hal 24 Utara

Page 1

BENGKULU UTARA

24 telepon penting RSUD Arma PBK & Satpol PP Polres BU Sat Reskrim BU Gangguan PDAM Gangguan PLN

(0737) 521118 (0737) 521113 082184224211 081367788009 (0737) 521308 (0737) 521721

UTARA

Rakyat Bengkulu

Info Desa Amiril, Kades Bintunan Kecamatan Batik Nau

Buat Pemecah Ombak K e b e ra daan Bengkulu Utara (BU) di sepanjang garis pantai, terutama sepanjang Jalan lintas Barat (Jalinbar) banyak menimbulkan kekhawatiran. Terutama terkait abrasi yang terus mengancam. Sayangnya tak banyak perhatian dari pemerintah provinsi selaku pemilik jalan. Kades Bintunan Kecamatan Batik Nau Amiril mengatakan abrasi mengancam warga desa yang tinggal berbatasan dengan bibir pantai. Warga kerap mengusulkan pembangunan pelapis tebing, namun hingga kini tidak terealisasi. “Bahkan kami sampai membuat laporan ke pemprov disertai foto lokasi. Kami khawatir jika dibiarkan lebih lama rumah warga bisa terjun ke laut,” terang Amiril.(qia)

Lintas

Eks Ka MTs Disidangkan ARGA MAKMUR – Mantan Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Arga Makmur Dedi, S.Pd akan menjalani sidang pertamanya Senin (25/2) besok. Ia akan duduk di meja terdakwa atas kasus penganiayaan yang dilakukannya pada Elda Honorer Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) sebulan lalu. Kasi Pidsus Kejaksaan Negeri (Kejari) Arga Makmur Samhori, SH mengatakan agenda sidang hari ini adalah penyampaian dakwaan atas tindakan yang dilakukan Dedi. Jaksa optimis Dedi bersalah telah menganiaya Elda dan bisa dijerat hukuman pidana. “Surat terdakwa dan korban sudah kita layangkan untuk hadir dalam sidang Senin (Besok,red) besok,” kata Samhori. Jaksa menjeratnya dengan pasal tunggal yaitu padal 351 KUHP tentang Penganiayaan Dengan Pemberatan. Dengan pasal tersebut Dedi diancam hukuman penjara 4 tahun. “Kita terapkan pasal tunggal, kami optimis bisa membuktikan pidana yang dilakukan terdakwa,” demikian Samhori.(qia)

SHANDY/RB

DITANGKAP: Tampak Ec (baju merah) dan Ap (baju biru) ketika menjalani pemeriksaan Satpol PP usai ditangkap Pukul 02.00 WIB kemarin malam.

Berkeliaran Jam 02.00 WIB, 2 Siswi Digelandang Satpol PP Mengaku Usai Bertemu Pacar ARGA MAKMUR – Pukul 02.00 WIB Sabtu (23/2) dini hari kemarin, Ec (14) warga Perumnas Arga Makmur dan Ap (14) warga Desa Taba Tembilang Arga Makmur diciduk Satpol PP. Keduanya berstatus siswi kelas I salah satu SMP Negeri di Kota Arga Makmur Bengkulu Utara (BU). Keduanya digelandang ke Kantor Satpol karena berada di jalan poros Depan Universitas Ratu Samban (Unras) tengah malam dan terlihat beberapa lelaki bersamanya. Pada RB Ec mengaku malam itu ia sengaja keluar rumah untuk menemai Ap bertemu dengan teman lelakinya. Bahkan sebelum tertangkap Satpol PP, Ec mengaku mengantarkan Ap ke salah satu pondok kebun milik warga bersama 4 laki-laki seumuran mereka. “Saya tidak tahu, dia mengajak ke salah satu pondok. Di sana ada 4 cowok, salah satunya Ra, pacar dia (Ap, red). Waktu itu saya menunggu di depan pondok,” ujar Ec. Pernyataan Ec ini diakui Ap, ia mengaku bertemu dengan 4 lelaki di pondok kebun tersebut. Hanya saja ia membantah melakukan hal yang bukan-bukan, bahan ia sempat berteriak saat salah satu lelaki mencoba memegang tangannya. “Waktu dia dipegang tangan saya, sempat teriak. Saya terus mengajak Ec pulang bang,” kata Ap. Sempat Kabur Saat Disergap Kronologis penangkapan, mulanya seperti tiap malamnya Satpol PP melakukan Patroli jalanan. Ketika melintas di depan kampus Unras, polisi melihat ada dua siswi ini bersama beberapa lelaki, khawatir terjadi sesuatu Satpo PP berhenti di dekat mereka. Melihat mobil Satpol dengan beberapa petugas, lela-

ki yang menggunakan sepeda motor langsung tancap gas, termasuk Ec. Satpol hanya bisa mengamankan Ap di lokasi tersebut dan kemudian mengamankan Ac di depan SD Model Arga Makmur sekitar 2 KM dari lokasi sebelumnya. “Kita amankan karena mereka ini anak-anak, masih sekolah. Kita takut terjadi apa-apa. Kita juga yakin orangtua mereka tidak tahu anak-anaknya di luar rumah dengan posisi pukul 2 malam,” kata Kasat Pol PP TMS Barimansyah. Setelah diberi pengarahan, orangtua Ec dipanggil ke Kantor Satpol PP untuk menjemput anaknya. Sedangkan, Ap diantarkan petugas ke rumahnya. Maklum, Ap di Arga Makmur hanya tinggal bersama adiknya yang masih duduk di bangku SD, sedangkan kedua orangtuanya tinggal di Kota Bengkulu. “Kita tidak ingin terjadi sesuatu dengan kedua anak ini. Makanya kita panggil orangtuanya agar mereka tahu apa yang dilakukan anak-anaknya dan melakukan pembinaan,” demikian Barimansyah. Keluar Rumah dari Jendela Sementara itu, pengakuan mengejutkan diungkapkan Ab ayah Ec saat datang ke Kantor Satpol PP. Saat rumahnya didatangi Satpol memberikan kabar tentang Ec, ia mengaku terkejut karena petugas menerangkan Ec berada di Kantor Satpol. Setahu dia, Ec tidur di dalam kamar. Selain itu, tidak ada pintu rumah yang terbuka. Ia baru yakin dengan ungkapan petugas saat mauk ke kamar Ec dan ternyata Ec tidak ada di kamarnya dengan posisi jendela yang terbuka. Rupanya Ec keluar rumah saat orangtuanya tidur melalui jendela. “Makanya saya terkejut, tidak sadar kalau anak saya sudah jadi preman,” ujar Ab nampak kesal. Ab mengaku terakhir melihat Ec di kamarnya pukul 11.00 WIB, saat itu Ec terlihat sudah tidur sehingga ia tak khawatir lagi. Ia tidak menyangka Ec berani keluar rumah dari jendela agar tak diketahuinya.(qia)

l

Minggu, 24 Februari 2013

Pernah Korupsi, Karir 6 Eks Pejabat Berakhir Eks Napi Dilantik, Baperjakat Lalai ARGA MAKMUR – Sebanyak 6 mantan pejabat Pemda Bengkulu Utara (BU) harus mengubur impiannya meraih karier tinggi sebagai pejabat PNS. Hal ini terkait 6 mantan pejabat BU yang kini berstatus mantan nara pidana (napi) atau masih menjalani hukuman bahkan menunggu masa eksekusi hukuman terkait kasus korupsi. Hal ini menyusul dirilisnya Surat Edaran Menteri Dalam Negeri (Mendagri) 800/4329/ SJ terkait larangan pada mantan napi korupsi untuk kembali menjabat di jabatan pemerintahan. Ini berarti, kalaupun sampai lolos dari sanksi pemecatan sebagai PNS, namun mereka hanya bisa menjadi staf biasa. Ke-6 pejabat BU yang terancam mengubur karier kepegawaiannya adalah mantan Kabag Humas Khaisar Robinson mantan napi korupsi PLTMH, Zulkiam PPTK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud), Bastari mantan Bendahara Kesbangpol. Selain itu Mantan Kakan Kesbangpol Ihkwan Halidi juga tak bisa kembali menjabat pascajeratan kasus korupsi saat ia menjabat sebagai Kadispenda Mukomuko. Sedangkan Tajudin mantan Kabid Sumber Daya Lahan (SDL) Dishutbun kini masih menjalani hukuman penjara terkait korupsi.

Terakhir, Inspektur Inspektorat, Lisam Tanawi. Hanya saja Lisam belum berstatus napi karena belum menjalani hukuman. Meski Mahkamah Agung (MA) sudah memvonisnya penjara dan menyatakannya terbukti melakukan korupsi, namun hingga kini ia belum dieksekusi karena petikan putusan tersebut belum dikirimkan MA ke Pengadilan Negeri Arga Makmur. Dewan Salahkan Baperjakat Sementara itu, terkait pengangkatan Suparmin sebagai pejabat Eselon IV dalam mutasi Kamis (20/2) lalu, Anggota Komisi I DPRD BU Sonti Bakara menilai kesalahan yang dilakukan Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Ia menilai Baperjakat lalai memeriksa jelas rekam jejak masing-masing PNS sebelum pelantikan atau pengangkatannya disetujui Bupati. “Kita juga sadari bupati tidak mungkin memeriksa satu per satu berkas PNS yang akan dilantik, di sanalah fungsi Baperjakat. Soal lolosnya nama itu (Suparmin,red), jelas ini kelalaian Baperjakat,” terang Sonti. Ia meminta Pemda BU segera melakukan evaluasi pengangkatan Suparmin, tersebut karena bertentangan dengan SE Mendagri. “Kita tidak benci dengan individu mantan napi tersebut, karena secara hukum mereka sudah menerima sanksi. Hanya saja selaku pemerintah harus taat pada aturan,” demikian Sonti.(qia)

Kepsek Ngaku Nyetor Uang Berkas Sertifikasi ARGA MAKMUR – Kasus pungli yang diduga dilakukan Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Trino mulai terkuak. Salah seorang mantan kepsek di Kecamatan Putri Hijau yang kini dimutasi jadi guru biasa buka suara, soal indikasi pungutan liar tersebut. Dia adalah Ha yang mengaku pernah menyetor uang pada Trino untuk pengurusan berkas sertifikasi guru. Saat itu, Trino menjabat ketua organisasi kepala sekolah di Putri Hijau. “Uang yang disetorkan tersebut Rp 200 ribu per guru penerima sertifikasi, untuk pengurusan berkas sertifikasi di Dikbud,” kata Ha. Karena besarnya potongan, ia mengaku sempat rapat dengan beberapa kepsek dan memutuskan siap memberi uang Rp 25 ribu tiap guru, namun jumlah itu sepertinya ditolak Trino. Bahkan Trino menolak men-

gurus berkas guru sertifikasi tersebut dan minta guru mengantar sendiri berkas ke Arga Makmur. “Makanya pernah kita sendiri yang mengurus berkas. Alasannya waktu itu kalau hanya Rp 25 ribu Dikbud tidak mau terima,” tambah Ha. Uniknya, saat ia mengantar berkas ke Dikbud, tidak dipungut biaya. Beberapa pejabat Dikbud mengaku tidak pernah menerima uang dari Trino. “Kami penasaran, apa iya sebesar itu? Makanya kami tanyakan ke Dikbud, ternyata mereka tidak pernah terima uang. Kami juga tidak diminta uang waktu antar berkas,” imbuh Ha. Ia mengaku siap memberi keterangan jika jaksa memanggilnya. Dia satu dari 26 kepsek yang menandatangani surat pernyataan yang dilayangkan ke jaksa. “Kalau saya dipanggil jaksa, akan ceritakan sebenarnya,” tukasnya. Sedangkan, Trino tetap membantah tudingan yang dilontarkan anak buahnya itu. “Ada kepsek yang menandatangani pernyatan tapi dia datang mendukung saya,” kata Trino.(qia)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.