8 minute read
INOVASI
Digitalisasi terus mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan tersebut telah menciptakan banyak perubahan dan kemudahan, sehingga jarak bukan lagi menjadi penghalang untuk mengunjungi suatu tempat. Sebelumnya, kita hanya dapat melihat suatu tempat melalui gambar yang tersebar di berbagai platfrom media sosial. Namun, saat ini kita dapat menjelajahi suatu tempat secara nyata melalui telepon genggam pribadi. Museum Lampung yang menjadi salah satu wisata edukasi di Provinsi Lampung saat ini bisa dijelajahi secara virtual. Tak hanya mengatasi batasan jarak, hadirnya Virtual Tour Museum Lampung juga memberi solusi untuk anak muda yang saat ini kurang tertarik dengan hal-hal mengenai sejarah daerah.
“Pembuatan Virtual Tour Museum Lampung menjadi salah satu usaha kami untuk tetap memberikan edukasi mengenai sejarah daerah di era teknologi yang berkembang pesat,” ujar Aqil Jado Fahrend (Teknik Elektro’19) selaku ketua tim pembuatan Virtual Tour Museum Lampung ini.
Advertisement
Inovasi ini dibuat Aqil bersama dua temannya, yaitu Alif Rahmatulillah dan Murti. Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), ketiganya membuat inovasi menggunakan metode perancangan Multimedia
Menjelajah Sejarah Secara Virtual
Development Life Cycle (MLDC) yaitu salah satu metode pembuatan suatu aplikasi multimedia yang berasal dari susunan sejumlah berkas digital yang digunakan untuk tujuan tertentu.
“Rancangan dibuat dengan tahapan yang tersusun, yaitu concept (pengonsepan), design (penataan sesuai tujuan project), data collecting (pengumpulan data yang dibutuhkan), assembly (eksekusi data), testing (pengetesan sistem sebagai uji coba) dan distribution (penyimpanan dan evaluasi hasil untuk projek berikutnya yang serupa),” jelas Jado.
Jado juga menambahkan, seluruh ruangan atau blok dapat dilihat dari berbagai sudut, dengan sudut pandang 360 derajat yang mendukung penggunaan Virtual Box. Tak hanya itu, tersedia juga suara narasi pada setiap ruang atau blok koleksi Museum. Narasi yang diiringi musik Lampung ini berisi penjelasan singkat mengenai koleksi yang dipamerkan. Virtual tour ini dapat diakses di laman website Museum Lampung.
“ Virtual Box sudah dapat diakses secara publik di Website mu-
Oleh: Ruhan Amrina
seumlampung.com yang dibuat juga oleh divisi loT database yang menyediakan berbagai informasi Museum Lampung selain dari wadah Virtual Tour tersebut,” tambahnya.
Pada Virtual Tour Museum Lampung terdapat beberapa fitur utama yang dapat diakses oleh publik. Terdapat tiga pilihan utama yang bisa diakses yaitu virtual tour, koleksi marketplace, dan sejarah lampung. Selain itu, website ini dapat dinikmati dalam bi - mosikan kembali Museum Lampung kepada khalayak luas.
Kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh manusia diadopsi, kemudian dipindah kan ke dalam teknologi komputer, sehingga komputer tersebut bekerja layaknya manusia. Begitu kiranya penjelasan singkat Admi Syarif ketika menjelaskan apa makna kecerdasan buatan. Baginya, kehadiran kecerdasan buatan membantu permasalahan kinerja manusia dalam menyelesaikan pekerjaan, misalnya rasa lelah, jarak, hingga kuantitas. Hal itulah yang membuat dirinya tertarik untuk mendalami bidang ini pada perkuliahan magisternya di Jepang.
“Kita bisa membuat ini (kecerdasan buatan) yang tentu saja bukan untuk menggantikan manusia, tetapi bisa membantu manusia dalam pengambilan keputusan,” katanya.
Dengan keilmuannya, ia telah melakukan berbagai riset mengenai kecerdasan buatan, salah satunya pada bidang medis. Riset ini meng- lingual atau dua bahasa.
“Virtual Tour ini memiliki beberapa fitur utama. Dan menyediakan bilingual atau dua bahasa. Dua bahasa yang digunakan pada virtual tour ini adalah bahasa
Admi Syarif SANG PERACIK KECERDASAN BUATAN YANG
Dermawan
gunakan Expert System & Machine Learning. Sistem yang dikembangkan dapat membantu keterbatasan jumlah dokter atau tenaga medis profesional dalam menangani pasien. Teknologi ini jugalah yang membawa dirinya menyandang gelar guru besar bidang kecerdasan buatan di Universitas Lampung.
”Saya beri contoh misalnya ahli ginjal, ahli ginjal ini kan sedikit dan tidak banyak, jadi dari pakar inilah kita dapat pengetahuan kalau gejalanya begini, takarannya (obat) segini dari situ kita adopsi (pengetahuan) pakar ini ke sistem komputer. Dan ini sangat membantu sekali tentunya,” katanya.
Selain itu, Admi juga pernah membuat riset mengenai sistem pengiriman barang. Sistem ini membantu proses pelacakan barang dalam pengiriman. Kita dapat mengetahui keberadaan barang yang dikirim, jumlahnya, serta estimasi waktu sampai ke alamat tujuan. Saat ini, publikasi riset yang ia teliti sudah diimplementasikan ke seluruh dunia.
“Saya banyak riset bagaimana mengimplementasikan kecerdasan buatan untuk logistik. Jadi kaya misalnya ada JNE orang bisa tau barangnya di mana, jumlahnya berapa, kapan nyampai dan sekarang sudah ke diimplementasikan ke seluruh
Indonesia dan bahasa Inggris,” jelasnya.
Museum Lampung menjadi museum ke-17 dari 439 museum di Indonesia yang memiliki layanan virtual. Proyek ini membutuhkan setidaknya 10 minggu dalam pengerjaannya. Virtual Tour Museum Lampung juga berhasil menorehkan penghargaan dalam ajang pameran teknologi Electrical Talkshow and Exibition (E-ACTION) yang diadakan di Universitas Sriwijaya (Unsri) tahun 2023.
“Kami sempat membawa proyek ini dalam pameran teknologi pada acara E-Action yang diadakan di Universitas Sriwijaya dan mendapat kategori Gold Mendalist Exhibitor serta mendapatkan uang pembinaan dari Universitas Lampung sebagai penghargaan,” katanya.
Proyek Virtual Tour Museum Lampung ini akan resmi diluncurkan pada akhir bulan Januari 2023. Dalam hal ini, pihak pengelola museum memberikan respon yang baik atas inovasi Virtual Tour yang telah diciptakan, pihak pengelola merasa terbantu dalam hal mempro-
“Syukur Alhamdulillah respon dari pihak pengelola sangat positif dan merasa sangat terbantu dalam hal mempromosikan kembali Museum Lampung,” imbuh Jado.
Terakhir Jado juga mengungkapkan pengalamannya selama mengikuti kegiatan MBKM di Museum Negeri Lampung. Banyak pengalaman yang ia dapatkan terutama bagaimana cara mengasah soft skill dalam bekerja.
“Sangat seru dapat mengerjakan project ini, mendapat banyak pengalaman pada lingkungan kerja, mengasah soft skill serta tentunya mendapat banyak ilmu dari project yang kami buat ini,” ungkapnya.
Jado pun berharap, dengan adanya layanan Virtual Tour Museum Lampung ini dapat membuat generasi muda lebih tertarik pada peninggalan sejarah daerah Lampung hingga dapat melestarikan pengetahuan yang bisa diambil dari berbagai koleksi benda peninggalan bersejarah yang ada di Museum Lampung.
“Harapan kami dari adanya Virtual Tour ini dapat menjadikan generasi muda lebih tertarik terhadap hal mengenai sejarah daerah Lampung dan tetap melestarikan pengetahuan yang dapat diambil dari koleksi museum tersebut,” harapnya=
Ekspresi
jadikan Nuwono Tasya ini sebagai tempat belajar bahasa Lampung dan kelas menari secara gratis.
dunia,” tuturnya.
Selain menjadi dosen, Admi turut aktif dalam pelestarian budaya Lampung. Dirinya adalah pendiri sekaligus pemilik penginapan bercorak budaya yang diberi nama Nuwono Tasya. Nuwono Tasya sudah berdiri sejak tahun 2017 dan didesain sendiri oleh Admi.
“Kalau untuk desainnya saya sendiri, kebetulan saya itu suka adat dan budaya bukan hanya Lampung, tapi saya suka di mana aja. Terkadang saya kagum juga buat nenek moyang kita ini, bisa mengekpresikan melalui keindahan-keindahan itu,” ucapnya.
“Bahasa Lampung aja jarang kedengeran, bahkan ada yang katanya malu berbahasa Lampung. Saya melihat itu lama-lama sepertinya pengetahuan masyarakat kita terhadap adat dan budaya cenderung menurun,” ungkapnya.
Tak sampai di situ, dosen jurusan Ilmu Komputer ini juga membangun rumah singgah bernama Nuwo Inspirasei sebagai bentuk kepedulian sosial. Di balik rumah singgah ini, ada alasan yang menarik ketika membangun Rumah Singgah Nuwo Inspirasei ini. Enam tahun lalu, Admi dan istrinya berkunjung ke Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Mereka mengunjungi anak sahabatnya
Berlatar dari pengalamannya, Admi berpikir untuk membangun rumah singgah serupa di samping rumahnya. Ia ingin membangun rumah singgah yang representatif. Ia berharap rumah singgah ini dapat membantu orang yang kesulitan mendapatkan penginapan ketika menjenguk kerabatnya yang sedang dirawat di Bandar Lampung
“Saya berpikir di samping rumah saya ada tanah kecil. Saya bilang sama istri, gimana (kalau) kita bikin rumah singgah kaya itu. (Lokasinya) dari rumah sakit Immanuel dekat, dan rumah sakit lain juga dekat. Saya mau bikinnya representatif, jangan kesan orang rumah singgah itu kotor dan jelek. Kita juga bikin dengan niat yang baik. Alhamdullilah rezeki yang tidak disangka-sangka,” lanjutnya.
Rumah singgah ini pun sudah disinggahi banyak orang. Admi sangat bersyukur karena melalui rumah singgah ini, dirinya bisa bertemu berbagai orang baik dan berbagi mengenai inspirasi kehidupan. Seperti namanya, Nuwo Inspirasei. Nuwo yang artinya rumah dan Inspirasei yang artinya menjadi.
Admi berharap dengan didirikannya Nuwono Tasya dapat membuat budaya Lampung menjadi lebih dikenal oleh masyarakat. Ia juga men - yang sedang sakit. Kemudian, temannya bercerita bahwa ada rumah singgah di sana yang bisa disinggahi. Rumah singgah ini pun memberi makanan dan minuman.
“Sebenarnya sama saja kaya tadi Nuwo itu rumah, kalau Inspirasei nya ya kita pengen jadi inspirasi buat pembelajaran ke kita dan khususnya buat saya sendiri dan berbuat baik. Berbuat baik kan bisa jadi macam-macam bisa jadi guru ngaji dan lain sebagainya,” katanya=
Pojok Pkm
Jalan Di Tempat Pergerakan Mahasiswa
selanjutnya. Pergerakan untuk perubahan yang baik seharusnya bisa dimulai dengan proses yang baik pula. Terlebih lagi keadaan dan sistem pemerintahan kita yang sudah beda.
hun lamanya. Hal ini yang tidak terjadi pada pergerakan mahasiswa sekarang, ‘konsisten’ dan ‘konstan’ dalam pergerakan.
Peralihan dari masa orde baru yang melebeli diri sebagai masa pembangunan, aman, sejahtera dan berbagai bual-bual lainnya ke reformasi yang dibuat kaum intelek (mahasiswa) dengan lebel demokrasi sebenarnya, kesejahteraan, dan iming-iming lainnya. Pembungkaman, kesengsaraan dan ‘wajah hitam’ lainnya hasil dari kediktatoran Soeharto menjadi pemicu adanya pemberontakan atau yang tenar kita sebut Reformasi.
Reformasi tahun 1998 menjadi momen bersejarah Indonesia, apalagi mahasiswa. Masa ini buah dari pemberontakan yang dimulai oleh mahasiswa, disusul seluruh elemen masyarakat. Massa menuntut agar Soeharto mundur. Pergerakan atas tuntutan ini tercatat sudah sejak 1996 – 1998 (3 tahun) yang dilakukan oleh semua elemen masyarakat.
Tetapi sejarah memang didapat bukan tanpa pengorbanan. Dalam rangkaian peristiwa ini mengakibatkan 13 orang hilang dan empat orang mahasiswa
Trisakti meregang nyawa; Elang
Mulya, Hendrawan Sie, Herry Hertanto dan Hafidin Royan.
Bukan hanya mahasiswa yang dapat imbas dari kemarahan ini.
Etnis Tionghoa (mayoritas pedagang) jadi sasaran amukan warga.
Karena dianggap tidak terkena imbas dari anjloknya perekonomian nasional. Mulai dari penjarahan toko sampai pemerkosaan brutal. Toko-toko dilebeli “milik pribumi” agar tak terkena jarahan.
Kerusakan yang tercatat antara lain 13 pasar, 2479 ruko, 40 mal, 1600 toko, 45 bengkel, 11 polsek, 380 kantor swasta, 65 kantor bank, 24 restoran, 12 hotel, 9 pom bensin, 8 bis kota, 1119 mobil, 1026 rumah penduduk dan gereja.
Kerugian dan kekerasan ini menjadi rapor merah dari sebuah pergerakan (khususnya mahasiswa). Ini menjadi catatan dan evaluasi untuk pergerakan
Beberapa pergerakan mahasiswa terakhir khususnya aksi massa mendapat respon buruk dari masyarakat. Aksi massa atau demonstrasi yang dilakukan mahasiswa sekarang dianggap hanya kerusuhan dan pembuat kemacetan semata. Bagaimana tidak, tercatat dari demonstrasi pada 2020 dan 2023 khususnya di Lampung berakhir ricuh. Diperparah dengan framing yang dibuat ‘oknum’ agar demo mahasiswa terkesan memang begitu adanya.
Tetapi, demonstrasi yang diikuti entah dari mana dan siapa orang-orang yang masuk dalam barisan sangat gampang untuk disusupi agar berakhir ricuh. Terlebih kecurigaan-kecurigaan pada aparat yang banyak memakai pakaian layaknya mahasiswa dan masuk dalam barisan massa aksi.
Terlepas dari dalih-dalih kerusuhan itu, hasil dari demonstrasi yang menuntut pemerintah dengan berbagai poinnya tidak menuai hasil. Jika kita lihat dari sejarah pergerakan saat reformasi berlangsung tiga ta-
Seamatnya, demonstrasi dengan tuntutan utama paling banyak digelar dua kali dengan jarak yang berdekatan. Tak masalah sebenarnya pada jarak aksi, yang jadi pertanyaan kenapa tidak bisa konsisten dan konstan seperti dahulu yang berhasil. Kerusuhan dan tak menuai hasil pada setiap gerakan harus digarisbawahi pada setiap gerakan selanjutnya. Aksi-aksi cerdas harus cepat dirumuskan kembali untuk merespon tindak bodoh pemerintah. Selain itu, pengembalian citra demonstrasi pada masyarakat yang sudah negatif harus diperbaiki. Mengingat, pada pergerakan reformasi berhasil akibat sokongan dari berbagai elemen masyarakat.
Selain itu, pengemasan isu yang diprotes harus lebih diperhatikan agar setiap elemen bisa ikut ‘memakan,’ sehingga sadar atas ketidakadilan yang dilakukan. Karena mungkin hal inilah yang membuat pergerakan hanya diikuti oleh orang-orang itu saja. Hal ini harus dilakukan agar mahasiswa biasa hingga masyarakat bisa tersadar- kan dan masuk dalam barisan. Berkaca pada peristiwa kasus-kasus viral; jalanan rusak di Lampung, penembakan Sambo, korupsi Dirjen pajak. Dari kasus-kasus yang berhasil ditumpas dan mendapat atensi orang banyak, terletak pada poin “viral”. Pergerakan selanjutnya harus diamati bagaimana isu yang diangkat bisa ‘dimakan’ semua orang hingga ‘viral’ dan dilaksanakan secara ‘konsisten dan ‘konstan’.
Tetapi pola pemberontakan jika dilihat dari kerusuhan dan kekerasan masih menjadi pemicu keberhasilan. Contohnya pemberontakan di Chili pada 2021. Pemberontakan ini berhasil menumbangkan sistem pemerintah sesuai dengan tuntutan. Tetapi 18 orang meregang nyawa, 269 orang terluka, 1900 orang ditangkap dan kerugian fisik lainnya.
Hal ini tentunya bukan menjadi sebuah contoh yang patut ditiru. Meski kekerasan masih diakui sebagai bentuk penunjukkan kekuatan dan merampas kekuasaan. Dibuktikan juga dengan invasi Rusia pada Ukraina. Tetapi, tak seyogyanya jika kita teknokrat yang mengasah ide ide untuk peradaban. Justru masih menggunakan hukum rimba untuk dapat keadilan.