Edisi II, 25 Februari - 10 Maret 2015
Perlawanan terhadap Produk Impor
Trading House
Agar Produk Puspa Agro Diterima Pasar Persaingan produk agribisnis kini semakin ketat, apalagi serbuan produk holtukultura dari negara tertangga membanjiri dalam negeri. Meski demikian, petani lokal tak perlu patah arang. Sebab ada beberapa langkah agar hasil agribisnis dalam negeri dapat diterima pasar. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah perencanaan produk atau komoditas, termasuk dalam peren-
canaan produk atau komoditas adalah penentuan jenis tanaman dan jumlah tanaman. Pada dasarnya penentuan jenis tanaman harus memperhatikan faktor agroklimat. Namun, jika menggunakan rumah kaca, faktor agroklimat dapat dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jenis tanaman yang akan diusahakan. nBaca Hal ... 2
Puspa Agro Siapkan Rp 20 Miliar
Muchibudin: Ingin Green Market
nBaca Hal ... 2
nBaca Hal ... 2
Trading House
| 02 Agar Produk Puspa Agro Sambungan dari Hal 1
Untuk tanaman yang tidak diusahakan dalam rumah kaca, faktor agroklimat harus benar-benar diperhatikan. Tanaman yang akan diusahakan haruslah tanaman yang sesuai dengan iklim dan keadaan tanah setempat. Apalagi jika tanaman yang kita pilih sebagai komoditas agribisnis merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit, maka penyesuaian waktu tanam sangat penting untuk menunjang keberhasilan agribisnis tersebut. Sebagai contoh, untuk agribisnis bisnis kentang, jika penanamannya dilakukan di dataran rendah atau menengah, maka produksi yang dihasilkan tidak akan seoptimal jika ditanam di dataran tinggi. Begitu pula jika agribisnis yang kita pilih adalah cabai hibrida dan penanaman dilakukan pada musim hujan, tentu saja biaya pemeliharaan yang akan timbul akan lebih besar dibanding jika menanan cabai hibrida pada musim kemarau. Hal itu disebabkan serangan penyakit pada musim hujan sangat besar. Dalam menentukan agribisnis yang akan diusahakan perlu juga diperhatikan masalah pengadaan bibitnya. Selain merencanakan jenis tanaman, merencanakan jumlah tanaman yang akan ditanam perlu juga diperhatikan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi kelebihan produk. Sebaiknya merencanakan jumlah tanaman ini beracuan pada pasar. Jumlah permintaan pasar itulah yang harus dipenuhi. Dengan cara ini efisiensi produksi akan tercapai dengan baik. Dan yang perlu diperhatikan adalah aspek iklim, ini untuk menentukan jenis agribisnis yang akan diusahakan. Aspek ini meliputi suhu udara, kelembaban, curah hujan dan intensitas cahaya. Sementara itu, agar produk dari agribisnis pertanian yang kita usahakan mampu bersaing di pasar, diperlukan adanya standar kualitas, terutama produk dengan jangkauan pasar ekspor. Biasanya standar mutu komoditi yang akan dieskpor telah ditentukan oleh eksportir. Untuk produk atau komoditas yang berorientas pasar lokal atau nasional, maka standar kualitas produk disesuaikan dengan permintaan pasar yang ada. Standar pro-
Susunan Pengelola: Penasihat/Pengarah: Erlangga Satriagung Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi dan Penanggungjawab; Gatot Bibit Bibiono Redaktur Pelaksana; Iskandar Redaktur Ardy Abimanyu Reporter; Andriya Pitupulu Anggraeni Widakdo Fotographer: Iksan Sasmito Teknologi Informasi: Nana Firdaus Design & Layout Firman
duk untuk permintaan supermarket tentu saja berbeda dengan standar produk untuk permintaan pasar tradisional. Menentukan standar produk ang tepat akan menghemat biaya operasional agribisnis. Di sisi lain, kita juga harus mengenal sifat-sifat tanaman agar penanganannya, mulai budidaya sampai pemasarannya dapat dilakukan dengan baik sehingga penurunan mutu produknya dapat dicegah atau setidak-tidaknya berkurang. Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan sifat-sifat tanaman yang cocok untuk agribisnis yang akan dijalankan antara lain, ketergantungan terhadap musim, tingkat perputaran modal, daya tahan hasil produksi pasca panen dan Agroklimat. Faktor-faktor agroklimat yang perlu diketahui dalam agribisnis pertanian meliputi keadaan tanah/lahan, ketinggian tempat, suhu, dan curah hujan. Sedangkan, data agroklimat suatu daerah bisa diperoleh dari dinas-dinas pertanian setempat.
Penanganan Pascapanen Agribisnis Penanganan pasca panen merupakan penanganan terhadap hasil produksi agribisnis setelah panen selesai, atau setelah pemetikan hasil produksi. Pasca panen untuk setiap jenis tanaman berbeda-beda. Penanganan pasca panen pada buah tomat dan gabah sangat berbeda jauh. Begitu pula untuk tujuan pemasaran. Jenis produksi yang sama akan mengalami penanganan pasca panen yang berbeda jika tujuan pemasarannya berbeda. Untuk pepaya yang dipasarkan ke pasar tradisional akan berbeda penanganannya dengan pepaya yang dipasarkan ke supermarket atau tujuan ekspor. Penanganan pasca panen yang tidak benar akan mengurangi nilai jual dari hasil produksi agribisnis pertanian. Secara umum, penanganan pasca panen meliputi, pembersihan, pemilihan atau sortasi, pengelasan (grading), penyimpanan, pengepakan dan pengangkutan. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas hasil produksi agribisnis pertanian agar masuk dalam standar kualitas yang telah disepakati dengan pihak pembeli. (*)
Puspa Agro Siapkan Rp 20 Miliar Tahun ini, Pasar Induk Moderen PT Puspa Agro menyiapkan Rp 20 miliar. Dana tersebut untuk dikucurkan sebagai belanja modal dan diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan transaksi hingga 50 persen. “Tahun 2015 ini kami menambah kerja sama dengan Gapoktan di Bojonegoro dan Gresik. Masing-masing kerja sama dengan gapoktan diproyeksikan menghasilkan 800 ton jagung untuk sekali panen. Kami bersama dengan PT Palawija Gosari membentuk lembaga Puspasari untuk memberdayakan petani di Gresik utara, nantinya Puspasari akan memasarkan jagung dari petani tersebut,” ungkap Direktur Utama PT Puspa Agro Abdullah Muchibuddin. Sistematisnya, Puspasari bekerja sama dengan Dinas Pertanian Gresik untuk menggarap 1.000 ha lahan percontohan jagung gapoktan. Hasil panen jagung tahun tersebut akan ditampung oleh industri pengolahan jagung PT Invivo Indonesia. Sementara itu, sejak 2014 Puspa Agro mulai membuka divisi trading house untuk meningkatkan keahlian petani dan jaringan pedagang. Pada divisi tersebut, Puspa Agro melakukan pembayaran tunai kepada para
petani, nelayan dan peternak lalu melakukan grading dan packaging. Buah dan Sayur Sepanjang 2014, sebanyak 361.584 ton komoditas yang terserap oleh pasar. Komoditas tersebut di antaranya adalah buah dengan nilai transaksi Rp 3,2 miliar, sayur Rp 358 juta, ikan Rp 1,2 miliar, rempah Rp 81 juta, ayam Rp 427 juta, telur Rp 99,6 juta, kopi Rp 8,7 miliar dan wortel Rp223,5 juta. “Komoditas yang termasuk baru kami garap mulai semester II/2014 adalah kopi, ayam, ikan dan wortel. Berharap tahun ini ada pertumbuhan 50% untuk transaksi komoditas yang kami miliki,” jelasnya. Muchibuddin menambahkan, Puspa Agro belum berencana memasuki komoditas beras karena masih banyak komoditas lain yang bisa digarap perlahan tahun ini. Apalagi, komoditas beras selama ini masih digarap oleh Bulog. Selain bekerja sama dengan lebih dari 28 kelompok tani dan asosiasi petani, peternak, Puspa Agro juga menggandeng mitra perusahaan ritel untuk pemasarannya, antara lain seperti PT Trans Retail (Carrefour) di beberapa kota kabupaten di Jawa Timur, PT Indocarter, PT Pangansari, PT Indocom, CV Wahana Sejahtera Food, dan Kampung Cokelat Blitar. (isa)
Abdullah Muchibudin: Ingin Green Market Direktur Utama PT Puspa Agro Jawa Timur (Jatim), Abdullah Muchibudin, memiliki keinginan untuk menjadikan Puspa Agro sebagai green market terbesar dan terlengkap di Jatim. Ia menuturkan, bahwa Green market sekarang ini sudha menjadi trend di seluruh dunia. “Bahkan di negara tetangga seperti Thailand misalnya, pengelolaan sampah pada sentra-sentra pasar sangat maju,” ucapnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada Februari 2015, Puspa Agro direncanakan menandatangi MoU kerjasama pengelolaan sampah pasar dengan lembaga dari Swiss FORWARD EAWAG-Sandec. Program kerjasama ini akan berlangsung mulai 2015 sampai dengan pertengahan tahun 2017. Program ini berupa riset metode pengelolaan sampah. Pihak FORWARD EAWAG-Sandec berinvestasi memodifikasi bangunana lahan komposting untuk beberapa metode pengelolaan sampah pasar. Dari catatan tahun 2014, setiap hari sekurangnya 6 kubik sampah dihasilkan Puspa Agro. Sampah itu terdiri dari jenis sampah organik. Selain itu, sebuah rumah kompos dilengkapi mesin pencacah, serta mesin pengayak dan 2 unit truk sampah dioperasionalkan. “Dengan menggandeng operator dari Swiss kami akan berupaya melakukan riset sekaligus membuat metode pengelolaan sampah. Dan pihak Swiss memodifikasi bangunan lahan komposting atau rumah kompos yang ada untuk mengembangkan pengelolaan sampah menjadi lebih modern,” tuturnya. Diharapkan ke depan nanti, sampah yang dihasilkan Puspa Agro sehari-hari itu dapat digunakan untuk hal lain yang dapat memberikan manfaat. “Untuk itulah kami berharap kerjasama
ini dapat memberikan pengetahuan baru dalam pengelolaan sampah, sekaligus memanfaatkan sampah itu sendiri,” pungkasnya. (man)
Abdullah Muchibudin
Trading House
| 03
Hasil panen petani yang siap dibeli Puspa Agro untuk meningkatkan nilai tambah petani
Nilai Tambah Petani Meningkat 30 Persen
B
erkat penanganan yang tepat, nilai tambah petani kini meningkat hingga 30 persen. Selain meningkatkan penghasilan petani, Divisi Trading House PT Puspa Agro diharapkan bisa memangkas rantai distribusi dari petani ke end user. “Divisi Trading House mulai menunjukkan peningkatan. Divisi dibentuk ini berhasil meningkatkan penyerapan hasil panen petani dan memasarkannya guna mendongkrak nilai tambah bagi petani.Rata-rata nilai tambah yang diperoleh petani dari program ini mencapai 25 sampai 30 persen,� kata Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin. Petani, lanjut dia, dibantu dalam proses grading dan packing yang selama ini masih menjadi kelemahan petani tradisional. Dengan grading dan packing, nilai komoditas dari petani akan meningkat. Divisi ini, jelasnya, dharapkan juga bisa memangkas rantai distribusi dari petani ke end user yang berlapis-lapis hingga akhirnya menaikkan harga hingga berlipat sampai ratusan persen. Pria berkacamata ini mencontohkan, untuk buah semangka. Jika dari pengijon petani mendapatkan harga Rp 3200 per kg. Saat dibeli Puspa Agro harganya bisa lebih tinggi, mencapai Rp 4.500 atau lebih tinggi 29%. Keuntungan lainnya bagi petani, ketika produknya diserap Puspa Agro, petani akan mendapatkan pembayaran secara tunai. Tidak lagi dicicil seperti halnya dengan
tengkulak yang menyebabkan petani kesulitan modal. Di tahap awal, komoditas yang diserap baru berupa sayur dan buah. Namun sekarang berkembang menggarap pula sektor perikanan dan peternakan. Diharapkan, ke depan peran tersebut bisa terus ditingkatkan sehingga ada kepastian hasil panen petani bisa tersera oleh pasar dengan harga yang bagus. Komoditas buah dan sayur yang dihimpun dari petani di beberapa daerah di Jatim sudah berhasil dipasarkan di pasar modern yakni gerai-gerai Carrefpur di Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Jember dan Banyuwangi. Ada sekitar 50 item buah dan sayur yang kini diserap dari petani kemudian dipasarkan di gerai-gerai Carrefour dengan label Puspa Agro. �Di sektor perikanan, kami menyerap aneka jenis ikan baik dari hasil budi daya atau tambak maupun tangkapan atau ikan laut. Sejauh ini, ikan-ikan tersebut didistribusikan ke perusahaan catering nasional yang melayani perusahaan pertambahan dan pengeboran minyak di kawasan Indonesia Tengah dan timur,� terangnya. Adapun jenis ikan yang dikirim diantaranya tengiri, bawal tawar, bawal hitam, bandeng, kakap merah, gurami, ikan ekor kuning, cumi-cumi, kerapu, mubara, lele juga udang. Ikanikan itu dihimpun dari nelayan dari Brondong, Lamongan, Gresik, SIdoarjo, Kediri, Tulungagung dan Probolinggo.(*)
04 |
Kerjasama dengan Super Market
Rutin Pasok Carefour dan Indocarter
P
etani di Jawa Timur (Jatim) kini mulai bernafas lega, sebab hasil panennya kini sudah terserap pasar moderen atau ritel dan sejumlah perusahaan katering. Hal ini merupakan salah satu hasil PT Puspa Agro selaku pengelola Pasar Induk Puspa Agro Jawa Timur melalui divisi barunya, trading, yang berhasil memasarkan komoditas pertanian asal Jatim ke buyer langsung, Direktur PT Puspa Agro Abdullah Muchibudin mengatakan, semangat dibukanya divisi baru ini untuk memangkas mahalnya distribusi produk pertanian dan peternakan. Sebab petani dan peternak selama ini banyak menjual produknya ke tengkulak, sehingga harus melewati mata rantai yang panjang sebelum produknya diterima end user. “Melalui divisi ini kami siap menaikkan nilai tambah bagi petani yakni mencapai 25-30 persen. Mulai dari menyerap hasil panen hingga menyalurkan aneka buah, sayur, ikan dan kopi,” katanya. Selain membayar secara tunai produk petani yang diserapnya, pihaknya juga yang mengelola produk mereka, mulai pengemasan, grading, hingga distribusi ke pembeli. Meski demikian, sebagai perusahaan yang sejak awal didirikan tidak berorientasi bisnis, Puspa Agro hanya mengambil keuntungan sekitar 2,5% dari harga yang dibeli ke petani untuk dijual ke pembeli. Ini sebagai pengganti biaya produksi tersebut. Kerja sama dengan Carefour sendiri, Puspa Agro sejak Februari 2014 lalu rutin memasok sebanyak 50 item komoditas buah, sayur, dan daging ayam. “Sejak Februari lalu hingga kini total kami sudah memasok sekitar 168 ton ke gerai-gerai Carefour di seluruh Jatim. Kami sejatinya diminta juga untuk memasok gerai-gerai Carefour di beberapa daerah di Indonesia. Namun kami masih harus mempersiapkan kemampuan produksi petani,” terangnya sembari menambahkan produk yang dipasoknya ke Carefour tetap memakai label Puspa Agro plus ada tagline “Bangga Jadi Petani”. Selain ke Carefour, Puspa Agro sejak September lalu juga dipercaya perusahaan katering Indocater untuk memasok kebutuhan ikan laut dan tambak.
Dalam rentang waktu tersebut, pihaknya telah memasok sebanyak 14,3 ton atau setara dengan Rp1,8 miliar. Puspa Agro juga memasok semangka, melon, dan jeruk masing-masing 4 ton pada periode yang sama ke Indocater. “Kami juga memasok kebutuhan bahan baku kopi untuk industri pengolahan kopi PT Indokom yang kami serap dari hasil panen petani kopi di Jember sebanyak 364 ton sejak Juni-September lalu,” tandasnya. Di Surabaya sebanyak 8 Carefour yang mulai menyerap hasil panen petani yang dipasarkan Puspa Agro, sementara di luar Surabaya lebih klurang lima pasar moderen yang juga bekerjasa dengan Pasar Induk Moderen ini. Sementara perusahaan katering yang menjadi mitra dalam poenyerapan hasil panen petani ini di antaranya PT Indocater, PT Pangansari, PT Indocom, CV Wahana Sejahtera Food, Kampung Cokelat dan beberapa perusahaan lain. (meu)
Melayani Konsumen
| 05
Dengan adanya zona komoditas di Puspa Agro memudahkan pengunjung berbelanja
Permudah Konsumen dengan Zona Komoditas U
ntuk mempermudah konsumen yang datang, Pasar Induk Modern Puspa Agro melakukan penempatan sesuai dengan zona komoditas. Dengan demikian pengunjung yang datang ke tempat ini tidak dibingungkan mencari komoditas yanjg dibutuhkan. Untuk komoditas atau produk olahan, menempati Gedung Puspa 1. Gedung Puspa 2 untuk komoditas daging dan ikan. Selanjutnya Gedung Puspa 3, untuk
komoditas bunga potong dan ikan hias. Sementara komoditas sayur menempati Gedung Puspa 4. Lalu Gedung Puspa 5 untuk produk aneka buah. Sedangkan komoditas palawija dan beras menempati Gedung Puspa 6. Sebelumnya, penempatan aneka komoditas agro dan produk olahan dilakukan secara menyebar. Dalam masa transisi tersebut, dalam satu gedung komoditasnya masih campur.
Hal itu karena gedung yang yang sudah dibangun dan dioperasikan masih sangat terbatas, yakni baru dua gedung. Kini, manajemen menata ulang dengan harapan memudahkan pelanggan dan pengunjung yang berbelanja untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Penataan ini dilakukan untuk memudahkan pelanggan dan pengunjung Puspa Agro dalam berbelanja. (*)
Petani Cokelat
06 |
Rangkul Gapoktan Cokelat Blitar Petani saat memanen buah kakao di Blitar
K
ualitas cokelat di Blitar menempati posisi tertinggi bila dibanding dengan wilayah lain, atas dasar itulah PT Puspa Agro merangkul Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan) cokelat yang tergabung Koperasi Guyub Santoso, Kabupayen Blitar, Jawa Timur. “Sejak November 2014 kami menjalin kerja sama dengan Gapoktan cokelat Blitar, kerja sama ini dilanjutkan dengan penandatanganan MoU pada awal Januari 2015,” kata Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin. Kualitas cokelat yang dihasilkan, kata dia, menempati posisi tertinggi, dengan adanya potensi itu, Blitar diharapkan memberikan kontribusi lebih terhadap kinerja perdagangan dan mengembangkan perekonomian Jatim. “Akan tetapi, komoditas tersebut belum banyak dikenal masyarakat di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena masih lemah di pemasaran dan pengemasan. Oleh sebab itu kami mulai merangkul para petani di kota tersebut,” ucapnya. Di sisi lain, PT Puspa Agro menyalurkan dana investasi senilai Rp 5 miliar di Blitar, untuk membangun satu pabrik cokelat karena besarnya potensi komoditas tersebut di wilayah Jatim saat ini. Pihaknya tidak hanya membangun pabrik cokelat tetapi termasuk trading house-nya Muchibuddin meyakini, pembangunan pabrik cokelat itu selesai pada semester I tahun 2015. Dengan demikian, infrastruktur tersebut bisa
langsung beroperasi.”Saat ini kami juga sedang melengkapi beberapa peralatan pendukung,” ujarnya. Mengenai alasan pembangunan pabrik di Blitar, jelasnya, dikarenakan sampai sekarang daerah tersebut menjadi salah satu penentu harga kakao dunia. “Bahkan, cokelat yang terkenal di Singapura dan Malaysia itu berasal dari Blitar,” pungkasnya. (man)
Memberdayakan Ekonomi
| 07
Salah seorang petani jagung saat melihat hasil panen
Puspa Agro Gandeng Petani Gresik D
alam waktu dekat ini PT Puspa Agro akan menggandeng petani jagung di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Langkah ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasokan pabrik sekalihus meningkatkan taraf hidup petani jagung. Direktur PT Puspa Argo, Abdullah Muchibbudin, mengatakan Puspa Agro dengan PT Palawija Gosari membentuk lembaga Puspasari untuk memberdayakan ekonomi masyarakat petani di Gresik Utara. “Langkah ini akan kita realisasikan dalam waktu dekat ini, direncanakan Puspasari memasarkan jagung dari masyarakat Gresik Utara. Hasil panen petani kita ambil dengan harga nomal, tapi masih belum ditentukan berapa,” jelasnya. Dipilihnya Gresik utara, karena wilayah ini secara iklim dan tanah potensial untuk menanam jagung. Hanya saja, harga jagung para petani lokal tersebut belum bisa bersaing dengan jagung impor. “Salah satu sebab adalah produktivitas lahan dan hasil panen yang relatif rendah. Karena itu kita berupaya menggandeng petani jagung Gresik sehing-
ga dapat memberdayakan ekonomi masyarakat setempat,” ungkapnya. Puspasari melakukan kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Gresik untuk menggarap 1000 ha lahan percontohan jagung Gapoktan Pantenan, Desa Panceng sejak November 2014. Hasil panen 2015 lahan percontohan tersebut diperkirakan 600 - 800 ton sekali panen dan akan ditampung PT Invivo Indonesia. Selain di Kabupaten Gresik, Puspa Agro juga akan bekerjasama dengan Gapoktan Kakao di Blitar. Rencananya penandatanganan MoU akan dilakukan pada Januari 2015 dan diharapkan kerjasama ini berlangsung sejak Maret tahun ini. Menurut Muchdin, Puspa Agro melakukan pembelian coklat secara tunai milik kelompok tani kakao dan memasarkannya di dalam negeri dan diekspor. “Puspa Agro juga akan berencana melakukan pemrosesan kakao menjadi coklat dan memasarkannya agar produk lebih memiliki nilai jual tinggi,” pungkasnya. (is)
Penanganan tepat membuahkan produktivitas jagung yang maksimal dan siap untuk dipasarkan
08 |
Perikanan
Ikan yang telah dibekukan siap dikirim ke buyer
Puspa Agro Miliki Instalasi Karantina Ikan Terbesar Keberadaan Puspa Agro bukan hanya bertujuan untuk mengangkat taraf hidup petani, tapi juga siap menghadapi serbyuan produk import untuk mengangkat taraf hidup petani lokal. Direktur Utama PT Jatim Graha Utama, Erlangga Satriagung, sebagai pengelola Pasar Puspa Agro berharap dengan adanya instalasi karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan perikanan ini bisa menjadikan pasar puspa Agro sebagai pusat distribusi ikan. Apalagi, lanjutnya, pada tahun 2015 juga akan diba-
ngun cold storage dengan kapasitas 5000 ton per bulan. Termasuk di antaranya sebagai pusat pengendalian eksport maupun import produk perikanan. “Dengan adanya balai karantina disini, akan terjadi integrasi antara urusan perdagangan yang selama ini sudah ada di area Puspa Agro juga ada tempat untuk uji mutu kualitas barang,” jelasnya. Ia menyatakan, salah satu cita-cita puspa agro bukan cuma perdagangan tapi juga pengendalian. Nah pusat pengendalian ini terbesar di Indonesia ada di Puspa Agro karena ini mencover termasuk
Indonesia timur. “Kalau ikan sudah, lab-lab uji mutu pertanian juga bisa ada di Puspa Agro. Kita ingin membangun brand nasional dan brand jawa timur bisa bersaing dengan adanya Masyarakat ekonomi ASEAN,”. Pada tahun 2014, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan program peningkatan jaminan mutu dan keamanan produk perikanan untuk meningkatkan volume ekspor di Jawa Timur. KKP membangun kerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Pemprov Jawa Timur dan Pasar Puspa Agro sebagai penyedia lahan sebesar 2 hektar. Lokasi Instalasi Karantina Ikan, Pengendalian mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (KIPM) itu berada di dalam komplek Pasar Puspa Agro sisi belakang. Di area tersebut juga dilengkapi sejumlah cold storage ikan dengan kapasitas yang besar. (dri)
Kembangkan Sektor Agrobis, Gandeng Ritel dan Katering Untuk mengembangkan sektor agrois yang bertujuan meningkatkan hasil petani, Pasa Induk Moderen tak hanya menggandeng ritel, tapi juga menjalin kerjasama dengan perusahaan katering. Direktur Utama PT Puspa Agro, Abdullah Muchibudin, mengakui, langkah tersebut telah dilakukan oleh sejumlah negara yang telah berhasil mengembangkan sektor agrobis, seperti Thailand, Korea, Vietnam, maupun Australia. “Di negara tersebut, pasar induk agrobis telah berhasil mengendalikan harga. Kami siap dan berupaya untuk menjadi agen pemerintah untuk stanilisasi harga pangan,: ucapnya. Ia menambahkan, misi Puspa Agro adalah meningkatkan nilai tambah bagi petani. “Terkait pengembangan usaha tahun ini, Puspa Agro terus memperkuat dan menambah komoditas di tingkat petani, pengembangan pasar, hingga pengelolaan sampah,” jelasnya. Saat ini, lanjutnya, ada 8 komoditas yang telah dipasar oleh divisi trading house, yakni buah, sayur, ikan, rempah, ayam, telur, kopi, dan wortel. Tahun 2015, pihaknya bakal menambah pengelolaan beberapa komoditas baru, seperti jagung, dan coklat. Sepanjang 2014, sebanyak 361.584 ton komoditas yang terserap oleh pasar. Komoditas tersebut di antaranya adalah buah dengan nilai transaksi Rp 3,2 miliar, sayur Rp 358 juta, ikan Rp 1,2 miliar, rempah Rp 81 juta, ayam Rp 427 juta, telur Rp 99,6 juta, kopi Rp 8,7 miliar dan wortel Rp 223,5 juta.
“Selain untuk pasar ekspor, kami juga telah menggandeng sejumlah perusahaan katering besar, serta salah satu perusahaan ritel modern terbesar di Tanah Air,” ungkapnya. (wan)
Aktivitas bongkar muat di Puspa Agro
Pertanian
Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin menunjukkan hasil hasil panen petani yang dibeli
P
Kami Bangga Disebut “Tengkulak”
elan tapi pasti. Itulah gambaran kinerja pasar induk moderen PT Puspa Agro dalam upaya mengangkat hasil panen para petani di Jawa Timur (Jatim). Karena kegigihan kinerja divisi, Puspa Agro kerap disebut sebagai “tengkulak”. “Kami sering disebut tengkulak, karena cara kerja kami memang seperti tengkulak. Tapi tengkulak yang budiman. Karena kami tak mengambil untung banyak dan hasil panen langsung kami bayar, walaupun di supermarket pembayarannya diundur setelah penjualan,” kata Direktur PT Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin. Sekali lagi, lanjut dia, kami bangga disebut tengkulak. Karena kami tengkulak yang tidak merugikan petani, sebaliknya menngangkat hasil para petani. Tahun ini kami targetkan penjualan produk pertanian Jatim naik hingga 15 persen,” ucapnya sembari tersenyum. Muchibuddin menyatakan, akan terus merangkul petani di sejumlah daerah di Jatim sehingga taraf hidup petani dapat terangkat. “Berupaya memangkas tengkulak-tengkulak yang membeli hasil panen petani dengan harga murah, karena itu kita akan terus melakukan pendekatan dan edukasi,” ujarnya. Menurutnya, tujuan edukasi bagi petani agar hasil panen memenuhi kriteria pasar. “Sebab, hasil panen petani yang kita beli dan disalurkan ke pasar moderen dan beberapa mitra perusahaan memiliki kriteria ukuran. Karena itu edukasi tentang cara pengolahan juga sangat berarti, sehingga hasil petani dapat memenuhi kriteria dan masuk di pasar,” ungkapnya. Meski demikian, kami tak patah semangat untuk terus melakukan pendekatan sekaligus merangkul para petani, sehinga hasil mereka dapat bersaing dengan serbuan produk impor yang kini membanjiri pasar. Saat ini Puspa Agro telah bermitra lebih dari 20 petani, nelayan dan peternak. Di antaranya di Kota Pasuruan, Blitar, Lamongan, Kediri, Ponorogo dan beberapa kota lain di Jawa Timur. Selain itu, pengelola pasar induk moderen ini juga menggandeng Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Koperasi yang ada di masing-masing daerah. “Kami akan terus merangkul petani, peternak dan nelayan di Jatim. Tujuan kita tak lain untuk memangkas para tengkulak yang merugikan, sekaligus mengangkat taraf hidup para petani,” tuturnya. (isa)
Hasil panen petani yang telah dikemas dan siap dipasarkan
| 09
10 |
Geliat UMKM
Puspa Agro Bantu Kembangkan UMKM
Selain meningkatkan pengahsilan petani dengan membeli hasil panen di atas harga, Puspa Agro juga membenatu mengembangkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Bertempat di sepanjang gerbang masuk Puspa Afro, puluhan pelaku UMKM menggeber dagangan mereka tiap Sabtu dan Minggu. Aneka produk UMKM berkualitas dengan harga murah bisa ditemui di arena Gebyar Pasar UKM ini. Di antaranya makanan olahan dan minuman, tekstil dan garmen, aneka kerajinan dan barang seni, aneka produk kuliner, jajanan tradisional, aneka jenis permainan, dan produk lainnya yang diproduksi pelaku UMKM dari berbagai daerah. “Kami memang memfasilitasi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha mereka. Selain itu, mereka butuh tempat penampungan yang representative dan dekat dengan pasar atau konsumen,” kata Direktur Puspa Agro, Abdullah Muchibuddin. Selain datang dari sejumlah daerah, para pelaku UMKM yang meramaikan
Gebyar Pasar UKM ini adalah mereka yang selama ini berjualan di ujung gerbang masuk Puspa Agro yang tak semrawut. Sekarang mereka menempati tenda-tenda dan berjajar rapi mulai gerbang masuk sisi selatan hingga menuju area pasar induk. Program ini dilakukan di antaranya untuk mendorong peningkatan produksi pelaku UMKM sekaligus membuka akses pasar, sehingga usaha yang mereka jalankan tetap bergairah dan terus berkembang. Di sisi lain, masyarakat di kawasan Puspa Agro dan sekitarnya memperoleh kemudahan untuk mendapatkan produk-produk berkualitas dengan harga murah. “Kalau program ini berjalan sesuai rencana, maka akan luar biasa dampak dan kontribusinya bagi pengembangan perekonomian, khususnya untuk skala UMKM. Apalagi, sektor UMKM terbukti memiliki daya tahan luar biasa terhadap gempuran krisis. Ini terbukti ketika krisis ekonomi terjadi. Sektor lainnya banyak yang gulung tikar, tetapi UMKM masih tegak berdiri,” turtur Udin. (is)
Maksimalkan Serapan Kopi Divisi Trading House, Pasar Induk Moderen PT Puspa Agro, terus meningkatkan daya serap terhadap hasil panen petani kopi di Jawa Timur (Jatim). Melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang bekerja sama dengan Puspa Agro baru di Jember. Puspa Agro juga berencana terus mengembangkan kerja sama dan menjangkau petani di daerah lain yang menjadi sentra penghasil kopi. Dari para petani, komoditas biji kopi dihimpun dengan cara membelinya secara tunai dengan harga berkeadilan. Artinya, harga yang disepakati dipastikan di atas rata-rata. Selanjutnya, kopi yang terhimpun ini didistribusikan melalui mekanisme pasar, baik ke pabrikan lokal, perdagangan antarpulau, maupun ekspor. Selama periode Juni – Oktober 2014, kopi petani yang sudah terserap sebanyak 415 ton dengan nilai Rp 8,7 miliar, Puspa Agro terus berupaya meningkatkan kapasitas serap, baik terkait volume komoditas maupun area jangkauannya. Diharapkan, pola ini memberikan
harapan dan jaminan kepada para petani, bahwa hasil panen mereka terserap pasar dengan harga yang bagus dan terbayar secara tunai. Sementara itu, mulai tahun 2015 ini Divisi Trading House juga siap menyerap kakao (bahan baku cokelat) dari hasil para petani di Kabupaten Blitar dan komoditas jagung di Gresik dan Bojonegoro. Seperti komoditas kopi, nantinya Puspa Agro membeli kakao dan jagung yang dihimpun lewat kelompok-kelompok tani dengan harga tunai. Hasil kebun ini kemudian didistribusikan baik untuk pabrikan, perdagangan antarpulau, dan ekspor. Sebelumnya, Puspa Agro juga telah menyerap hasil panen petani untuk komoditas aneka sayur dan buah-buahan, telor, ayam potong, ikan, serta rempahrempah. Ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah petani, peternak, juga nelayan. Sebab, selain membeli secara tunai, harga yang dipatok Puspa Agro di atas rata-rata pasaran yang selama ini dikuasai para tengkulak. (dri)
Kopi siap dipanen Petani