Evaluasi Kecernaan Pakan Bagi Ruminansia Secara Biologis Kecernaan adalah peubah yang menunjukkan ketersediaan nutrient dalam pakan dan merupakan salah satu indikator kualitas pakan. Kecernaan ( )=
konsumsi nutrient−nutrient feses x 100 Konsumsi nutrient
Pengukuran kecernaan secara biologis, terbagi atas 3: 1. In vivo
Pemberian pakan secara individu pada ternak
Pengumpulan feses terpisah dari urin
Jumlah ternak yang mencukupi dan harus seragam (breed, jenis kelamin, umur,
berat badan, kemampaun kecernaan, dan kondisi kesehatan)
Pada ruminansia periode adaptasi (14 hari) dan pengambilan sampel (7 hari)
Konsumsi berkesinambungan
Konsumsi pada pakan diukur setiap 24 jam
Pakan yang diberikan ditimbang dan diukur kadar nutrientnya
Sisa pakan ditimbang, diukur kadar nutriennya (kadar nutrient pakan yang
diberikan tidak sama dengan pakan sisa) Percobaan dilakukan di kandang metabolis
Kandang metabolis merupakan kandang individu ternak yang dipergunakan untuk meneliti kotoran ternak secara akurat yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air yang terbuat dari bambu, kayu, stainless steel. Kandang metabolis ini bertujuan: •
Mengumpulkan feses
•
Memisahkan feses dari urin
•
Memperoleh data individu Terbagi atas 2 metode, yaitu:
•
Koleksi Total (Total Collection), yang dibagi atas 3 periode, yaitu:
a. Periode adaptasi kandang dan pakan
Bertujuan untuk mengadaptasi ternak dengan pakan yang akan diuji kecernaan serta penggunaan metabolism kit. Berlangsung kurang lebih 7-15 hari. b. Periode pendahuluan
Bertujuan untuk menjajaki jumlah pakan yang dimakan serta feses dan urin yang dikeluarkan. Pemberian obat cacing untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi pada proses pencernaan. c. Periode koleksi data masing-masing (selama 7 hari)
Meliputi konsumsi selama 24 jam dari pukul 8.00 pada hari berikutnya (Ristianto, 2012). Pengumpulan data dimulai dengan kegiatan sebagai berikut: a) Sebelum koleksi dimulai peralatan seperti kandang, tempat pakan, tempat
feses, dan urin dibersihkan. b) Ternak sudah diketahui berat badannya untuk perkiraan pakan yang
dibutuhkan. Disamping itu untuk mengetahui kemaikan atau penurunan berat badan ternak yang diuji (berkaitan dengan pengaruh pemberian pakan terhadap performa ternak). c) Koleksi feses dan urin dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan
serta ditimbang beratnya. Khususnya untuk penampung urin, diberikan pengawet Asam Sulfat. d) Koleksi pakan dimulai dau hari sebelum koleksi feses dimulai dan diakhiri
dua hari sebelum koleksi feses berakhir. e) Periode koleksi biasanya berlangsung selama 7 hari, tergantung kebutuhan
dan keadaan. Pemberian pakan dan minum secara ad libitum. Cara sampling feses dan urin sebagai berikut feses yang tertampung ditimbang
ďƒź
lalu di mixer agar homogeny dan diambil sekitar 2-5% lalu dimasukkan ke dalam freezer. Bila langsung dikeringkan perlu ditambah 2 tetes formalin agar tidak berjamur. Sampel pakan dikeringkan dalam oven 55 ÂşC selama 3 hari kemudian di Willey mill. Setelah itu dianalisis proksimat. Urin tertampung diukur volumenya, aduk sampai merata kemudian diambil sampel urin 2-5%. Kemudian diberi label dan disimpan dalam freezer. Tujuan preliminary period
ďƒź
a. Mengkondisikan ternak pada lingkungan baru b. Membiasakan ternak dengan makanan baru c. Menghilangkan pengaruh makanan sebelumnya •
Metode Indikator a.
Penggunaan indikator sebagai Tracer
b.
Syarat indikator :
• Tidak dicerna • Tidak ada efek samping • Tidak ada efek farmakologis • Mencampur dengan baik • Mudah diukur
Contoh indikator yaitu chomic acid, ferric acid, polyethilen powder, lignin, silica, chromogen. Kecernaan=100−100 x
indikator pakan nutrient feses x indikator feses nutrien pakan
2. In vitro
Kecernaan in vitro adalah teknik pengukuran degradabilitas dan kecernaan evaluasi ransum secara biologis dapat dilakukan secara laboratorium dengan meniru seperti kondisi sebenarnya (Mulyawati, 2009). Ditambahkan oleh Suyitman dkk (203) teknik kecernaan in vitro adalah salah satu metode laboratorium yang dapat digunakan untuk menduga kecernaan bahan pakan, yaitu dengan jalan penambahan campuran cairan rumen dan larutan Mc Dougall kemudian diinkubasi. Selanjutnya dilakukan penambahan pepsin, filtrasi, dan pengeringan. Resdiu kemudian dianalisis secara proksimat dan van soest. Daya cerna bahan makanan untuk ruminansia dapat ditentukan dengan teliti dengan menggunakan in vitro 2 tingkat. Selama tingkat 1 cuplikan bahan pakan yang telah digiling diinkubasi selama 48 jam dalam cairan rumen yang mengandung ‘buffer’ (larutan penyangga yang berfungsi untuk mempertahankan pH) dan dalam kondisi anaerobic. Pada tingkat 2 sampel tersebut diasamkan dengan HCl sampai pH 2 dan kemudian dicerna dengan pepsin selama 48 jam. Sisa yang tidak larut setelah proses ini, disaring dan kemudian dikeringkan serta dibakar untuk mendapatkan berat abunya, dan berat hilang dalam pembakaran ini adalah berat bahan organik. Bahan organik dalam sisa tersebut dikurangkan dari bahan organik dalam bahan makanan didapat suatu perkiraan dari daya cerna bahan organik. Tilley terry (2 stages)
•
RUSITEC (Rumen Stimualation Technique)
•
Tahap I : Pencernaan Rumen
Inkubasi 48 jam keadaan anaerob di dalam cairan rumen pada 39 ºC dan pH 6.6 – 6.8 •
Tahap II : Pencernaan Pasca Rumen (Gastric Digestion)
Inkubasi residu selama 24 jam dalam larutan pepsin pada pH 2 3. In sacco/ in situ
Dengan menggunakan kantong nylon (nylon/cloth bags)
Diinkubasi dalam rumen hewan berfistula (fistulated animal)
Pengukuran laju pencernaan (disappearance/digestion) pakan dalam kantong
nylon Dacron (pore size 44 µm) yang dibenamkan dalam rumen hewan berfistula. Kantong yang digunakan NYLON 325-Nytal
Ukuran pori 44 µm Jumlah pori 126 per cm2 Ukuran kantong 9 x 20 cm atau 8 x 12 cm untuk 3-5 gram sampel Bahan (2 g) yang telah digiling
Saringan 2 mm
Inkubasi dalam rumen
Kantong dikeringkan dan ditimbang
Inkubasi dalam rumen 0, 6, 12, 24, 48, 96 jam pada sapi Hereford berfistula (4 ekor). Setelahdi inkubasi kantong dicuci dengan air mengalir. Persamaan Nonlinear St = A + B (1-e-Ct) St = bagian yang terdegradasi setelah inkubasi selama “t” jam A = komponen pakan yang terlarut B = bagian pakan yang dapat didegradasi C = laju degradasi komponen “B” Faktor-faktor yang mempengaruhi daya degradasi, yaitu
•
Lama inkubasi
•
Pencucian kantong
•
Posisi kantong dalam rumen
•
Homogenitas ransum yang diuji
Analisis
•
Bahan kering yang masuk ke dalam kantong dari isi rumen
•
Ukuran kantong