DISABILITY IS MORE: DEAF

Page 1

DISABILITY IS MORE...

DAVID ISLAMUDDIN 08111540000046

BERLIANI GHEA GHASSANI 08111540000057

MAULINA NUR SAIDAH SABITA THIFAL A. TAHANI BAMAZROEK 08111540000059

08111540000074

08111540000075


DISABILITY Disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris disability ( jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan. Dan difabel juga merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris dierent people are merupakan manusia itu berbeda dan able yang berarti dapat, bisa, sanggup, mampu (Echols & Shadily, 1976). Menurut WHO (1980) ada tiga deďŹ nisi berkaitan dengan keterbatasan, yaitu impairment, disability, dan handicap. Impairment adalah kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi psikologis, ďŹ siologis atau anatomis. Disability adalah suatu keterbatasan atau kehilangan kemampuan (sebagai akibat impairment) untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara atau dalam batas-batas yang dipandang normal bagi seorang manusia. Handicap adalah suatu kerugian bagi individu tertentu, sebagai akibat dari suatu impairment atau disability, yang membatasi atau menghambat terlaksananya suatu peran yang normal (Sholeh, 2014). http://digilib.uinsby.ac.id/3070/5/Bab%202.pdf


Deaf (Hearing Impaired)

Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indera pendengaran (Smart, 2010). Kelainan pendengaran biasanya juga dibarengi dengan keterbatasan dam bicara. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat di mengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat di mengerti oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional dimana kemungkinan disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara (Reefani, 2013). Tuli terbagi menjadi 3 jenis, sensoriurineual, konduksi dan campuran. Tuli sensorineural berarti tuli yang berhubungan dari telinga dengan urat syaraf. Terjadi bila ada gangguan pada model sentral sampai garis yang memisahkan telinga dalam dengan koklea, misalnya: gangguan pada koklea. Tuli konduksi terjadi karena akibat ketidaksempurnaan atau tidak berfungsinya organ telinga yang berperan sebagai menghantarkan bunyi dari luar telinga ke telinga dalam. Keadaan ini berarti bahwa ada sesuatu yang menggangu mekanisme penghantaran suara dari udara di luar melalui liang telinga ke telinga dalam. Tui campuran terjadi apabila ada komplikasi di telinga yaitu akibat tuli sensorineural dan tuli konduksi yang terjadi secara persamaan


Experience to become a deaf

Simulasi menjadi penyandang tuli Pengalaman sebagai penyandang tuli melalui simulasi yang dilakukan, dapat dianalogikan seperti seorang astronot. Dimana ia bisa melihat indahnya antariksa namun tidak dapat mendengar apa yang dilihat karena berada di ruang hampa. Begitu juga dengan penyandang tuli, bisa mendeďŹ nisikan ruang secara visual tapi cakupan persepsinya menjadi dipersempit karena tidak bisa memprediksi sesuatu yang berada diluar jangkauan penglihatannya. Saat menjadi seorang yang tuli, tingkat awareness penyandang menjadi menurun dan cakupan persepsinya terhadap ruang seolah-olah mengecil. Dapat dianalogikan saat memakai helm, sebesar itu perkiraan ruang yang bisa dideďŹ nisikan. Dan cenderung menghindari keramaian ataupun kerumunan orang, karena secara psikis pasti tidak mau diremehkan oleh orang ketika mereka tahu bahwa dalam keadaan tuli. Dan karena komunikasi dari orang yang tuli berbeda dan tidak semua orang mampu menggunakan bahasa isyarat. Saat menjadi seorang yang tuli, apapun yang diucapkan orang berusaha diulangi kembali untuk recognizing . Akan tetapi seorang yang tuli sebenarnya, biasanya dibarengi dengan keterbatasan bicara, sehingga tidak bisa mengulangi ucapan orang lain.


Secuplik Biografi Bu Galuh (Aisyah) Bu Aisyah atau yang sering dipanggil Bu Galuh adalah seorang penyandang polio dan tuli parsial. Awalnya segalanya terasa normal hingga ketika berumur tiga bulan Bu Galuh tidak memberikan respon ketika diajak berkomunikasi oleh ibunya. Awalnya tidak ada kecurigaan apapun akan tetapi lambat laun ibunya merasa khawatir. Bu Galuh mengalami step dan dibawa ke rumah sakit oleh ibunya. Setelah diperiksa barulah diketahui bahwa beliau menderita poliomyelitis, yang mana menyerang bagian motorik sebelah kiri – berdampak pada motorik bagian tubuh kanan. Poliomyelitis is an acute viral infection which ranges in severity from a nonspeciďŹ c illness to paralysis with permanent disability.

Robertson, Dr Susan. 1993. The Immunological Basis For Immunization Series Module 6: Poliomyelitis. Geneva: World Health Organization Global Programme For Vaccines And Immunization Expanded Programme On Immunization.


Beranjak anak-anak, Bu Galuh didaftarkan masuk sekolah TK umum. Saat mengikuti sekolah TK umum, kemampuan komunikasi beliau sangat lambat dibandingkan murid-murid lainnya. Guru TK beliau merekomen-dasikan agar beliau didaftarkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) kepada orangtuanya. Orangtua Bu Galuh pun mendaftarkan beliau ke SLB. Di sana beliau mulai mempelajari cara berkomunikasi baik dalam lisan, tulisan, maupun isyarat dengan baik. Akan tetapi, saat di rumah Ibunya tetap membiasakan Bu Galuh berkomunikasi secara normal tanpa menggunakan Bahasa isyarat. Bu Galuh melanjutkan sekolah tahap selanjutnya di SLB juga. Setelah lulus SMA Bu Galuh mengambil ujian paket untuk melanjutkan kuliah umum dan beliau berhasil diterima dan berkuliah hingga lulus sarjana Bu Galuh pun menikah dengan suaminya yang juga seorang penyandang tuli. Dengan segala 'keterbatasan' yang mereka miliki tidak menghalangi mereka untuk tetap beraktivitas bersama. Dengan berbanda sepedamotor mereka pergi kesana-sini menemui komunitaskomunitas dan teman-temannya. Cerita perjalanan mereka pun menjadi cerita yang lucu dan membahagiakan. Bu Galuh seorang periang. Selalu menghadapi segalanya dengan senyum dan tawa. Kata-kata merendahkan yang keluar dari mulut orang lain sudah bagai angina lalu. Tidak akan mujarab untuk mematahkan semangatnya. Dalam kamus Bu Galuh seakan kata 'keterbatasan' tidak pernah ada. Segalanya menjadai lebih. Lebih membahagiakan, lebih seru, lebih bersyukur, lebih semangat, lebih menghargai, lebih berarti

DISABILITY IS MORE “Do more of what makes you HAPPY� –


Diejek

Social Perception

Sebagai seorang tuli dan daksa, Ibu Galuh terlihat secara fisik sebagai seorang penyandang disabilitas. Hal ini tentunya menyebabkan orang-orang mengejek Ibu Galuh secara diam-diam. Bahkan ada pula orang yang mengejek Ibu Galuh secara terang-terangan karena mengira Ibu Galuh tidak mendengarnya. Namun Ibu Galuh berkata bahwa beliau sudah kebal dengan perkataan orang-orang.

Difitnah Sebagai seorang tuli dan daksa, Ibu Galuh paling tidak suka difitnah. Karena menurut pengalaman teman-teman Ibu Galuh, seorang tuli kerap kali menjadi sasaran untuk difitnah orang-orang karena dianggap tidak tahu apa-apa.

Disepelekan Bu Galuh bercerita bahwa beliau sering diabaikan oleh orang-orang ketika beliau ber tanya sesuatu. Bahkan ketika berbelanja, Ibu Galuh juga pernah diabaikan oleh penjualnya.


Komunitas

Sekolah Sejak SD hingga SMA, Ibu Galuh mengenyam pendidkan Sekolah Luar Biasa. Lingkungan sekolah Ibu Galuh sangat mendukung perkembangan Ibu Galuh. Selama di sekolah Ibu Galuh belajar membaca dan berbicara. Bapak dan Ibu Guru di sekolah Ibu Galuh cukup ketat dalam mengajar muridnya. Hingga Ibu Galuh dapat merasakan kuliah umum di Universitas Negeri, tepatnya jurusan Bahasa Inggris.

Sejak kuliah, Ibu Galuh memiliki komunitas sesama tuli bersama teman-teman kuliahnya. Sampai sekarang mereka masih sering berkumpul. Bahkan Ibu Galuh merasa lebih dekat dengan teman-teman di komunitas daripada dengan teman sekelas atau sebangkunya.. Menurut Ibu Galuh hal ini karena mereka memiliki suatu kesamaan yang membuat mereka nyaman tanpa harus dibandingkan dengan orang lain.

Neighborhood Hubungan Ibu Galuh dengan tetangga bisa dibilang baik. Tetangga bisa menerima keadaan keluarga Ibu Galuh. Bahkan tetangga Ibu Galuh sering mengantar makanan ke rumah Ibu Galuh. Ibu Galuh dan tetangga juga sering bercengkrama dan bercanda di sekitar lingkungan rumah.

Keluarga Keluarga menjadi salah satu pihak yang mendukung Ibu Galuh dan suami. Sejak kecil, Ibunda Ibu Galuh sudah melarang Ibu Galuh untuk memakai bahasa isyarat, tujuannya supaya Ibu Galuh bisa fasih berbicara.

KELUARGA

Keluarga menjadi salah satu pihak yang mendukung Ibu Galuh dan suami. Sejak kecil, Ibunda Ibu Galuh sudah melarang Ibu Galuh untuk memakai bahasa isyarat, tujuannya supaya Ibu Galuh bisa fasih berbicara.

Lingkungan yang MMendukung


Space Perception Clarity

Sound Awareness

Social Signing space Visuality Identity


Independent & Positive Thinking Bu Galuh merupakan penyandang tuli sejak berumur tiga bulan. Selama itulah beliau selalu diajarkan oleh ibunya untuk selalu mandiri dalam melakukan apapun. Sang ibu-lah yang mengharuskan Bu Galuh untuk tetap berbicara dengan mulut -bukan dengan bahasa isyarat- saat berkomunikasi di dalam rumah. Ibu dari Bu Galuh berpendapat bahwa Bu Galuh harus tetap mandiri walaupun dengan segala keterbatasan yang ada. Hal itulah yang membuat Bu Galuh dapat tetap senang dan menikmati hidupnya selama ini, karena tidak bergantung pada orang lain.

Bu Galuh mengaku memang sering diejek oleh orang sekitar, namun beliau dapat menerima dan memilih untuk bersabar ketimbang menjadikannya masalah besar. Namun hal yang paling dibenci Bu Galuh adalah difitnah. Karena beliau berprinsip, menjadi tuli bukan berarti ia dapat dikambinghitamkan oleh orang lain. Menjadi tuli bukan berarti beliau tidak mengerti mana yang benar maupun salah. Selama kami bercakap-cakap dengan Bu Galuh, hal yang selalu terpancar adalah sikap positif yang selalu diekspresikan mengenai kondisi tuli yang dialaminya saat ini. Bu Galuh menuturkan, terkadang memang beliau tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain, namun hal itu tidak menjadi masalah dalam berkehidupan sehari-hari.


Clarity (Kejelasan) Bu Galuh merasa tidak nyaman berada dalam ruangan yang gelap karena dirasa mengganggu komunikasi Bu Galuh karena akan mengganggu pembacaan bibir maupun bahasa isyarat orang sekitar. Akan lebih mudah bagi Bu Galuh untuk berjalan di tampat yang terang dan jelas, untuk melihat signage ataupun karakteristik lainnya. Konsep kebutuhan visual guna meningkatkan awareness dari penyandang tuli. Sumber : Gallaudet University - Deaf space diagram

Konsep Pola Ruangan bagi Penyandang Tuli Sumber : dangermondkeane.com DeafSpace Design Guide

Hal ini berkaitan dengan awareness dari Bu Galuh yang berkaitan dengan clarity atau kejelasan dari lingkungan sekitar. Sintesa yang dapat dirumuskan berupa lingkup peripheral, transparansi, refleksi, vibrasi, dan shared sensory touch seperti yang dirumuskan oleh Gallaudet University pada iliustrasi di atas.


Social Signing Space Dalam berkomunikasi, Bu Galuh berusaha untuk menerjemahkan gerak bibir dari lawan bicaranya. Karena itu, social space yang dibutuhkan oleh Bu Galuh lebih sempit dari orang biasanya. Personal space nya pun lebih sempit, sehingga lawan bicara harus mengntervensi ke dalam personal space Bu Galuh untuk dapat berkomunikasi dengan bu Galuh. Untuk itu, Bu Galuh terkadang lebih nyaman berada di tempat yang : Ÿ Sempit- intim Ÿ Luas-banyak orang Personal Space bagi Penyandang Tuli Sumber : Gallaudet University - Deaf space diagram,

Personal space yang dapat menjadi “signing space� adalah space yang dapat ditolerir penyandang tuli untuk dapat berkomunikasi. Menurut wikihow, standar personal space bagi penyandang tuli adalah 3,6 ft atau 1-2 meter, sehingga komunikasi antara kedua pihak dapat berjalan. Strategi yang dapat dilakukan adalah penyesuaian batas dan jarak sesuai lingkup personal space penyandang deaf. Seperti penyesuaian perabot, tinggi dan lebar ruangan dalam kelas, dan sebagainya.

Personal Space bagi Penyandang Tuli Sumber : Wikihow


Sound Awareness

Bu Galuh mengakui jika beliau tidak dapat membedakan waktu yang berhubungan dengan suara. Seperti suara adzan subuh yang notabene menjadi alarm di saat pagi. Bu Galuh tidak menjelaskan bagaimana beliau bangun di saat subuh, apalagi tanpa bantuan alarm dari handphone. Isu dalam kasus ini adalah bagaimana memaksimalkan cahaya, visual, maupun medium getaran dalam pembedaan waktu oleh penyandang tuli. Untuk itu, Bu Galuh dapat memanfaatkan keistimewaan visual dan getaran untuk menggunakan alarm. Strategi Perancangan Akustik bagi Penyandang Tuli Sumber : Gallaudet University - Deaf space diagram

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana kejelasan suara tidak tertangkap oleh penyandang tuli. Startegi yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan cahaya maupun getaran agar masuk ke lingkup penyandang tuli. Sehingga dapat dilakukan perencanaan materialitas dari ruangan tersebut.


Visibility :Identity Sebagai orang yang senang travelling, Bu Galuh mengaku mengenali suatu tempat dan orang berdasarkan karakteristik tersendiri dari masing-masing. Daripada mengingat namanya, Bu Galuh lebih melihat ciri-ciri fisik seperti tahi lalat, kondisi kaki yang pincang, lalu mata sipit, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan kondisi tempat atau ruang menurut Bu Galuh. Dengan kondisi visual yang lebih menonjol, tentu saja pemberian karakteristik fisik akan memudahkan Bu Galuh dalam mengenali tempat atau menuju ke suatu tempat.

Untuk itu, diperlukan visibility atau identitas untuk mempermudah penyandang tuli dalam mengidentifikasi suatu tempat. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan : 타 Wayfinding yang khas 타 Material yang khas 타 Warna 타 Signage berupa infografis yang sesuai

Strategi Perancangan Wayfinding bagi Penyandang Tuli Sumber : Gallaudet University - Deaf space diagram


Obstacle sound - distance - information

Fisik Non Fisik

communication

Sound Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda. Dan juga didefinisikan sebagai getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu terhadap waktu. Suara berhubungan erat dengan rasa “mendengar”. Suara/bunyi biasanya merambat melalui udara. Suara/bunyi tidak bisa merambat melalui ruang hampa. Manusia membuat suara dengan frekuensi : 50Hz – 10KHz. Sinyal suara musik memiliki frekuensi : 20Hz – 20Khz. Suara yang berada pada range pendengaran manusia sebagai “AUDIO”, dan gelombangnya sebagai “ACCOUSTIC SIGNALS”. Suara diluar range pendengaran manusia dapat dikatakan sebagai “NOISE” (getaran yang tidak teratur dan tidak berurutan dalam berbagai frekuensi, tidak dapat didengar manusia)

Benda Bergetar

Perbedaan Tekanan Udara

Melewati Udara (Gelombang)

Pendengar

Tuli sebenarnya merupakan kondisi dimana berkurangnya sampai hilangnya kemampuan dalam menerima respon suara. Baik dipengaruhi oleh ketidakberfungsian komponen penerima suara pada telinga (konduksi) maupun pada sistem syaraf penghantar suara (sensorunireual). Pada kasus Ibu Galuh yang menyandang tuli parsial dimana masih dimungkinkan menerima suara, dapat digolongkan pada tuli konduksi. Beliau masih mampu menerima sedikit suara melalui telinga kanannya, dan dibutuhkan suara yang lebih tinggi dan keras untuk dapat diterima beliau. Namun, suara yang diterima harus diterima dalam satu frekuensi atau dua arah agar bisa diterima baik oleh ibunya. Apabila suara bersumber dari segala penjuru dengan frekuensi yang berbeda-beda maka suara tersebut tidak dapat dimengerti oleh beliau. Misal saja pada saat berada di keramaian atau pada jalan raya. Apabila penderita merupakan penyandang tuli total keberadaan suara juga malah menjadi penghalang, karena ia tidak bisa mendengar sesuatu jadi tingkat ke awareness an nya sangat menurun drastis. Sehingga mampu mengancam keselamatannya. Dalam kehidupan sehari-harinya Ibu Galuh juga mengalami kesulitan dalam mendengarkan suara azan dan juga suara imam saat sholat jamaah. Solusi beliau jika sholat berjamaah beliau mengikuti gerakan jamaah disampingnya. Beliau juga tidak menggunakan alarm dalam kehidupan sehari-harinya, karena percuma saja tidak terdengar. http://lecturer.ukdw.ac.id/anton/download/multimedia3.pdf


Distance

Distance Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu lintasan tertentu. Dalam ďŹ sika atau dalam pengertian sehari-hari, jarak dapat berupa estimasi jarak ďŹ sik dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu. Perpindahan posisi berbanding lurus dengan gaya dan waktu. Pada faktor ini, kemampuan Bu Galuh dalam berpindah tidak sebaik orang pada umumnya. Hal ini dikarenakan beliau mengalami polio sebagian sejak kecil akibat tuli yang dideritanya. Sehingga membuat anggota gerak bagian kiri tidak berfungsi secara maksimal. Beliau hanya mampu berjalan maksimal selama 10 menit dengan kecepatan berjalan normal, kemudian harus beristirahat. Oleh karena itu beliau membutuhkan titik titik istirahat dalam setiap perjalanannya. Berbanding terbalik dengan kondisinya Bu Galuh sangat menyukai travelling bersama suaminya. Karena menurut pandangan beliau berdiam diri di rumah saja tidaklah menyenangkan.

Signage

Information

Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Dalam memperoleh sebuah informasi, Ibu Galuh mengalami kesulitan apabila informasi tersebut dalam bentuk suara. Contohnya suara sirine, lampu lalu lintas dan juga peringatan datangnya kereta api.


Communication

Bagi seorang penyandang tuli, berkomunikasi adalah hal yang menjadi halangan untuk dirinya. Karena tiap penyandang tuli berbeda-beda tingkat cara berkomunikasinya. Ada yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal mereka menggunakan bahasa isyarat. Dan bahasa isyaratpun terbagi atas isyarat satu tangan dan isyarat dua tangan. Dan masyarakatpun belum banyak yang memelajari bahasa isyarat tersebut. Sehingga untuk berkomunikasipun susah bagi mereka. Adapun yang bisa berkomunikasi, pasti tidak selancar orang yang tidak tuli. Selain daripada itu, Ibu Galuh sebagai salah seorang yang tuli yang masih mampu mendengar sebagian dan berbcara secara verbal, masih memiliki halangan untuk berkomunikasi. Dimana beliau kurang mampu untuk berkomunikasi dalam berbagai arah. Beliau mampu merespon per tanyaan apabila disampaikan secara langsung secara 2 arah kepada beliau. Walaupun terkadang jawaban yang diberikan juga berbeda dari apa yang dipertanyakan. Keadaan ruang juga mengambil peran yang besar dalam komunikasi beliau. Saat berbicara pada ruang yang tidak gaduh, beliau masih mampu berkomunikasi dengan baik kepada kita. Sedangkan pada saat berada pada ruangan yang ramai dan gaduh ibu galuh terlihat sedikit kebingungan dan juga kesulitan dalam berkomunikasi.


Accessbility Area peristirahatan & Pembentukan jalan Bu Galuh sebagai seseorang yang suka berpergian memerlukan kebutuhan khusus terutama ketika beliau harus berjalan dengan jarak yang cukup jauh. Dikarenakan bu Galuh tidak hanya menyandang tuli parsial, namun juga polio yang menganggu keseimbangan tubuhnya secara ďŹ sik menyebabkan beliau tidak dapat berjalan jauh tanpa jeda. Untuk jalan yang datar, setidaknya sekitar tiap 10 menit beliau harus istirahat sejenak. Namun jika jalan tersebut tidak rata, seperti ada kenaikan level pada lantai maka memungkinkan jika kurang dari 10 menit beliau harus berhenti/istirahat.

Bagi Bu Galuh,tempat duduk atau penyediaan area istirahat sangatlah penting baik indoor maupun outdoor. Selain itu sebagai para penyandang tuli, posisi tempat duduk sangatlah penting, dan sebaiknya tempat duduk di susun berbentuk U terutama jika berada dalam area diskusi. Dengan bentuk U tersebut, maka tiap individu akan berada di posisi paling depan. hal ini akan memudahkan mereka untuk menerima intruksi maupun berkomunikasi.

Kemudian, penggunaan jalan lereng (dapat berupa jalan lurus atau penggunaan ramp) akan memudahkan para penyandang tuli dalam berkomunikasi, karena mereka akan lebih terfokuskan pada lawan bicaranya. Penggunaan jalan lereng ini juga sebagai bentuk meminimalisir anak tangga juga akan meringankan beban bu Galuh ketika berjalan dengan jarak yang tidak dekat. Posisi tempat duduk

Jalan lereng untuk peminimalisiran


Accessbility Signage Kesulitan utama bagi penyandang tuli adalah komunikasi. Sehingga mereka harus memanfaatkan indra mereka lainnya dengan baik. Terutama Visual. Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari “petunjuk” dan “informasi” sangat dibutuhkan oleh mereka. Pemanfaatan warna

Petunjuk ini dapat berupa sebuah tanda yang umum atau yang khusus digunakan untuk para penyandang tuli, karena mereka juga perlu kemampuan untuk dapat membaca, seperti bu Galuh yang dari kecil berusaha keras untuk belajar membaca. Petunjuk dapat berupa building furniture, penggunaan warna, material, dll. yang memungkinkan di pahami secara visual. Material Khusus

Petunjuk Digital

Penggunaan papan petunjuk



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.