Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
1
DAKWAH MULTIKULTURAL MUHAMMAD HATTA DI PENJARA BANDA NEIRA Oleh: Syarifudin Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon email: syarifiaianambon99@gmail.com
Kunci; Dakwah, Pemikiran, Multikultural, dan Muhammad Hatta. ABSTRAK; Penelitian ini berkaitan pergerakan dakwah multikultural Muhammad Hatta di penjara wakil Presiden pertama Muhammad Hatta yang diasingkan Belanda pada tahun 1936 di Banda, Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Corak penelitian ini termasuk penelitian kwalitatif dengan menelaah situs sejarah dan tokoh Islam di Banda dalam memperoleh data di lapangan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Hasil wawancara dan pengamatan pada situs-situs sejarah ditemukan bahwa pergerakan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta antara lain Desa Dwiwarna (sebagai lambang warna bendera Indonesia), Desa Nusantara (sebagai lambang teritorial negara Indonesia), Desa Rajawali (sebagai simbol falsafah negara Republik Indonesia), Desa Kampung Baru (sebagai simbol Indonesia Merdeka), Istanah Mini (sebagai simbol Istanah Negara Republik Indonesia), Desa Merdeka (sebagai simbol bahwa Indonesia akan merdeka atas berkat Rahmat Allah dengan gagasan yang luhur dan pertolongan inayatullah). Rekomendasi penelitian ini sebagai model dakwah yang digunakan dalam membahasakan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah di tengah masyarakat yang menganut Islam kultural dan Islam transformatif, melalui dakwah qaulan baligan, layyinan, dan ma’rufa sebagai metode mengkomunikasikan pesan-pesan agama di tengah masyarakat. Key word:Energi Pemikiran, Dakwah, Medan Dakwah di Banda ABSTRACT This research examines the movement preacing multicultural Muhammad Hatta in prison first vice President Muhammad Hatta, who was exiled Dutch in 1936 in Banda District, Central Maluku Province of Maluku. This pattern this research including research kwalitatif to analyze historical and Muslim leaders in the provincial capital Banda to obtain data on the field related to the research. Interviews and observations historical sites in found that the movement energy thought dawah Muhammad Hatta among other Villages Dwiwarna (as a symbol color of the Indonesian flag), village territorial Nusantara (as a symbol of Indonesia), village Rajawali (philosophy as a symbol of the Republic of Indonesia, Kampung Baru village (as a symbol Free Indonesia), Palace Mini (Palace as a symbol of the Republic of Indonesia), village (the Free as a symbol that Indonesia will be independent by the Grace of God with the idea that and help inayatullah). Recommendations this research as a model that is used in communicating messages Al-Quran and Sunnah in the midst of the populace who follow Islam cultural and Islam could produce transformative leaders.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
M
PENDAHULUAN enelaah energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta di penjarah, yang berjumpa dengan energi pemikiran tradisional, transformatif, dan moderen adalah persoalan yang cukup signifikan untuk diungkap dalam perspektif dakwah.1 Perjumpaan ini diduga kuat memiliki ornamen akulturasi budaya sesuai dominasi dan kekuatan dari sebuah energi pikiran tersebut. Pikiran adalah sesuatu yang abstrak tetapi ia sangat mewarnai perjalan hidup manusia, seperti yang terjadi pada Muhammad Hatta tokoh proklamator Indonesia. Dengan pikirannya dapat mengantarkan bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan bangsa Eropa. Sejarah perjalanan dakwah Muhammad Hatta di Banda menyimpang banyak cerita yang memilukan akibat perjuangan masyarakat Banda memproteksi dirinya dari berbagai macam intervensi budaya, idiologi, dan penguasaan kapitalis dari bangsa Eropa di Banda. Mencermati berbagai artefak sejarah di Banda banyak jejak pemikiran dakwah Muhammad Hatta yang membutuhkan penjelasan untuk mengetahui bagaimana energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta dapat beradabtasi dengan energi pemikiran tradisional, transformatif, dan moderen.2 Ada beberapa persoalan yang membutuhkan analisis mendalam dari 1Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger pada tahun 2013.
2H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997, wawancara oleh Penulis melalui via telpon 12 Agustus 2014.
2
gagasan pemikiran dakwah apakah ia membawa pemikiran Muhammad Hatta di Banda atau ia menyesuaikan gagasan dakwahnya sesuai dengan keadaan masyarakat di Banda. Energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta di Banda Neira perlu diketahui bagaimana proses suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu sesuai fasilitas teknologi kepada sekelompok dan sistem sosial. Hal tersebut lebih jauh dijelaskan bagaimana sebuah energi pikiran disebarkan dan di bahasakan sebagai gagasan baru bagi masyarakat banda yang dapat merubah mindset Islam kultural dan Islam transformatif.3 Kondisi ini membutuhkan penjelasan untuk mengungkap medan dakwah, materi dakwah Muhammad Hatta di kepulauan rempah-rempah di Banda. Tantangan itu secara umum dua aspek yakni tantangan dari aspek internal Muhammad Hatta yang telah dikonstruksi pemikiran dakwahnya dari proses perjalanan pendidikannya dan dari aspek eksternal ia berhadapan dengan tradisi masyarakat Banda yang sangat kental dengan Islam kultural di Banda. Problematika ini membutuhkan penjelasan dari aspek kognitif, afektif, dan behavioral,4 sehingga energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta melawan 3Zulkifli Suleman, Pemikiran politik Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk Indonesia (Cet. II; Jakarta: Buku Kompas), h. 21. 4A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I. Bandung: Disjarah Angkatan darat dan Angkasa, 1977, p.208 lihat juga dalam Aman, Pemikiran Hatta Tentang Demokrasi, Kebangsaan Dan hak azasi manusia (Cet. I; Jakarta: Buku Kompas), h. 21.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
imprealisme budaya Eropa di Banda beradabtasi dengan kondisi Islam kultural dan ritual di tengah masyarakat di Banda. Masalah membutuhkan metode untuk mengungkap metarealitas pergerakan dakwah Muhammad Hatta yang diwariskan pada masyarakat Banda melawan penjajah imprealisme budaya global dari aspek kapitalisasi wilayah rempah-rempah di Banda Neira Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.5 Kondisi yang sangat krusial ini apa metode dakwah Muhammad Hatta dibanda sehingga ia dapat mengukir prestasi di Penjarah/pengasingan inilah yang akan dieksplorasi bagaimana Gagasan Dakwah Muhammad Muhammad Hatta Di Penjarah (Studi Pemikirannya Melalui Artefak Sejarah di Banda Neira Maluku). Rumusan masalah dalam kajian ini yang mengambil tema energi pemikiran dakwah Muhammad Muhammad Hatta Di Penjarah (Studi Artefak Sejarah di Banda Neira Maluku). Akan lebih fokus dalam aspek kredibilitas Mubalig, sebagai sumber energi pemikiran dakwah, konsep dakwah(materi dakwah), dan metode penerapan dakwah di komunitas multikultural.
3
dakwah, dan metode penerapan dakwah di komunitas multikultural. Sebelum menjelaskan gagasan Dakwah Muhammad Hatta di Penjarah Banda perlu dideskripsikan lebih awal tentang biografi keilmuan dakwah Muhammad dan deskrispsi tentang media dakwah Muhammad Hatta di Banda sehingga fokus pada aspek kredibilitas Mubalig, Ide/gagasan pemikiran dakwah, konsep dakwah (materi dakwah), dan metode penerapan dakwah Muhammad Hatta di komunitas multikultural.
PEMBAHASAN. Ruang lingkup kajian ini yang bertema Gagasan Dakwah Muhammad Muhammad Hatta Di Penjarah (Studi Pemikirannya Melalui Artefak Sejarah di Banda Neira Maluku). Konsentrasi kajian ini pada aspek kredibilitas Mubalig, gagasan pemikiran dakwah, materi
Biografi Muhammad Hatta Awal mula energi gagasan pemikiran dakwah Muhammad Hatta menggunakan definisi energi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah. Secara bahasa definisi energi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “daya kekuatan untuk berbuat sesuatu�,6 pemilihan kata inilah yang lebih relevan untuk membahasakan biografi gagasan dakwah Muhammad Hatta karena dengan energi inilah pergerakan dakwah menjadi daya kekuatan sehingga dakwah bisa tersebar di tengah masyarakat tempat pengasingan Muhammad Hatta di Banda. Perlu dicermati biografi perjalanan intelektual ilmu dakwah Muhammad Hatta sejak ia duduk sekolah di kota Padang, ia sangat respon dengan ide-ide pergerakan sosial. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Muhammad Hatta sangat tertarik dengan multikultural karena ia
5M. Adnan Amal, Kepulauan RempahRempah (Cet. I; Jakarta: Gramedi group, 2008), h. 78.
6Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Cet. I; Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010), h. 395
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
memiliki keyakinan bahwa perbedaan itu dapat memberikan kekuatan untuk memerdekakan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat.7 Ide pemikiran inilah sehingga Muhammad Hatta masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond. Muhammad Hatta masuk Sekolah Rakyat (SR) di Bukittinggi hanya selama dua tahun. Selain sekolah umum, pendidikan agama pun tetap diajarkan,baik mengenai membaca AlQur’an, tauhid, maupun aqidah. Atas dorongan Tuan Jansen, guru privat bahasa Belanda, Bung Hatta kemudian pindah ke ELS (Europese Large School)dan duduk di kelas II. Dari Bukittinggi akhirnya pada tahun 1913 pindah ke Padang untuk meneruskan ELS mulai kelas V. Di ELS ini selain Bahasa Belanda diajarkan pula Bahasa Perancis yang kemudian amat membantunya ketika ia meneruskan studinya di Belanda8 Pada tahun 1921 Muhammad Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Muhammad Hatta sejak awal telah melakukan 7Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas Pattimura. 8Soebagiyo I.N., Bung Hatta Kita, dalam Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-70, Bung Hatta Mengabdi pada Cita-cita Perjuangan Bangsa,1972, p.1.
4
pendekatan dakwah bi al-Qalam dengan membuat majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antar anggota. Gambaran ini menunjukkan bahwa pergerakan dakwah melalui media qalam menjadi bagian dari gagasan dakwahnya. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Muhammad Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada tahun 1923.9 Muhammad Hatta memiliki kepekaan sosial untuk menggerakkan masyarakat Indonesia melalui ekonomi humanis yang kemudian ia rubah menjadi ekonomi pancasila. Gagasan ekonomi pancasila Muhammad Hatta ini termasuk gagasan ekonomi humanis religius sebagai corak ilmuan ketimuran. Warisan Timur yang menyatu dalam pribadi Muhammad Hatta adalah nilai budaya minangkabau yang egaliter dan nilai Islam modern. Nilai ini diintegrasikan dengan nilai-nilai Barat berupa nasionalisme dan demokrasi sebagai karunia dan ilham untuk menegakkan hak asasi manusia dari aspek perekonomian. Ekspektasi dan obsesi ekonomi pancasila Muhammad Hatta mulai diterapkan kepada masyarakat di Banda dan ia menulis buku alam pikiran Yunani di Banda. Kiprah Muhammad Hatta dipenjarah Banda Neira ia mulai mengukir prestasi intelektualnya dakwahnya dengan mendesain Indonesia dengan membuat Desa-Desa sebagai miniatur Indonesia. Misalnya Desa 9Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
Dwiwarna, Desa Nusantara, Desa Rajawali, dan Desa Indonesia Baru. Gagasan dakwah Muhammad Hatta ini sangat integratif dari aspek keilmuan. Hal itu tampak dalam materi dakwahnya yang disebarkan dalam bentuk tulisan dan prilaku di Banda. Pemikiran Dakwah Muhammad Hatta. Pertarungan energi pemikiran dakwah Muhammat Hatta dengan Sukarno melahirkan pergerakan sosial yang cukup dinamis krusial dalam panggung sejarah pemikiran di Indonesia. Hal ini barkaitan dengan model pergerakan energi pemikiran yang berbeda dari aspek pemahaman tentang demokrasi, keadilan dan filosofi keagamaan. Menurut Franz Magnis-Suseno bahwa sebelum mendeskripsikan dakwah Muhammad Hatta penulis setback pertarungan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta dengan energi Pemikiran Sukarno. Energi Muhammad Hatta sebelum diasingkan di Banda. Hal ini penting dideskripsikan lebih awal untuk memastikan bahwa apakah energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta tetap dipertahankan di banda atau ia mengemas kembali sesuai dengan kearifan budaya masyarakat di Banda dengan melawan berbagai penindasan fisik dan psikis bangsa Imprealisme di Banda. Mencermati pergerakan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta dan Sukarno tentang penolakannya dua argumen. Menurut energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta bahwa warga negara perlu dibangun energi cara berpikirnya karena dengan modal energi
5
yang sehat akan melahirkan kearifan pembangunan yang humanis.10 Jika energi pemikiran rakyat baik secara individual maka akan berdampak dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik rakyat Indoensia secara individual yang akan melahirkan pergerakan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta yang lebih persuasif, humanis religius. Gagasan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta ini ketika berbenturan dengan energi pemikiran Sukarno tidak mampu melawan arus energi pemikiran Sukarno sebagai Presiden. Menurut Sukarno, rakyat memerlukan keadilan sosial, padahal kebebasan-kebebasan itu "tidak dapat mengisi perut orang yang hendak mati karena kelaparan".11 Dalam persepktif ini energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta tidak berdaya dihadap perut lapar. Jika dianalisis secara mendalam energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta sebenarnya Sukarno kurang paham maksud dari energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta yang menawarkan teori keseimbangan dalam membangun konstruksi energi pemikiran rakyat untuk menghindari model berpikir Eropa yang cenderung hedonisme, kapitalisme dan materialisme. Karena ketika energi pemikiran perut menjadi panglima sebuah bangsa maka menurut Muhammad Hatta kita tidak ada benadanya dengan hewan.
10Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
11 Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
Berdasarkan benturan energi pemikiran inilah sehingga Muhammad Hatta menolak pola hidup liberalisme yang berlebihan dengan tata nilai Islami, tetapi ia mengajukan suatu kekhawatiran yang rupa-rupanya di luar bayangan Sukarno. Menurut energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta bahwa janganlah seorang penguasa menghardik rakyatnya menggunakan negara sebagai suatu negara kekuasaan mutlak tetapi rakyat sebagai modal pergerakan sosial perlu dibina dengan energi pemikiran yang persuasif, humanis religius.12 Energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta mengkhawatirkan munculnya negara kekuasaan dan keditatoran. Perdebatan energi pemikiran ini Sukarno seagai pressiden tidak menanggapi kekhawatiran Hatta ini. Apakah karena ia tidak dapat membayangkan bahwa sesudah kaum kolonialisme diusir, para pemimpin Indonesia sendiri bisa menjadi diktator dan penindas bagi rakyat sendiri. Perkembangan di kemudian hari menunjukkan bahwa Hatta yang memiliki wawasan permasalahan lebih brilian, akrena dapat dirasakan saat ini banyak orang kaya yang hartanya bermilyarmilyar masih mendominasi dalam korupsi harta negara yang membutuhkan kearifan untuk mendistribusikannya lebih sesuai dengan prinsip pancasila, inilah energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta yang gemilang. Energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta menyadari sesuatu yang amat penting: Ke-adilan sosial, dan 12Hamadi B, Husain Penggagas Pengembangan Pendidikan Islam di Maluku.
6
sebagai akibatnya, kesejahteraan rakyat, justru mengandaikan kedaulatan rakyat. Agar perut rakyat terisi tapi tidak lengah, kedaulatan rakyat perlu ditegakkan dengan energi pemikiran dakwah yang humanis religius. Gambaran histografi sejarah ini menunjukkan bahwa Muhammad Hatta membuktikan diri sebagai penganalisis brilian, sedangkan Sukarno tidak melihat hubungan antara ketidakadilan sosial dan keadaan yang tidak demokratis. Rakyat hampir selalu lapar bukan karena panen buruk atau alam miskin, melainkan karena rakyat tidak berdaya dari aspek energi pemikiran dakwah yang lebih akomodatif dengan falsafah pancasila. Menciptakan keadilan sosial membutuhkan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta untuk menggerakkan pemberdayaan demokratis bagi rakyat. untuk menghasilkan penyelenggaran negara yang tidak memiliki energi pemikiran dakwah maka ia kurang memiliki kepekaan sosial rasa malu dalam memanfaatkan kurang menggerakkan falsafah pancasila sebagai fasilitas Negara yang berkiblat pada perut semata tetapi ada tujuan yang lebih jauh dari itu semua yakni sukses di dunia dan sukses diakhirat. Energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta bukan sekadar mau mengisi perutnya saja tetapi ia menggunakan energi pemikiran dakwah sebagai gagasan yang menjiwai perjuangan kemerdekaan yang seha secara lahir dan sehat secara batin untuk mewujudkan negara yang berkedaulatan dengan falsafah pancasila. Melindungi dan memberdayakan cara berpikir dengan energi pemikiran dakwah Muhammad
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
Hatta untuk menjaminan hak asasi manusia bukan tanda individualisme, melainkan ukuran paling nyata tentang solidaritas bangsa itu dengan anggotaanggotanya yang paling lemah.13 Hatta begitu ngotot tentang kebebasan-kebebasan demokratis karena ia sejak semula meyakini demokrasi, melawan "kaum ningrat, fasis, dan komunis" yang "membenci kerakyatan" (Ke arah Indonesia Merdeka, 1932A). Pada 1960, sewaktu Sukarno menyingkirkan sisa-sisa demokrasi Indonesia, Hatta menyatakan lagi keyakinannya bahwa "demokrasi tidak akan lenyap dari Indonesia" (Demokrasi Kita). Apa dasar harapan kontrafaktual itu? Menurut Hatta, semangat demokratis para pendiri Republik mempunyai tiga sumber. Pertama, paham sosialisme Barat yang menjunjung tinggi perikemanusiaan; kedua, ajaran Islam; ketiga, kolektivisme masyarakat Indonesia sebagaimana kelihatan di Desa. Dan, begitu dapat kita lanjutkan, karena tiga faktor itu tetap ada, cita-cita demokrasi tidak akan padam di Indonesia. Hal perikemanusiaan boleh dianggap barang tentu. Signifikan metode dakwah Muhammad Hatta ia memasukkan nilainilai Islam ke dalam unsur pendukung demokrasi sebagai model pergerakan dakwah jama’ah. Hal ini sesuai dengan konsep yang dibangun oleh Basman yang dikemukakan dalam disertasinya yang terinpirasi dari energi pemikiran Ali Syariati bahwa semua nilai dasar membutuhkan spirit Al-Quran sebagai
13http://serbasejarah.wordpress.com 77
7
energi penyeimbang dalam membangun sebuah negara.14 Mengingat dewasa ini sering disuarakan pendapat bahwa Islam dan demokrasi tidak bisa berjalan bersama, penilaian Hatta ini pantas dijadikan titik tolak untuk memikirkan dan mengaktualkan kembali peran Islam dalam membangun demokrasi di Indonesia. Topik "kolektivisme" masyarakat Indonesia, "demokrasi aseli Indonesia" atau "demokrasi desa" sering menjadi acuan para pendiri Republik. Hatta yang, berhadapan dengan pelbagai kedangkalan yang lazim didengungdengungkan, merincikan dengan jernih apa yang dimaksud (Hatta 1932A). Ia memakai istilah "demokrasi desa", tetapi (dalam Demokrasi Asli Indonesia dan Kedaulatan Rakyat, 1932B) ia menolak omongan tentang "demokrasi asli. Deskripsi medan dakwah Muhammad Hatta di Banda Makna penjara sebagai medan dakwah Muhammmada Hatta sebagai tempat memproduksi dan objek dakwah Muhammad Hatta, tidak berarti penjara di terali besi tetapi penjara pengasingan Banda Neira sangat terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbaik dunia, 15 ia memiliki struktur pesona keindahan laut, rempah-rempah, dan megahnya gunung yang menambah minat penjelajah 14Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi dipertahankan untuk memenuhi gelar Doktor bidang Filsafat. 15Mochtar Kusumaatmaja, “Bung Hatta: Peletak Dasar Politik Luar Negeri Indonesia�, dalam Bung Hatta Kita dalam Pandangan Masyarakat. (Cet. I; Jakarta, Idayu Press,1982), h.198.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
samudra di masa yang lalu.16 Kekayaan energi pemikiran yang dikonstruksi oleh generasi sebelumnya termasuk Muhammad Hatta yang mendiami Banda Neira sebagai tempat pembuangan menghadapi mesyarakat transisi. Wisata sejarah lainnya di Banda Neira adalah Rumah Buday yang menyimpan banyak peninggalan VOC. Didalam museum terdapt juga lukisan yang menggambarkan suasana saat pasukan VOC membantai pada saudagar kaya di Banda Neira dihadapan anak istri mereka untuk merebut Pala yang mereka miliki. Orang-orang yang tersisa dibawa ke Pulau Jawa untuk dijadikan budak. Peristiwa ini juga diabadikan melalui monumen Parigi Rante Masuk ke dalam Rumah Budaya ini akan membuat anda benar-benar berada di masa puluhan tahun lalu karena semua perabot didalam ruangan adalah perabotan asli.17 Selain bangunan tua dan rumah peninggalan, wisata sejarah lainnya adalah Benteng Belgica, Benteng Nassau, Benteng Revengie, Benteng Hollandia dan Benteng Concordia. Salah satu dari terbaik adalah Benteng Belgica karena memiliki pemandangan yang indah ke Gunung Api. Jika dilihat dari udara, Benteng Belgica ini berbentuk pentagonal dengan menara di setiap sudutnya.18 Artefak sejarah berupa menara di Banda 16Farida Swasono (ed), Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan. (Jakarta: Sinar Harapan 1980), h.43.
8
tersebut dengan tangga bisa melihat pemandangan seluruh isi pulau Banda sebagai meda dakwah Muhammad Hatta dari atas menara tersebut. Benteng ini dulunya adalah peninggalan portugis lalu dimanfaatkan dan direnovasi oleh pemerintah Belanda untuk mengawasi lalu lintas pasar dagang di Laut Banda. Menurut Burhan Bungin dalam bukunya Destinasi Pariwisata di Banda Neira mengungkapkan bahwa masyarakat banda termasuk masyarakat transisi antara masyarakat moderen dan 19 masyarakat tradisional. Struktur masyarakat dalam pandangan Abudin Nata termasuk masyarakat Islam yang transformatif.20 Struktur masyarakat yang sangat bervariasi dari aspek pemahaman ini membutuh kecerdasan sosial dalam mengkomunikasi-kan dan membahasakan pesan-pesan Al-Quran dan Sunnah yang persuasif dan komunikatif di tengah masyarakat. Sebelum Muhammad Hatta mengkonstruksi pemikiran dakwahnya di tengah masyarakat Banda, alam pikiran masyarakat banda lebih di dominasi oleh energi pemikiran mistisisme khas Banda yang diwariskan dalam bentuk budaya antara lain budaya nyiru gila, cuci parigi, buka puang, dan Ritul Memandikan Kain Gajah dan Kora-Kora di Banda.21 Realitas 19H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur (Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010), h. 63.
Hatta
20Abudin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Indonesia (Cet. III; Jakarta: Prenada Media Group), h. 33.
18A. Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante. (Jakarta: LP3ES, 1987), h.155.
21Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku Artikel ilmiyah yang dipresentasikan di batam pada saat MTQ Nasional di kepulauan Riua
17Farida Swasono (ed), Bung Pribadinya Dalam Kenangan‌.h.45.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
masyarakat inilah yang akan menyelimuti pergerakan energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta sebagai objek meda dakwah di Banda Neira. Medan dakwah Muhammad Hatta di kepulauan Banda terdiri dari sepuluh pulau vulkanis yang tersebar di Laut Banda, ¹140 km sebelah selatan Pulau Seram dan 2.000 km sebelah Timur Pulau Jawa. Kepulauan Banda seluas 180 km² ini termasuk dalam wilayah Provinsi Maluku. Kota terbesarnya, Banda Naira, terletak di pulau dengan nama yang sama. Sekitar 15.000 jiwa tinggal di kepulauan ini. Kepulauan ini populer bagi penggemar selam scuba dan snorkeling. Hingga pertengahan abad ke-19, Kepulauan Banda merupakan satu-
9
satunya sumber rempah-rempah pala.22 Kepulauan Banda pun di daftarkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2005. Ide wisata religi multicultural di Banda tersebut jika menggunakan paradigma Hurssel tampak dalam prilaku interaksi sosial tidak ada budaya migrasi yang menonjol tetapi semua budaya hidup dan terintegrasi dalam satu etalase kosmos budaya yang memiliki kekuatan untuk merekatkan semua perbedaan budaya-budaya migrasi menjadi satu kekuatan budaya rutu basudara yakni Banda. Budaya Banda dari aspek nama menurut Didik Suharyo mengandung arti menyembunyikan budaya bawaan dan menggunakan budaya Banda sebagai budaya persatuan untuk berinteraksi secara damai. Hal itu tampak jika kapal PELNI masuk didepan pelabuhan sebagai pusat pertemuan suku-suku baik yang datang dari migrasi lokal maupun migrasi internasional tradisi “pane� adalah sastra lisan masyarakat banda yang merekatkan perbedaan. Apkah ini bisa dijadikan sebagai wisata religi multicultural? hal ini membutuhkan kajian mendalam bagaimana budaya Banda bisa dijadikan destinasi wisata religi multicultural di Banda sebagai sumbangan akademik dan sumbangan percontohan bagi masyarakat
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
modern sebagai satu wawasan baru dalam mencari wisata religi multicultural. 23 Gambaran ini menunjukkan bahwa ada ekosistem nilai yang berfungsi sebagai regulasi untuk menjaga ekossistem budaya Banda sebagai budaya persatuan yang disepakati oleh penduduk setempat. Hal ini yang memperkayah khazanah budaya di banda dan berpengaruh pada model peradaban wisata religi multikultural di Banda. Realitas ini membutuhkan penalaran mendalam (nanaku dalam bahasa Ambon) secara sistematis untuk mendapatkan format baru bagi pengembangan keilmuan dan kebutuhan akademik serta spirit pencerahan bagi masyarakat moderen dewasa ini, yang penuh dengan pola hidup materialisme dan hedonisme yang kurang sehat.24 Keadaan ini membutuhkan obat rohani melalui wisata religi multikultural untuk memberikan refresh spiritual dan keseimbangan hidup pada kebutuhan dasar manusia agar lebih tertata dengan baik dalam melakukan interaksi sosial. Kontribusi Konseptual.
tahun 2014. h. 21.
22Houtsma, First Encyclopaedia of Islam 1913-1936 dalam E.J.Brill,s,BRILL. ISBN 9004097961. ISBN 9789004097964. h. 646. 23Mochtar Kusumaatmaja, “Bung Hatta: Peletak Dasar Politik Luar Negeri Indonesia”, dalam Bung Hatta Kita dalam Pandangan Masyarakat. (Cet. I; Jakarta, Idayu Press,1982), h.198. 24Alo Liliweri, M.S, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya (Cet.IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 55
10
Kontribusi energi pemikiran Muhammad Hatta di Banda menurut Hamadi B. Husain bahwa jejak energi dakwah simbolik dari Muhammad Hatta yang tampak dalam jejak konstruksi sejarah adalah nama Desa di Kecamatan Banda terdiri dari; a. Desa Dwiwarna (sebagai lambang warna bendera Indonesia) b. Desa Nusantara (sebagai lambang teritorial negara Indonesia) c. Desa Rajawali (sebagai simbol falsafah negara Republik Indonesia) d. Desa Kampung Baru (sebagai simbol Indonesia Merdeka) e. Istanah Mini (sebagai simbol Istanah Negara Republik Indonesia) f. Desa Merdeka (sebagai simbol bahwa Indonesia pasti merdeka atas pertolongan inayatullah). g. Desa Tanah Rata (sebagai simbol bahwa setiap orang sama dihadapan Tuhan) Warian yang energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta di Banda melahirkan dan menggerakkan beberapa tokoh nasional dan tokoh lokal antara lain adalah Des Alwi (tokoh nasional), Usman Thalib (tokoh lokal), Burhan Bungin (tokoh nasional), Nurbati Watro, Hamadi B. Husain (tokoh nasional), Abdul Haji Muhammad, dan Said Assagaf (Gubernur Maluku/tokoh nasional).25 Kontribusi Metodologi Kerangka konseptual yang digunakan untuk membedah 25 Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan Pers”, dalam Kumpulan Karangan Jilid I (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1976, p.222.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
permasalahan dalam penelitian ini menggunakan Teori AGIL Talcott Parson. Kontribusi penelitiaan ini untuk memberikan model dakwah wisata religi multikultural dalam proses mediasi dan penyelesaikan konflik di Maluku, yang sering terjadi akibat benturan budaya dan peradaban. Selain itu penelitin ini juga memberi kontribusi dalam meningkatkan daya imun masyarakat urban dalam menghadapi kebutuhan masyarakat moderen yang diterpa peradaban kapitalisme, materialisme dan hedonisme. Gagasan Dakwah Muhammad Hatta sebagai model percontohan Dakwah wisata multikultural yang dapat menjadi pilihan akademik bagi pengembangan wisata religi di Maluku. PENUTUP Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jejak energi pemikiran dakwah Muhammad Hatta di Banda maka didapatkan energi pemikiran dakwah sebagai berikut: 1. Energi
kecerdasan AISYATEK (Kecerdasan Aqidah, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Syari’ah, Kecerdasan Akhlaq, Kecerdasan Entrepreneurship, dan Kecerdasan Teknologi. Energi pemikiran ini sehingga banda menjadi destinasi Pariwisata sejarah, religi, dan arkeologi.
11
perspektif dakwah. Perjumpaan ini memiliki ornamen sejarah sesuai dominasi dan kekuatan dari sebuah energi pikiran tersebut. Semakin dominan suatu pikiran dan mendesak untuk kebutuhan manusia semakin tinggi pula proses dufusi inovasi dari pemikiran tersebut. 3. Sebagai metode dakwah dalam membahasakan dan mengkomunikasikan pesan-pesan agama yang sesuai daya naalr masyarakat multikultural di Maluku yang berwawasan Islam keindonesiaan. Gagasan Dakwah Mohammad Muhammad Hatta di Banda sebagai sang pencerah di tengah masyarakat di Banda Neira Provinsi Maluku, memberikan dampak sosial yang cukup signifikan. 4. Kontribusi
penelitiaan ini untuk memberikan model dakwah wisata religi multikultural dalam proses mediasi dan penyelesaikan konflik di Maluku, yang sering terjadi akibat benturan budaya dan peradaban. Meningkatkan daya imun masyarakat urban dalam menghadapi kebutuhan masyarakat moderen yang diterpa peradaban kapitalisme, materialisme dan hedonisme. Sebagai model metode Dakwah wisata multikultural yang dapat menjadi pilihan akademik bagi pengembangan wisata religi di Maluku.
2. Menelaah energi pemikiran dakwah
Muhammad Hatta di penjarah yang berjumlah dengan energi pemikiran tradisional, transformatif, dan moderen adalah persoalan yang cukup signifikan untuk diungkap dalam
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
DAFTAR PUSTAKA A. Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan dalam Konstituante. Jakarta: LP3ES, 1987. Alo
Liliweri, M.S, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya Cet.IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I. Bandung: Disjarah Angkatan darat dan Angkasa, 1977, p.208 lihat juga dalam Aman, Pemikiran Hatta Tentang Demokrasi, Kebangsaan Dan hak azasi manusia Cet. I; Jakarta: Buku Kompas. M. Adnan Amal, Kepulauan RempahRempah Cet. I; Jakarta: Gramedi group, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Cet. I; Jakarta: Balai Bahasa Indonesia, 2010. Des Alwi anak murid Muhammad Hatta, Sejarah Pemikrian Muhammad Hatta di Banda artikel ilmiyah dikutip dari Usman Thalib Dosen Universitas Pattimura. Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Franz Magnis-Suseno, S.J. Rohaniwan, guru besar filsafat sosial di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Hamadi B, Husain Penggagas Pengembangan Pendidikan Islam di Maluku. Basman, Humanisme Ali Syariati Disertasi dipertahankan untuk
memenuhi Filsafat.
gelar
Doktor
12
bidang
Farida Swasono (ed), Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan. Jakarta: Sinar Harapan 1980. Farida Swasono (ed), Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan. Jakarta: Sinar Harapan 1980. Mochtar Kusumaatmaja, “Bung Hatta: Peletak Dasar Politik Luar Negeri Indonesia”, dalam Bung Hatta Kita dalam Pandangan Masyarakat. (Cet. I; Jakarta, Idayu Press,1982. Soebagiyo I.N., Bung Hatta Kita, dalam Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-70, Bung Hatta Mengabdi pada Cita-cita Perjuangan Bangsa,1972. Syarifudin, Banda sebagai Model Dakwah multikulutral makalah ilmiyah yang dipublis di blogger pada tahun 2013. H. M. Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira sebagai Brand Pariwisata Indonesia Timur Cet. I; Jakarta: Kakilangi, Prenada Media group, 2010. H. Hamadi B Husain, Mantan Dekan Fakultas Dakwah IAIN Ambon 1997. Abudin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Indonesia Cet. III; Jakarta: Prenada Media Group. Syarifudin, Mozaik Peradaban Islam Maluku Artikel ilmiyah yang dipresentasikan di batam pada saat MTQ Nasional di kepulauan Riua tahun 2014. Houtsma, First Encyclopaedia of Islam 1913-1936 dalam E.J.Brill,s,BRILL. ISBN 9004097961. ISBN 9789004097964. Mohammad Hatta, “Tuntut Kemerdekaan Pers”, dalam Kumpulan Karangan
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014
Dakwah Multikultural Muhammad Hatta, Syarifudin
13
Jilid I Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1976. Zulkifli Suleman, Pemikiran politik Muhammad Hatta: Demokrasi Untuk Indonesia Cet. II; Jakarta: Buku Kompas.
Jurnal Studi Islam Vol. 4 Nomor 2
2014