, Gathering Hidoponik yang digelar Komunitas Hidroponik Surabaya (KHS) Koperasi Petani Hidroponik Jatim dihadiri lebih kurang 700 petani hidroponik dari berbagai daerah di Indonesia. Di antaranya Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Bali, bahkan dari Malaysia, serta Surabaya dan sekitarnya Diharapkan, melalui pertemuan antar penggemar budi daya sayur dengan sistem hidroponik ini, para peserta bisa saling bertukar pikiran dan pengalaman masing-masing untuk pengembangan hidroponik di Indonesia. Pada gilirannya, makin banyak masyarakat khususnya generasi muda, tertarik dan mau bercocok tanam dengan sistem ini. (tim)
Gerilya Semut
Susunan Pengelola:
B
Penasihat/Pengarah: Erlangga Satriagung Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi dan Penanggungjawab; Gatot Bibit Bibiono Redaktur Pelaksana; Iskandar Redaktur Ardy Abimanyu Reporter; Andriya Pitupulu Anggraeni Widakdo Fotographer: Iksan Sasmito Teknologi Informasi: Nana Firdaus Design & Layout Firman Wibowo Eko Putro
ESARNYA ketertatrikan petani dan masyarakat yang hadir dalam Gatehring Hidroponik di Puspa Agro pada 22 Maret 2015, membuat Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, Wibowo Eko Putro, tergugah. Ia pung ,mengatakan lakukan gerilya ala semut, “Kalau dalam acara ini hadir 700 petani hidroponik dan mereka bisa menggandengan 10 orang di sekelilingnya, setidaknya sudah ada 7.000 petani hidroponik di negeri ini. Tak usah muluk-muluk, lakukan gerilya ala semut, perlahan tapi bisa bergerak jadi besar,” tuturnya. Ia mendukung bila pemerintah memberlakukan aturan bagi pengembang di Tanah Air untuk mengalo-
kasikan 40 persen area yang dibangun bagi pertanian holtikultur. “Di luar negeri, seperti Jepang sudah dilakukan itu. Jadi kita tidak perlu resah soal ketahanan pangan lagi nantinya,” ucapnya. Dalam kesempatan itu, pria yang akrab disapa Eko ini memeragakan dengan memetik salah satu daun sawi di hadapannya dan langsung mengunyah habis. Tak ayal, aksi Kepala Dinas Pertanian Jatim ini diikuti Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin, dan Rudi, dari DPD REI Jatim yang turut mendampingi dalam acara Gathering Hidroponik se-Indonesia yang diselenggarakan di Gedung Tani Pasar Induk Modern Agrobis Puspa Agro. (is)
Sayur Hidroponik
Permintaan Sayur Hidroponik Tinggi P
ERMINTAAN sayur hidroponik cukup tinggi. Bukan hanya dari lokal, tapi permintaan selada dari Timur tengah juga cukup tinggi. Hal ini dikarenakan sayuran hiodroponik bebas pestisida. “Pesanan cukup banyak, karena konsumen tahu sayuran hidroponik bebas pestisida, tingginya permintaan terhadap sayuran organik membuat anggota Komunitas Hidroponik Surabaya, sebagai salah satu penyedia sayuran sampai kewalahan memenuhi. Setidaknya tiap bulan, 1 ton produksi sayuran dari hasil menanam secara hidroponik laku terjual,” tutur Ketua Koperasi Hidroponik Jawa Timur (Jatim), Yoso Susriarto. Dikatakan lebih lanjut, ada beberapa petani hidroponik sudah melakukan kerjasama dengan koperasi untuk menjual produksinya. Mengenai harganya, memang sedikit lebih mahal dari pada sayur biasanya. “Tetapi sayur yang diproduksi aman dari pestisida, itu kelebihan sayur hidroponik,” ungkapnya. Menurutnya, penetrasi pasar sayuran hidroponik cukup luas sampai di ekspor. Di Timur Tengah, misalnya, sampai saat ini pihaknya belum bisa memenuhi ekspor ke Timur Tengah karena masih keterbatasan produksi. “Di Timur Tengah permintaan selada cukup tinggi. Kami tidak bisa memenuhi permintaan disana,” ujarnya. Rencananya, selain untuk konsumsi dengan makanan, sayuran hasil hidroponik ini akan dibuat produk lain yang punya nilai tambah. Kalau panen sayur dari petani melimpah, maka akan diolah jadi jus atau produk lainnya. “Kami produksi juga mi dari bahan sayur. Misalnya warna merah mi, bisa dari bawang merah. Sekarang kami masih menjajaki itu,” pungkasnya. (dri)
| 03
Sistem Hidroponik
04 |
Lebih Dekat Mengenal Hidroponik I
stilah hidroponik (hydroponics) digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Di kalangan umum, istilah ini dikenal sebagai “bercocok tanam tanpa tanah�. Di sini termasuk juga bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih. Dahulu, peneliti yang bekerja di laboratorium fisiologi tumbuhan sering bermain-main dengan air sebagai media tanam dengan tujuan uji coba bercocok tanam tanpa tanah. Sebagian orang menganggap metode itu sebagai aquakultur (bercocok tanam di dalam air). Uji coba tersebut ternyata berhasil dan patut diberi acungan jempol sehingga banyak ahli agronomi yang terus mengembangkan cara tersebut. Pada perkembangan selanjutnya, media air diganti dengan media yang lebih praktis, efisien dan lebih produktif. Cara kedua ini lebih mendapat sambutan dibandingkan cara yang hanya menggunakan media air. Oleh karenanya, pada perkembangan selanjutnya, teknik itu disebut hidroponik. Hidroponik ini kemudian dikembangkan secara komersial. Menurut literatur, bertanam secara hidroponik telah dimulai ribuan tahun yang lalu. Diceritakan, ada taman gantung di Babilon dan taman terapung di Cina yang bisa disebut sebagai contoh Hidroponik. Lebih lanjut diceritakanpula, di Mesir, India dan Cina, manusia purba sudah kerap menggunakan larutan pupuk organik untuk memupuk semangka, mentimun dan sayuran lainnya dalam bedengan pasir di tepi sungai. Cara bertanam seperti ini kemudian disebut river bed cuultivation.
Ketika ahli patologis tanaman menggunakan nutrien khusus untuk media tanam muncullah istilah nutri culture. Setelah itu, bermunculan istilah water culture, solution culture dan gravel bed culture untuk menyebutkan hasil percobaan mereka yang menanam sesuatu tanpa menggunakan tanah sebagai medianya. Terakhir pada tahun 1936 istilah hidroponik lahir, istilah ini diberikan untuk hasil dari Dr. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA, berupa tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak berisi mineral hasil uji cobanya. Sejak itu, hidroponik yang berarti hydros adalah air dan ponics untuk menyebut pengerjaan atau bercocok tanam, dinobatkan untuk menyebut segala aktivitas bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat tumbuhnya. Gericke ini menjadi sensasi saat itu, foto dan riwayat kerjanya menjadi headline surat kabar, bahkan ia sempat dinobatkan menjadi orang berjasa abad 20. Sejak itu, hidroponik tidak lagi sebatas skala laboratorium, tetapi dengan teknik yang sederhana dapat diterapkan oleh siapa saja termasuk ibu rumah tangga. Jepang yang kalah dari sekutu dan tanahnya tandus akibat bom atom, pada tahun 1950 secara gencar menerapkan hidroponik. Kemudian negara lain seperti irak, Bahrain dan negara-negara penghasil minyak yang tanahnya berupa gurun pasir dan tandus pun ikut menerapkan hidroponik. Keberhasilan metode hidroponik tergantung dari kebersihan wadah, media, dan tanaman yang digunakan. Oleh karena itu, semua media dan wadah yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah dengan dipanas-
kan atau dicuci sehingga bebas dari hama dan penyakit. Setelah media dan wadah hidroponik dibersihkan, barulah tanaman ditanam pada media tersebut, kemudian diberikan larutan nutrisi. Larutan ini mengandung unsur makromolekul, mikromolekul, hormon, dan bahan mineral yang dibutuhkan tanaman. Keuntungan menggunakan teknik hidroponik adalah hasil tanaman berkualitas tinggi, bebas hama penyakit, penanaman tidak harus mengikuti musim tanam, tidak memerlukan tanah yang lebih luas, serta penggunaan air dan pupuk menjadi lebih hemat. Tanaman hidroponik bisa dilakukan skala skecil di rumah sebagai suatu hobi ataupun secara besar-besaran dengan tujuan komersial. Beberapa kelebihan tanaman hidroponik antara lain ramah lingkungan, hemat air karena penggunaan air hanya 1/20 dari tanaman biasa, dan mengurangi CO2 karena tidak perlu menggunakan kendaraan atau mesin. Tanaman hidroponik tidak merusak tanah karena tidak menggunakan media tanah dan juga tidak membutuhkan tempat yang luas. Lebih hemat aktu dan tenaga karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari. Pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga. Dapat tanam di mana saja bahkan di garasi dan tanah yang berbatu dan dapat ditanam kapan saja karena tidak mengenal musim. Tanaman hidroponik menjadi unggul bukan hanya di kalangan pebisnis tanaman dan sayuran tetapi juga dikalangan masyarakat yang hobi bercocok tanam terutama di daerah urban dan perkotaan. Beberapa tanaman hidrponik yang umum adalah sayur-sayuran seperti bak choy, brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan strowbery, dan beberapa jenis tanaman lainnya. (tim)
Keunggulan Hidroponik
Keuntungan Metode Hidroponik J
angan anggap menanam sayuran tanpa tanah bisa mengurangi khasiat dan kesegaran sayuran tersebut. Malah, ada beberapa laba dibandingkan menanam secara konvensional. Salah satu kelebihan budidaya sayuran hidroponik ialah pada hasil panennya. Sayuran maupun buah-buahan yang dihasilkan lebih baik dari pada sistem tanam konvensional. Sayuran hidroponik tumbuhnya lebih cepat besar dan tentu masa panennya pun relatif singkat. Pemberian pupuk yang intensif dan perawatan tanaman menentukan hasil akhirnya. Kelebihan berikutnya ialah bentuk sayuran lebih menarik, rona lebih cerah dan hijau. Diameter daun lebih lebar. Selain itu, kualitas sayuran sangat berpengaruh dengan harga jual di pasaran. Rata-rata harga sayuran hidroponik lebih mahal di pasaran. Kelebihan lainnya adalah sistem budidaya hidroponik tidak memerlukan tempat yang luas, cukup mengembangkan di halaman rumah . Atau bahkan di lantai atas rumah. Atau di ruang kosong dimana saja asalkan tersedia air dan sinar matahari dapat menerpa ruangan. Disisi lain, budidaya sayuran sistem hidroponik dapat menghemat media tanam, pupuk dan tidak memerlukan pestisida sama sekali. Media yang ada dapat dipakai berulang-ulang. Sistem hidroponik ini sebenarnya mengacu pada pertanian organik. Dalam tanaman hidroponik, kita dapat mengatur kadar nutrisi yang kita inginkan. Tanaman membutuhkan beberapa unsure hara buat tumbuh sempurna, maka dari itu jangan pernah lupakan buat memberikan kadar air dan pupuk dengan benar. Cara terbaik dalam memaksimalkan nutrisi dalam sayuran hidroponik ialah dengan memakai pupuk yang dikhususukan bagi sayuran hidroponik. Bagi yang sedang mencari alternative bisnis, sayuran hidroponik bisa dijadikan celah untuk mendatangkan keuntungan. Jika berhitung-hitungan secara bisnis dengan bercocok tanam secara konvensional, sayuran hidroponik dapat menghasilkan laba berlipat. Jika anda berbisnis sayuran hidroponik, maka biaya produksinya akan lebih sedikit. Tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk
membeli tanah. Bahkan, pupuk dan air yang digunakan dapat sampai berulang kali. Pada saat musim kemarau, Sayuran hidroponik juga tak perlu ditutupi plastik layaknya ketika menanam dengan cara biasa. Yang perlu diwaspadai hanya ulat. Untuk memastikan apakah ulat menggerogoti tanaman, coba cek di bawah sayuran apakah ada kotoran ulat atau tidak. Ulat-ulat ini biasanya hanya datang di malam hari. Ada beberapa jenis sayuran yang dapat dibudidayakan secara hidroponik, seperti selada. Kebutuhan selada sangat tinggi di pasaran. Harga selada relatif stabil, oleh sebab itu jenis sayuran ini sangat menguntungkan dibudidayakan. Selain itu masa tanam seleda hanya 40 hari setelah itu langsung di panen. Selain selada, sawi putih, bayam, pakcoy dan kangkun, melon juga juga dapat dibudidayakan dengan cara hidroponik. Karakter tanaman melon tumbuhan merampat. Selain itu melon merupakan tanaman semusim. Kelebihan melon yang ditanam secara hidroponik rasa buahnya lebih manis, selain itu ukuran buah pun dapat dikontrol. (is)
| 05
06 |
Support Petani
Puspa Agro Support Petani Hidroponik P
OLA tanam dengan sistim hidroponik ini tak hanya menarik perhatian mereka yang suka berkebun, siswa sekolahpun tertarik dengan pola tanam tersebut. Sebab, minimnya lahan tidak menjadi suatu kendala. Terkait dengan hal tersebut, manajemen Puspa Agro memfasilitasi mereka melalui Koperasi Petani Hidroponik Jawa Timur untuk pengembangan budi daya sayur dengan sistem hidroponik ini. Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin, mengatakan, pada tahap pertama pihaknya menyiapkan lahan seluas 800 m2. “Pola ini akan terus dikembangkan sesuai tuntutan pasar,” ucapnya. Pria berkacamata ini menyatakan akan terus men-support pengembangan mitra binaan lewat koperasi yang ada. “Termasuk membantu mencarikan akses pasarnya,” ujarnya. Kawasan pasar induk agrobis Puspa Agro segera menjadi sentra pengembangan aneka sayur dengan sistem hidroponik. Menandai tonggak pengembangan budi daya sayur yang menjadikan air sebagai media utama (bukan tanah). Humas Komunitas Hidropinik Surabaya (KHS), Kiptiyah As Shiddiq, mengatakan, selama ini sudah tertanam begitu kuat image, bahwa bercocok tanam itu identik dengan tanah atau lumpur yang bikin kita kotor. “Tapi, dalam sistem hidroponik semua itu bisa ditepis. Ini pasti menarik dan sekaligus peluang bisnis bagi generasi muda atau masyarakat pada umumnya,” ujarnya. KHS merupakan sekumpulan kawula muda Surabaya yang memiliki perhatian tinggi terhadap budi daya dan pengembangan tanaman, khususnya aneka sayuran dengan sistem hidroponik. Berawal dari hobi , komunitas ini kini tergerak untuk menjadikannya sebagaai ladang bisnis dengan area pengembangan yang lebih luas. Selama ini mereka berbudi daya secara perorangan di rumah masing-masing. (is)
Petani Hidroponik
Ubah Sudut Pandang S
IAPA bilang bertani adalah pekerjaan yang berkubang lumpur dan kotor. Sebaliknya, bertani adalah pekerjaan yang menyenangkan dan menjanjikan. Melalui sistim Hidroponik ini, kami ingin mengubah sudut pandang itu, sehingga masyarakat dapat mencoba berbudidaya melalui metode ini.Demikian dikatakan Ketua Koperasi Petani Hidroponik Jatim, Yoso Susrianto. “Kami berusaha merubah kesan bertani adalah pekerjaan yang berkubang lumpur dan kotor dan itu akan terus kita lakukan sehingga dapat mengubah susdut pandang. Bertani itu menyenangkan dan menjanjikan,” tegasnya. Bertani hidroponik ini, lanjut dia, justru jauh dari image itu. Karena itu pula dalam Gathering Hidroponik ini kami mengangkat tema Era Baru Pertanian Indonesia – Pemuda Bangga Menjadi Petani Hidroponik. Menurutnya, green house di Puspa Agro ini merupakan satu-satunya di Indonesia. Dari aktivitas di kebun ini, diharapkan bisa menghasilkan 1 ton sayuran setiap bulan. “Permintaan sayuran sebetulnya sangat banyak, tetap kami belum bisa memenuhi. Setelah kini punya kebun sendiri, harapannya tentu bisa melayani permintaan, tak hanya konsumsi dalam negeri, melainkan juga pasar di luar negeri,” jelas pria yang juga Ketua Komunitas Hidroponik Surabaya. (is)
| 07
Pendidikan
08 |
Rangkul Pelajar Lewat Pendidikan Pertanian S
UDUT-sudut kota Surabaya yang dulunya dipenuhi area sawah yang luas kini sudah hamper terkikis habis. Tengok saja di kawasan Kebonsari yang kini mulai dijejali ruko hingga apatemen. Meski demikian hal itu tak menyurutkan niat manajemen pasar induk Puspa Agro untuk terus mengangkat dunia holtikultura, pihaknya menawarkan wisata pendidikan pertanian bagi pelajar atau mahasiswa yang ingin belajar pertanian, mulai bercocok tanam hingga obat pertanian. Direktur Pasar Induk Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin, mengatakan, keberadaan wisata pertanian di kompleks Pasar Puspa Agro bertujuan untuk memberikan pendidikan pada generasi muda yang sudah tidak memiliki minat bertani. Wisata pendidikan pertanian di kompleks Pasar Puspa Agro ini menyasar siswa hingga mahasiswa. Tidak lepas juga anak-anak muda yang punya tekad belajar pertanian. “Sasarannya pelajar mulai SD sampai mahasiswa. Tujuan utamanya orang melirik dunia pertanian, kedua meningkatkan proteksi pangan lokal, karena kita akan menghadapi MEA. Kalau tidak diproteksi
mulai dari sekarang, kita kesulitan bersaing,” terangnya. Terkait dengan hal tersebut, manajemen Puspa Agro menggratiskan lembaga pendidikan yang hendak berkunjung dan belajar pertanian. Menurut Muchibuddin, pihaknya akan memberikan pelatihan sistem pertanian kepada siswa selama 2 kali dalam sebulan. Pelatihan tersebut meliputi bercocok tanam, hidroponik, laboratorium obat-obatan pertanian, termasuk juga sistem kultur jaringan. “Pelatihan akan disesuaikan dengan level pendidikannya. Kalau nantinya antusiasme anak muda tinggi, maka program frekuensi pelatihan akan kita tambah dalam sebulan. Kalau bisa tiap hari,” harapnya. Khusus pelatihan bercocok tanam, Muchibuddin menjelaskan bahwa pihaknya sudah menyediakan lahan sekitar 20 hektar. Ada juga lahan untuk pelatihan hidroponik yang berada di belakang Gedung Tani. “Kami juga memiliki mini outbond da belanja ke pasar. Jadi, disamping bisa belajar bertani juga belanja sayur dan buah yang berada di kompleks Puspa Agro,” pungkasnya. (dri)
Trade House
Trade House Division Siap Edukasi Petani P
ASAR induk Puspa Agro siap mengedukasi petani melalui Trade Haouse Division, hal ini dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar bebas MEA 2015. Produk yang dihasilkan para petani harus memiliki kwalitas yang sejajar dengan produk pertanian negara-negara Asean lainnya. Satu di antara beberapa hal penting yang harus dipersiapkan untuk dapat bersaing di pasar bebas MEA 2015 mendatang adalah menyamakan kwalitas produk pertanian kita agar sejajar dengan negara lain di Asean. Kami memang menyiapkan edukasi bagi petani,” kata Direktur Puspa Agro Abdullah Muchibuddin. Menurutnya, edukasi itu menyangkut berbagai hal, termasuk di antaranya peningkatan tehnik pertanian agar dapat menghasilkan produk-pro-
duk pertanian yang sesuai dengan negara lain di Asean. “Jika itu tidak dilakukan, maka percuma saja. Produk kita tetap akan terpuruk.” ucapnya. Selain edukasi, kemampuan untuk melakukan gradding, atau pemilahan juga harus dipahami petani berdasarkan referensi yang berlaku secara internasional. Minimal untuk tingkat Asean harus terlebih dahulu dipahami. “Karena dengan kemampuan gradding atau memilah maka produk pertanian itu akan dibagi-bagi dalam kwalitas yang berbeda-beda. Ini juga harus mampu dilakukan para petani kita sebelum memasuki pasar bebas MEA 2015,” jelasnya. Dijadwalkan edukasi terhadap petani terkait dengan MEA 2015 serta fungsionalisasi Trading House Division yang dikelola Puspa Agro Jawa Timur, di[erkirakan pertengahan 2015 edukasi petani dapat dilaksanakan. (is)
| 09
10 |
Sertifikasi Komoditi
Siapkan Sertifikasi Komoditi J
ELANG dilaksanakannya Asean Free Trade Area (AFTA) 2016, Puspa Agro akan berkonsentrasi untuk melakukan sertifikasi pada semua produk yang dikelola selama ini. Termasuk berbagai usaha trading. Pasar induk ini dipastikan bakal berkonsentrasi untuk melaksanakan sertifikasi pada semua produk yang dikelola selama ini, termasuk berbagai usaha trading, dalam rangka menghadapi Asean Free Trade Area (AFTA) tahun 2016 mendatang. “Kami sebenarnya sudah melakukan sertifikasi itu. Ada sejumlah produk atau komoditi yang kami kelola telah memiliki sertifikasi internasional. Tetapi hingga hari ini memang tidak terekspose media maupun diketahui masyarakat luas. Tahun ini kami harapkan upaya sertifikasi itu dapat kami lalui menjelang AFTA 2016 nanti,” tutur Direktur Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin. Ia menyebutkan bahwa sejumlah komoditi buah-buahan yang dikelola Puspa Agro memang
sudah bersertifikasi. Hanya saja para distributor itu enggan menempelkan sertifikasi tersebut. “Kalau yang pernah kami tanyakan langsung ke distributor dan para petani, penempelan bukti sertifikasi itu tidak berpengaruh bagi konsumen,”. Tetapi, kata dia, anggapan itu harus segera ditepis lantaran kedepan nanti, apalagi memasuki AFTA 2016, sertifikasi itu menjadi sangat penting dan dibutuhkan untuk memasarkan produk-produk yang ada dapat memasuki pasar global. “Ini harus disampaikan pada distributor dan petani. Agar mereka memahami betapa penting sertifikasi itu,” tegasnya. Menjelang pelaksanaan AFTA 2016, Puspa Agro Jawa Timur dipastikan bakal mencoba menembus pasar Eropa agar lebih dapat memasarkan produk-produk lokal Indonesia dan menjadi satu diantara agen pemerintah yang dapat menjaga harga sekaligus ketersediaan berbagai komoditi pangan. (gt)