3 minute read
Merasa Diteror Usai Terima Rp4 Miliar
Persoalan Dipicu Salah Hitung Tim Appraisal
SEMARANG, TRIBUNJumirah, nenek berusia 63, warga Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mengaku mendapat teror usai menerima ganti rugi pembebasan lahan tol Yogyakarta-Bawen sebesar Rp4 miliar.
Advertisement
Teror itu terjadi usai dirinya didatangi oknum kepala dusun (kadus) dan sejumlah orang yang mengaku tim pembebasan lahan. Mereka, kata Jumirah, meminta jatah sebesar Rp1 miliar dengan dalih uang tersebut adalah kepunyaan tim.
Jumirah menjelaskan, total luas lahan miliknya yang terdampak jalan tol sekira 3.500 meter persegi. Setelah melalui verifikasi, dirinya menerima uang Rp4 miliar pada Desember 2022. “Rp3 miliar untuk lahan dan Rp1 miliar untuk uang ganti pohon jati,” kata Jumirah, Rabu (12/4).
Menurut Jumirah, setelah menerima uang tersebut melalui rekening, dirinya ditemui oknum kepala dusun dan seorang warga. “Mereka meminta uang Rp1 miliar, katanya karena yang saya terima kelebihan. Uang yang lebih tersebut harus dikembalikan,” ujarnya.
Jumirah mengatakan, dirinya tidak mau mengembalikan, karena permintaan tersebut dinilainya tidak jelas. “Saya malah ketakutan, karena ditakut-takuti kalau tidak mengembalikan nanti bisa dipenjara,” ungkapnya.
“Saya lalu mengungsi selama tiga bulan di saudara, takut kalau ada yang datang. Orangnya banyak, pernah 13 orang, 11 orang, pokoknya kalau ada mobil putih datang, saya lari karena takut,” kata Jumirah.
Jumirah mengatakan, uang tol yang diterimanya tidak semua untuk dirinya.
Sebagian telah dibagikan kepada saudara dan anaknya.
“Anak saya dua, satu kerja di sini dan satunya di Hongkong, ini rumah juga direnovasi agar mereka pulang dan tinggal di sini,” ungkapnya.
Dia mengakui saat ini hidupnya tidak tenang.
“Orang-orang pada datang minta uang Rp1 miliar, alasannya untuk tim karena ada kelebihan bayar. Terus terang saya takut, padahal saya tidak bersalah. Semua hitungan saya manut sama petugas,” papar Jumirah. Dia pun mengaku sempat menawar dengan membayar Rp 50 juta. “Tapi jawabnya, kalau hanya segitu ya anggota tim tidak dapat semua. Lha saya ini tidak tahu apaapa, proses sudah dilalui kok malah seperti saya yang salah,” jelasnya. Jumirah berharap persoalan ini segera selesai dan dirinya melanjutkan hidup dengan tenang. “Saya ini sudah tua, sekolah juga cuma sampai kelas tiga SD, sekarang malah dikejar-kejar dimintai uang,” ujarnya.
Titik temu
Belakang diketahui, kasus permintaan uang kelebihan bayar di Desa Kandangan tersebut dipicu kesalahan penghitungan oleh tim appraisal pengadaan jalan tol Yogyakarta-Bawen. Duduk perkara permasalahan ini, dijelaskan oleh Kepala Desa Kandangan, Paryanto.
Menurut Paryanto, salah hitung terjadi saat verifikasi tanaman. “Jadi tanaman pohon jati milik Jumirah berukuran kecil, tapi dimasukkan ke kategori sedang,” jelasnya, Rabu (12/4).
Untuk kategori kecil, satu pohon dihargai Rp50.000 dan pohon sedang Rp400.000. “Jadi ada selisih harga Rp350.000, kalau dikalikan 2.298 pohon dan perhitungan lain, yang diterima sekira Rp902 juta,” kata Paryanto. Dia mengaku mengetahui kejadian ini pada 26 Januari 2023 saat menerima surat dari PPK Jalan Tol Yogyakarta-Bawen. “Menginformasikan ada kelebihan tersebut, dan meminta agar ada mediasi sehingga uang kelebihan dikembalikan,” ujarnya.
Pada tanggal 5 Februari 2023, seluruh pihak dipanggil untuk mediasi. “Dari pihak Jumirah yang datang kakak dan penasihat hukumnya. Kita sampaikan soal mediasi dan kelebihan uang tersebut, tapi belum
PERLU MEDIASI ULANG ada titik temu,” paparnya.
Jumirah (63) mengaku mendapat teror usai menerima ganti rugi proyek tol YogyakartaBawen sebesar Rp4 miliar.
Warga Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang itu mengaku diminta mengembalikan uang sebesar Rp1 miliar.
Belakangan diketahui, kasus permintaan uang kelebihan bayar itu dipicu kesalahan penghitungan oleh tim appraisal tol.
Ada misskomunikasi dalam persoalan ini, sehingga semua pihak terkait perlu kembali duduk bersama untuk penyelesaian.
Jumirah, kata Paryanto, sebelum ada mediasi tersebut mengaku pernah dipanggil ke kantor Desa Kandangan. Padahal dia mengundang hanya saat mediasi.
“Dasar saya ya pemberitahuan mediasi tersebut. Tapi saya tidak tahu yang mengundang Jumirah pertama kali tersebut,” kata dia.
Paryanto menilai Jumirah tidak salah dalam kasus ini.
“Sejak awal dia menerima perhitungan yang disampaikan tim pengadaan tanah tol tersebut, dia tidak menyangkal dan bahkan cenderung pasif. Jadi dia menerima saja soal nominal yang disampaikan tim,” ujarnya.
Soal oknum kadus dan seorang warga, saat dikonfirmasi oleh Paryanto menyangkal pernyataan Jumirah. “Mereka mendatangi sore hari setelah penerimaan uang itu soal kelebihan bayar, jadi harus dikembalikan,” kata Paryanto.
Menurut Paryanto, ada misskomunikasi dalam persoalan ini. “Kalau semua bisa ditemukan, pasti ada jalan keluar yang baik. Terpenting adalah komunikasi dan cara baik untuk penyelesaian,” harapnya. (kpc)
CEK KONDISI - Petugas Dishub Klaten saat mengecek kondisi jalan tol Solo-Yogya di wilayah Desa Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Rabu (12/4). Ruas jalan tol Solo-Yogya rencananya akan dibuka sepanjang tujuh kilometer secara fungsional selama masa mudik dan arus balik Lebaran 2023.